Pkmrs Tetanus Fix
-
Upload
dian-eka-permata -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Pkmrs Tetanus Fix
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
1/17
TETANUS ANAK
I. PENDAHULUAN
Tetanus adalah kelainan neurologis, yang ditandai oleh peningkatan tonus dan spasme
otot, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Tetanus terdapat dalam beberapa
bentuk klinis, termasuk penyakit yang generalisata, neonatal, dan terlokalisasi.
Pada anak, penyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak-anak yang belum pernah
mendapatkan imunisasi tetanus (DPT). Pada umumnya terdapat pada anak yang berasal dari
keluarga yang belum mengerti pentingnya imunisasi dan pemeliharaan kesehatan, seperti
kebersihan lingkungan dan perorangan. Sedangkan pada neonates, tetanus neonatorum sangat
berhubungan dengan aspek pelayanan kesehatan neonatal, terutama pelayanan persalinan
(persalinan yang bersih dan aman), khususnya perawatan tali pusat.
II. DEFINISI
Tetanus adalah suatu toksemi akut yang disebabkan oleh absorsi endotoksin Clostridium
tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat dan menimbulkan paralitik spastik
yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospasmin merupakan endotoksin yang diproduksi oleh
Clostridium tetani. Spora Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka pada
kulit oleh karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat.
III. ETIOLOGI
Clostridium tetani adalah bakteri penyebab tetanus dengan sifat, basil gram-positif,
dengan spora diujungnya sehingga berbentuk seperti pemukul gendering (drumstik), obligat
anaerob (berbentuk !egetati!e apabila berada dalam lingkungan anaerob) dan dapat bergerak
menggunakan flagella. Clostridium tetani juga menghasilkan eksotoksin yang kuat,
tetanospasmin dan tetanolisin.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
2/17
"akteri ini dapat ditemukan dalam dua bentuk yaitu Spora (dorman) atau #egetatif sel
(aktif) yang dapat bermultiplikasi. Spora dapat hidup di tanah dan kotoran hewan dan dapat
bertahan di lingkungan tertentu selama bertahun-tahun. Spora dapat resisten pada suhu yang
ekstrim. $ontaminasi luka dan dengan bakteri akan menjadikan spora menjadi aktif. "akteri
yang telah aktif akan mengeluarkan dua toksin, tetanolisin dan tetanospasmin menjadi penyebab
dari penyakit ini. Penyakit ini seara khas terjadi jika terdapat luka pada kulit. $ebanyakan kasus
pada luka tusuk, laserasi atau garukan. Tetanus juga disebabkan oleh gigitan hewan, operasi,
abses, melahirkan dan penggunaan jarum suntik. Tetanus dapat berkembang pada seseorang yang
tidak memiliki imunitas atau seseorang yang memiliki imunitas yang tidak adekuat.
%ambar &. Clostridium tetani
'#. P'D'*+*%'
Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah populasi
masyarakat yang tidak kebal, tingkat populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat penemaran
biologi lingkungan peternakan pertanian, dan adanya luka pada kulit atau mukosa. Tetanus pada
anak tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah risiko tinggi dengan akupan imunisasi
DPT yang rendah angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi, akibat perbedaaan akti!itas
fisiknya.
eser!oir utama kuman ini adalah yang mengandung kotoran ternak, kuda dan
sebagainya, sehingga risiko penyakit ini didaerah peternakan sangat besar. Spora kuman
lostridium tetani yang tahan terhadap kekeringan dapat bertebaran di mana-mana/ misalnya
dalam debu jalanan, lampu operasi, bubuk antisepti (dermatol), ataupun pada alat suntik dan
operasi.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
3/17
Pada dasarnya tetanus adalah penyakit akibat penyakit penemaran lingkungan oleh
bahan biologis (spora), sehingga upaya kausal menurunkan attak rate berupa ara mengubah
lingkungan fisik atau biologi. Port d0entre tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun
diduga melalui1
&. +uka tusuk, patah tulang komplikasi keelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang luas
2. +uka operasi, luka yang tak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. *titis media, karies gigi, luka kronik
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan punting tali pusat dengan kotoran
binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan dan daun-daunan merupakan penyebab utama masuknya
spora pada punting tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum.
'nsiden kasus tetanus seara global diestimasikan mendekati angka & juta kasus. 5ngka
mortalitas dari tetanus berbeda-beda pada setiap negara, dimana bergantung pada tingkat
kebersihan, dan mendekati angka &667 pada kasus yang tidak mendapatkan terapi medis.
