PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KARAKTERISTIK …eprints.undip.ac.id/26781/1/Jurnal_Skripsi.pdf2...

25
1 PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA LAPORAN TAHUNAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2009 Fauzan Ramadhan Universitas Diponegoro Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt ABSTRACT This study aim to analyze the impact of ownership structure and company characteristics, namely: foreign ownership, institutional ownership, government ownership, corporate size, profitability, and industry type of the area of corporate social responsibility disclosure in annual reports of company manufacturing in Indonesia. This study use data sample corporate annual reports consist of 20 company manufacturing who listed in Indonesia Stock Exchange in 2006-2009. The results of this study indicate that large institutional ownership may affect social responsibility disclosure. However, this study didn’t success to give evidence of positive influence of foreign ownership and government ownership toward social responsibility disclosure. It is give evidence that large foreign ownership and large government ownership is not necessarily the company will reported a huge social responsibility as well. Keywords: Social Responsibility disclosure, Foreign Ownership, Institutional Ownership, Government Ownership, Corporate Size, Profitability, Industry Type.

Transcript of PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KARAKTERISTIK …eprints.undip.ac.id/26781/1/Jurnal_Skripsi.pdf2...

1

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LUAS

PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PADA LAPORAN TAHUNAN: STUDI EMPIRIS PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT

DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2009

Fauzan Ramadhan

Universitas Diponegoro

Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt

ABSTRACT

This study aim to analyze the impact of ownership structure and company

characteristics, namely: foreign ownership, institutional ownership, government

ownership, corporate size, profitability, and industry type of the area of corporate

social responsibility disclosure in annual reports of company manufacturing in

Indonesia. This study use data sample corporate annual reports consist of 20

company manufacturing who listed in Indonesia Stock Exchange in 2006-2009.

The results of this study indicate that large institutional ownership may affect

social responsibility disclosure. However, this study didn’t success to give evidence

of positive influence of foreign ownership and government ownership toward social

responsibility disclosure. It is give evidence that large foreign ownership and large

government ownership is not necessarily the company will reported a huge social

responsibility as well.

Keywords: Social Responsibility disclosure, Foreign Ownership, Institutional

Ownership, Government Ownership, Corporate Size, Profitability, Industry Type.

2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Informasi merupakan kebutuhan penting bagi para investor dan calon investor

dalam proses pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat

dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat

sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Di era persaingan yang semakin

ketat seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk lebih terbuka dalam menyampaikan

informasi, terlebih lagi bagi perusahaan yang telah go public di pasar modal.

Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi

jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Informasi yang

diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela yang sering diminta

untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab

sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan

sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan

interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat

dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan

Mathews, 1985 dalam Sembiring, 2005).

Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan

tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas,

3

responsibiltas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya.

Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan

tanggung jawab sosial melalui pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

dalam media termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Hanifa dan Cooke, 2005).

Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan tanggung

jawab sosial perusahaan, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial

dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.

Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap

concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui,

negara-negara terutama Eropa dan United States merupakan negara-negara yang

sangat memperhatikan isu-isu sosial seperti pelanggaran hak asasi manusia,

pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan

liar, serta pencemaran air.

Struktur kepemilikan lain adalah kepemilikan institusional, dimana umumnya

dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Perusahaan dengan

kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya untuk

memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin

efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai

pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004

dalam Arif, 2006).

Selain kepemilikan asing dan kepemilikan institusional, ada struktur

kepemilikan lainnya yaitu kepemilikan pemerintah. Perusahaan yang memiliki

4

struktur kepemilikan pemerintah akan lebih sensitif secara politik karena kegiatan-

kegiatan perusahaan akan lebih diperhatikan oleh publik.

Pada umumnya perusahaan besar mengungkapkan lebih banyak informasi

dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin lebih memilih untuk

merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi yang diperlukan untuk menerapkan

sistem pelaporan manajemen yang canggih sehingga dapat mengungkapkan informasi

yang lebih luas (Suripto dan Baridwan, 1999).

Hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan laba

perusahan menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara profitabilitas

dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil tersebut merupakan

hasil penelitian dari Hackston dan Milne (1996), Yuliani (2003), Devina (2004),

Sembiring (2005), dan Anggraini (2006).

Sedangkan hubungan antara tipe industri dan pengungkapan sosial

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe industri dengan

pengungkapan sosial perusahaan. Hasil tersebut merupakan hasil penelitian dari

Devina dan Zulaikha (2004) dan Anggraini (2006).

