PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan,...

156
PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP PERILAKU WISATAWAN (Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat) GINA MEIDA RAMADIANA I34061820 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan,...

Page 1: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA

TERHADAP PERILAKU WISATAWAN

(Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa

Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat)

GINA MEIDA RAMADIANA

I34061820

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

ii

Abstract

This study focused on the influence of marketing communication on tourist

behavior (Case: Object Nature Tourism Mountain Galunggung, Linggajati

Village, District Sukaratu, Tasikmalaya regency). The purpose of this study is to

determine: (1) the extent to affect perceptions of marketing communication

messages and (2) the extent of perceptions of message affect tourist behavior. The

results of this study indicate that exposure to marketing communications related

to the perception of the message. The higher the exposure to marketing

communications, the more positive perceptions of the message. Tourists who

receives information from various forms of marketing communications - from

advertising, communication at a tourist attraction, sales promotion, sponsorship

marketing, publicity, and word of mouth marketing - have a positive perception of

the message delivered, whether it be general information about the object and

tourist attraction and which information is more specific about the message

loving environment. In addition, exposure to external marketing communications

is also associated with perceptions of the message. Although it showed a

significant relationship, but the exposure of outside marketing communications

tends to be low. The tendency of exposure which comes from friends / family /

colleagues / local level low caused by the information is merely a reinforcement

of the information obtained from marketing communications. Next, the perception

of the message have a relationship with tourist behavior. The higher the

perceptions of tourists towards the more positive messages tourist behavior.

Tourists who have the perception that general information about the objects and

attractions and which information is more specific about the message of

environment care is clear and complete, tourism has a positive attitude. Mayotitas

tourists Object Nature Tourism Mountain Galunggung already showing

recreational behavior and conduct a positive environment of love. From these two

dimensions, the behavior of recreation have a higher value than the behavior of

caring environment. Tourists who have the perception that general information

about the objects and attractions and which information is more specific about the

environmental care message is clear and complete, has a positive recreational

behavior. Tourist Object Nature Tourism Mount Galunggung can determine the

decision to visit often (frequency of visits), select the objects and attractions

available, determine the period of stay, and the next visit.

Keywords: tourism, marketing communication, exposure, perception,

tourist behavior

Page 3: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

iii

RINGKASAN

GINA MEIDA RAMADIANA. PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN

OBYEK WISATA TERHADAP PERILAKU WISATAWAN. Kasus: Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu,

Kabupaten Tasikmalaya. (Di bawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG).

Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang berpotensi tinggi

dalam sektor pariwisata. Trend back to nature menjadikan kecenderungan

pariwisata dari wisata massal menjadi ekowisata. Salah satu obyek wisata

unggulan Tasikmalaya yang mendukung kegiatan ekowisata adalah Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung. Karena Gunung Galunggung merupakan obyek

wisata alam, wisatawan yang datang ke obyek wisata alam ini selain berekreasi

untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu bersamaan

wisatawan juga dituntut untuk berperilaku cinta lingkungan. Oleh karena itu,

diperlukan kegiatan komunikasi pemasaran terpadu yang tidak hanya

mempengaruhi perilaku kunjungan wisatawan, namun juga sekaligus

mempengaruhi perilaku cinta lingkungannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) sejauhmana

komunikasi pemasaran mempengaruhi persepsi terhadap pesan dan (2)

sejauhmana persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku wisata.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai

yang didukung pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara. Teknik sampling

yang digunakan adalah convenience sampling dengan sampel 80 orang wisatawan

nusantara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif

dengan menghubungkan variabel terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi

terhadap pesan serta persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata. Uji statistik

yang digunakan adalah Crosstabs-Correlations dengan analisis Pearson.

Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar wisatawan yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berasal dari Tasikmalaya.

Mayoritas wisatawan adalah laki-laki, berada pada usia muda, memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi, tingkat pendapatan yang rendah, dan memiliki frekuensi

kunjungan rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak pengelola Obyek Wisata

Alam Gunung Galungung telah berhasil melakukan komunikasi pemasaran obyek

wisata kepada para wisatawan. Wisatawan memiliki persepsi positif terhadap

komunikasi pemasaran, sehingga perilaku wisatanya lebih baik. Hubungan antara

terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan menunjukkan

hubungan yang sangat signifikan. Semakin tinggi terpaan komunikasi pemasaran

maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang

menerima informasi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dari berbagai

bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi

penjualan, pemasaran sponsorship, publisitas, dan pemasaran dari mulut ke mulut)

menilai bahwa pesan yang disampaikan sudah jelas dan lengkap. Meskipun secara

umum terpaan komunikasi pemasaran berhubungan dengan persepsi terhadap

Page 4: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

iv

pesan, tetapi masih ada yang tergolong kategori rendah yaitu pada promosi

penjualan, publisitas, dan pemasaran dari mulut ke mulut. Promosi penjualan

tergolong rendah karena kurangnya sosialisasi mengenai harga tiket masuk.

Publisitas tergolong rendah karena frekuensi tayang radio dan televisi lokal

cenderung rendah, sedangkan pemasaran dari mulut ke mulut tergolong rendah

karena wisatawan tidak memperoleh informasi langsung dari pihak pengelola.

Terpaan dari luar komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan

juga memiliki hubungan yang signifikan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

nilai signifikansi untuk terpaan komunikasi pemasaran lebih besar daripada

terpaan diluar komunikasi pemasaran. Kondisi ini dapat terjadi karena informasi

yang berasal dari teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat setempat

hanya bersifat sebagai penguat terhadap informasi yang didapat dari komunikasi

pemasaran. Meskipun informasi dari luar komunikasi pemasaran sudah lengkap,

namun cenderung kurang jelas. Sebagian besar informasi sudah didapatkan

wisatawan dari komunikasi pemasaran. Setelah mendapatkan informasi dari

komunikasi pemasaran, wisatawan akan memperkuat informasi tersebut dengan

melengkapinya dari luar komunikasi pemasaran.

Persepsi yang terbentuk akibat terpaan komunikasi pemasaran juga

memiliki hubungan dengan perilaku wisatawan. Hubungan antara persepsi

terhadap pesan dengan perilaku wisatawan menunjukkan hubungan yang sangat

signifikan. Semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin

positif perilaku wisatanya. Wisatawan yang menerima informasi mengenai Obyek

Wisata Alam Gunung Galungung secara jelas dan lengkap, menunjukkan perilaku

rekreasi dan perilaku cinta lingkungan yang positif. Selain berekreasi untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu bersamaan wisatawan

juga dapat menjaga kelestarian kawasan obyek wisata. Dari kedua perilaku

wisatawan, perilaku rekreasi memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perilaku

cinta lingkungan. Informasi mengenai obyek wisata lebih banyak diterima oleh

wisatawan dibandingkan dengan informasi mengenai pesan cinta lingkungan,

sehingga perhatian wisatawan lebih tertuju pada keindahan obyek wisata alamnya

dibandingkan dengan perhatian terhadap perilaku cinta lingkungan. Hal ini

menyebabkan wisatawan lebih dapat menentukan pengambilan keputusan untuk

seringnya berkunjung, memilih obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang

tersedia, menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan selanjutnya

Page 5: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

v

PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA

TERHADAP PERILAKU WISATAWAN

(Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa

Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat)

GINA MEIDA RAMADIANA

I34061820

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

vi

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Gina Meida Ramadiana

NRP : I34061820

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Pengaruh Komunikasi Pemasaran Obyek Wisata terhadap

Perilaku Wisatawan (Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu,

Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S Agung, MS

NIP: 19630904 199002 2 001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP: 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

vii

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA

TERHADAP PERILAKU WISATAWAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN

PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN

UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA

JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, Januari 2011

Gina Meida Ramadiana

I34061820

Page 8: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gina Meida Ramadiana dilahirkan pada tanggal 15 Mei

1988 di Tasikmalaya. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Ir. Safari Agustin, MP dan Ibu Haryati S.Pd.

Pendidikan yang pertama kali ditempuh oleh penulis adalah Taman

Kanak-kanak Dewi Sartika pada tahun 1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri Karsanagara pada tahun 1994-2000, Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmalaya pada tahun 2000-2003, dan Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Tasikmalaya pada tahun 2003-2006. Selama di bangku

sekolah, penulis selalu berprestasi dalam bidang akademik dan aktif dalam

beberapa kegiatan ekstrakurikuler, serta prestasi lain dalam kejuaraan-kejuaraan

yang diikuti.

Di tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Program Studi Komunikasi

dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Kemudian pada tahun

2007 penulis memilih Minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, selain belajar penulis juga aktif dalam

kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan. Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti

yakni sebagai BP Himasiera KPM FEMA IPB 2009-2010 sebagai sekretaris dan

HIMALAYA 2006 sebagai anggota hingga sekarang. Selanjutnya penulis juga

mempunyai beberapa prestasi diluar bidang akademik, yaitu: Juara I Bulu Tangkis

Ganda Putri Espent (Ecology Sport Event) 2008 FEMA IPB, Juara II Bussines

Competition 2008 FEMA IPB, dan lain lain. Penulis juga pernah menjadi asisten

dosen pada Mata Kuliah Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210).

Page 9: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

nikmat-Nya, sehingga penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi

Pemasaran Obyek Wisata terhadap Perilaku Wisatawan” ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Ir Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen pembimbing Skripsi atas

bimbingan, arahan, saran dan kritik yang membangun, serta segala bentuk

dukungan dan perhatiannya selama proses penulisan studi pustaka (SP),

proposal, penelitian, pengolahan data, dan Skripsi. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan maksimal.

2. Kedua Orangtua saya yang selalu memberikan do’a yang tidak pernah putus,

segala dukungan yang tak terhingga, dan memberikan semangat kepada saya

untuk bangkit bangkit dan bangkit !!! Hatur Nuhun Pisan.

3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama dan Ir. Murdianto,

Msi sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM atas kesediaannya

untuk menguji dan memberikan saran bagi skripsi ini.

4. Dosen Minor KSHE,terutama Ir. Arzyana Sungkar, MSc atas motivasi dan

referensi yang bersangkutan dengan Skripsi saya.

5. Dimas Agung T dan “D 511 MZ”nya atas dukungan, kehadiran, dan

kebersamaan yang melengkapi dan mewarnai hidup saya sehingga semakin

memotivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

6. All Family dan All ”crew” Skripsi, terutama DBella dan Atha yang mewarnai

hidupku; Andry yang menyempatkan menemani penelitian; Puja MP dan

Dian F yang membantu melengkapi dokumentasi; Ary YF yang menemani

proses pencarian literatur di perpustakaan UI; Nunu dan M. Azis yang

membantu proses mengolah data; Sadiah yang menemani ortu untuk merawat

saya pas saya diopname dan melalui masa-masa kritis ; serta 80 responden

penelitian dan pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

yang telah bekerjasama selama penelitian berlangsung.

7. Sahabat² Seperjuangan: Wiwin Nur’aeny, sobat dari TK sampai sekarang dan

bahkan selamanya, yang selalu memotivasi dan berlomba dalam kebaikan...

darimu kubelajar banyak hal dan aku berusaha tetap menjadi Gina yang kamu

kenal !!!; Dara MS “my FF”... we must go on !!; Lisma Apriani, sahabat

seperguruan yang bisa berbagi dan mengerti saya apa adanya... everythings

gonna be okay !; Asmawati yang selalu menemukan tempat petualangan baru

yang worth it & so sweet-lah; Terimakasih atas kebersamaan dan do’a kalian.

8. Sahabat²ku di Keluarga Besar Toophat serta di Keluarga Besar Error.

Terimakasih atas informasi, waktu, tenaga, biaya, hiburan, dan silaturahmi.

Page 10: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

x

9. Teman-teman seperjuangan mayor KPM 43, terutama teman satu bimbingan

(M. Azis dan Untung Prasetyo: seperjuangan di SP, Proposal dan Skripsi),

Fini Hastin yang memberikan semangat, Last but not least Bageur Pren yang

bageur (Dina Fatmasari, Wulandari, Rahayu), dan teman-teman minor KSHE

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, serta teman-teman yang menghadiri

dan memberi masukan dalam kolokium saya, teman-teman yang menghadiri

dan memberi dukungan dalam ujian skripsi saya, serta teman-teman yang

pernah melakukan dosa-dosa terindah bersama di masa perkuliahan (insyaf

sekarang ya). Terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini.

10. Teman-teman yang pernah hidup satu atap selama kuliah: Penghuni kamar

TPB A2 187 (Dewi AN, Siti, dan Riyanti); Penghuni Kosan lama Chatralaya

(with u in 3 years); dan penghuni Kosan baru Mariners alias Pongah (Eenk,

Dono, Wulan, Nana, Bg Jali, Alin, Ito, Udin, Achis, Franky, Aji, Gilang,

Kincit,)...Thanks for All Moment

11. Orang-orang di balik layar dept. KPM (Bu Maria, Bu Nissa, Bu Susi, dan Pak

Fita) dan Bu Arsih nu sok nyuguhan saya ketika menunggu bimbingan.

12. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu per satu yang telah memberikan

dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini. Serta yang

telah menemani perjalanan hidup dan proses pembelajaran hingga saya

sampai seperti sekarang ini. Apapun yang telah terjadi bersama saya adalah

sebuah kenangan yang menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi saya.

Semoga Skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak dan membanggakan bagi

keluarga, agama, sahabat-sahabat, teman-teman, institusi, bangsa, dan negara,

serta dunia. Amien.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 11: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL .................................................. 6

2.1. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6

2.1.1. Konsep Pariwisata, Ekowisata, dan Konservasi ......................... 6

2.1.1.1. Definisi Pariwisata ................................................................ 6

2.1.1.2. Definisi Ekowisata ................................................................ 6

2.1.1.3. Daerah Tujuan Wisata ........................................................... 6

2.1.1.4. Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) .............................. 6

2.1.1.5. Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Pegunungan .......... 7

2.1.1.6. Wisatawan ............................................................................. 7

2.1.1.7. Sapta Pesona .......................................................................... 8

2.1.1.8. Beberapa Hal yang Merusak Lingkungan Obyek Wisata

Alam ..................................................................................... 10

2.1.2. Konsep Komunikasi ................................................................... 13

2.1.2.1. Komunikasi ........................................................................... 13

2.1.2.2. Komunikasi Massa ................................................................ 13

2.1.2.3. Komunikasi Interpersonal ..................................................... 14

2.1.2.4. Terpaan (Exposure) Media Informasi ................................... 15

2.1.2.5. Psikologi Komunikasi .......................................................... 16

2.1.3. Konsep Pemasaran ..................................................................... 20

2.1.3.1. Pemasaran Pariwisata ............................................................ 20

2.1.3.2. Komunikasi Pemasaran ......................................................... 21

2.1.3.3. Komunikasi Pemasaran Terpadu ........................................... 23

2.1.3.4. Bauran Pemasaran ................................................................. 25

2.1.3.5. Bauran Promosi ..................................................................... 29

2.1.3.6. Keputusan Pembelian ............................................................ 30

2.1.4. Konsep Pengembangan Masyarakat ………………………...... 31

2.2. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34

2.3. Hipotesis .......................................................................................... 37

2.4. Definisi Operasional ........................................................................ 37

Page 12: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 45

3.1. Metode Penelitian ............................................................................ 45

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 45

3.3. Metode Penentuan Responden dan Informan .................................. 46

3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 49

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK WISATA ALAM GUNUNG

GALUNGGUNG ........................................................................... 50

4.1. Sejarah Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ......... 50

4.2. Nilai-nilai Kepercayaan di Gunung Galungung .............................. 51

4.3. Letak Obyek Wisata Gunung Galunggung dalam Peta Pariwisata

dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya ............................................... 51

4.4. Produk Wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ......... 53

4.4.1. Daya Tarik Wisata (Attraction) .................................................. 53

4.4.2. Aksesibilitas (Accessibility) ........................................................ 54

4.4.3. Fasilitas (Aminities) ................................................................... 59

4.5. Karakteristik Wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung ...................................................................................... 67

BAB V TERPAAN KOMUNIKASI PEMASARAN ................................. 70

5.1. Terpaan Komunikasi Pemasaran Oleh Pihak Pengelola .................. 70

5.1.1. Terpaan Periklanan ..................................................................... 71

5.1.2. Terpaan Komunikasi di Tempat Pembelian ............................... 73

5.1.3. Terpaan Promosi Penjualan ........................................................ 77

5.1.4. Terpaan Pemasaran Sponsorship ................................................ 78

5.1.5. Terpaan Publisitas ...................................................................... 83

5.1.6. Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut ................................... 85

5.2. Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola ... 85

5.3. Kemudahan Mengakses Informasi ……………………………….. 86

BAB VI PERSEPSI TERHADAP PESAN ................................................. 88

6.1. Kejelasan Isi Pesan .......................................................................... 89

6.2. Kelengkapan Isi Pesan ..................................................................... 91

BAB VII PERILAKU WISATAWAN ........................................................ 93

7.1. Perilaku Rekreasi ............................................................................. 94

7.2. Perilaku Cinta Lingkungan .............................................................. 96

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TERPAAN

KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN PERSEPSI

TERHADAP PESAN .................................................................. 99

8.1. Hubungan Terpaan Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi

terhadap Pesan ................................................................................. 100

8.1.1. Hubungan Terpaan Periklanan dengan Persepsi terhadap

Pesan ....................................................................................... 102

8.1.2. Hubungan Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata dengan

Persepsi terhadap Pesan .............................................................. 103

Page 13: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

xiii

8.1.3. Hubungan Terpaan Promosi Penjualan dengan Persepsi

terhadap Pesan ............................................................................. 105

8.1.4. Hubungan Terpaan Pemasaran Sponsorship dengan Persepsi

terhadap Pesan ............................................................................. 106

8.1.5. Hubungan Terpaan Publisitas dengan Persepsi terhadap Pesan . 107

8.1.6. Hubungan Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut dengan

Persepsi terhadap Pesan .......................................................... 108

8.2. Hubungan Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran dengan

Persepsi terhadap Pesan .............................................................. 110

BAB IX ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP

PESAN DENGAN PERILAKU WISATAWAN .......................... 112

9.1. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Wisatawan ... 112

9.1.1. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Rekreasi .. 114

9.1.2. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta

Lingkungan ......................................................................... 115

BAB X PENUTUP .............................................................................. 121

10.1. Kesimpulan ................................................................................ 121

10.2. Saran ............................................................................................ 122

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 123

LAMPIRAN ................................................................................................ 126

Page 14: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ........................... 31

Tabel 2. Persentase Warga Menurut Mata Pencahariannya ................ 64

Tabel 3. Jumlah Sarana Penunjang Masyarakat Menurut Jenis

Penunjang Perekonomian ...................................................... 65

Tabel 4. Jumlah Kesenian Daerah Menurut Jenis Kesenian dan

Lokasi Desa di Kecamatan Sukaratu ..................................... 66

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Karakteristik

Wisatawan .............................................................................. 68

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Komunikasi Pemasaran ......................................................... 70

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Periklanan .............................................................................. 71

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Komunikasi di Obyek Wisata ................................................ 73

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Promosi Penjualan …………………………………………. 77

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Pemasaran Sponsorship ......................................................... 78

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Publisitas ................................................................................ 83

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Pemasaran dari Mulut ke Mulut ........................................... 85

Tabel 13. Persentase Wisatawan Menurut Terpaan dari Luar

Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola ....................... 86

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kemudahan

Mengakses Informasi ………………………………………. 86

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Persepsi

terhadap Pesan ....................................................................... 88

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kejelasan Isi

Pesan ....................................................................................... 89

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kelengkapan Isi

Pesan ...................................................................................... 91

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Wisata

di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ...................... 93

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku

Rekreasi ................................................................................. 94

Page 15: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

xv

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Cinta

Lingkungan ………………………………………………… 96

Tabel 21. Persentase Terpaan Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi

terhadap Pesan ....................................................................... 100

Tabel 22. Persentase Terpaan Periklanan dengan Persepsi terhadap

Pesan ...................................................................................... 102

Tabel 23. Persentase Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata dengan

Persepsi terhadap Pesan ......................................................... 103

Tabel 24. Persentase Terpaan Promosi Penjualan dengan Persepsi

terhadap Pesan ....................................................................... 105

Tabel 25. Persentase Terpaan Pemasaran Sponsorship dengan Persepsi

terhadap Pesan ....................................................................... 106

Tabel 26. Persentase Terpaan Publisitas dengan Persepsi terhadap

Pesan ...................................................................................... 107

Tabel 27. Persentase Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut dengan

Persepsi terhadap Pesan ......................................................... 109

Tabel 28. Persentase Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran oleh

Pihak Pengelola dengan Persepsi terhadap Pesan ................. 110

Tabel 29. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku

Wisatawan .............................................................................. 112

Tabel 30. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku

Rekreasi ................................................................................. 114

Tabel 31. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta

Lingkungan ............................................................................ 115

Page 16: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Komunikasi Pemasaran

Obyek Wisata terhadap Perilaku Wisatawan....................... 36

Gambar 2. Peta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya ......... 52

Gambar 3. Persentase Wisatawan Menurut Obyek dan Daya tarik

Wisata …………………………………………………….. 54

Gambar 4. Peta Jalur Wisata Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung ………………………………………………. 55

Gambar 5. Persentase Wisatawan Menurut Jalur Wisata …………….. 56

Gambar 6. Persentase Wisatawan Menurut Jenis Alat Transportasi ...... 58

Gambar 7. Persentase Wisatawan Menurut Fasilitas Utama ................. 59

Gambar 8. Persentase Wisatawan Menurut Pembelian Souvenir (Oleh-

oleh) ..................................................................................... 60

Gambar 9. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan

Pemenuhan Kebutuhan Makan ............................................ 61

Gambar 10. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan

Pemenuhan Kebutuhan Komunikasi ................................... 62

Gambar 11. Persentase Wisatawan Menurut Kesan terhadap Sikap

Warga …………………………………………………….. 63

Gambar 12. Gerbang Pembelian Tiket Masuk ………………………… 74

Gambar 13. Papan Peringatan dan Himbauan Bagi Para Pengunjung … 75

Gambar 14. Papan Petunjuk Arah ……………………………………... 75

Gambar 15. Harga Tiket Masuk Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung ………………………………………………. 77

Gambar 16. Pameran Lingkungan Hidup dalam kegiatan The Memory

of Galunggung ’82 ……………………………………….. 79

Gambar 17. Kegiatan Seni Budaya dan Hiburan Pendukung dalam

kegiatan The Memory of Galunggung ’82 ……………… 80

Gambar 18. Pemeran Sepeda Sehat dan Sepeda Onthel dalam kegiatan

The Memory of Galunggung ’82 …………………………. 81

Gambar 19. Lomba Paralayang dan Jeep Adventure dalam kegiatan The

Memory of Galunggung ’82 ……………………………… 82

Gambar 20. Kegiatan Kunjungan Wisata dalam kegiatan The Memory

of Galunggung ’82 ……………………………………….. 82

Gambar 21. Peta Kawasan Wisata dan Papan Himbauan Cinta

Lingkungan ……………………………………………….. 92

Gambar 22. Tempat Sampah yang Telah Dibedakan Menurut Jenis

Sampah ................................................................................ 97

Page 17: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran

Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data ....................................................... 126

Lampiran 2 Media Komunikasi Pemasaran ………………..…............. 129

Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...................................... 135

Page 18: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Pariwisata juga

memiliki peranan besar dalam meningkatkan pendapatan nasional, disamping

sektor migas. Pada tahun 2007, pariwisata memberikan kontribusi terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 39,3 persen dan sebagai sumber devisa

negara dengan nilai kontribusi sebesar 295,4 trilyun rupiah di bawah sektor migas

(BPS, 2007). Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang berpotensi tinggi

dalam sektor pariwisata. Sektor pariwisata menyumbang devisa terbesar kedua

setelah sektor agroindustri.

Trend back to nature menjadikan kecenderungan pariwisata dari wisata

massal menjadi ekowisata. Ekowisata adalah perjalanan wisata alam yang

bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal. Selanjutnya ekowisata juga merupakan salah satu

bentuk kegiatan pariwisata khusus serta merupakan salah satu bentuk pariwisata

berkelanjutan. Perbedaan utama ekowisata dan wisata massal terletak dalam hal

karakteristik produk dan pasar. Dengan demikian, dalam pelaksanaan ekowisata

membutuhkan prinsip community development (pengembangan masyarakat)

terutama prinsip sustainability (keberlanjutan), participation (partisipasi), dan

external expert (keahlian pihak luar).

Tasikmalaya memiliki beberapa obyek wisata unggulan. Salah satu obyek

wisata unggulan di Kabupaten Tasikmalaya yang mendukung kegiatan ekowisata

adalah Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Karena Gunung Galunggung

merupakan obyek wisata alam, wisatawan yang datang ke obyek wisata alam ini

selain berekreasi untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu

bersamaan wisatawan juga dituntut untuk berperilaku cinta lingkungan. Namun,

perilaku wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung tidak semuanya

menunjukkan perilaku cinta lingkungan. Masih ada diantara mereka yang belum

berperilaku cinta lingkungan seperti: membuang sampah sembarangan, mencorat-

Page 19: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

2

coret fasilitas, merokok, dan lain-lain. Hal tersebut karena mereka belum

menyadari arti pentingnya alam itu sendiri terhadap kelangsungan pariwisata dan

juga kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan komunikasi

pemasaran terpadu yang tidak hanya mempengaruhi perilaku kunjungan

wisatawan, namun juga sekaligus mempengaruhi perilaku cinta lingkungannya.

Komunikasi pemasaran (marketing communication) berkembang dari

salah satu bauran pemasaran (marketing mix) yaitu promosi. Selanjutnya, menurut

Shimp (2003), komunikasi pemasaran terpadu atau integrated marketing

communication (IMC) adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai

bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan –

dalam hal ini adalah kepada wisatawan dan calon wisatawan (wisatawan

potensial) - secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau

memberikan efek langsung kepada perilaku wisatawan. IMC menganggap seluruh

sumber yang dapat menghubungkan wisatawan atau calon wisatawan dengan

produk atau jasa pariwisata, adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan

informasi mengenai obyek wisata. Lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua

bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh wisatawan atau

calon wisatawan.

Adapun tiga aspek penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat

perhatian dari para pengelola atau pemasar dalam bidang kepariwisataan, yaitu:

attraction (daya tarik wisata), accessibility (aksesibilitas), dan aminities (fasilitas).

Ketiga aspek (3A) di atas harus dapat dikemas sedemikian rupa sehingga dapat

menjadi lebih menarik, memberikan kenyamanan bagi calon wisatawan sesuai

dengan maksud kunjungan dari para wisatawan tersebut. Selanjutnya Muljadi

(2009) juga menambahkan terdapat sapta pesona yang merupakan tujuh unsur

daya tarik wisata yang dapat mempengaruhi keinginan berkunjung wisatawan

tersebut dan membuatnya betah tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata.

Ketujuh unsur pesona tersebut meliputi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-

tamah, dan kenangan. Pengetahuan tentang karakteristik produk sangat penting

agar para penyedia jasa dapat lebih jeli dalam mengoptimalkan pemanfaatan

sumberdaya pariwisata dengan tingkat keberlanjutan yang lebih lama.

Selanjutnya, pengetahuan wisatawan mengenai sapta pesona juga sangat penting

Page 20: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

3

karena selain dapat mempengaruhi keinginan berkunjung wisatawan tersebut dan

membuatnya betah tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata juga dapat

membuat wisatawan tersebut berperilaku cinta lingkungan di daerah tujuan wisata

tersebut. Tentunya, semua itu sangat membutuhkan kegiatan komunikasi

pemasaran terpadu yang sangat penting dalam mensosialisasikan obyek dan daya

tarik wisata dan kegiatan-kegiatan yang terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung tersebut. Disini sangat dituntut peran pihak pengelola untuk

menjalankan komunikasi pemasaran secara serius dan sinergis, meskipun tentu

saja terdapat juga pengaruh dari luar selain dari komunikasi pemasaran yang

dilakukan pihak pengelola. Dalam hal ini peran pihak pengelola dalam

komunikasi pemasaran diharapkan mampu memberikan lebih dari pengaruh yang

diluar komunikasi pemasaran oleh pihak pengelola.

Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian pariwisata mengenai

perilaku wisatawan yang tidak hanya berorientasi pada kegiatan wisata itu sendiri

tetapi juga pada kegiatan pelestarian lingkungan. Penelitian mengenai pariwisata

yang membahas keputusan berwisata, keputusan pembelian konsumen, kunjungan

wisatawan sudah banyak dilakukan sebelumnya.

Salah satu penelitian mengenai pariwisata yang memfokuskan pada

penggunaan sumber informasi beserta salurannya dalam mendukung keputusan

berwisata tanpa melihat peranan suatu lembaga, institusi, ataupun sebuah

kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata dilakukan oleh Furbani pada

tahun 2008. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik personal yang

meliputi usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. Variabel bebas

lainnya adalah perilaku komunikasi yang berupa tahap pencarian informasi awal

dan dan konfirmasi. Sedangkan variabel terikatnya yaitu keputusan pemilihan

obyek wisata yang terdiri dari keputusan pemilihan obyek wisata alam dan

budaya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan

dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Mahakami pada tahun 2008 di Taman

Safari Indonesia (TSI) yang mengidentifikasi atribut produk yang paling dominan

mempengaruhi keputusan pembelian wisatawan. Kemudian dikaji mengenai

bentuk komunikasi pemasaran mana yang paling berpengaruh pada konsumen.

Page 21: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

4

Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa atribut wisata TSI yang

paling dominan menjadi pertimbangan keputusan wisatawan dalam melakukan

pembelian jasa di TSI adalah tarif/harga tiket masuk TSI. Dalam penelitian ini

terlihat bahwa promosi penjualan merupakan peubah komunikasi pemasaran yang

paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian wisatawan di TSI.

Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan, maka penelitian

ini memfokuskan pada komunikasi pemasaran obyek wisata beserta terpaannya

dalam mempengaruhi perilaku wisatawan. Perilaku wisatawan yang ditinjau tidak

hanya perilaku rekreasi, tetapi juga perilaku cinta lingkungan (konservasi).

Penelitian ini mengkaji hubungan antara masing-masing bentuk terpaan

komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan. Selanjutnya, penelitian ini

juga mengkaji hubungan persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisatawan.

Penelitian ini penting karena menyangkut pergeseran dari wisata massal ke

ekowisata. Karena mengalami pergeseran, perilaku wisatawan dalam kegiatan

ekowisata selain diarahkan untuk berekreasi, dalam menikmati obyek wisata juga

harus diarahkan ke perilaku cinta lingkungan (konservasi). Hal ini supaya

keberadaan obyek wisata tersebut berlangsung secara berkelanjutan (sustainable).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmana komunikasi pemasaran mempengaruhi persepsi terhadap pesan?

2. Sejauhmana persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku wisatawan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

maka dapat disusun beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui sejauhmana komunikasi pemasaran mempengaruhi persepsi

terhadap pesan.

2. Mengetahui sejauhmana persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku

wisatawan.

