MRI Ext Abstract

5
1 Penilaian Penerapan Keselamatan Lingkungan Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Studi Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta Nama Mahasiswa : Ernia Susana Institusi : Fakultas Pascasarjana Program Studi Teknologi Biomedis Universitas Indonesia Anggaran Penelitian : Rp. 9.645.000,-. ( Sembilan Juta Enam Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah ) Email: [email protected] Pendahuluan MRI Magnetic resonance imaging yang selanjutnya disebut MRI merupakan salah satu kemajuan teknologi peralatan kesehatan yang saat ini berkembang pesat baik dari sisi teknologi maupun tingkat pemanfaatannya di rumah sakit. Salah satu keunggulan MRI dibanding alat canggih sejenis adalah tidak mengandung radiasi pengion. Perkembangan teknologi MRI berkembang begitu pesat sejak dikembangkannya teknologi MRI dengan magnet superkonduktor. Teknologi magnet superkonduktor yang saat ini digunakan berkisar antara 0.3T hingga 7T. Perkembangan pemanfaatan MRI di Indonesia juga tidak kalah pesat. Populasi pemanfaatan MRI terbanyak berdasarkan buku Direktori Rumah Sakit Seluruh Indonesia Edisi 2013, berada di provinsi DKI Jakarta yaitu sekitar 25 rumah sakit dengan variasi teknologi superkonduktor dari 0.3T sampai dengan 3T. Teknologi magnet superkonduktor yang saat ini terbanyak digunakan adalah jenis magnet superkonduktor kekuatan 1.5T . Perkembangan teknologi yang berkembang pesat tidak serta merta menjadikan alat ini bebas dari potensi bahaya. Anggapan “MRI aman” karena tidak mengandung radiasi pengion perlu diluruskan. Isu-isu keselamatan terkait medan magnet, medan magnet gradien, frekuensi radio (RF) dan zat cryogenic serta terjadinya kondisi darurat (kebakaran, banjir) harus dipertimbangkan dan menjadi perhatian karena bahaya tersebut berpotensi menyebabkan cedera hingga kematian seketika bila terjadi kesalahan dalam prosedurnya. (FDA,2008). Berdasarkan hal tersebut penerapan aspek keselamatan di lingkungan MRI dan evaluasi terhadap pelaksanaannya mendesak untuk dilaksanakan. Evaluasi dan umpan balik penerapan keselamatan MRI di Indonesia belum dikelola dengan baik mengingat belum adanya lembaga resmi yang berfungsi sebagai regulator dan pengawas layaknya Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan Food Drug Administration (FDA) di Amerika. Tujuan Penelitian

description

MRI Ext Abstract

Transcript of MRI Ext Abstract

Page 1: MRI Ext Abstract

1

Penilaian Penerapan Keselamatan Lingkungan Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Studi Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Ernia SusanaInstitusi : Fakultas Pascasarjana Program Studi Teknologi Biomedis Universitas

IndonesiaAnggaran Penelitian : Rp. 9.645.000,-. ( Sembilan Juta Enam Ratus Empat Puluh Lima Ribu

Rupiah )Email: [email protected]

Pendahuluan

MRI Magnetic resonance imaging yang selanjutnya disebut MRI merupakan salah satu kemajuan teknologi peralatan kesehatan yang saat ini berkembang pesat baik dari sisi teknologi maupun tingkat pemanfaatannya di rumah sakit. Salah satu keunggulan MRI dibanding alat canggih sejenis adalah tidak mengandung radiasi pengion.

Perkembangan teknologi MRI berkembang begitu pesat sejak dikembangkannya teknologi MRI dengan magnet superkonduktor. Teknologi magnet superkonduktor yang saat ini digunakan berkisar antara 0.3T hingga 7T. Perkembangan pemanfaatan MRI di Indonesia juga tidak kalah pesat. Populasi pemanfaatan MRI terbanyak berdasarkan buku Direktori Rumah Sakit Seluruh Indonesia Edisi 2013, berada di provinsi DKI Jakarta yaitu sekitar 25 rumah sakit dengan variasi teknologi superkonduktor dari 0.3T sampai dengan 3T. Teknologi magnet superkonduktor yang saat ini terbanyak digunakan adalah jenis magnet superkonduktor kekuatan 1.5T .

Perkembangan teknologi yang berkembang pesat tidak serta merta menjadikan alat ini bebas dari potensi bahaya. Anggapan “MRI aman” karena tidak mengandung radiasi pengion perlu diluruskan. Isu-isu keselamatan terkait medan magnet, medan magnet gradien, frekuensi radio (RF) dan zat cryogenic serta terjadinya kondisi darurat (kebakaran, banjir) harus dipertimbangkan dan menjadi perhatian karena bahaya tersebut berpotensi menyebabkan cedera hingga kematian seketika bila terjadi kesalahan dalam prosedurnya. (FDA,2008). Berdasarkan hal tersebut penerapan aspek keselamatan di lingkungan MRI dan evaluasi terhadap pelaksanaannya mendesak untuk dilaksanakan.

Evaluasi dan umpan balik penerapan keselamatan MRI di Indonesia belum dikelola dengan baik mengingat belum adanya lembaga resmi yang berfungsi sebagai regulator dan pengawas layaknya Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan Food Drug Administration (FDA) di Amerika.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait penerapan aspek keselamatan MRI yang telah dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil studi kasus pada 5 (lima) rumah sakit di wilayah DKI Jakarta. Tujuan penelian ini adalah adalah menilai sejauh mana standar keselamatan lingkungan MRI khususnya pada MRI 1.5T diterapkan di 5 (lima) RS wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan pedoman American College Of Radiology yang selanjutnya disebut ACR.