5dapun tetanus generalisata jarang ditemukan pada negara berkembang (6,2 kasusjuta
penduduk), dan paling sering timbul pada pasien dewasa dengan sistem imun yang menurun.
%ambar 2.ortalitas dan insidens rate
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
4/17
V. PATOFISIOLOGI
"iasanya penyakit ini terjadi setelah luka yang dalam misalnya luka yang disebabkan
tertusuk paku, peahan kaa, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan
keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor, luka bakar dan patah tulang juga
akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium tetani ini.
8alaupun demekian luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil dan
traktus digesti!us serta gigitan serangga dapat pula merupakan porte d0entr9e (tempat masuk)
dari Clostridium tetani.
Spora Clostridium tetani tersebar di lingkungan seperti tanah, feses, debu. Spora tetanus
dapat hidup pada kondisi ekstrim dalam jangka waktu yang lama. Spora ini memasuki tubuh
setelah adanya abrasi atau luka. asa inkubasi penyakit antara 3 sampai 2& hari ( waktu rata :
rata ; hari. Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan anerobik, berubah
menjadi !egetatife dan berbiak epat sambil menghasilkan toksin. Dalam jaringan yang
anaerobi ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan
oksigen jaringan akibat adanya benda asing,
Dalam kondisi anaerobi yang dijumpai pada jaringan nekrotik dan teinfeksi, basil
Clostridium tetani mensekresi dua maam toksin 1 tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin
mampu seara lokal merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber infeksi dan
mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multiplikasi bakteri
Tetanospasmin menyebar ke sistem saraf dengan berikatan di neuromusular juntion.
Sekali terikat, tetanospasmin di transport seara retrograde ke dalam badan sel di batang otak dan
saraf spinal. Transport terjadi pertama kali pada saraf motorik lalu ke saraf sensorik dan saraf
autonom.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
5/17
saraf motorik pada korda dan batang otak akan menyebabkan kekakuan dan spasme muskuler
yang dapat menyerupai kon!ulsi. efleks inhibisi dari kelompok otot antagonis berkontraksi
seara simultan. Spasme otot sangatlah nyeri dan dapat berakibat fraktur atau rupture tendon.
*tot rahang, wajah dan kepala sering terlibat pertama kali kearena jalur aksonalnya lebih
pendek. Tubuh dan anggota tubh mengikuti, sedangkan otot : otot perifer tangan dan kaki relatif
jarang terlibat.
5liran impuls otonomik yang tidak terkendali akan berakibat terganggunya kontrol
otonomik dengan akti!itas lebih saraf simpatik dan kadar ketekolamin plasma yang berlebihan.
Terikatnya toksin pada neuron bersifat ire!ersibel. Pemulihan membutuhkan tumbuhnya ujung
saraf yang baru yang menjelaskan mengapa tetanus berdurasi lam
%ambar 3. Patofisologi terjadinya Tetanus.
VI. GEJALA KLINIS
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
6/17
Tetanus Generalisata
Tetanus generalisata merupakan bentuk yang paling umum dari tetanus, yang
ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme generalisata. Periode inkubasi khas
2-&4 hari, tetapi dapat selama berbulan-bulan sesudah jejas. Terdapat trias klinis berupa
rigiditas, spasme otot dan apabila berat disfungsi otonomik. $aku kuduk, nyeri
tenggorokan dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal tetanus.
Spasme otot masseter menyebabkan trismus (rahang terkuni, lok jaw), spasme seara
progresif meluas ke otot-otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas, =risus
sardonius0 dan meluas ke otot-otot untuk menelan yang menyebabkan disfagia. Spasme
ini dipiu oleh stimulus internal dan ekternal dapat berlangsung selama beberapa menit
dan dirasakan nyeri. igiditas otot leher menyebabkan retraksi kepala. igiditas tubuh
menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya kelenturan
dinding dada. *pistotonus adalah posisi seimbang akibat dari kontraksi yang tidak henti-
hentinya semua otot yang berlawanan, semuanya menampakkan kekakuan tetanus khas
>seperti papan?.
Disamping peningkatan tonus otot, terdapat spasme otot yang bersifat episodi.
$ontraksi tonik ini tampak seperti kon!ulsi yang terjadi pada kelompok agonis dan
antagonis seara bersamaan. $ontraksi ini dapat bersifat spontan ataupun dipiu oleh
stimulus berupa sentuhan, stimulus !isual, auditoria tau emosional. Spasme otot-otot
laring dan pernapasan dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan dan asfiksia yang
dapat menganam jiwa. $arena toksin tetanus tidak mengenai saraf sensoris atau fungsi
korteks, mengakibatkan penderita tetap sadar. Disuria dan retensi urin dapat terjadi akibat
dari spasme sfingter kandung kening, selain itu mengejan waktu bertinja dapat terjadi.
Demam kadang-kadang setinggi 46o, adalah la@im karena banyak energy metabolik
dihabiskan oleh otot-otot spasti. Pengaruh autonom yang utama adalah takikardia,
aritmia, hipertensi labil, diaphoresis dan !asokonstriksi kulit. Aipertensi berat dantakikardia dapat terjadi bergantian dengan hipotensi berat, bradikardia dan henti jantung
berulang. Pergantian ini lebih merupakan akibat perubahan resistensi !askuler sistemik
daripada perubahan pengisian jantung dan kekuatan jantung.
%ejala tetanus pada anak (T5)1
• Aipertoni dan spasme otot
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
7/17
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
8/17
%ambar 4. anifestasi klinis tetanus
Tetanus Lokal
Tetanus lokal adalah bentuk langka yang memberi gejala terbatas pada otot dekat luka.
$elemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat hubungan neuromukuler. %ejala-
gejalanya bersifat ringan dan dapat betahan sampai berbulan-bulan. Dapat mengakibatkan
spasme otot dekat tempat luka, nyeri dan dapat mendahului tetanus generalisata.
Tetanus Sealika
Tetanus sefalika adalah bentuk jarang tetanus terlokalisasi melibatkan muskulatur bulbar
yang terjadi akibat luka atau benda asing di kepala, lubang hidung atau muka. 'a juga terjadi
bersama dengan otitis media kronis. asa inkubasinya &-2 hari. Tetanus sefalika ditandai oleh
kelopak mata yang retraksi, penglihatan menyimpang, trismus, risus sardonikus dan paralisis
spasti otot lidah dan faring. ortalitasnya tinggi.
Derajat Penyakit
"eratnya penyakit dapat ditentukan berdasarkan 1
o $riteria Patel dan
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
9/17
e) Suhu retal F 3Eo dalam 24 jam pertama di rumah sakit
Penyakit terhitung derajat & bila & kriteria ditemukan, derajat 2 bila ada 2
kriteria dan seterusnya derajat G bila terdapat semua riteria.
$riteria Trismus dan kejang
Dapat dibedakan 3 stadium 1
&) Trismus (H 3 m) tanpa kejang tonik umum bila dirangsang
2) Trismus (≤ 3 m) dengan kejang tonik umum bila dirangsang
3) Trismus (≤ & m) dengan kejang tonik umum spontan.
VII. DIAGNOSIS
"iasanya tidak sukar. 5namnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama
pada rahang sangat membantu. 5namnesis yang teliti dan terarah selain membantu menjelaskan
gejala klinis yang kita hadapi juga mempunyai arti diagnosti dan prognosti. 5namnesis yang
dapat membantu diagnosis antara lain1
I 5pakah dijumpai luka tusuk, luka keelakaanpatah tulang terbuka, luka dengan nanah
atau gigitan binatang
I 5pakah pernah keluar nanah dari telinga
I 5pakah menderita gigi berlobang
I 5pakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
I Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme loal) dengan
kejang yang pertama (periode of onset).
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Tu!uan Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan pada tetanus adalah sebagai berikut
&. Penanganan spasme.
2. Penegahan komplikasi gangguan napas dan metabolik.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
10/17
3. Cetralisasi toksin yang masih terdapat di dalam darah yang belum berikatan dengan
sistem saraf. Pemberian antitoksin dilakukan seepatnya setelah diagnosis tetanus
dikonfirmasi. Camun, tidak ada bukti kuat yang menyatakan bahwa toksin tetanus dapat
diinaktifkan dengan antitoksin setelah toksin berikatan di jaringan. "ahkan pada
kenyataannya, efekti!itas antitoksin dalam dosis yang sangat besar dalam menurunkan
angka kematian masih dipertanyakan.
4.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
11/17
jam sesuai gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk usia L2 tahun adalah
Emgkg""hari diberikan oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam. Spasme harus segera
dihentikan dengan pemberian dia@epam G mg per rektal untuk ""L&6 kg dan &6 mg per
rektal untuk anak dengan "" F&6 kg, atau dosis dia@epam intra!ena untuk anak 6,3
mgkg""kali. Setelah spasme berhenti, pemberian dia@epam dilanjutkan dengan dosis
rumatan sesuai dengan keadaan klinis pasien. 5lternatif lain, untuk bayi (tetanus
neonatorum) diberikan dosis awitan 6,&-6,2 mgkg"" i! untuk menghilangkan spasme
akut, diikuti infus tetesan tetap &G-46 mgkg""hari. Setelah G-; hari dosis dia@epam
diturunkan bertahap G-&6 mghari dan dapat diberikan melalui pipa orogastrik. Dosis
maksimal adalah 46 mgkg""hari. Tanda klinis membaik bila tidak dijumpai spasme
spontan, badan masih kaku, kesadaran membaik (tidak koma), tidak dijumpai gangguan
pernapasan. "ila dosis dia@epam maksimal telah terapai namun anak masih spasme atau
mengalami spasme laring, sebaiknya dipertimbangkan untuk dirawat di ruang perawatan
intensif sehingga otot dapat dilumpuhkan dan mendapat bantuan pernapasan mekanik.
5pabila dengan terapi antikon!ulsan dengan dosis rumatan telah memberikan respons
klinis yang diharapkan, dosis dipertahankan selama 3-G hari. Selanjutnya pengurangan
dosis dilakukan seara bertahap (berkisar antara 267 dari dosis setiap dua hari).
ida@olam i! atau bolus, fenobarbital i! dan morfin dapat digunakan sebagai terapi
tambahan jika pasien dirawat di 'M karena terdapat risiko depresi pernapasan.
G.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
12/17
Immunoglobuline ('#'%) mengandung antitoksin tetanus dan dapat digunakan jika AT'%
tidak tersedia. $ontraindikasi AT'% adalah riwayat hipersensiti!itas terhadap
imunoglobulin atau komponen human immunoglobuline sebelumnya/ trombositopenia
berat atau keadaan koagulasi lain yang dapat merupakan kontraindikasi pemberian seara
'.2 Pada keadaan tetanus berat memerlukan perawatan di perawatan intensif. Selain
penatalaksanaan diatas, berikan tambahan penatalaksanaan berikut 1
AT'% disuntikkan seara intratekal (meningkatkan perbaikan klinis dari 4-367).
Trakeostomi dan !entilasi mekanik selama 3-4 minggu.
agnesium diberikan seara infus (i!) untuk menegah spasme otot.
Dia@epam (dikenal sebagai !alium) diberikan seara kontinu melalui infus i!.
fek otonom tetanus dapat menyulitkan untuk diatasi (hiper dan hipotensi yang
berganti-ganti, hiperpireksiahipotermia) dan mungkin memerlukan labetolol,
magnesium, klonidin atau nifedipin.
*bat-obatan seperti klorproma@in atau dia@epam atau pelemas otot lain dapat diberikan
untuk mengontrol spasme otot. Pada kasus yang ekstrim mungkin diperlukan untuk
menimbulkan paralisis pada pasien dengan obat kurare serta menggunakan !entilator
mekanik. angsangan yang sangat ringan dapat memiu spasme yang berpotensi
menyebabkan kematian pada pasien dengan penyakit yang sudah menyebar. $arena
alasan ini, semua prosedur terapeutik. harus dikoordinasi dengan baik sehingga risiko
menghasilkan tetanospasmin dapat berkurang hingga minimal. Semua prosedur paling
baik dilakukan setelah pasien mendapatkan sedasi dan relaksasi yang optimal. $arena
toksin tetanus sangat kuat, penyakit tetanus tidak menimbulkan kekebalan. 'munisasi
aktif dengan toksoid tetanus harus segera dilakukan setelah kondisi pasien stabil. 'nfeksi
tetanus pada anak merupakan infeksi yang akut sehingga relatif tidak mengganggu
tumbuh kembang anak. Sedangkan pada tetanus neonatorum, dapat terjadi gangguan
tumbuh kembang akibat hipoksia yang berat. Selanjutnya pasien diberikan imunisasitetanus.
