PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

38
PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI TERHADAP NIAT WHISTLEBLOWING COVER TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Frandyo Izak Muskita NIM: 232015128 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI SALATIGA 2019

Transcript of PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

Page 1: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI

TERHADAP NIAT WHISTLEBLOWING

COVER

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Frandyo Izak Muskita

NIM: 232015128

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SALATIGA

2019

Page 2: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Page 3: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Page 4: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

iv

PENJELASAN UNTUK KARYA TIDAK DIUNGGAH

Page 5: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

v

LEMBAR PENGESAHAN

Page 6: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Page 7: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

vii

MOTTO

“Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau

percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”

(Yohanes 11:40)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.”

(Filipi 4:13)

“Beginnings are usually scary, and endings are usually sad, but its everything

in between that makes it all worth living”

(Bob Marley)

Page 8: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

viii

KATA PENGANTAR

Berawal dari ketertarikan penulis terhadap berbagai fenomena kecurangan yang terjadi

dalam berbagai organisasi di Indonesia, mendorong penulis untuk membuat penelitian

mengenai fenomena-fenomena tersebut. Banyak fenomena kecurangan yang terjadi pada

instansi pemerintahan, perusahaan maupun Lembaga lainnya. Sehingga tugas akhir ini

diangkat dengan judul “Pengujian Keefektifan Sistem Pelaporan dan Respon Organisasi

terhadap Niat Whistleblowing ” yang disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan

masih terdapat kekurangan yang mungkin ditemukan. Namun, penulis berharap agar hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, serta dapat memberikan dorongan bagi peneliti lain untuk melakukan

pengembangan penelitian serupa dikemudian hari.

Salatiga, 17 september 2019

Penulis

Page 9: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

ix

ABSTRACT

Whistleblowing is disclosure of individual or organizational fraud committed by

members of the organization related to the practice of fraud in the organization. The

organization's reporting and response system is related to whistleblowing intentions and is a

whistleblower's consideration in conducting whistleblowing. This study was conducted to

examine the causality relationship between the reporting system and the organizational

response given to whistlebowing intentions. This research was conducted with laboratory

studies at two universities in Central Java by using 88 students majoring in accounting as

respondents in this study, and produced 73 data that could be used. The research design uses

2x2 between subjects and manipulates the reporting system and organizational responses. The

result showed that subjects who experienced an online reporting system and got the response

system of a whistleblower to tend to have higher intentions in carrying out whistleblowing.

Still, subjects who used the offline reporting system and did not get the response system of a

whistleblower would tend to be lower in their intention to do whistleblowing.

Keywords: Reporting System, Organizational Response, Whistlebowing Intention

Page 10: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

x

SARIPATI

Whistleblowing merupakan pengungkapan kecurangan individu atau organisasi yang

dilakukan oleh anggota organisasi terkait praktik kecurangan dalam organisasi. Sistem

pelaporan dan respon organisasi berhubungan dengan niat whistleblowing dan menjadi

pertimbangan whistleblower dalam melakukan whistleblowing. Penelitian ini dilakukan untuk

menguji hubungan kausalitas antara sistem pelaporan dan respon organisasi yang diberikan

terhadap niat whistlebowing. Penelitian ini dilakukan dengan studi laboratorium pada dua

Universitas di Jawa Tengah dengan menggunakan 88 mahasiswa jurusan akuntansi sebagai

responden dalam penelitian ini, dan menghasilkan 73 data yang dapat digunakan. Desain

penelitian menggunakan 2x2 between subject dan memanipulasi sistem pelaporan dan respon

organisasi. Hasil menunjukkan bahwa subjek yang menggunakan sistem pelaporan online dan

mendapatkan respon organisasi cenderung lebih tinggi niatnya dalam melakukan

whistleblowing. Sedangkan subjek yang menggunakan sistem pelaporan offline dan tidak

mendapatkan respon organisasi cenderung lebih rendah niatnya dalam melakukan

whistleblowing.

Kata Kunci: Sistem Pelaporan, Respon Organisasi, Niat Whistlebowing

Page 11: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

xi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

karunia-Nya yang tak terhingga serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proses perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa banyak

sekali pihak yang telah membantu, mendoakan serta memberikan motivasi dan saran kepada

penulis selama menyelesaikan proses perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Orang tua tercinta, Jopy Joel Marthinus Muskita dan Mercya Lory venka Muskita, serta

saudara saya Yondry Muskita, Jovanka Hendriks, Yanviera Hendriks, Karla Muskita,

serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung, memberi semangat, inspirasi,

doa dan bantuan material kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Prof. Dr. Intiyas Utami, SE., M.Si., Ak., Ca., CMA, QIA selaku dosen pembimbing

tugas akhir maupun rancangan tugas akhir. Terima kasih atas waktu dan ilmu yang telah

diberikan serta kesabaran dalam membimbing penulis sejak penulisan rancangan tugas

akhir hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

3. Bapak David Adechandra Ashedica Pesudo, SE., M.Ak. dan Bapak Paskah Ika

Nugroho. SE., selaku penguji rancangan tugas akhir yang telah memberikan banyak

saran dan kritik yang sangat berguna bagi penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang banyak memberikan

pengalaman dan pelajaran berharga dari awal hingga akhir proses perkuliahan.

5. Seluruh staf Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang telah membantu penulis

dalam kelancaran perijinan penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat terbaik yang sudah memberikan semangat, motivasi dan kesempatan

untuk bisa berbagi pengalaman dalam suka maupun duka dari awal hingga akhir masa

perkuliahan (Titin, Roberth, Jeaxel, Valensya, Bill, Hero, Dimas, Angga, Maxwell,

Jarot, Dancot, Monces, Piping, Nya, Risa, Meme, Lani, Camel, Uti, Imma).

7. Seluruh teman-teman anak bimbingan Prof Intiyas Utami yang telah memberikan

bantuan selama proses penulisan tugas akhir.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2015 yang meluangkan waktu untuk

berbagi ilmu, memberikan dukungan dan semangat.

9. Bapak Prof. Vincent Didiek Aryanto MBA, Ph.D serta pihak dekanat Universitas Dian

Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ijin penulis dalam pengambilan data

untuk menyelesaikan tugas akhir.

Page 12: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

xii

10. Seluruh responden dalam hal ini mahasiswa yang sudah mau meluangkan waktu dan

bersedia mengisi modul eksperimen.

11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

mendoakan dan mendukung penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian tugas

akhir.

Penulis tidak dapat membalas setiap kebaikan, doa dan dukungan yang telah diberikan

kepada penulis. Penulis hanya bisa berterima kasih yang sebesar-besarnya dan berdoa kiranya

Tuhan Yang Maha Esa menyertai setiap langkah hidup mereka. Akhir kata, dengan segala

kerendahan hati semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak.

Salatiga, 16 September 2019

Frandyo Izak

Page 13: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

xiii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ......................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ............................................................................ iii

PENJELASAN UNTUK KARYA TIDAK DIUNGGAH ....................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ....................................................... vi

MOTTO .................................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................................. ix

SARIPATI ................................................................................................................................ x

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI......................................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xv

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ..................................................... 3

KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3

Theory of Planned Behavior (TPB) ..................................................................................... 3

Whistleblowing .................................................................................................................. 4

Respon Organisasi terhadap Whistleblower .................................................................. 4

Niat Whistleblowing .......................................................................................................... 5

PERUMUSAN HIPOTESIS ............................................................................................... 6

Hubungan antara Sistem Pelaporan dengan Niat Whistleblowing .............................. 6

Hubungan antara Respon Organisasi dengan Niat Whistleblowing............................ 7

Page 14: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

xiv

Hubungan antara Sistem Pelaporan dan Respon Organisasi terhadap Niat

Whistleblowing .................................................................................................................. 8

METODA PENELITIAN ........................................................................................................ 8

Tugas dan Prosedur Eksperimen ....................................................................................... 9

Teknik Analisis ................................................................................................................... 10

HASIL PENELITIAN ........................................................................................................... 11

