Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

download Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

of 53

Transcript of Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    1/53

    III- 1 -

    ABSTRAKUkuran partikel yang bentuknya beraturan, misalnya berbentuk bola atau

    kubus, ukuran dan bentuknya dapat dinyatakan dengan mudah. Tetapi, partikel

    yang bentuknya tak beraturan (seperti butiran-butiran besar dan serpihan mika).

    Istilah ukuran (size) dan bentuk (shape) tidak begitu jelas dan harus didefinisikandengan jalas.

    Dirangkai alat seperti pada Gambar 3.1, diperhatikan ukuran dari ayakan

    dari yang paling besar (berada di atas) sampai yang paling kecil (berada di bawah)

    dan tempat penampung pada bagian bawah (receivery). Sejumlah sampel

    ditimbang dengan neraca analitik sebelum dimasukkan pada ayakan paling atas,

    setelah itu memastikan lid dan clamp terpasang dengan sempurna. Kecepatan

    ayakan diatur pada kecepatan 40 rpm dan menekan power shaker, membiarkan

    ayakan berlangsung selama 2 menit. Sampel ditimbang yang berada di setiap

    ayakan dan tempat penampung. Untuk keakuratan perhitungan, berat sampel

    mula-mula sama dengan jumlah sampel yang dihitung pada tiap ayakan dan

    kolom penampung.Persentase fraksi massa tertinggi dengan kecepatan 40 rpm diperoleh pada

    ayakan dengan ukuran 500 mikron sebesar 40 %. Pada kecepatan 80 rpm

    berturut-turut pada ukuran 250 mikron dengan fraksi massa terbesar adalah

    41.2667%. Persentase cumulative oversize tertinggi dengan kecepatan vibrasi 40

    rpm pada ukuran 710 mikron sebesar 48.2667 % dan 80 rpm terdapat pada

    ukuran 355 mikronsebesar 29.1667%. Persentase cumulative undersize kecepatan

    vibrasi 40 rpm pada ukuran 1000 mikronsebesar 87.5667 % dan 80 rpm terdapat

    pada ukuran 500 mikronsebesar 83.467%.

    Kata kunci : cumulative oversize, cumulative undersize

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    2/53

    III- 2 -

    PERCOBAAN 3

    SOLIDS HANDL ING STUDY BENCH

    A. DISTRIBUSI UKURAN CAMPURAN

    3.A.1 PENDAHULUAN

    3.A.1.1 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah menghitung dan menganalisis distribusi

    ukuran dari padatan dengan menggunakansieve trackdan vibrator shaker.

    3.A.1.2 Latar Belakang

    Bentuk dari berbagai macam ukuran partikel dapat dibedakan di mana

    partikel itu berada sesuai dengan ukuran dari ayakan yang digunakan, jika lolos

    dari ayakan maka ukuran yang diharapkan telah didapat, sedangkan padatan yang

    tertinggal pada ayakan tidak sesuai dengan ukuran padatan yang diinginkan.

    Untuk mempercepat proses pengayakan biasanya digunakan suatu alat yang

    disebut dengan vibrator shakerdengan kecepatan tertentu.

    Dalam dunia industri, pengayakan digunakan untuk mengukur distribusi

    ukuran partikel sehingga diperoleh ukuran partikel yang diinginkan atau

    disesuaikan dengan spesifikasi alat proses selanjutnya dalam proses tersebut.

    Dalam proses pengayakan yang sering dilaksanakan di industri, zat padat biasanya

    dijatuhkan dan dilempar ke permukaan pengayak hingga ada yang lolos dan

    tertahan. Contohnya dalam bidang industri terdapat pada pabrik CPO (crude palm

    oil) dan pabrik semen. Oleh karena itu, percobaan ini penting dilakukan bagi

    praktikan agar dapat bermanfaat dalam memisahkan partikel menurut ukurannya.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    3/53

    III- 3 -

    3.A.2 DASAR TEORI

    Partikel zat padat secara individu dikarakteristikkan dalam bentuk, ukuran

    dan densitasnya. Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama

    dengan bahan bongkahannya. Ukuran partikel yang bentuknya beraturan,

    misalnya berbentuk bola atau kubus, ukuran dan bentuknya dapat dinyatakan

    dengan mudah. Tetapi, partikel yang bentuknya tak beraturan (seperti butiran-

    butiran besar dan serpihan mika). Istilah ukuran (size) dan bentuk (shape) tidak

    begitu jelas dan harus didefinisikan dengan jalas (Mc Cabe, 1999 : 927).

    Cara-cara untuk menentukan ukuran sebuah partikel dapat disebutkan

    dengan beberapa istilah. Contoh :

    a. Partikel berbentuk bola, dimensi ukuran yang penting antara lain: Diameter,

    volum dan luas permukaan.

    b. Partikel berbentuk kubus, dimensinya berupa panjang, volum dan luas

    permukaan.

    Prosedur pemisahan komponen-komponen campuran dapat dikelompokkan

    menjadi dua golongan. Golongan pertama meliputi perubahan fase atau

    perpindahan bahan dari satu fase ke fase lainnya. Golongan kedua meliputi

    metode-metode yang disebut separasi mekanik yang digunakan untuk campuran

    homogen, koloid, yang merupakan campuran golongan antar zat, biasanya tidak

    ditangani dengan metode ini, karena ukuran partikel lebih kecil daripada 0,1 m.

    Teknik-teknik didasarkan pada perbedaan fisika antara partikel-partikel itu seperti

    ukuran, bentuk dan densitas (Mc Cabe, 1999 : 994).

    Pengayakan (screening) ialah melewatkan bahan melalui ayakan seri

    (sieve shaker) yang mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap

    pemisahan padatan berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screenmampu mengukur partikel dari 76 mm sampai dengan 38 m. Operasi screening

    dilakukan dengan jalan melewatkan material pada suatu permukaan yang banyak

    lubang atauopeningdengan ukuran yang sesuai. Ditinjau dari sebuah ayakan :

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    4/53

    III- 4 -

    Gambar 3.A.1OperasiScreningpadatan

    Fraksi oversize = fraksi padatan yang tertahan ayakan.

    Fraksi undersize = fraksi padatan yang lolos ayakan.

    Jika ayakan lebih dari 2 ayakan yang berbeda ukuran lubangnya, maka akan

    diperoleh fraksi-fraksi padatan dengan ukuran padatan sesuai dengan ukuran

    lubang ayakan (Distantina, 2009 : 1).

    Pengayakan (screening) adalah suatu metode untuk memisahkan partikel

    menurut ukuran semata. Dalam proses pengayakan yang digunakan dalam

    industri, zat padat dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak. Partikel

    yang di bawah ukuran (undersize), akan lolos melewati bukaan ayak, sedang yang

    di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) akan tertahan. Satu

    ayakan tunggal hanya dapat memisahkan dua fraksi saja setiap kali pemisahan.

    Fraksi disebut fraksi yang belum berukuran (unsized fraction), karena baik ukuran

    besar maupun kecil daripada partikel yang terkandung tidak diketahui.

    Pengayakan itu kadang dilakukan dalam keadaan basah, tetapi lebih lazim dalam

    keadaan kering (Mc Cabe, 1999 : 994-995).

    Ditinjau dari sejumlah campuran partikel diayak dalam suatu susunan

    ayakan, di laboratorium (menggunakansieve shaker) :

    Gambar 3.A.2Susuanan Ayakan

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    5/53

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    6/53

    III- 6 -

    Gambar 3.A.3Motions of screens :(a) gyrations in horizontal plate

    (b) gyrations in vertical plate

    (c) gyrations at one end shaking at orther

    (d) shaking

    (e) mechanically vibrated

    (f ) electrically vibrated

    Penyajian data distribusi ukuran suatu campuran (particle size

    distribution), dapat diperoleh dari average particle size dengan screen aperture

    (lubang ayakan). Lubang pada ayakan dapat dibuat dari rangkaian anyaman kawat

    atau dari plat yang dilubangi.

    Gambar 3.A.4Screen aperture(lubang ayakan)

    (Distantina, 2009 : 4).

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    7/53

    III- 7 -

    3.A.3 METODOLOGI PERCOBAAN

    3.A.3.1 Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sieve/ayakan, shaker,

    danstopwatch.

    Rangkaian alat:

    Gambar 3.A.5Rangkaian Alat Percobaan Distribusi Ukuran Campuran

    3.A.3.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pasir.

    3.A.3.3 Prosedur Kerja

    Di rangkai alat seperti pada Gambar 3.1, memperhatikan ukuran dari

    ayakan dari yang paling besar (berada di atas) sampai yang paling kecil (berada di

    bawah) dan tempat penampung pada bagian bawah (receivery). Sejumlah sampel

    ditimabng dengan neraca balancesebelum dimasukkan pada ayakan paling atas,

    setelah itu memastikan lid dan clamp terpasang dengan sempurna. Kecepatan

    2,0 mm

    250mm

    1,0 mm

    710 mm

    500 mm

    355 mm

    Rubber feed

    Clam bar

    Various size

    sieves

    Receiver

    shaker

    Power switch

    Shaker speed control

    at rear of panel

    spring

    Clamp nutsLid Keterangan :

    1. Lid

    2. Clamp nuts

    3.

    Clamp bar

    4. Spring

    5. Various size sieves

    6.

    Receiver

    7. Shaker

    8. Rubber feet

    9.

    Power switch

    10.

