PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

12
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019 e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7 http://jtsl.ub.ac.id 1261 PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT, DAN MIKORIZA TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG PADA ULTISOL The Effect of Coal Fly Ash, Oil Palm Empty Fruit Bunch Compost, and Mycorrhiza on the Availability and Uptake of Phosphorus, Growth and Yield of Maize on Ultisol Laili Fahimatul Mashfufah, Budi Prasetya * Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran no 1, Malang 65145 * Penulis korespondensi: [email protected] Abstract Ultisol has limitation to become agricultural land by low soil pH, high saturation of Al, poor macronutrients and low organic matter content. Maize production in Ultisol is faced with a lack of P. The purpose of this study was to determine the effect of coal fly ash (CFA), oil palm empty fruit bunch (OPEFB) and mycorrhiza to help increase the availability and uptake of phosphorus, growth and production of corn on Ultisol. The combination consisted of twelve treatments with 3 replications. The research was conducted in a glasshouse by planting corn on the planting media according to the treatment. Plant height and number of leaves were observed every week, at harvest (age 13 weeks) observed fresh weight and dry weight of shoot + root, fresh weight of cob with cornhusk, fresh weight of cob, weight of shelled seeds, production. P-total, P-available, P uptake, soil pH, organic-C, number of spores and percentage of root colonies were observed in the laboratory. The application of the combination of CFA and OPEFB and mycorrhiza did not have a significant effect on total-P, available-P, soil pH, organic-C, plant height, number of leaves, dry weight of shoot + root, fresh weight of cob with cornhusk and weight of shelled seeds. CFA, OPEFB and mycorrhiza influential in increasing P-uptake, dry weight of shoot + root, fresh weight of cob, production, number of spores and percentage of root colonies. Keywords: coal fly ash, maize, mycorrhiza, oil palm empty fruit bunch, ultisol Pendahuluan Ultisol adalah salah satu jenis tanah yang tersebar luas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan di Indonesia. Namun memiliki kendala umum berupa kemasaman tanah yang tinggi, pH rata-rata <4,5, kejenuhan Al tinggi, miskin hara makro terutama P, K, Ca dan Mg, serta kandungan bahan organik yang rendah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Ultisol sering dikatakan sebagai tanah marginal karena kendala kesuburannya, oleh karena itu dilakukan pengelolaan untuk memperbaiki kualitas tanah pada Ultisol. Jagung merupakan komoditas yang cukup potensial untuk dibudidayakan karena selain dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat dan protein juga sebagai bahan baku untuk ternak dan bahan baku industri. Sipayung et al.. (2014) mengatakan bahwa pemberian pupuk padat di tanah Ultisol mampu menghasilkan produksi jagung berkisar 7-9 t ha -1 . Untuk memproduksi komoditas jagung pada tanah Ultisol akan mengalami permasalahan terkait dengan unsur hara Fosfor (P), jika tanaman jagung kekurangan unsur hara maka pertumbuhannya kurang

Transcript of PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Page 1: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1261

PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDANKOSONG KELAPA SAWIT, DAN MIKORIZA TERHADAP

KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR, PERTUMBUHANDAN PRODUKSI JAGUNG PADA ULTISOL

The Effect of Coal Fly Ash, Oil Palm Empty Fruit Bunch Compost, andMycorrhiza on the Availability and Uptake of Phosphorus, Growth and

Yield of Maize on Ultisol

Laili Fahimatul Mashfufah, Budi Prasetya*

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran no 1, Malang 65145* Penulis korespondensi: [email protected]

AbstractUltisol has limitation to become agricultural land by low soil pH, high saturation of Al, poormacronutrients and low organic matter content. Maize production in Ultisol is faced with a lack ofP. The purpose of this study was to determine the effect of coal fly ash (CFA), oil palm empty fruitbunch (OPEFB) and mycorrhiza to help increase the availability and uptake of phosphorus, growthand production of corn on Ultisol. The combination consisted of twelve treatments with 3replications. The research was conducted in a glasshouse by planting corn on the planting mediaaccording to the treatment. Plant height and number of leaves were observed every week, at harvest(age 13 weeks) observed fresh weight and dry weight of shoot + root, fresh weight of cob withcornhusk, fresh weight of cob, weight of shelled seeds, production. P-total, P-available, P uptake,soil pH, organic-C, number of spores and percentage of root colonies were observed in thelaboratory. The application of the combination of CFA and OPEFB and mycorrhiza did not have asignificant effect on total-P, available-P, soil pH, organic-C, plant height, number of leaves, dryweight of shoot + root, fresh weight of cob with cornhusk and weight of shelled seeds. CFA,OPEFB and mycorrhiza influential in increasing P-uptake, dry weight of shoot + root, fresh weightof cob, production, number of spores and percentage of root colonies.

Keywords: coal fly ash, maize, mycorrhiza, oil palm empty fruit bunch, ultisol

PendahuluanUltisol adalah salah satu jenis tanah yang tersebarluas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% daritotal luas daratan di Indonesia. Namun memilikikendala umum berupa kemasaman tanah yangtinggi, pH rata-rata <4,5, kejenuhan Al tinggi,miskin hara makro terutama P, K, Ca dan Mg,serta kandungan bahan organik yang rendah(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Ultisol seringdikatakan sebagai tanah marginal karena kendalakesuburannya, oleh karena itu dilakukanpengelolaan untuk memperbaiki kualitas tanahpada Ultisol. Jagung merupakan komoditas yang

cukup potensial untuk dibudidayakankarena selain dapat digunakan sebagaisumber karbohidrat dan protein jugasebagai bahan baku untuk ternak dan bahanbaku industri. Sipayung et al.. (2014)mengatakan bahwa pemberian pupuk padatdi tanah Ultisol mampu menghasilkanproduksi jagung berkisar 7-9 t ha-1.

