PENGARUH CAPITAL INTENCITY, SALES GROWTH, …repository.umrah.ac.id/2767/1/RIZQIYATULFITRI...
Transcript of PENGARUH CAPITAL INTENCITY, SALES GROWTH, …repository.umrah.ac.id/2767/1/RIZQIYATULFITRI...
1
PENGARUH CAPITAL INTENCITY, SALES GROWTH, INSTITUTIONAL
OWNERSHIP, INDEPENDENT COMMISSIONERS, DEBT TO ASSET
RATIO (DAR), DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR
INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2013-2017
Rizqiyatulfitri Yanti1 , Tumpal Manik2 , Sri Ruwanti3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh capital intencity, sales
growth, institutional ownership, independent commissioners, debt to asset ratio,
and return on asset terhadap manajemen laba. Pengukuran discretionary accruals
pada penelitian ini menggunakan modified jones model. Penelitian ini difokuskan
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Sampel penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana hanya 14 perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia memenuhi semua kriteria, sehingga didapat 70 data yang digunakan
sebagai sampel penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa debt to
asset ratio berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan capital intencity,
sales growth, institutional ownership, independent commissioners, dan return on
asset tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Penghindaran Manajemen Laba, Capital Intencity, Sales Growth,
Institutional Ownership, Independent Commissioners, Debt to
Asset Ratio, dan Return On Asset.
2
PENDAHULUAN
Meningkatnya persaingan usaha saat ini memicu manajemen perusahaan
untuk menampilkan kinerja terbaik bagi perusahaan yang dipimpinnya. Baik
buruknya kinerja suatu perusahaan akan berdampak bagi nilai perusahaan di pasar
dan dapat memengaruhi minat para investor untuk menanamkan modalnya atau
menarik investasinya dari sebuah perusahaan. Selain bertanggungjawab untuk
menciptakan kinerja terbaik bagi perusahaan, manajemen juga dituntut untuk
bertanggungjawab dalam menyediakan laporan keuangan yang merupakan sarana
informasi untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan yaitu pihak internal (manajemen) serta pihak eksternal (stakeholders,
kreditor dan pemerintah). Berdasarkan fakta yang ada, banyak di antara para
pengguna laporan keuangan cenderung hanya tertuju pada informasi laba tanpa
memerhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Karena hal itu, ada beberapa
perusahaan yang melakukan intervensi terhadap laba atau biasa disebut dengan
manajemen laba (earnings management). Manajemen laba sebagai suatu tindakan
yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk meratakan, menaikkan atau
menurunkan laba atas penyusunan laporan keuangan dalam pelaporan keuangan
suatu perusahaan yang diharapkan adanya manfaat bagi perusahaan.
Manajemen laba dapat terjadi karena berbagai alasan diantaranya agar laba
yang terlihat di dalam perusahaan seolah-olah stabil di setiap periode dari sebelum
hingga kedepannya, adanya alasan untuk memuaskan kepentingan para
stakeholders seperti naiknya nilai perusahaan yang memunculkan anggapan
bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang bagus untuk berinvestasi,
menaikkan harga saham perusahaan, dan perilaku oportunistik manajer untuk
mendapatkan bonus serta mempertahankan jabatannya. Selain itu, terjadinya
manajemen laba juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti capital
intencity, sales growth, institutional ownership, independent commissioners, debt
to asset ratio, return on asset dan lainnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh capital
intencity, sales growth, institutional ownership, independent commissioners, debt
to asset ratio, dan return on asset terhadap manajemen laba pada perusahaan
3
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017 baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh capital intencity,
sales growth, institutional ownership, independent commissioners, debt to asset
ratio, dan return on asset terhadap manajemen laba.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori keagenan (agency theory) merupakan hubungan kontrak antara
pemilik perusahaan (prinsipal) dengan pihak manajemen (agen), dimana prinsipal
memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan kegiatan
operasional perusahaan. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah
keagenan (agency problem), dimana adanya pemisahan tugas antara pemilik dan
manajemen. Hubungan keagenan dapat mengakibatkan terjadinya asimetri
informasi (information asymmetry), dimana manajer memiliki lebih banyak
informasi posisi keuangan yang sebenarnya daripada pemilik (Hery, 2017:26).
Manajemen Laba
Manajemen laba diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
manajemen sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai
dengan kepentingannya (Rahmawati dan Hakim, 2018). Menurut Dechow dkk.