Page 22: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

5

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menerapkan berbagai konsep, khususnya yang berkaitan dengan konsep persepsi,

komunikasi, pengembangan masyarakat, dan komunikasi pemasaran. Selain untuk

peneliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai

kalangan, antara lain:

1. Civitas akademika

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber data, informasi,

dan literatur bagi kegiatan-kegiatan penelitian maupun penulisan ilmiah

selanjutnya.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat, meningkatkan kepedulian, dan menambah minat masyarakat

terhadap sektor pariwisata terutama pariwisata alam yang berkelanjutan.

3. Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam

penentuan kebijakan yang berhubungan dengan sektor pariwisata.

Page 23: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

6

BAB II

PENDEKATAN KONSEPTUAL

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Pariwisata, Ekowisata, dan Konservasi

2.1.1.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,

yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan

untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi

semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi

atau untuk memenuhi keinginann yang beraneka ragam (Yoeti, 1985). Kegiatan

pariwisata dilakukan oleh wisatawan karena adanya waktu luang yang mereka

miliki. Waktu luang adalah sisa waktu selain kegiatan rutin sehari-hari (bekerja

dan belajar, urusan rumah tangga, tidur, dan lain-lain) (Marpaung, 2002).

2.1.1.2 Definisi Ekowisata

Salah satu bentuk pariwisata yang bertanggung jawab terhadap pelestarian

lingkungan dan masyarakat adalah ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk

wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang secara aktif

menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya dan melibatkan masyarakat

lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan wisata serta

memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan masyarakat lokal

(Damanik dan Weber, 2006).

2.1.1.3 Daerah Tujuan Wisata

Daerah tujuan wisata merupakan akhir dari perjalanan wisata, di tempat

wisata pengaruh yang kuat dari kepariwisataan akan banyak dirasakan. Di tempat

inilah wisatawan mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan

wisatanya (Marpaung, 2002).

2.1.1.4 Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) adalah suatu bentukan dan/atau

aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan

Page 24: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

7

atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Pendekatan dasar

yang digunakan dalam perencanaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata

alam adalah menggunakan environmental palnning approach. Penekanan dari

pendekatan ini adalah pada konservasi lingkungan, tetapi dengan memperhatikan

kebutuhan pengunjung akan fasilitas dan kebutuhan dalam melakukan

aktivitasnya (Marpaung, 2002).

2.1.1.5 Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Pegunungan

Jenis obyek dan daya tarik wisata pegunungan khususnya berhubungan

dengan kegiatan menikmati pemandangan, mendaki, berkemah, dan berfoto. Jenis

ODTW ini termasuk gunung berapi dan bukit-bukit dengan keunikan tertentu.

Pengembangan area pegunungan juga memerlukan adanya pengelompokkan

fasilitas serta pembagian zona. Pertimbangan terhadap konservasi lingkungan

merupakan hal yang mutlak. (Marpaung, 2002).

2.1.1.6 Wisatawan

Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan (Damanik

dan Weber, 2006). Wisatawan menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990

tentang Kepariwisataan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Ciri

seseorang yang disebut wisatawan menurut Yoeti (1985) yaitu: (a) perjalanan

dilakukan lebih dari 24 jam; (b) perjalanan dilakukan hanya untuk sementara

waktu; dan (c) orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat atau

negara yang dikunjunginya. Sedangkan ekowisatawan adalah segmen wisatawan

yang memiliki motif, minat, dan ketertarikan pada hal-hal yang khusus di daerah

tujuan wisata, terutama pada kegiatan konservasi alam dan budaya yang menjadi

pusat kegiatannya (Damanik dan Weber, 2006). Wisatawan dengan minat khusus

(special interest) merupakan wisatawan yang memiliki pemilihan dan permintaan

khusus diluar minat wisatawan umum lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi

dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang

dalam hal ini adalah permintaan wisata. Wisatawan memiliki beragam motif,

minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya (Steck, et

al dan Heher, dalam Damanik dan Weber, 2006). Dengan motif dan latar

belakang yang berbeda-beda itu membuat pihak yang menciptakan permintaan

produk dan jasa wisata. Peran ini sangat menentukan dan sering diposisikan

Page 25: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

8

sebagai jantung kegiatan pariwisata tersebut. Oleh sebab itu, banyak pelaku

lainnya yang saling bergantung.

Profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis

wisatawan yang berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan,

dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Adalah penting untuk

mengerti profil wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan

perjalanan mereka dan untuk menyusun program promosi yang efektif.

Berdasarkan karakteristiknya, beberapa profil wisatawan dikategorikan sebagai

berikut: kebangsaan, umur, jenis kelamin dan status, kelompok sosio ekonomi,

konvensi dan konferensi, dan kategori minat lainnya (Marpaung, 2002).

2.1.1.7 Sapta Pesona

Sapta Pesona adalah tujuh unsur daya tarik wisata yang dapat

mempengaruhi keinginan berkunjung wisatawan tersebut dan membuatnya betah

tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata (Muljadi, 2009). Sapta Pesona

meliputi Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah-tamah, dan Kenangan.

1. Aman

Aman merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana

tenang dan rasa tentram bagi wisatawan. Aman juga berarti bebas dari rasa takut

dan khawatir akan keselamatan jiwa, raga, dan harta miliknya (barang bawaan dan

yang melekat pada tubuhnya. Juga berarti, bebas dari ancaman, gangguan, dan

tindak kekerasan atau kejahatan (penodongan, perampokan, pemerasan, dan

penipuan). Selain itu aman dalam arti termasuk pula penggunaan fasilitas dengan

baik sehingga fasilitas, yaitu baik dari gangguan teknis maupun lainnya, karena

fasilitas tersebut terpelihara dengan baik

2. Tertib

Tertib merupakan suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan suasana

tertib dan teratur serta disiplin dalam semua kehidupan masyarakat. Keadaan atau

suasana tertib menghadapi wisatawan lebih ditujukan pada: (a) tertib dari segi

peraturan dimana wisatawan akan mendapatkan suasana pelaksanaan peraturan

yang konsisten dan seragam dimana saja; (b) tertib dari segi waktu dimana

wisatawan akan menemukan segala sesuatu yang pasti waktunya sesuai dengan

Page 26: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

9

jadwal; (c) tertib dari segi mutu pelayanan dimana wisatawan akan mendapatkan

mutu pelayanan yang bermutu tinggi; dan (d) tertib dari segi informasi dimana

wisatawan selalu dengan mudah mendapatkan informasi yang akurat dan dalam

bahasa yang dapat dimengerti.

3. Bersih

Bersih merupakan suatu kondisi atau keadaan yang yang menampilkan

sifat bersih dan sehat (higienis). Keadaan bersih harus selalu tercermin pada

lingkungan dan sarana pariwisata yang bersih dan rapi, penggunaan alat

perlengkapan yang selalu terawat baik, bersih, dan bebas dari bakteri atau hama

penyakit, makanan dan minuman yang sehat, serta penampilan petugas pelayanan

yang bersih baik fisik maupun pakaiannya.

Bersih dari segi lingkungan dimana wisatawan menemukan lingkungan bersih

dan bebas dari sampah, limbah, pencemaran maupun kotoran lainnya. Bersih dari

segi bahan dimana wisatawan mendapatkan bahan yang bersih baik pada

makanan, minuman, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyajian.

4. Sejuk

Sejuk merupakan suatu kondisi lingkungan yang memberikan suasana

segar dan nyaman. Kondisi lingkungan seperti itu tercipta dengan upaya

menciptakan suasana penataan lingkungan, pertamanan, dan penghijauan pada

jalur wisata.

5. Indah

Indah merupakan suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan

penataan yang teratur, tertib, dan serasi, sehingga memancarkan keindahan. Indah

dilihat dari segi penggunaan tata warna yang serasi, selaras dengan lingkungan

sekitarnya, baik interior maupun eksterior serta menunjukkan sifat dan ciri

kepribadian nasional. Keindahan terutama dituntut dari penampilan semua unsur

yang berhubungan langsung dengan pariwisata, seperti jalur-jalur wisata,

lingkungan obyek wisata serta produk wisata lainnya. Indah dari segi alam

dimana wisatawan akan mendapatkan lingkungan yang indah yang dikarenakan

pemeliharaan dan pelestarian yang teratur dan terus-menerus.

Page 27: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

10

6. Ramah-tamah

Ramah-tamah adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam

pergaulan, hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa,

suka memberikan pelayanan, dan ringan kaki untuk membantu tanpa pamrih, baik

yang diberikan oleh petugas/aparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisata

yang secara langsung melayaninya.

7. Kenangan

Dalam pengertian kenangan tercakup di dalamnya adalah:

a) Kenangan dari segi akomodasi yang nyaman, dimana wisatawan selama

menginap akan mendapatkan kenyamanan baik dari segi lingkungan,

pelayanan kamar, pelayanan makan minum maupun pelayanan lainnya.

b) Kenangan dari segi atraksi budaya yang mempesona dimana wisatawan

akan mendapatkan suatu kenangan akan budaya yang mempesona, baik dari

segi variasi, mutu, dan kontinuitas maupun waktu yang tepat.

c) Kenangan dari segi makanan khas daerah yang lezat dimana wisatawan

akan mendapatkan sesuatu kenangan dari makanan khas daerah yang lezat

rasanya, higienis, bervariasi, dan menarik dalam penyajiannya.

d) Kenangan dari segi cenderamata yang mungil, bermutu, menawan, dan

harga yang wajar.

2.1.1.8 Beberapa Hal yang Merusak Lingkungan Obyek Wisata Alam

1) Sampah

Menurut Azwar (1990) dalam Arif (2004), sampah (refuse) adalah

sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus

dibuang (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena kotoran

manusia tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat. Selanjutnya

menurut Murtadho (1988) dalam Arif (2004), sampah organik meliputi limbah

padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari sektor

pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa pembungkus makanan, sampah

sayuran, dan kulit buah-buahan yang tidak semuanya dapat mudah membusuk.

Page 28: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

11

Lebih lanjut menurut Murtadho (1988) dalam Arif (2004), secara teknis sampah

dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu:

a) Sampah organik mudah membusuk (garbage), yaitu sampah padat semi

basah berupa bahan organik yang berasal dari pertanian, makanan, sampah

sayuran dan kulit buah-buahan. Sampah ini mempunyai ciri mudah terurai

oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena mempunyai rantai

kimia yang relatif pendek seperti sayur mayur dan buah-buahan.

b) Sampah organik tidak membusuk (rubbish), yaitu sampah padat anorganik

cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit

membusuk. Hal ini disebabkan karena rantai kimia yang panjang dan

kompleks, seperti: plastik, kaca, dan besi.

c) Sampah abu hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena

ringan tetapi tidak mudah membusuk.

d) Sampah bangkai binatang yaitu semua sampah yang berasal dari bangkai

binatang, seperti: tikus, anjing, kucing, dan bangkai binatang ternak.

e) Sampah hasil sapuan (steet sweeping), yaitu sampah padat hasil sapuan

jalanan yang berisi segala macam sampah yang tersebar di jalanan, seperti:

daun-daunan, kertas, dan plastik.

f) Sampah industri (industrial waste), yaitu semua sampah hasil buangan

industri. Sampah ini sangat tergantung dari jenis industrinya.

g) Sampah berbahaya, yaitu sampah yang karena jumlahnya atau

konsentrasinya atau sifat kimiawi dan mikrobiologinya berpotensi

menimbulkan bahaya sekarang maupun masa datang terhadap kesehatan

dan lingkungan. Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus dalam

pengolahan dan pembuangannya.

Santosa (2002) dalam Arif (2004) menjelaskan terdapat banyak sistem

pengolahan sampah diantaranya adalah penimbunan tanah (land fill), penimbunan

tanah secara sehat (sanitary land fill), penimbunan sampah (incineration),

penghancuran (pulverization), pengomposan (composting), makanan ternak (hog

feeding), sampai pemanfaatan ulang. Pada prinsipnya semakin sedikit volume dan

variasi (jenis) sampah, maka akan semakin mudah pula penanganannya.

Penanganan sampah bukan hanya pada upaya penyingkiran sampah yang sudah

Page 29: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

12

ada, juga upaya meminimalisasi, memanfaatkan (daur ulang), dan mengolah

sampah menjadi sesuatu yang dapat berguna kembali, misalnya: menjadi kompos

dan sampah yang berasal dari kertas bisa didaur ulang menjadi bubur kertas.

Dengan demikian, sampah adalah barang bekas hasil pakai, baik yang

cepat terurai maupun bahan yang tidak dapat terurai yang dapat menyebabkan

kontaminasi dan perusakan lingkungan. Sampah jenis rubbish ini yang merupakan

sampah yang berpotensi merusak lingkungan di kawasan obyek wisata.

2) Vandalisme

Menurut Soemarwoto (2004), vandalisme ialah kegiatan manusia yang

merusak. Namun tidak semua perusakan adalah vandalisme. Perusakan tanpa

alasan (“iseng”) dan tidak bertanggung jawab itulah vandalisme (Tjondronegoro,

1985 dalam Arif, 2004). Vandalisme merupakan perilaku yang merusak dan

dapat terjadi karena kurangnya kesadaran seseorang untuk ikut memelihara

benda-benda atau kondisi-kondisi yang ada di sekitarnya yang bermanfaat bagi

masyarakat luas.

Bentuk vandalisme yang sangat umum ialah dalam bentuk corat-coret.

Bentuk vandalisme yang lain ialah memotong pohon, dahan, memetik bunga, dan

mengambil tanaman. Perbuatan itu sering dilakukan dengan tidak menyadari

kerusakan yang diakibatkan olehnya (Soemarwoto, 2004).

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi vandalisme menurut

Sternloff and Warren (1984) dalam Arif (2004) adalah: (a) pendidikan terhadap

pengunjung yaitu pendidikan, penerangan, dan pemberian informasi yang terus-

menerus dilakukan. Pengunjung hendaknya selalu diingatkan bahwa jika merusak

kawasan obyek wisata alam selain akan merusak keindahan alam juga akan

merusak alam itu sendiri; (b) pendidikan terhadap staf atau pegawai; (c)

partisipasi pengunjung berupa pemberian saran kepada pengelola kawasan; (d)

desain dan konstruksi fasilitas; (e) penggantian dan perbaikan; (f) denda bagi

pengunjung yang melakukan vandalisme; dan (g) pengawasan dan hukuman.

Page 30: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

13

2.1.2 Konsep Komunikasi

2.1.2.1 Komunikasi

Komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus

untuk mengubah perilaku individu yang lain (Hoveland, 1948 dalam Wiryanto,

2004). Selanjutnya Shannon dan Weaver (1949) dalam Wiryanto (2004)

mendefinisikan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling

mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada

bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan

teknologi. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha untuk

mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan)

yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi dapat

dilihat dalam berbagai hubungan. Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa

komunikasi digambarkan dengan menjawab pertanyaan berikut: who (siapa), say

what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada

siapa), dan with what effect (dengan efek apa)?. Berdasarkan paradigma Lasswell

tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi

dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu komunikasi massa dan komunikasi

interpersonal (Lasswell, 1988 dalam Wiryanto, 2004).

2.1.2.2 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa mengacu pada penggunaan media

komunikasi secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak

yang sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan

kelompok, kerumunan, atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi

yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula

serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak bertindak

untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu tindakan. Para

anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis.

Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa

diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses

komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara

beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau komunikasi

Page 31: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

14

organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa bukanlah satu

orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya seringkali merupakan

komunikator profesional (McQuail, 1987).

2.1.2.3 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang

terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Rogers, 1973).

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi

tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada

kerumunan orang. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku seseorang (Wiryanto, 2004). Dalam hubungan interpersonal yang

melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk

mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi masing-

masing individu (DeVito, 1997). Selanjutnya Kumar (2000) dalam Wiryanto

(2004) menyatakan bahwa efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai lima

ciri, sebagai berikut:

1) Keterbukaan (openess) yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati

informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi;

2) Empati (emphaty) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain;

3) Dukungan (supportiveness) yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung

komunikasi berlangsung efektif;

4) Rasa positif (positiveness) yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif

terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan

menciptakan komunikasi kondusif untuk interaksi yang lebih efektif;

5) Kesetaraan (equality) yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah

pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan.

Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi

komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers et.al. (2003)

bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai

pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini

terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada diantara

Page 32: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

15

pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke (2001)

mengartikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena

dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.

Dalam usahanya untuk membujuk, media diharapkan pada suatu jaringan

komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan pesannya.

Hal ini berarti masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda

terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun didengar sehingga

komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia dalam

menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut dapat

dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber menyebarluaskan

suatu pesan kepada sesesorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi

perilaku penerima (Miller, 1974).

2.1.2.4 Terpaan (Exposure) Media Informasi

Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen berinteraksi

dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio,

dan lain-lain). Terpaan merupakan tahap awal yang penting menuju tahap-tahap

selanjutnya dari proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses dari

tahapan sumber informasi yang digunakan hingga bagaimana khalayak dapat

menerima informasi yang dibutuhkan. Jadi ketika individu menrima informasi

dari penyampai pesan yang memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang

dikonsumsi oleh individu, maka keadaan ini disebut sebagai terpaan individu

(Amini, 2004).

Donohew et.al. (1980) dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan Informasi

(Activation Theory of Information Exposure) menjelaskan bahwa seorang individu

akan berusaha mencari (memenuhi) simulasi dan informasi dari suatu pesan yang

sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi kebutuhannya terhadap

informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan stimulasi bisa berbeda untuk

setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan memilih stimulasi dan informasi

yang menarik perhatiannya daripada informasinya itu sendiri.

Page 33: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

16

2.1.2.5 Psikologi Komunikasi

Dalam hal ini hanya akan dijelaskan mengenai persepsi, efek komunikasi

massa dan efektifitas komunikasi interpersonal. Persepsi adalah pengalaman

tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan

pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Dalam hal ini, persepsi

terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek Wisata Alam Gunung

Galungggung.

Rakhmat (2005) menjelaskan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor

personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor lain yang juga

sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental

ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat

stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan diri

pada salah satu alat inderanya dan mengesampingkan masukan-masukan melalui

alat indera yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang ditentukan oleh faktor-

faktor situasional (struktural) dan personal (fungsional). Faktor situasional

terkadang disebut sebagai determinant perhatian yang bersifat eksternal atau

penarik perhatian (attention getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-

sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan

perulangan. Sedangkan dalam faktor internal penaruh perhatian terdapat perhatian

selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian seseorang lolos dari

perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan seseorang melihat apa

yang ingin dia lihat dan mendengar apa yang ingin dia dengar. Perbedaan ini

timbul dari faktor-faktor internal dalam diri seseorang. Contoh faktor yang

mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor-faktor biologis dan

sosiopsikologis.

Selanjutnya, Rakhmat (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor fungsional

berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang disebut

faktor-faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli,

tetapi ditentukan oleh karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli

itu. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai

Page 34: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

17

kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi

bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya.

Selain faktor-faktor fungsional, Rakhmat (2005) juga menjelaskan

mengenai faktor-faktor struktural. Faktor-faktor struktural berasal dari semata-

semata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada

sistem saraf individu. Terdapat prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural

yang terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, jika seseorang

mempersepsi sesuatu, maka akan mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan.

Seseorang mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun

stimuli yang diterima seseorang tidak lengkap, akan mengisinya dengan

interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan.

Persepsi bukan sekedar rekaman peristiwa atau objek. Terdapat proses

subjektif yang secara aktif menafsirkan stimuli yang disebut constructive process.

Proses ini meliputi faktor biologis dan sosiopsikologis individu pelaku persepsi.

Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia

manusia (dan bukan benda) sebagai objek persepsi, digunakan istilah persepsi

interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia disebut persepsi objek. Ada

empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. Pertama,

pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik

(gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan sebagainya), sedangkan

pada persepsi interpersonal, stimuli mungkin sampai kepada individu pelaku

persepsi melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak

ketiga yang menjadi mediasi stimulasi. Mediasi stimulasi ini melemahkan

kecermatan persepsi individu pelaku persepsi.

Kedua, jika individu pelaku persepsi menanggapi objek, hanya

menanggapi sifat-sifat batiniah objek itu. pelaku Sedangkan pada persepsi

interpersonal, individu pelaku persepsi mencoba memahami apa yang tidak

tampak pada alat inderanya. Individu pelaku persepsi cenderung memilih stimuli

tertentu saja. Hal ini jelas membuat persepsi interpersonal lebih sulit

dibandingkan persepsi objek.

Ketiga, ketika individu pelaku persepsi mempersepsi objek, objek tidak

bereaksi kepadanya, individu tersebut pun tidak memberikan reaksi emosional

Page 35: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

18

kepada objek. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal individu

pelaku persepsi dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan individu

pelaku persepsi dengan orang tersebut memungkinkan persepsi interpersonal

sangat cenderung untuk keliru. Selain itu, sulit menemukan criteria yang dapat

menentukan persepsi individu pelaku persepsi atau orang yang ditanggapi.

Keempat, objek relatif tetap, manusia berubah-ubah. Kecenderungan

manusia yang berubah-ubah akan membingungkan individu pelaku persepsi.

Selain itu, hal ini juga akan memberikan informasi yang salah tentang orang lain.

Persepsi interpersonal menjadi mudah salah.

Meskipun sulit dalam melakukan persepsi interpersonal, individu pelaku

persepsi masih berhasil memahami orang lain. Individu pelaku persepsi dapat

menduga karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk ekternal (external cues)

yang dapat diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah deskripsi verbal dari pihak

ketiga, petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Selain

petunjuk-petunjuk ekternal (external cues), yang lain disebut sebagai petunjuk

nonverbal (nonverbal cues). Semua petunjuk tersebut disebut faktor-faktor

situasional.

Selain faktor-faktor situasional, terdapat faktor-faktor personal yang

mempengaruhi persepsi interpersonal, yang secara umum sama halnya dengan

faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor personal yang

mempengaruhi persepsi interpersonal berupa pengalaman, motivasi, dan

kepribadian individu pelaku persepsi. Namun dalam hal ini perhatian individu

pelaku persepsi akan dipusatkan pada faktor-faktor personal yang secara langsung

mempengaruhi kecermatan persepsi, bukan proses persepsi itu sendiri. Persepsi

interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi

juga pada hubungan interpersonal. Oleh karena itu, kecermatan persepsi

interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi

interpersonal individu pelaku persepsi. Perilaku individu pelaku persepsi dalam

komunikasi interpersonal bergantung pada persepsi interpersonal. Pada

kenyataannya, persepsi orang seringkali tidak cermat. Jika kedua belah pihak

menanggapi yang lain secara tidak cermat, terjadilah kegagalan komunikasi

(communication breakdowns). Kegagalan komunikasi ini dapat diperbaiki jika

Page 36: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

19

orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal

akan menjadi lebih baik jika individu pelaku persepsi mengetahui bahwa

persepsinya bersifat subjektif dan cenderung keliru. Persepsi interpersonal juga

akan mempengaruhi komunikate. Jika seseorang berperilaku sesuai dengan

persepsi orang lain terhadap dirinya, terjadi suatu keadaan yang disebut self-

fulfilling prophecy (nubuat yang dipenuhi sendiri).

Selain persepsi, bahasan mengenai psikologi selanjutnya tentang efek

komunikasi massa dan efektifitas komunikasi interpersonal Efek hanyalah

“perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa” (Schramm dan

Roberts, 1977 dalam Rakhmat, 2005). Efek pesan media massa meliputi aspek

kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa

yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan

transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif

timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci

khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek

behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi: pola-

pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005). Selanjutnya,

Rakhmat (2005) juga mengatakan bahwa ada tiga faktor yang menumbuhkan

hubungan interpersonal yang menentukan efektivitas dalam komunikasi

interpersonal yaitu:

1) Percaya (trust) yaitu mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh

resiko (Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005). Percaya dapat meningkatkan

komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas

pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan

untuk mencapai maksudnya.

2) Sikap suportif yaitu sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.

Sikap defensif seseorang ditandai dengan lebih banyak melindungi diri dari

ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami

pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor

personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif,

dan sebagainya) dan faktor-faktor situasional perilaku komunikasi orang lain.

Page 37: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

20

Sikap suportif ditunjukkan dengan iklim suportif yaitu: deskripsi, orientasi

masalah, spontanitas, empati, persamaan, dan provisionalisme.

3) Sikap terbuka (open-mindedness) yaitu sikap yang ditandai dengan adanya

dorongan untuk saling mengerti ataupun saling menghargai. Sikap terbuka

ditunjukkan dengan: (a) menilai pesan secara obyektif, dengan menggunakan

data dan keajegan logika; (b) membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan

lain sebagainya; (c) berorientasi pada isi; (d) mencari informasi dari berbagai

sumber; (e) lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya;

dan (f) mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian

kepercayaannya.

2.1.3 Konsep Pemasaran

2.1.3.1 Pemasaran Pariwisata

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai

kepada pihak lain. Seperti halnya dengan pengertian pemasaran tersebut, batasan

tentang tourism marketing atau pemasaran pariwisata banyak dikemukakan oleh

beberapa ahli dalam kepariwisataan. Pemasaran dalam kepariwisataan merupakan

hal yang sangat kompleks sekali karena produk dari industri pariwisata memiliki

ciri-ciri khas dibandingkan dengan produk berupa barang.

Pemasaran pariwisata adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan

permintaan (demand) dan penawaran (supply), sehingga pembeli mendapat

kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan risiko seminimal

mungkin (Muljadi, 2009). Pembeli dalam kegiatan pariwisata yaitu para

wisatawan, sedangkan penjual yakni pihak pengelola kawasan pariwisata tersebut.

Yoeti (1985) memberikan batasan tentang pemasaran dalam kepariwisataan, yaitu

suatu proses manajemen dengan mana organisasi kepariwisataan nasional atau

perusahaan-perusahaan industri pariwisata untuk menentukan actual atau

potential tourist, mengadakan komunikasi dengan mereka untuk menentukan serta

mempengaruhi keinginan, kebutuhan, motivasi, kesukaan dan ketidaksukaan pada

Page 38: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

21

daerah-daerah lokal, regional, nasional, dan internasional kemudian merumuskan

serta menyesuaikan obyek-obyek pariwisata untuk mencapai kepuasan optimal

para wisatawan dan tercapai tujuannya. Pemasaran pariwisata adalah upaya

mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan wisatawan serta menawarkan produk

wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan. Dengan adanya

pemasaran pariwisata, pihak pengelola dapat mengetahui apa saja jenis produk

wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan, sehingga pihak

pengelola dapat merancang dan memberikan produk yang tepat kepada

wisatawan. Keberhasilan kegiatan pemasaran pariwisata ditunjang dengan

komunikasi pemasaran yang baik.

Menurut Yoeti (1985), dalam industri pariwisata, persoalan marketing

yang sering dihadapi adalah masalah “buying decision” terhadap “product”

industri pariwisata yang banyak bergantung pada:

a) Pengetahuan wisatawan tentang produk yang akan dijual

b) Kesan wisatawan terhadap produk yang di hubungkan dengan gengsi dan

prestise

c) Produk yang hendak dijual apakah mudah mencapainya tanpa bersusah payah

d) Salesmenship daripada salesman yang melakukan persuasi

2.1.3.2 Komunikasi Pemasaran (Marketing Communication)

Komunikasi pemasaran (marketing communication) berkembang dari

salah satu bauran pemasaran (marketing mix) yaitu promosi. Bauran promosi

(promotional mix) terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan (sales

promotion), penjualan perorangan (personal selling), pemasaran sponsorship

(sponsorship marketing), publisitas (publicity), dan komunikasi di tempat

pembelian (point-of-purchase communication) (Shimp, 2003):

1) Periklanan (Advertising)

Bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari komunikasi massa melaui surat

kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain (billboards, internet, dan

sebagainya); atau komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan

antar bisnis (business-to-bussines) maupun pemakai akhir. Kedua bentuk iklan

ini dibiayai oleh sponsor tertentu (si pengiklan), tetapi dikategorikan sebagai

Page 39: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

22

komunikasi massa (nonpersonal) karena perusahaan sponsor tersebut secara

simultan berkomunikasi dengan penerima pesan yang beranekaragam, bukan

kepada individu tertentu/personal atau kelompok kecil. Iklan langsung (direct

marketing), biasa disebut pemasaran berdasarkan data-base (database

marketing), telah mengalami pertumbuhan pesat di tahun-tahun belakangan ini

akibat efektivitas komunikasi yang terarah serta teknologi komputer yang

memungkinkan hal itu terjadi.

2) Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari semua kegiatan pemasaran

yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat

atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Sebagai bahan

perbandingan, ada iklan yang didesain untuk mencapai tujuan lain–yaitu

menciptakan kesadaran pada merek dan mempengaruhi sikap pelanggan.

Promosi penjualan diarahkan baik untuk perdagangan (kepada pedagang besar

dan pengecer) maupun kepada konsumen. Promosi penjualan yang berorientasi

perdagangan memberikan berbagai jenis bonus untuk meningkatkan respon

dari pedagang besar dan pengecer. Promosi penjualan berorientasi konsumen

menggunakan kupon, contoh gratis, kontes/undian, potongan harga setelah

pembelian, dan lain lain.

3) Penjualan Perorangan (Personal Selling),

Bentuk komunikasi pemasaran yang berupa komunikasi antar-individu dimana

tenaga penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan

persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan.

Usaha penjualan ini disederhanakan dengan memberikan “diskon perkenalan”

kepada pengecer dan meyakinkan mereka melalui iklan, pemberian produk

contoh secara cuma-cuma dan kupon yang mendongkrak penjualan.

4) Pemasaran Sponsorship (Sponsorship Marketing)

Bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aplikasi dalam

mempromosikan perusahaan dan merek mereka dengan mengasosiasikan

perusahaan atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu atau melalui

kegiatan sosial.

Page 40: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

23

5) Publisitas (Publicity)

Bentuk komunikasi pemasaran seperti halnya iklan, publisitas menggambarkan

komunikasi massa, namun juga tidak seperti iklan, perusahaan sponsor tidak

mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang beriklan. Publisitas biasanya

dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau

jasa dari perusahaan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam media cetak atau televisi

secara gratis karena perwakilan media mengganggap informasi tersebut

penting dan layak disampaikan kepada khalayak mereka. Dengan demikian

publisitas tidak dibiayai oleh perusahaan yang mendapatkan manfaatnya.

6) Komunikasi di Tempat Pembelian (Point-of-Purchase Communication)

Bentuk komunikasi pemasaran yang melibatkan alat peraga, poster, tanda, dan

berbagai materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan untuk

membeli dalam tempat pembelian.

Komponen-komponen tersebut juga menjadi bagian dari konsep

komunikasi pemasaran terpadu. Promosi mendapat sorotan tajam sejak aspek

informasi menjadi wacana penting dalam bisnis. Promosi merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.