Tabel. Perbandingan 5TS dan AT'%
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
13/17
2. 5ntibiotika
a. Pada penelitian yang dilakukan di 'ndonesia, metronida@ol telah menjadi terapi pilihanyang digunakan di beberapa pelayanan kesehatan. etronida@ol diberikan seara i!
dengan dosis inisial &G mgkg"" dilanjutkan dosis 36 mgkg""hari dengan inter!al
setiap K jam selama ;-&6 hari. etronida@ol efektif untuk mengurangi jumlah kuman C.
tetani bentuk !egetatif. Sebagai lini kedua dapat diberikan penisilin prokain G6.666-
&66.666 Mkg""hari selama ;-&6 hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapat
diberikan tetrasiklin G6 mgkg""hari (untuk anak berumur lebih dari E tahun). Penisilin
membunuh bentuk !egetatif C.tetani. Sampai saat ini, pemberian penisilin % seara
parenteral dengan dosis &66.666 Mkg""hari seara i!, setiap K jam selama &6 hari
direkomendasikan pada semua kasus tetanus. Sebuah penelitian menyatakan bahwa
penisilin mungkin berperan sebagai agonis terhadap tetanospasmin dengan menghambat
pelepasan asam aminobutirat gama (%5"5).2,G
b.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
14/17
Total Skor Derajat $eparahan Tingkat ortalitas 6-& ingan L&67 2-3 Sedang &6-267 4
"erat 26-467 G-K Sangat berat HG67 Tetanus sefalik selalu merupakan derajat berat atau
sangat berat Tetanus neonatorum selalu merupakan derajat sangat berat
&. 'munisasi aktif
'munisasi dengan toksoid tetanus merupakan salah satu penegahan yang sangat
efektif. 5ngka kegagalannya relatif rendah. Toksoid tetanus pertama kali diproduksi
pada tahun &N24. 'munisasi toksoid tetanus digunakan seara luas pada militer selama
Perang Dunia ''. Terdapat dua jenis toksoid tetanus yang tersedia : adsorbed
(aluminium salt precipitated) toxoid dan fluid toxoid . Toksoid tetanus tersedia dalam
kemasan antigen tunggal, atau dikombinasi dengan toksoid difteri sebagai DT atau
dengan toksoid difteri dan !aksin pertusis aselular sebagai DPT. $ombinasi toksoid
difteri dan tetanus (DT) yang mengandung &6-&2 +f dapat diberikan pada anak yang
memiliki kontraindikasi terhadap !aksin pertusis.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
15/17
terlihat manfaatnya seara klinis hingga &667/ jarang ditemukan kasus tetanus pada
orang yang telah diimunisasi seara lengkap dalam waktu &6 tahun setelah dosis
terakhir. Pada beberapa orang, imunitas dapat terjadi seumur hidup atau pada
sebagian besar orang memiliki kadar antitoksin yang minimal setelah &6 tahun.
5kibatnya, diperlukan imunisasi ulangan (booster ) yang rutin dilakukan setiap &6
tahun.&& *leh karena itu, peranan penegahan dengan imunisasi sangatlah penting.
Pada penelitian di 5merika Serikat, ditemukan bahwa kasus tetanus hanya terjadi
pada anak-anak yang tidak diimunisasi karena orang tua menolak memberikan
!aksinasi.2G 'bu yang mendapat TT 2 atau 3 dosis ternyata memberikan proteksi
yang baik terhadap bayi baru lahir dari tetanus neonatal. $adar rata-rata antitoksin
6,6& 5Mml pada ibu ukup untuk memberi proteksi terhadap bayinya.
2. Perawatan +uka
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk, luka kotor atau
luka yang diduga teremar dengan spora tetanus. Perawatan luka dilakukan guna
menegah timbulnya jaringan anaerob.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
16/17
modern. "anyak faktor yang berperan penting dalam prognosis tetanus. Diantaranya
adalah masa inkubasi, masa awitan, jenis luka, dan keadaan status imunitas pasien.
Semakin pendek masa inkubasi, prognosisnya menjadi semakin buruk. Semakin
pendek masa awitan, semakin buruk prognosis. +etak, jenis luka dan luas kerusakan
jaringan turut memegang peran dalam menentukan prognosis.
-
8/19/2019 Pkmrs Tetanus Fix
17/17
DAFTA' PUSTAKA
&. Stephen, S. "ehrman. 2666. 'lmu $esehatan 5nak Celson disi &G-