Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

9
Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 23 - 31 Jan - Jun 2007 ISSN 1410-3354 Penetapan Pupuk Kalium Berdasarkan Kurva Respon serta Nisbah Kalsium-Kalium dan Magnesium-Kalium untuk Padi Sawah di Jawa Timur The Determination of Potassium Fertilizer Based on The Response Curve Along with Calsium-Potassium and Magnesium-Potassium Ratios for Rice Crop in East Java M. Al – Jabri Balai Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor [email protected] ABSTRACT The objective of this research was to compare between the determination K fertilizer using response curve and soil analysis which is determined from equation of Ca/K ratios resulted of initial soil anlysis = ideal Ca/K ratios for rice crop in East Java. Randomized block has been used at 5 replication. Five levels of K have been applied and KCl was used as K source. Basalt fertilizer was used 100 kg SP-36 and 200 kg Urea ha -1 , where all dosage of SP-36 and KCl added at planting time, while Urea was added twice at planting time and flowering. Rice seedling Cisadane varieties 3 weeks old planted at Jombang, Kediri, and Blitar, while IR-64 varieties 3 weeks old planted at Ngawi, Nganjuk, and Bojonegoro. Before transplanting, firstly the rice seedling must be dip in ZnSO 4 solution 0,05% as long as 10 minutes to prevent Zn deficiency. Three rice crops with space 25 cm x 0,25 cm have been planted on plot with 4 m x 5 m size. The dosage of potassium chloride fertilizer which has been predicted from quadratic equation for rice crop planted at Plemahan-Kediri, Paron- Ngawi, and Sumberejo-Bojonegoro were 479, 168, 114 kg KCl ha -1 respectively. The dosage of potassium chloride fertilizer which has been predicted from soil analysis after has been calibrated with correction factor for rice crop planted at Plemahan-Kediri was 250 kg KCl ha -1 , while for rice crop planted at Paron-Ngawi and Sumberejo-Bojonegoro were 177 kg ha -1 respectively. Key words: Kalium fertlizer recommendation; soil testing; Ca/K and Mg/K ratios; Paddy soils PENDAHULUAN Rekomendasi pemupukan K berdasarkan uji tanah untuk tanaman padi belum dimantapkan. Di samping sangat mahal, jika program kalibrasi uji tanah K diteruskan juga maka akan membutuh- kan waktu puluhan tahun. Kemudian kemajuan iptek dari percobaan kalibrasi di USA maju pesat, sehingga rekomendasi pupuk yang semula menggunakan pelarut ekstraksi single-nutrient soil analysis (SNSA) sudah beralih dengan multi- nutrient soil analysis (MNSA) . SNSA artinya satu macam pengekstrak hanya menganalisis satu unsur hara. MNSA artinya satu macam pengekstrak dapat menganalisis lebih dari satu unsur hara. (Jones, 1984). Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas maka dikeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 01/Kpts/SR/.130/12/2006 SK. Permentan tersebut pada intinya merekomendasikan pupuk P dan K berdasarkan pada Peta Status Hara K Tanah Sawah skala 1:250.000, dimana tanah sawah yang berstatus K-HCl 25% rendah (< 10 mg K 2 O per 100 g), sedang (10 – 20 mg K 2 O per 100 g, tinggi (> 20 mg K 2 O per 100 g) masing-masing direkomendasikan 100, 50, 50 kg KCl kg ha -1 (tanpa jerami), atau 50 kg KCl kg ha -1 + 5 ton jerami ha -1 , 0 kg KCl kg ha -1 + 5 ton jerami ha -1 ,

description

Ivan

Transcript of Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

Page 1: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 23 - 31 Jan - Jun 2007 ISSN 1410-3354

Penetapan Pupuk Kalium Berdasarkan Kurva Respon serta NisbahKalsium-Kalium dan Magnesium-Kalium untuk Padi Sawah

di Jawa Timur

The Determination of Potassium Fertilizer Based on The Response CurveAlong with Calsium-Potassium and Magnesium-Potassium Ratios for Rice

Crop in East Java

M. Al – JabriBalai Penelitian Tanah

Jl. Ir. H. Juanda No. 98 [email protected]