Menurut Morissan (2007) yang termasuk dalam komunikasi pemasaran

adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menciptakan kesadaran atau

pengetahuan mengenai produk dengan berbagai atributnya, menginformasikan

kelebihan produk, menciptakan citra produk atau citra positif, preferensi, dan

keinginan membeli produk bersangkutan. Tujuan komunikasi mengacu pada apa

yang ingin dicapai perusahaan atau organisasi dengan program promosi yang

dilakukan. Perkembangan selanjutnya terdapat komunikasi pemasaran terpadu

sebagai upaya untuk berbicara dengan orang-orang yang membeli atau tidak

membeli produk berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan

sebagainya.

2.1.3.3 Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing

Communication)

Menurut Shimp (2003), komunikasi pemasaran terpadu/integrated

marketing communication (IMC) adalah proses pengembangan dan implementasi

Page 41: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

24

berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon

pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah memepengaruhi atau

memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya.

IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau

calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan,

adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang. Lebih

jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang

dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC

berasal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik kepada

perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu

dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif. Lima ciri utama IMC

adalah: (1) Mempengaruhi perilaku; (2) Berawal dari pelanggan dan calon

pelanggan (prospect); (3) Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan

kontak; (4) Berusaha menciptakan sinergi; dan (5) Menjalin hubungan.

Komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication)

yang dibahas mencakup konsep Word of Mouth Marketing, Strategic Advertising

Campaign, dan Marketing Public Relation. Word of Mouth Marketing (WOM)

diperlukan untuk mempertahankan interest/minat dan mendorong ke arah

pembelian. Menurut Nickels (1884) dalam Suparman (1996), efektifitas

komunikasi WOM dikarenakan beberapa aspek: (1) pesan-pesan WOM dapat

diadaptasi untuk penerima (receiver); (2) pesan-pesan WOM relatif diterima

secara reliable dan jujur; (3) sumber-sumber WOM dianggap memiliki

pengalaman sehingga mengetahui informasi yang ingin diketahui receiver; dan 4)

WOM dapat diterima sebagai pesan yang tidak bias. Selain itu, WOM juga dapat

melalui beberapa saluran komunikasi antara lain melalui: (1) repeaters; (2) sales

people & simulated WOM sales; (3) exitement & sample; dan (4) group reference

& opinion leader. Konsep strategic advertising campaign yang dianalisa dari

pendekatan Don E. Schultz (1995) dalam Suparman (1996) antara lain, yaitu: (1)

advertising; (2) sales promotion; (3) direct marketing; (4) directories directory;

(5) point of purchase; dan (6) advertising specialist. Marketing public relation

menurut Schultz (1995) dalam Suparman (1996) meliputi aktifitas yang

berhubungan dengan persuasi konsumen dan prospek untuk membeli (tetap

Page 42: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

25

membeli) produk. Dua kegiatan paling umum dalam marketing public relation

adalah: product publicity dan event marketing (event sponsorship) (Suparman,

1996). Komunikasi pemasaran terpadu dalam ekowisata berupa upaya pihak

pengelola dalam mengemas pesan promosi untuk disampaikan kepada para

wisatawan agar wisatawan dapat melihat, mendengar, dan merasakan sendiri

sehingga termotivasi untuk melakukan sendiri kegiatan ekowisata tersebut.

2.1.3.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan

untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler, 1997).

McCharty dalam Kotler (2005) mengklasifikasikan alat-alat bauran pemasaran

(marketing mix) yang dikenal sebagai 4P, yaitu: (1) produk (product), (2) harga

(price), (3) tempat (place), dan (4) promosi (promotion).

1) Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

mendapat perhatian, dimiliki atau digunakan yang dapat memuaskan keinginan

atau kebutuhan yang meliputi keragaman produk, ciri kemasan, pelayanan, dan

lain lain. Sedangkan produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi

atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer dalam

Damanik dan Weber, 2006). Selanjutnya Hartono (2008) menyatakan bahwa

produk wisata adalah keseluruhan dari berbagai fasilitas dan pelayanan wisata di

suatu daerah tertentu yang dimanfaatkan oleh wisatawan. Komponennya adalah

sumberdaya daerah tujuan, fasilitas dan transportasi dari rumah ke tempat tujuan.

Selanjutnya, produk wisata adalah suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata,

dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati apabila

seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik

bagi yang melakukan perjalanan tersebut. Selain itu, produk wisata juga

merupakan berbagai jasa dimana satu dengan lainnya saling terkait dan dihasilkan

oleh berbagai perusahaan pariwisata, misalnya akomodasi, angkutan wisata, biro

perjalanan, daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang terkait (Muljadi, 2009).

Sebagai salah satu produk layanan atau jasa, pariwisata mempunyai

beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan dimensi produk umum, yaitu:

intangibility, parishability, dan simultanity (Pitana, 2009). Intangibility atau tidak

Page 43: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

26

berwujud seperti halnya produk barang yang dapat dilihat, diraba, atau diukur

secara obyektif. Parishability artinya bahwa produk jasa tersebut mudah rusak

atau tidak dapat disimpan seperti halnya menyimpan sesuatu barang. Simultanity

adalah bahwa proses produksi dan konsumsi dari jasa tersebut terjadi secara

simultan dan terpisah.

Adapun tiga aspek penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat

perhatian dari para pengelola atau pemasar dalam bidang kepariwisataan adalah

attraction, accessibility, aminities (Muljadi, 2009). Attraction, yakni segala

sesuatu baik itu berupa daya tarik wisata alam dan budaya yang menarik bagi

wisatawan untuk datang ke suatu daerah tujuan wisata. Hal ini antara lain meliputi

keindahan alam, pantai, araksi wisata budaya, kebiasaan dan cara hidup

masyarakat, keunikan alam dan budaya, atraksi-atraksi seni, pertemuan ilmiah,

dagang, dan sebagainya. Accessibility, artinya kemudahan untuk mencapai daerah

tujuan wisata yang dimaksud melalui berbagai media transportasi udara, laut, atau

darat. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan para calon wisatawan untuk datang

ke suatu daerah tujuan wisata. Aminities, maksudnya berbagai fasilitas yang dapat

memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama mereka

melakukan perjalanan wisata di suatu daerah tujuan wisata.

Fasilitas kepariwisataan sering dibedakan menjadi prasarana dan sarana

kepariwisataan. Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang mendukung

agar sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan

pelayanan pada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka

ragam. Sedangkan sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang

memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak

langsung dan kelangsungan hidupnya tergantung wisatawan yang datang.

Prasarana dan sarana kepariwisataan harus diadakan sebelum kita

mempromosikan suatu daerah tujuan wisata (Wahab, 1997).

2) Harga (Price)

Harga yang dipilih untuk sebuah produk pariwisata sering berhubungan

langsung dengan performance produk dan peluangnya di masa depan. Penentuan

harga harus menjadi bagian dari strategi pemasaran. Hal pertama dan yang

mendominasi dalam mempengaruhi penentuan harga produk adalah keputusan-

Page 44: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

27

keputusan strategi usaha dengan pertimbangan image dan product positioning,

strategies for growth, market share, serta return on investment (Marpaung, 2002).

Harga dalam bidang wisata tidak selalu harga yang lebih tinggi akan mengurangi

jumlah permintaan karena ada wisatawan yang mempertimbangkan aspek lain

dari bauran pemasaran selain harga. Banyak wisatawan yang mau membayar lebih

untuk wisata yang berkualitas. Oleh karena itu, pengelola pariwisata harus

mengetahui karakteristik wisatawan dan selanjutnya pemasar produk berupaya

meyajikan wisata yang sesuai karakteristik wisatawan.

3) Tempat (Place)

Tempat adalah menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh

produsen untuk menjadikan suatu produk yang dihasilkan dapat diperoleh dan

tersedia bagi konsumen pada waktu dan tempat yang tepat dimanapun konsumen

berada. Bauran distribusi (distribution mix) terdiri dari saluran pemasaran,

cakupan pasar, daya jangkauan, pengelompokan, lokasi, persediaan dan

transportasi (Angipora, 2002).

Unsur tempat dalam promosi bahwa tempat yang disediakan oleh penjual

akan dipandang sebagai kemudahan memperoleh produk yang dibutuhkan

pembeli. Dalam hal ini, tempat sangat berkaitan dengan aksesibilitas. Obyek

wisata yang mudah dijangkau oleh wisatawan memungkinkan mereka untuk

mengunjungi obyek wisata tersebut.

4) Promosi (Promotion)

Promosi merupakan usaha pengkomunikasian informasi dari produsen

kepada konsumen sedemikian rupa agar menarik minat konsumen untuk membeli

barang atau jasa yang ditawarkan produsen/penjual (Kotler, 1997 dalam Hartono,

2008). Selanjutnya, Pitana (2009) mendefinisikan promosi adalah kegiatan

komunikasi di mana organisasi penyelenggara pariwisata berusaha mempengaruhi

khalayak dari mana penjualan produknya bergantung. Harus diperhatikan

mengenai bauran promosi ini dalam membuat strategi pemasaran, karena hal ini

sangat mempengaruhi pasar untuk mau mengambil produk (berperan dalam

costumers buying decision process). Konsumen tidak akan membeli suatu

produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau mengalami tentang

produk/jasa tersebut. Hal ini berarti bahwa promosi pariwisata adalah usaha

Page 45: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

28

penyampaian informasi dari pemasar pariwisata kepada wisatawan agar menarik

minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata yang ditawarkan. Dengan

adanya kegiatan promosi pariwisata oleh pemasar pariwisata, wisatawan menjadi

mengetahui dan menyadari keberadaan obyek wisata tersebut dan tertarik untuk

mengunjunginya.

Terdapat perbedaan publikasi dan promosi. Publikasi lebih banyak

ditujukan kepada pembeli potensial yang belum diketahui, sedangkan promosi

ditujukan pada pembeli potensial yang telah diketahui identitasnya. Pada dasarnya

tujuan promosi wisata adalah: (1) memperkenalkan jasa-jasa dan produk yang

dihasilkan industri pariwisata seluas mungkin; (2) memberi kesan daya tarik

sekuat mungkin dengan harapan agar orang akan banyak datang untuk

berkunjung; dan (3) menyampaikan pesan yang menarik dengan cara jujur untuk

menciptakan harapan-harapan yang tinggi (Wahab, 1997). Sedangkan tujuan

promosi wisata adalah untuk: (1) menarik turis datang ke kawasan wisata; (2)

menjaga nilai kawasan sebagai daerah tujuan wisata; (3) menyampaikan informasi

tentang kegiatan wisata yang ditawarkan; (4) membangun unit bisnis wisata yang

saling mendukung; dan (5) memperbaiki informasi tidak tepat/tidak lengkap

tentang kegiatan wisata yang ditawarkan.

Dalam kegiatan promosi pariwisata terdapat beberapa media yang

digunakan. Media promosi yang digunakan dalam kegiatan promosi pariwisata

yaitu media elektronika (televisi, radio, internet, dan lain lain) dan media cetak

(brosur, majalah, leaflet, buku panduan wisata, dan lain lain). Selain itu saluran

word of mouth melalui teman/relasi dan biro perjalanan wisata juga sangat efektif

dalam penyampaian informasi pariwisata (Suparman, 1996).

Jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak

berwujud, ditawarkan untuk menemui kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan

menggunakan benda-benda berwujud atau tidak. Menurut Lovelock dan Wright

(2005), pendekatan pemasaran melalui 4P dalam marketing mix seringkali

berhasil untuk barang, sedangkan untuk jasa diperlukan 3P tambahan, antara lain:

orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process).

Page 46: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

29

1) People (Orang)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan peubah penting yang memegang

peranan penting bagi aktifitas komunikasi pemasaran, baik dalam industri

barang maupun jasa. Yang dimaksud dengan SDM atau orang adalah semua

partisipan yang memainkan peranan sebagian penyajian jasa, yaitu peran

selama proses dan konsumsi jasa berlangsung dalam waktu rill jasa, sehingga

mempengaruhi persepsi pembeli. Partisipan adalah staf perusahaan, konsumen

dan konsumen lain dalam lingkungan tersebut.

2) Physical Evidence (Bukti Fisik)

Bukti fisik merupakan lingkungan fisik dimana jasa diciptakan dan tempat

penyedia jasa, konsumen berinteraksi dan setiap komponen tangible yang

memfasilitasi penampilan.

3) Process (Proses)

Proses mencerminkan bagaiaman semua unsur bauran pemasaran jasa

dikoordinasikan untuk menjamin mutu dan konsistensi jasa yang diberikan

oleh konsumen. Proses juga merupakan peubah yang cukup berperan dalam

menilai keberadaan jasa tersebut. Proses dapat melibatkan unsur-unsur

prosedur, tugas, rencana kerja, mekanisme, dan juga aktifitas.

2.1.3.5 Bauran Promosi (Promotion Mix)

Komunikasi antara perusahaan dan konsumen secara implisit berlangsung

pada setiap unsur atau bagian dari bauran pemasaran (marketing mix), namun

sebagian besar komunikasi perusahaan berlangsung sebagai bagian dari suatu

program promosi yang diawasi dan direncanakan dengan hati-hati. Instrumen

dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi perusahaan disebut

dengan bauran promosi atau promotional mix.

Bauran promosi (promotion mix) menggambarkan cara-cara kreatif yang

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian produk atau jasa. Secara

tradisional, bauran promosi mencakup empat unsur, yaitu: periklanan, promosi

penjualan, humas dan publisitas, dan penjualan pribadi. Namun George dan

Michael Belch dalam Morissan (2007) menambahkan dua unsur dalam bauran

promosi (promotional mix), yaitu direct marketing dan interactive media.

Page 47: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

30

Dua unsur yang ditambahkan, yaitu direct marketing dan interactive media

telah digunakan secara luas oleh pengelola pemasaran dewasa ini untuk dapat

berkomunikasi dengan khalayak sasarannya, sebagaimana empat unsur

sebelumnya. Dua unsur tambahan bauran promosi tersebut, yaitu: pemasaran

langsung (direct marketing) dan pemasaran interaktif (interactive media).

A. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran langsung adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk

berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan

maksud menimbulkan tanggapan dan atau transaksi penjualan (Morissan,

2007). Pemasaran langsung mencakup berbagai aktifitas termasuk pengelolaan

database, penjualan langsung, telemarketing, dan iklan tanggapan langsung.

B. Pemasaran Interaktif (Interactive Media)

Kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan dilakukannya komunikasi

secara interaktif melalui media massa, khususnya internet melalui fasilitas

World Wide Web (WWW). Media interaktif memungkinkan terjadinya arus

informasi timbal balik yang memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan

memodifikasi bentuk dan isi informasi pada saat itu juga. Tidak seperti bentuk

tradisional komunikasi pemasaran berupa iklan yang komunikasinya satu arah,

media interaktif memungkinkan pengguna melakukan berbagai fungsi, seperti

menerima dan mengubah informasi dan gambar, mengajukan pertanyaan,

menjawab dan melakukan pembelian (Morissan, 2007).

2.1.3.6 Keputusan Pembelian

Konsumen harus dapat mengambil keputusan pembelian (dalam hal ini

adalah keputusan wisata) seperti kapan membeli, dimana membeli, dan

bagaimana membayar. Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Di dalam perbedaan

individu terdapat sikap yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen. Sikap dapat diartikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang

memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak

menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek yang ditawarkan

(Engel et.al, 1994).

Page 48: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

31

Cleverdon (1998) dalam Damanik dan Weber (2006) membagi proses

pengambilan keputusan wisata ke dalam empat tahapan, yaitu munculnya

keinginan, pencarian informasi, pengambilan keputusan, dan persiapan

pelaksanaan. Selanjutnya dijelaskan proses pengambilan keputusan berwisata

dalam tabel berikut:

Tabel 1. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata

Tahap Kegiatan yang Dilakukan Pengaruh dan

Pertimbangan Utama

Munculnya

Kebutuhan

Munculnya keinginan berwisata dengan

mempertimbangkan kemungkinan “ya” dan

“tidak”, meskipun informasi khusus untuk

itu belum terkumpul dan dievaluasi

Motivasi umum berwisata:

- Kapan bepergian?

- Berapa dana yang

tersedia?

Pengumpulan

dan evaluasi

informasi

wisata

Mempelajari katalog dan iklan wisata,

menerima saran sahabat, meminta petunjuk

biro perjalanan dan ahli

Saran dan cerita kenalan,

iklan dan promosi, saran

dan rekomendasi agen

perjalanan

Keputusan Memutuskan:

- Daerah tujuan - Moda perjalanan

- Waktu dan biaya - Pengatur perjalanan

- Sumber layanan

Saran pihak perantara,

kesan, pengalaman

sebelumnya

Persiapan

wisata

Pemesanan dan konfirmasi (tiket, hotel,

dll), pembiayaan, alat kelengkapan

perjalanan

Pengatur perjalanan, bank,

pertokoan

Sumber: Cleverdon (1988) dalam Damanik dan Weber (2006)

2.1.4 Konsep Pengembangan Masyarakat

Sanders (1958) dalam Nasdian (2006) menyatakan bahwa pengembangan

masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, dan gerakan.

Pengembangan masyarakat dalam sektor pariwisata dipandang sebagai suatu

program. Seperti diungkapkan oleh Nasdian (2006) bahwa pengembangan

masyarakat sebagai suatu program merupakan metode pengembangan masyarakat

dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai suatu program, pengembangan

masyarakat berhubungan dengan bidang-bidang subyek yang khas, seperti

kesehatan, kesejahteraan, pertanian, industri, dan rekreasi.

Terdapat prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang perlu diterapkan

secara efektif dalam konteks lokal. Menurut Ife (1995) dalam Nasdian (2006),

Page 49: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

32

terdapat 22 prinsip pengembangan masyarakat (community development) sebagai

berikut: Integrated Development (Pembangunan Terpadu), Confronting Structural

Disadvantage (Konfrontasi dengan Kebatilan), Human Rights (Hak Asasi

Manusia), Sustainability (Keberlanjutan), Empowerment (Pemberdayaan), The

Personal and The Political (Pribadi dan Politik), Communtity Ownership

(Kepemilikan Komunitas), Self-Reliance (Kemandirian), Independence from the

State (Ketidaktergantungan pada Pemerintah), Immediate Goals and Ultimate

Vision (Tujuan dan Visi), Organic Development (Pembangunan Bersifat Organik),

The Pace of Development (Kecepatan Gerak Pembangunan), External Experties

(Keahlian Pihak Luar), Community Building (Membangun Komunitas), Process

and Outcome (Proses dan Hasilnya), The Integrity of the Process (Keterpaduan

Proses), Non-Violence (Tanpa Kekerasan), Inclusiveness (Inklusif), Consensus

(Konsensus), Co-operation (Kerjasama), Participation (Partisipasi), Defining

Need (Mendefinisikan Kebutuhan).

Dari 22 prinsip pengembangan masyarakat tersebut, dalam penelitian

mengenai pariwisata dan ekowisata ini terutama menerapkan tiga prinsip

pengembangan masyarakat. Ketiga prinsip pengembangan masyarakat tersebut

yaitu sustainability (keberlanjutan), participation (partisipasi), dan external

experties (keahlian pihak luar). Ketiga prinsip tersebut diterapkan dalam konteks

lokal.

Dalam kegiatan pariwisata atau ekowisata, program pengembangan

masyarakat berada dalam kerangka sustainability yang berupaya untuk

mengurangi ketergantungan kepada sumberdaya yang tidak tergantikan (non-

renewable) dan menciptakan alternatif serta tatanan ekologis, sosial, ekonomi, dan

politik yang berkelanjutan di tingkat lokal. Prinsip ini membutuhkan penggunaan

secara minimal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini

berimplikasi pada masyarakat setempat (dan juga wisatawan) dalam hal

penggunaan lahan, gaya hidup, konservasi, transportasi, dan lain lain.

Pengembangan masyarakat berusaha meminimalisasi ketergantungan pada

sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui.

Dalam kegiatan pariwisata atau ekowisata, partisipasi dalam

pengembangan masyarakat harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan

Page 50: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

33

tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif

pada proses dan kegiatan pariwisata atau ekowisata. Oleh karena itu pendekatan

pengembangan masyarakat selalu mengoptimalkan partisipasi. Melalui peranserta

warga komunitas maka akan diperoleh proses belajar satu sama lain, mereka dapat

mengubah secara alamiah kegiatan tradisional yang eksklusif menjadi kegiatan

yang partisipatif.

Dalam kegiatan pariwisata atau ekowisata, keahlian atau pengalaman

seseorang serta pengalaman pembangunan wisata di suatu tempat boleh dipelajari

sebagai pertimbangan dalam pembangunan di wilayah obyek wisata yang lain,

tetapi prinsip external experties mengharapkan tidak ditiru secara mutlak.

Pendekatan ini harus diterapkan secara alami dikembangkan dengan cara yang

sesuai dengan situasi spesifik dan peka terhadap kebudayaan, tradisi masyarakat

setempat, dan lingkungan. Artinya, kontribusi konsultan dari luar komunitas

sangat berharga apabila warga siap mengadopsi sesuai dengan kemampuan dan

cara mereka.

Page 51: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

34

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merujuk pada konsep komunikasi pemasaran dari Shimp

(2003) yang menyatakan bahwa komunikasi pemasaran merepresentasikan

gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi

terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada

pelanggan atau kliennya. Selanjutnya, Shimp (2003) juga menjelaskan tentang

komunikasi pemasaran terpadu/integrated marketing communication (IMC) yang

merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program

komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara

berkelanjutan. Tujuan IMC adalah memepengaruhi atau memberikan efek

langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya.

Selain itu, Shimp (2003) menambahkan bahwa terpaan (exposure)

terhadap informasi adalah konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar

(mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio, dan lain-lain). Tugas dasar

komunikator pemasaran adalah menyampaikan pesan kepada konsumen yang

diharapkan akan memproses pesan dan dapat dibujuk untuk melakukan

serangkaian tindakan yang diinginkan pemasar.

Terdapat dua terpaan komunikasi pemasaran yaitu terdiri dari (X1) terpaan

komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung dan (X2) terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Selanjutnya, (X1) terpaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak

pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung terdiri dari: (X1.1)

periklanan; (X1.2) komunikasi di tempat pembelian; (X1.3) promosi penjualan;

(X1.4) pemasaran sponsorship; (X1.5) publisitas; dan (X1.6) pemasaran dari

mulut ke mulut. Selain itu, (X2) terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa

informasi yang berasal dari teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat

sekitar kawasan obyek wisata.

Variabel-variabel pengaruh diatas diduga berhubungan dengan dengan

sejumlah variabel terpengaruh yaitu (Y1) persepsi terhadap pesan yang terdiri

dari: (Y1.1) kejelasan isi pesan dan (Y1.2) kelengkapan isi pesan. Variabel-

Page 52: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

35

variabel persepsi terhadap pesan tersebut lebih lanjut mempengaruhi (Y2)

perilaku wisata yang terdiri dari: (Y2.1) perilaku rekreasi yang meliputi keputusan

seringnya berkunjung, keputusan menentukan jumlah obyek dan daya tarik wisata

(ODTW) yang dikunjungi, keputusan menentukan masa tinggal, dan keputusan

melakukan kunjungan selanjutnya dan (Y2.2) perilaku perilaku cinta lingkungan

(konservasi) meliputi pencegahan kerusakan dan pemeliharaan lingkungan Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung berupa membuang sampah pada tempatnya

dan tidak melakukan aksi vandalisme.

Dewasa ini komunikasi pemasaran terpadu menjadi bagian yang tidak

dapat terpisahkan lagi dengan obyek wisata. Begitu juga obyek wisata alam

Gunung Galunggung yang merupakan salah satu obyek wisata unggulan

Kabupaten Tasikmalaya sebagai langkah promosi yang dilakukan untuk

disampaikan ke khalayak luas yang dalam hal ini adalah wisatawan (termasuk

wisatawan potensial).

Disamping itu, pihak pengelola harus memperhatikan karakteristik

wisatawan yang merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang

berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan

mereka dalam melakukan perjalanan. Selain itu, karakteristik wisatawan juga

dapat mempengaruhi bagaimana wisatawan tersebut mengakses informasi,

kemudahan mereka dalam mengakses informasi dari sumber informasi yang

tersedia. Adalah penting untuk mengerti karakteristik wisatawan dengan tujuan

untuk menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan untuk menyusun program

komunikasi pemasaran yang efektif. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi

pemasaran terpadu yang dilakukan dapat mempengaruhi perilaku komunikasi

yang dilakukan oleh wisatawan. Lebih lanjut kegiatan tersebut agar dapat

mempengaruhi perilaku wisatawan tersebut yang tidak hanya sekedar perilaku

kunjungannya tetapi juga memperhatikan perilaku konservasinya. Perilaku

kunjungan juga dipengaruhi oleh aspek produk wisata yang berupa 3A, yaitu:

atraksi (ODTW), aksesibilitas, dan aminitas (fasilitas). Dengan memperhatikan

perilaku kunjungan dan perilaku konservasinya, berarti mereka juga berpartisipasi

dalam rangka menjaga kelestarian obyek wisata alam sehingga keberadaannya

berlangsung secara berkelanjutan.

Page 53: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

36

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hubungan antara variabel pengaruh dan

terpengaruh dapat dilihat pada Gambar 1.

(Y.2) Perilaku Wisatawan:

(Y2.1) Perilaku Rekreasi (Y2.2) Perilaku Konservasi

(Cinta Lingkungan)

Keputusan Berkunjung

Keputusan Menentukan Jumlah

ODTW yang Dikunjungi

Keputusan Menentukan Masa

Tinggal

Keputusan Melakukan

Kunjungan Selanjutnya

Pencegahan Kerusakan dan

Pemeliharaan Lingkungan

Obyek Wisata Alam:

Membuang Sampah Pada

Tempatnya

Tidak Melakukan Vandalisme

(Mencorat-coret Fasilitas,

Merokok, Merusak Pohon)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Komunikasi Pemasaran Obyek

Wisata Alam terhadap Perilaku Wisatawan

Keterangan:

: Hubungan pengaruh yang diuji

(Y1) Persepsi terhadap Pesan:

(Y1.1) Kejelasan Isi Pesan

(Y1.2) Kelengkapan Isi Pesan

X1. Terpaan Komunikasi Pemasaran:

X1.1 Periklanan

X1.2 Komunikasi di Tempat Pembelian

X1.3 Promosi Penjualan

X1.4 Pemasaran Sponsorship

X1.5 Publisitas

X1.6 Pemasaran dari Mulut ke Mulut

X2. Terpaan dari Luar

Komunikasi Pemasaran:

Informasi dari Teman/ Keluarga

(Saudara)/Rekan

Kerja/Masyarakat Setempat

Page 54: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

37

2.3 Hipotesis

1. Terpaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola

mempengaruhi persepsi terhadap pesan.

2. Terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola

mempengaruhi persepsi terhadap pesan.

3. Persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku wisata.

a. Persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku rekreasi.

b. Persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku cinta lingkungan.

2.4 Definisi Operasional

A. Karakterisik wisatawan adalah karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan

yang berbeda, yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan

kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Karakteristik wisatawan yang

dibahas meliputi asal daerah, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, jenis pekerjaan, dan frekuensi kunjungan.

a. Asal daerah adalah pengelompokan tempat tinggal wisatawan berdasarkan

daerah mereka berasal (sebelum melakukan perjalanan wisata).

Pengelompokan wisatawan berdasarkan asal daerah yaitu wisatawan

nusantara yang berasal dari: (1) Tasikmalaya dan (2) luar Tasikmalaya. Asal

daerah diukur dengan skala nominal.

b. Jenis kelamin adalah pengkategorian berdasarkan jenis kelamin perempuan

dan laki-laki. Jenis kelamin wisatawan dalam penelitian ini terdiri dari: (1)

Perempuan dan (2) Laki-laki. Jenis kelamin diukur dengan skala nominal.

c. Umur adalah jumlah usia wisatawan pada saat penelitian ini dilakukan yang

dihitung dari bulan kelahiran wisatawan hingga bulan Juli 2010 serta

dinyatakan dengan tahun. Umur diukur dengan menggunakan skala ordinal.

Untuk menentukan rentang usia muda, dewasa, dan tua digunakan rumus

(angka tertinggi – angka terendah) + 1 / pengkategorian (Furbani, 2008).

Pengkategorian umur dapat ditentukan sebagai berikut:

(1) Muda, jika umur wisatawan berada pada rentang 16-30 tahun;

(2) Dewasa, jika umur wisatawan berada pada rentang 31-45 tahun; dan

(3) Tua, jika umur wisatawan berada pada rentang 46-60 tahun.

Page 55: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

38

d. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidilan formal tertinggi yang

telah/sedang diselesaikan oleh wisatawan. Jenjang pendidikan formal yang

dibahas dalam penelitian ini meliputi: (a) Sekolah Dasar (SD)/sederajat; (b)

Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat; (c) Sekolah Menengah Atas

(SMA)/sederajat; (d) Diploma (D1/D2/D3)/sederajat; (e) Sarjana

(S1)/sederajat; dan (f) Pascasarjana (S2/S3)/sederajat. Selanjutnya, tingkat

pendidikan wisatawan dapat dikategorikan menjadi: (1) Rendah, jika

pendidikan formal tertinggi yang telah/sedang diselesaikan oleh wisatawan

adalah Sekolah Dasar (SD)/sederajat; (2) Sedang, jika pendidikan formal

tertinggi yang telah/sedang diselesaikan oleh wisatawan adalah Sekolah

Menengah Pertama (SMP)/sederajat dan Sekolah Menengah Atas

(SMA)/sederajat; dan (3) Tinggi, jika pendidikan formal tertinggi yang

telah/sedang diselesaikan oleh wisatawan yaitu perguruan tinggi. Tingkat

pendidikan diukur dengan skala ordinal.

e. Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang sehari-hari dilakukan oleh wisatawan

sebagai profesi, hobi, dan bakat yang sedang dilakukan pada saat penelitian

ini berlangsung. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi:

(1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); (2) Pegawai Swasta; (3) Wirausaha; (4)

Pedagang; (5) Pelajar; (6) Mahasiswa; (7) Petani; dan (8) Lainnya. Untuk

kategori lainnya diisi oleh jenis pekerjaan ibu rumah tangga dan POLRI.

Jenis pekerjaan diukur dengan skala nominal.

f. Frekuensi kunjungan adalah berapa kali wisatawan mendatangi kawasan

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Untuk menentukan rentang

dalam frekuensi kunjungan rendah, sedang, dan tinggi digunakan rumus

(angka tertinggi – angka terendah) + 1 / pengkategorian (Furbani, 2008).

Selanjutnya, pengkategorian frekuensi kunjungan dalam penelitian ini dapat

ditentukan sebagai berikut: (1) Rendah, jika frekuensi kedatangan

wisatawan berkisar antara 1-4 kali; (2) Sedang, jika frekuensi kedatangan

wisatawan berkisar antara 5-8 kali; dan (3) Tinggi, jika frekuensi

kedatangan wisatawan berkisar antara 9-12 kali. Frekuensi kunjungan

diukur dengan skala ordinal.

Page 56: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

39

B. Kemudahan mengakses informasi adalah tidak ditemukannya kesulitan dalam

mendapatkan informasi mengenai Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

dan pelestariannya dari beberapa media yang tersedia. Media komunikasi

tersebut berupa media cetak (surat kabar lokal Priangan) dan berbagai media

lainnya (buku panduan wisata/brosur/pamflet/poster/spanduk/baliho dan lain-

lain), saluran radio lokal milik pemerintah (RSPD) dan swasta (Martha FM),

saluran televisi lokal (Taz TV), jaringan internet, pihak pengelola, biro

perjalanan wisata, dan teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat sekitar

kawasan. Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1

untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam

tingkat mengakses: (1) Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 6-9

dan (2) Tinggi jika skor total variabel berada pada rentang 10-12. Kemudahan

mengakses informasi diukur dengan skala ordinal.

(X1) Komunikasi pemasaran dalam bidang pariwisata adalah kegiatan

mempromosikan obyek dan daya tarik wisata kepada wisatawan supaya mereka

tertarik dan dan dapat mengambil keputusan untuk mengunjungi obyek wisata

tersebut. Terpaan komunikasi pemasaran adalah keadaan dimana wisatawan

menerima berbagai informasi dari bentuk komunikasi pemasaran dengan berbagai

saluran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Wisatawan diterpa komunikasi pemasaran berarti mereka menerima

terpaan dari berbagai bentuk komunikasi pemasaran yang berasal dari: (X1.1)

periklanan (advertising); (X1.2) komunikasi di tempat pembelian (point-of-

purchase communication); (X1.3) promosi penjualan (sales promotion); (X1.4)

pemasaran sponsorship (sponsorship marketing); (X1.5) publisitas (publicity); dan

(X1.6) pemasaran dari mulut ke mulut/word of mouth marketing (WOM). Setiap

pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban tidak.

Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat terpaan: (1) Rendah,

jika skor total variabel berada pada rentang 23-33 dan (2) Tinggi, jika skor total

variabel berada pada rentang 34-43. Terpaan komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung diukur

dengan skala ordinal.

Page 57: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

40

(X1.1) Periklanan (advertising) yaitu bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri

dari komunikasi massa melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, internet,

billboards, spanduk, poster, baliho, brosur, pamflet, leaflet, booklet, dan buku

panduan wisata. Terpaan periklanan adalah keadaan dimana wisatawan menerima

informasi dari periklanan yang berasal dari buku panduan wisata, spanduk, poster,

baliho, pamflet, brosur, internet, billboards, televisi, dan radio. Setiap pernyataan

diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan

tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat terpaan: (1) Rendah, jika skor

total variabel berada pada rentang 5-7 dan (2) Tinggi, jika skor total variabel

berada pada rentang 8-10. Terpaan periklanan diukur dengan skala ordinal.

(X1.2) Komunikasi di tempat pembelian (point-of-purchase communication)

merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang menggunakan peraga, poster,

tanda, dan berbagai materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan

untuk membeli. Dalam pariwisata, terpaan komunikasi di tempat pembelian

berarti komunikasi di obyek wisata. Terpaan komunikasi di obyek wisata adalah

keadaan dimana wisatawan menerima informasi pada saat mereka berada di obyek

wisata. Wisatawan yang diterpa komunikasi di obyek wisata mendapat terpaan

yang berasal dari informasi yang berada pada gerbang pembelian tiket, pusat

informasi, pusat media, dan di dalam kawasan obyek wisata. Informasi ini

disajikan dalam media cetak (brosur, stiker, pamplet, booklet, buku panduan

wisata) dan media elektronik (pengeras suara dan pemutaran film). Selanjutnya,

informasi tersebut juga disajikan dalam media komunikasi lainnya yang terdapat

di dalam kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, seperti: poster,

spanduk, baliho, peta kawasan wisata, peta jalur, papan informasi, papan

penunjuk arah, papan interpretasi, papan peringatan, serta papan himbauan yang

memuat tentang kepedulian terhadap lingkungan. Setiap pernyataan diberi skor =

2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut

selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat terpaan: (1) Rendah, jika skor total

variabel berada pada rentang 6-9 dan (2) Tinggi, jika skor total variabel berada

pada rentang 10-12. Terpaan komunikasi di obyek wisata diukur dengan skala

ordinal.

Page 58: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

41

(X1.3) Promosi penjualan (sales promotion) yaitu bentuk komunikasi pemasaran

yang memberikan berbagai bonus, seperti adanya potongan harga dan gratis tiket

masuk. Terpaan promosi penjualan adalah keadaan dimana wisatawan menerima

informasi dari promosi penjualan. Bentuk promosi penjualan yang terdapat di

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa pemberian potongan harga tiket

masuk bagi orang/rombongan dalam jumlah banyak serta tiket masuk gratis ke

obyek wisata tertentu setelah membeli tiket masuk ke obyek wisata lainnya.

Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban

tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat terpaan: (1)

Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 2-3 dan (2) Tinggi, jika skor

total variabel adalah 4. Terpaan promosi penjualan diukur dengan menggunakan

skala ordinal.

(X1.4) Pemasaran sponsorship (sponsorship marketing) yaitu aplikasi dalam

mempromosikan perusahaan dan merek mereka dengan mengasosiasikan

perusahaan atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu. Terpaan

pemasaran sponsorship adalah keadaan dimana wisatawan menerima informasi

dari pemasaran sponsorship dalam event-event tertentu. Bentuk pemasaran

sponsorship berupa event-event (kegiatan-kegiatan) yang diselenggarakan oleh

pihak pemerintah yang berkolaborasi dengan pihak lain. Jenis kegiatan-kegiatan

yang diselenggarakan meliputi kegiatan cinta lingkungan, sosial, seni budaya dan

hiburan pendukung, peringatan hari-hari bersejarah, serta kunjungan wisata.

Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban

tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat terpaan: (1)

Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 5-7 dan (2) Tinggi, jika skor

total variabel berada pada rentang 8-10. Terpaan pemasaran sponsorship diukur

dengan menggunakan skala ordinal.

(X1.5) Publisitas (publicity) yaitu bentuk komunikasi pemasaran seperti

periklanan, namun perusahaan sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan

ruang beriklan. Terpaan publisitas adalah keadaan dimana wisatawan menerima

informasi dari publisitas. Dalam terpaan publisitas, promosi yang dilakukan oleh

pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa informasi

tentang obyek dan daya tarik wisata (ODTW) dan kegiatan-kegiatan yang

Page 59: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

42

diselengarakan di dalamnya. Informasi tersebut dimuat pada surat kabar lokal

Priangan. Selain itu, informasi tersebut juga disiarkan pada radio lokal milik

pemerintah (Radio Siaran Pemerintah Daerah/RSPD) atau swasta (Martha FM),

serta siaran televisi lokal (Taz TV). Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk

jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya

dinyatakan ke dalam tingkat terpaan: (1) Rendah, jika skor total variabel berada

pada rentang 3-4 dan (2) Tinggi, jika skor total variabel berada pada rentang 5-6.

Terpaan publisitas diukur dengan skala ordinal.

(X1.6) Pemasaran dari mulut ke mulut/Word of Mouth Marketing (WOM) yaitu

bentuk komunikasi pemasaran yang mana informasi tentang Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung yang didapat wisatawan tersebut adalah berasal dari pihak

pengelola. Terpaan pemasaran dari mulut ke mulut/word of mouth marketing

(WOM) adalah keadaan dimana wisatawan menerima informasi dari pemasaran

dari mulut ke mulut/word of mouth marketing (WOM) yang dilakukan oleh pihak

pengelola. Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk

jawaban tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat

terpaan: (1) Rendah, jika skor total variabel adalah 1 dan (2) Tinggi, jika skor total

variabel adalah 2. Terpaan pemasaran dari mulut ke mulut diukur dengan

menggunakan skala ordinal.

(X2) Terpaan (exposure) dari luar komunikasi pemasaran adalah keadaan dimana

wisatawan menerima berbagai informasi yang bukan dilakukan oleh pihak

pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Dalam terpaan ini,

wisatawan menerima informasi yang berasal dari teman/keluarga (saudara)/rekan

kerja/masyarakat setempat. Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya

dan skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke

dalam tingkat terpaan: (1) Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 2-3

dan (2) Tinggi, jika skor total variabel adalah 4. Terpaan dari luar komunikasi

pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola diukur dengan skala ordinal.

Page 60: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

43

(Y1) Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi juga merupakan pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory

stimuli). Dalam hal ini, persepsi terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek

Wisata Alam Gunung Galungggung. Wisatawan memberikan makna kepada

informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata dan informasi yang

bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan (konservasi)/ lingkungan

hidup. Persepsi terhadap pesan yang dibahas yang terdiri dari kejelasan dan

kelengkapan isi pesan. Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan

skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke

dalam tingkat persepsi terhadap pesan: (1) Rendah, jika skor total variabel berada

pada rentang 4-6 dan (2) Tinggi, jika skor total variabel berada pada rentang 7-8.

Persepsi terhadap pesan diukur dengan skala ordinal.

(Y1.1) Kejelasan isi pesan menyangkut sejauhmana informasi umum mengenai

obyek dan daya tarik wisata (ODTW) maupun informasi yang bersifat lebih

spesifik mengenai pesan cinta lingkungan dapat dibaca dan didengar dengan jelas

oleh wisatawan. Kejelasan isi pesan berupa jumlah dan frekuensi tayang pesan,

serta kemudahan bahasa yang digunakan untuk dimengerti. Setiap pernyataan

diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan

tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat kejelasan: (1) Rendah, jika skor

total variabel berada pada rentang 2-3 dan (2) Tinggi, jika skor total variabel

adalah 4. Kejelasan isi pesan diukur dengan menggunakan skala ordinal.

(Y1.2) Kelengkapan isi pesan adalah isi pesan dalam berbagai bentuk komunikasi

pemasaran lengkap memuat informasi umum mengenai obyek dan daya tarik

wisata (ODTW) dan pesan-pesan cinta lingkungan (konservasi)/lingkungan hidup.

Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban

tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat kelengkapan:

(1) Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 2-3 dan (2) Tinggi, jika

skor total variabel adalah 4. Kelengkapan isi pesan diukur dengan skala ordinal.

Page 61: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

44

(Y3) Perilaku wisata adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan

yang merupakan efek komunikasi pemasaran. Perilaku wisata di Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung terdiri dari perilaku rekreasi dan perilaku cinta

lingkungan (konservasi). Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan

skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke

dalam tingkat perilaku wisata: (1) Rendah, jika skor total variabel berada pada

rentang 13-16 dan (2) Tinggi, jika skor total variabel berada pada rentang 17-22.

Perilaku wisata diukur dengan skala ordinal.

(Y3.1) Perilaku rekreasi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan wisatawan

berdasarkan suatu pengambilan keputusan yang ditunjukkan wisatawan baik

sebelum dan pada saat berada di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Perilaku rekreasi meliputi perilaku wisatawan dalam menentukan pengambilan

keputusan untuk seringnya berkunjung (frekuensi kunjungan), memilih obyek dan

daya tarik wisata (ODTW) yang tersedia, menentukan masa tinggal, dan

melakukan kunjungan selanjutnya ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Setiap pernyataan diberi skor = 2 untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban

tidak. Pernyataan tersebut selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat perilaku

rekreasi: (1) Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 4-6 dan (2)

Tinggi, jika skor total variabel berada pada rentang 7-8. Perilaku rekreasi diukur

dengan skala ordinal.

(Y3.2) Perilaku cinta lingkungan (konservasi) adalah kegiatan-kegiatan yang

dilakukan wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dalam rangka

upaya pencegahan kerusakan dan pemeliharaan kawasan obyek wisata ketika

mereka berkunjung. Perilaku cinta lingkungan ditunjukkan dengan membuang

sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti

mencorat-coret fasilitas, merokok dan lain-lain. Setiap pernyataan diberi skor = 2

untuk jawaban ya dan skor = 1 untuk jawaban tidak. Pernyataan tersebut

selanjutnya dinyatakan ke dalam tingkat perilaku cinta lingkungan (konservasi):

(1) Rendah, jika skor total variabel berada pada rentang 7-10 dan (2) Tinggi, jika

skor total variabel berada pada rentang 11-14. Perilaku cinta lingkungan diukur

dengan skala ordinal.

Page 62: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode survai. Dalam survai, informasi dikumpulkan dari responden dengan

menggunakan kuesioner. Umumnya, penelitian survai dibatasi pada penelitian

yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh

populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh

populasi. Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang

banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan utama

dari penelian ini adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang

besar. Penelitian ini merupakan penelitaian survai dengan maksud untuk

penjelasan (explanatory), yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variable-

variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 1989).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Terdapat tiga besar cluster ekowisata yang berada di Jawa Barat, yaitu:

cluster Bandung Selatan dengan wisata alam pegunungan Patuha dan Kawah

Putih, cluster Bogor dan Sukabumi dengan wisata alam Puncak, dan cluster

Ciamis dan Tasikmalaya dengan wisata alam Pantai Pananjung, Pantai karanf

Nini, Pantai Pangandaran, dan Gunung Galunggung. Dari ketiga cluster ekowisata

tersebut, dipilih Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yang terletak di Desa

Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat

sebagai lokasi penelitian. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan beberapa pertimbangan bahwa: (1) Obyek wisata alam

ini merupakan obyek wisata alam khas pegunungan yang masih alami dengan

memiliki objek dan daya tarik wisata alam yang lebih banyak dibandingkan

dengan objek wisata alam lainnya, (2) Kemudahan dalam mengakses daerah

tujuan wisata tersebut, (3) Lokasi sesuai dengan topik penelitian dimana di lokasi

Page 63: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

46

tersebut memiliki potensi tinggi dalam mengembangkan sektor pariwisata alam

juga ikut mendukung pemilihan lokasi. Salah satu obyek wisata alam unggulan

yang mendukung diadakannya ekowisata di Kabupaten Tasikmalaya adalah

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung,

Kegiatan yang dilakukan selama rentang waktu penelitian ini berlangsung

meliputi kegiatan pra-studi lapang, studi lapang, dan pasca studi lapang. Kegiatan

pra-studi lapang dengan melakukan survey/penjajagan di Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung untuk mengetahui keadaan awal tempat penelitian sebelum

dilaksanakan penelitian yaitu pada bulan Mei 2010. Kegiatan ini juga berguna

untuk penyusunan instrumen penelitian berupa kuesioner, sehingga didapatkan

gambaran yang lebih nyata dan akurat mengenai variabel-variabel yang akan

diukur. Selanjutnya, kegiatan studi lapang merupakan kegiatan inti penelitian dan

pengambilan data di lapangan dengan menggunakan kuesioner, wawancara,

observasi (pengamatan), dan studi dokumen. Waktu pelaksanaan penelitian dan

pengambilan data di lapangan dilakukan selama satu bulan yaitu Juli-Agustus

2010. Setelah kegiatan penelitian dan pengambilan data, peneliti melakukan

kegiatan pasca studi lapang berupa penulisan laporan penelitian (skripsi).

3.3 Metode Penentuan Responden dan Informan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan yang berkunjung

ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung Desa Linggajati, Kecamatan

Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat pada waktu pengambilan

data di lapangan, tetapi hanya yang termasuk wisatawan nusantara. Responden

dalam penelitian ini adalah wisatawan yang termasuk usia produktif. Unit analisis

dari responden yang dipilih adalah individu. Penentuan responden dilakukan

dengan pengambilan sampel nonprobabilitas. Dengan cara ini, semua elemen

populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Hal ini terjadi, misalnya karena ada bagian tertentu secara senagaja tidak

dijadikan sampel suatu populasi (Umar, 2003).

Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah convenience

sampling. Teknik convenience sampling merupakan teknik dimana elemen

populasi dipilih berdasarkan kemudahan dan kesediaan untuk menjadi sampel

Page 64: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

47

(Simamora, 2004). Penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan

berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Rumus Slovin. Rumus ini adalah

rumus untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran

populasi diketahui (Umar, 2003), sebagai berikut:

n = N Keterangan: n ukuran sampel

1 + N e² N ukuran populasi

e kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengembilan sampel yang dapat ditolelir (10%).

Dari data kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung pada tahun 2009 dapat diketahui jumlah kunjungan wisatawan yaitu

148.160 orang wisatawan yang terdiri dari 148.002 orang wisatawan nusantara

dan 158 orang wisatawan mancanegara. Namun, dalam penelitian ini yang akan

dijadikan responden adalah hanya wisatawan nusantara saja. Selanjutnya didapat

jumlah rata-rata kunjungan wisatawan per hari sebanyak 411 orang. Sehingga dari

hasil perhitungan menggunakan acuan per hari dengan menggunakan nilai kritis

sebesar 10 persen, maka diperoleh jumlah sampel yang diambil adalah:

n = 411 = 80, 43 ~ 80

1 + (411 x 0,01)

Untuk mempermudah perhitungan, maka jumlah sampel yang diambil dibulatkan

menjadi 80 orang.

Selain penentuan responden, juga dilakukan penentuan informan secara

sengaja dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling). Informan

terdiri dari: (1) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya

(periode sekarang dan periode sebelumnya); (2) Staf Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya; (3) Pengelola yang bertugas di Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung. Informan kunci yang dipilih adalah Kepala

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya periode sebelum

sekarang. Informan lainnya digunakan untuk melengkapi data yang didapatkan

dari informan kunci dan data yang diperoleh dari yang lain.

Page 65: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

48

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian survai, data dikumpulkan dari sampel dengan

menggunakan kuesioner (Singarimbun dan Effendi, 1989). Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer didapat dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner. Pada

saat pengumpulan data, juga dicatat alamat lengkap responden, alamat email,

nomor telepon dan telepon seluler, sehingga memungkinkan untuk menghubungi

mereka kembali jika terdapat data yang kurang jelas atau lengkap. Selain data

primer, terdapat data sekunder yang diperoleh dari data monografi dan data profil

desa Linggajati dan data profil Kecamatan Sukaratu, seperti data lokasi Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung (secara astronomis, geografis, dan

adiminstratif), data sosial ekonomi berupa data mata pencaharian warga dan data

jenis penunjang perekonomian, data sosial budaya berupa data kesenian dan

budaya (jenis kesenian daerah dan lokasi desa yang terdapat kesenian di

Kecamatan Sukaratu), serta data sarana kesehatan, olahraga, dan keagamaan.

Selain itu, data sekunder juga didapat dari dokumen-dokumen yang diterbitkan

oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, seperti data

informasi pariwisata dan budaya Kabupaten Tasikmalaya, data profil Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung, peta pariwisata dan budaya di Kabupaten

Tasikmalaya, sejarah berdirinya Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, serta

data kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survai dengan

kuesioner dan teknik wawancara. Survai dilakukan dengan menggunakan

kuesioner terstruktur, serta dibantu dengan pertanyaan yang muncul secara

spontan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Sedangkan wawancara dilakukan

dengan bertanya langsung kepada responden secara tatap muka dengan

menggunakan daftar pertanyaan. Selain kepada responden, wawancara juga

dilakukan kepada informan kunci (Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Tasikmalaya periode sebelum sekarang) dan informan lainnya (Staf

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya dan pengelola yang

bertugas di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung).

Page 66: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

49

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang sudah terkumpul dan selesai diedit di lapangan (semua

jawaban responden sudah sesuai dengan maksud pertanyaan yang diajukan),

selanjutnya data dari kuesioner dipindahkan ke lembaran kode dalam komputer

menggunakan kode seperti yang terdapat dalam buku kode (Singarimbun dan

Effendi, 1989). Data yang diperoleh dari jawaban responden berupa raw data

yang kemudian dikelompokkan berdasarkan variabelnya dalam bentuk transfer

sheet. Adapun variabel yang dikelompokkan yaitu: karakteristik responden,

produk wisata, terpaan komunikasi pemasaran, persepsi terhadap pesan, dan

perilaku wisatawan. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan menghitung

jumlah dan persentase responden menurut kategori variabel-variabel tersebut.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengaruh

komunikasi pemasaran terhadap persepsi pesan dan hubungan pengaruh persepsi

pesan terhadap perilaku wisata adalah analisis Crosstabs. Analisis Crosstab

merupakan analisis dasar untuk hubungan antar variabel kategori (nominal atau

ordinal). Analisis crosstabs yang digunakan adalah analisis Crosstabs-

Correlations, yang mengukur hubungan antara data ordinal dengan menggunakan

analisis Pearson. Hasil uji Pearson ditampilkan dalam bentuk tabel silang antara

variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh. Tabel silang dari uji Pearson

membantu peneliti dalam mendeskripsikan apakah hasil penelitian sesuai dengan

hipotesis yang diajukan.

Page 67: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

50

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK WISATA ALAM GUNUNG

GALUNGGUNG

4.1 Sejarah Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Berdasarkan penelusuran, sejarah Galunggung sangat berkaitan erat

dengan sejarah Tasikmalaya. Tasikmalaya berdiri tanggal 21 Agustus 1111, yang

pada waktu itu masih bernama Tawang Galunggung. Tawang atau Sawang dalam

bahasa Sunda berarti ruang terbuka yang indah. Sementara itu, Galunggung

adalah nama sebuah gunung api yang berada di daerah tersebut (Sya, 2005).

Sya (2005) juga menambahkan bahwa pada masa awal berdiri

Tasikmalaya, ibu kota Kabupaten Tasikmalaya terletak di Gegerhanjung (sekitar

Gunung Galunggung) sampai tahun 1641. Setelah tahun 1641, ibukota Kabupaten

Tasikmalaya beberapa kali mengalami perpindahan. Dari tahun 1641 sampai 1837

berlokasi di Sukaraja, tahun 1837 sampai 1901 berlokasi di Manonjaya, dan tahun

1901 sampai 2010 - tepatnya Juli 2010 - berlokasi di Tasikmalaya. Selanjutnya,

menurut informan kunci diketahui bahwa pada Agustus 2010 tepatnya pada

tanggal 9 Agustus 2010 ibu kota Kabupaten Tasikmalaya dipindahkan ke

Singaparna. Perpindahan ibukota Kabupaten Tasikmalaya ke Singaparna

diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat.

Selain itu, pada masa awal berdiri, Tasikmalaya hanyalah sebuah desa

yang dikepalai oleh seorang patih Sunda atau zelfstandige patih. Kata

Tasikmalaya diperkirakan berasal dari keusik ngalayah atau pasir berserakan.

Nama ini sangat berkaitan dengan aktivitas Gunung Galunggung pada tahun 1822

yang sebelumnya menyemburkan material pasir panas ke arah Tasikmalaya, yang

kemudian menghasilkan nama bukit sepuluh ribu Tasikmalaya atau the thousand

hills of Tasikmalaya. Sebelum tahun 1822, sebagian dari bukit-bukit sepuluh ribu

sebenarnya telah terbentuk melalui erupsi Galunggung di zaman pra-sejarah.

Setelah letusan tahun 1822, bukit-bukit ini bertambah tinggi dan bertambah

banyak jumlahnya, sehingga mencapai jumlah 3.648.

Page 68: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

51

Dari wawancara di lapangan dengan informan, diketahui bahwa

Galunggung berdiri menjadi kawasan obyek wisata alam yaitu sekitar tahun 1976-

an. Pada awal berdiri menjadi obyek wisata, Galunggung dikelola oleh pemerintah

(Dinas PU). Periode selanjutnya, pada tahun 1979 Galunggung menjadi dikelola

oleh pihak Mayasari. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 5 April 1982, Gunung

Galunggung meletus. Selama tiga tahun setelah meletus, Gunung Galunggung

untuk sementara tidak beroperasi sebagai obyek wisata. Pada tahun 1985, Gunung

Galunggung kembali dikelola oleh Pemda. Periode ini mulai dilakukan penataan

ulang di Gunung Galunggung dengan penanaman kaliandra. Pada periode ini juga

Gunung Galunggung dibuka kembali sebagai obyek wisata. Selanjutnya, saat ini

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dikelola oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya serta Perum Perhutani. Selain itu, informan

lain menyatakan bahwa perkembangan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

cenderung lambat. Kecenderungan lambatnya perkembangan obyek wisata ini

karena pihak investor cenderung takut untuk menanamkan modalnya di Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung. Keadaan ini terjadi karena sikap masyarakat

sekitar cenderung tidak mendukung dalam pembangunan kawasan obyek wisata

ini. Mereka beranggapan bahwa pembangunan tersebut bertentangan dengan nilai-

nilai kepercayaan yang mereka anut.

4.2 Nilai-nilai Kepercayaan di Gunung Galunggung

Gunung Galunggung memiliki ketinggian 2.167 meter di atas permukaan

laut. Sebagai gunung api aktif, Gunung Galunggung memiliki peran penting

dalam kehidupan masyarakat Tasikmalaya. Tidak hanya sebagai simbol, lebih dari

itu diyakini memiliki kekuatan yang luar biasa. Disamping itu, masyarakat dan

wisatawan dilarang melakukan perbuatan-perbuatan amoral atau kerusakan di

kawasan Galunggung dan sekitarnya. Sebagai contoh yaitu perbuatan merusak

hutan, sumber air, dan lingkungan pada umumnya. Keyakinan dan kepercayaan

ini secara turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi yang hidup di

sekitar Galunggung atau lebih dikenal dengan sebutan keturunan Galunggung.

Walalupun nilai-nilai kepercayaan seperti ini bukan merupakan sesuatu

yang bersifat ilmiah, atau bahkan bukan bersumber dari agama manapun. Namun

Page 69: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

52

memiliki relevansi dan manfaat bagi upaya menjalankan keseimbangan hidup

antara manusia dengan lingkungan alam di Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Hal ini sangat mendukung keberadaan obyek wisata supaya

keberadaannya berlangsung secara berkelanjutan

4.3 Letak Obyek Wisata Gunung Galunggung dalam Peta Pariwisata dan

Budaya Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: Data Informasi Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat, Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya

Gambar 2. Peta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya

Page 70: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

53

Gambar 2 menunjukkan peta pariwisata dan budaya Kabupaten

Tasikmalaya. Peta pariwisata dan budaya ini meyajikan 33 Kecamatan di

Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki potensi pariwisata dan budaya (lihat

lampiran). Setiap kecamatan dilengkapi dengan daftar obyek wisata atau budaya

yang terdapat di dalamnya. Pada Gambar 2, posisi Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung ditunjukkan oleh nomor 6 yang terletak di Desa Linggajati,

Kecamatan Sukaratu. Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung secara

astronomis terletak antara 7.250 LS - 7015’00” LS dan 108.0580 BT – 10803’30”

BT. Sedangkan secara geografis, Kecamatan Sukaratu yang memiliki luas

mencapai 3.361,104 Ha ini berbatasan dengan Kecamatan Cisayong (Utara),

Kecamatan Indihiang (Timur), Kecamatan Padakembang (Selatan), dan

Kabupaten Garut (Barat).

4.4 Produk Wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Produk wisata bukan saja merupakan produk yang nyata, akan tetapi

merupakan rangkaian produk (barang dan jasa) yang tidak hanya mempunyai

segi-segi yang bersifat ekonomis, namun juga bersifat sosial, psikologis, dan

alam. Produk wisata juga merupakan berbagai jasa dimana satu dengan lainnya

saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan pariwisata. Ada tiga aspek

penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para pengelola

atau pemasar dalam bidang kepariwisataan, yaitu: daya tarik wisata (attraction),

aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas (aminities).

4.4.1 Daya Tarik Wisata (Attraction)

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung merupakan salah satu obyek

wisata unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung mempunyai beberapa obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang

menarik minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata ini. ODTW yang

terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, yaitu: 1. Kolam renang air

panas yang meliputi kolam renang air panas alami, buatan, dan hydrotheraphy; 2.

Air Terjun Panoongan (Curug Panoongan); 3. Panorama alam (pemandangan

alam); dan 4. Kawah Galunggung. Gambar 3 menunjukkan persentase wisatawan

berdasarkan ODTW yang disukai di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Page 71: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

54

Gambar 3. Persentase Wisatawan Menurut Obyek dan Daya Tarik Wisata

Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 80 orang, mayoritas wisatawan

menyukai obyek dan daya tarik wisata (ODTW) kolam renang air panas

alami/buatan/hydortheraphy dan Kawah Galunggung dengan persentase yang

sama (35 persen). Dari hasil wawancara dengan wisatawan, hal ini karena dalam

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, para wisatawan

cenderung mengutamakan untuk menikmati kedua ODTW tersebut. Pada kolam

renang air panas alami/buatan/hydortheraphy terdapat pemandian air panas dan

pancuran dari sumber mata air yang dapat digunakan untuk relaksasi sambil

menikmati pemandangan yang masih alami. Selain itu, kolam renang air panas ini

dapat menyegarkan kondisi badan setelah bekerja atau berolahraga. Sedangkan

pada Kawah Galunggung, wisatawan dapat menikmati panorama indah yang

ditempuh dengan menaiki 620 anak tangga hingga di bibir kawah. Disamping itu,

di kawah ini wisatawan juga dapat memancing dengan tidak menggunakan jaring.

Menurut informan, di kawasan ini juga ada tempat-tempat keramat.

4.4.2 Aksesibilitas (Accessibility)

Topografi Gunung Galunggung yang termasuk wilayah Kecamatan

Sukaratu sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan tinggi 600-800 meter di

atas permukaan laut. Oleh karena itu, wilayah ini tergolong ke dalam daerah

beriklim pegunungan dengan suhu rata-rata berkisar 25º-30º C. Pola hujan di

wilayah ini juga dipengaruhi oleh keadaan ketinggian tempat dan topografi,

Page 72: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

55

sehingga rata-rata curah hujan setiap tahun paling rendah sekitar 1957 mm. Selain

itu, aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata melalui

berbagai media transportasi, darat, laut, dan udara. tersebut. Gambar 4

menunjukkan tofografi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung beserta jalur

wisata yang merupakan akses ke obyek wisata tersebut.

Sumber: Google Map

Gambar 4. Peta Jalur Wisata Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Page 73: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

56

Gambar 4 menunjukkan peta jalur wisata menuju Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung. Akses untuk mencapai Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung mempunyai tiga alternatif jalur wisata, yaitu: jalur Indihiang,

Singaparna, dan Bantar-Tawang Banteng. Ketiga jalur tersebut masing-masing

memiliki jarak tempuh yang berbeda, yaitu: (1) Jalur Indihiang sekitar 12 km; (2)

Jalur Singaparna sekitar 14 km; dan (3) Jalur Bantar-Tawang Banteng sekitar 17

km. Ketiganya dapat ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan

kendaraan roda dua dan roda empat. Gambar 5 menunjukkan persentase

wisatawan berdasarkan jalur wisata menuju Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung.

Gambar 5. Persentase Wisatawan Menurut Jalur Wisata

Gambar 5 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (60 persen)

menggunakan jalur wisata Indihiang untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Hal ini disebabkan oleh jarak jalur wisata Indihiang merupakan jalur

wisata terdekat untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Selain

itu, letak jalur wisata Indihiang juga cenderung lebih strategis dibandingkan jalur

wisata Singaparna dan Bantar-Tawang Banteng. Dari segi kualitas jalan saat ini,

jalur wisata Singaparna mempunyai kualitas jalan lebih baik dibandingkan jalur

wisata Indihiang dan Bantar-Tawang Banteng. Namun, sebagian besar wisatawan

menyatakan bahwa mereka cenderung tidak mengetahui jalan masuk untuk ke

jalur wisata Singaparna yang letaknya cenderung kurang strategis membuat

mereka tetap lebih memilih untuk menggunakan jalan di jalur wisata Indihiang.