(1995) dalam Indraswono (2017), penggunaan discretionary accruals sebagai
proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan modified jones model.
Model ini digunakan karena dianggap sebagai model yang paling baik dalam
mendeteksi manajemen laba dan memberikan hasil yang lebih kuat dibandingkan
pengujian model-model manajemen laba yang lain. Model tersebut dituliskan
sebagai berikut:
𝑇𝐴𝑖𝑡 = 𝑁𝑖𝑡 − 𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi Ordinary
Least Square (OLS) sebagai berikut:
𝑇𝐴𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ = 𝛽1(1 𝐴𝑖𝑡−1⁄ ) + 𝛽2(∆𝑅𝑒𝑣𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ ) + 𝛽3(𝑃𝑃𝐸𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ ) + 𝑒
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary
accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus:
4
𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = 𝛽1(1 𝐴𝑖𝑡−1⁄ ) + 𝛽2(∆𝑅𝑒𝑣𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ − ∆𝑅𝑒𝑐𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ ) + 𝛽3(𝑃𝑃𝐸𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ )
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
𝐷𝐴𝑖𝑡 = (𝑇𝐴𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑡−1⁄ ) − 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
Keterangan:
𝐷𝐴𝑖𝑡 = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
𝑇𝐴𝑖𝑡 = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
𝑁𝑖𝑡 = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡 = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
𝐴𝑖𝑡−1 = Total aset perusahaan i pada periode ke t -1
∆𝑅𝑒𝑣𝑡 = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
𝑃𝑃𝐸𝑡 = Aset tetap perusahaan pada periode ke t
∆𝑅𝑒𝑐𝑡 = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
𝑒 = Error
Capital Intencity
Menurut Ramadhani dkk. (2017), capital intencity sebagai bentuk keputusan
keuangan yang merupakan besarnya total modal yang ditanamkan dalam investasi
berupa aset tetap dan persediaan. Rasio ini menggambarkan besarnya aset
perusahaan yang diinvestasikan dalam aset tetap, diukur dengan membandingkan
total aset tetap dengan total aset yang dimiliki perusahaan sebagai berikut:
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡𝑦 =Total Aset Tetap
Total Aset
Sales Growth
Menurut Harahap (2009:309), rasio pertumbuhan penjualan
menggambarkan presentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.
Pengukuran pertumbuhan penjualan dihitung dengan membandingkan penjualan
pada tahun ini dikurangi dengan penjualan tahun lalu dibagi dengan penjualan
pada tahun lalu. Pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ =Penjualan Tahun Ini − Penjualan Tahun Lalu
Penjualan Tahun Lalu
5
Institutional Ownership
Menurut Sari (2015), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak luar perusahaan yang berbentuk institusi, yang diharapkan
dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Kepemilikan institusional diukur
dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional
dibandingkan dengan total saham perusahaan sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑂𝑤𝑛𝑒𝑟𝑠ℎ𝑖𝑝 =Jumlah Kepemilikan Saham Institusional
Jumlah Saham Beredar
Independent Commissioners
Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak terafiliasi oleh
pihak manapun yang dapat memngaruhinya bertindak tidak independen.
Pengukuran yang digunakan Reza dkk. (2016), komisaris independen diukur
dengan cara membagi antara jumlah komisaris independen dengan jumlah
keseluruhan anggota dewan komisaris sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑡 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑖𝑠𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟𝑠 =Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Seluruh Dewan Komisaris
Debt to Asset Ratio (DAR)
Menurut Kasmir (2013:156), debt to asset ratio merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset.
