Pluralisme Agama

80
Pluralisme Agama Pluralisme Agama Oleh: Adian Husaini Oleh: Adian Husaini (Kandidat Doktor bidang pemikiran dan (Kandidat Doktor bidang pemikiran dan peradaban Islam di peradaban Islam di International Institute of International Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia, ISTAC-IIUM Islamic University Malaysia, ISTAC-IIUM ) )

Transcript of Pluralisme Agama

Page 1: Pluralisme Agama

Pluralisme AgamaPluralisme Agama

Oleh: Adian HusainiOleh: Adian Husaini(Kandidat Doktor bidang pemikiran dan (Kandidat Doktor bidang pemikiran dan

peradaban Islam di peradaban Islam di International Institute of International Institute of Islamic Thought and Civilization-Islamic Thought and Civilization-

International Islamic University Malaysia, International Islamic University Malaysia, ISTAC-IIUMISTAC-IIUM))

Page 2: Pluralisme Agama

- Istilah khusus dalam studi - Istilah khusus dalam studi agama-agama. (Istilah:agama-agama. (Istilah:Al-Al-ta’addudiyah al-diniyyah/Religious ta’addudiyah al-diniyyah/Religious Pluralism). Pluralism). Tidak dapat dimaknai Tidak dapat dimaknai sembarangan.sembarangan.- Program utama dalam liberalisasi - Program utama dalam liberalisasi agama. agama. - Masalah dan tantangan bagi - Masalah dan tantangan bagi semua agama.semua agama.

Page 3: Pluralisme Agama

Harold Coward, Harold Coward, Pluralisme: Pluralisme: Tantangan bagi Agama-Tantangan bagi Agama-

agamaagama, (Yogyakarta: , (Yogyakarta: Kanisius, 1989).Kanisius, 1989).

Page 4: Pluralisme Agama

Kekeliruan/pengeliruan?Kekeliruan/pengeliruan?

• Watak kebangkitan Islam di Indonesia Watak kebangkitan Islam di Indonesia adalah unik…. ''kebangkitan Islam'' di adalah unik…. ''kebangkitan Islam'' di Indonesia ditandai dengan peningkatan Indonesia ditandai dengan peningkatan toleransi dan penerimaan yang kian meluas toleransi dan penerimaan yang kian meluas atas gagasan-gagasan dasar tentang atas gagasan-gagasan dasar tentang pluralisme keagamaan. (Giora Eliraz, prof di pluralisme keagamaan. (Giora Eliraz, prof di Hebrew University, Hebrew University, Islam in Indonesia: Islam in Indonesia: Modernism, Radicalism, and the Middle East Modernism, Radicalism, and the Middle East Dimension Dimension (Brighton: Sussex Academic (Brighton: Sussex Academic Press, 2004).” ). Press, 2004).” ).

Page 5: Pluralisme Agama

Pluralisme Agama: Pluralisme Agama: Makna Khusus (Makna Khusus (IstilahyIstilahy):):

• ““...pluralism is the view that the great ...pluralism is the view that the great world faiths embody different perceptions world faiths embody different perceptions and conceptions of, and correspondingly and conceptions of, and correspondingly different responses to, the Real or the different responses to, the Real or the Ultimate from within the major variant Ultimate from within the major variant cultural ways of being human; and that cultural ways of being human; and that within each of them the transformation of within each of them the transformation of human existence from self-centredness to human existence from self-centredness to Reality centredness is manifestly taking Reality centredness is manifestly taking place – and taking place, so far as human place – and taking place, so far as human observation can tell, to much the same observation can tell, to much the same extent.” extent.” (John Hick) (John Hick)

Page 6: Pluralisme Agama

Pluralisme Agama Pluralisme Agama (Dictionary (Dictionary Definition)Definition)::

• ““Pluralisme agama” adalah kondisi Pluralisme agama” adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama. masing agama.

Page 7: Pluralisme Agama

John Hick:John Hick:• (...pluralisme agama adalah suatu gagasan (...pluralisme agama adalah suatu gagasan

bahwa agama-agama besar dunia bahwa agama-agama besar dunia merupakan persepsi dankonsepsi yang merupakan persepsi dankonsepsi yang berbeda tentang, dan secara bertepatan berbeda tentang, dan secara bertepatan merupakan respon yang beragam terhadap, merupakan respon yang beragam terhadap, Yang Real atau Yang Maha Agung dari dalam Yang Real atau Yang Maha Agung dari dalam pranata kultural manusia yang bervariasi; pranata kultural manusia yang bervariasi; dan bahwa transformasi wujud manusia dari dan bahwa transformasi wujud manusia dari pemusatan-diri menuju pemusatan-Hakikat pemusatan-diri menuju pemusatan-Hakikat terjadi secara nyata dalam setiap masing-terjadi secara nyata dalam setiap masing-masing pranata kultural manusia tersebut –masing pranata kultural manusia tersebut –dan terjadi, sejauh yang dapat diamati, dan terjadi, sejauh yang dapat diamati, sampai pada batas yang sama) sampai pada batas yang sama)

Page 8: Pluralisme Agama

Deskripsi Transendentalisme Deskripsi Transendentalisme oleh Huston Smitholeh Huston Smith

Esoteric

Exoteric

“All paths lead to the same summit”, S.H. Nasr.H B CT J C I

GOD

Page 9: Pluralisme Agama

Ernst Troeltsch (1865-1923), Ernst Troeltsch (1865-1923),

teolog Kristen Liberal:teolog Kristen Liberal:

semua agama, termasuk Kristen, selalu semua agama, termasuk Kristen, selalu mengandung elemen kebenaran dan mengandung elemen kebenaran dan tidak satu agama pun yang memiliki tidak satu agama pun yang memiliki kebenaran mutlak, konsep ketuhanan di kebenaran mutlak, konsep ketuhanan di muka bumi ini beragam dan tidak hanya muka bumi ini beragam dan tidak hanya satu. satu.

((The Place of Christianity among the The Place of Christianity among the World ReligionsWorld Religions, Makalah di Oxford , Makalah di Oxford University, 1923)University, 1923)

Page 10: Pluralisme Agama

Moses Mendelsohn (1729-1786):Moses Mendelsohn (1729-1786):

Menurut ajaran agama Yahudi, seluruh Menurut ajaran agama Yahudi, seluruh penduduk bumi mempunyai hak yang sah penduduk bumi mempunyai hak yang sah atas keselamatan, dan sarana untuk atas keselamatan, dan sarana untuk mencapai keselamatan itu tersebar sama mencapai keselamatan itu tersebar sama luas seperti umat manusia itu sendiri. luas seperti umat manusia itu sendiri. (Harold Coward, (Harold Coward, Pluralisme: Tantangan bagi Pluralisme: Tantangan bagi Agama-agamaAgama-agama, Kanisius, 1989, hal. 17) , Kanisius, 1989, hal. 17)

Page 11: Pluralisme Agama

Frans Rosenzweig:Frans Rosenzweig:

Agama yang benar adalah Yahudi dan Agama yang benar adalah Yahudi dan Kristen. Islam adalah suatu tiruan Kristen. Islam adalah suatu tiruan dari agama Kristen dan agama dari agama Kristen dan agama Yahudi. (Ibid, hal. 21-22)Yahudi. (Ibid, hal. 21-22)

Page 12: Pluralisme Agama

FAKTA-FAKTA PENYEBARAN FAKTA-FAKTA PENYEBARAN PAHAM PLURALISME PAHAM PLURALISME

AGAMA DI INDONESIAAGAMA DI INDONESIA

Page 13: Pluralisme Agama

Ulil Abshar Abdalla:Ulil Abshar Abdalla:

• Semua agama sama. Semuanya Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar.” (Majalah bukan yang paling benar.” (Majalah GATRA, 21 Desember 2002). GATRA, 21 Desember 2002).

