PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED …repository.ub.ac.id/3659/1/Pratiwi, Fani...
Transcript of PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED …repository.ub.ac.id/3659/1/Pratiwi, Fani...
PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS)
(Studi Kasus: Perusahaan Gizi Food Batu)
SKRIPSI
Oleh : FANI BEKTI PRATIWI NIM 105100301111032
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
2
PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS)
(Studi Kasus: Perusahaan Gizi Food Batu)
Oleh : FANI BEKTI PRATIWI NIM 105100301111032
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknologi Pertanian
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul TA : Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) (Studi Kasus : Perusahaan Gizi Food Batu)
Nama Mahasiswa : Fani Bekti Pratiwi NIM : 105100301111032 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian
Disetujui Oleh :
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Dr. Retno Astuti, STP, MT Mas’ud Effendi, STP. MPNIP. 19700521 200212 2 001 NIP. 1980 0823 200501 1003
Tanggal Persetujuan: Tanggal Persetujuan:
……………………………....
……………………………....
4
5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gresik pada 04 Juni
1992. Penulis merupakan putri pertama dari
dua bersaudara yang dilahirkan dari seorang
ayah yang bernama Subaktidan Ibu
Kholifah.Penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar di SD Semen Gresik pada
tahun 2004, kemudian melanjutkan di SMP
Muhammadiyah 12 Sendang Agung, dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAMuhammadiyah 1
Gresik pada tahun 2010.
Pada tahun 2017 penulis telah berhasil menyelesaikan
pendidikannya di Universitas Brawijaya di jurusan Teknologi Industri
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Pada masa pendidikannya
penulis aktif sebagai asisten Manajemen Pemasaran dan asisten
Kewirausahaan Agroindustri. Penulis pernah aktif mengikuti
Himatitan (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian), ESP
(English Spesific Purposes). Unit Aktivitas Paduan Suara Mahasiswa
Universitas Brawijaya, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UB, Seni
Fakultas Teknologi Pertanian, IAAS (International Association
Students in Agricultural and Related Science) LC UB, dan SOBAT
BUMI INDONESIA Pertamina Foundation. Penulis pernah
mendapatkan pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa
bidang penelitian pada tahun 2011, pemenang penyusunan rencana
usaha oleh Kementrian Koperasi dan UMKM pada tahun 2013,
juara 3 PKM-GT Agrifest. Selain itu penulis pernah mendapat
beasiswa SOBAT BUMI Pertamina Foundation.
6
Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah
Karya Kecil Ini Aku Persembahkan Kepada Kedua
Orang Tuaku,Adikku, Keluargaku,Teman – Temanku
tercinta, Dan Orang – Orang yang Senantiasa Mendoakanku
7
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Fani Bekti Pratiwi NIM : 105100301111032 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Judul TA : Pengukuran Kinerja dengan Metode
Integrated Performance Measurement System (IPMS) (Studi Kasus : Perusahaan Gizi Food Batu)
Menyatakan bahwa,
TA (Tugas Akhir) dengan judul di atas merupakan karya asli penulis. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Malang, 07 Agustus 2017 Pembuat Pernyataan, Fani Bekti Pratiwi NIM. 105100301111032
8
Fani Bekti Pratiwi. 105100301111032. PENGUKURAN
KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED
PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS) (Studi
Kasus : Perusahaan Gizi Food Batu). Tugas Akhir.
Pembimbing Dr.Retno Astuti,STP.MTdan Mas’ud Effendi,
STP. MP.
RINGKASAN
Perusahaan Gizi Food adalah salah satu perusahaan
keripik kentang siap saji yang cukup terkenal di Kota Batu.
Perusahaan Gizi Food Batu mengutamakan proses produksi
untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam melayani
kebutuhan konsumen. Pengukuran kinerja yang pernah
dilakukan oleh Perusahaan Gizi Food Batu adalah penilaian
prestasi kerja karyawan dan pemberian insentif berdasarkan
kompetensi karyawan. Perusahaan belum pernah melakukan
pengukuran kinerja secara menyeluruh sebelumnya yang
melibatkan stakeholder, dimana stakeholder merupakan aset
paling penting pada perusahaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengukuran kinerja yang memperhatikan kebutuhan
– kebutuhan dari setiap stakeholder. Tujuan penelitian ini
adalah memberikan gambaran dan informasi kepada
perusahaan tentang tingkat pencapaian kinerja yang dapat
digunakan dalam melakukan perbaikan kinerja perusahaan
dan menghasilkan rekomendasi perbaikan yang dapat
diterapkan pada perusahaan Gizi Food Batu.
Metode pengukuran kinerja yang dilakukan adalah
menggunakanIntegrated Performance Measurement Systems
(IPMS). IPMS merupakan salah satu metode pengukuran
kinerja perusahaan yang memperhatikan kebutuhan –
kebutuhan dari setiap stakeholder (stakeholder requirement).
Penggunaan metode Integrated Performance Measurement
9
Systems ini dikombinasikan dengan metode Analitical Hirarcy
Process, metode Objective matrix (OMAX) dan metode Traffic
Light System. Analisis terhadap kebutuhan para stakeholder
perusahaan kemudian dilakukan penyusunan objectives,
identifikasi KPI, penyusunan dan pengisian kuesioner oleh
responden, dan melakukan pembobotan KPI agar dapat
diketahui key performance indicators yang menjadi prioritas
untuk ditingkatkan oleh pihak perusahaan. Responden adalah
manajer perusahaan. Responden memberikan verifikasi pada
kuesioner stakeholder requirement, kuesioner stakeholder
objective, dan kuesioner KPI serta memberikan penilaian
untuk kuesioner pembobotan.
Hasil pengukuran kinerjadengan menggunakan metode
Integrated Performance Measurement System (IPMS)
diperoleh sebanyak 33 KPI yang terdiri dari 7 KPI investor, 9
KPI customer, 9 KPI employee, 4 KPI masyarakat, dan 4 KPI
supplier. Dengan menggunakan metode Objective Matrix
(OMAX) dan Traffic Light System dihasilkan 23 KPI
merupakan kategori hijau, 5 KPI tergolong kategori kuning dan
5 KPI merupakan kategori merah. Key Performance Indicator
(KPI) yang masuk dalam kategori kuning adalahTotal asset
turn over (I1b), Debt to equity (I1c), rentabilitas ekonomi (I2b),
frekuensi promosi barang (C2c), dan Peningkatan inovasi
produk (C3c).Key Performance Indicator (KPI) yang masuk
dalam kategori merah adalahfrekuensi penerbitan dan
evaluasi LPJ keuangan (I1a),Current ratio (I3a), persentase
karyawan yang mendapat dana jaminan sosial tenaga kerja
(E1e), frekuensi evaluasi dan review pekerjaan (E2a), dan
persentase kegiatan pelatihan dan pengembangan karyawan
yang telah dilakukan.
10
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Integrated Performance
Measurement System (IPMS), Key
Performance Indicator (KPI)
FANI BEKTI PRATIWI. 105100301111032. PERFORMANCE
MEASUREMENTUSINGINTEGRATED PERFORMANCE
MEASUREMENT SYSTEM (IPMS) (Case Study : Gizi Food
Batu).TA. Supervisor : Dr. Retno Astuti, STP, MT. Co-
Supervisor:Mas’ud Effendi, STP. MP.
SUMMARY
Gizi Food Batu Company is one of the famous potato
chip producer in Batu. The company prioritizes the production
process to support the company’s success in serving the
needs of consumers. The performance measurement which
has ever done by Gizi Food Batu Company are an
assessment of the achievements of the labor intensive and the
granting of employee based on employee competency. The
company has never done the previous overall performance
measurement involving stakeholder, where stakeholder are
the most important asset of the company. Therefore, the
company needs to measure consideringstakeholder
requirements. This study aimed to provide an overview and
information to the company about the level of achievement of
the performance that can be used in doing performance
improvement company and produce recommendations for
improvements that can be applied to Gizi Food Batu
Company.
The performance measurement method was Integrated
Performance Measurement System (IPMS). IPMS is one of
the performance measurement method that pays attention to
the stakeholder requirements. The use of IPMS method was
combined with Analitical Hirarcy Process (AHP), Objective
11
Matrix (OMAX) method and Traffic Light System method.
Analysis was carries out on the stakeholder requirements
,then arrange the objectives, identify KPI,the priority of KPI to
be improved, then was determined by weighting the KPI
arrange and fill the questionnaire by respondent.The
respondent was the manager of the company. Respondent
give the verification to stakeholder requirement questionnaire,
stakeholder objective questionnaire and KPI questionnaire.
The result of performance measurement with Integrated
Performance Measurement System (IPMS) was 33 KPI that
consist of 7 investor’s KPI, 9 customer’s KPI, 9 employee’s
KPI, 4 community’s KPI, and 4 supplier’s KPI. By using
Objective Matrix (OMAX) and Traffic Light System method, 23
KPI were in green category, 5 KPI were classified as yellow
category and 5 KPI were in red category. Key Performance
Indicators (KPI) included in the yellow category were Total
asset turnover (I1b),Debt to equity (I1c), economic profitability
(I2b),frequency of goods promotion (C2c), and Improvement of
product innovation C3c). Key Performance Indicators (KPIs)
included in the red category were frequency of issuance and
evaluation of financial report (I1a), Current ratio
(I3a),percentage of employees who receive social security
guarantee fund (E1e), KPI frequency evaluation and job
review (E2a), and percentage of training and employee
development activities.
Keyword : Performance Measurement, Integrated
Performance Measurement System (IPMS), Key Performance
Indicator (KPI)
12
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas limpahan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “ Pengukuran
Kinerj dengan Metode Integrated Performance Measurement
System (IPMS) (Studi Kasus : Perusahaan Gizi Food Batu).
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada orang – orang dan
lembaga yang secara langsung maupun tidak langsung telah
memberikan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan
proposal ini, yatu :
1. Dr. Retno Astuti, STP, MT dan Mas’ud Effendi,
STP, MP selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis.
2. Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, STP, MP selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
3. Dr. Sucipto, STP, MP selaku ketua jurusan
Teknologi Industri Pertanian.
4. Manajer dan segenap karyawan Perusahaan Gizi
Food Batu yang telah memberikan bantuan dan
arahan dalam skripsi.
5. Kedua orang tua tercinta yang telah sangat banyak
memberikan doa dan dukungannya kepada penulis
baik secara moril maupun materil.
6. Adik Defa Bekti tercinta serta keluarga dan kerabat
yang senantiasa memberikan doa serta dukungan
semangat.
13
7. Sahabat serta rekan – rekan seperjuangan yang
tak henti memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan proposal skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan
saran diharapkan untuk penulisan laporan skripsi selanjutnya.
Malang, 07 Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
14
HALAMAN JUDUL .................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iii RIWAYAT HIDUP .................................................................... iv HALAMAN PERUNTUKAN ...................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................... vi RINGKASAN .......................................................................... vii SUMMARY ............................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 5 2.1 Keripik Kentang .............................................................. 5 2.2 Pengukuran Kinerja ........................................................ 5 2.3 Integrated Performance Measurement System (IPMS) ... 8
2.3.1 Tahapan IPMS .......................................................... 9 2.3.2 Komponen Utama IPMS ......................................... 11 2.3.3 Karakteristik IPMS .................................................. 15
2.4 Key Performance Indicator (KPI) .................................. 18 2.5 Analytical Hirrcy Process (AHP) ................................... 20
2.5.1 Formulasi Matematis ............................................... 22 2.5.2 Langkah Perhitungan AHP ...................................... 23
2.6 Objective Matrix (OMAX) .............................................. 25 2.7 Traffic Light System ...................................................... 28 2.8 Penelitian Terdahulu ..................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................. 32 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 32 3.2 Batasan Masalah .......................................................... 32
15
3.3Tahapan Penelitian ........................................................ 33 3.4 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ............. 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 44
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ..................................... 44 4.2 Pembobotan KPI .......................................................... 46
4.2.1 Pembobotan Stakeholder........................................ 47 4.2.2 Pembobotan antar Objective ................................... 49 4.2.3 Pembobotan antar KPI pada Setiap Objective ........ 54 4.2.4 Pembobotan antar KPI pada Setiap Stakeholder .... 59
4.3Target dan Pencapaian Perusahaan ............................. 63 4.4Scoring System dengan OMAX dan Traffic Light ........... 68 4.5 Analisa Hasil Pengkategorian KPI ................................ 71 4.6 Analisa Hasil Pengukuran Kinerja Perusahaan ............. 74 4.7 Implikasi Manajerial ...................................................... 82
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 93
5.1 Kesimpulan................................................................... 93 5.2 Saran............................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 95 LAMPIRAN ........................................................................... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Karaketeristik dari Model IPMS ................................ 17 Tabel 2.2Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan .......... 22 Tabel 2.3Nilai IndeksRandom (IR) .......................................... 25
16
Tabel 3.2Skala Penilaian Bobot .............................................. 41 Tabel 4.1Pembobotan antar Stakeholder ............................... 47 Tabel 4.2 Hasil dan Target Pencapaian Perusahaan .............. 64 Tabel 4.3Daftar Hasil Pengkategorin KPI ............................... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Skema Penilaian berdasarkan OMAX .................. 27 Gambar 3.2 Tahapan Penelitian ............................................. 34
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Kuesioner Stakeholder ....................................... 108 Lampiran 2Kuesioner Objective ........................................... 114
18
Lampiran 3Kuesioner KPI .................................................... 120 Lampiran 4Kuesioner Pembobotan ...................................... 126 Lampiran 5Proses Produksi ................................................. 144 Lampiran 6Pembobotan dengan Expert Choice ................... 145 Lampiran 7Struktur AHP ...................................................... 159 Lampiran 8Pembobotan antar Objective .............................. 162 Lampiran 9Pembobotan KPI ................................................ 163 Lampiran 10Pembobotan KPI antar Stakeholder ................. 165 Lampiran 11 Nilai Bobot Seluruh KPI ................................... 167 Lampiran 12 Rumus Total Asset Turnover, current ratio, debt
to equity, profit margin, gross profit margin on sales, rentabilitas ekonomi .............................. 169
Lampiran 13 Skema Penilaian Perusahaan Gizi Food Batu . 171
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan harus melakukan pengukuran kinerja
untuk mengetahui tingkat performansi kerja yang baik.
Pengukuran kinerja dilakukan karena semua perusahaan perlu
melakukan evaluasi terhadap performansi kerja. Peningkatan
kinerja dapat diketahui dengan tercapainya tujuan akhir
perusahaan yaitu menghasilkan laba yang berkesinambungan
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Maksimalisasi
motivasi personel dalam mencapai sasaran strategik
perusahaan inilah yang menjadi tujuan utama pengukuran
kinerja (Mulyadi, 2007).
Perusahaan Gizi Food adalah salah satu perusahaan
keripik kentang siap saji yang cukup terkenal di Kota Batu.
Kapasitas produksi perusahaan Gizi Food ini pada musim
hujan 100 – 200 kg per hari atau 3-6 ton per bulan. Pada
musim kemarau kapasitas produksi 400 – 500 kg per hari atau
12-15 ton per bulan. Perbedaan kapasitas ini disebabkan oleh
cuaca yang mempengaruhi proses pengeringan kentang.
Perusahaan Gizi Food mengutamakan proses produksi untuk
menunjang keberhasilan perusahaan dalam melayani
kebutuhan konsumen. Selama ini, pengukuran kinerja yang
pernah dilakukan oleh perusahaan Gizi Food adalah penilaian
prestasi kerja karyawan dan pemberian insentif berdasarkan
2
kompetensi. Perusahaan Gizi Food belum pernah melakukan
pengukuran kinerja secara menyeluruh sebelumnya yang
melibatkan stakeholder perusahaan yaitu investor, pelanggan,
supplier, karyawan dan masyarakat. Stakeholder merupakan
aset paling penting pada sebuah perusahaan.Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengukuran kinerja yang memperhatikan
kebutuhan – kebutuhan dari setiap stakeholder.
Dewasa ini terdapat beberapa pendekatan yang dapat
dipakai untuk mengukur kinerja perusahaan, misalnya BSC
dan IPMS. Balanced Score Card (BSC)adalah metode yang
melihat bisnis dalam empat perspektif yaitu customer
perspectives, internal perspectives, innovation dan learning
perspectives, dan financial perspectives (Ciptani, 2000).
Integrated Performance Measurement System (IPMS)
merupakan metode pengukuran kinerja yang bertujuan untuk
menggambarkan sistem pengukuran kinerja dalam arti yang
tepat, dalam bentuk integrasi, seefektif dan seefisien mungkin
(Maulidia, 2014). Metode IPMS adalah metode yang melihat
bisnis lebih lengkap karena menggunakan seluruh stakeholder
perspectivedibandingkan metode BSC.