Gambaran Umum Eksperimen ........................................................................................ 11

Pengecekan Manipulasi ..................................................................................................... 12

Pengujian Randomisasi ..................................................................................................... 13

Uji Hipotesis 1 .................................................................................................................... 14

Hubungan Sistem Pelaporan dengan Niat Whistlelowing .......................................... 14

Uji Hipotesis 2 .................................................................................................................... 16

Hubungan Respon Organisasi dengan Niat Whistleblowing ...................................... 16

Uji Hipotesis 3 .................................................................................................................... 17

Interaksi antara Sistem Pelaporan dan respon organiasi terhadap Niat

Whistleblowing. ............................................................................................................... 17

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ................................................................. 20

Simpulan ............................................................................................................................. 20

Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Mendatang ................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

Page 15: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks Eksperimen Penelitian .................................................................................. 9

Tabel 2 Profil Subjek ............................................................................................................ 11

Tabel 3 Hasil Uji One Way Anova ........................................................................................ 14

Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ..................................................................................... 15

Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ..................................................................................... 16

Tabel 6 Test of Between Subjects Effect pada Data Hipotesis 3 .......................................... 18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Plot atas Interaksi Sistem Pelaporan dan Respon Organisasi................19

Page 16: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

1

PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI TERHADAP

NIAT WHISTLEBLOWING

PENDAHULUAN

Seringkali di dalam berjalannya kegiatan entitas perusahaan, terdapat tindakan-

tindakan yang berhubungan dengan kecurangan. Tindakan-tindakan tersebut dapat menjadi

ancaman untuk perusahaan yang biasanya berasal baik dari internal ataupun eksternal

perusahaan. Akan tetapi dalam mencegah berbagai tindakan kecurangan tersebut dan

mengurangi kemungkinan kesalahan, perusahaan dapat mengantisipasi dengan berbagai cara,

diantaranya dengan penerapannya whistleblowing melalui sistem pelaporan yang melibatkan

semua jajaran staf dan karyawan dalam perusahaan tersebut setelah perusahan sendiri meyakini

bahwa sistem tersebut telah tersosialisasi dengan baik dalam perusahaan (Zarefar dan Arfan,

2017), meskipun pada umumnya pengungkapan kecurangan yang terjadi di perusahaan banyak

diungkapkan oleh auditor internal maupun eksternal dan juga pembuat kebijakan (Putri, 2012),

namun terkadang belum tentu menjamin tindakan kecurangan dapat terdeteksi melalui sistem

yang di terapkan.

Terdapat beberapa kasus yang diungkapkan melalui sistem whistleblowing, diantaranya

skandal perusahaan Worldcom. Worldcom merupakan perusahaan di bidang telekomunikasi

yang terpercaya dan terbesar kedua di Amerika Serikat. Namun Worldcom mulai mengalami

penurunan pada awal tahun 2001, sehingga berdampak buruk dan membuat CFO serta auditor

senior harus mengubah laporan keuangan perusahaan. Hal ini menimbulkan kecurigaan oleh

beberapa karyawan di bagian internal perusahaan dengan laporan keuangan perusahaan yang

tidak sesuai. Kecurigaan itu semakin nampak ketika CFO Worldcom memberi perintah untuk

salah seorang karyawan agar tidak menceritakan yang sebenarnya telah terjadi. Akhirnya lewat

kecurigaan tersebut mereka bekerja sama dan mencoba mengaudit laporan keuangan

perusahaan. Pada bulan Mei 2002, mereka berhasil menemukan keganjalan pada laporan

keuangan perusahaan, kemudian di publikasikan dan membuat Worldcom menyatakan

bangkrut.

Selain kasus tersebut terdapat kasus yang cukup mencengangkan yaitu kasus-kasus

yang juga terjadi di Indonesia, diantaranya adalah kasus Susno Duaji yang mengungkapkan

adanya mafia pajak di instansinya. Kasus ini melibatkan Gayus Tambunan seorang staf

Direktorat Jenderal Pajak. Kasus yang dialami adalah pencucian uang dan korupsi dalam upaya

pembebasan Susno Duaji dari dakwaan pencucian uang. Contoh kasus whistleblowing lainnya

Page 17: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

2

yang telah terjadi di Indonesia adalah Agus Condro dalam pemilihan Deputi Senior Bank

Indonesia dan Yohanes Wowuruntu dalam kasus Sistem Administrasi Badan Hukum, melalui

hal tersebut untuk meningkatkan keefektifan whistleblowing, seorang pelapor seharusnya

mendapatkan respon. Sarbanes-Oxley Act 2002, Section 301 & 806, dirancang secara khusus

untuk mendorong whistleblowing dan memberikan respon bagi karyawan yang melaporkankan

adanya kejanggalan atas masalah yang terjadi pada bagian akuntansi ataupun audit. Regulasi

ini sangat diperlukan karena kenyataannya menunjukkan bahwa masalah yang telah terjadi

diungkap oleh karyawan dan bukan auditor sebagai pihak yang memiliki otoritas.

Sistem whistleblowing yang efektif merupakan sistem yang memiliki lima aspek yaitu

manusia dan etis budaya, kebijakan, perlindungan hukum, struktur organisasi serta proses dan

prosedur (Nurhidayat dan Kusumasari, 2018). Saat ini sudah terdapat beberapa organisasi

pemerintahan maupun swasta yang menerapkan sistem pelaporan whistleblowing. Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah mengembangkan sistem pelaporan pengaduan

berbasis internet bernama KPK-Whistleblower System. Lembaga pemerintahan seperti LKPP

juga telah menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa atau di kenal dengan WBS-

Pemerintah. Hal tersebut bertujuan untuk memfasilitasi keluhan pengadaan barang dan jasa

dalam lembaga pemerintahan.

Sistem pelaporan yang baik adalah sistem yang dapat dengan mudah diakses dan

mampu dapat menjaga identitas para whistleblower (Near dan Miceli, 1995). Dalam sistem

pelaporan whistleblowing sendiri terdapat beberapa jenis antara lain online dan offline. Sistem

pelaporan secara online sendiri mudah untuk dipakai dan cepat dalam melakukan sebuah

pelaporan kecurangan, salah satunya dengan menggunakan hotlines. Layanan hotline

memungkinkan pelaporan anonim dari kesalahan, yang membantu menurunkan persepsi risiko

pembalasan sebagai konsekuensi dari whistleblowing. Sistem pelaporan secara offline

memakan waktu yang cukup banyak karena harus mengikuti struktur dan seorang

whistleblower harus melakukan pertemuan agar dapat menjelaskan kecurangan yang terjadi

pada organisasi tersebut. Dalam melakukan pelaporan tidak banyak orang yang akan

melakukan whistleblowing apabila dirinya mendapatkan ancaman dan tidak mendapatkan

jaminan keselamatan atas dirinya maupun keluarganya. Maka dari itu perlunya UU yang

mengatur tentang perlindungan bagi whistleblower, harus adanya respon positif serta keadilan

dalam suatu organisasi maupun perusahaan.

Dozier dan Miceli, (1985) menegaskan bahwa respon positif oranisasi melalui

pandangan whistleblower adalah faktor yang paling penting dalam pengambilan keputusan

Page 18: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

3

ketika melakukan whistleblowing. Respon yang diberikan dalam bentuk insentif serta jaminan

bahwa perusahaan mendukung perilaku etis akan menimbulkan persepsi bagi whistleblower

bahwa laporan yang disampaikan akan menghasilkan resolusi, namun faktor utama dalam

keputusan untuk whistleblowing adalah harapan apakah laporan akan menghentikan kegiatan

yang dapat merugikan organisasi (Salsabil et al, 2017).