Dimungkinkan bila penelitian ini adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia, karena penelitian sebelumnya di Indonesia lebih banyak membahas terkait kualitas citra dan aplikasi klinis. Penelitian ini tidak hanya berupa studi literatur tentang aspek keselamatan lingkungan tetapi juga meneliti sejauh mana standar ACR diadopsi dalam penerapan aspek keselamatan lingkungan MRI.

Standar keselamatan yang dapat diterapkan di MRI, variasinya begitu banyak. Pemilihan standar ACR sebagai acuan dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa standar ini adalah yang direkomendasikan oleh Food Drug Assosciation (FDA) pada FDA MRI Safety Public Workshop, 25-26 Oktober 2011 dengan judul “ General MR Safety”.

Di Indonesia sendiri standar pelayanan MRI diatur dalam KMK RI No. 1114/MENKES/SK/XI/2008 yang telah diperbaharui pada Kepmenkes RI No. 410/MENKES/SK/III/2010 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan. Regulasi tersebut tidak menyatakan secara jelas,

Page 2: MRI Ext Abstract

2

standar yang harus diadopsi dan hanya menjelaskan garis besar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sarana pelayanan kesehatan dalam pelayanan MRI maupun pelayanan radiodiagnostik lainnya.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain bagi penulis adalah dapat mengaplikasikan langsung pengetahuannya terkait aspek keselamatan lingkungan MRI sedangkan untuk rumah sakit adalah dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas penerapan keselamatan lingkungan MRI dan dapat dijadikan umpan balik dalam mendukung program akreditasi rumah sakit baik yang dilaksanakan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) maupun joint commission International (JCI). Selain itu hal ini dapat dijadikan langkah penjajakan kesiapan rumah sakit di Indonesia untuk mengikuti MRI accreditation yang diselenggarakan oleh organisasi ACR.

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data meliputi: observasi nonpartisipan , pertanyaan terstruktur, kuesioner tertutup, wawancara terstruktur, dokumentasi data primer dan sekunder serta pengukuran dengan menggunakan phantom. Populasi dalam penelitian ini adalah data jumlah rumah sakit di wilayah DKI Jakarta yang telah memiliki MRI 1.5T dengan besaran sample sebanyak 5 rumah sakit dengan klasifikasi A atau setara.

Teknik pengolahan data meliputi kegiatan : editing, coding (Pengkodean), pemberian skor atau nilai, serta tabulasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif persentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada penelitian yaitu keterkaitan antara variable bebas dan variable terikat.

Waktu, Tempat dan Biaya Penelitian

Pelaksanaan penelitian kurang lebih dilakukan dalam waktu : 4 bulan, bertempat di 5 ( lima ) rumah sakit yang saat ini sedang dalam proses konfirmasi . Perkiraan biaya untuk pelaksanaan penelitian ini adalah : Rp. 9.645.000,-. ( sembilan juta enam ratus empat puluh lima ribu rupiah ).

Kesimpulan

Berawal dari anggapan “ MRI aman “ terkait fakta bahwa MRI tidak mengandung radiasi pengion adalah hal yang menjadi ide dasar dari penelitian ini. Standar dan prosedur keamanan telah banyak dibuat untuk tujuan meminimalisir terjadinya potensi bahaya yang tidak diinginkan di lingkungan MRI. Fakta di lapangan menyatakan bahwa potensi bahaya MRI dapat menyebabkan cedera dan kematian seketika bila terjadi insiden.. Berdasarkan hal tersebut diperlukan penilaian terhadap penerapan aspek keselamatan lingkungan pada rumah sakit yang memanfaatkan pelayanan MRI. Penelitian ini mengambil sampel 5 (lima) rumah sakit di wilayah DKI Jakarta dengan metode deskriptip kuantitatif. Standar keselamatan yang dipilih adalah standar ACR dengan pertimbangan bahwa standar ini adalah yang direkomendasikan oleh Food Drug Assosciation (FDA) pada FDA MRI Safety Public Workshop, 2011.

Referensi

Brown, Semelka. 2003. MRI Basic Principles And Applications. Third Edition, Jhon Wiley and Sons Inc. Canada

Liney. Brown, Semelka. 2010. MRI from A to Z A definitive guide for Medical Professional. 2nd edition. Springer. New York

Aston. 2005. Medical Imaging Equipment Theory. 2nd edition. ABC Engineering Research. Pennsylvania, USA

ACR Guidance Document On MR Safe Practices 2013. Journal of Magnetic Resonance Imaging 2013, Vol. 37, Issue 3. ( www.onlinelibrary.wiley.com)

Shellock, Spinazzi. 2008. MRI Safety Update 2008 : Part 2, Screening Patients for MRI. The Practice of Radiology Review. American Rontgent Ray Society

Schenck. 2000. Safety of Strong, Static Magnetic Fields. Journal Magnetic Resonance Imaging.2000 Wiley-Liss, Inc

Hoong, Ahmad, Nizam, Abdullah. 2003. Magnetic Resonance Imaging : Health Effect and Safety. Procceding of The International Conference Non Ionizing Radiation at UNITEN. Malaysia.

Kata kunci : MRI, aspek keselamatan, potensi bahaya, medan magnet, Radio frekuensi, zat cyrogenik dan ACR

Page 3: MRI Ext Abstract

3

Page 4: MRI Ext Abstract

4

-