Pada penelitian ini pengukuran kinerja dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Integrated Performance
Measurement Systems (IPMS). IPMS merupakan salah satu
metode pengukuran kinerja perusahaan yang memperhatikan
kebutuhan – kebutuhan dari setiap stakeholder (stakeholder
3
requirement), dan tetap memonitor posisi perusahaan
terhadap pesaingnya (external monitor). Penggunaan metode
Integrated Performance Measurement Systems ini
dikombinasikan dengan metode Analitical Hirarcy Process,
metode Objective matrix (OMAX) dan metode Traffic Light
System. Setelah integrasi antara metode IPMS, AHP, OMAX
dan Traffic Light System, dilakukan analisis terhadap
kebutuhan para stakeholder perusahaan agar dapat diketahui
key performance indicators yang menjadi prioritas untuk
ditingkatkan oleh pihak perusahaan (Alda, 2013). Pengukuran
kinerja dan implementasinya ini diharapkan dapat memberikan
perubahan positif bagii perusahaan Gizi Food, meningkatkan
kinerja perusahaan dan menjadikan perusahaan Gizi Food
sebagai salah satu perusahaan keripik kentang siap saji yang
unggul serta memberikan kepuasan tertinggi bagi konsumen
pada khususnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengukuran kinerja pada Perusahaan Gizi
Food Batu dengan menggunakan metode Integrated
Performance Measurement System (IPMS) ?
4
2. Bagaimana rekomendasi perbaikan yang dapat diterapkan
pada Perusahaan Gizi Food Batu berdasarkan metode
Integrated Performance Measurement System (IPMS) ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pengukuran kinerja Perusahaan Gizi Food Batu
dengan menggunakan metode Integrated Performance
Measurement System (IPMS).
2. Menghasilkan rekomendasi perbaikan yang dapat
diterapkan pada Perusahaan Gizi Food Batu berdasarkan
metode Integrated Performance Measurement System
(IPMS).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran dan informasi kepada perusahaan
tentang tingkat pencapaian kinerja perusahaan, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, pertimbangan,
dan pengendalian untuk perencanaan peningkatan dan
perbaikan kualitas manajemene perusahaan.
2. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai
pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk lebih
meningkatkan kualitas manajemen perusahaan.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keripik Kentang
Kentang (Solanu tuberosum L) merupakan salah satu
jenis sayuran subtropics yang terkenal di Indonesia. Daya tarik
sayuran ini terletak pada umbi kentang yang kayak karbohidrat
dan bernilai gizi tinggi. Di Indonesia kentang sudah dijadikan
bahan pangan alternative atau bahan karbohidrat subtitusi,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan
masyarakat Indonesia di samping beras (Gunarto,2003).
Menurut Astawan (2004), keripik kentang adalah suatu
makanan ringan yang sangat favorit karena rasanya yang
gurih serta teksturnya yang renyah. Yang dimaksud dengan
keripik kentng adalah irisan tipis – tipis kentang yang digoreng
secara deep fried di dalam media minyak. Di Amerika Utara
keripik kentang dikenal dengan nama potato chrips,
sedangkan di Negara – Negara selain Eropa, makanan ringan
ini lebih dikenal dengan potato chip daripada crips.
2.2.Pengukuran Kinerja
Menurut Wibowo (2008), kinerja berasal dari pengertian
performance. Adapun pengertian performance sebagai hasil
kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja
mempunyai makna luas, tidak hanya hasil kerja, tetapi
bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan
hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan tujuan
2
strategis organisasi, kepuasaan konsumen, dan memberikan
kontribusi pada ekonomi.
Simanjuntak (2005) menyatakan bahwa kinerja adalah
tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
Sedangkan kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian
hasil dalam rangka mewujudkan perusahaan. Kinerja
perusahaan dapat juga diartikan sebagai agregasi atau
akumulasi kinerja semua unit – unit organisasi, yang sama
dengan penjumlahan kinerja semua orang atau induvidu yang
bekerja di perusahaan tersebut. Sehingga kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu dukungan organisasi,
kemampuan manajemen dan kinerja setiap orang yang
bekerja di perusahaan tersebut.
Ukuran kinerja bisasebagai sesuatu yang penting yang
dapat mendeskripsikan tentang produk dan jasa kita serta
tentang proses bagaimana memproduksi produk dan jasa
tersebut. Ukuran kinerja adalah sebuah alat yang menolong
kita untuk mengerti, mengatur, dan mengembangkan apa
yang perusahaan kita sedang lakukan. Ukuran kinerja yang
efektif dapat memberitahu kita hal – hal sebagai berikut:
1. Seberapa baik yang sedang kita lakukan
2. Apakah kita sudah mencapai tujuan kita atau belum
3. Apakah pelanggan kita merasa puas atau
dipuaskan
3
4. Apakah proses kerja kita ada dalam control
hitungan yang tepat
5. Apakah ada perkembangan – perkembangan
terbaru yang perlu dilakukan
Hal – hal di atas yang dapat membantu manajemen
dalam mengambil keputusan yang tepat. Pengukuran kinerja
dikelompokkan menjadi enam kategori. Keenam kategori
tersebut adalah sebagai berikut (Artley, 2001):
1. Efektifitas
Karakteristik proses yang menujukkan tingkat
ketepatan proses output terhadap kebutuhan yang
akan dipenuhi.
2. Efisiensi
Karakteristik proses yang menunjukkan tingkat proses
produksi dalam menghasilkan output dengan biaya
yang minimum.
3. Kualitas
Tingkatan yang berhubungan dengan produk atau jasa
yang dapat memenuhi permintaan dan harapan dari
pelanggan.
4. Timeline
Mengukur apakah suatu pekerjaan dikerjaan dengan
benar dan tepat waktu. Perlu diciptakan suatu kriteria
untuk mendefinisikan waktu untuk satu unit kerja.
4
Kriteria ini biasanya berdasarkan permintaan dari
pelanggan.
5. Produktivitas
Nilai output dari proses dibagi dengan nilai – nilai input
yang digunakan.
6. Keamanan
Mengukur keseluruhan kesehatan dan lingkungan
kerja perusahaan.
2.3.Integrated Performance Measurement System (IPMS)
Metode IPMS dikembangkan oleh Centre of Strategis
Manufacturing University of Strachlyde, Glasgow (Suwignjo
dalam Suartika,2007) sebagai salah satu metode yang
digunakan dalam pengukuran kinerja. IPMS memiliki ciri – ciri
sebagai berikut :
1. Menyusun tugas dan aktivitas perusahaan sesuai
dengan tujuan kritis level atas.
2. Memberikan kendali bisnis pada semua bagian dalam
perusahaan, searah dengan strategi bisnis yang
dimiliki.
3. Melakukan program perbaikan yang searah dengan
strategi bisnis perusahaan.
Key Performance Indicator pada keempat level organisasi
diidentifikasi berdasarkan stakeholderrequirements, external
monitor, dan objectives. Proses perancangan sistem
5
pengukuran kinerja berdasarkan IPMS berlangsung top-
down,dari level bisnis ke aktivitas.Model IPMS harus mengikuti
tahapan – tahapan sebagai berikut: identifikasi stakeholder
dan requirement, melakukan External monitor (Bencmarking),
menetapkan objectives bisnis, mendefinisikan measures/KPI,
melakukan validasi KPI, dan menspesifikasikan KPI.
2.3.1 Tahapan Integrated Performance Measurement
System (IPMS)
Model IPMS membagi level bisnis suatu organisasi
menjadi 4 level dengan tahapan sebagai berikut
(Suartika,2007) :
1. Identifikasi Stakeholder Requirement
Pada tiap – tiap level bisnis (organisasi) harus
diketahui siapa saja stakeholdernya atau pihak – pihak
yang berkepentingan pada bisnis tersebut. Stakeholder
tersebut antara lain, pemegang saham, pemilik bisnis,
pegawai atau karyawan, konsumen atau pemasok, dan
masyarakat. Dalam IPMS dilakukan identifikasi
stakeholder kemudian diidentifikasi pula apa yang
menjadi keinginan dari tiap – tiap stakeholder terhadap
bisnis perusahaan.
2. Melakukan External Monitor
6
Perusahaan harus mengetahui posisinya terhadap
pesaingnya untuk mengetahui perkembangan
kebutuhan dari bisnis. Posisi persaingan dapat
ditunjukkan dengan kejelasan stakeholder requirement.
3. Menetapkan Objektif Bisnis
Penyusunan tujuan (objektif bisnis) harus didasarkan
pada keterlibatan dan prioritas perkembangan
kebutuhan bersamaan dengan target dan skala waktu
yang tepat. Tujuan seharusnya juga didasarkan pada
pemikiran sejumlah masukan, yaitu: permintaan
stakeholder, praktek dan performansi dimana
organisasi mampu mencapainya dengan berbagai
batasan yang ada disebut target realistis, tingkat
performansi dimana organisasi memiliki kemampuan
untuk mencapainya dengan menghilangkan berbagai
batasan yang ada dikatakan sebagai target potensial.
4. Performance Measurement
Suatu bisnis (organisasi) seharusnya memiliki
pengukuran performansi yang benar - benar
menunjukkan tingkat performansi yang dicapai, serta
mampu menunjukkan seberapa hasil pencapaian
tujuan pada tiap level.
Pengukuran kinerja dari suatu perusahaan
adalah suatu hal penting yang perlu dilakukan,
sehingga perusahaan dapat mengetahui sejauh mana
7
pencapaian tujuannya. Pengukuran performansi untuk
setiap bisnis memiliki perbedaan, oleh sebab itu
diperlukan kejelian dan pemahaman yang baik agar
diperoleh pengukuran performansi yang benar. Untuk
memperoleh ukuran performansi atau KPI yang benar
perlu dilakukan validasi terhadap KPI yang dibuat.
Kemudian apabila KPI tersebut sudah valid, maka KPI
dispesifikasikan untuk memudahkan dalam proses
pengukurannya.
2.3.2 Komponen Utama IPMS
IPMS merupakan suatu sistem pengukuran kinerja yang
dibuat berdasarkan analisis yang mengintegrasikan komponen
– komponen berikut (Saaty,2008):
1. Key Business Process
Rahasia untuk melakukan kinerja yang sukses adalah
dengan melakukan identifikasi sejelas – jelasnya
bagian – bagian dari perusahaan yang mempunyai
pengaruh paling besar pada kesuksesan untuk
mencapai sasaran.
2. Stakeholder Needs
Stakeholder menunjuk pada orang – orang yang
mempunyai peranan pada kesuksesan sebuah
perusahaan atau unit perusahaan di masa mendatang.
Sangat penting sekali untuk mempunyai sebuah ide
8
yang jelas mengenai siapa orang – orang tersebut dan
apa yang menjadi harapan dan kebutuhan mereka.
Sudut pandang dan semua harapan – harapan mereka
seharusnya dipertimbangkan dalam mengembangkan
sasaran – sasaran dan tujuan – tujuan strategis. Jika
mereka mempunyai peranan pada output dari sebuah
proses maka mereka juga mempunyai peranan pada
input sebuah proses. Para stakeholder adalah sebagai
berikut :
a. Para pelanggan
b. Para pemilik perusahaan atau pemilik modal
c. Para karyawan
d. Para suppliers
e. Masyarakat atau komunitas yang lebih luas
3. Senior Manager Involvement
Di sebuah perusahaan, inisiatif ukuran kinerja
diperkenalkan secara alami dan diperjuangkan serta
dipromosikan secara terus – menerus oleh para top
eksekutif. Komitmen kepemimpinan pada
pengembangan dan penggunaan ukuran kinerja
merupakan suatu unsur kritis dalam sebuah
keberhasilan suatu sistem ukuran kinerja.
Tanggung jawab para manajemen senior adalah
untuk mengimplementasikan rencana strategis yang
mereka punya untuk dikembangkan. Jadi mereka
9
harus dilibatkan secara aktif dan berhak secara
langsung pada permulaan pengembangan proses
ukuran kinerja dengan memformulasikan dan
mengkomunikasikan strategi dengan melengkapi input
pada berbagai ukuran kritis.
4. Employee involvement
Menurut (Artley, 2001) Ketika mengembangkan
suatu sistem pengukuran kinerja, jangan lupa untuk
melibatkan para karyawan dalam proses. Karena
mereka adalah orang – orang yang memberikan
sumbangan secara langsung pada input, output,
outcome, kinerja, proses dan setiap aspek lainnya
pada operasional perusahaan. Keterlibatan karyawan
adalah salah satu langkah terbaik untuk menciptakan
budaya positif yang menghidupkan pengukuran kinerja
tersebut. Ketika para karyawan memberi input kedalam
sebuah tahap mengenai penciptaan sebuah sistem
ukuran kinerja, investasi ke depan sudah ada dan
menjadi bagian dari proses. Tahapan dan pemberian
waktu mengenai keterlibatan karyawan seharusnya
dikaitkan khusus berdasarkan ukuran dan struktur
perusahaan.
5. Accountability for measure
Ketika merancang suatu sistem pengukuran kinerja,
ada beberapa hal yang perlu untuk diingat:
10
a. Setiap pengukuran kinerja perlu mempunyai
seseorang yang bertanggung jawab pada
pengukuran tersebut.
b. Para karyawan perlu untuk mengetahui
bagaimana pengukuran yang dapat
dipertanggung jawabkan berhubungan dengan
kesuksesan dan kegagalan sebuah
perusahaan.
c. Para karyawan harus diberi sumber daya yang
memadai untuk melakukan pekerjaan yang
bertanggung jawab.
d. Kinerja yang bagus perlu dihargai dan
sebaliknya kinerja yang buruk perlu diberi
penalty.
6. A Conceptual framework
Sebuah kerangka kinerja yang terencana membantu
dalam memutuskan apa yang telah diukur.
7. Communication
Komunikasi merupakan hal penting untuk merancang
dan mempertahankan sebuah sistem pengukuran
kinerja. Beberapa media komunikasi yang bisa
dimanfaatkan dalam perusahaan antara lain :
a. Interaktif, beberapa kelompok orientasi
(pertemuan – pertemuan satu kota, pertemuan
bisnis yang berkembang dan kelompok fokus).
11
b. Beberapa bentuk variasi dari media cetak (surat
kabar, laporan – laporan dan publikasi).
c. Teknologi komputer terkini (email, video
konferensi, dan sistem intranet dan internet
yang on-line).
d. Alat –alat lainnya yang dapat dilihat, seperti
tabel – tabel perkembangan yang sesuai
dengan area kerja.
8. A sense of Urgency
Komitmen dari pihak top manajemen hingga ke level
teknik operasional sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan IPMS ini.
2.3.3 Karakteristik Integrated Performance Measurement
System (IPMS)
Dalam membedakan suatu sistem pengukuran kerja baru,
dapat digunakan 13 karakteristik (Suwignjo,2000) sebagai
berikut:
1. Framework, langkah – langkah yang dipergunakan untuk
mengidentifikasikan indikator kinerja
2. Starting Point, level tertinggi yang digunakan untuk
menentukan indikator – indikator yang diperlukan.
3. Control/Improvement, ukuran yang dipergunakansebagai
indikator pengendalian, indikator perbaikan atau keduanya.
12
4. Prioritisation,proses untuk menentukan bobot tiap indikator
kinerja.
5. Relate to Strategy/Objective, apakah mode secara
langsung menunjukkan hubungan indikator kinerja dengan
strategi/tujuan.
6. Deployment ,proses menerjemahkan indikator level yang
lebih tinggi ke indikator level di bawahnya.
7. Levels of Organization, model mengidentifikasikan
perbedaan level bisnis induk, unit bisnis, proses bisnis dan
aktivitas.
8. Stated Specific Objective, terdapat tujuan spesifik dari
model.
9. Review, model memberikan aturan bahwa indikator harus
di-review secara periodik..
10. External Monitor, model dibuat untuk melakukan external
monitor.
11. Timely Feedback, model memberikan timely feedback.
12. Integration, model menghasilkan indikator yang terintegrasi
dan koheren.
13. Interaction, dalam model terdapat interaksi antara faktor –
faktor yang mempengaruhi kinerja
13
Karakteristik dari Model Integrated Performance
Measurement System dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Model: Integrated Performance Measurement System
Framework Ya
Starting point Stakeholder requirements dan
external monitor
Control/improvement Keduanya
Prioritisation Ya
Relate to
strategy/objectives
Berhubungan dengan
objectives
Deployment
procedures
Ya
Levels of organization Ya
Stated specific
objectives
Mengarahkan tugas –
tugas dan aktivitas
penting dengan tujuan
level atas
Memberikan fasilitas
kontrol
Memberikan perbaikan
Memaksimalkan
perbaikan
Review Ya
External monitor Ya
Timely feedback Not explicity stated
Integration Ya
Interaction Ya
Tabel 2.1 Karakteristik dari Model IPMS
Sumber : Suwignjo (2000)
14
2.4. Key Performance Indicator (KPI)
Key Performance Indicator (KPI) menyajikan serangkaian
ukuran yang berfokus pada aspek – aspek kinerja organisasi
yang paling penting untuk keberhasilan organisasi saat ini dan
waktu yang akan datang (Parmenter,2010).
Menurut Asropi (2007) KPI pada dasarnya adalah bagian
dari Performance Indicators atau indikator kerja organisasi.
Keunggulan KPI dibandingkan dengan indikator – indikator
kinerja lainnya adalah bahwa KPI merupakan indikator kunci
yang yang benar – benar mampu mempresentasikan kinerja
organisasi secara keseluruhan. Jumlah indikator kinerja yang
dipilih sebagai KPI ini biasanya tidak banyak, namun demikian
hasil pengukuran melalui indikator tersebut dapat digunakan
untuk menilai tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
KPI dapat berbentuk ukuran kuantitatif maupun kualitatif.
Namun demikian, dalam praktek penyusunan KPI oleh
berbagai organisasi public dan private, sebagian besar KPI
berupa ukuran kuantitatif. Hal ini dikarenakan ukuran
kuantitatif relatif lebih mudah digunakan dalam proses
penggalian data maupun pada saat pengukuran dan evaluasi.