Kaplan dan Schultz (2007) menguji keefektifan jalur pelaporan secara anonymous

untuk mendorong individu melaporkan kecurangan, pelaporan tersebut juga sangat membantu

jika mendapatkan kemudahan melalui sistem pelaporan secara online dan offline (Bierstaker et

al, 2006). Sistem ini juga masih sangat efektif untuk mendorong individu melaporkan

wrongdoing apabila berada dalam sebuah perusahaan (Lowry et al, 2013). Akan tetapi (Sagara,

2013) menemukan bahwa pelaporan whistleblowing oleh internal auditor lewat sikap

profesionalisme yang dilihat dari sisi kemandirian belum tentu akan dilakukan secara

anonymous baik online maupun offline. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji

hubungan kausalitas antara sistem pelaporan whistleblowing secara anonymous baik online

maupun offline dan respon organisasi terhadap whistleblower dengan kondisi apakah

organasasi / perusahaan memberikan respon ataupun tidak dalam niat melakukan

whistleblowing. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dalam

menerapkan perlindungan bagi whistleblower, yang membedakan penelitian ini dengan

sebelumnya yaitu adanya tambahan variabel mengenai respon organisasi terhadap

pengungkapan whistleblowing. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

bukti empiris bahwa sistem pelaporan whistleblowing dan respon organisasi diperlukan untuk

mendorong niat whistleblowing ketika terjadi kecurangan dalam organisasi tempat ia bekerja.

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

KAJIAN PUSTAKA

Theory of Planned Behavior (TPB)

Park dan Blenkinsopp (2009) menyatakan bahwa TPB dapat menjadi teori umum yang

cocok untuk niat whistleblowing, karena menunjukkan tiga faktor kunci penyebab

whistleblowing, yaitu: sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Alleyne et al.

(2013) mengatakan, sikap adalah penilaian seseorang tentang tingkat persetujuan atau

penolakan atas perilaku tertentu. Norma subjektif merupakan tekanan sosial yang timbul dan

dapat mempengaruhi persepsi perilaku tertentu. Kontrol perilaku merupakan persepsi kekuatan

Page 19: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

4

faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempersulit melakukan perilaku tertentu (Bird et

al, 2018).

Whistleblowing

Whistleblowing dapat dipahami sebagai sistem pelaporan dari karyawan yang

melaporkan kepada pihak internal atau eksternal tentang hal-hal ilegal di lingkungan kerja dan

berharap adanya respon dari pihak perusahaan untuk menindaklanjuti masalah tersebut.

Keenan (1990) mengungkapkan bahwa whistleblowing sebagai laporan oleh anggota

organisasi atas praktik-praktik tidak bermoral tanpa sepengetahuan pimpinan kepada pihak

yang mempunyai wewenang di dalam organisasi yang dapat menimbulkan efek tindakan

perbaikan. Orang yang melaporkan maupun mengungkapkan kecurangan disebut dengan

whistleblower. Hal penting untuk menjadi whistleblower adalah adanya bukti indikasi dan

informasi yang jelas atas pelanggaran yang akan dilaporkan sehingga kemudian dapat

ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang (Lestari dan Yaya, 2017).

(AICPA, 2007) menjelaskan bahwa sistem whistleblowing yang berfungsi adalah

saluran di mana karyawan merasa aman untuk melaporkan kesalahan dan satu aspek utama

bagi karyawan untuk merasa aman adalah ketika proses whistleblowing bersifat anonym.

Melakukan pengungkapan kecurangan menggunakan saluran beridentitas mengalami

hambatan karena adanya tindakan balasan yang akan diterima oleh pengungkap kecurangan

(Utami et al, 2017). Sistem pelaporan whistleblowing yang efektif adalah cara anonym bagi

karyawan untuk melaporkan pelanggaran. Oleh karena itu, bagian utama dari sistem

whistleblowing adalah bagian dari anonimitas, yang memberikan whistleblower integritas yang

diperlukan untuk merasa cukup aman untuk menginformasikan tentang kesalahan (Widi dan

Utami, 2015).

Respon Organisasi terhadap Whistleblower

Whistleblower merupakan pihak internal dari organisasi itu sendiri, ataupun pihak

eksternal (pelanggan, pemasok, masyarakat) yang memberikan laporan serta bukti yang jelas

atas terjadinya pelanggaran, sehingga dapat ditindaklanjuti serta mengubah praktik kecurangan

didalam organisasi (Sagara, 2013). Tindakan whistleblower kadang juga mempertimbangkan

respon dari organisasi tempat ia bekerja. Taylor dan Curtis (2013) menjelaskan bahwa respon

yang diberikan akan mendorong keberanian seseorang dalam melakukan whistleblowing

karena ada tanggapan serta hal-hal yang menjamin keselamatan seorang pelapor baik secara

kerahasiaan indentitas ataupun melalui perlindungan hukum.

Page 20: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

5

Sistem pelaporan kecurangan yang baik dapat memberikan respon serta fasilitas

terhadap whistleblower, antara lain fasilitas jalur pelaporan (telepon, surat, email),

perlindungan terhadap tindakan pembalasan maupun tekanan, penundaan kenaikan pangkat,

pemecatan, gugatan hukum, sampai tindakan fisik. Sistem yang dapat menjamin hal-hal diatas

sangat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap perushaan tempat ia bekerja karena

kenyamanan dan kemanan menjadi faktor penting dalam dunia pekerjaan (Setyawati et al,

2015). Jaminan bagi whistleblower juga dapat diterima melalui perlindungan hukum oleh

pengacara, akan tetapi seorang pelapor harus mempertimbangkan jalur perlindungan ini karena

dapat menghabiskan banyak biaya untuk mendapatkan bantuan tersebut.

Whistleblower biasanya melaporkan kecurangan dalam upaya untuk mengakhiri

kesalahan (Near dan Miceli, 2016) whistleblower juga harus memiliki keberanian dan

keyakinan karena tindakan ini memang penuh risiko. Banyak sekali risiko yang harus dihadapi

seorang whistleblower berkaitan dengan kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Tidak jarang

seorang whistleblower mendapat ancaman-ancaman dan teror pembunuhan dari orang-orang

yang merasa dirugikan dan tidak menyukai keberadaannya (Hanif dan Odiatma, 2017). Dengan

demikian seorang whistleblower membutuhkan respon organisasi agar whistleblower merasa

aman dan dapat mewujudkan niatnya dalam melakukan pelaporan kecurangan.

Niat Whistleblowing

Dalam melakukan whistleblowing, seseorang harus mempunyai niat yang kuat terlebih

dahulu, karena whistleblowing bukanlah hal yang mudah, banyak resiko yang mungkin dapat

mengancam karir hingga keselamatan whistleblower. Niat whistleblowing dapat tercipta

dengan adanya respon serta jaminan bagi seorang pelapor saat melakukan pelaporan

kecurangan. Chiu (2003) sistem whistleblowing sangat efektif dalam mengungkap kecurangan

akan tetapi seorang whistleblower harus lebih mendasarkan keberanaian dan niat dalam

pribadinya serta mempertimbangkan jaminan yang diberikan oleh organisasi seperti dukungan

pengawas, kebijakan informal, sistem opendoor, sistem hadiah, hotline telepon dan prosedur

pengungkapan rahasia formal.

Whistleblowing merupakan monitor yang handal dalam mendeteksi kecurangan yang

terjadi (Alleyne et al, 2013). Niat whistleblowing mengacu pada kemampuan untuk menilai

perilaku seseorang dan orang lain sebagai benar atau salah (Li et al, 2014). Seseorang yang

mengetahui dan ingin mengungkapkan kecurangan yang terjadi dapat memberikan dampak

positif untuk organisasi maupun pihak eksternal. Near dan Miceli (2016) mengungkapkan

Page 21: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

6

bahwa rata-rata whistleblower lebih nyaman melaporkan kecurangan secara internal daripada

eksternal. Dengan melaporkan secara internal terlebih dahulu, organisasi dapat mengambil

tindakan korektif sehingga dapat menangani tindak kecurangan yang terjadi.

PERUMUSAN HIPOTESIS

Hubungan antara Sistem Pelaporan dengan Niat Whistleblowing

Sistem pelaporan dirancang untuk berbagai macam kecurangan diantaranya

melaporkan kecurangan dalam sebuah organisasi. Kaplan dan Schultz (2007) meneliti masalah

yang terkait dengan pembentukan niat pelaporan ke saluran pelaporan internal tertentu.