    Shaker speed control

    at rear of panel

    123

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    8/53

    III- 8 -

    ayakan diatur pada kecepatan 40 rpm dan menekan power shaker, membiarkan

    ayakan berlangsung selama 2 menit. Sampel ditimbang yang berada di setiap

    ayakan dan tempat penampung. Untuk keakuratan perhitungan, berat sampel

    mula-mula sama dengan jumlah sampel yang dihitung pada tiap ayakan dan

    kolom penampung. Data hasil pengamatan ditulis pada tabel pengamatan.Grafik

    dibuat dari data yang diperoleh dalam bentuk grafik cumulative oversize dan

    cumulative undersize terhadap ukuran ayakan. Percobaan diulang dengan

    kecepatan ayakan 80 rpm.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    9/53

    III- 9 -

    3.A.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.A.4.1 Hasil Pengamatan

    Tabel 3.A.1Hasil Pengamatan pada Distribusi Ukuran Campuran

    Ukuran Ayakan (mikron)Massa Sampel Fraksi massa

    40 rpm 80 rpm 40 rpm 80 rpm

    2000 0.7 0.3 0.2333 0.1

    1000 37.3 9 12.4333 3

    710 105.8 14 35.2667 4.6667

    500 120 26.6 40 8.8667

    355 21.2 37.7 7.0667 12.5667

    250 6 123.8 2 41.2667

    Receiver 9 88.6 3 29.5333

    3.A.4.2 Hasil Perhitungan

    Tabel 3.A.3Hasil Perhitungan pada Distribusi Ukuran Campuran

    Ukuran Ayakan (mikron)Cumulative Oversize% Cumulative Undersize%

    40 rpm 80 rpm 40 rpm 80 rpm

    2000 0.2333 0.1 100 100

    1000 12.6667 3.1 87.5667 97.0

    710 47.9333 7.7667 52.3 92.3333

    500 87.9333 16.6333 12.3 83.4667

    355 95 29.2 5.2333 70.9

    250 97 70.4667 3.2333 29.6333

    Receiver 100 100 0.2333 0.1

    3.A.4 3 Pembahasan

    Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan kecepatansnaker sebesar

    40 rpm dan 80 rpm. Ayakan yang digunakan tersebut menggunakan ukuran 2 mm

    samapai 250 mikron. Adanya variasi kecepatan ini bertujuan agar diperoleh

    perbedaan distribusi ukuran campuran yang merupakan hasil pengayakan.

    Distribusi ukuran campuran adalah pendistribusian atau pembagian ukuran

    partikel yang diayak sesuai dengan ukuran ayakan. Hasil ayakan merupakan hasil

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    10/53

    III- 10 -

    yang sesuai dengan ukuran ayakan yang tertahan diatas ayakan (oversize) dan

    partikel yang lolos melewati ayakan (undersize). Dari data yang diperoleh , dapat

    dibuat grafik hubungan fraksi massa (%) dalam berbagai ukuran ayakan.

    Gambar 3.A.6 Hubungan Ukuran Ayakan dengan Fraksi Massa

    Dari gambar 3.A.2 menunjukkan bahwa grafik persentase fraksi massasampel pada setiap ayakan. Dapat diketahui bahwa kecepatan vibrasi

    mempengaruhi fraksi massa yang dihasilkan pada setiap ayakan . Pada dasarnya

    getaran yang keras akan menghasilkan partikel lolos ayakan yang lebih banyak,

    sehingga fraksi massa yang berukuran besar akan lebih kecil. Fraksi massa yang

    lolos ayakan dari ayakan kecil akan lebih besar karena semakin banyak partikel

    yang lolos ayakan dari ayakan berukuran besar seiring dengan meningkatnya

    kecepatan vibrasi. Naik turunnya nilai pengayakan pada grafik menunjukkan

    bervariasinya jumlah partikel. Fraksi massa terbesar tidak hanya terdapat pada

    ayakan 250 mikron ataupun receiver saja, sehingga tidak terbentuk garis lurus.

    Fraksi massa terbesar cenderung berada pada ayakan dengan ukuran 710 mikron,

    500 mikron, 250 mikron, dan receiver. Hal ini karena pasir yang digunakan adalah

    berukuran acak sehingga lebih banyak mengandung partikel dengan ukuran-

    ukuran tersebut.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    0 500 1000 1500 2000 2500

    FraksiMassa(%)

    Ukuran Ayakan (mikron)

    40 rpm

    80 rpm

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    11/53

    III- 11 -

    Pada kecepatan 40 rpm fraksi massa terbesar diperoleh pada ayakan

    dengan ukuran 500 mikron. Pada kecepatan 80 rpm , Fraksi massa terbesar

    diperoleh pada ayakan dengan ukuran 250 mikron. Dari grafik ini dapat dilihat

    bahwa peningkatan kecepatan vibrasi dapat meningkatkan jumlah partikel yang

    lolos ayakan, sehingga pada kecepatan tertinggi, fraksi massa terbesar diperoleh

    pada ayakan dengan ukuran yang lebih kecil dari pada ukuran ayakan yang

    memiliki ukuran fraksi massa besar untuk kecepatan vibrasi yang lebih kecil aksi

    massa terbesar.

    Fraksi massa terbesar untuk ukuran ayakan 2000 mikron diperoleh dengan

    kecepatan vibrasi 40 rpm yaitu 0.2667%. Hal ini dikarenakan partikel pasir

    lumayan banyak lolos melewati ayakan akibat getaran yang sedang. Ayakan yang

    digetarkan dengan kecepatan kecil tidak menyebabkan semua partikel saling

    bertumbukan, sedangkan pada percobaan kecepatan yang dilakukan besar

    sehingga menyebabkan sebagian partikel saling bertumbukan secara sempurna,

    mengakibatkan pertikel jatuh sebagisn. Terdapat sisa ayakan 2000 mikron

    kesalahan lainnnya kurang lama melakukan proses ayakan. Pada ukuran ayakan

    1000 mikron, dan 710 mikron, fraksi massa pada ukuran ayakan tersebut memiliki

    nilai yang lebih besar dari ukuran 2000 mikron pada kecepatan 40 rpm, masing-

    masing sebesar 12.5% dan 13.5%. Namun untuk ukuran 500 mikron dan 355

    mikron, fraksi massa terbesar diperoleh 40%. Hal Ini diakibatkan kurangnya

    waktu pengayakan. Ukuran 250 mikrondan receivermemiliki nilai 2.0667% dan

    3%.

    Fraksi massa pada kecepatan 80 rpm denga ukuran 2000 mikron sampai

    receiver yang didapat sebesar 0.1333%; 3%; 4.6%; 8.833%; 12.6%; 41.2667%;

    29.5667%.. Dari hasil yang diperoleh ukuran terbesar diperoleh pada ukuran 250mikron dan receiver. Hal ini disebabkan karena semakin banyak partikel yang

    lolos dari ayakan sehingga mengakibatkan kecepatan virbrasi tinggi. Kecepatan

    vibrasi mempengaruhi hasil ayakan dimana semakin besar kecepatan, semakin

    banyak lolos melewati ayakan. Pengaruh lolosnya yakan pertikel yang melewati

    ayakan adalah tumbukan antar partikel dengan kecepatan vibrasi yang besar,

    pergerakan antar partikel juga mempengaruhi yang menyebabkan partikel berada

    pada posisi vertikel yang akan membantu melewati ayakan, dan gaya gravitasi

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    12/53

    III- 12 -

    juga mempengaruhi karena sampel yang lolos ayakan akan jatuh kebawah

    sedangkan sampel yang tidak lolos akan tertahan ini dikarenakan ukuran ayakan

    lebih kecil dari sampel ayakan yang akan dijelaskan dalam gambar berikut:

    Gambar 3.A.7 Hubungan Ukuran Ayakandengan Cumulative Oversize

    Gambar 3.A.7 menunjukkan bahwa besar ukuran ayakan (mikron)

    berbanding terbalik dengan persentase cumulative oversize. Sehingga semakinbesar ukuran ayakan, massa sampel yang tertahan (cumulative oversize) akan

    semakin kecil. Hal ini dikarenakan partikel-partikel sampel telah banyak lolos

    melewati ayakan. Perhitungan cumulative oversizeuntuk suatu ukuran ayakan itu

    sendiri merupakan penjumlahan massa-massa sampel yang tertahan pada ayakan

    dan pada ayakan-ayakan sebelumnya, sehingga untuk ayakan berukuran besar

    massa sampel yang tertahan akan lebih sedikit dibandingkan massa sampel yang

    tertahan pada ayakan berukuran kecil. Nilai cumulative oversize terbesar pada

    kecepatan 40 rpm dan 80 rpm terdapat pada ayakan 355 mikron sebesar

    48.2667% dan receiversebesar 29.1667%.

    Kecepatan vibrasi yang besar menyebabkan partikel banyak lolos melewati

    ayakan, sehingga massa yang tertahan semakin sedikit. Pada percobaan ini, dibuat

    grafik hubungan antara cumulative undersize dalam berbagai ukuran ayakan

    (mikron) sebagai berikut :

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 500 1000 1500 2000 2500

    Cumu

    lative

    Overs

    ize

    (%)

    Ukuran Ayakan (mikron)

    40 rpm

    80 rpm

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    13/53

    III- 13 -

    Gambar 3.A.8 Hubungan Ukuran Ayakandengan Cumulative Undersize

    Gambar 3.A.8 menunjukkan bahwa besar cumulative undersize berbanding

    lurus dengan ukuran ayakan. Di mana semakin besar ukuran ayakan, semakin

    besar pula persentase cumulative undersize. Hal ini juga dikarenakan semakin

    banyaknya partikel yang lolos melewati ayakan, sedangkan penghitungancumulative undersize merupakan penjumlahan massa sampel yang lolos pada tiap

    ayakan, sehingga yang berukuran besar akan memiliki cumulative undersizebesar

    dan ayakan berukuran kecil memiliki cumulative undersize kecil. Faktor yang

    mempengaruhi besar ukuran partikel adalaah adanya tumbukan antara partikel

    dengan dinding screening. Selain itu, meningkatnya kecepatan vibrasi akan turut

    meningkatkan besarnya cumulative undersize dikarenakan getaran. Dari hasil

    percobaan diperolaeh cumulative undersize terbesar dengan kecepatan vibrasi 80

    rpm, menyatakan paling baik proses pengayakan dalam kecepatan terbesar.

    Kemudian dipengaruhi pula oleh kohesi antar partikel, adhesi partikel terhadap

    permukaan ayak, dan ratio diameter partikel terhadap lebar bukaan ayak.

