PERANAN INTERNATIONAL COOPERATION AND DEVELOPMENT...

143
iv PERANAN INTERNATIONAL COOPERATION AND DEVELOPMENT FUND (ICDF) TAIWAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA STUDI KASUS : UNIVERSITAS HASANUDDIN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Oleh: M JABAL NUR E131 13 008 DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of PERANAN INTERNATIONAL COOPERATION AND DEVELOPMENT...

  • iv

    PERANAN INTERNATIONAL COOPERATION AND DEVELOPMENT

    FUND (ICDF) TAIWAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS

    PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA

    STUDI KASUS : UNIVERSITAS HASANUDDIN

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan

    Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Hasanuddin

    Oleh:

    M JABAL NUR

    E131 13 008

    DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2018

  • v

  • vi

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim.

    Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang maha kuasa atas segala

    sesuatu sehingga atas izinnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Peranan International Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan

    dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi di Indonesia, Studi Kasus:

    Universitas Hasanuddin”. Salam serta salawat senantiasa tercurah kepada sebaik-

    baik manusia, seutama-utama teladan, sesempurna-sempurna pribadi. Dialah sang

    pelopor kebaikan, sang maestro kehidupan, Nabi Muhammad SAW. Nabi yang

    menjadi contoh teladan bagi penulis dalam mengarungi kehidupan di dunia.

    Skripsi yang bertujuan menganalisis peranan ICDF Taiwan dalam rangka

    memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi di

    Indonesia khususnya Universitas Hasanuddin memberikan harapan bagi penulis.

    Semoga dengan selesainya penulisan skripsi ini dapat manambah daftar keilmuan

    pemuda Indonesia, sebagai wujud kontribusi atas kecintaan terhadap tanah air.

    Tentunya secara spesifik dapat menjadi acuan berfikir dan berargumentasi bagi

    para pemikir Ilmu Hubungan Internasional yang memfokuskan kajiannya di

    kawasan Asia Timur. Segala masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun

    sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan khasanan bahasan dari skripsi ini.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya banyak melibatkan berbagai

    pihak dalam pengerjaannya. Bantuan, dukungan serta doa tidak terhingga

    diberikan kepada penulis sehingga izinkan penulis mengucapkan terima kasih

    tidak terhingga kepada:

  • viii

    1. Mama’ Hamdariah, S.Ag yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan

    moral hingga materil serta tidak putusnya doa yang terus dipanjatkan demi

    kelancaran studi penulis. Terkhusus kepada Bapa’ Zainuddin, S.Ag (alm)

    skripsi ini saya persembahkan sebagai rasa syukur dan pengabdian tidak

    terhingga yang semoga dengan ilmu ini dapat menjadi amal yang tiada

    putus hingga syurga. Amin.

    2. Keluarga kecil dirumah Bapak Saharuddin dan Rahmatun Sahra yang

    menjadi penyemangat untuk terus menuntut ilmu. Dan tak terhingga

    saudara saya yang penulis cintai dan sayangi Alim Mubarak calon

    engginer hebat, Muammal Has calon ulama Indonesia dan Aden Jamila

    calon dokter cantiknya kakak yang menjadi kekuatan penulis untuk bisa

    menjadi contoh teladan dan panutan di keluarga. “Belajar baik-baik

    adek!”. Terkhusus Tanta Korosia yang dengannya penulis paham akan arti

    kasih sayang.

    3. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA.

    Beserta jajarannya tempat penulis menimba ilmu.

    4. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas, Prof. Dr. A,

    Alimuddin Unde, M.Si terkhusus Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

    Ayahanda Dr. Rahmat Muhammad, M.Si layaknya ayah sendiri yang

    senantiasa mendukung penulis dalam kegiatan kemahasiswaan untuk bisa

    terus berprestasi.

    5. Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas, H. Darwis,

    MA.,Ph.D. dan Sekretaris Departemen Muh. Asry Sallatu, S.IP., M.Si

  • ix

    (Kak Gego) yang penulis sudah anggap seperti kakak sendiri. Tempat

    penulis berbagi cerita mulai dari pahasan lelucon hingga bahasan tingkat

    tinggi (nikah). Pada intinya disinimi kodong penulis sering konsultasi

    apapun itu.

    6. Pembimbing I, Dr. H. Adi Suryadi B, M,Si yang sekaligus menjadi dosen

    penasehat akademik penulis selama kurang lebih 4 tahun.

    7. Pembimbing II. Ishaq Rahman, S.Ip., M.Si. yang penulis kenal sosok yang

    sangat kaya akan ilmu, tempat yang nyaman untuk diskusi keilmuan HI.

    Pada beliaulah penulis banyak mendapatkan siraman keilmuan mulai dari

    hal yang sifafatnya teknis hingga pada tataran konsep.

    8. Para staf Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas, Kak Rahma dan Kak

    Tia yang tidak henti-hentinya membantu penulis dalam pengurusan

    administrasi akademik.

    9. Seluruh Dosen Ilmu Hubungan Internasional yang dengan ilmu yang

    diberikan sehingga sampai saat ini penulis sadar akan keilmuan yang

    penulis miliki masih sangat sedikit.

    10. Dekan Fakultas Pertanian Unhas, Prof. Sumbangan Baja, M.Phil, Ph.D

    yang berkenaan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

    penelitian serta keterbukaan Prof. Yunus Musa, M.Sc yang sangat sabar

    menfasilitasi penulis untuk mendapatkan data-data yang akurat

    deminmemenuhi kebutuhan penelitian penulis. Kak Rani serta seluruh

    narasumber penulis yang siap memberikan data-data kepada penulis.

  • x

    11. Pimpinan dan seluruh jajaran ICDF Taiwan dan UPT Perpustakaan Pusat

    Unhas yang telah menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian.

    12. Ikhwa fillah di LDM Al Aqsho Unhas, tempat penulis menemukan konsep

    ukhuwah dan tempat penulis dalam menjaga semangat spiritual.

    13. Saudara-saudara di Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Unhas tempat

    penulis menerima tempaan dalam bagaimana menjadi sosok pemimpin

    dalam berorganisasi dan juga tempat menemukan keluarga yang tak

    sedarah.

    14. Teman-teman seperjuangan di Seattle HI Unhas 2013. Teman

    seperjuangan penulis yang dengannya semangat penulis terus terjaga

    dalam kajian keilmuan Ilmu Hubungan Internasional.

    15. HIMAHI FISIP Unhas, rumah kita semua. Tempat penulis dikader dan

    pertama kali dijaga saat maba dari incaran para senior-senior. Terimakasih

    sudah memperkenalkan penulis tentang arti kaderisasi yang

    mengedepankan intelektualitas.

    16. Tadui Squad KKN Tematik BangunMandar Gel. 96 khususnya Desa

    Tadui. Selama 40 hari mengajarkan penulis tentang arti pengabdian,

    ketulusan dan keikhlasan dalam bermasyarakat. Suksess ki semua gengs.

    17. WL SMANSA Maros yang hingga saat ini masih tetap solid dan sudah

    punya bisnis jamur yang maha luar biasa. Tetap solid guys !

    18. Penerima Manfaat Beasiswa IZI Unhas, Terima kasih adik-adik hebat.

    Harapan bangsa, kebanggaan para orang tua. Terus belajar dan rajin-rajin

  • xi

    ikut pembinaan di asrama. Terimakasih atas segala perhatiannya dek.

    Terkhsusu baju barunya

    19. Special thanks to Sang Guru Peradaban Kak Sofyan Nasution, Sahabat

    terbaik M Nur Yasin, Imam bersuara merdu Ahmad Hizkil dan imam

    muda Amerika Azizul Hakim, Sang Singa Podium Awal Wahyudi, Si

    bureng tapi Sholeh Hasan, Si it’s the best Muh. Rahmat, Anak Cakep

    Fadly, Senior calon dosen muda Amanatullah Amir, Master Desain

    Ahmad Zulfikar dan sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Pada akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh

    rekan, sahabat, ikhwan wa ukhti, guru, ustadz dan semuanya yang tidak bisa saya

    ucapkan satu persatu yang dengannya semoga apa yang telah diberikan kepada

    penulis senantiasa mendapat balasan terbaik di sisi Allah SWT.

    Makassar, 9 April 2018

    M Jabal Nur

  • xii

    ABSTRAK

    M Jabal Nur, E 131 13 008 dengan judul skripsi “Peranan International

    Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan dalam Peningkatan Kualitas

    Pendidikan Tinggi di Indonesia, Studi Kasus: Universitas Hasanuddin” di bawah

    bimbingan Dr. H. Adi Suryadi B, M.SI. selaku pembimbing I dan Ishaq Rahman,

    S,IP., M.SI. selaku pembimbing II pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar.

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dan implikasi

    kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas Hasanuddin di bidang pendidikan

    tinggi serta strategi Universitas Hasanuddin dalam melakukan kerjasama dengan

    ICDF Taiwan berdasarkan prinsip One China Policy. Metode penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deksriptif-analitik dengan

    teknik pengumpulan data berdasarkan library research dan teknik wawancara.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kerjasama dilakukan

    dengan pemberian bantuan luar negeri berupa bantuan dana, bantuan tenaga ahli,

    pemberian training atau pelatihan dan transfer teknologi pertanian. Akan tetapi

    yang terealisasi masih sebatas pengiriman tenaga ahli disebabkan adanya kendala

    administratif tenaga ahli ICDF Taiwan yang berkaitan dengan One China Policy

    yang dianut Indonesia. Sehingga dampak yang ditimbulkan masih sebatas

    peningkatan fasilitas kampus berupa ketersediaan lahan pertanian, lahan

    pembangunan green house dan storage, peningkatan kualitas dan kolaborasi

    dosen dan mahasiswa, dan reducing trust petani terhadap Universitas Hasanuddin

    terhadap rencana program yang tidak kunjung terimplementasi. Adapun strategi

    yang di terapkan Universitas Hasanuddin senantiasa mengacu pada pedoman

    pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia dengan Taiwan berdasarkan MoU

    Pencairan kembali hubungan Indonesia-RRT 1990 dengan memperhatikan aktor

    yang terlibat dan proses kerjasama yang dilakukan.

    Kata Kunci: Peranan, International Cooperation and Development Fund (ICDF)

    Taiwan, Kerjasama Internasional, Development Aid Bilateral, One

    China Policy, Kualitas Pendidikan Tinggi.

  • xiii

    ABSTRACT

    M Jabal Nur, E 131 13 008. In "The Role of International Cooperation

    and Development Fund (ICDF) Taiwan in Improving the Quality of Higher

    Education in Indonesia, Case Study: Hasanuddin University", Under the guidance

    of Dr. H. Adi Suryadi B, M.SI. as Supervisor I and Ishaq Rahman, S, IP., M.SI. as

    Supervisor II at Department of International Relations, Faculty of Social and

    Political Sciences, Hasanuddin University, Makassar.

