PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf ·...

14
1 PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP DISTRIBUSI IKAN Oleh Citra Nilam Cahya 1) , Daduk Setyohadi 2) , dan Dewi Surinati 3) ABSTRACT THE INFLUENCE OF OCEANOGRAPHIC PARAMETERS ON FISH DISTRIBUTION. Fishing activities currently require good management, in order to meet the protein needs of the community. Knowledge on the distribution pattern of fishes related to the condition of marine waters is one way of good management efforts. Several oceanographic parameters that can affect the distribution of fishes are SST (Sea Surface Temperature), chlorophyll–a, salinity, and others. Each type of fish has different optimal level of particular oceanographic parameters. The distribution of oceanographic parameters are effected by West monsoon, East monsoon and the season inbetween. Therefore, by studying oceanographic parameters on a regular basis, we can determine the fishing areas. PENDAHULUAN Kebutuhan protein dari laut saat ini semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk yang meningkat secara drastis dalam 60 tahun terakhir. Sumber protein laut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini mengalami penurunan setiap tahunnya (Arifin, 2014). Pertumbuhan penduduk akan mendorong peningkatan pemanfaatan sumber daya, kerusakan habitat dan menurunnya kesempatan berusaha bagi masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, kegiatan eksplorasi sumber protein seperti ikan tangkapan, merupakan upaya yang harus dilakukan secara berkala. Kegiatan eksplorasi tersebut dapat dilakukan antara lain dengan pengamatan mengenai kondisi perairan itu sendiri. Hal-hal yang berhubungan dengan kondisi perairan laut adalah parameter oseanografi itu sendiri, antara lain suhu, salinitas, gelombang, pH, arus, dan klorofil-a (Arifin, 2014). Menurut Gaol & Sadhotomo (2007), distribusi dan kelimpahan sumber daya hayati di suatu perairan, tidak terlepas dari kondisi dan variasi parameter oseanografi. Oleh karena itu, informasi yang lengkap dan akurat tentang karakter oseanografi suatu perairan sangat diperlukan untuk tujuan pengelolaan sumber daya perairan secara berkelanjutan. Hal itu merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi masalah global yang ada. Berbagai macam pengamatan telah dilakukan terhadap parameter 1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 2) Laboratorium Oseanografi Fisika, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016 : 1 - 14 ISSN 0216-1877

Transcript of PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf ·...

Page 1: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

1

PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP DISTRIBUSI IKAN

Oleh

Citra Nilam Cahya1), Daduk Setyohadi2), dan Dewi Surinati3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF OCEANOGRAPHIC PARAMETERS ON FISH DISTRIBUTION. Fishing activities currently require good management, in order to meet the protein needs of the community. Knowledge on the distribution pattern of fishes related to the condition of marine waters is one way of good management efforts. Several oceanographic parameters that can affect the distribution of fishes are SST (Sea Surface Temperature), chlorophyll–a, salinity, and others. Each type of fish has different optimal level of particular oceanographic parameters. The distribution of oceanographic parameters are effected by West monsoon, East monsoon and the season inbetween. Therefore, by studying oceanographic parameters on a regular basis, we can determine the fishing areas.

PENDAHULUAN

Kebutuhan protein dari laut saat ini semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk yang meningkat secara drastis dalam 60 tahun terakhir. Sumber protein laut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini mengalami penurunan setiap tahunnya (Arifin, 2014). Pertumbuhan penduduk akan mendorong peningkatan pemanfaatan sumber daya, kerusakan habitat dan menurunnya kesempatan berusaha bagi masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, kegiatan eksplorasi sumber protein seperti ikan tangkapan, merupakan upaya yang harus dilakukan secara berkala. Kegiatan eksplorasi tersebut dapat dilakukan antara lain dengan pengamatan mengenai kondisi perairan itu sendiri. Hal-hal yang

berhubungan dengan kondisi perairan laut adalah parameter oseanografi itu sendiri, antara lain suhu, salinitas, gelombang, pH, arus, dan klorofil-a (Arifin, 2014).

Menurut Gaol & Sadhotomo (2007), distribusi dan kelimpahan sumber daya hayati di suatu perairan, tidak terlepas dari kondisi dan variasi parameter oseanografi. Oleh karena itu, informasi yang lengkap dan akurat tentang karakter oseanografi suatu perairan sangat diperlukan untuk tujuan pengelolaan sumber daya perairan secara berkelanjutan. Hal itu merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi masalah global yang ada.

Berbagai macam pengamatan telah dilakukan terhadap parameter

1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya2) Laboratorium Oseanografi Fisika, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016 : 1 - 14 ISSN 0216-1877

Page 2: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

2

oseanografi yang berhubungan dengan distribusi ikan tangkapan. Beberapa penelitian terkait pengaruh variabilitas lingkungan perairan sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pengolahan data tertentu, seperti Ocean Data View (ODV), yang merupakan salah satu program perangkat lunak yang dapat mengolah data suhu maupun lainnya untuk mengetahui sebarannya secara vertikal maupun horizontal. Berbagai macam metode penelitian tersebut menghasilkan informasi terkait dengan hubungan parameter oseanografi dan distribusi ikan tangkapan. Menurut Gaol dan Sadathomo (2007) pada penelitiannya menggunakan metode spasial dengan perangkat lunak ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna dalam penentuan fishing ground (daerah penangkapan ikan) yang setiap waktu berubah.

Dalam melakukan penangkapan ikan, informasi daerah penangkapan ikan sangatlah penting, agar efisiensi dan efektifitas penangkapan dapat ditingkatkan. Informasi daerah penangkapan dapat diperoleh melalui parameter oseanografi. Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah dengan mengkombinasikan kemampuan SIG (Sistem Informasi Geografis) dan penginderaan jauh. SIG adalah alat dengan sistem komputer yang digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi, sehingga jangkauan perairan yang ingin dikaji akan lebih luas daripada melakukan pengamatan langsung

(Adnan, 2010). Namun, kekurangan dari analisis penginderaan jauh ini adalah keakuratan data, meskipun hanya beberapa persen saja. Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara pengaruh parameter oseanografi terhadap distribusi ikan, dan parameter apa saja yang paling banyak memberikan pengaruh terhadap distribusi ikan tangkapan.

PARAMETER OSEANOGRAFI YANG MEMENGARUHI

DISTRIBUSI IKAN TANGKAP

Hubungan antara ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan lingkungan perairan bersifat komplek, sehingga perlu dikaji secara berkelanjutan. Parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dapat berupa parameter fisik, kimia dan biologi. Diantara ketiga parameter tersebut yang mudah diamati adalah parameter fisik berupa suhu, arus, angin dan gelombang. Parameter lingkungan tersebut akan mempengaruhi penyebaran ikan, migrasi, agregrasi (penggerombolan), pemijahan dan persediaan makanan serta tingkah laku ikan (Setyohadi, 2011).

Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dengan berbagai kondisi lingkungan. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap periode migrasi musiman, serta keberadaan ikan di suatu tempat (Edmondri, 1999). Pada tahapan migrasi/penyebaran ikan pelagis sangat dipengaruhi oleh kondisi kekinian

Page 3: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

3

oseanografis setempat, misalnya suhu, salinitas, arus permukaan, oksigen terlarut, dan faktor oseanografis lainnya (Edmondri, 1999).

Menurut Adnan (2010), parameter oseanografi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap variabilitas hasil tangkapan ikan, seperti klorofil-a dan suhu permukaan laut, karena suhu sangat berpengaruh terhadap metabolisme ikan secara biologis. Dilihat dari pengaruh fisikanya, suhu permukaan dapat menyebabkan upwelling, yang membawa nutrien ke permukaan dan menjadikan tempat feeding ground bagi ikan, sementara klorofil-a merupakan indikator adanya produktivitas primer bagi ikan, khususnya ikan pelagis.

Suhu Permukaan Laut

Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang penting untuk mempelajari variasi musim, fenomena iklim seperti El Nino, dan juga Indian Ocean Dipole yang selanjutnya dapat lebih memahami perubahan iklim (Cahyarini, 2011). Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter

oseanografi yang mencirikan massa air di lautan dan berhubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam menganalisis fenomena yang terjadi di lautan. Suhu adalah faktor penting bagi kehidupan organisme di laut yang dapat memengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangan, selain menjadi indikator fenomena perubahan iklim (Hutabarat & Evans, 1986).