    Meningkatnya kecepatan vibrasi (getaran) akan meningkatkan gerakan

    antarpartikel dan jumlah kontak antarpartikel dan permukaan ayak. Sedangkan

    adhesi partikel terhadap permukaan ayak, kohesi antarpartikel, interferensi oleh

    hamparan terhadap gerakan masing-masing partikel, pembutaan, dan

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 500 1000 1500 2000 2500

    CumulativeUndersize(%)

    Ukuran Ayakan (mikron)

    40 rpm

    80 rpm

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    14/53

    III- 14 -

    kemencengan arah tumbukan partikel pada permukaan ayak akan mengganggu

    proses pengayakan.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    15/53

    III- 15 -

    3.A.5 PENUTUP

    3.5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :

    1.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengayakan antara lain kecepatan

    pengayakan, diameter partikel, diameter ayakan, danwaktu pengayakan.

    2.

    Persentase fraksi massa tertinggi dengan kecepatan 40 rpm diperoleh pada

    ayakan dengan ukuran 500 mikron sebesar 40 %. Pada kecepatan 80 rpm

    41.2667% pada ukuran 250 mikron.

    3.

    Persentase cumulative oversize tertinggi dengan kecepatan vibrasi 40 rpm

    pada ukuran 710 mikron sebesar 48.2667 % dan 80 rpm terdapat pada ukuran

    355 mikronsebesar 29.5667%.

    4. Persentase cumulative undersize kecepatan vibrasi 40 rpm pada ukuran 710

    mikron sebesar 52.3% dan 80 rpm terdapat pada ukuran 250 mikronsebesar

    29.63%.

    3.5.2 Saran

    Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya lebih

    teltii dalam pemasangan liddan clamp hingga ayakan tidak bergeser.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    16/53

    III- 16 -

    ABSTRAK

    Sudut respon alami adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh suatu

    material terhadap bidang horizontal. Kandungan/komposisi dari material sering

    menjadi faktor pengontrol dalam menentukan sudut respon alami. Sudut respon

    alami ini tergantung dari jenis material termasuk bentuk dan kelembutan partikeldan keseragaman partikel.

    Angle chamber diisi dengan sampel sampai terisi setengah bagian.

    Chamber diputar secara perlahan sampai partikel mulai bergerak/tergelincir dan

    mencatat nilai protektor angka. Langkah 1-2 diulangi untuk sampel yang sama,

    mencatat hasil yang diperoleh dalam tabel.Repose angle chamber diamati.

    Sudut respon alami gula dan beras sebesar 42.667o dan 40o. Faktor-faktor

    yang mempengaruhi nilai sudut respon alami adalah bentuk, ukuran, kehalusan,

    kelembapan dan keseragaman partikel.

    Kata kunci :Repose angle chamber

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    17/53

    III- 17 -

    B. SUDUT RESPON ALAMI

    3.B.1 PENDAHULUAN

    3.B.1.1 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini untuk menghitung sudut respon alami untuk

    berbagai material dan mengkaji pengaruh kandungan material terhadap sudut

    respon alami.

    3.B.1.2 Latar Belakang

    Nilai sudut respon alami suatu material menunjukkan aliran material

    tersebut, semakin kecil nilai sudut respon alami maka aliran akan semakin baik,

    sebaliknya jika nilai sudut respon alami besar maka alirannya kurang baik. Sudut

    respon alami ini tergantung pada jenis material termasuk bentuk, kelembutan

    partikel dan keseragaman partikel juga kandungan/ komposisi dari material. Pada

    aplikasinya di dunia industri biasanya sudut respon alami berguna salah satunya

    adalah saat pemasukkan material ke dalam suatu bin, yang mana semakin kecil

    nilai angle of reposemaka semakin bagus aliran material tersebut.

    Percobaan sudut respon alami dalam skala laboratorium yang dilakukan

    dalam praktikum dimaksudkan untuk memperkuat pemahaman tentang sudut

    respon alami itu sendiri, sehingga pengetahuan itu dapat diaplikasikan pada skala

    industri. Pada praktikum ini, percobaan dilakukan dengan menggunakan

    perangkat alat repose angle chamber.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    18/53

    III- 18 -

    3.B.2 DASAR TEORI

    Sudut respon alami adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh suatu

    material terhadap bidang horizontal. Kandungan/komposisi dari material sering

    menjadi faktor pengontrol dalam menentukan sudut respon alami. Sudut respon

    alami ini tergantung dari jenis material termasuk bentuk dan kelembutan partikel

    dan keseragaman partikel.

    Gambar 3.B.1Sudut Respon Alami

    (Tim Dosen Teknik Kimia, 2011: 20).

    Bahan lepas biasanya menunjukkan maksud dari peluncuran atau slide,

    peluncuran ini bisa lurus atau spiral. Sudut slide horizontal harus cukup untuk

    mengatasi kekuatan pergeseran. Koefisien friksi berbeda- beda pada bahan yang

    berbeda tetapi sekitar 0,3 sampai 0,6 kebanyakan untuk padatan kering di atas

    slide baja. Bahan sering terjepit antara sisi peluncuran, menimbulkan kekuatan

    ekstra, sehingga pada sudut 45 derajat atau curam diperlukan untukslide.Angle of

    slide adalah sudut dari ukuran minimum slopehorizontal dimana material padat

    dapat bebas mengalir berdiri tanpa meluncur ke bawah yang besarnya kira-kira

    17 0 , untuk lumpur basah, 27 0 untuk batubara antrasit, 31 0 untuk pasir, 35 0 untuk

    batu bara muda, 39 0 untuk pasir kering, 39-48 0 untuk kerikil (Brown, 1990 : 51)

    Tabel 3.B.1Hubungan antara angle of reposedengan aliran

    Angle of repose(derajat) Aliran

    40 Kurang baik

    (Mc Cabe, 1999 : 298).

    Bergantung pada sifat-sifat alirannya, zat padat butiran dibagi atas dua

    kelompok, yaitu yang kohesif (cohesive) dan nonkohesif (noncohesive). Bahan

    yang nonkohesif seperti biji-bijian dan subun (chip) plastik, dapat mengalir

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    19/53

    III- 19 -

    dengan mudah dari bin atau silo. Zat padat yang kohesif seperti lempung basah

    mempunyai ciri sulit mengalir melalui bukaan (Mc Cabe, 1999 : 297).

    Bahan yang dibawa atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang

    lain secara interval frekuensi, biasanya lebih ekonomis jika ditangani dengan

    instalasi permanen, ketika bahan harus melalui operasi seri, gavitasi bisa

    digunakan sebagai suatu keuntungan (Brown, 1990 : 51).

    Dalam karakteristik aliran, angle of repose dan kemampuan pengaliran

    adalah karakteristik terukur untuk test standar yang disediakan. Sebuah angle of

    repose(sudut natural alami) yang curam akan didedikasikan dengan kemampuan

    aliran lebih kecil. Istilah lubricity kadang-kadang digunakan untuk padatan

    partikel. Untuk mengkorespondesikan secara kasar viskositas dari fluida

    (Perry, 1997 : 19-10).

    Angle of repose adalah sudut pada saat di mana suatu material akan

    berhenti pada gundukan. Hal ini digunakan untuk menentukan kapasitas dari

    sebuah binatau gundukan. Sudut kerucut yang terbentuk pada puncak gundukan

    ketika sebuah bin sedang diisi akan menjadi lebih rata dibanding angle of repose

    dikarenakan adanya efek dari tumbukan (Perry, 1997 : 21-27).

    Sudut madalah sudut gesek dalam (angle of internal friction) bahan yang

    bersangkutan. Tangen sudut ini adalah koefesien gesek antara kedua lapisan

    partikel. Bila zat padat bijian ditumpukkan pada permukaan datar, sisi tumpukkan

    itu akan membentuk sudut tertentu dengan horizontal, dan sudut ini selalu

    berulang. Sudut ini, r, disebut sudut geming atau sudut geletak (angle of repose)

    bahan yang bersangkutan. Secara ideal, jika massa itu benar-benar homogen, 1

    akan sama dengan m. Dalam praktek, sudut geming selalu lebih kecil dari sudut

    gesekan-dalam karena butir-butir yang terdapat pada permukaan lebih longgardari pada massa yang di dalam, dan biasanya juga lebih kering dan kurang lengket

    (Mc Cabe, 1999 : 299).

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    20/53

    III- 20 -

    3.B.3. METODOLOGI PERCOBAAN

    3.B.1.1 Alat

    Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat repose angle chamber

    Rangaian Alat:

    Keterangan :

    1.

    Repose angel chamber

    2. Cyclone

    3.Hopper

    4.

    Compressor switch

    Gambar 3.B.2Rangkaian AlatPercobaan Sudut Respon Alami

    3.B.3.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut Beras

    dan gula pasir.

    3.B.3.3 Prosedur percobaan

    Angle chamber diisi dengan sampel sampai terisi setengah bagian.

    Chamber diputar secara perlahan sampai partikel mulai bergerak/tergelincir

    dan mencatat nilai protektor angka. Langkah 1-2 diulangi untuk sampel yang

    sama, mencatat hasil yang diperoleh dalam tabel. Repose angle chamber

    diamati. Langkah 1-3 diulangi untuk sampel jenis bereda.

    Air in

    2

    4

    Air in

    2

    4

    Orifices closed

    3

    1

    Delivery

    Air out

    1

    3

    Orifices closed

    Delivery

    SuctionSuction

    Air out

    FILLING EMPTYING

    EQUIPMENT SET UP

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    21/53

    III- 21 -

    3.B.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.B.4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan

    Tabel 3.B.2Hasil Pengamatan Sudut Respon Alami

    Jenis sampel Protektor 1 Protektor2 Protektor 3 Nilai rata-rata

    protektor

    Gula 40 42 46 42.667

    Beras 36 41 43 40

    3.B.4.2 Pembahasan

    Sudut respon alami terjadi bila zat padat bijian ditumpukkan diatas

    permukaan datar, sisi tumpukan itu akan membentuk sudut tertentu dengan bidang

    horizontal dan sudut ini selalu berulang. Sudut respon alami berhubungan dengan

    densitas , area permukaan dan koefisien fraksi dari material tersebut. Sudut respon

    alami tergantung pada jenis material termasuk bentuk dan kelembutan partikel

    serta keragaman partikel. Pada percobaan ini digunakan sampel gula dan beras .

    Bedasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap sampel gula diperoleh sudut

    respon sebesar 42.667. Maka semakin halus, kecil, dan seragam ukuran dan

    bentuk suatu partikel maka sudut responnya akan semakin besar. Dari nilai sudut

    respon alami yang diperoleh dari 2 sampel, gula memiliki >beras . Hal ini karena

    yang ada karena bentuk partikel beras lebih halus dan seragam serta pasir ini

    memiliki ukuran partikel yang cenderung beraturan jika dibandingkan gula yang

    jatuhnya sangat licin dan cepat. Dengan kata lain, ukuran partikel berbanding

    terbalik terhadap aliran, maka sampel yang memiliki aliran paling buruk jika

    sudut alaminya semakin besar, pada contoh sampel seperti beras dibandingkan

    gula.

    Adapun hal-hal yang mempengaruhi sudut respon alami sudut partikel

    adalah jenis partikel, bentuk partikel, ukuran partikel, kehalusan partikel, dan

    keseragaman partikel. Selain itu sudut respon alami juga berpengaruh terhadap

    kandungan air pada material dan gaya kohesi antar partikel. Semakin besar gaya

    kohesi, maka partikel akan lebih sulit tergelincir.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    22/53

    III- 22 -

    3.B.5 PENUTUP

    3.B.5.1 Kesimpulan

    Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

    1.

    Sudut respon alami gula dan beras sebesar 42.667o dan 40o.

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai sudut respon alami adalah bentuk,

    ukuran, kehalusan, kelembapan dan keseragaman partikel.

    3.B.5.2 Saran

    Perlunya ketelitian pada saat pembacaan protektor angka untuk menentukan

    nilai respon karena sangat berpengaruh pada nilai sudut respon untuk mengetahui

    baik tidaknya aliran dari suatu partikel padatan.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    23/53

    III- 23 -

    ABSTRAK

    V-Blender adalah blender jatuh populer yang umumnya digunakan dalam

    industri farmasi dan makanan. Artikel ini menjelaskan desain, konstruksi, dan

    operasi standar V-Blender dan V-Blender dengan bar intensifier. Keuntungan dan

    kerugian dari V-Blender yang disorot.Gelas beker diisi dengan pasir, kemudian menghitung massa sampel.

    Memadatkan sampel yang ada, jika memungkinkan tambahkan lagi sampel

    sampai pada ukuran 100 ml. Berat sampel ditimbang pada gelas bekerpada

    keadaan akhir.Air ditambahkan pada jenis sampel yang sama sampai keadaannya

    saturated, ditimbang kembali sampel.Langkah diulangi untuk jenis sampel yang

    berbeda.

    Hasil massa mixingyang diperoleh pada skala 4 terdapat sebesar 0.05% pada

    pasir 1000 mikron dan 0.08% pada pasir. Skala 8 sebesar 0.08% pada pasir 1000

    mikron dan 0.19% pada pasir. Faktor yang mempengaruhi pada percobaan ini

    yaitu sifat bahan. Bentuk material, jenis bahan, gaya kohesi bahan, gaya molekul,

    kelembapan atau kekeringan bahan.

    Kata kunci : V-blender, mixing

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    24/53

    III- 24 -

    C. V-blender

    3.C.1 PENDAHULUAN

    3.C.1.1 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung effisiensi dari campuran

    material dalam v-blender.

    3.C.1.2 Latar Belakang

    Properti penting suatu alat v-blender digunakan dalam industri kimia. V-

    blender adalah alat yang sangat membantu memproses suatu bahan, apalagi

    bahan-bahan kimia yang berupa obat-opasir 1000 mikron, kosmetik, plastic, dan

    campuran sintesis. V-blender ini hampir konsisten digunakan karena campuran

    bahan dapat memenuhi spesifikasi produk. V-blender dapat ditemukan dalam

    kapasitas 0.5 kg, 1 kg, 2.0 kg, dan masih banyak lagi. V-blenderini mudah untuk

    dibersihkan , dan sangat ekonomis untuk diaplikasikan pada laboratorium.

    Pada praktikum ini V-Blender digunakan terhadap pasir berukuran 1000

    mikron dan 250 mikron. Agar praktikan dapat memahami awal cara kerja pada v-

    blender ini. Pada skala industri biasanya terkenal pada bidang obat-opasir 1000

    mikronn yaitu farmasi yang menghasilkan suatu produk yang konsisten, seragam,

    secara homogen dan baik untuk digunakan dipasaran.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    25/53

    III- 25 -

    3.C.2 DASAR TEORI

    V-Blender adalah blender jatuh populer yang umumnya digunakan dalam

    industri farmasi dan makanan. Artikel ini menjelaskan desain, konstruksi, dan

    operasi standar V-Blender dan V-Blender dengan bar intensifier. Keuntungan dan

    kerugian dari V-Blender yang disorot. Ada tiga bentuk populer blender jatuh: V-

    Blender, kerucut ganda, dan kerucut miring. Blender jatuh mengandalkan aksi

    gravitasi menyebabkan bubuk yang berputar. The V-Blender (juga dikenal sebagai

    blender shell kembar) adalah salah satu blender jatuh yang paling umum

    digunakan. Kinerja campuran dari jenis blender telah dibayangi banyak anggota

    dalam keluarga blender. Mereka menawarkan kedua kali pencampuran pendek

    dan pencampuran yang efisien. V-Blender terbuat dari dua cangkang silinder

    berongga bergabung pada sudut 75 sampai 90 . Wadah blenderdipasang pada

    Trunnionuntuk memungkinkan untuk jatuh. Sebagai V-blender tumbang, materi

    terus membelah dan recombines, dengan terjadi secara pencampuran sebagai

    bahan bebas-jatuh secara acak di dalam kapal. Yang berulang konvergen dan

    divergen gerak bahan dikombinasikan dengan kontak gesekan meningkat antara

    material dan akibat jangka kapal, lurus sisi dalam pencampuran lembut namun

    homogen. Gambar 1 menunjukkan V-Blender. Mekanisme utama pencampuran

    dalam V-Blender adalah difusi. Blending Difusi ditandai dengan gerakan acak

    kecil skala partikel padat. Gerakan Blender meningkatkan mobilitas partikel

    individu dan dengan demikian mempromosikan blending difusi. Pencampuran

    Difusi terjadi di mana partikel didistribusikan melalui antarmuka baru

    dikembangkan. Dengan tidak adanya efek memisahkan, pencampuran difusif pada

    saatnya akan menyebabkan tingkat tinggi homogenitas. V-blenderkarena itu lebih

    disukai ketika formulasi campuran yang tepat diperlukan. Mereka juga cocokuntuk aplikasi di mana beberapa bahan mungkin serendah lima persen dari ukuran

    campuran total. Kali campuran yang normal biasanya dalam kisaran 5 sampai 15

    menit tergantung pada sifat bahan yang akan dicampur(Anonim1, 2012:1).

    V-Blender adalah mandiri jatuh blender ditujukan untuk aplikasi

    laboratorium, Pilot-pabrik dan skala-up. Sangat cocok untuk memproses berbagai

    bahan termasuk obat-opasir 1000 mikronn, bahan kimia, makanan, kosmetik,

    plastik dan serat sintetis. Sebagai "V" berbentuk blender berputar, aksi jatuh

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    26/53

    III- 26 -

    membawa pencampuran bahan. Hasilnya adalah hampir konsisten, seragam,

    campuran predicable yang dapat memenuhi spesifikasi produk. V- blenderdapat

    ditawarkan dalam kapasitas 0,5 kg, 1,0 kg, dan 2,0 kg, tersedia dalam 3316-

    stainless masih. Alat ini mudah berubah dan dibersihkan. Prinsipnya, bahan

    untuk diproses dimuat ke sebagian mengisi "V" berbentuk blender. Blender diatur

    secara bergilir di sekitar 25 rpm (nominal). Materi yang jatuh sebagai ternyata

    blender, akhirnya menuju puncak dan kemudian menuju kaki dari "V". partikel

    dari pergerakan materi dalam arah baik vertikal maupun horizontal sehingga

    pencampuran lengkap terjadi(Anonim2, 2012;1)

    Sebuah aspek penting dalam pencampuran adalah untuk menentukan saat

    batch tertentu dicampur. Halini tergantung pada Metode yang digunakan untuk

    memeriksa sampel dan keakuratan, jumlah danlokasi sampel dan yang diinginkan

    sifat-sifat campuran. Beragam kriteria seperti listrik konduktivitas dari sampel,

    spesifik gravitasi dari sampel, jumlah konsikuen kunci dalam sampel, tingkat

    larutan daripadatan terlarut dalam sampel dan lainnya telah digunakan untuk

    menentukan keseragaman dari campuran batch.Beberapa metode yang terakhir

    analisis berisi fluoresensi sinar-X, emisispektroskopi, spektrometri api, pelacak

    radioaktif metode, tapi kriteria ini adalah tidak semua setara. Sebagai contoh, jika

    dua larutan air atau dua bahan berminyak atau dua bubuk dari duaberat jenis

    adalah campuran, pencampuran dikatakan dicapai ketika gravitasi spesifik

    daricampuran adalah seragam di semua titik. Tetapi jika berat jenis ditentukan

    dengan menggunakanhidrometer, yang campuran mungkin tampak seragam.

