PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of...

112
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS UNTUK KASUS SECTIO CAESAREA (SC) DI RS PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Jessica Christy Sitio NIM: 118114140 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)

PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS

UNTUK KASUS SECTIO CAESAREA (SC)

DI RS PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Jessica Christy Sitio

NIM: 118114140

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

i

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)

PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS

UNTUK KASUS SECTIO CAESAREA (SC)

DI RS PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Jessica Christy Sitio

NIM: 118114140

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

ii

Persetujuan Pembimbing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang

ada pada-Ku mengenai kamu, demikian firman TUHAN,

yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan

kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harapan.”

Yeremia 29:11

“I tried to do my best

To do the best I could

I had to give my all

It's what I had to do

And I'd do it all again

And that's the honest truth

I did it for you”

(I Did It For You –Westlife)

Kupersembahkan untuk:

Tuhanku Yesus Kristus

Babe, Mama, dan kakak terkasihku

Almamaterku dan semua yang telah mendukungku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Penggunaan Antibiotika

Profilaksis untuk Kasus Sectio Caesarea (SC) di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Januari-Juni 2014” sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dari banyak pihak. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Direktur RS Panti Rini Yogyakarta atas ijin yang telah diberikan kepada

penulis untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini Yogyakarta

2. Kepala Apoteker, Kepala Personalia, dan Kepala Rekam Medik berserta

seluruh masing-masing staf bagian di RS Panti Rini Yogyakarta atas arahan

dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses pengambilan

data.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

viii

4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, dan Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., Apt.,

M.Sc. sebagai dosen penguji atas kritik dan saran yang membangun yang

diberikan selama penyelesaian skripsi.

5. Kedua orangtua, Sudirman Sitio, S.H. dan Osna Simatupang serta kakak

tercinta, Eva Yulia Janice atas kasih sayang, doa, dukungan, arahan, dan

pengertian serta berbagai bantuan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini.

6. Teman-teman seperjuangan DeRealPrincesses, Adel, Anes, dan Lulik atas

kerjasama, bantuan, dan informasi yang selalu dibagikan dalam proses

penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

7. Dodi Setiawan atas doa, dukungan, pengertian dan bantuan yang diberikan

selama penyusunan skripsi ini.

8. Rika Nofitasari, AMd.Keb. dan Almas Azifa Dina, AMd.Keb. atas

informasi, semangat, dan bantuan yang diberikan selama penyelesaian

skripsi ini.

9. Teman-teman FSM D, FKK B, dan angkatan 2011, serta teman-teman

lainnya yang menemani penulis dalam berbagai kegiatan selama menempuh

perkuliahan jenjang S1 yang telah berbagi cerita, semangat, dan berbagai

ilmu yang mendukung dalam penyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang secara

langsung maupun tidak langsung turut serta membantu kelancaran penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi

PRAKATA ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

INTISARI .......................................................................................................... xvi

ABSTRACT ........................................................................................................ xvii

BAB I PENGANTAR ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1. Perumusan Masalah ........................................................................ 3

2. Keaslian Penelitian .......................................................................... 3

3. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1. Tujuan Umum ................................................................................. 5

2. Tujuan Khusus ................................................................................ 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Sectio Caesarea ..................................................................................... 7

B. Infeksi Pasca SC .................................................................................... 8

1. Faktor Risiko ................................................................................... 14

2. Pencegahan ...................................................................................... 15

C. Antibiotika Profilaksis .......................................................................... 16

1. Prinsip Penggunaan ......................................................................... 17

2. Klasifikasi Antibiotika Profilaksis .................................................. 21

3. Rekomendasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Untuk Sectio

Cesarea ........................................................................................... 22

D. Drug Related Problems (DRPs) ............................................................ 26

E. Keterangan Empiris ............................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 29

B. Variabel ................................................................................................. 29

C. Definisi Operasional .............................................................................. 29

D. Subjek Penelitian ................................................................................... 30

E. Bahan Penelitian .................................................................................... 31

F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 31

G. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 31

H. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 32

1. Tahap Persiapan .............................................................................. 32

2. Tahap Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................. 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xii

3. Tahap Pengumpulan ........................................................................ 33

4. Tahap Analisis Data ........................................................................ 33

I. Tata Cara Analisis Hasil ........................................................................ 34

1. Karakteristik Pasien ........................................................................ 34

2. Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis ...................................... 34

3. Drug Related Problems (DRPs) ...................................................... 36

J. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 38

A. Karakteristik Pasien .............................................................................. 38

B. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis .............................................. 40

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) ............................................. 47

1. Obat tidak diperlukan ...................................................................... 48

2. Obat tidak efektif ............................................................................. 48

3. Dosis kurang ................................................................................... 50

4. Dosis berlebih ................................................................................. 52

5. Perlu tambahan obat ........................................................................ 53

6. Efek samping obat ........................................................................... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 56

A. Kesimpulan ........................................................................................... 56

B. Saran ...................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59

LAMPIRAN ...................................................................................................... 64

BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan evaluasi

penggunaan antibiotika profilaksis .............................................. 4

Tabel II. Karakteristik pasien dan operasi yang dapat meningkatkan

risiko infeksi ................................................................................. 14

Tabel III. Rekomendasi dosis dan dosis berulang beberapa antibiotika

profilaksis ..................................................................................... 25

Tabel IV. Karakteristik pasien SC di RS Panti Rini Yogyakarta periode

Januari-Juni 2014 ......................................................................... 38

Tabel V. Antibiotika profilaksis yang diterima pasien SC di RS Panti Rini

Yogyakarta periode Januari-Juni 2014 ........................................ 42

Tabel VI. Pola cara pemberian antibiotika profilaksis pada pasien SC di

Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014 ....................... 44

Tabel VII. Pola dosis antibiotika profilaksis yang diberikan pada pasien SC

di Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014 ................... 45

Tabel VIII. Jenis DRPs penggunaan antibitika profilaksis pada kasus SC di

Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014 ....................... 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Surgical Site Infection berdasarkan tempat terjadinya infeksi ..... 12

Gambar 2. Pola waktu pemberian antibiotika profilaksis pada pasien pasien

SC di Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014 ............ 46

Gambar 3. Pola durasi pemberian antibiotika profilaksis pada pasien pasien

SC di Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014 .............. 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analasis Drug Related Problems (DRPs) pada Penggunaan

Antibiotika Profilaksis untuk Kasus Sectio Caesarea (SC) di RS

Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juni 2014 ........................ 65

Lampiran 2. Hasil Wawancara Peneliti dengan Apoteker Di Rumah Sakit

Panti Rini Mengenai Peresepan Antibiotika Profilaksis untuk

SC ................................................................................................. 92

Lampiran 3. Hasil Wawancara Peneliti dengan Salah Satu Dokter Bedah SC

Di Rumah Sakit Panti Rini Mengenai Peresepan Antibiotika

Profilaksis untuk SC ..................................................................... 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xvi

INTISARI

Peningkatan kejadian operasi sesar (sectio caesarea) diikuti pula dengan

tingginya risiko infeksi pasca operasi. Ketepatan penggunaan antibiotika

profilaksis menjadi salah satu kunci penting untuk meminimalkan infeksi tersebut.

Tingginya penggunaan antibiotika sebagai profilaksis bedah khususnya pada

operasi sesar memungkinkan timbulnya berbagai permasalahan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi drug related problems (DRPs) pada

penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus operasi sesar.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case

series yang bersifat retrospektif dengan menggunakan lembar rekam medik.

Kriteria inklusi penelitian ini yaitu pasien bukan rujukan yang menjalani operasi

sesar di RS Panti Rini Yogyakarta pada bulan Januari hingga Juni 2014 dan

mendapat terapi antibiotika profilaksis. Kriteria eksklusinya adalah pasien dengan

data rekam medik yang tidak lengkap, tidak terbaca, dan tidak dapat dikonfirmasi.

Adanya drug related problems diidentifikasi menggunakan metode SOAP

(Subyek, Obyek, Assessement, Plan/ recommendation). Faktor-faktor pemilihan

antibiotika profilaksis diperoleh dengan melakukan wawancara.

Terdapat 27 pasien yang memenuhi kriteria penelitian sebagai subjek

penelitian. Evaluasi DRPs penggunaan antibiotika profilaksis menunjukkan

adanya 1 kasus obat tidak diperlukan, 7 kasus obat tidak efektif, 27 kasus dosis

kurang, 27 dosis berlebih, 14 kasus butuh tambahan obat, dan 13 kasus efek

samping obat.

Kata kunci: antibiotika profilaksis, operasi sesar, sectio caesarea, drug related

problems

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

xvii

ABSTRACT

An increasing of caesarean section (sectio caesarea) is followed by a high

risk of infection that came after surgery. Accuracy of the use of prophylaxis

antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The high use of

antibiotic as surgical prophylaxis especially in caesarean section may leads to

some problems. This research aimed to identify drug-related problems (DRPs) of

the use prophylaxis antibiotics in caesarean section cases.

This research was an observasional research with case series design,

retrospectively using medical record sheets. Inclusion criteria of this research

were patients who had caesarean section at RS Panti Rini Yogyakarta in January

to June 2014 and received prophylaxis antibiotics. Exclusion criteria were

incomplete and difficult to read medical records. Analyze of DRPs was identified

using SOAP (Subject, Object, Assessement, and Plan/ recommendation) method.

Factors of prophylaxis antibiotic selection were obtained by interviews.

There were 27 patients to be subjects which according to the criteria.

Evaluation DRPs of the use of prophylaxis antibiotic showed one case of

unnecessary drug, 7 cases of ineffective drug, 27 cases of dose to low, 27 cases of

dose to high, 14 cases of need additional therapy, and 13 cases of potential

adverse drug reaction.

Keywords: prophylaxis antibiotic, caesarean section, sectio caesarea, drug

related problems.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kejadian sectio caesarea (SC) di seluruh dunia tinggi dan terus

mengalami peningkatan terutama pada negara-negara berkembang. Di Indonesia,

secara umum proporsi kelahiran dengan SC yaitu sebesar 9,8%. Untuk daerah

provinsi DI Yogyakarta sendiri proporsi kelahiran melalui SC mencapai 15%-

20%. Angka ini menempati urutan keempat tertinggi setelah provinsi DKI Jakarta,

Kepulauan Riau, dan Bali (Kemenkes RI, 2013; Lauer, et al., 2010).

Sectio caesarea atau yang lebih dikenal dengan operasi sesar merupakan

operasi yang memiliki potensi yang besar dalam proses kelahiran khususnya

untuk kasus kelahiran yang tidak memungkinkan melalui jalur vaginam. Akan

tetapi, jalur ini juga tidak lepas dari risiko mortalitas dan morbiditas yang besar

bagi ibu dan bayi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca SC

adalah infeksi (Khan, 2006). Persalinan dengan SC memiliki risiko infeksi hingga

80 kali lebih tinggi dari persalinan per vaginam. Pencegahan infeksi pada luka

operasi tersebut dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika profilaksis

(Pernoll, 2001).

Penggunaan antibiotika sebanyak 33%-50% di rumah sakit ditujukan

sebagai profilaksis bedah. Sebanyak 30%-90% penggunaan tersebut tidak tepat,

terutama pada waktu pemberian dan durasi. Intensitas penggunaan antibiotika

sebagai profilaksis yang relatif tinggi dapat menimbulkan berbagai permasalahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

2

Selain risiko morbiditas dan mortalitas, permasalahan resistensi bakteri terhadap

antibiotika juga menjadi ancaman. Tingginya insiden resistensi antibiotika di

seluruh dunia memiliki dampak yang signifikan terhadap masalah kesehatan

masyarakat, terutama pada masalah dalam terapi (Radji, Aini, and Fauziyah,

2014; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Masalah yang tidak diharapkan yang dapat mengganggu pencapaian

tujuan terapi dikenal dengan drug related problems (DRPs). Masalah tersebut

dapat terjadi secara aktual maupun potensial. DRPs aktual merupakan masalah

yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada pasien.

DRPs potensial merupakan masalah yang diperkirakan akan terjadi berkaitan

dengan terapi yang sedang diberikan pada pasien. Kategori DRPs meliputi obat

tidak diperlukan, perlu obat tambahan, obat tidak efektif, dosis rendah, efek

samping obat, dosis berlebih, dan kepatuhan pasien (Cipolle, Strand, Morley,

Ramsey, and Lamsam 2004).

Rumah Sakit Panti Rini merupakan rumah sakit swasta tipe D yang

terletak di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Rumah sakit ini melayani persalinan

dengan operasi sesar dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk operasi

sesar. Setidaknya pada bulan Januari hingga Juni 2014 tercatat ada 78 kejadian

operasi sesar termasuk pasien rujukan (Surveilans RS Panti Rini, 2014).

Evaluasi DRPs merupakan bagian dari tugas kefarmasian sebagai

penerapan pharmaceutical care. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan

evaluasi DRPs pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus (SC) di RS

Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014. Hasil penelitian ini diharapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

3

dapat membantu memaparkan sekaligus memecahkan masalah terkait antibiotika

profilaksis khususnya pada kasus persalinan dengan cara operasi sesar.

1. Perumusan masalah

a. Seperti apakah karakteristik pasien sectio caesarea (SC) yang meliputi

usia ibu, usia kehamilan, riwayat SC, dan jenis SC?

b. Seperti apakah pola penggunaan antibiotika profilaksis untuk pasien SC

yang meliputi jenis antibiotika, waktu pemberian, cara pemberian, dosis,

dan durasi pemberiannya?

c. Apakah terdapat drug related problems (DRPs) meliputi butuh tambahan

obat, obat tidak diperlukan, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis berlebih,

dan efek samping obat?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, penelitian mengenai

evaluasi drug related problem pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk

kasus sectio caesarea di Rumah Sakit Sakit Panti Rini Yogyakarta periode

Januari-Juni 2014 belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian sejenis dan

berhubungan dengan evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis yang pernah

dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel I.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

4

Tabel I. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan evaluasi

penggunaan antibiotika profilaksis

Judul dan penulis Hasil penelitian

Evaluasi penggunaan antibiotika

profilaksis pada pasien yang menjalani

operasi sesar pada bulan Agustus dan

September 2007 di RS Panti Rapih oleh

(Arisandy, 2008).

Dari 49 subyek uji, ditemukan 8 kasus

obat tidak diperlukan, 5 kasus obat

salah, 12 kasus dosis terlalu rendah, dan

41 kasus efek samping obat

Kajian penggunaan antibiotika

profilaksis dan evaluasi drug related

problem-nya pada bedah orthopedi

kasus fraktur di unit bedah RS Panti

Rapih Yogyakarta periode Agustus-

September 2007 (Utami, 2008).

Dari 101 subyek uji, ditemukan 1 kasus

obat tanpa indikasi, 44 kasus dosis

terlalu rendah, 24 kasus efek samping

obat, dan 54 kasus dosis terlalu tinggi.

Evaluasi drug related problems pada

pasien operasi sesar (caesarean section)

di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2008

(Alifa, 2011).

Dari 38 subyek uji, ditemukan 12 kasus

dosis terlalu rendah, 4 kasus dosis

terlalu tinggi, 5 kasus efek samping

obat, dan 2 kasus obat tidak

dibutuhkan.

Evaluasi penggunaan antibiotika

profilaksis pada pasien yang menjalani

operasi apendisitis akut di RS Panti

Rapih tahun 2009 (Dewi, 2012).

Dari 82 subyek uji, menunjukkan

sebanyak 49% subyek diberikan

antibiotika profilaksis lebih dari 1 jam

sebelum operasi, 54% subjek diberikan

antibiotika profilaksis pada dosis 2

gram, dan 56% subyek diberikan

antibiotika profilaksis dengan lama

pemberian 1 hari.

Analysis of Perioperative Use of

Prophylactic Antibiotics for Patients

Undergoing Cesarean Section in

Xiamen Lianhua Hospital (Liu, Li, Lin,

Zhan, and Hong, 2013).

Dari 200 kasus, menunjukkan 98.5%

kasus menerima antibiotika tunggal,

seluruh antibotika profilaksis diberikan

saat operasi setelah pemutusan tali

pusar, dan 64% antibiotika diberikan

selama 24 jam.

Evaluasi kualitas penggunaan

antibiotika profilaksis pada pasien

bedah caesar di Rumah Sakit Ibu dan

Anak Sakina Idaman Yogyakarta

periode Januari-Desember 2012

(Saraswati, 2013).

Dari 164 subyek uji, menunjukkan

ketepatan jenis antibiotika sebesar

25,61%, ketepatan rute pemberian

sebesar 100%, ketepatan dosis,

frekuensi dan durasi sebesar 5,49%,

serta ketepatan waktu pemberian

sebesar 68,29%.

Efektivitas penggunaan antibiotika

profilaksis pada pasien bedah sesar

(sectio caesarea) di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Moewardi tahun

2013 (Purnamaningrum, 2014)

Pemberian ceftriaxone iv dengan dosis

1 gram efektif (tidak muncul infeksi

pasca bedah sesar) pada 17% pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

5

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Perbedaan

terletak pada tempat penelitian, periode data yang diteliti, hal yang diteliti, dan

metode penelitian. Penelitian ini dilakukan di RS Panti Rini dengan menggunakan

data rekam medik periode Januari-Juni 2014. Hal yang diteliti pada penelitian ini

adalah evaluasi DRPs penggunaan antibiotika profilaksis pada SC. Perbedaan

metode penelitian pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas yaitu

pada metode penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah case

series dan terdapat tahap uji coba instrumen.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber

informasi mengenai penggunaan antibiotika profilaksis khususnya pada

prosedur SC.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

evaluasi bagi farmasis dan tenaga kesehatan lainnya terkait penggunaan

antibiotika profilaksis untuk SC sehingga dapat meningkatkan kualitas

terapi.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi drug related problems

(DRPs) pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus sectio caesarea (SC)

di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni tahun 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

6

2. Tujuan Khusus

a. Memberi gambaran karakteristik pasien SC yang meliputi usia ibu, usia

kehamilan, riwayat SC, dan jenis SC.

b. Mengidentifikasi pola peresepan antibiotika pada pasien meliputi jenis,

waktu pemberian, cara pemberian, dosis, dan durasi pemberian.

c. Mengevaluasi DRPs meliputi butuh tambahan obat, obat tidak diperlukan,

obat tidak efektif, dosis kurang, dosis berlebih, dan efek samping obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea

Operasi sesar atau sectio caesarea (SC) adalah prosedur pembedahan di

mana sayatan dibuat melalui perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk

mengeluarkan bayi. Sayatan dibuat baik secara horisontal maupun vertikal di

dalam rahim. Pada beberapa kondisi, kecil kemungkinannya untuk mencoba

melahirkan melalui vagina di kehamilan berikutnya (Thapa, et al., 2012).

Operasi sesar dapat dilakukan atas permintaan pasien dengan

pertimbangan tenaga medis. Pada umumnya operasi sesar dilakukan bila

persalinan tidak dapat dilakukan melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik, sudah

pernah melakukan operasi sesar sebelumnya, gawat janin, dan prolaps tali adalah

beberapa indikasi umum dari kelahiran sesar (Shamna, Kalaichelvan, Marickar,

and Deepu, 2014).