Berdasarkan atas latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui

sejauh mana struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap

luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-

2009.

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan pokok dalam penelitian ini

dapat dirumuskan yaitu “Apakah ada pengaruh struktur kepemilikan dan karakteristik

perusahaan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur

kepemilikan dan karakteristik perusahaan, yaitu: kepemilikan asing, kepemilikan

institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe

industri terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam

laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu

Akuntansi Manajemen, terutama mengenai bagaimana penerapan struktur

kepemilikan dan karakteristik perusahaan dalam suatu perusahaan dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan untuk mengungkapan praktik

CSR-nya dalam laporan tahunan perusahaan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan

pemahaman masyarakat serta stakeholders atau investor akan pentingnya

Corporate Social Responsibility terhadap lingkungan, masyarakat serta karyawan.

6

3. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi bahwa struktur kepemilikan

merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam melihat luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dikarenakan kebutuhan akan

legitimasi perusahaan di dalam masyarakat.

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Nasi, Philips, dan Zyglidopoulos, 1997 dalam Nurhayati, Brown, dan Tower,

2006 mengatakan bahwa “Legitimacy theory focuses of the adequacy of corporate

social behaviour”. Ini berarti bahwa society judge organisasi berdasarkan atas image

yang akan mereka ciptakan untuk diri mereka sendiri. Selanjutnya organisasi dapat

menetapkan legitimasi mereka dengan memadukan antara kinerja perusahaan dengan

ekspektasi atau persepsi publik (Henderson et. al., 2004 dalam Nurhayati et. al.,

2006). Ketika terdapat gap antara societal expectations dan social behavior

perusahaan, maka akan muncul masalah legitimasi (Nasi et. al., 1997 dalam

Nurhayati et. al., 2006).

Dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial,

penelitian ini menggunakan teori legitimasi sebagai dasar dalam menjelaskan praktik

pengungkapan sosial.

7

2.1.1 Teori Legitimasi

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat

bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal

yang paling penting bagi organisasi. Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial

yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan

menggunakan sumber ekonomi.

Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika

suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang

lebih besar di mana perusahaan merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang

nyata atau potensial, ada antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul

ancaman terhadap legitimasi perusahaan (Lindblom, 1994 dalam Gray et. al., 1995).

2.1.2 Tanggung Jawab Sosial dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan

Perusahaan merupakan bagian dari suatu sistem sosial yang terbentuk dari

suatu proses yang panjang. Sebagai bagian dari lingkungan sosial masyarakat, maka

masalah yang ada di masyarakat, juga merupakan masalah bagi perusahaan. Oleh

karena itu, perusahaan memiliki kewajiban atas masalah yang terjadi di masyarakat.

Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan

memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan

nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok

kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Haniffa et. al., 2005).

8

2.1.3 Struktur Kepemilikan

a. Kepemilikan Asing

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6,

kepemilikan asing yaitu perseorangan warga negara asing, badan usaha asing dan

atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik

Indonesia.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi

keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management

(Veronica dan Bachtiar, 2005).

c. Kepemilikan Pemerintah

Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh

pemerintah.

2.1.4 Karakteristik Perusahaan

a. Ukuran Perusahaan

Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan yang berukuran lebih besar

cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding

dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil.

b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et.

al., (1995b); dalam Sembiring (2005) profitabilitas merupakan faktor yang membuat

9

manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban

sosial kepada pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas

perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial.

c. Tipe Industri

Tipe industri merupakan suatu tipe untuk mengidentifikasi apakah perusahaan

itu termasuk ke dalam industri high profile atau low profile. Tipe industri dalam

sebuah perusahaan yaitu terdiri dari industri high profile dan industri low profile.

Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri high

profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi,

atau menghadapi persaingan yang tinggi.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap

concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu,

beberapa tahun terakhir ini perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku

mereka dalam beroperasi demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Simerly

dan Li, 2001; Fauzi, 2006).

Penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005) dalam melihat luas adopsi global

reporting initiative (GRI) dalam laporan tanggung jawab sosial pada perusahaan

publik di Jepang, membuktikan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan publik di

Jepang menjadi faktor pendorong adopsi global reporting initiative (GRI) dalam

pengungkapan tanggung jawab sosial.

10

Hipotesis 1: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.2 Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi

keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management

(Veronica dan Bachtiar, 2005). Kepemilikan institusional pada umumnya dapat

bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Tingkat kepemilikan

institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh

pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic

manajer.