ABSTRACTThe objective of this research was to compare between the determination K fertilizer using response

curve and soil analysis which is determined from equation of Ca/K ratios resulted of initial soil anlysis = idealCa/K ratios for rice crop in East Java. Randomized block has been used at 5 replication. Five levels of K havebeen applied and KCl was used as K source. Basalt fertilizer was used 100 kg SP-36 and 200 kg Urea ha-1 ,where all dosage of SP-36 and KCl added at planting time, while Urea was added twice at planting time andflowering. Rice seedling Cisadane varieties 3 weeks old planted at Jombang, Kediri, and Blitar, while IR-64varieties 3 weeks old planted at Ngawi, Nganjuk, and Bojonegoro. Before transplanting, firstly the rice seedlingmust be dip in ZnSO4 solution 0,05% as long as 10 minutes to prevent Zn deficiency. Three rice crops withspace 25 cm x 0,25 cm have been planted on plot with 4 m x 5 m size. The dosage of potassium chloridefertilizer which has been predicted from quadratic equation for rice crop planted at Plemahan-Kediri, Paron-Ngawi, and Sumberejo-Bojonegoro were 479, 168, 114 kg KCl ha -1 respectively. The dosage of potassiumchloride fertilizer which has been predicted from soil analysis after has been calibrated with correction factorfor rice crop planted at Plemahan-Kediri was 250 kg KCl ha-1 , while for rice crop planted at Paron-Ngawi andSumberejo-Bojonegoro were 177 kg ha -1 respectively.

Key words: Kalium fertlizer recommendation; soil testing; Ca/K and Mg/K ratios; Paddy soils

PENDAHULUAN

Rekomendasi pemupukan K berdasarkanuji tanah untuk tanaman padi belum dimantapkan.Di samping sangat mahal, jika program kalibrasiuji tanah K diteruskan juga maka akan membutuh-kan waktu puluhan tahun. Kemudian kemajuaniptek dari percobaan kalibrasi di USA maju pesat,sehingga rekomendasi pupuk yang semulamenggunakan pelarut ekstraksi single-nutrientsoil analysis (SNSA) sudah beralih dengan multi-nutrient soil analysis (MNSA). SNSA artinya satumacam pengekstrak hanya menganalisis satuunsur hara. MNSA artinya satu macam

pengekstrak dapat menganalisis lebih dari satuunsur hara. (Jones, 1984). Sehubungan denganpermasalahan tersebut diatas maka dikeluarkanPeraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor01/Kpts/SR/.130/12/2006 SK. Permentan tersebutpada intinya merekomendasikan pupuk P dan Kberdasarkan pada Peta Status Hara K TanahSawah skala 1:250.000, dimana tanah sawah yangberstatus K-HCl 25% rendah (< 10 mg K2O per100 g), sedang (10 – 20 mg K2O per 100 g, tinggi(> 20 mg K2O per 100 g) masing-masingdirekomendasikan 100, 50, 50 kg KCl kg ha- 1

(tanpa jerami), atau 50 kg KCl kg ha-1 + 5 tonjerami ha-1, 0 kg KCl kg ha-1 + 5 ton jerami ha-1,

Page 2: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

M. Al-Jabri : Penetapan pupuk kalium 24

0 kg KCl kg ha-1 + 5 ton jerami ha-1. Sebenarnya,Peta Status Hara K Tanah Sawah skala 1:250.000(skala kecil) lebih sesuai digunakan untuk alokasijumlah pupuk K setiap propinsi. Jika Peta StatusHara K Tanah Sawah skala 1:50.000 (skala besar)untuk satu kabupaten sudah dibuat, makarekomendasi takaran pupuk K spesifik lokasidapat ditetapkan. Namun, rekomendasipemupukan K tersebut belum tepat sesuai dengankondisi tanahnya, sebab setiap analisis tanah yangmewakili areal persawahan seluas 25 ha dari PetaStatus Hara K Tanah Sawah skala 1: 50.000 masihditentukan oleh benar dan tidaknya tekniksampling tanah. Areal persawahan seluas 25 haadalah setara dengan satu hamparan pengelolaankelompok tani diharapkan mempunyai teksturtanah yang sama dan didominasi tipe mineral liattertentu. Teknik sampling yang salah dipastikanberdampak terhadap eror data sebanyak 50%.Perlu juga diketahui bahwa tanah yang dianalisisdi laboratorium sebanyak 2 g adalah mewakili 25ha (50 x 106 kg), sehingga akurasi data analisistanah masih ditentukan faktor-faktor lainnya.Dengan berbagai pertimbangan seperti pupukharus segera diberikan sedangkan laboratoriumtanah sangat jauh, maka takaran pupuk K dapatjuga ditetapkan dengan Perangkat Uji TanahSawah (PUTS).

Hasil penelitian di IRRI menunjukkanbahwa 9,8 ton gabah kering giling ha-1 yangdihasilkan tanaman padi selama 115 hari telahmenguras bukan hanya hara K saja sebanyak 258kg K ha-1, tetapi juga 218 kg N, 31 kg P, dan 9 kgS ha-1 (De Datta and Mikkelsen, 1985). Agarproduktivitas tanah sawah dapat ditingkatkanmaka prinsip utama dari teknologi pengelolaan

tanah sawah (pelumpuran tanah dan ketebalanlapisan air di permukaan tanah) sangat beralasanuntuk diimplementasikan sehingga tanah menjadimedia yang lunak dan mudah ditembus akar danmenjamin ketersediaan air (De Geus, 1973).