Kehadiran saluran pelaporan internal secara anonim baik online maupun offline memengaruhi

niat seseorang untuk melaporkan. Bierstaker et al, (2006) menjelaskan bahwa persepsi

seseorang akan meyakini dirinya untuk melaporkan tindak kecurangan jika cara pelaporannya

dapat cepat untuk dilakukan dan indentitasnya juga dapat dirahasiakan. Sampai saat ini belum

diketahui apakah ketersediaan saluran pelaporan anoym baik online maupun offline secara

sistematis mempengaruhi niat pelaporan seseorang. Kami percaya bahwa anggota organisasi

akan cenderung menggunakan saluran pelaporan anonym ketika saluran pelaporan non-

anonym tersedia.

Kaplan dan Schultz (2007) mengatakan bahwa dari perspektif organisasi untuk sistem

pelaporan internal yang baik adalah anonym. Sistem pelaporan anonym menawarkan peluang

untuk meningkatkan integritas pelaporan dan untuk memungkinkan sistem pelaporan yang

lebih efektif untuk melakukan pelaporan tindakan kecurangan yang terjadi dalam organisasi

(Salsabil et al, 2017). Bierstaker et al, (2006) menjelaskan bahwa sistem pelaporan secara

online sendiri mudah untuk dipakai dan cepat dalam melakukan sebuah pelaporan kecurangan,

salah satunya dengan menggunakan hotlines. Layanan hotline memungkinkan pelaporan

anonym dari kesalahan, yang membantu menurunkan persepsi risiko pembalasan sebagai

konsekuensi dari whistleblowing. Sehingga ketika sistem pelaporan di dalam suatu organisasi

dapat menjamin kerahasiaan seorang pelapor bahwa sistem pelaporan yang baik adalah secara

anonym dan dapat dilakukan secara online maka niat seorang pelapor akan lebih tinggi

dibandingkan sistem non-anonym walaupun secara online. Dengan demikian dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H1: Subjek dalam kondisi sistem pelaporan online memiliki niat whistleblowing

lebih tinggi dibandingkan subjek dalam kondisi sistem pelaporan offline.

Page 22: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

7

Hubungan antara Respon Organisasi dengan Niat Whistleblowing

Gray (2004) menjelaskan bahwa whistleblower dapat menangkap dan memfokuskan

perhatian orang lain. Konotasi lainnya adalah memberikan tanda agar suatu tindakan harus

dihentikan seperti ketika seorang whistleblower melakukan pelaporan untuk menghentikan

perilaku yang dianggap berbahaya bagi perusahaan. Dalam melakukan whistleblowing seorang

whistleblower juga mempertaruhkan respon dari organisasi khususnya oleh pimpinan tertinggi

karena, dalam sampel dari 3.288 pegawai pemerintah, 53 persen dari semua tidak aktif,

pengamat menyatakan bahwa mereka tidak melaporkan kesalahan yang diamati karena tidak

ada keyakinan adanya respon organisasi untuk menindaklanjuti laporan tersebut (Taylor dan

Curtis, 2013).

Whistleblower memiliki perlindungan hukum ketika atasan melakukan pemecatan atau

sebaliknya memperlakukan mereka dengan tidak pantas sebagai pembalasan karena

melaporkan masalah baik secara internal, kepada manajemen eksekutif, atau secara eksternal,

kepada pers atau otoritas penegak hukum. Whistleblower biasanya mengungkapkan

kekhawatiran mereka secara eksternal hanya setelah mereka tidak menerima respon korektif

secara internal (Jalil, 2014). Whistleblower terkadang dilihat sebagai tindakan yang kurang etis

akan tetapi, ada juga yang beranggapan bahwa whistleblowing sebagai suatu bentuk tindakan

yang dapat meningkatkan keamanan suatu organisasi, dan bahkan patut diberi penghargaan

(Putri, 2012).

Whistleblowing memiliki peran penting dalam kemajuan suatu organisasi karena

memikirkan jangka panjang dengan memperhatikan misi dan keberhasilan organisasi mereka

(Kassa dan Utami, 2019). Whistleblower mempunyai hak mendapatkan respon positif

organisasi seperti perlindungan hukum yang lebih baik dan begitu juga publik. Tidak adanya

respon organisasi adalah disinsentif utama bagi karyawan yang bersangkutan untuk bertindak

melindungi publik dengan melaporkan kecurangan yang terjadi. Meng dan Fook (2011)

menjelaskan bahwa respon positif secara langsung maupun harus berada pada jalur

perlindungan hukum terhadap whistleblower mempengaruhi niat whistleblowing dalam suatu

organisasi. Dengan demikian niat untuk melakukan whistleblower semakin tinggi jika

mendapatkan perlindungan hukum. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

Page 23: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

8

H2: Subjek dalam kondisi mendapatkan respon organisasi memiliki niat

whistleblowing lebih tinggi dibandingkan subjek dalam kondisi tidak

mendapatkan respon organisasi

Hubungan antara Sistem Pelaporan dan Respon Organisasi terhadap Niat

Whistleblowing

Seorang karyawan yang menyadari kesalahan di dalam manajemen perusahaan, ia

memiliki dua pilihan yaitu melaporkan kesalahan yang ada atau tidak menghiraukannya karena

pada umumnya dalam situasi melaporkan ataupn tidak, individu pasti akan merasa terbebani

(Nugraha, 2017). Ketika individu ingin melaporkan suatu kesalahan di dalam organisasi ia

harus memiliki keinginan yang kuat sehingga dapat memotivasi individu dalam melakukan

tindakan atau disebut sebagai niat. Hanif dan Odiatma (2017) memaparkan bahwa individu

akan memikirkan apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah efektif dalam memberi

respons ataupun tidak. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3: Terdapat interaksi antara sistem pelaporan dan respon organisasi terhadap niat

whistleblowing

METODA PENELITIAN

Riset ini menggunakan eksperimen 2x2 between subjects, dengan variabel niat

whistleblowing sebagai variabel independen serta variabel sistem pelaporan dan respons

organisasi terhadap whistleblower sebagai variabel dependen. Subjek dalam penelitian ini yaitu

mahasiswa akuntansi yang sedang mengambil mata kuliah pengauditan. Penelitian ini memilih

mahasiswa sebagai subjek eksperimen karena mahasiswa memiliki tingkat konsentrasi yang

tinggi dan memiliki kemampuan dalam menganalisis kasus dengan baik (Carini et al, 2003).

Mahasiswa yang mengambil mata kuliah pengauditan adalah mahasiswa yang berada pada

tahun kedua semester genap. Mahasiswa yang menjadi subjek eksperimen dianggap sudah

memahami mata kuliah pengauditan, karena penelitian ini dilakukan pada saat perkuliahan di

akhir semester pada dua Universitas terakreditasi A di Jawa Tengah. Perbedaan tempat

penelitian tidak mempengaruhi niat whistleblowing, karena niat whistleblowing berasal dari

dalam diri seseorang (Dozier dan Miceli, 1985).

Penugasan audit dalam penelitian ini berkaitan dengan keinginan karyawan untuk

melaporkan tindak kecurangan yang terjadi pada perusahaan tempatnya bekerja. Dengan

memahami mata kuliah pengauditan, mahasiswa yang berperan sebagai staf akuntan di

Page 24: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

9

perusahaan mampu menganalisis penugasannya karena telah diulas dalam materi kecurangan

dalam mata kuliah pengauditan. Contoh penelitian yang menggunakan eksperimen dengan

subjek penelitian mahasiswa yaitu adalah (Widi dan Utami, 2015) yang meneliti tentang

whistleblowing.

Tugas dan Prosedur Eksperimen

Subjek dibagi menjadi 4 grup secara acak dengan perlakuan sistem pelaporan online,

sitem pelaporan offline, mendapatkan respon, serta tidak mendapatkan respon dari organisasi

Matriks desain penelitian dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1 Matriks Eksperimen Penelitian

Niat Whistleblowing Sistem Pelaporan Whistleblowing

Online offline

Respon Organisasi Ya Grup 1 Grup 2

Tidak Grup 3 Grup 4

Dalam penelitian ini Subjek berperan sebagai karyawan staf keuangan PT Toshiba yang

sedang melakukan penyusuan laporan keuangan akhir tahun. Salah satu karyawan staf

marketing meminta bantuan staf keuangan tersebut untuk memanipulasi hasil penjualan yang

nantinya dimasukan dalam laporan keuangan akhir tahun. Namun karyawan staf keuangan

tersebut ragu untuk melakukan kecurangan tersebut. Subjek yang berperan sebagai karyawan

dihadapkan pada permintaan untuk melakukan kecurangan berupa pemanipulasian data; serta

peraturan perusahaan yang ditetapkan untuk pelaku kecurangan yang begitu ketat. Karyawan

memiliki kesempatan untuk melapor kecurangan kepada pemimpin perusahaan.

Subjek memiliki fasilitas pelaporan baik secara online maupun offline, sesuai dengan

modul yang diterima. Subjek yang mendapat fasilitas pelaporan secara online memiliki fasilitas

pelaporan online yang disebut dengan Whistleblowing System (WBS) PT Toshiba. Subjek yang

berfasilitaskan pelaporan anonim secara offline, melaporkan tindakan kecurangan dengan cara

mendatangi langsung pemimpin perusahaan, melalui telepon, maupun menggunakan surat

yang ditujukan kepada pemimpin perusahaan. Subjek juga nantinya mendapat respon dari

perushaan jika dapat dibuktikan kebenaran kecurangan tersebut, namun jika tidak dapat

dibuktikan maka pemimpin perusahaan tidak akan memberikan respon kepada pelapor.

Page 25: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

10

Pada awal penugasan audit, subjek dibagi 4 grup secara acak yang terdiri dari grup 1

(sistem pelaporn online – adanya respon postif organisasi), grup 2 (sistem pelaporn offline –

adanya respon positif organisasi), grup 3 (sistem pelaporn online – tidak adanya respon) dan

grup 4 (sistem pelaporn offline – tidak adanya respon). Dalam pelaksanaanya subjek mendapat

modul berbeda-beda secara acak dan dijelasakan tatacara pengisian modul serta penjelasan

informasi tiap modul, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Tahap kedua, subjek diberikan waktu

untuk mengisi data secara lengkap, dengan tujuan untuk pengujian demografi yang mungkin

akan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Tahap ketiga, subjek diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan umum dalam

bidang audit. Terdapat beberapa pertanyaan umum dalam bidang audit karena tindakan

whistleblowing merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam bidang audit. Tahap

keempat, subjek diberi informasi tentang profil perusahaan tempat mereka bekerja. Subjek

berperan sebagai karyawan yang sedang mempertimbangkan niat untuk melaporkan kasus

manipulasi data penjualan lewat sistem yang dipakai serta respon yang akan diberikan oleh

pimpinan perusahaan. Kemudian subjek menerima lima pertanyaan pengecekan manipulasi

atas pemahaman tugas dan perannya sebagai karyawan yang sedang dalam pertimbangan

pengambilan keputusan. Tahap kelima, modul yang sudah berisikan jawaban akan

dikumpulkan. Tahap keenam adalah debriefing yang berguna untuk mengembalikan kondisi

subjek ke dalam keadaan awal.

Teknik Analisis

Tahap pertama yang dilakukan adalah pengujian atas pengecekan manipulasi, dengan

tujuan untuk mengetahui subjek yang lolos dan tidak lolos dalam pengecekan manipulasi

tersebut. Selanjutnya adalah pengujian deskriptif subjek dan pengujian keefetifan randomisasi

dengan One Way Analysis of Variance (ANOVA). Tujuan pengujian randomisasi berguna untuk

memberi keyakinan bahwa hanya manipulasi yang berpengaruh terhadap keputusan subjek

untuk melakukan whistleblowing, bukan karena perbedaan karakteristik demografi.

Randomisasi efektif bila tidak ada perbedaan keputusan subjek dalam melakukan

whistleblowing antar subjek berdasarkan karakteristik demografi. Pengujian hipotesis pertama

dan kedua diolah dengan menggunakan uji Independent-Sample T-test. Pengujian hipotesis tiga

menggunakan two way Anova untuk melihat adanya interaksi atau tidaknya antar dua variabel

bebas. Hipotesis diterima jika probabilitas di bawah 0,05 artinya terdapat perbedaan signifikan

Page 26: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

11

dalam keputusan subjek untuk melakukan whistleblowing antara grup pembanding dengan

grup yang dibandingkan.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Eksperimen

Eksperimen dilakukan pada dua Universitas terakreditasi A di Jawa tengah yang

ditujukan kepada mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah pengauditan. Subjek yang

telah mendapatkan perlakuan dan lolos dari lima pertanyaan manipulasi atas peran, tugas dan

atas manipulasi yang diberikan sebanyak 73 dari total 88 mahasiswa. Karakteristik masing-

masing subjek terdiri atas empat kategori yaitu jenis kelamin, umur, indeks prestasi kumulatif,

dan semester.Adapun profil subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini ditunjukkan

dalam Tabel 2.

Tabel 1 Profil Subjek

Keterangan Total Presentase

Jenis Kelamin:

Wanita 62 84,9%

Pria 11 15,1%

Umur:

19-21 73 100%

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK):

2,50-2,99 1 1,4%

3,00-3,50 44 60.3%

≥3,5 28 38,3%

Semester:

<5 20 27,4%

≥5 53 72,6%

Page 27: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

12

Tabel 2 memberikan informasi bahwa total subjek baik pria maupun wanita berjumlah

73 orang. Mayoritas subjek pada penelitian ini sedang menempuh masa studi semester kedua

tahun ajaran 2018/2019 yang dimana subjek sedang mempelajari matakuliah audit. Terhitung

bahwa 1 orang memiliki IPK dengan rentang 2,50 – 2,99; sejumlah 44 orang memiliki IPK

3,00 – 3,50; sedangkan 28 orang memiliki IPK lebih dari 3,50. Rata-rata usia subjek dalam

penelitian ini berumur 19-21 tahun.

Dalam penelitian ini subjek berperan sebagai seorang staf akuntan keuangan PT

Toshiba, yang bertugas untuk menyusun laporan keuangan yang dipertanggungjawabkan

kepada pemimpin perusahaan. Akan tetapi dalam penyusunan laporan tersebut terdapat tindak

kejahatan oleh staf marketing, karena kegagalan pencapaian target penjualan yang terjadi di

tahun tersebut, membuat staf marketing meminta agar data penjualan dapat di manipulasi,

dengan peringatan, jika tidak dilakukan ia dapat melakukan tindak kejahatan, namun di sisi

lain ketika kecurangan itu diketahui pemimpimpin perusahaan maka subjek akan diberi sanksi

yang berat sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Pada awal penugasan, subjek diberi

pertanyaan pengecekan manipulasi dengan memberikan penilaian apakah subjek akan

melakukan pelaporan kecurangan jika terjadi kasus manipulasi data penjualan di tahun

tersebut, sesuai dengan sistem pelaporan yang diberikan baik online maupun offline serta

respon pemimpin perusahaan kepada subjek tersebut.

Pengecekan Manipulasi

Pengecekan manipulasi sistem pelaporan dan respon organisasi dengan melihat hasil 5

pertanyaan yang diberikan pada manipulasi yang diberikan. Pengecekan manipulasi atas sistem

pelaporan dan respon organisasi dilakukan untuk menentukan subjek yang lolos untuk diuji.

Subjek yang telah lolos dari 5 pertanyaan pre-test dan pengujian informasi tentang profil

perusahaan sebanyak 88 mahasiswa. Setelah dilakukan pengecekan manipulasi, yang tidak

lolos uji adalah 15 mahasiswa karena diduga responden tidak mengikuti arahan tutor dengan

baik, sehingga data yang diolah selanjutnya sebanyak 73. Pengecekan manipulasi dilakukan

dengan melihat jumlah soal yang dijawab dengan benar oleh subjek.

