peran DPRD.docx
-
Upload
davedogawa -
Category
Documents
-
view
18 -
download
0
description
Transcript of peran DPRD.docx
MEKANISME DPRD PROVINSI DALAM
MENERIMA DAN MENINDAKLANJUTI ASPIRASI MASYARAKAT
(STUDI KASUS DI DPRD SUMATERA SELATAN DAN SULAWESI UTARA)
Ahmad Budiman >
Abstract
The role of Provincial House in accepting and following up people
aspiration is one of the implementation of local house representation
function. The acceptance of people delegations in South Sumatera
local house is granted by the chairman and commission of the
local house appropriate with procedural regulation. While, in North
Sulawesi local house prefer to form an ad hoc committee in
accepting people aspiration. Aspiration accommodation is also done
during the recess. The main problem in accepting people aspiration
delegation is about handling coordination of a large number of
delegations and people who want to meet with local house chairman
urgently, and also the aspiration that should be followed up
immediately. People aspiration follow up handling is carried out in
commissions, through the forum of a working group meeting with
local government institutions.
Kata Kunci: Mekanisme DPRD Provinsi, Aspirasi Masyarakat, Sumatera Selatan,
Sulawesi Utara.
I. Pendahuluan A.
Latar Belakang
DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat, secara konseptual
memegang tiga peran. Pertama, sebagai agen perumus agenda bagi masyarakat
yang diwakilinya. Kedua, DPRD berperan sebagai lembaga yang mengemban
misi pengelolaan konflik dalam masyarakatnya. Ketiga, DPRD adalah
pengemban peran integratif dalam masyarakatnya. Peran perwakilan rakyat
*) Peneliti Komunikasi Politik P3DI Setjen DPR RI, e-mail: [email protected].
517
yang diemban oleh DPRD bisa dimaknai sebagai peran keperantaraan. DPRD
bukan hanya menjadi perantara yang menjembatani pemerintah (eksekutif)
dengan rakyatnya, namun juga menjembatani ketegangan dari berbagai segmen
dalam masyarakat yang saling memperjuangkan kepentingannya.1
Realita ini sesungguhnya menyatukan pemahaman kita, bahwa DPRD
adalah juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem politik yang
tentunya berimplikasi pada terjadinya perubahan dalam peranannya dari masa
sebelumnya. DPRD pada era Orde Baru secara struktural tidak bisa berperan
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, karena Pemerintahan Daerah
adalah Kepala Daerah dan DPRD.
Pasca Reformasi melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa DPRD berkedudukan sebagai mitra
sejajar dari Pemerintah Daerah. Pemberdayaan DPRD melalui pemberian tugas
dan wewenang kepada DPRD diantaranya pada meningkatnya fungsi
pengawasan yang dapat dilakukan DPRD terhadap Pemerintah Daerah, serta
diberikannya kesempatan yang cukup luas bagi DPRD untuk menampung dan
menindaklanjuti aspirasi daerah dan masyarakat (Pasal 18 ayat (1) huruf h).2
Setelah pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999,
dilakukan reformulasi yang terkait kewenangan otonomi di daerah. DPRD
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah (Pasal 40). Kewajiban anggota
DPRD diantaranya yaitu menyerap, menghimpun, menampung dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat (Pasal 45).3 Kewajiban ini secara spesifik
juga diatur di dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,
DPD, DPRD, bahwa anggota DPRD Provinsi diantaranya mempunyai kewajiban
menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara
berkala, menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat,
dan memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen
di daerah pemilihannya (Pasal 300 butir i, butir j dan butir k).4
1 Purwo Santoso, Optimalisasi Fungsi DPRD: Penetapan Agenda dan Pengembangan Kemitraan,http://www.geocities.com/aripsda/makalah/optimalisasi.htm, diakses tanggal 1 Desember 2008.2 UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 40 dan Pasal 45.4 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 300 butir I, butirj, butir k.
518 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
Realita yang terjadi, masyarakat tetap menganggap DPRD tidak peka
dengan keadaan sulit yang terjadi di masyarakat. Anggota DPRD justru sibuk
bagi-bagi uang rakyat dengan dalih anggaran untuk reses dalam rangka serap
aspirasi ke daerah pemilihan (Dapil) mereka masing-masing. Dana APBD
Sumatera Selatan (Sumsel) yang dibagi-bagikan kepada 75 orang anggota DPRD
Sumsel jumlahnya mencapai 3 (tiga) milyar rupiah lebih. Dengan kata lain tiap
anggota Dewan bisa mendapatkan sekitar 40 (empat puluh) juta rupiah.5
Hal yang sama terjadi pada Anggota DPRD Sulawesi Utara (Sulut) dimana
sejumlah anggota DPRD Sulut dituding menyalahgunakan dana bantuan
keagamaan dan kemasyarakatan bernilai total 15,8 miliar rupiah yang
dialokasikan dalam APBD 2005. Ketua DPRD Sulut yang menerima 30 juta
rupiah untuk bantuan masjid di Kabupaten Bolaang Mongondow, berdalih
memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah ini sebagaimana telah dialokasi
di dalam APBD. Tindakan ini dinilai masyarakat diduga menjadi lahan korupsi
oleh oknum anggota DPRD karena mereka berindak sebagai juru bayar yang
bertolak belakang dengan fungsi dan tugas DPRD.6
Namun demikian anggota DPRD Sulut juga gigih memperjuangkan
aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelestarian hutan lindung. DPRD Sulut
menduga pembalakan liar yang terjadi di beberapa lokasi hutan lindung di wilayah
Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) dan Minahasa Selatan (Minsel)
didalangi oknum pejabat. Berdasarkan data yang diterima DPRD Sulut, luas
hutan Sulut sekitar 788,6 ribu hektare dengan areal terbesar berada di Kabupaten
Bolmong sekitar 513,8 ribu hektare dan di Kabupaten Minsel sekitar 88,3 ribu
hektare. Luas hutan lindung sekitar 175,9 ribu hektare, tetapi sekitar 60 %
dalam kondisi kritis.
B. Permasalahan
Kualitas proses komunikasi DPRD dengan masyarakat dirasakan sangat
tidak berfungsi dengan baik. Anggota DPRD harus banyak mengadakan
kunjungan kerja dan berkomunikasi dengan masyarakat.7 Hal lain terkait dengan
5 DPRD Sumsel Bagi-Bagi Dana Reses, http://sumsel.wordpress.com/2008/04/20/dprd-sumsel-ba gi-ba gi-dana-reses/ , diakses tanggal 20-4-2008.6 "Sejumlah Anggota DPRD Sulut Dituding Salahgunakan Dana Keagamaan," Media Indonesia 6-2-2006.7 B.N Marbun, DPRD dan Otonomi Daerah Setelah Amandemen UUD 1945 dan UU OtonomiDaerah 2004, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 2005, hal. 149.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 519
masih dirasakannya implementasi fungsi-fungsi DPRD yang selama ini kurang
berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Berdasarkan pemetaan masalah yang terkait dengan peranan DPRD
sebagai lembaga perwakilan daerah, maka dapat ditetapkan pertanyaan
penelitian yaitu:
1. Bagaimana mekanisme dan kendala yang dihadapi DPRD Provinsi dalam
menerima aspirasi masyarakat?
2. Bagaimana tindaklanjut aspirasi masyarakat oleh DPRD Provinsi dalam
pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran?
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mekanisme DPRD Provinsi
dalam menerima dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat sebagai alternatif
input kebijakan dalam rangka penguatan lembaga perwakilan rakyat daerah.
Kegunaan teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan arah implementasi
dan pengembangan yang kondusif bagi komunikasi politik dalam kaitannya
dengan relasi perwakilan rakyat di daerah antara wakil rakyat dengan masyarakat.
Sedangkan kegunaan praktis yaitu memberikan input bagi pengambil kebijakan
khususnya dalam rangka penyempurnaan mekanisme DPRD Provinsi dalam
menerima dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, sebagaimana telah diatur
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
D. Kerangka Pemikiran
Penyelenggaraan otonomi daerah harus menjamin adanya hubungan
yang serasi antara masyarakat, pemerintah daerah dan DPRD. Kinerja
penyelenggara otonomi daerah, yaitu pemerintah daerah dan DPRD harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat
dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat luas.8 Upaya
untuk memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat, memang sesuai
dengan salah satu bagian dari sumpah dan janji anggota DPRD sebagaimana
diatur dalam UU tentang MPR, DPR, DPD, DPRD: "Bahwa saya akan
memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan
8 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta: Penebit Rajawali, 2005, hal. 27.