Dengan kata lain, seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset. Rumus
untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Total Utang
Total Aset
Return On Asset (ROA)
Return on asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain,
rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan oleh setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery,
2015:168). Return on asset dapat diukur sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aset
6
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Capital Intencity Terhadap Manajemen Laba
Menurut Ramadhani dkk. (2016), capital intencity diukur berdasarkan rasio
antara jumlah aset tetap terhadap total aset. Perusahaan dengan capital intencity
lebih tinggi akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba
dengan tujuan memperoleh laba. Salah satu teknik untuk melakukan manajemen
laba dengan memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi yaitu
estimasi kurun waktu depresiasi aset tetap. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H1: Diduga capital intencity berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Sales Growth Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah juga
memiliki motivasi dalam melakukan manajemen laba dalam memperoleh laba,
manakala mereka dihadapkan pada permasalahan untuk tetap mempertahankan
trend laba dan trend penjualan yang ada di dalam perusahaan (Astari dan
Suryanawa, 2017). Perusahaan kemungkinan termotivasi dan akan memiliki
kecenderungan dalam melakukan tindakan manajemen laba untuk melaporkan
Capital Intencity
(X1)
Sales Growth
(X2)
Institutional Ownership
(X3)
Independent Commissioners
(X4)
Debt to Asset Ratio
(X5)
Return On Asset
(X6)
Manajemen Laba
(Y)
7
laba sehingga dapat menaikkan laba yang ada di dalam perusahaan (Sembiring,
2015). Dari penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2: Diduga sales growth berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional mempunyai kemampuan untuk mengatur pihak
manajemen lewat proses monitoring dengan efektif sehingga dapat mencegah
manajemen laba. Investor institusional dapat memberikan pengawasan aktif yang
sulit diberikan oleh investor yang lebih kecil, pasif atau mempunyai sedikit
informasi (Giovani, 2017). Dari penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut:
H3: Diduga institutional ownership berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Independent Commissioners Terhadap Manajemen Laba
Peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba
dengan melalui fungsi monitoring. Menurut Manik (2017), konservatisme
akuntansi melalui corporate governance merupakan salah satu karakteristik
dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Konservatisme
akuntansi sebagai kemampuan untuk memverivikasi perbedaan yang diperlukan
agar bisa membuktikan apakah didapatkan adalah laba atau rugi. Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4: Diduga independent commissioners berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Manajemen Laba
Penelitian yang dilakukan Watts dan Zimmerman (1986), menyatakan
bahwa salah satu motivasi manajemen melakukan manajemen laba adalah karena
munculnya perjanjian kontrak hutang. Semakin tinggi utang perusahaan maka
akan menunjukkan bahwa perusahaan itu berisiko tinggi serta akan mengurangi
minat calon investor untuk berinvestasi dan kreditor dalam memberikan tambahan
dana perusahaan tersebut sehingga pihak manajemen cenderung melakukan
manajemen laba (Anggani dan Nazar, 2015). Dari penjelasan tersebut dapat
ditarik hipotesis sebagai berikut:
H5: Diduga debt to asset ratio berpengaruh terhadap manajemen laba.
8
Pengaruh Return On Asset Terhadap Manajemen Laba
Hipotesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986), salah satu
motivasi manajemen melakukan manajemen laba karena munculnya rencana
bonus, manajer akan melakukan manajemen laba agar laba dapat mencapai tingkat
minimal untuk memperoleh bonus. Jika profitabilitas yang didapat perusahaan
rendah maka umumnya manajer akan melakukan tindakan manajemen laba untuk
menyelamatkan kinerjanya di mata pemilik (Guna, 2015). Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H6: Diduga return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba.
H7: Diduga capital intencity, sales growth, institutional ownership,
independent commissioners, debt to asset ratio, dan return on asset
berpengaruh terhadap manajemen laba.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh capital intencity, sales growth, institutional ownership, independent
commissioners, debt to asset ratio, dan return on asset terhadap manajemen laba.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan penelitian ini
menggunakan data sekunder yang meliputi variabel independen yaitu capital
intencity, sales growth, institutional ownership, independent commissioners, debt
to asset ratio, dan return on asset. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah manajemen laba. Informasi data diperoleh dari laporan keuangan yang
diunduh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2017 sebanyak 41 perusahaan. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode penetapan
9
sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sangadji dan Sopiah, 2010:186).
Pengambilan sampel menggunakan beberapa kriteria tertentu sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan
dengan tahun buku berakhir 31 Desember selama 5 tahun (2013-2017).
2. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang melaporkan
laporan keuangan lengkap selama tahun pengamatan.
3. Laporan keuangan menggunakan satuan mata uang Rupiah.
4. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
BEI dengan nilai laba yang selalu positif selama periode pengamatan.
5. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang memiliki
kenaikan penjualan selama periode pengamatan.
6. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang memiliki data
kepemilikan saham institusional selama periode pengamatan.
Jumlah perusahaan yang dijadikan populasi adalah 41 perusahaan, dan
setelah dilakukan seleksi sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 14 perusahaan
dan 70 data observasi.