Page 74: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

57

Meskipun kualitas jalan di jalur wisata Indihiang cenderung kurang memadai,

tetapi wisatawan mengakui bahwa mereka cukup nyaman menggunakan jalur ini.

Adapun wisatawan yang menggunakan jalur wisata Singaparna pada

umumnya adalah para wisatawan dengan frekuensi kunjungan tinggi. Mereka

telah mengetahui semua jalur wisata dan juga jarak tempuh serta kondisi jalan

untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Mereka lebih

mengutamakan kenyamanan dengan memilih kualitas jalan yang lebih memadai

dengan menggunakan jalur wisata Singaparna. Mereka berpendapat bahwa

meskipun jarak tempuh pada jalur wisata Singaparna lebih jauh daripada jalur

wisata Indihiang, tetapi karena jalan di jalur wisata Singaparna cenderung lebih

memadai, maka mereka tetap menggunakan jalur wisata Singaparna untuk menuju

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Selain itu, jenis alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung yaitu kendaraan pribadi, kendaraan umum

(angkutan kota dan angutan perbatasan) dan kendaraan umum (bis travel), serta

kendaraan dinas. Kendaraan pribadi yang digunakan berupa kendaraan roda dua

yaitu motor pribadi dan kendaraan roda empat yaitu mobil pribadi. Kendaraan

umum yang digunakan berupa angkutan kota (angkot) yang terdiri dari tiga trayek

yaitu trayek Singaparna-Galunggung, Indihiang-Galunggung, dan Bantar-

Galunggung. Selain angkutan kota, terdapat juga angkutan perbatasan yang

berjumlah sekitar 20 armada serta ojek. Jenis kendaraan umum lainnya yaitu bis

travel berupa bis yang dicarter oleh wisatawan tersebut untuk menuju Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung. Wisatawan yang menggunakan jasa

transportasi bis travel, biasanya mereka datang ke obyek wisata ini secara

rombongan. Disamping itu, juga terdapat kendaraan dinas berupa kendaraan yang

biasa digunakan sebagai kendaraan operasional. Wisatawan yang menggunakan

kendaraan dinas biasanya mereka datang ke Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung dalam rangka tugas/dinas/utusan instansi tertentu. Gambar 6

menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan jenis alat transportasi yang

digunakan untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Page 75: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

58

Gambar 6. Persentase Wisatawan Menurut Jenis Alat Transportasi

Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (80 persen)

menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Hal ini karena mereka lebih nyaman menggunakan kendaraan

pribadi untuk mengunjungi obyek wisata tersebut dibanding menggunakan jenis

alat transportasi lainnya. Kenyamanan yang dimaksud selain berupa fasilitas

kendaraan, juga menyangkut waktu kunjungan. Dengan menggunakan kendaraan

pribadi, mereka tidak harus terikat waktu operasional seperti halnya mereka

menggunakan kendaraan umum.

Selain itu, untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dapat

menggunakan kendaraan umum berupa angkutan kota dan bis travel. Untuk

angkutan kota terdapat tiga trayek yaitu Indihiang – Galunggung, Singaparna –

Galunggung, dan Bantar – Galunggung. Angkutan kota yang memiliki kapasitas

penumpang sekitar 14 orang ini biasanya memiliki jadwal keberangkatan setiap

dua jam, dimulai pukul 07.00 WIB sampai sekitar pukul 17.00 WIB. Sedangkan

untuk kendaraan umum bus travel biasanya digunakan wisatawan yang

berkunjung secara rombongan dengan dicarter terlebih dahulu. Meskipun Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung dapat diakses oleh transportasi umum, tetapi

persentase wisatawan yang menggunakan transportasi umum masih tergolong

rendah yaitu hanya 15 persen. Hal ini dikarenakan transportasi umum yang

menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung cenderung kurang memadai.

Selain itu, sebagian besar wisatawan menyatakan bahwa mereka cenderung tidak

mengetahui jadwal keberangkatan angkutan umum trayek tersebut.

Page 76: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

59

4.4.3 Fasilitas (Aminities)

Fasilitas (aminities) adalah berbagai fasilitas yang dapat memberikan

kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama mereka melakukan

perjalanan wisata di suatu daerah tujuan wisata. Fasilitas utama yang terdapat di

Obyek Wisata Alam antara lain: bak rendam air panas, ruang ganti pakaian, area

parkir, wisma tempat beristirahat, tempat beribadah (musholla dan mesjid), kamar

mandi (WC), area bermain, saung rangon, panggung hiburan, wartel, dan area

berkemah (camping ground). Dari keseluruhan fasilitas, terdapat lima fasilitas

utama yang paling sering digunakan oleh wisatawan di obyek wisata ini yaitu area

parkir, bak rendam air panas, tempat beribadah, area bermain, dan saung rangon.

Gambar 7 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan fasilitas utama yang

sering digunakan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Gambar 7. Persentase Wisatawan Menurut Fasilitas Utama

Gambar 7 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (80 persen) memilih

area parkir sebagai fasilitas utama yang paling sering digunakan di Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa

sebesar 80 persen wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung menggunakan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, mereka

menggunakan fasilitas area parkir untuk menyimpan kendaraan mereka selama

mereka berada di kawasan obyek wisata.

Page 77: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

60

Selain itu, terdapat fasilitas pendukung lainnya yang mendukung

kelancaran pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galungung. Fasilitas

pendukung dalam penelitian ini berupa gerai souvenir/gerai oleh-oleh, fasilitas

makan, sarana dan prasarana komunikasi, sikap masyarakat sekitar kawasan

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung (termasuk para pedagang dan

pengelola) terhadap para wisatawan. Dalam penggunaan fasilitas, wisatawan

menggunakan fasilitas secara aman. Aman yang termasuk ke dalam unsur sapta

pesona merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana tenang

dan rasa tenteram bagi wisatawan (Muljadi, 2009). Artinya, mereka menggunakan

fasilitas secara aman tanpa gannguan teknis maupun gangguan lainnya karena

fasilitas tersebut terpelihara dengan baik. Gambar 8 menunjukkan persentase

wisatawan berdasarkan pembelian souvenir (oleh-oleh) pada gerai souvenir (oleh-

oleh) di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Gambar 8. Persentase Wisatawan Menurut Pembelian Souvenir (Oleh-oleh)

Gambar 8 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (62,5 persen)

membeli souvenir ketika mereka berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembelian souvenir di Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung masih rendah. Hal ini dikarenakan keberadaan

gerai souvenir cenderung kurang memadai dan masih kurang penataan. Selain itu,

belum adanya souvenir yang benar-benar khas obyek wisata ini.

Pada umumnya, kelompok wisatawan yang tidak membeli souvenir (oleh-

oleh) di obyek wisata ini adalah wisatawan yang berasal dari Tasikmalaya yang

mempunyai frekuensi tinggi dalam mengunjungi obyek wisata ini. Adapun

Page 78: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

61

wisatawan yang membeli souvenir ini sebagian besar berasal dari luar

Tasikmalaya yang memang sengaja membeli souvenir untuk keluarga

(saudara)/teman/rekan kerja mereka di daerah asal mereka sebagai kenang-

kenangan. Biasanya mereka membeli souvenir berupa kerajinan khas Tasikmalaya

yang terdapat di obyek wisata ini dengan alasan agar lebih praktis dan efisiensi

waktu dalam berwisata karena mereka tidak memungkinkan untuk berkunjung

atau sekedar mampir ke tempat lainnya. Selain itu, wisatawan yang membeli

souvenir yang berasal dari Tasikmalaya, biasanya membeli oleh-oleh berupa

sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya untuk konsumsi mereka

dan keluarga. Selanjutnya pada Gambar 9 menunjukkan persentase wisatawan

berdasarkan penggunaan fasilitas dan pemenuhan kebutuhan makan di Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung.

Gambar 9. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan Pemenuhan

Kebutuhan Makan

Gambar 9 menunjukkan sebanyak 77,5 persen wisatawan menggunakan

fasilitas makan dan menyatakan bahwa kebutuhan makannya terpenuhi selama

mereka berada di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Persentase tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan makan wisatawan di Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung adalah tinggi. Tingginya tingkat pemenuhan

kebutuhan makan wisatawan karena mereka ingin mencoba berbagai makanan

khas obyek wisata ini. Dari hasil wawancara di lapangan dengan wisatawan,

wisatawan menyatakan bahwa seringkali mereka belum makan pada saat mereka

berangkat. Disamping itu, meskipun mereka sudah makan terlebih dahulu

sebelum berangkat, tetapi pada saat mereka tiba di obyek wisata ini telah masuk

Page 79: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

62

jam makan. Selanjutnya pada Gambar 10 menunjukkan persentase wisatawan

berdasarkan penggunaan fasilitas dan pemenuhan kebutuhan komunikasi di

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Gambar 10. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan Pemenuhan

Kebutuhan Komunikasi

Gambar 10 menunjukkan bahwa sebanyak 82,5 persen wisatawan

memiliki kecenderungan untuk menggunakan fasilitas komunikasi. Selain itu,

para wisatawan juga menyatakan bahwa kebutuhan komunikasinya terpenuhi

selama mereka berada di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Persentase

tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan komunikasi

wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung tinggi. Tingginya tingkat

pemenuhan kebutuhan komunikasi wisatawan karena Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung telah dilengkapi fasilitas komunikasi yang mendukung

kelancaran komunikasi orang-orang yang berada di obyek wisata ini.

Pengelola telah menyediakan fasilitas komunikasi untuk mendukung

kelancaran komunikasi. Dari hasil wawancara di lapangan, mayoritas wisatawan

membawa telepon seluler ke obyek wisata ini. Pihak pengelola yang bekerjasama

dengan pihak provider seluler telah membangun tower komunikasi dengan

berbagai provider. Meskipun telah dibangun beberapa tower, namun masih ada

wisatawan yang mengeluhkan kualitas sinyal yang cenderung kurang baik dari

provider tertentu yang mereka pakai. Selain itu, dari hasil observasi di lapangan

juga terdapat jasa wartel sebagai alternatif fasilitas komunikasi. Walaupun saat ini

wartel sudah jarang digunakan, tetapi keberadaannya tetap dijaga untuk

Page 80: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

63

penggunaan darurat jika wisatawan tidak membawa telepon seluler atau mereka

yang membawa telepon seluler tetapi kesulitan sinyal/habis baterai. Selanjutnya

pada Gambar 11 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan kesan mereka

terhadap sikap warga/masyarakat sekitar (termasuk para pedagang dan pengelola).

Gambar 11. Persentase Wisatawan Menurut Kesan terhadap Sikap Warga

Gambar 11 menunjukkan bahwa sebanyak 98,8 persen wisatawan

menyatakan bahwa warga sekitar Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

bersikap ramah. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kesan wisatawan

terhadap sikap warga sekitar Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung adalah

positif. Hal ini karena pada umumnya warga/masyarakat Sunda sudah terkenal

dengan keramah-tamahannya, apalagi di obyek wisata seperti ini harus lebih

ramah. Selain untuk menarik minat wisatawan untuk datang ke Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung juga supaya memberi kesan positif terhadap warga

Tasikmalaya pada umumnya. Ramah-tamah yang merupakan unsur sapta pesona

ini adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam pergaulan, hormat dan

sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa, suka memberikan

pelayanan, dan ringan kaki untuk membantu tanpa pamrih, baik yang diberikan

oleh petugas/aparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisata yang secara

langsung melayaninya (Muljadi, 2009). Sehingga, setelah mengunjungi Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung, wisatawan memiliki kenangan positif. Dari

hasil wawancara dengan wisatawan, mereka menyatakan bahwa mereka akan

berkunjung ulang ke obyek wisata ini atau mengunjungi obyek wisata lainnya

Page 81: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

64

yang terdapat di Tasikmalaya karena kenangan keramah-tamahan

warga/masyarakat sekitar obyek wisata pada kunjungan sebelumnya.

Selain itu, kondisi sarana dan prasarana lainnya yang ikut mendukung

kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yaitu keadaan

sosial ekonomi dan keadaan sosial budaya. Dalam penelitian ini, keadaan sosial

ekonomi yang ditinjau terdiri dari mata pencaharian warga dan sarana penunjang

perekonomian. Sedangkan, keadaan sosial budaya yang ditinjau mencakup bidang

kesenian dan budaya, kesehatan, olahraga, serta keagamaan.

Keadaan sosial ekonomi yang ditinjau terdiri dari mata pencaharian warga

dan sarana penunjang perekonomian. Pada mata pencaharian warga, wilayah

Gunung Galunggung yang termasuk Kecamatan Sukaratu ditunjang dengan

keadaan alam yang potensial sebagai wilayah pertanian berpengaruh terhadap

mata pencahrian warga. Keadaan ini sangat berpengaruh pada kehidupan sosial

ekonomi masyarakat. Tabel 2 menunjukkan persentase warga sekitar Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung berdasarkan mata pencahariannya.

Tabel 2. Persentase Warga Menurut Mata Pencahariannya

No. Jenis Mata Pencaharian Persentase (%)

1. Petani Pemilik 35,0

2. Petani Penggarap 25,0

3. Buruh Tani 18,0

4. Peternak 2,0

5. Pedagang 15,0

6. Pegawai Negeri Sipil 0,2

7. TNI/POLRI 0,1

8. Pensiunan Sipil 0,2

9. Purnawirawan 0,1

10. Lain-lain 0,4

Total 100,0

Sumber: Dokumentasi Profil Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, 2010

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa mata pencaharian utama warga

Kecamatan Sukaratu adalah bidang pertanian dengan persentase sebesar 68 persen

yang terdiri dari: 35 persen petani pemilik, 25 persen petani penggarap, dan 18

persen buruh tani. Mata pencaharian mayoritas kedua adalah sektor perdagangan

dengan persentase 15 persen penduduk bermata pencaharian pedagang.

Page 82: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

65

Penduduk yang bermata pencaharian pedagang sebagian besar

menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung dengan menetap menjadi pedagang. Menurut hasil wawancara

dengan pedagang, mereka menyatakan bahwa seringkali mereka didukung oleh

penduduk yang bekerja di sektor pertanian dengan menjual hasil pertanian kepada

para wisatawan. Jenis hasil pertanian yang biasa dijual kepada wisatawan berupa

sayuran dan buah-buahan. Selain itu, para pedagang di Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung mempunyai jam kerja yang terjadwal mengikuti jam

operasional obyek wisata tersebut, yaitu mulai dari pukul 07.00 sampai dengan

17.00 WIB.

Selanjutnya, untuk menunjang kegiatan warga dan wisatawan, di

Kecamatan Sukaratu juga tersedia berbagai sarana penunjang. Pada Tabel 3

diketahui jumlah sarana penunjang masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan

Sukaratu berdasarkan jenis penunjang perekonomian.

Tabel 3. Jumlah Sarana Penunjang Masyarakat Menurut Jenis Penunjang

Perekonomian

No. Sarana Penunjang Perekonomian Jumlah

1. Toko/Warung 128

2. Koperasi Berbadan Hukum 1

3. Koperasi Belum Berbadan Hukum 8

4. Photo Copy 4

5. Sewa Alat Pesta 4

6. Salon/Gunting Rambut 14

7. Photo Studio 2

8. Reparasi Elektro 18

9. Huller 53

10. Bengkel Kendaraan 36

11. Terminal Angkutan 1 Sumber: Dokumentasi Profil Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, 2010

Pada Tabel 3 diketahui bahwa sarana penunjang perdagangan dan

pertanian merupakan sarana penunjang perekonomian masyarakat dengan jumlah

paling banyak. Sarana perdagangan mempunyai jumlah yang jauh lebih banyak

daripada sarana lainnya yaitu sebanyak 128 toko/warung. Kondisi ini sesuai

dengan mata pencaharian utama warga sebagai pedangang. Sarana perdagangan

ini mendukung kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Adapun sarana penunjang transportasi cenderung masih kurang memadai, yaitu

Page 83: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

66

hanya terdapat satu terminal angkutan tanpa halte/shelter yang tertib dan belum

terdapat stasiun KA. Selain itu, sarana perbankan seperti atm dan money charger,

juga belum tersedia. Padahal keberadaannya sangat dibutuhkan para wisatawan

dan dapat memperlancar mereka untuk melakukan kegiatan wisata di kawasan

obyek wisata.

Keadaan sosial budaya yang ditinjau dalam penelitian ini terdiri dari

bidang kesenian dan budaya, kesehatan, olahraga, serta keagamaan. Pada bidang

kesenian dan budaya, di Kecamatan Sukaratu terdapat berbagai jenis kesenian asli

daerah. Dari data sekunder yang didapatkan, sampai saat ini terdapat tujuh jenis

kesenian daerah yang masih ada di Kecamatan Sukaratu. Ketujuh kesenian

tersebut yaitu: Wayang Golek, Reog, Qasidah, Calung, Angklung, Kliningan, dan

Pong Dut (Jaipong Dangdut). Pada Tabel 4 dapat diidentifikasi berapa jumlah

kesenian daerah yang terdapat di wilayah Kecamatan Sukaratu menurut jenis

beserta lokasi Desa kesenian.

Tabel 4. Jumlah Kesenian Daerah Menurut Jenis Kesenian dan Lokasi Desa di

Kecamatan Sukaratu

No. Kesenian Jumlah Keterangan Tempat

1. Wayang Golek 1 Desa Sinagar

2. Reog 5 Tidak ada keterangan

3. Qasidah 12 Di setiap desa

4. Calung 1 Desa Tawang Banteng

5. Pong Dut 1 Desa Sinagar

Sumber: Dokumentasi Profil Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, 2010

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa Qasidah yaitu jenis kesenian

yang merupakan jumlah paling banyak yang terdapat di setiap desa di Kecamatan

Sukaratu. Qasidah merupakan jenis kesenian yang berasal dari suatu ajaran agama

yaitu Islam. Hal ini menunjukkan bahwa di Kecamatan Sukaratu mayoritas

penduduknya masih memegang ajaran agama Islam dan melestarikan

kesenian/budaya dalam ajaran tersebut.

Potensi ketujuh kesenian yang terdapat di Kecamatan Sukaratu tersebut

mendapat dukungan dari Pemerintah setempat. Menurut salah satu informan, hal

ini dimaksudkan agar ketujuh kesenian tersebut bisa menjadi daya tarik wisata

(attraction) yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Obyek

Page 84: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

67

Wisata Alam Gunung Galunggung. Dengan adanya pertunjukan kesenian di

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, juga menjadi nilai tambah (value

added) pada obyek wisata tersebut. Hal ini dikarenakan potensi kesenian ini

termasuk unik dan langka karena tidak terdapat di daerah lain atau disajikan

dalam bentuk yang berbeda yang lebih menarik. Dengan menampilkan berbagai

kesenian di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, selain dapat menikmati

obyek dan daya tarik wisata alamnya, wisatawan juga dapat menikmati obyek dan

daya tarik wisata budayanya yang berupa pertunjukan kesenian. Wisatawan

memiliki pengalaman berbeda dalam berwisata dan diharapkan mampu

menambah frekuensi kedatangannya.

Selain kesenian dan budaya, keadaan sosial budaya di Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung juga didukung oleh bidang kesehatan, olahraga, serta

keagamaan. Jenis sarana kesehatan di sekitar kawasan obyek wisata cenderung

kurang memadai. Sarana kesehatan umumnya dibutuhkan wisatawan dalam

keadaan darurat berupa puskesmas, praktek dokter, ambulance dan balai

pengobatan swasta terdapat di kawasan ini dengan jumlah yang terbilang masih

terbatas. Jenis sarana lainnya yaitu sarana olahraga olahraga berupa lapangan

sepak bola, lapangan voli, GOR bulu tangkis, dan lapangan tenis meja. Sarana

olahraga ini dapat menunjang kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Disamping itu, terdapat sarana keagamaan berupa mesjid, langgar,

dan musholla. Lokasi tempat peribadatan yang strategis memudahkan para

wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung untuk

menggunakan fasilitas tersebut.

4.5 Karakteristik Wisatawan

Selain gambaran umum mengenai sejarah kawasan, nilai-nilai

kepercayaan, letak kawasan, dan produk wisata di Obyek Wisata Alam Gunung

galunggung, juga dibahas mengenai karakteristik wisatawan yang berkaitan

dengan obyek wisata tersebut. Profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik

dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda yang berkaitan dengan kebiasaan,

permintaan, dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Penting untuk

mengerti profil wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan

Page 85: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

68

perjalanan mereka dan untuk menyusun program promosi yang efektif

(Marpaung, 2002). Karakteristik wisatawan yang ditinjau dalam penelitian yang

dilakukan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung meliputi asal daerah, jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, dan

frekuensi kunjungan. Tabel 5 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan

karakteristiknya.

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Karakteristik Wisatawan

Karakterisitik Wisatawan Kategori Wisatawan (N=80)

Jumlah %

Asal Daerah

1. Tasikmalaya 52 65,0

2. Luar Tasikmalaya 28 35,0

Jenis Kelamin

1. Perempuan 36 45,0

2. Laki-laki 44 55,0

Umur

1. Muda 60 75,0

2. Dewasa 12 15,0

3. Tua 8 10,0

Tingkat Pendidikan

1. Rendah 4 5,0

2. Sedang 32 40,0

3. Tinggi 44 55,0

Jenis Pekerjaan

1. PNS 10 12,5

2. Pegawai Swasta 8 10,0

3. Wirausaha 9 11,3

4. Pedagang 4 5,0

5. Pelajar 16 20,0

6. Mahasiswa 27 33,8

7. Petani 4 5,0

8. Lainnya 2 2,5

Frekuensi Kunjungan

1. Rendah 48 60,0

2. Sedang 20 25,0

3. Tinggi 12 15,0

Tabel 5 menunjukkan bahwa karakteristik asal daerah wisatawan berasal

dari Tasikmalaya dan luar Tasikmalaya. Sebanyak 65 persen wisatawan yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berasal dari Tasikmalaya.

Jumlah ini menunjukkan bahwa wisatawan yang berasal dari Tasikmalaya (65

persen) lebih dominan daripada yang berasal dari luar Tasikmalaya (35 persen)

sebagai pelaku wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Adapun asal

daerah wisatawan yang berasal dari luar Tasikmalaya, yaitu dari Ciamis, Banjar,

Bandung, Garut, Cirebon, Bogor, Jakarta, Sumedang, Subang, Cilacap, Solo,

Cianjur, Karawang, Kuningan, dan Jember.

Page 86: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

69

Selain itu, pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebesar 75 persen wisatawan

yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung termasuk kelompok

usia muda antara 16 sampai 30 tahun. Adapun jenis kelamin wisatawan tersebut

menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (55 persen) yang mengunjungi Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung berjenis kelamin laki-laki. Hal ini

menunjukkan bahwa lebih banyak wisatawan laki-laki daripada perempuan

sebagai pelaku wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Artinya minat

laki-laki terhadap wisata alam lebih besar daripada perempuan.

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (55 persen) yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung termasuk kategori tingkat

pendidikan tinggi. Kategori tingkat pendidikan tinggi ini sesuai dengan kategori

jenis pekerjaan wisatawan dalam penelitian ini yang mayoritas sebagai mahasiswa

(33,8 persen) dan pelajar (20 persen). Hal ini disebabkan oleh waktu luang mereka

untuk melakukan kunjungan bertepatan dengan waktu liburan panjang semester

pada kuliah mereka yang pada umumnya berlangsung di bulan Juni, Juli, dan

Agustus. Karena wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung merupakan

golongan terpelajar, maka mereka menunjukkan kecenderungan perilaku wisata

yang positif selama berada di kawasan wisata.

Tabel 5 juga menunjukkan mayoritas wisatawan (60 persen) memiliki

frekuensi kunjungan rendah ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Kunjungan wisatawan ke obyek wisata ini baru berkisar satu sampai empat kali

kunjungan. Menurut hasil wawancara, hal ini disebabkan kecenderungan

wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata yang berbeda di setiap waktu liburan

mereka. Selain itu, menurut observasi masih belum memadainya sarana dan

prasarana utama maupun penunjang di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

juga ikut andil menjadi penyebab frekuensi kunjungan wisatawan rendah untuk

berkunjung ke obyek wisata ini.

Page 87: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

70

BAB V

TERPAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

Terpaan komunikasi pemasaran dalam aspek pariwisata di Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung adalah keadaan dimana wisatawan berinteraksi dengan

berbagai bentuk pesan komunikasi pemasaran obyek wisata tersebut. Hal ini

berarti keadaan dimana wisatawan menerima berbagai informasi dari bentuk

komunikasi, pemasaran baik yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun pihak

diluar pengelola. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk komunikasi

pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola dan diluar komunikasi pemasaran

yang terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung beserta terpaannya

serta kemudahan mengakses informasi. Untuk komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh pihak pengelola meliputi periklanan, komunikasi di tempat

pembelian, promosi penjualan, pemasaran sponsorship, publisitas, dan pemasaran

dari mulut ke mulut, sedangkan untuk diluar komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh pihak pengelola berupa informasi yang berasal dari teman/

keluarga (saudara)/ rekan kerja/ masyarakat setempat.

5.1 Terpaan Komunikasi Pemasaran Oleh Pihak Pengelola

Terpaan komunikasi pemasaran oleh pihak pengelola adalah keadaan

dimana wisatawan menerima berbagai informasi dari bentuk komunikasi

pemasaran dengan berbagai saluran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung. Tabel 6 menunjukkan jumlah dan persentase

wisatawan berdasarkan terpaan komunikasi pemasaran.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Komunikasi

Pemasaran

Terpaan Komunikasi Pemasaran Jumlah Persentase (%)

Rendah 25 31,3

Tinggi 55 68,8

Total 80 100,0

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (68,8 persen) yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mendapat terpaan

Page 88: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

71

komunikasi pemasaran yang tinggi. Tingginya terpaan komunikasi pemasaran

menandakan bahwa wisatawan menerima terpaan dari berbagai bentuk

komunikasi pemasaran yang berasal dari periklanan, komunikasi di obyek wisata,

promosi penjualan, pemasaran sponsorship, publisitas, dan pemasaran dari mulut

ke mulut. Berikut akan dijelaskan mengenai keenam bentuk komunikasi

pemasaran.

5.1.1 Terpaan Periklanan (Advertising)

Periklanan yaitu bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari

komunikasi massa melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain

(billboards, internet, dan sebagainya). Terpaan periklanan adalah keadaan dimana

wisatawan menerima informasi dari periklanan. Jumlah dan persentase wisatawan

berdasarkan terpaan periklanan disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Periklanan

Terpaan Periklanan Jumlah Persentase (%)

Rendah 25 31,3

Tinggi 55 68,8

Total 80 100,0

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 68,8 persen wisatawan yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mendapat terpaan

periklanan yang tinggi. Tingginya terpaan periklanan karena mudahnya

wisatawan untuk mengakses media informasi periklanan. Media informasi

periklanan yang dimaksud berasal dari buku panduan wisata, spanduk, poster,

baliho, pamflet, brosur, internet, billboards, televisi, dan radio.

Jumlah terpaan tertinggi pada bentuk periklanan berasal dari buku

panduan wisata. Sebesar 61 persen wisatawan mendapat terpaan mengenai Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung dari buku panduan wisata. Buku panduan

wisata memuat informasi mengenai pariwisata dan budaya di Kabupaten

Tasikmalaya. Informasi di dalamnya berisi pesona wisata Kabupaten Tasikmalaya

yang dilengkapi dengan peta pariwisata dan budaya, data kesenian dan sanggar

seni, data situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan, data rumah makan dan

penginapan, serta kalender pariwisata. Meskipun isi buku terkadang tidak sering

Page 89: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

72

dilakukan revisi, tetapi secara umum informasinya masih lengkap dan tetap

dibutuhkan oleh wisatawan.

Selain dari buku panduan wisata, sebesar 60 persen wisatawan mendapat

terpaan dari poster/spanduk/baliho/pamflet/brosur yang memuat berbagai

informasi umum Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa informasi

obyek dan daya tarik wisata (ODTW). Selain informasi umum, informasi lain

yang secara khusus tentang berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di Gunung

Galunggung (kegiatan cinta lingkungan, sosial, seni budaya dan kegiatan hiburan

pendukung, peringatan hari bersejarah, serta kunjungan wisata) juga diberitakan.

Informasi pada media komunikasi tersebut memuat tentang jenis kegiatan, waktu,

dan tempat pelaksanaan. Selain itu, pada kegiatan peringatan hari bersejarah

sering diadakan berbagai lomba atau pameran tertentu (pameran wisata dan

lingkungan hidup), biasanya dicantumkan juga tempat dan biaya pendaftaran,

serta contact person penyelengara kegiatan tersebut.

Informasi lain dalam bentuk periklanan didapat dari internet. Sebesar 59

persen wisatawan mendapat terpaan mengenai Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung dari internet. Wisatawan menerima informasi baik dari situs resmi

yang dikelola pemerintah maupun dari situs lainnya yang berisi segala sesuatu

yang berhubungan dengan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Salah satu

situs resmi Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya yang dapat diakses oleh

wisatawan adalah www.tasikmalayakab.go.id. Informasi dalam situs ini cukup

lengkap meskipun tidak terlalu up to date. Selain itu, wisatawan yang menerima

informasi mengenai Gunung Galunggung dari internet mengatakan bahwa mereka

menerima informasi tersebut dengan mengakses di mesin pencari google dengan

memasukkan kata kunci tertentu yang ingin diketahui. Dengan media internet ini,

kelebihannya yaitu dapat diakses oleh wisatawan kapan saja dan dimana saja.

Sebagai contoh, wisatawan menggunakan internet sebagai sumber informasi pada

waktu mereka liburan sebelum mereka berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Disamping itu, mereka dapat menggunakan layanan google map atau google earth

sebagai petunjuk. Hal ini untuk memudahkan mencapai tujuan wisata bagi

wisatawan dari luar Tasikmalaya yang melakukan perjalanan wisata pertama ke

Page 90: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

73

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yang tidak ditemani oleh keluarga

(saudara) /teman yang berasal dari Tasikmalaya,

Hanya 26 persen wisatawan yang mendapat terpaan mengenai obyek

wisata tersebut dari billboards. Hal ini karena keberadaan billboards yang

jumlahnya masih kurang. Di jalan-jalan Kabupaten/Kota Tasikmalaya belum

banyak terdapat billboards, keberadaannya masih terbatas. Disamping itu, dalam

billboards tersebut belum mempromosikan obyek wisata secara khusus untuk satu

obyek wisata, tetapi masih berupa informasi umum dari gabungan beberapa obyek

wisata di Tasikmalaya.