520 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia."9
Dalam perwakilan rakyat, yang diwakili adalah sejumlah warga negara yang
bertempat tinggal di suatu daerah tertentu, sedangkan yang mewakili adalah
seorang atau lebih wakil rakyat yang tergabung ke dalam satu atau lebih partai
politik.10
Pelaksanaan kewajiban DPRD dalam menerima dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat melalu Raker dengan unsur Pemerintah Daerah,
sesungguhnya merupakan bagian dari pola interaksi antara eksekutif dengan
legislatif daerah menciptakan mekanisme check and balances di tingkat lokal.
Untuk itu faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam rangka keseimbangan
tersebut adalah: pertama, kepentingan untuk mengembangkan demokrasi;
kedua, menciptakan pemerintahan yang stabil sehingga mampu menghantarkan
sejumlah kebijaksanaan kepada masyarakat; dan ketiga, membentuk sebuah
pemerintahan yang bersih, memiliki akuntabilitas politik yang kuat sehingga
pada akhirnya good governance dapat terwujud.11
Bagi masyarakat, terbangunnya mekanisme check and balances di
tingkat lokal tentunya sangat bermanfaat, sebagaimana digambarkan oleh John
Halligan and Chris Aulich dalam local democracy model yang mengedepankan
nilai-nilai dan proses demokrasi. Lebih dari pada itu, model ini juga memberikan
apresiasi yang tinggi kepada keaneka-ragaman lokal dan perbedaan sistem.
Dengan demikian masyarakat lokal memiliki kapasitas dan legitimasi untuk
membuat pilihan-pilihan dan mengembangkan aspirasi-aspirasi lokal. Dalam
kebijakan desentralisasi local democracy model, institusi lembaga perwakilan
rakyat daerah atau DPRD memiliki fungsi dan peranan penting sebagai institusi
yang mewadahi dan memperjuangkan aspirasi masyarakat daerah.12 Oleh
karena itu seorang wakil rakyat dituntut berkemampuan (a) menampung dan
merumuskan kepentingan rakyat, (b) agregasi berbagai kepentingan yang akan
disalurkan, (c) menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan tersebut, dan
(d) evaluasi dan pertanggungjawaban kepada rakyat.13
9 Pasal 296 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.10 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, hal. 174.11 Syaukani (et.al), Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Jakarta: Penerbit Pusat PengkajianEtika Politik dan Pemerintahan, 2002, hal. 256.12 Indra J Piliang (ed), 2003, Otonomi Daerah Evaluasi dan Proyeksi, Jakarta, Penerbit YayasanHarkat Bangsa., hal. 23.13 Arcry Deodatus, DPRD dan Demokratisasi Pemerintahan Daerah. dalam Syamsudin Haris(ed), Desentralisasi dan Otonomi Daerah Desentralisasi, demokratisasi dan AkuntabilitasPemerintahan Daerah, Jakarta, Penerbit LIPI Press, 2005, hal. 114.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 521
Pada perspektif komunikasi, aktifitas DPRD dalam menerima dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat adalah termasuk dalam indentifikasi
komunikasi antara pribadi. Pakar komunikasi Hovlan menyatakan bahwa
komunikasi antara pribadi sebagai suatu keadaan interaksi ketika seseorang
(komunikator) mengirimkan stimuli untuk mengubah tingkah laku orang lain
(komunikan) dalam sebuah peristiwa tatap muka. Pendapat ini kemudian
diperkuat dengan pendapat Barnlundmengenai ciri komunikasi antara pribadi
yaitu diawali dengan adanya kesepakatan pandangan, kesepakatan ini
memungkinkan ketergantungan komunikasi, interaksi ini terpusat pada
pertukaran pesan dan berbentuk tatap muka yang pada umumnya memiliki
prosedur teratur.14
Keberhasilan seorang wakil rakyat dalam menjalankan peranan untuk
menerima dan memperjuangkan aspirasi masyarakat banyak tergantung pada
orientasinya terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal ini dapat
dipandu berdasarkan pendekatan teori penetrasi sosial (Social Penetration
Theory), sebagaimana dikemukakan Altman dan Taylor yang dikutip dari
Littlejohn. Menurut teori ini anda dapat mengetahui orang lain dengan "memasuki"
inti - sphere-nya. Inti ini terdiri atas keluasan dan kedalaman. Beragam hal
mengenai seseorang dapat anda pelajari dari keluasannya (breadth), dan
kejelasan informasi mengenai satu atau dua hal dari kedalamannya (depth).
Teori awal Altman dan Taylor berdasarkan pada pendapat paling populer dalam
tradisi sosio-psikologis teori ekonomi bahwa manusia mengambil keputusan
berdasarkan biaya dan keuntungan, yang dikenal dengan proses pertukaran
sosial. Interaksi manusia sama seperti transaksi ekonomi: Anda mencoba
memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Ada empat tahapan
perkembangan hubungan: (1) orientasi; (2) eksprolasi pertukaran afektif -
exploratory affective exchange; (3) pertukaran afektif - affective exchange; dan
(4) pertukaran stabil - stable exchange.15
Orientasi terdiri atas komunikasi impersonal, dimana seseorang
membuka informasi yang sangat umum. Jika menguntungkan, maka maju ke
tahap berikutnya eksplorasi pertukaran afektif - exploratory affective exchange
dimana pembukaan diri bergerak ke tingkat yang lebih dalam. Tahap ketiga,
pertukaran afektif - affective exchange, yang terpusat pada perasaan menilai
14 Reed H Blake dan Erwin O Haroldsen, Taksonomi Konsep Komunikasi, alihbahasa HasanBahanan, Surabaya, Penerbit Papyrus Surabaya, 2005, hal. 30.15 Stephen W Littlejohn, Theories Of Human Communication (Eighth Edition), Belmont USA:Thomson Wadsworth, 2005, p. 189.
522 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
dan kritis pada tingkat yang lebih dalam. Tahap ini tidak akan dimasuki jika
lawan bicara tidak menerima keuntungan yang tinggi dengan biaya yang rendah
pada tahap sebelumnya. Terakhir, pertukaran stabil - stable exchange yang
tingkat kedekatannya sangat tinggi dan memungkinkan pasangan
memperkirakan dengan baik aksi dan respon masing-masing.
II. Metode Penelitian
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu Provinsi Sumatera
Selatan pada tanggal 6 sampai dengan 10 Juli 2008 dan Provinsi Sulawesi
Utara pada tanggal 21 hingga 25 Juli 2008. Pemilihan fokus penelitian dilakukan
pada DPRD Provinsi dengan pertimbangan jangkauan bidang masalah yang
menjadi materi pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD meliputi satu provinsi yang
merupakan penggabungan dari beberapa kabupaten dan/atau kota. Selain itu
dipilihnya DPRD Provinsi adalah sebagai upaya untuk mendapatkan jawaban
dari proses penerimaan dan tindaklanjut aspirasi masyarakat pada skala provinsi.
Sedangkan Provinsi Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara dipilih dengan
pertimbangan kompleksitas dan dinamika politik, sosial, ekonomi, budaya dan
lainnya yang menjadi stimulus bagi beragamnya aspirasi masyarakat yang akan
disampaikan ke DPRD Provinsi.
B. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data primer penelitian diperoleh dari hasil wawancara dengan
informan penelitian. Informan dalam penelitian ini di dapat dengan menggunakan
teknik purposive yaitu teknik penentuan sempel untuk tujuan tertentu saja.16
Informan penelitian yang digunakan sebagai sumber data primer dalam penelitian
ini terdiri dari (1) unsur Pimpinan DPRD, sebagai salah satu bagian dari alat
kelengkapan DPRD untuk mendapatkan jawaban tentang kebijakan DPRD dalam
menerima dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, (2) unsur pimpinan fraksi
untuk mendapatkan jawaban tentang kebijakan fraksi dalam menerima dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat, (3) unsur sekretariat DPRD untuk
16 Sugiyono, Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit CV Alfabeta, 2005, hal. 62.
Mekanisme DPRD Pro vinsi dalam ....... 523
mendapatkan jawaban tentang mekanisme DPRD Provinsi dalam penerimaan
dan pendistribusian delegasi aspirasi masyarakat yang datang ke DPRD Provinsi.