Untuk memproduksi komoditas jagungpada tanah Ultisol akan mengalamipermasalahan terkait dengan unsur haraFosfor (P), jika tanaman jagung kekuranganunsur hara maka pertumbuhannya kurang

Page 2: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1262

maksimum atau dapat mengakibatkan tanamanjagung mati. Permasalahan pada tanah Ultisoldapat diperbaiki dengan penggunaan bahanorganik, seperti pengaplikasian pupuk kompos.Salah satu bahan organik yang banyak tersedia dikawasan tanah Ultisol adalah tandan kosongkelapa sawit (TKKS). Haryawan et al. (2015)menyatakan bahwa kompos TKKS adalah komposdari limbah organik hasil pabrik kelapa sawit yangmasih dapat digunakan sebagai pupuk organiksehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhiketersediaan unsur hara bagi tanah dan tanaman.Kompos TKKS juga mempunyai fungsimemperbaiki struktur tanah, sehingga dapatmeningkatkan daya serap tanah terhadap airsehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksidengan baik. Selain aplikasi pupuk kompos,pemilihan terhadap jenis bahan amelioran untukmemperbaiki kimia tanah sangat tergantung padakemampuan, jumlah ketersediaan, dankemudahannya memperoleh bahan ameliorantersebut. Salah satu amelioran yang mampumemperbaiki kimia tanah yang ketersediaannyacukup banyak adalah limbah dari penggunaanbatubara sebagai energi yaitu abu terbangbatubara. Abu terbang batubara (Fly ash) menurutAkbar et al. (2014) adalah material yang memilikiukuran butiran yang halus berwarna keabu-abuandan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Riniet al. (2009) mengemukakan bahwa abu terbangbersifat basa (mempunyai pH 10-13) danmengandung kation-kation yang diperlukantanaman seperti Ca, Mg, Zn, K, dan P serta tidakmengandung logam-logam berat yang berbahayabagi tanah dan tanaman, sehingga dapat dijadikanamelioran untuk memperbaiki sifat kimia tanah.

Mengatasi permasalahan pada tanah Ultisoldapat dilakukan dengan mengaplikasikan MikorizaArbuskula (MA). Penggunaan mikoriza di tanahUltisol diharapkan mampu membantupertumbuhan tanaman yang terdapat di tanahUltisol. Menurut Fahmissidqi (2016) berbagaimacam mikoriza arbuskular pada tanamanmemiliki manfaat besar bagi tanaman seperti,membantu meningkatkan penyerapan unsur-unsurhara dan nutrisi yang penting bagi tanaman. Hasilpenelitian Simarmata dan Herdiani (2004)menunjukkan bahwa pada berbagai lahan marginaldi Indonesia menunjukkan bahwa apliksi pupukbiologis seperti cendawan mikoriza arbuskula(Glomus sp. dan Gigaspora sp.) dapat meningkatkanproduksi berbagai tanaman serta ketersediaan hara

bagi tanaman antara 20-100%. Berdasarkanuraian diatas maka digunakan kombinasiaplikasi abu terbang batubara, kompostandan kosong kelapa sawit serta mikorizauntuk membantu meningkatkanketersediaan dan serapan fosfor, sertapertumbuhan dan produksi jagung di tanahUltisol.

Bahan dan MetodeTempat, waktu, dan bahan penelitianPenelitian dilakukan dalam pot di rumahkaca Universitas Tribhuwana Tunggadewi,Malang pada bulan Maret-Juni 2018. Analisatanah dan tanaman dilakukan diLaboratorium Biologi dan LaboratoriumKimia Jurusan Ilmu Tanah, FakultasPertanian Universitas Brawijaya Malang.Alat yang digunakan yaitu cetok, pot,plastik, timbangan, ayakan bertingkat,cawan petri, sentrifuge, enlenmeyer, pipet,spektrofotometer, mikroskop. Bahan yangdigunakan yaitu tanah Ultisol, pupuk pupukdasar 100 kg N ha-1 dalam bentuk urea dan50 kg K2O ha-1 dalam bentuk KCl, kompostandan kosong kelapa sawit (KTKKS), abuterbang batubara (ATB), mikoriza Glomussp., benih jagung, gula dan aquades.Penelitian ini menggunakan RancanganAcak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 12perlakuan dengan 3 kali ulangan.

Tanah Ultisol diperoleh dariKabupaten Kutai Kartanegara, KalimantanTimur. Kompos Tandan Kosong KelapaSawit (KTKKS) diambil dari lahanperkebunan kelapa sawit PT Surya IntiSawit Kahuripan (Makin Group),Kecamatan Parenggean, KabupatenKotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.Abu Terbang Batubara (ATB) diambil dariPLTU PT. Cahaya Fajar Kaltim di DesaEmbalut, Kecamatan Tenggarong Seberang,Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pelaksanaan PenelitianPersiapan tanah

Tanah yang digunakan merupakan jenistanah Ultisol yang didapatkan dariKabupaten Kutai Kartanegara KalimantanTimur. Tanah ini diletakkan dalam pot

Page 3: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1263

sebanyak 7 kg pot-1 yang nantinya akan digunakansebagai media tanam.

Isolasi dan identifikasi mikoriza

Isolasi dan identifikasi mikoriza menggunakansampel tanah yang berasal dari sekitar daerahperakaran sehingga langsung dipengaruhi oleh akartanaman. Metode yang digunakan dalam isolasispora yaitu metode ayakan basah (wet sieving).