Keputusan untuk melakukan SC didasarkan pada pertimbangan

keamanan. Pada kondisi tertentu, operasi sesar lebih aman untuk ibu dan bayi

daripada persalinan normal. Beberapa pertimbangan sehingga dokter memutuskan

untuk melakukan operasi sesar menurut Mayo Clinic Staff (2012), yaitu:

1. Persalinan normal tidak berjalan dengan lancar.

2. Bayi tidak mendapatkan cukup oksigen.

3. Bayi berada dalam posisi yang abnormal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

8

4. Bayi kembar; kembar tiga atau lebih.

5. Ada masalah dengan plasenta pasien

6. Ada masalah dengan tali pusar.

7. Ibu memiliki masalah kesehatan, seperti penyakit jantung yang tidak stabil

atau tekanan darah tinggi, dan infeksi yang dapat ditularkan kepada bayi

selama persalinan pervaginam seperti herpes genital atau HIV.

8. Bayi memiliki masalah kesehatan, misalnya hidrosefalus.

9. Riwayat sesar sebelumnya.

Risiko yang mungkin terjadi setelah persalinan dengan operasi sesar

adalah infeksi. Infeksi pada atau di sekitar lokasi sayatan umum terjadi pasca

operasi, termasuk operasi sesar. Infeksi pasca operasi sesar dapat berupa infeksi

endometritis yang merupakan peradangan dan infeksi pada selaput yang melapisi

rahim (Mayo Clinic Staff, 2012).

B. Infeksi Pasca SC

Infeksi adalah masuknya mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan

jamur yang mampu menyebabkan trauma atau kerusakan pada tubuh atau

jaringan. Mikroorganisme penginfeksi dapat muncul pada kulit atau jaringan

lunak. Bakteri dapat menimbulkan beberapa efek patogennya dengan melepaskan

beberapa senyawa, antara lain enzim (misalnya hemolisin, streptokinase,

hialuronidase), eksotoksin yang dilepaskan terutama Gram positif (misalnya

tetanus, difteri), atau endotoksin berupa lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dari

dinding sel saat kematian bakteri (Grace dan Borley, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

9

Infeksi pasca persalinan umum terjadi setelah operasi sesar. Infeksi dapat

terjadi pada luka bekas sayatan operasi yang disebut dengan surgical site infection

(SSI) yang ditandai dengan gejala inflamasi seperti, demam, kemerahan, nyeri,

dan bengkak khususnya pada daerah bekas sayatan. Adanya nanah atau pus,

purulen dari luka, ditemukannya bakteri yang diisolasi dari cairan tersebut, dan

kenaikan nilai leukosit dalam darah, khususnya netrofil juga menjadi tandab

adanya infeksi (Singhal, 2014).

Sumber infeksi utama pada sebagian besar kejadian infeksi luka operasi

adalah mikroorganisme endogen yang ada pada pasien itu sendiri. Semua pasien

memiliki koloni bakteri, jamur dan virus sampai dengan 3 juta kuman per

sentimeter persegi kulit, namun tidak semua pasien memiliki koloni bakteri,

jamur dan virus dalam jumlah berimbang. Setiap luka operasi akan terkontaminasi

oleh mikroorganisme selama operasi, tetapi hanya sebagian kecil yang akan

mengalami infeksi. Hal ini dikarenakan sebagian besar pasien memiliki

pertahanan dalam mengendalikan dan mengeleminasi mikroorganisme penyebab

infeksi (Guyton, 2007).

Dengan adanya sayatan bedah melalui kulit dan masuk ke jaringan

subkutan, prekursor inflamasi manusia diaktifkan. Protein koagulasi dan trombosit

pada awalnya diaktifkan sebagai bagian dari mekanisme hemostatik manusia,

selanjutnya keduanya menjadi penanda timbulnya peradangan. Sel mast beserta

protein pelengkap, bradikinin, prostaglandin, dan prekursor inflamasi lainnya

diaktifkan. Efek dari faktor-faktor ini adalah vasodilatasi dan peningkatan aliran

darah lokal di lokasi sayatan bedah sehingga menyebabkan munculnya kemerahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

10

dan gejala hangat lokal. Prostaglandin sendiri menciptakan gejala nyeri pada

daerah sayatan. Terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan

vasodilatasi lokal menyebabkan terbentuknya edema dan peningkatan ruang

antara sel-sel endotel. Peningkatan permeabilitas vaskuler memfasilitasi akses

fagosit pada jaringan lunak yang terluka, sementara edema menyediakan saluran

cairan untuk navigasi fagosit melalui jaringan ekstraseluler. Produk aktivasi dari 5

peristiwa inisiasi (kemerahan, hangat, nyeri, bengkak, dan kehilangan fungsi)

adalah hasil produksi sinyal chemoattractant spesifik, sementara sel-sel mast

menghasilkan sinyal kemokin tertentu yang menarik neutrofil tertentu, monosit,

dan leukosit ke daerah sayatan. Jadi, cedera jaringan dari sayatan telah

memobilisasi fagosit ke dalam luka sebelum kontaminasi bakteri dari operasi

terjadi. Proses ini merupakan pertahanan host bawaan sebelum kontaminasi

intraoperatif terjadi, dan memberikan pasien keuntungan terhadap pertahanan

infeksi (Fry, 2003).

Dalam beberapa jam setelah peradangan dimulai, sejumlah besar netrofil

dari darah mulai menginvasi daerah yang meradang. Hal ini disebabkan oleh

produk yang berasal dari jaringan yang meradang dan memicu beberapa reaksi.

Pertama, produk tersebut mengubah permukaan bagian dalam endotel kapiler,

menyebabkan netrofil melekat pada dinding kapiler di area yang meradang. Efek

ini disebut marginasi. Produk tersebut juga menyebabkan longgarnya perlekatan

interseluler antara sel endotel kapiler dan sel endotel vanula kecil sehingga

terbuka cukup lebar, dan memungkinkan netrofil untuk melewatinya dengan cara

diapedesis langsung dari darah ke dalam ruang jaringan. Produk peradangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

11

lainnya juga menyebabkan kemotaksis netrofil menuju jaringan yang cedera.

Dalam waktu beberapa jam setelah dimulainya kerusakan jaringan, tempat

tersebut akan diisi oleh netrofil yang siap untuk membunuh mikroorganisme dan

menyingkirkan bahan-bahan asing. Dalam waktu beberapa jam sesudah

dimulainya radang akut yang berat, jumlah netrofil di dalam darah kadang-kadang

menigkat sebanyak 4-5 kali lipat menjadi 15.000-25.000 netrofil per mikroliter.

Keadaan ini disebut netrofilia (Guyton, 2007).

Bersama dengan invasi netrofil, monosit dari darah akan memasuki

jaringan yang meradang dan membesar menjadi makrofag. Setelah menginvasi

jaringan yang meradang, monosit masih merupakan sel imatur, dan memerlukan

waktu 8 jam atau lebih untuk berkembang ke ukuran yang jauh lebih besar dan

membentuk lisosom dalam jumlah yang sangat banyak, barulah kemudian

mencapai kapasitas penuh sebagai makrofag jaringan untuk proses fagositosis.

Setelah beberapa hari hingga minggu, makrofag datang dan mendominasi sel-sel

fagositik di area yang meradang (Guyton, 2007).

Perjalanan infeksi baru dimulai jika ada jalur masuk (port d’entry). Lalu

setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam

tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase

inflamasi akut. Makrofag dan netrofil yang merupakan hasil dari inflamasi serta

antibodi yang hadir setelah bakteri menginfeksi mampu melisiskan bakteri dengan

mengikutsertakan komplemen, atau mengakibatkan fagositosis (Fry, 2003).

Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan

nekrotik, maka semua netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

12

Sesudah beberapa hari, di dalam jaringan yang meradang akan terbentuk rongga

yang mengandung berbagai bagian jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag

mati, dan cairan jaringan. Campuran itu disebut pus (Guyton, 2007).

Berdasarkan tempat terjadinya, SSI diklasifikasikan menjadi tiga yaitu

superficial incisional, deep incisional, dan organ/space. Superficial incisional SSI

yaitu infeksi yang terjadi pada daerah sayatan namun hanya pada bagian kulit dan

jaringan subkutan. Deep incisional SSI yaitu infeksi yang terjadi pada daerah

sayatan hingga bagian jaringan dalam, seperti fasia dan lapisan otot. Organ/space

SSI yaitu infeksi yang terjadi setiap bagian dari anatomi organ dan daerah selain

sayatan yang dibuka atau dimanipulasi selama operasi (Singhal, 2014).

Gambar 1. Surgical site infection berdasarkan tempat terjadinya infeksi

(Singhal, 2014)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

13

Risiko infeksi pasca operasi sesar selain SSI adalah endometritis.

Endometritis merupakan infeksi pada lapisan rahim yang biasanya diidentifikasi

dengan demam, malaise, takikardi, nyeri perut, nyeri pada uterus, terkadang lokia

yang abnormal atau berbau busuk. Demam juga bisa menjadi satu-satunya gejala

endometritis. Endometritis telah dilaporkan terjadi pada 24% pasien SC elektif

dan 60% pada pasien SC non-elektif atau emergensi (ASHP, 2013).

Cairan vagina dengan flora bakteri ditarik ke dalam rahim ketika rileks

antara kontraksi selama proses persalinan. Yang termasuk flora normal vagina

tersebut yaitu streptokokus, enterokokus, laktobasil, diphtheroid, E.coli, spesies

Bacteroides (misalnya, Bacteroides Vibius, B. fragilis), dan spesies

Fusobacterium. Endometritis sering disebabkan oleh polimikroba biasanya

streptokokus aerobik (terutama kelompok basil streptokokus dan enterokokus),

aerob Gram negatif (terutama E.coli), basil anaerob Gram negatif (terutama B.

bivius), dan kokus anaerob (spesies Peptococcus dan Peptostreptococcus) (ASHP,

2013).

Infeksi pada endometrium biasanya merupakan hasil dari infeksi yang

berasal dari saluran kelamin yang posisinya lebih rendah dari endometrium.

Endometritis lebih sering terjadi sebagai infeksi akut. Endometritis akut ditandai

dengan adanya neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis

ditandai dengan adanya sel-sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium

(Rivlin, 2015).

Gejala dan tanda infeksi endometrium pada obstetrik diantaranya demam

yang biasanya terjadi dalam waktu 36 jam setelah melahirkan. Selain itu, rasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

14

nyeri perut bagian bawah, takikardia, nyeri rahim, suhu oral 38°C dalam 10 hari

pertama postpartum atau 38,7°C dalam 24 jam pertama postpartum. Dalam kasus

yang parah, pasien mungkin akan septik (Singhal, 2014).

1. Faktor risiko

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya infeksi pasca bedah yaitu

dari segi pasien (endogen) dan prosedur operasi (eksogen) (Kanji and Devlin,

2008). Tabel II. merupakan karakteristik pasien dan prosedur operasi yang dapat

meningkatkan risiko infeksi pasca bedah.

Tabel II. Karakteristik pasien dan operasi yang dapat meningkatkan risiko

infeksi pasca bedah (Kanji and Devlin, 2008)

Pasien Proses bedah

Usia

Nutrisi

Penyakit Diabetes

Perokok

Obesitas

Sudah terjadi infeksi terlebih dahulu

Respon imun

Lama tinggal saat preoperasi

Kolonisasi dengan mikroba resisten

Durasi pembersihan bedah

Persiapan preoperatif

Pencukuran daerah operasi

Lama bedah

Antibiotika profilaksis

Ventilasi ruangan operasi

Sterilisasi alat-alat bedah

Pemasangan implan prostetik

Drainase bedah

Teknik bedah

Sistem klasifikasi luka operasi yang meningkatkan kemungkinan dan

tingkat kontaminasi bakteri selama prosedur pembedahan dibagi menjadi empat

kelas operasi, yaitu operasi bersih, operasi bersih terkontaminasi, operasi

terkontaminasi, dan operasi kotor. Operasi bersih yaitu operasi pada keadaan

prabedah tanpa adanya luka atau operasi yang melibatkan luka steril dan

dilakukan dengan memerhatikan prosedur aseptik dan antiseptik. Pada operasi ini,

saluran pencernaan, saluran pernapasan, atau saluran kemih tidak dibuka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

15

Kemungkinan terjadi infeksi pasca bedah ini yaitu 2-4%. Operasi bersih

terkontaminasi mirip dengan operasi bersih namun daerah saluran napas dan

kemih terlibat dalam pembedahan. Operasi terkontaminasi yaitu operasi yang

dikerjakan pada daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa

benda asing. Telah jelas terdapat kontaminasi karena saluran napas, cerna, atau

kemih dibuka. Tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik-antiseptik

termasuk dalam klasifikasi operasi ini. Kemungkinan terjadinya infeksi pada

prosedur seperti ini 16-25%. Operasi kotor merupakan operasi yang melibatkan

daerah dengan luka terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam dan biasanya

merupakan tindakan darurat (Darmadi, 2008).

Faktor risiko lain penyebab SSI setelah bedah sesar adalah penyakit

sistemik, kebersihan yang buruk, obesitas, dan anemia. Faktor risiko endometritis

diantaranya termasuk kelahiran sesar itu sendiri, pecahnya selaput pelindung

rahim yang berkepanjangan, persalinan yang lama dengan berbagai pemeriksaan

vagina, demam intrapartum, dan status sosial yang rendah. Membrane

chorioamniotic berfungsi sebagai pelindung rahim dari infeksi bakteri. Pecahnya

membran ini juga menjadi penyebab permukaan rahim mudah terinfeksi (ASHP,

2013).

2. Pencegahan

Perencanaan pra operasi dan teknik intraoperatif menjadi penting dalam

pencegahan SSI. Meningkatkan nutrisi, penghentian merokok, penggunaan

antibiotika yang tepat, dan teknik intraoperatif dapat ditingkatkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

16

meminimalkan infeksi. Pencegahan yang dapat dilakukan sebelum terjadi infeksi

pasca operasi antara lain operasi dilakukan sesingkat mungkin, prosedur operasi

dilakukan dengan teknik aseptik-antiseptik, filtrasi terhadap udara pada kamar

operasi, dan pemberian antibiotika profilaksis (Grace dan Borley, 2007; Pear,

2013).

C. Antibiotika Profilaksis

Antibiotika profilaksis merupakan antibiotika yang diberikan sebelum

terjadi kontaminasi pada jaringan atau cairan pada tubuh. Indikasi penggunaan

antibiotika profilaksis didasarkan kelas operasi, yaitu operasi bersih dan bersih

kontaminasi. Tujuan pemberian antibiotika profilaksis pada kasus pembedahan

menurut Kanji and Devlin (2008) dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

(2011), yaitu:

a. Penurunan dan pencegahan kejadian SSI.

b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.

c. Penghambatan muncul flora normal resisten.

d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan.

Penggunaan antibiotika profilaksis terbukti mampu menurunkan risiko

infeksi pasca bedah secara signifikan. Hasil tersebut bergantung pada pemilihan

jenis antibiotika, cara pemberian, waktu dan durasi pemberian yang tepat dan

sesuai dengan kontaminasi bakteri pada prosedur bedah yang terkait. Penggunaan

antibiotika profilaksis yang tidak tepat tidak hanya meningkatkan risiko infeksi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

17

namun juga meningkatkan risiko resistensi bakteri, biaya yang dikeluarkan, lama

tinggal dan jumlah kunjungan rumah sakit (Ongom and Kijjambu, 2013).

1. Prinsip penggunaan

Agar hasil terapi antibiotika profilaksis bedah dapat maksimal, maka

penggunaannya sebaiknya mengikuti prinsip-prinsip penggunaan antibiotika

sebagai profilaksis berdasarkan pedoman dan penelitian-penelitian terdahulu.

Secara umum, prinsip penggunaan antibiotika profilaksis menurut Anderson, et al.

(2014) dan Doherty and Way (2006) adalah sebagai berikut:

a. Antibiotika yang dipilih efektif mampu mengatasi tipe kontaminasi yang

terkait.

b. Penggunaan antibiotika hanya digunakan pada prosedur dengan risiko infeksi.

c. Pemberian antibiotika harus sesuai dosis dan waktu pemberian. Antibiotika

diberikan dalam waktu 1 jam sebelum pembedahan (2 jam diperbolehkan

untuk vankomisin dan fluoroquinolon).

d. Dosis dihentikan dalam waktu 24 jam setelah operasi, sebelum terjadi risiko

munculnya efek samping yang lebih besar dibanding keuntungannya.

Pemberian dosis lebih dari 24 jam setelah operasi berkontribusi terhadap

terjadinya resistensi bakteri.

e. Dosis dapat diulang bila prosedur operasi terlalu panjang atau adanya

kehilangan darah yang berlebihan selama operasi. Dosis diulang jika sudah

mencapai 2 kali waktu paruh antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

18

Antibiotika yang digunakan untuk profilaksis dipilih yang paling aman

dan efektif sesuai prosedur bedah. Dasar pemilihan jenis antibiotika untuk tujuan

profilaksis menurut Kanji and Devlin (2008) dan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (2011), yaitu:

a. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada prosedur

operasi. Bakteri ini dapat berasal dari endogen (dari flora normal pasien

sendiri) atau eksogen (dari kontaminasi selama prosedur bedah).

b. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri.

c. Toksisitas rendah.

d. Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obat anestesi.

e. Bersifat bakterisidal.

f. Harga terjangkau.

Pada beberapa kondisi, pasien diberikan antibiotika lebih dari satu jenis

jenis yang disebut antibiotika kombinasi. Tujuan dari pemberian antibiotika

kombinasi yaitu memberi efek sinergis dengan meningkatkan aktivitas antibiotika

pada infeksi spesifik, dan memperlambat serta mengurangi risiko timbulnya

bakteri resisten. Antibiotika kombinasi dapat memperluas spektrum aktifitas

sehingga dapat mengatasi infeksi yang disebabkan oleh polibakteri. Antibiotika

kombinasi juga diberikan dengan indikasi abses intraabdominal, hepatik, infeksi

campuran aerob dan anaerob, dan sebagai terapi empiris pada infeksi berat

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Kombinasi antibiotika yang bekerja pada target yang berbeda dapat

meningkatkan atau mengganggu keseluruhan aktivitas antibiotika. Penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

19

antibiotika bersamaan dengan antibiotika lainnya dapat menimbulkan atau

meningkatkan toksisitas yang bersifat aditif atau superaditif. Untuk mendapatkan

kombinasi rasional dengan hasil efektif, diperlukan pengetahuan jenis infeksi serta

data mikrobiologi terkait antibiotika (Cunha, 2010).

Agar terapi profilaksis optimal, maka antibiotika profilaksis harus

diberikan dalam dosis yang adekuat. Dosis yang digunakan adalah dosis

maksimum. Dosis minimum tidak efektif karena tidak mampu mencapai

konsentrasi dalam darah yang dibutuhkan saat pembedahan dimulai. Administrasi

harus diulang intraoperatif jika operasi masih berlangsung 2 kali waktu paruh

antibiotika profilaksis yang digunakan setelah dosis pertama untuk memastikan

antibiotika masih cukup adekuat untuk mencegah infeksi sampai pada proses

penutupan luka. Pemberian ulang antibiotika juga diindikasikan bila saat operasi

terjadi kehilangan darah yang berlebihan yaitu berkisar antara >1000-1500 mL

(ASHP, 2013; Ongom and Kijjambu, 2013).

Diperlukan penyesuaian dosis berdasarkan berat badan pasien, atau

indeks massa tubuh (BMI) khususnya untuk pasien obesitas. Dengan pemberian

antibiotika dengan dosis yang sama, konsentrasi antibiotika pada serum pasien

dengan BMI yang tinggi lebih rendah dibanding pada pasien dengan BMI yang

lebih rendah. Untuk pasien dengan BMI yang tinggi perlu mendapat dosis ganda.