Page 14: Pluralisme Agama

Budhy Munawar Rahman:Budhy Munawar Rahman:

• ““Karenanya, yang diperlukan sekarang Karenanya, yang diperlukan sekarang ini dalam penghayatan masalah ini dalam penghayatan masalah Pluralisme antar agama, yakni Pluralisme antar agama, yakni pandangan bahwa siapa pun yang pandangan bahwa siapa pun yang beriman – tanpa harus melihat beriman – tanpa harus melihat Agamanya apa – adalah sama di Agamanya apa – adalah sama di hadapan Allah. Karena, Tuhan kita hadapan Allah. Karena, Tuhan kita semua adalah Tuhan Yang Satu.” semua adalah Tuhan Yang Satu.” (Artikel “(Artikel “Basis Teologi Persaudaraan Antar-AgamaBasis Teologi Persaudaraan Antar-Agama” ” dalam buku dalam buku Wajah Liberal Islam di IndonesiaWajah Liberal Islam di Indonesia, hal. , hal. 51-53). 51-53).

Page 15: Pluralisme Agama

Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan:Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan:

Jika semua agama memang benar sendiri, Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap Agama memasuki kamar surganya. Syarat Agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini universal surga bagi semua agama. Dari sini kerjasama dan dialog pemeluk berbeda kerjasama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin. (agama jadi mungkin. (Abdul Munir Mulkhan, Abdul Munir Mulkhan, Ajaran Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenardan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, Kreasi Wacana, , Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2002, hal. 44)Yogyakarta, 2002, hal. 44)

Page 16: Pluralisme Agama

Nurcholish Madjid:Nurcholish Madjid:

• ““Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arah yang bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arah yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama. Filsafat perenial juga membagi agama pada berbagai Agama. Filsafat perenial juga membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu Agama level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu Agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level esoteriknya. Oleh karena itu ada istilah sama dalam level esoteriknya. Oleh karena itu ada istilah "Satu Tuhan Banyak Jalan".” "Satu Tuhan Banyak Jalan".” ((Buku Buku Tiga Agama Satu Tuhan, Tiga Agama Satu Tuhan, Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)

Page 17: Pluralisme Agama

Nurcholish Madjid:Nurcholish Madjid:

• "Jadi Pluralisme sesungguhnya "Jadi Pluralisme sesungguhnya adalah sebuah Aturan Tuhan (Sunnat adalah sebuah Aturan Tuhan (Sunnat Allah, "Sunnatullah") yang tidak Allah, "Sunnatullah") yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari." mungkin dilawan atau diingkari." (Nurcholish Madjid, (Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Islam Doktrin dan PeradabanPeradaban, Paramadina, Jakarta: , Paramadina, Jakarta: Paramadina, 1995, hal. lxxvii). Paramadina, 1995, hal. lxxvii).

Page 18: Pluralisme Agama

Nurcholish Madjid:Nurcholish Madjid:

• ““Semua agama, dalam inti yang Semua agama, dalam inti yang paling mendalam adalah sama. paling mendalam adalah sama. Dalam bulan yang suci ini karena Dalam bulan yang suci ini karena bersamaan ada perayaan Waisak, bersamaan ada perayaan Waisak, Maulid Nabi Muhammad saw, dan Maulid Nabi Muhammad saw, dan kenaikan Isa al-Masih, kita semua kenaikan Isa al-Masih, kita semua harus menuju pada kedamaian.”harus menuju pada kedamaian.”

((Fiqih Lintas Agama Fiqih Lintas Agama (hal. 88), pidato (hal. 88), pidato dalam acara Peringatan Waisak dalam acara Peringatan Waisak Nasional di JCC, 15 Mei 2003). Nasional di JCC, 15 Mei 2003).

Page 19: Pluralisme Agama

Suratno, dosen Universitas Paramadina:Suratno, dosen Universitas Paramadina:

• The late Nurcholish "Cak Nur" Madjid was The late Nurcholish "Cak Nur" Madjid was always concerned with the issue of always concerned with the issue of pluralism. This issue, even up to the death pluralism. This issue, even up to the death of Cak Nur, has become controversial of Cak Nur, has become controversial among Indonesian people. Cak Nur for more among Indonesian people. Cak Nur for more than 20 years of his life, since his return than 20 years of his life, since his return from the U.S. after finishing his doctoral from the U.S. after finishing his doctoral study at the University of Chicago, study at the University of Chicago, dedicated his whole life to the avocation of dedicated his whole life to the avocation of pluralism.pluralism. ( (The Jakarta PostThe Jakarta Post))

Page 20: Pluralisme Agama

Jaringan Islam Liberal:Jaringan Islam Liberal:

•““Turut berduka atas meningggalnya Turut berduka atas meningggalnya Bapak Pluralisme dan Toleransi, Prof. Bapak Pluralisme dan Toleransi, Prof. Dr. Nurcholish Madjid… semoga kami Dr. Nurcholish Madjid… semoga kami dapat meneruskan perjuangannya.”dapat meneruskan perjuangannya.” (www.islamlib.com)(www.islamlib.com)

Page 21: Pluralisme Agama

Alwi Shihab:Alwi Shihab:

• ““Prinsip lain yang digariskan oleh Al Quran, Prinsip lain yang digariskan oleh Al Quran, adalah pengakuan eksistensi orang-orang adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama, dan, dengan begitu, layak beragama, dan, dengan begitu, layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi, memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi, prinsip ini memperkokoh ide mengenai prinsip ini memperkokoh ide mengenai Pluralisme keagamaan dan menolak Pluralisme keagamaan dan menolak eksklusivisme. Dalam pengartian lain, eksklusivisme. Dalam pengartian lain, eksklusivisme keagamaan tidak sesuai eksklusivisme keagamaan tidak sesuai dengan semangat Al Quran. Sebab Al Quran dengan semangat Al Quran. Sebab Al Quran tidak membeda-bedakan antara satu tidak membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari lainnya.” komunitas agama dari lainnya.” (Alwi Shihab, (Alwi Shihab, Islam InklusifIslam Inklusif: : Menuju Sikap Terbuka dalam Menuju Sikap Terbuka dalam BeragamaBeragama, Mizan, Bandung, 1997, hal. 108-109)., Mizan, Bandung, 1997, hal. 108-109).

Page 22: Pluralisme Agama

Luthfie Assyaukani:Luthfie Assyaukani:

• ““Seorang fideis Muslim, misalnya, bisa merasa dekat Seorang fideis Muslim, misalnya, bisa merasa dekat kepada Allah tanpa melewati jalur shalat karena ia kepada Allah tanpa melewati jalur shalat karena ia bisa melakukannya lewat meditasi atau ritus-ritus bisa melakukannya lewat meditasi atau ritus-ritus lain yang biasa dilakukan dalam persemedian lain yang biasa dilakukan dalam persemedian spiritual. Dengan demikian, pengalaman keagamaan spiritual. Dengan demikian, pengalaman keagamaan hampir sepenuhnya independen dari aturan-aturan hampir sepenuhnya independen dari aturan-aturan formal agama. Pada gilirannya, perangkat dan formal agama. Pada gilirannya, perangkat dan konsep-konsep agama seperti kitab suci, nabi, konsep-konsep agama seperti kitab suci, nabi, malaikat, dan lain-lain tak terlalu penting lagi malaikat, dan lain-lain tak terlalu penting lagi karena yang lebih penting adalah bagaimana karena yang lebih penting adalah bagaimana seseorang bisa menikmati spiritualitas dan seseorang bisa menikmati spiritualitas dan mentransendenkan dirinya dalam lompatan iman mentransendenkan dirinya dalam lompatan iman yang tanpa batas itu.” (Kompas, 3/9/2005)yang tanpa batas itu.” (Kompas, 3/9/2005)

Page 23: Pluralisme Agama

Sukidi:Sukidi:

• “ “Dan, konsekuensinya, ada banyak Dan, konsekuensinya, ada banyak kebenaran (kebenaran (many truthsmany truths) dalam tradisi dan ) dalam tradisi dan agama-agama. Nietzsche menegasikan agama-agama. Nietzsche menegasikan adanya Kebenaran Tunggal dan justru adanya Kebenaran Tunggal dan justru bersikap afirmatif terhadap banyak bersikap afirmatif terhadap banyak kebenaran. Mahatma Gandhi pun seirama kebenaran. Mahatma Gandhi pun seirama dengan mendeklarasikan bahwa semua dengan mendeklarasikan bahwa semua agama - entah Hinduisme, Buddhisme, agama - entah Hinduisme, Buddhisme, Yahudi, Kristen, Islam, Zoroaster, maupun Yahudi, Kristen, Islam, Zoroaster, maupun lainnya- adalah benar. (Jawa Pos, 11-1-2004)lainnya- adalah benar. (Jawa Pos, 11-1-2004)

Page 24: Pluralisme Agama

Sukidi:Sukidi:

• Dan, konsekuensinya, kebenaran ada dan ditemukan Dan, konsekuensinya, kebenaran ada dan ditemukan pada semua agama. Agama-agama itu diibaratkan, pada semua agama. Agama-agama itu diibaratkan, dalam nalar Pluralisme Gandhi, seperti pohon yang dalam nalar Pluralisme Gandhi, seperti pohon yang memiliki banyak cabang (many), tapi berasal dari memiliki banyak cabang (many), tapi berasal dari satu akar (the One). Akar yang satu itulah yang satu akar (the One). Akar yang satu itulah yang menjadi asal dan orientasi agama-agama. Karena itu, menjadi asal dan orientasi agama-agama. Karena itu, mari kita memproklamasikan kembali bahwa mari kita memproklamasikan kembali bahwa Pluralisme Agama sudah menjadi hukum Tuhan Pluralisme Agama sudah menjadi hukum Tuhan (sunnatullâh) yang tidak mungkin berubah. Dan, (sunnatullâh) yang tidak mungkin berubah. Dan, karena itu, mustahil pula kita melawan dan karena itu, mustahil pula kita melawan dan menghindari. Sebagai muslim, kita tidak punya jalan menghindari. Sebagai muslim, kita tidak punya jalan lain kecuali bersikap positif dan optimistis dalam lain kecuali bersikap positif dan optimistis dalam menerima Pluralisme Agama sebagai hukum Tuhan.” menerima Pluralisme Agama sebagai hukum Tuhan.” (Idem)(Idem)

Page 25: Pluralisme Agama

Sukidi:Sukidi:• Ungkapan itu beranjak dari asumsi bahwa kebenaran itu Ungkapan itu beranjak dari asumsi bahwa kebenaran itu

pada hakikatnya tunggal, tapi fragmentasinya kemudian pada hakikatnya tunggal, tapi fragmentasinya kemudian menyebar karena spektrum penangkapan tiap orang atas menyebar karena spektrum penangkapan tiap orang atas kebenaran itu ditempuh melalui beragam dimensi, bahasa, kebenaran itu ditempuh melalui beragam dimensi, bahasa, dan cara pandang. Karena itulah Islam dianggap sebagai dan cara pandang. Karena itulah Islam dianggap sebagai bukan satu-satunya jalan menuju Tuhan dalam pencarian bukan satu-satunya jalan menuju Tuhan dalam pencarian kebenaran pada agama-agama. Mahatma Ghandi yang kebenaran pada agama-agama. Mahatma Ghandi yang menjadi inspirator pandangan yang pluralis ini misalnya menjadi inspirator pandangan yang pluralis ini misalnya mengatakan, “Semua agama pada hakikatnya benar, tapi mengatakan, “Semua agama pada hakikatnya benar, tapi karena kebenaran tunggal itu diterima sekian banyak karena kebenaran tunggal itu diterima sekian banyak manusia dari beragam ras, agama, dan identitas, maka manusia dari beragam ras, agama, dan identitas, maka kebenaran yang tertangkap dari yang tunggal itu kebenaran yang tertangkap dari yang tunggal itu terfragmentasi, terpecah-pecah. Padahal, inti kebenaran terfragmentasi, terpecah-pecah. Padahal, inti kebenaran itu satu jua.” Karena itu, semua agama pada hakikatnya itu satu jua.” Karena itu, semua agama pada hakikatnya benar, hanya cara mendekati kebenaran itu saja yang benar, hanya cara mendekati kebenaran itu saja yang menggunakan sekian banyak jalan. (idem)menggunakan sekian banyak jalan. (idem)

Page 26: Pluralisme Agama

Sumanto Alqurtuby:Sumanto Alqurtuby:

• ““Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang mahaluas, di menunjukkan surga-Nya yang mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain, Jesus, Muhammad, orang, antara lain, Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Sahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!” (Sumanto Al Baharudin Lopa, dan Munir!” (Sumanto Al Qurtuby, Qurtuby, Lubang Hitam AgamaLubang Hitam Agama, Rumah , Rumah Kata, Yogyakarta, 2005, hal. 45). Kata, Yogyakarta, 2005, hal. 45).

Page 27: Pluralisme Agama

Budhy Munawar Rahman:Budhy Munawar Rahman:

• Nah, karena kami mau menekankan Pluralisme Nah, karena kami mau menekankan Pluralisme Agama, pada masa-masa tertentu, misalnya tiga bulan Agama, pada masa-masa tertentu, misalnya tiga bulan sekali, kami adakan sekali, kami adakan spiritualspiritual atau atau religion fairreligion fair atau atau "pekan raya Agama". Setiap kelas agama akan berhias "pekan raya Agama". Setiap kelas agama akan berhias diri, simbol-simbol agama juga ditampilkan, dan setiap diri, simbol-simbol agama juga ditampilkan, dan setiap anak akan datang berkunjung, melihat, dan mungkin anak akan datang berkunjung, melihat, dan mungkin bertanya kepada guru agama; apa bertanya kepada guru agama; apa sihsih artinya pohon artinya pohon Natal? Di sana kita jumpai Buddha yang sedang Natal? Di sana kita jumpai Buddha yang sedang melakukan meditasi, tampilan Ka'bah, dan lain-lain. melakukan meditasi, tampilan Ka'bah, dan lain-lain. Semua anak bisa melihat simbol-simbol keagamaan Semua anak bisa melihat simbol-simbol keagamaan yang sangat ekspresif dan penuh nilai kesakralan. Itu yang sangat ekspresif dan penuh nilai kesakralan. Itu menjadi pengalaman tersendiri bagi anak-anak. Kami menjadi pengalaman tersendiri bagi anak-anak. Kami tak mungkin mengajarkan wawasan Pluralisme, tetapi tak mungkin mengajarkan wawasan Pluralisme, tetapi guru-gurunya bukan pluralis. Bahaya sekali dan akan guru-gurunya bukan pluralis. Bahaya sekali dan akan merusak ide besar kami. Makanya, orang tua juga merusak ide besar kami. Makanya, orang tua juga harus mendapatkan training atau semacam acara harus mendapatkan training atau semacam acara bulanan sehingga mereka bisa memahami Pluralisme. bulanan sehingga mereka bisa memahami Pluralisme. ((www.islamlib.comwww.islamlib.com, 11-5-2003) , 11-5-2003) 

Page 28: Pluralisme Agama

Budhy MR:Budhy MR:• Eksklusivisme inilah gejala yang Eksklusivisme inilah gejala yang

menguat sekarang ini. Di sekolah-menguat sekarang ini. Di sekolah-sekolah, terutama yang realitasnya sekolah, terutama yang realitasnya plural, ada pengajaran agama yang plural, ada pengajaran agama yang meninggikan satu pihak atas lainnya. meninggikan satu pihak atas lainnya. Ini juga yang menjadi kecenderungan Ini juga yang menjadi kecenderungan para guru agama. Sebab, pada para guru agama. Sebab, pada hakikatnya, mereka tidak terlatih hakikatnya, mereka tidak terlatih memahami persoalan Pluralisme. memahami persoalan Pluralisme. Fakta ini masih jauh daripada apa Fakta ini masih jauh daripada apa yang diharapkan. (idem) yang diharapkan. (idem)

Page 29: Pluralisme Agama

Pluralisme Agama berbasis pada Pluralisme Agama berbasis pada pemikiran Relativisme Kebenaran pemikiran Relativisme Kebenaran dan Relativisme iman. Paham ini dan Relativisme iman. Paham ini sudah begitu luas disebarkan di sudah begitu luas disebarkan di lingkungan organisasi-organisasi lingkungan organisasi-organisasi Islam dan diajarkan di kampus-Islam dan diajarkan di kampus-kampus berlabel Islam. kampus berlabel Islam.