Sedangkan dari masyarakat, informan penelitian diwakili unsur akademisi untuk
mendapatkan pandangan kritis terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
Provinsi. Selain sumber data primer, juga dipergunakan data skunder yang berupa
hasil rekap penanganan delegasi aspirasi masyarakat yang datang ke DPRD,
surat kabar daerah, dan surat kabar nasional serta berita dari website internet.
Kesemua data tersebut dideskripsikan, guna membantu menganalisis data yang
ditemukan di lapangan.
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.17
Pengkhususan dari metode kualitatif yang digunakan pada penelitian
ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Studi kasus
merupakan tipe pendekatan yang penelaahannya kepada satu kasus dilakukan
secara intensif, mendalam, dan komprehensif. Penelitian studi kasus bisa jadi
melahirkan pernyataan-pernyataan yang bersifat eksplanasi, akan tetapi
eksplanasi yang demikian tidak dapat diangkat sebagai suatu generalisasi.18
Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu
penelitian berkenaan dengan "how" atau "why”, bila peneliti hanya memiliki sedikit
peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana
fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam konteks
kehidupan nyata.19
17 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Penerbit RemadjaRosdakarya, 2004, hal. 6.18 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005, hal. 22.19 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Alihbahasa M. Djauzi Madzakir, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, hal. 2.
524 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan A.
Hasil Penelitian
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.26-657
tanggal 16 September 2004 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.26-
692 tanggal 8 Oktober 2004, maka keanggotaan DPRD Provinsi Sumatera
Selatan sebagai berikut:
Tabel 1. Keanggotan DPRD Provinsi Sumatera Selatan 2004-2009Fraksi Jumlah Anggota
Fraksi Partai Golkar 16 OrangFraksi PDIP 12 Orang
Fraksi Demokrat 9 Orang
Fraksi PAN 7 Orang
Fraksi PPP 6 Orang
Fraksi Bintang Reformasi 5 Orang
Fraksi PKS 4 Orang
Fraksi PKB 4 Orang
Sumber: Selayang Pandang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Terdapat 4 Komisi pada DPRD Sumatera Selatan yang masing-masing
pembidangannya yaitu Komisi I bidang pemerintahan, Komisi II bidang
perekonomian dan keuangan, Komisi III bidang pembangunan, dan Komisi IV
bidang kesejahteraan rakyat20.
Organisasi DPRD Sulawesi Utara diisi oleh anggota DPRD yang berasal
dari 9 partai politik peserta Pemilu 2004 yang berhak menempatkan wakilnya di
DPRD. Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 45 orang dengan
komposisi keanggotaan menurut asal partai politik sebagai berikut:
20 http://www.dprd.sumselprov.go.id/index.php?pilih=hal&id=25, diakses tanggal 28-11-2008.
Mekanisme DPRD Pro vinsi dalam ....... 525
Tabel 2. Keanggotan DPRD Provinsi Sulawesi Utara 2004-2009Fraksi Jumlah AnggotaFraksi Partai Golkar 17 Orang
Fraksi PDIP 10 Orang
Fraksi PDS 7 Orang
Fraksi Demokrat 5 Orang
Fraksi Kesatuan 6 Orang
Sumber: Buku Informasi DPRD Provinsi Sulawesi Utara, 2007
Terdapat 4 komisi pada DPRD Sulawesi Utara dengan pembidangannya
yaitu, Komisi A bidang pemerintahan, Komisi B bidang perekonomian dan
keuangan, Komisi C bidang pembangunan, dan Komisi D bidang kesejahteraan
rakyat.21 Disamping alat kelengkapan Dewan yang bersifat tetap, DPRD Sulawesi
Utara sejak tanggal 31 Desember 2004 melalui Keputusan Pimpinan DPRD
Nomor 32 Tahun 2004 telah dibentuk Panitia Khusus Penerima Aspirasi
Masyarakat.
1. Mekanisme dan Kendala Penerimaan Aspirasi Masyarakat
Kehadiran delegasi aspirasi masyarakat diterima oleh Bagian Humas
Sekretariat DPRD dan sesuai dengan prosedur tetap harus berkoordinasi terlebih
dahulu dengan pihak keamanan setempat. Hal ini sebagaimana dijelaskan Humas
DPRD Sumatera Selatan dan DPRD Sulawesi Utara, bahwa delegasi pada
umumnya sudah dibekali dengan surat ijin dari aparat keamanan. Namun
demikian ada juga delegasi yang datang ke DPRD tidak memiliki ijin dari pihak
keamanan dan Humas DPRD tetap menerima delegasi tersebut.22
Humas selanjutnya membuat catatan berupa identifikasi atas
permasalahan atau aspirasi yang diajukan masyarakat untuk menjadi perhatian
Pimpinan DPRD dalam menetapkan disposisi penerimaan delegasi masyarakat.
Selanjutnya berdasarkan disposisi Pimpinan DPRD, Bagian Humas
mendistribusikan delegasi masyarakat tersebut kepada alat kelengkapan DPRD
untuk ditindaklanjuti. Meskipun demikian banyak delegasi masyarakat yang
tidak sependapat dengan prosedur yang telah ditetapkan Bagian Humas dan
21 Buku Informasi DPRD Provinsi Sulawesi Utara 2007, h. 37-40.22 Wawancara dengan Kepala Bagian Humas DPRD Sumatera Selatan, H. Gibran Lubay, padapenelitian tanggal 6-10 Mei 2008 dan Kepala Bagian Humas DPRD Sulawesi Utara, SukawatiMamonto, pada penelitian tanggal 21-25 Juli 2008.
526 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
menginginkan Ketua DPRD yang menyelesaikan permasalahan mereka. Hal
ini sebagaimana dikemukakan Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan, Elianuddin
HB, yaitu:
Setiap masyarakat yang mengajukan aspirasi atau pendemo yang
datang ke DPRD, pertama yang dituju dan harus menemui mereka
adalah Ketua atau Pimpinan DPRD. Harus diakui tidak semua
permasalahan yang datang ke DPRD dapat diatasi oleh Pimpinan
DPRD. Namun demikian para pendemo pasti diterima Pimpinan
DPRD terlebih dahulu. Selanjutnya pendemo tersebut didisposisikan
kepada komisi-komisi sesuai dengan bidang masalah yang
diadukannya.23
Delegasi masyarakat yang datang ke DPRD Sulawesi Utara
distribusikan oleh Bagian Humas kepada Panitia Khusus yang menangani
pengaduan masyarakat. Setiap bulannya keanggotaan Panitia Khusus Penerima
Apirasi Masyarakat diganti untuk kemudian ditetapkan berdasarkan surat
keputusan Pimpinan DPRD. Jumlah anggota dalam Panitia Khusus Penerima
Aspirasi Masyarakat maksimal 15 Anggota Dewan yang berasal dari perwakilan
masing-masing Fraksi secara proposional. Sedangkan ketua Panitia Khusus
dipilih oleh dan berasal dari anggota Panitia Khusus Penerima Aspirasi
Masyarakat. Kompetensi Anggota DPRD yang menjadi anggota Panitia Khusus
Penerima Aspirasi tergantung pada bidang masalah apa yang dibutuhkan
masyarakat.24
Beberapa kendala ditemukan dalam penerimaan delegasi masyarakat.
Kendala yang paling sering ditemukan yaitu koordinasi penanganan delegasi,
khusus terkait dengan kehadiran delegasi masyarakat dalam jumlah banyak
yang ingin segera dipertemukan dengan Ketua DPRD untuk ditindaklanjuti
aspirasinya. Kendala lainnya berupa kehadiran delegasi masyarakat pada Masa
Reses. Meski demikian Bagian Humas tetap menerimanya dan menjadwalkan
untuk mempertemukan delegasi masyarakat dengan Anggota DPRD pada hari
berikutnya. Kondisi ini menjadikan kendala bagi masyarakat yang harus
menempuh jarak yang cukup jauh menuju DPRD. Masyarakat lebih sering tidak
datang kembali setelah dijadwalkan ulang untuk bertemu dengan DPRD.
Sedangkan secara substansi, banyak ditemukan masalah-masalah yang datang
23 Wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan, Elianuddin HB, pada penelitiantanggal 6-10 Mei 2008.24 Wawancara dengan Sekretaris Fraksi PDS DPRD Sulawesi Utara, Jemmy A.L. Rembet, padapenelitian tanggal 21-25 Juli 2008.
Mekanisme DPRD Pro vinsi dalam ....... 527
ke DPRD Provinsi pada umumnya berasal dari wilayah kabupaten/kota, sehingga
DPRD Provinsi bisa saja memberikan rekomendasi agar masalah ini diselesaikan
di DPRD kabupaten/kota.
Penerimaan aspirasi masyarakat oleh Anggota DPRD juga dilakukan
pada saat masa reses yang disebut dengan komunikasi konstituen. Menurut
Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan, secara formal penerimaan aspirasi
masyarakat sesuai dengan aturannya memang dilakukan pada masa reses.
Kelompok Anggota DPRD dalam daerah pemilihan (dapil) yang sama turun
bersamaan untuk menyerap aspirasi masyarakat. Namun demikian pada
pelaksanaannya, penyerapan aspirasi ini dirasakan tidak dapat mengungkap
aspirasi masyarakat secara lengkap, karena serap aspirasi dilakukan kepada
pejabat daerah seperti bupati/walikota, camat atau kepala desa. Pertemuan ini
menjadi tidak efektif karena semua anggota DPRD menjadi terfokus pada satu
masalah yang sama dan dari sumber yang sama. Lain halnya, apabila anggota
DPRD disebar dalam beberapa tempat, sehingga dapat mengetahui banyak
masalah dari sumber yang beragam.25
Kendala lain berkaitan dengan keinginan masyarakat bahwa tugas untuk
melakukan penyerapan aspirasi tidak terbatas waktu. Hal ini diakui Wakil Ketua
Fraksi DPRD Sulawesi Utara, bahwa kegiatan menemui masyarakat untuk
menyerap aspirasi memang tidak mengenal waktu. Setiap anggota DPRD perlu
menyerap aspirasi masyarakat sesuai dengan dapil dan bidang tugas komisinya
masing-masing. Hal ini sebagai sebuah konsekuensi yang harus dijalani seorang
wakil rakyat.26
Pada sisi yang lain, menurut Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan,
setiap anggota DPRD harus menerima persepsi masyarakat bahwa kehadiran
anggota DPRD dalam rangka komunikasi konstituen di dapilnya adalah dalam
rangka membagi-bagikan uang sebagai balas budi kepada rakyat yang telah
memilihnya. Hal ini yang menyebabkan anggota DPRD menjadi kesulitan untuk
melakukan komunikasi dengan masyarakat di daerah konstituennya, karena
mereka harus menyediakan uang yang banyak untuk membantu memperlancar
kegiatan komunikasi tersebut.27
25 Wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan, Fatimah Rais, pada penelitian tanggal6-10 Mei 2008.26 Wawancara dengan Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD Sulawesi Utara, Bhenny Rhamdani, pada
penelitian tanggal 21-25 Juli 2008.27 Wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan, Eliyanudin, pada penelitian tanggal6-10 Mei 2008.
528 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
Namun demikian kesimpulan ini berbeda dengan pandangan kritis
kalangan akademisi yang menyatakan fasilitas yang diberikan kepada anggota
DPRD tidak sebanding dengan kinerja yang dihasilkannya, anggota DPRD hanya
mencari keuntungan sendiri dan tidak berpihak kepada rakyat. Kekuatan untuk
memperjuangkan aspirasi masyarakat menjadi lemah. Anggota DPRD lebih
tunduk kepada pemerintah daerah.28
2. Tindaklanjut Aspirasi Masyarakat
Terkait dengan pelaksanaan fungsi pengawasan, tindak lanjut aspirasi
masyarakat pada DPRD Sumatera Selatan dilakukan oleh komisi-komisi yang
bidang tugasnya sesuai dengan bidang masalah dari aspirasi masyarakat melalui
Raker komisi bersama dinas terkait. Ketua DPRD Sumatera Selatan, Zamzami
Achmad, menilai:
"Upaya untuk memformalkan penanganan pengaduan
masyarakat dalam tugas Pimpinan DPRD tidak tepat. Mengingat
sudah terlalu banyaknya tugas yang harus dikerjakan oleh
Pimpinan DPRD. Tindaklanjut aspirasi masyarakat justru terjadi
di komisi dan hasil dari Raker di komisi.."29
Keterlibatan Fraksi di DPRD Sumatera Selatan untuk menerima dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat dinilai tidak efektif. Ada beberapa
pertimbangan yang menyebabkan Fraksi di DPRD Sumatera Selatan tidak bisa
menindaklanjuti aspirasi masyarakat, sebagaimana dijelaskan Pimpinan Fraksi
PDIP DPRD Sumatera Selatan, yaitu:
"Pertama, fraksi tidak berwenang untuk memanggil dinas terkait
pada saat rapat kerja untuk membahas aspirasi masyarakat
tersebut. Kedua, fraksi dinilai tidak akan efektif dalam
menindaklanjuti aspirasi masyarakat, karena yang bisa
mengambil keputusan dalam rapat kerja dengan dinas terkait
adalah komisi. Ketiga, secara politis anggota DPRD harus
memposisikan dirinya sebagai wakil rakyat dan bukan
merupakan wakil fraksi atau partai. Keempat, mekanisme
28 Wawancara dengan beberapa dosen FISIP Universitas Sriwijaya, pada penelitian tanggal 6-10 Mei 2008.29 Wawancara dengan Ketua DPRD Sumatera Selatan, H. Zamzami Achmad, pada penelitiantanggal 6-10 Mei 2008.
Mekanisme DPRD Pro vinsi dalam ....... 529
Peraturan Tata Tertib (Tatib) DPRD tidak memungkinkan fraksi
untuk menindaklanjuti aspirasi masyarakat.30 Pada DPRD Sulawesi Utara
fraksi dapat berperan dalam menerima dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat, selain dari keberadaan Panitia Khusus Penerima Aspirasi
Masyarakat. Hal ini sebagaimana diungkapkan Ketua Fraksi Kesatuan DPRD
Sulawesi Utara, bahwa fraksi sangat membuka ruang kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam rangka pengambilan keputusan politik lokal.
Misalnya ketika sedang membahas suatu masalah di DPRD masyarakat
diberikan kesempatan untuk juga memberikan pendapatnya kepada fraksi yang
kemudian akan disampaikan kepada DPRD.31
Data menunjukkan jumlah pengaduan masyarakat yang diterima DPRD
Provinsi setiap tahunnya tidak terlalu banyak. DPRD Sumatera Selatan pada
Tahun 2004 hanya menerima 37 pengaduan masyarakat, 2005 hanya menerima
35 pengaduan masyarakat, dan tahun 2006 hanya menerima 36 pengaduan
masyarakat.
PENYAMPAIAN ASPIRASI MASYARAKAT KE DPRD SUMSEL BERDASARKAN BIDANG MASALAH TAHUN 2004 - 2006
20
m I15 rH 1 r
jumlah 10 H5
LL n \ ih□ 2004
■ 2005
□ 2006pemerintahan ekuin pembangunan kesra
bidang masalah
Pada tahun 2007 kondisinya tidak banyak berubah, dimana persoalan
politik dan hukum adalah yang paling banyak diajukan masyarakat dengan jumlah
total 39 pengaduan masyarakat.
30 Wawancara dengan Pimpinan Fraksi PDIP DPRD Sumatera Selatan, MA Gantada, pada penelitiantanggal 6-10 Mei 2008.31 Wawancara dengan Ketua Fraksi Kesatuan DPRD Sulawesi Utara, Syahrul Poli, pada penelitiantanggal 21-25 Juli 2008.
530 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
Identifikasi tindak lanjut aspirasi masyarakat ke DPRD Provinsi terbagi
atas dua hal, yaitu hal yang bersifat dministrative dari bidang masalah dan hal
yang bersifat politis. Tindak lanjut aspirasi masyarakat oleh DPRD yang bersifat
dministrative dari bidang masalah dilakukan dengan memberikan penegasan
kepada jajaran Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi masyarakat, berikut alokasi waktu untuk menyelesaikannya. Beberapa
deskripsi pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya diantaranya:32
1. Kehadiran delegasi BEM UNSRI bersama Serikat Buruh Transporatasi
Angkutan (SBTA) Sumatera Selatan yang mengajukan aspirasi berupa
penolakan trayek bus mahasiswa UNSRI terhadap SK Nomor 561 /KPTS/
si angkutan yang dinilai
an. Kehadiran delegasi
anggota Komisi III yang
tasi. Tindaklanjut dari
i antara DPRD dengan
abes, BEM UNSRI dan
rtemuan itu disepakati
i penyesuaian dengan
n kampus.
