PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

22
1 PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE TERHADAP TAX AVOIDANCE (SURVEI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016) Oleh : Fatima Tria Anjani 145020307111017 Dosen Pembimbing Hendi Subandi, SE., MA., Ak., CA ABSTRACT This study aims to examine and analyze the effect of gender diversity, Javanese culture, age, and overconfidence on tax avoidance, a legal conduct to avoid tax payment by way of tax planning to reduce tax that should be paid. Tax avoidance results in losses for the government because tax contribution from companies is not optimal. The data of this study are secondary data from a sample of 172 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange, selected through purposive sampling method, in the period 2013-2016. Using multiple regression analysis, the results show that gender diversity and overconfidence have a significant effect on tax avoidance, but Javanese culture and age diversity of directors do not affect tax avoidance. Keywords: gender diversity, Javanese culture, age diversity , overconfidence, tax avoidance 1 PENDAHULUAN Pajak merupakan pungutan wajib yang diberikan kepada negara dalam rangka menopang anggaran penerimaan negara. Pajak dibebankan tidak hanya kepada wajib pajak perseorangan melainkan juga kepada wajib pajak badan. Di

Transcript of PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

Page 1: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

1

PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

TERHADAP TAX AVOIDANCE

(SURVEI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016)

Oleh :

Fatima Tria Anjani

145020307111017

Dosen Pembimbing Hendi Subandi,

SE., MA., Ak., CA

ABSTRACT

This study aims to examine and analyze the effect of gender diversity, Javanese

culture, age, and overconfidence on tax avoidance, a legal conduct to avoid tax

payment by way of tax planning to reduce tax that should be paid. Tax avoidance

results in losses for the government because tax contribution from companies is not

optimal. The data of this study are secondary data from a sample of 172

manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange, selected through

purposive sampling method, in the period 2013-2016. Using multiple regression

analysis, the results show that gender diversity and overconfidence have a

significant effect on tax avoidance, but Javanese culture and age diversity of

directors do not affect tax avoidance.

Keywords: gender diversity, Javanese culture, age diversity , overconfidence,

tax avoidance

1 PENDAHULUAN

Pajak merupakan pungutan wajib yang diberikan kepada negara dalam

rangka menopang anggaran penerimaan negara. Pajak dibebankan tidak hanya

kepada wajib pajak perseorangan melainkan juga kepada wajib pajak badan. Di

Page 2: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

2

negara-negara lain pajak juga merupakan unsur penting sehingga disetiap negara

berusaha keras untuk membuat kebijakan terkait dengan pajak.

Sudah banyak kasus-kasus penghindaran pajak yang terjadi baik di

Indonesia. Contohya kasus Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan

oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Pada dasarnya, penghindaran pajak korporasi merupakan transfer kekayaan

dari pemerintah kepada korporasi dan harus menambah nilai perusahaan. Tindakan

penghindaran pajak tidak terlepas dari peran seorang pemimpin dalam perusahaan.

Pemimpin merupakan struktur puncak dalam pimpinan perusahaan yang mana

memiliki fungsi utama sebagai pengambil keputusan. Pemimpin yang dimaksud

dalam sebuah perusahaan adalah dewan dewan direksi. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi dewan direksi dalam melaksanakan tugasnya, salah satunya

yaitu adanya diversitas. Diversitas merupakan suatu perbedaan dan variasi atribut

yang dimiliki oleh dewan direksi dari segi gender, usia, dan budaya memberikan

keragaman karakteristik, opini, dan pengetahuan yang melandasi proses

pengambilan keputusan dalam perusahaan termasuk dalam keputusan yang berkitan

dengan perpajakan yang dalam hal ini adalah penghindaran pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Dreyng at al., (2010) hanya

mengidentifikasi pengaruh pimpinan perusahaan secara individu terhadap

penghindaran pajak, tetapi belum memberikan jawaban tentang individu dengan

gender, usia dan budaya berbeda serta overconfidence yang memiliki pengaruh

penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan. Dewan direksi memiliki

peran yang penting dalam menentukan skema penghindaran pajak (tax avoidance).

Semakin besar diversitas dalam dewan direksi akan memberikan opini dan alternatif

penyelesaian masalah yang semakin beragam, karena adanya perspektif yang

heterogen dari individu dewan direksi.