Selain itu, wisatawan mendapat terpaan mengenai Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung dan kegiatan-kegiatan yang akan diselengarakan di

dalamnya dari siaran radio lokal milik pemerintah atau swasta dan siaran televisi

lokal. Sebesar 35 persen wisatawan mendapat terpaan dari siaran radio lokal milik

pemerintah yang disiarkan oleh radio siaran pemerintah daerah (RSPD) atau

siaran radio milik swasta oleh Martha FM. Disamping itu, hanya 17,5 persen

wisatawan yang mendapat terpaan dari siaran televisi lokal yang ditayangkan pada

Taz TV. Pembahasan selanjutnya mengenai siaran radio lokal milik pemerintah

atau swasta dan siaran televisi lokal, akan dibahas pada terpaan publisitas.

5.1.2 Terpaan Komunikasi di Tempat Pembelian (Point-of-purchase

communication)

Komunikasi di tempat pembelian merupakan bentuk komunikasi

pemasaran yang menggunakan peraga, poster, tanda, dan berbagai materi lain

yang didesain untuk mempengaruhi keputusan untuk membeli. Dalam hal ini,

terpaan komunikasi di tempat pembelian berarti komunikasi di obyek wisata.

Terpaan komunikasi di obyek wisata adalah keadaan dimana wisatawan menerima

informasi pada saat mereka berada di obyek wisata. Tabel 8 menunjukkan jumlah

dan persentase wisatawan berdasarkan terpaan komunikasi di obyek wisata.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Komunikasi di

Obyek Wisata

Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata Jumlah Persentase (%)

Rendah 16 20,0

Tinggi 64 80,0

Total 80 100,0

Page 91: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

74

Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (80 persen) yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mendapat terpaan

komunikasi di obyek wisata yang tinggi. Tingginya terpaan komunikasi di obyek

wisata karena wisatawan mendapat terpaan yang berasal dari informasi yang

berada pada gerbang pembelian tiket, pusat informasi, pusat media, dan di dalam

kawasan obyek wisata. Informasi ini disajikan dalam media cetak (brosur, stiker,

pamplet, booklet, buku panduan wisata) dan media elektronik (pengeras suara dan

pemutaran film). Selanjutnya, informasi tersebut juga disajikan dalam media

komunikasi lainnya yang terdapat di dalam kawasan Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung, seperti: poster, spanduk, baliho, peta kawasan wisata, peta jalur,

papan informasi, papan penunjuk arah, papan interpretasi, papan peringatan, serta

papan himbauan yang memuat tentang kepedulian terhadap lingkungan.

Sebesar 91 persen wisatawan mendapat terpaan mengenai Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung pada gerbang pembelian tiket. Persentase ini

merupakan terpaan tertinggi pada bentuk komunikasi di obyek wisata. Selain

melakukan transaksi pembelian tiket, wisatawan juga biasanya mendapat

penjelasan dari pihak pengelola obyek wisata dan melalui media yang mereka

bagikan, seperti: brosur, stiker, pamflet, booklet, poster, dan buku panduan wisata.

Gambar 12. Gerbang Pembelian Tiket Masuk

Page 92: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

75

Selain di gerbang pembelian tiket, sebesar 85 persen wisatawan juga

mendapat terpaan mengenai Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung di dalam

obyek wisata tersebut. Di dalam obyek wisata ini terdapat berbagai media

komunikasi yang dapat digunakan wisatawan sebagai sumber informasi. Sebesar

97,5 persen wisatawan membaca papan peringatan. Papan peringatan ini berisi

informasi mengenai peringatan umum, seperti peringatan tentang durasi berenang

atau berendam di kolam pemandian air panas atau di bak rendam air panas.

Wisatawan dianjurkan untuk berenang atau berendam tidak lebih dari lima belas

menit. Contoh lainnya yaitu papan peringatan yang memuat tentang anjuran untuk

membimbing anak-anak pada saat menaiki atau menuruni 620 buah anak tangga

menuju kawah, mendampingi anak-anak pada saat berenang maupun berendam,

serta peringatan untuk tidak menggunakan sampo dan sabun pada saat berendam.

Disamping itu, sebesar 88,8 persen wisatawan membaca papan himbauan yang

memuat kepedulian lingkungan. Papan ini memuat kepedulian lingkungan yang

berisi himbauan mengenai pesan-pesan cinta lingkungan atau kepedulian

lingkungan. Sebagai contoh adalah himbauan untuk membuang sampah pada

tempatnya, tidak mencorat-coret fasilitas, tidak merokok, dan tidak menebang

pohon di kawasan Gunung Galunggung.

Gambar 13. Papan Peringatan dan Himbauan Bagi Para Pengunjung

Page 93: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

76

Selain itu, sebesar 87,5 persen wisatawan membaca peta kawasan

wisata/peta jalur/papan informasi/papan petunjuk arah/papan interpretasi selama

mereka berada di dalam kawasan obyek wisata tersebut. Peta kawasan wisata

memuat informasi mengenai Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang

terdapat di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, sehingga

wisatawan dapat memprioritaskan obyek wisata yang akan dikunjungi. Selain itu,

terdapat jenis peta lainnya berupa peta jalur memuat informasi mengenai jalur

untuk mencapai ODTW di kawasan obyek wisata. Bentuk media komunikasi lain

berupa papan informasi yang memuat informasi ODTW beserta fasilitas yang

terdapat di dalamnya. Sebagai contoh di ODTW kolam renang air panas terdapat

dua jenis kolam renang (kolam renang air panas alami dan buatan), bak rendam

air panas, ruang ganti pakaian, kamar mandi (WC), dan saung rangon. Dengan

adanya papan informasi tersebut, wisatawan dapat memperkirakan apa saja yang

akan mereka lakukan dan juga mempersiapkan barang yang dibutuhkan.

Disamping itu, terdapat juga papan informasi yang memuat pemberitahuan

tentang jam operasional obyek wisata. Di kawasan obyek wisata juga terdapat

papan petunjuk arah yang biasanya terletak di persimpangan jalan. Papan ini

berupa petunjuk yang memuat informasi arah obyek wisata. Selain itu, terdapat

papan interpretasi yang memuat penjelasan mengenai suatu ODTW berupa

penjelasan mengenai nama obyek wisata, sejarah kawasan, tanggal peresmian, dan

lain-lain. Contohnya penjelasan mengenai kawah yang ditempuh oleh 620 anak

tangga, asal usul Curug Panoongan, dan tanggal peresmian terowongan kawah

Galunggung. Berbagai media komunikasi tersebut mampu menarik perhatian

wisatawan untuk mengetahui informasi yang terdapat di dalamnya.

Gambar 14. Papan Petunjuk Arah

Page 94: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

77

5.1.3 Terpaan Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Terpaan promosi penjualan adalah keadaan dimana wisatawan menerima

informasi dari promosi penjualan. Bentuk promosi penjualan yang terdapat di

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa pemberian potongan harga tiket

masuk bagi orang/rombongan dalam jumlah banyak. Bentuk lainnya berupa tiket

gratis ke obyek wisata tertentu setelah membeli tiket masuk obyek wisata lainnya.

Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan terpaan promosi penjualan

disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Promosi Penjualan

Terpaan Promosi Penjualan Jumlah Persentase (%)

Rendah 46 57,5

Tinggi 34 42,5

Total 80 100,0

Dari Tabel 9 dapat diidentifikasi bahwa mayoritas wisatawan (57,5 persen)

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mendapat terpaan promosi penjualan

yang rendah. Rendahnya tingkat terpaan promosi penjualan disebabkan karena

kurangnya sosialisasi harga tiket masuk yang terdapat di obyek wisata tersebut.

Sebesar 46 persen wisatawan mengetahui adanya bonus berupa potongan harga

untuk tiket masuk bagi jumlah orang/rombongan tertentu. Menurut sebagian besar

wisatawan, meskipun mereka mengetahui adanya potongan harga, namun mereka

tidak mau repot untuk berdebat soal harga. Mereka tidak mempermasalahkan

harga yang berlaku di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Harga yang

ditetapkan sudah sesuai dengan nilai jual obyek dan daya tarik yang tersedia.

Gambar 15. Harga Tiket Masuk Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Page 95: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

78

Bentuk bonus lainnya yaitu berupa tiket masuk gratis ke obyek wisata

tertentu setelah membeli tiket masuk ke obyek wisata lainnya. Sebesar 64 persen

wisatawan mengetahui adanya gratis masuk ke obyek wisata tertentu setelah

membeli tiket ke suatu obyek wisata. Salah satu contohnya adalah dengan

membeli tiket ke obyek wisata kolam renang air panas hydrotheraphy, wisatawan

dapat mengunjungi obyek wisata Curug Panoongan tanpa biaya tambahan lagi.

5.1.4 Terpaan Pemasaran Sponsorship (Sponsorship Marketing)

Terpaan pemasaran sponsorship adalah keadaan dimana wisatawan

menerima informasi dari pemasaran sponsorship dalam event-event tertentu.

Bentuk pemasaran sponsorship berupa kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan

oleh pemerintah yang berkolaborasi dengan pihak lain. Jenis kegiatan yang

diselenggarakan meliputi kegiatan cinta lingkungan, sosial, seni budaya dan

hiburan pendukung, peringatan hari-hari bersejarah, serta kunjungan wisata. Tabel

10 menunjukkan jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan terpaan

pemasaran sponsorship.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Pemasaran

Sponsorship

Terpaan Pemasaran Sponsorship Jumlah Persentase (%)

Rendah 27 33,8

Tinggi 53 66,3

Total 80 100,0

Tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (66 persen) mendapat

terpaan pemasaran sponsorship yang tinggi. Tingginya terpaan pemasaran

sponsorship karena wisatawan mendapat terpaan dari pihak pengelola yang

bekerjasama dengan pihak lainnya dalam menyelenggarakan suatu kegiatan. Hal

ini berarti wisatawan menerima informasi yang berasal dari pemasaran

sponsorship melalui penyelengaraan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

cinta lingkungan, sosial, seni budaya dan hiburan pendukung lain, peringatan hari-

hari bersejarah, serta kunjungan wisata.

Sebesar 69 persen wisatawan mendapat terpaan mengenai kegiatan aksi

cinta lingkungan. Salah satu contoh kegiatan yang berhubungan dengan aksi cinta

lingkungan adalah kegiatan penanaman sejuta pohon di sekitar Gunung

Page 96: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

79

Galunggung. Contoh lainnya adalah pameran lingkungan hidup yang baru-baru ini

diadakan pada tahun 2010 dalam acara The Memory of Galunggung ’82.

Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan Kantor

Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan ini biasanya dihadiri oleh

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya beserta

pejabat-pejabat lain yang terkait serta bebas diikuti oleh umum.

Gambar 16. Pameran Lingkungan Hidup dalam kegiatan The Memory of

Galunggung ‘82

Page 97: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

80

Bentuk kegiatan lain yaitu kegiatan sosial. Sebanyak 50 persen wisatawan

mendapat terpaan mengenai kegiatan sosial. Kegiatan ini merupakan kegiatan

yang biasanya diselenggarakan oleh pihak pengelola dan masyarakat lainnya yang

memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk mengadakan kegiatan bakti sosial.

Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian antar sesama manusia agar tidak

terjadi atau minimal dapat mengurangi kesenjangan sosial. Kegiatan ini dapat

berupa acara menggalang dana dan menyalurkan bantuan berupa uang atau barang

kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Meskipun kegiatan ini jarang

diadakan, namun dengan adanya kegiatan ini diharapkan orang yang mampu

secara finansial lebih memiliki jiwa sosial tinggi dan dapat meringankan beban

orang lain yang lebih membutuhkan atau yang terkena bencana.

Sebesar 76 persen wisatawan mendapat terpaan mengenai kegiatan seni

budaya dan hiburan pendukung. Persentase ini merupakan persentase terbanyak

pada bentuk pemasaran sponsorship Kegiatan seni budaya dan kegiatan hiburan

pendukung yang biasanya diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan pihak-pihak yang bergerak

dalam bidang entertainment. Selain promosi, kegiatan ini dimaksudkan untuk

mengenalkan seni budaya asli daerah setempat yang disajikan dengan hiburan

pendukung lainnya. Salah satu contoh kegiatan ini adalah pameran wisata dan

gelar seni Sunda yang baru-baru ini diadakan pada tahun 2010 dalam acara The

Memory of Galunggung ’82. Kegiatan ini juga biasanya dihadiri oleh Kepala

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya beserta pejabat-

pejabat lain yang terkait serta bebas diikuti oleh wisatawan.

Gambar 17. Kegiatan Seni Budaya dan Hiburan Pendukung dalam kegiatan The

Memory of Galunggung ‘82

Page 98: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

81

Jenis kegiatan lainnya yaitu peringatan hari-hari bersejarah. Sebesar 62,5

persen wisatawan mendapat terpaan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan

peringatan hari-hari bersejarah. Kegiatan yang berhubungan dengan hari-hari

bersejarah yang biasanya dilaksanakan dan diperingati secara rutin tiap tahun

adalah peringatan hari meletusnya Gunung Galunggung. Tahun 2010 ini

diperingati selama dua hari yaitu pada tanggal 1 dan 2 Mei 2010 dengan tema The

Memory of Galunggung ‘82. Kegiatan ini diselengarakan oleh Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan Perum

Perhutani KHP Tasikmalaya, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya,

PT AK Jasaraharja Putera Tasikmalaya, dan Surat Kabar Priangan. Kegiatan ini

dimeriahkan oleh acara dan lomba jalan sehat, sepeda onthel/sepeda sehat,

paralayang, jeep adventure, serta pameran wisata, lingkungan hidup dan gelar seni

sunda. Selain dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Tasikmalaya beserta pejabat-pejabat lain yang terkait baik dari Kabupaten

Tasikmalaya maupun dari Provinsi Jawa Barat dan daerah lainnya, bahkan

kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Bupati Tasikmalaya. Selanjutnya,

berbagai acara atau lomba dalam kegiatan ini terbuka untuk umum dengan

mendaftarkan diri di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya

dan Perum Perhutani Tasikmalaya. Selain itu, pengunjung juga diberi kesempatan

untuk mendapatkan hadiah-hadiah menarik berupa sepeda gunung, televisi, mini

compo, kulkas, radio, handphone, vcd, dan lain-lain dengan mengikuti doorprize.

Gambar 18. Pemeran Sepeda Sehat dan Sepeda Onthel dalam kegiatan The

Memory of Galunggung ‘82

Page 99: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

82

Gambar 19. Lomba Paralayang dan Jeep Adventure dalam kegiatan The Memory

of Galunggung ‘82

Selain itu, bentuk kegiatan pemasaran sponsorship berupa kegiatan

kunjungan wisata. Sebesar 60 persen wisatawan mendapat terpaan mengenai

kegiatan kegiatan kunjungan wisata para pejabat, artis, dan tamu dari berbagai

daerah lain. Kegiatan kunjungan ini merupakan kegiatan para pejabat, artis, dan

tamu dari berbagai daerah lainnya dalam rangka kunjungan wisata. Agenda

kunjungan wisata mereka bisa mencakup keempat kegiatan pemasaran

sponsorship yang lainnya (kegiatan yang berhubungan dengan cinta lingkungan,

kegiatan sosial, kegiatan seni budaya dan hiburan lainnya, serta kegiatan

peringatan hari-hari bersejarah). Biasanya mereka datang ke Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung tersebut untuk meresmikan dan menghadiri suatu acara.

Keberadaan mereka cukup berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang datang

ke obyek wisata pada saat acara berlangsung. Mereka mampu menarik wisatawan

untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Gambar 20. Kegiatan Kunjungan Wisata dalam kegiatan The Memory of

Galunggung ‘82

Page 100: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

83

Dari keseluruhan kegiatan di atas, dalam pelaksanaannya tidak jarang

terdapat suatu kegiatan yang berkolaborasi dengan salah satu atau beberapa

kegiatan lainnya. Salah satu contohnya adalah kegiatan The Memory of

Galunggung ’82. Kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan peringatan hari bersejarah. Namun, selain itu kegiatan

tersebut juga termasuk kegiatan yang berhubungan dengan aksi cinta lingkungan,

seni budaya dan kegiatan hiburan pendukung, serta kunjungan wisata. Termasuk

kegiatan yang berhubungan dengan aksi cinta lingkungan dan kegiatan seni

budaya dan kegiatan hiburan pendukung lainnya karena di dalam kegiatan The

Memory of Galunggung ’82 diadakan pameran wisata, lingkungan hidup, dan

gelar seni Sunda. Selanjutnya, termasuk kegiatan kunjungan karena kegiatan

tersebut dihadiri oleh para pejabat setempat yang bahkan dihadiri langsung oleh

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta Bupati Tasikmalaya serta tamu

dari berbagai daerah lainnya.

5.1.5 Terpaan Publisitas (Publicity)

Terpaan publisitas adalah keadaan dimana wisatawan menerima informasi

dari publisitas. Dalam terpaan publisitas, promosi yang dilakukan oleh pihak

pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa informasi tentang

obyek dan daya tarik wisata (ODTW) dan kegiatan-kegiatan yang diselengarakan

di dalamnya pada surat kabar lokal, siaran radio lokal milik pemerintah atau

swasta, dan siaran televisi lokal. Sebagai contoh, kegiatan The Memory of

Galunggung ’82 diberitakan di surat kabar Priangan karena pihak pengelola

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung bekerjasama dengan pihak surat kabar

Priangan dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut, begitu juga dengan

penayangan pada siaran radio lokal milik pemerintah atau swasta serta siaran

televisi lokal. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan terpaan publisitas

disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Publisitas

Terpaan Publisitas Jumlah Persentase (%)

Rendah 46 57,5

Tinggi 34 42,5

Total 80 100,0

Page 101: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

84

Dari Tabel 11 dapat diidentifikasi bahwa mayoritas wisatawan (57,5

persen) mendapat terpaan publisitas yang rendah. Rendahnya terpaan publisitas

karena tidak semua daerah asal wisatawan terjangkau oleh jaringan media

promosi radio dan televisi. Sebesar 35 persen wisatawan menerima informasi

mengenai obyek dan daya tarik wisata (ODTW) dan kegiatan-kegiatan yang

diselengarakan di dalamnya pada siaran radio lokal milik pemerintah atau swasta.

Radio lokal milik pemerintah yang menyiarkan tentang ODTW obyek wisata dan

kegiatan-kegiatan yang akan diselengarakan di dalamnya yaitu radio siaran

pemerintah daerah (RSPD). Selain itu, radio lokal milik swasta yang menyiarkan

tentang ODTW obyek wisata dan kegiatan-kegiatan yang diselengarakan di

dalamnya biasanya yaitu Martha FM. Rendahnya terpaan siaran radio lokal milik

pemerintah atau swasta karena tidak semua daerah asal wisatawan terjangkau oleh

jaringan radio yang memadai.

Selain dari radio, sebesar 17,5 persen wisatawan menerima informasi

mengenai obyek dan daya tarik wisata (ODTW) dan kegiatan-kegiatan yang

diselengarakan di dalamnya pada siaran televisi lokal. Rendahnya terpaan siaran

televisi lokal karena tidak semua daerah asal wisatawan terjangkau oleh jaringan

televisi yang memadai. Disamping itu, frekuensi tayang mengenai ODTW dan

kegiatan-kegiatan yang akan diselengarakan di dalamnya cenderung rendah pula.

Adapun sebesar 81 persen wisatawan menerima berita mengenai obyek

dan daya tarik wisata (ODTW) dan kegiatan-kegiatan yang diselengarakan di

dalamnya pada surat kabar lokal. Surat kabar lokal yang memuat berita tentang

ODTW dan kegiatan-kegiatan yang akan diselengarakan di dalamnya yaitu surat

kabar Priangan. Dalam hal ini, surat kabar Priangan menjadi media partner pihak

pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Salah satu kegiatan terbaru

yang dimuat di surat kabar Priangan adalah kegiatan The Memory of Galunggung

’82. Tingginya terpaan surat kabar lokal karena hampir seluruh daerah asal

wisatawan terjangkau oleh persebaran surat kabar. Hampir seluruh wisatawan

pernah membaca berita dalam artikel atau melihat iklan tentang ODTW Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung dan kegiatan-kegiatan yang akan

diselengarakan di dalamnya.

Page 102: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

85

5.1.6 Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut/Word of Mouth Marketing

(WOM)

Terpaan pemasaran dari mulut ke mulut/word of mouth marketing (WOM)

adalah keadaan dimana wisatawan menerima informasi dari pemasaran dari mulut

ke mulut/word of mouth marketing (WOM) yang dilakukan oleh pihak pengelola.

Tabel 12 menunjukkan jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan terpaan

pemasaran dari mulut ke mulut/word of mouth marketing (WOM).

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan Pemasaran dari

Mulut ke Mulut

Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut/Word of

Mouth Marketing Jumlah Persentase (%)

Rendah 43 53,8

Tinggi 37 46,3

Total 80 100,0

Tabel 12 dapat menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (53,8 persen)

mendapat terpaan pemasaran dari mulut ke mulut yang rendah. Kecenderungan

terpaan pemasaran dari mulut ke mulut yang rendah dikarenakan wisatawan tidak

memperoleh informasi langsung dari pihak pengelola. Wisatawan tidak bertemu

dengan pihak pengelola dan tidak berusaha untuk menemui pihak pengelola untuk

meminta penjelasan langsung mengenai informasi seputar obyek wisata. Hal ini

karena dalam rangkaian perjalanan wisata sudah ada orang yang bertugas sebagai

penanggungjawab. Pihak penanggung jawab tersebut sekaligus bertugas mencari

informasi. Oleh karena itu, wisatawan cenderung memilih untuk mendapat

informasi melalui berinteraksi dengan penanggungjawab tersebut tanpa harus

berusaha untuk menemui pihak pengelola.

5.2 Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola

Terpaan dari luar komunikasi pemasaran oleh pihak pengelola adalah

keadaan dimana wisatawan menerima berbagai informasi yang bukan dilakukan

oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Dalam terpaan

ini, wisatawan menerima informasi yang berasal dari teman/keluarga

(saudara)/rekan kerja/masyarakat setempat. Tabel 13 menunjukkan jumlah dan

Page 103: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

86

persentase wisatawan berdasarkan terpaan dari luar komunikasi pemasaran oleh

pihak pengelola.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan dari Luar

Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola

Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran Jumlah Persentase (%)

Rendah 43 53,8

Tinggi 37 46,3

Total 80 100,0

Tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (53,8 persen)

mendapat terpaan dari luar komunikasi pemasaran oleh pihak pengelola yang

rendah. Kecenderungan terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang rendah

disebabkan oleh informasi tersebut hanya bersifat penguatan terhadap informasi

yang didapat dari komunikasi pemasaran. Sebagian besar informasi sudah

didapatkan wisatawan dari komunikasi pemasaran. Setelah mendapat informasi

dari komunikasi pemasaran, mereka akan memperkuat informasi tersebut dengan

melengkapi informasi dari luar komunikasi pemasaran, yang berasal dari

teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat setempat.

5.3 Kemudahan Mengkases Informasi

Kemudahan mengakses informasi adalah tidak ditemukannya kesulitan

dalam mendapatkan informasi mengenai Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung dan pelestariannya dari beberapa media yang tersedia. Artinya,

wisatawan mudah mengakses informasi mengenai Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung dan pelestariannya dari media komunikasi yang merupakan bagian

dari komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola dan dari luar

komunikasi pemasaran. Kemudahan mengakses informasi berkaitan dengan

terapaan komunikasi pemasaran. Tabel 14 menunjukkan jumlah dan persentase

wisatawan berdasarkan kemudahan mengakses informasi.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kemudahan Mengakses

Informasi

Kemudahan Mengakses Informasi Jumlah Persentase (%)

Rendah 21 26,3

Tinggi 59 73,8

Total 80 100,0

Page 104: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

87

Tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (73,8 persen)

memiliki kemudahan mengakses informasi yang tinggi. Hal ini karena wisatawan

cenderung dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung dari media komunikasi yang tersedia. Media

komunikasi tersebut merupakan bagian dari komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh pihak pengelola dan dari luar komunikasi pemasaran. Media

komunikasi tersebut berupa media cetak (surat kabar lokal Priangan) dan berbagai

media lainnya (buku panduan wisata/brosur/pamflet/poster/spanduk/baliho dan

lain-lain), saluran radio lokal milik pemerintah (RSPD) dan swasta (Martha FM),

saluran televisi lokal (Taz TV), jaringan internet, pihak pengelola, biro perjalanan

wisata, dan teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat sekitar kawasan.

Page 105: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

88

BAB VI

PERSEPSI TERHADAP PESAN

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi juga merupakan pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory

stimuli). Dalam hal ini, pesannya berupa informasi umum mengenai obyek dan

daya tarik wisata serta informasi yang lebih spesifik tentang pesan-pesan cinta

lingkungan (konservasi). Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa persepsi

terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek Wisata Alam Gunung

Galungggung. Wisatawan memberikan makna kepada informasi umum mengenai

obyek dan daya tarik wisata dan informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai

pesan-pesan cinta lingkungan (konservasi)/lingkungan hidup. Persepsi terhadap

pesan yang dibahas yang terdiri dari kejelasan dan kelengkapan isi pesan. Tabel

15 menunjukkan jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan persepsi pesan.

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Persepsi terhadap Pesan

Persepsi terhadap Pesan Jumlah Persentase (%)

Negatif 28 35,0

Positif 52 65,0

Total 80 100,0

Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (65 persen) yang

mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung memiliki persepsi yang

positif terhadap pesan. Dikatakan positif karena wisatawan memiliki persepsi

bahwa pesan yang disampaikan berupa informasi umum mengenai obyek dan

daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan

cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap. Wisatawan menilai bahwa pesan yang

disampaikan di obyek wisata sudah jelas ketika pesan tersebut dapat dibaca dan

didengar. Isi pesan tersebut mengenai informasi umum tentang obyek dan daya

tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik tentang pesan cinta

lingkungan. Selain itu, wisatawan menilai bahwa pesan yang disampaikan di

obyek wisata sudah lengkap karena selain memuat informasi umum tentang obyek

Page 106: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

89

dan daya tarik wisata juga memuat informasi yang bersifat lebih spesifik tentang

pesan-pesan cinta lingkungan.

Bab ini menjelaskan persepsi terhadap pesan yang meliputi kejelasan dan

kelengkapan isi pesan. Berikutnya akan dijelaskan secara lebih terperinci

mengenai kejelasan isi pesan berupa jumlah pesan, frekuensi tayang dan

kemudahan bahasa yang digunakan untuk dimengerti. Selain itu, juga dijelaskan

tentang kelengkapan isi pesan yang memuat informasi umum dan dan pesan-pesan

cinta lingkungan.

6.1 Kejelasan Isi Pesan

Kejelasan isi pesan menyangkut sejauhmana informasi umum mengenai

obyek dan daya tarik wisata (ODTW) maupun informasi yang bersifat lebih

spesifik mengenai pesan cinta lingkungan dapat dibaca dan didengar dengan jelas.

Kejelasan isi pesan ini menyangkut jumlah dan frekuensi tayang pesan, serta

kemudahan bahasa yang digunakan untuk dimengerti. Jumlah dan persentase

wisatawan berdasarkan tingkat kejelasan isi pesan disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kejelasan Isi Pesan

Kejelasan Isi Pesan Jumlah Persentase (%)

Negatif 47 58,8

Positif 33 41,3

Total 80 100,0

Tabel 16 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan (58,8 persen) menilai

bahwa kejelasan isi pesan mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun

informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan masih

negatif. Hal ini berarti informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata

maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan

masih belum dapat dibaca dan didengar dengan jelas.

Informasi yang ditayangkan di media cetak seperti surat kabar, poster,

spanduk, dan lain-lain masih kurang terbaca oleh wisatawan karena ukuran huruf

yang terlalu kecil dan jenis huruf yang sulit dibaca sehingga ada resiko wisatawan

mengabaikan informasi yang terdapat di media cetak tersebut. Menurut

wisatawan, iklan obyek wisata yang ada di surat kabar lokal ukurannya terlalu

kecil yaitu sekitar seperenam bagian dari halaman surat kabar tersebut. Dengan

Page 107: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

90

ukuran tersebut menjadikan tampilan iklan kurang mencolok. Menurut beberapa

responden, mereka cenderung kesulitan untuk membaca dan ada resiko untuk

mengabaikan atau tidak langsung membaca isi pesan dari iklan tersebut pada saat

itu juga.

Meskipun kejelasan isi pesan masih rendah, namun sebesar 90 persen

wisatawan menilai bahwa bahasa yang digunakan dalam media cetak maupun

elektronik cenderung mudah dimengerti. Hal ini dikarenakan penggunaan kata-

kata yang dipilih dalam penyajian di media tersebut menggunakan kata-kata yang

sederhana yang cukup komunikatif. Walaupun terkadang ditemui pesan-pesan

dalam iklan yang masih tumpang tindih dengan gambar sehingga tampilan iklan

kurang seimbang, tetapi pesan tersebut masih dapat terbaca. Selain itu, tampilan

iklan dicetak dengan warna hitam putih. Hal ini menjadikan tampilan iklan

cenderung kurang menarik, namun tidak mengalangi niat wisatawan untuk

membaca iklan tersebut.

Selain melalui media cetak, informasi tersebut juga disiarkan dalam media

elektronik seperti di radio lokal¸ televisi lokal, dan internet. Sebesar 57,5 persen

wisatawan menilai bahwa pesan-pesan dalam media komunikasi tersebut

cenderung kurang jelas. Keadaan ini karena ciri khas dari media massa yang

bersifat selintas, sehingga membutuhkan pengulangan untuk lebih jelas dalam

menerima informasi.

Dalam penggunaan radio lokal, frekuensi siaran masih kurang karena iklan

tersebut hanya disiarkan jika ada kegiatan atau peringatan tertentu di obyek wisata

tersebut. Selain itu, pesan yang terdengar di radio masih kurang jelas karena

kalimat-kalimat dalam iklan tersebut dilafalkan terlalu cepat sehingga apabila

pendengar hanya mendengar secara sekilas, ada resiko mereka cenderung tidak

mendengar isi pesan yang disampaikan. Butuh waktu beberapa kali menyimak

iklan tersebut untuk benar-benar mendengar keseluruhan isi pesan yang

disampaikan. Sedangkan untuk iklan di televisi lokal, frekuensi siaran juga masih

kurang karena iklan tersebut hanya disiarkan jika ada kegiatan atau peringatan

tertentu di obyek wisata tersebut. Disamping itu, informasi yang ditayangkan

hanya berupa bentuk visual iklan yang sederhana. Isi iklan tersebut sama dengan

iklan yang ada di koran namun ditayangkan di televisi. Hal ini menyebabkan isi

Page 108: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

91

pesan tersebut cenderung kurang menarik karena isi pesan tidak mampu menarik

perhatian wisatawan potensial melalui gerakan gambar dan suara yang

ditampilkan.

6.2 Kelengkapan Isi Pesan

Kelengkapan isi pesan adalah isi pesan dalam berbagai bentuk komunikasi

pemasaran lengkap memuat informasi umum mengenai obyek dan daya tarik

wisata. Selain memuat informasi umum juga memuat pesan-pesan cinta

lingkungan (konservasi)/lingkungan hidup. Tabel 17 menunjukkan jumlah dan

persentase wisatawan berdasarkan tingkat kelengkapan isi pesan.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kelengkapan Isi Pesan

Kelengkapan Isi Pesan Jumlah Persentase (%)

Negatif 29 36,3

Positif 51 63,8

Total 80 100,0

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebesar 63,8 persen wisatawan memiliki

persepsi yang positif terhadap kelengkapan isi pesan. Hal ini berarti mayoritas

wisata menilai pesan yang disampaikan tidak hanya memuat informasi umum

mengenai obyek dan daya tarik wisata namun juga informasi yang bersifat lebih

spesifik mengenai pesan cinta lingkungan.