2. Delegasi Walhi Sumatera Selatan bersama Komite Aksi Rakyat Ogan
Komering Ilir (OKI) mewakili warga di Kecamatan Pampangan Kabupaten
OKI dan Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, menyampaikan
aspirasinya mengenai penolakan pembangunan HTI dan perkebunan kelapa
sawit oleh perusahaan besar di wilayah desa mereka. Delegasi dipertemukan
dengan Wakil Ketua DPRD dan perwakilan anggota DPRD Komisi II bidang
32 Diringkas dari Kliping Khusus DPRD Sumatera Selatan Tahun 2006-2007 oleh Subbagian Informasi dan Perpustakaan Bagian Humas DPRD Sumatera Selatan.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 531
ekonomi pembangunan sub bidang perkebunan. Hasil pertemuan ini
disepakati anggota Komisi II akan melakukan kunjungan ke lapangan di
dua kecamatan tersebut. Selain itu Komisi II memberikan surat kepada
Bupati dan DPRD OKI serta Banyuasin untuk menyelesaikan masalah ini. 3.
Delegasi Komite Aksi Mahasiswa Bersatu dan Komite Mahasiswa Peduli
Rakyat mengadukan buruknya penanganan masalah pendidikan dasar di
wilayahnya. Delegasi menyampaikan orasi dan diterima oleh Pimpinan
DPRD dan perwakilan anggota Komisi III bidang kesejahteraan rakyat sub
bidang pendidikan. Materi orasi ditampung oleh anggota DPRD untuk
dijadikan materi dalam rapat kerja dengan Dinas Pendidikan yang akan
dijadwalkan.
Selanjutnya identifikasi tindak lanjut aspirasi masyarakat ke DPRD yang
bersifat politis yaitu berupa persetujuan atau dukungan sikap dari DPRD terhadap
aspirasi yang disuarakan oleh delegasi masyarakat tersebut. Terkadang bentuk
dukungan sikap tersebut meningkat pada upaya aktif DPRD untuk menyampaikan
aspirasi masyarakat lokal pada lingkup wilayah yang lebih tinggi seperti kepada
Pemerintah Pusat atau DPR RI. Beberapa deskripsi pengaduan masyarakat
dan tindak lanjutnya diantaranya:33
1. DPRD Sulawesi Utara memberikan dukungan sikap terhadap aspirasi warga
Desa Buyat untuk memindahkannya ke tempat lain. Pemindahan ini penting
karena selain adanya perusahaan tambang, daerah tersebut juga tidak layak
huni karena ada rawa-rawa dan memang diduga ada pencemaran merkuri
akibat adanya penambangan oleh PT NMR. Selanjutnya DPRD
menyampaikan sikapnya kepada Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral serta Pemerintah Pusat untuk memperhatikan keluhan di Buyat
ini.
2. DPRD Sulawesi Utara menyuarakan sikap delegasi masyarakat terkait
kematian Praja IPDN yang berasal dari Sulawesi Utara. Sikap politik yang
disuarakan DPRD yaitu pelaksanaan kegiatan pendidikan bagi calon
pimpinan pamong praja ini bisa dilakukan di Provinsi Sulawesi Utara.
Tindaklanjut aspirasi masyarakat yang dilakukan DPRD Provinsi
Sumatera Selatan juga dilakukan dalam pelaksanaan fungsi legislasi, misalnya
pada saat pembahasan rancangan peraturan daerah (Raperda). Meski sangat
jarang menerima aspirasi masyarakat yang substansinya terkait dengan materi
33 Diringkas dari Kliping Khusus DPRD Sulawesi Utara 2007 oleh Bagian Humas DPRD Sulawesi Utara.
532 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
dalam Raperda, namun DPRD tetap memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya baik melalui surat maupun dalam
bentuk audiensi di DPRD. Hal ini juga diperlakukan sama terhadap kalangan
akademisi.34
Sedangkan pada DPRD Sulawesi Utara, masyarakat dan akademisi
diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasi khususnya pada saat
pembahasan Raperda, baik melalui surat maupun melakukan audiensi di DPRD
atau Fraksi di DPRD. Tindaklanjut aspirasi masyarakat sering kali dijadikan
sumber data atau bagian dari pandangan fraksi dalam melakukan pembahasan
Raperda bersama dengan Pemda. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pasal
yang ditetapkan dalam Raperda tersebut35.
Tindaklanjut aspirasi masyarakat yang disalurkan melalui pelaksanaan
fungsi legislasi, tidak hanya terbatas pada persoalan yang akan diangkat dalam
Raperda tapi juga pada persoalan yang berskala nasional. Persetujuan dan
dukungan sikap DPRD Sulawesi Utara terhadap aspirasi masyarakat Sulawesi
Utara yang menolak isi RUU Pornografi dan Pornoaksi, karena dapat
mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap politis ini selanjutnya
disampaikan DPRD kepada Pansus RUU Pornografi di DPR RI36.
Tindaklanjut aspirasi melalui pelaksanaan fungsi anggaran, terutama
dilakukan DPRD saat pembahasan RAPBD bersama Pemerintah Daerah.
Masyarakat pada umumnya hanya menyampaikan harapan-harapannya seperti
kemiskinan dikurangi, pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan bagi warga
miskin. Sedangkan dari kalangan akademisi pada umumnya memberikan data-
data yang terkait dengan kondisi riil di masyarakat37.
34 Wawancara dengan Ketua DPRD Sumatera Selatan, H. Zamzami Achmad, pada penelitiantanggal 6-10 Mei 2008.35 Wawancara dengan Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD Sulawesi Utara, Bhenny Rhamdani, padapenelitian tanggal 21-25 Juli 2008.36 Diringkas dari Kliping Khusus DPRD Sulawesi Utara 2007 oleh Bagian Humas DPRD SulawesiUtara.37 Diringkas dari Kliping Khusus DPRD Sumatera Selatan Tahun 2006-2007 oleh Subbagian Informasidan Perpustakaan Bagian Humas DPRD Sumatera Selatan dan Kliping Khusus DPRD SulawesiUtara 2007 oleh Bagian Humas DPRD Sulawesi Utara.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 533
B. Pembahasan
1. Penerimaan Aspirasi Masyarakat
Pada umumnya kehadiran delegasi aspirasi masyarakat ke DPRD ingin
dipertemukan dengan Ketua DPRD. Keinginan ini dapat dipahami mengingat
masyarakat membutuhkan kepastian, bahwa aspirasinya diterima oleh orang
yang menurut pemahaman mereka adalah orang nomor satu di DPRD.
Masyarakat tak ingin terikat dengan ketentuan protokoler penerimaan aspirasi
masyarakat yang berlaku di DPRD. Kondisi ini disebabkan interaksi komunikasi
yang dibangun masyarakat terhadap wakilnya di DPRD berlandaskan pemikiran
transaksi ekonomis. Masyarakat mengambil keputusan untuk menyampaikan
aspirasinya ke DPRD berdasarkan pemahaman keuntungan dan efisiensi dalam
menyelesaikan permasalahannya.
Keputusan masyarakat untuk memilih "jalur pintas" dalam
menyampaikan aspirasi tidak perlu dipersoalkan walaupun prosedur baku dalam
menerima dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat sudah dimiliki. Kepastian
yang diinginkan masyarakat, justru harus dimaknai sebagai upaya untuk terus
meningkatkan kinerja dan komunikasi serta kredibilitas Anggota DPRD dengan
rakyatnya. Dua unsur tersebut dalam interaksi komunikasi, justru harus
mendorong Anggota DPRD dalam posisinya sebagai komunikator politik untuk
terus meningkatkan orientasinya kepada masyarakat yang diwakilinya.
Serangkaian usaha dari Anggota DPRD dalam meningkatkan
kredibilitasnya perlu dilakukan secara konsisten. Keadaan ini mengharuskan
seorang wakil rakyat untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang
perikehidupan masyarakat yang diwakilinya. Keberhasilan untuk secara
konsisten mengetahui perikehidupan masyarakat yang diwakilinya, berjalan lurus
dengan upaya untuk meningkatkan kecerdasan individu dari Anggota DPRD
yang bersangkutan. Kecerdasan individu ini akan membantu Anggota DPRD
untuk mencarikan solusi atas aspirasi yang disampaikan masyarakat.
Dampaknya, kepercayaan masyarakat terhadap Anggota DPRD akan semakin
meningkat dan aspirasinya ke DPRD tidak hanya terfokus pada ketua DPRD
saja, tapi juga menyebar keseluruh Anggota DPRD lainnya.