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Dengan bantuan SPSS versi 20 dalam analisis ini, terdiri dari uji
statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikoliniearitas,
autokorelasi, dan heterokedastisitas), dan uji hipotesis (uji t, uji f dan koefisien
determinasi).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
(Ghozali, 2013:19). Setelah melakukan konversi data kedalam skor standardized
(z-score), maka dalam penelitian ini data yang termasuk kedalam data outlier
adalah sebanyak 4 data. Sehingga jumlah data yang digunakan sebanyak 66 dari
70 data yang diamati. Berikut hasil analisis statistik deskriptif setelah outlier:
10
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 66 -,01337 ,02765 ,0043109 ,00700029 CAPINT 66 ,17352 ,57214 ,3419274 ,11539831 SG 66 ,00194 ,41154 ,1090109 ,07581730 IO 66 ,33065 ,98179 ,7216518 ,19162921 IC 66 ,33333 ,80000 ,4456880 ,12065981 DAR 66 ,16383 ,72637 ,3939679 ,15152228 ROA 66 ,03610 ,40100 ,1253317 ,09426431
Valid N (listwise) 66
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Hasil Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:161), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Untuk menguji normalitas residual adalah dengan
menggunakan uji non parametrik kolmogorov-smirnov (K-S) dengan melihat
signifikansi di atas 0,05 yang berarti data berdistribusi normal.
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation ,00616967
Most Extreme Differences Absolute ,106 Positive ,106 Negative -,072
Kolmogorov-Smirnov Z ,858 Asymp. Sig. (2-tailed) ,454
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 2 uji normalitas, dapat diketahui bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,858 sedangkan nilai signifikansinya sebesar 0,454
> 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi secara normal.
Hasil Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013:105), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dilihat
dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Jika nilai
tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
11
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
CAPINT ,590 1,694
SG ,845 1,183
IO ,835 1,198
IC ,517 1,935
DAR ,615 1,626
ROA ,619 1,617
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 3 diatas, dapat dilihat
bahwa variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,
yang berarti model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2013:110). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi dengan melihat nilai Durbin-Watson
berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2 (Sunyoto, 2011:91).
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,472a ,223 ,144 ,00647578 1,291
a. Predictors: (Constant), ROA, CAPINT, SG, IO, DAR, IC b. Dependent Variable: DA
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4, dapat diketahui nilai uji
Durbin-Watson sebesar 1,291 berada diantara -2 sampai +2. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini bebas dari adanya autokorelasi.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik tidak mengandung heteroskedastisitas apabila
nilai signifikansinya > 0,05. Untuk melihat heteroskedastisitas, maka dilakukan
uji rank spearman dengan melihat nilai signifikansinya (Ghozali: 2013:143).
12
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan uji heteroskedastisitas tabel 5 diatas, masing-masing variabel
independen memiliki nilai sig. > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,003 ,005 -,720 ,474
CAPINT ,003 ,009 ,052 ,346 ,731
SG -,020 ,012 -,222 -1,777 ,081
IO ,003 ,005 ,081 ,642 ,524
IC -,002 ,009 -,029 -,184 ,855
DAR ,021 ,007 ,464 3,171 ,002
ROA -,007 ,011 -,097 -,667 ,507
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 6, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
DA = −𝟎, 𝟎𝟎𝟑 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝐂𝐀𝐏𝐈𝐍𝐓 − 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝐒𝐆 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝐈𝐎 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟐𝐈𝐂 +
𝟎, 𝟎𝟐𝟏𝐃𝐀𝐑 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟕𝐑𝐎𝐀 + 𝒆
Dari persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Konstanta (α). Nilai konstanta sebesar -0,003 menyatakan bahwa jika
variabel capital intencity, sales growth, institutional ownership, independent
commissioners, debt to asset ratio dan return on asset dianggap konstan,
maka nilai manajemen laba sebesar -0,003 atau -0,3%.
13
2. Kooefisien regresi (β1) untuk variabel capital intencity (X1). Nilai β1
sebesar 0,003. Nilai positif menunjukkan hubungan searah, artinya jika nilai
variabel capital intencity naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain tetap
maka nilai manajemen laba akan naik sebesar 0,003 atau 0,3%.
3. Kooefisien regresi (β2) untuk variabel sales growth (X2). Nilai β2 sebesar -
0,020. Nilai negatif menunjukkan hubungan berlawanan arah, artinya jika
nilai variabel sales growth naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain
tetap maka nilai manajemen laba akan turun sebesar 0,020 atau 2%.
