PENGARUH ASPEK PSIKOSOSIAL PENYULUH ... - Program...

13
PENGARUH ASPEK PSIKOSOSIAL PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PTT PETANI PADI DI SLPTT KABUPATEN BONE EFFECTS OF SOCIOPSYCHOLOGICAL ASPECTS OF FIELD EXTENTION AGENTS TO THE RATE OF ADOPTION OF INTEGRATED CROP MANAGEMENT TECHNOLOGY OF RICE FARMERS IN SLPTT, BONE REGENCY Andi Murtiningsi, 1 A.Rahman Mappangaja, 2 Eymal B.Demmallino 2 1 Sistem-Sistem Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin 2 Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi Andi Murtiningsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085299909968 Email: [email protected]

Transcript of PENGARUH ASPEK PSIKOSOSIAL PENYULUH ... - Program...

PENGARUH ASPEK PSIKOSOSIAL PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PTT

PETANI PADI DI SLPTT KABUPATEN BONE

EFFECTS OF SOCIOPSYCHOLOGICAL ASPECTS OF FIELD EXTENTION AGENTS TO THE RATE OF ADOPTION OF INTEGRATED CROP

MANAGEMENT TECHNOLOGY OF RICE FARMERS IN SLPTT, BONE REGENCY

Andi Murtiningsi,1 A.Rahman Mappangaja,2 Eymal B.Demmallino2

1Sistem-Sistem Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin 2Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi

Andi Murtiningsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085299909968 Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini berawal dari asumsi penyuluh sebagai pemandu lapang dalam penyuluhan terutama dalam pelaksanaan SL-PTT mendampingi petani dalam usahataninya dan dalam mengadopsi teknologi PTT padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap, motivasi dan komunikasi PPL terhadap tingkat adopsi petani padi. Desain penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan sampel 176 penyuluh dan petani yang dipilih secara sample random sampling. Data diperoleh melalui dokumentasi, observasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data dengan analisis statistic regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh sikap, motivasi, komunikasi PPL terhadap tingkat adopsi petani padi baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap adopsi petani padi berdasarkan hasil uji t yaitu : t hitung > t tabel yaitu 3,601 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,034 < α0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi petani berdasarkan hasil uji t yaitu : t hitung > t tabel yaitu 3,753 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,035 < α0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi petani berdasarkan hasil uji t yaitu : t hitung > t tabel yaitu 5,317 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 < α0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Secara simultan ketiga variabel independen berpengaruh terhadap adopsi teknologi PTT petani berdasarkan hasil uji F yaitu diketahui fhitung > ftabel yaitu 13,622 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Besarnya pengaruh ketiga variabel independen secara bersama-sama terhadap tingkat adopsi petani yaitu dengan nilai R2 0,520 atau 52 % yang menunjukkan bahwa besarnya pengaruh ketiga variable independen secara bersama-sama terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi sebesar 52% dan sisanya 48% oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Disimpulkan bahwa sikap, motivasi dan komunikasi PPL secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani. Kata kunci : Sikap, motivasi, komunikasi, adopsi petani.

Abstract

This study started from assumption extension as field workers as guides in counseling, especially in the execution SL-PTT assist farmers in farming and adopting technology rice PTT. This study aimed to determine effect of attitudes, motivation and communication PPL on the level of adoption of rice farmers. Design research is a quantitative research with sample 176 extension and farmers were selected by random sampling sample. Data obtained through documentation, observations and interviews using questionnaires. Data analysis with multiple linear regression analysis to determine the effect of attitudes, motivation, communication PPL to adoption rate rice farmers either individually or together. The results showed that attitudes influence significantly of adoption farmer rice based result t test: thitung> ttabel is 3.601 > 2.35 and less than 0.05 significance is 0.034 < α0,05 at level of 95%. Motivations significantly influence of adoption farmer rice based results t test: thitung > ttabel is 3.753 > 2.35 and less than 0.05 significance is 0.035 < α0, 05 at level of 95%. Communication significantly influence of adoption farmer rice based results t test: thitung > ttabel is 5.317 > 2.35 and less than 0.05 significance is 0.000 < α0, 05 at the level of 95%. Simultaneously three independent variables affect the adoption technology farmers PTT based result F test are Fhitung > Ftabel is 13.622 > 2.35 and 0.05 is smaller significance 0.000 <0.05. Influence of three independent variables together to adoption rate of farmers with R2 0.520 or 52% means 52% increase in farmer adoption can be explained by three variables, remaining 48% by other variables that are not explained in this study. Conclusion that attitudes, motivation and communication PPL, individually or collectively together affect the adoption rate of farmers. Key word : attitude, motivation, communication, adoption farmers.