Penelitian ini menggabungkan penelitian-penelitian sebelumnya terkait

diversitas gender, usia, dan budaya serta overcofidence dan menguji hubungan

antara diversitas gender, usia, budaya serta overconfidence dengan penghindaran

pajak. Pentingnya dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

diversitas dewan direksi dan overconfidence yang memiliki peranan yang besar

dalam menentukan keputusan tax avoidance. Sampel yang digunakan sebagai objek

Page 3: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

3

penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tahun 2013-2016.

2 TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Kepatuhan Pajak

Kepatuhan pajak identik dengan kesediaan seorang wajib pajak dalam

memenuhi peraturan perpajakannya. Menurut Safri Nurmantu dalam Taufan

Sofyan (2005) yaitu kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya. Terdapat dua macam kepatuhan menurut

Safri Nurmantu dalam Taufan Sofyan (2005), yaitu kepatuhan formal dan

kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib

pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan

dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi

kepatuhan formal.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak

Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) perilaku yang ditampilkan

oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan

munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: (1)

behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan

evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation), (2)

normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan

motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and motivation

to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan halhal

yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control

beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan

menghambat perilakunya tersebut (perceived power).

Page 4: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

4

2.1.3 Tax Avoidance

Menurut Mardiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance)

adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar

undang-undang yang ada. Mardiasmo (2003) mengatakan penghindaran

pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan

peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang

diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan

perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk

mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan

penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang

pajak yang bersifat tidak legal (lawful) (Xynas, 2011)

2.1.4 Karakteristik Dewan Direksi

Low (2006) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugsnya sebagai

pimpinan perusahaan direksi memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker

dan risk averse. Direksi yang memiliki karakter risk taker adalah direksi yang

lebih berani dalam mengambil keuptusan bisnis dan biasanya memiliki

dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan

kewenangan yang lebih tingg. Direksi yang meiliki karakter risk taker tidak

ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari utang (Lewellen 2003), hal ini

dilakukan supaya perrusahaan tumbuh lebih cepat.

Berbeda dengan risk taker, direksi yang meiliki karakter risk averse

adalah direksi yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang beani

dalam mengambil keputusan bisnis. Direksi risk averse jika mendapatkan

peluang maka dia meilih resiko yang lebih rendah (Low 2006). Biasanya

direksi risk averse memiliki usia yang lebih tua, sudah lama memegang

jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan perusahaan. Dibandingkan

dengan risk taker, direksi risk averse lebih menitik beratkan pada

keputusankeputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih besar.

Page 5: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

5

2.1.5 Diversitas Direksi

2.1.5.1 Pengertian Diversitas

Diversitas anggota dewan dapat diartikan sebagai keragaman struktur

atau komposisi dari suatu dewan direksi. Komposisi yang dimaksud adalah

hal-hal yang berkaitan dengan individu yang terlibat didalamnya yang

berbeda satu sama lain seperti misalnya perbedaan budaya yang meliputi

gender atau jenis kelamin, orientasi seksual, ras, etnis dan umur.

2.1.5.2 Diversitas Gender Dewan Direksi

Dewan direksi memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap

pengambilan keputusan perusahaan. dengan adanya direksi wanita di dalam

sebuah perusahaan diharapkan mampu memberikan pertimbangan yang lebih

baik dalam perngambilan keputusan. Perebedaan gender dalam perilaku

pengambilan risiko telah diekplorasi secara luas dibidang sastra maupun

ekonomi sastra. Studi yang ada menunjukkan bahwa wanita pada umumnya

lebih menolak resiko daripada pria (Francis et al., 2014). Wanita cenderung

memiliki aset kurang berisiko di protofolio investasi dan lebih untuk

memenuhi peraturan. peran gender feminim lebih cenderung menghasilkan

tingkah laku pengambilan resiko yang lebih tinggi.