Sebesar 66,3 persen wisatawan menyatakan bahwa mereka menilai

informasi dalam berbagai bentuk komunikasi pemasaran sudah memuat informasi

umum mengenai obyek dan daya tarik wisata. Sebagai contoh pada buku panduan

wisata yang termasuk komunikasi pemasaran bentuk periklanan. Buku panduan

wisata memuat informasi mengenai pariwisata dan budaya di Kabupaten

Tasikmalaya. Informasi di dalamnya berisi pesona wisata Kabupaten Tasikmalaya

yang dilengkapi dengan peta pariwisata dan budaya, data kesenian dan sanggar

seni, data situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan, data rumah makan dan

penginapan, serta kalender pariwisata. Selain itu, pada komunikasi di obyek

wisata terdapat papan informasi yang terletak di dalam kawasan Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung, selain menampilkan obyek dan daya tarik wisata

(ODTW) juga memuat fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya.

Page 109: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

92

Adapun sebesar 77,5 persen wisata menyatakan bahwa mereka menilai

informasi dalam berbagai bentuk komunikasi pemasaran sudah memuat pesan-

pesan persuasif tentang pentingnya menjaga lingkungan. Sebagai contoh pada

komunikasi di obyek wisata terdapat papan himbauan cinta lingkungan yang

berada di dalam kawasan wisata. Papan himbauan ini memuat pesan-pesan berupa

kepedulian terhadap lingkungan. Beberapa contohnya adalah himbauan untuk

membuang sampah pada tempatnya, tidak mencorat-coret fasilitas, tidak merokok,

tidak menebang pohon, tidak mengambil/menebang kayu bakar di kawasan

Gunung Galunggung, dan tidak mengambil ikan di kawah.

Gambar 21. Peta Kawasan Wisata dan Papan Himbauan Cinta Lingkungan

Page 110: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

93

BAB VII

PERILAKU WISATAWAN

Perilaku wisatawan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

wisatawan yang merupakan efek dari komunikasi pemasaran. Karena Gunung

Galunggung merupakan obyek wisata alam, wisatawan yang datang ke obyek

wisata alam ini selain berekreasi untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata

alam, dalam waktu bersamaan wisatawan juga dituntut untuk berperilaku cinta

lingkungan selama mereka berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung. Perilaku wisatawan terdiri dari perilaku rekreasi dan perilaku cinta

lingkungan (konservasi). Tabel 18 menunjukkan jumlah dan persentase wisatawan

berdasarkan perilaku wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Wisata di Obyek

Wisata Alam Gunung Galunggung

Perilaku Wisatawan Jumlah Persentase (%)

Negatif 17 21,3

Positif 63 78,8

Total 80 100,0

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 78,8 persen wisatawan memiliki

perilaku wisata yang positif. Dikatakan positif karena mayoritas wisatawan sudah

menunjukkan perilaku rekreasi dan perilaku cinta lingkungan yang positif di

kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Pada bab ini akan dijelaskan

lebih mendalam mengenai perilaku rekreasi yang meliputi keputusan berkunjung,

keputusan menentukan jumlah obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang

dikunjungi, keputusan menentukan masa tinggal, dan keputusan melakukan

kunjungan selanjutnya ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Selanjutnya,

dibahas juga mengenai perilaku cinta lingkungan yang ditunjukkan dengan

perilaku membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk

vandalisme selama berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Untuk vandalisme, bentuk vandalisme yang akan dibahas hanya berupa perilaku

mencorat-coret fasilitas dan merokok.

Page 111: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

94

6.1 Perilaku Rekreasi

Perilaku rekreasi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan wisatawan

berdasarkan suatu pengambilan keputusan yang ditunjukkan wisatawan baik

sebelum dan pada saat berada di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Perilaku rekreasi meliputi perilaku wisatawan dalam menentukan pengambilan

keputusan untuk seringnya berkunjung (frekuensi kunjungan), memilih obyek dan

daya tarik wisata (ODTW) yang tersedia, menentukan masa tinggal, dan

melakukan kunjungan selanjutnya ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan perilaku rekreasi di Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung disajikan dalam Tabel 19.

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Rekreasi

Perilaku Rekreasi Jumlah Persentase (%)

Negatif 22 27,5

Positif 58 72,5

Total 80 100,0

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebesar 72,5 persen wisatawan memiliki

perilaku rekreasi yang positif. Hal ini berarti mayoritas wisatawan Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung dapat menentukan pengambilan keputusan untuk

seringnya berkunjung (frekuensi kunjungan), memilih obyek dan daya tarik wisata

(ODTW) yang tersedia, menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan

selanjutnya.

Sebesar 75 persen wisatawan dapat memutuskan frekuensi kunjungan ke

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Wisatawan tersebut dapat memutuskan

seberapa sering mereka berkunjung dalam setahun. Mereka biasanya berkunjung

tiga kali dalam setahun. Keputusan tersebut berdasarkan waktu luang yang

mereka miliki. Biasanya mereka memilih untuk melakukan kunjungan pada saat

liburan akhir pekan, liburan sekolah, liburan semester kuliah, liburan hari raya,

liburan tahun baru, dan libur nasional lainnya.

Selain dapat memutuskan seringnya berkunjung, sebesar 83,8 persen

wisatawan dapat menentukan obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang akan

dikunjungi. Mayoritas dari wisatawan lebih menyukai ODTW kolam renang air

panas dan kawah. Kolam renang air panas disukai oleh wisatawan karena selain

Page 112: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

95

menyegarkan badan juga dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan dan

kecantikan. Penggunaan kolam renang air panas ini harus sesuai dengan aturan

yang berlaku. Setiap wisatawan yang menggunakan kolam ini hanya

diperbolehkan berenang atau berendam tidak lebih dari lima belas menit. Hal ini

dikarenakan uap panas yang berasal dari kolam tersebut mengandung sulfur yang

berbahaya apabila dihirup berlebihan. Sedangkan kawah disukai karena selain

memiliki pemandangan kawah yang khas, juga memiliki udara segar dan

pemandangan alam pegunungan yang indah. Untuk mencapai kawah ini dapat

ditempuh dengan menaiki 620 buah anak tangga. Dari sini wisatawan dapat

menikmati hamparan pemandangan Tasikmalaya.

Selain itu, perilaku rekreasi yang ditunjukkan oleh wisatawan adalah

perilaku menentukan masa tinggal. Sebesar 66,3 persen wisatawan dapat

menentukan masa tinggal di obyek wisata. Sebelum sampai di lokasi wisata,

wisatawan sudah menentukan berapa lama mereka akan menghabiskan waktu di

Gunung Galunggung. Wisatawan yang berkunjung menghabiskan waktu mereka

di Gunung Galunggung sekitar setengah hari. Jarang sekali wisatawan yang

menginap di Gunung Galunggung karena tidak terdapat fasilitas penginapan.

Pihak pengelola tidak menyediakan fasilitas penginapan dengan alasan untuk

menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, seperti tindakan asusila.

Sebesar 91,3 persen wisatawan juga dapat menentukan kunjungan

selanjutnya. Wisatawan yang berkunjung sudah dapat menentukan kapan waktu

untuk kembali berkunjung ke Gunung Galunggung. Seperti halnya wisatawan

menentukan seberapa sering mereka berkunjung, mereka biasanya menyesuaikan

penentuan waktu berkunjung selanjutnya juga dengan waktu luang yang

dimilikinya. Waktu luang yang dimiliki wisatawan biasanya pada saat mereka

liburan. Waktu liburan yang biasanya digunakan para wisatawan untuk melakukan

kunjungan wisata ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yaitu pada liburan

akhir pekan, liburan sekolah, liburan semester kuliah, liburan hari raya, liburan

tahun baru, dan libur nasional lainnya.

Page 113: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

96

6.2 Perilaku Cinta Lingkungan

Perilaku cinta lingkungan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan

wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dalam rangka upaya

pencegahan kerusakan dan pemeliharaan kawasan obyek wisata ketika mereka

berkunjung. Perilaku cinta lingkungan ditunjukkan dengan membuang sampah

pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti mencorat-

coret fasilitas, merokok dan lain-lain. Tabel 20 menunjukkan jumlah dan

persentase wisatawan berdasarkan perilaku cinta lingkungan di Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung.

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Cinta Lingkungan

Perilaku Cinta Lingkungan Jumlah Persentase (%)

Negatif 25 31,3

Positif 55 68,8

Total 80 100,0

Tabel 20 menunjukkan sebesar 68,8 persen wisatawan memiliki perilaku

cinta lingkungan yang positif. Hal ini menandakan bahwa mayoritas wisatawan

mampu menjaga lingkungan obyek wisata dengan baik ketika mereka berada di

kawasan Obyek Wisata Alam Gunung. Wisatawan sudah membuang sampah pada

tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti mencorat-coret

fasilitas, merokok dan lain-lain.

Sebesar 95 persen wisatawan menunjukkan perilaku membuang sampah

pada tempatnya. Perilaku ini didukung oleh fasilitas kebersihan yang memadai

dimana di setiap tempat-tempat yang sering dilalui oleh wisatawan terdapat

tempat sampah. Sebesar 52,5 persen wisatawan menyatakan bahwa di kawasan

Cipanas Galunggung keberadaan tempat sampah mudah ditemui. Fasilitas tempat

sampah di kawasan ini juga sudah dibedakan menurut jenis sampahnya. Sebesar

65 persen wisatawan sudah membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan

jenis sampah tersebut. Selain terdapat fasilitas yang memadai, di kawasan ini juga

diterapkan sanksi untuk wisatawan yang membuang sampah sembarangan. Sanksi

paling ringan berupa teguran dari pihak pengelola. Selanjutnya jika teguran tidak

dihiraukan, akan diberlakukan sanksi lebih lanjut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku seperti denda berupa uang atau kurungan.

Page 114: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

97

Tetapi hal ini jarang terjadi, karena sebesar 55 persen wisatawan sudah

mengetahui sanksi yang akan diperoleh jika mereka tidak membuang sampah

pada tempatnya.

Gambar 22. Tempat Sampah yang Telah Dibedakan Menurut Jenis Sampah di

Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Selain membuang sampah pada tempatnya, wisatawan juga menunjukkan

perilaku cinta lingkungan dengan tidak melakukan vandalisme. Sebesar 90 persen

wisatawan tidak menunjukkan perilaku vandalisme ketika berada di kawasan

obyek wisata. Perilaku ini ditunjukkan dengan tidak mencoret-coret fasilitas yang

terdapat di kawasan obyek wisata seperti pada dinding-dinding di WC umum dan

bak rendam air panas, tempat duduk, anak tangga, dan pepohonan. Menurut hasil

observasi, sangat sedikit terjadi vandalisme di kawasan Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung. Bentuk vandalisme mencoret-coret fasilitas sudah jarang

ditemukan. Adapun tempat yang masih ditemukan coretan-coretan tersebut di

anak tangga menuju kawah. Namun, secara keseluruhan wisatawan yang

berkunjung ke obyek wisata ini cenderung sudah memiliki kesadaran dan

tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keindahan kawasan wisata.

Perilaku cinta lingkungan ini terjadi selain karena diterapkan sanksi, juga karena

fasilitas yang ada di kawasan wisata sudah terjaga dengan baik sehingga dengan

sendirinya wisatawan merasa segan untuk melakukan aksi vandalisme.

Page 115: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

98

Selain tidak mencorat-coret fasilitas, perilaku cinta lingkungan yang

ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak merokok. Sebesar 66 persen

wisatawan tidak merokok ketika berada di dalam kawasan Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung. Kecenderungan wisatawan untuk tidak merokok

dikarenakan wisatawan sudah memiliki kesadaran akan bahaya polusi yang

ditimbulkan oleh asap rokok bagi kawasan wisata. Selain itu, sikap tersebut

diperkuat dengan situasi yang tidak memungkinkan untuk merokok di obyek

wisata ini, terutama jika wisatawan akan mengunjungi kawah. Obyek wisata

kawah ditempuh dengan menaiki dan menuruni 620 anak tangga. Aktivitas

menaiki dan menuruni anak tangga sebanyak itu tidak dapat dilakukan dengan

baik ketika wisatawan tersebut merokok. Disamping itu, tekanan udara di

kawasan Gunung Galunggung tergolong rendah sehingga wisatawan memerlukan

usaha yang lebih untuk bernafas secara normal. Untuk perilaku cinta lingkungan

lainnya yang ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak menebang

pohon, tidak mengambil/menebang kayu bakar di kawasan Gunung Galunggung,

dan tidak mengambil ikan di kawah.

Page 116: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

99

BAB VIII

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TERPAAN KOMUNIKASI

PEMASARAN DENGAN PERSEPSI TERHADAP PESAN

Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah keadaan dimana

konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan majalah,

mendengar iklan radio, dan lain-lain). Terpaan merupakan tahap awal yang

penting menuju tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi. Hal tersebut dapat

dilihat dalam proses dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga

bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Jadi ketika

individu menerima informasi dari penyampai pesan yang memiliki tujuan tertentu

dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka keadaan ini disebut

sebagai terpaan individu (Amini, 2004).

Terpaan komunikasi pemasaran dalam aspek pariwisata di Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung adalah keadaan dimana wisatawan berinteraksi dengan

berbagai bentuk pesan komunikasi pemasaran obyek wisata tersebut. Hal ini

berarti keadaan dimana wisatawan menerima berbagai informasi dari bentuk

komunikasi, pemasaran baik yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun pihak

diluar pengelola. Wisatawan akan berusaha mencari (memenuhi) simulasi dan

informasi dari suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka

memenuhi kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan

informasi dan stimulasi bisa berbeda untuk setiap wisatawan. Oleh karena itu

setiap wisatawan akan memilih stimulasi dan informasi yang menarik

perhatiannya daripada informasinya itu sendiri. Sedangkan dalam aspek

pariwisata, persepsi terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek Wisata Alam

Gunung Galungggung. Wisatawan memberikan makna kepada informasi umum

mengenai obyek dan daya tarik wisata dan informasi yang bersifat lebih spesifik

mengenai pesan cinta lingkungan (konservasi)/lingkungan hidup.

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hubungan komunikasi pemasaran

yang dilakukan oleh pihak pengelola dan diluar komunikasi pemasaran yang

terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dengan persepsi terhadap

Page 117: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

100

pesan yang berupa kejelasan dan kelengkapan isi pesan. Penyajian data dimulai

dengan mendeskripsikan hipotesis awal yang akan diuji hubungan kausalnya

secara singkat. Setelah mendeskripsikan hipotesis awal, penyajian data berikutnya

adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antar variabel yang diuji. Dimulai

dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai hubungan

antar variabel.

8.1 Hubungan Terpaan Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola

dengan Persepsi terhadap Pesan

Hipotesis awal menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara terpaan

komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan terbukti pada semua

bentuk komunikasi pemasaran. Hipotesis awal ini menyatakan bahwa semakin

tinggi terpaan komunikasi pemasaran, maka semakin positif persepsi wisatawan

terhadap pesan. Agar dapat melihat hubungan antara keduanya, maka dilakukan

uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Crosstabs-

Correlations dengan menggunakan analisis Pearson, antara data ordinal dan

ordinal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan. Pengambilan

keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.). Jika Approx. Sig. lebih

besar dari α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara

variabel-variabel yang diuji. Sedangkan, jika Approx. Sig. lebih kecil dari α (0,05)

maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.

Untuk lebih jelasnya, hubungan antara terpaan komunikasi pemasaran dengan

persepsi terhadap pesan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Persentase Terpaan Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi terhadap

Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Komunikasi Pemasaran

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 80,0 14,5 35,0

Positif 20,0 85,5 65,0

Total 100,0

(25)

100,0

(55)

100,0

(80)

Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 80 persen wisatawan dengan tingkat

terpaan komunikasi pemasaran yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap

Page 118: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

101

pesan yang negatif dan 20 persen wisatawan dengan tingkat terpaan komunikasi

pemasaran yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif.

Untuk wisatawan dengan tingkat terpaan komunikasi pemasaran yang tinggi,

terdapat 14,5 persen wisatawan dengan tingkat terpaan komunikasi pemasaran

yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif dan 85,5 persen

wisatawan dengan tingkat terpaan komunikasi pemasaran yang tinggi memiliki

tingkat persepsi terhadap pesan yang positif. Angka tersebut menunjukkan

kecenderungan dimana semakin tinggi terpaan komunikasi pemasaran maka

semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima

informasi dari berbagai bentuk komunikasi pemasaran - yang berasal dari

periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi penjualan, pemasaran

sponsorship, publisitas, dan pemasaran dari mulut ke mulut - memiliki persepsi

positif terhadap pesan. Wisatawan menilai bahwa pesan yang disampaikan berupa

informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang

bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap.

Wisatawan menilai bahwa pesan sudah jelas ketika pesan tersebut dapat dibaca

dan didengar. Selain sudah jelas, wisatawan juga menilai bahwa pesan sudah

lengkap karena selain memuat informasi umum tentang obyek dan daya tarik

wisata juga memuat informasi yang bersifat lebih spesifik tentang pesan-pesan

cinta lingkungan.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan

sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat

signifikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti

terdapat hubungan antara terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi

wisatawan terhadap pesan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan

komunikasi pemasaran maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan

yang disampaikan, baik berupa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik

wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta

lingkungan

Page 119: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

102

8.1.1 Hubungan Terpaan Periklanan dengan Persepsi terhadap Pesan

Hubungan antara terpaan periklanan dengan persepsi terhadap pesan

dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah terpaan periklanan yang berbeda diikuti dengan persepsi

terhadap pesan yang berbeda pula. Hubungan antara terpaan periklanan dengan

persepsi terhadap pesan disajikan dalam Tabel 22.

Tabel 22. Persentase Terpaan Periklanan dengan Persepsi terhadap Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Periklanan

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 76,0 16,4 35,0

Positif 24,0 83,6 65,0

Total 100,0

(25)

100,0

(55)

100,0

(80)

Tabel 22 menunjukkan bahwa sebesar 76 persen wisatawan dengan tingkat

terpaan periklanan yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang

negatif dan 24 persen wisatawan dengan tingkat terpaan periklanan yang rendah

memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif. Untuk wisatawan dengan

tingkat terpaan periklanan yang tinggi, terdapat 16,4 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan periklanan yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan

yang negatif dan 86,8 persen wisatawan dengan tingkat terpaan periklanan yang

tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif. Angka tersebut

menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi terpaan periklanan maka

semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima

informasi dari periklanan - yang berasal dari buku panduan wisata, spanduk,

poster, baliho, pamflet, brosur, internet, billboards, televisi, dan radio - memiliki

persepsi positif terhadap pesan. Wisatawan menilai bahwa pesan yang

disampaikan berupa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata

maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan

sudah jelas dan lengkap. Wisatawan menilai bahwa pesan yang disampaikan di

obyek wisata sudah jelas ketika pesan tersebut dapat dibaca dan didengar. Selain

sudah jelas, wisatawan juga menilai bahwa pesan yang disampaikan di obyek

wisata sudah lengkap karena selain memuat informasi umum tentang obyek dan

Page 120: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

103

daya tarik wisata juga memuat informasi yang bersifat lebih spesifik tentang

pesan-pesan cinta lingkungan.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan periklanan dengan persepsi terhadap pesan sebesar

0,000. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat signifikan.

Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti terdapat

hubungan antara terpaan periklanan dengan persepsi wisatawan terhadap pesan.

Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan periklanan maka semakin

positif persepsi wisatawan terhadap pesan yang disampaikan, baik berupa

informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang

bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan.

8.1.2 Hubungan Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata dengan Persepsi

terhadap Pesan

Hubungan antara terpaan komunikasi di obyek wisata dengan persepsi

terhadap pesan dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpaan komunikasi

di obyek wisata dengan persepsi terhadap pesan. Hubungan antara terpaan

komunikasi di obyek wisata dengan persepsi terhadap pesan disajikan dalam

Tabel 23.

Tabel 23. Persentase Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata dengan Persepsi

terhadap Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 93,8 20,3 35,0

Positif 6,3 79,7 65,0

Total 100,0

(16)

100,0

(64)

100,0

(80)

Tabel 23 menunjukkan bahwa sebesar 93,8 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan komunikasi di obyek wisata yang rendah memiliki tingkat persepsi

terhadap pesan yang negatif dan 6,3 persen wisatawan dengan tingkat terpaan

komunikasi di obyek wisata yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap pesan

yang positif. Untuk wisatawan dengan tingkat terpaan komunikasi di obyek wisata

yang tinggi, terdapat 20,3 persen wisatawan dengan tingkat terpaan komunikasi di

Page 121: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

104

obyek wisata yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif

dan 76,1 persen wisatawan dengan terpaan komunikasi di obyek wisata yang

tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif. Angka tersebut

menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi terpaan komunikasi di obyek

wisata maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang

menerima informasi dari komunikasi di obyek wisata – yang berasal dari

informasi yang berada pada gerbang pembelian tiket, pusat informasi, dan di

dalam kawasan obyek wisata - memiliki persepsi positif terhadap pesan.

Wisatawan menilai bahwa pesan yang disampaikan berupa informasi umum

mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih

spesifik mengenai pesan cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap. Informasi ini

disajikan dalam media cetak (brosur, stiker, pamplet, booklet, buku panduan

wisata) dan media elektronik (pengeras suara dan pemutaran film). Selanjutnya,

informasi tersebut juga disajikan dalam media komunikasi lainnya yang terdapat

di dalam kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, seperti: poster,

spanduk, baliho, peta kawasan wisata, peta jalur, papan informasi, papan

penunjuk arah, papan interpretasi, papan peringatan, serta papan himbauan yang

memuat tentang kepedulian terhadap lingkungan. Wisatawan menilai bahwa

pesan yang disampaikan di obyek wisata sudah jelas ketika pesan tersebut dapat

dibaca dan didengar. Selain sudah jelas, wisatawan juga menilai bahwa pesan

yang disampaikan di obyek wisata sudah lengkap karena selain memuat informasi

umum tentang obyek dan daya tarik wisata juga memuat informasi yang bersifat

lebih spesifik tentang pesan-pesan cinta lingkungan.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan komunikasi di obyek wisata dengan persepsi terhadap

pesan sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat

signifikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti

terdapat hubungan antara terpaan komunikasi di obyek wisata dengan persepsi

wisatawan terhadap pesan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan

komunikasi di obyek wisata maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap

pesan yang disampaikan, baik berupa informasi umum mengenai obyek dan daya

Page 122: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

105

tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta

lingkungan.

8.1.3 Hubungan Terpaan Promosi Penjualan dengan Persepsi terhadap

Pesan

Hubungan antara terpaan promosi penjualan dengan persepsi terhadap

pesan dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan

untuk mengetahui apakah terpaan promosi penjualan yang berbeda diikuti dengan

persepsi terhadap pesan yang berbeda pula. Hubungan antara terpaan promosi

penjualan dengan persepsi terhadap pesan disajikan dalam Tabel 23.

Tabel 24. Persentase Terpaan Promosi Penjualan dengan Persepsi terhadap Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Promosi Penjualan

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 52,2 11,8 35,0

Positif 47,8 88,2 65,0

Total 100,0

(46)

100,0

(34)

100,0

(80)

Tabel 24 menunjukkan bahwa sebesar 52,2 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan promosi penjualan yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap

pesan yang negatif dan 47,8 persen wisatawan dengan tingkat terpaan promosi

penjualan yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif.

Untuk wisatawan dengan tingkat terpaan promosi penjualan yang tinggi, terdapat

11,8 persen wisatawan dengan tingkat terpaan promosi penjualan yang tinggi

memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif dan 88,2 persen wisatawan

dengan tingkat terpaan promosi penjualan yang tinggi memiliki tingkat persepsi

terhadap pesan yang positif. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana

semakin tinggi terpaan promosi penjualan maka semakin positif persepsi

wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima informasi dari promosi

penjualan – berupa pemberian potongan harga tiket masuk bagi orang/rombongan

dalam jumlah banyak dan tiket gratis ke obyek wisata tertentu setelah membeli

tiket masuk obyek wisata lainnya - memiliki persepsi yang positif pada pesan

yang disampaikan. Pesan tersebut berupa informasi umum mengenai obyek dan

daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan

cinta lingkungan.

Page 123: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

106

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan promosi penjualan dengan persepsi terhadap pesan

sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat

signifikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti

terdapat hubungan antara terpaan promosi penjualan dengan persepsi wisatawan

terhadap pesan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan promosi

penjualan maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan yang

disampaikan, baik berupa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata

maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan.

8.1.4 Hubungan Terpaan Pemasaran Sponsorship dengan Persepsi

terhadap Pesan

Hubungan antara terpaan pemasaran sponsorship dengan persepsi terhadap

pesan dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpaan pemasaran

sponsorship dengan persepsi terhadap pesan. Hubungan antara terpaan pemasaran

sponsorship dengan persepsi terhadap pesan disajikan dalam Tabel 25.

Tabel 25. Persentase Terpaan Pemasaran Sponsorship dengan Persepsi terhadap

Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Pemasaran Sponsorship

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 74,1 15,1 35,0

Positif 25,9 84,9 65,0

Total 100,0

(27)

100,0

(53)

100,0

(80)

Tabel 25 menunjukkan bahwa sebesar 74,1 wisatawan dengan tingat

terpaan pemasaran sponsorship yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap

pesan yang negatif dan 25,9 persen wisatawan dengan tingkat terpaan pemasaran

sponsorship yang rendah memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif.

Untuk wisatawan dengan tingkat terpaan pemasaran sponsorship yang tinggi,

terdapat 15,1 persen wisatawan dengan tingkat terpaan pemasaran sponsorship

yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif dan 84,9 persen

wisatawan dengan terpaan pemasaran sponsorship yang tinggi memiliki tingkat

persepsi terhadap pesan yang positif. Angka tersebut menunjukkan

Page 124: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

107

kecenderungan dimana semakin tinggi terpaan pemasaran sponsorship maka

semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima

informasi dari pemasaran sponsorship – yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah yang berkolaborasi dengan pihak lain berupa

kegiatan cinta lingkungan, sosial, seni budaya dan hiburan pendukung, peringatan

hari-hari bersejarah, serta kunjungan wisata - memiliki persepsi positif terhadap

pesan. Wisatwan menilai bahwa pesan yang disampaikan berupa informasi umum

mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih

spesifik mengenai pesan cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan pemasaran sponsorship dengan persepsi terhadap pesan

sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat

signifikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti

terdapat hubungan antara terpaan pemasaran sponsorship dengan persepsi

wisatawan terhadap pesan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan

pemasaran sponsorship maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan

yang disampaikan, baik berupa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik

wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta

lingkungan.

8.1.5 Hubungan Terpaan Publisitas dengan Persepsi terhadap Pesan

Hubungan antara terpaan publisitas dengan persepsi terhadap pesan

dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah terpaan publisitas yang berbeda diikuti dengan persepsi

terhadap pesan yang berbeda pula. Hubungan antara terpaan publisitas dengan

persepsi terhadap pesan disajikan dalam Tabel 26.

Tabel 26. Persentase Terpaan Publisitas dengan Persepsi terhadap Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Publisitas

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 47,8 17,6 35,0

Positif 52,2 82,4 65,0

Total 100,0

(46)

100,0

(34)

100,0

(80)

Page 125: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

108

Tabel 26 menunjukkan bahwa sebesar 47,8 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan publisitas yang rendah memiliki tingkat persespi terhadap pesan

yang negatif dan 52,2 persen wisatawan dengan tingkat terpaan publisitas yang

rendah memiliki tingkat persespi terhadap pesan yang positif. Untuk wisatawan

dengan tingkat terpaan publisitas yang tinggi, terdapat 17,6 persen wisatawan

dengan tingkat terpaan publisitas yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap

pesan yang negatif dan 82,4 persen wisatawan dengan tingkat terpaan publisitas

yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap pesan yang positif. Angka tersebut

menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi terpaan publisitas maka

semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima

informasi dari publisitas – berupa informasi tentang obyek dan daya tarik wisata

(ODTW) dan kegiatan-kegiatan yang diselengarakan di dalamnya pada surat

kabar lokal, siaran radio lokal milik pemerintah atau swasta, dan siaran televisi

lokal - memiliki persepsi positif pada pesan yang disampaikan. Pesan tersebut

berupa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi

yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan publisitas dengan persepsi terhadap pesan sebesar 0,005.

Nilai signifikansi 0,005 menunjukkan hubungan yang signifikan. Nilai tersebut

lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti terdapat hubungan antara

terpaan publisitas dengan persepsi wisatawan terhadap pesan. Nilai ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan publisitas maka semakin positif

persepsi wisatawan terhadap pesan yang disampaikan, baik berupa informasi

umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat

lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan.

8.1.6 Hubungan Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut/Word of Mouth

Marketing (WOM) dengan Persepsi terhadap Pesan

Hubungan antara terpaan pemasaran dari mulut ke mulut dengan persepsi

terhadap pesan dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpaan pemasaran

dari mulut ke mulut dengan persepsi terhadap pesan. Hubungan antara terpaan

Page 126: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

109

pemasaran dari mulut ke mulut dengan persepsi terhadap pesan disajikan dalam

Tabel 27.

Tabel 27. Persentase Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut dengan Persepsi

terhadap Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut/Word of Mouth

Marketing (WOM)

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 51,2 16,2 35,0

Positif 48,8 83,8 65,0

Total 100,0

(43)

100,0

(37)

100,0

(80)

Tabel 27 menunjukkan bahwa sebesar 51,2 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan pemasaran dari mulut ke mulut yang rendah memiliki tingkat

persepsi terhadap pesan yang negatif dan 48,8 persen wisatawan dengan tingkat

terpaan pemasaran dari mulut ke mulut yang rendah memiliki tingkat persepsi

terhadap pesan yang positif. Untuk wisatawan dengan tingkat terpaan pemasaran

dari mulut ke mulut yang tinggi, terdapat 16,2 persen wisatawan dengan tingkat

terpaan pemasaran dari mulut ke mulut yang tinggi memiliki tingkat persepsi

terhadap pesan yang negatif dan 83,8 persen wisatawan dengan tingkat terpaan

pemasaran dari mulut ke mulut yang tinggi memiliki tingkat persepsi terhadap

pesan yang positif. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin

tinggi terpaan pemasaran dari mulut ke mulut maka semakin positif persepsi

wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima informasi melalui

pemasaran dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh pihak pengelola memiliki

persepsi positif pada pesan yang disampaikan berupa informasi umum mengenai

obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik

mengenai pesan cinta lingkungan.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan pemasaran dari mulut ke mulut dengan persepsi terhadap

pesan sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 menunjukkan hubungan yang

signifikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti

terdapat hubungan antara terpaan pemasaran dari mulut ke mulut dengan persepsi

wisatawan terhadap pesan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan

pemasaran dari mulut ke mulut maka semakin positif persepsi wisatawan terhadap

Page 127: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

110

pesan yang disampaikan, baik berupa informasi umum mengenai obyek dan daya

tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta

lingkungan.