Sedangkan untuk ukuran kualitatif, biasanya memerlukan
15
survey atau kegiatan penelitian sebagai upaya untuk
memperoleh data kinerja yang diperlukan. Proses penggalian
data untuk ukuran kualitatif ini seringkali memerlukan waktu
dan biaya yang tidak sedikit.
Pemilihan terhadap bentuk KPI, apakah kuantitatif atau
kualitatif, tergantung pada kebutuhan dan karakter organisasi.
Tidak dapat dipaksakan bahwa semua KPI harus kualitatif
atau harus kuantitatif. Adapun pertimbangan utama yang
harus menjadi dasar dalam pemilihan KPI adalah bahwa
indikator tersebut dapat diukur (measurable). Hal ini berarti
bahwa untuk setiap KPI baik ukuran kualitatif maupun
kuantitatif sudah tersedia informasi tentang jenis data – data
yang akan digali, sumber data, dan cara mendapatkan data
tersebut.
Selain kriteria “measurable” tersebut, menurut (Suartika,
2007) KPI juga harus memiliki sejumlah criteria lain. Kriteria
tersebut meliputi:
1. Clear: KPI terdefinisikan secara jelas dan tidak
memiliki makna ganda.
2. Relevant: mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau
menangani aspek – aspek objektiv yang relevan.
3. Economic: data/informasi yang diperlukan akan dapat
dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang
tersedia.
16
4. Adequate: oleh dirinya sendiri atau melalui kombinasi
dengan yang lain, pengukuran harus menyediakan
dasar yang mencukupi untuk menaksir kinerja.
5. Monitorable : dalam rangka kejelasan dan
ketersediaan informasi, indikator harus dapat diterima
bagi penilai atau evaluator kinerja yang independent.
Kriteria – kriteria tersebut di atas adalah alat bantu yang
efektif untuk memilih KPI. Indikator kinerja yang memenuhi
kriteria tersebut, sudah barang tentu akan menjadi alat ukur
yang memadai untuk mengukur perkembangan pencapaian
tujuan organisasi. Adapun indikator kinerja yang tidak
memenuhi keseluruhan kriteria yang tidak memenuhi
keseluruhan kriteria tersebut, lebih baik tidak dijadikan KPI
bahkan tidak perlu digunakan sebagai indikator kinerja.
2.5. Analytical Hirarcy Process (AHP)
Analytical Hirarcy Process merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam pembobotan KPI. AHP adalah salah
satu bentuk model pengambilan keputusan dengan multiple
criteria. Salah satu kehandalan AHP adalah dapat melakukan
analisis secara simultan dan terintegrasi antara parameter –
parameter yang kualitatif bahkan yang kuantitatif. Konsep
metode AHP adalah merubah nilai – nilai kualitatif menjadi
nilai kuantitatif, sehingga keputusan – keputusan yang diambil
bisa lebih objektif.
17
AHP dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton
School of Business pada tahun 1970-an untuk
mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki
alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah
metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan
tidak terstruktur kedalam kelompoknya, mengatur kelompok-
kelompok tersebut kedalam suatu susunan hierarki,
memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi
manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya
dengan suatu sintesis ditentukan elemen yang mempunyai
prioritas tertinggi (Tominanto, 2012).
AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan
yang komplek atau rumit dalam situasi yang tidak terstruktur
menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau
variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hirarki, kemudian
memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif terhadap
kepentingan relatif dari setiap variabel dan mensintesis
penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi
yang akan mempengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut.
AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi
dengan cara yang logis dan dipengaruhi imajinasi,
pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari
suatu masalah yang berdasarkan logika, intuisi dan juga
pengalaman untuk memberikan pertimbangan. AHP
merupakan suatu proses mengidentifikasi, dan memberikan
18
perkiraan interaksi sistem secara keseluruhan (Widyantoro,
2012).
2.5.1 Formulasi Matematis AHP
Formulasimatematis AHP dilakukan dengan
menggunakan suatu matrik. Misalkan dalam suatu sub sistem
operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen- elemen A1,
A2,A3………….An, maka hasil perbandingan secara
berpasangan elemen – elemen operasi akan membentuk
matrik perbandingan. Skala nilai perbandingan berpasangan
menurut Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Saaty, 2008).
19
Tabel 2.2 Skala Nilai Perbandingan Berpasangan
Sumber: Saaty (2008)
2.5.2 Langkah Perhitungan AHP
Secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat
diringkas dalam penjelasan berikut ini (Saaty,2008):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang
diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan
umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria
Intensitas
Kepentingan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya
Dua elemen memiliki pengaruh yang
sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu
sedikit lebih penting
daripada elemen
yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibanding
elemen lainnya
5 Elemen yang satu
lebih penting
daripada elemen
yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat
menyokong satu elemen dibanding
elemen yang satunya
7 Satu elemen jelas
lebih mutlak penting
daripada elemen
lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
9 Satu elemen mutlak
penting daripada
elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen yang lan memiliki tingkat
penegasan tertinggi nyang mungkin
menguatkan
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua
pertimbangan nilai
yang berdekatan
Nilai ini diberikan jika ada kompromi
antara dua pilihan
Kebalikan
(1/3, 1/5, ….)
Jika untuk aktivasi i mendapatkan satu angka dibanding dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding
dengan i
20
dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkat kriteria
yang paling bawah.
3. Membuat matrik berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap
masing-masing tujuan atau kriteria yang setigkat di
atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
“judgement” dari pengambilan keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen
lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2]
buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang
dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika
tidak konsisten maka pengambilan data dikurangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4, 5 untuk seluruh nilai hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap
elemen. Langkah ini untuk mensintesa penilaian dalam
penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai mencapai tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai Consistency
Index (CI) lebih dari 10% , maka penilaian data judgment
harus diperbaiki. Jika Rasio Konsistensi (CR) kurang atau
sama dengan 0.1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan
21
benar. Consistency Index (CI) dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Saaty, 2008):
CI =
(2-1)
Keterangan:
: Nilai maksimum dari nilai eigen matrik yang
bersangkutan
n : Jumlah elemen yang dibandingkan
Nilai CI tidak akan berarti jika tidak terdapat patokan
untuk menyatakan apakah CI menunjukkan suatu matrik yang
konsisten. Suatu matrik yang dihasilkan dari
perbandinganyang dilakukan secara acak merupakan suatu
matrik yang mutlak tidak konsistem yang disebut Random
Index (RI).
Dengan membandingkan CI dan RI maka diperoleh
patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matrik
yang disebut Consistency Ratio (CR), yang dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut (Saaty, 2008):
CR =
(2-2)
Keterangan:
RI : Random Index
22
Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat
diterima jika nilai rasio inkonsistensi (CR) ≤ 0,1. Jika nilai
Consistency Index (CI) > 0,1 , berarti penilaian mungkin
dilakukan secara random dan perlu direvisi (Saaty, 2008). Nilai
indeks random (RI) dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Ukuran
matriks
1,2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Sumber : Saaty (2008)
2.6 Objectives Matrix (OMAX)
OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke
dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu
sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan,
mulai dari bawahan sampai atasan. Kebaikan model OMAX
dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain
(Thahjo, 2008) :
1. Relatif sederhana dan mudah dipahami
2. Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian
khusus
3. Datanya mudah diperoleh
4. Lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi
Skema OMAX dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu:
1. Pendefinisian (Defining)
Pada tahap pendefinisian ini ditentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja perusahaan.Performance
23
merupakan hasil pencapaian dari kinerja perusahaan dari
tiap KPI.
2. Pengukuran (Quantifying)
Pada tahap pengukuran ini ditentukan pembagian level
dari pencapaian kinerja, level ini terdiri dari 10 level
dengan level 10 sebagai level tertinggi hingga level
terendah (0). Level 10 menunjukkan level pencapaian
tertinggi atas target yang ditetapkan perusahaan. Level 3
menunjukkan tingkat pencapaian awal atau pencapaian
kinerja perusahaan sebelumnya.Sedangkan di bawah
level 3 adalah pencapaian perusahaan yang lebih buruk
selama perusahaan beroperasi.
3. Pencatatan (Monitoring)
Pada tahap ini dilakukan pengisian pada level, weight dan
value.Level diisi sesuai posisi level pencapaian KPI yang
sudah ditentukan pada tahap pengukuran. Weight diisi
sesuai bobot dari masing-masing KPI. Sedangkan Value
diisi berdasarkan hasil pengalian antara basis level
dengan bobot masing-masing KPI. Skema penilaian
berdasarkan OMAX dapat dilihat pada Gambar 2.1.
KPI no.
Performance
Level 10
24
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Level
Weight
Value
Index
Gambar 2.1 Skema penilaian berdasarkan metode OMAX
Sumber : Thahjo (2008)
2.7 Traffic Light System
Traffic Light System berhubungan erat dengan scoring
system.Traffic Light System berfungsi sebagai tanda apakah
score KPI memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator
dari Traffic Light System ini direpresentasikan dengan
beberapa warna berikut (Kariyono dalam Mukhtarom, 2010):
1. Warna hijau, achievement dari suatu indikator kinerja
sudah tercapai.
25
2. Warna kuning, achievement dari suatu indikator kinerja
belum tercapai meskipun nilai sudah mendekati target.
Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya
berbagai macam kemungkinan.
3. Warna merah, achievement dari suatu indikator kinerja
benar-benar di bawah target yang telah ditetapkan dan
memerlukan perbaikan dengan segera.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah diteliti oleh Laitinen (2002) berjudul
A dynamic Performance Measurement System: Evidence from
Small Finnish Technology Companies. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menyajikan dinamika baru dari metode IPMS
(Integrated Performance Measurement System) berdasarkan
pandangan manajerial untuk mengetahui bukti empiris awal
tentang pentingnya pengukuran kinerja di perusahaan
teknologi kecil di Finlandia yang menggunakan metode IPMS .
Sistem IPMS mencakup seperangkat faktor yang relevan yang
dapat membentuk integrasi sistem manajerial pengukuran
kinerja. IPMS terdiri dari faktor – faktor yang diklasifikasikan
menjadi dua faktor yaitu faktor eksternal (kinerja, keuangan
dan stakeholder) dan faktor internal (biaya, produksi, kegiatan,
produk dan pendapatan). IPMS juga digunakan sebagai
kerangka kerja pada 93 perusahaan teknologi kecil di
Finlandia. Perusahaan – perusahaan ini menekankan pada
26
pentingnya motivasi karyawan (faktor produksi dimensi),
kepuasan pelanggan (produk), keuntungan (pendapatan),
struktur profitabilitas, likuiditas dan modal (keuangan) dalam
pengukuran kinerja. Analisis faktor digunakan untuk
mengklasifikasikan perusahaan menjadi tiga kelompok
berdasarkan pengukuran kinerja.
Penelitian telah dilakukan dalam pengukuran kinerja oleh
Ayu (2010) berjudul “Penerapan Balanced Scorecard untuk
Mengukur Kinerja Rumah Sakit” dengan studi kasus di RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kinerja RSUD Dr. Saiful Anwar Malang secara
komprehensif, penelitian dilakukan dengan menggunakan
perhitungan OMAX dan Traffic Light System, hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa belum semua perspektif
customer, perspektif proses bisnis internal dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran memenuhi target yang
diharapkan sehingga masih ada beberapa aspek yang harus
diperbaiki. Dari 53 KPI yang ada, KPI yang masuk kategori
hijau sebanyak 34 KPI, 17 KPI masuk kategori kuning dan 2
KPI masuk dalam kategori merah.
Adapun penelitian lain yang sebelumnya telah dilakukan
oleh Winarni (2012) mengenai perancangan sistem
pengukuran kinerja perusahaan dengan metode performance
prismdengan studi kasus di PT Mondrian. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengukuran kinerja PT Mondrian,
27
penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
performance prism. Dalam penelitian ini, diperoleh 39 KPI
yang meliputi 6 KPI investor, 6 KPI untuk pelanggan, 7 KPI
karyawan, 8 KPI pemasok, 6 KPI pemerintah dan 6 KPI untuk
masyarakat. Dari hasil implementasi sistem pengukuran
kinerja dengan proses scoring system menggunakan metode
OMAX menunjukkan nilai current performance indicator yang
telah dicapai oleh perusahaan sebesar 7,528. Dalam
penelitian ini digunakan metode Integrated Performance
Measurement System. Perbedaan antara metode ini dengan
metode Balanced Scorecard terletak pada perspektif yang
digunakan. Metode Balanced Scorecard menggunakan empat
perspektif dengan titik awal strategi sebagai dasar
perancangannya, sedangkan metode IPMS menjadikan
keinginan stakeholder menjadi titik awal dalam melakukan
perancangan sistem pengukuran kinerjanya. Stakeholder tidak
berarti hanya pemegang saham (shareholder), tetapi
stakeholder juga berarti beberapa pihak yang memiliki
kepentingan atau dipentingkan oleh organisasi seperti
konsumen, karyawan, dan lain – lain. Perbedaan antara
metode IPMS dan metode Performance Prism adalah pada
metode IPMS dilakukan pemonitoran posisi perusahaan
dengan pesaingnya.
1
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perusahaan Gizi Food di Kota
Batu pada bulan September 2016 hingga selesai, sedangkan
pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan
Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
3.2 Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengukuran kinerja dilakukan pada periode kerja tahun
2015-2016, dan Januari 2015 sebagai periode dasar.
2. Key Performance Indicators yang memerlukan perbaikan
dibatasi hanya pada Key performance indicators yang
berada pada level yang jelek.
3. Tahapan External Monitor tidak dilakukan pada
Perusahaan Gizi Food Batu.
Asumsi dalam penelitian ini adalah aktivitas bisnis
perusahaan Gizi Food Batu normal dan tidak ada hal – hal
mengganggu aktivitas manajemen serta operasional
perusahaan.
2
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian merupakan suatu proses yang terdiri
dari tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya,
sehingga penelitian dapat terarah dan mempermudah dalam
melakukan pemecahan masalah. Tahapan penelitian
dilakukan berdasarkan diagram rencana penelitian seperti
pada Gambar 3.1 . Secara lebih terperinci tahapan penelitian
adalah sebagai berikut studi lapangan, studi literature,
identifikasi masalah, perumusan masalah, penetapan tujuan
penelitian,identifikasi stakeholder, identifikasi stakeholder
requirement,penyusunan objectives, identifikasi KPI,
penyusunan kuesioner, pengisian kuesioner, pembobotan KPI
dengan AHP, scoring system dengan OMAX dan traffic Light
system, analisis dan pembahasan, rekomendasi perbaikan,
kesimpulan dan saran.
3
Gambar3.1. Tahapan Penelitian
Identifikasi Stakeholder Requirement: 1.Investor 2.Customer 3.Employee 4.Masyarakat 5. Supplier
Penyusunan Objectives
Identifikasi KPI
Pembobotan KPI dengan AHP
Scoring system dengan OMAX dan Traffic
Light System
Analisis dan pembahasan
Rekomendasi Perbaikan
Kesimpulan dan saran
Selesai
Mulai
Studi lapangan Studi lliteratur
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Penetapan tujuan penelitian
Identifikasi Stakeholder
Penyusunan Kuesioner
Pengisian Kuesioner
4
3.4 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pihak pertama atau yang terlibat langsung dengan
permasalahan yang akan dibahas. Data yang digunakan
adalah data yang diperoleh dari responden yang mengisi
kuesioner dan data dari hasil wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam
bentuk yang telah jadi, telah dikumpulkan, dan diolah oleh
pihak lain yang tidak terlibat langsung dengan permasalahan
yang akan dibahas. Data sekunder dalam penelitian ini
didapatkan dari buku-buku, jurnal, artikel, internet, dan skripsi-
skripsi terdahulu.
Metode Pengumpulan Data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara dalam mengumpulkan
informasi dengan bertanya langsung kepada pihak-pihak
terkait yang berhubungan pada obyek yang akan diteliti di
perusahaan Gizi Food Batu.
2. Dokumentasi
5
Dokumentasi perusahaan merupakan metode
pengumpulan data yang berasal dari arsip, dokumen atau
catatan yang dimiliki oleh perusahaan. Dokumen ini digunakan
untuk mengetahui tinjauan umum perusahaan.
3. Kuesioner
Data dikumpulkan dengan cara menyebar angket yang
berisi daftar pertanyaan untuk mendukung data lainnya.
Kuisioner yang disebar tentang metode Integrated
Performance Measurement System yang kemudian diberikan
pada pihak yang benar-benar mengerti seluk-beluk
perusahaan Gizi Food Batu.
1.Studi Lapangan
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan
observasi langsung di perusahaan Gizi Food Batu untuk
mendapatkan gambaran dari kondisi sebenarnya obyek yang
akan diteliti. Hal ini akan bermanfaat bagi peneliti karena
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek
penelitiannya.
2.Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi dan
teori-teori penunjang yang berkenaan denagn penelitian ini
seperti teori mengenai Integrated Performance Measurement
System, AHP, dan lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pustaka, baik
6
berupa referensi buku, literatur maupun jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi, yaitu bagaimana pengukuran
kinerja pada Perusahaan Gizi Food Batu dan bagaimana
rekomendasi perbaikan yang dapat diterapkan pada
perusahaan.
4. Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Penelitian
Setelah mengidentifikasi masalah, tahap selanjutnya
adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah merupakan
rincian dari permasalahan yang dikaji serta menunjukkan
tujuan dari persoalan yang dikemukakan. Berdasarkan
perumusan masalah tersebut, maka dapat ditentukan tujuan
penelitian ini adalah melakukan pengukuran kinerja
Perusahaan Gizi Food, menghasilkan rekomendasi perbaikan
yang dapat diterapkan pada Perusahaan Gizi Food Batu, dan
menentukan tingkat pencapaian kinerja pada Perusahaan Gizi
Food .
5. Identifikasi Stakeholder
Definisi stakeholder adalah pihak – pihak yang
berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan perusahaan dan menjadi penggerak serta menjamin
keberadaan suatu perusahaan. Stakeholder perusahaan ini
7
meliputi investor, customer, employee, supplier dan
masyarakat.
6. Identifikasi stakeholder requirement
Pengidentifikasian ini dilakukan melalui diskusi dengan
pihak manajemen dari perusahaan, untuk mengetahui data
tentang kebutuhan dan keinginan dari masing – masing
stakeholder seperti investor, customer, employee, supplier
dan masyarakat.
7. Penyusunan Objectives
Objectives yang mewakili masing – masing
stakeholderrequirement disusun setelah dilakukan identifikasi
stakeholder requirement. Penetapan Objective ditentukan
berdasarkanpenggolongan stakeholderrequirement yang
memiliki kemiripan serta melakukan diskusi dengan pihak
perusahaan dan beberapa aspek yang penting ang sesuai
dengan visi dan misi perusahaan.
8. Identifikasi KPI (Key Performance Indicator)
KPI tiap-tiap stakeholder requirement merepresentasikan
indikator kinerja keberhasilan sistem perusahaan. KPI menjadi
tolak ukur pencapaian terhadap strategic objectives yang telah
dirumuskan. Penentuan KPI ini dilakukan melalui diskusi
dengan pihak yang berkompeten yang benar-benar
memahami objectives dari perusahaan Gizi Food Batu.
8
9. Penyusunan Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang
pengukuran kinerja pada perusahaan Gizi Food Batu.
Kuesioner ini disusun berdasarkan metode Integrated
Performance Measurement System (IPMS). Responden yang
diberi kuesioner ini adalah responden pakar yaitu manajer
perusahaan. Kuesioner yang akan dianalisa terdiri dari
beberapa pertanyaan yang dibagi dalam beberapa bagian,
yaitu :
a. Kuesioner Stakeholder requirement yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang kebutuhan dan
keinginan dari masing – masing stakeholder seperti
investor, customer, employee, supplier dan
masyarakat. Penilaian dilakukan oleh responden
dengan memverifikasi persetujuan pada setiap
requirement yang sudah dapat mewakili stakeholder.
Kuesioner ini ditunjukkan pada Lampiran 1.
b. Kuesioner Objective, digunakan untuk mengidentifikasi
apakah masing – masing rancangan objective yang
mewakili masing – masing stakeholder requirement ini
sudah sesuai dan tepat untuk dijadikan objective
requirement dari stakeholder. Penilaian dilakukan oleh
responden dengan memverifikasi persetujuan pada
setiap objectives dari stakeholder. Kuesioner objective
9
akan diisi oleh pihak manajer perusahaan Gizi Food
Batu.
c. Kuesioner Key Performance Indicator (KPI), digunakan
untuk mengidentifikasi apakah masing – masing KPI
sudah cukup efektif dan tepat untuk dijadikan indikator
kerja dalam pengukuran kinerja perusahaan Gizi Food
Batu. Penilaian dilakukan oleh responden dengan
memverifikasi persetujuan pada KPI.
d. Kuesioner pembobotan, digunakan untuk mengetahui
bobot kepentingan masing – masing
stakeholder ,objectives dan bobot kepentingan masing
– masing Key Performance Indicator (KPI) dari
pengukuran kinerja yang dilakukan pada perusahaan
Gizi Food Batu. Kuesioner akan diisi oleh manajer dari
perusahaan Gizi Food Batu. Skala nilai yang
digunakan untuk penilaian bobot kepentingan ini
ditunjukkan pada Tabel 3.2.
10
Tabel 3.2Skala Penilaian Bobot
Tingkat
Kepentingan
Definisi
1 (sama) Kedua elemen sama penting
3 (lemah) Satu elemen sedikit lebih penting
daripada elemen yang lain
5 (kuat) Satu elemen sesungguhnya lebih
penting dari elemen yang lain
7 (sangat kuat) Satu elemen jauh lebih penting dari
elemen yang lain
9 (mutlak kuat) Satu elemen mutlak lebih penting
daripada elemen yang lain
2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian
yang berdampingan
10. Pengisian kuesioner
Kuesioner diisi oleh pihak dari perusahaan yang
mengetahui seluk beluk perusahaan, sehingga didapatkan
hasil yang valid sesuai dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan.
11. Pembobotan KPI dengan AHP
Pembobotan ini dilakukan berdasarkan pendekatan
Analitical Hierarcy Process (AHP) untuk masing-masing KPI
yang telah didapatkan.Pembobotan tidak hanya dilakukan
antar KPI, namun dilakukan pula untuk stakeholder dan
objectives. Pembobotan diolah menggunakan software Expert
11
Choice. Bobot yang didapatkan haruslah konsisten, dengan
syarat inconsistency ratio harus kurang dari atau sama
dengan 0,1.
12. Scoring system dengan OMAX dan Traffic Light
System
Pada tahap ini, scoring system dilakukan dengan
menggunakan metode OMAX yang dibuat bersama-sama
dengan Traffic Light System. Traffic Light System berguna
untuk memberikan rambu-rambu atau tanda, nilai score KPI
tersebut perlu perbaikan (improvement) atau tidak. Adapun
Traffic Light System dibuat menggunakan tiga warna yaitu:
a. Warna merah : score tidak mencapai target atau di
bawah target
b. Warna kuning : score yang dicapai perlu ditingkatkan
c. Warna hijau : score yang didapat telah sesuai target
Setelah Traffic Light System ditentukan, kemudian dilakukan
pengukuran untuk menghitung score masing-masing KPI
berdasarkan target dan pencapaiannya.
13.Analisis dan Pembahasan
Pada tahap ini akan dianalisis dan dibahas hasil
pengolahan data hingga tahap rekomendasi perbaikan yang
telah diberikan di perusahaan Gizi Food Batu. Pada tahap
pembahasan ini menjelaskan rencana jangka pendek yang
bisa dilakukan oleh perusahaan untuk prioritas rekomendasi
12
yang bisa diterapkan nantinya. Tahap ini meliputi analisa dari
perancangan dan hasil pengukran kinerja sistem dengan
menggunakan IPMS, serta diberikan penjelasan mengenai
hasil dari pencapaian perusahaan Gizi Food Batu berdasarkan
klasifikasi Traffic Light System.
1. Rekomendasi perbaikan
Rekomendasi perbaikan dilakukan terhadap indikator
yang masih memerlukan perbaikan. Rekomendasi ini
dilakukan berdasarkan analisis dari hasil KPI berupa tindakan
perbaikan yang dapat diimplementasikan pada perusahaan
2. Kesimpulan dan saran
Tahap ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh
dari hasil pengumpulan, pengolahan, dan analisa data yang
menjawab tujuan penelitian yang ditetapkan.Saran diberikan
sebagai sarana perbaikan kinerja dari perusahaan Gizi Food
Batu dan penelitian selanjutnya.
1
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan Gizi Food Batu adalah salah satu UKM yang
memproduksi keripik kentang di kota Batu tepatnya di Jalan
Raya Bukit Berbunga No. 55 Desa Sidomulyo Kecamatan
Bumiaji Kabupaten Batu. Pemilik sekaligus pendiri perusahaan
adalah Ibu Hj. Kasiyati Khotob. Perusahaan ini pada awalnya
hanya memasok kentang mentah ke perusahaan keripik
kentang dan pasar tradisional di beberapa daerah seperti
Jawa, Kalimantan, dan Sumbawa. Perusahaan Gizi Food Batu
pada tahun 2001 memproduksi keripik kentang sendiri dan
tidak lagi menjadi pemasok kentang mentah. Kemudian telah
memperoleh ijin usaha dengan No Dep Kes RI P-IRT No
21535790 4008 pada tahun 2002. Perusahaan Gizi Food Batu
pada tahun 2002 membuka outlet sendiri untuk menjual
produk keripik kentangnya dan hingga saat ini outlet tersebut
tidak hanya menjual produk Perusahaan Gizi Food Batu
namun juga produk – produk dari perusahaan lain. Selain
menjual produk keripik kentang di outlet sendiri, Perusahaan
Gizi Food Batu juga telah memasarkan produknya ke
beberapa daerah lain seperti malang, Bandung dan Jakarta.
Perusahaan memproduksi keripik kentang dengan 5 jenis
ukuran yaitu 40 g, 65 g, 115 g, 250 g, dan 350 g. Perusahaan
Gizi Food Batu memiliki kapasitas produksi sebesar 300 – 400
2
kg kentang mentah per hari. Proses produksi yang dilakukan
masih sangat sederhana dan tidak ada mesin khusus yang
digunakan dalam proses pengolahan keripik kentang. Hampir
semua proses dilakukan dengan tenaga manusia dan bantuan
beberapa peralatan yang masih sederhana, seperti proses
penggorengan hanya digoreng di atas wajan pada kompor,
proses pengeringan hanya menggunakan sinar matahari
sehingga bergantung pada cuaca yang berlangsung dan
pengemasan juga masih menggunakan mesin semi otomatis
yaitu heandsealer. Proses produksi keripik kentang dapat
dilihat selengkapnya pada Lampiran 5.
Tenaga kerja yang dimiliki oleh Perusahaan Gizi Food
Batu saat ini adalah 15 orang, yang terdiri dari 2 laki – laki dan
13 perempuan. Tenaga kerja tersebut adalah lulusan SD,
SMP, dan SMA. Karyawan di Perusahaan Gizi Food tidak
harus memiliki keahlian untuk membuat keripik kentang
sehingga pihak UKM selalu memberikan pengarahan dan
pelatihan kerja kepada karyawan baru mengenai cara
membuat keripik kentang yang tepat. Jam kerja dimulai pukul
05.30 WIB hingga 15.30 WIB dan istirahat selama 1 jam pada
jam 11.00 WIB hingga 12.00 WIB . Karyawan bekerja setiap
hari tanpa libur. Dalam sebulan, kurang lebih terdapat 20 hari
lembur yang dilakukan selama 2 jam yaitu pukul 15. 30 WIB –
17.30 WIB
3
4.2 Pembobotan Key Performance Indicator
Pembobotan KPI (Key Performance Indicator) perlu
dilakukan agar fungsi – fungsi proses bisnis yang diukur
menggunakan KPI bisa berjalan dengan baik. Nilai bobot ini
nantinya akan digunakan untuk menghitung pencapaian
kinerja setiap KPI berdasarkan nilai skor actual yang
diperoleh.Pembobotan dilakukan berdasarkan hirarki kinerja
dengan menggunakan pendekatan Analyticl Hierrchy Process
(AHP) untuk masing – masing stakeholder, objectives dan
KPI. Pembobotan dengan metode AHP diawali dengan
penyusunan struktur hirarki. Struktur hirarki KPI (Key
Performance Indicator) pada penelitian ini ditunjukkan pada
Lampiran 7. Kuesioner yang bersifat tertutup diisi oleh salah
satu pihak manajemen yaitu manajer, kemudian pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan software Expert
Choice.
Bobot yang didapatkan harus konsisten dengan syarat
inconsistency ratio harus kurang dari atau sama dengan 0,1.
Apabila bobot tersebut tidak konsisten, maka dilakukan
konfirmasi terhadap pihak manajemen. Inkonsistensi tersebut
dapat terjadi karena kesalahan dalam pengisian kuesioner,
yaitu preferensi pengisi dalam perbandingan antar atribut
kurang tepat. Nilai pembobotan yang telah dihasilkan akan
digunakan dalam perhitungan scoring system.
4
Output hasil perhitungan pembobotan pada Perusahaan
Gizi Food Batu dengan menggunakan AHP yang dibantu
software Expert Choice dapat dilihat selengkapnya pada
Lampiran 6. Hasil analisis pembobotan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Pembobotan Stakeholder
Setiap stakeholder tentunya mempunyai tingkat
kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan suatu
pembobotan. Hasil dari pembobotan stakeholder ditunjukkan
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pembobotan antar Stakeholder
Stakeholder Bobot Inconsistency Ratio
Investor 0.400 0.08 (Konsisten) Customer 0.339
Employee 0.041 Masyarakat 0.093 Supplier 0.127
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa stakeholder
investor memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan
bobot sebesar 0,400. Hal ini berarti Perusahaan Gizi Food
Batu menganggap investor memiliki tingkat kepentingan
tertinggi dan harus lebih diprioritaskan. Tingkat kepentingan
stakeholder selanjutnya berturut turut adalah customer,
5
supplier, masyarakat dan employee. Hasil pembobotan antar
stakeholder ini memiliki inconsistency ratio sebesar 0,08
sehingga dapat diartikan bahwa pembobotan tersebut dapat
diterima atau konsisten karena masih di bawah 0,1.
Investor mempunyai tingkat kepentingan paling tinggi di
Perusahaan Gizi Food Batu karena dengan adanya dana dari
investor dapat digunakan untuk usaha pengembangan
perusahaan dan mendukung kegiatan operasional
perusahaan. Menurut Tandelilin (2001), investor berperan
sebagai pemodal yang akan membeli atau menanamkan
modalnya di perusahaan yang melakukan emisi. Dalam fungsi
ekonomi, investor menyediakan fasilitas dana untuk
pengembangan usaha tanpa menunggu dana dari hasil
operasi perusahaan borrower.
Employee mempunyai tingkat kepentingan paling rendah
di perusahaan Agronas Gizi Food Batu karena dibandingkan
keempat stakeholder yang lain perusahaan sering kali
mengeluarkan biaya – biaya yang tidak perlu akibat rendahnya
produktifitas atau kurang efektif dan efisiensi kerja karyawan.
Seringkali biaya yang tidak perlu ini besarnya melebihi biaya
tetap. Menurut Yuzar (2005), karyawan yang memiliki
komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih
stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih
menguntungkan bagi organisasi. Bagi induvidu dengan
komitmen organisasi tinggi, pencapaian tujuan organisasi
6
merupakan hal penting. Sebaliknya, bagi individu atau
karyawan dengan komitmen organisasi rendah akan
mempunyai perhatian yang rendah pada pencapaian tujuan
organisasi dan condong berusaha memenuhi kepentingan
pribadi.
1.2.2 Pembobotan antar Objectives
Pembobotan juga dilakukan antar objectives karena
setiap objectives memiliki tingkat kepentingan yang berbeda
pula. Hasil dari pembobotan objectives masing – masing
stakeholder ditunjukkan pada Lampiran 8.
Pembobotan objectives stakeholder Investor, terdapat
dua objectives yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi
dengan bobot sebesar 0.429 yaitu objective meningkatkan
kepuasan dan kepercayaan investor, serta objective menjaga
kredibilitas dan nama baik perusahaan. Hal ini berarti
Perusahaan Gizi Food Batu menganggap peningkatan
kepuasan dan kepercayaan investor, dan penjagaan
kredibilitas dan nama baik perusahaan memiliki tingkat
kepentingan tertinggi dan harus lebih diprioritaskan karena
kedua objectives tersebut akan memberikan dampak yang
baik untuk perkembangan perusahaan. Menurut McKinsey
dan Company (2002), nilai perusahaan di mata investor akan
meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan
mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka
7
berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada
perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses
tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan
perusahaan, terutama tujuan ekspansi. Menurut Handoko
(2012), reputasi dan kredibilitas perusahaan akan sangat
berguna bagi investor untuk informasi dalam menentukan
investasinya. Perusahaan yang bereputasi tinggi mempunyai
komitmen yang lebih besar dalam mempertahankan kualitas
hubungan antara perusahaan dengan investor. Bobot
selanjutnya diikuti oleh objective meningkatkan profit
perusahaan. Hasil pembobotan antar objectives ini memiliki
inconsistency ratio sebesar 0,0 sehingga dapat diartikan
bahwa pembobotan tersebut dapat diterima atau konsisten
karena masih di bawah 0,1.
Pembobotan objectives stakeholder customer, terdapat
terdapat dua Objectives yang memiliki tingkat kepentingan
paling tinggi dengan bobot sebesar 0.429 yaitu objective
mengutamakan kepuasan pelanggan serta objective
mempertahankan dan meningkatkan loyalitas perusahaan. Hal
ini berarti Perusahaan Gizi Food Batu menganggap kedua
objectives tersebut memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan
harus lebih diprioritaskan karena kedua objectives tersebut
akan terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan
customer, jika costumermerasa puas mereka akan membeli
ulang serta memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk
8
membeli produk dari Perusahaan Gizi Food Batu. Menurut
Jasfar (2009), dengan adanya kualitas pelayanan yang baik di
dalam suatu perusahaan, akan menciptakan kepuasan bagi
para konsumennya. Setelah konsumen merasa puas dengan
produk atau jasa yang diterimanya, konsumen akan
membandingkan pelayanan yang diberikan. Kualitas layanan
dapat berpengaruh kepada kepuasan konsumen dan
kemudian berdampak terhadap kepercayaan, dan juga
kepuasan konsumen dapat menimbulkan loyalitas konsumen.