Secara kelembagaan penerimaan delegasi aspirasi masyarakat diterima
oleh alat kelengkapan DPRD. Semua alat kelengkapan DPRD memiliki
kesempatan yang sama untuk menerima dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat. Hanya saja dalam aktivitas tata beracara di DPRD, Komisi DPRD
534 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
lah yang memiliki kesempatan paling banyak untuk menerima dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Komisi baik secara administratif maupun
politis dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat lebih maksimal. Kegiatan
Rapat Kerja (Raker) maupun Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi memungkinkan
dimasukkannya materi pengaduan masyarakat untuk dibahas bersama dinas-
dinas terkait dalam Pemerintah Daerah sebagai pasangan kerja Komisi.
Substansi aspirasi masyarakat yang disampaikan oleh delegasi masyarakat
ke DPRD dapat langsung ditindaklanjuti dan dicarikan solusinya dalam sebuah
Raker Komisi bersama Pemerintah Daerah.
Substansi aspirasi masyarakat juga dapat dipergunakan untuk
meningkatkan fungsi pengawasan DPRD terhadap kebijakan yang sedang
dijalankan Pemerintah Daerah. Aspirasi masyarakat adalah merupakan data
dan indikator bagi DPRD dalam mengawasi sejauhmana efektivitas pelaksanaan
kebijakan pembangunan dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Apakah
kebijakan pembangunan yang dijalankan Pemerintah Daerah masih menemui
kendala dalam pelaksanaannya.
Keuntungan lainnya apabila delegasi aspirasi masyarakat diterima oleh
Komisi ialah pada umumnya Komisi diisi oleh anggota DPRD yang memiliki
kesesuaian kompetensi dengan bidang tugas yang dihadapinya. Fraksi-Fraksi
di DPRD menempatkan wakil-wakilnya yang memiliki kesesuaian kompetensi
dengan bidang tugas Komisi. Kompetensi ini dapat berupa kesesuaian latar
belakang pendidikan dan keahlian atau pengalaman kerja anggota DPRD yang
bersangkutan. Kompetensi anggota DPRD sangat membantu mereka guna
mencarikan solusi atas permasalahan yang disampaikan masyarakat ke DPRD.
Hal ini berbanding positif dengan menguatnya kepercayaan masyarakat terhadap
kemampuan anggota DPRD dalam menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan anggota
DPRD menindaklanjuti aspirasi masyarakat, sesungguhnya dapat dijadikan
indikator bagi tumbuh dan berkembangnya iklim demokrasi di suatu wilayah.
Penerimaan delegasi aspirasi masyarakat melalui Tim Khusus berupa
Panitia Khusus memang lebih bersif at dinamis dan tidak terikat pada ketentuan
agenda kerja alat kelengkapan DPRD. Kepastian keberadaan anggota DPRD
sebagai anggota Tim Khusus di DPRD dapat dijamin dan memberikan kelancaran
bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya kapan dan dimana saja
mereka membutuhkannya. Panitia khusus ini bukan merupakan alat
kelengkapan DPRD yang bersifat permanen yang dapat mengagendakan Raker
dengan Dinas-Dinas terkait. Materi aspirasi masyarakat yang diterima panitia
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 535
khusus tetap harus disalurkan dalam prosedur Raker Komisi dengan unsur
Pemerintah Daerah.
Penerimaan delegasi aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh fraksi-
fraksi di DPRD sebenarnya tidak menjadi masalah. Memang fraksi bukan
merupakan alat kelengkapan DPRD, namun bukan berarti fraksi tidak bisa atau
tidak boleh berpihak kepada rakyat. Karena hakekatnya fraksi merupakan tempat
berkumpulnya wakil rakyat yang berasal dari partai politik peserta Pemilu. Fraksi
tetap dapat memberikan kontribusi maksimalnya dalam menyerap dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Fraksi dengan kekuatan politisnya dapat
mendesak alat kelengkapan DPRD untuk mengadakan Raker membahas aspirasi
masyarakat.
Kehadiran delegasi aspirasi masyarakat yang datang ke DPRD dalam
jumlah orang yang sangat banyak, juga merupakan problematika yang perlu
mendapatkan perhatian serius baik oleh Humas DPRD maupun alat kelengkapan
DPRD. Penerimaan aspirasi masyarakat yang tidak optimal akan semakin
"membakar" jiwa massa dari delegasi tersebut. Rasionalitas mudah sekali
berubah menjadi sikap emosional yang mengarah pada tindakan destruktif.
Anggota DPRD perlu menyadari kewajbannya untuk menerima aspirasi
masyarakat secara optimal. Penerimaan aspirasi masyarakat itu tidak hanya
terbatas di gedung DPRD serta pada saat berlangsungnya Raker, tapi dapat
dilakukan dimana saja bahkan lebih dekat dengan tempat dan permasalahan di
mana masyarakat berada.
Serap aspirasi pada masa reses, sesungguhnya merupakan bentuk
aktif wakil rakyat di DPRD untuk mendengarkan dan melihat permasalahan,
harapan, keinginan dan kritik masyarakat terhadap kebijakan pembangunan
yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah.Serap aspirasi ini idealnya terbebas
dari aturan protokoler sebagaimana dilakukan pada saat Raker. Kekuatan serap
aspirasi ini terletak dari seberapa besar anggota Dewan mampu melakukan
perbandingan dan solusi atas kebijakan yang ditetapkan Pemerintah Daerah
dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Aspirasi masyarakat dapat
dijadikan salah satu materi pokok bagi anggota DPRD untuk melaksanakan
fungsi pengawasan dalam rangka menyempurnakan atau mengoreksi kebijakan
pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah. Penjadwalan agenda serap
aspirasi pada masa reses, tidak boleh dijadikan alasan bagi anggota DPRD
untuk tidak berpihak dan tidak maksimal dalam memperjuangkan aspirasi
masyarakat.
536 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
Satu tugas penting yang harus terus dilakukan anggota DPRD yaitu
memperbaiki kesalahan persepsi sebagian masyarakat yang menyatakan
kegiatan serap aspirasi itu identik dengan keharusan untuk membagikan uang
kepada masyarakat. Kepuasan masyarakat terhadap wakilnya di DPRD justru
harus dibuktikan dengan kinerja yang maksimal dan kemampuan anggota DPRD
untuk menerima aspirasi masyarakat. Strategi dan interaksi komunikasi anggota
DPRD harus benar-benar menyuarakan keinginan dan harapan masyarakat yang
diwakilinya. Penerimaan aspirasi masyarakat harusnya dibuktikan berdasarkan
program kerja dan pernyataan-pernyataan politik anggota DPRD yang berpihak
kepada rakyat. Hasil kerja anggota DPRD dalam menerima aspirasi masyarakat,
perlu secara tepat menjawab berbagai kepentingan yang memang dibutuhkan
dan diharapkan oleh masyarakat. Kedekatan hasil kerja wakil rakyat dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat merupakan strategi tepat dalam rangka
mengarahkan kembali persepsi masyarakat mengenai keharusan bagi Anggota
DPRD membagi-bagikan uang saat melakukan serap aspirasi di daerah
pemilihan.
Minimnya frekuensi penerimaan aspirasi masyarakat oleh DPRD Provinsi,
memiliki keterkaitan dengan tempat dimana permasalahan tersebut berasal.
Permasalahan yang disampaikan masyarakat ke DPRD Provinsi pada umumnya
berasal dari lokasi kabupaten/kota yang juga memiliki DPRD Kabupaten/Kota.
Problematika atau aspirasi masyarakat di wilayah kebupaten/kota telah
disampaikan masyarakat dan diterima serta ditindaklanjuti oleh DPRD
Kabupaten/Kota. Kehadiran delegasi masyarakat dari wilayah kabupaten/kota
ke DPRD Provinsi, lebih disebabkan karena ketidakpuasan masyarakat terhadap
tindaklanjut aspirasi masyarakat yang telah dilakukan DPRD kabupaten/kota.
2. Tindaklanjut Aspirasi Masyarakat
Meskipun minim dalam penerimaan aspirasi masyarakat, bukan berarti
anggota DPRD Provinsi dapat melupakan kewajibannya untuk memperjuangkan
aspirasi masyarakat. DPRD Provinsi perlu membangun jaringan komunikasi
politik dengan DPRD kabupaten/kota dalam memperjuangkan aspirasi
masyarakat. Karena bisa jadi permasalahan yang dihadapi masyarakat di wilayah
kabupaten/kota adalah dampak dari ketidakefektifan implementasi kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam mengaktualisasikan kebijakan
Pemerintah Provinsi. Jaring komunikasi antar DPRD Provinsi dengan DPRD
Kabupaten/Kota ini merupakan bukti nyata keberpihakan wakil rakyat untuk
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 537
memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi, serta
memperjuangkan aspirasi masyarakat secara optimal.
Ketentuan birokrasi yang harus dilalui oleh masyarakat dalam
menyampaikan aspirasinya perlu segera disederhanakan. Semua alat
kelengkapan DPRD termasuk alat kelengkapan lainnya harus selalu
memprioritaskan untuk menerima aspirasi masyarakat. Tidak terkecuali Fraksi
juga memiliki kewajiban untuk menjadi media penerima aspirasi masyarakat di
DPRD. Penyederhanaan mekanisme penerimaan aspirasi masyarakat melalui
aktivitas Raker maupun Kunker yang sangat tergantung pada penjadwalan yang
perlu mendapatkan kesepakatan politis antara DPRD bersama Pemerintah
Daerah, perlu dilakukan agar sesuai dengan kehadiran delegasi aspirasi
masyarakat ke DPRD. Bagi anggota DPRD, kehadiran delegasi aspirasi
masyarakat ke DPRD termasuk pada agenda kerja yang tidak terencana.
Tindaklanjut aspirasi masyarakat sering kali tidak sesuai dengan jadwal
Raker dan perlu penjadwalan ulang. Penjadwalan ulang kehadiran delegasi
masyarakat ke DPRD untuk dipertemukan dengan pasangan kerja Komisi,
merupakan permasalahan yang tidak mudah dapat dilakukan. Tempat tinggal
delegasi masyarakat yang cukup jauh dengan DPRD, sangat memberatkan
bagi masyarakat untuk mendatangi kembali DPRD.
Walaupun termasuk pada agenda kerja tidak terencana, pada posisinya
sebagai wakil rakyat tetap harus menyediakan waktunya untuk menindaklanjuti
aspirasi masyarakat. Raker Komisi yang membahas aspirasi masyarakat tidak
perlu memenuhi ketentuan kuorum anggota Komisi dengan tetap mendatangkan
mitra kerja Komisi. Selain itu materi aspirasi masyarakat juga harus menjadi
prioritas utama dalam aktivitas Kunker Komisi dalam rangka menjalankan fungsi
pengawasan.
Pada posisinya sebagai unsur pemerintahan daerah, maka indentifikasi
tindak lanjut aspirasi masyarakat yang dapat dilakukan DPRD Provinsi terbagi
atas dua hal. Pertama, hal yang bersifat administratif, yaitu menindaklanjuti
aspirasi masyarakat melalui kegiatan Raker atau meminta kepada Pemda untuk
menangani permasalahan tersebut. Kedua, tindaklanjut dari bidang masalah
yang bersifat politis, yaitu berupa dukungan sikap DPRD terhadap aspirasi yang
disampaikan masyarakat ke DPRD.
Permasalahannya apakah kedua indentifikasi tindak lanjut aspirasi
masyarakat yang dilakukan oleh Anggota DPRD dapat secara efektif memberikan
solusi atas permasalahan sesuai dengan harapan yang diinginkan masyarakat?
Seorang wakil rakyat perlu memiliki pemahaman, bahwa upaya untuk
538 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
memperjuangkan aspirasi masyarakat tidak hanya sebatas pada satu kali Raker
dan/atau cukup dengan memberikan pernyataan mengenai bentuk sikap
politisnya. Anggota DPRD perlu mengawal dan memperjuangkan penyelesaian
aspirasi atau permasalahan yang dihadapi masyarakat, sampai benar-benar
selesai dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Terselesaikannya aspirasi atau permasalahan hingga terpenuhinya harapan
masyarakat, menjadi indikator utama untuk menentukan efektivitas kinerja
anggota DPRD dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Hal utama yang perlu diperhatikan oleh setiap Anggota DPRD dalam
menindaklanjuti aspirasi masyarakat adalah kemampuan maksimal untuk
berorientasi kepada permasalahan yang dihadapi masyarakat, sebagaimana
dijelaskan pada teori penetrasi sosial. Pada saat masa kerja atau pada saat
masa reses, setiap Anggota DPRD perlu mengetahui secara lengkap berbagai
permasalahan yang terjadi di daerah pemilihannya. Pada kondisi yang demikian,
setiap Anggota DPRD selalu pada posisi siap memperjuangkan aspirasi
masyarakat baik saat datang delegasi aspirasi masyarakat atau tanpa kehadiran
dari mereka.
Orientasi kepada masyarakat tidak hanya dilakukan oleh Anggota DPRD
saat delegasi aspirasi masyarakat datang ke DPRD. Secara periodik dan
berkesinambungan setiap Anggota DPRD perlu mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang terjadi di dapilnya dan memiliki strategi untuk
memperjuangkan aspirasi tersebut baik dalam kegiatan rapat kerja maupun
saat kunker. Hasil orientasi Anggota DPRD terhadap dapilnya adalah data faktual
mengenai kondisi yang benar-benar terjadi di masyarakat.
Objektifnya data yang dimiliki Anggota DPRD mengenai kondisi dapilnya,
sangat membantu mereka dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan
terhadap kebijakan dan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Pemda.
Setiap kebijakan atau tindakan yang dilakukan oleh Pemda, namun berlainan
dengan kondisi atau kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat akan dengan
cepat direspon oleh Anggota DPRD agar kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda
benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Upaya untuk
memperjuangkan aspirasi masyarakat melalui tersedianya data yang faktual di
masyarakat, menyebabkan setiap Anggota DPRD bisa secara maksimal
menjalankan fungsi pengawasan DPRD terhadap setiap kebijakan yang dihasilkan
oleh Pemda.
Orientasi aktif Anggota DPRD terhadap permasalahan yang terjadi di
dapilnya menyebabkan masyarakat merasa terlayani oleh wakilnya di DPRD.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 539
Terbentuknya sikap positif masyarakat
terhadap kesungguhan Anggota DPRD
memperjuangkan aspirasi masyarakat,
menjadikan stimulus positif terhadap
peningkatan kinerja Anggota DPRD
dalam menerima dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat. Masyarakat tidak
perlu lagi bersusah payah menyampaikan
aspirasinya ke DPRD, tapi segala
permasalahan yang terjadi sudah
teridentifikasi dan akan diperjuangkan oleh
anggota DPRD.
Upaya maksimal yang dilakukan anggota DPRD pada akhirnya
membentuk kepercayaan positif masyarakat, bahwa kehadiran anggota DPRD
adalah sudah benar-benar merupakan wakil rakyat. Masyarakat merasa
diuntungkan dengan kinerja yang maksimal dari setiap Anggota DPRD untuk
memperjuangkan aspirasinya. Masyarakat akan memberikan respon dan
dukungan positif bila setiap aspirasi masyarakat sudah dapat diidentif ikasi dan
diperjuangkan secara maksimal oleh setiap Anggota DPRD. Kepercayaan dan
respon positif masyarakat disertai kinerja maksimal Anggota DPRD
sesungguhnya merupakan suatu kondisi yang kondusif bagi peningkatan fungsi
pengawasan DPRD terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda
untuk selalu sesuai dengan harapan dan kebutuhan yang diinginkan masyarakat.
Tindaklanjut aspirasi masyarakat melalui pelaksanaan fungsi legislasi
dan anggaran tidak bisa diabaikan begitu saja oleh DPRD Provinsi. Data-data
yang akurat seringkali berasal dari aspirasi masyarakat yang disampaikan ke
DPRD. Data ini sangat menguatkan masing-masing fraksi di DPRD untuk
memberikan pandangannya berkaitan dengan substansi Raperda atau RAPBD
yang sedang dibahas antara DPRD bersama Pemerintah Daerah. Penggunaan
data yang bersumber dari aspirasi masyarakat, membuktikan keberpihakan
DPRD kepada rakyat sekaligus menjalankan fungsi penyeimbang bagi
Pemerintah daerah dalam menghasilkan sebuah kebijakan yang diperuntukkan
bagi masyarakat.
IV. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Bagian Humas Sekretariat DPRD menerima aspirasi masyarakat dalam
mendistribusikannya kepada alat kelengkapan DPRD. Penerimaan delegasi
aspirasi masyarakat di DPRD Sumatera Selatan dilakukan oleh Pimpinan dan
Komisi di DPRD sesuai dengan ketentuan Tata Tertib yang mengaturnya.