8.2 Hubungan Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi

terhadap Pesan

Hubungan antara terpaan dari luar komunikasi pemasaran dengan persepsi

terhadap pesan dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpaan dari luar

komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan. Hubungan antara terpaan

dari luar komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan disajikan dalam

Tabel 28.

Tabel 28. Persentase Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran oleh Pihak

Pengelola dengan Persepsi terhadap Pesan

Persepsi

terhadap Pesan

Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran

Rendah (%) Tinggi (%) Jumlah (%)

Negatif 51,2 16,2 35,0

Positif 48,8 83,8 65,0

Total 100,0

(43)

100,0

(37)

100,0

(80)

Tabel 28 menunjukkan bahwa sebesar 51,2 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang rendah memiliki tingkat

persepsi terhadap pesan yang negatif dan 48,8 persen wisatawan dengan tingkat

terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang rendah memiliki tingkat persepsi

terhadap pesan yang positif. Untuk wisatawan dengan terpaan dari luar

komunikasi pemasaran yang tinggi, terdapat 16,2 persen wisatawan dengan

tingkat terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang tinggi memiliki tingkat

persepsi terhadap pesan yang negatif dan 83,8 persen wisatawan dengan tingkat

terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang tinggi memiliki tingkat persepsi

terhadap pesan yang positif. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana

semakin tinggi terpaan dari luar komunikasi pemasaran maka semakin positif

persepsi wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima informasi dari luar

komunikasi pemasaran - yang berasal dari teman/keluarga (saudara)/rekan

Page 128: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

111

kerja/masyarakat setempat - memiliki persepsi positif terhadap pesan yang

disampaikan. Pesan tersebut berupa informasi umum mengenai obyek dan daya

tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta

lingkungan.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara terpaan dari luar komunikasi pemasaran dengan persepsi

terhadap pesan sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001 menunjukkan hubungan

yang signifikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan

berarti terdapat hubungan antara terpaan dari luar komunikasi pemasaran dengan

persepsi wisatawan terhadap pesan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

terpaan dari luar komunikasi pemasaran maka semakin positif persepsi wisatawan

terhadap pesan yang disampaikan. Pesan tersebut berupa informasi umum

mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih

spesifik mengenai pesan cinta lingkungan.

Walaupun menunjukkan hubungan yang signifikan, tetapi terpaan dari luar

komunikasi pemasaran cenderung rendah. Kecenderungan terpaan dari luar

komunikasi pemasaran yang rendah disebabkan oleh informasi tersebut hanya

bersifat penguatan terhadap informasi yang didapat dari komunikasi pemasaran.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun informasi dari luar komunikasi pemasaran

lengkap, namun cenderung kurang jelas. Sebagian besar informasi sudah

didapatkan wisatawan dari komunikasi pemasaran. Setelah mendapat informasi

dari komunikasi pemasaran, mereka akan memperkuat informasi tersebut dengan

melengkapi informasi dari luar komunikasi pemasaran, yang berasal dari

teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat setempat.

Page 129: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

112

BAB IX

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PESAN

DENGAN PERILAKU WISATAWAN

Persepsi terhadap pesan dalam aspek pariwisata adalah upaya wisatawan

dalam menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berkaitan dengan

Obyek Wisata Alam Gunung Galungggung. Wisatawan memberikan makna

kepada informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata dan informasi

yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan

(konservasi)/lingkungan hidup. Sedangkan perilaku wisata adalah kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang merupakan efek komunikasi

pemasaran. Karena Gunung Galunggung merupakan obyek wisata alam,

wisatawan yang datang ke obyek wisata alam ini selain berekreasi untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu bersamaan wisatawan

juga dituntut untuk berperilaku cinta lingkungan. Namun, masih ada beberapa

wisatawan yang belum menyadari arti pentingnya menjaga lingkungan obyek

wisata. Meskipun memiliki persepsi positif terhadap pesan, 7,7 persen wisatawan

tersebut berperilaku negatif di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Hal ini karena faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi mereka ketika

berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hubungan persepsi terhadap pesan

yang berupa kejelasan dan kelengkapan isi pesan dengan perilaku wisatawan yang

berupa perilaku rekreasi dan perilaku cinta lingkungan (konservasi). Penyajian

data dimulai dengan mendeskripsikan hipotesis awal yang akan diuji hubungan

kausalnya secara singkat. Setelah mendeskripsikan hipotesis awal, penyajian data

berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antar variabel yang diuji.

Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai

hubungan antar variabel.

9.1. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Wisatawan

Hipotesis awal menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara persepsi

terhadap pesan dengan perilaku wisatawan terbukti pada semua bentuk perilaku

Page 130: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

113

wisatawan. Hipotesis awal ini menyatakan bahwa semakin positif persepsi

wisatawan terhadap pesan, maka semakin positif pula perilaku wisatanya. Agar

dapat melihat hubungan antara keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan

menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan

perilaku wisatawan. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi

(Approx. Sig.). Jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima,

artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Sedangkan,

jika Approx. Sig. lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak, artinya terdapat

hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Untuk lebih jelasnya, hubungan

antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Wisatawan

Perilaku

Wisatawan

Persepsi Terhadap Pesan

Negatif (%) Positif (%) Jumlah (%)

Negatif 46,4 7,7 21,3

Positif 53,6 92,3 78,8

Total 100,0

(28)

100,0

(52)

100,0

(80)

Tabel 29 menunjukkan bahwa sebesar 46,4 persen wisatawan dengan

tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku wisata

yang juga negatif dan 53,6 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap

pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku wisata yang positif. Untuk

wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif, terdapat 7,7

persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki

tingkat perilaku wisata yang negatif dan 92,3 persen wisatawan dengan tingkat

persepsi terhadap pesan yang positif memiliki tingkat perilaku wisata yang positif

pula. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin positif

persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif pula perilaku wisatanya.

Wisatawan yang memiliki persepsi bahwa informasi umum mengenai obyek dan

daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan

cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap, memiliki perilaku wisata yang positif.

Mayoritas wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung sudah

menunjukkan perilaku rekreasi dan perilaku cinta lingkungan yang positif.

Page 131: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

114

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata sebesar 0,000.

Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat signifikan. Nilai

tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti terdapat hubungan

antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata. Nilai ini menunjukkan

bahwa semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif

pula perilaku wisatanya, baik perilaku rekreasi maupun perilaku cinta lingkungan.

9.1.1. Hubungan antara Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Rekreasi

Hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi

dilakukan dengan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap

pesan dengan perilaku rekreasi. Hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan

perilaku rekreasi disajikan dalam Tabel 30.

Tabel 30. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Rekreasi

Perilaku Rekreasi Persepsi Terhadap Pesan

Negatif (%) Positif (%) Jumlah (%)

Negatif 64,3 7,7 27,5

Positif 35,7 92,3 72,5

Total 100,0

(28)

100,0

(52)

100,0

(80)

Tabel 30 menunjukkan bahwa sebesar 64,3 persen wisatawan dengan

tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku rekreasi

yang negatif pula dan 35,7 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap

pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku rekreasi yang positif. Untuk

wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif, terdapat 7,7

persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki

tingkat perilaku rekreasi yang negatif dan 92,3 persen wisatawan dengan tingkat

persepsi terhadap pesan yang positif memiliki tingkat perilaku rekreasi yang juga

positif. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin positif

persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif perilaku rekreasinya.

Wisatawan yang memiliki persepsi bahwa informasi umum mengenai obyek dan

daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan

cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap, memiliki perilaku rekreasi yang positif.

Page 132: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

115

Mayoritas wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dapat

menentukan pengambilan keputusan untuk seringnya berkunjung (frekuensi

kunjungan), memilih obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang tersedia,

menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan selanjutnya.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi sebesar 0,000.

Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat signifikan. Nilai

tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti terdapat hubungan

antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi. Nilai ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif

perilaku rekreasinya. Mereka dapat menentukan pengambilan keputusan untuk

seringnya berkunjung, memilih obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang

tersedia, menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan selanjutnya.

9.1.2. Hubungan antara Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta

Lingkungan (Konservasi)

Hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta

lingkungan dilakukan dengan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji

ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi

terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan. Hubungan antara persepsi

terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan disajikan dalam Tabel 31.

Tabel 31. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta Lingkungan

Perilaku Cinta

Lingkungan

Persepsi Terhadap Pesan

Negatif (%) Positif (%) Jumlah (%)

Negatif 50,0 21,2 31,3

Positif 50,0 78,8 68,8

Total 100,0

(28)

100,0

(52)

100,0

(80)

Tabel 30 menunjukkan bahwa sebesar 50,0 persen wisatawan dengan

tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku cinta

lingkungan yang juga negatif dan 50,0 persen wisatawan dengan tingkat persepsi

terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku cinta lingkungan yang

positif. Untuk responden dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif,

Page 133: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

116

terdapat 21,2 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang

positif memiliki tingkat perilaku cinta lingkungan yang negatif dan 78,8 persen

wisatawan dengan perilaku komunikasi yang positif memiliki tingkat perilaku

cinta lingkungan yang positif pula. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan

dimana semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif

pula perilaku cinta lingkungannya. Wisatawan yang memiliki persepsi bahwa

informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang

bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap,

memiliki perilaku cinta lingkungan yang positif. Wisatawan sudah ikut

berpartisipasi dalam rangka upaya pencegahan kerusakan dan pemeliharaan

kawasan obyek wisata ketika mereka berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung

Galunggung.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk

hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan

sebesar 0,008. Nilai signifikansi 0,008 menunjukkan hubungan yang signifikan.

Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak dan berarti terdapat

hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan. Nilai

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi wisatawan terhadap pesan maka

semakin positif perilaku lingkungannya. Hal ini menandakan bahwa mayoritas

wisatawan mampu menjaga lingkungan obyek wisata dengan baik ketika mereka

berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung. Wisatawan sudah membuang

sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti

mencorat-coret fasilitas, merokok dan bentuk vandalisme lainnya.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitan, wisatawan Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung termasuk kategori wisatawan terpelajar. Oleh karena itu

mereka sudah dapat menjaga lingkungan obyek wisata dengan baik ketika mereka

berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung. Wisatawan sudah membuang

sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti

mencorat-coret fasilitas, merokok dan bentuk vandalisme lainnya, sehingga

tercipta suatu keadaan yang bersih, sejuk, dan indah di kawasan Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung.

Page 134: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

117

Menurut Azwar (1990) dalam Arif (2004), sampah (refuse) adalah

sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus

dibuang (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena kotoran

manusia tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat. Selain itu,

menurut Murtadho (1988) dalam Arif (2004), sampah organik meliputi limbah

padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari sektor

pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa pembungkus makanan, sampah

sayuran, dan kulit buah-buahan yang tidak semuanya dapat mudah membusuk.

Selanjutnya, secara teknis sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa

kelompok, yaitu: sampah organik mudah membusuk (garbage), sampah organik

tidak membusuk (rubbish), sampah abu hasil pembakaran, sampah bangkai

binatang, sampah hasil sapuan (steet sweeping), sampah industri (industrial

waste) dan sampah berbahaya. Dengan demikian, sampah adalah barang bekas

hasil pakai, baik yang cepat terurai maupun bahan yang tidak dapat terurai yang

dapat menyebabkan kontaminasi dan perusakan lingkungan.

Jenis sampah organik tidak membusuk (rubbish) merupakan jenis sampah

yang berpotensi merusak lingkungan di kawasan obyek wisata. Sampah organik

tidak membusuk (rubbish) yaitu sampah padat anorganik cukup kering dan sulit

terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Hal ini disebabkan karena

rantai kimia yang panjang dan kompleks, seperti: plastik, kaca, dan besi. Plastik

merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan oleh wisatawan, seperti plastik

pembungkus minuman dan makanan kemasan, serta kemasan perlengkapan

mandi. Meskipun sampah jenis plastik ini membahayakan lingkungan, namun

kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung tetap terpelihara. Hal ini

karena sebesar 95 persen wisatawan menunjukkan perilaku membuang sampah

pada tempatnya.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, perilaku wisatawan

membuang sampah didukung oleh fasilitas kebersihan yang memadai dimana di

setiap tempat-tempat yang sering dilalui oleh wisatawan terdapat tempat sampah.

Sebesar 52,5 persen wisatawan menyatakan bahwa di kawasan Cipanas

Galunggung keberadaan tempat sampah mudah ditemui. Fasilitas tempat sampah

di kawasan ini juga sudah dibedakan menurut jenis sampahnya. Sebesar 65 persen

Page 135: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

118

wisatawan sudah membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah

tersebut. Selain terdapat fasilitas yang memadai, di kawasan ini juga diterapkan

sanksi untuk wisatawan yang membuang sampah sembarangan. Sanksi paling

ringan berupa teguran dari pihak pengelola. Selanjutnya jika teguran tidak

dihiraukan, akan diberlakukan sanksi lebih lanjut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku seperti denda berupa uang atau kurungan.

Tetapi hal ini jarang terjadi, karena sebesar 55 persen wisatawan sudah

mengetahui sanksi yang akan diperoleh jika mereka tidak membuang sampah

pada tempatnya.

Selain sampah, vandalisme juga dapat merusak kawasan obyek wisata.

Menurut Soemarwoto (2004), vandalisme ialah kegiatan manusia yang merusak.

Namun tidak semua perusakan adalah vandalisme. Perusakan tanpa alasan

(“iseng”) dan tidak bertanggung jawab itulah vandalisme (Tjondronegoro, 1985

dalam Arif, 2004). Vandalisme merupakan perilaku yang merusak dan dapat

terjadi karena kurangnya kesadaran seseorang untuk ikut memelihara benda-benda

atau kondisi-kondisi yang ada di sekitarnya yang bermanfaat bagi masyarakat.

Bentuk vandalisme yang sangat umum ialah dalam bentuk corat-coret.

Perbuatan itu sering dilakukan dengan tidak menyadari kerusakan yang

diakibatkan olehnya (Soemarwoto, 2004). Namun, di Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung aksi vandalisme ini tidak banyak ditemukan. Hal ini karena

sebesar 90 persen wisatawan tidak melakukan perilaku vandalisme ketika berada

di kawasan obyek wisata. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, perilaku

vandalisme ditunjukkan dengan tidak mencoret-coret fasilitas yang terdapat di

kawasan obyek wisata seperti pada dinding-dinding di WC umum dan bak rendam

air panas, tempat duduk, anak tangga, dan pepohonan. Bentuk vandalisme

mencoret-coret fasilitas sudah jarang ditemukan. Menurut hasil observasi, adapun

tempat yang masih ditemukan coretan-coretan tersebut di anak tangga menuju

kawah. Namun, secara keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata

ini cenderung sudah memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga

kelestarian dan keindahan kawasan wisata. Perilaku cinta lingkungan ini terjadi

selain karena diterapkan sanksi, juga karena fasilitas yang ada di kawasan wisata

Page 136: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

119

sudah terjaga dengan baik sehingga dengan sendirinya wisatawan merasa segan

untuk melakukan aksi vandalisme.

Selain tidak mencorat-coret fasilitas, perilaku cinta lingkungan yang

ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak merokok. Sebesar 66 persen

wisatawan tidak merokok ketika berada di dalam kawasan Obyek Wisata Alam

Gunung Galunggung. Kecenderungan wisatawan untuk tidak merokok

dikarenakan wisatawan sudah memiliki kesadaran akan bahaya polusi yang

ditimbulkan oleh asap rokok bagi kawasan wisata. Selain itu, sikap tersebut

diperkuat dengan situasi yang tidak memungkinkan untuk merokok di obyek

wisata ini, terutama jika wisatawan akan mengunjungi kawah. Obyek wisata

kawah ditempuh dengan menaiki dan menuruni 620 anak tangga. Aktivitas

menaiki dan menuruni anak tangga sebanyak itu tidak dapat dilakukan dengan

baik ketika wisatawan tersebut merokok. Disamping itu, tekanan udara di

kawasan Gunung Galunggung tergolong rendah sehingga wisatawan memerlukan

usaha yang lebih untuk bernafas secara normal. Untuk perilaku cinta lingkungan

lainnya yang ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak menebang

pohon, tidak mengambil/menebang kayu bakar di kawasan Gunung Galunggung,

dan tidak mengambil ikan di kawah.

Selain diberlakukan denda bagi wisatawan yang melakukan vandalisme,

terdapat upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi vandalisme.

Menurut Sternloff and Warren (1984) dalam Arif (2004), upaya-upaya tersebut

adalah: (a) pendidikan terhadap pengunjung yaitu pendidikan, penerangan, dan

pemberian informasi yang terus-menerus dilakukan, wisatawan hendaknya selalu

diingatkan bahwa jika merusak kawasan obyek wisata alam selain akan merusak

keindahan alam juga akan merusak alam itu sendiri; (b) pendidikan terhadap staf

atau pegawai (pihak pengelola obyek wisata); (c) partisipasi wisatawan berupa

pemberian saran kepada pengelola kawasan; (d) desain dan konstruksi fasilitas;

(e) penggantian dan perbaikan; dan (g) pengawasan dan hukuman.

Dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala

bentuk vandalisme, wisatawan telah berpartisipasi dalam upaya pencegahan

kerusakan dan pemeliharaan lingkungan Obyek Wisata Alam Gunung

Page 137: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

120

Galunggung. Hal ini akan menciptakan suatu keadaan yang bersih, sejuk, dan

indah di lingkungan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.

Dalam sapta pesona, bersih dari segi lingkungan yaitu wisatawan

menemukan lingkungan bersih dan bebas dari sampah, limbah, maupun

pencemaran lainnya. Bersih dari segi bahan yaitu wisatawan mendapatkan bahan

yang bersih baik pada makanan, minuman, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyajian. Selanjutnya, sejuk merupakan suatu kondisi lingkungan

yang memberikan suasana segar dan nyaman. Selain itu, terdapat unsur indah

merupakan suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan penataan yang teratur,

tertib, dan serasi, sehingga memancarkan keindahan. Indah dari segi alam yaitu

wisatawan akan mendapatkan lingkungan yang indah dikarenakan pemeliharaan

dan pelestarian yang teratur dan terus menerus.

Page 138: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

121

BAB X

PENUTUP

10.1 Kesimpulan

Pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galungung telah berhasil

melakukan komunikasi pemasaran obyek wisata kepada para wisatawan.

Wisatawan memiliki persepsi positif terhadap komunikasi pemasaran, sehingga

perilaku wisatanya lebih baik. Hubungan antara terpaan komunikasi pemasaran

dengan persepsi terhadap pesan menunjukkan hubungan yang sangat signifikan.

Semakin tinggi terpaan komunikasi pemasaran maka semakin positif persepsi

wisatawan terhadap pesan. Wisatawan yang menerima informasi Obyek Wisata

Alam Gunung Galunggung dari berbagai bentuk komunikasi pemasaran

(periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi penjualan, pemasaran

sponsorship, publisitas, dan pemasaran dari mulut ke mulut) menilai bahwa pesan

yang disampaikan sudah jelas dan lengkap. Meskipun secara umum terpaan

komunikasi pemasaran berhubungan dengan persepsi terhadap pesan, tetapi masih

ada yang tergolong kategori rendah yaitu pada promosi penjualan, publisitas, dan

pemasaran dari mulut ke mulut. Promosi penjualan tergolong rendah karena

kurangnya sosialisasi mengenai harga tiket masuk. Publisitas tergolong rendah

karena frekuensi tayang radio dan televisi lokal cenderung rendah, sedangkan

pemasaran dari mulut ke mulut tergolong rendah karena wisatawan tidak

memperoleh informasi langsung dari pihak pengelola.

Terpaan dari luar komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan

juga memiliki hubungan yang signifikan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

nilai signifikansi untuk terpaan komunikasi pemasaran lebih besar daripada

terpaan diluar komunikasi pemasaran. Kondisi ini dapat terjadi karena informasi

yang berasal dari teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat setempat

hanya bersifat sebagai penguat terhadap informasi yang didapat dari komunikasi

pemasaran. Meskipun informasi dari luar komunikasi pemasaran sudah lengkap,

namun cenderung kurang jelas. Sebagian besar informasi sudah didapatkan

wisatawan dari komunikasi pemasaran, mereka akan memperkuat informasi

tersebut dengan melengkapinya dari luar komunikasi pemasaran.

Page 139: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

122

Persepsi yang terbentuk akibat terpaan komunikasi pemasaran juga

memiliki hubungan dengan perilaku wisatawan. Hubungan antara persepsi

terhadap pesan dengan perilaku wisatawan menunjukkan hubungan yang sangat

signifikan. Semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin

positif perilaku wisatanya. Wisatawan yang menerima informasi mengenai Obyek

Wisata Alam Gunung Galungung secara jelas dan lengkap, menunjukkan perilaku

rekreasi dan perilaku cinta lingkungan yang positif. Selain berekreasi untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu bersamaan wisatawan

juga dapat menjaga kelestarian kawasan obyek wisata. Dari kedua perilaku

wisatawan, perilaku rekreasi memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perilaku

cinta lingkungan. Informasi mengenai obyek wisata lebih banyak diterima oleh

wisatawan dibandingkan dengan informasi mengenai pesan cinta lingkungan,

sehingga perhatian wisatawan lebih tertuju pada keindahan obyek wisata alamnya

dibandingkan dengan perhatian terhadap perilaku cinta lingkungan. Hal ini

menyebabkan wisatawan lebih dapat menentukan pengambilan keputusan untuk

seringnya berkunjung, memilih obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang

tersedia, menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan selanjutnya.

10.2 Saran

Penambahan komunikasi pemasaran pada promosi penjualan, publisitas,

dan pemasaran dari mulut ke mulut/word of mouth marketing (WOM) yang

dilakukan oleh Pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Pada

promosi penjualan lebih dilakukan sosialisasi mengenai harga tiket masuk. Selain

itu, pada publisitas dilakukan penambahan frekuensi tayang pada siaran radio dan

televisi lokal untuk menginformasikan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung,

sedangkan pada WOM, pihak pengelola yang berada di kawasan obyek wisata

diharapkan untuk lebih memberikan informasi kepada para wisatawan. Informasi

yang disampaikan dapat berupa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik

wisata dan informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta

lingkungan. Selain penambahan komunikasi pemasaran, pihak pengelola juga

diharapkan lebih memperhatikam fasilitas jalan di jalur wisata dengan upaya

perbaikan dan pembenahan.

Page 140: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

123

DAFTAR PUSTAKA

Amini, F. 2004. Hubungan Kepribadian, Persepsi, dan Terpaan Kampanye

Komunikasi dengan Perilaku ”Word of Mouth”. Tesis. Program

Pascsarjana, Universitas Indonesia.

Angipora, P. M. 2002. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Arif, Reno. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional dalam

Meningkatkan Kesadaran Konservasi Pengunjung (Kasus di Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango). Tesis. Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari

Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI bekerjasama dengan Pusat

Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM.

DeVito, J. A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Ed ke-5. Maulana A, penerjemah.

Jakarta: Professional Books. Terjemahan dari: Human Communication.

Donohew, L.P., Palmgreen dan Duncan J. 1980. An Activation Model of

Information Exposure. Communication Monographs.

Engel J.F., Blackwell RD dan Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Ed

ke-6. Budiyanto FX, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan

dari: Consumer Behavior.

Furbani, Widiastuti. 2008. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku

Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek

Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB). Tesis. Program Studi

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Page 141: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

124

Hartono, Ernawati Eko. 2008. Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

(TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Tesis.

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Lasswell, H. 1948. The Structure and Function of Communication in Society, The

Communication of Ideas. L. Brison, editor. New York: Institute for

Religious and Social Studies.

Lovelock, C. H dan L. K. Wright. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa (Edisi

Bahasa Indonesia). Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

McQuail, D. 1987. Teori Komunikasi Massa. Ed ke-2. Dharma A, Ram A,

penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Mass Communication

Theory, Second Edition.

Middleton, VTC dan Clarke J. 2001. Marketing in Travel and Tourism. Ed ke-3.

Oxford: Elsevier.

Miller, G.A. 1974. Psychology and Communication. Washington, D.C.: Voice of

America, USA.

Muljadi, A. J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Morissan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Terjemahan).

Tangerang: Ramdina Prakarsa.

Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Bogor

(tidak dipublikasikan).

Pitana, I Gde dan Surya, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:

ANDI.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 142: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

125

Rivers, W.L., Jensen JW dan Peterson T. 2003. Media Massa dan Masyarakat

Modern. Ed ke-2. Munandar H dan Priatna D, penerjemah. Jakarta:

Prenada Media. Terjemahan dari: Mass Media and Modern Society.

Rogers, Everett M. 1973. Mass Media and Interpersonal Communication. New

York: The Free Press.

Severin, Werner J dan Tankard, JW. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,

dan Terapan dalam Komunikasi Massa. Ed ke-5. Hariyanto S,

penerjemah. Jakarta: Prenada Media. Terjemahan dari: Communication

Theories: Origins, Method, dan Use in the Mass Media.

Shimp, Terrence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu. Jilid 1. Ed ke-5. Sjahrial R dan Anikasri D,

penerjemah; Mahanani N, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:

Advertising Promotion and Integrated Marketing Communications, 5th

Ed.

Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan.

Suparman, Tjetjep. 1996. Komunikasi Pemasaran Pariwisata Indonesia Di

Taiwan. Tesis. Program Studi Ilmu Komunikasi, Kekhususan Manajemen

Komunikasi, Bidang Ilmu Sosial, Program Pascasarjana Universitas

Indonesia.

Sya, Ahman. 2005. Geowisata Kabupaten Tasikmalaya. Garut: CV. Gadjah

Poleng

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Wahab, Salah. 1997. Pemasaran Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Yoeti, Oka A. 1985. Pemasaran Pariwisata. Bandung. Angkasa.

Page 143: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

126

Lampiran 1. Hasil Pengolahan Data

Frequencies Tabel dari Karakteristik Responden

asal daerah wisatawan

52 65,0 65,0 65,0

28 35,0 35,0 100,0

80 100,0 100,0

tasikmalaya

luar tasikmalaya

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

Percent

jenis kelamin wisatawan

36 45,0 45,0 45,0

44 55,0 55,0 100,0

80 100,0 100,0

perempuan

laki-laki

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

kategori tingkat pendidikan wisatawan

4 5,0 5,0 5,0

32 40,0 40,0 45,0

44 55,0 55,0 100,0

80 100,0 100,0

rendah

sedang

tinggi

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

Percent

umur wisatawan

60 75,0 75,0 75,0

12 15,0 15,0 90,0

8 10,0 10,0 100,0

80 100,0 100,0

muda

dewasa

tua

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Page 144: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

127

jenis pekerjaan wisatawan

10 12,5 12,5 12,5

8 10,0 10,0 22,5

9 11,3 11,3 33,8

4 5,0 5,0 38,8

16 20,0 20,0 58,8

27 33,8 33,8 92,5

4 5,0 5,0 97,5

2 2,5 2,5 100,0

80 100,0 100,0

pns

swasta

wirausaha

pedagang

pelajar

mahasiswa

petani

lainny a

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

frekuensi kunjungan wisatawan

48 60,0 60,0 60,0

20 25,0 25,0 85,0

12 15,0 15,0 100,0

80 100,0 100,0

rendah

sedang

tinggi

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

Percent

Crosstabs

1. Terpaan Komunikasi Pemasaran * Persepsi terhadap Pesan

Symmetric Measures

,636 ,091 7,280 ,000c

,636 ,091 7,280 ,000c

80

Pearson's RInterv al by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asy mp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Crosstabulation

Count

20 8 28 5 47 52

25 55 80

negatif positif

persepsi terhadap pesan

Total

rendah tinggi

terpaan komunikasi pemasaran

Total

Page 145: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

128

2. Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran * Persepsi terhadap Pesan

3. Persepsi terhadap Pesan * Perilaku Wisatawan

Symmetric Measures

,452 ,104 4,471 ,000c

,452 ,104 4,471 ,000c

80

Pearson's RInterv al by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asy mp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Crosstabulation

Count

13 4 17

15 48 63 28 52 80

negatif positif

perilaku wisatawan

Total

negatif positif

persepsi terhadap pesan

Total

Crosstabulation

n

Count

22 6 28

21 31 52 43 37 80

negatif positifi

persepsi terhadap pesan

Total

rendah tinggi

terpaan dari luar komunikasi pemasaran

Total

Symmetric Measures

,365 ,099 3,466 ,001 c

,365 ,099 3,466 ,001 c

80

Pearson's R Interval by Interval Spearman Correlation Ordinal by Ordinal

N of Valid Cases

Value Asymp.

Std. Error a Approx. T b

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.

Based on normal approximation. c.

Page 146: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

129

Lampiran 2. Media Komunikasi Pemasaran

Iklan Kegiatan Wisata di Media Cetak (Surat Kabar)

Spanduk Kegiatan Wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Page 147: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

130

Brosur Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Page 148: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

131

Pamflet Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Booklet Cluster Ekowisata di Jawa Barat

Page 149: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

132

Peta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya

Page 150: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

133

Keterangan Peta Wisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya

Page 151: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

134

Spanduk Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan Lingkungan Hidup

(Pelestarian Lingkungan) di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Baliho Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Gunung Galunggung

Baliho Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan Lingkungan Hidup

(Pelestarian Lingkungan) di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Page 152: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

135

Lampiran 3. Foto-foto Dokumentasi

a. Obyek dan Daya Tarik Wisata (Attraction)

Kolam Renang Air Panas Buatan

Kolam Renang Air Panas Hydrotheraphy

Kolam Renang Air Panas Alami Panorama Alam

Curug (Air Terjun) Panoongan

Page 153: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

136

Tangga Menuju Kawah Galunggung Kawah Galunggung

b. Fasilitas (Aminities)

Bak Rendam Air Panas Area Parkir

Mushola di Area Kawah Mushola di Area Cipanas

Area Bermain Saung Rangon

Page 154: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

137

Wisma Tempat Beristirahat Panggung Hiburan

WC di Area Kawah WC di Area Cipanas

Area Berkemah (Camping Ground) Ruang Ganti Pakaian

Tempat Penitipan Barang Rumah Makan

Page 155: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

138

Gerai Souvenir dan Oleh-oleh

Tower Komunikasi Wartel

Tempat Sampah yang Dibedakan Menurut Jenis Sampah

Tempat Sampah Bak Penampungan Sampah

Page 156: PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP ... · bentuk komunikasi pemasaran (periklanan, komunikasi di obyek wisata, promosi ... Semakin positif persepsi wisatawan terhadap

139

c. Aksesibilitas

Kendaraan Umum (Bis Travel), Kendaraan Umum (Angkot), Kendaraan Pribadi,

dan Jalan Menuju Obyek Wisata