Dalam kondisi yang terkait pada pertanyaan manipulasi, menawarkan sistem pelaporan

online atau offline dan menanyakan tentang kasus kecurangan apa yang terjadi dalam

organisasinya, siapa pelaku kecurangan, sistem pelaporan apa yang dimiliki, latar belakang

untuk melaporkan ataupun tidak oleh subjek, dan ketika subjek dapat melaporkan ataupun tidak

siapakah yang memberikan respon ataupun tidak terhadap laporan tersebut. Kemudian dari 5

Page 28: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

13

pertanyaan manipulasi yang diberikan, terdapat 73 subjek yang lolos dalam pengecekan

manipulasi (subjek dapat menjawab tiga atau lebih dari tiga pertanyaan manipulasi dengan

benar). Berdasarkan hasil pengecekan manipulasi dapat disimpulkan bahwa seluruh subjek

telah menerima treatment manipulation yang sesuai dengan sistem pelaporan dan respon

organisasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pengujian

berikutnya.

Pengujian Randomisasi

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian randomisasi atas

karaktersistik demografi profil subjek menggunakan Uji One Way Analysis of Variance

(ANOVA). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor demografi mempengaruhi

pengambilan keputusan atau tidak. Karakteristik masing-masing subjek terdiri dari empat

kategori, yaitu jenis kelamin, umur, indeks prestasi kumulatif (IPK), dan semester. Keempat

kategori memiliki tingkat nilai significancy (Sig.) lebih besar dari alpha (0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa keempat indikator tidak mempengaruhi penilaian atas whistleblowing.

Randomisasi dengan demikian dikatakan efektif karena hanya perlakukan yang dapat

mempengaruhi keputusan pelaporan subjek

Page 29: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

14

Tabel 3 Hasil Uji One Way ANOVA

Mean Square Sig. Keterangan

Jenis Kelamin:

Between Groups 0,194 0,176 Tidak Berpengaruh

Withing Groups 0,131

Usia:

Between Groups 0,342 0,778 Tidak Berpengaruh

Withing Groups 0,555

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK):

Between Groups 0,281 0,039 Tidak Berpengaruh

Withing Groups 0,262

Semester:

Between Groups 0,286 0,165 Tidak Berpengaruh

Withing Groups 0,190

Uji Hipotesis 1

Hubungan Sistem Pelaporan dengan Niat Whistlelowing

Hipotesis 1 pada penelitian ini menyatakan bahwa subjek dalam kondisi sistem

pelaporan online memiliki niat whistleblowing lebih tinggi dibandingkan subjek dalam kondisi

sistem pelaporan offline. Pengujian dilakukan dengan Uji Sample T-test dengan satu populasi

yang terdiri dari grup 1 dan grup 2 mendapatkan perlakuan sistem pelaporan online sedangkan

grup 3 dan grup 4 mendapatkan perlakuan sistem pelaporan offline.

Page 30: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

15

Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis 1

Mean Std Deviation T Sig. (2-tailed)

Sistem

Pelaporan

Online 74,50 24,59 2,646

2,572

0,002 Offline 56,45 25,99

Tabel 4 menjelaskan rata-rata potensi melakukan tindakan whistleblowing pada

perlakuan sistem pelaporan online adalah sebesar 74,50, sedangkan pada perlakuan sistem

pelaporan offline adalah sebesar 56,45. Hasil pengujian statistik menjelaskan nilai Sig.(2-

tailed) equal variances not assumed dalam t-test for Equality of Means adalah sebesar 0,002

lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa signifikan pada tingkat

probabilitas 5%. Hasil Pengujian tersebut menjelaskan bahwa niat whistleblowing semakin

tinggi apabila dalam kondisi sistem pelaporan online jika dibandingkan dengan niat

whistleblowing dalam kondisi sistem pelaporan offline.

Ketika sistem pelaporan secara online disediakan, karyawan meyakini bahwa terdapat

fasilitas perlindungan jika terdapat ancaman karena melaporkan kecurangan yang terjadi di

organisasinya. Fasilitas pelaporan secara online menjadi faktor penting karena diyakini dapat

melindungi identitas serta membuat karyawan lebih nyaman dan mudah dalam menyampaikan

pelaporan tindak kecurangan yang diketahuinya dalam organisasi. Dengan adanya fasilitas

pelaporan secara online yang disediakan oleh organisasi juga membuat karyawan meyakini

bahwa tindakan whistleblowing merupakan tindakan didukung dan dibenarkan oleh Pimpinan

organisasi tersebut. Karyawan kemudian termotivasi untuk mematuhi dan membentuk

tampilan perilaku tertentu. Karyawan dapat meyakini bahwa tindakan whistleblowing melalui

saluran pelaporan online merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya

kecurangan.

Hasil uji hipotesis ini mendukung hasil penelitian (Lowry et al, 2012) yang

menunjukkan bahwa banyak pihak telah menerapkan sistem pelaporan whistleblowing secara

online. Hasil uji hipotesis ini juga mendukung penelitian (Lowry et al, 2013) yang

menunjukkan bahwa dengan sistem pelaporan anonim secara online mendorong niat

whistleblowing karyawan. Adanya fasilitas pelaporan secara online seseorang tidak perlu

mengorbankan biaya yang besar, waktu, serta dapat mengatasi jarak tempuh yang jauh untuk

Page 31: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

16

melaporkan tindak kecurangan, karena pelapor hanya membutuhkan perangkat komunikasi

yang terkoneksi internet. Selain memberikan kemudahan dalam pelaporan kecurangan, saluran

pelaporan secara online ini tentunya juga menjamin keamanan identitas pelapor dari ancaman

retaliasi. Oleh karena itu, whistleblower merasa aman dan leluasa dalam menyampaikan

laporan kecurangan yang telah diketahuinya.

Dalam organisasi lain juga seperti demikian, jika seorang karyawan dalam sebuah

perusahaan mengetahui terjadi kecurangan dalam perusahaannya maka sistem pelaporan online

mendorong niat karyawan tersebut dalam melakukan whistleblowing (Kaplan dan Schultz,

2007). Ketika sistem pelaporan secara online digunakan dalam melaporkan kecurangan karena

mudah, cepat dan identitasnya terjamin maka seorang karyawan dalam niatnya melakukan

whistleblowing akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistem pelaporan offline yang

membutuhkan waktu lama agar bisa menyampaikan kecurangan yang terjadi.

Uji Hipotesis 2

Hubungan Respon Organisasi dengan Niat Whistleblowing

Hipotesis 2 dalam penelitian ini menduga bahwa subjek dalam kondisi mendapatkan

respon organisasi memiliki niat whistleblowing lebih tinggi dibandingkan subjek dalam kondisi

tidak mendapatkan sistem pelaporan offline. Pengujian dilakukan dengan Uji Sample T-test

dengan satu populasi yang independen yang terdiri dari grup 1 dan grup 3 mendapatkan respon

organisasi sedangkan grup 2 dan grup 4 tidak mendapatkan respon organisasi.

Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis 2

Mean Std Deviation T Sig. (2-tailed)

Respon

Organisasi

Ya 77,17 19,39 5,594

5,319

0,024 Tidak 46,66 27,03

Tabel 5 menjelaskan bahwa potensi melakukan tindakan whistleblowing pada

perlakuan mendapatkan respon organisasi dengan rata-rata sebesar 77,17 sedangkan pada

perlakuan tidak mendapatkan respon organisasi adalah sebesar 46,66. Hasil pengujian statistik

menjelaskan nilai Sig.(2-tailed) equal variances not assumed dalam t-test for Equality of

Page 32: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

17

Means adalah sebesar 0,024 lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga disimpulkan bahwa

signifikan pada tindakan whistleblowing semakin besar dalam kondisi mendapatkan respon

organisasi jika di bandingkan dengan potensi melakukan tindakan whistleblowing dalam

kondisi tidak mendapatkan respon dari organisasi.