4. Kooefisien regresi (β3) untuk variabel institutional ownership (X3). Nilai β3
sebesar 0,003. Nilai positif menunjukkan hubungan searah, artinya jika nilai
variabel institutional ownership naik sebesar 1% dengan asumsi variabel
lain tetap maka nilai manajemen laba akan naik sebesar 0,003 atau 0,3%.
5. Kooefisien regresi (β4) untuk variabel independent commissioners (X4).
Nilai β4 sebesar -0,002. Nilai negatif menunjukkan hubungan berlawanan
arah, artinya jika nilai variabel independent commissioners naik sebesar 1%
dengan asumsi variabel lain tetap maka nilai manajemen laba akan turun
sebesar 0,002 atau 0,2%.
6. Kooefisien regresi (β5) untuk variabel debt to asset ratio (X5). Nilai β5
sebesar 0,021. Nilai positif menunjukkan hubungan searah, artinya jika nilai
variabel debt to asset ratio naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain
tetap maka nilai manajemen laba akan naik sebesar 0,021 atau 2,1%.
7. Kooefisien regresi (β6) untuk variabel return on asset (X6). Nilai β6 sebesar
-0,007. Nilai negatif menunjukkan hubungan berlawanan arah, artinya jika
nilai variabel return on asset naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain
tetap maka nilai manajemen laba akan turun sebesar 0,007 atau 0,7%.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
Uji signifikansi simultan (uji-f) digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel
dependen. Jika nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan < 0,05, H0 ditolak, jika nilai
Fhitung < Ftabel dan nilai signifikan > 0,05, H0 diterima (Ghozali, 2013:98).
14
Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,001 6 ,000 2,826 ,017b
Residual ,002 59 ,000
Total ,003 65 a. Dependent Variable: DA b. Predictors: (Constant), ROA, CAPINT, SG, IO, DAR, IC
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 7, nilai sig. sebesar 0,017 < 0,05. Fhitung
sebesar 2,826, nilai Ftabel pada tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan
(df) = df pembilang (k-1); df penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k)
berjumlah 7, jumlah data (n) sebanyak 66, df pembilang (7-1) = 6 dan df penyebut
(66-7) = 59, Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah 2,26. Jadi Fhitung
> Ftabel (2,826 > 2,26). Maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t).
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Apabila thitung > ttabel
atau -thitung< -ttabel dan nilai sig. < 0,05, maka Ha diterima. Bila thitung < ttabel atau -
thitung > -ttabel dan nilai sig. > 0,05, maka hipotesis akan ditolak (Ghozali, 2013:99).
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t).
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,003 ,005 -,720 ,474
CAPINT ,003 ,009 ,052 ,346 ,731
SG -,020 ,012 -,222 -1,777 ,081
IO ,003 ,005 ,081 ,642 ,524
IC -,002 ,009 -,029 -,184 ,855
DAR ,021 ,007 ,464 3,171 ,002
ROA -,007 ,011 -,097 -,667 ,507
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 8, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel CAPINT memiliki nilai sig. 0,731 > 0,05, nilai thitung 0,346 <
2,00172 (ttabel α = 0,05, df = 58). Maka H1 ditolak dan H0 diterima.
15
2. Variabel SG memiliki nilai sig. 0,081 > 0,05, nilai thitung -1,777 > -2,00172
(ttabel α = 0,05, df = 58). Maka H2 ditolak dan H0 diterima.
3. Variabel IO memiliki nilai sig. 0,524 > 0,05, nilai thitung 0,642 < 2,00172
(ttabel α = 0,05, df = 58. Maka H3 ditolak H0 diterima.
4. Variabel IC memiliki nilai sig. 0,855 > 0,05, nilai thitung -0,184 > -2,00172
(ttabel α = 0,05, df = 58). Maka H4 ditolak H0 diterima.
5. Variabel DAR memiliki nilai sig. 0,002 < 0,05, nilai thitung 3,171 > 2,00172
(ttabel α = 0,05, df = 58). Maka H5 diterima H0 ditolak.
6. Variabel ROA memiliki nilai sig. 0,507 > 0,05, nilai thitung -0,667 > -2,00172
(ttabel α = 0,05, df = 58). Maka H6 ditolak dan H0 diterima.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi berfungsi untuk melihat seberapa besar variasi
dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel indepeden. Pengujian ini
nilai koefisien determinasi dilihat dari adjusted R2 (Ghozali, 2013: 97).
