Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

8
Jurnal Peternakan Indonesia., I 2(2) : I 42- I 49,2007 ISSN:1907-1760 Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan Teknik Vermikultur Limbah Peternakan Dan Pengaruhnya TerhadapPupuk Kandang Yang Dihasilkan Yumaihana Jurusan Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang Abstract The life cycle of earthworm Perionyx excsvatus in the foces of livestock animals hss been studied and had potency to depredate the animal wastes through vermiculture process. Optimal live environmental conditions were needed to achieve the optimal vermiculture process. The rate of growth and reproduction of the worm depended mainly on the availability of nutition in the medium. In this experiment, four dffirent animal feces were used as vermiculture media, e.g. cattle, horse, rabbit and chicken. The increase of body length was measured as the growth rate function of the worm P. excavagatus. The change of temperature, pH and humidity of medium were meesured as the factors affecting the growth rate. These factors were important in research obiectives, i.e. production of eartlworm biomass for poultry feedstuff and of high quality biofertilizer by using animal wastes as vermiculture medium. Feces of cattle and rabbit were found the best medium of vermiculture. P.excavagus cultivated in the feces of both animals showed the fast similar growth rate. The growth rale of P.excavagus in four dffirent medium could be ordered as follows: cattle feces> rabbit feces>horse feces. Feces of chicken was found not suitable for earthworm media because of low pH. Biofertilizer from the vermiculture could be produced in relatively short time period with better physical characteristic in compare to the normal biofertilizer. Key words: earthworm P. excavagatus, biofertilizer, vermiculture process. Pendahuluan Cacing tanah merupakan organisme yang memiliki potensi sangat besar dalam kehidupannya. Pada studi literatur telah diketahui manfaat cacing tanah dalam ilmu pengobatan dan pangan. Masyarakat cina telah lama menggunakan cacing tanah sebagai obat tradisional, sementara di Indonesia juga telah dimanfaatkan untuk mengobati demam tifoid dan stroke. Bahkan di Jepang, Hongaria, Thailand, Filipina dan Amerika Serikat selain untuk pengobatan dan bahan kosmetik, sebagian masyarakatnya menjadikan tepung cacing tanah sebagai bahan makanan manusia.. Protein yang terdapat dalam cacing tanah mengandung asam amino esensial yang kualitasnya melebihi ikan dan daging (Sajuthi, et, al, 2003). Dari analisis kandungan nitrogen kasar, 58 sampai 78 % dari bobot kering cacing tanah adalah protein. Selain itu cacing tanah diketahui rendah lemak hanya 3 sampai l0 persen dari bobot keringnya. Berdasarkan data tersebut caing tanah sangat potensial sebagai pakan temak dan aman untuk dikonsumsi. Cacing tanah jenis Perionyx excavatus merupakan hewan pengurai yang hidup di bawah tumpukan daun gugur dan tempat * tempat lain yang lembab. Memiliki kemampuan untuk mendegradasi Yumaihana; Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan

Transcript of Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

Page 1: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

Jurnal Peternakan Indonesia., I 2(2) : I 42- I 49,2007 ISSN:1907-1760

Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan TeknikVermikultur Limbah Peternakan Dan Pengaruhnya

TerhadapPupuk Kandang Yang Dihasilkan

Yumaihana

Jurusan Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang

Abstract

The life cycle of earthworm Perionyx excsvatus in the foces of livestock animals hss been

studied and had potency to depredate the animal wastes through vermiculture process.

Optimal live environmental conditions were needed to achieve the optimal vermicultureprocess. The rate of growth and reproduction of the worm depended mainly on the

availability of nutition in the medium. In this experiment, four dffirent animal feceswere used as vermiculture media, e.g. cattle, horse, rabbit and chicken. The increase ofbody length was measured as the growth rate function of the worm P. excavagatus. The

change of temperature, pH and humidity of medium were meesured as the factorsaffecting the growth rate. These factors were important in research obiectives, i.e.

production of eartlworm biomass for poultry feedstuff and of high quality biofertilizer by

using animal wastes as vermiculture medium. Feces of cattle and rabbit were found the

best medium of vermiculture. P.excavagus cultivated in the feces of both animals showed

the fast similar growth rate. The growth rale of P.excavagus in four dffirent medium

could be ordered as follows: cattle feces> rabbit feces>horse feces. Feces of chicken was

found not suitable for earthworm media because of low pH. Biofertilizer from the

vermiculture could be produced in relatively short time period with better physicalcharacteristic in compare to the normal biofertilizer.

Key words: earthworm P. excavagatus, biofertilizer, vermiculture process.

Pendahuluan

Cacing tanah merupakanorganisme yang memiliki potensisangat besar dalam kehidupannya.Pada studi literatur telah diketahuimanfaat cacing tanah dalam ilmupengobatan dan pangan. Masyarakatcina telah lama menggunakan cacingtanah sebagai obat tradisional,sementara di Indonesia juga telahdimanfaatkan untuk mengobatidemam tifoid dan stroke. Bahkan diJepang, Hongaria, Thailand, Filipinadan Amerika Serikat selain untukpengobatan dan bahan kosmetik,sebagian masyarakatnya menjadikantepung cacing tanah sebagai bahanmakanan manusia.. Protein yang

terdapat dalam cacing tanahmengandung asam amino esensialyang kualitasnya melebihi ikan dandaging (Sajuthi, et, al, 2003). Darianalisis kandungan nitrogen kasar,58 sampai 78 % dari bobot keringcacing tanah adalah protein. Selainitu cacing tanah diketahui rendahlemak hanya 3 sampai l0 persen daribobot keringnya. Berdasarkan datatersebut caing tanah sangat potensialsebagai pakan temak dan aman untukdikonsumsi.

Cacing tanah jenis Perionyxexcavatus merupakan hewanpengurai yang hidup di bawahtumpukan daun gugur dan tempat *tempat lain yang lembab. Memilikikemampuan untuk mendegradasi

Yumaihana; Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan

Page 2: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

Yumaihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan 143

senyawa organik yang kompleksmenjadi lebih sederhana sehinggadapat dimanfaatkan organisme lain.P. excavatus merupakan cacing tanahyang banyak terdapat di daerah

tropis.Vermikultur adalah pembiakan

cacing dengan menggunakan mediatumbuh yang cocok. Tanah hasilpenguraian disebut kascing ataupupuk kandang. Teknik ini sederhana

dan bisa untuk mengolah limbahpeternakan. Beberapa faktor seperti

suhu lingkungan, kelembaban,cahaya matahari dan hewanpengganggu perlu diperhatikan untukmcndapatkan reproduksi danpertumbuhan yang maksimum.Variasi kotoran sebagai media bisamempengaruhi pertumbuhan cacingtanah terutama P. excavatzzs. Hal inimenyangkut pada kenyamananterhadap senyawa buangan pada

kotoran dan.juga kemampuan dalammengantisipasi bakteri yang adadalam kotoran tersebut. Narnunsistem kekebalan tubuh cacing yangsangat kompleks dan sangatmendukung bisa menjadi nilaitambah dalam penguraian kotoranmenjadi pupuk organik dalam wakturelatif lebih pendek dibandingdengan fermentasi.

Berdasarkan penelitian penda-

huluan, diketahui bahwa P.

excavatus memiliki sifat anti bakteriterhadap beberapa spesies (bakteri)disamping kandungan proteinnyayang tinggi. Penelitian lanjutanperlu dilakukan dan dikembangkan.Saat ini penelitian difokuskan padapembiakan cacing tanah sebagaisumber pakan unggas denganmemanfaatkan kotoran ternaksebagai media vermikultur danmelihat pengaruh penguraian kotoranoleh cacing tanah terhadap mutupupuk organik sebagai hasil ikutan.

Materi dan Metode

Materi PenelitianCacing tanah Perionyx

excavatus dari CV Osa Perdana,

Bandung.1. Alat - alat

Baskom baskom plastikukuran besar untuk membiakkantanah, sekop untuk mengatur aerasi

media, autoclave, tabung reaksi,sarung tangan, masker, cawan patri,jarum ose, bunsen untuk menjagalingkungan steril, pH meter untukmengatur pH media, termometeruntuk mengatur suhu.2. Bahan Kimia

Bahan kimia yangdipergunakan dalam penelitian inimempunyai kualitas proanalisis (pa)

kecuali disebutkan lain, yaitu Triptonbakto, agar bakto, yeast (elatrakragi), NaCl, aquades babas ion dansteril, aquabides, ethanol, Na2CO3,NaOH, CuSO+, Na-tartrat.

Metode Penelitian

Metode penelitian meng-gunakan cacing yang sudah dewasadengan perlakukan variasi lamapergantian media 1,4,7,10, 16, 19

hari. Peubah yang diamati adalahkecepatan pertumbuhan cacing, pHkotoran dan pupuk kandang hasilpenguraian Penelitian ini dilakukanduatahap:I. Skala laboratorium, setiap 100 gfeses dibiakkan dua ekor cacingdengan panjang yang relatif sama.

II. Skala lebih besar, feses denganpertumbuhan cacing paling baikdipakai untuk pembiakan skalalebih besar agffi didapat biomassayang Iebih banyak untuk pakan.Perbandingan feces untuk mediadengan cacing, yaitu I kg feces

dibiakkan ke dalamnya 0,5 kgcacing.

Jurnql Peternakan trndonesia, l2(2): la2-1a9, 2007 ISSN:1907-1760

Page 3: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

I44 Yumaihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan

Hasil dan Pembahasan

I. Skala laboratorium

P. excavatas dipelajari dalambatas skala labor, dengan empatmacam feces murni dari empatjenis ternak. Penelitian dilakukanpada suhu 26 C dan kelembaban88%. Dari pengamatan dilapangan didapat beberapa catatanpenting:

. Feses segar,menyebabkancrcing kabrn dan mati.

r Feses dipakai setelahdidinginkan +3 hari.

. Feses ayam tidak disukaicacing.

Media kering menyebabkancacing tidak nyaman danbergerak dan mencaritempat Iain.

Tabel 1. Pengukuran Puhu dan pH

f,'eces Suhu ('C) pH

Sapi

KudaKelinciAyam

18,9

21,7

20,5

19,6

7,20

7,83

7,57

5,94

Dari pengamatan dapatdilihat bahwa kondisi dankandungan zat kimia dalam fesesjelas berpengaruh. Kotoran yangbaru diambil memiliki suhu yangberagam (tabel 1) namun masihberada dalam batas pertumbuhannormal cacing P. excavatus yaitu18 - 30oC. Kotoran sapi dankelinci dikenal scbagai facesdingin karna fermentasi terjadilama sehingga tidak meng-hasilkan amoniak dalam jumlahyang banak sehingga dalam tigahari feces sudah bisa dikonsmsioleh cacing. Sementara kotorankuda dikenal dengan feces panasdimana amoniak terbentuk cepat

Jurnal P et ernakan Indones ia, I 2 (l : I a 2 - I 4 9, 2 007

dalam jumlah banyak sebagaiakibat dari fermentasi yangberlangsung cepat.

Kandungan amoniak dalamfeces memberikan suasana yangtidak nyaman terhadap cacing.Dalam perlakuan ekstrim cacingdibenamkan ke feces, bisamengakibatkan kematian. Se-nyawa - senyawa dan materi sisametabolisme juga menghasilkanpH yang beragam, dimana sangatmempengaruhi daya kosumtif P.excavatus.

Kotoran sapi memiliki pHnormal, kotoran kelinci memilikipH mendekati normal, sementarakotoran kuda memiliki pH yangsedikit basa dan kotoran ayammcmiliki pH asam. Nilai pHkotoran sangat berperan terhadapkenyamanan makan cacing P.excavatus. Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Shivri farm,cacing bisa bertahan hidup lebihlama pada media basa daripadamedia tanah yang diberiperlakuan kimia. Tiga kotoranpertama yaitu sapi, kelinci, dankuda, cukup menarik bagi cacing.Ini terlihat dari keagresifancacing begitu diletakan dalambaskom berisi kotoran tersebut.Pada kotoran ayam, cacing hanyamenempatinya di hari pertamasaja, untuk hari berikutnya cacingsudah bermigrasi ke tempat lain.

Kenyamanan cacing dalammedia feces juga dipengaruhioleh kelembaban media. Mediafeces yang hampir kering segeraditinggalkan cacing. Permukaanfeces yang mengeras memberikanpengaruh negatif terhadap cacing.Jika terlalu banyak air pada fecesjuga menyebabkan cacing kaburkarena kurangnya kantong udarauntuk cacing.

ISSN:1907-1760

Page 4: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

Yumaihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknik vermikttltur limbah peternakan I45

Pertumbuhan cacing P.

excavatus dilihat dari Per-tambahan panjangnya. Kondisiyang sesuai akan menyebabkancacing tumbuh dengan cepat danbisa mencapai panjang mak-simum 20 cm (penelitian ter-dahulu, gambar tidak ditampil-kan). Pada penelitian ini per-tambahan panjang cacing yangdiukur seiap tiga hari, berke-mungkinan dapat membuat cacingstres. Hal ini terlihat daripertumbuhan yang lambat, diban-dingkan dengan pertumbuhancacing pada penelitian pen-dahuluan. Pertambahan panjangcacing P. excavatus dapat dilihatpada Tabel 2.

Di dalam Tabel 2 ini dapatdilihat bahwa pertumbuhancacing pada feces sapi dan kelincirelatif sama (perbedaan 0,5 cmbisa diabaikan karena konturtubuh cacing yang bersegmen -segmen membuatnya susah

diukur secara tepat dan konstan).Pertumbuhan yang relatif samadisebabkan oleh kondisi fecesyang hampir sama yaitu suhu *20 "C dan pH feses yangmendekati normal. Pada f-eseskuda, setelah hari ke 10, cacingsudah tidak nyaman lagi danbergerak ke tempat lain. Banyakfaktor yang mempengaruhidiantaranya tersediaanya makan-an (kotoran) yang lebih disukai didekat medianya, kelembaban danpH yang semakin tinggi (basa).

Pertumbuhan cacing P.

excavatus jugu diukur pertam-bahan berat badannya. Tetapisifatnya relatif, karena cacingdengan panjang yang sama bisaberbeda beratnya tergantungjumlah mengkonsumsi makanan(Tabel 3). Cacing denganpanjang 6 - 8 cm memasuki masadewasa. Cacing mulai kawin danmenghasilkan kokon.

Tabel 2. Pertumbuhan Cacing (paniang, cm)Feces Hari

10 13 l9t68,07,08,07.07,5

6,5 7,55

0

44

Sapi7,07,05,0 5,06,5

Kuda ,_4,5 _

4,55.0 7,0 8,5

4,5 5,0 7,0

Kelinci 4,5 8,06,07,55,54,0

6,5 7,0 7,0 6,05,0 6,0 6,5 6,5

Tabel 3. Pertumbuhan Cacing (berat,mg)Feces Berat cacing (mg)

t916l3l0Sapi t]37 -- 23;! 28,54 39.50 39,50 42,8611-99

12,76 20.77 20.77 28.34 28.54 29.10 33.22Kuda 12,87 18,24 28.34 35^66

13.37 t3.37 18,24 26.74Kelinci 13,37 _1?r$ 26.74 J J,J /. 35,67 3s.66 39.50

12,76 12,76 26,74 28,60 28.54

Jurnal Peternakan Indonesia, l 2(2) : 1 42- 1 49, 2007

33.18 28,45

ISSN: 1907-1760

Page 5: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

146 Yumaihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan

)io

ao-nna

n

L-I

)

-

Dari Tabel 2 dan Tabel 3

ielas terlihat bahwa pertumbuhancacing pada feses kudaterganggu. Dengan kondisi pHyang semakin basa (Tabel 4)setelah penguraian oleh cacingdalam beberapa hari, membuatcacing pindah ke media lain.Naiknya nilai pH disebabkan olehmeningkatnya kandungan gugusfungsional OH atau basa lainseperti NH4*. Pada Tabel 4 tidaktercantum pertumbuhan cacingpada feses ayam karena cacingsegera bergerak pindah setelahdibiakkan di feses ayam yangmemiliki pH asam. Derajatkeasaman yang terlalu tinggimemberikan pengaruh negatifterhadap cacing dan sebaliknya,derajat keasaman yang rendahmembuat rasa tidak nyaman padamakanan cacing.

Tabel 4. Suhu dan pH Terakhir

Kotoran Suhu('c)

pH

Sapi 20,3 7,20Kuda 20.2 8,34Kelinci 20,3 7,13Ayam 20,5 5,73

Feses sapi dan kelinci yangtelah diolah oleh cacing tidakmengalami perubahan suhu danpH yang berarti. Kedua faktor inimendekati normal, dan ini berartimenjelaskan suasana yangnyaman untuk tumbuhnva cacing.Berbeda halnya dengan feseskuda yang mengalami perubahandrastia pada pH menjadi basa dansuhu menjadi mendekati 2O"C.Diduga telah terjadi prosesfermentasi oleh mikroorganismedalam feses kuda dengan cepatsehingga pH berubah.

Hasil kultur.mikroorganis-

Jurnal Peternakan Indonesia, 1 2(2) : 1 42- 1 49, 2007

me yang tumbuh dalam feses,j.rga mendukung hasil peng-amatan di atas. Secara visualterlihat bahwa feses ayam, yangtidak disukai oleh cacing, teryatamemiliki jenis mikroorganismeyang lebih banyak dibandingfeses lain (Gambar 1).

Gambar 1. Mikroorganisme padafeses sapi (a) dan ayam (b)

Kotoran temak merupakantempat tumbuh yang sangat baik bagimikroorganisme. Secara alami jasadrenik ini berperan dalam fermentasibahan organik mcnjadi kompos.Dalam penelitian ini belumdilakukan isolasi dan identifikasimikroorganisme.

II. Skala lebih besar(Vermikultur skala besar)Pengamatano I kg f-eses sapi dipakai untuk:

0,5 kg P. excavatuso Feses diganti setiap I minggu.o Cacing dewasa cepat beradaptasi

dan mulai memasuki masakawin (2 minggu pemeliharaan)

. Minggu ke 3 mulai mengandung

ISSN:1907-1760

Page 6: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

Yumaihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan 147

o Kokon dan bertelur setelah + 15

hari.o Tanah kascing yang berisi kokono Dipisahkan dari biomassa dan

dibiarkan selama 1 mingguo Bayi bayi cacing mulai

rnenetas, dengan Panjang + 2

cffi, dihitung sebagai panjangawal pengamatan.Bayi cacing ditumbuhkan

dalam kotoran sapi, dan diamatipertumbuhannya dan repro-duksinya. Uraian pertumbuhancacing dapat dilihat dalam Tabel5.

Tabel 5. Pertumbuhan danreproduksi P.

excavatus

Hari Fisiologi Cacing

0 Bayi cacing

5 Anak cacing (4 cm)

10 Cacing mulai dewasa (6cm)

15 Cacing dewasa (8 cm)

Pertumbuhan berikutnya dihi-tung sebagai pertumbuhan skala

besar. Cacing dibiakkan dalam mediafeses sapi. Cacing dewasa cepatberadaptasi dan memasuki masakawin, mengandung kokon, bertelurdan menetas. Cacing membutuhkanwaktu untuk bereproduksi lebihkurang selama 1 bulan dan masapenetasan serta pendewasaan 3 - 4minggu. Jadi dengan pembiakanawal 1 kg cacing dewasa, pada 2bulan berikutnya biomassa sudahmenjadi 2 kg.

Kascing yang dihasilkan darivermiukultur ini ternyata memilikitekstur yang bagus yaitu : berbentuk

granula kecil * kecil dengan kondisi :

r lembab. Porositas tinggi. pH netral. kandungan unsurharatinggi

Tanah subur secara alamidisebabkan oleh adanya humus. Padahakekatnya humus adalah bahan-bahan organik seperti daun dan buahyang jatuh ke tanah dan olehmikroorganisme tanah dikonversimenjadi subur. Pupuk tanah ataupupuk organik sangat berperandalam memperbaiki sifat-sifat fisiktanah, yaitu memperbaiki strukturtanah, daya meresapkan air hujan,daya mengikat air, tata udara tanah,ketahanan terhadap erosi dan lain-lain. Susunan maupun nilai unsurhara dari pupuk kandang adalahberbeda-beda. Faktor - faktor yangmempengaruhi susunan dan nilaipupuk kandang adalah: jenis hewan,umur hewan, kualitas makananhewan, jumlah dan jenis alas

kandang, dan cara menyimpan.

Kesimpulan

. Cacing tanah P. excavatus dapatmenguraikan kotoran ternakdengan cepat .

. Tingkat penguraian secaraberurutan

. F.sapi > f.kelinci >f. kuda

. Feses ayam tidak cocok untukMO ini

. Pupuk kandang yang dihasilkanmemiliki mutu yang lebih baikdari pada yang dikeringkanbiasa.

Daftar Pustaka

Anderson. R.S., (1988).Bacteriostatic Faklor(s) in thecoelomic fluid of Lumbricusterrestris. Dev. Comp. Immum.

Jurnal Peternakan Indonesia, I 2 (2) : I 12- I 49, 2007 ISSN: 1907-1760

Page 7: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

148 Yumsihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan

12.189-194.

Baier. K.S., and McClements, D.J.,(2005). Influence of cosolventsystems on the gelationmechanism of globular protein: thermodynamic. kinetic. andstructural aspects of globularprotein gelation. Comp.Reviews in Fond Science andFood Safety. 4. 43 - 53

Bauer. A.W., Kirby, W.M.N.,Sherris, J.C., Turck.M., (1966)Antibiotic susceptibility testingby standardized single diskmethod. Am. J. Clin.Pathol.45.493 - 496.

Blakemore. R., (2001). Tasmanianearthworm grows second head.Invertebrata. 20.

Cassell. G.H., and Mekalanos.(2001). Development ofantimicrobial agents in the eraof new and reemerginginfectious deseases andincreasing antibitic resistance.,JAMA. 285,601 - 605.

Chauduri. P.S., and Bhattacharjee.G., (2002). Capacity of variousexperimental diets to supportbiomass and reproductionof Perionyx excavatus.

Bioresource Technol. 82(Z).147-150.

Cho..JH., Park. C.8., Yoon, G.Y.,Kim, S.C., (1995). LumbricinI, a novel prolin-richantimicrobial peptide from theearthworm : purification,cDNA cloning and molecularcharacteization. Biophys.Acta. 1408.67-76.

Cho, J.H Choi, E.S., and Lee, H.H.,(2004). Molecular cloning,sequencing and expression of afibrinolytic serine-proteasegene from the earthworm L.terrestris. .l.Biochem.Mol. Biol,37(5), 574-551.

Cooper, E.L., and Roch. P., (2003),Earthworm immunity a modelof immune competence.Pedobiologia. 47.

Cooper. E. L., Kauschke. E., andCossarizza, A., (20AD.Digging for innate immunitysince Darwin and Metchnikoff.Bioassays. 24(4). 3 I 9-333

Dhainaut, A., Scaps. P., (2001).Immune defense and biologicalresponses induced by toxics inannelida. Can. J. Zoo.lPtef:Can. Zoo. 7 9(2). 233 -253

Dong.G.Q., et.al., (2004). Molecularcloning and Characterization ofcDNA encoding Fibrinolyticenzyme-3, from earthwormEisenia foetida. Biochem.Biophys.Acta sinica 36(4).303-308.

Edwar. C.A.. Dominguez. J.,Neunauser. E.F., (1998).(Growth and reproduction ofPerionyx excavatus (perr.)(Megascolecidae ) as factor inorganic waste management.Biol. Fertil Soil27. 155-161 .

Engelmann. P., Kiss. J., Csongei. V..,Cooper. 8.L., Nemeth, p.,(2004). Earlhworm leukocyteskill HeLa, Hep-Z, PC-12 andPA3l7 cells in Vitro., J.Biochem. Biophys. Methodes6t.215-227.

Jurnal Peternakan Indonesia, I2(2): I42-l49, 2007 ISSN: 1907-1760

Page 8: Pembiakan Cacing Tanah Perionyx Excavatus Dengan ...

Yumqihana: Pembiakan cacing tanah dengan teknikvermikultur limbah peternakan 149

Engelmann, P., Molnar. L., Palinkas.L.. Cooper. 8.L., (2004).Earthworm leukocytespopulations specifically harborlysosomal enzyme that mayrespond to bacterial challege.Cell Tissue res., 316. 319-401.

Eue. ., Kauschke. E., Mohrig. W.,and Cooper. E.L., (1998).Isolation and characterizationof earthworm hemolysins and

agglutinins. Dev. Comp.Immun. 22 (l).13-25.

Alamat korespondensi : Yumaihana, S'Si, M.SiJrnusan Nutrisi dan Makanan TernakFakultas Peternakan Universitas AndalasPadang

Diterima:30 April 2007, Disetuj ui: 22 Mei 2007

Jurnal Ppternaksn Indonesia, I 2(2): I 42- I 49, 2007 ISSN:1907-1760