Perairan Indonesia memiliki beberapa karakteristik yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson yang menyebabkan pergerakan arus dan angin yang berbeda. Beberapa penelitian menggunakan perbandingan waktu, yaitu musim barat dan timur, untuk membandingkan sebaran suhu permukaan laut di Indonesia. Sementara menurut Ridha et al., (2013) pada musim barat banyak massa air yang diangkut Armondo (Arus Monsun Indonesia) dari barat (Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, dan Laut Jawa) ke timur (Laut Bali. Laut Flores, dan Laut Banda) dan selatan (Samudera Hindia melalui selat -selat di Kepulauan Timur termasuk Selat Bali).

Page 4: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

4

Gambar 1. Pola distribusi suhu permukaan laut (SPL) pada saat musim timur (atas) dan musim barat (bawah) di Laut Jawa (Gaol & Sadhotomo, 2007).

Pada beberapa perairan di Indonesia, seperti Laut Jawa, karakteristik oseanografis sangat bergantung pada musim barat dan musim timur (Gambar 1). Pergerakan angin muson menyebabkan variasi suhu permukaan Laut Jawa, yang pada saat periode muson tenggara (musim timur), angin dan arus di Laut Jawa bergerak dari timur ke barat membawa massa air yang relatif lebih dingin masuk ke arah barat. Rata-rata suhu permukaan laut di Laut Jawa 27,25 - 28,25oC (Gaol & Sadhotomo, 2007). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa musim timur dan barat memiliki perbedaaan karakterteritik kondisi cuaca dan oseanografi, sehingga mempengaruhi proses dan hasil tangkapan (Ridha et al., 2013).

Perbedaan suhu pada masing–masing daerah juga memengaruhi persebaran ikan, khususnya ikan–ikan pelagis yang memiliki swimming layer tergantung pada suhu permukaan laut (SPL). Beberapa jenis ikan pelagis besar perenang cepat ditunjukkan pada Gambar 2. Sebagai contoh, adalah ikan madidihang (Thunnus albacares) tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut Kunarso et al. (2005), tuna besar yang ditangkap di selatan Nusa Tenggara Bali dan Jawa Timur adalah Bluefin dan Albacora. Suhu optimum untuk kehidupan Bluefin Tuna adalah sekitar 14-21OC sedangkan untuk Albakora yaitu 14-22OC.

Page 5: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

5

Gambar 2. Jenis – jenis ikan pelagis besar (Tuna dan Cakalang) (Anonima, 2015)

Adanya proses upwelling yang banyak terjadi di musim timur, khususnya di daerah Samudera Hindia bagian Timur, menyebabkan perubahan swimming layer bagi tuna mata besar. Upwelling menyebabkan kesuburan perairan meningkat, sehingga daerah ini menjadi feeding ground yang menyebabkan ikan akan berkumpul di wilayah ini untuk mencari makan. Pendangkalan termoklin sekitar 60 meter pada saat upwelling

diperkirakan menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah ikan pelagis yang tertangkap dengan alat tangkap long line (Gambar 3). Terjadinya pendangkalan termoklin menyebabkan fishing layer tuna mata besar semakin naik, dan jumlah mata pancing long line akan lebih banyak penetrasi sampai ke kedalaman fishing layer tuna mata besar, sehingga peluang ikan tertangkap akan lebih tinggi (Gaol & Nurjaya, 2015).

Gambar 3. Pendangkalan termoklin dari tahun 1994 – 2007 di Perairan Samudera Hindia bagian Timur (Gaol & Nurjaya, 2015)

Thunnus alalunga

Thunnus obessus Thunnus tonggol Katsuwonus pelamis

Thunnus albacares Thunnus macoyii

Page 6: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

6

Klorofil-a

Klorofil-a adalah salah satu tipe klorofil yang paling umum yang terdapat pada tumbuhan. Klorofil-a digunakan untuk mengetahui keberadaan fitoplankton dalam air. Fitoplakton adalah tumbuhan berukuran sangat kecil dan hidupnya terapung atau melayang-layang dalam kolom perairan,

sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh pergerakan air laut (Odum, 1971). Fitoplankton yang berada pada lapisan cahaya (fotik) mengandung klorofil-a yang berguna untuk fotosintesis. Klorofil-a mampu menyerap cahaya biru dan hijau, sehingga keberadaan fitoplankton dapat dideteksi berdasarkan kemampuan klorofil-a tersebut (Adnan, 2010).