Penyesuaian ini diperlukan pada pasien dengan BMI >35 (ASHP, 2013; SOGC,

2010).

Pemilihan jenis, serta waktu dan durasi pemberian antibiotika profilaksis

untuk kasus SC perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut tidak hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

20

mempertimbangkan risiko keamanan ibu melainkan juga keamanan janin/bayi.

Faktor lain yang menjadi perhatian adalah terkait dosis, rute pemberian, dan

adanya resistensi dan/ atau alergi terhadap antibiotika yang digunakan. Faktor-

faktor tersebut berkaitan dengan farmakodinamik dan farmakokinetik dari tiap

antibiotika (Ongom and Kijjambu, 2014; Doherty and Way, 2006).

Profilaksis yang efektif harus bisa mengantarkan antibiotika pada daerah

sayatan sesaat sebelum terjadi kontaminasi. Kadar antibiotika profilaksis dalam

darah dan jaringan harus mencapai kadar hambat minimum (KHM) untuk

mencegah terjadinya infeksi saat dan selama pembedahan. Ada dua rekomendasi

waktu pemberian antibiotika profilaksis yang berbeda pada kasus SC. Beberapa

penelitian menunjukkan sebaiknya waktu pemberian antibiotika profilaksis

ditunda, bukan sebelum operasi dimulai seperti pada prosedur operasi lainnya,

tetapi baru diberikan segera setelah tali pusar dipotong. Alasan utama penundaan

administrasi adalah menghindari penekanan flora normal pada bayi yang baru

lahir yang bisa mendorong terjadinya resistensi bakteri. Timbul pula kekhawatiran

bahwa antibiotika tersebut berpotensi menutupi infeksi neonatal, sehingga

evaluasi sepsis pada neonatal menjadi sulit. Data yang lebih modern mendukung

administrasi antibiotika profilaksis sebelum sayatan bedah untuk melindungi

pasien terhadap risiko infeksi. Hasil penilaian terapi cefazolin 2 g dosis tunggal

sebagai profilaksis yang diberikan sebelum prosedur SC dan yang diberikan

setelah tali pusar dipotong memberikan perbedaan yang tidak signifikan (ASHP,

2013, Ongom and Kijjambu, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

21

Antibiotika profilaksis pada SC sebaiknya diberikan 30-60 menit

sebelum operasi dimulai. Pemberian antibiotika profilaksis yang terlalu awal

dapat menyebabkan konsentrasi antibiotika tidak memadai dalam jaringan saat

dan selama operasi berlangsung. Efektifitas antibiotika dalam melindungi pasien

dari bakteri penyebab infeksi pun menjadi berkurang sehingga risiko terjadinya

infeksi postpartum akan meningkat. Begitu pula pada pasien yang baru menerima

antibiotika profilaksis setelah operasi. Tidak ada antibiotika profilaksis yang dapat

melindungi pasien dari infeksi bakteri selama operasi berlangsung hingga selesai

(ASHP, 2013; Sullivan, et al., 2007).

Rekomendasi durasi pemberian antibiotika profilaksis yaitu maksimal 24

jam setelah pembedahan. Hal ini dikarenakan belum ditemukan bukti mendukung

bahwa perpanjangan durasi antibiotika profilaksis memberikan manfaat yang baik.

Kekhawatiran justru muncul karena durasi yang panjang terkait dengan

munculnya resistensi (ASHP, 2013).

2. Klasifikasi antibiotika

Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotika dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kelompok besar. Pertama, antibiotika dengan target dinding sel, yaitu

golongan betalaktam, glikopeptida, daptomisin, dan kolistin. Kedua, antibiotika

yang memblok produksi protein. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

rifampisin, aminoglikosida, makrolida dan ketolida, tetrasiklin dan glisisiklin,

kloramfenikol, klindamisin, streptogramin, linezolid, dan nitrofurantoin. Ketiga,

antibiotika dengan target DNA atau replikasi DNA. Golongan sulfa, kuinolon, dan

metronidazol termasuk dalam kelompok ini (Hauser, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

22

3. Rekomendasi penggunaan antibiotika profilaksis untuk sectio caesarea

Rekomendasi antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis bedah

adalah antibiotika golongan sefalosporin generasi I dan generasi II. Pada kasus

tertentu yang dicurigai melibatkan bakteri anaerob dapat dikombinasikan dengan

metronidazol. Tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III dan IV,

golongan karbapenem, dan golongan kuinolon untuk profilaksis bedah (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Sefalosporin adalah golongan antibiotika yang paling sering diresepkan

untuk profilaksis bedah karena memiliki spektrum luas, profil farmakokinetik

yang menguntungkan, efek samping jarang terjadi, dan murah. Cefazolin

merupakan sefalosporin generasi pertama dan antibiotika profilaksis pilihan untuk

SC. Rekomendasi penggunaan cefazolin sebagai profilaksis yaitu 2 g dosis

tunggal dan diberikan 30-60 menit sebelum pembedahan. Kombinasi klindamisin

dan aminoglikosida menjadi pilihan terapi untuk pasien yang alergi dengan

betalaktam (ASHP, 2013; Kanji and Devlin, 2008).

Cefuroxime merupakan sefalosporin generasi II yang lebih poten

melawan E. coli, K. pneumoniae, dan P. mirabilis dibanding dengan sefalosporin

generasi I. Generasi II ini juga mampu melawan Neisseria spp., dan H. influenzae

(Hauser, 2013). Cefuroxime memiliki keamanan dan efektifitas yang sama dengan

ampicillin yang dikombinasikan dengan sulbaktam sebagai antibiotika profilaksis

pada prosedur SC (Ziogos, et al., 2010).

Cefotaxime, ceftriaxon, dan cefditoren merupakan sefalosporin generasi

III. Modifikasi yang ada pada generasi ini yaitu penambahan aminotiazol yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

23

dapat meningkatkan penetrasi agen antibiotika untuk menembus membran luar

bakteri, meningkatkan afinitas dan meningkatkan stabilitas saat melawan bakteri.

Generasi ini dapat melawan E. coli, Klebsiella spp., Proteus spp., Neisseria spp.,

and H. influenzae. Selain itu dapat pula melawan Enterobacteriaceae, termasuk

Enterobacter spp., Citrobacter freundii, Providencia spp., Morganella morganii,

dan Serratia spp.. Karena kemampuannya yang tidak sesuai untuk mencegah dan

mengatasi bakteri yang biasa mengkontaminasi pada prosedur bedah, maka

sefalosporin generasi III, IV, dan V tidak digunakan sebagai profilaksis bedah

(Hauser, 2013).

Tidak ada bukti bahwa sefalosporin generasi III lebih efektif dibanding

sefalosporin generasi I dan II sebagai profilaksis pada bedah. Sefalosporin

generasi III dan IV sebaiknya tidak digunakan untuk profilaksis karena beberapa

alasan diantaranya yaitu harganya yang lebih mahal, kurang aktif dibanding

cefazolin dalam mengatasi staphylococci, memiliki spektrum yang tidak spesifik

untuk mikroorganisme pada bedah elektif, dan penggunaannya sebagai profilaksis

dapat meningkatkan risiko resistensi (McEvoy, 2005).

Ampicillin atau aminopenicillin diketahui memiliki efikasi yang sama

dengan antibiotika golongan sefalosporin generasi I dan II. Golongan antibiotika

tersebut merupakan antibiotika spektrum luas yang memiliki aktifitas baik

terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Waktu paruh ampicillin

pendek dan spektrumnya yang lebih sempit dibanding sefalosporin generasi I.

Ampicillin dapat mengatasi bakteri Gram positif (Streptococcus pyogenes,

Viridans streptococci, Streptococcus pneumonia, enterokokus, Listeria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

24

monocytogenes), Gram negatif (Neisseria meningitides, Haemophilus influenzae,

Enterobacteriaceae), dan bakteri anaerob (Clostridia spp. kecuali C. difficile dan

Actinomyces israelii). Ampicillin tidak dapat mengatasi bakteri yang

memproduksi enzim betalaktamase yang dapat menyebabkan bakteri menjadi

resisten terhadap antibiotika golongan ini. Oleh karena itu, ampicillin perlu

dikombinasikan dengan antibiotika golongan inhibitor beta-laktamase, seperti

klavulanat dan sulbaktam. Kombinasi ini memperlebar spektrum antibiotika.

Bakteri yang dapat diatasi dengan kombinasi ini adalah bakteri-bakteri yang dapat

diatasi oleh ampicillin tunggal dan diperluas sehingga juga dapat mengatasi

bakteri lain seperti Streptococcus pyogenes dan Bacteroides spp (Gyte, Dou1, and

Vazquez, 2014; Hauser, 2013).

Tidak seperti ampicillin, antibiotika golongan sefalosporin generasi I dan

II lebih poten untuk mengatasi bakteri yang memiliki enzim beta laktamase.

Sefalosporin generasi I dan II dapat melindungi struktur betalaktamnya sehingga

tidak mudah dirusak oleh bakteri. Ketiganya memiliki kelemahan yang sama yaitu

lemah melawan bakteri anaerob (Hauser, 2013).

Untuk meningkatkan hasil terapi khususnya pada kasus yang melibatkan

bakteri anaerob, maka penggunaan sefalosporin dan ampicillin dapat

dikombinasikan dengan agen antibiotika lain seperti metronidazol, klindamisin

atau doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2013; Hopkins and Smaill, 2000).

Metronidazol efektif melawan hampir semua bakteri Gram negatif anaerob,

termasuk Bacteroides fragilis, dan bakteri gram positif yang paling anaerob,

termasuk Clostridium spp. Metronidazol merupakan salah satu dari beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

25

antibiotik yang memiliki aktivitas terhadap C. difficile dan merupakan pilihan

perawatan untuk infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (Hauser, 2013).

Antibiotika yang memperluas spektrum antibiotik untuk terapi profilaksis

pada SC lainnya adalah azitromisin. Azitromisin lebih baik digunankan sebagai

antibiotika profilaksis untuk memperluas spektrum dibanding antibiotika lainnya.

Azitromisin memiliki half-life 68 jam, konsentrasi di jaringan yang lebih tinggi

dan pada bagian transplasenta lebih rendah dari beberapa antibiotik lain yang

umum digunakan untuk indikasi ini. Selain itu, azitromisin aktif terhadap kuman

aerob dan anaerob, serta Ureaplasmas, sehingga secara signifikan mengurangi

risiko endometritis dan SSI Hanya saja harganya lebih mahal dibanding pilihan

antibiotika lain (Lamont, et al, 2011, Tita, et al, 2009).

Terapi antibiotika profilaksis dosis tunggal lebih efektif dibanding terapi

multidosis. Terapi dengan dosis tunggal juga mengurangi biaya, potensi toksisitas,

dan risiko kolonisasi organisme resisten (Murtha and Silverman, 2011).

Rekomendasi dosis dan dosis berulang antibiotika profilaksis dapat dilihat pada

Tabel III.

Tabel III. Rekomendasi dosis dan dosis berulang beberapa antibiotika profilaksis

(ASHP, 2013).

Antibiotika Rekomendasi dosis Half-life dengan fungsi

ginjal normal (jam)

Rekomendasi dosis

berulang (jam)

Ampicillin-

sulbactam

Ampicillin

Cefazolin

Cefuroxime

Cefotaxime

Ceftriaxone

Clindamycin

Gentamicin

Metronidazol

3 g (ampicillin 2 g/

sulbactam 1 g)

2 g

2 g

1,5 g

1

2 g

900 mg

5 mg/kgBB

500 mg

0,8-1,3

1-1,9

1,2-2,2

1-2

0,9-1,7

5,4-10,9

2-4

2-3

6-8

2

2

4

4

3

6

-

-

-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

26

D. Drug related problems (DRPs)

Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian

obat yang disebut dengan drug related problems (DRPs) adalah kejadian atau efek

yang tidak diinginkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat dan

secara aktual atau potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada

saat mendapat perawatan akibat dari suatu penyakit. Masalah–masalah dalam

kajian DRP menurut Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam (2004) antara

lain:

a. Memerlukan obat tambahan, yaitu jika kondisi baru yang membutuhkan obat,

kondisi kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi yang

membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi yang mempunyai risiko kejadian

efek samping dan membutuhkan obat untuk pencegahannya.

b. Obat tidak diperlukan, yaitu jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan

indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak

diperlukan, kondisi yang lebih cocok mendapat terapi non farmakologi,

meminum obat dengan tujuan untuk mencegah efek samping obat lain yang

seharusnya dapat dihindari, dan penyalahgunaan obat.

c. Obat tidak efektif, yaitu jika obat yang diberikan kepada pasien kurang sesuai

dengan indikasinya, pasien mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat

yang diberikan mempunyai kontraindikasi dengan obat lain, dan antibiotika

yang sudah resisten terhadap infeksi pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

27

d. Dosis kurang, jika dosis obat terlalu rendah, interval dosis tidak cukup, durasi

terapi obat terlalu pendek untuk dapat menghasilkan respon, serta interaksi

obat yang dapat mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam bentuk aktif.

e. Dosis berlebih, yaitu jika dosis obat terlalu tinggi untuk memberikan efek,

dosis obat dinaikkan terlalu cepat, frekuensi pemberian obat terlalu pendek,

dan durasi terapi pengobatan terlalu panjang.

f. Efek samping obat, yaitu jika obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan

tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, interaksi obat yang menyebabkan

reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, ada

obat lain yang lebih aman ditinjau dari faktor resikonya, regimen dosis yang

telah diberikan atau diubah terlalu cepat, dan hasil laboraturium berubah

akibat penggunaan obat.

g. Ketidaktaatan pasien, yaitu jika pasien tidak memahami aturan pemakaian,

pasien tidak menerima regimen obat yang tepat, pasien lupa untuk

menggunakan obat, pasien tidak membeli obat yang disarankan karena mahal,

pasien tidak menggunakan obat karena ketidaktahuan cara memakai obat,

pasien tidak menggunakan obat karena ketidakpercayaan dengan produk obat

yang dianjurkan.

Farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRPs. Tidak berhenti

sampai di situ, farmasis juga harus mampu membuat solusi terhadap DRPs

tersebut, sehingga tercapainya obat yang diharapkan yaitu: tepat indikasi, efektif,

aman, dan ditaati pasien (Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

28

E. Keterangan Empiris

Penggunaan antibiotika profilaksis pada operasi sesar penting untuk

mencegah terjadinya infeksi. Penelitian ini diharapkan dapat mengevalusasi DRP

pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus sectio caesarea di RS Panti

Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional karena peneliti hanya

mengamati sejumlah dari variabel subjek penelitian tanpa adanya intervensi

peneliti (Imron dan Munif, 2010). Rancangan penelitian yang digunakan yaitu

case series karena penelitian ini menggambarkan sekelompok kasus dengan

diagnosa yang sama dalam periode tertentu. Masing-masing kasus tersebut tidak

berhubungan dan dievaluasi terpisah (Bhandarin and Joensson, 2009). Penelitian

ini bersifat retrospektif karena pengambilan data dilakukan dengan melakukan

penelusuran dokumen terdahulu berupa lembar rekam medik pasien (Chandra,

2006).

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pola peresepan dan DRP pada

penggunaan antibiotika profilaksis untuk pasien SC.

C. Definisi Operasional

1. Sectio caesarea (SC) yaitu operasi sesar yang berlangsung pada periode

Januari-Juni 2014

2. Antibiotika profilaksis yaitu antibiotika yang diberikan sebelum pasien

menjalani operasi dengan tujuan untuk mencegah infeksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

30

3. Karakteristik pasien SC yang dideskripsikan pada penelitian ini meliputi usia

ibu, usia kehamilan, adanya riwayat SC atau tidak, dan jenis SC.

4. Pola penggunaan antibiotika profilaksis yang dideskripsikan pada penelitian

ini meliputi golongan dan jenis antibiotika, rute pemberian, dosis, serta waktu

dan durasi pemberian.

5. Drug Related Problems (DRPs) yang dievaluasi pada penelitian ini meliputi:

butuh tambahan obat, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis berlebih, efek

samping obat, dan obat tidak diperlukan.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi yaitu pasien

bukan rujukan yang menjalani operasi sesar di RS Panti Rini Yogyakarta pada

periode Januari-Juni 2014 dan mendapat terapi antibiotika profilaksis. Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan data rekam medik yang tidak

lengkap, tidak terbaca, dan tidak dapat dikonfirmasi.

Gambar 4. Skema Pemilihan Subjek Penelitian di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Januari – Juni 2014

78 pasien menjalani

operasi sesar

52 pasien bukan

rujukan dan menerima

antibiotika profilaksis

Inklusi 27 pasien

Eksklusi 25 pasien

12 rekam medik tidak

lengkap

5 rekam medik tidak

terbaca

8 rekam medik tidak

dapat ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

31

Penelitian ini juga melibatkan apoteker yang merupakan kepala Instalasi

Farmasi RS Panti Rini Yogyakarta dan salah satu dari dua dokter penulis resep

antibiotika profilaksis untuk pasien SC yang bersedia diwawancarai sebagai

subjek penelitian. Wawancara tersebut bermaksud untuk melengkapi pembahasan

pada hasil evaluasi DRPs.

E. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah berupa lembar rekam medik

pasien SC di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa formulir pengumpulan data.

Ada dua macam formulir pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu formulir

data rekam medis dan formulir wawancara. Formulir data rekam medis mencakup

karakteristik pasien, profil penggunaan antibiotika profilaksis, dan masalah yang

terjadi selama proses terapi. Formulir data wawancara mencakup aspek-aspek

yang berkaitan dengan latar belakang peresepan antibiotika profilaksis pada SC.

G. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 29 September-3 November 2014.

Pengambilan data dilakukan di bagian rekam medis Rumah Sakit Panti Rini, Jalan

Solo Km. 12,5, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

32

H. Tata Cara Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap ini dilakukan dengan melakukan pengurusan izin di bagian

personalia RS Panti Rini. Kemudian dilakukan pencarian informasi jumlah pasien

SC yang ada di RS Panti Rini periode Januari-Juni 2014.

2. Tahap uji coba instrumen penelitian

Instrumen yang diuji coba dalam penelitian ini adalah formulir data

rekam medik. Tujuan dari uji coba instrumen formulir data rekam medik adalah

agar formulir pengumpulan data yang digunakan mudah diisi, mudah diolah untuk

analisis, dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap ini

diawali dengan menyusun variabel-variabel yang dianalisis ke dalam bentuk

formulir. Kemudian dilakukan pengumpulan data dengan formulir tersebut dan

dianalisis. Langkah selanjutnya ditentukan hal-hal apa saja yang diperlukan untuk

analisis namun belum diperoleh, dan menambahkannya pada formulir. Ditentukan

pula data apa saja yang tidak terpakai, lalu menghilangkannya dari formulir.

Pengumpulan data dan analisis diulang hingga data-data yang diperoleh sudah

sesuai untuk dianalisis.