Selain itu wanita cenderung lebih beretika dalam membuat

pertimbangan dan perilakunya dibanding pria. wanita cenderung menghindari

resiko dibanding pria. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan gender dari

direksi perusahaan akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan arah

kebijakan perusahaan. dikaitkan dengan manajemen laba, perbedaan gender

dari direksi perusahaan tentunya dapat diasumsikan akan memiliki implikasi

pada praktik manajemen laba dan kualitas pelaporan keuangan. Peni dan

Vahaama (2010) menyatakan bahwa keberadaan salah satu dari CEO wanita

ataupun CFO wanita akan menurunkan tingkat manajemen laba. Sedangkan

Francis et al. (2014) menyatakan bahwa CFO wanita memiliki pengaruh

terhadap manajemen laba.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 6: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

6

H1 : Diversitas gender dewan direksi berpengaruh terhadap tax avoidance

2.1.5.3 Budaya Jawa Dewan Direksi

Budaya Jawa dikenal meimiliki sikap yang mudah manut. Manut yang

berarti taat atau patuh. Pengambilan keputusan seringkali dijumpai suarasuara

yang manut. Anggota yang satu dengan yang lainnya menjadi satu suara

karena ada suara lain yang lebih dominan pengaruhnya. Peristiwa manut

dalam pengambilan keputusan ditemukan dilapangan dan di masyarakat

(Adab dkk, 2012). Menurut Adab dkk (2012) lekatnya sifat arima ing pandum

membuat perilaku manut juga tampak saat di luar etika melakukan suatu

aktifitas maupun di masyarakat. Norma yang tinggi di masyarakat

diungkapkan Baron dan Byrne (2005) bahwa pada suatu keadaan, individu

akan merasa terpaksa untuk bertindak sesuai dengan norma-norma kelompok

karena khawatir akan memperoleh sejumlah konsekuensi negatif dari

penyimpangan tersebut.

Pengaruh pemimpin dalam pengambilan keputusan masyarakat Jawa

dinilai cukup berpengaruh. Pada proses pengambilan keputusan seringkali

anggota mengalami perbedaan pendapat dan perselisihan, pada saat itulah

pemimpin yang ambil alih untuk memutuskan suatu kebijakan. Sikap manut

tersebut bisa mengarah pada hal yang positif dan bisa juga mengarah ke hal

yang negatif. Direksi yang memiliki budaya Jawa seharusnya mampu

mengikuti aturan yang berlaku demi kelancaran perusahaan. aturan atas

perpajakan contohnya, sehingga direksi yang merupakan masyarakat Jawa

memiliki kemungkinan yang cukup kecil untuk melakukan penghindaran

pajak karena penghindaran pajak merupakan hal yang berlawanan dengan

β€œmanut”. Manut adalah taat atau patuh sedangkan penghindaran pajak

merupakan tindakan yang tidak patuh atau taat.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Budaya Jawa pada dewan direksi berpengaruh terhadap tax avoidance.

Page 7: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

7

2.1.5.4 Diversitas Usia Direksi

Diversitas umur direksi perusahaan berkaitan dengan kesediaan

mereka mengambil risiko dalam pengambilan keputusan.Umur dinilai

memengaruhi kinerja seseorang dalam perusahaan (Kusumastuti dkk.,

2007).Variasi umur anggota dewan komisaris dan direksi akan mencegah

adanya pemikiran kelompok (group think) dan mengarah pada kinerja yang

lebih baik dengan menyeimbangkan antara pengambilan risiko (risk taking),

yang berasosiasi dengan direksi yang lebih muda, dan kehati-hatian serta

menghindari risiko (risk averseness), dan juga kedalaman pengalaman,

yang berasosiasi dengan dewan komisaris dan direksi yang lebih tua.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3 : Diversitas usia dewan direksi berpengaruh terhadap tax avoidance

2.1.6 Overconfidence

Overconfidence dewan direksi dapat mempengaruhi keagresifan pajak

setidaknya dalam dua cara. Pertama, direksi yang terlalu percaya diri akan

meremehkan risiko atas tindakan yang mereka lakukan dengan menetapkan

batas keyakinan yang sempit, dan menilai terlalu tinggi kemungkinan hasil

yang menguntungkan. Terlalu percaya diri dapat menyebabkan direksi

melebih-lebihkan pengembalian pajak ke perencanaan pajak dengan

meremehkan ketidakpastian manfaat dari perencanaan pajak. Dewan direksi

yang terlalu percaya diri percaya bahwa mereka memiliki kontrol lebih besar

atas hasil keputusan mereka (Malmendier dan Tate, 2005). Oleh karena itu,

direksi yang terlalu percaya diri percaya bahwa mereka memiliki kemampuan

lebih besar untuk memilih dan memotivasi perencana pajak dengan baik, atau

bahwa perusahaan mereka lebih mampu mengidentifikasi dan melaksanakan

peluang perencanaan pajak yang berharga.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H5 : Overconfidence dewan direksi berpengaruh terhadap tax avoidance.