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,472a ,223 ,144 ,00647578
a. Predictors: (Constant), ROA, CAPINT, SG, IO, DAR, IC
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 9 diatas, nilai Adjusted R Square 0,144 atau 14,5%.
Variabel dependen yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel
independen sebesar 14,4%, sisanya yaitu 85,6% dijelaskan oleh variabel lain.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Capital Intencity Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan memiliki aset tetap memang menggunakan aset tetap tersebut
untuk kepentingan operasional dan investasi perusahaan bukan untuk melakukan
praktik manajemen laba yang dapat dilakukan dengan mengubah metode
penyusutan aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Ramadhani dkk. (2017), bahwa capital intencity tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
16
Santoso dkk. (2016), yang menyatakan bahwa variabel capital intencity
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Sales Growth Terhadap Manajemen Laba
Rendahnya pertumbuhan penjualan tidak menjamin perusahaan untuk
melakukan manajemen laba, karena perusahaan tidak terfokus pada masalah untuk
mempertahankan trend laba dan trend penjualan. Tinggi rendahnya penjualan
suatu perusahaan bisa terjadi karena beberapa faktor baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rahmawati dan
Hakim (2018), bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015), dan penelitian
yang dilakukan oleh Astari dan Suryanawa (2017), yang menyatakan bahwa
variabel sales growth berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba.
Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional tidak menjalankan perannya melakukan
pengawasan atau monitoring terhadap manajemen untuk membatasi tindakan
manajemen laba, melainkan investor institusional hanya menjalankan perannya
sebagai transient investor yang terfokus pada current earnings. Penelitian ini
didukung penelitian Guna (2015), serta penelitian Anggani dan Nazar (2015),
bahwa institutional ownership tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berbeda dengan hasil penelitian Sari (2015), dan Astari dan Suryanawa (2017),
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Independent Commissioners Terhadap Manajemen Laba
Penempatan dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar
memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 Tahun 2014 yang mana
proporsi dewan komisaris independen paling kurang 30% dari seluruh anggota
dewan komisaris. Rendahnya proporsi komisaris independen menyebabkan belum
cukup untuk mendominasi dan memonitor kebijakan yang diambil perusahaan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kumala (2016) dan Handayani dkk.
(2016), bahwa independent commissioners tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Reza
17
dkk. (2016), yang menyatakan independent commissioners berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) Terhadap Manajemen Laba
Salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham di pasar
modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa utang. Konsekuensi dari
utang tersebut adalah kewajiban untuk membayar angsuran dan bunga.
Perusahaan harus mematuhi batasan pada perjanjian utang, sehingga besar
kemungkinan para manajer memakai metode-metode akuntansi atau mengambil
tindakan yang dapat menaikkan laba. Penelitian ini didukun penelitian Astari dan
Suryanawa (2017), Nurdiniah dan Herlina (2015), serta Sari (2015), bahwa debt to
asset ratio berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berbeda dengan
penelitian Nugraha (2017), Gunawan (2015), serta Maimunah dan Manik (2017),
yang menyatakan debt to asset ratio tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Manajemen Laba
Rendahnyanya nilai ROA tidak mendorong manajer melakukan manajemen
laba karena tidak semua investor hanya tertuju pada laba yang besar, melainkan
bagaimana prospek perusahaan kedepannya. Adanya kompensasi bonus gagal
menunjukkan bahwa rendahnya return on asset berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hal ini kemungkinan terjadi karena pemilik menentukan kompensasi bonus
bukan berdasarkan nilai ROA, melainkan target ditetapkan oleh perusahaan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Nurdiniah dan Herlina (2015), Sari (2015),
dan Gunawan (2015), bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan penelitian Astari dan Suryanawa (2017), serta penelitian yang
dilakukan Nugraha (2017), bahwa ROA berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Capital Intencity, Sales Growth, Institutional Ownership,
Independent Commissioners, Debt to Asset Ratio, dan Return On Asset
Terhadap Manajemen Laba
Pada hasil penelitian uji F menunjukkan nilai sig. 0,017 < 0,05, maka
disimpulkan H7 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti capital intencity, sales
growth, institutional ownership, independent commissioners, debt to asset ratio,
dan return on asset berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.
18
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Capital intencity tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017.
2. Sales growth tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017.
3. Institutional ownership tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017.
4. Independent commissioners tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017.
5. Debt to asset ratio berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017.
6. Return on asset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017.
7. Capital intencity, sales growth, institutional ownership, independent
commissioners, debt to asset ratio, dan return on asset berpengaruh secara
simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
SARAN
1. Penelitian selanjutnya dalam meneliti manajemen laba dapat menggunakan
pengukuran discretionary accruals menggunakan model yang berbeda.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek penelitian yang berbeda
selain manufaktur, seperti perbankan, telekomunikasi, atau pertambangan.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel independen
lainnya yang belum terdapat dalam penelitian ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Astari, Anak Agung Mas Ratih dan I Ketut Suryanawa. 2017. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol.20.1. Juli (2017):290-319.
Anggani, Suci dan Muhammad Rafki Nazar. 2015. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Leverage Terhadap Praktik
Manajemen Laba (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
LQ45 Tahun 2011-2013). E-Proceeding of Management: Vol.2, No.3
Desember 2015:3367-3374.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Giovani, Marsheila. 2017. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tata Kelola
Perusahaan, dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. XVI (No.1) September 2017:113-129.
Guna, A. Muh. Idham Dwi. 2015. Analisis Pengaruh Good Corporate
Governance, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2013. Skripsi: Universitas Hasanuddin, Makassar.
Handayani, Yenny Dwi, Putri Febrizki dan Muhammad Nashar. 2016. The Effect
of the Proportion of Independent Board, Audit Committee and Audit Quality
on Earnings Management. Research Journal of Finance and Accounting.
Vol.7, No.24, 2016:71-79.
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Pendekatan Rasio Keuangan.
Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Hery. 2017. Kajian Riset Akuntansi. Jakarta: PT Grasindo.
Indraswono, Cahyo. 2017. Pengaruh Proporsi Kepemilikan Institusional Industri
Manufaktur Indonesia Terhadap Discretionary Accruals Model Jones
Modifikasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi.
MODUS Vol.29(2):126-139.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Manik, Tumpal. 2017. Praktik Konservatisme Akuntansi Melalui Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Finansial Indonesia. Vol.1, No.1 Oktober 2017.
20
Maimunah dan Tumpal Manik. 2017. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2013-2015. Jurnal Akuntansi UMRAH.
Nugraha, Opanthio. 2017. Pengaruh Leverage, Net Profit Margin, Return On
Assets, dan Operating Profit Margin Terhadap Manajemen Laba (Studi
Empiris pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2014). JOM Fekon. Vol.4, No.1 2017:2180-2194.
Nurdiniah, Dade dan Linda Herlina. 2015. Analysis of Factors Affecting the
Motivation of Earnings Management in Manufacturing Listed in Indonesia
Stock Exchange. Research Journal of Finance and Accounting. Vol.6, No.3,
2015:100-107.
Rahmawati, Novi dan Mohammad Zulman Hakim. 2018. Pengaruh Deferred Tax
Expense, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap
Manjemen Laba pada Sektor Aneka Industri di BEI periode 2014-2016.
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Ramadhani, Fitria, Sri Wahjuni Latifah dan Endang Dwi Wahyuni. 2017.
Pengaruh Capital Intencity Ratio, Free Cash Flow, Kualitas Audit, dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI. Jurnal Nasional. Vol.XV, No.2, September 2017:98-110.
Reza, Firmansyah, Dudi Pratomo dan Siska Yudowati. 2016. Pengaruh Komisaris
Independen Dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufakur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013). E-Proceeding
of Management. Vol.3, No.02, Agustus 2016:1-8.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian, Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Santoso, Aprih, Diana Puspitasari dan Rahmatya Widyaswati. 2016. Pengaruh
Capital Intencity Ratio, Size, Earning Per Share Eps, Debt To Equity Ratio,
Dividen Payout Ratio Terhadap Manajemen Laba. Fokus Ekonomi. Vol.11,
No.1, Juni 2016:85-111.
Sari, Sesti Yurfita. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Manajemen
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jom FEKON. Vol.2, No.2, Oktober 2015:1-15.
Sembiring, Vestry Arta. 2015. Pengaruh Audit Tenure, Independensi Auditor,
Rasio Hutang, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Manajemen Laba
Discretionary Accruals Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi: USU, Medan.
www.idx.co.id