Page 30: Pluralisme Agama

Prof. Dr. Azyumardi Azra, Rektor UIN Jakarta:Prof. Dr. Azyumardi Azra, Rektor UIN Jakarta:

• ““Islam itu memang pluralis, Islam itu Islam itu memang pluralis, Islam itu banyak, dan tidak satu. Memang banyak, dan tidak satu. Memang secara teks, Islam adalah satu tetapi secara teks, Islam adalah satu tetapi ketika akal sudah mulai mencoba ketika akal sudah mulai mencoba memahami itu, belum lagi memahami itu, belum lagi mengaktualisasikan, maka kemudian mengaktualisasikan, maka kemudian pluralitas itu adalah suatu kenyataan pluralitas itu adalah suatu kenyataan dan tidak bisa dielakkan.” (Lihat buku dan tidak bisa dielakkan.” (Lihat buku Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam,Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam, hal. hal. 150). 150).

Page 31: Pluralisme Agama

Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Rektor UIN Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Rektor UIN Yogyakarta:Yogyakarta:

• “ “Dari studi empiris-historis terhadap Dari studi empiris-historis terhadap fenomena keagamaan diperoleh fenomena keagamaan diperoleh masukan bahwa agama sesungguhnya masukan bahwa agama sesungguhnya juga sarat dengan berbagai juga sarat dengan berbagai “kepentingan” yang menempel dalam “kepentingan” yang menempel dalam ajaran dan batang tubuh ilmu-ilmu ajaran dan batang tubuh ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri.” (Pengantar keagamaan itu sendiri.” (Pengantar buku buku Metodologi Studi AgamaMetodologi Studi Agama, 2000, , 2000, hal. 2)hal. 2)

Page 32: Pluralisme Agama

Prof. Dr. M. Amin Abdullah:Prof. Dr. M. Amin Abdullah:

• “ “Dengan sangat intensif hermeneutika Dengan sangat intensif hermeneutika mencoba membongkar kenyataan mencoba membongkar kenyataan bahwa siapa pun orangnya, kelompok bahwa siapa pun orangnya, kelompok apapun namanya, kalau masih pada apapun namanya, kalau masih pada level manusia, pastilah “terbatas”, level manusia, pastilah “terbatas”, “parsial-kontekstual pemahamannya”, “parsial-kontekstual pemahamannya”, serta “bisa saja keliru”. (Pengantar serta “bisa saja keliru”. (Pengantar buku “buku “Hermeneutika Al-QuranHermeneutika Al-Quran”, 2005). ”, 2005).

Page 33: Pluralisme Agama

““Penafsiran atas sebuah agama (baca: Penafsiran atas sebuah agama (baca: Islam) sendiri tidaklah tunggal. Islam) sendiri tidaklah tunggal. Dengan demikian, upaya Dengan demikian, upaya mempersamakan dan mempersatukan mempersamakan dan mempersatukan di bawah payung (satu tafsir) agama di bawah payung (satu tafsir) agama menjadi kontraproduktif. Dan pada menjadi kontraproduktif. Dan pada gilirannya agama kemudian menjadi gilirannya agama kemudian menjadi sangat relatif ketika dijelmakan dalam sangat relatif ketika dijelmakan dalam praktik kehidupan sosial sehari-hari.” praktik kehidupan sosial sehari-hari.” (M. Khairul Muqtafa, dalam buku (M. Khairul Muqtafa, dalam buku Nilai-Nilai-nilai Pluralisme dalam Islamnilai Pluralisme dalam Islam, hal. 58), hal. 58)

Page 34: Pluralisme Agama

Relativisme Epistemologis:Relativisme Epistemologis:

Pada wilayah ini maka yang Pada wilayah ini maka yang selayaknya menjadi pegangan selayaknya menjadi pegangan adalah bahwa kita tidak dapat adalah bahwa kita tidak dapat mengetahui kebenaran absolut. Kita mengetahui kebenaran absolut. Kita dapat mengetahui kebenaran hanya dapat mengetahui kebenaran hanya sejauh itu absah bagi kita. Artinya, sejauh itu absah bagi kita. Artinya, kebenaran yang selama ini kita kebenaran yang selama ini kita pahami tak lain adalah kebenaran pahami tak lain adalah kebenaran sepihak. (Ibid, hal. 58)sepihak. (Ibid, hal. 58)

Page 35: Pluralisme Agama

Relativisme teleologis:Relativisme teleologis:

Dalam konteks ini, maka Islam tak lain adalah Dalam konteks ini, maka Islam tak lain adalah satu jalan kebenaran diantara jalan-jalan satu jalan kebenaran diantara jalan-jalan kebenaran yang lain… artinya jalan menuju kebenaran yang lain… artinya jalan menuju kebenaran tidak selamanya dan musti harus kebenaran tidak selamanya dan musti harus melalui jalan ‘agama’, tapi juga bisa memakai melalui jalan ‘agama’, tapi juga bisa memakai medium yang lain. Karena sifatnya yang medium yang lain. Karena sifatnya yang demikian maka Islam kemudian berdiri sejajar demikian maka Islam kemudian berdiri sejajar dengan praktik budaya yang ada. Tidak ada dengan praktik budaya yang ada. Tidak ada perbedaan yang signifikan kecuali hanya perbedaan yang signifikan kecuali hanya situalistik simbolistik. Sedangkan esensinya situalistik simbolistik. Sedangkan esensinya sama, yakni menuju kebenaran transendental. sama, yakni menuju kebenaran transendental. (Ibid, hal. 58-59)(Ibid, hal. 58-59)

Page 36: Pluralisme Agama

Charles Kimball:Charles Kimball:

Ada Lima Ciri Agama Jahat: 1. Absolute truth Ada Lima Ciri Agama Jahat: 1. Absolute truth claims… Corrupt religious truth claims claims… Corrupt religious truth claims always lack the liberating awareness that always lack the liberating awareness that humans are limited as they search for and humans are limited as they search for and articulate religious truth… Rigid Truth articulate religious truth… Rigid Truth claims, particularly in times of conflict, are claims, particularly in times of conflict, are the basis for demonizing and the basis for demonizing and dehumanizing those who differ. (dehumanizing those who differ. (When When Religion Becomes EvilReligion Becomes Evil, 2002, hal. 41, 51) ., 2002, hal. 41, 51) .

Page 37: Pluralisme Agama

Prof. Dr. Hamka:Prof. Dr. Hamka:

• Yang menganjurkan doa bersama atau Yang menganjurkan doa bersama atau perayaan ‘Lebaran-Natal’, atau barangkali perayaan ‘Lebaran-Natal’, atau barangkali nanti Natal-Maulid, bukanlah orang yang nanti Natal-Maulid, bukanlah orang yang mempunyai kesadaran agama, melainkan mempunyai kesadaran agama, melainkan orang-orang sekuler, yang baginya masa orang-orang sekuler, yang baginya masa bodoh, apakah Tuhan satu atau beranak, bodoh, apakah Tuhan satu atau beranak, sebab bagi mereka agama itu hanya iseng! sebab bagi mereka agama itu hanya iseng! Atau orang-orang sinkretisme, yang Atau orang-orang sinkretisme, yang mencari segala persesuaian diantara mencari segala persesuaian diantara segala yang berbeda… (Hamka, “Toleransi, segala yang berbeda… (Hamka, “Toleransi, Sekulerisme, atau Sinkretisme”, 1968)Sekulerisme, atau Sinkretisme”, 1968)

Page 38: Pluralisme Agama

• Ide Pluralisme Agama juga bisa ditelusuri dari Ide Pluralisme Agama juga bisa ditelusuri dari ajaran dan misi gerakan Theosofi. Tokoh ajaran dan misi gerakan Theosofi. Tokoh Theosofi, HP Blavatsky, dalam wawancara Theosofi, HP Blavatsky, dalam wawancara yang dimuat di Majalah Theosofi Indonesia, yang dimuat di Majalah Theosofi Indonesia, edisi ke-3 (2005), menyatakan: ‘’Tidak ada edisi ke-3 (2005), menyatakan: ‘’Tidak ada agama/religi yang lebih tinggi dari agama/religi yang lebih tinggi dari kebenaran.’’ Tujuan utama para pendiri kebenaran.’’ Tujuan utama para pendiri Mazhab Theosofi Eklektik, yakni mendamaikan Mazhab Theosofi Eklektik, yakni mendamaikan semua agama-agama, aliran-aliran dan semua agama-agama, aliran-aliran dan bangsa-bangsa di bawah sebuah sistem etika bangsa-bangsa di bawah sebuah sistem etika umum, berdasarkan pada kebenaran-umum, berdasarkan pada kebenaran-kebenaran abadi... Theosofi sudah setua kebenaran abadi... Theosofi sudah setua dunia itu sendiri, dalam ajaran dan etika-dunia itu sendiri, dalam ajaran dan etika-etikanya, karena Theosofi adalah sistem yang etikanya, karena Theosofi adalah sistem yang paling universal dan luas diantara semuanya. paling universal dan luas diantara semuanya.

Page 39: Pluralisme Agama

•Ketika Pluralisme Agama (Aqidah) Ketika Pluralisme Agama (Aqidah) dianut, maka konsep Syariat pun dianut, maka konsep Syariat pun secara otomatis dirombak. secara otomatis dirombak. Terutama hukum-hukum Islam Terutama hukum-hukum Islam yang selama ini mengatur yang selama ini mengatur hubungan antar pemeluk agama: hubungan antar pemeluk agama: hukum pernikahan, waris, dan hukum pernikahan, waris, dan sebagainya. (Lihat buku sebagainya. (Lihat buku Fiqih Fiqih Lintas AgamaLintas Agama, CLD-KHI, dan , CLD-KHI, dan sebagainya)sebagainya)

Page 40: Pluralisme Agama

Ulil Abshar Abdalla:Ulil Abshar Abdalla:

•Larangan kawin beda agama, Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara dalam hal ini antara perempuan Islam dengan perempuan Islam dengan lelaki non-Islam, sudah tidak lelaki non-Islam, sudah tidak relevan lagi.” (Kompas, 18-relevan lagi.” (Kompas, 18-11-2001)11-2001)

Page 41: Pluralisme Agama

• ““Soal pernikahan laki-laki non-Muslim Soal pernikahan laki-laki non-Muslim dengan wanita Muslim merupakan wilayah dengan wanita Muslim merupakan wilayah ijtihadi dan terikat dengan konteks tertentu, ijtihadi dan terikat dengan konteks tertentu, diantaranya konteks dakwah Islam pada diantaranya konteks dakwah Islam pada saat itu. Yang mana jumlah umat Islam saat itu. Yang mana jumlah umat Islam tidak sebesar saat ini, sehingga pernikahan tidak sebesar saat ini, sehingga pernikahan antar agama merupakan sesuatu yang antar agama merupakan sesuatu yang terlarang. Karena kedudukannya sebagai terlarang. Karena kedudukannya sebagai hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila dicetuskan amat dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan laki-laki non-Muslim, atau menikah dengan laki-laki non-Muslim, atau pernikahan beda agama secara lebih luas pernikahan beda agama secara lebih luas amat diperbolehkan, apapun agama dan amat diperbolehkan, apapun agama dan aliran kepercayaannya.” (aliran kepercayaannya.” (Fiqih Lintas Fiqih Lintas AgamaAgama, hal. 164), hal. 164)

Page 42: Pluralisme Agama

Prof. Dr. Siti Musdah Mulia:Prof. Dr. Siti Musdah Mulia:

• “ “Jika kita memahami konteks waktu Jika kita memahami konteks waktu turunnya ayat itu (QS 60:10, pen.), larangan turunnya ayat itu (QS 60:10, pen.), larangan ini sangat wajar mengingat kaum kafir ini sangat wajar mengingat kaum kafir Quraisy sangat memusuhi Nabi dan Quraisy sangat memusuhi Nabi dan pengikutnya. Waktu itu konteksnya adalah pengikutnya. Waktu itu konteksnya adalah peperangan antara kaum Mukmin dan kaum peperangan antara kaum Mukmin dan kaum kafir. Larangan melanggengkan hubungan kafir. Larangan melanggengkan hubungan dimaksudkan agar dapat diidentifikasi dimaksudkan agar dapat diidentifikasi secara jelas mana musuh dan mana kawan. secara jelas mana musuh dan mana kawan. Karena itu, ayat ini harus dipahami secara Karena itu, ayat ini harus dipahami secara kontekstual. Jika kondisi peperangan itu kontekstual. Jika kondisi peperangan itu tidak ada lagi, maka larangan dimaksud tidak ada lagi, maka larangan dimaksud tercabut dengan dengan sendirinya." tercabut dengan dengan sendirinya." ((Muslimah ReformisMuslimah Reformis, 2005, hal. 63), 2005, hal. 63)

Page 43: Pluralisme Agama

•Tabloid C&R edisi 28 Februari-06 Tabloid C&R edisi 28 Februari-06 Maret 2005, membuat laporan Maret 2005, membuat laporan utama tentang perkawinan utama tentang perkawinan Deddy Corbuzier (Katolik) dan Deddy Corbuzier (Katolik) dan Kalina (Muslimah), dengan Kalina (Muslimah), dengan penghulu Dr. Zainun Kamal, penghulu Dr. Zainun Kamal, dosen Fak.Ushuluddin UIN dosen Fak.Ushuluddin UIN Jakarta. Deddy: “Yang penting, Jakarta. Deddy: “Yang penting, kami sah dulu secara agama.” kami sah dulu secara agama.”

Page 44: Pluralisme Agama

Abdurrahman Wahid:Abdurrahman Wahid:

• Bagi saya, peringatan Natal Bagi saya, peringatan Natal (Krismas) adalah peringatan kaum (Krismas) adalah peringatan kaum Muslimin juga. Kalau kita konsekuen Muslimin juga. Kalau kita konsekuen sebagai seorang Muslim merayakan sebagai seorang Muslim merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw, hari kelahiran Nabi Muhammad saw, maka adalah harus konsekuen maka adalah harus konsekuen merayakan malam Natal. (Pidato merayakan malam Natal. (Pidato pada Perayaan Natal Bersama, 27 pada Perayaan Natal Bersama, 27 Desember 1999)Desember 1999)

Page 45: Pluralisme Agama

Dr. Anis Malik Thoha:Dr. Anis Malik Thoha:

• Pluralisme Agama adalah sebuah Pluralisme Agama adalah sebuah agama baru, dengan konsep aqidah, agama baru, dengan konsep aqidah, syariat yang berbeda dengan agama-syariat yang berbeda dengan agama-agama yang ada. Begitu juga dengan agama yang ada. Begitu juga dengan konsep kenabian, dsb. Karena itu, konsep kenabian, dsb. Karena itu, wajar jika agama-agama yang ada wajar jika agama-agama yang ada menolaknya…menolaknya…

Page 46: Pluralisme Agama

Dominus Jesus (Dekrit Vatikan, 2001):Dominus Jesus (Dekrit Vatikan, 2001):

• Menolak paham Pluralisme Agama, juga Menolak paham Pluralisme Agama, juga menegaskan kembali bahwa Yesus Kristus menegaskan kembali bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara adalah satu-satunya pengantara keselamatan Ilahi dan tidak ada orang keselamatan Ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus, yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus, (Frans Magnis Suseno, (Frans Magnis Suseno, Menjadi Saksi Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat MajemukKristus di Tengah Masyarakat Majemuk). ).

Page 47: Pluralisme Agama

Frans Magnis Suseno:Frans Magnis Suseno:

• ‘‘Dominus Jesus’ itu sudah perlu dan Dominus Jesus’ itu sudah perlu dan tepat waktu. Pluralisme Agama tepat waktu. Pluralisme Agama hanya di permukaan saja kelihatan hanya di permukaan saja kelihatan lebih rendah hati dan toleran dari lebih rendah hati dan toleran dari pada sikap inklusif yang tetap pada sikap inklusif yang tetap meyakini imannya. meyakini imannya.

Page 48: Pluralisme Agama

Pluralisme bukan sekedar menghargai pluralitas agama Pluralisme bukan sekedar menghargai pluralitas agama tetapi sekaligus menganggap (penganut) agama lain tetapi sekaligus menganggap (penganut) agama lain setara dengan agamanya. Ini adalah sikap yang setara dengan agamanya. Ini adalah sikap yang mampu menerima dan menghargai dan memandang mampu menerima dan menghargai dan memandang agama lain sebagai agama yang baik dan benar, serta agama lain sebagai agama yang baik dan benar, serta mengakui adanya jalan keselamatan di dalamnya. Di mengakui adanya jalan keselamatan di dalamnya. Di satu pihak, jika tidak berhati-hati, sikap ketiga ini satu pihak, jika tidak berhati-hati, sikap ketiga ini dapat berbahaya dan menciptakan polarisasi iman. dapat berbahaya dan menciptakan polarisasi iman. Artinya, keimanannya atas agama yang diyakininya Artinya, keimanannya atas agama yang diyakininya pada akhirnya bisa memudar dengan sendirinya, pada akhirnya bisa memudar dengan sendirinya, tanpa intervensi pihak lain. (Poltak YP tanpa intervensi pihak lain. (Poltak YP Sibarani&Bernard Jody A. SiregarSibarani&Bernard Jody A. Siregar , , Beriman dan Beriman dan Berilmu: Panduan Pendidikan Agama Kristen untuk Berilmu: Panduan Pendidikan Agama Kristen untuk Mahasiswa,Mahasiswa, hal. 126) hal. 126)

Page 49: Pluralisme Agama

Fatwa MUI:Fatwa MUI:

• Pluralisme agama adalah suatu paham yang Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.berdampingan di surga.

Page 50: Pluralisme Agama

Fatwa MUI:Fatwa MUI:

• (1) Pluralisme, sekularisme dan liberalisme (1) Pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. bertentangan dengan ajaran agama Islam. (2) Umat Islam haram mengikuti paham (2) Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme Agama. (3) Agama. (3) Dalam masalah aqidah dan Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersifat eksklusif ibadah, umat Islam wajib bersifat eksklusif dalam artian haram mencampuradukkan dalam artian haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.

Page 51: Pluralisme Agama

• Kesalahan utama Pluralisme Agama Kesalahan utama Pluralisme Agama adalah menyamakan Islam dengan adalah menyamakan Islam dengan agama-agama lain. Padahal, Islam agama-agama lain. Padahal, Islam adalah satu-satunya agama wahyu. adalah satu-satunya agama wahyu. Konsep aqidah dan ibadah dalam Konsep aqidah dan ibadah dalam Islam dirumuskan berdasarkan al-Islam dirumuskan berdasarkan al-wahyu, yang diturunkan kepada wahyu, yang diturunkan kepada Rasulullah saw, dan bukan hasil Rasulullah saw, dan bukan hasil kreasi atau kongres para ulama.kreasi atau kongres para ulama.

Page 52: Pluralisme Agama

Karakteristik Islam:Karakteristik Islam:

• Islam agama wahyuIslam agama wahyu

• Islam sempurna dari awal dan tidak Islam sempurna dari awal dan tidak mengalami evolusi (5:3)mengalami evolusi (5:3)

• Nama Islam dari Allah (5:3)Nama Islam dari Allah (5:3)

• Hanya Islam agama yang benar Hanya Islam agama yang benar (3:19, 85)(3:19, 85)

Page 53: Pluralisme Agama

Allah

Islam

Page 54: Pluralisme Agama

Kaum Pluralis tidak rela kaum Muslim Kaum Pluralis tidak rela kaum Muslim meyakini Kitab Sucinya (al-Quran) meyakini Kitab Sucinya (al-Quran) sebagai satu-satunya mukjizat dan sebagai satu-satunya mukjizat dan kitab yang benar-benar suci, sehingga kitab yang benar-benar suci, sehingga kini mereka aktif menyerang kesucian kini mereka aktif menyerang kesucian dan otentisitas Kitab Suci al-Quran. dan otentisitas Kitab Suci al-Quran. Keyakinan umat Islam terhadap Keyakinan umat Islam terhadap kebenaran mutlak al-Quran dianggap kebenaran mutlak al-Quran dianggap sebagai sumber eksklusivisme Islam, sebagai sumber eksklusivisme Islam, karena itu perlu dibongkar.karena itu perlu dibongkar.

Page 55: Pluralisme Agama

Ulil Abshar Abdalla:Ulil Abshar Abdalla:

• ““Tapi, bagi saya, Tapi, bagi saya, all scriptures are all scriptures are miraclesmiracles, semua kitab suci adalah , semua kitab suci adalah mukjizat. (mukjizat. (Jawa PosJawa Pos, 11 Jan. 2004). , 11 Jan. 2004).

Page 56: Pluralisme Agama

Taufik Adnan Amal:Taufik Adnan Amal:

• “ “Uraian dalam paragraf-paragraf berikut Uraian dalam paragraf-paragraf berikut mencoba mengungkapkan secara ringkas mencoba mengungkapkan secara ringkas proses pemantapan teks dan bacaan proses pemantapan teks dan bacaan Alquran, sembari menegaskan bahwa proses Alquran, sembari menegaskan bahwa proses tersebut masih meninggalkan sejumlah tersebut masih meninggalkan sejumlah masalah mendasar, baik dalam ortografi masalah mendasar, baik dalam ortografi teks maupun pemilihan bacaannya, yang teks maupun pemilihan bacaannya, yang kita warisi dalam mushaf tercetak dewasa kita warisi dalam mushaf tercetak dewasa ini. Karena itu, tulisan ini juga akan ini. Karena itu, tulisan ini juga akan menggagas bagaimana menyelesaikan itu menggagas bagaimana menyelesaikan itu lewat suatu upaya penyuntingan lewat suatu upaya penyuntingan edisi edisi kritis Alquran.”kritis Alquran.” (Makalah, “Edisi Kritis al- (Makalah, “Edisi Kritis al-Quran”, dalam buku Quran”, dalam buku Wajah Liberal Islam di Wajah Liberal Islam di Indonesia” Indonesia” (tahun 2002, hal. 78) (tahun 2002, hal. 78)

Page 57: Pluralisme Agama

Taufik Adnan Amal:Taufik Adnan Amal:

• ““Terdapat berbagai laporan tentang Terdapat berbagai laporan tentang eksistensi bagian-bagian terhentu al-Quran eksistensi bagian-bagian terhentu al-Quran yang tidak direkam secara tertulis ke dalam yang tidak direkam secara tertulis ke dalam mushaf oleh komisi Zayd, dan karena itu mushaf oleh komisi Zayd, dan karena itu menggoyahkan otentisitas serta integritas menggoyahkan otentisitas serta integritas kodifikasi Utsman…Dengan demikian, kodifikasi Utsman…Dengan demikian, pandangan dunia tradisional telah pandangan dunia tradisional telah melakukan sakralisasi terhadap suatu bentuk melakukan sakralisasi terhadap suatu bentuk tulisan yang lazimnya dipandang sebagai tulisan yang lazimnya dipandang sebagai produk budaya manusia.” (produk budaya manusia.” (Rekonstruksi Rekonstruksi Sejarah al-QuranSejarah al-Quran” (2005, hal. 379-381) ” (2005, hal. 379-381)

Page 58: Pluralisme Agama

Luthfie Assyaukani:Luthfie Assyaukani:

• ““Sebagian besar kaum Muslim meyakini Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa AlQuran dari halaman pertama hingga bahwa AlQuran dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara diturunkan kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma'nan). Keyakinan maupun maknanya (ma'nan). Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisan doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisan AlQuran sendiri sesungguhnya penuh dengan AlQuran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik (tipu daya), dan rekayasa.”intrik (tipu daya), dan rekayasa.”

Page 59: Pluralisme Agama

Sumanto Alqurtuby:Sumanto Alqurtuby:

““Di sinilah maka tidak terlalu Di sinilah maka tidak terlalu meleset jika dikatakan, al-Quran, meleset jika dikatakan, al-Quran,

dalam batas tertentu, adalah dalam batas tertentu, adalah “perangkap” yang dipasang “perangkap” yang dipasang

bangsa Quraisy (a trap of bangsa Quraisy (a trap of Quraisy).” (Buku Quraisy).” (Buku Lubang Hitam Lubang Hitam

AgamaAgama, hal. 65)., hal. 65).

Page 60: Pluralisme Agama

• Tanpa menegasikan besarnya peran yang Tanpa menegasikan besarnya peran yang dimainkan Mushaf Utsmani dalam dimainkan Mushaf Utsmani dalam mentransformasikan pesan Tuhan, kita mentransformasikan pesan Tuhan, kita terlebih dulu menempatkan Mushaf terlebih dulu menempatkan Mushaf Utsmani itu setara dengan teks-teks lain. Utsmani itu setara dengan teks-teks lain. Dengan kata lain, Mushaf itu tidak sacral Dengan kata lain, Mushaf itu tidak sacral dan absolute, melainkan profan dan dan absolute, melainkan profan dan fleksibel. Yang sakral dan absolut hanyalah fleksibel. Yang sakral dan absolut hanyalah pesan Tuhan yang terdapat di dalamnya, pesan Tuhan yang terdapat di dalamnya, yang masih dalam proses pencarian. yang masih dalam proses pencarian. Karena itu, kini kita diperkenankan Karena itu, kini kita diperkenankan bermain-main dengan Mushaf tersebut, bermain-main dengan Mushaf tersebut, tanpa ada beban sedikitpun,tanpa ada beban sedikitpun, beban beban sakralitas yang melingkupi perasaan dan sakralitas yang melingkupi perasaan dan pikiran kita.” (pikiran kita.” (Aksin Wijaya,Aksin Wijaya, “ “Menggugat Menggugat Otentisitas Wahyu TuhanOtentisitas Wahyu Tuhan” (Tesis Master di ” (Tesis Master di IAIN Yogya), (2004), hal. 123) IAIN Yogya), (2004), hal. 123)

Page 61: Pluralisme Agama

Sumanto Alqurtuby:Sumanto Alqurtuby:

• ““Maka, penjelasan mengenai al-Quran sebagai Maka, penjelasan mengenai al-Quran sebagai “Firman Allah” sungguh tidak memadai justru “Firman Allah” sungguh tidak memadai justru

dari sudut pandang internal, yakni proses dari sudut pandang internal, yakni proses kesejarahan terbentuknya teks al-Quran (dari kesejarahan terbentuknya teks al-Quran (dari

komunikasi lisan ke komunikasi tulisan) komunikasi lisan ke komunikasi tulisan) maupun aspek material dari al-Quran sendiri maupun aspek material dari al-Quran sendiri yang dipenuhi ambivalensi. Karena itu tidak yang dipenuhi ambivalensi. Karena itu tidak pada tempatnya, jika ia disebut “Kitab Suci” pada tempatnya, jika ia disebut “Kitab Suci”

yang disakralkan, dimitoskan.” (hal. 66)yang disakralkan, dimitoskan.” (hal. 66)

Page 62: Pluralisme Agama

• ““Pembukuan Al-Quran dalam satu versi mushhaf Pembukuan Al-Quran dalam satu versi mushhaf ‘Utsmani juga merupakan praktik kekuasaan ‘Utsmani juga merupakan praktik kekuasaan pelanjut negara Quraisy, dan ini juga hasil dari pelanjut negara Quraisy, dan ini juga hasil dari Tahun Delegasi yang mengokohkan negara baru Tahun Delegasi yang mengokohkan negara baru Quraisy. Tujuh versi dialek (Quraisy. Tujuh versi dialek (sab’atu ahrufsab’atu ahruf) dan ) dan beberapa periwayatan yang berbeda dari Al-beberapa periwayatan yang berbeda dari Al-Quran, dituntaskan dengan despotisme ‘Utsman. Quran, dituntaskan dengan despotisme ‘Utsman. Mereka yang tidak tunduk pada Quraisy dikejar-Mereka yang tidak tunduk pada Quraisy dikejar-kejar. Salah satunya adalah Ibnu Mas’ud, seorang kejar. Salah satunya adalah Ibnu Mas’ud, seorang sahabat nabi yang sangat dekat dan ahli Al-Quran sahabat nabi yang sangat dekat dan ahli Al-Quran yang kemudian dikirm ke Irak, ketika memprotes yang kemudian dikirm ke Irak, ketika memprotes tindakan despotis menunggalkan corpus mushhaf tindakan despotis menunggalkan corpus mushhaf Al-Quran dengan kepanitiaan yang dibentuk Al-Quran dengan kepanitiaan yang dibentuk ‘Utsman, harus menjalani berbagai cambukan ‘Utsman, harus menjalani berbagai cambukan dan tempelengan.dan tempelengan. (Lihat, pengantar penerbit (Lihat, pengantar penerbit untuk buku “untuk buku “Negara Madinah”, Negara Madinah”, karya Khalil karya Khalil Abdul Karim (Yogyakarta: LKIS, 2005). Abdul Karim (Yogyakarta: LKIS, 2005).

Page 63: Pluralisme Agama

•Jadi, paham Pluralisme Agama Jadi, paham Pluralisme Agama – yang membenarkan semua – yang membenarkan semua agama dan kepercayaan – agama dan kepercayaan – adalah nyata-nyata paham adalah nyata-nyata paham syirik modern yang dikemas syirik modern yang dikemas dan dibungkus dengan canggih dan dibungkus dengan canggih dan kata-kata indah untuk dan kata-kata indah untuk menyesatkan umat Islam. menyesatkan umat Islam.

Page 64: Pluralisme Agama

• Dan demikianlah Kami jadikan bagi Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya membisikkan kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. untuk menipu. (QS Al-An’am:112)(QS Al-An’am:112)

Page 65: Pluralisme Agama

Sungguh telah kafirlah orang-orang yang Sungguh telah kafirlah orang-orang yang menyatakan bahwa Allah adalah salah menyatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tigasatu dari yang tiga. (QS 5:73). (QS 5:73)

Padahal mereka tidak membunuhnya dan Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi (yang mereka tidak menyalibnya, tetapi (yang mereka salib) ialah orang yang diserupakan salib) ialah orang yang diserupakan dengan Isa a.s. bagi merekadengan Isa a.s. bagi mereka. (QS 4:157). (QS 4:157)

Page 66: Pluralisme Agama

Sesungguhnya orang-orang kafir yakni Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik ahli kitab dan orang-orang musyrik akan masuk neraka jahannam, akan masuk neraka jahannam, mereka kekal didalamnya. Mereka itu mereka kekal didalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.adalah seburuk-buruk makhluk. (QS (QS 98:6)98:6)

Page 67: Pluralisme Agama

Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Pemurah mempunyai anak. Sesungguhnya kalian telah Sesungguhnya kalian telah mendatangkan perkara yang sangat mendatangkan perkara yang sangat munkar. Hampir-hampir langit pecah munkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung runtuh; karena mereka dan gunung runtuh; karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.mempunyai anak. (QS 19:88-91) (QS 19:88-91)

Page 68: Pluralisme Agama

Rasulullah saw:Rasulullah saw:

• .      “Demi Dzat yang menguasai jiwa .      “Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nashrani yang baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang diriku dari Umat mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali ia akan menjadi bawa kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim)penghuni neraka.” (HR Muslim)

Page 69: Pluralisme Agama

•Problematika dan kondisi Problematika dan kondisi Bible dan Teologi Kristen, Bible dan Teologi Kristen, serta agama-agama suku serta agama-agama suku

(tribal religion)(tribal religion)

Page 70: Pluralisme Agama

Prof. Bruce M. Metzger:Prof. Bruce M. Metzger:

Dua kondisi yang selalu dihadapi oleh Dua kondisi yang selalu dihadapi oleh penafsir Bible, yaitu (1) tidak adanya penafsir Bible, yaitu (1) tidak adanya dokumen Bible yang original saat ini, dokumen Bible yang original saat ini, dan (2) bahan-bahan yang ada pun dan (2) bahan-bahan yang ada pun

sekarang ini bermacam-macam, sekarang ini bermacam-macam, berbeda satu dengan lainnya. berbeda satu dengan lainnya. ((A A

Textual Commentaary on the Greek New Textual Commentaary on the Greek New TestamentTestament”, United Bible Societies, 1975) ”, United Bible Societies, 1975)

Page 71: Pluralisme Agama

Richard Elliot Friedman,Richard Elliot Friedman,Who Wrote the Who Wrote the Bible?Bible?

It is a strange fact that we have It is a strange fact that we have never known with certainty who never known with certainty who produced the book that has played produced the book that has played a central role in our civilization… a central role in our civilization… Five Book of Moses… adalah teka-Five Book of Moses… adalah teka-teki paling tua di dunia (It is one of teki paling tua di dunia (It is one of the oldest puzzles in the world).the oldest puzzles in the world).

Page 72: Pluralisme Agama

Syahadat Nicea (versi Syahadat Nicea (versi Katolik):Katolik):““Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang

Mahakuasa, Pencipta segala yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari

Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi

tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, melalui dia segala sesuatu menjadi melalui dia segala sesuatu menjadi

ada…” ada…”

Page 73: Pluralisme Agama

Perubahan syahadat Nicea:Perubahan syahadat Nicea:

• Konsili Efesus,431, melarang perubahan Konsili Efesus,431, melarang perubahan apa pun pada ‘Syahadat Nicea’, dengan apa pun pada ‘Syahadat Nicea’, dengan ancaman kutukan Gereja (anathema). ancaman kutukan Gereja (anathema).

• Konsili Kalsedon, 451, mengubah Konsili Kalsedon, 451, mengubah ‘Syahadat Nicea’. Kutukan thd Arius ‘Syahadat Nicea’. Kutukan thd Arius dihapus.dihapus.

• Konsili Toledo III, 589, Gereja Barat Konsili Toledo III, 589, Gereja Barat menambah frasa “dan Putra” (Filioque), menambah frasa “dan Putra” (Filioque), pada penggal kalimat “dan akan Roh pada penggal kalimat “dan akan Roh Kudus … yang berasal dari Bapa”. Kudus … yang berasal dari Bapa”.

• Konsili Vatikan II, 1962-65, mengganti kata Konsili Vatikan II, 1962-65, mengganti kata pembuka “Aku percaya” menjadi “Kami pembuka “Aku percaya” menjadi “Kami percaya”.percaya”.

Page 74: Pluralisme Agama

Thomas Aquinas:Thomas Aquinas:

• “… “… deum esse trinum et unum est deum esse trinum et unum est solum creditum, et nullo modo potest solum creditum, et nullo modo potest demonstrative probari” (That God is demonstrative probari” (That God is three and one is only known by three and one is only known by belief, and it is in no way possible for belief, and it is in no way possible for this to be demonstratively proven by this to be demonstratively proven by reason).reason).

Page 75: Pluralisme Agama

St. Augustine (de Trinitate):St. Augustine (de Trinitate):

““Credo ut intellegam” (Aku percaya Credo ut intellegam” (Aku percaya supaya aku bisa mengerti) supaya aku bisa mengerti)

Page 76: Pluralisme Agama

Tertullian:Tertullian:

Credo quia absurdum!” (Aku beriman Credo quia absurdum!” (Aku beriman justru karena doktrin tersebut tidak justru karena doktrin tersebut tidak masuk akal). ‘absurdum’= masuk akal). ‘absurdum’= irrational, irrational, senseless, against reason or common senseless, against reason or common

sense, clearly false or foolish, and sense, clearly false or foolish, and ridiculousridiculous. .

Page 77: Pluralisme Agama

I say quite deliberately that the Christian Religion, as organized in its Churches, has been and still is the principal enemy of moral progress in the world.

(Bertrand Russel, dalam Why I am Not A Christian)

Page 78: Pluralisme Agama

Kitab Darmogandhul:Kitab Darmogandhul:

““Akan tetapi bangsa Islam, jika Akan tetapi bangsa Islam, jika diperlakukan dengan baik, mereka diperlakukan dengan baik, mereka membalas jahat. Ini adalah sesuai membalas jahat. Ini adalah sesuai dengan zikir mereka. Mereka menyebut dengan zikir mereka. Mereka menyebut nama Allah, memang Ala (jahat) hati nama Allah, memang Ala (jahat) hati orang Islam. Mereka halus dalam orang Islam. Mereka halus dalam lahirnya saja, dalam hakekatnya mereka lahirnya saja, dalam hakekatnya mereka itu terasa pahit dan masin.” (Terjemahan itu terasa pahit dan masin.” (Terjemahan Prof. HM Rasjidi)Prof. HM Rasjidi)

Page 79: Pluralisme Agama

Kitab Darmogandhul:Kitab Darmogandhul:

Adapun orang yang menyebut nama Adapun orang yang menyebut nama Muhammad, Rasulullah, nabi terakhir. Muhammad, Rasulullah, nabi terakhir. Ia sesungguhnya melakukan zikir Ia sesungguhnya melakukan zikir salah. Muhammad artinya Makam atau salah. Muhammad artinya Makam atau kubur. Ra-su-lu-lah, artinya rasa yang kubur. Ra-su-lu-lah, artinya rasa yang salah. Oleh karena itu ia itu orang gila, salah. Oleh karena itu ia itu orang gila, pagi sore berteriak-teriak, dadanya pagi sore berteriak-teriak, dadanya ditekan dengan tangannya, berbisik-ditekan dengan tangannya, berbisik-bisik, kepala ditaruh di tanah berkali-bisik, kepala ditaruh di tanah berkali-kali.”kali.”

Page 80: Pluralisme Agama

Kitab Darmogandhul:Kitab Darmogandhul:

• ““Saya mengira, hal yang menyebabkan Saya mengira, hal yang menyebabkan santri sangat benci kepada anjing, tidak santri sangat benci kepada anjing, tidak sudi memegang badannya atau sudi memegang badannya atau memakan dagingnya, adalah karena ia memakan dagingnya, adalah karena ia suka bersetubuh dengan anjing di waktu suka bersetubuh dengan anjing di waktu malam. Baginya ini adalah halal malam. Baginya ini adalah halal walaupun dengan tidak pakai nikah. walaupun dengan tidak pakai nikah. Inilah sebabnya mereka tidak mau Inilah sebabnya mereka tidak mau makan dagingnya.”makan dagingnya.”