Menurut Fahmi (2013), jika perusahaan dapt menciptakan
kepuasan yang tinggi pada pelanggan mereka dan akan
menjamin loyalitas pelanggan untuk jangka waktu yang
panjang. Loyalitas sebagai kemajuan pelanggan untuk terus
mendukung sebuah perusahaan, dengan tingginya kepuasan
dan loyalitas yang dimiliki pelanggan terhadap suatu produk
sebuah perusahaan akan dapat menciptakan citra yang baik
bagi perusahaan dan dapat meningkatkan loyalitas
perusahaan. Bobot selanjutnya diikuti oleh objective menjaga
kredibilitas dan nama baik perusahan Gizi Food Batu. Hasil
pembobotan antar objectives ini memiliki inconsistency ratio
sebesar 0,0 sehingga dapat diartikan bahwa pembobotan
tersebut dapat diterima atau konsisten karena masih di bawah
0,1.
Pembobotan objectives stakeholder employee, objectives
meningkatkan produktivitas karyawanmemiliki tingkat
9
kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0.508. Hal ini
berarti Perusahaan Gizi Food Batu menganggap
meningkatkan produktivitas karyawan memiliki tingkat
kepentingan tertinggi dan harus lebih diprioritaskan karena
meningkatkan produktivitas karyawan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan pertumbuhan pendapatan
perusahaan. Menurut Muljani (2002), tingkat produktivitas
karyawan akan muncul dengan sendirinya apabila keinginan –
kenginan dalam hati mereka dapat terpenuhi. Peningkatan
produktivitas akan menghasilkan produk dengan harga yang
kompetitif, sehingga perusahaan lebih dimungkinkan untuk
dapat mencapai sasaran strategisnya yaitu mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengembangkan usaha. Bobot
selanjutnya diikuti oleh objective meningkatkan kepuasan
karyawan, mewujudkan kenyamanan dan kerja sama
karyawan, dan objective meningkatkan motivasi
pengembangan diri karyawan. Hasil pembobotan antar
objectives ini memiliki inconsistency ratio sebesar 0,06
sehingga dapat diartikan bahwa pembobotan tersebut dapat
diterima atau konsisten karena masih di bawah 0,1.
Pembobotan objectives stakeholder masyarakat,
objectives memberikan nilai tambah pada peningkatan
kesejahteraan masyarakatmemiliki tingkat kepentingan paling
tinggi dengan bobot sebesar 0.875. Hal ini berarti Perusahaan
Gizi Food Batu menganggap memberikan nilai tambah pada
10
peningkatan kesejahteraan masyarakatmemiliki tingkat
kepentingan tertinggi dan harus lebih diprioritaskan karena
dengan memberikan nilai tambah pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dapat terjalin hubungan yang baik
antara perusahaan dan masyarakat, hal ini juga dilakukan
sebagai upaya mereduksi permasalahan – permasalahan
sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Fatmawatie (2015),
tanggung jawab perusahaan pada masyarakat penting sekali
dilakukan. Pelaksanaan tanggung jawab terhadap masyarakat
merupakan salah satu upaya mengurangi permasalahan
sosial yang terjadi di masyarakat dengan mendorong
produktivitas masyarakat dan menjaga keseimbangan
distribusi kekayaan di masyarakat. Bobot selanjutnya diikuti
oleh objective menciptakan kepedulian dan perhatian di
bidang pendidikan. Hasil pembobotan antar objectives ini
memiliki inconsistency ratio sebesar 0,0 sehingga dapat
diartikan bahwa pembobotan tersebut dapat diterima atau
konsisten karena masih di bawah 0,1.
Pembobotan objectives stakeholder supplier, objectives
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan supplier memiliki
tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0.833.
Hal ini berarti Perusahaan Gizi Food Batu meningkatkan
kepuasan dan kepercayaan supplier memiliki tingkat
kepentingan tertinggi dan harus lebih diprioritaskan karena
objective tersebutdapat terjalin hubungan yang baik antara
11
perusahaan dan supplier, serta dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan dan perusahaan terkesan
mengayomi dan memenuhi faktor utama loyalitas supplier.
Menurut Wong (2002), jika perusahaan mampu membuat
supplier merasa puas terhadap hubungan yang dijalinnya
melalui pendekatan relational, maka para supplier tersebut
akan lebih kooperatif dan bersedia membantu perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Hal ini menunjukkan
bahwa kepuasaan supplier dapat menjadi faktor pendukung
kelancaran kualitas produksi. Bobot selanjutnya diikuti oleh
objective menciptakan kepedulian dan perhatian di bidang
pendidikan. Hasil pembobotan antar objectives ini memiliki
inconsistency ratio sebesar 0,0 sehingga dapat diartikan
bahwa pembobotan tersebut dapat diterima atau konsisten
karena masih di bawah 0,1.
1.2.3 Pembobotan antar KPI (Key Performance Indicator)
pada Setiap Objectives
Hasil dari pembobotan KPI (Key Performance Indicator)
pada setiap objectives ditunjukkan pada Lampiran 9. Hasil
pembobotan didapat dari perhitungan dengan expert choice.
Berdasar pembobotan antar KPI seluruh objectives pada
investor, bobot KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu yang
ditunjukkan pada Lampiran 9, KPI Current ratio (I3a) memiliki
tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 1
12
karena Current ratio dapat memberikan informasi
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Menurut
Martono (2011), untuk memperoleh gambaran hasil atau
perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan, maka
perlu dilakukan analisis atas laporan keuangan. Analisis
laporan keuangan perusahaan pada dasarnya meliputi rasio –
rasio. Diantaranya adalah rasio likuiditas yang digunakan
adalah Current ratio. Analisis rasio dari suatu perusahaan, bila
disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah
dicapai oleh suatu perusahaan.
Dari seluruh pembobotan antar KPI seluruh objectives
pada customer, bobot tertinggi KPI dari Perusahaan Gizi Food
Batu adalah KPI persentase barang yang dikembalikan
konsumen (C3a) yang memiliki bobot sebesar 0.659 karena
persentase barang yang dikembalikan konsumen merupakan
tolak ukur kredibilitas Perusahaan Gizi Food Batu
,menentukan kualitas produk dan menentukan kepuasan
pelanggan. Menurut Samryn (2012), di dalam proses produksi
harus mempunyai Quality Control yang sangat ketat, mulai
dari pesanan didapat, lalu pada saat merencanakan produksi,
proses produksi, dan sampai dengan produk tersebut
didistrubusikan ke pelanggan. Apabila banyaknya
pengembalian barang (retur) menyebabkan ketidakpuasan
13
pelanggan serta secara langsung akan berdampak kepada
penerimaan penjualan perusahaan.
Berdasarkan pembobotan antar KPI seluruh objectives
pada employee, bobot KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu
yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi adalah KPI
frekuensi evaluasi dan review pekerjaan (E2a), frekuensi
adanya konflik atau keluhan karyawan dan persentase
kegiatan pelatihan dan pengembangan karyawan yang telah
dilakukan dengan bobot yang sama yaitu sebesar 1 karena
ketiga objectives tersebut dapat mempengaruhi mewujudkan
kenyamanan, kerja sama karyawan dan meningkatkan
motivasi pengembangan diri karyawan dimana hal – hal
tersebut mampu meningkatkan produkivitas karyawan.
Menurut Nurbiyati (2015), masalah evaluasi pengembangan
SDM menunjukkan bahwa perusahaan – perusahaan yang
melakukan program pengembangan SDM membukukan laba
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
melakukannya. Evaluasi dapat melayani beberapa tujuan
dalam organisasi.
Pembobotan antar KPI keempat objectives pada
masyarakat, bobot KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu
memiliki bobot yang sama besar yaitu KPI jumlah karyawan
yang bekerja (M1a), jumlah kegiatan sosial yang diadakan
(M1b), jumlah mahasiswa yang melakukan penelitian (M2a)
dan jumlah pelajar / mahasiswa yang melakukan kerja praktek
14
atau magang (M2b) yang memiliki bobot yang sama yaitu
sebesar 0.500 karena keempat objectives tersebut dapat
memberikan nilai tambah pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan menciptakan kepedulian dan perhatian di
bidang pendidikan. Menurut Anggraeni (2016),Jumlah
masyarakat yang dijadikan karyawan, adalah salah satu upaya
mengatur hubungan antara peranan sumber daya (tenaga
kerja) yang dimiliki oleh induvidu secara efisien dan efektif
serta menggunakannya secara maksimal sehingga tercapai
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat secara
maksimal. Nasdian (2006) memaparkan, bahwa mengelola
hubungan dengan pemangku kepentingan adalah hal
mendasar bagi kebanyakan perusahaan. Partisipasi
masyarakat dalam pengembangan komunitas harus
menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar
semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan
secara aktif pada proses dan kegiatan perusahaan. Menurut
Darhim (2016), mahasiswa dituntut harus mampu melakukan
penelitian dan menghasilkan karya tulis ilmiah, dimana
keterampilan meneliti mampu menjembatani mahasiswa
dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian yang dapat
mengimplementasikan desain pembelajaran pada perusahaan
tempat dilakukannya penelitian. Perusahaan akan mendapat
masukan secara ilmiah untuk pengembangan dan kemajuan
perusahaan. Semakin besar peluang mahasiswa melakukan
15
penelitian pada perusahaan, semakin besar manfaat yang
diberikan perusahaan untuk mahasiswa begitupun sebaliknya.
Menurut Murjito (2010), manfaat dilakukan magang oleh
mahasiswa untuk perusahaan adalah untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan sehari – hari di perusahaan, sebagai
bentuk kerja sama antara perusahaan dengan universitas asal
mahasiswa , dan mendapat masukan tentang kekurangan dan
kelemahan perusahaan.
Bobot KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu berdasarkan
seluruh objectives pada supplier, yang memiliki tingkat
kepentingan paling tinggi adalah KPI persentase perjanjian
yang dilanggar (S2a) dengan bobot sebesar 1 karena
hubungan antara supplier dan Perusahaan Gizi Food Batu
menjunjung tinggi kepercayaan untuk meningkatkan kerja
kedua belah pihak. Menurut Chopra (2010), perusahaan yang
berhasil adalah perusahaan yang mampu menghubungkan
lingkup internal dan eksternalnya dalam satu rantai.
Kepercayaan dan komitmen memegang peranan penting
dalam suatu hubungan bisnis. Karakteristik kepercayaan
tingkat tinggi dari hubungan pertukaran memungkinkan pelaku
untuk fokus pada keuntungan – keuntungan jangka panjang
hubungan.
16
1.2.4 Pembobotan antar KPI (Key Performance
Indicator)pada setiap Stakeholder
Hasil dari pembobotan KPI (Key Performance Indicator)
pada masing – masing stakeholder ditunjukkan pada Lampiran
10. Untuk mendapatkan bobot antar KPI pada setiap
objectives dari Perusahaan Gizi Food Batu dapat dilakukan
dengan cara : Bobot = Nilai Bobot Objectives x Nilai Bobot
KPI pada Setiap Objectives.
Pembobotan antar KPI pada investor, bobot KPI dari
Perusahaan Gizi Food Batu yang ditunjukkan pada Lampiran
10, KPI Current ratio (I3a) memiliki tingkat kepentingan paling
tinggi dengan bobot sebesar 0.429 karena Current ratio dapat
memberikan informasi pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan. Menurut Sartono (2010), variable current ratio
tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio.
Current ratio hanya merupakan kebiasaan dan akan
digunakan sebagai titik tolak ukur likuidasi suatu perusahaan.
Pembobotan antar KPI pada customer, bobot tertinggi
KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu adalah KPI Nilai
kemudahan berbelanja (C2a) yang memiliki bobot sebesar
0.206349 karena dengan KPI tersebut mampu
mempertahankan dan meningkatkan loyalitas perusahaan
serta dapat meningkatkan loyalitas konsumen. Menurut
Mowen (2002) kemudahan berbelanja secara keseluruhan
17
berpengaruh signifikan dan positif terhadap minat beli
konsumen.
Pembobotan antar KPI pada employee, bobot KPI dari
Perusahaan Gizi Food Batu yang memiliki tingkat kepentingan
paling tinggi adalah KPI frekuensi evaluasi dan review
pekerjaan (E2a) dengan bobot sebesar 0.508 karena
KPItersebut dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
Menurut Sunyoto (2010), tujuan evaluasi kinerja dapat
mempererat hubungan antara pegawai sehingga pada suatu
saat karyawan saling menilai kinerja satu sama lain sehingga
dapat mengurangi konflik dan dapat meningkatkan
produktivitas kinerja karyawan.
Pembobotan antar KPI pada masyarakat, bobot tertinggi
KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu adalah KPI jumlah
karyawan yang bekerja (M1a) dan jumlah kegiatan sosial yang
diadakan (M1b) yang memiliki bobot yang sama yaitu sebesar
0.4375 karena KPItersebut memberikan nilai tambah pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan
citra perusahaan. Menurut Rudito (2007), komitmen
perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, memberikan manfaat nyata untuk masyarakat.
komitmen usaha didefinisikan untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
komunitas luas.
18
Bobot KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu pada supplier,
KPI yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi adalah KPI
persentase jumlah order yang teratur (S1a), persentase
pembayaran yang teratur (S1b), dan peningkatan jumlah
pemesanan (S1c) dengan bobot yang sama sebesar 0.277389
karena ketiga objectives tersebut berperan besar untuk
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan supplier. Menurut
Wisher (2003), sebagian besar perusahaan berupaya
meningkatkan efisiensi dan efektifikas kerjasama dengan
supplier. Peningkatan kinerja bisnis perusahaan dapat
dilakukan dengan kerjasama supplier dengan order yang
teratur, pembayaran yang teratur dan peningkatan jumlah
pemesanan merupakan sebuah komitmen kerjasama dengan
supplier. Komitmen memegang faktor kunci dalam kerjasama
bisnis.
Dari pembobotan KPI,dapat diketahui bahwa terdapat 37
KPI Key Performance Indicator) pada pengukuran kinerja
Perusahaan Gizi Food Batu. Untuk mendapatkan nilai bobot
seluruh KPI dari Perusahaan Gizi Food Batu dapat dilakukan
dengan cara KPI = Nilai bobot stakeholder x nilai bobot
Objectives x nilai bobot KPI pada Setiap Obectives
Langkah ini dilakukan pada setiap KPI berdasarkan tabel
pembobotan. Nilai bobot seluruh KPI dapat dilihat pada
Lampiran 11. Berdasar nilai bobot seluruh KPI, dengn
mempertimbangkan objectives dan stakeholder, KPI dengan
19
bobot tertinggi terdapat pada KPI Current ration (I3) dengan
bobot sebesar 0.1716 karena dari seluruh KPI. KPI current
ratio (I3) merupakan KPI dari stakeholder investor. Current
ratio merupakan indikator pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan. Menurut Hantono (2015) Current ratio (ratio
lancar) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi
jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi
kebutuhan uang ketika jatuh tempo. Current ratio
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban –
kewajiban lancar. Current ratio yang rendah biasanya
dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus,
karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada
akhirnya dapat mengurangi labaan perusahaan.Current ratio
penting untuk investor karena current ratio dapat memberikan
informasi pertumbuhn dan perkembangan perusahaan,
dimana dengan current ratio digunakan sebagai titik tolak ukur
perkembangan suatu perusahaan serta memberikan
gambaran secara kurat tentang keadaan nyata mengenai hasil
atau prestasi yang telah dicapai perusahaan. Jika
perkembangan perusahaan baik, maka kepercayaan investor
akan semakin meningkat. Peningkatan kepercayaan investor
kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan
mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai
keperluan perusahaan, terutama tujuan ekspansi.
20
KPI dengan bobot terendah terdapat pada KPI
persentase karyawan yang mendapat tunjangan (E1c) dengan
bobot sebesar 0.00132963 karena pemberian tunjangan oleh
Perusahaan Gizi Food Batu dirasa kurang signifikan oleh
karyawan karena tunjangan diberikan pada saat – saat
tertentu. Menurut Indriyani (2014), apabila tunjangan
dinaikkan, tidak berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja
karyawan. Hal ini disebabkan karyawan tidak menerima
tunjangan secara berkala, tunjangan hanya diberikan pada
saat – saat tertentu. Manfaat dari tunjangan tidak terlalu
dirasakan oleh karyawan, berbeda dengan gaji yang
manfaatnya dapat dirasakan setiap bulan oleh karyawan
karena karyawan mendapat gaji setiap bulan.
4.3 Target dan Pencapaian Perusahaan Gizi Food Batu
Setelah diketahui nilai bobot seluruh KPI, langkah
selanjutnya adalah menyusun tabel target dan pencapaian
perusahaan untuk masing – masing KPI yang telah ditentukan
sebelumya. Tabel target dan pecapaian perusahaan Gizi Food
Batu disusun dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
pihak perusahaan Gizi Food Batu. Wawancara tersebut
membahas mengenai target serta pencapaiannya untuk
masing – masing KPI. Realisasi tahun 2016 diperoleh dari
hasil wawancara, sedangkan realisasi tahun 2016 untuk Total
asset turn over, debt to equity, profit margin, rentabilitas
21
ekonomi, gross profit margin on sales, dan current
ratiodiperoleh dari rumus, dimana rumus tersebut ditunjukkan
pada Lampiran 12. Hasil target dan pencapaian Perusahaan
Gizi Food Batu ditunjukkan pada Tabel 4. 2.
Tabel 4.2 Hasil target dan pencapaian Perusahaan Gizi
Food Batu
No KPI Target (Level 10)
Nilai Batas KPI dikatakan aman (Level 8)
Nilai batas minimum KPI harus diperbaiki (Level 3)
Nilai terendah yang mungkin dicapai perusahaan (Level 0)
Realisasi tahun 2016
Ketera-ngan
1
Frekuensi penerbitan
dan evaluasi
LPJ keuangan
2
1,7
1
0
1
Tidak Tercapai
2
Total asset turn
over
2,5
2,35
2
1
Tercapai
3 Debt to equity
0.005 0,147 1 4,2
Tercapai
22
No KPI Target (Level 10)
Nilai Batas KPI dikatakan aman (Level 8)
Nilai batas minimum KPI harus diperbaiki (Level 3)
Nilai terendah yang mungkin dicapai perusahaan (Level 0)
Realisasi tahun 2016
Ketera-ngan
4
Profit margin
0,0139
0,01255
0.009
0
Tercapai
5
Rentabilitas ekonomi
3.5
3,21
2.5
0
(2.35 x 0.013) x 100% = 3.055
Tidak Tercapai
6
Gross profit
margin on sales
95%
89%
75%
50%
(673.321.950 : 743.291.850 ) x 100% = 90.58%
Tercapai
7
Current ratio
150%
128%
75%
50%
(1.053.810.402.636 : 12.658.734 ) x 100% = 83,247 %
Tidak Tercapai
Tabel 4.2 Hasil target dan pencapaian Perusahaan Gizi Food Batu (Lanjut)
23
No KPI Target (Level 10)
Nilai Batas KPI dikatakan aman (Level 8)
Nilai batas minimum KPI harus diperbaiki (Level 3)
Nilai terendah yang mungkin dicapai oleh perusahaan (Level 0)
Realisasi tahun 2016
Ketera-ngan
Tabel 4.2 Hasil target dan pencapaian Perusahaan Gizi Food Batu (Lanjut)
24
8
Nilai keramahan pelayanan
100
91,425
70
0
100
Tercapai
9
Nilai kenyamanan
toko
100
91,425
70
0
100
Tercapai
10
Persentase pendapat dan
saran yang telah
direalisasikan
100%
85%
50%
0
100%
Tercapai
11 Nilai kemudahan berbelanja
100 91 70 0
100%
Tercapai 12 Frekuensi
keluhan pelanggan atas harga
yang terlampau
tinggi
0
2
10
10
0
Tercapai
13 Frekuensi promo barang
3
2
1
0
2
Tercapai
14 Persentase barang yang dikembalikan
konsumen
0
2
10
15
0
Tercapai 15 Nilai jam
beroperasi toko
13
12
11
10
12.5
Tercapai
16 Peningkatan inovasi produk
50%
44%
30%
20%
0%
Tidak
tercapai 17 Produktivitas
karyawan 50% 44% 30% 20% 45% Tercapai
18 Tingkat ketepatan
waktu pembayaran
gaji
100%
85%
50%
0%
100%
Tercapai
19 Persentase karyawan
yang mendapat tunjangan
100%
85%
50%
0%
100%
Tercapai
20 Persentase karyawan
yang mendapat
uang makan
100%
85%
50%
0%
100%
Tercapai
21 Persentase karyawan mendapat
jaminan sosial tenaga kerja
100% 85% 50% 0% 50% Tidak tercapai
22 Persentase karyawandap
at dana pensiun
100%
85%
50%
0%
100%
Tercapai
23 Frekuensi evaluasi dan
review pekerjaan
10
7
5
0
3
Tidak
tercapai 24 Frekuensi
adanya konflik 0
2
10
20
0
Tercapai
25
4.4 Scoring System dengan OMAX dan Traffic Light
Scoring system dilakukan setelah diketahui target dan
pencapaian kinerja dari perusahaan Gizi Food Batu. Scoring
system menggunakan OMAX yang berfungsi untuk
atau keluhan karyawan
25 Persentase kegiatan
pelatihan dan pengembanga
n karyawan yang telah dilakukan
5
4
2
0
1
Tidak
tercapai
26 Jumlah karyawan
yang bekerja
9
7
3
0
6
Tidak
Tercapai
27 Jumlah kegiatan
sosial yang diadakan
50
41
20
0
50
Tercapai
28 Jumlah mahasiswa
yang melakukan penelitian
50
38
6
0
55
Tercapai
29 Jumlah pelajar atau mahasiswa
yang melakukan
praktek magang
50
38
6
0
55
Tercapai
30 Persentase jumlah order yang teratur
100%
80%
50%
25%
100%
Tercapai
31 Persentase pembayaran yang teratur
100% 80% 50% 25% 100% Tercapai
32 Peningkatan jumlah
pemesanan
50% 40% 30% 20% 45% Tercapai
33 Persentase perjanjian
yang dilanggar
0% 21% 75% 100% 0% Tercapai
Tabel 4.2 Hasil target dan pencapaian Perusahaan Gizi Food Batu (Lanjut)
26
menyamakan skala nilai untuk masing – masing indikator
sehingga dapat diketahui pencapaian dari tiap parameter yang
ada dan dapat diketahui kinerja Perusahaan Gizi Food Batu
secara keseluruhan. Langkah penentuan scoring system
adalah sebagai berikut :
1. Nilai yang akan diletakkan pada level 10, 3, 0 dan 8 dihitung
berdasarkan data target dan pencapaian. Level 10 berisikan
target Perusahaan Gizi Food Batu pada tahun 2017. Level 3
diisi dengan nilai batas minimum KPI yang harus diperbaiki.
Level 0 diisi nilai terendah yang mungkin dicapai oleh
perusahaan. Nilai pada level 8 kemudian dihitung dengan
menggunakan interpolasi.
2. Nilai – nilai pada level 10, 3, 8, dan 0 telah ditentukan, nilai
pada level 1, 2, 4, sampai 9 dihitung dengan interpolasi
menggunakan nilai pada level 0, 3, 8, dan 10. Butir – butir nilai
pada level 1, 2, 4, sampai 9 merupakan tingkat pencapaian
(intermediate) sehingga tingkat pencapaian akhir atau level 10
dapat dicapai.
a. Kenaikan nilai pada level 1 dan 2 adalah :
Level 3 – Level 0
3 – 0
Contoh perhitungan kenaikan level 1 dan 2 untuk KPI
jumlah mahasiswa yang melakukan penelitian (M2a) :
27
Level 0 = 0
Level 1 = 0 + 2 = 2
Level 3 = 2 + 2 = 4
Level 3 = 4 + 2 = 6
b. Kenaikan pada skor 4 sampai dengan 9 adalah :
Level 10 – Level 3
10 – 3
Contoh perhitungan kenaikan level 4 - 9 untuk KPI jumlah
mahasiswa yang melakukan penelitian (M2a) :
Level 4 = Level 3 + 2 = 6 + 2 = 8
Level 5 = 8 + 2 = 10
Level 6 = 10 + 2 = 12
Level 7 = 12 + 2 = 14
Level 8 = 14 + 2 = 16
Level 9 = 16 + 2 = 18
Level 10 = 18 + 2 = 20
3. Mengisi tabel performance yang merupakan kinerja yang
telah diukur untuk tahun 2017. Level pada bagian monitoring
dapat diisi berdasarkan posisi level pada angka performance.
Contoh pengisian level pada bagian monitoring
menggunakan rumus interpolasi adalah sebagai berikut :
KPI (M2a)
28
Level 10 = 50
Level 9 =43,710
Maka nilai 55 (pencapaian KPI M2a di tahun 2016) berada
pada level :
Nilai x adalah level yang akan diisi di bagian monitoring.
Untuk weight diisi dengan nilai bobot KPI (M2a) yang ada
pada lampiran 11, yaitu 0.0058125. Value merupakan
perkalian antara level dan weight. Nilai indeks total didapatkan
dari penjumlahan semua value. Dari keseluruhan perhitungan
dengan tahapan – tahapan OMAX, maka diperoleh skema
penilaian untuk Perusahaan Gizi Food Batu pada Lampiran
13.
4.5 Analisa Hasil Pengkategorian KPI Perusahaan Gizi
Food Batu
29
Dari hasil pengukuran kinerja Perusahaan Gizi Food Batu
menggunakan OMAX dan traffic light system, maka
dikelompokkan KPI berdasarkan indikator warnanya. Daftar
hasil pengkategorian KPI – KPI yang tergolong hijau, kuning,
dan merah dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3 Daftar Hasil Pengkategorian KPI
Kode KPI KPI (Key Performance Indicator)
I2a Profit margin
I2c Gross profit on sales
C1a Nilai keramahan pelayan
C1b Nilai kenyamanan toko
C1c Persentase pendapat dan saran yang telah direalisasikan
C2a Nilai kemudahan berbelanja
C2b Frekuensi keluhan pelanggan atas harga yang terlampu tinggi
C3a Persentase barang yang dikembalikan konsumen
C3b Nilai jam beroperasi toko
E1a Produktivitas karyawan
E1b Tingkat ketepatan waktu pembayaran gaji
E1c Persentase karyawan yang mendapat tunjangan
E1d Persentase karyawan yang mendapat uang makan
E1f Persentase karyawan yang mendapat dana pensiun
E3a Frekuensi adanya konflik atau keluhan karyawan
M1a Jumlah karyawan yang bekerja
M1b Jumlah kegiatan sosial yang diadakan
M2a Jumlah mahasiswa yang melakukan penelitian
M2b Jumlah pelajar / mahasiswa yang melakukan kerja praktek atau
magang
S1a Persentase jumlah order yang teratur
S1b Persentase pembayaran yang teratur
S1c Peningkatan jumlah pemesanan
S2a Persentase perjanjian yang dilanggar
30
Kode KPI KPI (Key Performance Indicator)
I1b Total asset turn over
I1c Debt to equity
I2b Rentabilitas ekonomi
C2c Frekuensi promo barang
C3c Peningkatan inovasi produk
I1a Frekuensi penerbitan dan evaluasi LPJ keuangan
I3a Current ratio
E1e Persentase karyawn yang mendapat dana jaminan sosial tenaga kerja
E2a Frekuensi evaluasi dan review pekerjaan
E4a Persentase kegiatan pelatihan dan pengembangan karyawan yang
telah dilakukan
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa KPI yang termasuk dalam
kategori hijau sebanyak 23 KPI, kategori kuning sebanyak 5
KPI dan sisanya 5 KPI tergolong kategori merah.KPI yang
termasuk kategori hijau merupakan hasil level dari OMAX
yang berada pada ambang batas (level 7 sampai dengan
level 10) yang menandakan bahwa indikator kinerja sudah
tercapai. KPI yang tergolong kategori kuning merupakan hasil
level dari OMAX yang berada pada ambang batas (level 4
sampai dengan level 6) yang menandakan bahwa indikator
kinerja belum tercapai sehingga pihak perusahaan perlu
berhati – hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan.
KPI yang termasuk kategori merah merupakan hasil level dari
OMAX yang berada pada ambang batas (level 0 sampai
dengan level 3) yang memiliki arti bahwa indikator kinerja
benar – benar di bawah target yang telah ditetapkan dan
memerlukan perbaikan dengan segera.
31
Menurut Adianto, (2014), untuk dapat mengetahui
pengukuran kinerja secara spesifik dan level kinerja
perusahaan secara tepat, maka perlu dilakukan penempatan
level atau skor setiap KPI dengan menggunakan metode
OMAX dan Traffic Light System. Metode Traffic Light System
menggunakan tiga warna, yaitu :
1. Warna hijau dengan ambang batas 8 hingga 10 yang berarti
kinerja perusahaan telah mencapai performa yang maksimal.
2. Warna kuning dengan ambang batas 4 hingga 7 yang
berarti tergolong pada penilaian performa yang cukup.
3. Warna merah yaitu indikator kinerja berada pada level 0
hingga 3 dan tergolong pada penilaian performa yang kurang
baik atau minimal. Untuk indikator yang berwarna merah ini
perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi dengan melakukan
beberapa usulan perbaikan.
Sebanyak 60% KPI employeedan 60% KPI investorperlu
diperbaiki, sehingga dapat dikatakan bahwa objectives dari
kedua stakeholder tersebut belum tercapai atau requirement
untuk dua stakeholder tersebut juga belum terpenuhi,
sedangkan requirement untuk stakeholder customer,
masyarakat, dan supplier sudah terpenuhi.
KPI yang tergolong hijau sudah tidak memerlukan
perbaikan, tetapi KPI – KPI yang termasuk dalam kategori
kuning dan merah memerlukan perbaikan untuk meningkatkan
kinerjanya agar dapat tergolong menjadi kategoi hijau. KPI
32
yang tergolong merah perlu mendapatkan prioritas dari pihak
manajemen terlebih dahulu karena performasinya yang benar
-benar jauh dari target. Setelah KPI kategori merah telah
mendapatkan prioritas perbaikan, manajemen baru
memberikan perhatiannya untuk memperbaiki KPI yang
tergolong kuning.
4.6 Analisis Hasil Pengukuran Kinerja Perusahaan Gizi
Food Batu
Analisis ini hanya dilakukan pada KPI yang termasukpada
kategori kuning dan merah pada setiap stakeholder, yaitu :
1. Investor
a. KPI (I1b) totalasset turn overberada pada kategori
kuning, KPI ini digunakan untuk mengukur kemampuan
dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang
berputar pada suatu periode tertentu. Target dari
indikator ini adalah sebesar 2,5 sedangkan realisasi
pada tahun 2016 adalah sebesar 2,35. Apabila dihitung
menggunakan Objective Matrix (OMAX), KPI (I1b)
berada pada level 7. Hal ini dapat diartikan bahwa
Perusahaan Gizi Food Batu hanya mampu
menghasilkan penjualan sebesar 2,35 kali dari total
aktiva yang dimiliki selama setahun dan dapat
diartikan bahwa Perusahaan Gizi Food Batu kurang
dapat mengoptimalkan asetnya. Semakin tinggi nilai
33
total asset turn overberarti perusahaan semakin baik
mengelola assetnya, yang berarti bahwa aktiva dapat
lebih cepat berputar, laba yang didapat semakin tinggi,
dan menunjukkan efisiensi penggunaan keseluruhan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Perusahaan
Gizi Food Batu belum dapat mencapai target Total
asset turn over karena perusahaan selama ini belum
mampu secara maksimal meningkatkan penjualan,
dimana selama ini kendala yang dimiliki perusahaan
adalah perusahaan terkadang harus menolak pesanan
dikarenakan kurangnya tenaga kerja dan faktor cuaca
yang menyebabkan produksi terkendala.
b. KPI (I1c) Debt to equity berada pada kategori kuning,
KPI debt to equity adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan utang terhadap
shareholder equity yang dimiliki perusahaan. Pemberi
pinjaman umumnya menginginkan rasio yang semakin
rendah. Target dari indikator ini adalah sebesar 0,005 ,
sedangkan realisasi pada tahun 2016 sebesar 0, 7818.
Apabila dihitung menggunakan OMAX, KPI (I1c)
berada pada level 4. Hal ini berarti rasio sebesar
0,7818 menunjukkan bahwa modal sendiri sebesar
78,18% yang dimiliki perusahaan dapat melunasi
hutang perusahaan. Dari perspektif kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
34
rasio debt to equity akan semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya. Debt to equity dengan angka dibawah
1,00, mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki
hutang yang lebih kecil dari modal (ekuitas) yang
dimilikinya. Debt to equity berpengaruh pada dividen
investor. Semakin tinggi tingkat debt to equity, berarti
komposisi hutang juga semakin tinggi. Meski debt to
equity pada Perusahaan Gizi Food Batu pada tahun
2016 belum mencapai target dan harus diperbaiki,
namun debt to equitynya tergolong rendah. Hal ini
menunjukkan komposisi hutang Perusahaan Gizi Food
Batu semakin rendah, sehingga kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen kepada investor
semakin tinggi. Debt to equity yang rendah
menandakan bahwa kebutuhan eukitas sebagian besar
perusahaan Gizi Food Batu tidak dipenuhi dari hutang.
Menurut (Harahap,2010), Debt to equity digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menutupi sebagian atau seluruh utang – utangnya baik
jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana
yang berasal dari total modal dibandingkan dengan
besarnya jumlah utang perusahaan tersebut.
c. KPI (I2b) Rentabilitas ekonomi berada pada kategori
kuning, KPI rentabilitas ekonomi adalah kemampuan
35
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Rentabilitas ekonomi merupakan cara yang
tepat untuk mengetahui tentang efisien tidaknya
perusahaan dalam menggunakan modal yang ada.
Target dari indikator ini adalah 3,5 sedangkan realisasi
pada tahun 2016 sebesar 3,055. Apabila dihitung
menggunakan OMAX, KPI (I2b) berada pada level 7.
