PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP...
Transcript of PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP...
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI
( Skripsi )
Oleh
DAVID SAPUTRA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
ABSTRACT
INFLUENCE OF MANAGERIAL SKILLS ON EARNINGS MANAGEMENT WITH THE COMPOSITION OF THE BOARD OF
COMMISSIONERS AS A MODERATING VARIABLE
By
David Saputra
This study aims to empirically examine the effect of managerial skills on earnings management by the composition of the board of commissioners as a moderating variable. Managerial skills were measured using Data Envelopment Analysis (DEA) to measure the level of efficiency manager, Earnings management as the dependent variable is measured by discretionary accrual from the Modified Jones models, the composition of the board of commissioners was measured by dividing the total of independent commissioners to total
This study used a sample of manufacturing firms during the years 2009-2011 by using purposive sampling method. The data used were obtained from annual reports listed manufacturing companies BEI. There are 141 companies during the years 2009-2011 that meet the criteria. The method of analysis used in this study is multiple regression analysis.
board of commissioners.
This study found that managerial skills have a significant effect on earnings management, while the composition of the board of commissioners
did not have any effect on the relationship between managerial ability and earnings management.
Keywords: Earnings Management, Data Envelopment Analysis (DEA), Multiple Linear Regression Analysis, Manufacturing Firm .
ABSTRAK
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI
Oleh
David Saputra
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan komposisi dewan komisaris sebagai variabel pemoderasi. Kecakapan manajerial diukur menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang mengukur tingkat efisiensi manajer. Manajemen laba sebagai variabel dependen diukur dengan menggunakan discretionary accrual dengan menggunakan model Modified Jones. Komposisi dewan komisaris diukur dengan cara membagi jumlah dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur selama tahun 2009-2011 dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI . Terdapat 141 perusahaan selama tahun 2009-2011 yang memenuhi kriteria. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Penelitian ini menemukan bahwa variabel kecakapan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (earnings management), sedangkan variabel komposisi dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba (earnings management).
Kata kunci: Manajemen Laba, Data Envelopment Analysis (DEA), Analisis Regresi Linear Berganda, Perusahaan Manufaktur.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target
rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan
kepuasaannya, dan dalam hal ini bonus. Tindakan oportunis ini dilakukan
dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan
dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Hal
inilah yang dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management).
Tindakan manajemen laba tentu saja tidak lepas dari campur tangan seorang
manajer. Seorang manajer yang cakap tentu saja memiliki kemampuan yang
memadai dari segi tingkat intelegensia yang tinggi, tingkat pendidikan yang
cukup tinggi, serta pengalaman yang cukup di bidang keuangan. Manajer
yang cakap dan mampu membuat keputusan-keputusan yang member nilai
tambah bagi perusahaan adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah
perusahaan, tetapi mengharapkan seorang manajer yang cakap akan selalu
melaporkan laba yang berkualitas adalah hal yang naïf. Pada kenyataannya,
manajer mempunyai informasi yang lebih beragam dan lebih baik
kualitasnya dibandingkan dengan para pemegang saham. Tindakan manajer
juga tidak dapat diamati langsung secara terus-menerus oleh para pemegang
saham. Pada kondisi ini, seorang manajer mempunyai informasi
tersembunyi yang bisa dieksploitasi demi kepentingan pribadi manajer.
Perilaku oportunis ini biasanya dimanfaatkan seorang manajer yang cakap
untuk melakukan manajemen laba dengan motivasi untuk mendapatkan
bonus yang besar. Maka dari itu, diperlukan pihak independen yang berasal
dari luar perusahaan guna mengawasi sistem perusahaan berjalan sesuai
dengan peraturan yang sebagaimanamestinya. Disinilah peran dewan
komisaris perusahaan sebagai inti dari corporate governance yang
ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Jadi, peran dewan komisaris ini diharapkan mampu menekan
keinginan manajer untuk melakukan manajemen laba dengan cara
mengawasi kinerja manajer dan hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan
perusahaan perlu persetujuan dulu dari dewan komisaris. Berdasarkan uraian
tersebut maka penelitian ini akan mengambil judul: Pengaruh Kecakapan
Manajerial terhadap Manajemen Laba dengan Komposisi Dewan
Komisaris sebagai Variabel Pemoderasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kecakapan manajerial memiliki pengaruh terhadap manajemen
laba?
2. Apakah komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap
hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba?
1.3 Batasan Masalah
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk kategori
perusahaan manufaktur selama periode 2009-2011 dalam mata uang
rupiah.
2. Variabel kecakapan manajerial akan diukur dengan Data Envelopment
Analysis (DEA) yaitu dengan cara membagi output perusahaan dengan
input perusahaan. Output perusahaan berupa penjualan. Sedangkan input
perusahaan berupa total asset, jumlah tenaga kerja, Days COGS in
Inventory (DCI), dan Days Sales Outstanding (DSO).
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah kecakapan manajerial memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba.
2. Untuk mengetahui apakah komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh
terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari tujuan-tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian
yang berkaitan dengan peran manajer pada praktik manajemen laba,
selain itu penelitian ini memberikan informasi mengenai karakteristik
perusahaan yang melakukan manajemen laba dari sisi keuangan.
1.5.2 Manfaat Praktis
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
mendatang mengenai peran kecakapan manajerial terhadap manajemen
laba. Terutama faktor kecakapan manajerial yang belum banyak diteliti
di Indonesia dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan
bagi pemilik perusahaan dalam mencegah manajemen laba.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh
agent dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan
diantara principal dan agent. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua
individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham
sebagai principal hanya tertarik kepada hasil investasi mereka bertambah
di dalam perusahaan. Sedangkan para manajer sebagai agent menerima
kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai
dalam hubungan tersebut.
2.1.2 Asimetri Informasi
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer (agent)
mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek
di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham
(principal). Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya.
2.1.3 Kecakapan Manajerial
Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat
keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-
faktor sumber daya dan operasional) untuk meningkatkan output
(penjualan). Tingkat keefisienan relatif ini kemudian disimpulkan sebagai
hasil dari kecakapan manajer. Semakin efisien sebuah perusahaan
dibanding dengan perusahaan lainnya dalam subsektor industri
pemanufakturan yang sama, maka semakin cakap manajer yang berada di
perusahaan tersebut (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).
2.1.4 Komposisi Dewan Komisaris
Komposisi Dewan Komisaris adalah susunan keanggotaan yang terdiri
dari komisaris dari luar perusahaan (komisaris independen) dan komisaris
dari dalam perusahaan. Dewan komisaris memiliki peran untuk memonitor
kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir
permasalahan agensi yang muncul antara dewan direksi dan pemengang
saham, sehingga kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai dengan
tujuan yang telah direncanakan.
2.1.5 Manajemen Laba
Setiap individu mempunyai sifat yang cenderung untuk memaksimalkan
kepentingannya sendiri. Demikian juga seorang manajer yang bekerja
dalam sebuah perusahaan akan berusaha mencapai utilitasnya, apalagi
pihak pemilik yang tidak dapat memonitor kinerja manajer setiap saat
untuk meyakinkan bahwa mereka bekerja sesuai keinginan pemegang
saham. Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) mengatakan bahwa
manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut .
2.1.6 Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) biasanya digunakan untuk mengukur
efisiensi relatif organisasi atau perusahaan. Satuan ukuran ini biasanya
dinyatakan dalam Decision Making Unit atau Unit Kegiatan Ekonomi
(UKE). Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE yang
dibandingkan dengan efisiensi UKE lainnya dalam satu kesatuan populasi
sampel. Di sini berlaku syarat bahwa UKE-UKE tersebut memiliki set data
yang terdiri dari jenis input dan output yang sama.
Menurut DEA, UKE dikatakan efisien jika rasio perbandingan
output/input sama dengan 1 atau 100%, artinya UKE tersebut sudah tidak
lagi melakukan pemborosan dalam penggunaan input-inputnya dan atau
mampu memanfaatkan secara optimal kemampuan potensial produksi
yang dimiliki sehingga mampu mencapai tingkat yang efisien.
2.2 Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Kecakapan Manajerial
Berdasarkan teori agensi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
kepentingan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent)
perusahaan yang mengasumsikan bahwa setiap individu bertindak atas
kepentingan serta keuntungan pribadi mereka sendiri dan teori tentang
asimetri informasi yang biasa terjadi di perusahaan yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan keadaan, dimana manajemen (agent)
mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan
pemilik perusahaan (principal). Hal-hal seperti inilah yang dimanfaatkan
seorang manajer untuk melakukan manajemen laba. Hal ini didasari bahwa
berharap seorang manajer yang cakap akan selalu melaporkan laba yang
berkualitas adalah hal yang tidak mungkin, karena seorang manajer yang
cakap dipandang lebih mampu dalam memanfaatkan peluang-peluang
yang ada untuk melakukan manajemen laba, demi mendapatkan bonus
yang lebih besar lagi. Sugiri (2005) dalam Isnugrahadi dan Kusuma (2009)
mengatakan ada dua hal prasyarat yang harus ada agar manajemen selalu
jujur dalam melaksanakan tugasnya. Pertama, kultur organisasional harus
mendukung pengambilan keputusan yang etis. Kedua, manajemen harus
memiliki pemotivator untuk selalu bertindak jujur. Tindakan manajer juga
tidak dapat langsung diamati oleh para pemegang saham. Pada kondisi ini
manajer memiliki informasi tersembunyi yang bisa dieksploitasi demi
kepentingan pribadi manajer. Pada saat yang sama terjadi asimetri
informasi yang mendorong manajemen untuk melakukan rekayasa laba.
Seorang manajer handal yang termotivasi untuk melakukan tindakan
oportunis akan lebih mampu untuk memanfaatkan peluang-peluang yang
ada untuk melakukan manajemen laba.
H1
= kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap
manajemen laba
2.2.2 Komposisi Dewan Komisaris
Komposisi Dewan Komisaris adalah susunan keanggotaan yang terdiri
dari komisaris dari luar perusahaan (komisaris independen) dan komisaris
dari dalam perusahaan. Menurut aturan yang dikeluarkan oleh PT Bursa
Efek Jakarta (BEJ) didalam pencatatan efek nomor 1-A tentang ketentutan
umum pencatatan efek yang bersifat ekuitas di bursa dalam angka 1-a
menyebutkan tentang rasio komisaris independen yaitu komisaris
independen yang jumlahnya secara proporsional jumlah saham anggota
komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh
anggota dewan komisaris wajib diisi oleh anggota komisaris yang berasal
dari luar perusahaan. Jadi, seperti itulah komposisi dewan komisaris yang
ideal. Berdasarkan konflik kepentingan antara pemilik perusahaan
(pricipal) dengan manajemen (agent) serta asimetri informasi akibat dari
segala tindakan manajer yang tidak dapat diawasi langsung oleh pemilik
perusahaan setiap harinya. Untuk mencegah kemungkinan seorang
manajer untuk melakukan manajemen laba, maka diperlukan komposisi
dewan komisaris yang ideal sebagai pihak penengah dan pengawas agar
pelaporan keuangan dapat sesuai dengan kegiatan perusahaan yang
sesungguhnya terjadi. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa
komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi
kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Kao
dan Chen (2004) dalam Tutut (2010) mengemukakan bahwa komposisi
dewan komisaris luar perusahaan lebih independen terhadap manajemen
dibandingkan dengan dewan komisaris yang berada di dalam perusahaan,
sehingga lebih efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
manejemen. Egon (2000) dalam Bimo (2012) menyatakan bahwa dewan
komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Jadi, dengan adanya komposisi dewan komisaris yang ideal,
diharapkan mampu untuk melakukan pengawasan yang baik ke
perusahaan secara keseluruhan guna menekan keinginan manajer dalam
melakukan manajemen laba. Sehingga, semakin besar proporsi dewan
komisaris independen dalam komposisi dewan komisaris maka
manajemen laba akan semakin berkurang. Komisaris independen
merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar
terciptanya perusahaan yang memiliki Corporate Governance yang baik.
Variabel komposisi dewan komisaris ini dihitung dengan membagi jumlah
komisaris independen terhadap jumlah total anggota komisaris.
H2 = Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap
hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), OSIRIS, dan website Bursa
Efek Indonesia. Data tersebut berupa laporan keuangan yang nantinya akan
diambil elemen-elemen tertentu yang akan digunakan dalam pengukuran
variabel kecakapan manajerial dengan metoda DEA maupun variabel
manajemen laba.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan metoda purposive
sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk kategori
perusahaan manufaktur selama periode 2009-2011.
2. Selama periode 2009-2011 perusahaan menerbitkan laporan keuangan
secara lengkap dan dalam mata uang rupiah.
3. Perusahaan memiliki data lengkap mengenai informasi yang meliputi
total aset, pendapatan, piutang dagang, sediaan, aset tetap, harga pokok
penjualan (cost of goods sold), aliran kas bersih dari operasi, jumlah
tenaga kerja, jumlah dewan komisaris.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan
laporan tahunan (annual report) periode 2009-2011. Sumber data
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website
Bursa Efek Indonesia.
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mencari dan melengkapi
data-data yng dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai sumber informasi,
antara lain: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) , IDX, Bursa
Efek Indonesia.
3.3 Operasional Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penyajian
laba merupakan hal yang sering dimanipulasi oleh pihak manajemen
perusahaan untuk menghasilkan suatu pelaporan keuangan yang terlihat
menguntungkan. Usaha ini disebut dengan manajemen laba. Pengukuran
manajemen laba dilakukan dengan dengan cara menghitung discretionary
accrual. Pengukuran discretionary accrual sebagai proksi kualitas laba
(manajemen laba) menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi
oleh Dechow, dkk. (1995). Model ini digunakan karena dinilai merupakan
model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba. Untuk
mendapatkan nilai discretionary accrual dilakukan dengan langkah-
langkah berikut ini:
a. Menghitung total accrual:
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas
operasi (cash flow from operating).
b. Menghitung nilai accruals dengan persamaan regresi linear
sederhana atau Ordinary Least Square (OLS):
�𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 − 1 � = 𝛼𝛼1 �
1𝑇𝑇𝑇𝑇 − 1 �+ 𝛼𝛼2 �
𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 − 1 �+ 𝛼𝛼3 (
𝑃𝑃𝑃𝑃𝛥𝛥𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 − 1 ) + 𝑒𝑒
Keterangan:
TACt : total accruals perusahaan i pada periode t.
At-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t-1.
ΔREVt : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t.
PPEt : aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun
t.
c. Menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDA):
perhitungan nilai nondiscretionary accrual (NDA) dengan persamaan
dengan terlebih dahulu melakukan regresi linear sederhana dengan
persamaaan :
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑇𝑇𝑇𝑇 = 𝛼𝛼1 �1
𝑇𝑇𝑇𝑇−1� + 𝛼𝛼2 �
∆𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝑇𝑇 − ∆𝛥𝛥𝛥𝛥𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇−1
� + 𝛼𝛼23 (𝑃𝑃𝑃𝑃𝛥𝛥𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇−1
)
Keterangan:
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑇𝑇𝑇𝑇 : non discretionary accruals pada tahun t.
𝛼𝛼 : fitted coeffcient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan
total accruals.
∆𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝑇𝑇 : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t.
d. Menghitung nilai discretionary accruals:
DACt = (TACt
At− 1 )− NDAt
Keterangan:
DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t.
3.3.2 Variabel Independen
Kecakapan Manajerial
Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat
keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-
faktor sumber daya dan operasional) untuk meningkatkan output
(penjualan). Tingkat keefisienan relatif ini kemudian disimpulkan sebagai
hasil dari kecakapan manajer. Semakin efisien sebuah perusahaan
dibanding dengan perusahaan lainnya dalam subsektor industri
pemanufakturan yang sama, maka semakin cakap manajer yang berada di
perusahaan tersebut (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).
Kecakapan manajerial diukur dengan menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA). DEA adalah sebuah program optimisasi yang digunakan
untuk mengevaluasi efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
berupa perbandingan antara output atau multi output dengan input atau
multi input. Hasil perbandingan antara UKE yang satu dapat
diperbandingkan efisensi relatifnya dengan UKE yang lain dengan syarat
output dan input yang digunakan sama. Output dan input yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Output : penjualan
Input : a. Total Aset
b. Jumlah tenaga kerja
c. Days COGS in Inventory (DCI)
Rumus untuk menghitung besaran DCI adalah sebagai
berikut:
DCI = 365 / (COGS / Inventory)
Keterangan:
COGS : Cost of Goods Sold
d. Days Sales Outstanding (DSO)
Rumus untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut:
DSO = Receivables / (Sales / 365)
Model yang dipergunakan untuk menghitung efisiensi dengan pendekatan
DEA adalah sebagai berikut:
𝑀𝑀𝑇𝑇𝑀𝑀𝑀𝑀 = ∑ 𝑈𝑈𝑖𝑖𝑌𝑌𝑖𝑖𝑖𝑖𝑆𝑆𝐼𝐼−1
∑ 𝛥𝛥𝑗𝑗𝑀𝑀𝐽𝐽−1 𝑀𝑀𝑗𝑗𝑖𝑖
Keterangan:
𝑀𝑀 : nilai efisiensi perusahaan k
Ui : bobot output i yang dihasilkan perusahaan k
Yik : jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s
Vj : bobot input j yang digunakan perusahaan k
Xjk : jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung dari j=1 hingga m
Rasio efisiensi 𝑀𝑀 kemudian didapatkan dengan persamaan:
∑ 𝑈𝑈𝑖𝑖𝑌𝑌𝑖𝑖𝑖𝑖𝑆𝑆𝐼𝐼−1
∑ 𝛥𝛥𝑗𝑗𝑀𝑀𝑗𝑗𝑖𝑖𝑆𝑆𝐽𝐽−1
≤ (𝑖𝑖 = 1, … . ,𝑛𝑛)
𝛥𝛥1 ,2,… ,𝛥𝛥𝑚𝑚≥0
𝑈𝑈1,2,…,𝑈𝑈𝑠𝑠 ≥0
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tidak akan
melebihi 1 (100%) dan input output yang dianalisis harus positif.
3.3.3 Variabel Pemoderasi
Komposisi Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan Terbatas
(PT). Di Indonesia Dewan Komisaris ditunjuk oleh RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham) dan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan
komisaris.
Jika dalam laporan keuangan tidak dicantumkan berapa jumlah anggota
dewan komisaris independen, maka diasumsikan perusahaan tersebut
memiliki komisaris independen sebanyak 1 orang, karena di dalam
undang-undang perseroan terbatas No. 40 tahun 2007 mewajibkan semua
perusahaan untuk memiliki dewan komisaris independen. Lai (2005)
dalam Tutut (2010) menyatakan bahwa pengukuran komposisi dewan
komisaris diukur dengan cara menjumlah semua anggota dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan (dewan komisaris independen) dibagi
dengan total dewan komisaris pada perusahaan sampel.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan
informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji
hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan
menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas
keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang
digunakan statistik deskriptif ini meliputi jumlah sample, nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali,
2006). Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang
bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk
mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Mean digunakan
untuk mengetahui rata–rata data yang bersangkutan. Standar deviasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan
bervariasi dari rata-rata.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah
data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya
estimasi yang bias mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan
regresi. Pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas, uji
mutikolenieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji auto korelasi.
3.5 Pengujian Hipotesis
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas
pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis
regresi berganda menggunakan taraf signifikansi pada level 5% (𝛼𝛼=0,05).
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. H1
ABSDACCt = ß0 + ß1 KMt + ε
diuji dengan analisis regresi linear sederhana (simple regression
analysis).
2. H2
ABSDACCt = ß0 + ß1 KMt + ß2 KDKt + ß3 KM
diuji dengan analisis regresi linear berganda (multiple regression
analysis).
t
Keterangan:
* KDKt + ε
ABSDACCt = Nilai absolut akrual diskresioner pada tahun t
KMt = Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t
KDKt
ε = Error
= Komposisi dewan komisaris perusahaan pada tahun t
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Discretionary Accrual 141 -0,1917 0,4206 0,028144 0,0766437
Kecakapan Manajerial 141 0,0067 0,9693 0,471869 0,2169955
Komposisi Dewan
Komisaris
141 0,1 1 0,372503 0,1282051
Sumber : Data olahan (2013)
4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Gambar 4.1 Uji Normalitas P-P Plot
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas
Model Tolerance VIF Hasil
Kecakapan Manajerial 0.363 2.755 Tidak terjadi
multikolonieritas
Komposisi Dewan
Komisaris
0.482 2.073 Tidak terjadi
multikolonieritas
Sumber : Data olahan (2013)
4.2.3 Uji Hetroskedastisitas
Tabel 4.4 Uji Glejser
Variabel Independen Sig. Alpha Kondisi Simpulan
Kecakapan Manajerial 1.000 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi
heteroskedastisistas
Komposisi Dewan
Komisaris
1.000 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi
heteroskedatistisitas
Sumber : Data olahan (2013)
4.2.4 Uji Autokorelasi
Tabel 4.3 Uji Durbin-Watson (DW Test)
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin Watson
1 0.245 0.060 a 0.039 1.1410960 2.105
Sumber : Data olahan (2013)
4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 4.5 Uji Determinasi
Variabel Dependen Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Discretionary Accruals 0.039 1.1410960
Sumber : Data olahan (2013)
4.2.6 Persamaan Regresi
H1
Tabel 4.5
diuji dengan analisis regresi linear sederhana (simple regression
analysis)
Model Beta
Kecakapan Manajerial 0.224
Sumber : Data olahan (2013)
Berdasarkan hasil pengujian regresi di atas diketahui dapat dibentuk
sebuah persamaan sebagai berikut:
ABSDACCt = 0,224 KMt
H
+ ε
2
Tabel 4.6
diuji dengan analisis regresi linear berganda (multiple regression
analysis).
Model Beta
Kecakapan Manajerial 0.309
Komposisi Dewan Komisaris 0.028
KM*KDK -0.106
Sumber : Data olahan (2013)
Berdasarkan hasil pengujian regresi di atas diketahui dapat dibentuk
sebuah persamaan sebagai berikut:
ABSDACCt = 0,309 KMt + 0,028 KDKt – 0,106 KMt
Berdasarkan persamaan di atas dapat dimaknai sebagai berikut:
* KDKt + ε
Variabel kecakapan manajerial berhubungan positif terhadap manajemen
laba. Sedangkan variabel komposisi dewan komisaris sebagai variabel
pemoderasi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Hipotesis 1
Tabel 4.7 Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
KM 0.422 0.188 0.309 2.248 0.026
KDK 0.105 0.028 0.028 0.232 0.817
Moderat -1.314 2.031 -0.106 -0.647 0.519
Sumber : Data olahan (2013)
Hipotesis pertama (H1) adalah kecakapan manajerial berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Dalam penelitian ini, kecakapan manajerial
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,026 atau probabilitas dibawah tingkat
signifikansinya yaitu 0,05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 (H1
4.3.2 Hipotesis 2
)
diterima. Artinya semakin cakap seorang manajer, maka semakin tinggi
pula intensitas manajemen laba yang dilakukannya di perusahaan.
Hipotesis kedua (H2) adalah komposisi dewan komisaris berpengaruh
negatif terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.
Dalam penelitian ini, komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif
secara tidak signifikan terhadap hubungan antara kecakapan manajerial
dengan manajemen laba dengan tingkat signifikansi sebesar 0.519 atau
probabilitas diatas tingkat signifikansinya yaitu 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa H2
ditolak.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Variabel kecakapan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin cakap seorang manajer semakin tinggi pula intensitas manajemen
laba yang dilakukannya di perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya
asimetri informasi dan perbedaan kepentingan antara pemilik saham
dengan manajer (agency theory), sehingga manajer yang cakap dapat
leluasa untuk memanfaatkan peluang pada komponen akrual demi
kepentingan pribadinya.
4.4.2 Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris terhadap Hubungan
Kecakapan Manajerial dengan Manajemen Laba
Variabel KM*KDK merupakan variabel interaksi antara kecakapan
manajerial dengan komposisi dewan komisaris yang diharapkan dapat
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti semakin
besar komposisi dewan komisaris, maka akan memiliki tingkat
pengawasan yang semakin bagus sehingga akan dapat meminimalkan
kemungkinan dari keinginan seorang manajer melakukan manajemen laba.
Tetapi berdasarkan hasil pengujian, interaksi antara kecakapan manajerial
dengan komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Dari hasil ini peneliti menduga karena
pengangkatan dewan komisaris oleh perusahaan hanya dilakukan untuk
pemenuhan ketaatan terhadap regulasi saja, tetapi tidak dimaksudkan
untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG).
BAB V SIMPULAN
5.1 Simpulan dan Implikasi
5.1.1 Simpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara statistis, kecakapan manajerial berpengaruh positif secara
signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil pengujian
diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar 0.309 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,026 (p < 0,05), maka H1
diterima. Hal ini
disebabkan oleh adanya asimetri informasi dan perbedaan kepentingan
antara pemilik saham dengan manajer (agency theory). Manajer yang
cakap dapat leluasa untuk memanfaatkan peluang pada komponen
akrual demi kepentingan pribadinya.
2. Secara statistis, komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.
Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar -
0.106 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.519 (p > 0,05), maka H2
5.1.2 Implikasi
tidak terdukung atau ditolak. Hal ini disebabkan pengangkatan dewan
komisaris oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan ketaatan
terhadap regulasi saja, tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
Good Corporate Governance (GCG) dan rata-rata komposisi dewan
komisaris saat ini relatif rendah, sehingga secara kolektif komisaris
independen tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan
dewan komisaris.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada para
pemegang saham tentang bagaimana kecenderungan perilaku manajer
yang melakukan manajemen laba. Hasil ini diharapkan mampu
memotivasi penelitian berikutnya yang sejenis di masa yang akan datang.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dalam
pengambilan sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada jenis perusahaan lain seperti perbankan,
BUMN, telekomunikasi atau transportasi .
2. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan manufaktur selama 3 tahun.
Diharapkan penelitian berikutnya mampu melakukan pengamatan yang
lebih panjang dengan jumlah perusahaan yang lebih banyak.
5.3 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Di Indonesia, variabel kecakapan manajerial yang diukur dengan
menggunakan DEA ini relatif masih baru. Untuk penelitian yang akan
datang, variabel kecakapan manajerial ini dapat diuji pengaruhnya
terhadap variabel-variabel lain seperti kualitas laba, kinerja
perusahaan, harga saham dan lain-lain.
2. Terkait dengan tidak signifikannya interaksi antara komposisi dewan
komisaris dan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba,
penelitian yang akan datang bisa mencari variabel-variabel pemoderasi
lainnya untuk melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan
mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen
laba. Sesuai dengan saran Isnugrahadi dan Kusuma (2009) bahwa
variabel-variabel yang dapat diuji sebagai variabel pemoderasi
misalnya adalah porsi kepemilikan manager atas saham perusahaan,
good corporate governance, komposisi dewan komisaris, kepemilikan
institusional, perspektif etis manajemen dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Bayu Aji. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Semarang. Universitas Diponegoro.
Dechow, P., Sloan, R., Sweeny, A. 1995. Detecting Earnings Manajement.
The Accounting Review, 7(2), April. Fama, E.F. and Jensen,MC. 1983, Sepration of Ownership and Control, Journal of
law and Economics, 26, 301-325. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang. Universitas Diponegoro. Isnugrahadi, I., dan Indra, W.K. 2009. Pengaruh Kecakapan Manajerial
Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang, 4-6 November 2009.
Tutut Dwi Andayani. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen
Terhadap Manajemen Laba. Semarang. Universitas Diponegoro. Widyaningdyah, Agnes. 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earning Manajement Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia, Jurnal Ekonomi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.