Pada kondisi tergenang, Fe2+ dan NH4+

dilepaskan melalui berbagai proses dan K+

dilepaskan dari lokasi pertukaran, sehinggakonsentrasi K+ dalam larutan meningkat atauketersediaan K untuk padi juga meningkat(Patrick and Mikkelsen, 1971). Kalium dapatditukar (K-dd) di komplek pertukaran diganti olehFe2+, kemudian K yang dilepaskan ke dalamlarutan tanah diserap akar atau hilang tercuci.Oleh karena itu, dalam mempelajari dinamika haraK tanah sawah tidak terlepas dari transformasibentuk-bentuk K dalam tanah. Ke empat bentukdinamika transformasi bentuk-bentuk K tanahdalam reaksi keseimbangan (Gambar 1) (Su,1976). Beberapa hasil penelitian yang pernahdilakukan sehubungan dengan respon tanamanpadi sawah terhadap K antara lain, sejak awalpertumbuhannya sampai menjelang pembungaantanaman padi sawah sangat efektif menyerapunsur K sehingga bobot gabah yang dihasilkannaik (Kemmler, 1981). Pemberian 60 kg K2Oha -1 sekaligus pada saat tanam cenderungsignifikan menaikkan hasil gabah dari tanamanpadi yang ditanam pada tanah sawah di Bekasi.Tujuan dari penelitian ini adalah menetapkankebutuhan pupuk K yang ditetapkan berdasarkanturunan pertama persamaan kuadratik dari kurvarespon K, kemudian dibandingkan dengankebutuhan pupuk K yang diprediksi dari hasilanalisis tanah berdasarkan nisbah Ca/K, Mg/K,dan persen kejenuhan kation-kation basa tersebut.

Gambar 1. Diagram dinamika tranformasi bentuk-bentuk K tanah

Page 3: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 23 - 31 Jan - Jun 2007 25

Tabel 1. Pengaruh pupuk KCl terhadap gabah kering giling (ton ha-1) di Plemahan-Kediri, Paron-Ngawi, danSumberejo-Bojonegoro

Sumber: Status kalium dan peningkatan efisiensi pemupukan KCl pada tanaha sawah di Jawa Timur. Laporan HasilPenelitian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. T.A. 1991/1992.

METODE PENELITIAN

Tiga unit percobaan untuk penetapankebutuhan pupuk K padi sawah telahdiselenggarakan di Plemahan-Kediri, Paron-Ngawi, dan Sumberejo-Bojonegoro. Lokasipercobaan dipilih berdasarkan status K tanahrendah sampai tinggi, dimana sebelum percobaandiselengarakan maka lebih dahulu diambil contohtanah komposit disetiap lokasi dari arealpersawahan seluas 1 hektar. Hasil analisis statusawal K-dd dengan larutan 1 N NH4OAc pada pH7,0 untuk tanah Plemahan-Kediri adalah 0,14cmol (+) kg-1 dan untuk tanah Paron-Ngawi danSumberejo-Bojonegoro masing-masing 0,58 cmol(+) kg-1. Sedangkan K potensial dengan pelarutasam keras HCl 25% untuk tanah Plemahan-Kediri adalah 18 mg K2O per 100 g tanah, untuktanah Paron-Ngawi adalah 66 mg K2O per 100 gtanah dan untuk tanah Sumberejo-Bojonegoroadalah 81 mg K2O per 100 g (Tabel 1). Bibit padi(3 tanaman per lubang) varietas Cisadane umur 3minggu ditanam di Plemahan-Kediri, varietas IR-64 umur 3 minggu ditanam di Paron-Ngawi, danBojonegoro, masing-masing ditanam dengan jarak20 cm x 20 cm pada petakan berukuran 4 m x 5m. Sebelum bibit padi ditanam maka terlebihdahulu direndam dalam larutan ZnSO4 dengankonsentrasi 0,05% selama 10 menit untukmencegah kahat Zn (Al-Jabri dan Supartini,1995). Lima tingkat hara K yang diberikan adalah0, 30, 60, 90, 120 kg K2O ha-1 atau 100, 200, 300,400 g KCl per petak. Sebagai pupuk dasardiberikan 100 kg SP-36 (200 g per petak) dan 200kg Urea ha-1 (400 g per petak) dimana seluruhtakaran pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaliguspada saat tanam, sedangkan pupuk Urea diberikan

2 kali masing-masing 100 kg ha-1 yaitu pada saattanam dan premordia bunga. Rancanganpercobaan yang digunakan adalah acak kelompokdengan tiga ulangan. Bobot gabah kering gilingdipanen adalah merupakan variabel pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan Takaran Pupuk K Berdasarkanpada Kurva Respon

Takaran pupuk KCl di Plemahan-Kediriyang dihitung dari turunan pertama persamaankuadratik adalah 479 kg KCl ha -1 (Tabel 1).Takaran pupuksebanyak 479 kg KCl ha-1 diluarkisaran takaran pupuk KCl tertinggi 200 kg KClha-1 (Gambar 2). Hal ini disebabkan tanah diPlemahan-Kediri bertekstur lempung liat berpasirtekstur sehingga sangat banyak unsur K hilangtercuci. Meskipun bentuk kurva cenderung masihmeningkat terus, hal tersebut menunjukkan bahwapupuk KCl yang harus diberikan relatif banyak,tetapi tidak realistik karena sangat dimungkinkanpupuk banyak hilang tercuci . Status K potensial(K-HCl 25%) 18 mg K2O per 100 g dan K-dd 1 NNH4OAc 0,14 cmol (+) kg-1 sebelum percobaanmasing-masing dinilai sedang dan rendah,mengindikasikan bahwa tanaman padi dipastikanrespon terhadap K. Bentuk K-dd contoh tanah dariPlemahan 0,14 cmol (+) kg-1 yang dinilai rendahadalah lebih kecil dari nilai batas kritisnya 0,30cmol (+) kg-1. Batas kritis K-dd tentative untuktanaman padi sawah adalah sekitar 0.30 cmol (+)kg-1. Unsur K dari pupuk KCl yang hilang tercucidapat diantisipasi dengan cara pupuk diberikandua atau tiga kali, yaitu pada saat tanam, saattanaman berumur satu dan dua bulan, dimanapupuk KCl dibenamkam kedalam tanah.

Page 4: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

Takaran pupuk K di Paron-Ngawi yangdihitung dari turunan pertama persamaankuadratik adalah 168 kg KCl ha-1 (Gambar 3).Takaran pupuk sebanyak 168 kg KCl ha-1 masihdidalam kisaran takaran pupuk KCl 0 - 200 kgKCl ha-1. hal ini disebabkan tanah di Paron-gawibertekstur liat sehingga sangat unsur K tidakbanyak hilang tercuci. Takaran pupuk KCl yang

M. Al-Jabri : Penetapan pupuk kalium 26

sebanyak itu lebih rendah dari contoh tanahPlemahan-Kediri, hal ini disebabkan status Kpotensial (K-HCl 25%) 66 mg K2O per 100 g danK-dd 1 N NH4OAc 0,58 cmol (+) kg-1 tanah Paron-Ngawi sebelum percobaan masing-masing dinilaitinggi. K-dd contoh tanah dari Paron-Ngawi 0,58cmol (+) kg-1 lebih tinggi dari nilai batas kritisnya(0,30 cmol (+) kg-1).

Gambar 2. Respon tanaman padi terhadap K di Plemahan-Kediri

Gambar 3. Respon tanaman padi terhadap K di Paron-Ngawi

Page 5: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

Gambar 4. Respon tanaman padi terhadap K di Sumberejo-Bojonegoro

Takaran pupuk K di Sumberejo-Bojonegoro yang dihitung dari turunan pertamapersamaan kuadratik adalah 114 kg KCl ha- 1

(Gambar 4). Takaran pupuk sebanyak 114 kg KClha-1 masih didalam kisaran takaran pupuk KCl 0- 200 kg KCl ha-1, hal ini disebabkan tanah diSumberejo-Bojonegoro bertekstur liat sehinggaunsur K tidak banyak hilang tercuci. Takaranpupuk K yang sebanyak itu lebih rendah daricontoh tanah Plemahan-Kediri dan Paron-Ngawi,hal ini disebabkan status K potensial (K-HCl25%) 81 mg K2O per 100 g dan K-dd 1 N NH4OAc0,58 cmol (+) kg-1 tanah Sumberejo-Bojonegorosebelum percobaan masing-masing dinilai sangattinggi dan tinggi. Bentuk K-dd contoh tanah dariSumberejo-Bojonegoro 0,58 cmol kg-1 lebih tinggidari nilai batas kritisnya (0,30 cmol (+) kg-1).Tidak seperti halnya dengan contoh tanah darikedua lokasi sebelumnya, maka pemberian pupukKCl > dari 150 kg KCl ha -1 pada tanah diSumberejo-Bojonegoro justru terjadi penurunanbobot gabah. Faktor apa yang mengakibatkanpenurunan bobot gabah tersebut masih akanditeliti lebih lanjut. Namun hasil penelitian telahmembuktikan bahwa hasil padi adalah spesifiklokasi dan sangat dipengaruhi oleh sifat-sifatfisika dan kimia tanah (Ponnamperuma, 1982;

Ponnamperuma, 1972; Ponnamperuma, 1976; DeDatta, 1981).

Penetapan Takaran Pupuk K BerdasarkanAnalisis Tanah

Kalium yang diekstrak dengan larutanasam keras HCl 25% (K-HCl 25%) dikenaldengan K potensial dari semua contoh tanahberkisar 18 – 81 mg K2O per 100 g tanah dinilaisedang sampai tinggi (Tabel 2). Status K tanahsawah dengan pengekstrak larutan asam keras (K-HCl 25%) yang dinilai sedang sampai tinggi jugasama seperti K dapat ditukar dengan larutan 1 NNH4OAc yang disangga pada pH 7,0 yang berkisar0,14 - 0,58 cmol kg -1 masing-masing dinilaidibawah dan diatas batas kritis K-dd untuktanaman padi sawah 0,30 cmol kg-1.

Mengingat dinamika hara K di dalamlarutan tanah sangat ditentukan oleh kandunganCa dan Mg dalam tanah, maka nisbah Ca/K danMg/K dapat digunakan untuk mendeteksi banyaksedikitnya hara K diserap akar tanaman, hal inidisebabkan adanya sifat antagonistik antara Cadan K serta Mg dan K. Nisbah Ca/K dan Mg/Kserta persen kejenuhan terhadap KTK darimasing-masing kation basa dapat digunakan untukmemprediksi kebutuhan hara K.

Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 23 - 31 Jan - Jun 2007 27

Page 6: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

M. Al-Jabri : Penetapan pupuk kalium 28

Tabel 2. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah sawah di Jawa Timur

Sifat Tanah Plemahan-Kediri Paron-Ngawi Sumberejo-BojonegoroPasir (%) 62 5 1Debu (%) 22 23 30Liat 11 72 69pH 6,80 72 69C-organik 0,85 1,69 1,50N-organik 0,85 1,69 1,50C/N 10 15 11P-HCl 25% (mg P2O5 per 100 g) 66 119 136K-HCl 25% (mg P2O5 per 100 g) 18 66 81P-Olsen (ppm P2O5) - 174 -Ca-dd (cmol kg-1) dan % kejenuhan Ca 11,70 69,89 69,89

(85) (112) (159)Mg-dd (cmol kg-1) dan % kejenuhan Mg 3,40 8,08 8,08

(25) (13) (18)K-dd (cmol kg-1) dan % kejenuhan K 0,14 0,58 0,58

(1,01) (0,93) (1,32)Na-dd (cmol kg-1) 0,04 0,26 0,51Nisbah Ca/K 84/1 121/1 121/1Nisbah Ca/Mg 3/1 9/1 9/1Nisbah Mg/K 24/1 14/1 14/1Jumlah kation (cmol kg-1) 15,81 78,81 79,07KTK (cmol kg-1) 13,82 62,64 44,08KB (%) > 100 92 > 100Sumber: Status kalium dan peningkatan efisiensi pemupukan KCl pada tanah sawah di Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. T.A. 1991/1992.

Tabel 3. Perbedaan takaran pupuk K yang ditetapkan berdasarkan turunan pertama dari persamaan kuadratikdari kurva respon dan analisis tanah

Meskipun tanah Plemahan-Kediribertekstur lempung liat berpasir maka agarefisiensi serapan K tinggi maka pupuk diberikan3 kali, yaitu pada saat tanam, satu dan dua bulansetelah tanam untuk memperkecil resikopencucian. Disamping itu, jerami padi disarankanuntuk dibenamkan, sebab pemberian jerami tidakhanya meningkatkan kadar K tanah, tetapi jugamengurangi pencucian hara dan memperbaikisifat-sifat fisik tanah (Oh, 1978). Reaksikeseimbangan dari bentuk K-dd dengan K-tddpada tanah sering dihadapkan masalah, antara lainjika K-dd dinilai rendah (< 0,20 cmol (+) kg- 1

tetapi sebaliknya K-tdd yang mencerminkan Kpotensial (K total) oleh pengekstrak HCl 25%

dinilai tinggi, dan tanaman tidak respon terhadappupuk KCl, hal ini disebabkan bentuk K-tdd tidaksegera melepaskan K dalam reaksi keseimbanganantara bentuk K-dd dan K-tdd. Kalium dapatditukar (K-dd) adalah K yang berada padakomplek pertukaran, sedangkan K tidak dapatditukar (K-tdd) adalah K yang berada dalamcadangan mineral yang sudah mulai melapuk.Sebagian terbesar sumber K dalam tanah dijumpailattice structure dari mineral silikat, terutamafeldspar dan mika. Ion K+ yang dilepaskan darimineral silikat relatif sangat lambat melalui prosespelapukan. Mineral liat sekundair, terutama tipe1:1 adalah sebagai sumber K penting, dimana Kyang diikat lebih mudah dilepaskan dari pada K

Lokasi Takaran pupuk KCl (kg ha-1)Kurva respon Analisis tanah

Plemahan-Kediri 479 250Paron-Ngawi 168 177Sumberejo-Bojonegoro 114 177

Page 7: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

yang diikat mineral liat sekundair tipe 2:1. Padakondisi tanah tergenang, K dapat larut (ion K+)setelah dipindahkan dari K-dd berdifusi kepermukaan akar untuk selanjutnya diserap akar.Ion K+ larutan tanah tanah dengan ion K+-dd tanahdalam reaksi keseimbangan, sehingga setelah K+

diserap tanaman maka K dapat larut dan K-ddcenderung turun. Pada saat terjadi penurunankedua bentuk K tersebut (K dapat larut dan K-dd), maka KK-tdd mengisi kekosongan dari K-dd dikomplek pertukatran (De Datta andMikkelsen, 1985). Dinamika hara K tidak terlepasdari kation-kation basa lainnya (Ca dan Mg),sehingga ketersediaan kation-kation basa tersebutsangat ditentukan oleh nisbah Ca/K, Mg/K, Ca/Mg atau persen kejenuhannya. Persen kejenuhankation-kation dapat ditukar yang ideal untukberbagai komoditas tanaman masing-masingadalah 65% Ca, 10% Mg, dan 5% K (Westerman,1990).

Kebutuhan Hara K untuk Tanaman PadiSawah dari Contoh Tanah Plemahan-Kediri

Kebutuhan hara K ditetapkan berdasarkanpersamaan nisbah Ca/K hasil analisis tanah awal= nisbah Ca/K ideal, sehingga 85/ (1+x) = 65/1,x (hara K yang diberikan) = 0,30 cmol (+) kg-1.Unsur K yang diberikan 0,30 cmol (+) kg-1 relatifsama besarnya dengan nilai batas kritis K-ddtentatif (0,30 cmol kg-1), maka pupuk K yangdiberikan = 0,30 cmol kg-1 dikurangi K-dd hasilanalisis tanah awal (0,14 cmol kg-1) = 0,16 cmolkg-1) = 62,4 ppm = 125 kg K ha-1 (151 kg K2Oha-1 = 250 kg KCl ha-1). Kebutuhan hara K dengancara perhitungan tersebut sudah cukup memadai,% kejenuhan K 2,17% sudah dalam kisaran %kejenuhan K ideal 1 - 5%. Sedangakan takaranpupuk KCl menggunakan kurva respon sekitar479 kg KCl ha-1.dinilai lebih tinggi.

Nisbah Mg/K contoh tanah dariPlemahan-Kediri adalah 24/1 adalah lebih lebardari nisbah ideal Mg/K 2/1 (Westerman, 1990).Persen kejenuhan Mg dari contoh tanah tersebutadalah 25% (Mg-dd 3,40 cmol kg-1) yang lebihbesar dari persen kejenuhan Mg hasil penelitian(Mengel and Kirkby, 1978) yaitu > 4%, masihmenjamin serapan hara K dalam jumlah optimum.

Kebutuhan Hara K untuk Tanaman Padi dariContoh Tanah Asal Paron-Ngawi

Kebutuhan hara K ditetapkan berdasarkanpersamaan nisbah Ca/K hasil analisis tanah awal= nisbah Ca/K ideal, sehingga 121/ (1+x) = 65/1,x (hara K yang diberikan) = 0,86 cmol kg-1, makapupuk K yang diberikan = 0,86 cmol kg-1 dari Khitungan dikurangi K-dd hasil analisis tanah awal(0,58 cmol kg-1) = 0,28 cmol kg-1) = 110 ppm =220 kg K ha-1 (265 kg K2O ha-1 = 442 kg KClha-1. Pada kondisi seperti ini pupuk KCl yangdiberikan adalah tidak realistik, sehingga harusdikalikan faktor koreksi, 0,4 x 442 kg KCl = 177kg KCl ha-1 yang tidak begitu jauh berbedadibandingkan dengan turunan pertama persamaandari kurva respon. Pemberian 442 kg KCl ha-1 darihasil analisis tanah dua setengah kali lipat lebihtinggi dari pada yang dihitung dengan kurvarespon sekitar 168 kg KCl ha-1 (Gambar 3). Jikapupuk KCl tidak diberikan karena hasil analisisK-dd awal lebih tinggi dari nilai batas kritisnya,maka pada kondisi nisbah Ca/K 121/1 yang lebihlebar dari nisbah Ca/K yang ideal 13/1, maka Kmudah difiksasi, hal ini terbukti bahwa bobotgabah kering pada perlakuan tanpa pupuk KClhanya 6,29 ton ha-1, sedangkan bobot gabah padapemberian 150 kg KCl ha-1 mencapai 7,83 tonha-1 (Tabel 1).

Nisbah Mg/K contoh tanah dari Paron-Ngawi adalah 14/1 adalah lebih lebar dari nisbahideal Mg/K 2/1 (Westerman, 1990). Persenkejenuhan Mg dari contoh tanah tersebut adalah13% (Mg-dd 8,08 cmol kg-1) yang lebih besar daripersen kejenuhan Mg hasil penelitian (Mengeland Kirkby, 1978) yaitu > 4%, masih menjaminserapan hara K dalam jumlah optimum.

Kebutuhan Hara K untuk Tanaman Padi dariContoh Tanah Sumberejo-Bojonegoro

Kebutuhan hara K ditetapkan berdasarkanpersamaan nisbah Ca/K hasil analisis tanah awal= nisbah Ca/K ideal, sehingga 121/ (1+x) = 65/1,x (unsur K yang diberikan) = 0,86 cmol kg-1, makapupuk K yang diberikan 0,86 cmol kg-1 dari Khitungan dikurangi K-dd hasil analisis tanah awal(0,58 cmol kg-1) = 0,28 cmol kg-1) = 110 ppm =220 kg K ha-1 (265 kg K2O ha-1 = 442 kg KCl

Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 23 - 31 Jan - Jun 2007 29

Page 8: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

ha-1. Pada kondisi seperti ini pupuk KCl yangdiberikan adalah tidak realistik, sehingga harusdikalikan faktor koreksi, 0,4 x 442 kg KCl = 177kg KCl ha-1 yang tidak begitu jauh berbedadibandingkan dengan turunan pertama persamaandari kurva respon. Pemberian 442 kg KCl ha-1 darihasil analisis tanah tiga kali lipat lebih tinggi daripada yang dihitung dengan kurva respon sekitar114 kg KCl ha-1 (Gambar 4).

Jika pupuk KCl tidak diberikan karenahasil analisis K-dd awal lebih tinggi dari nilaibatas kritisnya, maka pada kondisi nisbah Ca/K121/1 yang lebih lebar dari nisbah Ca/K yang ideal13/1, maka K mudah difiksasi, hal ini terbuktibahwa bobot gabah kering pada perlakuan tanpapupuk K hanya 6,04 ton ha-1, sedangkan bobotgabah pada pemberian 150 kg KCl ha-1 mencapai6,77 ton ha-1 (Tabel 1). Meskipun status awal K-dd (0,58 cmol kg-1) lebih tinggi dari nilai bataskritisnya (0,30 cmol kg-1), tetapi jika pupuk Ktidak diberikan sama sekali, maka pada kondisinisbah Ca/K 121 /1 yang lebih lebar dari nisbahCa/K yang ideal 13/1, maka K dipastikan akanterjadi kahat K karena K difiksasi.

Nisbah Mg/K contoh tanah dariSumberejo-Bojonegoro adalah 14/1 adalah lebihlebar dari nisbah ideal Mg/K 2/1 (Westerman,1990). Persen kejenuhan Mg dari contoh tanahtersebut adalah 18% dengan Mg-dd 8,08 cmolkg-1 yang lebih besar dari Mg-dd hasil penelitian(Mengel and Kirkby, 1978) yaitu > 4% masihmenjamin serapan hara K dalam jumlah optimum.

Perbedaan takaran pupuk K yangditetapkan berdasarkan turunan pertama daripersamaan kuadratik dari kurva respon dananalisis tanah disajikan pada Tabel 3.

Takaran pupuk KCl yang diprediksi daripersamaan kuadratik pada tanah bertekstur pasirdari Plemahan-Kediri sekitar 479 kg ha-1 relatiftinggi, hal ini disebabkan efisiensi serapan pupukKCl sangat rendah karena banyak hilang tercucipada tanah dengan kandungan pasir 67% (Tabel1). Meskipun K-dd pada tanah bertekstur liat dariParon-Ngawi dan Sumberejo-Bojonegoro samanilainya yaitu 0,58 cmol K kg-1 , tetapi takaranpupuk KCl yang diprediksi dari turunan pertamapersamaan kuadratik masing-masing 168 kg KClha-1 dan 114 kg KCl ha-1. Perbedaan tersebutdisebabkan perbedaan karakterisasi sifat kimia

M. Al-Jabri : Penetapan pupuk kalium 30

tanahnya, yang mengakibatkan perbedaanpertumbuhan tanaman. Tingkat kesuburan tanahSumberejo-Bojonegoro lebih tinggi dari padatanah Paron-Ngawi, dimana tanah Sumberejo-Bojonegoro mempunyai pH 7,90, P potensial (P-HCl 25%) 139 mg P2O5 per 100 g, artinya residufosfat 2780 kg P2O5 ha-1, kejenuhan K 1,32% padakisaran kejenuhan ideal 1–5% K, sehingga takaranpupuk K dipastikan lebih rendah dibandingkandengan tanah Paron-Ngawi yang relatif kurangsubur.

KESIMPULAN

Takaran pupuk KCl yang diprediksi dariturunan pertama persamaan kuadratik untuktanaman padi yang ditanam di Plemahan-Kediri,Paron-Ngawi, dan Sumberejo-Bojonegoromasing-masing adalah 479, 168, 114 kg KCl ha-1;

Takaran pupuk KCl yang diprediksi darianalisis tanah setelah dikalikan dengan factorkoreksi untuk tanaman padi yang ditanam diPlemahan-Kediri adalah 250 kg KCl ha-1, diParon-Ngawi dan Sumberejo-Bojonegoromasing-masing adalah 177 kg ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabri, M., dan M. Soepartini. 1995. Teknikpemupukan hara Zn pada tanah sawah.Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanahdan Agroklimat. No. 2:1-6. PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

De Datta, S. K. 1981. Principles and practices ofrice production. John Wiley and Sons,New York.

De Datta, S. K., and D. S. Mikkelsen. 1985.Potassium nutrition of rice. In Munson,R. D. (ed.) Potassium in agriculture.p.665-699. American Society ofAgronomy, Crop Science Society ofAmerica, Soil cience Society of America.Madison, Wisconsin, USA.

De Geus, Jan G. 1973. Fertlizer guide for thetropics and subtropics. Centre d’Etude del’Azote, Zurich. Second Edition.

Jones, B., and B. Wolf. 1984. Manual soil testingprocedure using modified (Wolf) Morganextracting reagent. Benton Laboratories,

Page 9: Penentuan Pupuk Kalium Berdasarkan Jumlah Respon Kalium-magnesium

Inc. P. O. Box 5455. Athens, Georgia30605.

Kemmler, G. 1981. Potassium status of paddysoils in some countries of South and EastAsia.p. 603-616. In Proceedings ofsymposium on paddy soil, Nanjing.Science Press, Beijing and Springer-Verlag, Berlin.

Mengel, K., and E. A. Kirkby. 1978. Magnesium.p, 411 – 423. In Principles of plantnutrition. Int. Potash Inst., Worblaufen-Bern, Switzerland.

Oh, W. K. 1978. Effect of incorporation of organicmaterials on paddy soil. Symposium onNitrogen and Rice. Int. Rice Res. Inst. LosBanos, Philippines.

Olsen, S. R., C. V. Cole, F. S. Watanabe, and L.A. Dean. 1954. Estimation of availablephosphorus in soils by extraction withsodium bicarbonate. USDA Circ. 939. U.S. Gov. Print. Office, Washington, DC.

Patrick, W. H., Jr., and D. S. Mikkelsen. 1971.Plant nutrient behaviour in floode soil. p.

187-215. In R. A. Olson (ed.) Fertilizertechnology and use. Soil Science Societyof America, Madison, WI.

Ponnamperuma, F. N. 1972. The chemistry ofsubmerged soils. Adv. Agron. 24: 29-96.

Ponnamperuma, F. N. 1976. Specific soil chemicalcharacteristics for rice production in Asia.IRRI Res. Paper Ser. 2. International RiceResearch Institute, Los Banos,Philippines.

Ponnamperuma. 1982. Straw as a source ofnutrients for wetland rice. InternationalConference on organic matter and rice.Int. Rice Res. Inst. Los Banos, Philippines

Su, N, R. 1976. Potassium fertlization of rice.p.117-148. In The fertility of paddy soilsand fertilizer applications for rice. ASPACFood and Fertilizer Technology Center,Taipei, Taiwan.

Westerman, R. L. 1990. Soil Testing and PlantAnalysis. Third Edition. Soil ScienceSociety of America, Inc. Madison,Wisconsin, USA.

Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No.1 hlm 23 - 31 Jan - Jun 2007 31