Page 8: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

8

3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian deskriptif

kuantitatif. Metode pendekatan deskriptif adalah metode penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan secara sistematis fakta atau karkteristik populasi

tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat yang kemudian akan

dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yang dengan menggunakan statistik.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia 2013-2016. Sampel penelitian ini terdiri dari 43

perusahaan dengan periode 3 tahun sehingga jumlah data 172. Penelitian ini

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari ticmi.co.id, website resmi

perusahaan terkait, dan juga situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu idx.co.id.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lain, dan variabel ini menjadi perhatian utama oleh para peneliti (Sekaran,

2006). Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan ialah tax

avoidance. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tax avoidance. dalam

penelitian ini tax avoidance diukur menggunakan effective tax rate (ETR)

dalam mengukur tingkat tindakan pajak agresif. Effective tax rate (ETR)

digunakan sebagai pengukuran karena dianggap dapat merefleksikan

perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank at al.

2009). Effective tax rate (ETR) dihitung dengan cara membagi total beban

pajak perusahaan dengan laba sebelum pajak penghasilan.

3.2.2 Variabel Indpenden

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen, yaitu gender, budaya

Jawa, usia, dan overconfidence.

1. Diveristas Gender

Page 9: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

9

Variabel ini diproksikan dengan variabel dummy, jika perusahaan

memiliki direksi wanita diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak memiliki

direksi wanita maka diberi nilai 0 (nol) (Francis et al., 2014).

2. Budaya Jawaa

Dalam penelitian ini variabel budaya Jawa diukur dengan menggunakan

variabel dummy dimana 0 (nol) menyatakan tidak ada budaya Jawa dalam

direksi dan 1 (satu) menyatakan adanya budaya Jawa pada direksi.

3. Usia

Variabel usia diukur menggunakan proporsi direksi yang berusia lebih

dari 40 tahun.

4. Overconfidence

Overconfidence direksi diukur dengan membandingkan belanja modal

(Capital Expenditure) pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya

sehingga ketika Capital Expenditure tahun berjalan (CAPEXt) lebih besar

daripada tahun sebelumnya (CAPEXt-1) maka dapat dikatakan bahwa

direksi memiliki karakteristik overconfidence. Apabila hasil

perbandingan CAPEXt terhadap CAPEXt-1 bernilai 1 atau lebih dari 1

maka dapat dikatan bahwa direksi overconfidence sedangkan jika nilai

perbandingan tersebut lebih kurang dari 0 atau sama dengan 0 maka dapat

dikatakan bahwa direksi overconfidence.

Persamaan regresi yang diinterpretasikan dalam penilitan ini adalah

sebagai berikut :

π‘‡π‘Žπ‘₯ = 𝛼0 + 𝛽1πΊπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿ + 𝛽2π΅π‘’π‘‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘—π‘Žπ‘€π‘Ž + 𝛽3π‘ˆπ‘ π‘–π‘Ž +

𝛽4π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘›π‘“π‘–π‘‘π‘’π‘›π‘π‘’ + πœ€

Keterangan:

Tax : Tax Avoidance

Ξ±0 : Intercept atau konstanta

Ξ²1 : Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya

perubahan Y apabila X1 berubah sebesar 1 satuan

Gender : Diversitas Gender

Page 10: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

10

Ξ²2 : Koefeisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan

Y apabila X2 berubah sebesar 1 satuan

Budaya Jawa : Budaya Jawa

Ξ²3 : Koefeisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan

Y apabila X3 berubah sebesar 1 satuan

Usia : Diversitas usia

Ξ²4 : Koefisien regresi keempat, yaitu besarnya

perubahan Y apabila X4 berubah sebesar 1 satuan

Overconfidence : Overconfidence

Ξ΅ : Error Term

4 PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berikut adalah tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif,

dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Sumber data : Olah data SPSS 17.0

Page 11: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

11

Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel

penelitian. Berdasarkan Tabel 4.1, hasil analisis variabel dependen dengan

menggunakan statistik deskriptif terhadap (Tax) menunjukkan nilai minimum

sebesar 0,664, nilai maksimum sebesar 0,595 dengan rata-rata sebesar 2,600

dan standar deviasi 7,179. Hasil analisis variabel independen dengan

menggunakan statistik deskriptif terhadap diversitas Gender menunjukkan

nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata sebesar

0,34 dan standar deviasi 0,474.

Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik

deskriptif terhadap diversitas budaya menunjukkan nilai minimum sebesar 0,

nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata sebesar 0,64 dan standar deviasi

0,482. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik

deskriptif terhaadap diversitas usia menunjukkan nilai minimum sebesar

0,000, nilai maksimum sebesar 0,555 dengan rata-rata 0,023 dan standar

deviasi 0,085. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan

statistik deskriptif terhadap overconfidence menunjukkan nilai minimum

sebesar 0,010, nilai maksimum sebesar 2,474 dengan rata-rata 1,459 dan

standar deviasi 2,272.

4.2 Uji Normalitas

Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat

pada Tabel 4.2 berikut ini.

Page 12: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

12

Tabel 4.2

Dari Tabel 4.2 didapat bahwa nilai Kolomogrov-Smirnov sebesar 2,141

dengan signifikansi 0,063. Data tersdistribusi normal bila signifikansinya

lebih dari 0,05. Karena asymp sig. (2-tailed) yang diperoleh lebih dari 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa data penilitian ini terdistribusi normal.

4.3 Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antar variabel dependen dan variabel independen

4.3.1 Adjusted R2

Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat dilihat pada

Tabel 4.3

Sumber data : Olah data SPSS 17.0

Page 13: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

13

Tabel 4.3

Sumber: Olah data SPSS 17.0

Dari Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2 sebesar 0,310

dalam hal ini sebesar 31% variasi variabel dependen (Tax) yang dapat

dijelaskan oleh variasi variabel independen (gender, budaya Jawa, usia dan

overconfidence), sedangkan sisanya yang sebesar 69% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Faktor lain yang

dapat mempengaruhi tax avoidance diantaranya keberadaan warga negara

asing (Dewi, 2017); komisaris independen (Dewi, 2017); Corporate

Governance (Desai dan Dharmapala, 2004); Ukuran perusahaan (Swingly dan

Sukartha, 2015); Leverage (Swingly dan Sukartha, 2015); Sales Growth

(Swingly dan Sukartha, 2015).

4.3.2 Uji F

Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat pada Tabel

4.4 berikut ini.

Page 14: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

14

Tabel 4.4

Sumber: Olah data SPSS 17.0

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 2,375 dengan

nilai sig. sebesar 0,044. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi tax avoidance karena nilai signifikansi < alpha

(Ξ± = 5%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

secara simultan antara variabel independen gender, budaya Jawa, usia dan

overconfidence terhadap variabel dependen tax avoidance.

4.3.3 Ujit t

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara individual (parsial), yaitu gender, budaya Jawa, usia dan

overconfidence dalam menerangkan variabel dependen, yaitu tax avoidance

(Tax). Variabel independen ditambahkan satu demi satu ke dalam regresi

(Tax). Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai

sig. yang ada di Tabel 4.5 disajikan di halaman berikutnya.

Page 15: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

15

Tabel 4.5

Sumber data : Olah data SPSS 17.0

Persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut :

π‘‡π‘Žπ‘₯ = 0,283 βˆ’ 0,006(πΊπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿ) βˆ’ 0,018(π΅π‘’π‘‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π½π‘Žπ‘€π‘Ž) βˆ’ 0,047(π‘’π‘ π‘–π‘Ž) +

0,006(π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘›π‘“π‘–π‘‘π‘’π‘›π‘π‘’)

H1 : Diversitas gender dewan direksi memiliki pengaruh terhadap tax

avoidance

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel gender

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini dapat dilihat pada nilai

signifikansinya sebesar 0,019 dengan nilai koefisien -0,006 . Hasil tersebut

menunjukkan bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa diversitas

gender H1 yang menyatakan diversitas gender direksi berpengaruh negatif

signifikan terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan. Hal ini berarti

bahwa semakin bertambah gender wanita dalam dewan direksi maka semakin

rendah tax avoidance yang dilakukan perusahaan.