Sedangkan DPRD Sulawesi Utara lebih memilih membentuk Panitia Khusus
540 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
yang tidak permanen dan komisi terkait. Kendala utama dalam penerimaan
delegasi aspirasi masyarakat yaitu koordinasi penanganan delegasi dalam jumlah
banyak dan keinginan masyarakat untuk segera dipertemukan dengan Ketua
DPRD serta ditindaklanjuti aspirasinya
Penerimaan aspirasi masyarakat tidak hanya dilakukan kepada delegasi
aspirasi masyarakat yang datang ke DPRD, tetapi juga dilakukan pada masa
reses. Namun demikian pada pelaksanaannya, serap aspirasi ini tidak efektif
karena dilakukan terbatas pada pertemuan dengan pejabat daerah dan tidak
dilakukan pembanding dengan aspirasi masyarakat. Anggota DPRD tidak dapat
mengetahui lebih lengkap mengenai berbagai permasalahan riil yang dihadapi
masyarakat. Hal ini berdampak pada terbatasnya sumber data bagi anggota
DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap implementasi kebijakan
Pemerintah Daerah. Selain itu rendahnya kemampuan anggota DPRD untuk
melakukan serap aspirasi juga disebabkan kurangnya anggaran komunikasi
instensif yang dipergunakan oleh setiap anggota DPRD untuk menyerap aspirasi
konstituennya pada masa reses.
Pada pelaksanaan fungsi pengawasan penyelesaian tindak lanjut
aspirasi masyarakat dilakukan pada komisi-komisi, melalui forum Raker bersama
dengan dinas-dinas terkait. Khusus pada DPRD Sulawesi Utara, fraksi tetap
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam rangka
pengambilan keputusan politik lokal yang kemudian disampaikan melalui
mekanisme kerja alat kelengkapan DPRD. Tindak lanjut aspirasi masyarakat
dipergunakan oleh DPRD guna memberikan penegasan kepada jajaran
Pemerintah Daerah kerja untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
masyarakat berikut alokasi waktunya, serta persetujuan atau dukungan sikap
dari DPRD terhadap aspirasi yang disuarakan oleh delegasi masyarakat.
Sedangkan pada pelaksanaan fungsi legislasi, tindak lanjut aspirasi masyarakat
dipergunakan sebagai salah satu mat eri dari pendapat Fraksi saat dilakukannya
pembahasan Raperda bersama Pemerintah Daerah. Demikian halnya pada
pelaksanaan fungsi anggaran, tindaklanjut aspirasi masyarakat juga dipergunakan
sebagai salah satu materi dari Fraksi saat dilakukannya pembahasan RAPBD
bersama Pemerintah Daerah.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 541
B. Saran
Prosedur penerimaan delegasi aspirasi masyarakat perlu terus
disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, agar dapat membantu
memperlancar masyarakat dalam menyampaikan aspirasi kepada Anggota
DPRD. Penyempurnaan prosedur penerimaan delegasi masyarakat perlu terus
dikaji dan disesuaikan dengan tuntuan/aspirasi dan dinamika kehidupan
masyarakat. Aktivitas kehumasan yang dilaksanakan Humas DPRD dalam
menerima dan mendistribusikan delegasi masyarakat, perlu mendapatkan
dukungan Anggota Dewan dalam hal penyederhanaan prosedur serta
mengoptimalkan penanganan aspirasi masyarakat.
Seluruh Alat Kelengkapan DPRD, termasuk juga alat kelengkapan yang
tidak permanen seperti Panitia Khusus dan termasuk juga Fraksi perlu
mengoptimalkan kinerjanya dalam rangka menerima dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat. Keberpihakan wakil rakyat kepada masyarakat perlu
disempurnakan dengan membuka sebanyak mungkin saluran komunikasi bagi
masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya ke DPRD. Prosedur tindaklanjut
aspirasi masyarakat perlu diselenggarakan sefektif dan seefisien mungkin dengan
tetap mematuhi kaidah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib
DPRD.
Pelaksanaan serap aspirasi yang dilakukan pada masa reses, perlu
dijadikan alternative pilihan bagi masyarakat di daerah untuk menyampaikan
aspirasi kepada Anggota DPRD diluar prosedur yang telah ditetapkan. Saluran
komunikasi ini tidak hanya dipergunakan untuk mendengar aspirasi masyarakat,
tetapi juga dapat langsung dipergunakan untuk menindaklanjuti aspirasi
masyarakat bersama dengan jajaran pemerintah daerah yang ikut serta dalam
kegiatan tersebut. Untuk itu optimalisasi pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD
dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat, perlu ditunjang dengan upaya
untuk selalu meningkatkan kinerja dan kompetensi dari masing-masing Anggota
Dewan.
Meskipun tidak ada hubungan hirarki antara DPRD Provinsi dengan
DPRD Kabupaten/Kota, namun dalam rangka memperjuangkan aspirasi
masyarakat kedua lembaga perwakilan rakyat ini perlu membangun jaring
komunikasi dalam rangka memperjuangkan aspirasi masyarakat. Jaring
komunikasi ini pada akhirnya akan memudahkan serta memberikan kepercayaan
kepada masyarakat dimanapun mereka berada, bahwa aspirasi pasti diterima
dan diperjuangkan secara maksimal oleh Anggota DPRD. Legitimasi lembaga
542 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
perwakilan rakyat sangat ditopang oleh kemampuan untuk membuat organ-
organ pemerintahan, termasuk DPRD Provinsi bersifat responsif terhadap agenda
dan aspirasi yang beredar di masyarakat dan memperjuangkan secara maksimal.
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 543
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung, Jakarta: Penebit Rajawali, 2005 Blake, Reed H
dan Haroldsen, Erwin O, Taksonomi Konsep Komunikasi,
alihbahasa Hasan Bahanan, Surabaya: Penerbit Papyrus Surabaya,
2005 Deodatus, Arcry, DPRD dan Demokratisasi Pemerintahan
Daerah. dalam
Syamsudin Haris (ed), Desentralisasi Dan Otonomi DaerahDesentralisasi, demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah,
Jakarta: Penerbit LIPI Press. 2005 Faisal, Sanapiah, Format-Format
Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja Graf indo
Persada, 2005 Littlejohn, Stephen W, Theories Of Human
Communication (Eighth Edition),
Belmont USA: Thomson Wadsworth, 2005 Humas DPRD Sulawesi
Utara, Buku Informasi DPRD Provinsi Sulawesi Utara,
2007 Humas DPRD Sumatera Selatan, Selayang Pandang Dewan
Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Sumatera Selatan Marbun, B.N, DPRD dan Otonomi
Daerah Setelah Amandemen UUD 1945 dan
UU Otonomi Daerah 2004, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 2005
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Penerbit
Remadja Rosdakarya, 2004 Piliang, Indra J (ed), Otonomi Daerah
Evaluasi dan Proyeksi, Jakarta: Penerbit
Yayasan Harkat Bangsa, 2003
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit CV Alfabeta, 2005
Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2002 Syaukani (et.all), Otonomi Daerah
Dalam Negara Kesatuan, Jakarta: Penerbit
Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan, 2002, Yin, Robert
K, Studi Kasus Desain dan Metode, Alihbahasa M. Djauzi Madzakir,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Kliping Surat Kabar:
"Kliping Khusus DPRD Sumatera Selatan Tahun 2006-2007" oleh Subbagian
Informasi dan Perpustakaan Bagian Humas DPRD Sumatera Selatan.
544 Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009
"Kliping Khusus DPRD Sulawesi Utara 2007" oleh Bagian Humas DPRD
Sulawesi Utara
Surat Kabar
"Sejumlah Anggota DPRD Sulut Dituding Salahgunakan Dana Keagamaan,"
Media Indonesia 2- 2006
Website:
Purwo Santoso, Optimalisasi Fungsi DPRD: Penetapan Agenda dan
Pengembangan Kemitraan, http://www.geocities.com/aripsda/makalah/
optimalisasi.htm, diakses tanggal 1 Desember 2008
http://www.dprd.sumselprov.go.id/index.php?pilih=hal&id=25, diakses tanggal 28-
11-2008
Mengkritisi DPRD Sumsel Lewat Radio, http://news.okezone.com/index.php/
ReadStory/2008/06/15/1 /118918/mengkritisi-dprd-sumsel-lewat-radio
DPRD Sumsel Bagi-Bagi Dana Reses, http://sumsel.wordpress.com/2008/04/
20/dprd-sumsel-bagi-bagi-dana-reses/
Mekanisme DPRD Provinsi dalam ...... 545