Gambar 4. Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) yang banyak ditemukan di Selat Bali (Froese & Pauly, 2015).

Di beberapa perairan di Indonesia, contohnya Selat Bali, memiliki sebaran klorofil-a menunjukkan lebih tinggi pada musim timur dibandingkan dengan musim barat (Ridha et al., 2013). Namun, beberapa penelitian menyebutkan bahwa ikan lemuru (lemuru) yang banyak ditemukan di Selat Bali sangat tergantung dengan adanya makanan (fitoplankton) yang ada di daerah tersebut (Gambar 4). Setyohadi (2011) menyebutkan bahwa selain suhu optimum, yang lebih berperan dalam memengaruhi sebaran ikan lemuru (lemuru) adalah faktor makanan. Berdasarkan hal tersebut, maka ikan

lemuru lebih menyukai daerah dengan kandungan klorofil-a tinggi, meskipun suhu permukaan lautnya tidak optimal. Hubungan tersebut dipengaruhi kuat oleh proses upwelling di perairan Selat Bali, karena proses upwelling menyebabkan peningkatan kandungan klorofil-a dan menurunkan suhu permukaan laut (Ridha, et al., 2013).

Selain ikan lemuru (lemuru) yang tersebar di Selat Bali, ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan Kalimantan Timur, juga memiliki korelasi yang lebih tinggi kaitannya dengan parameter klorofil-a (adanya produktifitas

Page 7: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

7

primer), daripada persebaran SPL (Suhu Permukaan Laut). Menurut Adnan (2010), hubungan konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan tongkol terlihat dari meningkatnya konsentrasi klorofil-a menyebabkan hasil tangkapan yang meningkat, begitu juga sebaliknya penurunan konsentrasi klorofil-a mengakibatkan hasil tangkapan ikan yang menurun.

Gaol & Sadhotomo (2007) menunjukkan adanya persebaran

klorofil-a di Laut Jawa bagian timur (Gambar 5). Secara spasial, terjadi pergerakkan konsentrasi klorofil-a yang terjadi antara bulan Oktober sampai dengan Desember, dan memiliki sinkronisasi dengan migrasi pelagis ikan. Migrasi ikan diketahui melalui perhitungaan hasil tangkapan dari titik koordinat hasill tangkapan dan hasil survei hidroakustik yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya.

Gambar 5. Persebaran klorofil-a di Perairan Laut Jawa (atas) (Gaol & Sadhotomo, 2007) dan kepadatan ikan tangkapan berdasarkan survey hidroakustik (bawah) (Atmajaya et al. dalam Gaol & Sadhotomo, 2007).

Page 8: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

8

Menurut Gaol & Sadhotomo (2007), pada saat ENSO, di wilayah Indonesia curah hujan sangat rendah dan intensitas matahari menjadi lebih tinggi. Tingginya intensitas penyinaran matahari tersebut, diduga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya konsentrasi klorofil-a pada saat terjadinya ENSO. Peningkatan klorofil-a di selatan Jawa dan Nusa Tenggara karena adanya mekanisme upwelling yang makin intensif. Meningkatnya kadar nutrien akan meningkatkan produktivitas primer yang menghasilkan kadar klorofil-a tinggi (Kunarso et al., 2011).

Arus

Selain parameter fisika yaitu Suhu permukaan laut (SPL) ataupun parameter biologi yaitu klorofil-a, ada kondisi oseanografi lain yang memengaruhi persebaran ikan tangkap, seperti adanya arus yang sangat berpengaruh bagi ikan pelagis yang memiliki migrasi horisontal. Menurut Wibisono (2005), arus merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut dan biota yang hidup didalamnya, termasuk menentukan pola migrasi ikan. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah angin muson. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah.

Pada penelitian yang dilakukan di perairan Spermonde, Sulawesi Selatan, diketahui bahwa hasil tangkapan pada musim peralihan di bulan April – Mei 2009 di beberapa lokasi penangkapan (titik koordinat berdasarkan hasil wawancara nelayan Spermonde), menunjukkan fluktuasi pada beberapa kondisi kecepatan arus. Sedangkan pada bulan Juni 2009, yang merupakan hasil tangkapan pada awal musim timur dimana kondisi hasil tangkapan cenderung semakin tinggi hingga pada kecepatan arus 0,032 m/detik yakni 187,9 kg, dan cenderung menurun dengan meningkatnya kecepatan arus. Pada kecepatan arus tertinggi yakni 0,216 m/detik, hasil tangkapan 112 kg (Jalil, 2013).

Menurut Jalil (2013), arus memberikan pengaruh terhadap dua hal, yaitu terhadap ikan pelagis kecil dan kestabilan alat tangkap yang digunakan. Ikan pelagis kecil akan memberikan respon pasif, apabila berada dalam arus yang memiliki kecepatan sedang, sedangkan jika kecepatan arus rendah, maka ikan pelagis kecil akan bereaksi secara aktif (melawan arus). Namun apabila kecepatan arus yang tinggi, maka ikan pelagis kecil cenderung untuk menghindari. Terkait dengan alat tangkap yang digunakan, dalam hal ini purse seine, maka kecepatan arus memberikan pengaruh terhadap kestabilan alat tangkap, yang terkait dengan kecepatan kapal pada saat pelingkaran.

Page 9: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

9

Gambar 6. Arlindo (Arus Lintas Indonesia) (Cordon dalam Pramudia et al., 2014).

Adapun fenomena arus yang terjadi di perairan Indonesia adalah Arlindo (Arus Lintas Indonesia) yang berperan penting dalam rantai sikulasi termohalin dan fenomena iklim global (Pranowo et al., 2005) (Gambar 6). Menurut P3SDLP (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir) (2014), massa air hangat dari Samudera Hindia mengalir melalui Selat Makassar, Selat Lombok, Laut Timor dan Selat Ombai yang dikenal sebagai arus lintas Indonesia (Arlindo) atau Indonesian Through Flow. Massa air yang dibawa oleh Arlindo akan memengaruhi kondisi ekosistem laut dan pesisir yang dilaluinya, selain itu juga diyakini memengaruhi pola migrasi ikan di wilayah yang dilalui Arlindo. Massa air Arlindo telah memperkaya keanekaragaman hayati laut Indonesia,

karena menjadi tempat berkumpulnya khazanah hayati dua samudera besar.

Massa air dari ARLINDO berasal dari massa air Pasifik Utara sebanyak 92%, dan massa air Pasifik Selatan sebanyak 8%. Massa air dari Samudra Pasifik Selatan yang masuk ke perairan Indonesia dibawa oleh Arus Pantai Papua (New Guinea Coastal Current/NGCC) dan Massa air dari Samudera Pasifik Utasa adalah Arus Utara Katulistiwa (North Equatorial Current /NEC) menuju ke barat (Pranowo et al., 2005).

Selain arus yang tejadi secara horisontal, terdapat arus yang terjadi secara vertikal yaitu upwelling. Fenomena upwelling juga dipengaruhi oleh adanya musim barat dan musim timur di beberapa perairan. Menurut Nontji (2005), angin muson menyebabkan

Page 10: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

10

Indonesia mengenal musim barat dan musim timur yang berpengaruh di darat maupun di perairan Indonesia. Pada musim Timur, berhembus angin tenggara yang membuat Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) makin melebar ke utara, bergerak sepanjang pantai selatan Jawa hingga ke Sumbawa, kemudian memaksanya membelok ke arah barat daya. Saat itu arus permukaan menunjukkan pola sirkulasi anti-siklonik atau berputar ke kiri. Arus ini membawa air permukaan keluar menjauhi pantai, sehingga terjadi kekosongan yang berakibat naiknya air dari bawah (upwelling).

Perairan Indonesia dengan karakteristik perairan tropis, memiliki banyak spesies ikan, yang persebarannya tergantung dari mana asal muasal ikan tersebut. Menurut Setyohadi (2011), penyebaran dan kelimpahan hasil tangkapan diduga sangat dipengaruhi kondisi lingkungan perairan maupun oseanografi. Parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dapat berupa parameter fisik, kimia dan biologi.

Dengan mengetahui kondisi optimum terhadap target tangkapan dan menganalisis persebaran kondisi oseanografis secara berkala, maka akan dapat dipetakan daerah yang dapat dijadikan sebagai fishing ground bagi nelayan di Indonesia. Namun demikian, hal ini juga memerlukan pengamatan khusus supaya daerah yang sudah dipetakan potensinya tidak dieksploitasi secara berlebihan.

DISTRIBUSI IKAN TANGKAP

Nontji (2005) menyatakan bahwa keberadaan ikan pelagis, seperti ikan tembang dan ikan selar sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan plankton sebagai makanan utama. Ikan pelagis merupakan ikan yang selalu melakukan migrasi untuk mencari makan maupun untuk melakukan pemijahan. Untuk itulah secara tidak langsung kondisi alam berpengaruh terhadap banyaknya ikan-ikan pelagis yang tertangkap (hasil tangkapan) oleh nelayan (Ridha et al., 2013).

Terkait dengan kelompok Famili Scrombidae, fishing layer ikan tuna mata besar adalah pada isotherm 10-15oC. Temperatur ini berada sekitar 200-300 meter dari permukaan. Isotherm 10-15oC ini bervariasi secara spasial dan temporal. Pada musim timur pada saat upwelling isotherm 10-15oC menjadi lebih dangkal sekitar 25-50 meter (Gaol & Sadhatomo, 2007). Tuna mata besar (T. obesus) menyebar dari Samudera Pasifik melalui perairan di antara pulau-pulau di Indonesia sampai ke Samudera Hindia (Burhanudin et al., 1984). Albacora mempunyai rentang suhu berkisar 14-22oC (Kunarso et al, 2005). Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) memiliki rentang suhu optimal yaitu 28-29OC perairan yang lebih hangat (Edmondri, 1999). Sementara ikan tongkol dewasa cenderung berkumpul dekat pantai untuk memijah setiap tahun antara bulan Juni-Agustus, dengan suhu 25-30oC, dan salinitas 26-30 ppt (Burhanudin et al., 1984).

Page 11: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

11

Berdasarkan dari penentuan sebaran suhu permukaan laut yang digabungkan dengan sebaran klorofil-a dan variabilitas hasil tangkapan ikan, maka daerah yang diduga merupakan daerah potensi penangkapan ikan pelagis adalah daerah yang mempunyai suhu optimum dan mempunyai kandungan klorofil-a yang tinggi sebagai indikator kesuburan perairan (sumber makanan), kemudian divalidasi dengan daerah operasi penangkapan ikan oleh nelayan (Adnan, 2010). Berikut adalah

gambaran yang telah dibuat oleh BPOL (Badan Penelitian dan Observasi Laut) KKP, mengenai peta sebaran daerah penangkapan ikan maupun daerah berpotensi ikan pada periode waktu tertentu (Gambar 7). Salah satunya adalah peta sebaran daerah penangkapan ikan maupun potensi ikan pada Bulan Maret 2015 yang mewakili musim barat. Peta ini dibuat didasarkan pada analisa data satelit Aqua/Terra MODIS, serta data angin dan gelombang dari BMKG pada setiap waktu (BPOL, 2015).

Gambar 7. Peta sebaran daerah tangkapan ikan maupun daerah berpotensi ikan pada bulan Maret 2015 untuk Perairan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (BPOL, 2015).

Page 12: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

12

PENUTUP

Pengaruh karakteristik oseanografi di perairan Indonesia menunjukkan adanya hubungan dengan pola distribusi ikan, khususnya ikan pelagis. SPL (suhu permukaan laut) dan klorofil-a adalah parameter yang paling berpengaruh, meskipun ada beberapa parameter lainnya tergantung dengan kondisi perairan tersebut. Adapun karakteristik perairan yang membedakan adalah dengan adanya pengaruh musim barat, musim timur, ataupun musim peralihan. Hal ini, perlu dikaji secara berkelanjutan untuk menentukan daerah potensi penangkapan bagi nelayan.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2010. Analisis Suhu Permukaan laut dan Klorofil-a Data Inderaja Hubungannyadengan Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Di Perairan Kalimantan Timur. Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti – Ambon: 1 – 12.

Arifin, Z. 2014. Arah dan Rencana Riset Oseanografi pada Samudera Hindia 2015 – 2020. Pusat Penelitian LIPI – Oseanografi. Jakarta: 64 hal.

BPOL (Badan Penelitian dan Observasi Laut). 2015. Peta Sebaran Daerah Penangkapan

Ikan dan Potensi Ikan di Perairan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. http://kkp .go . id /2015 /08 /05 /informasi-peta-prakiraan-daerah-penangkapan-ikan-ppdpi-periode-tanggal-18-19-maret-2015-2/. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2015.

Burhanudin, R., S. Moeljanto, Martosewojo dan A. Djamali. 1984. Suku Scombridae: Mengenal Ikan Tuna, Cakalang, dan Tongkol. LON-LIPI, Jakarta: 28 hal.

Cahyarini, S.Y. 2011. Rekonstruksi Suhu Permukaan Laut Periode 1993 – 2007 Berdasarkan Analisis Kandungan Sr/Ca Koral dari Wilayah Labuan Bajo, Pulau Simeulue. Jurnal Geologi Indonesia. Vol. 6 No. 3 September 2011: 129-134.

Edmondri. 1999. Studi Penangkapan Ikan Cakalang dan Madidihang di Perairan Sumatera Barat pada Musim Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. SKRIPSI: 60 hal.

Froese, R. and D. Pauly. 2015. Ikan Lemuru (Sardinella lemuru). www.fishbase.org. Diakses pada tanggal 10 Juli 2015.

Page 13: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

13

Gaol, J. L dan B. Sadhotomo. 2007. Karakteristik dan Variabilitas Parameter Oseanografi Laut Jawa Hubungannya dengan Distribusi Hasil Tangkapan Ikan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 13. No.3: 1-12.

Gaol, J. L., Wudianto, B. P. Pasaribu, D. Manurung and R. A. Endrani. 2007. The fluctuation chlorophyll-a concentration derived from satellite imagery and catch of oily sardine (Sardinella lemura) in Bali Strait. Internatioanl Journal of Remote sensing and Earth Sciences. 1: 24-50.

Gaol, J.L. dan Nurjaya, I.W. 2015. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kondisi Oseanografi dan Laju Tangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia Bagian Timur. Simposium Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan Bali, 10-11 Desember 2014. VI 96-104.

Jalil, A.R. 2013. Distribusi kecepatan arus pasang surut pada muson peralihan barat-timur terkait hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Spermonde. Depik, 2(1): 26-32. ISSN 2089-7790.

Kunarso, S. H. dan N.S. Ningsih. 2005. Kajian Lokasi Upwelling untuk Penentuan Fishing Ground Potensial Ikan Tuna. Jurnal Ilmu Kelautan. Juni 2005. Vol. 10 (2): 61-67. ISSN 0853 – 7291.

Kunarso., S. H. N.S. Ningsih, dan M. Baskoro. 2011. Variabilitas Suhu dan Klorofil-a di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor. Jurnal Ilmu Kelautan. September 2011. Vol. 16 (3): 171-180. ISSN 0853-7291.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan. Jakarta: 212 hal.

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Thirth Edition. Philadelphia: 546 hal.

P3SDLP (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir). 2014. Kajian Hidrodinamika Perairan Indonesia dan Dampaknya Terhadap Migrasi Musiman Ikan Pelagis (TIMIT). http://p 3 s d l p . l i t b a n g . k k p .go.id/litbang/perubahan-ikl im/2014/613-kaj ian-hidrodinamika-perairan-indonesia-dan-dampaknya-terhadap-migrasi-musiman-

Page 14: PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP …oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-1.pdf · ODV untuk mengetahui menganalisis data oseanografi di Laut Jawa. Hasil ini dapat berguna

14

ikan-pelagis-timit. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2015.

Pramudia, A., W. Estiningtyas, E. Susanti, dan Suciantini. 2014. Fenomena dan Perubahan Iklim Indonesia serta Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Kalender Tanam. Litbang Pertanian. h t t p : / / w w w . l i t b a n g .pertanian.go.id/buku/katam/bagian-2.pdf. Diakses pada tanggal 28 Januari 2016.

Pranowo, W.S, R.T.D Kuswardhani, T.R Kepel, K., S. Makasim dan S. Husrin , 2005. Menguak Arus Lintas Indonesia (Ekspedisi INSTANT 2003-2005). Badan Riset Kelautan dan Perikanan- Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta: 73 hal.

Ridha, Urfan, M.R. Muskananfoia dan A. Hartoko. 2013. Analisa Sebaran Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-a Di Perairan Selat Bali. Diponegoro Journal of Maquares. Vol 2 No. 4: 53 – 60.

Setyohadi, D. 2011. Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Dihubungkan dengan Kepadatan dan Sebaran Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Hasil Tangkapan Purse Seine di Selat Bali. J-PAL, Vol.1, No. 2: 72 – 78.

Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo, Jakarta: 226 hal.