Perlakuan dan penerapannya

Setelah mempersiapkan tanah dalam pot,dilakukan aplikasi perlakuan sebanyak 12perlakuan (Tabel 1). ATB dan KTKKSdicampurkan dengan tanah Ultisol yang sudahtersedia dalam pot kemudian diaduk agar merata.Mikoriza Glomus sp. yang sudah dikumpulkandalam fial film akan diaplikasikan menggunakancontong tisu.

Penanaman benih jagung

Penanaman benih jagung dilakukan pada mediapot plastik yang telah berisi tanah Ultisol 7 kgdengan 3 benih jagung dalam satu pot plastik.Selanjutnya pada 2 MST disisakan 1 tanaman yangterbaik, 2 tanaman lainnya dicabut.

Pemberian pupuk dasar dan pemeliharaan tanaman

Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk N dalambentuk urea dengan dosis 100 kg N ha-1 danpupuk K dalam bentuk KCl dengan dosis 50 kgK2O ha-1. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitupagi dan sore untuk mempertahankan kelembabandan mencukupi kebutuhan air tanaman jagung.

Penyulaman dilakukan apabila terdapattanaman yang mati. Penyulaman yangdilakukan dengan menggunakan umur bibittanaman yang sama agar pertumbuhannyasesuai dengan umur bibit tanaman yangtergantikan.

Penyiangan dilakukan setiap minggudengan cara membersihkan gulma yangtumbuh di sekitar tanaman agar tidakmengganggu pertumbuhan tanaman jagung,penyiangan ini dilakukan secara mekanikyaitu dengan mencabut langsung gulmamenggunakan tangan.

Pengamatan dan pengumpulan data

Jagung dipanen pada 90 HST. Pengamatanyang akan dilakukan meliputi P-total, P-tersedia, serapan P, pH tanah, C-Organik,tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segardan bobot kering tajuk+akar, bobot segartongkol berkelobot, bobot segar tongkol,bobot biji pipilan, produksi, jumlah sporadan persentase koloni akar.

Analisis data

Data hasil penelitian dianalisis denganmenggunakan analisis ragam (ANOVA).Apabila hasil ANOVA menunjukkanadanya pengaruh nyata pada setiapparameter yang diamati, maka akandilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple RangeTest (DMRT) pada taraf 5% untukmengetahui perbedaan setiap perlakuan.

Tabel 1. Perlakuan pada Penelitian

No. Kode Deskripsi1 A0K0M0 Kontrol = tanpa penambahan ATB, kompos atau mikoriza2 A0K0M1 0 t ATB ha-1 + 0 t KTKKS ha-1+ 5 spora mikoriza kg-1 tanah3 A0K1M0 0 t ATB ha-1+ 10 t KTKKS ha-1+ 0 spora mikoriza kg-1 tanah4 A0K1M1 0 t ATB ha-1+ 10 t KTKKS ha-1+ 5 spora mikoriza kg-1 tanah5 A1K0M0 20 t ATB ha-1+ 0 t KTKKS ha-1 + 0 spora mikoriza kg-1 tanah6 A1K0M1 20 t ATB ha-1+ 0 t KTKKS ha-1+ 5 spora mikoriza kg-1 tanah7 A1K1M0 20 t ATB ha-1 + 10 t KTKKS ha-1+ 0 spora mikoriza kg-1 tanah8 A1K1M1 20 t ATB ha-1+ 10 t KTKKS ha-1+ 5 spora mikoriza kg-1 tanah9 A2K0M0 40 t ATB ha-1+ 0 t KTKKS ha-1+ 0 spora mikoriza kg-1 tanah10 A2K0M1 40 t ATB ha-1+ 0 t KTKKS ha-1+ 5 spora mikoriza kg-1 tanah11 A2K1M0 40 t ATB ha-1+ 10 t KTKKS ha-1+ 0 spora mikoriza kg-1 tanah12 A2K1M1 40 t ATB ha-1+ 10 t KTKKS ha-1+ 5 spora mikoriza kg-1 tanah

Page 4: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1264

Hasil dan PembahasanP-totalHasil P-total tertinggi terdapat pada perlakuanA1K1M0 yaitu sebesar 67,73 ppm. Sedangkan P-total terendah terdapat pada kontrol yaitu sebesar51,58 ppm (Gambar 1a). Pemberian ATB,KTKKS dan mikoriza tidak berpengaruh nyataterhadap P-total tanah. Hasil analisa akhir P-totaljauh lebih rendah dibandingkan dengan analisaawal P-total, dimana nilai P-total awal sebesar1452,78 ppm yang didapatkan dari penjumlahan P-total yang ada pada Ultisol, ATB dan KTKKS.Penurunan P-total ini dapat disebabkan karenakandungan P pada Ultisol dijerap oleh Al dan Fe.Syahputra et al. (2015) menyatakan bahwakekurangan fosfat pada tanah Ultisol dapatdisebabkan oleh kandungan fosfat dari bahaninduk tanah yang pada umumnya sudah rendah.Rendahnya P total dapat juga disebabkan karenaterfiksasi oleh mineral Al dan Fe.

Penguapan dan penyerapan dapatmenyebabkan hilangnya kandungan hara N dan Krata-rata setengah dari jumlah semula, sedangkan Psekitar sepertiga dari jumlah semula. Kehilangan Pdan K dapat terjadi karena adanya pencuciansenyawa nitrat oleh air hujan (Sinuraya et al., 2015).