Langkah terakhir pada uji coba instrumen formulir data rekam medik

yaitu pengembangan formulir agar lebih mudah diisi. Formulir disusun kembali

dengan memperhatikan ukuran formulir, urutan data, dan waktu yang dibutuhkan

dalam pengisian formulir. Formulir data rekam medik yang digunakan sebagai

instrumen penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

33

3. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan di bagian penyimpanan rekam medik pasien

RS Panti Rini Yogyakarta. Dalam proses ini data diperoleh dengan menelusuri

data dari lembar rekam medik yang didasarkan pada nomor rekam medik pasien

SC di RS Panti Rini Yogyakarta. Dari penelusuran data, ditentukan pasien yang

masuk dalam kriteria inklusi maupun eksklusi. Data pada rekam medik pasien

yang masuk dalam kriteria inklusi disalin ke dalam formulir pengumpulan data

rekam medik. Data yang disalin meliputi nomor rekam medik, usia ibu, usia

kehamilan, riwayat SC, jenis SC, data laboratorium, keluhan yang tertulis pada

catatan keperawatan, tanggal operasi sesar, jam operasi sesar, diagnosis sebelum

operasi, dan lama rawat inap. Selain itu, disalin pula data terkait dengan

antibiotika profilaksis yang digunakan meliputi jenis, rute pemberian, dosis, serta

waktu dan lama pemberian. Dilakukan pula wawancara dengan kepala Instalasi

Farmasi dan salah satu dokter penulis resep antibiotika profilaksis pada pasien SC

di RS Panti Rini Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk menganalisis faktor-

faktor pemilihan antibiotika profilaksis.

4. Tahap analisis data

Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan karakteristik pasien

dan pola penggunaan antibiotika profilaksis. Tahap terakhir yang dilakukan

mengevaluasi DRPs terkait penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien kasus

sectio caesarea di RS Panti Rini pada periode Januari-Juni 2014. Hasil evaluasi

disajikan dalam bentuk narasi, diagram, dan tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

34

H. Tata Cara Analisis Hasil

1. Karakteristik pasien

Analisis data jumlah pasien operasi sesar dilakukan dengan menganalisis

data karakteristik pasien berdasarkan usia ibu, usia kehamilan, riwayat SC, dan

jenis SC. Analisis karakteristik pasien dilakukan dengan menghitung jumlah

pasien pada setiap kelompok dibagi jumlah pasien yang dianalisis dikali 100%.

2. Profil penggunaan antibiotika profilaksis

Profil penggunaan antibiotika profilaksis dibagi menjadi jenis antibiotika,

waktu pemberian, rute pemberian, dosis, dan durasi pemberian. Profil penggunaan

antibiotika profilaksis berdasarkan jenis antibiotika dibagi menjadi 3 kelompok

besar yaitu tunggal, kombinasi 2 antibiotika, dan kombinasi 3 antibiotika. Profil

penggunaan antibiotika profilaksis berdasarkan waktu pemberian dikelompokkan

menjadi sebelum operasi (>240, 240-121, 120-61, <60 menit), saat operasi, dan

setelah operasi (<60, 61-120, 121-240 menit dan 8-12 jam ). Profil penggunaan

antibiotika profilaksis berdasarkan rute pemberian dikelompokan menjadi oral dan

intravena. Profil penggunaan antibiotika profilaksis berdasarkan durasi pemberian

dikelompokkan menjadi 12-24, 24-48, 48-72, dan >72 jam.

Persentase profil penggunaan antibiotika profilaksis berdasarkan jenis

antibiotika, waktu pemberian, rute pemberian, dan durasi pemberian dihitung

dengan cara menghitung jumlah kasus yang termasuk pada setiap kelompok

kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan (n=27) dikali 100%. Profil

penggunaan antibiotika profilakasis berdasarkan dosis dianalisis dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

35

mengidentifikasi masing-masing dosis dari setiap jenis antibiotika profilaksis

yang diberikan.

Sejumlah pasien mendapatkan lebih dari satu jenis antibiotika profilaksis.

Walaupun tujuan terapinya sama, waktu pemberian, rute pemberian, dan durasi

pemberian setiap antibiotika yang diberikan pada satu pasien bisa berbeda-beda.

Hal tersebut menyebabkan satu kasus dapat dikategorikan ke dalam lebih dari satu

kelompok waktu pemberian, rute pemberian, dan durasi pemberian.

Contoh pada kasus 7, pasien mendapat 3 jenis antibiotika profilaksis

yaitu Celocid® 250 mg 2x/hari, Trogyl® 500 mg 3x/hari, dan Meiact® 2x/hari.

Ketiganya diberikan 12 jam setelah operasi. Celocid® dihentikan 36 jam setelah

operasi, sedangkan Trogyl® dan Meiact® baru dihentikan 48 jam setelah operasi.

Pada kasus ini, waktu pemberian ketiga antibiotika sama, namun jenis, rute, dan

durasi pemberiannya berbeda. Perhitungan presentasi profil penggunaan

antibiotika profilaksis pada kasus seperti ini yaitu dengan mengkategorikan kasus

ke dalam lebih dari satu kelompok, namun tetap dihitung sebagai satu kasus, yaitu

kasus 7.

Untuk kasus 7, pada profil penggunaan antibiotika profilaksis

berdasarkan rute pemberian, kasus ini masuk ke dalam kelompok intravena karena

pasien menerima Meiact® secara iv, dan juga masuk ke dalam kelompok oral

karena pasien menerima Celocid® dan Trogyl® secara oral. Begitu pula pada

profil penggunaan antibiotika profilaksis berdasarkan durasi pemberian, kasus ini

masuk ke dalam kelompok 24-48 dan 48-72 jam. Karena satu kasus dapat masuk

ke dalam lebih dari satu kelompok, maka bila presentase setiap kelompok pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

36

masing-masing bagian profil penggunaan antibiotika profilaksis dijumlahkan

hasilnya bisa lebih dari 100%.

3. Drug Related Problems (DRPs)

Identifikasi DRPs dilakukan dengan menggunakan metode SOAP

(Subjective, Objective, Assesment, Plan). Pada bagian subjective (S) berisi

informasi yang terdiri dari usia, tinggi dan berat badan pasien, diagnosis, riwayat

SC, tanggal rawat, tanggal dan waktu operasi, jenis operasi. Pada bagian objective

(O) dipaparkan informasi mengenai pemeriksaan laboratorium dan tanda vital,

serta terapi antibiotika profilaksis yang diberikan pada pasien. Pada bagian

assessment (A) berisi evaluasi DRPs antibiotika profilaksis. Pada bagian plan (P)

berisi rencana atau rekomendasi terapi. Kategori DRPs yang dianalisis yaitu obat

tidak diperlukan, memerlukan obat tambahan, obat tidak efektif, dosis kurang,

dosis berlebih, dan efek samping obat. Persentase (%) DRPs dihitung dengan cara

menghitung jumlah tiap kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan

dikalikan 100%.

I. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah evaluasi DRPs hanya dilakukan untuk

antibiotika profilaksis saja, maka beberapa beberapa poin DRPs terkait interaksi

obat tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Keterbatasan lainnya yaitu sifat penelitian

yang retrospektif menyebabkan peneliti tidak dapat mengamati perkembangan

kondisi pasien yang sebenarnya. Oleh karena itu, beberapa poin DRPs tidak dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

37

diobservasi lebih lanjut, misalnya adanya efek samping yang tidak tercantum pada

lembar rekam medik maupun efek samping yang baru timbul saat pasien pulang.

Waktu bertemu dokter penulis resep maupun apoteker untuk keperluan

wawancara pun sangat terbatas karena jadwal pelayanan yang padat sehingga

informasi yang didapat juga terbatas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian mengenai evaluasi drug related problems (DRPs)

pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus sectio caesarea (SC) di RS

Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juni 2014, terdapat 78 pasien yang

menjalani SC, termasuk 26 pasien rujukan. Dari total tersebut sebanyak 27 pasien

yang memenuhi kriteria penelitian. Hasil dan pembahasan penelitian ini akan

dibahas menjadi beberapa bagian, yaitu karakteristik pasien, pola penggunaan

antibiotika profilaksis, dan evaluasi DRP.

A. Karakteristik Pasien

Karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar di Rumah Sakit Panti

Rini periode Januari-Juni 2014 dideskripsikan berdasarkan usia ibu, usia

kehamilan, adanya riwayat SC atau tidak, dan jenis SC.

Tabel IV. Karakteristik pasien SC di RS Panti Rini Yogyakarta

periode Januari-Juni 2014

Karakteristik Jumlah Pasien (n=27) Persentase (%)

Usia (tahun) 20-24

25-29

30-34

35-40

4

10

5

8

14,8

37,1

18,5

29,6

Usia kehamilan (minggu) < 37

37

1

26

3,7

96,3

Riwayat SC Ada

Tidak ada

9

18

33,3

66,7

Jenis SC Elektif

Emergensi

15

12

55.6

44,4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

39

Karakteristik pasien berdasarkan usia ibu dikelompokkan menjadi 20-24

tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 35-40 tahun. Persentase pasien operasi sesar

berdasarkan usianya dapat dilihat pada Tabel IV. Dapat dilihat bahwa pasien

dengan kelompok usia 25-29 tahun memiliki persentase tertinggi, yaitu sebesar

37,1%. Kelompok usia 35-40 tahun memiliki persentasi tertinggi kedua, yaitu

sebesar 29,6%.

Usia ibu menjadi salah satu penentu kesehatan maternal dan berhubungan

dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas, serta bayinya. Usia ibu hamil

yang terlalu muda (20 tahun) atau terlalu tua (35 tahun) merupakan faktor

penyulit kehamilan. Ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuh dan psikologinya

cenderung belum siap menghadapi hemailan, persalinan dan nifas, serta merawat

bayinya. Ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi risiko kesulitan

pada waktu persalinan yang disebabkan karena jaringan otot rahim kurang baik

untuk menerima kehamilan maupun persalinan (Prawirohardjo, 2010).

Karakteristik pasien berdasarkan jenis SC dikelompokkan menjadi SC

elektif dan SC emergensi. Elektif yaitu bila operasi sesar yang sudah direncanakan

jauh hari sebelum persalinan. Emergensi yaitu operasi yang segera dilakukan saat

tindakan persalinan sedang berjalan (Basavanthappa, 2003). Pada Tabel IV dapat

diketahui bahwa sebanyak 55,56% pasien menjalani SC elektif.

Karakteristik pasien berdasarkan usia kehamilan dikelompokkan menjadi

kelompok <37 minggu dan 37 minggu. Persalinan pada usia kehamilan <37

minggu disebut premature, sedangkan pada usia kehamilan 37 minggu disebut

matur (Beckmann, 2010). Dapat dilihat pada Tabel IV bahwa persentase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

40

kelompok usia kehamilan 37 minggu lebih tinggi dibanding usia kehamilan <37

minggu.

National Institute for Health and Clinical Excellence (2011) dan

Zanardo, et al. (2007) merekomendasikan SC (elektif) direncanakan pada usia

kehamilan 39 minggu untuk mengurangi risiko ketidakmatangan paru bayi yang

dilahirkan. Hal ini dikarenakan risiko morbiditas pernapasan meningkat pada bayi

yang dilahirkan dengan SC, tapi risiko ini menurun secara signifikan setelah usia

kehamilan 39 minggu.

Karakteristik pasien berdasarkan riwayat SC dikelompokkan atas ada

tidaknya riwayat SC pada pasien. Pada Tabel IV dapat diketahui bahwa sebanyak

33,3% pasien sebelumnya pernah menjalani operasi sesar. Pada penelitian ini

tidak dijabarkan berapa kali operasi sesar pada pasien yang memiliki riwayat SC.

Deskripsi karakteristik ini hanya ingin menunjukkan karakteristik pasien yang

dianalisis dalam evaluasi DRPs.

B. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis

Pada Standar Pelayanan Medis Obstetri Ginekologi untuk Bedah

Caesarea RS Panti Rini Yogyakarta tahun 2011, tidak tercantum prosedur

penentuan golongan dan jenis antibiotika, dosis, rute, waktu pemberian, maupun

durasi pemberian antibiotika profilaksis. Berdasarkan hasil wawancara dengan

dokter pemberi resep, tidak ada acuan khusus yang digunakan oleh dokter maupun

rekomendasi dari apoteker dalam penentuan hal-hal yang terkait pola peresepan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

41

antibiotika profilaksis tersebut. Peresepan antibiotika profilaksis dilakukan secara

empiris dan berdasarkan keahlian dokter penulis resep.

Antibiotika profilaksis yang paling efektif digunakan sebagai antibiotika

profilaksis adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP,

2013). Rekomendasi lainnya yang dapat digunakan adalah sefalosporin generasi

II, salah satunya yaitu cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Cefuroxime menjadi antibiotika profilaksis yang paling banyak diterima oleh

pasien SC di RS Panti Rini Yogyakarta dengan presentase 40,8%. Pilihan

antibiotika profilaksis yang diterima pasien SC di RS Panti Rini Yogyakarta

periode Januari-Juni 2014 dapat dilihat pada Tabel V.

Menurut salah satu dokter penulis resep, selain bukti empiris, yang

menjadi pertimbangan dalam pemilihan antibiotika profilaksis untuk SC adalah

hasil skin test (uji alergi). Banyak pasien yang saat di uji alergi memberikan hasil

negatif alergi terhadap cefuroxime. Dokter tersebut menambahkan, cefuroxime

sering dipilih karena mampu mengatasi bakteri yang biasa menginfeksi pada

bekas luka sayatan operasi sesar. Cefazolin tidak menjadi pilihan pertama oleh

dokter pemberi resep dengan alasan harganya yang lebih tinggi dibanding

cefuroxime. Harga cefazolin per vial (1g) yaitu sekitar Rp 85.000,00, sedangkan

harga cefuroxime per vial (750 mg) yaitu sekitar Rp 45.000,00-Rp 60.000,00

(MIMS, 2015).

Selain golongan sefalosporin, antibiotika jenis ampicillin juga digunakan

pada beberapa kasus (14,8%). Ampicillin diketahui memiliki efikasi yang sama

dengan antibiotika golongan sefalosporin generasi I dan II. Golongan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

42

tersebut merupakan spektrum luas yang memiliki aktifitas baik terhadap bakteri

Gram negatif maupun bakteri Gram positif, namun ampicillin memiliki spektrum

yang lebih sempit. Ampicillin tidak menjadi pilihan utama karena tidak dapat

mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase yang dapat

menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika golongan ini.

Penggunaan ampicillin akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan golongan

inhibitor beta-laktamase seperti, klavulanat dan sulbaktam (Hauser, 2013).

Tabel V. Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien SC di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Januari-Juni 2014.

Golongan Jenis Jumlah Kasus

(n=27)

Persentase

(%)

Tunggal

Sefalosporin generasi II

Sefalosporin generasi III

Penicillin

Cefuroxime

Cefotaxime

Aminopenicillin

11

2

4

40,8

7,4

14,8

Kombinasi 2 Antibiotika

Sefalosporin generasi I +

Metronidazol

Sefalosporin generasi II +

Metronidazol

Sefalosporin III +

Metronidazol

Penicillin + Metronidazol

Kombinasi 3 Antibiotika

Sefalosporin generasi II +

metronidazole +

sefalosporin generasi III

Cefazolin +

Metronidazol

Cefuroxime +

Metronidazol

Cefotaxime +

Metronidazol

Ceftriaxon +

Metronidazol

Aminopenicillin +

metronidazol

Cefuroxim +

Metronidazol +

Cefditoren

1

2

3

2

1

1

3,7

7,4

11,1

7,4

3,7

3,7

Pada beberapa kasus, pasien menerima cefotaxime yang merupakan

sefalosporin generasi III. Aktivitas cefotaxime kurang aktif terhadap kokus Gram

postif dibanding dengan sefalosporin generasi I, tapi lebih aktif terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

43

Enterobacteriaceae, termasuk strain yang memproduksi beta-laktamase. Tidak

dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III dan IV, golongan karbapenem,

dan golongan kuinolon untuk profilaksis bedah (Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2011). Karena kemampuannya yang tidak sesuai untuk mencegah dan

mengatasi bakteri yang biasa mengkontaminasi pada prosedur bedah, maka

sefalosporin generasi III tidak digunakan sebagai profilaksis bedah (Hauser,

2013). Sefalosporin generasi III yang kurang aktif dibanding cefazolin dalam

mengatasi staphylococci dan memiliki spektrum yang lebih lebar untuk

mikroorganisme pada bedah elektif mengakibatkan penggunaannya sebagai

profilaksis dapat meningkatkan risiko resistensi. Alasan lain yang menyebabkan

sefalosporin generasi III tidak digunakan sebagai profilaksis yaitu karena

harganya yang lebih mahal (McEvoy, 2005).

Sebagian besar pasien menerima terapi kombinasi antibiotika profilaksis.

Kombinasi dua antibiotika kebanyakan berupa kombinasi sefalosporin dengan

metronidazol. Kombinasi dua dan tiga antibiotika bertujuan untuk memperluas

spektrum aktifitas. Metronidazol diberikan bila dicurigai terdapat bakteri anaerob

yang mengkontaminasi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Kombinasi metronidazole, doxycycline, klindamisin, atau azithromisin

dengan sefalosporin dan ampicillin memperluas spektrum aktifitas yang melawan

bakteri yang biasanya ditemukan di endometrium dan daerah bedah. Dengan

pemberian kombinasi ini, risiko infeksi setelah operasi (SSI maupun endomtritis)

dan lama tinggal di rumah sakit lebih rendah dibanding pemberian sefalosporin

generasi I atau II secara tunggal (ASHP, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

44

Antibiotika profilaksis untuk pasien SC di RS Panti Rini diberikan baik

melalui intravena maupun oral. Dapat dilihat pada Tabel VI., pola rute pemberian

antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS Panti Rini periode Januari-Juni 2014

menunjukkan bahwa hampir semua pasien menerima antibiotika profilaksis secara

intravena. Antibiotika profilaksis yang diberikan secara intravena yaitu sebagian

cefuroxime, sebagian metronidazole, cefotaxim, ampicillin, cefditoren, cefazolin,

dan ceftriaxon. Pemberian secara intravena dinilai ideal karena antibiotika akan

lebih cepat terdistribusi dalam serum dan jaringan dibanding per oral. Selain itu,

antibiotika akan mudah mencapai konsentrasi yang tinggi dalam darah dan lokasi

sayatan (ASHP, 2013). Umumnya, antibiotika profilaksis yang diberikan secara

oral adalah antibiotika yang dikombinasikan dengan antibiotika lain yang

diberikan secara intravena. Antibiotika profilaksis yang diberikan secara oral yaitu

metronidazole (5 kasus) dan cefuroxime (1 kasus).

Tabel VI. Pola cara pemberian antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS Panti

Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014

Antibiotika Profilaksis Cara

Pemberian

Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

Cefuroxime, cefotaxim, ampicillin,

cefditoren, cefazolin, dan ceftriaxon ,

metronidazole

Metronidazole, cefuroxime

Intra vena

Per oral

26

6

96,3%

22,2%

Catatan: Dalam satu kasus bisa terdapat lebih dari satu jenis antibiotika dengan cara

pemberian yang berbeda-beda.

Pada Tabel VII. disajikan dosis antibiotika profilaksis yang diterima

pasien SC di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014. Dapat dilihat

bahwa semua antibiotika profilaksis diberikan dengan dosis berulang, bukan dosis

tunggal. Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

45

jaringan dengan baik, maka diperlukan antibiotika dengan dosis yang cukup

tinggi. Pada jaringan target operasi kadar antibiotika harus mencapai kadar

hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi (Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Tabel VII. Pola dosis antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS Panti Rini

Yogyakarta periode Januari-Juni 2014

Jenis Dosis

Cefuroxime iv

Cefuroxime oral

Cefotaxime iv

Ampicillin iv

Cefditoren iv

Cefazolin iv

Ceftriaxon iv

Metronidazol oral

Metronidazol infus

1g 2x/hari

250 mg 2x/hari

1g 2x/hari

1,5g 3x/hari

200 mg 2x/hari

1 g 2x/hari

1 g 2x/hari

500 mg 3x/hari

1 plb (500 mg) 3x/hari

Rekomendasi waktu pemberian antibiotika profilaksis yaitu 30-60 menit

sebelum operasi (ASHP, 2013). Antibiotika profilaksis untuk pasien SC di RS

Panti Rini ada yang mulai diberikan sebelum operasi, saat operasi, dan setelah

operasi. Pola waktu pemberian untuk pasien SC di RS Panti Rini periode Januari-

Juni 2014 disajikan pada Gambar 2.

Dari Gambar 2. dapat diketahui bahwa antibiotika profilaksis pada

pasien SC paling banyak diberikan pada saat operasi dan 61-120 menit setelah

operasi. Pada pasien yang menerima antibiotika profilaksis setelah operasi

menunjukkan kurangnya efektifitas antibiotika profilaksis dalam melindungi

pasien dari infeksi bakteri selama operasi berlangsung hingga selesai sehingga

risiko terjadinya infeksi meningkat. Bila pemberian antibiotika profilaksis yang

terlalu awal juga dapat menyebabkan konsentrasi antibiotika yang tidak memadai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

46

dalam jaringan. Efektifitas antibiotika dalam melindungi pasien dari bakteri

penyebab infeksi menjadi berkurang sehingga risiko terjadinya infeksi postpartum

pun meningkat (ASHP, 2013; Sullivan, et al., 2007).

Pada kasus 7, pasien diberikan kombinasi cefuroxime, cefditoren, dan

metronidazole. Dari rekam medik, diketahui bahwa kombinasi ketiganya

diberikan bersamaan yaitu 12 jam setelah operasi. Pemberian kombinasi 3

antibiotika dengan dosis tinggi dalam waktu bersamaan ini tidak lazim. Sehingga

ada kemungkinan bahwa ada catatan rekam medik khususnya informasi tentang

waktu pemberian yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Rekomendasi durasi pemberian antibiotika profilaksis yaitu 24 jam

setelah operasi (ASHP, 2013). Pola durasi pemberian antibiotika profilaksis pada

pasien SC di RS Panti Rini periode Januari-Juni 2014 disajikan pada Gambar 3.

Durasi pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dengan rekomendasi hanya

sebesar 7,4%. Sebagian besar antibiotika profilaksis diberikan selama 24-48 jam

60

menit 60

menit

Gambar 2. Pola waktu pemberian antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS

Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014

Catatan: Dalam satu kasus bisa terdapat lebih dari satu jenis antibiotika dengan waktu

pemberian yang berbeda-beda.

7,4 3,7 3,7

25,9 33,3

22,2 33,3

3,7

25,9

0

20

40

60

80

>240

menit

240-121

menit

120-61

menit

£ 60

menit

Saat

Operasi

£ 60

menit

61-120

menit

121-240

menit

8-12

jam

Per

sen

tase

ka

sus

(%)

Waktu pemberian dosis pertama

>240 menit Saat Operasi 8-12 jamSesudah operasi Sebelum operasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

47

(70,4%). Durasi pemberian antibiotika profilaksis yang panjang berisiko

meningkatkan resistensi. Selain itu, penghentian antibiotika setelah 24 jam akan

mencegah penambahaan biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh pasien

(ASHP, 2013; Bhattachan, Baral, and Gauchan, 2013).

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)

Permasalahan yang muncul pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk

SC yaitu masalah yang terkait pemilihan antibiotik profilaksis, waktu pemberian

antibiotik profilaksis, ketepatan dosis, dan durasi pemberian. Dari 27 pasien yang

memenuhi kriteria penelitian diperoleh keenam jenis DRPs yang diteliti. DRPs

yang diperoleh yaitu 1 kasus obat tidak diperlukan, 7 kasus obat tidak efektif, 27

kasus dosis kurang, 27 kasus dosis lebih, 14 kasus butuh tambahan obat, dan 13

kasus efek samping obat (potensial). Jenis DRPs yang muncul dapat dilihat pada

Tabel VIII.

7,4

70,4

37,0

3,7

0

20

40

60

80

12-24 jam 24-48 jam 48-72 menit > 72 jam

Per

sen

tase

ka

sus

(%)

Durasi pemberian

Gambar 3. Pola durasi pemberian antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS

Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014

Catatan: Dalam satu kasus bisa terdapat lebih dari satu jenis antibiotika dengan durasi

pemberian yang berbeda-beda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

48

Tabel VIII. Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Kasus SC

di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juni 2014

Jenis DRPs Nomor Kasus Jumlah Kasus

Obat tidak diperlukan

Obat tidak efektif

Dosis kurang

Dosis berlebih

Butuh tambahan obat

Efek samping obat

7

3, 10, 20, 21, 23, 24, 27

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,

18,19,20,21,22,23,24,25,26,27

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,

18,19,20,21,22,23,24,25,26,27

1,2,4,5,11,13,14,15,17,18,19,22,25,26

3,6,7,8,9,10,13,16,20,21,23,24,27

1

7

27

27

14

13

1. Obat tidak diperlukan

Obat tidak diperlukan dapat terjadi jika obat yang diberikan tidak sesuai

dengan indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak

diperlukan, kondisi yang lebih cocok mendapat terapi non farmakologi, meminum

obat dengan tujuan untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat

dihindari, dan penyalahgunaan obat. Antibiotika profilaksis diindikasikan untuk

prosedur bedah yang mempunyai risiko tinggi terjadinya infeksi setelah bedah,

salah satunya yaitu prosedur SC. Pada penelitian ini, sebagian besar antibiotika

diberikan sesuai indikasi. Hal ini dikarenakan pasien yang menjadi subjek

penelitian seluruhnya mendapat antibiotika yang memang diindikasikan sebagai

profilaksis sebelum menjalani operasi sesar. Namun terdapat 1 kasus (kasus 7)

dengan DRPs obat tidak diperlukan karena pemakaian obat kombinasi yang

seharusnya tidak diperlukan. Pada kasus ini pasien mendapat kombinasi

cefuroxime (sefalosporin generasi II), cefditoren (sefalosporin generasi III), dan

metronidazole. Penggunaan kombinasi ini tidak tepat karena penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

49

cefuroxime iv dengan dosis tunggal 1,5 gram yang dikombinasikan dengan

metronidazole sudah cukup sebagai profilaksis (Lamont, et al., 2011).

2. Obat tidak efektif

Obat tidak efektif disebabkan karena ada antibiotika profilaksis yang

lebih efektif dibanding antibiotika yang diterima oleh pasien. Antibiotika

profilaksis yang paling efektif digunakan sebagai antibiotika profilaksis adalah

cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi

lainnya yang dapat digunakan adalah sefalosporin generasi II dan ampicillin yang

diketahui memiliki efikasi yang sama dengan antibiotika golongan sefalosporin

generasi I dan II (Hauser, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Pada kasus 3, 7, 10, 20, 21, 23, 24, dan 27, pasien mendapatkan

sefalosporin generasi III yaitu cefotaxim, ceftriaxone, dan cefditoren. Sefalosporin

generasi III ini tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai profilaksis

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Hal tersebut dikarenakan

kemampuan sefalosporin generasi III tidak sesuai untuk mencegah dan mengatasi

bakteri yang biasa mengkontaminasi pada prosedur bedah (Hauser, 2013). Selain

itu, kekurangan sefalosporin generasi III sebagai profilaksis bedah dibanding

sefalosporin generasi I dan II adalah harganya yang lebih mahal, memiliki

spektrum yang lebih lebar untuk mikroorganisme pada bedah elektif, dan

penggunaannya sebagai profilaksis dapat meningkatkan risiko resistensi

(McEvoy, 2005). Karena itu, penggunaan cefotaxim, ceftriaxone, dan cefditoren

tidak tepat, sehingga direkomendasikan untuk menggantinya dengan cefazolin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

50

Pemilihan sefalosporin generasi III sebagai antibiotika profilaksis yang

ditemukan pada penelitian ini cukup banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

dikonfirmasi terkait pola sensivitas kuman dan tingkat risiko keparahan infeksi

pada pasien yang bersangkutan.

3. Dosis kurang

Evaluasi DRPs dosis terlalu rendah karena kadar antibiotika pada

jaringan kurang mencukupi kebutuhan saat operasi berlangsung. Ada beberapa hal

yang menyebabkan kadar antibiotika rendah yaitu waktu penggunaan antibiotika

profilaksis, waktu optimum antibiotika profilaksis, dosis pemberian antibiotika

profilaksis, dan lama operasi. Pada penelitian ini, seluruh kasus memiliki DRPs

dosis terlalu rendah karena dosis pemberian yang kurang dan waktu pemberian

antibiotika profilaksis lebih cepat atau lebih lama dari waktu optimum antibiotika

profilaksis. Masalah ini dapat menyebabkan kadar antibiotika profilaksis dalam

darah terlalu rendah untuk mampu mencegah infeksi.

Dosis kurang yang disebabkan karena dosis pemberian yang kurang

terdapat pada 18 kasus (kasus 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,

22, 25, dan 26). Pada kasus ini, dosis kurang disebabkan karena dosis yang

diberikan bukan dosis tunggal. Pasien mendapat dosis pertama yang lebih rendah

dari rekomendasi. Contohnya, rekomendasi dosis cefuroxime yaitu dosis tunggal 2

gram. Dosis yang cukup tinggi ini diperlukan untuk menjamin kadar puncak yang

tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik. Diharapkan dengan dosis

tinggi kadar antibiotika pada jaringan daerah sayatan mampu mencapai kadar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

51

hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi (Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2011). Pasien mendapat dosis pertama 1 g dan akan diulang setiap 12

jam. Hal ini berarti antibiotika yang akan melindungi pasien saat operasi hanya

setengah dari yang seharusnya.

Adanya DRP dosis kurang yang disebabkan karena dosis pemberian yang

kurang juga dikarenakan adanya pasien dengan BMI 36,2 (kasus 11) mendapat

antibiotika profilaksis dengan dosis yang normal. Seharusnya pasien dengan BMI

yang tinggi perlu mendapat dosis ganda. Penyesuaian ini diperlukan pada pasien

dengan BMI >35 (ASHP, 2013; SOGC, 2010).

Dosis kurang juga dapat disebabkan karena waktu pemberian antibiotika

profilaksis lebih cepat atau lebih lama dari waktu optimum antibiotika profilaksis.

Waktu optimum pemberian antibiotika profilaksis yaitu 30-60 menit sebelum

operasi. Perhitungan ini didasarkan atas pertimbangan waktu antibiotika tersebut

mencapai kadar puncak dalam serum dan t½ eliminasi antibiotika tersebut (ASHP,

2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Dosis kurang yang disebabkan karena waktu pemberian antibiotika

profilaksis lebih cepat yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan lebih dari 60

menit sebelum operasi. Hal ini terdapat pada 4 kasus (kasus 11, 20, 21, dan 23).

Waktu pemberian >60 menit sebelum pembedahan ini kemungkinan sebenarnya

sudah disesuaikan dengan jadwal operasi. Hanya saja saat seharusnya operasi

dimulai, ada beberapa kendala sehingga operasi ditunda, misalnya ruang operasi

ternyata masih digunakan, atau dokter belum berada di tempat (Dewi, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

52

Dosis kurang yang disebabkan karena waktu pemberian antibiotika

profilaksis lebih lama yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan <30 menit

sebelum operasi, saat operasi, dan setelah operasi. Hal ini terdapat pada 17 kasus

(kasus 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 24, dan 25). Pemberian

antibiotika <30 menit dapat menyebabkan kadar antibiotika profilaksis dalam

darah dan jaringan belum cukup adekuat untuk memberi efek yang diharapkan

(ASHP, 2013).

4. Dosis berlebih

Terdapat DRP dosis obat berlebih pada seluruh kasus. Permasalahan

penggunaan dosis antibiotika profilaksis yang terlalu tinggi ini berupa durasi

terapi yang terlalu lama (lebih dari 24 jam). Pemberian antibiotika profilaksis

lebih dari 24 jam seharusnya diberikan untuk terapi sementara jika diketahui

terjadi infeksi dan belum dilakukan kultur. Kekhawatiran justru muncul dengan

durasi yang panjang terkait dengan munculnya resistensi (ASHP, 2013).

Pertimbangan dosis penulis resep untuk memperpanjang pemberian antibiotika

lebih dari 24 jam yaitu kekhawatiran adanya risiko infeksi selama pasien berada di

ruang perawatan. Alasan pemberian antibiotika profilaksis dengan dosis tersebut

diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep

berikut:

“Kalau tidak ada masalah (infeksi), biasanya profilaksis kita

berikan maksimal 3 hari. Walau operasi sudah selesai, masih ada

risiko infeksi selama pasien berada di ruang perawatan, soalnya

luka dan jahitan bedahnya itu gampang terinfeksi.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

53

Dosis berlebih juga terjadi pada kasus dengan pemberian metronidazol.

Rekomendasi metronidazol sebagai antibiotika profilaksis untuk memperluas

spektrum adalah dosis tunggal 500 mg iv (ASHP, 2013; Lyimo, et al., 2013). Pola

peresepan metronidazol baik oral maupun iv yaitu 500 mg 3x/hari. Hal ini

menyebabkan dosis melebihi dosis yang dibutuhkan untuk memberi efek.

5. Butuh tambahan obat

Sebanyak 14 kasus memerlukan terapi tambahan, yaitu pada kasus nomor

1, 2, 4, 5, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 22, 25, dan 26. Terapi tambahan yang

dimaksud adalah kombinasi antibiotika. Kombinasi antibiotika diperlukan untuk

memperluas spektrum antibiotika. Antibiotika perlu dikombinasikan untuk

antibiotika yang diketahui telah banyak bakteri yang resisten terhadap antibiotika

tersebut (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Pada kasus 4, 11, dan 25,

pasien menerima ampicillin sebagai antibiotika profilaksis. Telah diketahui bahwa

banyak bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap ampicillin. Resistensi

terhadap ampicillin perlu diatasi dengan kombinasi dengan golongan inhibitor

beta-laktamase seperti, klavulanat dan sulbaktam (Hauser, 2013).

Kombinasi lain yang juga diperlukan adalah dengan penambahan

metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014). Kombinasi ini

diperuntukkan baik bersama sefalosporin generasi I dan II maupun ampicillin.

Tujuan kombinasi ini dengan untuk memperluas spektrum untuk mengatasi

bakteri anaerob (ASHP, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

54

Azitromisin menjadi pilihan pertama yang direkomendasikan untuk

tujuan ini. Rekomendasi aztromisin untuk memperluas spektrum yaitu dosis

tunggal 500 mg iv (Doss, et al., 2012). Azitromisin memiliki half-life 68 jam,

konsentrasi di jaringan yang lebih tinggi dan pada bagian transplasenta lebih

rendah dari beberapa antibiotik lain yang umum digunakan untuk indikasi ini.

Karena itu, efek samping yang terjadi pada janin/bayi lebih dapat dihindari

dengan penggunaan azitromisin. Selain itu, azitromisin aktif terhadap kuman

aerob dan anaerob, serta Ureaplasmas, sehingga secara signifikan mengurangi

risiko endometritis dan SSI Hanya saja harganya lebih mahal dibanding pilihan

antibiotika lain (Lamont, et al., 2011, Tita, et al., 2009).

6. Efek samping obat

Pada penelitian ini, semua kasus mengalami DRPs kategori efek samping

obat, namun sifatnya potensial. Efek samping obat yang terjadi disebabkan karena

adanya obat yang menimbulkan efek yang tidak diinginkan tetapi tidak ada

hubungannya dengan dosis. Efek samping yang ditemukan pada penelitian ini

berkaitan dengan penggunaan metronidazol dan sefalosporin generasi III sebagai

antibiotika profilaksis.

Pada 8 kasus (kasus 3, 7, 10, 20, 21, 23, 24, dan 27) pasien menerima

sefalosporin generasi III. Sefalosporin generasi III memiliki spektrum yang lebih

lebar untuk mikroorganisme pada bedah elektif yang mengakibatkan

penggunaannya sebagai profilaksis dapat meningkatkan risiko resistensi

(McEvoy, 2005). Selain penggunaan sefalosporin generasi III, efek samping obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

55

berpotensial muncul karena penggunaan metronidazol. Metronidazol dapat

menimbulkan mutagenisitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI. Namun

penelitian oleh Golightly (2012) menyimpulkan metronidazol dapat digunakan

pada ibu menyusui bila diberikan dengan dosis tunggal karena risiko munculnya

efek sampingnya menjadi lebih kecil. Metronidazol menjadi pilihan dibanding

antibiotika profilaksis lain yang memperluas spektrum karena metronidazol lebih

murah. Azitromisin menjadi rekomendasi menggantikan metronidazol untuk

menghindari efek samping tersebut. Konsentrasi azitromisin di jaringan yang

lebih tinggi dan pada bagian transplasenta lebih rendah menyebabkan efek

samping yang terjadi pada janin/bayi lebih dapat dihindari dengan penggunaan

azitromisin (Lamont, et al., 2011, Tita, et al. 2009). Oleh karena itu, rekomendasi

yang diberikan yaitu bila memungkinkan diganti dengan azitromisin dengan dosis

tunggal 500 mg (Doss, et al., 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada

Penggunaan Antibiotika Profilaksis untuk Kasus Sectio Caesarea di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Januari-Juni 2014” diperoleh hasil:

1. Karakteristik pasien sectio caesarea (SC)

a. Karakteristik pasien SC berdasarkan usia menunjukkan persentase terbesar

pada kelompok usia 25-29 tahun yaitu sebesar 37,0%.

b. Karakteristik pasien SC berdasarkan usia kehamilan menunjukan

persentase terbesar pada kelompok usia kehamilan 37 minggu yaitu

sebesar 96,3%.

c. Karakteristik pasien SC berdasarkan riwayat SC menunjukkan 66,6%

pasien memiliki riwayat SC.

d. Karakteristik pasien SC berdasarkan jenis SC yaitu sebanyak 55,5% pasien

menjalani SC elektif.

2. Pola penggunaan antibiotika profilaksis untuk pasien tersebut yaitu

a. Berdasarkan jenisnya, sebanyak 40,7% mendapat cefuroxime tunggal,

14,8% mendapat ampicillin tunggal, 7,4% mendapat cefotaxim tunggal,

3,7% mendapat kombinasi cefazolin dan metronidazol, 7,4% mendapat

kombinasi cefuroxime dan metronidazole, 11,1% mendapat kombinasi

cefotaxime dan metronidazole, 3,7% mendapat kombinasi ampicillin dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

57

metronidazole, 3,7% mendapat kombinasi cefuroxime, cefditoren, dan

metronidazole.

b. Berdasarkan cara pemberiannya, dalam 96,3% kasus antibiotika profilaksis

diberikan secara intravena, dan dalam 22,2% kasus antibiotika profilaksis

diberikan secara oral.

c. Berdasarkan dosis pemberian, seluruh antibiotika diberikan dengan dosis

berulang.

d. Berdasarkan waktu pemberian, dalam 33,3% kasus antibiotika profilaksis

diberikan 61-120 menit setelah operasi, dan dalam 33,3% kasus antibiotika

profilaksis diberikan saat operasi.

e. Berdasarkan lama pemberian, antibiotika profilaksis diberikan selama 12-

24 jam dalam 7,4%, 24-48 jam dalam 70,3% kasus, 38-72 jam dalam

37,0% kasus, dan > 72 jam dalam 3,7% kasus.