Hal ini berarti rasio sebesar 3,055 menunjukkan bahwa
laba usaha yang diperoleh adalah sebesar 3,055 dari
total aktiva. Semakin tinggi rasio yang diperoleh,
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di
dalam menghasilkan laba usaha.
d. KPI (I1a) Frekuensi penerbitan dan evaluasi LPJ
keuangan berada pada kategori merah, KPI ini
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan
kepercayaan investor. Target dari indikator ini adalah
2, sedangkan realisasi pada tahun 2016 sebesar 1.
Hasil perhitungan menggunakan OMAX, KPI (I2b)
berada pada level 3. Perusahaan Gizi Food batu hanya
melakukan satu kali pada akhir tahun 2016, padahal
target perusahaan melakukan penerbitan dan evaluasi
LPJ dilakukan 2 kali yaitu pada pertengahan tahun dan
akhir tahun. Perusahaan belum bisa mencapai target
karena keterbatasan sumber daya manusia untuk
menerbitkan dan melakukan evaluasi LPJ keuangan.
36
e. KPI (I3a) Current ratio berada pada kategori merah,
KPI ini bertujuan untuk menjaga kredibilitas dan nama
baik perusahaan. Target dari indikator ini adalah 150%,
sedangkan realisasi pada tahun 2016 sebesar
83,247%. Hasil perhitungan menggunakan OMAX, KPI
(I2b) berada pada level 3. Hal ini berarti dari current
ratio pada tahun 2016 yang sebesar 83,247% adalah
setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin atau ditanggung
oleh Rp. 8,3247 aktiva lancar. Tidak ada standar
khusus berapa besarnya current ratio yang paling baik,
namun untuk prinsip kehati – hatian besarnya current
ratio sekitar 150% dianggap baik. Semakin tinggi rasio
berarti semakin terjamin hutang – hutang perusahaan.
2. Customer
a. KPI (C2c) Frekuensi promo barang berada pada
kategori kuning, mengadakan promosi di perusahaan
merupakan kegiatan yang sangat penting karena
mempengaruhi hasil penjualan produk dan juga
berdampak besar terhadap keberlangsungan aktivitas
suatu perusahaan. Tujuan KPI Frekuensi promo
barang adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan loyalitas pelanggan. Target indikator ini
adalah sebesar 3, sedangkan realisasi pada tahun
2016 adalah sebesar 2. Apabila dihitung menggunakan
OMAX, KPI (C2c) berada pada level 6. Perusahaan
37
Gizi Food Batu sudah melakukan promosi dua kali
yaitu melalui media elektronik yaitu Facebook dan
Whatsapp. Perusahaan tidak terlalu massif dalam
melakukan promosi dikarenakan perusahaan merasa
belum terlalu memerlukan promosi secara kontinyu,
selain itu terkadang perusahaan kewalahan dengan
pesanan produk yang banyak, bahkan pernah
melakukan penolakan terhadap pesanan atau pesanan
diterima namun harus menunggu menyelesaikan
pesanan sebelumnya. Meskipun perusahaan merasa
belum terlalu memerlukan promosi, namun perusahaan
tetap menargetkan promosi produk untuk
mempertahankan dan meningkatkan loyalitas
pelanggan.
b. KPI (C3c) Peningkatan inovasi produk berada pada
kategori kuning, indikator ini digunakan untuk menjaga
kredibilitas nama baik Perusahaan Gizi Food Batu.
Target KPI peningkatan inovasi produk adalah sebesar
50%, sedangkan realisasi tahun 2016 adalah sebesar
0%. Hasil perhitungan menggunakan OMAX, KPI (C3c)
berada pada level 7.Perusahaan Gizi Food Batu tidak
melakukan inovasi selama tahun 2016 karena
perusahaan merasa belum terlalu perlu melakukan
inovasi, khususnya inovasi pada produk keripik
kentangnya karena ingin mempertahankan ciri khas
38
produk Gizi Food Batu yang selama ini telah dikenal
oleh masyarakat. Perusahaan tetap menargetkan
adanya peningkatan inovasi produk karena
perusahaan menyadari inovasi perlu dilakukan untuk
menjaga kredibilitas dan nama baik perusahaan,
namun Perusahaan Gizi Food Batu belum terlalu fokus
pada peningkatan inovasi.
3. Employee
a. KPI (E1e) persentase karyawan yang mendapat dana
jaminan sosial tenaga kerja berada pada kategori
merah, KPI ini bertujuan untuk meningkatkan
kepuasan karyawan. Target KPI persentase karyawan
yang mendapat dana jaminan sosial tenaga kerja
adalah sebesar 100%, sedangkan realisasi tahun 2016
adalah sebesar 50%. Hasil perhitungan menggunakan
OMAX, KPI (E1e) berada pada level 3. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pihak Perusahaan Gizi Food
Batu, perusahaan sudah memberikan dana jaminan
sosial namun belum mendaftarkan karyawan pada
jaminan sosial tenaga kerja karena birokrasi yang sulit
dan membutuhkan dana yang cukup besar.
Perusahaan hanya memberikan bantuan dana
langsung jika terjadi sesuatu pada karyawan tanpa
mendaftarkan program jaminan sosial tenaga kerja.
39
Perusahaan tetap bertanggung jawab atas kecelakaan
kerja yang terjadi pada karyawan.
b. KPI (E2a) frekuensi evaluasi dan review pekerjaan
berada pada kategori merah, KPI ini bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas karyawan. Target KPI
frekuensi evaluasi dan review karyawan adalah
sebesar 10, sedangkan realisasi tahun 2016 adalah
sebesar 3. Hasil perhitungan menggunakan OMAX,
KPI (E2a) berada pada level 0. Perusahaan Gizi Food
Batu hanya melakukan evaluasi sebanyak 3 kali dalam
setahun, terkadang tanpa melakukan review pekerjaan
secara rutin pada karyawan. Evaluasi hanya dilakukan
jika terjadi kesalahan dalam proses produksi atau
kesalahan yang dilakukan karyawan.
c. KPI (E4a) persentase kegiatan pelatihan dan
pengembangan karyawan yang telah dilakukan berada
pada kategori merah, KPI ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi pengembangan diri karyawan.
Target KPI persentase kegiatan pelatihan dan
pengembangan karyawan adalah sebesar 5,
sedangkan realisasi tahun 2016 adalah sebesar 1.
Hasil perhitungan menggunakan OMAX, KPI (E2a)
berada pada level 0. Perusahaan Gizi Food Batu
hanya melakukan pelatihan karyawan saat karyawan
pertama kali kerja, dan pelatihan tersebut tidak
40
dilakukan secara formal, namun dengan cara
karyawan lama mengajari karyawan baru bagaimana
cara produksi . Perusahaan Gizi Food tidak melakukan
kegiatan pelatihan dan pengembangan karyawan
karena keterbatasan sumber daya manusia. Kegiatan
pelatihan dan pegembangan karyawan dianggap
belum perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi
pengembangan karyawan.
4.7 Implikasi Manajerial
Setelah dilakukan analisis terhadap KPI yang termasuk
pada kategori kuning dan merah pada setiap stakeholder,
maka perbaikan untuk KPI diketahui lebih banyak dilakukan
pada investor. Perbaikan untuk KPIyang berada pada kategori
kuning dan merahadalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Penjualan
Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan adalah
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan. Biasanya
beberapa perusahaan besar menjadikan hal ini sebagai
prioritas utama, karena menjalin hubungan yang baik dengan
konsumen merupakan kunci terakhir yang harus dipegang
perusahaan untuk mencapai kesuksesan dan meningkatkan
penjualan. Cara menjalin hubungan dengan pelanggan adalah
perusahaan membuat database pelanggan, memasukkan data
– data penting beserta kemajuan yang telah dicapai, dan
41
menghubungi mereka secara berkala, mendengarkan dan
memperhatikan kebutuhan pelanggan, dan menginformasikan
mengenai promo produk yang sedang berjalan serta
memberikan support terbaik kepada pelanggan. Pelanggan
yang senang dengan pelayanan perusahaan akan menjadi
loyal. Mereka akan membawa pelanggan baru karena tertarik
dengan pengalaman positif dari pelanggan loyal tersebut.
Meningkatkan penjualan adalah perbaikan yang harus
dilakukan untuk tiga KPI, yaitu:
a. KPITotal Asset Turn Over(I1b), dengan meningkatkan
penjualan maka laba yang didapat akan semakin tinggi
sehingga dapat memperkecil jumlah hutang.Perbaikan
ini dapat menjadikan KPI tersebut berada pada ketegori
aman.Menurut Kusmayadi (2008), peningkatan
penjualan dan profitabilitas dapat menjadikan Total
Asset Turn Over efektif. Karena Total Asset Turn
Overyang efektif sangatlah penting bagi perusahaan.
Untuk menaikkan Total Asset Turn Over dapat
dilakukan dengan menaikkan penjualan dan
profitabilitas suatu perusahaan. Semakin efisien
peningkatan penjualan berarti semakin tinggi rasio total
asset turnover.
b. KPI Debt to equity ratio (I1c), dengan meningkatkan
penjualan maka laba yang didapat akan semakin tinggi
sehingga dapat memperkecil jumlah hutang. Perbaikan
42
ini dapat menjadikan KPI tersebut berada pada ketegori
aman.Menurut Kasmir (2010), struktur modal
merupakan bauran antara hutang dengan modal atau
yang biasa disebut Debt to equity ratio. Penggunaan
hutang dalam suatu perusahaan akan menaikkan nilai
saham dan penjualan karena adanya kenaikan pajak
yang merupakan pos deduksi terhadap biaya hutang.
Semakin tinggi proporsi hutang yang digunakan maka
akan semakin tinggi harga saham dan penjualan.
Kebijakan pendanaan yang tercermin dalam
pencapaian laba yang diperoleh perusahaan sangat
mempengaruhi Debt to equity. Semakin tinggi besarnya
laba dan tingkat penjualan akan mempengaruhi Debt to
equity yang dicapai perusahaan.
c. KPI (I2b) Rentabilitas ekonomi, dengan meningkatkan
penjualan maka laba yang didapat akan semakin tinggi
sehingga dapat memperkecil jumlah hutang. Perbaikan
ini dapat menjadikan KPI tersebut berada pada ketegori
aman.Menurut Suryani (2016), rentabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Efisiensi suatu perusahaan
dapat diketahui dengan menghitung rentabilitasnya
sehingga perusahaan hendaknya mempertinggi
rentabilitas ekonominya. Pencapaian tingkat rentabilitas
43
yang maksimal dari suatu usaha tidak terlepas dari
pengelolaan modal kerja dan peningkatan penjualan.
2. Menstabilkan Persediaan Produk
Menstabilkan persediaan produk merupakan perbaikan
yang harus dilakukan untuk KPI Total Asset Turn Over(I1b).
Dengan menstabilkan persediaan produk, perusahaan tidak
perlu melakukan penolakan jika terdapat pesanan.
Perusahaan Gizi Food Batu harus membuat manajemen
persediaan bahan baku yang baik agar bisa mengelola
persediaan produk yang dimiliki stabil, misal perusahaan Gizi
Food Batu harus melakukan pemesanan bahan baku rutin
setiap awal bulan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku
yang akan diproduksi selama satu bulan, pemesanan yang
dilakukan sebesar 12.000 kg kentang mentah untuk
mencukupi kapasits produksi sebesar 300 - 400 kg kentang
mentah per hari. Dalam hubungannya dengan manajemen
persediaan maka persediaan dapat digolongkan menjadi
bahan baku, bahan setengah jadi yang masih dalam proses
dan juga barang jadi yang digunakan untuk perusahaan.
Menurut Syafitri (2015), perputaran persediaan produk yang
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki pengendalian
persediaan yang efektif sehingga tidak ada persediaan yang
kurang, menumpuk atau berlebihan. Penggunaan dana yang
tertanam dalam perputaran persediaan produk dalam satu
44
periode tertentu (inventory turnover) digunakan untuk
mengetahui rasioinventory turnover yang diperoleh
perusahaan. Semakin stabil perputaran persediaan produk
dalam satu periode tertentu maka semakin efisien perusahaan
dalam melaksakanan operasinya dan semakin efisien
penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan
penjualan yang berarti semakin tinggi total asset turnover.
3. Menambah Sumber Daya Manusia
Menambah sumber daya manusia (SDM) adalah
perbaikan yang harus dilakukan untuk KPI. Cara menambah
sumber daya manusia pada perusahaan Gizi Food Batu
adalah dengan cara merekrut tenaga kerja baru. Menambah
sumber daya manusia (SDM) adalah perbaikan yang harus
dilakukan untuk KPI sebagai berikut :
a. KPI Total Asset Turn Over (I1b), dengan menambah
SDM maka perusahaan dapat meningkatkan produksi
dan KPI Total Asset Turn Over (I1b) dapat diperbaiki.
Menurut Hastiningsih (2015), penambahan sumber
daya manusia (SDM) adalah faktor yang
mempengaruhi peningkatan kinerja dan produksi.
Peningkatan produksi dapat menaikkan Total Asset
Turn Over suatu perusahaan. Penambahan SDM akan
membantu perkembangan perusahaan dan kinerja
semakin efisien.
45
b. KPI Debt to equity (I1c), dengan menambah SDM maka
manajemen keuangan perusahaan dapat lebih diatur
untuk perbaikan KPI Debt to equity (I1c). Menurut
Zuwina (2013), manajemen keuangan yang baik
mampu menghasilkan dan menyalurkan secara
proposional pendistribusian laba akutansi yang
dihasilkannya dengan menentukan kebijakan
pembagian dividen yang stabil, fleksibel dan konstan.
Perusahaan juga dapat memperhatikan informasi yang
terkandung di dalam laporan keuangan, termasuk juga
informasi yang dapat menunjukkan tingkat debt to
equity perusahaan secara jelas sehingga perusahaan
dapat mengetahui kondisi perusahaan. Hal ini berguna
untuk penentuan keputusan pembagian dividen kas
yang berpengaruh pada debt to equity.
c. KPI Frekuensi penerbitan dan evaluasi LPJ keuangan
(I1a) pada investor. Dengan menambah SDM maka
KPI penerbitan dan evaluasi LPJ keuangan (I1a) dapat
berjalan sesuai target. Menurut Puspitasari (2014),
adanya sumber daya manusia dibutuhkan untuk
pengaturan laporan keuangan dan menyajikan semua
aktivitas keuangan perusahaan kepada pihak – pihak
yang membutuhkan. Laporan keuangan merupakan
suatu bentuk informasi yang disajikan setiap
periodenya, dimana dari laporan keuangan tersebut
46
nantinya dapat dipakai sebagai dasar atau cuan dalam
pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon
investor sampai dengan manajemen perusahaan itu
sendiri.
4. Melakukan Promosi Produk di Media Lain
KPI Frekuensi Promosi Barang (C2c) harus melakukan
perbaikan berupa promosi produk di media lain guna
memenuhi target dan tujuan yang diinginkan. Perusahaan Gizi
Food Batu dapat menampilkan produk pada website, blog,
facebook, instagram, dan situs lainnya. Dengan memasang
foto – foto produk yang sekirnya dapat menarik konsumen.
Menurut Ariyanti (2014), perusahaan harus fokus pada
kegiatan promosinya di tengah persaingan yang semakin
ketat. Karena promosi merupakan ujung tombak dari kegiatan
pemasaran. Perusahaan harus melakukan promosi dengan
gencar agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
5.. Peningkatan Inovasi dengan cara menambah variasi
ukuran kemasan atau bentuk kemasan.
Perbaikan untuk KPI Peningkatan Inovasi (C3c) adalah
perusahaan harus tetap melakukan peningkatan inovasi agar
indikator yang berada di level 7 dapat masuk dalam kategori
hijau. Inovasi produk dapat dilakukan dengan memberikan
variasi pada bentuk kemasan (misal : kemasan berbentuk
tabung) atau ukuran kemasan (misal : 100 g). Menurut
Sutapa (2014), industri bersaing tidak hanya mengandalkan
47
harga dan kualitas, tetapi bersaing dengan basis teknologi,
inovasi, kreativitas dan imajinasi. Kemampuan untuk
melakukan inovasi sangat penting agar menciptakan
keunggulan bersaing, keunggulan bersaing menggambarkan
suatu perusahaan dapat bertindak lebih baik dibandingkan
perusahaan lain walaupun mereka bergerak di industri yang
sama.
6.Menambah investor
Menambah investor digunakan untuk menambah modal
yang dapat meningkatkan aktiva lancar. Aktiva lancar adalah
suatu harta yang diharapkan dapat direalisasi menjadi uang
kas dalam waktu tidak lebih dari satu tahun kemudian. Aktiva
lancar (kas, piutang, persediaan) digunakan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya. Menambahinvestoradalah
perbaikan untuk KPI Current Ratio (I3a) pada Investor, dimana
dengan menambah investor maka Perusahaan Gizi Food Batu
dapat meningkatkancurrent ratio. Menurut Warsni (2015),
penambahan modal dari investor akan menyebabkan
perubahan bentuk maupun peningkatan jumlah aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan. Penambahan modal kerja
merupakan manajemen modal kerja yang merupakan
manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar. Penambahan
modal kerja menunjukkan ukuran besarnya investasi yang
dilakukan perusahaan yang bertujuan untuk mengelola masing
– masing pos aktiva lancar dan hutang lancar sedemikian
48
rupa, sehingga pemenuhan kewajiban jangka pendek dapat
dilakukan. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktiva
lancar dan kewajiban jangka pendek untuk menaikkan current
ratio. Current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan
yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap
perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban –
kewajiban financial jangka pendeknya.