H2 : Budaya Jawa dewan direksi memiliki pengaruh terhadap tax

avoidance

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel budaya

Jawa tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini dapat dilihat pada

nilai signifikansinya sebesar 0,122, lebih besar dari Ξ± = 0,05 dengan nilai

Page 16: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

16

koefisien -0,018. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda dapat

disimpulkan bahwa H2 yang menyatakan budaya Jawa pada direksi

berpengaruh terhadap tax avoidance ditolak.

H3 : Diversitas usia dewan direksi memiliki pengaruh terhadap tax

avoidance

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel usia

terhadapa tax avoidance tidak berpengaruh. Hal ini dilihat pada nilai

signifikansinya sebesar 0,466, lebih besar dari Ξ± = 0,05 dengan nilai koefisien

-0,047. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda dapat disimpulkan

bahwa H4 yang menyatakan diversitas usia direksi berpengaruh terhadap tax

avoidance ditolak.

H4 : Overconfidence dewan direksi memiliki pengaruh terhadap tax

avoidance

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel

overconfidence berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini dapat dilihat

pada nilai signifikansinya sebesar 0,013, lebih kecil dari Ξ± = 0,05 dengan nilai

koefisien 0,006. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda dapat

disimpulkan bahwa H4 yang menyatakan overconfidence berpengaruh

signifikan secara positif terhadap tax avoidance. Hal ini berarti menujukkan

bahwa semakin tinggi overconfidence dewan direksi maka semakin tinggi

pula tax avoidance yang dilakukan.

4.3 Pembahasan Hasil Analisis

4.3.1 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Direksi terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian mendapatkan bahwa diversitas gender dewan direksi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance dengan arah

negatif. Hal ini berarti semakin besar diversitas gender perusahaan maka akan

semakin kecil tingkat peluang tax avoidance yang dilakukan pada perusahaan

manufaktur, begitu pula sebaliknya. Alasan yang mendasar dalam hal ini

adalah bahwa wanita dalam susunan dewan direksi perusahaan lebih

Page 17: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

17

cenderung bertindak taat hukum dan menghindari resiko (risk- averse).

Sehingga direksi wanita lebih memilih untuk mengungkapkan pajak sesuai

dengan kenyataannya daripada mencari cara untuk melakukan penghindaran.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Streefland

(2016) konsistensi dengan direktur wanita secara positif mempengaruhi

efektivitas dewan melalui penurunan biaya agensi dan memberikan tambahan

sumber daya yang berguna kepada dewan direksi. Direksi wanita hanya

memiliki pengaruh terhadap aktivitas manajemen, yang mempengaruhi

tingkat pajak dan bukan tingkat arus kas pajak. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Peni dan Vahaama (2010), namun

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Francis et al. (2014) dan

Rahayu (2016) yang menyatakan bahwa adanya gender wanita dalam jajaran

eksekutif perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak atau tax

avoidance yang mana di Indonesia beberapa direksi merangkap jabatan

sebagai eksekutif.

4.3.2 Pengaruh Budaya Jawa Dewan Direksi Terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian mendapatkan bahwa budaya Jawa tidak berpengaruh

signifikan terhadap penghindaran pajak atau tax avoidance. Hal ini berarti

semakin tinggi keberada dewan direksi budaya Jawa maka semakin rendah

penghindaran pajak atau tax avoidance yang dilakukan perusahaan, begitu

pula sebaliknya. Hasil pengujian ini berkaitan dengan salah satu dari delapan

falsafah kepemimpinan budaya Jawa yang mana menyatakan bahwa

kemepimpinan budaya Jawa sama seperti api atau geni yang mana bahwa

kepemimpinan budaya Jawa memiliki semangat api yang konstruktif.