    Tetapi jika lebih akurat piknometer digunakan,campuran dapat muncul tidak

    seragam. Masih campuran muncul untuk menjadi seragam dengan uji hidrometer

    mungkin yang memadai bagi pengguna. Oleh karena itu pertanyaan apakah batchtertentucampuran atau tidak adalah tidak mutlak tetapi hanya relatif. Adapun

    lokasi sampel, titik-titik ini dapatdiperbaiki poin sewenang-wenang memutuskan

    pada pengalaman atau titik di mana pencampurandikenal miskin. Beberapa

    kriteria lainnya seperti metode pengambilan sampel, lokasi, ukuran, jumlah

    sampel, metode analisis sampel dan fraksi batch dihapus untuk pengambilan

    sampel adalah penting. Teori pencampuran juga harus dapat memprediksi waktu

    di mana satu kemasan adalah cukupdicampur dalam wadah tertentu dan berapa

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    27/53

    III- 27 -

    besar daya yang digunakan untuk pencampuran. Tidak banyak yang diketahui

    tentang faktor waktu yang sebagian besar merupakan gabungan dari

    karakteristikdan proporsi bahan yang dicampur, ukuran dan bentuk wadah yang

    terlibat, kriteria yang digunakan. Untuk menentukan kapan pencampuran lengkap

    dan banyak faktor lainnya. Dalam campuran dua komponen, cocok atau ideal

    pencampuran dikatakan telah tercapai ketika setiappartikel dari satu bahan terletak

    sedekat mungkin untuk partikel bahan lain. Dalam praktis derajat pencampuran

    yang didefinisikan oleh standar deviasi yang sama dengan (xy /N) di mana x

    dan y yang proporsi komponen dan N adalah jumlah partikel dalam sampel

    diambil.Pencampuran farmasi bubuk dilanjutkan sampai jumlah obat aktif

    yang diperlukan dalam dosis berada dalam 3 standar deviasi yang ditemukan

    dengan alat tes di sejumlah wakil dari sampel dosis. Untuk ini N adalah harus

    dibuat besar oleh penggilingan bahan untuk tingkat yang cukup kehalusan.

    Gambar 3.E.1V-Blender

    (Anonim, 2012:1)

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    28/53

    III- 28 -

    3.C.3 METODOLOGI PERCOBAAN

    3.C.3.1 Alat dan Deskripsi Alat

    Alat-alat yang digunakan shaker, stopwatch, neraca analitik, V-blender,

    ayakan dan gelas ukur 100 ml.

    Gambar 3. E.2Rangkaian Alat Percobaan V-blender

    3.C.3.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut yaitu

    pasir 1000 mikron dan 250 mikron.

    3.C.3.3 Prosedur Percobaan

    Gelas beker diisi dengan pasir, kemudian menghitung massa sampel.

    Memadatkan sampel yang ada, jika memungkinkan tambahkan lagi sampel

    sampai pada ukuran 100 ml. Berat sampel ditimbang pada gelas beker pada

    keadaan akhir.Air ditambahkan pada jenis sampel yang sama sampai keadaannya

    saturated, ditimbang kembali sampel.Langkah diulangi untuk jenis sampel yangberbeda.

    Keterangan Alat :

    1. Materials

    2. Penutup

    3. Speed control

    4. Power Switch

    Deskripsi Alat

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    29/53

    III- 29 -

    3.C.4 Hasil dan PEMBAHASAN

    3.C.4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan

    Tabel 3.C.1Hasil Pengamatan dan Perhitungan

    Skala

    Blender

    Jenis Sampel

    (mikron)

    Massa

    awal(gram)

    Massa Akhir

    (gram)

    Massa

    mixing (gr)mixing(%)

    4 Pasir 1000 138.1 145.3 7.1 0.05

    4 Pasir 250 127.5 117.2 10.3 0.08

    8 Pasir 1000 138.1 147.2 11.2 0.08

    8 Pasir 250 127.5 110.9 16.2 0.19

    3.C.4.2 Pembahasan

    Pada prinsip V-blender sebuah alat pencampuran bentuk material yang

    paling sederhana dengan dua atau lebih bahan untuk menghasilkan campuran

    homogen. Pada percobaan ini V-blender dilakukan dengan sampel berupa

    pasir 1000 mikron dan pasir 250 mikron dengan skala yang berbeda-beda.

    Skala pertama yaitu skala 4 dengan massa awal 138.1 gr pada pasir 1000

    mikron dan 127.5 gr pada pasir 250 mikron, sedangkan dengan skala 8 massa

    awal 138.5 pada pasir 1000 mikron dan 127.5 pada pasir 250 mikron. Hal ini

    terlihat jelas adanya perubahan massa dengan skala yang berbeda, yang

    awalnya massa banyak menjadi berkurang, karena terjadi gaya kohesi yang

    bertumbukan antar partikel sehingga sampel yang ada menjadi kecil dan

    ringan. Dengan adnya pengayakan untuk mengetahui apakah sampel yang

    sudah di campur tadi dapat dipisahkan sesuai sampel sebenarnya menurut

    ukuran yang lolos.

    Faktor yang mempengaruhi pada percobaan ini yaitu sifat bahan. Bentukmaterial, jenis bahan, gaya kohesi bahan, gaya molekul, kelembapan atau

    kekeringan bahan. Karena bahan yang digunakan biasanya berbeda

    kualitasnya sehingga berbeda hasil yang diperoleh pada massa mixing yaitu

    07.1 gr pada pasir 1000 mikron dan 10.3 gr pada pasir 250 mikron dengan

    skala 4 sedangkan skala 8 dihasilkan 11.2 gr pada pasir 1000 mikron dan 16.2

    gr pada pasir 250 mikron. Persen mixingdidapat dari skala 4 sebesar 0.05%

    pada pasir 1000 mikron dan 0.08% pada pasir 250 mikron. Skala 8 sebesar

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    30/53

    III- 30 -

    0.08% pada pasir 1000 mikron dan 0.19% pada pasir 250 mikron. Persen

    mixing pada skala 4 diperoleh nilai tertinggi pada pasir sedangkan skala 8

    persen mixing besar diperoleh pada pasir 1000 mikron. Hal ini karena

    dipengaruhi densitas bahan yang berbeda, semakin besar kecepatan semakin

    besar massa mixingyang dihasilkan pada ayakan yang lolos.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    31/53

    III- 31 -

    3.C.5 PENUTUP

    3.C.5 1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat adalah

    1.

    Hasil massa mixing yang diperoleh pada skala 4 terdapat sebesar 0.05%

    pada pasir 1000 mikron dan 0.08% pada pasir. Skala 8 sebesar 0.08% pada

    pasir 1000 mikron dan 0.19% pada pasir.

    2. Faktor yang mempengaruhi pada percobaan ini yaitu sifat bahan. Bentuk

    material, jenis bahan, gaya kohesi bahan, gaya molekul, kelembapan atau

    kekeringan bahan.

    3.C.5.2 Saran

    Saran yang diberikan mengukur material atau sampel harus teliti dan

    menaruh bahan pada V-blenderhati-hati agar tidak jatuh disembarang tempat.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    32/53

    III- 32 -

    ABSTRAK

    Hopper ialah bin kecil dengan dasar agak miring, dan digunakan untuk

    menumpuk sementara, sebelum zat padat diumpankan ke dalam proses. Semua

    kemasan itu dimuat dari atas dengan elevator atau sejenisnya; pengeluaran

    biasanya dari bawah. Bila zat padat butiran ditimbun di dalam bin atau hopper,tekanan lateral yang bekerja pada dinding lebih kecil dari yang diramalkan dari

    tinggi tekan (head) bahan yang berada di atas titik itu.

    Hopperdiisi dengan sampel, sampai ketinggainnya 160 mm. Orifice dibuka

    yang berada pada bagian bawah hopper yang berukuran 9 mm dan menampung

    sampel pada bak penampung dan mencatat waktu yang diperlukan sampai sampel

    itu habis. Sampel ditimbang yang tertampung pada bak penampung dengan cara

    menjalankannya pada rails menuju neraca analitik langkah 1-3 diulangi untuk

    jenis orifice yang berukuran 12 mm.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeluaran padatan dari hopper

    adalah diameter orifice, jenis dan ukuran partikel, tinggi sampel dalam hopper

    serta kelembaban sampel. Laju pengeluaran pada pasir 250 mikron dan 500mikron pada diameter orifice 9 mm dan 12 mm adalah sebesar 10.0805 gr/s;

    22.40 gr/s; 7.2442 gr/s; 19.4065 gr/s.

    Kata kunci :Hopper, Orifice

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    33/53

    III- 33 -

    D. LAJU PENGELUARAN PADATAN DARI HOPPER

    3.D.3 PENDAHULUAN

    3.D.3.1 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui bagaimana laju pengeluaran

    padatan dari hopperyang berhubungan dengan diameterorificepengeluaran dan

    apakah head dari material di atas orifice mempunyai efek terhadap laju

    pengeluaran material.

    3.D.1.2 Latar Belakang

    Bahan padat yang disimpan pada alat penyimpan adalah bahan yang harus

    dipertahankan tetap kering dan bahan yang memerlukan perlindungan terhadap

    atmosfer pada musim tertentu. Salah satu tempat penyimpanan bahan padat adalah

    hopperyang dapat memungkinkan pengeluaran bahan dengan mengalir pada saat

    diumpankan ke dalam proses. Hopper merupakan bin kecil yang mempunyai

    dasar agak miring, yang digunakan untuk menyimpan dan menumpuk material

    padat sementara sebelum diumpankan ke dalam proses. Hopper juga digunakan

    sebagai tempat campuran bahan baku. Laju pengeluaran padatan dari hopper

    tergantung besarnya bukaan diameter orifice.