P-tersediaP-tersedia merupakan jumlah kandungan fosfatyang tersedia dalam tanah yang dapat diserap olehtanaman. P-Tersedia tertinggi terdapat padaperlakuan A1K1M0 yaitu sebesar 5,19 ppm,sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuankontrol yaitu sebesar 3,2 ppm (Gambar 1b).Perlakuan tanpa mikoriza menunjukkanketersediaan P yang lebih tinggi daripadaperlakuan yang lain. Hal ini dapat disebabkankarena P yang terlarut dalam tanah yang diberimikoriza langsung tersedia dan diserap olehtanaman.

Pemberian ATB, KTKKS dan mikoriza tidakberpengaruh nyata terhadap P-tersedia. TingginyaP-tersedia pada perlakuan A1K0M0 dan A1K1M0menunjukkan bahwa perlakuan tersebut tidakbanyak menyerap P, sehingga P yang tersediadalam tanah masih cukup banyak. Nasution et al.(2014) menyatakan penurunan P-tersedia dapatterjadi karena P yang terikat dalam tanah danterlarut akibat enzim fosfatase mikoriza tersebutlangsung tersedia diserap oleh tanaman inang,

sehingga pemberian mikoriza tidakberpengaruh nyata terhadap P-tersediatanah, namun berpengaruh nyata terhadapserapan P tanaman inang. Menurut Prasetyodan Suriadikarta (2006) kekurangan P padatanah Ultisol dapat disebabkan olehkandungan P dari bahan induk tanah yangmemang rendah, atau kandungan Psebenarnya sudah tinggi, namun tidaktersedia untuk tanaman karena terjerap olehunsur lain seperti Al dan Fe.

Penambahan KTKKS mampumeningkatkan ketersediaan P karena adanyaproses dekomposisi. Pemberian komposdapat meningkatkan P-tersedia karenaadanya proses dekomposisi dan mineralisasidari kompos sehingga meningkatkanadsorpsi P. Pemberian abu terbang batubaradapat meningkatkan ketersediaan P karenasilikat dapat menggantikan posisi P yangdijerap, sehingga anion P dikeluarkan kedalam larutan tanah kemudian dijerap olehsilikat. Pemberian silikat dapatmeningkatkan kadar P tanah menjadibentuk yang lebih tersedia bagi tanaman.

Serapan PSerapan P dapat diketahui dengan caramengalikan konsentrasi P dengan produksibobot kering per tanaman. Serapan Ptertinggi terdapat pada perlakuan A2K1M1yaitu sebesar 0,081 g tanaman-1, sedangkanserapan P terendah terdapat pada perlakuankontrol yaitu sebesar 0.013 gtan aman-1

(Gambar 1c). Penambahan ATB, KTKKSdan mikoriza berpengaruh sangat nyataterhadap serapan P. Adanya pemberianmikoriza meningkatkan serapan P lebihtinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpamikoriza. Hifa dapat menyerap hara dalamtanah meskipun kondisi tanah tersebutketersediaan haranya rendah, yang manaakar tidak mampu untuk menyerap,sehingga pengaruh CMA terhadap serapanhara tinggi. Hasanudin dan Bambang(2004) menjelaskan adanya peningkatanserapan P diduga karena mikoriza besertahifanya mampu memperluas daerah serapanhara di sekitar perakaran dan mikorizamempercepat gerakan fosfor kedalam akartanaman.

Page 5: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1265

Peningkatan serapan P diduga karena ATB danKTKKS memiliki kandungan P yang tinggisebesar 1.378,56 ppm (ATB) dan 3.700 ppm(KTKKS) yang dilepaskan. Fahrunsyah et al.(2018) menjelaskan bahwa kandungan P tersediakemungkinan meningkat karena P tersedia dan Porganik dari KTKKS, kandungan P tersedia dalam

campuran ATB dan KTKKS cenderungmeningkat seiring meningkatnya proporsiKTKKS dalam campuran menunjukkanbahwa sumber utama P dalam campuranberasal dari kompos tandan kosong kelapasawit.

Gambar 1 (a). Hasil analisis P-total tanah pada 90 HST, (b). Kadar P-tersedia tanah pada 90 HST,(c). Hasil analisis serapan P.

Keterangan: Kode perlakuan tertera pada Tabel 1; huruf yang sama diatas batang menunjukkan perlakuantidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%.

pH tanahpH tertinggi terdapat pada perlakuan A0K1M0yaitu sebesar 4,17, sedangkan pH terendahterdapat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 4,03(Gambar 2a). Pemberian ATB, KTKKS danmikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap pH.Penambahan ATB dan KTKKS yang seharusnyadapat meningkatkan pH pada Ultisol tidak nampaksecara keseluruhan. Menurut Fahrunsyah et al.(2018) penambahan ATB, KTKKS dan campurantanah Ultisol dapat meningkatkan pH tanah danmenurunkan jumlah Al dan H yang dapat ditukar,yang seiring dengan peningkatan dosis KTKKS.

Disisi lain penambahan mikoriza tidak selalumeningkatkan pH tanah, karena aktifitas mikorizayang dapat menghasilkan asam organik. MenurutMusafa et al. (2015) menurunnya pH tanah dapatdisebabkan oleh kemampuan mikoriza dalam

menghasilkan asam organik dan mampumeningkatkan populasi mikroorganisme laindalam tanah. Adanya mikroorganismetersebut berperan dalam mendekomposisibahan organik yang mana akan melepaskansenyawa karbon dioksida (CO2), lalu akanmembentuk asam karbonat dan melepaskanion H+ ke dalam larutan tanah sehinggamenyebabkan pH tanah menurun.

C-organikNilai C-Organik tertinggi terdapat padaperlakuan A2K1M1 yaitu sebesar 1,37%,sedangkan nilai terendah terdapat padaperlakuan kontrol yaitu sebesar 0,9%(Gambar 2c). Kombinasi ATB, KTKKSdan mikoriza tidak memberikan pengaruhyang nyata terhadap C-organik. Pemberianmikoriza dapat meningkatkan kandungan C-

ab

c

Page 6: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1266

organik dalam tanah, dimana karbon merupakanmakanan mikroorganisme tanah sehingga denganmeningkatnya karbon menunjukkan adanyamikoriza dalam tanah. Karbon merupakanmakanan bagi mikroorganisme yang berada didalam tanah seperti mikoriza, sehingga keberadaankarbon dapat membantu meningkatkan sistemkerja mikoriza dalam mempercepat prosesdekomposisi tanah. Mikoriza mampumenambahkan karbon organik dari tanaman inangdan memproduksi glomalin atau glicoprotein yangrelatif tahan lama terhadap dekomposisi sehingga

dapat berfungsi sebagai sumber karbon dankemantapan agregat (Musafa et al., 2015).Meskipun kandungan C-organik dalamATB hanya 0,82% dan pada Ultisol 1,23%,namun pada KTKKS mengandung C-Organik yang tinggi yaitu 17,3%. Olehsebab itu peningkatan C-organik diiringidengan peningkatan dosis kompos yangdiberikan. Semakin tinggi dosis komposyang diaplikasikan maka peningkatan C-organik juga semakin tinggi, karena karbonmerupakan penyusun utama kompos.

Gambar 2 (a). Hasil analisis pH pada 90 HST, (b). Kadar C-organik tanah pada 90 HST.Keterangan: Kode perlakuan tertera pada Tabel 1

Tinggi tanamanTinggi tanaman jagung terus meningkat sampaipada 8 MST, selanjutnya pada 9 MST sampai 13MST mengalami pergerakan yang cenderung stabil(Gambar 3a). Tinggi tanaman tertinggi didapatkanpada perlakuan A1K1M1, sedangkan tinggitanaman terendah terdapat pada kontrol.Kombinasi aplikasi abu terbang batubara, kompostandan kosong kelapa sawit dan mikoriza tidakmenunjukkan adanya pengaruh yang nyata padasemua perlakuan.

Aplikasi ATB tidak memiliki pengaruh yangsignifikan pada pertumbuhan tanaman, meskipunkandungan P yang dimiliki tergolong tinggi namunpada fase vegetatif tanaman cenderungmembutuhkan N, sedangkan kandungan N dalamATB hanya 0.5%. Made (2010) menyatakan bahwakecukupan unsur hara Nitrogen dalam tanah akanmembantu tanaman dalam proses perkembanganfase vegetatif yang cepat, karena Nitrogen sangatdibutuhkan oleh jaringan meristem pada saat

pembelahan sel, pembesaran sel danperpanjangan sel untuk membentukprotoplasma dan dinding sel yang baru.Meskipun demikian KTKSS memilikikandungan N sebesar 1,56% sehinggaperlakuan A1K1M1 menunjukkan tinggitanaman terbaik dari perlakuan lainnya.Selain itu Glomus dapat memberikanpengaruh terhadap pertumbuhan tanamanmeskipun tanah tersebut terkontaminasilogam berat yang terdapat pada abu terbangbatubara, karena glomalin mampu mengikatlogam berat dalam tanah dan menurunkankonsentrasi logam berat di sekitar miselium(Suharno dan Retno, 2013).

Jumlah daunJumlah daun terendah terdapat padaperlakuan kontrol, sedangkan jumlah dauntertinggi terdapat pada perlakuan A2K0M1.Jumlah daun yang dihitung merupakanjumlah daun yang masih hijau dan

a b

Page 7: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1267

menempel pada batang. Jumlah daun terusmeningkat sampai pada 8 MST, kemudian pada 9MST konstan, namun pada 10 MST mengalamipenurunan, setelah itu pada 11 MST jumlah daunmeningkat tetapi pada 12 dan 13 MST jumlahdaun menurun (Gambar 3b). Pemberian ATB,KTKKS dan mikoriza tidak berpengaruh nyataterhadap jumlah daun. Penurunan jumlah daundisebabkan oleh daun tanaman jagung yang rontokkarena kondisi lingkungan yang kurangmendukung. Rendahnya kandungan N dalam

tanah diduga menjadi salah satu penyebabmenurunnya jumlah daun, karena padamasa vegetatif jagung membutuhkan Nyang berperan dalam membantupembentukan daun. Meskipun demikianunsur hara yang tersedia dalam tanah tetapdapat membantu proses pembentukandaun. Menurut Ekowati dan Nasir (2011)tingginya kadar unsur hara tersediatersebut dapat memacu aktivitas hormonaldalam pembentukan daun.

Gambar 3 (a). Tinggi tanaman 1 MST sampai 13 MST, (b). Jumlah daun 1 MST sampai 13 MST.Keterangan: Kode perlakuan tertera pada Tabel 1

Bobot segar dan bobot kering tajuk+akarBobot segar tajuk+akar tertinggi terdapat padaperlakuan A2K1M1, sedangkan bobot segartajuk+akar terendah terdapat pada perlakuankontrol. Selanjutnya bobot kering tajuk+akartertinggi terdapat pada perlakuan A2K1M0,sedangkan bobot kering tajuk+akar terendahterdapat pada perlakuan kontrol (Gambar 4).Bobot segar tajuk+akar tidak menunjukkanpengaruh yang nyata, hal ini diduga pada saattanaman masih dalam pot, kemampuanmenyimpan air pada setiap perlakuan sama, olehkarena itu hanya bobot kering yang berpengaruhnyata. Saat fase vegetatif dan fase generatif jagungmenyimpan banyak air, sehingga saat dimasukkandalam oven jagung tersebut kehilangan air yangterkandung didalamnya. Air berperan dalampelarutan unsur hara dalam tanah sehingga dapatdiserap tanaman. Ekowati dan Nasir (2011)menyatakan bahwa tanaman membutuhkan unsurhara dalam bentuk ion, baik dalam bentuk anionmaupun kation kecuali unsur C, H dan O.Sehingga diperlukan air untuk mengubah unsur

hara menjadi larutan yang berisi ion agardapat diserap tanaman.

Mikoriza mampu meningkatkanserapan P, sehingga mampu meningkatkanbobot segar tanaman jagung. Perlakuanpemberian mikoriza menunjukkan nilaiyang lebih tinggi dibandingkan denganperlakuan tanpa mikoriza. Sesuai denganpernyataan Same (2011) peran mikorizaarbuskula terhadap pertumbuhan tanamandisebabkan meningkatnya hara yang diserap,yang diiringi dengan luasnya permukaanserapan atau kemampun mikoriza dalammemobilisasi sumber hara yang sulittersedia. Sehingga sangat penting terhadappertumbuhan tanaman terutama dalampenyerapan P.Bobot segar tongkol berkelobotBobot segar tongkol berkelobot padatanaman yang tertinggi terdapat padaperlakuan A2K1M1 yaitu sebesar 134,67 g,sedangkan yang terendah terdapat padaperlakuan kontrol yaitu sebesar 57,33 g(Gambar 5a). Pemberian ATB, KTKKS

a b

Page 8: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1268

dan mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadapbobot segar tongkol berkelobot. Peranan P sangatpenting dalam pembentukan tongkol jagung,namun P yang tersedia masih belum mencukupidalam proses pembentukan tongkol. Subandi et al.(2017) menyatakan bahwa peranan unsur hara Ndan P pada masa vegetatif seimbang tetapiketika memasuki masa generatif maka perananP lebih dominan karena P sangat diperlukandalam proses pembentukan bunga, buah dan biji.

Bobot segar tongkolBobot segar tongkol yang tertinggi yaitu padaperlakuan A2K1M1 yaitu sebesar 71 g, sedangkanyang terendah terdapat pada perlakuan kontrolyaitu sebesar 23 g (Gambar 5b). Pemberian ATB,

KTKKS dan mikoriza menunjukkanpengaruh yang nyata terhadap bobot segartongkol. Kecukupan P dapat meningkatkankualitas tongkol jagung, pada pembentukantongkol dibutuhkan N dan P dalam prosesfotosintesis dan metabolisme karbohidrat.Menurut Subandi et al. (2017) prosespembentukan tongkol terjadi melaluifotosintesis yang melibatkan N dan P,dimana N merupakan komponen klorofil,dan P merupakan bagian esensial prosesfotosintesis dan metabolisme karbohidratsebagai fungsi regulator yang membagi hasilfotosintesis antara sumber dan organreproduksi.

Gambar 4. Rerata bobot tajuk+akar.Keterangan: huruf yang sama diatas batang menunjukkan perlakuan tidakberbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%. Kode perlakuan tertera pada Tabel 1.

Bobot biji pipilanBobot segar biji kering pipilan yang tertinggi yaitupada perlakuan A2K1M0 yaitu sebesar 13,4 g,sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuankontrol yaitu sebesar 0,14 g (Gambar 5c).Pemberian ATB, KTKKS dan mikoriza tidakberpengaruh nyata terhadap biji kering pipilan. Halini disebabkan karena kurangnya P dalam tanah,sehingga mengakibatkan tidak terbentuknya bijipada tongkol jagung. Meskipun telah dilakukanpenambahan abu terbang batubara, kompostandan kosong kelapa sawit dan mikoriza, namunmasih kurang untuk produksi jagung. Hasanudindan Bambang (2004) menjelaskan bahwameningkatnya ketersediaan P dalam tanah dan

serapan P oleh tanaman akan meningkatkanhasil pipilan jagung karena dalampembentukan pipilan jagung unsur P sangatdibutuhkan. Herviyanti et al. (2012) jugamenjelaskan bahwa peningkatan bobot bijidipengaruhi oleh P, dimana pemberianpupuk P pada berbagai dosis mempunyaikualitas biji yang lebih bagung dibandingkandengan tanpa pemberian pupuk P.

ProduksiProduksi jagung yang tertinggi padaperlakuan A2K1M1 yaitu sebesar 118,33 kgha-1, sedangkan produksi terendah terdapatpada perlakuan kontrol yaitu sebesar 38,33

Page 9: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1269

kg ha-1 (Gambar 6). Aplikasi ATB, KTKKS danmikoriza memberikan pengaruh yang nyataterhadap produksi jagung, namun dapatmempengaruhi peningkatan produksi jagung,karena kandungan hara yang terdapat pada ATBdan KTKKS mampu mencukupi kebutuhan harajagung, sedangkan mikoriza berperan dalammenyerap P yang dibutuhkan dalam pembentukantongkol jagung. Sehingga peningkatan tongkol

jagung diiringi dengan meningkatnyaproduksi jagung. Jika dibandingkan denganproduksi jagung nasional, hasil setiapperlakuan masih sangat rendah. MenurutSubandi et al. (2017) produksi jagungnasional pada tahun 2014 mencapai 4,9 t ha-

1. Pemupukan dan pengelolaan tanah seringmenjadi faktor utama yang mempengaruhihasil jagung.

Gambar 5 (a). Rerata bobot segar tongkol berkelobot, (b). Rerata bobot segar tongkol, (c).Reratabobot segar biji kering pipilan.

Keterangan: Kode perlakuan tertera pada Tabel 1, huruf yang sama diatas batang menunjukkan perlakuantidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%.

Gambar 6. Rerata produksi jagung.Keterangan: huruf yang sama diatas batang menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada uji lanjut

Duncan 5%., Kode perlakuan tertera pada Tabel 1.

a b

c

Page 10: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1270

Jumlah sporaJumlah spora tertinggi terdapat pada perlakuanA2K1M1 yaitu sebesar 89 spora, sedangkanjumlah spora terendah terdapat pada perlakuankontrol yaitu sebesar 60 spora (Gambar 7a).Kombinasi abu terbang batubara, kompos tandankosong kelapa sawit dan mikoriza menunjukkanpengaruh yang sangat nyata. Peningkatan sporasejalan dengan rendahnya ketersediaan P dalamtanah karena tanaman cenderung memanfaatkanmikoriza dalam memperoleh unsur hara. Sesuaidengan Grant et al. (2005) yang menjelaskan bahwaketersediaan P yang tinggi dalam tanah dapatmenurunkan asosiasi mikoriza, sebaliknya jikaketersediaan P rendah maka akan meningkatkanterbentuknya mikoriza pada tanaman, karena padatanah yang masam tanaman cenderungmemanfaatkan mikoriza sebagai salah satu carauntuk memperoleh unsur hara dalam tanah.Noertjahyani (2011) juga menyatakan kandungan

P yang tinggi dan kandungan C lebih dari2% akan menghambat pertumbuhan hifapropagaul, perkecambahan spora daninisiasi kolonisasi akar.

Persentase koloni akarPersentase koloni akar menunjukkanseberapa besar mikoriza menginfeksi akar.Persentase koloni akar yang tertinggiterdapat pada perlakuan A2K1M1 yaitusebesar 73,33% dan terendah terdapat padaperlakuan kontrol yaitu sebesar 20%(Gambar 7b). Pemberian abu terbangbatubara, kompos tandan kosong kelapasawit dan mikoriza berpengaruh sangatnyata terhadap persentase koloni akar.Koloni akar ditandai dengan adanya hifadan misellium yang berwarna biru pada akaryang diamati.

Gambar 7 (a). Rerata jumlah spora, (b). Persentase koloni akarKeterangan: huruf yang sama diatas batang menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada uji lanjut

Duncan 5%. Kode perlakuan tertera pada Tabel 1.

Meningkatnya koloni akar seiring denganmeningkatnya serapan P. Abu terbang batubaramemiliki kandungan P sangat tinggi sehinggamampu diserap tanaman dengan bantuan mikorizayang ditandai dengan adanya infeksi akar.Tingginya infeksi akar menunjukkan semakin aktifmikoriza memperluas daerah serapan danmenginfeksi akar. Sesuai dengan pendapat Musafaet al.. (2015) menyatakan bahwa semakin tinggiderajat infeksi mikoriza maka semakin aktifmikoriza tersebut memperluas daerah serapan akarterhadap air dan unsur hara serta menginfeksi akar.

KesimpulanDibandingkan dengan kontrol, perlakuan 20t ha-1 ATB + 10 t ha-1 KTKKS + 5 sporamikoriza per kg tanah merupakan perlakuanyang efektif dalam mempengaruhipertumbuhan jagung. Perlakuan 20 t ha-1

ATB + 10 t ha-1 KTKKS + tanpa mikorizamenunjukkan P-tersedia yang paling tinggi,dikarenakan pada perlakuan denganpenambahan mikoriza, P yang tersedialangsung diserap sehingga nilai P-tersedialebih kecil. Perlakuan 40 t/ha ATB + 10 t

Page 11: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1271

ha-1 KTKKS + 5 spora mikoriza per kg tanahmerupakan perlakuan yang efektif dalammempengaruhi serapan P yaitu sebesar 0,081 gtanaman-1 (mengalami peningkatan sebesar 5,04%)dan produksi jagung yaitu sebesar 118,33 kg ha-1

(mengalami peningkatan sebesar 2,09%).

Daftar PustakaAkbar, B.R., Wardono Herry dan Susila M. Dyan. 2014.

Pengaruh Variasi Jenis Air dan Temperatur Aktivasidalam Campuran Fly Ash Bentuk Pelet terhadapPrestasi Mesin dan Emisi Gas Buang Sepeda MotorBensin 4 Langkah. JURNAL FEMA, Vol. 2 No. 1.

Ekowati, Diah dan Mochamad Nasir. 2011.Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)Varietas Bisi-2 pada Pasir Reject dan Pasir Asli diPantai Trisik Kulonprogo (The Growth of MaizeCrop (Zea mays L.) BISI-2 Variety on Rejected andnon Rejected Sand at Pantai Trisik Kulon Progo. J.Manusia dan Lingkungan, Vol. 18, No.3 : 220 – 231.

Fahmissidqi, Dimas. 2016. Pengaruh PemberianBerbagai Dosis Fungi Mikoriza Arbuskular terhadapPertumbuhan Vegetatif Tanaman Kedelai (Glycinemax L. Merr.). Jurnal Agroekotek 8 (1) : 47 – 55.

Fahrunsyah, Kusuma, Z., Prasetya, B. and Handayanto,E. 2018. Improvement of some chemical propertiesof an Ultisol of East Kalimantan through anapplication of combined coal fly ash and oil palmempty fruit bunch. Bioscience Research, 15(3),1805-1814.

Grant Chyntia, Shabtai Bittman, Marcia Montreal,Christian Plenchette, and Christian Morel. 2005.Soil and Fertilizer Phosphorus: Effects on Plant PSupply and Mycorrhizal Development. CanadianJournal of Plant Science. Vol. 85 : 3-14.

Haryawan, Budi, Jurnawaty Sofjan dan Husna Yetti.2015. Pemberian Kompos Tandan Kosong KelapaSawit dan Pupuk N, P dan K terhadapPertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis(Zea mays. L Var Saccarata Sturt). Jom Faperta Vol.2 No. 2.

Hasanudin dan Bambang Gonggo M. 2004.Pemanfaatan Mikroibia Pelarut Fosfat dan Mikorizauntuk Perbaikan Fosfor Tersedia, Serapan FosforTanah (Ultisol) dan Hasil Jagung (pada Ultisol).Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 6 No. 1: 8-13.

Herviyanti, Chici Anche, Gusnidar, dan Irwan Darfis.2012. Perbaikan Sifat Kimia Oxisol denganPemberian Bahan Humat dan Pupuk P untukMeningkatkan Serapan Hara dan Produksi TanamanJagung (Zea mays, L.). Jurnal Solum Vol. IX No. 2 :51-60.

Made, Usman. 2010. Respons Berbagai PopulasiTanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)

terhadap Pemberian Pupuk Urea. J.Agroland 17 (2) : 138 – 143.

Musafa, M.K., Luqman Qurata Aini dan BudiPrasetya. 2015. Peran Mikoriza Arbuskuladan Bakteri Pseudomonas fluorescens dalamMeningkatkan Serapan P dan PertumbuhanTanaman Jagung pada Andisol. Jurnal Tanahdan Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2: 191-197.

Nasution, R.M., Sabrina, T. dan Fauzi. 2014.Pemanfaatan jamur pelarut fosfat danmikoriza untuk meningkatkan ketersediaandan serapan P tanaman jagung pada tanahalkalin. Jurnal Online Agroekoteknologi,Vol. 2, No. 3 : 1003 – 1010.

Noertjahyani. 2011. Respon PertumbuhanKolonisasi Mikoriza dan Hasil TanamanKedelai sebagai Akibat dari TakaranKompos dan Mikoriza Arbuskula. JurnalIlmiah Pertanian Paspalum 10(1) : 46-70.

Prasetyo, B., H., dan Suriadikarta, D., A. 2006.Karakteristik, Potensi, dan TeknologiPengelolaan Tanah Ultisol untukPengembangan Pertanian Lahan Kering diIndonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25 (2).

Rini, Hazli Nurdin, Hamzar Suyani, Teguh B.Prasetyo. 2009. Pemberian Fly Ash (Abu SisaBoiler Pabrik Pulp) untuk Meningkatkan pHTanah Gambut. J. Ris. Kim. Vol. 2 No. 2.

Same, Made. 2011. Serapan Phospat danPertumbuhan Bibit Kelapa Sawit padaTanah Ultisol Akibat Cendawan MikorizaAbuskula. Jurnal Penelitian PertanianTerapan Vol. 11 (2): 69-76.

Simarmata, T. dan E. Herdiani. 2004. EfekPemberian Inokulum CMA dan PupukKandang terhadap P tersedia, retensi Pdalam Tanah dan Hasil Tanaman BawangMerah (Allium ascalonicum L.). hlm 14 – 20 didalam Prosiding : Pemanfaatan CendawanMikoriza untuk Meningkatkan ProduksiTanaman pada Lahan Marginal. AsosiasiMikoriza Indonesia-Universitas Jambi.

Sinuraya, Mestika Amelia, Asil Barus dan YayaHasanah. 2015. Respons Pertumbuhan danProduksi Kedelai (Glycine max (L.) Meriil)terhadap Konsentrasi dan Cara PemberianPupuk Organik Cair. JurnalAgroekoteknologi. Vol.4. No.1.

Sipayung, Evan Sanjaya, Gantar Sitanggang danM. M. B. Damanik. 2014. Perbaikan SifatFisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar BKecamatan Pancur Batu dengan PemberianPupuk Organik Supernasa danRockphosphit serta Pengaruhnya terhadapProduksi Tanaman Jagung (Zea mays L.).

Page 12: PENGARUH ABU TERBANG BATUBARA, KOMPOS TANDAN …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 6 No 2 : 1261-1272, 2019e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.7

http://jtsl.ub.ac.id 1272

Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 2 No. 2 : 393-403.

Subandi, M., Hasani, S. dan Satriyawan, W. 2017.Efisiensi Pupuk Nitrogen Dan Fosfor DenganPenambahan Pupuk Hayati Pada Tanaman Jagung(Zea mays L.) Varietas Pertiwi-3. Vol. 10 No. 1.

Suharno dan Retno Peni Sancayaningsih. 2013. FungiMikoriza Arbuskula: Potensi TeknologiMikorizoremediasi Logam Berat dalam RehabilitasiLahan. Bioteknologi 10 (1): 37-48.

Syahputra, Ewin, Fauzi dan Razali. 2015.Karakteristik Sifat Kimia Sub Grup TanahUltisol di Beberapa Wilayah Sumatera Utara.Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 4 No.1.