    This study aims to analyze the implementations and implications of ICDF

    Taiwan cooperation with Hasanuddin University in higher education and strategy

    of Hasanuddin University in cooperating with ICDF Taiwan based on One China

    Policy principle. The research method used in this study is descriptive-analytic

    with data collection techniques based on library research and interview

    techniques. The results show that the implementation of cooperation is agreed

    with the provision of foreign assistance in the form of financial assistance, expert

    assistance, training and transfer of agricultural technology. However, the

    realization is still limited to the sending of experts due to obstacles in

    administrative problems ICDF Taiwan experts related One China Policy who

    adopted in Indonesia. The implications are still limited to the increase of campus

    facilities in the form of availability of agricultural land, land green house and

    storage development, quality improvement and collaboration of lecturers and

    students, and reducing trust of farmers to Hasanuddin University about

    unimplementation programs. The strategy applied by Hasanuddin University

    always refers to the guidelines on the implementation of Indonesia's foreign

    relations with Taiwan based on the MoU the re-disbursement of Indonesia-RRT

    relations in 1990 with respect to the actors involved and the cooperation process

    undertaken.

    Keywords: Role, International Cooperation and Development Fund (ICDF)

    Taiwan, International Cooperation, Development Aid Billateral, One

    China Policy, Higher Education Qualit

  • xiv

    DAFTAR ISI

    SAMPUL……………………………………………………………………………...i

    HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………...ii

    HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI……………………………………..iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv

    ABSTRAK ................................................................................................................... xii

    ABSTRACT ................................................................................................................. xiii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiv

    DAFTAR TABEL...................................................................................................... xvii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xviii

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 9

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 9

    1. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

    2. Kegunaan Penilitian ......................................................................... 10

    D. Kerangka Konseptual ............................................................................. 10

    E. Metode Penelitian .................................................................................. 16

    1. Tipe Penelitian ............................................................................... 16

    2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 16

    3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 16

    4. Teknik Analisa/Analisis Data......................................................... 17

    5. Metode Penulisan ........................................................................... 17

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 18

    A. Kerjasama Internasional ......................................................................... 18

  • xv

    B. Development Aid Billateral .................................................................... 27

    C. One China Policy ................................................................................... 32

    BAB III HUBUNGAN KERJASAMA INTERNATIONAL COOPERATION AND

    DEVELOPMENT FUND (ICDF) TAIWAN DENGAN UNIVERSITAS

    HASANUDDIN ........................................................................................... 38

    A. International Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan ..... 38

    1. Sejarah ICDF Taiwan ..................................................................... 38

    2. Hubungan ICDF Taiwan dengan Taipei Economic and Trade Office

    (TETO) ........................................................................................... 47

    B. Hubungan Kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas Hasanuddin .. 53

    1. Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama ICDF Taiwan

    dengan Universitas Hasanuddin .................................................. 53

    2. Implementasi Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama

    ICDF Taiwan dengan Universitas Hasanuddin ........................... 58

    BAB IV PERAN INTERNATIONAL COOPERATIONS AND DEVELOPMENT

    FUND (ICDF) TAIWAN TERHADAP UNIVERSITAS HASANUDDIN .. 73

    A. Analisis Implementasi Kerjasama Pendidikan Tinggi antara ICDF

    Taiwan dengan Universitas Hasanuddin ................................................ 73

    1. Kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas Hasanuddin sebelum

    dan setelah MoU .......................................................................... 73

    2. Strategi Universitas Hasanuddin dalam melakukan kerjasama

    dengan ICDF Taiwan berdasarkan prinsip One China Policy ..... 85

    B. Implikasi Kerjasama Pendidikan Tinggi antara ICDF Taiwan dengan

    Universitas Hasanuddin ......................................................................... 91

    1. Implikasi terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi di Universitas

    Hasanuddin .................................................................................. 91

    2. Implikasi terhadap One China Policy .......................................... 95

    C. Peluang kerjasama pendidikan tinggi yang dapaat ditindaklanjuti ...... 102

  • xvi

    BAB V PENUTUP .................................................................................................. 107

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 107

    B. Saran .................................................................................................... 108

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 110

    Lampiran

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perubahan nama kantor perwakilan Indonesia dan Taiwan ·············· 49

    Tabel 2. Jumlah dan bidang kerjasama Indonesia-Taiwan ··························· 58

    Tabel 3. Kerjasama antara pemerintah Indonesia-Taiwan ··························· 60

    Tabel 4. Daftar terbaru penerima bebas visa kunjungan ··························· 98

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Struktur Organisasi ICDFTaiwan ·········································· 41

    Gambar 2. Skema produksi bibit padi bersertifikat ··································· 57

    Gambar 3. Jumlah mahasiswa Indonesia di Taiwan 2009-2015

    (per kategori) ··············································································· 65

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pasca Perang Dunia II tahun 1945 menjadikan tatanan dunia tidak lagi

    berorientasi pada aktifitas perang atau gencatan senjata semata-mata. Akan tetapi

    lebih berorientasi pada sistem yang kooperatif dalam pemenuhan kepentingan

    nasionalnya. Soft diplomacy menjadi sarana yang efektif dalam penerapan

    kepentingan nasional suatu negara. Penyebab utamanya adalah biaya, korban jiwa

    sampai pada kerugian negara dalam pemenuhan kebutuhan militer yang sangat

    banyak. Sehingga negara-negara lebih memilih konsep soft diplomacy atau

    metode kooperatif.

    Pola hubungan kooperatif yang terbangun di setiap negara memberikan

    konsekuensi dalam setiap interaksinya. Masing-masing pihak tidak sedikit

    mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk mempertahankan peraturan-

    peraturan agar dapat berjalan lebih tertib dalam upaya mencapai tujuan bersama

    dan sebagai suatu wadah hubungan antar bangsa dan negara agar kepentingan

    masing-masing negara dapat terjamin dalam konteks hubungan internasional

    (Ikbar, 2014).

    Perkembangan fenomenan ini menandai babak baru dalam kajian ilmu

    hubungan internasional. Aktor yang terlibat pun tidak lagi berfokus pada negara

    akan tetapi sudah berkembang hingga mencakup organisasi, kelompok, bahkan

  • 2

    individu. Hal ini membuat kajian ilmu hubungan internasional kontemporer

    semakin kompleks.

    Organisasi internasional sebagai subjek pelaksana kerjasama internasional

    semakin menonjolkan peranannya yang bukan hanya melibatkan negara beserta

    pemerintahannya saja. Negara tetap sebagai aktor paling dominan dalam bentuk-

    bentuk kerjasama internasional, namun perlu diakui bahwa keberadaan

    (eksistensi) organisasi-organisasi internasional non-pemerintah makin hari makin

    banyak jumlahnya (Rudy, 1993, hal.3). Salah satu aktor yang banyak terlibat

    dalam kerjasama internasional adalah International Cooperation and

    Development Fund Taiwan (ICDF) Taiwan.

    ICDF Taiwan merupakan sebuah lembaga pemerintah yang dibentuk

    untuk memenuhi kepentingan nasional Taiwan di luar negeri. ICDF Taiwan

    bertanggung jawab untuk menerapkan bantuan pembangunan resmi Taiwan, sama

    halnya dengan USAID di Amerika dan JICA di Jepang (Pei-ru, 2017).

    Tahun 1959 merupakan sejarah awal kemunculan ICDF Taiwan. Pada saat

    itu ICDF Taiwan masih sebatas program pemerintah yang berfokus di sektor

    pertanian. Kerjasama di bidang pertanian ini banyak dilakukan di negara-negara

    berkembang yang ada di Afrika dengan mengirimkan bantuan teknis berupa ahli-

    ahli pertanian. Pada tahun 1972 pola kerjasama yang terbangun semakin

    meningkat dan dibentuklah Komite Kerjasama Teknik Internasional yang

    mempelopori kerjasama teknis luar negeri Republic of China (ROC), Taiwan.

    Komite inilah yang menjadi sarana Taiwan dalam melangsungkan kerjasama

    internasional di berbagai negara. Di tahun 1989 perkembangan ekonomi Taiwan

  • 3

    semakin pesat dan membuatnya membentuk International Economic Cooperation

    and Development Fund (IECDF) yang bertujuan untuk memberikan bantuan

    ekonomi kepada mitra pembangunan. Dan pada tahun 1996, IECDF inilah yang

    menjadi cikal bakal dibentuknya ICDF Taiwan (ICDF Taiwan, 2010).

    ICDF Taiwan sebagai sarana perpanjangan tangan kebijakan pemerintah

    Taiwan mempunyai empat program utama yaitu: (1.) Lending and investment; (2.)

    Kerjasama teknis; (3.) Bantuan kemanusiaan; (4.) Pendidikan dan pelatihan

    internasional (ICDF Taiwan, 2010). Dari keempat program utama tersebut,

    pendidikan dan pelatihan internasional telah banyak dilakukan di beberapa negara

    dunia, terkhsusus di Indonesia.

    Pada perkembangan program pendidikan dan pelatihan internasional

    diwujudkan melalui berbagai variasi kerjasama. Dalam perkembangannya, ICDF

    Taiwan senantiasa menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di

    Indonesia. Meskipun ICDF Taiwan merupakan salah satu instansi Taiwan yang

    menjadi sarana dalam melangsungkan kerjasama dengan beberapa negara.

    Selain ICDF Taiwan kerjasama sektor pendidikan biasanya melibatkan

    beberapa Universitas Taiwan atau melibatkan representatif Taiwan secara

    langsung. Berbagai macam kerjasama Taiwan yang melibatkan Universitas

    Taiwan, ICDF Taiwan atau representasi Taiwan secara langsung dapat dilihat di

    beberapa perguruan tinggi Indonesia seperti kerjasama pendidikan tinggi di

    Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo yang langsung melibatkan

    representasi Taiwan dengan mendirikan Taiwan Center pada tanggal 14 April

  • 4

    2016 di lantai 4 gedung perpustakaan UNS. Selain pendirian Taiwan Center,

    berbagai sumbangan buku juga turut dilakukan (Uns.ac.id, 2017).

    Kerjasama yang lain dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan

    mendirikan sebuah kawasan pertanian pada tahun 2007 yang dikenal dengan

    Agribusiness Development Center (ADC). Kerjasama ini melibatkan 4 ahli

    pertanian yang dikirim dari Taiwan untuk ditugaskan di kawasan tersebut dalam

    membantu proses produksi jambu keristal dan beberapa jenis komoditi pertanian

    yang lain (adsipb.com, 2017). Dalam kerjasamanya melibatkan ICDF Taiwan

    sebagai pelaksana teknis kerjasama.

    Pada tahun 2016, Taiwan melangsungkan kerjasama dengan melibatkan

    ICDF Taiwan dengan beberpa Universitas Taiwan dalam kerjasama di Universitas

    Hasanuddin. Kerjasama yang dimaksud berupa penyediaan beasiswa untuk staf

    dosen Universitas Hasanuddin dalam program master dan doktoral, kolaborasi

    program “dual degree” untuk “bio-agriculture”, dan “community service” untuk

    mahasiswa serta “summer school program”. Kerjasama yang lain yaitu kerjasama

    dengan Pingtung Agricultural Biotechnologi Park (PABP) berupa program

    hilirisasi hasil atau produk riset dengan menggandeng perusahaan mitra PABP.

    PABP yang memiliki 6 kluster industri ini juga tertarik bekerjasama untuk

    penelitian dan hilirisasi produk untuk “seaweed” (rumput laut) yang telah

    dikembangkan oleh Konsorsium Rumput laut Universitas Hasanuddin serta

    “Algae research product” di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

    Selain itu Universitas Hasanuddin juga menjalin kerjasama dengan

    National Taiwan Ocean University (NTOU) dalam bidang perikanan dan maritim

  • 5

    yang fokus pada program riset dan pendidikan terkait maritim. Kemudian

    kerjasama melalui ICDF Taiwan dengan pemberian pendanaan terhadap dua

    proposal Unhas terkait “Healty Seeds Propaga?on” senilai 4,5 miliar

    (Tempo.com, 2016).

    Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada alinea IV secara

    tegas mengatakan bahwa “....mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

    melaksanakan ketertiban dunia....“ yang sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa

    Indonesia menjadi dasar gerak Indonesia dalam mengupayakan segala macam

    kerjasama dengan negara-negara dunia.

    Namun melihat realita yang terjadi menuntut bangsa Indonesia untuk terus

    tetap berjuang dalam memenuhi cita-cita pemimpin bangsa. Anis Baswedan

    (2014) mengatakan bahwa ada 7 (tujuh) poin penting yang dialami Indonesia

    kaitannya dengan pendidikan yaitu:

    1. 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal

    pendidikan. Data tersebut didapat dari pemetaan oleh Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan terhadap 400.000 sekolah di seluruh

    Indonesia pada tahun 2012;

    2. Nilai rata-rata ujian kompetisi guru pada tahun 2012 di Indonesia

    hanya mencapai 44,5 dari yang diharapakan pemerintah sebesar 70;

    3. Pada tahun 2013 dan 2014 Indonesia menempati posisi ke- 40 dari 40

    negara pada pemetaan The Learning Cuve-Pearson;

  • 6

    4. Pada tahun 2013 peringkat Indonesia dalam pemetaan perguruan

    tinggi hanya menempati posisi ke 49 dari 50 negara yang dipetakan

    oleh Universitas21;

    5. Pada tahun 2011 dalam pemetaan bidang literasi sains yang dilakukan

    oleh Trends in International Mathematics and Science Studies,

    Indonesia hanya menempati posisi ke-40 dari 42 negara;

    6. Indonesia hanya menempati posisi ke 64 dari 65 negara yang

    diikutsertakan dalam pemetaan PISA pada tahun 2012; dan

    7. Hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang punya minat baca serius.

    (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014).

    Kondisi pendidikan tinggi Indonesia menunjukkan 124 Perguruan Tinggi

    (PT) Negeri, 3.127 PT Swasta, 175 PT Kementerian/Lembaga, PTAS968, dan 78

    PTAN (Data PDDikti, 11 Maret 2017). Dari jumlah tersebut, data BAN-PT

    menunjukan hanya 1.131 yang terakreditasi dengan rincian 50 PT mempunyai

    akreditasi A (4%), 345 PT berakreditasi B (31%), dan 736 PT berakreditasi C

    (65%), dan sisanya 3.340 belum terakreditasi.Terdapat 26.672 prodi (PDDikti, 4

    Mei 2017) dengan sejumlah 20.254 prodi terakreditasi dengan rincian jumlah

    prodi dengan akreditasi A sebanyak 2.512 (12%), akreditasi B sebanyak 9.922

    (49%), dan akreditasi C sebanyak 7.820 (39%), bahkan ada 5.000an prodi yang

    tidak terakreditasi (BAN-PT, 3 Mei 2017) (Kemenristek Dikti, 2017).

    Data diatas tergambar jelas masih memprihatinkannya kualitas pendidikan

    tinggi Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesenjangan mutu pendidikan

  • 7

    masih menjadi kendala di banyak negara, khususnya Indonesia (Suastha, Riva

    Dessthania, 2016).

    Penegasan langsung diutarakan oleh Kementerian Riset dan teknologi dan

    Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) bahwa kualitas sebagian besar perguruan

    tinggi dan program studi di Indonesia masih cukup memperihatinkan. Lebih lanjut

    Aris Junaidi selaku Direktur Penjaminan Mutu Ditjen Pembelajaran dan

    Kemahasiswaan mengatakan penyebab rendahnya mutu akreditasi adalah

    kurangnya sarana prasarana, kualitas sumber daya manusia, riset, keterlibatan

    mahasiswa, publikasi, dosen, dan lainnya (Ratnasari, 2017).

    Dengan melihat kondisi tersebut Indonesia terus melakukan pembenahan

    serta pembaharuan dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Pembenahan

    serta pembaharuan kualitas pendidikan tinggi ini senantiasa dilakukan diberbagai

    perguruan tinggi dengan mengacu pada indikator mutu akreditasi perguruan

    tinggi. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tingi yang ada di

    Indonesia.

    Salah satu wujud peningkatan kualitas pendidikan tinggi dengan adanya

    kerjasama yang dilakukan diberbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu

    perguruan tinggi yang dapat menjadi representasi adalah program kerjasama

    internasional di Universitas Hasanuddin. Program kerjasama tersebut berfokus

    pada penciptaan kualitas sumber daya manusia berkualitas yakni dosen maupun

    mahasiswa. Dengan terpilihnya Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A.

    sebagai rektor Universitas Hasanuddin memiliki prioritas utama terhadap program

    pengembangan kualitas perguruan tinggi di berbagai program kerjasama luar

  • 8

    negeri di berbagai instansi pemerintahan luar negeri dan kampus-kampus terbaik

    dunia.

    Universitas Hasanuddin sebagai salah satu Universitas terbaik di Indonesia

    yang telah menyandang predikat perguruan tinggi terbaik Indonesia akan

    memberikan pengaruh besar terhadap kualitas perguruan tinggi Indonesia.

    Predikat ini berdasarkan pemeringkatan atau klasterisasi yang dilakukan oleh

    Menristekdikti yang menyatakan bahwa Universitas Hasanuddin masuk dalam

    kategori 10 perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang menempati urutan ke-9

    setelah Universitas Brawijaya (Menristek Dikti, 2017).

    Dengan tujuan utama dibentuknya ICDF Taiwan serta upaya

    pengembangan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Maka, Kerjasama yang

    terjalin antara ICDF Taiwan dengan Universitas Hasanuddin merupakan salah

    satu langkah dalam mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan tinggi di

    Indonesia. Dengan melihat berbagai macam kerjasama pendidikan tinggi yang

    telah ada sebelumnya seperti summer school program, bantuan penelitian dosen

    dan mahasiswa, bantuan pendanaan pembangunan sarana dan prasarana kampus,

    program kerjasama riset dan teknologi dan berbagai kerjasama lain yang

    tujuannya peningkatan kualitas kampus.

    Berdasarkan uraian diatas maka kerjasama Universitas Hasanuddin dengan

    ICDF Taiwan merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan tinggi

    di Indonesia. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang

    bagaimana pola hubungan yang terjalin selama ini antara Universitas Hasanuddin

    dengan Taiwan. Apalagi dengan prinsip yang dianut Indonesia yaitu prinsip Satu

  • 9

    China (One China Policy) akan sangat menarik bagi penulis untuk meneliti

    hubungan kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas Hasanuddin.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penilitian, penulis akan

    memberikan batasan penelitian dalam hal peranan International Cooperation and

    Development Fund (ICDF) Taiwan dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi

    di Indonesia dengan melihat kasus kerjasama yang ada di Universitas Hasanuddin

    berdasarkan prinsip yang dianut Indonesia yaitu One China Policy.

    Untuk mengetahui hal tersebut, penulis merumuskan beberapa pertanyaan

    penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana implementasi kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin di bidang pendidikan tinggi?

    2. Bagaimana implikasi kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin di bidang pendidikan tinggi?

    3. Bagaimana strategi Universitas Hasanuddin dalam melakukan

    kerjasama dengan ICDF Taiwan berdasarkan prinsip One China

    Policy?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui implementasi kerjasama ICDF Taiwan dengan

    Universitas Hasanuddin di bidang pendidikan tinggi.

    b. Untuk mengetahui implikasi kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin di bidang pendidikan tinggi.

  • 10

    c. Untuk mengetahui strategi Universitas Hasanuddin dalam melakukan

    kerjasama dengan ICDF Taiwan berdasarkan prinsip One China Policy.

    2. Kegunaan Penilitian

    a. Dapat dijadikan acuan ataupun landasan berfikir dalam berargumentasi bagi

    mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional dalam mengakaji hubungan

    kerjasama di bidang Pendidikan Tinggi antara IGO dengan Intitusi

    pendidikan tinggi Negara.

    b. Sebagai masukan bagi pemikir HI dalam setiap kajian tentang studi kawasan

    Asia Timur khususnya Taiwan.

    c. Sebagai acuan befikir dalam mengkaji pengembangan kualitas pendidikan

    tinggi melalui nonstate actor. Dimana selama ini negara sebagai pemain inti

    pelaksana kepentingan nasional ternyata dapat diperankan oleh non-state

    actor yaitu IGO.

    D. Kerangka Konseptual

    Yanuar Ikbar (2014) dalam bukunya “Metodologi dan Teori Hubungan

    Internasional” mengemukakan bahwa Teori peran (role theory) mendefenisikan

    “peran” atau role sebagai:

    “Seperangkat batas dan aturan dari sebuah harapan-harapan kepada

    pelaksana peran dari posisi tertentu, dimana kesemua itu berasal dari

    pelaksana peran dan pembawa peran yang berada di dalam dan di luar

    batas-batas organisasi.”

    Menurut Dougherty dan Pritchard (1985) dalam Bauer, Teori peran

    memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi prilaku di dalam organisasi.

    Mereka menyatakan bahwa peran itu melibatkan pola penciptaan produk sebagai

    lawan dari prilaku atau tindakan (Ikbar. Yanuar, 2014, hal. 235).

  • 11

    Menurut Michael Haas, Peranan Organisasi Internasional secara luas

    diuraikan dalam beberapa penjelasan yaitu:

    1. Sebagai instrument (alat), organisasi internasional menjadi alat untuk

    memenuhi kepentingan anggotanya walaupun mungkin secara

    konstitusional ada pembatasan kekuasaan (kedaulatan) negara bertindak

    secara otonom.

    2. Sebagai arena (forum), organisasi internasional menjadi tempat

    pertemuan bagi negara anggotanya untuk berdiskusi, berargumentasi,

    dan bekerjasama.

    3. Sebagai aktor, organisasi internasional sebagai independent actor,

    sehingga dapat bertindak tanpa dipengaruhi secara signifikan oleh aktor

    yang lain.

    Perkembangan hubungan antar negara dewasa ini sangat identik dengan

    pendekatan kerjasama internasional. Hal tersebut terjadi karena masing-masing

    negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari luar. Perkembangan

    ini diselingi dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasional dari masing-

    masing negara sehingga tidak dapat dinafikkan bahwa upaya kerjasama

    internasional merupakan sebuah metode yang tepat dalam memenuhi kepentingan

    nasional suatu bangsa.

    Mencermati tujuan utama suatu negara melakukan kerjasama internasional

    adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya yang tidak dimiliki di dalam

    negeri. Negara tersebut perlu memperjuangkan kepentingan nasionalnya di luar

    negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kerjasama untuk

  • 12

    mempertemukan kepentingan nasional antar megara (Sjamsumar & Riswandi,

    1995).

    Menurut Kalevi Jaako Holsti, kerjasama internasional dapat didefinisikan

    sebagai berikut:

    1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling

    bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi

    oleh semua pihak sekaligus.

    2. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang

    diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk

    mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.

    3. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih

    dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan-

    benturan kepentingan.

    4. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi dimasa depan yang

    dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

    5. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka (Holsti,

    1988, hal. 652-653).

    Dalam perkembangannya, berdasarkan jumlah negara yang mengikuti

    kerjasama, dapat dibedakan menjadi tiga macam bentuk kerjasama internasional

    yaitu:

    1. Kerjasama bilateral, kerjasama yang dilakukan antara dua negara.

    Kerjasama ini biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik,

    perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.

  • 13

    2. Kerjasama Regional, kerjasama yang dilakukan oleh beberapa negara

    dalam suatu kawasan atau wilayah. Kerjasama ini biasanya dilakukan

    karena adanya kepentingan bersama baik dalam bidang politik,

    ekonomi, dan pertahanan. Contohnya: ASEAN dan Liga Arab.

    3. Kerjasama Multilateral, kerjasama yang dilakukan beberapa negara.

    Contohnya Perserikatan Bangsa-Bangsa. (Ikbar, 2014, hal. 273).

    Berdasarkan bentuk kerjasama yang telah dijelaskan diatas maka pola

    hubungan kerjasama Indonesia dengan Taiwan di bidang pendidikan termasuk

    dalam kategori kerjasama bilateral dikarenakan kerjasama yang dilakukan hanya

    melibatkan dua negara. Dimana Taiwan yang diwakili oleh ICDF Taiwan dan

    Indonesia diwakili oleh Universitas Hasanuddin.

    Dalam pola kerjasama internasional antara Indonesia dan Taiwan

    melibatkan aktor International Government Organization (IGO) Taiwan dan

    Institusi pendidikan tinggi Indonesia. IGO Taiwan yang dikenal dengan ICDF

    Taiwan dan Institusi pendidikan tinggi Indonesia yaitu Universitas Hasanuddin.

    Dikatakan IGO Taiwan karena ICDF Taiwan merupakan bentukan Taiwan

    dibawah Ministry of Foreign Affairs Taiwan atau Kementerian Luar Negeri

    Taiwan. Dimana tujuan utama dibentuknya ICDF Taiwan ini sebagai lembaga

    penyalur dana resmi Taiwan dan pelaksana teknis bantuan luar negeri Taiwan.

    Kerjasama internasional yang terbangun antara ICDF Taiwan dengan

    Universitas Hasanuddin terkadang membawa suatu misi khusus yang berkaitan

    erat dengan kepentingan nasional kedua belah pihak. Dan salah satu upaya

    mencapai kepentiangan nasional tersebut salah satunya dengan pemberian bantuan

  • 14

    luar negeri. Bantuan luar negeri atau Development Aid menjadi sarana dalam

    menjaga eksistensi negara pendonor untuk mendapatkan pengakuan atau

    eksistensi di negara berkembang. Upaya pemberian bantuan luar negeri

    merupakan salah satu strategi Taiwan untuk menunjukkan esksistensinya dalam

    dunia internasional. Apalagi mengingat kondisi Taiwan yang hingga saat ini

    belum diakui sebagai Negara berdaulat. Sehingga upaya pemberian bantuan luar

    negeri merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengakuan dari negara-

    negara penerima bantuan.

    Status Taiwan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Republik

    Rakyat Tiongkok (RRT) tidak terlepas dari kebijakan yang diberlakukan RRT

    terhadap negara-negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan RRT.

    Kebijakan tersebut adalah one china policy atau yang dikenal dengan kebijakan

    satu China.

    Kebijakan satu China ini merupakan kebijakan RRT dimasa Deng

    Xiaoping yang muncul karena adanya berbagai upaya yang pemisahan diri

    Taiwan dari RRT. One China Policy berarti bahwa hanya ada satu China termasuk

    daratan utama China, Tibet, Hongkok, Macao, Xinjiang dan Taiwan. Sehingga

    hubungan diplomatis dengan negara selain China hanya dapat dilakukan apabila

    ada pengakuan atas One China Policy (Darmawan. Fajrian Eka Budi, 2015).

    Pemerintah Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya juga

    menganut One China Policy. Kebijakan satu China ini di awali dengan proses

    dengan penandatanganan nota kesepahaman atau disebut juga Memorandum of

    Understanding (MOU) tentang Pencairan Kembali Hubungan Diplomatik RI-

  • 15

    RRC atau RRT oleh kedua menteri luar negeri, Ali Alatas dan Qiang Qitchen, di

    Istana Negara pada 8 Agustus 1990 dengan disaksikan oleh kedua kepala negara,

    Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Li Peng (Maulana, 2016).

    Petunjuk pelaksanaan hubungan antara Indonesia-Taiwan merupakan

    pedoman yang mengatur tata cara antara kedua negara berhubungan satu sama

    lain dalam bidang ekonomi dan perdagangan yang sifatnya non-pemerintahan.

    Pedoman ini mengacu pada MoU pemulihan hubungan diplomatik dengan RRT.

    Hal ini disebabkan Indonesia hanya mengakui RRT sebagai pemerintah yang sah

    dalam One China Policy dan harus mematuhi kebijakan tersebut.

    Hubungan Indonesia-Taiwan melalui perantara ICDF Taiwan senantiasa

    mengacu pada kebijakan Satu China yang dianut Indonesia. Bagi Indonesia

    kerjasama yang terjalin merupakan upaya dalam merealisasikan cita-cita

    konstitusi dan cita-cita bangsa Indonesia.

    Secara komprehensif dalam Permendikbud No. 49 tahun 2014 tentang

    standar nasional pendidikan tinggi (SNPT), Terdapat 10 standar yang perlu

    dipenuhi dalam mengukur kualitas pendidikan tinggi, yaitu: (1). Standar

    kompetensi lulusan; (2). Isi pembelajaran; (3). Proses pembelajaran; (4). Penilaian

    pembelajaran; (5). Dosen dan tenaga kependidikan; (6). Saran dan prasarana

    pembelajaran; (7). Pengelolaan pembelajaran; (8). Pembiayaan pembelajaran; (9).

    Penelitian; dan (10.) Pengabdian pada masyarakat.

    Ada banyak ukuran mutu yang bisa digunakan untuk menilai keunggulan

    sebuah perguruan tinggi. Misalnya berapa proporsi guru besar dan doktor yang

    dimiliki, publikasi ilmiah yang dihasilkan, termasuk paten, yang diyakini

  • 16

    berkontribusi besar terhadap peningkatan kesejahteraan umat manusia (Maksum,

    2015, Hal. 9). Kaitannya dengan hubungan ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin telah banyak melakukan hubungan kerjasama dalam hal peningkatan

    kapasitas dosen atau tenaga pengajar serta peningkatan kualitas penelitian dengan

    memberikan bantuan dana.

    E. Metode Penelitian

    1. Tipe Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitik

    dimana penulis mendeskripsikan ataupun memberikan gambaran terhadap

    objek penelitian melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan. Data yang

    dimaksudkan adalah data-data yang berkaitan tentang Peranan ICDF Taiwan

    dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi Indonesia secara khusus di

    Universitas Hasanuddin.

    2. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder dan data primer.

    Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur seperti

    buku, jurnal, artikel, majalah, handbook, situs internet, institusi dan lembaga

    terkait. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

    pihak yang terlibat. Adapun data yang dibutuhkan adalah data yang berkaitan

    dengan penelitian penulis tentang Peranan International Cooperation and

    Development Fund (ICDF) Taiwan dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan

    Tinggi di Indonesia

    3. Teknik Pengumpulan Data

  • 17

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Library Research

    untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Library Research sendiri

    merupakan metode dengan cara mengumpulkan data dari beberapa literatur

    yang digunakan seperti buku, jurnal, dokumen, surat kabar, situs-situs internet

    resmi atau laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun

    bahan-bahan tersebut diperoleh dari beberapa tempat yang penulis kunjungi

    atau kontak secara langsung.

    Selain metode Library Research, penulis juga menggunakan teknik

    wawancara. Wawancara dilakukan kepada narasumber yang secara langsung

    bersinggungan dengan data yang dibutuhkan penulis.

    4. Teknik Analisa/Analisis Data

    Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Untuk menganalisa

    permasalahan, penulis akan menggambarkannnya berdasarkan fakta-fakta yang

    ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga

    menghasilkan sebuah argument yang tepat. Penulis juga menambahkan data

    kuantitatif sebagai pelengkap untuk pemperkuat analisis kualitatif.

    5. Metode Penulisan

    Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deduktif.

    Metode deduktif yang dimaksud adalah dengan menggambarkan secara umum

    masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus dalam

    menjelaskan hasil analisis data dalam penulisan.

  • 18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerjasama Internasional

    Pasca Perang Dunia II perkembangan kajian hubungan internasional

    semakin kompleks. Kompleksitas yang terbangun bukan hanya mencakup aktor

    yang terlibat akan tetapi pola hubungan internasional di setiap aktor. Pada saat

    Perang Dunia II aktifitas hubungan internasional di dominasi dengan aktifitas

    perang dan gencatan senjata. Akan tetapi dengan perkembangan hubungan

    internasional hingga saat ini, membuat aktifitas tersebut tidak lagi berfokus pada

    aktifitas peran maupun gencatan senjatan melainkan sudah membentuk sebuah

    coorporate atau kerjasama antar negara ataupun aktor lain dalam pemenuhan

    kepentingan nasional.

    Perkembangan tersebut tidak terlepas dari kondisi masing-masing negara

    yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari luar. Dengan

    mencuatnya perang dingin membuat negara-negara saat itu banyak melakukan

    kerjasama internasional dengan memperbanyak mitra kerjasama atau yang biasa

    dikenal dengan alliance. Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan membangun

    kekuatan dari masing-masing wilayah sehingga pada saat itu muncullah istilah

    blok barat dan blok timur.

    Kerjasama Internasional memiliki beberapa panjelasan yang diakumulasi

    menjadi sebuah defenisi yaitu:

  • 19

    1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling

    bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi

    oleh semua pihak sekaligus.

    2. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang

    diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk

    mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.

    3. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau

    lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau

    benturan-benturan kepentingan.

    4. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi dimasa depan yang

    dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

    5. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka (Holsti,

    1988, hal. 652-653).

    Kerjasama internasional juga dapat didefenisikan sebatas interaksi

    melampaui batas negara. Dimana defenisi tersebut diuraikan sebagai pola

    kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas

    dan lengkap serta diharapkan akan diproyeksikan untuk berlangsung serta

    melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna

    mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati

    bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama

    kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda (Rudy, 1993, hal. 3).

    Defenisi yang dikemukakan oleh KJ Holsti dan Teuku May Rudy

    menunjukkan bahwa kerjasama internasional mencakup hubungan antar negara

  • 20

    atau bukan negara yang di dalamnya terdapat sebuah tujuan atau kesepakatan

    bersama dimana kesepatakan inilah yang menjadikan kebutuhan masing-masing

    negara atau pihak yang terlibat dapat tercapai. Meskipun dewasa ini kerjasama

    internasional bukan lagi hanya pada tataran negara saja. Akan tetapi sudah

    berkembang ketataran individu, organisasi internasional atau aktor internasional

    lain yang berkepentingan. Sehingga dapat dikatakan kerjasama internasional

    sudah semakin kompleks dalam kajian hubungan internasional kontemporer.

    Defenisi tentang kerjasama internasional juga senada dengan apa yang

    dikemukakan oleh Kalevi Jaakko Holsti dalam bukunya International Politics, A

    Framework for Analysis bahwa:

    “Hubungan internasional dapat merujuk pada semua bentuk interaksi

    antara anggota masyarakat yang terpisah, yang disponsori oleh

    pemerintah atau bukan pemerintah, studi hubungan internasional akan

    mencakup analisis kebijakan luar negeri dan proses politik antar negara,

    namun dengan minatnya terhadap semua fakta hubungan antara

    perbedaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini juga mencakup studi atau

    perdagangan internasional, transportasi, komunikasi dan pengembangan

    nilai-nilai dan etika internasional (Holsti, 1992, Hal. 10)”.

    Dari defenisi tersebut tergambar jelas tentang kompleksitas hubungan

    internasional yang pada akhirnya bermuara pada konsep kerjasama internasional.

    Hubungan internasional tidak lagi menitikberatkan pada pemerintah (government)

    melainkan sudah merembes pada individu, organisasi internasional atau aktor

    internasional yang lain.

    Dalam kaitannya dengan hubungan ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin merupakan sebuah hubungan yang didasari dengan konsep kerjasama

    internasional. Dimana masing-masing pihak memiliki potensi dan kepentingan

  • 21

    masing-masing. ICDF Taiwan sebagai organisasi internasional Taiwan

    membangun kerjasama dengan beberapa negara ataupun intitusi di negara

    tersebut. Tujuannya adalah untuk menyalurkan potensi yang dimiliki Taiwan

    dalam hal bantuan pendanaan, teknologi ataupun tenaga teknis.

    Taiwan dengan kondisi perekonomian terbesar di Asia membuatnya

    melakukan berbagai macam penyaluran bantuan kepada negara-negara

    berkembang. Penyaluran bantuan ini dilakukan dengan bentuk kerjasama

    internasional. Baik dalam bentum pemberian dana hibah ataupun pinjaman.

    Dengan upaya yang dilakukan ini tentunya akan ada hubungan timbal balik dari

    masing-masing pihak. Sebagaimana tujuan utama suatu negara melakukan

    kerjasama internasional adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya yang

    tidak dimiliki di dalam negeri. Untuk itu, negara tersebut perlu memperjuangkan

    kepentingan nasionalnya di luar negeri. Dalam kaitan itu, diperlukan suatu

    kerjasama untuk mempertemukan kepentingan nasional antar Negara (Sjamsumar

    & Riswandi, 1995, Hal. 15).

    Menurut Mochtar Kusumaatmadja & Agoes (2003), Kerjasama

    internasional memiliki peranan yang sangat penting. “Hubungan dan kerjasama

    antar negara timbul dikarenakan adanya kekayaan alam dan kemajuan industri

    yang tidak berimbang, sehingga memaksa negara untuk membentuk sebuah

    kerjasama yang bersifat internasional di berbagai sektor tersebut” (Aditya, 2013).

    Hal ini sangat tepat dalam konsep hubungan ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin dikarenakan masing-masing pihak mempunyai kelebihan. ICDF

    Taiwan dengan keunggulannya dalam hal perekonomian, tenaga ahli dan

  • 22

    teknologi. Sedangkan Universitas Hasanuddin unggul dalam hal kondisi

    geografis, wilayah, penduduk dan berbagai macam sumber daya alam yang dapat

    dikembangkan. Sehingga dengan kerjasama ICDF Taiwan dengan Universitas

    Hasanuddin yang terbentuk dapat menghasilkan sebuah karya yang besar yang

    tentunya dapat memberikan pengaruh yang baik dari masing-masing pihak.

    Perkara yang ada di Taiwan adalah status Taiwan yang belum sepenuhnya

    menjadi negara yang diakui sehingga sangat terbatas dalam melakukan kerjasama

    internasional. Maka Taiwan melibatkan banyak aktor dalam pelaksanaan

    kebijakan luar negerinya. Sehingga ICDF Taiwan sebagi salah satu instansi yang

    dibentuk oleh Taiwan dapat dijadikan alat dalam melakukan kerjasama

    internasional. sebagimana Robert Keohane dan Joseph Nye berpendapat bahwa

    hubungan antar negara barat dicorakkan oleh Interdependensi Kompleks. Ketika

    terdapat derajat interdependensi yang tinggi, negara-negara akan membentuk

    institusi-institusi internasional untuk menghadapi masalah-masalah bersama.

    Institusi-institusi memajukan kerjasama lintas batas-batas internasional dengan

    menyediakan informasi dan mengurangi biaya. Insitusi-institusi itu dapat berupa

    organisasi internasional formal atau dapat berupa serangkaian persetujuan yang

    agak formal yang menghadapi aktivitas-aktivitas atau isu-isu bersama (Jackson &

    Sorensen, 2005, Hal. 63-64).

    Institusi atau yang akrab dikenal sebagai organisasi internasional

    memainkan peranannya dengan sangat apik. Negara yang berperan sebagai aktor

    utama hubungan internasional, kini melibatkan organisasi yang dibentuknya

    sebagai sarana penyaluran kepentingan nasional berdasarkan konsep kerjasama

  • 23

    internasional. Seperti USAID di Amerika, JICA di Jepang dan beberapa

    organisasi internasional yang lain kini memberikan peranan kerjasama

    internasional antara negara yang begitu tinggi. Di Taiwan terdapat organisasi

    pemerintahan yang disebut ICDF Taiwan yang menjadi sarana diplomasi dan

    kerjasama internasional Taiwan dengan negara-negara dunia.

    Dalam penerapannya, kerjasama internasional tidak terlepas dari beberapa

    konsekuensi yang akan muncul. Konsekuensi dari kerjasama internasional adalah

    kerjasama internasional yang merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya

    hubungan interdependensi dan bertambah kompleksitas kehidupan manusia dalam

    masyarakat internasional (Koesnadi, 1977, Hal.19).

    Dengan kerjasama internasional maka interdependensi dari pihak yang

    terlibat tidak dapat dihindari. Sehingga penting bagi pengambil kebijakan

    memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari kerjasama internasional tersebut.

    Dalam perkembangannya, berdasarkan jumlah negara yang mengikuti kerjasama,

    dapat dibedakan menjadi tiga macam bentuk kerjasama internasional yaitu:

    1. Kerjasama bilateral, kerjasama yang dilakukan antara dua negara.

    Kerjasama ini biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik,

    perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.

    2. Kerjasama Regional, kerjasama yang dilakukan oleh beberapa negara

    dalam suatu kawasan atau wilayah. Kerjasama ini biasanya dilakukan

    karena adanya kepentingan bersama baik dalam bidang politik,

    ekonomi, dan pertahanan. Contohnya: ASEAN dan Liga Arab.

  • 24

    3. Kerjasama Multilateral, kerjasama yang dilakukan beberapa negara.

    Contohnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (Ikbar, 2014, Hal. 273).

    Selain pembagian berdasarkan jumlah negara yang mengiku, Ikbar Yanuar

    juga membagi berdasarkan pada bidangnya, yaitu:

    1. Kerjasama bidang ekonomi, adalah bentuk kerjasama yang

    menitikberatkan pada kepentingan ekonomi negara-negara yang

    melakukan kerjasama. Kerjasama ekonomi di antaranya:

    a. APEC (Asia Pasifik Econmic Corporation) yaitu kerjasama

    ekonomi yang dilakukan negara-negara di kawasan Asia dan

    Pasifik

    b. MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) atau yang sekarang dikenal

    dengan kerjasama Uni Eropa (UE) yaitu kerjasama ekonomi yang

    dilakukan oleh negara-negara di kawasan Eropa.

    2. Kerjasama bidang Sosial, adalah bentuk kerjasmaa anatara negara yang

    dilakukan dalam bidang sosial. Kerjasama sosial ini di antaranya:

    a. WHO (world Health Organization) yaitu kerjasama antara negara

    anggota PBB dalam bidang kesehatan.

    b. UNICEF (United Nations Children and Education Fund) yaitu

    kerjasama antara anggota–anggota PBB dalam menangani

    permasalahan anak-anak.

    c. ILO (Internasional Labour Organization) yaitu organisasi

    internasional yang bergerak dalam bidang perburuhan.

  • 25

    3. Kerjasama bidang pertahanan atau politik, adalah kerjasama yang

    dilakukan dalam bidang pertahanan atau politik. Bentuk kerjasama ini

    diantaranya:

    a. SEATO (South East Asia Treaty Organization) yaitu pakta militer

    yang bertujuan untuk membendung komunisme di kawasan Asia

    Tenggara.

    b. ANZUZ (Australia, New Zeland, and United States) yaitu pakta

    militer yang bertujuan untuk membendung arus komunisme di

    kawasan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.

    c. NATO (North Atlantic Treaty Organization) adalah pakta

    pertahanan militer yang bertujuan membendung arus komunisme di

    kawasan Atlantik Utara.

    d. CENTO (Central Treaty Organization) adalah pakta militer yang

    bertujuan untuk membendung komunisme di Timur Tengah.

    Berdasarkan bentuk kerjasama yang telah dijelaskan diatas maka pola

    hubungan kerjasama Indonesia-Taiwan di bidang pendidikan termasuk dalam

    kategori kerjasama bilateral dikarenakan kerjasama yang dilakukan hanya sebatas

    dua aktor yang terlibat. Dimana Taiwan sebagai representasi dari ICDF Taiwan

    dan Indonesia sebagai representasi dari Universitas Hasanuddin.

    Pada dasarnya kerjasama internasional dilakukan masing-masing pihak

    dengan tujuan saling memenuhi kepentingan nasional. Keterbatasan-keterbasatan

    yang dimiliki menjadi faktor utama kerjasama internasional terjadi. Tidak dapat

    dipungkiri bahwa ICDF Taiwan dan Universitas Hasanuddin mempunyai

  • 26

    kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, dengan adanya kerjasama

    internasional, satu sama lain dapat saling menyalurkan kelebihan dan menutupi

    kekurangannya (Widiastuti & Wulandari, 2012).

    Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa ada beberapa faktor

    pendorong terwujudnya kerjasama internasional, hal ini setara dengan apa yang

    dikemukakan Widyastuti yaitu:

    1. Kemajuan dibidang teknologi yang menyebabkan semakin mudahnya

    hubungan yang dapat dilakukan negara sehingga meningkatkan

    ketergantungan satu dengan yang lainnya.

    2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan

    bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi

    kesejahteraan bangsa-bangsa.

    3. Perubahan sifat peperangan dimana terdapat suatu keinginan bersama

    untuk saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama

    internasional.

    4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk bernegosiasi, salah satu metode

    kerjasama internasional yang dilandasi atas dasar bahwa dengan

    bernegosiasi akan memudahkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi

    (Koesnadi, 1977, Hal. 19).

  • 27

    B. Development Aid Billateral

    Carol Lancaster mendefinisikan Development Aid sebagai:

    "Transfer sukarela sumber daya publik dari satu pemerintah ke

    pemerintah lain, organisasi internasional, atau organisasi non-pemerintah

    (termasuk organisasi nirlaba yang memiliki isu spesifik, organisasi

    kepentingan umum, gereja dan/atau organisasi asosiasinya, universitas,

    yayasan, bahkan swasta, untuk keuntungan bisnis nirlaba) dalam rangka

    memperbaiki kehidupan negara yang menerima bantuan, susuai dengan

    tujuannya. (Lancaster & Van Dusen, 2005, Hal. 6).

    Lancaster mengemukakan bahwa Development Aid atau yang biasa

    dikenal dengan Foreign Aid atau Bantuan Luar Negeri merupakan upaya

    perbaikan kehidupan negara yang didonor berupa transfer bantuan sukarela.

    Transfer bantuan ini biasanya dilakukan antar pemerintah ke pemerintah

    (government to government), organisasi internasional sampai pada universitas atau

    pihak-pihak swasta. Bantuan yang dimaksud seperti hibah, pinjaman, pembatalan

    utang atau bantuan berupa berbagai jenis komoditi seperi makanan atau obat-

    obatan. Selain bantuan tadi biasanya juga berupa pendanaan yang digunakan

    dalam berbagai macam proyek seperti pembangunan jalan, bantuan teknik dan

    training pengembangan individu serta pembiayaan penelitian (Lancaster & Van

    Dusen, 2005, Hal. 7).

    Menurut Jack C plano & Roy Olton, Development Aid merupakan bantuan

    ekonomi, sosial, atau militer yang diberikan kepada suatu negara atau pemerintah

    negara lainnya atau lembaga internasional. Bantuan ekonomi mencakup kategori

    tertentu seperti bantuan teknis, pemberian hibah modal, pinjaman dana

    pembangunan, pemberian surplus pangan, jaminan terhadap penanaman modal

    swasta, serta perdagangan dalam bentuk kredit. Sedangkan bantuan militer

  • 28

    meliputi pengalihan perangkat keras militer, penasehat militer, dukungan

    pertahanan, serta pembiayaan untuk mendukung terbentuknya kekuatan militer

    yang bersahabat. Tujuan dari pemberian bantuan luar negeri antara lain untuk

    mendukung persekutuan, membangun kembali perekonomian yang rusak karena

    perang, memajukan pembangunan ekonomi, meraih dukungan ideologis,

    memperoleh bahan baku strategis, serta menyelamatkan kehidupan bangsa dari

    bahaya keruntuhan ekonomi atau bencana alam (Plano & Roy Olton, Hal. 110).

    Menurut Anak Agung Bayu Permita & Yanyan Mochammad Yani,

    Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrument kebijakan yang sering

    digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum bantuan luar negeri dapat

    didefenisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah

    lain yang dapat berbentuk barang atau dana (Permita & Yani, 2005, Hal. 81).

    Dengan kesemua jenis bantuan luar negeri diatas, semua bermuara pada

    satu tujuan yaitu untuk membantu negara berkembang dalam hal pengembangan

    segala aspek. Akan tetapi bantuan luar negeri ini tidak sekedar bantuan luar negeri

    saja yang sifatnya cuma-cuma namun dibalik pemberian bantuan tersebut terdapat

    misi kebijakan luar negeri negara donor atau pemberi bantuan. Seperti Taiwan

    dalam pemberian bantuan luar negerinya di Indonesia. Saat ini Taiwan melalui

    ICDF Taiwan melangsungkan kerjasama luar negeri dengan Universitas

    Hasanuddin dengan tujuan peningkatan kualitas produksi pertanian di Sulawesi

    Selatan. Akan tetapi di balik kerjasama itu terdapat sebuah misi khusus yang tidak

    dapat sebutkan secara gamblang sebagaimana bantuan luar negeri yang umunya

    tidak ditujukan untuk kepentingan politik jangka pendek melainkan untuk prinsip-

  • 29

    prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang. Dalam jangka

    panjang bantuan luar negeri dimaksudkan untuk membantu menjamin beberapa

    tujuan politik negara donor yang tidak dapat dicapai hanya melalui diplomasi,

    propaganda atau kebijakan politik (Holsti, 1992, Hal. 251).

    Bantuan luar negeri menjadi sarana dalam menjaga eksistensi Taiwan

    dalam mendapatkan pengakuan atau membangun branding eksistensi di negara

    berkembang. Hal tersebut digunakan dengan memberikan bantuan pembangunan

    berupa hibah, pinjaman atau bantuan logistik dan komoditi yang tujukan untuk

    kegiatan kemanusiaan atau pembangunan.

    Ada beberapa negara yang dalam pelaksanaan hubungan luar negerinya

    senantiasa menerapkan penyaluran bantuan luar negeri. Negara yang paling sering

    memberikan bantuan luar negeri adalah yang masuk dalam kategori negara maju

    seperti Jepang dan beberapa negara maju yang lain. Hal ini tidak terlepas dari

    kondisi neegara tersebut yang sudah mapan dalm hal perekonomian sehingga

    mereka perlu melakukan penyaluran bantuan kepada negara-negara yang

    membutuhkan. Selain Jepang, Taiwan juga mempunyai kemapanan perekonomian

    yang memadai yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

    Sehingga penyaluran bantuan luar negeri atau dana resmi menjadi sebuah

    keharusan bagi Taiwan untuk membantu negara-negara yang membutuhkan.

    Disamping itu, penyaluran bantuan luar negeri ini bertujuan untuk menerapkan

    kepentingan nasional Taiwan yang ada di luar negeri. Apalagi dengan melihat

    kondisi Taiwan yang belum sepenuhnya menyandang status sebagai negara

    berdaulat. Berbagai macam proses kerjasama internasional dan bantuan luar

  • 30

    negeri merupakan salah satu sarana Taiwan dalam menjaga eksistensinya dalam

    dunia internasional.

    Dengan melihat kondisi tersebut, Taiwan secara tidak langsung berupaya

    melakukan penguatan hubungan diplomasi dan kerjasama internasional. Upaya

    tersebut direalisasikan melalui pembentukan ICDF Taiwan sebagai organisasi

    pemerintah yang bertanggungjawab dalam menerapkan bantuan pembangunan

    resmi Taiwan.

    Penerapan bantuan luar negeri yang di lakukan Taiwan di Indonesia

    biasanya berupa bantuan pembangunan, bantuan pendanaan penelitian, bantuan

    tenaga teknis, transfer teknologi dan pemberian pelatihan. Upaya yang dilakukan

    Taiwan dalam pelaksanaan bantuan luar negerinya senada dengan berbagai jenis

    bantuan luar negeri yang di kemukakan oleh KJ. Holsti yang membagi program

    bantuan luar negeri ke dalam empat jenis, yaitu:

    1. Bantuan militer

    2. Bantuan teknik

    3. Grant dan Program komoditi impor

    4. Pinjaman pembangunan.

    Dalam pemberian bantuan luar negeri, terdapat teknik pemberian bantuan

    luar negeri yang dikenal dengan pemberian yang dilakukan secara bilateral dan

    pemberian yang dilakukan secara multilateral. Dengan kata lain, pemberian

    bantuan luar negeri dapat dilakukan antar pemerintah (government to government)

    atau melalui lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund

    (IMF), World Bank, Asian Development Bank dan sebagainnya. Namun, ketika

  • 31

    dikaji dari segi urgensinya bantuan luar negeri secara bilateral memiliki ikatan

    politik yang lebih kuat daripada bantuan luar negeri secara multilateral dan juga

    secara khusus lebih sensitive terhadap kondisi politik domestik (Toma & Robert,

    1991, Hal. 319).

    Dalam penyaluran bantuan luar negeri, terdapat beberapa motivasi yang

    melatarbelakangi bantuan luar negeri tersebut. Motivasi negara donor memberikan

    bantuan luar negeri diantaranya adalah:

    1. Motif kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di

    negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi.

    2. Motif politik yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan image

    negara donor. Peraihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan

    luar negeri baik dari politik domestic dan hubungan luar negeri donor.

    3. Motif keamanan nasional, yang mendasarkan pada asumsi bahwa

    bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang

    akan mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan

    pada kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motif keamanan

    memiliki sisi ekonomi.

    4. Motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor (Rix,

    1993, Hal. 18-19).

    Dari kesemua penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bantuan

    luar negeri merupakan bantuan yang diberikan kepada suatu negara,

    kelompok/organisai internasional tertentu atau aktor yang terlibat dalam transaksi

    lintas negara dari suatu pemerintah negara atau lembaga internasional berupa

  • 32

    bantuan ekonomi, sosial, dan militer yang diberikan secara bilateral atau

    multilateral. Tujuan pemberian bantuan luar negeri antara lain mendukung

    persekutuan, membangun ekonomi, meraih dukungan ideologis, memperoleh

    bahan baku strategis, kemanusiaan, serta menyelamatkan kehidupan bangsa dari

    bahaya keruntuhan ekonomi ataupun bencana alam (Perwita & Yani, 2005, Hal.

    84)

    C. One China Policy

    Indonesia telah memiliki hubungan kerjasama dengan Taiwan sejak tahun

    1960. Kerjasama perdagangan ekonomi dan investasi antara Indonesia dan

    Taiwan meningkat dari tahun ke tahun. Volume perdagangan dan investasi

    Indonesia dan Taiwan meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, Taiwan juga

    merupakan salah satu penyumbang investasi asing yang cukup besar bagi

    Indonesia (Budi, 2013).

    Indonesia mengakui adanya One China Policy yang artinya Indonesia

    mengakui bahwa Republik Rakyat Tiongkok daratan dan Republik Rakyat

    Tiongkok kepulauan merupakan suatu kesatuan. Namun, perlu diketahui bahwa

    masalah internal di Republik Rakyat Tiongkok dengan Taiwan merupakan suatu

    alasan mengapa Republik Rakyat Tiongkok mengeluarkan ide One China Policy.

    Perselisihan antara RRT dengan Taiwan dimuali ketika RRT menyatakan

    dirinya sebagai negara komunis atau yang disebut People Republic of China pada

    tanggal 1 Oktorber 1949 ketika pada saat ini China Daratan dikuasai oleh Mao

    Zhedong dari Partai berhaluan Komunis. Dan pihak oposisi pada saat itu adalah

    Nasionalis Republik Tiongkok di bawah Partai Kuomintang (KMT). Kelompok

  • 33

    nasionalis ini menginginkan RRT sebagai pemerintahan yang demokratis. Dengan

    tidak sepakatnya China Daratan di pimpin oleh Mao Zhedong berhaluan Komunis

    akhirnya Chiang Kai Shek sebagai pemimpin Partai Kuomintang menduduki

    Taiwan yang terletak di sebuah selat bagian tenggara China Daratan untuk

    menentap dan membentuk pemerintahan sendiri disana. Dengan kepergian Chiang

    Kai Shek beserta pengikutnya ke Taiwan membuat berbagai upaya kemerdekaan

    dari RRT dilakukan. Selain itu Mao Zhedong juga terus melakukan penyerangan

    ke Taiwan untuk menaklukkan Partai Kuomintang agar bisa menyatu dengan

    RRT.

    Sebagai respon Tiongkok terhadap sikap Taiwan dalam upayanya

    memerdekakan diri sebagai wilayah yang terpisah dari Tiongkok. Dimasa Deng

    Xiaoping memberikan penegasan tentang One China Policy yang artinya bahwa

    hanya ada satu China termasuk daratan utama China, Tibet, Hongkok, Macao,

    Xinjiang dan Taiwan. Hubungan diplomatis dengan negara selain China hanya

    dapat dilakukan apabila ada pengakuan atas One China Policy (Darmawan, 2015).

    Pada tahun 1996 dengan terpilihnya Lee Teng-hui sebagai Presiden

    Taiwan yang berasal dari partai Kuomintang. Hubungan Taiwan dengan China

    memanas karena munculnya aksi kemerdekaan bagi Taiwan dengan nama Taiwan

    (sebelumnya Republic of China) (gbirocktaiwan.wordpress.com, 2008). Presiden

    Lee juga seringkali melakukan interaksi dengan negara-negara dunia untuk

    meningkatkan reputasi Taiwan dimata internasional. Dia tidak hanya bertemu

    secara informal dengan sejumlah pemimpin Asia Tenggara, tetapi juga meminta

    Amerika Serikat mengizinkannya menghadiri pertemuan APEC di Seattle pada

  • 34

    November 1993. Hal itu dia upayakan untuk melegalkan status Taiwan sebagai

    partisipan penuh dalam organisasi-organisasi internasional. Lee meminta AS

    mendukung hak Taiwan untuk diterima sebagai anggota organisasi internasional,

    terutama yang berkaitan dengan agenda ekonomi. AS mereaksinya dengan secara

    aktif membantu Taiwan mendapatkan hak keanggotaan jika organisasi itu tidak

    mengharuskan anggotanya menjadi negara berdaulat (Suettinger, 2003, Hal. 206).

    Tidak hanya itu, Lee juga memanfaatkan kemajuan ekonomi Taiwan yang

    pesat sebagai instrumen penawar bagi negara-negara lain untuk mengalihkan

    pengakuannya kembali dari China ke Taiwan. Dia juga berjanji akan

    mengucurkan dana sebesar 1 milliar USD jika Taiwan disetujui sebagai negara

    anggota PBB (Tucker, Nancy Bernkopf, 2009, Hal. 200). Dalam wawancara

    dengan The Washington Post pada November 1997, Lee menyatakan bahwa

    “Taiwan is already independent ... Taiwan is an independent, sovereign country.”

    Karena itu, sejak awal 1998, Lee mulai berbicara atas nama Taiwan sebagai

    negara merdeka yang berdaulat. Dia mendesak Beijing menempatkan Taiwan dan

    China sebagai dua entitas politik yang setara dan bukannya memposisikan Taiwan

    sebagai subordinat China. Bagi Lee, konsep one country two systems hanya sesuai

    diterapkan pada bekas koloni Inggris seperti Hongkong, tidak tepat diberlakukan

    di Taiwan (Tucker, Nancy Bernkopf, 2009, Hal. 232).

    Dengan melihat kondisi tersebut menimbulkan reaksi dari China mengenai

    kemerdekaan yang diinginkan oleh Taiwan sehingga pada masa Deng Xiaoping

    kembali menegaskan kembali konsep One China Policy ke masing-masing

    negara.

  • 35

    Pemerintah Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya menganut

    One China Policy sejak masa pemerintahan presiden Soekarno akan tetapi sempat

    mengalami pembekuan akan tetapi kembali diadakan hubungan diplomatic dalam

    bentuk normalisasi hubungan diplomatik dengan RRT. Proses pemulihan ini

    ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau disebut juga

    Memorandum of Understanding (MOU) Pencairan Kembali Hubungan

    Diplomatik RI-RRT oleh kedua menteri luar negeri, Ali Alatas dan Qiang

    Qitchen, di Istana Negara pada 8 Agustus 1990 dengan disaksikan oleh kedua

    kepala negara, Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Li Peng (Maulana, 2016).

    Petunjuk pelaksanaan hubungan antara Indonesia-Taiwan merupakan

    pedoman yang mengatur tatacara antara kedua negara berhubungan satu sama lain

    dalam bidang ekonomi dan perdagangan yang bersifat non-pemerintah. Pedoman

    ini mengacu pada MoU pemulihan hubungan diplomatik dengan RRT. Hal ini

    disebabkan Indonesia hanya mengakui RRT sebagai pemerintah yang sah dalam

    One China Policy dan harus mematuhi kebijakan tersebut. Adapun pedoman yang

    dimaksud adalah:

    1. Tidak dibenarkan penggunaan papan nama “Republic of China” dalam

    konferensi, pertemuan maupun upacara penandatanganan apapun.

    2. Ketika melakukan kunjungan ke Taiwan, Pejabat RI harus mematuhi

    beberapa ketentuan diantaranya:

    a. Dijaga sifat kunjungan tidak resmi;

    b. Menghindari adanya publisitas;

  • 36

    c. Tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat ditafsir sebagai

    menyalahi isi dan jiwa MoU;

    d. Tidak menandatangani susuatu dokumen yang merujuk pada adanya

    sebutan “Republic of China”, “Government” ataupun

    “Minister/Ministry” of the “Republic of China”

    3. Dalam penerimaan tamu-tamu dari Taiwan terdapat perlakukan khusus

    dari pihak Indonesia, yaitu hendaknya dilakukan secara berikut:

    a. Bila tamu tersebut berkedudukan sebagai Menteri atau setingkatnya

    dapat diterima oleh Menteri/Rekan sejawat, namun penerimannya

    agar tidak bersifat resmi;

    b. Penerimaan tamu-tamu dari Taiwan dari eselon I ke bawah harus

    sepengetahuan dan seijin Menteri yang bersangkutan dan

    penerimaannya harus bersifat tidak resmi. (Maulana, 2016, Hal. 12).

    Berdasarkan penjelasan diatas, Taiwan dalam pelaksanaan kerjasama luar

    negerinya dengan beberapa negara dunia senantiasa memperhatikan aturan atau

    prinsip yang di anut oleh negara mitranya. Ketika negara tersebut menganut

    kebijakan satu China dan terlibat dalam hubungan diplomatik dengan RRT maka

    Taiwan harus menaati aturan yang ada dalam konsep satu China.

    Hal ini berlaku dengan apa yang ada di Indonesia. Ketika Taiwan ingin

    melakukan hubungan kerjasama dengan Indonesia maka Taiwan harus

    memperhatikan pedoman pelaksanaan politik luar negeri yang ada di Indonesia.

    Sehingga tidak heran ketika Taiwan melakukan hubungan luar negeri dengan

    Indonesia menggunakan konsep bantuan luar negeri karena konsep ini tidak

  • 37

    dimuat dalam prinsip kebijakan satu China. Selain itu, Taiwan juga dalam

    pelaksanaan kebijakannya senantiasa menggunakan organisasi internasional di

    bawah Kementerian Luar Negeri Taiwan yaitu ICDF Taiwan sehingga tidak ada

    larangan bagi Taiwan untuk melakukan kerjasama internasional dalam hal

    pemberian bantuan luar negeri, karena penerimaan bantuan luar negeri adalah hak

    dari masing-masing negara penerima yang memiliki tujuan mulia yaitu dalam

    rangka peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di negara tersebut.

  • 38

    BAB III

    HUBUNGAN KERJASAMA INTERNATIONAL COOPERATION AND

    DEVELOPMENT FUND (ICDF) TAIWAN DENGAN UNIVERSITAS

    HASANUDDIN

    A. International Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan

    1. Sejarah ICDF Taiwan

    ICDF Taiwan sebagai lembaga penyalur bantuan resmi Taiwan

    mempunyai visi kemitraan, kemajuan dan pembangunan berkelanjutan

    dengan tujuan meningkatkan kehidupan pedesaan, meningkatkan daya saing

    industri dan pekerjaan, memperkuat kerjasama dengan organisasi

    internasional dan mengejar bentuk pembangunan berkelanjutan yang

    berwawasan lingkungan (ICDF Taiwan, 2018). Dengan dasar ini ICDF

    Taiwan dibentuk dengan memperhatikan prinsip-prinsip pendirian ICDF

    Taiwan yang dipengaruhi oleh Pasal 141 Konstitusi Republik of China (ROC)

    Taiwan yang menetapkan bahwa “negara kita harus menumbuhkan kedekatan

    baik dengan negara lain, mempromosikan kerja sama internasional,

    memajukan keadilan internasional dan menjamin perdamaian dunia”.

    Sejarah pembentukan ICDFTaiwan bermula ketika ROC mengirimkan

    misi pertanian pertamanya ke Vietnam pada tahun 1959. Pada saat itu Taiwan

    sendiri masih merupakan negara berkembang. Pada tahun 1961, di bawah

    Operation Vanguard, misi teknis membantu memperbaiki produksi pertanian

    di banyak negara Afrika yang baru merdeka. Pada tahun 1962, satuan tugas

    Operasi Vanguard kemudian diperluas peranannya yang kemudian namanya

  • 39

    pun di tetapkan menjadi Komite Kerjasama Teknik Sino-Afrika (SATCC),

    sebuah badan permanen yang bertanggung jawab untuk kerjasama pertanian

    dengan negara-negara Afrika, yang kemudian bergabung menjadi Komite

    Kerjasama Teknik Internasional (CITC) pada tahun 1972. Organisasi ini

    mempelopori kerja sama teknis luar negeri ROC, membantu negara-negara

    mitra dengan pembangunan pertanian mereka. Bersamaan dengan itu, Taiwan

    mulai memasuki masa pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dan akhirnya pada

    tahun 1989, pemerintah membentuk Dana Kerjasama Ekonomi Pembangunan

    Internasional atau International Economic Cooperation and Development

    Fund (IECDF) untuk memberikan bantuan ekonomi kepada mitra

    pembangunan (ICDF Taiwan, 2010).

    Karena berbagai proyek pengembangan kooperatif yang semakin hari

    semakin berkembang dan jumlah misi teknis luar negeri semakin meningkat

    maka pemerintah ROC membubarkan IECDF pada tahun 1996, dan

    membentuk sebuah organisasi independen, International Cooperation and

    Development Fund (TaiwanICDF). Tahun inilah yang menjadi catatan sejarah

    terbentuknya ICDF Taiwan sebagai lembaga pelaksana teknis bantuan luar

    negeri Taiwan yang kemudian CITC dilebur ke dalam ICDF Taiwan (ICDF

    Taiwan, 2010).

    Dalam penyaluran bantuannya, untuk memastikan bantuan yang

    diberikan senantiasa terintegrasi dan terjaga dimasa depan membuat Taiwan

    membentuk International Cooperation and Development Fund (ICDF

    Taiwan) pada tahun 1996 dengan nilai inti yaitu "kemajuan, pembangunan

  • 40

    dan kemanusiaan". Nilai-nilai ini yang menjadi ladasan utama dalam setiap

    upaya kerjasama bilateral dan multilateral dengan negara-negara, organisasi

    internasional dan mitra kerjasama internasional yang lain. Tujuannya untuk

    mengurangi kemiskinan, memperkuat hak asasi manusia dan kesejahteraan,

    dan mempercepat pembangunan sosial dan ekonomi.

  • 41

    Gambar 1. Struktur Organisasi ICDFTaiwan

    Sumber: ICDF Taiwan http://www.icdf.org.tw/ct.asp?xItem=5400&CtNode=29847&mp=2

    Humanitarian

    Assistance

    Department Public Health

    and Medicine

    Board of

    Supervisors

    Consultative

    Committee

    Secretary

    General

    Deputy

    Secretary

    General

    Public

    Relations

    Office

    Technical

    Cooperation

    Departemen

    Lending and

    Investment

    Departemen

    t

    International

    Education and

    Training

    Departement

    Research, Development

    and Evaluation Office

    Latin American and

    Caribbean Devision

    Investment

    Devision

    Lending Devision

    Training Devision

    East Asian and

    Pasific Devision

    West Asian and

    African Devision

    Education Devision

    General Service

    Devision

    Procurements

    Devision

    Information Devision

    Departement Aid

    Devision

    General

    Affairs

    Departement

    Accounting

    Office

    Financial

    Affairs Office

    Auditing Office

    Human

    Resource

    Office

    Legal

    Affairs

    Office

    Board of

    Directors

    Chairman

    http://www.icdf.org.tw/ct.asp?xItem=5400&CtNode=29847&mp=2

  • 42

    Dalam kerjasama ICDF Taiwan d luar negeri. Sumber pendanaan

    ICDF Taiwan berasal dari dana awal sebesar NT $ 11,6 miliar yang

    merupakan nilai bersih dari dana yang dimiliki oleh IECDF pada saat

    pembubarannya. Sumber pendanaan tersebut meliputi dana umum, bunga,

    pengembalian investasi, dan pendapatan dari komisi oleh pemerintah atau

    lembaga lainnya. Per 31 Desember 2016, total saldo yang ada sekitar NT $

    15,79 miliar.

    Tahun 2016, total anggaran untuk urusan kerjasama dan

    pengembangan internasional Taiwan yang memenuhi definisi OECD tentang

    bantuan pembangunan resmi (ODA) adalah NT $ 9,76 miliar. Dari jumlah

    tersebut, ICDF Taiwan ditugaskan oleh Kementerian Luar Negeri atau

    Ministry of Foreign Affairs (MOFA) Taiwan untuk menangani urusan

    kerjasama teknis luar negeri dimana pengeluaran pelaksanaan aktualnya

    adalah NT $ 1,15 miliar. Disamping itu juga ICDF Taiwan menggunakan NT

    $ 321.88 juta dari dana sendiri untuk pengeluaran operasional. Pengeluaran

    untuk pekerjaan dan operasi yang ditugaskan oleh MOFA yang didanai oleh

    ICDF Taiwan mencapai sekitar NT $ 1,48 miliar.

    Untuk lebih terstrukturnya kerjasama yang dimiliki, ICDF Taiwan

    memiliki strategi Kerjasama Internasional Jangka Menengah hingga Jangka

    Panjang, strategi yang dimaksud adalah:

    1. Pada bulan September 2009, Taiwan menerbitkan White Paper

    pertamanya tentang Kebijakan Bantuan Luar Negeri, yang

    mendefinisikan tema dan strategi yang terkait dengan bantuan

  • 43

    Taiwan. White Paper menggemakan Deklarasi Paris OECD tentang

    Efektivitas Bantuan, sambil juga menekankan perlunya bantuan

    dari luar negeri untuk berfokus pada tujuan, proses hukum dan

    administrasi yang tepat.

    2. Pada bulan Mei 2010, Dewan Legislatif Yuan selanjutnya

    menyetujui pembacaan ketiga Undang-Undang Kerjasama dan

    Pembangunan Internasional. Perundang-undangan ini menjelaskan

    cakupan partisipasi Taiwan dalam komunitas kerjasama dan

    pengembangan internasional, dan tujuan dan prosedur operasional

    ICDF Taiwan. Tindakan tersebut selanjutnya menetapkan bahwa

    bantuan luar negeri diberikan semata-mata berdasarkan

    pertimbangan profesional dan diberikan secara transparan.

    3. Menanggapi langkah-langkah ini, ICDF Taiwan telah mengalami

    masa restrukturisasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk

    meningkatkan kapasitas kelembagaan dan alokasi sumber daya

    profesional, dan memberikan posisi yang baik untuk memenuhi

    tujuan yang ditetapkan dalam Tinjauan Strategis Kerjasama

    Internasional Jangka Menengah sampai Jangka Panjang 2012-2012.

    Sebagai organisasi bantuan luar negeri Taiwan yang berdedikasi,

    ICDF Taiwan harus berusaha menjadi pemangku kepentingan yang

    bertanggung jawab dimata komunitas pembangunan internasional.

    Untuk memenuhi trend terkini dalam kerjasama dan pengembangan

    internasional, White Paper for Foreign Aid Policy pemerintah AS mengambil

  • 44

    Tujuan Pembangunan Milenium PBB sebagai kerangka kerja utamanya.

    Akuntansi untuk pertimbangan praktis mengenai keunggulan teknologi

    spesifik Taiwan dan kekuatan sektor industri tertentu, ICDF Taiwan telah

    memilih sejumlah prioritas operasional, yang akan menentukan strategi dan

    arahan inisiatif bantuan luar negeri kami ke masa yang akan datang.

    Disaat yang bersamaan, ICDF Taiwan akan menerapkan strategi

    pembangunan negara-negara mitra, mengadopsi pendekatan pragmatis untuk

    bersama-sama mengembangkan program kerjasama yang konkrit dan dapat

    dilaksanakan dengan mitra semacam itu dan berusaha untuk mempromosikan

    visi jangka panjang mereka untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Seperti

    inilah ICDF Taiwan akan terus bergerak dalam penerapan kerjasama

    internasionalnya.

    Berdasarkan arahan yang termuat dalam visi dan tujuan ICDF Taiwan,

    berbagai upaya terus dilakukan untuk mempromosikan berbagai tugas dan

    tanggung jawab berdasarkan Pasal 7 piagam pendiri ICDF Taiwan, sebagai

    berikut:

    1. Memfasilitasi pembangunan sosial dan ekonomi di negara-negara

    mitra

    2. Mempromosikan hubungan ekonomi yang lebih baik dengan

    negara-negara mitra

    3. Bekerjasama dengan organisasi internasional, institusi atau

    pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan sosial dan ekonomi

    di negara-negara mitra

  • 45

    4. Memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi internasional

    atau negara-negara yang terkena dampak bencana alam

    5. Memberikan pelatihan teknis dan sumber daya manusia kepada

    negara-negara mitra, dan memberikan bantuan teknis atau layanan

    untuk mendorong kapasitas industri

    6. Mengoperasikan misi luar negeri untuk memperbaiki dan

    mengembangkan sektor pertanian, industri, ekonomi, medis dan

    pendidikan di negara mitra

    7. Inisiatif lain yang dirancang untuk mendukung ker