1. Mendaftarkan Karyawan untuk Program Jamsostek
KPI Persentase karyawan yang mendapat dana jaminan
sosial tenaga kerja(E1e) harus segera melakukan perbaikan
dengan mendaftarkan karyawan untuk program Jamsostek.
Dengan memperbaiki KPI yang lain maka perusahaan dapat
memperoleh dana tambahan untuk mendaftarkan karyawan
untuk program Jamsostek. Perusahaan Gizi Food harus
melakukan pendaftaran karyawan untuk program Jamsostek
sesuai prosedur yang ada. Perbaikan harus segera dilakukan
karena KPI ini masuk dalam kategori merah. Menurut
Sowolino (2013), perusahaan yang telah berdiri kurang lebih 4
tahun , mempunyai pekerja minimal 10 orang dan membayar
gaji di atas satu juta per bulannya wajib mendaftarkan para
pekerja dalam program Jamsostek.
2. Mengatur Jadwal Evaluasi dan Review Pekerjaan
Karyawan Secara Rutin
KPI Frekuensi evaluasi dan review pekerjaan (E2a) berada
pada kategori merah dan berada pada level 0, maka
49
Perusahaan Gizi Food harus segera mengatur jadwal evaluasi
dan review pekerjaan karyawan secara rutin untuk
meningkatkan produktivitas karyawan.Evaluasi dan review
pekerjaan pada Perusahaan Gizi Food Batu dapat dilakukan
secara rutin setiap satu bulan sekali yang dipimpin oleh pihak
manajer. Menurut Rahadi (2010), evaluasi kinerja merupakan
bagian dari pelaksaan strategi sumber daya manusia yang
merupakan penjabaran dari strategi level unit bisnis dan
strategi level koorporsi. Evaluasi kinerja adalah standar kinerja
yang harus dijadwalkan untuk memperbaiki kinerja para
pegawai. Hasil evaluasi kinerja menunjukkan keunggulan dan
kelemahan kinerja karyawan.
3. Melakukan atau Menjadwalkan Pelatihan Khusus
Perbaikan untuk KPI (E4a) Persentase kegiatan pelatihan dan
pengembangan karyawan yang telah dilakukan pada
employee adalah melakukan atau mejadwalkan pelatihan
khusus untuk karyawan agar karyawan dapat lebih termotivasi
dan karyawan semakin berkembang. Perbaikan ini harus
segera dilakukan mengingat KPI (E4a) berada pada kategori
merah. Pada Perusahaan Gizi Food Batu, pelatihan khusus
untuk para karyawan dapat dijadwalkan setahun sekali atau
dua kali. Pelatihan pengembangan karyawan dapat dilakukan
di luar kota, atau dengan cara memanggil pemateri untuk
datang langsung ke Perusahaan Gizi Food Batu. Menurut
Nurbiyati (2015), program pelatihan dan pengembangan harus
dijadwalkan oleh perusahaan. Pelatihan dan pengembangan
merupakan program yang harus diikuti oleh pegawai untuk
meningkatkan skill pegawai. Perusahaan yang melakukan
50
program pengembangan SDM membukukan laba yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak melakukanya.
1
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengukuran kinerja yang mengintegrasikan
seluruh stakeholder dengan menggunakan metode
Integrated Performance Measurement System (IPMS)
diperoleh sebanyak 33 KPI yang terdiri dari 7 KPI investor,
9 KPI customer, 9 KPI employee, 4 KPI masyarakat, dan 4
KPI supplier. Dengan menggunakan metode Objective
Matrix (OMAX) dan Traffic Light System dihasilkan 23 KPI
merupakan kategori hijau, 5 KPI tergolong kategori kuning
dan 5 KPI merupakan kategori merah.
2. Key Performance Indicator (KPI) yang masuk dalam
kategori kuning adalah Total asset turn over (I1b), Debt to
equity (I1c),rentabilitas ekonomi (I2b), frekuensi promosi
barang (C2c), danPeningkatan inovasi produk (C3c).
3. Key Performance Indicator (KPI) yang masuk dalam
kategori merah adalah frekuensi penerbitan dan evaluasi
LPJ keuangan (I1a), Current ratio (I3a),persentase
karyawan yang mendapat dana jaminan sosial tenaga
kerja (E1e), frekuensi evaluasi dan review pekerjaan
(E2a),dan persentase kegiatan pelatihan dan
pengembangan karyawan yang telah dilakukan.
2
5.2 Saran
Rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki 5 KPI tergolong kuning dan 5 KPI tergolong
merah adalah meningkatkan penjualan dengan cara menjalin
hubungan yang baik dengan pelanggan, menstabilkan
persediaan produk dengan cara manajemen persediaan
bahan baku yang baik , merekrut karyawan baru untuk
menambah sumber daya manusia (SDM), melakukan promosi
produk di media lain (instagram, website dan blog),
menambah Investor, mendaftarkan karyawan untuk program
Jamsostek, mengatur jadwal evaluasi dan review pekerjaan
karyawan secara rutin, dan melakukan atau menjadwalkan
pelatihan khusus.
1
DAFTAR PUSTAKA
Alda, T., Khawarita, dan Aulia. 2013. Analisis Sistem
Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated
Performance Measurement Systems Pada PT.X.
Jurnal Teknik Industri FT USU. 2(1): 37-41.
Adianto, Saryatmo, dan Gunawan. 2014. Analisis
Pengukuran KInerja Perusahaan dengan
Metode Performance Prism dan Scoring
Objective Matrix (OMAX) pada PT. BPAS. Jurnal
Sinergi Universitas Tarumanagara Vo. 18, No.2 .
Jakarta.
Anggraeni, Kalamolloh. 2016. Analisis Beban Kerja
untuk Menentukan Jumlah Karyawan Optimal
pada Koperasi Pesantren (Kapontren) Binaan
Pemerintah Kota Surabaya. Prosiding Seminar
Nasional ekonomi dan Bisnis 191 – 203.
Surabaya.
Aryanti, tria. 2014. Pengaruh Strategi Promosi terhadap
Penjualan Produk di PT. United Indo Surabaya.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol. 3 No.10 1 –
19
2
Artley,W., and Stroh, S. 2001. The Performance Based
Management Handbook : Establishing on
Integrated Preformance Measurement System.
Performance Based Management Special Interest
Group (PBM SIG).New York.
Asropi. 2007. MembangunKey Performance Indicator.
Gramedia. Jakarta.
Astawan, M. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan
Pencegah Hipertensi. http://www.gizi.net.
Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.
Ayu, Venesia. 2010. Penerapan Balanced Scorecard
untuk Mengukur Kinerja Rumah Sakit (Studi
Kasus RSU.Dr. Syaiful Anwar Malang).
Universitas Brawijaya.Malang.
Batubara, Khairunnisa. 2013. Pengaruh Gaji, Upah dan
Tunjangan Karyawan terhadap Kinerja
Karyawan pada Perusahaan PT. XYZ. E- jurnal
Teknik Industri Universitas Sumatera Utara Vo. 13
No.5 23 – 28. Sumatera Utara.
3
Budisantoso, Toto. 2014. Bank da Lembaga Keuangan
Lain. Salemba Empat. Jakarta
Ciptani, M. 2000. Balanced Scorecard sebagai
Pengukuran Kinerja Masa Depan : Suatu
Pengantar.Jurnal Akutansi dan Keuangan. 2(1):
21-35.
Chopra. 2010. Supply Chain Management : Strategy,
Planning, and Operation. Pearson Education.
Singapore.
Darhim, Rully dan Yaya. 2016. Keterampilan Mahasiswa
dalam Melakukan Penelitian Pendidikan
Matematika melaluli Pembelajaran Berbasis
Riset. Jurnal Beta Universitas Pendidikan
Indonesia ISSN : 2085 – 5893 Vol.9 No.1 1- 14.
Bandung
Fahmi, Muhammad. 2013. Pengaruh Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan Honda terhadap Citra
Perusahaan PT. AHM. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajaemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Vol. 2 No.12 2- 24. Surabaya.
4
Fisk. Peter .2006. Marketing Genius.Gramedia . Jakarta.
Gunarto, A. 2003. Pengaruh Penggunaan Ukuran Bibit
terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Mutu
Umbi Kentang Bibit G4. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia 5: 173 – 174.
Hantono. 2015. Pengaruh Current Ratio dan Debt to
Equity Ratio terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan
Sejenisnya. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskill Vol. 5
No.1 21 -29.
Handoko, J. 2012. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing pada Saat Penawaran
Umum Saham Perdana. Jurnal Ilmiah Akutansi
Vol.1 No. 2 99 – 105 . Surabaya.
Harahap, Sofyan. 2010.Analisis Krisis atau Laporan
Keuangan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Hastiningsih, W. 2015. Peningkatan Sumber Daya
Manusia Pengrajin Gitar sebagai Industri
Kreatif Dukuh Kembangan Sukoharjo Jawa
Tengah. Hotelier Jurnal Polteknik Indonesia
5
Surakarta ISSN 2442 – 7934 Vol. 1 No. 1 1 – 25.
Sukoharjo
Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi
. Gramedia. Jakarta.
Indriani, Agustina. 2014. Analisis Pengaruh Gaji dan
Tunjangan Kesejahteraan terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Operation
department PT. Export Leaf Indonesia. Jurnal
Paradigma Vol. 12 No. 01 41 – 56
Iramani, Rr. Erie Febriani. 2005. Financial Value Added :
Suatu Paradigma Baru dalam Pengukuran
Kinerja dan Nilai TambahPerusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Universitas Kristen
Petra 1(7):1- 10. Surabaya.
Kasmir . 2010. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan
Ketiga Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kusmayadi, Dedi. 2008. Analisis Profit Margin, Total
Asset Turnover, dan Equity Multiplaner
terhadap Profitabilitas. Jurnal Ichsan Gorontalo.
Vol 3. No. 4
6
Laitinen,E., Scand,J. 2002. A Dynamic Performance
Measurement System : Evidence from Small
Finnish Technology Companies.Scandinavian
Journal of Management. Department of
Accounting and Business Finance. University of
Vaasa 18:65 – 99. Finland.
Maulidia, F., Nasir, dan Arif. 2014. Perancangan Sistem
Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated
Performance Measurement System (IPMS).
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri.
2(1): 1-10.
Martono, Harjito. 2011. Manajemen Keuangan. Edisi
kedua Penerbit Ekonosia. Yogyakarta.
Marlina, Clara. 2008. Analisis Pengaruh Cash Position,
Debt to Equity Ratio, dan Return Assets
terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal
Manajemen Bisnis Vol. 2 No. 1 1 – 6. Medan
Mukhtarom, Syahrul. 2010. Pengukuran Kinerja di PT.
Citra Bunga Persada dengan Menggunakan
Metode IPMS. Jurnal Institut Sepuluh November
3(1): 120-125. Surabaya.
7
Mulyadi.2007.Sistem Perencanaan Pengendalian
Manajemen Sistem Pelipat Ganda Kinerja
Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.
Murjito, Ali. 2010. Magang Kewirausahaan pada Industri
Jasa Perawatan dan Penjualan Suku Cadang
Kendaraan Bermotor di Yamaha DAU Motor.
Jurnal Didikasi Universitas Muhammadiyah
Malang Vol. 7 97 – 107. Malang.
Muskh. 2014. Analisis Efektifitas Program Magang
untuk Disinkronisasi Link dan Match erguruan
Tinggi dengan Dunia Industri (Studi Terhadap
Program Magang pada Fakultas Ekonomi Prodi
Manajemen Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara). Jurnal Manajemen dan Bisnis
Vo. 14 No.01 64 – 76. Medan.
Mowen, John C dan Minor Mihael. 2002. Perilaku
Konsumen. Jilid 1 Erlangga . Jakarta.
Nasdian, Fredian. 2006. Pengembangan Masyarakat.
Jurnal Institut Pertanian Bogor Vol.5 No.1. Bogor
8
Nurbiyati, Titik. 2015. Evaluasi Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jurnal Kajian Bisnis UII
Yogyakarta Vol. 23 No.1 52 – 63. Yogyakarta
Parmenter, David. 2010. Key Performance Indicator.
Gramedia. Jakarta.
Puspitasari, Ika. 2014. Rasio Aktivitas dan Profatibilitas
untuk Menilai Kinerja Keuangan pada Opitik
Airlangga Surabaya. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen Vol.3 No.7 1 – 22
Rahadi, Dedi. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya
Manusia. Tunggal Mandiri Publishing. Malang.
Rompuy,H. 2012. Overview of The EFQM Excellence
Model. Avenue des Olympiades 2 Publisher.
Brussels.
Roesdi, Roesnally. 2008. Gaji Tambahan dan Upah
Tambahan terhadap Motivasi Pekerja (Studi
Kasus PT. Perkebunan Nusantara VII Bandar
Lampung). Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.5
No.1 45 -57 . Bandar Lampung
9
Rudito, Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Edisi I
Penerbit Rekayasa Bisnis. Jakarta.
Saaty, T. 2008. Relative Measurement and Its
Generalitation in Decision Making Why
Pairwise Comparisons are central in
Mathemathics for The Measurement of
Intangible Factors The Analytical
Hierarcy/Network Process. Rev, R.Acad. Cien
Sereie A Mat. Vol. 102 (2) : 251- 318.
Samrin, L. 2012.Akutansi Manajemen : Informasi Biaya
untuk Mengendalikan Aktivasi Operasi dan
Informasi. Edisi Pertama Kencana. Jakarta.
Sartono. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan
Aplikasi. Edisi Keempat BPFE. Yogyakarta.
Simanjuntak, Payaman. 2005. Manajemen dan Evaluasi
Kinerja. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Sowolino. 2013. Pelakasanaan Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Pemeliharaan Kesehatan bagi
10
Pekerja di Hotel Poncowinatan. Jurnal Ilmah
Hukum Ekonomi Bisnis Universitas Atmajaya
Yogyakarta Vol. 02 1 - 17
Suartika, I., Made. 2007.Perancangan dan Implementasi
System Pengukuran Kinerja dengan Metode
IPMS (Studi Kasus Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mataram. Jurnal Teknik Industri 9 (2)
: 131 – 143.i,
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan
Kompetesi SDM : teori, dimensi, dan
Implementasi dalam Organisasi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Suharnoko. 2004. Hukum Perjanjian : Teori dan Analisis
Kasus. Cetakan I Predana Media. Jakarta
Suryani, Arna. 2016. Analisis Pengaruh Tingkat
Perputaran Piutang dan Tingkat Perputaran
Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomi
pada PT. Afresh Indonesia Jambi. Jurnal Ilmiah
Universitas Batang Hari Jambi Vol.16 No.1 17 –
22
11
Sutapa, Mulyana. 2014. Peningkatan Kapabilitas
Inovasi, Keunggulan Bersaing dan Kinerja
melalui Pendekatan Quadruple Helix : Studi
pada Industri Kreativ Sektor Fashion. Jurnal
Manajemen Teknologi Universitas Islam Sultan
Agung Semarang Vol. 13 No.3 304 - 321
Suwignjo, P. 2000. Sistem Pengukuran Kinerja : Sejarah
Perkembangan dan Agenda Penelitian ke
Depan Proceeding Seminar Nasional
Performance Management Bagian C. Hotel
Wisata. Jakarta.
Syafitri, Lili. 2015. Pengaruh Inventory Turnover dan
Total Asset turnover terhadap Profitabilitas
pada CV. Teluk Kenangan Ogan Ilir. Jurnal
Ilmiah STIEN MDP Vo. 4 No. 2 74 – 83
Palembang
Thahjo, Tamtono, dan Ardiyanto. 2008. Pengukuran
Produktivitas Proses Produksi PT.Halco
dengan Menggunakan Alat Ukur OMAX. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
12
Tominanto. 2012. Sistem Pendukung Keputusan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Penentuan Prestasi Kinerja Dokter pasa RSUD. Sukoharjo.Jurnal Kesehatan Vol 2(1) : 2-4.
Warsani, Purnama. 2015. Pengaruh Utang Jangka
Oendek terhadap Tingkat Rasio Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI). Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Vol. 1 No.2 1 – 11. Medan.
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja PT. Raja Grafindo.
Persada. Jakarta.
Widodo, Tri. 2016. Pengaruh Kelengkapan Produk dan
Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Kasus pada Swalayan Ada
Baru Salatiga). Jurnal STIE AMA Vol. 9 No.17.
Salatiga.
Widyantoro, Nova. 2012. Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Siswa dalam Mengikuti Lomba LKS
di SMK Negeri 3 Semarang denganMetode
Analithical Hierarchi Process.Jurnal Sistem
Informasi FIK-UDN. Semarang. Hal 1-4.
13
Winarni., Paulo,.dan Oesman,T. 2012. Perancangan
Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan
dengan Metode Performance Prism.Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
Periode III. ISSN:1979-911x.
Wisher, JD. 2003. A Structural Equation Model of
Supply Chain Management Strategic and Firm
Performance. Journal Business of Business
Logistic Vol.. 24 No.1.Singapore
Zuwina, Miraza. 2013. Pengaruh Dividen terhadap
Hubungan antara Return on Asset, Debt to
Equity Ratio, dan current Ratio dengan Harga
Saham Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI. Jurnal E – Maksi Harapan Vol. 1
No.1 1- 25