3. Drug related problems (DRPs) pada pasien tersebut yaitu 26 kasus obat tidak

efektif, 27 kasus dosis kurang, 27 dosis berlebih, 14 kasus butuh tambahan

obat, dan 13 kasus efek samping obat (potensial).

B. Saran

1. Untuk RS Panti Rini Yogyakarta:

Perlu standar terapi untuk penggunaan antibiotika profilaksis pada bedah

sesar di RS Panti Rini Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

58

2. Untuk penelitian selanjutnya :

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif mengenai

hubungan pola peresepan antibiotika profilaksis dengan kejadian infeksi

setelah operasi.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memanfaatkan data pola

kuman pada tiap-tiap ruang perawatan di rumah sakit terkait.

c. Perlu dilakukan wawancara yang lebih mendalam kepada dokter penulis

resep untuk setiap kasus yang dijadikan subjek penelitian.

d. Dapat dilakukan penelitian yang sama dengan rumah sakit yang berbeda

agar dapat diketahui jumlah kasus di tempat lain dan didapatkan

gambaran mengenai penatalaksanaan terapi sehingga dapat dijadikan

perbandingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

59

DAFTAR PUSTAKA

Alifa, U., 2011, Evaluasi drug related problems pada pasien operasi sesar

(caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta tahun 2008, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Anderson, D.J., Podgorny, K., Berrios-Torres, S.I., Bratzler, D.W., Dellinger,

E.P., Greene, L., et al., 2014, Strategies to Prevent Surgical Site Infections

in Acute Care Hospitals: 2014 Update, Infection Control and Hospital

Epidemiology, Vol. 35, No. 6, pp. 605-627.

Arisandy, E.S., 2008, Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien

yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di

RS Panti Rapih, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

ASHP, 2013, Clinical Practice Guidelines for Antimicrobial Prophylaxis in

Surgery, in ASHP Therapeutic Guideline, American Society of Health-

System Pharmacists, Inc., USA, pp.

Basavanthappa, B.T., 2003, Medical-Surgical Nursing, Jaypee, India, p.99.

Beckmann, C.R.B., 2010, Obstetrics and Gynecology, 6th

edition, Lippincott

Williams & Wilkins, USA, p.201.

Bhandari, M., and Joensson, A., 2009, Clinical Research for Surgeons, Thieme,

Germany, p. 40.

Bhattachan, K., Baral, G.N., Gauchan, L., 2013, Single Versus Multiple Dose

Regimen of Prophylactic Antibiotic in Cesarean Section, NJOG, 2013 Jul-

Dec;8(2):50-53.

Chandra, B., 2006, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas, EGC, Jakarta,

p. 160.

Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam, 2004, Pharmaceutical Care

Practice, 3th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, USA, pp. 172-179.

Cunha, B. A., 2010, Optimal Antibiotic Therapy for Multidrug Resistant (MDR)

Acinetobacter baumannii, Emerging Infectious Disease,16, pp 170-171.

Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya, Penerbit

Salemba Medika, Jakarta, pp. 123-124.

Dewi, Y.P.L., 2012, Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009, Skripsi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

60

Doherty, G.M. and Way, L.W., 2006, Current Surgical Diagnosis & Treatment,

12th

edition, Lange Medical Books/McGraw-Hil Companies Inc, North

America, pp. 106-107.

Doss, A. E., et al., 2012, Antibiotic Prophylaxis for Cesarean Delivery: Survey of

Maternal-Fetal Medicine Physicians in the U.S., J Matern Fetal Neonatal

Med., 2012 August ; 25(8): 1264–1266.

Fry, D.E, 2003, Surgical Site Infection: Pathogenesis and Prevention, Medscape,

http://clinicaltrials101.com/bibliographiesSSI_pdfs/1_SSI_Review_2003.p

df, diakses tanggal 15 November 2014.

Golightly, P., 2012, Metronidazole – Is It Safe to Use With Breastfeeding,

Medicines Q&As, NHS.

Grace, P.A. dan Borley, N.R., 2006, Surgery at a Glance, 3rd edition,

diterjemahkan At a Glance Ilmu Bedah, edisi ketiga, Penerbit Erlangga,

Jakarta, pp. 78-79.

Guyton, A.C., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta,

pp.244-248, 1070-1073.

Gyte, G.M.L., Dou, L., and Vazquez, J.C., 2014, Different Classes of Antibiotics

Given to Women Routinely for Preventing Infection at Caesarean Section,

Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 11. Art. No.:

CD008726. DOI: 10.1002/14651858.CD008726.pub2.

Hauser, A.R., 2013, Antibiotic Basics for Clinicians: The ABCs of Choosing the

Right Antibacterial Agent, 2nd

Edition, Lippincott Williams & Wilkins,

Philadelphia, pp.

Hopkins, L., and Smaill, F., 2000, Antibiotic prophylaxis regimens and drugs for

cesarean section. Cochrane Database Syst, (2), CD001136.

Imron dan Munif, 2010, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan : Bahan ajar

untuk Mahasiswa, Sagung Seto, Jakarta, pp.97.

Kanji, S., and Devlin, J.W., 2008, Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, in

Dipiro, J.T., et al., Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach, 7th

edition, McGraw-Hill Companies, Inc., USA, pp. 2218-2224.

Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, pp 212-213.

Khan, S.A., et al., 2006, Survey and evaluation of antibiotic Survey and

evaluation of antibiotic prophylaxis usage in surgery wards of prophylaxis

usage in surgery wards of tertiary level institution before and after tertiary

level institution before and after the implementation of clinical guidelines

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

61

the implementation of clinical guidelines, Indian J Surg, June 2006, Vol.

68, Issue 3, 150-156.

Lamont, R.F., Sobel, J., Pedro, J., Kusanovic, Vaisbuch, E., Mazaki-Tovi, S.,

Kim, S.K., Uldbjerg, N., Romero, R., 2011, Current Debate on the Use of

Antibiotic Prophylaxis for Cesarean Section, BJOG, January;118(2), pp.

193–201.

Lauer, J.A., Betran, A.P., Merialdi, M., and Wojdyla, D., 2010, Determinants of

caesarean section rates in developed countries: supply, demand and

opportunities for control, WHO.

Lyimo, F. M., et al., 2013, Single Dose of Gentamicin in Combination with

Metronidazole Versus Multiple Doses for Prevention of Post-Caesarean

Infection at Bugando Medical Centre in Mwanza, Tanzania: A

Randomized, Equivalence, Controlled Trial, BMC Pregnancy and

Childbirth, 13:123.

Mansjoer A., dkk, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi Ketiga, Media

Awsculapius, Jakarta, pp. 344-345.

Mayo Clinic Staff, 2012, Tests and Prosedures: C-Section, Mayo Clinic,

http://www.mayoclinic.org/tests-procedures/c-section/basics/why-its-

done/prc-20014571, diakses tanggal 13 November 2011.

Mayo Clinic Staff, 2012, Tests and Prosedures: C-Section, Mayo Clinic,

http://www.mayoclinic.org/tests-procedures/c-section/basics/what-you-

can-expect/prc-20014571, diakses tanggal 13 November 2011.

McEvoy, 2005, AHFS Information Drug®, The American Society of Health

System Pharmacists, Inc., USA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Umum Penggunaan

Antibiotika, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Murtha, A., and Silverman, N., 2011, Use of Prophylactic Antibiotics in Labor

and Delivery, Practice Bulletin, Vol. 117, No. 6, pp. 1474.

National Institute for Health and Clinical Excellence, 2011, Caesarean Section,

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, London, pp.15.

Ongom, P.A., and Kijjambu, S.C., 2013, Antibiotic Prophylaxis in Colorectal

Surgery: Evolving Trends, Mol Pharm Org Process, 1:3.

Pear, S.M., 2013, Patient Risk Factors and Best Practices for Surgical Site

Infection Prevention in Managing Infection Control, pp. 56-64.

Pernoll, M.L., 2001, Current Obstetric & Gynecology: Diagnosis & Treatment,

Appleton & Lange, USA, p.564.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

62

Prawirohardjo, S., 2010, Ilmu Kebidanan, Edisi 4, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta,

p.245.

Purnamaningrum, F., 2014, Efektivitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada

Pasien Bedah Sesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Moewardi tahun 2013, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Radji, M., Aini, F., Fauziyah, S., 2014, Evaluation of antibiotic prophylaxis

administration at the orthopedic surgery clinic of tertiary hospital in

Jakarta, Indonesia, Asian Pac J Trop Dis, 4(3): 190-193.

Rivlin, M.E., 2015, Endometritis: Pathophysiology, Medscape,

http://emedicine.medscape.com/article/254169-overview, diakses tanggal

2 Januari 2015.

Saraswati, N., 2013, Evaluasi Kualitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada

Pasien Bedah Caesar di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman

Yogyakarta periode Januari-Desember 2012, Skripsi, Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

Shamna, M.S., Kalaichelvan, V.K., Marickar, Y.M.F., Deepu, S., 2014, Cesarean

Section and Prophylactic Antibiotics, IOSR-JPBS, Volume 9, Issue 2 Ver.

III (Mar-Apr. 2014), 51-54.

Singhal, H., 2014, Wound Infection Clinical Presentation, Medscape,

http://emedicine.medscape.com/article/188988-clinical, diakses tanggal 15

November 2014.

Sipos, S., Dima, M., Budisan, C., Bucur, A., Dumitrascu, V., 2011, Infections,

Antibiotics and Pregnancy, TMJ, Vol. 61, No. 3-4, pp. 225-231.

SOGC, 2010, Antibiotic Prophylaxis in Obstetric Procedures, JOGC, 247:9, pp

879-885.

Sullivan, S.A., Smith, T., Chang, E., et al., 2007, Administration of cefazolin prior

to skin incision is superior to cefazolin at cord clamping in preventing

postcesarean infectious morbidity: a randomized, controlled trial, Am J

Obstet Gynecol, 196, pp. 455.e1-455.e5.

Thapa, R.K., et al., 2012, Antibiotic Prophylaxis in Caesarean Section, IJPHS,

Vol. 1, No. 1, July 2012, 1-6.

Tita, A.T.N., et al., 2009, Evolving Concepts in Antibiotic Prophylaxis for

CesareanDelivery: A Systematic Review, Obstet Gynecol., 2009 March ;

113(3): 675–682.

Utami, Y.Y., 2011, Kajian penggunaan antibiotika profilaksis dan evaluasi drug

related problem-nya pada bedah orthopedi kasus fraktur di unit bedah RS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

63

Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus-September 2007, Skripsi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Wikaningtyas, M.T., 2004, Gambaran peresepan obat pada pasien pasca

caesarean section di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta periode Januari-Juni 2002, Skripsi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Zanardo, V., et al., 2007, The Influence of Timing of Elective Cesarean Section

on Risk of Neonatal Pneumothorax, J Pediatr, 2007;150:252-255.

Ziogos, E., Tsiodras, S., Matalliotakis, I., Giamarellou, H., Kanellakopoulou, K.,

2010, Ampicillin/Sulbactam versus Cefuroxime as antimicrobial

prophylaxis for cesarean delivery: a randomized study, BMC Infectious

Diseases, 10:341, pp. 1-8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

64

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

65

Lampiran 1. Analasis Drug Related Problems (DRPs) pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus sectio caesarea (SC)

di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014

Kasus No: 1

Subjektif

Usia 35 Tahun TB= 154 cm BB= 64 kg BMI=27,0 Riwayat SC 1 kali (4 thn lalu) Waktu operasi 8/2/2014 (16.45-18.30)

Diagnosis G2P1Ao H 37 minggu, gestasional diabetes Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 8/2/2014-14/2/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 8/2/2014 9/2/2014 10/2/2014 11/2/2014 12/2/2014 13/2/2014 14/2/2014

12.50 19.45 21.00 07.00 14.00 07.00 11.00 14.00 01.30 05.30 07.00 11.00 03.10 05.30 07.00 14.00 18.00 07.00 21.30 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,19 3,95

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,9 34,4

Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,0 12,5

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 68,3 77,5

Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,9 13,5

Monosit 0,0 - 11,2 % 6,5 7,5

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,1 1,0

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,3 0,5

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/70 140/90 130/90 130/80 110/70 130/90 150/90 150/90 150/90 150/100

Suhu 36,6-37,5 °C 37 76 36,5 37,1 37 36 37 38,2 36,9 38,2 38,4 37,6 38,4 38,4 36 38,2 36,4 36,3 36,5 36,4

Nadi 60-100 x/menit 80 84 88 80 80 100 80x 84 88 100 100 100 80 84 84 80 96 80

Keluhan - Nyeri Nyeri skala 3-4 Panas pada luka Menggigil - -

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1g 2x/hari. Diberikan saat operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada operasi sesar adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,

salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) penggunaan Celocid® (cefuroxime) sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 gram (ASHP, 2013). Pasien diberikan Celocid® dengan dosis berulang 1g dan diberikan saat operasi. Waktu

pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013). Hal ini menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses

pembedahan Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob,

seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan durasi pemberiannya maksimal 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

USER
Inserted Text
Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

66

Kasus No: 2

Subjektif

Usia 27 Tahun TB= 165 cm BB= 65 kg BMI=23,9 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 19/6/2014 (21.30-22.20)

Diagnosis G2P0AB1AH0 Haterm 37 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 18/6/2014-21/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai Rujukan Satuan 18/6/2014 19/6/2014 20/6/2014

10.00 05.00 05.30 09.00 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,99

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 45,9 43

Leukosit 4,0 - 11,0 % 13,2

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 79,2

Limfosit 12,0 - 44,0 % 15,1

Monosit 0,0 - 11,2 % 3,8

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,5

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 140/85 140/90 130/90

Suhu 36,6-37,5 °C 36,5 37,5 36,2 37,3 36,6

Nadi 60-100 x/menit 80 82 72 84 84

Keluhan - - Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Sharox® iv 1 g 2x/hari. Diberikan 1 jam sebelum operasi dan dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada operasi sesar adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,

salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Penggunaan Sharox® (cefuroxime) sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum prozes operasi (ASHP, 2013) Waktu pemberian Sharox® sudah tepat.

Dosis Sharox® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat Sharox® dengan dosis berulang 1 g 2x/hari. Hal ini

menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang

Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri

anaerob, seperti metronidazole atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Sharox® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram iv, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan durasi pemberiannya maksimal 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

67

Kasus No: 3

Subjektif

Usia 28 Tahun TB= 168 cm BB= 71 kg BMI=25,2 Riwayat SC 2 kali Waktu operasi 26/6/2014 (06.10-07.15)

Diagnosis G3P2A2 38 Minggu Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 25/6/2014 – 28/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai Rujukan Satuan 25/6/2014 26/6/2014 27/6/2014 28/6/2014

10.00 04.00 08.15 12.00 14.00 08.00 12.00 07.00 17.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,96

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 32,2

Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,8

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 68,8

Limfosit 12,0 - 44,0 % 22,0

Monosit 0,0 - 11,2 % 7,7

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg - 120/90 120/80 120/80 120/70 120/80 120/70 120/70 110/80

Suhu 36,6-37,5 °C - - - - 36,6 36,3 36,4 36 36,4

Nadi 60-100 x/menit - 87 74 84 84 72 83 86 90

Keluhan - - Nyeri -

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxim iv 2x1 g, diberikan 60 menit pasca operasi, dosis dihentikan 60 jam setelah bedah.

Metronidazol 3x500 mg oral, diberikan 65 menit pasca operasi, dosis dihentikan 40 jam setelah bedah.

Assesment:

Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Lini pertama antibiotika profilaksis

untuk bedah sesar adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif

Metronidazol diberikan untuk mengatasi bakteri anaerob (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazol sudah sesuai indikasi.

Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013), sedangkah pasien mendapat dosis berulang Dosis berlebih

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Cefotaxim diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dan dikombinasi dengan metronidazole dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

68

Kasus No: 4

Subjektif

Usia 28 Tahun TB= 152 cm BB= 57 kg BMI=24,7 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 20/2/2014 (8.00-8.50)

Diagnosis G2P0AB1 38 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 19/2/2014 – 23/2/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 19/2/2014 20/2/2014 21/2/2014 22/2/2014

15.00 05.30 10.30 12.30 14.00 14.00 18.00 07.00 14.00 21.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,68

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 32 32,3

Leukosit 4,0 - 11,0 % 5,2

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 74,9

Limfosit 12,0 - 44,0 % 14,3

Monosit 0,0 - 11,2 % 9,3

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 100/60 120/70 120/70 110/80 90/60

Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36,2 36,3 37 37 36 38 36,4 37,3

Nadi 60-100 x/menit 80 96 86 80 80 80 80 88 80 80

Keluhan Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® 1,5 g 3x/hari, diberikan saat operasi dan dosis dilanjutkan tiap 8 jam hingga 32 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin® (ampicillin) memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013) Pemilihan Vicillin® sudah tepat.

Vicillin® (ampicillin) tidak dapat mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase dan menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotika ini. Karena itu, penggunaannya perlu

dikombinasi dengan antibiotika golongan inhibitor beta lactamase, misalnya sulbaktam atau klavulanat (Hauser, 2013) Butuh tambahan obat

Selain itu, penggunaan ampicillin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob, seperti

metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi. Dosis Vicillin® sebagai profilaksis adalah 2 g (ASHP, 2013). Pasien mendapat Vicillin® dosis berulang 1,5g.

(ASHP, 2013). Hal ini menyebabkan konsentrasi Vicillin® tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang

Durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Rekomendasi

- Dosis Vicillin dijadikan dosis tunggal 2 g dan dikombinasikan dengan sulbaktam dengan dosis 1 g (ASHP, 2013), dan azitromisin dengan dosis 500 mg iv (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dengan durasi maksimal 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

69

Kasus No: 5

Subjektif

Usia 38 Tahun TB= 150 cm BB= 68 kg BMI=30,2 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 3/6/2014 (19.45-20.50)

Diagnosis G2P1A0 H Aterm 37 minggu BDP DG DM HT Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 3/6/2014 - 6/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 3/6/2014 4/6/2014 5/6/2014 6/6/2014

11.30 14.00 21.50 23.00 04.00 09.00 12.00 14.00 18.00 23.00 07.00 11.45 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3.71

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 32.4 32

Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,9

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 65,8

Limfosit 12,0 - 44,0 % 24,8

Monosit 0,0 - 11,2 % 6,0

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 3,3

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 140/80 130/80 180/120 180/110 160/100 160/90 150/90 160/90 160/90 140/90 160/80 150/90 150/80 150/90

Suhu 36,6-37,5 °C 36 36 36,5 36,8 36,6 37,8 36,3 37,2 36,4 37 36.5

Nadi 60-100 x/menit 80 90 82 86 88 80 95 90

Keluhan Nyeri dan panas Nyeri hingga skala 6 Nyeri hingga skala 7 Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1g 2x/hari. Diberikan saat operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II, salah

satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Waktu pemberian Celocid® terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum proses pembedahan. Dosis Celocid® (cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai

dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat dosis berulang 1 g. Hal ini menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang

Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri

anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dan dihentikan setelah 24 jam.

- Monitoring efek samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

70

Kasus No: 6

Subjektif

Usia 28 Tahun TB= 156 cm BB= 61 kg BMI=25,1 Riwayat 1 kali Waktu operasi 8/2/2014 (18.20-19.25)

Diagnosis SC emergensi a/i menolak stimulasi 38 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 8/2/2014 - 11/2/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 8/2/2014 9/2/3014 10/2/2014 11/2/2014

04.00 07.00 14.00 21.00 23.00 05.00 07.00 14.30 18.00 21.00 07.00 11.00 14.00 07.00 14.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,67 4,56

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,9 37,4

Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,7 13,1

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 69,2 80,5

Limfosit 12,0 - 44,0 % 21,6 10,6

Monosit 0,0 - 11,2 % 7,6 7,8

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,0 0,7

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,6 0,4

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/90 100/70 100/70 150/100 120/100 130/80 120/70 120/70 100/60 100/80 150/90

Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36,9 36,3 36,4 38,2 28,7 36,6 36,6 36 37 36,2 36

Nadi 60-100 x/menit 88 80 70 84 96 80 88 84 80 80 80

Keluhan Nyeri Nyeri Pusing, kembung

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1 g 2x/hari, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 60 jam setelah operasi.

Trogyl® oral 500 mg 3x/hari, diberikan 12 jam hingga 72 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II, salah

satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemiliham cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Metronidazol (Trogyl®) dapat diberikan saat ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Metronidazol dapat mengurangi risiko resistensi

bakteri anerob pada sefalosporin generasi I dan II (ASHP, 2013) Pemilihan kombinasi Celocid® dan Trogyl® sebagai profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 g sebagai dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang

Rekomendasi dosis Trogyl® (metronidazole) adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis kurang

Waktu pemberian Celocid® dan Trogyl® terlalu lama. Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit sebelum proses pembedahan Dosis kurang

Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Trogyl® (metronidazol) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 g, dan dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai. Pemberian antibiotika profilaksis dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

71

Kasus No: 7

Subjektif

Usia 36 Tahun TB= 165 cm BB= 95 kg BMI=34,9 Riwayat SC 1x (3,5 tahun lalu) Waktu operasi 9/4/2014 (16.50-18.00)

Diagnosis G2 P1 Ax H aterm 37 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 9/4/2014 - 12/4/2014

Objektif

Hasil laboratorium Nilai

Rujukan Satuan

9/4/2014 10/4/2014 11/4/2014 12/4/2014

15.15 19.30 04.30 10.00 12.00 14.00 07.00 14.10 07.00 12.10

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,82

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 42,6 38

Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,5

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 62,7

Limfosit 12,0 - 44,0 % 30,5

Monosit 0,0 - 11,2 % 5,2

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,5

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 140/100 90/60 120/80 110/70 120/80 130/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36,5 37,5 36,7 37,3 36 36 36,4

Nadi 60-100 x/menit 80 88 80x 88 80 84 84 80 80 80

Keluhan Nyeri skala 3 Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 250 mg 2x/hr, diberikan 12 jam setelah operasi, dosis dihentikan 36 jam setelah operasi. Trogyl® 500 mg 3x/hr, diberikan 12 jam setelah operasi, dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Meiact® 2x/hr, diberikan 12 jam setelah operasi dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Trogyl® (metronidazole) diberikan untuk mengatasi resistensi bakteri anaerob pada sefalosporin generasi II (ASHP, 2013). Pemilihan kombinasi Celocid® dan Trogyl®

sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Meiact® (cefditoren), sefalosporin generasi III yang tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai profilaksis bedah (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Kombinasi dengan Celocid® dan Trogyl® tidak

diperlukan Obat tidak diperlukan Dosis Celocid® (cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g. Hal ini menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan

Dosis kurang

Rekomendasi dosis Trogyl® (metronidazole) adalah dosis tunggal 500 mg iv (Pasien mendapat dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih

Waktu pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama. Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit sebelum proses pembedahan (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005). Efek samping obat (potensial)

Trogyl® (metronidazole) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram iv, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv, diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan pemberian dihentikan setelah 24 jam, sedangkan penggunaan Meiact® sebagai profilaksis dihentikan.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

72

Kasus No: 8

Subjektif

Usia 36 Tahun TB= 155 cm BB= 65 kg BMI=27,1 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 25/3/2014 (04.00-05.30)

Diagnosis G1P0A0 H Aterm 37 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 24/3/2014 - 28/3/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 24/3/2014 25/3/2014 26/3/2014 27/3/2014 28/3/2014

10.00 15.00 03.15 07.00 14.00 21.00 05.00 07.00 14.00 07.00 11.30 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,56

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,6

Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,0

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 66,2

Limfosit 12,0 - 44,0 % 26,3

Monosit 0,0 - 11,2 % 5,7

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,4

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 100/60 110/70 120/90 110/80 120/80 120/80 110/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36 36 36 36,2 37,2 36,3 36 36 37 36,8

Nadi 60-100 x/menit 80 80 50 68 66 80 88 100 76 80 88

Keluhan Nyeri Nyeri Nyeri hingga skala 3

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan 15 menit sebelum operasi selesai, dihentikan 48 jam setelah operasi.

Trogyl® 500 mg 3x/hari, diberikan 12 jam setelah operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,

salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Trogyl® (metronidazole) dapat diberikan untuk mengatasi resistensi bakteri pada sefalosporin generasi

II (Hauser, 2013) Pemilihan kombinasi Celocid® dan Trogy® sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang

Rekomendasi dosis Trogyl® (metronidazole) adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat dosis berulang 500mg 3x/hari Dosis kurang

Waktu pemberian terlalu lama. Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit sebelum proses pembedahan (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Trogyl® (metronidazole) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram iv, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

73

Kasus No: 9

Subjektif

Usia 27 Tahun TB= 164 cm BB= 84 kg BMI=31,2 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 27/2/2014 (08.25 - 09.45)

Diagnosis H aterm 40 minggu, hipertensi kronis dalam terapi Tindakan SC emergensi Lama tinggal 26/02/2014 - 01/3/2014

Objektif

Hasil laboratorium Nilai Rujukan Satuan 26/2/2014 27/2/2014 28/2/2014 1/3/2014

10.29 15.00 21.00 05.30 14.00 20.40 05.00 07.00 12.00 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,0

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 3,8 29

Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,9

Neutrofil 35,0 - 88,7 %

Limfosit 12,0 - 44,0 % 14,5

Monosit 0,0 - 11,2 %

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 120/95 130/90 140/90 130/95 140/90 140/80 140/80 140/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,7 36,5 36,3 37,2 36,2

Nadi 60-100 x/menit 80 84 88 84 84

Keluhan Skin test Cefotaxim: alergi

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefazolin 2x1 g, diberikan 30 menit sebelum operasi, dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.

Metronidazol 500 mg 3x/hr,diberikan 12 jam pasca operasi, dosis dihentikan 36 jam pasca operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis lini pertama untuk SC adalah cefazolin Pemilihan cefazolin sebagai profilaksis sudah tepat.

Metronidazol dapat diberikan saat ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Metronidazol dapat mengurangi risiko resistensi bakteri anerob pada

sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013) Pemilihan kombinasi cefazolin dan Trogyl® sebagai profilaksis sudah tepat.

Waktu pemberian antibiotika profilaksis yaitu 30-60 menit sebelum pembedahan (ASHP, 2013). Pasien mendapat cefazolin 30 menit sebelum operasi Waktu pemberian tepat.

Dosis cefazolin sebagai profilaksis seharusnya dosis tunggal yaitu 2 gram (ASHP, 2013). Pasien mendapat cefazolin dengan dosis berulang 1 g. Hal ini menyebabkan konsentrasi

cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang

Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari dan baru diberikan 12 jam setelah

operasi Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama. Dosis maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Dosis cefazolin diubah menjadi dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan metronidazole dengan dosis 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012). - Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum pembedahan, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

74

Kasus No: 10

Subjektif

Usia 25 Tahun TB= 160 cm BB= 58 kg BMI=22,7 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 5/3/2014 (16.50 - 18.00)

Diagnosis H.aterm 37 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 5/3/2014 - 8/3/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai Rujukan Satuan 5/3/2014 6/3/2014 7/3/2014 8/3/2014

09.00 14.00 19.30 07.00 14.00 18.00 21.00 05.00 07.00 11.30 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,53 3,50

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 36,4 32,0 29

Leukosit 4,0 - 11,0 % 9,7 15,2

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 68,2

Limfosit 12,0 - 44,0 % 21,7 15,5

Monosit 0,0 - 11,2 % 9,0

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,9 0,9

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/70 100/70 100/70 110/70

Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,8 36,7 38 37,7 39 37,6 37,3 37 37,5 36,5

Nadi 60-100 x/menit 80 80 80 80 96 88 100 88 100 92 84 84

Keluhan Nyeri Nyeri Nyeri skala 4

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxim 1g 2x/hari, diberikan 12 jam setelah operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi.

Assesment:

Lini pertama sebagai antibiotika profilaksis yang paling efektif pada operasi sesar adalah cefazolin (ASHP, 2013). Golongan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim tidak

dianjurkan untuk digunakan sebagai profilaksis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Obat tidak efektif

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Cefotaxim diganti dengan cefazolin iv dosis tunggal 2 g, yang dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

75

Kasus No: 11

Subjektif

Usia 25 Tahun TB= 159 cm BB= 92 kg BMI=36,4 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 16/6/2014

Diagnosis H. aterm 38 Minggu, permintaan SC Tindakan SC elektif Lama tinggal 14/6/2014 - 20/6/2014

Objektif

Hasil laboratorium Nilai Rujukan Satuan 14/6/2014 15/6/2014 16/6/2014 17/6/2014 18/6/2014 19/6/2014 20/6/2014

19.00 07.00 14.00 07.00 14.00 07.00 11.15 14.00 18.00 07.00 12.00 14.00 18.00 07.00 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,37

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 38,9 38

Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,9

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 43,1

Limfosit 12,0 - 44,0 % 45,7

Monosit 0,0 - 11,2 % 8,4

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 2,5

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,3

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 120/80 120/80 140/80 130/80 110/80 120/80 120/90 130/80 120/80 130/80 120/70 130/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36 36,5 36,4 36,6 37,2 36,5 37,7 36,9 36,7 38,5 38 36,4 36,4 36,5 36,5

Nadi 60-100 x/menit 88 83 80 84 85 84 80 76 88 96 85 84 84 85 84 82

Keluhan Nyeri Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® iv 1,5 gr 3x/hari, diberikan 70 menit sebelum operasi, dan dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.

Assesment

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013), sehingga dapat digunakan sebagai

profilaksis pada SC.

Vicillin® (ampicilin) tidak dapat mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase dan menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotika ini. Karena itu, penggunaannya

perlu dikombinasi dengan antibiotika golongan inhibitor beta lactamase, misalnya sulbaktam atau klavulanat Butuh tambahan obat

Selain itu, penggunaan ampicillin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob,

seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Dosis Vicillin® normal sebagai profilaksis adalah 2 g dosis tunggal. Namun pasien memiliki BMI >35 dan perlu mendapat dosis ganda (ASHP, 2013; SOGC, 2010), yaitu 4 gram.

sedangkan pasien mendapat dosis berulang 1,5g 3x sehari. Selain itu, waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Rekomendasi

- Dosis Vicillin digandakan menjadi dosis tunggal 4 g dan dikombinasikan dengan sulbaktam dengan dosis 2 g (ASHP, 2013), dan azitromisin dengan dosis 500 mg iv (Doss, et al.,

2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

76

Kasus No: 12

Subjektif

Usia 23 Tahun TB= 158 cm BB= 52,5 kg BMI=21,0 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 4/2/2014 (05.50 - 06.50)

Diagnosis Presbo premigravidagh aterm BDP 37 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 03/2/2014 - 6/2/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 3/2/2014 4/2/2014 5/2/2014 6/2/2014

18.30 20.30 8.30 12.00 18.00 07.00 14.00 18.00 07.00 14.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,44

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 38,2 35

Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,8

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 59,9

Limfosit 12,0 - 44,0 % 30,6

Monosit 0,0 - 11,2 % 8,4

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,6

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,5

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 100/80 100/60 100/70 100/60 100/60

Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36,9 36 36 37 37,7 36,3 36

Nadi 60-100 x/menit 80 80 84 88 86 88 86 88

Keluhan Nyeri Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan 1 jam setelah operasi, dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin

generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g, sedangkan pasien mendapat dosis berulang 1g 2x sehari. Selain itu, waktu pemberian

terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Celocid® diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

- Monitoring efek samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

77

Kasus No: 13

Subjektif

Usia 36 Tahun TB= 150 cm BB=65 kg BMI=28,9 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 24/4/2014 (11.50-12.55)

Diagnosis G2 P1 A0 37 Minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 23/04/2014 - 28/04/2014

Objektif

Hasil laboratorium Nilai

Rujukan Satuan

23/4/2014 24/4/2014 25/4/2014 26/4/2014 27/4/2014 28/4/2014

18.49 07.00 11.00 14.00 23.30 04.00 07.00 14.00 07.00 14.00 18.00 21.00 08.10 14.00 21.00 05.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 3,78 3,12

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,8 33 30

Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,8 9,6

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 65,3 79,3

Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,8 15.0

Monosit 0,0 - 11,2 % 9,3 3,7

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,5 1,9

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 90/70 100/60 100/60 100/90 100/70 90/60 120/70 110/70 90/70 100/70

Suhu 36,6-37,5 °C 36,2 36,9 36,4 36,6 37,5 36,5 38 36,7 36,2 38 36,7 36,3 37,4 37 36,8 36,8 36,3

Nadi 60-100 x/menit 88 88 92 90 80 76 80 85 108 80 88 80 80 88

Keluhan Panas

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® 1,5 g 3x/hr, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi.

Metronidazol infus 3x1 plb (500mg) diberikan 8 jam setelah operasi hingga 72 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013), sehingga dapat digunakan sebagai profilaksis pada SC.

Trogyl® (metronidazole) dapat diberikan untuk mengatasi kelemahan sefalosporin generasi II pada bakteri anaerob (ASHP, 2013) Pemilihan kombinasi Vicillin ® dan metronidazole

sudah tepat.

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Dosis Vicillin® sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 2 g (ASHP, 2013), sedangkan pasien mendapat dosis berulang 1,5g 3x/hari Dosis kurang

Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Dosis Vicillin® dijadikan dosis tunggal 2-4 g, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

78

Kasus No: 14

Subjektif

Usia 27 Tahun TB= 158 cm BB= 56 kg BMI=22,4 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 27/5/2014 (00.30-01.30)

Diagnosis G1 39 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 26/05/2014 - 29/05/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 26/5/2014 27/5/2014 28/5/2014 29/5/2014

23.00 05.00 07.00 11.00 14.00 21.00 05.00 07.00 11.30 14.00 18.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,16

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,5

Leukosit 4,0 - 11,0 % 14,2

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 86,7

Limfosit 12,0 - 44,0 % 8,3

Monosit 0,0 - 11,2 % 4,0

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,9

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/70 130/80 100/70 120/70

Suhu 36,6-37,5 °C 37 36,4 37,8 37,8 36,3 37,2 37,5 37,5 37,8 36,4 36,7

Nadi 60-100 x/menit 80 80 88 88 84 88 88 80 80 88 80

Keluhan Nyeri, panas, menggigil Nyeri, panas

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin

generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal, sedangkan pada kasus ini pasien mendapat dosis berulang 1 g

2x/hari. Selain itu, waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013). Dosis kurang

Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

79

Kasus No: 15

Subjektif

Usia 22 Tahun TB= 158 cm BB=56 kg BMI=22,4 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 25/3/2014

Diagnosis G1P0A0 H.Aterm Tindakan SC eleksi Lama tinggal 25/03/2014 - 28/03/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 25/3/2014 26/3/2014 27/3/2014 28/3/2014

18.30 22.00 05.00 07.00 14.00 07.00 11.30 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3

Hematokrit 37,0 - 47,0 %

Leukosit 4,0 - 11,0 %

Neutrofil 35,0 - 88,7 %

Limfosit 12,0 - 44,0 %

Monosit 0,0 - 11,2 %

Eusinofil 0,0 - 9,5 %

Basofil 0,0 - 2,5 %

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 120/80 - 130/80 - 90/70 100/70 100/80

Suhu 36,6-37,5 °C 37,3 - 37 36 36,7 37,8 37,8 36

Nadi 60-100 x/menit 80 - 80 72 84 88 100 84

Keluhan Nyeri Nyeri skala 5, panas

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan saat operasi dimulai dan dosis dilanjutkan hingga 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin

generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal, sedangkan pada kasus ini pasien mendapat dosis berulang 1 g

2x/hari. Selain itu, waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotik profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

80

Kasus No: 16

Subjektif

Usia 31 Tahun TB= 142 cm BB= 46,5 kg BMI=23,1 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 25/2/2014 (05.50-06.45)

Diagnosis G1P0 39 minggu dengan KPD Tindakan SC emergensi Lama tinggal 24/02/2014 - 27/02/2014

Objektif

Hasil laboratorium Nilai

Rujukan

Satuan 24/2/2014 25/2/2014 26/2/2014 27/2/2014

21.15 05.10 08.00 16.30 05.00 07.00 14.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,8

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 34,2 33

Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,0

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 64,5

Limfosit 12,0 - 44,0 % 24,2

Monosit 0,0 - 11,2 % 9,1

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 2,2

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/80 130/90 110/70 110/60 120/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36,6 36,8 36,5 36,2 37,8 37,8 36,7 37,7

Nadi 60-100 x/menit 80 80 88 88 100 92

Keluhan Nyeri, panas

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 60 jam setelah operasi.

Trogyl® tab 500 mg 3x/hr, diberikan 8 jam hingga 60 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,

salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Trogyl® (metronidazole) dapat diberikan bila dicurigai ada risiko infeksi dari bakteri anaerob

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan kombinasi Celocid ® dan Trogyl ® sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang

Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg3x/hari Dosis kurang

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Trogyl® (metronidazole) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit belum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

81

Kasus No: 17

Subjektif

Usia 39 Tahun TB= 155 cm BB=67 kg BMI=27,9 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 29/1/2014 (22.30-23.40)

Diagnosis G1P1 AH1 38 Minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 29/1/2014 - 01/2/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 29/1/2014 30/1/2014 31/1/2014 01/02/2014

19.30 20.14 02.00 05.00 07.00 12.10 14.10 15.30 21.00 05.00 07.00 12.00 14.00 07.00 12.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,01

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,5

Leukosit 4,0 - 11,0 % 21,4

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 77,5

Limfosit 12,0 - 44,0 % 12,2

Monosit 0,0 - 11,2 % 8,3

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,1

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,9

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 140/100 110/80 110/80 140/90 120/90 110/80 140/80 120/70 140/90 120/80 150/100 140/100

Suhu 36,6-37,5 °C 37,2 36,3 37 36,3

Nadi 60-100 x/menit 88 37 88 84 96 80

Keluhan Nyeri Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan 30 menit sebelum operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin

generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Pemilihan Celocid® sudah tepat. Waktu pemberian Celocid® juga sudah tepat

sesuai rekomendasi yaitu 30-60 menit sebelum pembedahan (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

82

Kasus No: 18

Subjektif

Usia 20 Tahun TB= 148 cm BB=45 kg BMI=20,5 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 29/1/2014 (18.00-18.50)

Diagnosis G1P0AD0 UK 39 minggu + 6 dengan KPD Tindakan SC elektif Lama tinggal 28/5/2014 - 31/5/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 28/5/2014 29/5/2014 30/5/2014 31/5/2014

09.00 20.00 07.00 12.00 14.00 07.00 12.05 14.00 18.30 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 3,90

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,6 38

Leukosit 4,0 - 11,0 % 9,8

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 76,6

Limfosit 12,0 - 44,0 % 17,2

Monosit 0,0 - 11,2 % 5,0

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,1

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/90 100/60 100/70 100/70 - 95/60 90/60 90/60 - 100/70

Suhu 36,6-37,5 °C 36,7 - 36,5 - 37,2 37,8 37 36 37,7 36,5

Nadi 60-100 x/menit 86 80 80 - 80 84 81 84 - 84

Keluhan Panas Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan 1 jam setelah operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin

generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari. Selain itu, waktu pemberian terlalu

lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Celocid® diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

83

Kasus No: 19

Subjektif

Usia 38 Tahun TB= 162 cm BB=56,2 kg BMI=21,4 Riwayat SC 2 kali Waktu operasi 2/6/2014 (18.20-19.20)

Diagnosis G3P2A0 H.aterm Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 2/6/2014-5/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 2/6/2014 3/6/2014 4/6/2014 5/6/2014

13.05 15.00 21.30 04.30 07.00 14.00 07.00 12.05 7.10 11.50

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3

Hematokrit 37,0 - 47,0 %

Leukosit 4,0 - 11,0 %

Neutrofil 35,0 - 88,7 %

Limfosit 12,0 - 44,0 %

Monosit 0,0 - 11,2 %

Eusinofil 0,0 - 9,5 %

Basofil 0,0 - 2,5 %

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/80 100/70 110/70 110/70 110/70 100/60 100/70 110/70 110/70

Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,7 30 36,4 37,3 37 36,5 36,6

Nadi 60-100 x/menit 89 80 80 80 84 84 74 74 86

Keluhan Nyeri, panas

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan 30 menit setelah operasi dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu

sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sudah tepat.