PENDAHULUAN

SLPTT sebagai proses pembelajaran dan penyuluhan sebagai metode penyebaran PTT

bertujuan mempercepat alih teknologi ke petani untuk meningkatkan produksi usahatani.

Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya yang relatif cukup dalam meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan pemanfaatan sumber daya alam (Mukmin 1992 dalam

Hawkins dkk., 199). Fenomena keseharian PPL di kabupaten Bone yang memiliki pandangan

atau sikap yang berbeda terhadap kegiatan penyuluhan dalam SL-PTT di wilayahnya,

fenomena rendahnya motivasi PPL dan variasi kemampuan komunikasi PPL terhadap petani

sehingga berdampak pada penyampaian pesan transfer teknologi dari PPL pada petani. Stigma

menurunnya kinerja penyuluh yang dinilai kurang maksimalnya penyuluhan perlu segera di

perhatikan (kompas, 16 September 2012).Laporan penelitian Sihana, efektivitas penyuluh

pertanain di dinas pertanian Kabupaten Jepara, 2003 menunjukkan bahwa sikap komunikasi

penyuluh pertanian mempunyai hubungan yang signifikan terhadap efektifitas penyuluhan

pertanian (Sihana, 2003).

Sikap dalam penelitian ini adalah suatu pandangan atau ketetapan hati PPL terhadap

pekerjaannya (sebagai penyuluh dan pendamping dalam pelaksanaan kegiatan SL-PTT) yang

akan diikuti perbuatan dengan menunjukkan penguasaan tugas, kepercayaan terhadap

pelaksanaan tugas, dan dedikasi disiplin dalam perilaku hidup keseharian sesuai dengan

statusnya. sikap adalah “predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku

tertentu”. Dengan sikap baik PPL sehingga petani juga menerima keberadaan PPL dengan

baik. Penerimaan baik petani melahirkan perubahan sikap dalam diri petani, baik perubahan

sikap dan perilaku terhadap inovasi teknologi PTT padi di SL-PTT. Terdapat hubungan yang

nyata antara penyuluhan dengan sikap dan tingkat adopsi petani terhadap inovasi

(Baharuddin, 2010).

Motivasi dalam penelitian ini sebagai kemampuan atau dorongan dari dalam diri PPL

dalam melaksanakan tugasnya dan memberi dorongan kepada petani peserta SL-PTT padi

dalam mengadopsi teknologi PTT padi. PPL akan terdorong untuk bekerja mendampingi

petani dengan sungguh-sungguh apabila terjadi kesesuaian antara harapan PPL dengan hasil

yang diperoleh, maka mereka akan termotivasi untuk bekerja lebih efektif. Dalam lingkup

kerja motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja (Irwanto,

1989).

Komunikasi dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan PPL dalam tugasnya

sebagai penyuluh menyampaikan pesan atau membimbing petani peserta SL-PTT yang akan

memudahkan petani mengadopsi teknologi PTT padi. Komunikasi merupakan suatu usaha

manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan ataupun

pengalamannya. Komunikasi adalah aktivitas pokok pada kehidupan organisasi atau sistem

sosial dalam pertukaran informasi atau pengiriman pesan (Umar, 2002).

Komunikasi sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim

kepada penerima baik lisan maupun tulisan maupun menggunakan alat komunikasi

(Gito sudarmo & Sudita, 1997).