Semangat api yang konstruktif antara lain kesanggupan atau keberanian untuk

membakar atau melenyapkan hal-hal yang menghambat dinamika kehidupan

seperti angkara murka, rakus, keji, korup dan hal-hal merusak lainnya (azhar,

2011). selain itu hasil pengujian ini juga mendukung pendapat dari (Santoso,

2010) bahwa kepemimpinan budaya Jawa memiliki karakteristik berani

berbuat baik. Sikap ini tersurat dalam paribasan bener ketenger, becik ketitik,

ala ketara. Paribasan ini mengingatkan bahwa semua perbuatan akan

Page 18: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

18

memperoleh ganjaran yang setimpal. Berbuat baik pada orang lain pasti akan

mendapat balasan baik. Demikian juga perbuatan jelek, pasti akan

menghasilkan dosa dan rasa malu jika ketahuan. Sehingga keinginan untuk

melakukan penghindaran pajak atau tax avoidance akan teredam dengan

adanya karakteristik yang dimiliki direksi budaya Jawa tersebut.

4.3.3 Pengaruh Diversitas Usia Dewan Direksi terhadap Tax avoidance

Hasil pengujian mendapatkan bahwa diversitas usia dewan direksi tidak

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak atau tax avoidance

dengan arah negatif. Hal ini berarti semakin tinggi diversitas usia muda dan

dewasa jajaran dewan direksi maka semakin rendah penghindaran pajak atau

tax avoidance yang dilakukan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2017) yang mengatakan bahwa variasi umur anggotaa

dewan komisaris dan direksi tidak mempengaruhi tindakan penghindaran

pajak (tax avoidance) yang artinya variasi umur antara umur muda dan tua

dalam dewan perusahaan tidak mempengaruhi keberanian dalam mengambil

resiko (risk taker) melakukan tindakan penghindaran pajak (tax avoidance).

4.3.4 Pengaruh Overconfidence terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian mendapatkan bahwa overconfidence dewan direksi

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak atau tax avoidance

dengan nilai positif. Hal ini berarti semakin tinggi overconfidence dewan

direksi maka semakin tinggi penghindaran pajak atau tax avoidance yang

dilakukan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kubick

(2016) yang menyatakan bahwa direksi yang terlalu percaya diri dapat

mempengaruhi keagresifan pajak. Alasannya karena direksi yang terlalu

percaya diri meremehkan risiko atas tindakan yang mereka lakukan mereka

dan menilai terlalu tinggi kemungkinan atas suatu hasil yang menguntungkan.

Selain itu, direksi yang overconfidence meyakini bahwa mereka memiliki

kontrol yang lebih atas keputusan yang mereka buat. Sehingga direksi yang

overconfidence meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memilih

dan memotivasi perencana pajak terbaik mereka, atau bahwa perusahaan

Page 19: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

19

mereka lebih mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan adanya peluang

dari perencanaan pajak atau tax planning. Dengan demikian overconfidence

dapat menyebabkan peningkatan dalam agresivitas pajak.

5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh diversitas gender,

budaya Jawa, usia direksi dan overconfidence terhadap tax avoidance.

Berrdasarkan pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta

temuan penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan

penelitian sebagai berikut :

1. Variabel diversitas gender memiliki pengaruh terhadap penghindaran

pajak atau tax avoidance dengan nilai negatif. Hal ini menunjukkan

adanya gender wanita dalam dewan direksi dapat memperkecil tindakan

penghindaran pajak atau tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Variabel budaya Jawa tidak memiliki pengaruh terhadap tindakan

penghindaran pajak atau tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya dewan direksi yang memiliki budaya Jawa tidak akan

mempengaruhi tindakan penghindaran pajak atau tax avoidance.

3. Variabel diversitas usia tidak memiliki pengaruh terhadap tindakan

penghindaran pajak atau tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya dewan direksi yang berusia diatas 40 tahun tidak akan

mempengaruhi tindakan penghindaran pajak atau tax avoidance.

4. Variabel overconfidence memiliki pengaruh terhadap tindakan

penghindaran pajak atau tax avoidancei dengan nilai positif. Hal ini

menunjukkan bahwa overconfidence dewan direksi yang tinggi dapat

mempengaruhi tindakan penghindaran pajak atau tax avoidance

perusahaan.

Page 20: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

20

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dalam menguji hipotesis, memiliki beberapa keterbatasan

antara lain :

1. Data ini menggunakan perhitungan manual yang kemudian diproses ke

dalam SPSS. Sehingga data yang dihasilkan bisa saja terdapat salah dalam

perhitungan maupun pencatatan.