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari. Selain itu, waktu

pemberian terlalu lama, seharusnya diberikan 30-60 sebelum operasi (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum

untuk mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 g, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012). - Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

84

Kasus No: 20

Subjektif

Usia 31 tahun TB= 155 cm BB=94 kg BMI=39,1 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 1/4/2014 (17.30-19.10)

Diagnosis Janis besar secundigravida H aterm 37 minggu Tindakan re SC elektif Lama tinggal 1/4/2014-3/4/2014

Objektif

Hasil laboratorium Nilai Rujukan Satuan 1/4/2014 2/4/2014 3/4/2014

13.15 20.30 04.45 07.00 14.00 7.00 12.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,09

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,6

Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,9

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 67,9

Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,1

Monosit 0,0 - 11,2 % 6,6

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 2,3

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/80 150/100 120/70 120/80 140/100 130/80

Suhu 36,6-37,5 °C 37,6 36,7 37,8 37

Nadi 60-100 x/menit 84 72 88

Keluhan Nyeri, panas

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxime 1 g 2x/hari, diberikan 10 jam pasca operasi, dosis kedua diberikan 12 jam kemudian (30 menit setelah operasi), dosis dilanjutkan lagi selama 48 jam.

Metronidazol oral 500 mg diberikan siang dan malam dalam 24 jam. Dosis pertama diberikan 6 jam sebelum operasi. Dosis kedua diberikan

30 menit sebelum operasi.

Assesment

Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Antibiotika profilaksis yan paling efektif untuk SC

adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif

Metronidazol dapat diberikan bila dicurigai ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazole sudah tepat. Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole oral dengan dosis yang sama 30 menit sebelum operasi. Pemberian dengan rute

oral memiliki kelemahan yaitu waktu absorbsi lebih lambat dibanding dengan rute iv, sehingga pada saat operasi berisiko tidak mencapai konsentrasi yang dibutuhkan Dosis kurang

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial) Rekomendasi

- Cefotaxim diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012). - Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

85

Kasus No: 21

Subjektif

Usia 28 Tahun TB= 148 cm BB= 58 kg BMI=26,5 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 21/6/2014 (6.30-8.30)

Diagnosis H aterm 36 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 21/6/2014-23/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 21/6/2014 22/6/2014 23/6/2014

01.20 05.00 10.00 11.00 14.00 21.00 07.00 14.00 21.00 07.00 12.00 14.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4.39

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 42,9

Leukosit 4,0 - 11,0 % 13,5

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 60,9

Limfosit 12,0 - 44,0 % 27,2

Monosit 0,0 - 11,2 % 8,0

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 4,0

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,4

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 100/70 100/70 90/60 110/70 100/70 90/60 100/60 90/60 100/70

Suhu 36,6-37,5 °C 37 36,4 36 37 36,3 36,6 36,5 36,7

Nadi 60-100 x/menit 88 88 78 80 79 80 100 80 84 81 80

Keluhan Nyeri, panas Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Ceftriaxon 2x1 g, diberikan 4 jam 30 menit sebelum operasi, dan dosis kedua diberikan 2 jam 30 menit setelah operasi.

Dosis diulang hingga 24 jam seteleh operasi.

Metronidazol infus 1 plb (500 mg) 3x/hari, diberikan 2 jam 30 menit pasca operasi, dihentikan 24 jam pasca operasi.

Assesment:

Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti ceftriaxon (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Antibiotika profilaksis untuk

yang paling efektif untuk SC adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif

Metronidazol dapat diberikan bila dicurigai ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazole sudah tepat

Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih

Waktu pemberian antibiotika profilaksis ceftriaxone terlalu cepat, dan metronidazole terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam durasi pemberian sudah tepat.

Rekomendasi

- Ceftriaxon diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dan dikombinasikan dengan metronidazole dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

86

Kasus No: 22

Subjektif

Usia 33 tahun TB= 156 cm BB=75 kg BMI=30,8 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 25/4/2014 (23.30-00.30)

Diagnosis G1P1Ao, gestasional hipertensi, KPD, H 38 Tindakan Re SC emergensi Lama tinggal 24/4/2014-26/4/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 24/4/2014 25/4/2014 26/4/2014 27/4/2014

19.20 21.00 01.20 04.00 06.00 07.00 12.00 14.00 18.00 07.00 18.00 07.00 14.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,33

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 39,1

Leukosit 4,0 - 11,0 % 11,9

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 70,5

Limfosit 12,0 - 44,0 % 21,3

Monosit 0,0 - 11,2 % 6,3

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,7

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 150/100 160/120 100/70 130/90 140/80 140/80 140/90 130/80 120/70 150/90 130/90

Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,8 36,5 36,3 37,2 36,5 36,8 37

Nadi 60-100 x/menit 100 120 116 80 90 75 96 84 80

Keluhan Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan 1 jam sebelum operasi. Dosis dihentikan 96 jam (4 hari) setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu

sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah

tepat. Waktu pemberian sudah tepat sesuai rekomendasi yaitu 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 g, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Pemberian antibiotika profilaksis dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

87

Kasus No: 23

Subjektif

Usia 36 Tahun TB= 148 cm BB=55 kg BMI=25,1 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 9/1/2014 (16.00-17.35)

Diagnosis G1P0Ao H 40 minggu + 6 Tindakan SC elektif Lama tinggal 9/1/2014-12/1/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 9/1/2014 10/1/2014 11/1/2014 12/1/2014

08.00 11.00 17.30 07.00 14.00 18.00 05.00 07.00 14.00 17.30 05.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 3,61 10,5

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 34

Leukosit 4,0 - 11,0 % 13,6

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 76

Limfosit 12,0 - 44,0 % 14,2

Monosit 0,0 - 11,2 % 8,5

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,6

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,7

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 0/70 120/70 120/70 100/70 110/60 110/60 110/60 120/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36 37 37 36,7 37,3 38 36,8 37 38,2 36 36,3

Nadi 60-100 x/menit 80 80 80 88 86 97 96 84 112 88 80

Keluhan Nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxime 1g 2x/hari, diberikan 3 jam 30 menit sebelum bedah, dosis dihentikan 60 jam pasca bedah.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin (ASHP, 2013). Golongan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim tidak dianjurkan untuk

digunakan sebagai profilaksis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Obat tidak efektif

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Cefotaxim diganti dengan cefazolin iv dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

88

Kasus No: 24

Subjektif

Usia 34 Tahun TB=142 cm BB=59 kg BMI=29,3 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 12/6/2014 (18.45-19.45)

Diagnosis G3P1AB1 H 37 +2 Tindakan SC emergensi Lama tinggal 12/6/2014-17/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 12/6/2014 13/6/2014 14/6/2014 15/6/2014 16/6/2014 17/6/2014

17.00 6.00 7.00 14.00 07.00 07.00 14.00 12.00 14.00 07.00 12.00 14.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 3,92 12,2

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 34

Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,4

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 62,9

Limfosit 12,0 - 44,0 % 29

Monosit 0,0 - 11,2 % 6,8

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,2

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,3

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 130/80 130/90 130/70 130/90 120/80 110/80 130/90 120/90

Suhu 36,6-37,5 °C 36,7 37,4 37,2 36,5 37.2 36 39 37 3637 37 36

Nadi 60-100 x/menit 90 88 84 88 89 88 84 88 8388 88 80

Keluhan Nyeri, sakit Nyeri Sesak Sesak

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxim 1g 2x/hari, diberikan 15 menit setelah operasi, dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin (ASHP, 2013). Golongan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim tidak dianjurkan

untuk digunakan sebagai profilaksis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Obat tidak efektif

Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Cefotaxim diganti dengan cefazolin iv dosis tunggal 2 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss,

et al, 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

89

Kasus No: 25

Subjektif

Usia 24 Tahun TB=160 cm BB=76 kg BMI=29,7 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 4/3/2014 (13.00-14.10)

Diagnosis G1P1Ao 38+6 air ketuban pecah jam 6.00 Tindakan SC emergensi Lama tinggal 4/3/2014-7//3/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai Rujukan Satuan 4/3/2014 5/3/2014 6/3/2014 7/3/2014

6.45 09.30 7.00 13.00 14.00 23.59 06.00 07.00 14.00 18.00 21.00 7.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 11,6 4,53 3,67 3,41

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,2 31,0 28,5

Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,1 17,6 17,6

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 70,4 - -

Limfosit 12,0 - 44,0 % 20,9 12,3 14,8

Monosit 0,0 - 11,2 % 7,3 - -

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,3 1,1 2,9

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1 0,2 0,1

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 110/70 130/80

Suhu 36,6-37,5 °C 37 38,5 37,2 38 39 37,4 37 37 37,3 38,3 37,3

Nadi 60-100 x/menit 84 84 80 96 84 84 88 100 80

Keluhan Test tahan OK Kedinginan Pasien mendapat sanmol

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® 1,5g 3x/hari, diberikan saat operasi, dan dihentikan 48 jam setelah operasi

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin® memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013), sehingga dapat digunakan sebagai

profilaksis pada SC.

Vicillin® (Penicilin) tidak dapat mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase dan menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotika ini. Karena itu, penggunaannya

perlu dikombinasi dengan antibiotika golongan inhibitor beta lactamase Butuh tambahan obat.

Selain itu, penggunaan ampicillin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob,

seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Dosis Vicillin® sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 2 g (ASHP, 2013), sedangkan pasca SC pasien mendapat dosis berulang 1,5g 3x/hari. Waktu pemberian terlalu lama,

seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Rekomendasi

- Dosis Vicillin® dijadikan dosis tunggal 2-4 g, dikombinasikan dengan sulbaktam 1 g dan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

90

Kasus No: 26

Subjektif

Usia 28 tahun TB=155 cm BB=60 kg BMI=25,0 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 26/5/2014 (18.10-19.55)

Diagnosis Oligo primigravida H 38 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 26/5/2014-29/5/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 26/5/2014 27/5/2014 28/5/2014 29/5/2014

11.00 14.00 07.00 15.00 18.00 21.00 05.00 07.10 14.00 18.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm

3 4,2

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 36,4 35

Leukosit 4,0 - 11,0 % 7,0

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 70,3

Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,2

Monosit 0,0 - 11,2 % 5,4

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,9

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 90/60 120/70 110/70 110/70 100/80

Suhu 36,6-37,5 °C 36,4 36,4 36,8 38 37,3 36,1 37 37,1 35,8 35,7 36,3

Nadi 60-100 x/menit 80 80 83 92 80 80 80 84 80 68 84

Keluhan Panas, nyeri

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1g 2x/hari. Diberikan 30 menit sebelum operasi, dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.

Assesment:

Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu

sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah

tepat. Waktu pemberian sudah tepat sesuai rekomendasi yaitu 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk

mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat

Rekomendasi

- Dosis celocid dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).

- Pemberian antibiotika profilaksis dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

91

Kasus No: 27

Subjektif

Usia 31 tahun TB= 168 cm BB= 78 kg BMI=27,6 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 22/6/2014 (02.45-03.05)

Diagnosis G3P2Ao H 40+6 dengan ketuban pecah Tindakan SC emergensi Lama tinggal 22/6/2014-24/6/2014

Objektif

Hasil

laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan 22/6/2014 23/6/2014 24/6/2014

01.00 07.00 14.00 21.00 07.00 05.00 07.00

Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,39

Hematokrit 37,0 - 47,0 % 40,4

Leukosit 4,0 - 11,0 % 11,6

Neutrofil 35,0 - 88,7 % 73,0

Limfosit 12,0 - 44,0 % 19,3

Monosit 0,0 - 11,2 % 5,6

Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,9

Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2

Tanda vital

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 90/70 110/60 110/70 110/70

Suhu 36,6-37,5 °C 36,1 36,2 36,6 36,4 36,5 36,3 36,5

Nadi 60-100 x/menit 80 80 84 88 80 80 83

Keluhan

Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Ceftriaxon 2x1 g, diberikan 45 menit sebelum operasi, dosis diulang hingga 48 jam seteleh operasi.

Metronidazol infus 1 plb (500 mg) /8 jam, diberikan 5 jam pasca operasi, dihentikan 48 jam pasca operasi.

Assesment:

Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti ceftriaxon (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Lini pertama sebagai

antibiotika profilaksis untuk bedah sesar adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif

Metronidazol dapat diberikan bila ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazole sudah sesuai indikasi

Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih

Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih

Waktu pemberian metronidazol terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang

Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)

Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)

Rekomendasi

- Ceftriaxon diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan metronidazole dosis tunggal 500 mg iv.

- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al.., 2012).

- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

92

92

Lampiran 2. Hasil Wawancara Peneliti dengan Apoteker Di Rumah Sakit

Panti Rini Mengenai Peresepan Antibiotika Profilaksis untuk SC

1. Apakah terdapat standar prosedur medis untuk SC di RS Panti Rini?

Jawaban: Sepertinya ada. Nanti silahkan dipastikan ke ketua komite dokter.

2. Apakah pilihan antibiotika profilaksis yang digunakan pada standar prosedur

medis untuk SC di RS Panti Rini?

Jawaban: Saya kurang tahu. Dokter yang lebih tahu tentang itu.

3. Bagaimana biasanya dokter menentukan peresepan antibiotika profilaksis

untuk SC? Apakah ada diskusi dengan apoteker?

Jawaban: Mungkin ada acuan yang dokter gunakan, saya juga kurang tahu.

Tidak ada diskusi dengan farmasi.

4. Apakah sudah pernah dilakukan evaluasi terapi antibiotika profilaksis untuk

SC?

Jawaban: Saya kurang tahu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

93

93

Lampiran 3. Hasil Wawancara Peneliti dengan Salah Satu Dokter Bedah SC

Di Rumah Sakit Panti Rini Mengenai Peresepan Antibiotika Profilaksis

untuk SC

1. Pada standar prosedur medis RS Panti Rini untuk SC tidak menyebutkan

antibiotika profilaksis apa yang digunakan. Bagaimana dokter memilih

antibiotika yang diresepkan? Adakah acuan khusus yang dipakai?

Jawaban: Tidak ada. Jika hasil skin test menunjukkan pasien tidak alergi,

maka antibiotika itu bisa dipakai.

2. Apakah pilihan antibiotika profilaksis yang biasa dokter resepkan?

Jawaban: Celocid® (Cefuroxime).

3. Bagaimana biasanya dokter menentukan peresepan antibiotika profilaksis

untuk SC tersebut? Apakah ada diskusi dengan apoteker?

Jawaban: Tidak ada diskusi dengan apoteker.

4. Apakah yang menjadi alasan pemilihan cefuroxime sebagai antibiotika

profilaksis untuk SC?

Jawaban: Sudah biasa pakai itu. Spektrumnya luas dan bisa dipakai sebagai

profilaksis. Jadi, pakai cefuroxime.

5. Berdasarkan referensi yang saya baca, beberapa organisasi kesehatan

merekomendasikan cefazolin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC. Apakah

pertimbangan dokter sehingga cefazolin tidak diresepkan sebagai antibiotika

profilaksis untuk SC?

Jawaban: Saya tidak tahu cefazolin. Karena biasanya cefuroxime bisa

digunakan, jadi saya pilih cefuroxime. (Kemudian dokter menanyakan harga

cefazolin ke instalasi farmasi). Harga cefazolin termasuk mahal. Mungkin

karena mahal sehingga jarang ada yang menggunakan.

6. Cefuroxime dan antibiotika lainnya yang diresepkan sebagai profilaksis

diberikan 3 atau 4 hari. Apakah pemberiannya tetap sebagai antibiotika

profilaksis bedah atau sebagai antibiotika terapi?

Jawaban: Tetap profilaksis. Biasanya kita lihat selama maksimal 3 hari, kalau

tanda-tanda vital meningkat, netrofil meningkat, jahitan bedah basah,

kemerahan, atau bernanah langsung diganti dengan antibiotika terapi. Tapi

kalau tidak ada masalah (infeksi), biasanya profilaksis kita berikan maksimal

3 hari. Walau operasi sudah selesai, masih ada risiko infeksi selama pasien

berada di ruang perawatan, luka dan jahitan bedahnya itu gampang terinfeksi.

7. Apakah sebelumnya sudah pernah dilakukan evaluasi hasil terapi antibiotika

profilaksis untuk pasien SC?

Jawaban: Belum pernah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … KASUS SECTIO CAESAREA (SC) ... Accuracy of the use of prophylaxis antibiotic becomes one important key to minimize the infection. The

94

94

BIOGRAFI PENULIS

Jessica Christy Sitio lahir di Tenggarong pada tanggal 8

Januari 2014 dan merupakan putri kedua dari pasangan

Sudirman Sitio, SH dan Osna Simatupang. Penulis

menempuh pendidikan formal pertamanya di TK Mawar

Tenggarong (1998-1999). Kemudian penulis

melanjutkan pendidikannya di SD Negeri 009

Tenggarong (1999-2004) dan SD Negeri 008 Sangatta

Utara (2004-2005), SMP Negeri 1 Sangatta Utara (2005-

2008), dan SMA Negeri 1 Sangatta Utara (2008-2011).

Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan S1

di perguruan tinggi, penulis mengikuti beberapa

kegiatan kemahasiswaan dan terlibat dalam kepanitiaan pelepasan wisuda pada

tahun 2013 serta kepanitiaan Sadar Sehat yang diselenggarakan oleh Jaringan

Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) wilayah Yogyakarta pada tahun 2013.

Penulis juga mengikuti kegiatan keorganisasian dengan menjadi redaksi majalah

Pharmaholic pada tahun 2013-2014. Prestasi yang pernah diraih penulis yaitu

menjadi penerima dana hibah dari DIKTI pada tahun 2014 dalam Program

Kreativitas Mahasiswa bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) dan berhasil

lolos sampai tahap Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke 27 di

Universitas Diponegoro Semarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI