PERANAN INTERNAL AUDITOR DALAM...
Transcript of PERANAN INTERNAL AUDITOR DALAM...
PERANAN INTERNAL AUDITOR DALAM
MELAKUKAN MANAGEMENT AUDIT
PT.PG.RAJAWALI II
Dwi Setio Nurfirmansyah
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
E-mail : [email protected]
AB STRAK
Keberadaan internal auditor sangat diperlukan terutama diperusahaan besartermasuk BUMN. Apalagi dengan diperolehnya BUMN untuk melakukan g o publicinternasional, maka implikasinya adalah bahwa manajemen BUMN akan menghadapikeadaan yang sama sekali berbeda, dimana jajaran manajemen harus beranimengubah kebiasaan beserta konsekuensinya untuk menjadi transparan dan lebihprofessional. Internal auditor sebagai pelaksanaan tugas-tugas internal audit dapatberperan besar untuk membantu manajemen puncak agar perusahaan dapat mencapaitujuannya secara efisisen, efektif, dan ekonomis.
Tujuan penelitian ini adalah dilaksanakan untuk mengetahui dan mendalamisejauh mana peranan internal auditor dalam melaksanakan manajemen audit, untukmendukung dan memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepadamanajemen puncak. Hal tesebut sangat penting bagi manajemen untuk pengambilankeputusan secara cepat dan tepat, serta agar didalam mengelola perusahaan terdapatsystem pengendalian manajemen yang baik. Metode penelitian yang penulis gunakanadalah wawancara,observasi,kuesioner, dan penelit ian kepustakaan. Hal inidimaksudkan agar bentuk data yang saya oleh dapat menggambarkan keadaan yangsebenarnya pada perusahaan.
Kata kunci : Internal Auditor, Management Audit, PT.PG.Rajawali II
PENDAHULUAN
Setiap kali ada perusahaan yang akan melakukan go publik, masyarakat selalu
berharap adanya transparansi, sehingga dapat mengetahui kondisi dan kinerja
perusahaan dengan benar dan tepat. Kenyataanya transparansi tersebut sangat sulit
dilaksanakan baik dari aspek teknis maupun aspek budaya masyarakat pengusaha dan
birokrat, faktor utama yang menjadi penghambat berasal dari pemilik perusahaan atau
eksekutif atau pengelola perusahaan. Mereka tidak ingin kelemahan-kelemahan
perusahaanya terbongkar dan diketahui oleh masyarakat, terutama calon investor. Harus
diakui bahwa di Indonesia sebagian besar perusahaan masih belum melaksanakan
prinsip transparansi tersebut, bahkan beberapa perusahaan yang telah go publik pun
masih ada yang diselimuti tabir.
Salah satu buktinya adalah belum diterapkannya pelaksanaan manajemen audit
secara menyeluruh. Bagian yang boleh dijadikan bahan audit hanyalah bagian tertentu
dari manajemen, bagian tersebut baru boleh diaudit bila ada kebutuhan tertentu.
Semakin banyak perusahaan baik swasta maupun BUMN, yang telah GO publik
melalui mekanisme pasar modal, mengharuskan dilakukanya peningktan pengawasan dan
dipenuhinya kewajiban sesuai dengan janji yang diberikan Kepada pemegang saham
pabrik. Hal ini berarti perusahaan yang go publik harus meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan kehematan usahanya agar dapat memenuhi janji tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi mengenai audit yang dikemukakan oleh Arens (2003;11) adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information todetermine and report on the degree correspondence between the information”.Untuk memudahkan pemahaman, maka di bawah ini dituliskan beberapa istilah
penting yang tercakup di dalam definisi tersebut:
1. Information ( informasi )
Untuk melaksanakan audit diperlukan adanya informasi dalam bentuk angka -angka-
angka yang dapat diversifikasi/ dapat diperiksa kebenarannya berdarsarkan standar
tertentu.
2. Established Criteria ( kriteria yang telah ditetapkan )
Standar yang digunakan oleh auditor yang mengevaluasi informasi kuantitatif.
kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi informasi kuantitatif ini berbeda-beda,
tergantung dari tujuannya. Misalnya: dalam audit atas laporan keuangan, kriteria
yang digunakan prinsip-prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum, sedangkan
audit perpajakan, kriteria yang digunakan adalah peraturan perpa jakan yang
ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
3. Accumulating Evaluating Evidence (mengumpulkan dan mengevaluasi bukti)
Bukti adalah semua informasi yang dapat digunakan auditor dalam menentukan
kesesuaian informasi kuantitatif yang sedang diperiksa dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
4. Competent Independent Person ( orang yang kompeten dan independen )
Sebagai auditor harus memmpunyai kemampuan untuk memahami kriteria yang
digunakan dan dapat menentukan jenis serta bukti yang dibutuhkan untuk
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Selain itu seorang auditor harus
mempunyai sikap mental yang independen.
5. Reporting (pelaporan)
Pelaporan merupakan alat penyampaian temuan -temuan kepada para pemakai
laporan. Penyusunan laporan audit ini dilakukan pada tahap akhir dalam audit,
laporan tersebut harus mampu memberikan informasi mengenai kesesuaian
informasi-informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2.2. Jenis-jenis Audit
Menurut Arrens dalam (Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah VI Vol XV,
2005) berdasarkan tujuan audit yang dilakukan, audit terbagi dalam empat jenis audit
utama yaitu :
a. Audit Keuangan
Tujuan audit keuangan meliputi penilaian terhadap kewajaran laporan
keuangan dan kesesuaian dengan standar akuntansi keuangan.
b. Audit Ketaatan
Audit ketaatan merupakan audit dengan tujuan memeriksa kesesuaian
pelaksanaan kegiatan organisasi dengan peraturan.
c. Audit Manajemen/Operasioanal
Merupakan audit terhadap kegiatan manajerial atau operasioanal dengan
tujuan untuk menilai efisiensi, ekonomis dan efektivitas pelaksanaan kegiatan usaha.
d. Audit Forensik
Audit forensik merupakan jenis audit yang terspesialisasi penugasannya
karena tujuannya adalah untuk menilai bukti terjadinya fraud atau kecurangan.
2.3 Jenis-jenis Auditor
Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang
diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf (2003) bahwa Auditor dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu:
a. Auditor Pemerintah
Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang
berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.. ayat (2)
Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai dengan
kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk
kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap independen.
Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan
Badan Pengawasan Daerah.
b . A u d i t o r I n t e r n
Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan
oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya
ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
c . Auditor Independen atau Akuntan Publik
Auditor Independen adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada
perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan -perusahaan besar
dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari
laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik
(KAP).
d . A u d i t o r P a j a k .
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat
pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor -auditor
khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode Wawancara/Tanya jawab
langsung dengan para pejabat PT. PG Rajawali II, kuesioner, observasi , dan penelitian
kepustakaan. Selain itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Statistik
dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman, Uji Normalitas, Validitas dan
Reliabilitas.
Dalam melakukan penyusunan skripsi ini dan untuk memperoleh data ya ng
berhubungan dengan objek penelitian, penyusun menggunakan alat dan metode atau
teknik pengumpulan data. Pengumpulan data ini melalui:
1. Penelitian Lapangan (field research)
Tujuan dari penelitian lapangan adalah untuk memperoleh data primer mengenai
Peranan Internal Auditor dalam Melakukan Manajemen Audit. Penelitian lapangan ini
dilakukan dengan cara:
a. Observasi (pengamatan)
Yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung atas aktivitas untuk
mendapatkan gambaran umum PT.PG.Rajawali II.
b. Interview (wawancara)
Merupakan teknik pengumpulan data yang diadakan langsung dengan pihak yang
berkepentingan, yaitu kepala SPI dan Internal Auditor dan bagian akuntansi.
c. Kuesioner (pertanyaan)
Merupakan teknik pengumpulan data dimana penyusun membuat pertanyaan mengenai
peranan Internal Auditor dan pelaksanaan tugas Internal Auditor dalam melak ukan
Manajemen Audit yang ditanyakan kepada kepala SPI, Internal Auditor dan bagian
akuntansi.
2. Penelitian Kepustakaan (library research)
Yaitu pengumpulan bahan sebagai dasar teori dari beberapa literatur dan bahan
perkuliahan yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Kegiatan ini
diperlukan untuk memperoleh data sekunder sebagai dasar atau landasan teoritis yang
ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.
Validitas dan Reliabilitas
Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat -tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 1998:160).
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah
instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari veriabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
penelitian ini digunakan validitas internal dengan cara analisa faktor. Cara mengukur
analisa faktor adalah dengan mengkorelasikan skor yang ada pada faktor dengan skor
total dengan menggunakan rumus korelasi product moment ( Corrected item Total
Correlation) angka kasar yang dikemukakan Person. Adapun rumus yang dipergunakan
adalah:
rxy= N.Σxy – (Σx)(Σy)
Keterangan :rxy = Koefisien KorelasiN = Banyaknya Respondenx = Jumlah skor itemy = Jumlah skor total
Menurut Sugiyono dan Wibowo (2004), suatu data dinyatakan valid jika
Corrected item Total Correlation lebih besar dari 0,3 atau > 0,3. Selain itu Suyuti
(2005) dan Sugiyono (2004) juga mengungkapkan bahwa apabila nilai korelasi R
hitung atau Corrected item Total Correlation berada di atas 0,3, maka data tersebut
mempunyai construct yang kuat.
Reliabilitas
Reliabilitas menujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik (Arikunto, 1998:170). Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas instrumen
dengan menggunakan rumus:
k-1 σ1
Keterangan :
r11 = Reabilitas Konsumen
k = Banyaknya Butir Pernyataan
∑σb 2 = Jumlah Varian Butir
NΣx 2–Σx 2 NΣx2 –Σx 2
r11= k2
1- ∑σb2
σ1 2 = Varian Total
Berikut adalah kriteria indeks reliabilitas sebagaimana yang dipaparkan oleh
Arikunto:
Tabel 3.2
kriteria indeks reliabilitasNo Interval Kriteria
1 < 0,200 Sangat Rendah
2 0,200 – 0,399 Rendah
3 0,400 – 0,599 Cukup
4 0,600 – 0,799 Tinggi
5 0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
Selain itu Sekaran (2003) juga mengungkapkan bahwa angka dinyatakan reliabel jika
nilai Cronbach alpha > 0,7.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penulis menyebar kuesioner sebanyak 30 eksemplar, dimana responden yang
diteliti adalah kepala dan staf SPI dan staf internal auditor di perusahaan tersebut.
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas
1. Reliabilitas
Reabilitas adalah teknik untuk mengetahui konsistensi alat ukur (kuesioner).
Besarrnya reliabilitas alat ukur yang telah diujikan menunjukkan sejauh mana
tingkat kepercayaan atau kehandalan alat ukur penelitian dalam mengukur subjek
penelitian. Pada penelitian ini saya memakai SPSS 1 7.0 dalam mengolah data
untuk reliabilitas. Berikut ini adalah hasil uji reabilitas yang bisa saya tunjukkan,
yaitu:
Tabel 4.33
Hasil uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on Standardized
Items N of Items
.743 .743 2
Dapat dilihat dari hasil uji Reliabilitas diatas bahwa Cronbach Alpha
menunjukkan angka sebesar 0,743. Menurut Sekaran:2003 hal ini membuktikan
bahwa data kuesioner yang disajikan telah reliabel atau > 0,7. Selain itu menurut
Arikunto nilai alpha sebesar 0,743 berarti tingkat reliabel yang diuji termasuk
kategori tinggi.
2. Validitas
Pengujian validitas ini bertujuan untuk menentukan apakah data primer yang
diolah dengan menggunakan media Kuesioner ini bersifat Valid atau tidak . Arti
valid disini adalah apakah tiap butir item pertanyaan yang tersedia dalam
kuesioner memiliki keterkaitan yang tinggi. Berikut ini adalah hasil pengujian
Validitas data dengan menggunakan SPSS 17.0, yaitu:
Tabel 4.34
Hasil uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
internal auditor
manajemen audit
61.40
61.43
1.352
1.426
.591
.591
.349
.349
.a
.a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model
assumptions. You may want to check item codings.
Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat bahwa nilai Corrected Item Total Correlation
adalah 0,591. Hal ini berarti nilai tersebut berada di atas 0,3. Seperti yang dikemukakan
oleh Sugiyono dan Wibowo (2004), jika nilai Corrected Item Total Correlation > 0,3,
maka dapat dikatakan data tersebut adalah valid dan mempunyai Construct yang kuat
seperti yang dikemukakan oleh Suyuti (2005) dan Sugiyono (2004).
Hasil uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Internal Auditor
Management Audit
30
30
100.0%
100.0%
0
0
.0%
.0%
30
30
100.0%
100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
internal auditor.128
30 .200*
.960 30 .317
manajemen audit .148
30 .093 .943 30 .111
Dari hasil Pengujian diatas, dapat dilihat bahwa pada variabel Internal Auditor
memiliki nilai Signifikansi 0,200. Karena Signifikansi lebih dari 0,05 dengan
demikian data dinyatakan berdistribusi normal. Data pada variabel Management
Audit memiliki nilai Signifikansi 0,093. Karena Signifikansi lebih dari 0,05
dengan demikian data dinyatakan berdistribusi normal.
Hasil uji Rank Spearman
Correlations
internal auditor manajemen audit
Spearman's rho internal auditor Correlation Coefficient 1.000 .601**
Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30
manajemen audit Correlation Coefficient .601**
1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil diatas dapat diketahui koefisien korelasi Spearman sebesar 0,601.
Karena nilai mendekati 1 maka hubungan antara Peranan Internal Auditor dengan
Management Audit adalah erat atau kuat. Nilai Koefisien bertanda positif yang
berarti terjadi hubungan positif, dapat diartikan jika peranan Internal Auditor
semakin baik, maka kinerja manajemen audit akan semakin baik pula. Selain itu,
dari hasil Uji diatas dapat diketahui bahwa nilai Signifikansi adalah 0,000, yang
berarti kurang dari 0,005. Dapat diartikan hipotesis nol ditolak, kesimpulannya
yaitu terdapat hubungan yang berarti antara Internal Auditor dengan Management
Audit. Hal ini artinya bahwa Internal Auditor dalam perusahaan ini telah berperan
baik dalam melaksanakan Management audit.
Seperti terlihat dalam struktur organisasi perusahaan, Divisi Internal Audit
dijabat oleh General Manager, yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Utama. Kedudukan tersebut mempunyai posisi cukup strategis bagi divisi Int ernal
Audit PT.PG. Rajawali II, untuk dapat melaksanakan tugas, wewenang, dan
tanggung jawabnya secara maksimal. Secara organisasional, Divisi Internal Audit
cukup Independen terhadap unit kerja, kegiatan-kegiatan ataupun proyek-proyek
yang diaudit. Hal ini merupakan prasyarat bagi obyektifitas management audit
yang dilaksanakan oleh Divisi Internal Audit, agar hasil auditnya cukup efektif.
Dengan demikian fungsi Internal Auditor, “infact” memiliki kewenangan
penuh untuk melaksanakan auditnya tanpa dipengaruhi oleh intervensi manajer
unit kerja yang diaudit dan tidak ada pembatasan -pembatasan dalam
mengemukakan hasil temuannya. Divisi Internal Audit PT.PG. Rajawali II, dapat
memasuki semua unit kerja yang ada dalam organisasi perusahaan, termasuk
mengakses semua data dan informasi, mengembangkan program audit,
mengevaluasi dan menganalisis bukti, membuat laporan hasil pemeriksaan atas
temuan-temuannya.
Dari hasil penelitian di lapangan, Divisi Internal Audit juga sudah
mempunyai job description, Internal Audit manual dan dapat bekerja sama
dengan kantor Akuntan Publik serta mendapat dukungan dari direktur utama.
Lingkup tugas dan tanggung jawab General Manager dalam Divisi Internal
Audit cukup rinci dan jelas. Demikian juga semua Divisi yang ada didalam
organisasi PT.PG. Rajawali, sudah dirinci lingkup tugas dan tanggung jawab
untuk setiap Divisi.
Status organisasi Divisi Internal Audit PT.PG. Rajawali II haruslah
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilaksanakannya tanggung jawab
pemeriksaan. Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan, antara lain:
1. Pimpinan Divisi Internal Audit diangkat dan diberhentikan oleh pejabat
tinggi PT.PG. Rajawali II.
2. Tujuan, wewenang dan tanggung jawab Divisi Internal Audit harus
dituangkan dalam dokumen tertulis.
3. Divisi Internal Udit harus mendapat dukungan dari manajemen.
4. Pimpinan Divisi Internal Audit harus bertanggung jawab kepada pejabat
tertinggi PT.PG. Rajawali II untuk mendukung kebebasan dan menjamin
kelancaran pelaksanaan pemeriksaan serta mempunyai wewenang untuk
memantau tindak lanjut.
5. Pimpinan Divisi Internal Audit harus menyerahkan rencana kerja
pemeriksaan, rencana penggunaan tenaga dan anggaran biaya pemeriksaan
setiap tahun kepada manajemen.
6. Pimpinan Divisi Internal Audit harus menyerahkan laporan kegiatan
pemeriksaan tahunan kepada pimpinan tertinggi PT.PG. Rajawali II.
Dengan adanya kondisi-kondisi diatas, maka diharapkan Divisi Internal
Audit dapat memberikan kontribusi yang maksimal dan efektif kepada
perusahaan. Artinya dengan dilaksanakannya manajemen Audit secara benar
dan sesuai peraturan, akan dapat meningkatkan peranan sistem perencanaan
dan pengendalian manajemen PT.PG. Rajawali II.
Dalam mengelola Manajemen Audit, Divisi Internal Audit PT.PG.
Rajawali II telah menyelenggarakan dan merancang sistem perencanaan dan
pengendalian sebagai berikut:
1. Anggaran Divisi Internal Audit
Setiap menjelang akhir tahun, Divisi Internal Audit menyusun
rencana anggaran kegiatan audit yang akan dilaksanakan dan diajukan
kepada Direktur Utama untuk dapat disetujui. Dalam usulan angga ran
tersebut sudah tercakup secara menyeluruh rencana anggaran audit yang
akan dilakukan dan alokasi dana yang diperlukan dalam tahun yang akan
datang.
Rencana anggaran mengenai jadwal kegiatan audit dan dana yang
diperlukan untuk setiap kegiatan diceminkan dalam anggaran UHPD(
Uang Harian Perjalanan Dinas ), yang dirincikan ke dalam anggaran
bulanan. Anggaran UHPD tersebut dicatat dalam pos Biaya Administrasi
dan Umum. Untuk biaya-biaya operasional lainnya seperti alat tulis
kantor, transport, dan tenaga internal audit, digabungkan ke dalam biaya
operasional dan biaya pegawai perusahaan secara keseluruhan.
Dalam laporan bulanan perusahaan, telah disajikan mengenai
perbandingan anggaran dengan realisasinya dan penjelasan -penjelasan
apabila terjadi perbedaan antara anggaran dengan realisasinya. Dalam
wawancara dengan Divisi Internal Audit, diperoleh informasi bahwa
Divisi Internal Audit dalam laporan bulanannya membuat perbandingan
antara anggaran dengan realisasinya. Hal tersebut mempermu dah bagi
Divisi Internal Audit untuk mengetahui adanya masalah yang timbul dan
hambatan yang t imbul dalam pelaksanaan audi t ser ta cara
penyelesaiannya, dan untuk dapat menelaaah apakah pelaksanaan
anggaran tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap penca paian
tujuan Divisi Internal Audit maupun tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
2. Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT)
Pada akhir tahun Divisi Internal Audit menyusun Program kerja
Pemeriksaan Tahunan, yang mencakup beberapa hal yaitu, objek yang
diaudit, kegiatan yang diaudit, lokasi dan jadwal waktu pelaksanaan audit
serta staf internal auditor pelaksana.
Dalam peraturan pemeriksaan intern PT.PG. Rajawali II telah
disebutkan bahwa, pekerjaan pemeriksaan harus direncanakan sebaik -
baiknya. Peraturan ini mewajibkan Pimpinan Divisi Internal Audit beserta
jajarannya, untuk terlebih dahulu menyusun rencana pemeriksaan yang
cukup dan diatur dengan sistematis sehingga dapat dimengerti oleh semua
oleh semua petugas auditor dan seluruh pekerjaan pemeriksaan dapat
dilaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.
Dijelaskan pula, apabila pekerjaan pemeriksaan itu mencakup
penilaian atas daya guna, kehematan, dan pencapaian hasil atau manfaat
program yang berhasil guna, maka perencanaan yang sesuai sangat
penting karena pro sedur yang digunakan dalam pemeriksaan demikian itu
lebih banyak ragamnya.
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa objek dan kegiatan yang akan
diaudit dari tahun ke tahun berbeda. Penyebabnya adalah karena pimpinan
Divisi Internal Audit sering melakukan rapat untuk membahas penyusunan
PKPT yang melibatkan semua jajaran Divisi Internal Audit. Hal ini
merupakan kegiatan yang cermat dari pimpinan tertinggi Divisi Internal
Audit, sehingga mudah rasanya bagi Divisi Internal Audit untuk dapat
memberikan kontribusi yang maksimal bagi perusahaan secara
keseluruhan.
Mengenai ruang lingkup manajemen audit, telah diatur dalam perat uran
pemeriksaan intern sebagai berikut:
A. Pemeriksaan atas kekayaan dan keuangan serta ketaatan pada
peraturan perundang-undangan.
B. Penilaian tentang daya guna dan kehematan dalam penggunaan sarana
yang tersedia.
C. Penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari
semua kegiatan atau program.
Peraturan tersebut mewajibkan Pimpinan Divisi Internal Audit, untuk
menetapkan ruang lingkup pemeriksaan dengan tanggung jawab untuk
melaksanakan pemeriksaan yang cukup luas agar dapat memenuhi
kebutuhan pemakai yang berkepentingan dengan hasil pemeriksaan semua
kegiatan operasional PT.PG. Rajawali II. Berdarsarkan peraturan tersebut
diatas, maka PKPT yang disusun oleh Divisi Internal Audit, sudah
mencakup semua aspek kegiatan operasional perusahaan.
Dalam hal ini internal auditor harus dengan seksama menyusun
rencana setiap segmen pekerjaan audit secara mendalam di lapangan.
Harus disadari sepenuhnya oleh internal auditor bahwa management audit
melibatkan berbagai elemen sistem perencanaan dan pengendalian
manajemen dan kegiatan operasional unit kerja yang diaudit.
3. Arsip atau Dokumentasi Data dan informasi
Dari hasil penelitian terhadap arsip/dokumentasi data audit terlihat
bahwa penyelenggaraan arsip/dokumentasi data audit belum dilakukan
dengan tertib oleh Divisi Internal Audit baik arsip latar belakang/arsip
organisasi maupun arsip kertas kerja. Data/informasi yang disimpan
hendaknya dibatasi pada informasi yang relevan saja. Tidak semua
informasi yang diperoleh harus disimpan dalam arsip Divisi Internal
Audit.
4. Kertas Kerja Pemeriksaan
Mengenai kertas kerja pemeriksaan Divisi Internal Audit, belum
menyusun secara baik dan sistematis. Hal ini terutama disebabkan belum
adanya standarisasi bentuk kertas kerja dan tidak ada pemberian nomor
indeks. Dengan kondisi seperti diatas rasanya sulit untuk menghubungkan
antara catatan objek yang diperiksa dengan laporan hasil pemeriksaan.
Sebenarnya Peraturan Pemeriksaan Intern PT.PG. Rajawali II telah
mengatur tentang pembuatan dan penyusunan KKP adalah harus lengkap,
teliti, jelas, ringkas, mudah dibaca, rapi, dan ketepatan.
Dari hasil penelitian dan wawancara dapat dikatakan bahwa KKP
yang disusun oleh Divisi Internal Audit, belum sesuai dengan yang diatur
dalam Peraturan Pemeriksaan Intern PT.PG. Rajawali II.
Dalam management audit, kertas kerja pemeriksaan merupakan
mata rantai yang menghubungkan antara catatan obyek yang diaudit
dengan laporan hasil management audit. Sebagian besar waktu internal
auditor digunakan untuk meyusun kertas kerja. Kertas kerja yang disusun
secara sistematis, memudahkan internal auditor untuk menyusun laporan
hasil management audit.
Dalam pelaporan hasil pemeriksaan audit internal PT.PG. Rajawali
II, sebenarnya sudah melakukan Peraturan pemeriksaan intern yang diatur
sebagai berikut:
1. Pemeriksa intern harus melaporkan hasil pemeriksaannya sesuai
dengan penugasan yang ditetapkan. Peraturan ini mewajibkan kepada
para pemeriksa intern untuk melaporkan hasil-hasil pemeriksaannya.
2. Laporan pemeriksaan harus dibuat secara tertulis dan disampaikan
kepada pejabat yang berwenang tepat pada waktunya agar bermanfaat.
Peraturan ini mewajibkan pemeriksa untuk membuat laporan
pemeriksaan secara tertulis.
3. Tiap laporan pemeriksaan harus memuat ruang lingkup dan tujuan
pemeriksaan, disusun dengan baik menyajikan informasi yang layak
serta pernyataan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan pemeriksaan Divisi Internal Audit PT.PG. Rajawali II.
4. Setiap laporan pemeriksaan harus:
Memuat temuan dan kesimpulan pemeriksaan secara objektif serta
tindak yang konstruktif, Lebih mengutamakan perbaikan atau
penyempurnaan daripada kritik dan Mengungkapkan hal -hal yang
masih merupakan masalah yang belum dapat diseleisaikan sampai
berakhirnya pemeriksaan, bila ada.
Hasil akhir manajemen audit adalah laporan hasil pemeriksaan
manajemen. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa internal auditor selalu
membuat laporan hasil pemeriksaan, setelah menyeleisaikan pekerjaan
lapangan. Selain itu cara dan proses pembuatan laporan serta materi
temuan-temuannya, dapat dikatakan cukup berbobot dan dapat
mencapai sasaran.
Hasil temuan dan rekomendasinya, dapat mengindentifikasikan
masalah yang terdapat pada unit kerja yang bersangkutan untuk
dilakukan perbaikan oleh staf internal audi t dan staf unit kerja yang
diaudit. Dalam tahap pelaporan, internal auditor dapat melakukan
koordinasi yang baik dengan unit kerja yang diaudit.
Laporan hasil manajemen audit harus ditekankan pada temuan -
temuan audit, pembuatan, kesimpulan audit dan rekomendasi untuk
meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen,
sehingga tercapai efisiensi, efektifitas, dan kehematan.
Laporan hasil manajemen audit harus memenuhi kualitas tertentu
yaitu bersifat obyektif, ringkas, dan konstruktif, sehingga dapat
meningkatkan komunikasi, hubungan dan kerjasama yang baik dengan
manajemen unit kerja yang diaudit.
KESIMPULAN
Pada bagian akhir penulisan penelitian ini, berdarsarkan uraian -uraian di bagian muka,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Internal Auditor telah melakukan
perannya dengan baik terhadap Management Audit PT.PG.Rajawali II. Hal yang
mendukung kesimpulan ini adalah:
a. Internal auditor selalu membuat laporan hasil pemeriksaan, setelah
menyeleisaikan pekerjaan lapangan. Selain itu cara dan proses pembuatan laporan
serta materi temuan-temuannya, dapat dikatakan cukup berbobot dan dapat
mencapai sasaran.
b. internal auditor dapat melakukan koordinasi yang baik dengan unit kerja yang
diaudit. Hasil temuan dan rekomendasinya, dapat mengindentifikasikan masalah
yang terdapat pada unit kerja yang bersangkutan untuk dilakukan perbaikan oleh
staf internal audit dan staf unit kerja yang diaudit.
SARAN
1. Agar tujuan Management Audit dapat dicapai, Divisi Internal Audit hendaknya
menyusun kriteria standar yang dapat dijadikan pedoman untuk mengevaluasi obyek
pemeriksaan. Tanpa kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu, Management Audit
tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik. Bila belum ditentukan kriteria
pengukuran prestasi, maka Internal Auditor harus mengembangkan kriteri a pengganti
yang sesuai untuk unit kerja yang diaudit. Kriteria pengganti tersebut harus
didiskusikan dengan manajemen unit kerja yang diaudit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Akmal. 2006. Pemeriksaan manajemen Internal Audit . Jakarta. Penerbit Indeks.
2. Akmal. 2009. Pemeriksaan manajemen Internal Audit . Jakarta. Penerbit Indeks.
3. Arikunto. 1993. Prosedur penelitian; suatu pendekatan praktik. Jakarta. Penerbit
Rineka Cipta.
4. Arens & Loebbecke. 1996.Auditing Pendekatan Terpadu . “tr by” Amir Abadi
Yusuf. Jakarta. Salemba Empat.
5. Arens, Alvin A,Randall J.Elder, Marks S. Beasleay. 2006. Auditing and
Assurance Services, New Jersey: Pearson Prentice Hall.
6. Agoes. 1996. AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTAN) OLEH KANTOR
AKUNTAN PUBLIK, Jilid I & II, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
7. Priyatno. 2009. SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
8. Sekaran.2003. Research methods for business: skill-buildings approach. Fourth
Edition. New York: John Wiley dan Nsons Inc.
9. Sugiyono dan Wibowo.2004. Statistika untuk penelitian dan aplikasinya dengan
SPSS 10.0 for windows. Cetakan keempat. Bandung. Penerbit Alfabeta
10. Sugiyono.2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ketujuh. Bandung. Penerbit
Alfabeta.
11. Tunggal. 2007. Dasar-dasar Audit Manajemen . Penerbit Harvarindo.