Dengan lancarnya komunikasi antara atasan dan bawahan dan sebaliknya, dan atau

diantara anggota organisasi akan berpengaruh terhadap perkembangan organisasi. Hal

tersebut sesuai tugas Penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan yang intinya adalah

penyampaian pesan berupa paket teknologi PTT atau informasi berupa hasil penelitian agar

dapat diimplementasikan oleh para petani (Mardikanto,1993).

BAHAN DAN METODE

Lokasi Dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone pada unit-unit SL-PTT dan di BP4K.

Jenis penelitian digolongkan dalam kuantitatif dengan desain penelitian berdasarkan expost

facto yaitu menganalisis dan menilai peristiwa faktual dilapangan.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PPL yang ada diwilayah BP4SL-PTT

Kabupaten Bone. Sampel sebanyak 176 0rang yang dipilh secara sample random sampling

pada 11 kecamatan dan 88 desa.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dokumentasi, observasi dan wawancara dengan menggunakan

kuesioner. Data sikap, motivasi dan komunikasi PPL dan data tingkat adopsi teknologi petani

diukur dengan wawancara jmenggunakan kuesioner.

Analis Data

Untuk keperluan analisis data dalam penelitian ini, digunakan analisis statistik regresi

linier berganda, untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

baik secara sendiri-sendiri, maupun secara bersama-sama. Data diolah dengan menggunakan

bantuan progaram komputer SPSS versi 17.0.

HASIL

Karakteristik Sampel

Tabel 1 memperlihatkan karakteristik penyuluh dan petani yang menjadi sampel

penelitian.Sebagian besar umur penyuluh berada pada umur 36-40 tahun yakni 21 orang

(11,93) dan yang paling sedikit berumur ≤30 tahun ke bawah yaitu penyuluh sebanyak 3

orang (1,70%), sedangkan petani terbanyak pada umur 41-45 sebanyak 21 orang (11,93) dan

yang paling sedikit ≤30 tahun yaitu 7 orang (3,98%). Hal ini menunjukkan bahwa pada

umumnya penyuluh berumur produktif. Berdasarkan tingkat pendidikan formal responden

menunjukkan bahwa pendidikan penyuluh tertinggi yaitu S1 sebanyak 60 orang (34,1%) dan

yang paling sedikit yaitu diploma sebanyak 2 orang (1,13%). Sedangakn pendidikan petani

tertinggi yaitu SMA sebanyak 42 orang (23,86%) dan yang paling sedikit SD sebanyak 11

orang (6,25%).

Adapun hasil analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mendapatkan formula

persamaan yang diolah melalui program SPSS Versi 17.0.

Tabel 2 memperlihatkan hasil analisis regresi linier berganda dengan formula

persamaan :

Ŷ = 푏0 + 훽 Χ + 훽 Χ + 훽 Χ

Y = 1.432 + 0,267X1 + 0,263X2 + 0,549X3

Dari persamaan regresi linier berganda seperti di atas, dapat diinterpretasikan sebagai

berikut: Nilai koefisien b0 (konstanta) sebesar 1.432 yang berarti bahwa apabila variabel

independen konstan atau sama dengan nol, maka tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di

SL-PTT akan berkisar 1,432. Nilai koefisien regresi β1 adalah 0,267X1 yang berarti bahwa

apabila sikap PPL ditingkatkan sebesar satu satuan, maka diperkirakan akan menyebabkan

kenaikan sebesar 0,267 tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Nilai koefisien regresi β2

adalah 0,263X2 yang berarti bahwa apabila motivasi PPL ditingkatkan sebesar satu satuan,

maka diperkirakan akan menyebabkan kenaikan sebesar 0,263 tingkat adopsi teknologi PTT

petani padi.

Nilai koefisien regresi β3 adalah 0,549X3 yang berarti bahwa apabila Komunikasi

PPL ditingkatkan sebesar satu satuan, maka diperkirakan akan menyebabkan kenaikan

sebesar 0,549 tingkat adopsi teknologi PTT petani padi dengan asumsi faktor lainnya konstan.

Besarnya nilai koefisien korelasi berganda (R) adalah 0,721, hal ini menunjukan bahwa

kuatnya pengaruh antara ketiga variabel independen dengan tingkat adopsi teknologi PTT

petani padi sebesar 0,721 yang berarti bahwa variabel sikap, motivasi dan komunikasi

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT

Kabupaten Bone. Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) yakni besarnya pengaruh ketiga

variabel dependen secara bersama-sama terhadap variabel independen. Dari hasil pengolahan

data diperoleh nilai koefisien determinasi 0,520, hal ini menunjukan bahwa besarnya

pengaruh variabel independen terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi sebesar

0,520 (52%) sedangakan sisanya 48%(100% - 52% = 48%), dipengaruhi oleh faktor lain atau

variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu, sikap (X1),

motivasi(X2), dan komunikiasi(X3), masing-masing secara parsial berpengaruh signifikan atau

tidak terhadap (Y), maka dilakukan dilakukan uji parsial atau uji t.

Tabel 3 memperlihatkan Pengaruh variabel sikap (X1), Motivasi (X2) dan komunikasi

(X3) terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y) dapat diketahui dengan

uji t. Uji t dalam hal ini mempersyaratkan :

Jika thitung >ttabel = Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y

Jika thitung<ttabel = Hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha)

ditolak artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y.

Berdasarkan hasil uji diketahui t hitung pada sikap dari penelitian ini diketahui t

hitung lebih besar dari t tabelnya sehingga thitung> ttabel yaitu : 3,601 > 2,35 dan signifikansinya

lebih kecil dari 0,05 yaitu : 0,034 < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan

bahwa secara parsial variabel sikap (X1) berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi

teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y).

Berdasarkan hasil uji t pada motivasi dari penelitian ini diketahui t hitung lebih besar

dari t tabelnya sehingga thitung> ttabel yaitu : 3,753 > 2,35 dan signifikansinya lebih kecil dari

0,05 yaitu : 0,035 < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa secara

parsial variabel motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT

petani padi di SL-PTT (Y). Berdasarkan hasil uji t hitung pada komunikasi diketahui t hitung

lebih besar dari t tabelnya sehingga thitung> ttabel yaitu : 5,317 > 2,35 dan signifikansinya lebih

kecil dari 0,05 yaitu : 0,000 < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan

bahwa secara parsial variabel komunikasi (X3) berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi

teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y).

Untuk mengetahui apakah ketiga variabel independen dalam penelitian ini secara

simultan atau secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen, maka

dilakukan uji simultan atau uji F. Tabel 3 memperlihatkan hasil analisis F hitung untuk

mengetahui apakah variabel independen dalam penelitian ini secara simultan atau secara

bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil uji f hitung pada ketiga variabel indevenden diketahui f hitung

lebih besar dari F tabelnya sehingga Fhitung> Ftabel yaitu : 13,622 >1,71 dan signifikansinya

lebih kecil dari 0,05 yaitu : 0,000 < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel

independen yaitu sikap (X1), motivasi (X2), sikap (X3) dan komunikasi secara bersama-sama

(simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu tingkat adopsi teknologi

PTT petani padi di SL-PTT (Y). Sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif

(Ha) diterima.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-

PTT Kabupaten Bone, selain secara parsial juga secara simultan dipengaruhi oleh variabel

sikap, motivasi dan komunikasi. Variabel bebas yang paling berpengaruh merupakan faktor

yang paling kuat yang adalah variabel komunikasi. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa

kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam

melaksanakan penyuluhan menyampaikan pesan/informasi pada petani sangat berpengaruh

terhadap daya adopsi teknologi PTT petani dalam mengadopsi teknologi PTT padi.

Penguasaan komunikasi yang berdasarkan pedoman, metode dan pendekatan penyuluhan

akan memudahkan petani dalam mengadopsi teknologi PTT padi di SL-PTT..

Sikap dari hasil uji analisis diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya dan taraf

signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu thitung >ttabel maka Hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sikap mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Maka hipotesis pertama yang dijukan

dalam penelitian ini dapat diterima. Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap PPL

berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Sihana (2003) yang menganalisis efektivitas penyuluh pertanian

lapangan di Dinas Pertanian Kabupaten Jepara, dengan kesimpulan bahwa sikap berpengaruh

secara signifikan terhadap efektivitas penyuluhan pertanian. Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan Baharuddin (2010) bahwa terdapat hubungan yang nyata antara penyuluhan dengan

sikap dan tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi. Dengan hasil penelitian ini maka

sikap terhadap tugas dan pekerjaan tetap perlu dimiliki dalam diri PPL khususnya dalam

pelaksanaan penyuluhan. Sikap baik PPL ditunjukkan oleh kesukaan PPL terhadap fungsi

dan tugasnya, Kepercayaan dari atasan dan lingkungan kerjanya serta disiplin.

motivasi dari hasil uji analisis diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya dan

taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu thitung >ttabel maka Hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap Y.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Maka hipotesis kedua yang diajukan

dalam penelitian ini dapat diterima. Disamping itu sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Abraham maslow, McClelland dan teori dua faktor bahwa motivasi sebagai kondisi yang

berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja. Motivasi yang dimiliki oleh pegawai akan mendorongnya untuk

melakukan pekerjaan dengan baik apabila tercapai kesesuain harapan (Hamzah,2012).

Berdaraskan uraian-uraian yang dikemukakan di atas, maka dalam adopsi teknologi

PTT petani, motivasi penyuluh perlu menjadi strategi pengembangan sumber daya manusia

yang untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat petani, maka peningkatan

penyuluhan diarahkan pada bagaimana mereka dapat memahami dan menguasai tugas,

memiliki keahlian/keterampilan (profesionalisme) dalam menjalankan tugas, memiliki sikap

yang baik dalam memberikan pelayanan penyuluhan, dan memiliki motivasi yang tinggi

dalam bekerja. Peningkatan motivasi penyuluh harus memperhatikan berbagai faktor seperti

sarana dan prasarana dalam penyuluhan, keamanan dan keselamatan kerja dalam

melaksanakan penyuluhan, penghargaan, pengembangan diri dan upah yang mendorong

peningkatan semangat dan motivasi penyuluh dalam melaksanakan pekerjaannya.

Komunikasi dari hasil analisis uji-t diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya

dan taraf signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu thitung >ttabel maka Hipotesis nol

(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada pengaruh variabel X terhadap

Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi. Maka hipotesis ketiga yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani (Komunikasi

menjadi variabel yang paling dominan diantara variabel lainnya), yang berarti bahwa

peningkatan adopsi teknologi petani akan dicapai dengan kemampuan komunikasi PPL dalam

melaksanakan penyuluhan yaitu dengan kejelasan informasi bahwa penyuluh dapat

mengkomunikasikan pesan teknologi dengan baik, penyampaian pesan secara benar tidak

berbelit-belit dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh petani sehingga saat

pertemuan terjadi dialog antara penyuluh dan petani, konsekuen dalam memberikan informasi

bahwa informasi yang disampaikan tidak membingunkan petani serta sesuai dengan tujuan,

kesesuaian waktu bahwa penyampaian informasi sesuai waktu yang tepat sehingga informasi

mudah diterima dan dapat dilaksanakan oleh petani dan informasi sesuai dengan kebutuhan

petani serta alat bantu yang digunakan penyuluh dalam menyampaikan informasi. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sihana (2003) dengan kesimpulan bahwa

komunikasi yang lancar ada hubungan terhadap efektivitas penyuluhan. Hal itu juga sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Effendy 2001 dalam Marsudi, menyatakan komunikasi dapat

dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak perubahan pada petani .

Secara simultan ketiga variabel independen diketahui F hitung dari penelitian ini lebih

besar dari F tabelnya sehingga Fhitung> Ftabel dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu sikap (X1), motivasi (X2), sikap (X3)

dan komunikasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen yaitu tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-PTT (Y). Sehingga hipotesis

nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kami menyimpulkan bahwa sikap, motivasi dan komunikasi secara parsial dan secara

simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi PTT

petani padi di SL-PTT. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan daya adopsi teknologi

PTT petani dalam kegiatan SL-PTT padi dapat dilakukan dengan peningkatan sikap, motivasi

dan kemampuan komunikasi penyuluh pertanian lapangan. Variabel komunikasi yang paling

berpengaruh dari ketiga variabel terhadap tingkat adopsi teknologi PTT petani padi di SL-

PTT, yang terdiri dari tingkat kejelasan pesan dengan penyampaian informasi secara jelas,

penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, konsekuen dalam melaksanakan komunikasi,

waktu penyampaian pesan serta alat batu yang digunakan dalam penyampaian informasi atau

dalam penyuluhan akan memperlancar tugas penyuluh pertanian lapangan sebagai

komunikator penyampaian informasi teknologi pada petani.

Upaya meningkatkan daya adopsi teknologi PTT petani perlu mendorong

mengoptimalkan peningkatan sikap, motivasi dan komunikasi penyuluh. Dukungan

sarana dan prasarana, keselamatan dan keamanan kerja dalam menyuluh, yang

disediakan sesuai dengan kebutuhan dalam penyuluhan dan kesempatan pengembangan

diri serta pemberian upah dan insentif akan sangat berpengaruh terhadap penyuluh

dalam melaksanakan tugasnya. Kepada PPL diKabupaten Bone untuk terus

meningkatkan teknik komunikasi yang efektif dalam melaksanakan penyuluhan

maupun dalam menyampaikan materi penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, S. (2010). “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Adopsi Teknologi Petani Padi Sawah (Studi Kasus Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan)”, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Pertanian UNHAS. http://www.unhas.ac.id/pertanian/index.php?option=com_docman&task=doc_details&gid=272&Itemid=74.

Irwanto, dkk. (1989). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Harian Kompas Manado, Minggu, 16 September 2012. Kusmiyati., Maryani, A., dan Kusnadi, D. (2010). “Kinerja Penyuluh Pertanian PNS dalam

Melaksanakan Tupoksi Di Kabupaten Bogor(Kasus di BP3K Cibungbulang)”, Laporan Hasil Penelitian, STTP Bogor. Diunduh pada tanggal 12 Februari 2012 dari http://www.stpp-bogor.ac.id/userfiles/file/10-Kusmiati%20edited.pdf.

Hamzah B. Uno. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta. Marsudi. (2010). Evaluasi Petani Peserta Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SL-PTT) Padidi Kabupaten Ngawi, Tesis S2 Tidak Diterbitkan, Program Studi Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya.

Mardikanto, T. (1993). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: UNS Press Sihana. (2003). Efektifitas Penyuluh Pertanian Lapangan Di Dinas Pertanian Kabupaten

Jepara, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro. Umar, H. (2002). Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Umur Responden Penyuluh dan Petani Padi di SL-PTT Kabupaten Bone, 2012.

No Responden Umur (Tahun) Banyaknya orang Persen (%)

1. Penyuluh ≤ 30 3 1,70 31 – 35 14 7,95 36 – 40 21 11,93 41 – 45 19 10,80 46 – 50 17 9,66 ≥51 14 7,95

2. Petani ≤ 30 7 3,98 31 – 35 14 7,95

36 – 40 20 11,36 41 – 45 21 11,93 46 – 50 15 11,02 ≥51 11 6,2

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013 Tabel 2. Hasil olahan Analisis Regresi Linier Berganda model unstandardized standar coef. coefficients

B Std.Error Beta t Sig. constan 1.423 915 1.564 .121

sikap .267 .244 .254 3.601 .034 motivasi .263 .283 .244 3.753 .035

komunikasi .549 .198 .566 5.317 .000 sumber : Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Signifikan Parsial ( uji - t )

model Beta t hitung t tabel sikap .254 3,601 2,35 motivasi .268 3,753 2,35 komunikasi .566 5,317 2,35 Sumber : Data Primer Setelah Dioloah, 2013

Tabel.4. Ringkasan Hasil Uji Simultan (uji - F)

Model Sum Of Squares df Mean Square F.Hit F.Tabel Sig.

Regression 5.244 3 1.748 13.622 1,71 0,000

Residual 10.780 84 .128

Total 16.024 87

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013