    Dalam industri, laju pengeluaaran padatan dari hopper digunakan untuk

    tempat pencampuran dan penyimpanan pada bahan baku. Biasanya digunakan

    untuk penyimpanan bahan baku semen dengan perbandingan tertentu, yang mana

    isi dari masing-masing hopperdikeluarkan dengan kecepatan tertentu kemudian

    ditumpahkan di dalam suatu conveyor yang sama. Oleh karena itu, mahasiswa

    perlu untuk mempelajari bagian pengaruh besarnya diameter pengeluaran orifice

    terhadap laju pengeluaran padatan.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    34/53

    III- 34 -

    3.D.2 DASAR TEORI

    Hopper ialah bin kecil dengan dasar agak miring, dan digunakan untuk

    menumpuk sementara, sebelum zat padat diumpankan ke dalam proses. Semua

    kemasan itu dimuat dari atas dengan elevator atau sejenisnya; pengeluaran

    biasanya dari bawah. Bila zat padat butiran ditimbun di dalam bin atau hopper,

    tekanan lateral yang bekerja pada dinding lebih kecil dari yang diramalkan dari

    tinggi tekan (head) bahan yang berada di atas titik itu. Gaya gesek pada dinding

    cenderung mengimbangi bobot zat padat dan mengurangi tekanan yang diberikan

    massa itu pada dasar bejana. Dalam kasus ekstremnya, gaya ini menyebabkan

    massa itu melengkung, atau menjempasir 1000 mikronn, sehingga tidak dapat

    jatuh, walaupun bahan yang terdapat di bawahnya sudah dikeluarkan (Mc Cabe,

    1999:300).

    Ketika padatan keluar dari hopper melalui orifice partikel cenderung

    bergerak secara perlahan ke bagian bawah menuju tengah dimana terjadi

    pengeluaran padatan yang cepat dan melewati orifice. Laju pengeluaran (Q)

    tergantung dari diameter orifice(D) dengan persamaan:

    Q = k . Dn ...(3.D.1)

    dimana k = konstanta proporsional

    n = ukuranpowder/tepung nilainya 2,53

    Secara umum telah ditemukan bahwa head material di atas orifice tidak

    mempunyai efek terhadap besarnya sebuah laju pengeluaran padatan

    (Tim Dosen Teknik Kimia, 2011:23).

    Kemasan-kemasan untuk bahan curah (bulk) yang besar-besar biasanya

    berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang, terbuat dari baja, aluminium, kayu,

    atau beton. Apabila isi kemasan tidak dikosongkan secara manual, maka bisadengan cara mekanik, yaitu isi dikeluarkan melalui ujung suatu bentuk kerucut

    piramida yang dikenal dengan nama corong tuang (hopper). Hopper merupakan

    gabungan dari alat pegocok, saringan, dan katub tipe khusus untuk mengeluarkan

    bahan kental, lembab dan sebagainya (Cook, 1986:17).

    Bagian materials handlingdan penyimpan pada dekade 60-an hanya berupa

    bak atau peti. Hal ini diubah secara radikal sebagai hasil riset yang dipimpin oleh

    Andrew W. Jenike, yakni mengidentifikasikan hal yang mempengaruhi

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    35/53

    III- 35 -

    mengalirnya suatu material faktor aliran untuk beberapa bin-hopper desain dan

    memberikan spesifikasi untuk menentukan karakteristik bulk material yang

    mempengaruhi penyimpanan dan arus. Bersama dengan teori itu Jenike

    memproduksi suatu metode yang meliputi penyamaan dan fisik pengukuran

    karakteristik material. Suatu gudang penyimpanan terdiri dari bindan hopper.Bin

    adalah bagian atas penyimpanan secara vertikal dan hopper sedikit diantara bin

    dan vessel( Perry, 1997:21-27).

    Pencampuran berbagai macam bahan baku dengan perbandingan tertentu

    sering digunakan dengan menggunakan hopper. Isi dari masing-masing hopper

    dikeluarkan dengan kecepatan tertentu dan kemudian seluruhnya ditumpahkan ke

    dalam suatu conveyoryang sama. Bahan-bahan pengemas biasa yang digunakan

    untuk zat padat dan penanganannnya secara manual dapat terbuat dari baja,

    aluminium, palstik, bahan yang biasa untuk membuat drum, karton, tong, barrel

    ataupun karung. Bahan-bahan berbentuk bubuk dan bahan lain yang sejenis

    membutuhkan kondisi penyimpanan yang kering, untuk itu bahan tersebut

    biasanya disimpan dalam silo (tangki vertikal besar). Di dalam silo ini bahan

    diisap atau dihembus sehingga dengan demikian material akan tetap kering dan

    bersih. Di industri kimia, penyimpanan bahan-bahan yang berbahaya diatur

    khusus; sesui dengan jenis pengemasnya; jarak antara bangunan gedung dan

    tempat pembuatan; ventilasi dan peralatan pengamanan serta peralatan pemadam

    kebakaran. Semua bahan pengemas tersebut harus berlabel untuk dapat

    mengetahui isinya dengan jelas. Bagaimanapun juga pengemas yang tidak

    berlabel tidak boleh dipergunakan (Cook, 1986:18-19).

    Bergantung pada sifat-sifat alirannya, zat padat butiran dibagi atas dua

    kelompok, yaitu yang kohesif (cohesive) dan nonkohesif (noncohesive). Bahanyang noncohesive, seperti biji-bijian, pasir, dan suban (chip) plastik, dapat

    mengalir dengan mudah dari bin atau silo. Zat padat yang cohesive, seperti

    lempung basah, mempunyai ciri sulit mengalir melalui bukaan

    (Mc Cabe, 1999:297).

    Zat padat yang terlalu berharga atau terlalu mudah larut untuk ditumpukkan

    di udara terbuka, disimpan di dalam bin, hopperatausilo. Alat ini berupa bejana

    berbentuk silinder atau siku empat, terbuat dari beton atau logam. Silobiasanya

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    36/53

    III- 36 -

    tinggi dan diameternya relatif kecil. Bin tidak terlalu tinggi dan biasanya agak

    besar. Bila zat padat butiran ditimbun di dalam bin atau hopper, tekanan lateral

    yang bekerja pada dinding lebih kecil dari yang diramalkan dari tinggi tekan

    (head) bahan yang berada di titik itu. Disamping itu, biasanya terdapat gesekan

    antara dinding dan butir-butir zat padat itu karena adanya saling mengait antara

    partikel pengaruh gesekan itu terasa di keseluruhan massa. Gaya gesek pada

    dinding cenderung mengimbangi bobot zat padat dan mengurangi tekanan yang

    diberikan massa itu pada dasar bejana. Dalam kasus ekstrimnya, gaya ini

    menyebabkan massa itu melengkung atau menjempasir 1000 mikronn, sehingga

    tidak dapat jatuh, walaupun bahan yang terdapat dibawahnya sudah dikeluarkan

    (Mc Cabe, 1999:939).

    Tempat penampungan sementara terbagi menjadi dua, yaitu : penyimpanan

    bahan secara terbuka (outdoor) dan penyimpanan bahan secara tertutup (indoor).

    Bahan yang tersimpan secara terbuka ini adalah bahan yang tidak dipengaruhi

    oleh udara, hujan, panas dan lainnya. Misalnya batubara, kayu, batu dan belerang.

    Tergantung dari sifat bahan, bila bahan yang disimpan dan cara penanganan

    bahan. Metode penyimpanan secara terbuka ini berupa penyimpanan di bawah

    traveling bridge, penampungan kiri-kanan jalan, overhead system dan drag

    scrapper system. Penyimpanan bahan secara tertutup dibagi menjadi dua cara,

    yakni : peyimpanan dalam bentuk timbunan dan penyimpanan dalam bin atau

    bunkeratausilo(Perry, 1997:2123).

    Jumlah keluaran padatan biasanya dibedakan dengan berbagai ukuran dari

    orifice atau keluaran bagian bawah dari hopper, aliran akan terjadi. Jika terjadi

    tegangan geser oleh material melebihi tegangan geser dari partikel di dekat bagian

    pengeluaran. Aliran partikel padat melalui sebuah orifice bergantung padakemampuan dari partikel bergerak pada bagian pengeluaran (Coulson, 2002:26).

    Pada penyimpanan bahan padat, bentuk penyimpanan yang paling sederhana

    adalah dengan cara penumpukkan di tempat terbuka ataupun tertutup. Namun cara

    ini tidak dapat ditetapkan untuk bahan-bahan yang bersifat korosif, mudah dibakar

    atau mudah meledak. Kemasan-kemasan untuk bahan curah (bulk) yang besar-

    besar biasanya berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang, ternuat dari baja,

    aluminium, kayu atau beton. Apabila isi kemasan tidak dikosongkan secara

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    37/53

    III- 37 -

    manual, maka bisa dengan cara mekanik, yaitu isi dikeluarkan melalui ujung suatu

    bentuk kerucut piramida yang dikenal dengan nama corong tuang (hopper).

    Hopper merupakan gabungan dari alat pengocok, saringan dan katup tipe khusus

    untuk mengeluarkan bahan kental, lembab dan sebagainya (Cook, 1986:17).

    Gambar 3.D.1Rangkaian kerja hopper

    Gambar 3.D.2Hopper

    (Anonim, 2012 :1).

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    38/53

    III- 38 -

    3.D.3 METODOLOGI PERCOBAAN

    3.D.3.1 Alat dan Deskripsi Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik,

    Hopperdan stopwatch

    Deskripsi Alat :

    Keterangan:

    1. Neraca analitik

    2.

    Rails

    3. Hopper

    4.

    Scale showing head

    5. above orifice

    6. Plate with four

    orifice

    7.

    Pan

    Gambar 3.D.3 Rangkaian Alat Percobaan Laju Pengeluaran dari

    Hopper

    3.D.3.2 Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pasir 500 mikron

    dan pasir 250 mikron.