Ketika karyawan dihadapkan dengan sistem whistleblowing serta adanya respon dari

organisasi khususnya oleh pimpinan perusahaan, karyawan meyakini bahwa respon tersebut

merupakan tanggapan serta jaminan kerahasiaan identitas ataupun jaminan hukum yang dapat

memotivasinya sehingga membantu karyawan tersebut untuk melakukan whistleblowing,

karena karyawan cenderung berani melakukan pelaporan jika terdapat tanggapan serta jaminan

untuk dirinya. Dengan adanya sistem pelaporan yang memberikan respon, karyawan dapat

meyakini bahwa tindakan whistleblowing didukung dan dibenarkan oleh organisasi tersebut,

sehingga membentuk tekanan sosial untuk menampilkan perilaku tertentu. Karyawan dapat

meyakini bahwa tindakan whistleblowing dengan pemberian respon serta jaminan merupakan

tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya kecurangan.

Hasil uji hipotesis ini mendukung hasil penelitian (Taylor dan Curtis, 2013); (Meng dan

Fook, 2011) menunjukkan bahwa adanya respon positif bagi whistleblower dapat memotivasi

serta mendorong niat whistleblowing. Seorang karyawan akan berani untuk melangkah maju

untuk melakukan whistleblowing, dikarenakan mereka dapat memperoleh respon organisasi

khususnya oleh pemimpin perusahaan (Gray, 2004). Ketika respon diberikan oleh pemimpin

perushaan kepada seorang whistleblower saat melaporkan kecurangan yang terjadi pada

perusahaan tempanya bekerja, seorang whistleblower akan merasa aman, dan bebas dari segala

bentuk ancaman yang diberikan oleh pihak yang melakukan kecurangan seperti pemecatan,

penurunan jabatan maupun ancaman lainnya. Jadi ketika ada terjadi kecurangan dalam

organisasi maka seorang whistleblower akan melakukan whistleblowing.

Uji Hipotesis 3

Interaksi antara Sistem Pelaporan dan respon organiasi terhadap Niat Whistleblowing.

Hasil pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 menjelaskan bahwa kedua variabel bebas yaitu

sistem pelaporan dan respon organisasi menunjukkan hasil yang signifikan mempengaruhi niat

whistleblowing. Hipotesis 3 menduga terdapat interaksi antara dua variabel bebas yaitu sistem

pelaporan dan respon organisasi terhadap niat whistleblowing, untuk mengujinya digunakan

pengujian Two Way Anova kemudian bisa melakukan perbandingan perbedaan mean (rata-rata)

antara kelompok yang telah dibagi pada dua variabel bebas.

Page 33: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

18

Tabel 3 Test of Between Subject Effects pada data Hipotesis 3

Source Mean Square Sig.

Corrected Model 3032,501 0,000

Intercept 234221,704 0,000

Sistem Pelaporan 6065,454 0,000

Respon Organisasi 6178,930 0,000

Sistem Pelaporan* respon

organisasi

666,430 0,033

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai Sig. Corrected Model sebesar 0,000 yang artinya

lebih kecil dari alpha (0,05) memiliki makna semua variabel independen yaitu sistem pelaporan

(SP) dan respon organisasi (RO) serta interaksi sistem pelaporan dan respon organisasi

(SP*RO) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen,

sehingga model ini dapat dikatakan valid. Intercept menunjukkan nilai Sig.sebesar 0,000 lebih

kecil dari alpha (0,05) yang berarti nilai perubahan variabel dependen tanpa perlu dipengaruhi

oleh variabel independen, sehingga tanpa ada pengaruh variabel independen, variabel

dependen dapat berubah nilainya.

Variabel sistem pelaporan dan respon organisasi menginterprestasikan berpengaruh

secara signifikan terhadap potensi melakukan niat whistleblowing didalam model. Sistem

pelaporan menunjukkan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha (0,05) dan respon

organisasi menunjukkan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha (0,05). Kemudian

interaksi sistem pelaporan dan respon organisasi menunjukkan nilai signifikansi 0,033 lebih

kecil dari alpha (0,05) yang artinya bahwa interaksi antara sistem pelaporan dan respon

organisasi dalam model ini berpengaruh secara signifikan terhadap potensi untuk

meningkatkan niat whistleblowing. Interaksi antara sistem pelaporan dan respon organisasi

digambarkan dalam Gambar 1.

Page 34: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

19

Gambar 1 Diagram Plot atas Interaksi Sistem Pelaporan dan Respon Organisasi

Gambar 1 menunjukkan bahwa grup pertama dalam kondisi sistem pelaporan online

serta mendapatkan respon organisasi berada pada titik estimated marginal means lebih dari

80,00 dan mempunyai posisi lebih tinggi dibandingkan dengan tiga kondisi lainya. Grup kedua

dengan Kondisi sistem pelaporan offline dan mendapatakan respon organisasi berada di posisi

kedua pada titik estimated marginal means lebih dari 60,00. Grup ketiga dengan Individu

dalam kondisi sistem pelaporan online dan tidak mendapatkkan respon organisasi yang berada

di posisi ketiga pada titik estimated marginal means lebih dari 40,00. Grup keempat dengan

tingkat potensi niat whistleblowing pada individu dalam kondisi sistem pelaporan offline dan

tidak mendapatkan respon organisasi berada pada titik estimated marginal means paling rendah

dibawah 20,00 dibandingkan dengan tiga kondisi lainnya.

Terdapat interaksi antara sistem pelaporan whistleblowing dan respon organisasi

terhadap niat whistleblowing, karena sistem pelaporan khususnya secara online sangat efektif

dalam mengatasi tindak kecurangan dan dapat meningkatkan niat whistleblower untuk melapor

(Bierstaker et al, 2006);(Lowry et al, 2013);(Kaplan dan Schultz, 2007). Respon organisasi

yang diberikan kepada seorang whistleblower juga akan menjadi faktor penting dalam

mendorong niatnya untuk mengungkap kecurangan yang terjadi (Taylor dan Curtis, 2013),

sehingga niat seseorang untuk memerangi kecurangan dapat terealisasikan dengan efektif.

Page 35: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

20

Ketika individu mempunyai kemauan untuk mengubah sebuah organisasi agar bebas dari

tindak kecurangan, makai ia akan melaporkan pelanggaran tersebut, meskipun whistleblower

mengetahui resiko dan dampak negatif yang akan terjadi pada dirinya sekarang atau di masa

yang akan datang karena melakukan whistleblowing.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini menguji sistem pelaporan serta respon organisasi dalam niat melakukan

whistleblowing dengan menggunakan studi eksperimental. Hasil analisis menunjukkan bahwa

pertama, sistem pelaporan secara signifikan berpengaruh terhadap niat whistleblowingi.

Apabila seorang pelapor mendapatkan sistem pelaporan kecurangan secara online, maka

semakin membuat niatnya tinggi dalam melakukan whistleblowing. Adanya sistem pelaporan

secara online membuat seorang pelapor kecurangan dapat dengan mudah melaporkan

kecurangan serta kerahasiaan pelapor tersebut dapat terjaga jadi semakin besar potensi

seseorang dalam niatnya melakukan whistleblowing..

Kedua, respon organisasi berpengaruh signifikan terhadap niat whistleblowing.

Semakin adanya respon positif terhadap karyawan maka akan semakin meyakinkan niat

seorang karyawan dalam melakukan whistleblowing. Ketiga, terdapat interaksi antara sistem

pelaporan dan respon organisasi dalam niat whistleblowing. Hal ini terjadi karena niat

whistleblowing memiliki kemungkinan berasal dari dalam diri seseorang, bukan dari pengaruh

eksternal. Ketika seseorang memiliki kemauan untuk memperbaiki hal-hal yang tidak baik

dalam sebuah organisasi, maka ia akan melaporkan hal tersebut, meskipun ia mengetahui

adanya kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi sekarang atau di masa yang akan

datang.

Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Mendatang

Keterbatasan dari penelitian ini adalah pada saat eksperimen di lakukan, terdapat

beberapa responden yang tidak mengikuti arahan tutor dengan baik dikarenakan proses

simulasi dilakukan pada akhir perkuliahan, yang menyebabkan responden terburu-buru

sehingga terjadi kesalahan-kesalahan pada saat melakukan simulasi audit terkait pengisian

modul eksperimen. Untuk penelitian berikutnya, ketika melaksanakan eksekusi eksperimen

sebaiknya dapat dilakukan pada awal perkuliahan sehingga responden tidak terburu-buru

dalam mengikuti eksperimen agar hasil eksperimen menjadi lebih akurat.

Page 36: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

21

DAFTAR PUSTAKA

AICPA. (2007). American Institute of Certified Public Accountants. New York.

Alleyne, P., Hudaib, M., & Pike, R. (2013). Towards A Conceptual Model of Whistle-Blowing

Intentions Among External Auditors. The British Accounting Review, 45(1), 10–23.

https://doi.org/10.1016/j.bar.2012.12.003

Bierstaker, James L; Brody, Richard G; Pacini, C. (2006). Accountants’ Perceptions Regarding

Fraud Detection and Prevention Methods. Managerial Auditing Journal, 21(5), 520–535.

https://doi.org/10.1108/02686900610667283

Bird, E. L., Panter, J., Baker, G., Jones, T., & Ogilvie, D. (2018). Predicting walking and

cycling behaviour change using an extended Theory of Planned Behaviour. Journal of

Transport and Health, 10(May), 11–27. https://doi.org/10.1016/j.jth.2018.05.014

Carini, R. M., Hayek, J. C., Kuh, G. D., Kennedy, J. M., & Ouimet, J. A. (2003). College

Student Responses to Web and Paper Surveys: Does Mode Matter? Research in Higher

Education, 44(1), 1–19. https://doi.org/10.1023/A:1021363527731

Chiu, R. K. (2003). Ethical Judgment and Whistleblowing Intention: Examining the

Moderating Role of Locus of Control. Journal of Business Ethics, 43(1–2), 65–74.

https://doi.org/10.1023/A:1022911215204

Dozier, J. B., & Miceli, M. P. (1985). Potential Predictors of Whistle-Blowing: A Prosocial

Behavior Perspective. Academy of Management Review, 10(4), 823–836.

https://doi.org/10.5465/AMR.1985.4279105

Gray, J. A. (2004). The Scope of Whistleblower Protection in the State of Maryland : A

Comprehensive Statute Is Needed. Baltimore School of Law Follow, 33(2), 225–256.

https://scholarworks.law.ubalt.edu/ublr/vol33/iss2/4/?utm_source=scholarworks.law.uba

lt.edu%2Fublr%2Fvol33%2Fiss2%2F4&utm_medium=PDF&utm_campaign=PDFCove

rPages

Hanif, R. A., & Odiatma, F. (2017). Pengaruh Personal Cost Reporting, Status Wrong Doer,

dan Tingkat Keseriusan Kesalahan terhadap Whistleblowing Intention. Jurnal Akuntansi

Keuangan Dan Bisnis, 10(1), 11–20. Retrieved from http://jurnal.pcr.ac.id

Jalil, F. Y. (2014). Pengaruh Komitmen Profesional dan Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa

Audit terhadap Perilaku Whistleblowing. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 4(2), 198–209.

Page 37: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

22

Kaplan, S. E., & Schultz, J. J. (2007). Intentions to Report Questionable Acts: An Examination

of the Influence of Anonymous Reporting Channel, Internal Audit Quality, and Setting.

Journal of Business Ethics, 71(2), 109–124. https://doi.org/10.1007/s10551-006-0021-6

Kassa, S., & Utami, I. (2019). Whistleblowing, ethical dilemma and professional commitment

in village fund administration. Religación. Revista de Ciencias Sociales y Humanidades,

4(17), 682–691.

Keenan, J. P. (1990). Upper-Level Managers and Whistleblowing: Determinants of Perceptions

of Company Encouragement and Information about Where to Blow the Whistle. Journal

of Business and Psychology, 5(2), 223–235.

Lestari, R., & Yaya, R. (2017). Whistleblowing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Niat

Melaksanakannya oleh Aparatur Sipil Negara. Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis,

21(3), 336–350. https://doi.org/10.24912/ja.v21i3.265

Li, J., Zhu, L., & Gummerum, M. (2014). The Relationship between Moral Judgement and

Cooperation in Children with High-Functioning Autism. Scientifitc Reports (Vol. 4).

https://doi.org/10.1038/srep04314

Lowry, P. B., Moody, G. D., Galletta, D. F., & Vance, A. (2013). The Drivers in The Use of

Online Whistle-Blowing Reporting Systems. Journal of Management Information

Systems, 30(1), 153–190. https://doi.org/10.2753/MIS0742-1222300105

Lowry, P. B., Rouibah, K., Moody, G., & Siponen, M. (2012). Towards a cross-cultural model

of online whistle-blowing systems use. Proceedings - Pacific Asia Conference on

Information Systems, PACIS 2012.

Meng, T. P., & Fook, O. S. (2011). Comparative Analysis of Whistleblower Protection

Legislations in England, USA and Malaysia. African Journal of Business Management,

11246–11249.

Near, J. P., & Miceli, M. P. (1995). Effective Whistle-Blowing. Academy of Management

Review, 20(3), 679–708.

Near, J. P., & Miceli, M. P. (2016). After the wrongdoing : What managers should know about

whistleblowing. Business Horizons, 59(1), 105–114.

https://doi.org/10.1016/j.bushor.2015.09.007

Nugraha, T. (2017). Pengaruh Komitmen Profesional, Lingkungan Etika, Sifat Machiavellian

dan Personal Cost terhadap Intensi Whistleblowing dengan Retaliasi sebagai Variabel

Page 38: PENGUJIAN SISTEM PELAPORAN DAN RESPON ORGANISASI …

23

Moderating: Studi Empiris pada Perusahaaan Perbankan yang berada di Kota Pekanbaru.

JOM Fekon, 4(1), 2030–2044.

Nurhidayat, I., & Kusumasari, B. (2018). Strengthening the Effectiveness of Whistleblowing

System A Study for the Implementation of Anti- Corruption Policy in Indonesia. Journal

of Financial Crime, 25(1), 140–154. https://doi.org/10.1108/JFC-11-2016-0069

Park, H., & Blenkinsopp, J. (2009). Whistleblowing as planned behavior - A survey of south

korean police officers. Journal of Business Ethics, 85(4), 545–556.

https://doi.org/10.1007/s10551-008-9788-y

Putri, C. M. (2012). Pengujian Keefektifan Jalur Pelaporan Pada Structural Model dan Reward

Model dalam Mendorong Whistleblowing: Pendekatan Eksperimen. Simposium Nasional

Akuntansi.

Sagara, Y. (2013). Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi melakukan Whisteblowing.

Liquidity, 2(1), 34–44.

Salsabil, S. M., Utami, I., & Hapsari, A. N. S. (2017). Fraud Dan Whistleblowing: Tinjauan

Pengelolaan Dana Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan

Indonesia, 12(1), 64–76.

Setyawati, I., Ardiyani, K., & Sutrisno, C. R. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat

untuk Melakukan Whistleblowing Internal (The Factors Influencing Internal

Whistleblowing Intentions). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 17(02), 22–33.

Taylor, E. Z., & Curtis, M. B. (2013). Whistleblowing in Audit firms: Organizational Response

and Power Distance. Behavioral Research In Acccounting, 25(2), 21–43.

https://doi.org/10.2308/bria-50415

Utami, I., Jori, A., & Hapsari, A. N. S. (2017). Sudikah Akuntan Mengungkap Aib

Kecurangan? Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(3), 458–469.

https://doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7066

Widi, E., & Utami, I. (2015). Studi Ekperimental Tekanan Ketaatan dan Personal Cost :

Dampaknya Terhadap Whistleblowing. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 15(2), 106–119.

Zarefar, A., & Arfan, T. (2017). Efektivitas Whistleblowing System Internal. Jurnal Akuntansi

Keuangan Dan Bisnis, 10(2), 25–33.