penangan limbah cair dengan DAF

25
TUGAS MATA KULIAH PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI PANGAN Review Jurnal “Evaluation of a chemical dissolved air flotation system for the treatment of restaurant dishwasher effluent” Kelompok 7B Selma Ghina H. 240210130099 Cecilia Christy C. 240210130100 Intan Btari D. 240210130101 Alma Pradiska S. 240210130102 Fadhilah Alfi R. 240210130104

description

makalah penanganan limbah secara fisik dengan dissolved air flotation

Transcript of penangan limbah cair dengan DAF

Page 1: penangan limbah cair dengan DAF

TUGAS MATA KULIAH PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI PANGANReview Jurnal “Evaluation of a chemical dissolved air flotation system for

the treatment of restaurant dishwasher effluent”

Kelompok 7BSelma Ghina H. 240210130099Cecilia Christy C. 240210130100Intan Btari D. 240210130101Alma Pradiska S. 240210130102Fadhilah Alfi R. 240210130104

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANDEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN

JATINANGOR2015

Page 2: penangan limbah cair dengan DAF

BAB IPENDAHULUAN

Usaha di bidang makanan dikenal memerlukan banyak air dan

menghasilkan limbah cair dalam proses produksinya. Limbah cair yang dihasilkan

usaha di bidang pangan seperti restoran yang merupakan keluaran dari pencucian.

Limbah cair dari pencucian piring-piring kotor banyak restoran menajdi masalah

utama terutama karena tinggi nya kandungan minyak, senyawa organic dan

beberapa limbah padat.Tingginya konsentrasi minyak dapat menyebabkan

masalah serius pada saluran pembuangan yang memiliki suhu rendah sehingga

limbah cair lemak dan minyak ini cenderung memadat dipermukaan saluran.

AkumuLasi dari kotoran seperti ini dapat menyebabkan penyumbatan saluran

pembuangan sehingga menyebabkan meluapnya aliran yang melaluinya. Masalah

akan berkembang danberdampak pada tumbuhan air yang hidup di atasnya,

limbah minyak akan mengambang di atas air, menempel pada pipa saluran

menghalangi penyaringan dan mengganggu perawatan unit operasi.

Ukuran dari minyak yang berukuran kurang dari 20 mikro,

ketidakstabilannya secara kimia menjadikan suspensi dari air dan minyak sangat

sulit dipisahkan. Salah satu cara untuk menangani limbah semcam ini adalah

melalui penanganan fisikakimia. Proses ini melibatkan pereaksi kimia untuk

menstabilkan sistem emulsi dan meningkatkan ukuran dari emulsi untuk

dilakukan pemisahan secara fisik dari fase cairnya. Salah satu contohnya adalah

penggumpalan dan flokkulasiyang diikuti oleh penanganan secara fisik yaitu

flotasi udara terlarut.

Flotasi adalah suatu proses pengolahan air yang dipakai untuk pemisahan

partikel solid dan cairan dari phase cairan. Proses pemisahan dapat terjadi karena

adanya gelembung-gelembung halus yang terdapat pada phase cairan sebagai hasil

masuknya phase gas ke phase cairan. Gelembung-gelembung halus pada phase

cairan yang naik ke permukaan air akan mengangkut partikel-partikel yang ada

pada phase cairan tersebut (Rich, 1961 dalam Razif dan Ariyanto, 1997).

Ada 3 macam type flotasi yang biasa dipakai pada proses pengolahan air

(Metcalf and Eddy,1995) yaitu flotasi udara terlarut terdispersi (dispersed air

flotation), flotasi vakum (vacuum flotation), dan flotasi udara terlarut terlarut

Page 3: penangan limbah cair dengan DAF

(dissolved air flotation). pada sistim flotasi udara terlarut terlarut, secara teoritis

(Zabel and Melbourne,1980; dan Janssens and Schers, l99ldalam Razif dan

Ariyanto, 1997) udara yang dihasilkan kompressor dilarutkan ke dalam air

padatangki tekan, dan dilanjutkan dengan pelepasan udara yang telah ditekan pada

level atmosfir.Beberapa hal yang mempengaruhi mekanisme proses flotasi adalah

(Rich, 1961dalam Razif dan Ariyanto, 1997) : daya larut udarapada air di tangki

tekan, kecepatan naik partikel-gelembung, kontak parrikel-gelembung pada

saatflotasi, dan agen kimiawi pembanru proses flotasi.

Proses flotasi juga sangat tergantung pada typepermukaan partikulat

(Reynold, 1977dalam Razif dan Ariyanto, 1997). kemampuansistem dissolved air

flotation tergantung pada ratioudara-solid yang sangat bervariasi pada setiap

typezat padat dan harus ditentukan dengan percobaanlaboratorium cell flotation.

Dari hasil test flotasisecara batch (Sundstrom, 1979 dalam Razif dan Ariyanto,

1997) akan diperoleh dataperubahan posisi partikel terhadap waktu,

sehinggakecepatan naik partikel dapat diperkirakan. Setelah perioda waktu

tertentu, konsentrasi solid dipermukaan air dan effluent juga dapat ditentukan.

Dari hasil tes dengan tekanan yang berbeda-beda, dapat diplotratio udara-solid

terhadap konsentrasi solid.

Umumnya, sedimentasi akan mengikuti kelanjutan dari proses

penggumpalan dan flokulasi. Selama diflotulassi, droplet minyak yang berukuran

sangat kecil akan diubah menjadi udara mikroskopis (gelembung minyak) yang

emmiliki massa jenis lebih rendah daripada droplet minyaknya. Gelembung

minyak yang terapung ke permukaan akan lebih mudah untuk dipisahkan daripada

hanya berbentuk tetesan minyak. Oleh sebab itu flotasi udara terlarut terlarut

adalah alternative yang paling efektif untuk mengendapkan limbah semacam ini

karena

1. Flokulasi berjalan lebih cepat

2. Tingkat hydraulic surface yang lebih tinggi

3. Presentasi dari kotoran padatan lebih tinggi

4. Dan meninggalkan jejak yang lebih kecil.

Flotasi udara terlarut sudah diterapkan pada berbagai penanganan limbah cair

sejak awal 1990 dan mengalami kesuksesan dalam menghilangkan lemak dan

Page 4: penangan limbah cair dengan DAF

minyak dari aliran limbah cair. Penggumpalan dan flokulasi merupakan pre-

treatment utama dalam penerapan flotasi.

Flotasi udara terlarut secara kimiawi telah banyak digunakan dalam

menangani limbah cair yang mengandung minyak. Studi oleh Hanady dan Nabih

(2007) menunjukkan efek dari penggunaan sabun dalam memisahkan minyak dan

air akibat kemapuan emulsifikasinya ditunjukkan dengan penuruan dari

pemisahan minyak dan peningkatan kadartawas ketika sabun ditambahkan ke

dalam limbah cair. Kombinasi dari pre-treatment secara kimiawi ini dapat

meningkatkan pengurangan limbah minyak hingga 99,3% dan 99,4% untuk tawas

dan ferric sulfate (Al-Shamrani et al, 2002). Ditinjau dari segi biaya juga,

kombinasi dari kimia dan flotasi udara terlarut merupakan penanganan yang lebih

ekonomis dan memninggalkan jejak yang lebih kecil.Flotasi udara terlarut secara

kimiawi digunakan secara luas pada industry pengolahan pangan untuk

menghilangkan lemak dan inya. Implementasinya dapt ditemukan pada bakery,

makanan laut, daging dan produk susu yang menghasilkan limbah cair. Banyak

flotasi udara terlarut kimiawi dalam prosesnya memerlukan pengunaan lebih dari

satu rekator, berbeda dengan yang diamati pada penulisan jurnal ini di mana

penggumpalan, flokulasi dan flotasi dilakukan di dalam reactor yang sama.

Penenelitian yang dilakukan pada penangan limbah cair restoran masih

cukup sedikit dan menurut sepengetahuan penulis, tidak ada yang pernah menulis

mengenai penangan limbah cair restoran.Selain itu, sejauh ini belum pernah

ditemukan instalasi penaangan libah cair restran yang menerapkan sistem flotasi

udara terlarut secara kimiawi meskipun secara luas sudah diterapkan lebih dahulu

pada industry pengolahan pangan yang tentunya berskala lebih besar. Pada

penulisan jurnal ini, akan di teliti mengenai kemampuan flotasi udara terlarut

seccara kimiawi dalam menangani limbah cair restoran dengan mengkarakterisasi

limbah cari dari pencucian piring kotor restoran dan mengevaluasi efisiensi dari

pembuangan limbah minyak dan lemak serta kontaminan lainnya.

Page 5: penangan limbah cair dengan DAF

BAB IITEORI DASAR

Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya

danberacun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahayadan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik

secaralangsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan

hidup, atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup

(Suharto, 2010).

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air

limbahadalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis,

danindustri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat

jugamerupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam

lingkungan.Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah

padat, cair, dan gas.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam

memeliharakelestarian lingkungan.Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk

menyisihkanbahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.

Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara

umum dapatdibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan secara

fisika,pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi (Suharto, 2010).

Pengolahan secara fisika melibatkan treatment secara fisika yang melalui

rangkaian aliran kerja seperti diagram di bawah:

Page 6: penangan limbah cair dengan DAF

a. Saringan bar (bar screen)

Saringan bar berfungsi untuk menahan dan menyaring benda-benda keras dan

besar seperti ranting kayu, potongan kayu, dan sampah serta mencegah rusaknya

saringan berikutnya.

b. Saringan pasir dan kerikil

Saringan pasir dan kerikil digunakan untuk mencegah limbah cairdan kerikil

agar tidak mengganggu dan merusak bak penampung danpompa limbah cair.

c. Ekualisasi

Proses ekualisasi berfungsi untuk meminimumkan danmengendalikan

fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas maupun kualitasyang berbeda dan

menghomogenkan konsentrasi limbah cair dalam bakekualisasi. Proses

pencampuran dan aerasi diperlukan pada prosesekualisasi untuk menghindari

kondisi septik. Tujuan ekualisasi adalah:

- Mengendalikan aliran limbah cair agar tidak terjadi aliran bergelombang.

- Menghomogenkan senyawa organik dalam limbah cair agar tidakterjadi

fluktuasi.

- Menyeragamkan nilai pH sekitar 6,50–8,50.

- Ketepatan memasok limbah cair secara kontinyu untuk prosesberikutnya.

saringan bar

saringan pasir dan kerikil

ekualisasi

sedimentasi

filtrasi

flotasi

adsorpsi

Page 7: penangan limbah cair dengan DAF

- Ketepatan mengalirkan olahan limbah cair secara kontinyu ke badanair.

- Mengendalikan beban toksisitas yang tinggi.

- Menurunkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) limbah cair.

d. Sedimentasi

Proses sedimentasi limbah cair untuk memisahkan zat padat dancair

digunakan prinsip pengendapan gravitasi untuk:

- Memisahkan padatan terlarut dalam klarifikasi primer sehingga mampu

menurunkan nilai BOD dengan rentang antara 30% sampai75%.

- Menurunkan padatan terlarut sekitar 40% sampai 95%.

- Mereduksi mikroba sampai sekitar 40% sampai 75%.

- Memindahkan endapan biologi dalam klarifikasi akhir lumpur aktif.

- Memindahkan humus dalam perlakuan tricklink filter.

- Perolehan lumpur padat dikirim ke lokasi penguburan limbah padat (landfill).

Pada sedimentasi dibedakan jenis klarifikasi, yaitu klarifikasi primer

danklarifikasi sekunder.

- Klarifikasi primer atau dekantasi primer adalah unit proses yangdirancang untuk

memindahkan zat padat tersuspensi dan padatan lainyang ada di dasar bak atau

tangki klarifikasi sebelum dilakukanperlakuan biologi untuk senyawa organik

terlarut.

- Klarifikasi sekunder adalah unit proses yang dirancang untukmemindahkan

senyawa biomassa yang terbentuk selama proses biologidan zat padat lain yang

terbawa oleh limbah cair masuk ke unit prosesbiologi, dan juga untuk

mengentalkan lumpur biologi. Pada proses sedimentasi diperlukan sistem

perlakuan fisika dan kimia yangmengikuti proses koagulasi dan flokulas.

e. Filtrasi

Filtrasi yang digunakan untuk pemisahan senyawa kimia padat dancair dimana

cairan melewati media porous untuk memindahkan padatantersuspensi

halus.Media filtrasi porous digunakan untuk memisahkanpadat-cair dengan

menggunakan prinsip gravitasi sehingga padatantersuspensi dipisahkan.Media

Page 8: penangan limbah cair dengan DAF

filtrasi dibedakan menurut media filtrasitunggal, misal pasir, media filtrasi ganda,

misal pasir dan antrasit, danmedia filtrasi multi pasir, antrasit, dan garnet.

f. Flotasi

Flotasi digunakan proses daya apung untuk memisahkan partikelpadatan

tersuspensi dari limbah cair dan pemisahan lemak, pelumas dariindustri olahan

susu sapi/kerbau dan juga untuk memisahkan partikelpadat rendah densitas. Pada

industri roti, olahan ikan, dan industri olahan unggas khususnya ayam, pemisahan

protein dan lemak dilakukan denganmenggunakan metode flotasi. Pemisahan

lemak dan pelumas dari limbahcair dilakukan dengan menggunakan bak flotasi

dimana di dasar bakflotasi dialiri udara pada tekanan rendah atau dengan

menggunakan kompresor. Pada tekanan rendah, maka nitrogen dan oksigen lebih

mudahlarut jika dibandingkan dengan tekanan atmosfir. Gelembung udara

yangtimbul dalam limbah cair mengangkat lemak dan pelumas ke atas permukaan

bak flotasi sehingga lemak dan pelumas di permukaan limbah cair dapat

dipisahkan dengan menggunakan garpu pemisah.

Jenis-jenis metode flotasi dibagi menjadi beberapa metode, yaitu:

- Flotasi dengan prinsip gravitasi. Flotasi gravitasi digunakan padalimbah cair dari

bengkel kendaraan mobil, kereta api, pesawat terbang,dan kapal laut. Kecepatan

aliran limbah cair sekitar 4 sampai 6 m/jamdan waktu tinggal hidraulik 30 menit.

- Flotasi dengan prinsip vacuum. Flotasi vacuum banyak digunakanpada limbah

cair dari industri olahan buah-buahan dan sayuran.

- Flotasi dengan prinsip elektro. Flotasi elektro digunakan elektrodaditempatkan

di dasar bak sehingga mengahasilkan gelembung-gelembung sangat halus jika

limbah cair di bakdielektrolisis oleh arussearah.Gelembung oksigen timbul pada

anode naik ke atas danmengangkat lemak, minyak dan pelumas selanjutnya

terbentuk busa dipermukaan bak dan dipisahkan.

- Flotasi udara terlarut. Flotasi udara terlarut (air flotation) digunakan untuk

memisahkan padatan tersuspensi dan sebagai alternatif sedimentasi, mengentalkan

suspensi lumpur senyawa kimia organik. Disamping flotasi tersebut di atas,

dikenal pula flotasi elektro yang diikuti dengan dissosiasi air oleh listrik dalam

tangki terbuka. Lumpur yang terbentukpada perlakuan primer ini akan digabung

dengan lumpur sekunder.Pemindahan senyawa organik yang terbiodegrasi dengan

Page 9: penangan limbah cair dengan DAF

metode sedimentasi merupakan metode yang murah dibandingkan denganmetode

aerasi dalam bak aerasi.

g. Adsorpsi

Adsorpsi digunakan untuk memindahkan senyawa kimia tertentularutan

dengan menggunakan adsorben karbon aktif mampu mengadsorpsisenyawa

organik dan juga menghilangkan bau tak sedap, rasa, dan warnaserta senyawa

organik toksik. Wujud karbon aktif yang digunakan ialah karbon aktif bentuk

granular. Adsorpsi dibedakan atas adsorpsi fisik danadsorpsi kimia. (Suharto,

2010).

Page 10: penangan limbah cair dengan DAF

BAB II

ISI

3.1 Efek dari pH dan dosis tawas pada efisiensi pembuangan kontaminasi

Operatif pH adalah pH larutan pada kolom flotasi setelah penambahan

tawas. Untuk mempelajari efek pH operatif dan dosis tawas dalam penghilangan

efisiensi, tiga dosis tawas yang berbeda diamati pada besaran pH antara pH 4 dan

8. Hasilnya dapat diamati pada gambar 2 yang memperlihatkan bahwa ada rentang

optimum untuk pH operatif yaitu saat koagulasi berjalan sangat efektif.

Keefektifan ini hilang saat pH operatif berkurang dari 7,79 menjadi 5,54 dengan

200mg/L tawas. Hasilnya adalah turbidity removal efficiency (TRE) dan oil

removal efficiency (ORE) meningkat sangat tajam dari 23,7% menjadi 94,6% dan

53,2% menjadi 91,4%. Saat jumlah tawas dinaikan menjadi 250 mg/L juga

menghasilkan kenaikan namun cenderung sedikit yaitu 96,2% untuk TRE dan

91,4% untuk ORE, dan juga pada pH optimum 5,63. Saat dosis tawas dinaikkan

kembali yaitu menjadi 300 mg/L pH operatif yang terukur adalah 5,85, nilai TRE

dan ORE menjadi 98,2% dan 92,7% secara berturut-turut. Pemaparan pada

literature menunjukan bahwa pH operatif optimum dari tawas pada OG-removal

berada pada kisaran 6, bergantung pada nilai yang digunakan.

Tes yang dilakukan selanjutnya dipaparkan pada gambar 3. Tes-tes ini

dilakukan untuk mengevaluasi efek dari dosis koagulan dan pH operativ untuk

efisiensi pembuangan. Hasil menunjukan bahwa pada dosis tawas sebanyak 300

mg/L, optimum TRE dan ORE berturut-turut yang tercapai adalah sebesar 99,43%

dan 95,42%. Pada dosis tawas 400 mg/L, optimum TRE dan ORE berturut-turut

mencapai 99,40% dan 95,65%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak ada

peningkatan yang lebih jauh pada TRE dan ORE pada penambahan tawas diatas

300 mg/L. hasil menunjukan bahwa pH operatif mempunyai efek yang lebih besar

jika dibandingkan dengan dosis tawas, oleh karena perubahan pH mempengaruhi

nilai TRE dan ORE lebih signifikan daripada saat dilakukan perubahan dosis

tawas.

Page 11: penangan limbah cair dengan DAF

3.2 Pengaruh pH operasi dan dosis flokulan pada efisiensi pembuangan

kontaminan

Dosis flokulan sebanyak 0,5; 1,0; dan 1,5 mg/L diuji pada operasi nilai pH

yang berkisar antara 5 dan 7 untuk mempelajari efek dari pH operasi dan dosis

flokulan pada efisiensi pembuangan kontaminan. Turbidity removal efficiency

(TRE) dan oil removal efficiency (ORE) mengalami peningkatan tajam untuk

ketiga dosis flokulan saat pH operasi diturunkan menjadi sekitar 5,8. Selain itu,

perubahan dalam dosis flokulan hanya berefek sedikit pada efisiensi pembuangan.

TRE dan ORE tertinggi terlihat pada dosis flokulan 1,5 mg / L, yang mencapai

98,34% dan 94,98% pembuangan, masing-masing, pada pH operasi = 5.63.

Tes kedua dilakukan pada dosis flokulan 2 mg / L untuk memverifikasi

apakah peningkatan lebih lanjut dalam dosis flokulan bisa meningkatkan

pembuangan efisiensi dan juga untuk memverifikasi apakah penggunaan flokulan

bisa dihilangkan. Hasil menunjukkan bahwa tidak diperlukan adanya

peningkatkan dosis flokulan 2 mg / L. Bahkan, TRE menurun dengan

meningkatnya dosis flokulan sebanyak 1,5-2 mg / L pada pH < 5,6, kemungkinan

disebabkan oleh restabilisasi koloid karena overdosis flokulan. Kombinasi

koagulan dan flokulan lebih efektif daripada koagulan sendiri dan penggunaan

flokulan diperlukan untuk membantu koloid agregat yang memfasilitasi proses

flotasi.

3.3 Analisis RDE

Penelitian terbaru menunjukkan penelitian tambahan diperlukan untuk

lebih memahami karakteristik air limbah dari restoran untuk membantu dalam

desain sistem pengolahan modern. Karakteristik RDE ditentukan dalam Studi

dapat dilihat pada tabel 2 dan Gambar 6, 7, dan 8. Hasil menunjukkan bahwa

kontaminan dalam RDE bervariasi dalam beberapa hari dalam seminggu dan

beberapa waktu dalam satu hari.

Angka 6 dan 8 menunjukkan pola yang sama dalam variasi nilai BOD,

COD, kekeruhan, total padatan tersuspensi (TSS) , dan konsentrasi minyak, yang

muncul guna menunjukkan bahwa parameter ini secara langsung terkait. Tabel 3

menyajikan ciri khas berbagai restoran air limbah. RDE relatif rendah dan

Page 12: penangan limbah cair dengan DAF

memiliki karakteristik yang berbeda . Namun, itu menemukan bahwa BOD dan

TSS nilai RDE berada dalam perjanjian dengan nilai yang dilaporkan dari limbah

domestik dan greywater , seperti ditunjukkan pada Tabel 2 .

Rasio BOD / COD berdasarkan nilai rata-rata ditemukan 0,28 dimana

sedikit di bawah nilai-nilai khas 0,3-0,8 untuk air limbah kota, seperti yang

ditemukan di Tchobanoglous et al (2003) . Jika rasio berada di bawah 0,3,

kontaminan dapat menyebabkan keracunan. Konsentrasi nitrogen dan fosfor

diukur secara signifikan sehinga lebih rendah daripada konsentrasi yang

ditemukan di dalam negeri air limbah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 ,

menunjukkan bahwa RDE tidak cocok untuk pengobatan biologis kecuali dengan

nutrisi yang ditambahkan.

Pada pH 11, stabilitas pH dapat dikaitkan dengan penggunaan pembersih

alkali agen, natrium hidroksida dan natrium hipoklorit selama siklus pencucian

piring. Selain meningkatkan pH air limbah, natrium hidroksida umumnya

digunakan untuk menyediakan alkalinitas (Halse et al, 1987). Akibatnya,

alkalinitas ditemukan pada konsentrasi jauh lebih tinggi dari nilai-nilai yang khas

untuk domestic air limbah. Data yang disajikan dalam Tabel 2 menunjukkan

bahwa kedua air limbah rumah tangga dan greywater mengandung bakteri

coliform pada konsentrasi yang tinggi. Namun demikian, hasil uji bakteriologi

tidak menunjukkan jejak total coliform atau E. coli di RDE . Hal ini disebabkan

oleh penggunaan sanitasi produk ,yang meliputi natrium hipoklorit , selama siklus

pencucian piring .Kurangnya kontaminasi bakteriologi menunjukkan bahwa air

yang diolah mungkin tidak memerlukan desinfeksi lanjut karena ada klorin yang

cukup hadir sisa dalam air yang diolah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 .

3.4 Analisis air dengan perlakuan DAF kimiawi

Sistem DAF (Dissolved Air Flotation) kimiawi atau flotasi udara terlarut

dioperasikan berdasarkan parameter kondisi optimal dari koagulasi, flokulasi, dan

flotasi yang ditentukan dengan percobaan, dengan: tawas 300mg/L, pH 5.6-5.9,

flokulan1.5mg/L, pencampuran cepat tawas selama 120s kemudian flokulan

selama 30s dengan rata-rata kecepatan gradien (G) 193s-1 (aliran udara 800

ml/menit), flokulasi selama 120s dengan G sebesar 62s-1 (aliran udara 80

Page 13: penangan limbah cair dengan DAF

ml/menit), flotasi menggunakan tekanan jenuh 60 psi dan rasio daur ulang 14%,

dengan waktu penahanan flotasi 5 menit.

Analisis air dengan perlakuan DAF kimiawi dapat dilihat pada tabel 4.

Seperti yang diindikasikan dengan rendahnya standar deviasi, hasil yang

ditunjukkan adalah konsisten dan dapat direproduksi. Hasil menunjukkan bahwa

tingkat penghilangan dengan efisien yang tinggi ditunjukkan oleh hampir semua

parameter yang dites, termasuk BOD, COD, TSS, dan yang terpenting, OG. Hal

ini merupakan hasil yang penting, karena salah satu objektif dengan menggunakan

sistem DAF kimiawi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan tingkat

penghilangan dengan efisien yang tinggi pada OG dari RDE. Walaupun

konsentrasi OG pada RDE mentah dikenal lebih rendah daripada konsentrasi OG

pada limbah cair restoran pada umumnya, konsentrasi OG pada RDE mentah

masih lebih signifikan tingginya dibandingkan dengan konsentrasi OG pada

limbah cair domestic. Dari seluruh parameter yang diukur, total penghilangan

dengan efisien pada nitrogen dan nitrat, rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya

perlakuan biologis nitrifikasi dan denitrifikasi.

Untuk menganalisa lebih lanjut performa dari DAF kimiawi, tembusan

dianalisis untuk menentukan apakah dapar digunakan kembali dan sesuai dengan

“the Canadian Guidelines for Domestic Reclaimed Water for Use in Toilet and

Urinal Flushing” (Health Canada, 2010), seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.

Dengan membandingkan hasil dari dari tabel 4 dengan tabel 5, dapat terlihat

bahwa hampir seluruh parameter memiliki hasil yang tidak jauh berbeda kecuali

pada BOD5. Meskipun mendapatkan hasil residu yang rendah pada kekruhan dan

TSS, serta menunjukkan tidak adanya jejak dari total coliform atau E. coli, total

residu dari BOD5, berjarak paling tinggi 67mg/L hingga paling rendah 12.7mg/L.

dengan hasil tersebut, nilai BOD tidak dapat bertemu dengan nilai tengah pada

nilai “guideline” yaitu ≤10mg/L. Kontribusi pada komponen organik adalah

konsentrasi sebesar ± 24mg/L residu minyak. Selama penelitian, tingkat

konsentrasi residu minyak terendah adalah 15.1mg/L, namun sebagian besar yang

terjadi adalah konsentrasinya adalah sebesar 20mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa

masih terdapat minyak teremulsifikasi, dengan senyawa organic lainnya pada air

yang diberi perlakuan yang tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan sistem

Page 14: penangan limbah cair dengan DAF

DAF kimiawi. Oleh karena itu, lebih banyak penelitian diperlukan untuk

menurunkan konsentrasi residu BOD5 agar RDE yang diberikan perlakuan dapat

menyamai “guideline” penggunaan kembali air. Meskipun pada “guideline”

parameter ini tidak diatur, namun konsentrasi residu COD relatif tinggi, yang

menunjukkan bahwa perlakuan lebih lanjut diperlukan untuk penggunaan kembali

air. Residu COD mungkin mengandung konsentrasi residu pada bahan kimia

pencuci piring yang mengandung nonionic surfaktan. Konsentrasi sodium

hipoklorit pada RDE mentah cukup tinggi pada air dengan perlakuan kimiawi

DAF, sehingga dapat menyamai nilai “guidelines” untuk total klorin dan

parameter bakteriologi yang ditampilkan pada tabel 4.

Meskipun faktanya BOD5 tidak dapat menyamai nilai “guideline” untuk

penggunaan kembali, sistem DAF kimiawi menampilkan hasil yang sungguh baik

pada perlakuan terhadap RDE dan terbukti efektif pada minyak, bahan organik,

dan penghilangan padatan yang menggantung.

Page 15: penangan limbah cair dengan DAF

BAB III

KESIMPULAN

Dalam penilitian ini, sistem flotasi udara terlarut secara kimiawi didesign dan

dioperasikan untuk mengevaluasi kempuannya dalam menghilangkan limbah cair

dari restoran.Saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk menganalisa

penangannan dari limbah cair restoran.Untuk menjalankan sistem flotasi udara

terlarut secara kimiawi secara optimal, efek dari parameter penggumpalan dan

flokulasi pada kemampuan menhilangkan kontaminan sejenis diinvestigasi.

Penenmuan yang berhasil didapat dari penilitian jurnal ini antara lain:

1. Operative pH menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerjadari

sistem DAF kimia . Dengan beroperasi pada zona pH yang optimaldan

menambahkan dosis tawas danflokulan yang cukup , efisiensi dari

penghilangan kontaminan tinggi dicapai.Dapat diverifikasi bahwa

penambahan flokulan diperlukandan menghasilkan perbaikan yang

signifikan dalam efisiensi removal

2. Limbah cair dari pencucian piring kotor restoran terindikasi mengandung

tingakat BOD, minyak, pH, alkaline, klorin yang tinggi dan kadar nutrisi

yang rendah. Selain itu merupakan limbah cair yang kuat namun memiliki

karakteristik yang berbeda dibandingkan limbah dari dapur pada

umumnya.

3. Berturut-turut kemampuan “membasmi” kekeruhan, konsentrasi minyak,

TSS, BOD5 dan COD adalah sebesar 98,9%, 93,16%, 98,68%, 90,04% dan

88,2%. Presentasi tersebut menunjukkan sistem flotasi udara terlarut

secara kimiawi menunjukkan kemmpuan yang sesuai untuk limbah cair

dari pencucian piring kotor restoran tidak hanya dari tetesan minyak tappi

juga unsur organic dan suspense padat.

4. Tidak ada bakteri koliform yang terdeteksi dalam limbah cair restoran

karena penggunaan sodium hypochlorite sebagai sanitizer.

5. Standar kualitas air hasil penanganan sistem flotasi air secara kimiawi

dapat digunakan kembali untuk pembilasan toilet dengan pengecualian

BOD5. Untuk dapat digunakan kembali, diperlukan penenlitian lebih lanjut

Page 16: penangan limbah cair dengan DAF

untuk menindak lanjuti metode atau penanganan yang mampu untuk

menurunkan kandungan senyawa organik dari limbah cair keluaran

restoran yang telah ditreatment secara kimiawi dnegan flotasi udara

terlarut.

Page 17: penangan limbah cair dengan DAF

DAFTAR PUSTAKA

Al-Shamrani, A.A., James, A., and Xiao, H. 2002. Destabilisation of oil-wateremulsions and separation by dissolved air flotation. Water Research, 36(6):1503–1512. doi:10.1016/S0043-1354(01)00347-5. PMID:11996340.

W. Chung and S. Young. 2013. Evaluation of a chemical dissolved air flotation system for the treatment of restaurant dishwasher effluent. NRC Research Press. Can. J. Civ. Eng. 40: 1164–1172 (2013).

Hanafy, M., and Nabih, H.I. 2007. Treatment of oily wastewater using dissolvedair flotation technique. Energy Sources, Part A: Recovery, Utilization, and Environmental Effects, 29: 143–159. doi:10.1080/009083190948711.

Razif, M., Ariyanto, D. 1997. Penurunan Kekeruhan Air dengan Dissolved Air Floatation. Jurnal Teknik Lingkungan ITS. Vol. 8.No. 2 Juli 1997. Surabaya.

Suharto. 2010. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara.Yogyakarta: CV. Andi Offset.