    3.D.3.3 Prosedur Percobaan

    Hopperdiisi dengan sampel, sampai ketinggainnya 160 mm. Orifice dibukayang berada pada bagian bawah hopper yang berukuran 9 mm dan menampung

    sampel pada bak penampung dan mencatat waktu yang diperlukan sampai sampel

    itu habis. Sampel ditimbang yang tertampung pada bak penampung dengan cara

    menjalankannya pada rails menuju neraca analitik langkah 1-3 diulangi untuk

    jenis orifice yang berukuran 12 mm. Menghitung perubahan data berdasarkan

    diameter orifice.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    39/53

    III- 39 -

    3.D.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.D.4.1 Hasil Pengamatan

    Tabel 3.3.DHasil Pengamatan dan perhitungan Laju Pengeluaran gula pasir

    pasir

    (mikron)

    Diameter

    Orifice

    Tinggi

    (m)

    Waktu

    (s)

    Massa

    (gram)

    Laju pengeluaran

    (g/s)

    250 9 100 43.7 0.25 10.0805

    250 12 100 20 0.25 22.40

    500 9 100 52 0.25 7.2442

    500 12 100 21.4 0.25 19.4065

    3.D.4.3 Pembahasan

    Kecepatan pengeluaran partikel solid dari hopper dikendalikan oleh

    besarnya diameter orifice. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

    laju pengeluaran padatan dari hooperyang berhubungan dengan diameter orifice

    pengeluaran dan apakah head dari material pasir berpengaruh terhadap laju

    pengeluaran padatan dan hooper.

    Sampel yang digunakan pada percobaa ini pasir 500 mikron dan 250

    mikron dengan diameter orifice yaitu sebesar 12 mm dan 15 mm. Tinggi sampel

    di dalam hooper harus sama untuk setiap variasi sampel dan diameternya. Dari

    hasil percobaan diperoleh grafik sebagai berikut.

    Gambar 3.D.4 Hubungan antara Diameter orifice (mm) dan laju pengeluaran

    hopper (g/s)

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    1 2 3 4

    Lajup

    e

    ngeluaran

    Hopper(g/detik)

    Diameter Oriface (mm)

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    40/53

    III- 40 -

    Dari gambar 3.D.4 diatas, menunjukkan bahwa semakin besar diameter

    orifice maka semakin cepat laju pengeluaran sampel pada hopper. Ini

    menunjukkan bahwa laju pengeluaran berbanding lurus dengan diameter orifice

    dan laju perubahannya serta berbanding terbalik terhadap waktu. Pada pasir 250

    mikron dan 500 mikron dengan diameter orifice 9 adalah 10.0805 g/s dan

    7.2442 g/s. Sedangkan pada orifice12 nilai yang diperoleh adalah 22.40 g/s dan

    19.4065 g/s. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin

    besar diameter orifice dan semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar

    pula laju pengeluarannya .

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran partikel padatan adalah

    adanya gaya gesek pada dinding cenderung mengimbangi bobot zat padat dan

    mengurangi tekanan yang diberikan massa itu pada dasar bejana (pan). Hal ini

    akan menyebabkan partikel tidak dapat jatuh, walaupun bahan yang terdapat

    dibawahnya sudah dikeluarkan. Ukuran dan partikel dalam bentuk partikel basah

    membuat sampel tidak bisa lolos pada bukaan orificekarena terjadi pemampatan

    partikel pada bukaan sehingga menghalangi pengeluaran pada hopper. Laju

    pengeluaran pada hopper juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi pada saat partikel

    jatuh ke bejana. Tinggi sampel pada hopper yang besar akan membuat laju

    pengeluarannya semakin kecil karena massa yang berkumpul lebih banyak

    sehingga waktu yang diperlukan lebih lama.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    41/53

    III- 41 -

    3.D. 5 PENUTUP

    3.D.5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

    1.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeluaran padatan dari hopper

    adalah diameter orifice, jenis dan ukuran partikel, tinggi sampel dalam hopper

    serta kelembaban sampel.

    2. Laju pengeluaran pada pasir 250 mikron dan 500 mikron dengan diameter

    orifice 9 adalah 10.0805 g/s dan 7.2442 g/s. Sedangkan pada orifice12 nilai

    yang diperoleh adalah 22.40 g/s dan 19.4065 g/s

    3.D.5.2 Saran

    Agar praktikum berjalan dengan lancar dan data yang diperoleh lebih

    akurat, maka sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya di cek orifice

    pengeluarannya, dan juga perhatikan waktu pengeluaran bahan dari orifice.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    42/53

    III- 42 -

    ABSTRAK

    Mengecilkan ukuran padatan dapat dilakukan dengan menggunakan bola

    yang terguling pada suatu wadah yang dapat memecahkan/ menghaluskan

    material yang menyentuhnya. Tekanan yang tinggi pada saat tumbukan akan

    memecahkan partikel-partikel yang bsar menjadi ukuran yang lebih kecil.Ball milll diisi dengan 250 gram sampel dan bola keramik.Ball milll

    dinyalakan dari kecepatan paling rendah setiap 1 menit sebanyak 1 levelhingga

    mencapai kecepatan tertinggi.Sampel dikeluarkan dari ball millldan dipisahkan

    dari bola keramik dan mengayak dalam sieve shaker. Mencatat data yang

    diperoleh.Langkah 2-4 diulangi untuk bola keramik yang berbeda ukuran. Grafik

    dibuat dalam linieratau loglinierantara fraksi massa yang tertinggal (%) dengan

    ukuran ayakan.

    Massa sampel terbesar pada bola sedang dan bola besar sebanyak 10 buah

    adalah 74.4 gr. Massa sampel terbesar pada bola sedang dan bola kecil sebanyak

    10 buah adalah 43 gr. Faktor yang mempengaruhi pengecilan ukuranpartikel yaitu

    jenis bahan yang digunakan, kecepatan putaran, jenis ukuran bola yangdigunakan. Gaya yang digunakan pada ball mill adalah gaya sentrifugal dan gaya

    gravitasi dengan proses impak.

    Kata kunci :Ball mill, sieve shaker, impak

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    43/53

    III- 43 -

    E. Bulk Density

    3.E.1 PENDAHULUAN

    3.E.1.1 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini menghitung bulk density dari berbagai macam

    padatan dan menganalisis pengaruh kadar air dan derajat pemanpatan.

    3.E.1.2 Latar Belakang

    Bulk density sebelum digunakan untuk tahapan atau proses selanjutnya

    material terlebih dahulu harus dikecilkan ukurannya sesuai dengan kebutuhan.

    Dalam proses industri biasanya digunakan material yag berukuran tertentu dan

    seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan dalam pengayakan seperti jenis ayakan, cara pengayakan, kecepatan

    pengayakan, ukuran ayakan, waktu pengayakan dan sifat bahan yang diayak.

    Bulk density merupakan berat suatu, massa pasir per satuan volume tertentu.

    Volume pasir yang dimaksud adalah volume kepadatan pasir termasuk ruang pori.

    Pasir yang lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari pasir yang

    sama tetapi kurang padat. Pada umumnya pasir lapisan atas pada pasir mineral

    mempunyai nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan pasir

    dibawahnya. Nilai bulk density pada pasir mineral berkisar 1-1,6 gr/ cm3,

    sedangkan pasir organic umumnya memiliki nilai bulk density antara 0,1-0,9 gr/

    cm3.

    Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat pasir,

    pengolahan pasirnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya

    memegang air, sifat drainase dan kemudahan pasir ditembus akar. Bulk densinty

    menggambarkan keadaan struktur, tekstur dan porositas pasir dan serta untukmenghitung berat pasir dilapangan. Pengaruh sifat-sifat fisik pasir tersebut pada

    pertumbuhan tanaman dapat dinilai.dari kaitan pertumbuhan tanaman dengan bulk

    densinty, oleh karena itu pratikum. ini perlu dilaksanakan untuk menentukan nilai

    bulk densinty pasir sehingga kita dapat melihat pengaruhnya terhadap

    pertumbuhan tanaman.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    44/53

    III- 44 -

    3.E.2 DASAR TEORI

    Kerapatan isi pasir berguna untuk menghitung berat pasir di lapangan.

    Kerapatan isi ditentukan oleh porositas dan padatan pasir. Pasir yang renggang

    berpori-pori mempunyai bobot yang kecil per satuan volume. Pasir yang

    bertekstur halus mempunyai porositas tinggi dan berat isi yang lebih rendah

    daripada pasir berpasir. Bahan organik memperkecil kerapatan isi pasir karena

    bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral, dan bahan organik

    memperbesar porositas pasir (Cook 1989; 111)

    Bulk density merupakan petunjuk kepadatan pasir. Makin padat suatu pasir

    makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air. Pasir yang

    lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari pasir yang sama tetapi

    kurang padat. . Pada umumnya pasir lapisan atas pada pasir mineral mempunyai

    nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan pasir di bawahnya.

    Nilai bulk densitypasir mineral berkisar 1 1,6 gr/cm3, sedangkan pasir organik

    umumnya memiliki nilai bulk densityantara 0,1 0,9 gr/cm3. Nilai bulk density

    dapat menggambarkan adanya lapisan pada pasir, pengolahan pasirnya,

    kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat

    drainase dan kemudahan pasir ditembus akar.Bulk density dipengaruhi oleh

    tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik (Cook 1989; 101)

    Pengambilan contoh pasir tidak boleh merusak struktur asli pasir.

    Terganggunya struktur pasir dapat mempengaruhi jumlah pori-pori pasir,

    demikian pula berat persatuan volume. Empat atau lebih bongkah (gumpal) pasir

    biasanya diambil dari tiap horizon untuk memperoleh nilai rata-rata. Gumpal-

    gumpal pasir yang diambil dari lapangan untuk penetapan kerapatan isi itu dibawake laboratorium untuk dikering-ovenkan dan ditimbang (Masud,2013)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah:

    a. Tekstur.

    Tekstur pasir dapat menentukan sifat-sifat fisik dan kimia serta mineral

    pasir. Partikel-partikel pasir dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu

    berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat

    lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara pasir disebut analisa

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    45/53

    III- 45 -

    mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh pasir yang kering udara

    dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2

    mm. Sementara itu sisa pasir yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini

    merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam

    pelaksanaannya. Tekstur pasir dapat ditetapkan secara kualitatif di lapangan.

    b. Struktur.

    Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel

    primer pasir (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder

    (gabungan partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat

    atau bongkah. Pasir yang partikel-partikelnya belum bergabung terutama yang

    bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan pasir

    bertekstur liat, yang terllihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika

    basah dank eras jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta

    disebut juga tanpa struktur.

    Struktur pasir berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi

    draenasi atau aerasi pasir, karena susunan antara ped atau agregat pasir akan

    menghasilkan ruang yang lebih besar dari pada susunan antar partikel primer.

    Oleh karena itu, pasir yang bertstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase

    dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman

    untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air, sehingga

    pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik.

    c. bahan organik

    Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan

    pasir baik secara fisik, kimia maupun dari segi biologi pasir, sekitar setengah dari

    kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Bahan organik adalah sumberenergi dari sebagian besar organisme pasir .

    Bahan organik merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai

    bahan penyusun pasir. Kadar bahan organik yang terdapat dalam pasir berkisar

    antara (0,05-5) % dan merupakan pasir yang ideal untuk lahan pertanian, dan

    untuk pasir organik mendekati 60 % dan pada lapisan oleh kadar bahan organik

    memperlihatkan kecenderungan yang menurun .

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    46/53

    III- 46 -

    Manfaat fisik dari bahan organik adalah merangsang drainase agregat dan

    menetapkannya, menurunkan porositas, kohesi, dan sifat kimianya dari liat serta

    kemampuan untuk menahan air meningkat. Manfaat kimia bahan organik adalah

    meningkatnya daya serap dan kapasitas tukar kation meningkatkan kation yang

    mudah di pertukarkan dan kelarutan sejumlah unsur dari mineral untuk asam

    humus. Manfaat biologi dari bahan organik adalah meningkatkan jumlah dan

    aktivitas metabolik organisme pasir dan meningkatkan kegiatan mikroorganisme

    dalam membantu mempengaruhi dekomposisi bahan organik .

    d. Kadar air

    Air tersedia dan terdapat di dalam pasir ditahan (diserap) oleh massa pasir,

    tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik.

    Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan

    tanaman. Fungsi air pasir yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam pasir serta

    keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap

    faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh pasir dengan kadar

    air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh pasir akan dianalisis

    untuk penerapan suatu sifat (Masud, 2013).

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    47/53

    III- 47 -

    3.E.3 METODOLOGI PERCOBAAN

    3.E.3.1 Alat dan Deskripsi Alat

    Alat-alat yang digunakan adalah :

    -

    Neraca analitik

    - Gelas beker 100 ml

    Deskripsi alat:

    Keterangan :

    1.

    Neraca analitik

    2.Gelas ukur

    Gambar 3.E.1Rangkaian Alat PercobaanBall Milll

    3.E.3.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pasir ukuran 500

    mikron dan pasir 250 mikron.

    3.E.3.3 Prosedur Percobaan

    Gelas beker diisi dengan sampel, kemudian massa sampel dihitung. sampelyang ada dipadatkan. Air ditambahkan pada jenis sampel yang sama sampai

    keadaannyasaturated, melakukan langkah 1-2.

    1

    2

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    48/53

    III- 48 -

    3.E. 4 Hasil Dan Pembahasan

    3.E.4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan

    Tabel 3.E.1Hasil Pengamatan dan PerhitunganBulk Density

    Jenis

    pasir

    (mikron)

    Volume

    (ml)

    Massa sampel

    (gram)

    Bulk density

    (g/ml)

    kering basah kering basah kering basah

    250 100 99 149.2 197.8 1.51 1.833

    500 100 98 150.1 189 1.52 1.89

    3.E.4.2 Pembahasan

    Percobaan ini menggunakan sampel pasir yang berikuran 250 mikron dan

    500 mikron. Pada percobaan ini dilakukan penambahan air yang bertujuan unutk

    melihat tingkat kepadatan dari kedua jenis sampel yang berbeda,semakin padat

    sampel tersebut semakin besar pula bulk density-nya begitu pula sebaliknya.

    Setelah penambahan air terjadi pengurangan volume. Bulk density pasir 250

    mikron dan 500 mikron pada kondisi kering dan basah berturut-turut adalah 1.492

    gr/ml dan 1.501 gr/ml; dan 1.978 gr/ml dan 1.89 g/ml.

    Besarnya ukuran partikel menyebabkan semakin banyak jumlah kadar air

    yang diiperlukan untuk membasahi semua bagian partikel untuk mencapai kondisi

    saturated. Kondisi ini menyebabkan nilai bulk density sampel dengan ukuran 500

    mikron lebih besar dibandingkan dengan pasir 250 mikron. Hal ini ditandai

    dengan mengecilnya volume akibat pemampatan dan bertambahnya massa pasir.

    Semakin kecil ukuran partikel, maka volmenya akan semakin besar dibandingkan

    dengan partikel yang ukurannya lebih besar karena kecilnya pemampatan,

    sihingga bulk densityakan lebih kecil. Hal inis sudah sesuai dengan teori karena

    ukuran partikel yang besar memiliki nilai bulk density yang lebih besar

    dibandingkan dengan dengan partikel yang lebih kecil.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    49/53

    III- 49 -

    3.E.5 Penutup

    3.5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan ynag diperoleh dari percobaan ini adalah

    1.

    Bulk densityuntuk pasir dengan ukuran 250 mikron pada kondisi kering dan

    basah adalah 1.492 g/ml dan 1.978 g/ml.

    2.

    Bulk densityuntuk pasir dengan ukuran 500 mikron pada kondisi kering dan

    basah adalah 1.501 g/ml dan 1.89 g/ml.

    3. Pengaruh kadar air dan tingkat pemampatan adalah semakin besar kadar air,

    maka derajat pemampatannya akan semakin berkurang, begitu pula

    sebaliknya.

    3.5.2 Saran

    Saran yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebaiknya praktikan

    mempatkan sampel dengan maksimal hingga kondisinya benar-benar jenuh.

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    50/53

    III- 50 -

    DAFTAR PUSTAKA

    Brown, G. G. 1956. Unit Operation. John Willey & sons: New York.

    Cook, T. M & Cullen. 1989.Industri Kimia Operasi. Gramedia: Jakarta.

    Coulson, J. M dan J. F. Richardson. 2002. Chemical Engineering Volume 2 6th

    Edition. Butterworth-heimermann: New Delhi.

    Distantina, Superisa. 2009.Menentukan Ukuran Partikel.

    http://distantantina.staff.uns.ac.id/files/2009/08/1-cara-mementukan-

    ukuran-partikel.pdf

    Diakses pada tanggal 24 November 2014

    Fauzi, Syahrul. 2004.Alat Transportasi Benda Padat.

    http://repository.usu.ac.id/tkimia_syahrul3.pdf

    Diakses tanggal 28 Oktober 2014.

    Masud, Fauziah. 2013.Penentuan Bulk Density.

    http://www.academia.edu/7012872/penentuan_bulk_density.

    Diakses tanggal 28 Oktober 2014.

    Mc Cabe, W. L. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

    Perry, Robert H. and Green Dan W. 1997. Perrys Chemical EngineersHandbook7th Edition. Mc Graw-Hill Book Company: New York.

    http://distantantina.staff.uns.ac.id/files/2009/08/1-cara%20-mementukan-%20%20%20%20%20%20%20%20%20ukuran-partikel.pdfhttp://distantantina.staff.uns.ac.id/files/2009/08/1-cara%20-mementukan-%20%20%20%20%20%20%20%20%20ukuran-partikel.pdfhttp://www.academia.edu/7012872/PENENTUAN_BULK_DENSITYhttp://www.academia.edu/7012872/PENENTUAN_BULK_DENSITYhttp://distantantina.staff.uns.ac.id/files/2009/08/1-cara%20-mementukan-%20%20%20%20%20%20%20%20%20ukuran-partikel.pdfhttp://distantantina.staff.uns.ac.id/files/2009/08/1-cara%20-mementukan-%20%20%20%20%20%20%20%20%20ukuran-partikel.pdf
  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    51/53

    III- 51 -

    APPENDIKS 3

    PERHITUNGAN SOLID HANDLI NG STUDY BENDS

    A.

    Distribusi Ukuran Campuran

    Contoh perhitungan pada ayakan 2 mm pada kecepatan 40 rpm

    Diketahui : massa sampel mula-mula = 300 gram

    Ditanya : a. Persen massa yang tertahan

    b. Persen massa cummulative oversize

    c. Persen massa cummulative undersize

    Jawab :

    a.

    Fraksi massa massa tertahanmassa mula-mula

    100 %

    2.3

    300100 %

    0.7667

    b. cummulative oversie cummulative oversie

    massa mula-mula100 %

    2.3

    300100 %

    0.7667

    c. cummulative unersie cummulative unersie

    massa mula-mula100 %

    =297.7

    300100 %

    = 99,23

    Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.A.2

    B.Sudut Respon Alami

    Contoh perhitungan pada sampel gula pasir

    Diketahui : protektor 1 36o

    protektor 2 41o

    protektor 2 43o

    Ditanya : Sudut respon alami rata-rata

    Jawab :

    Angle of repose =1 2 3

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    52/53

    III- 52 -

    =36 41 43

    = 40o

    Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.B.2

    C. V-Blender

    Skala 4 pada pasir 250 mikron

    Massa awal = 138.1 gr

    Massa akhir = 145.3 gr

    M mixing = massa awal-massa akhir

    = 145.3-138.1

    % mixingpada pasir

    = (massa mixing/massa awal) x 100%

    = (7.1gr/131.8gr) x 100%

    = 0.05 %

    Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.C.2

    D.Laju Pengeluaran Padatan dariHopper

    Contoh perhitungan pada sampel pasir ukuran 710 micron

    Diketahui : Diameter orifice = 9 mm

    Waktu = 43.7 s

    Massa sampel = 551.6 gram

    Ditanyakan : Laju pengeluaran

    Jawab :

    Laju pengeluaran

    10.0801 g/s

    Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.D.6

  • 8/10/2019 Percobaan 3 Solids Handling Study Bench PRINT

    53/53

    III- 53 -

    E. Bulk Density

    Pasir 250 mikron

    Massa pasir = 183.3 gram

    Tinggi pasir= 100 cc

    Bulk density = massa pasir/tinggi pasir

    = 183.3 g/100cc

    =1.833 g/cc

    Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada 3.E.2