2. Sampel yang digunakan tidak memiliki data yang cukup spesifik tentang

asal tempat tinggal dewan direksi. Sehingga terdapat kesulitan untuk

menentukan perusahaan mana yang memiliki dewan direksi dengan

budaya Jawa.

3. Adanya data profil perusahaan yang kurang lengkap terkait usia dewan

direksi dari beberapa perusahaan sampel yang tidak terdapat pada annual

reportnya , sehingga peneliti kesulitan untuk mendapatkan data proporsi

usia dewan direksi.

5.3 Saran

Adapun saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya adalah sebagai

berikut :

1. Dalam penelitian ini hanya terfokus untuk meneliti tax avoidance pada

perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, diharapkan untuk peneliti

selanjutnya dapat memperluas cakupan jenis perusahaan, sehingga dapat

meneliti lebih banyak lagi perusahaan yang melakukan tindakan tax

avoidance yang dilatar belakangi oleh diversitas dewan direksi.

2. Bagi manajemen perusahaan, peneliti menyarankan manajemen

perusahaan memperhatikan keragaman gender dan sikap overconfidence

dalam perusahaan khususnya dewan direksi untuk dapat meminimalisir

terjadinya tindakan penghindaran pajak atau tax avoidance, sehingga

perusahaan tidak merugikan negara.

Page 21: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

21

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Iqbal Nurul (2011). Falsafah Kepemimpinan Bangsa Dalam Paribasan

Jawa (Aksioma Budaya Yang Mulai Ditinggalkan). Paper Dipresentasikan pada Sidang Komisi E Kongres Bahasa Jawa V, Hotel Mariot Surabaya.

Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2010). The Effects Of Executives On Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review, 85(4), 1163-1189.

Dewi, Luh Gede Krisna. 2017. Pengaruh Diversitas Dewan Komisaris Dan Direksi

Pada Tax Avoidance. Universitas Udayana.

Frank, Mary Margaret, Luann J. Lynch dan Sonja Olhoft Rego. 2009. Tax

Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial

Reporting, The Accounting Review of American Accounting Association, 2009.

Francis, Bill, Iftekhar Hasan, Qiang Wu, dan Meng Yan. 2014. Are Female CFOs

Less Tax Aggressive?Evidence from Tax Aggressiveness, Journal of American Taxation Association, 2014.

Ghozali, I (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21

Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro.

Kubick, Thomas R. 2016. Overconfidence, CEO Awards, and Corporate Tax

Aggressiveness. Financial Journal, 2016.

Kusumastuti, Sari, Supatmi, dan Perdana Sastra. 2007. Pengaruh Board Diversity

terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal Ekonomi Akuntansi-Universitas Kristen Petra.

Lewellen, Katharina. 2003. Financing Decision When Managers Are Risk Averse.

Working Paper Mit Sloan School Of Management.

Low, G.S dan Lamb, Ch.W. 2006. The Measurement And Dimensionality of Brand

Association, Journal of Product and Brand Management, Vol. 9 No.6, pp.350368.

Malmendier, U. and G. Tate. 2005. CEO Overconfidence and Corporate Investment. Journal of Finance 55: 2661-2700.

Mardiasmo,2003 Perpajakan edisi revisi,Yogyakarta, Andi

Peni, Emilia dan Vahamaa, Sami. 2010. Female Executives and Earnings Management. Managerial Finance. Vol. 36, Iss: 7, pp. 629-645.

Santoso, Imam Budhi. 2010. Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Diva Press.

Page 22: PENGARUH DIVERSITAS DEWAN DIREKSI DAN OVERCONFIDENCE

22

Santoso, singgih. (2010). Buku Latihan Spss Statistik Parametrik. Jakarta: PT

ELEX Media Komputindo.

Sofyan, Marcus Taufan. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Adminstrasi

Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN): Jakarta.

Streefland, I.M. 2016. Gender Board Diversity and Corporate Tax Avoidance.

Journal from Erasmus School of Bussiness.

Xynas, L. 2011. Tax Planning, Avoidance and Evasion in Australia 1970- 2010:

The Regulatory Responses and Taxpayer Compliance. Revenue Law Journal,

20-1.