Hipotesis 2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.3 Kepemilikan Pemerintah dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh

pemerintah. Perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan pemerintah akan lebih

sensitif secara politik karena kegiatan-kegiatan perusahaan akan lebih diperhatikan

oleh publik. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan

pemerintah maka secara tidak langsung perusahaan tersebut dimiliki oleh masyarakat

luas.

Hipotesis 3: Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

11

2.2.4 Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Suripto (1999) menyatakan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif

untuk memberikan pengungkapan sukarela secara lebih luas dibandingkan

perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh

yang lebih besar terhadap masyarakat akan memiliki pemegang saham yang mungkin

memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dan laporan tahunan akan

digunakan untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial tersebut.

Hipotesis 4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.5 Profitabilitas dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi,

salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan

tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang

tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat

mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada

tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca

”good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan

demikian investor akan tetap berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hipotesis 5: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

12

2.2.6 Tipe Industri dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri

high profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang

tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Perusahaan-perusahaan yang

termasuk dalam industri high profile mengungkapkan secara signifikan lebih banyak

informasi tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan mereka.

Hipotesis 6: Tipe industri berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab

sosial pada laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social

Disclosure Index (CSDI). Content analysis untuk melihat pengungkapan tanggung

jawab sosial dalam laporan tahunan menggunakan nilai 1 jika terdapat pengungkapan

sesuai dengan indikator GRI dan nilai 0 jika tidak terdapat pengungkapan atau

pengungkapan tidak sesuai dengan indikator GRI.

13

Variabel Independen

a. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing dalam penelitian ini diukur dengan persentase pemilikan

saham asing (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan persentase

pemilikan saham institusi (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan.

c. Kepemilikan Pemerintah

Kepemilikan pemerintah dalam penelitian ini diukur dengan persentase

pemilikan saham pemerintah (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan.

d. Ukuran Perusahaan

Dalam penelitian ini variabel independen ukuran perusahaan diukur dengan

total aktiva yang dimiliki perusahaan.

e. Profitabilitas

Dalam penelitian ini variabel profitabilitas menggunakan skala pengukuran

rasio. Rasio profitabilitas dihitung dengan menggunakan return on assets.

f. Tipe Industri

Pada penelitian ini industri yang dikategorikan sebagai high profile adalah

industri di bidang migas, pertambangan, kertas, agrobisnis, dan telekomunkasi.

Dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan yang dimasukkan dalam tipe high

profile diberi angka 1 sedangkan perusahaan-perusahaan yang dimasukkan dalam low

profile diberi angka 0.

14

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di

Bursa Efek Indondesia (BEI) pada tahun 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan

dengan metode purposive sampling. Beberapa perusahaan manufaktur terpaksa

dikeluarkan karena masalah ketersediaan, kondisi, serta kelengkapan informasi yang

dibutuhkan dalam pengujian, sehingga sampel akhir menjadi 20 perusahaan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009 yang diperoleh

melalui website www.idx.co.id .

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan beberapa

tahap. Pertama, mencari sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan.

Selanjutnya mencari laporan tahunan perusahaan yang telah dikeluarkan masing-

masing perusahaan sesuai dengan ketersediaan data laporan tahunan yang ada di

Bursa Efek Indonesia.

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda sebagai berikut:

CSDI = β0 + β1ASINGi + β2INSTi + β3PEMi + β4SIZEi + β5PROFi + β6INDUSi + εi

Keterangan:

15

CSDI = Corporate Social Disclosure Index perusahaan

berdasarkan Indikator GRI

ASINGi = persentase kepemilikan asing (>5%)

INSTi = persentase kepemilikan institusi (>5%)

PEMi = persentase kepemilikan pemerintah (>5%)

SIZEi = ukuran perusahaan, log asset

PROFi = rasio laba usaha dan total assets

INDUSi = tipe industri, high profile = 1, low profile = 0

β1-β6 = koefisien regresi

ei = error term

i = 1,2,..., N

dimana N = banyaknya observasi

Uji Statistik Deskriptif

Statistik diskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan

variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat yang digunakan untuk menggambarkan

dan mendeskripsikan adalah mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian regresi terhadap hipotesis penelitian, terlebih

dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

16

Uji Hipotesis

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini. Hipotesis diuji dengan pengujian terhadap validitas model linier

berganda dengan menggunakan statistik uji-f dan statistik uji-t. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (alpha = 5%).

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Dari tabel 4.2 terlihat, jumlah kepemilikan saham oleh asing diperoleh rata-

rata dari perusahaan sampel adalah sebesar 23,725%. Hal ini berarti bahwa rata-rata

23,725% saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh perusahaan atau

perseorangan asing. Perusahaan PMA banyak dimiliki oleh investor asing.

Jumlah kepemilikan saham oleh institusional diperoleh rata-rata dari

perusahaan sampel adalah sebesar 68,0648%. Hal ini berarti bahwa rata-rata

68,0648% saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh perusahaan atau institusi

lain.

Jumlah kepemilikan saham oleh pemerintah diperoleh rata-rata dari

perusahaan sampel adalah sebesar 5,0575%. Hal ini berarti bahwa rata-rata 5,0575%

saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh pemerintah Indonesia atau perusahaan

merupakan BUMN.

17

Untuk variabel tipe industri yang digolongkan dalam perusahaan high profile

dan low profile menunjukkan rata-rata sebesar 0,45. Nilai rata-rata yang kurang dari

0,5 menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang tergolong pada perusahaan jenis

low profile.

Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan rata-rata

sebesar 5,7947%. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mampu

menghasilkan laba bersih sebesar 5,7947% dari total asset perusahaan.

Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan transformasi logaritma total

asset menunjukkan rata-rata sebesar 27,791. Nilai minimum ukuran perusahaan

menunjukkan sebesar 23,9132 dan nilai maksimum menunjukkan sebesar

32,1190.

4.2.1 Pengujian Asumsi Klasik

4.2.1.1 Uji Normalitas

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,209 dan tidak signifikan pada 0,107 dikarenakan

melebihi 5%. Dikarenakan nilai signifikansi Z yang lebih besar dari 0,05

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tolerance juga menunjukkan tidak

ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti

tidak ada korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi dinyatakan bebas

dari multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF dibawah 10. Dari tabel

18

tersebut diperoleh bahwa pada model regresi, semua variabel independen memiliki

nilai VIF yang rendah dan jauh di bawah angka 10, dengan demikian diperoleh tidak

adanya masalah multikolinearitas dalam model regresi.

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan menggunakan Scatterplot. Dari gambar 4.2 diperoleh bahwa pola yang

dibentuk oleh Scatterplot tidak membentuk pola tertentu atau data menyebar di

bidang scatter. Hal ini berarti bahwa model regresi pada model ini tidak mengandung

adanya masalah heteroskedastisitas.

4.2.1.4 Uji Autokorelasi

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W

sebesar 1,996. Sedangkan nilai DU diperoleh sebesar 1,78. Dengan demikian

diperoleh bahwa nilai DW berada diantara DU yaitu 1,78 dan 4 – DU yaitu 2,22.

Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah bebas dari

masalah autokorelasi.

4.2.2 Pengujian Hipotesis

4.2.2.1 Uji signifikansi parameter individual (Uji-T)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disusun persamaan matematis dari penelitian ini

sebagai berikut:

CSDI = -0,516 – 0,001 ASING + 0,001 INST – 0,001 PEM + 0,023 SIZE – 0,002

PROF – 0,041 INDUS +

19

Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan kepemilikan asing, kepemilikan

pemerintah, profitabilitas dan tipe industri justru akan menurunkan pengungkapan

sosial sedangkan peningkatan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan akan

meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial.

Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Variabel Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -2,227 dengan nilai probabilitas sebesar 0,029

yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak atau menerima H1 yang artinya variabel kepemilikan asing berpengaruh

signifikan terhadap CSDI.

2. Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusi terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 2,018 dengan nilai probabilitas sebesar 0,047

yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak atau menerima H2 yang artinya variabel kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan terhadap CSDI.

3. Pengaruh Variabel Kepemilikan Pemerintah terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,032 dengan nilai probabilitas sebesar 0,306

yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

20

diterima atau menolak H3 yang artinya variabel kepemilikan pemerintah tidak

berpengaruh signifikan terhadap CSDI.

4. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 3,729 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000

yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak atau menerima H4 yang artinya variabel ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap CSDI.

5. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh

hasil bahwa nilai t sebesar -1,00763 dengan nilai probabilitas sebesar 0,317 yang

berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima

atau menolak H4 yang artinya variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap CSDI.

6. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,674 dengan nilai probabilitas sebesar 0,098

yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima atau menolak H6 yang artinya variabel tipe industri tidak berpengaruh

signifikan terhadap CSDI.

21

4.2.2.2 Uji signifikansi simultan (uji-F)

Berdasarkan pada tabel 4.7, hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai F =

2,824 dengan probabilitas sebesar 0,016 < 0,05. Nilai probabilitas pengujian yang

lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama indeks pengungkapan

sosial dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan asing, kepemilikan institusional,

kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan.

4.2.2.3 Koefisien Determinasi

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang menunjukkan

nilai adjusted R2 sebesar 0,122. Hal ini berarti bahwa 12,2% variasi indeks

pengungkapan sosial dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel

kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran

perusahaan, tipe perusahaan, dan profitabilitas, sedangkan 87,8% indeks

pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh variabel lain.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepemilikan saham asing berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sosial

dalam laporan tahunan perusahaan.

2. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

sosial dalam laporan tahunan perusahaan.

22

3. Kepemilikan saham pemerintah tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan

sosial dalam laporan tahunan perusahaan.

4. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial dalam

laporan tahunan perusahaan.

5. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial

dalam laporan tahunan perusahaan.

6. Tipe perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial

dalam laporan tahunan perusahaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbataan dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. Terdapat unsur subjektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal ini

dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan standar atau

acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama

dapat berbeda untuk setiap peneliti.

2. Jumlah sampel yang relatif terbatas hanya 20 perusahaan saja. Hal ini

dikarenakan kesulitan memperoleh data annual report secara lengkap.

5.3 Saran

Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang

telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memberikan saran untuk penelitian

berikutnya:

1. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dapat dilakukan dengan menambah

sampel penelitian yang lebih besar terutama sampel perusahaan yang memiliki

23

struktur kepemilikan pemerintah. Selain itu sampel penelitian yang digunakan

tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja melainkan perusahaan lain yang

listing di Bursa Efek Indonesia.

24

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan

(Studi Empiris pada Perusahaan – perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi Vol.9 Padang, hal 1-21, Agustus

2006.

Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in

Developing Countries”, 28 May-6 June 2007.

Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Cowen, S., Ferreri, L.D Parker. 1987. “The Impact of Corporate Characteristics on

Social Responsibility Disclosure: A Typology and Frequency Based

Analysis”, Accounting, Organization and Society, Vol. 12, No. 2, pp. 111-

122.

Daniri, Mas Achmad. 2006. “Good Corporate Governance: Konsep dan

Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, Gloria Printing, Jakarta, 2006.

Devina, Florence, L Suryanto dan Zulaikha. 2004. “Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan

Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Maksi Vol. 4, hal 161-

177, Agustus 2004.

Donovan, Gary dan Kathy Gibson. 2000. “Enviromental Disclosure in the

Corporate Annual Report: A Longitudinal Australian Study”, Montreal,

Canada.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Menggunakan

Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, I dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Gray, R., R. Kouhly, dan S. Lavers. 1995. “Corporate Social and Enviromental

Reporting. A review of the Literature and a Longitudinal Study of UK

Disclosure”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No.

2, Hal. 47-77.

25

Hackston, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and enviromentals

disclosures in New Zealand companies”. Accounting, Auditing and

Accountability Journal. Vol. 9,No. 1, hal 77-108. .

http:// www.idx.co.id.

Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan

Terhadap Luas Pengungkapan Tanngung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada

Lapuran Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang

Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006”. Simposium Nasional

Akuntansi 11. Pontianak.

Puspitasari, Apriani Daning. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR pada laporan tahunan

perusahaan di Indonesia)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas

Diponegoro, Semarang.

Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure

Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi

III. Makassar, 26 -28 Juli 2007.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan

Tanggung jawab sosial: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di

Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi Vol. 8, pp. 379 – 395.

Tanimoto, Kanji dan Suzuki, Kenji. 2005. “Corporate Social Responsibility in Japan:

Analyzing The Participating Companies in Global Reporting Initiative”,

Working Paper 208.

Yularto, Pramudoyu Anton dan Anis Chariri. 2003. “Analisis Perbandingan Luas

Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis”, Jurnal

Maksi, Vol. 2, Januari 2003.

Yuliani, Rahma. 2003. “Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek

Pengungkapan Sosial dan Lingkungan di Indonesia”, Tesis S2, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Yuniarti, Ira. 2005. “Analisis Likuiditas, Leverage, Ukuran perusahaan, dan

Profitabilitas terhadap Pengungkapan Sukarela Laboran Keuangan Pada

Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar di BEJ Periode Tahun 2003 – 2004”,

Skripsi S1 Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang.