MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

26
297 MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Sudarti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail: [email protected] Nazaruddin Malik Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail: [email protected] Sutikno Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo E-mail: [email protected] Abstract The research objective is to measure the economic performance and financial independence of the respective districts or cities in East Java Province. To measure it , the author used physical and non physica abilitie, economic and business sector growth , area quality of growth, and financial independence. The benefit is to contribute the development of alternative models of economic performance measurement and financial independence for Regency/City, the form of software measurement of economic performance and financial independence of the Regency/City , and to provide recommendations and references for policy makers in strategic policy arrangement for a local community. Keywords: Economic performance, financial independence, and East Java Proses otonomi daerah telah membawa kabupaten/kota untuk menata kembali potensi daerah yang selama ini belum tertata secara efektif. Secara sosial-ekonomi masyarakat kabupaten/kota perlu penataan dan peningkatkan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan nilai tambah pengembangan kegiatan produktif lainnya, terutama untuk mendukung peningkatan potensi dan daya saing daerah. Sejalan dengan upaya di atas Pemerintah Daerah Propinsi perlu melakukan kajian pengembangan wilayahnya sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang bersifat jangka menengah. Dukungan ini dilakukan dengan cara menggali lebih dalam potensi dan daya saing yang dimiliki setiap daerah Click to BUY NOW! P D F - X C h a n g e Ed i t o r tr a ck e r - s o ft w a r e . c o m Click to BUY NOW! P D F - X C h a n g e Ed i t o r tr a ck e r - s o ft w a r e . c o m

Transcript of MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Page 1: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

297

MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN

KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Sudarti

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang

E-mail: [email protected]

Nazaruddin Malik

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang

E-mail: [email protected]

Sutikno

Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo

E-mail: [email protected]

Abstract

The research objective is to measure the economic performance and

financial independence of the respective districts or cities in East Java Province.

To measure it , the author used physical and non physica abilitie, economic and

business sector growth , area quality of growth, and financial independence. The

benefit is to contribute the development of alternative models of economic

performance measurement and financial independence for Regency/City, the form

of software measurement of economic performance and financial independence of

the Regency/City , and to provide recommendations and references for policy

makers in strategic policy arrangement for a local community.

Keywords: Economic performance, financial independence, and East Java

Proses otonomi daerah telah

membawa kabupaten/kota untuk

menata kembali potensi daerah yang

selama ini belum tertata secara efektif.

Secara sosial-ekonomi masyarakat

kabupaten/kota perlu penataan dan

peningkatkan dalam mempertahankan

pertumbuhan ekonomi, perluasan

kesempatan kerja, dan peningkatan

nilai tambah pengembangan kegiatan

produktif lainnya, terutama untuk

mendukung peningkatan potensi dan

daya saing daerah.

Sejalan dengan upaya di atas

Pemerintah Daerah Propinsi perlu

melakukan kajian pengembangan

wilayahnya sebagai salah satu upaya

untuk mendukung pemulihan ekonomi

yang bersifat jangka menengah.

Dukungan ini dilakukan dengan cara

menggali lebih dalam potensi dan daya

saing yang dimiliki setiap daerah

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 2: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

298

kabupaten/kota yang ada diwilayahnya, agar Pemerintah DaerahPropinsi dapat menginfomasikan danmenjual potensi dan daya saingwilayahnya kepada dunia usaha danmasyarakat.

Dalam hal ini, PemerintahDaerah Propinsi harus menempuhlangkah-langkah untuk menumbuh-kembangkan potensi dan daya saingdaerahnya, khususnya pusat-pusatkegiatan produksi masyarakat yangdianggap cukup strategis yang ada dimasing-masing kabupaten/kota.Adapun sentra-sentra produksi yangakan ditumbuh-kembangkan adalahsentra produksi potensial, pusatproduksi yang telah mendapatdukungan investasi dan memilikiperanan cukup besar di dalammendukung produksi dalam jangkapendek, dan pusat kegiatan produksiyang memiliki peran sosial-ekonomimencakup kawasan antar kabupatenatau kota.

Salah satu upaya untukmempercepat pertumbuhan danperataan pembangunan di PropinsiJawa Timur dapat ditempuh denganmengintensifkan pengembangan setiapdaerah kabupaten/kota yang ada diwilayah Propinsi Jawa Timur. Untukmaksud tersebut, Pemerintah DaerahPropinsi Jawa Timur perlu menyusunrencana pengembangan daerah dengancara mengidentifikasi peta potensi dandaya saing masing-masingkabupaten/kota yang ada diwilayahnya. Peta potensi dn daya saingtersebut disamping bermanfaat sebagaiacuan investasi oleh pemerintahmaupun swasta, dapat pula digunakansebagai upaya menginfor-masikanpotensi daerah dan peluangpengembangannya.

Dalam jangka pendek, upayaini diharapkan dapat mendorongpeningkatan investasi (foreign directinvestment) pihak luar, sedangkandalam jangka panjang dapatmendorong perkembangan setiapkabupaten/kota yang ada di wilayahPropinsi Jawa Timur dalam rangkamempercepat pemulihan perekonomiandaerah dan nasional. Hal ini tentunyaberkaitan dengan peningkatan dayasaing global dan daya saing daerahpada khususnya.

Berdasarkan hal tersebut, makapenelitian ini bertujuan untukmengukur kinerja daya saing daerahkabupaten/kota di Propinsi JawaTimur, mengukur kinerja potensiekonomi daerah kabupaten/kota diPropinsi Jawa Timur, mengukurkinerja kemandirian keuangan daerahkabupaten/kota di Propinsi JawaTimur, dan merumuskan modelpengukuran kinerja ekonomi dankemandirian daerah kabupaten/kota.

Tinjauan Pustaka

Daya saing menurut pernyataanBank Dunia, “daya saing mengacukepada besaran serta laju perubahannilai tambah per unit input yangdicapai oleh perusahaan”. SedangkanMichael Porter (1990) menyatakanbahwa konsep daya saing yang dapatditerapkan pada level nasional tak lainadalah “produktivitas” yangdidefinisikannya sebagai nilai outputyang dihasilkan oleh seorang tenagakerja. Akan tetapi, baik Bang Dunia,Porter, serta literatur-literatur terkinimengenai daya saing nasionalmemandang bahwa daya saing tidaksecara sempit yang hanya mencakupsebatas tingkat efisiensi suatuperusahaan. Daya saing mencakup

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 3: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

299

aspek yang lebih luas, tidak hanyapada level mikro perusahaan, tetapjuga mencakup aspek di luarperusahaan seperti iklim berusaha(business environment) yang jelas-jelas diluar kendali suatu perusahaan.Aspek-aspek tersebut dapat bersifatfirm-specific, region-specific, dancountry-specific (PPSK-BI, 2001).

World Economic Forum(WEF), suatu lembaga yang secararutin menerbitkan “GlobalCompetitiveness Report”,mendefinisikan daya saing nasionalsebagai “kemampuan perekonomiannasional untuk mencapai pertumbuhanekonomi yang tinggi danberkelanjutan” . Fokusnya kemudianadalah pada kebijakan-kebijakan yangtepat, institusi-institusi yang sesuai,serta karakteristik-karakteristikekonomi lain yang mendukungterwujudnya pertumbuhan ekonomiyang tinggi dan berkelanjutan tersebut.

Lembaga lain yang dikenal luasdalam mendifinisikan daya saingnasional adalah Institute ofManagement Development (IMD)dengan publikasinya “WorldCompetitiveness Yearbook”. Secaralengkap dan relatif lebih formal IMDmendefinisikan daya saing nasionalsebagai “kemampuan suatu negaradalam menciptakan nilai tambahdalam rangka menambah kekayaannasional dengan cara mengelola asetdan proses, daya tarik dan agresivitas,globality dan proximity, serta denganmengintegrasikan hubungan-hubungantersebut kedalam suatu model ekonomidan sosial”. Dengan kata lain, dayasaing nasional adalah suatu konsepyang mengukur dan membandingkanseberapa baik suatu negara dalammenyediakan suatu iklim tertentu yang

kondusif untuk mempertahankan dayasaing domestik maupun global kepadaperusahaan-perusahaan yang berada diwilayahnya.

Keragaman difinisi di atas, sulitrasanya menemukan keseragamandefinisi yang sempurna mengenai dayasaing. Setidaknya, walau dengandefinisi yang tidak begitu seragam,hampir semua ahli mempunyaikesamaan pendapat tentang apa sajayang harus dilakukan dalam rangkameningkatkan daya saing (Sachs dkk,2000). Dengan demikian, definisi yangpasti dan disepakati semua pihak tidaklagi menjadi syarat mutlak dalamrangka mengetahui faktor-faktor apasaja yang menentukan daya saing suatunegera (PPSK-BI, 2001).

Sedangkan konsep daya saingdaerah terdapat beberapa literatur yangsecara eksplisit dan spesifik melakukanstudi tentang daya saing daerah, yaitudaya saing suatu wilayah di dalamsuatu negara (regions atau sub-region),lebih sulit ditemukan dibandingkandengan publikasi mengenai daya saingnegera (PPSK-BI, 2001). Duadiantaranya dilakukan olehDepartemen Perdagangan dan IndustriInggris (UK-DTI) yang menerbitkan”Regional competitivenessIndicators”, serta Centre for Urbanand Regional Studies (CURDS),Inggris, dengan publikasinya ”TheCompetitiveness Project: 1998Regional Benchmarking Report”.

Menurut UK-DTI definisi dayasaing daerah adalah kemampuan suatudaerah dalam menghasilkanpendapatan dan kesempatan kerja yangtinggi dengan tetap terbuka terhadappersaingan domestik maupuninternasional. Sementara itu CURDS

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 4: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

300

mendefinisikan daya saing daerahsebagai kemampuan sektor bisnis atauperusahaan pada suatu daerah dalammenghasilkan pendapatan yang tinggiserta tingkat kekayaan yang lebihmerata untuk penduduknya.

Melihat definisi di atas danmengacu pada definisi daya saingnasional yan telah dibahas pada bagiansebelumnya, terdapat persamaan yangesensial. Hal yang membendakankedua pendefinisian di atas hanyaterpusat pada cakupan wilayah, dimanayang pertama adalah negara sementarayang terakhir adalah daerah. Dalamberbagai pembahasan tentang dayasaing nasional pun, baik secara ekplisitmaupun implisit, terangkum relevansipengadopsian konsep daya saingnasional kedalam konsep daya saingdaerah (PPSk-BI, 2000).

Walaupun dilihat darisubstansinya pengadopsian konsepdaya saing nasional ke dalam konsepdaya saing daerah adalah relevan,namun dalam prakteknya beberapapenyesuaian perlu untuk dilakukan.Kompetisi ekonomi antar negara yangberdaulat tentu tidak mutlak samadengan kompetisi antar daerah dalamsuatu negara.

Dari pembahasan tentangberbagai konsep dan definisi tentangdaya saing suatu negara atau daerahsebagai mana diuraikan di atas, dapatdiambil satu kesimpulan bahwa dalammendefinisikan daya saing perludiperhatikan beberapa hal sebagaiberikut (PPSK-BI, 2001): (1) Dayasaing mencakup aspek yang lebih luasdari sekedar produktivitas atauefisiensi pada level mikro. Hal inimenmungkinkan kita lebih memilihmendefinisikan daya saing sebagai

“kemampuan suatu perekonomian”

daripada “kemampuan sektor swastaatau perusahaan”; (2) Pelaku ekonomi(ecomic agent) bukan hanyaperusahaan, akan tetapi juga rumahtangga, pemerintah, dan lain-lain.Semua terpadu dalam suatu sistemekonomi yang sinergis. Tanpamemungkiri peran besar sektor swastaperusahaan dalam perekonomian,fokus perhatian tidak hanya pada itusaja. Hal ini diupayakan dalam rangkamenjaga luasnya cakupan konsep dayasaing; (3) Tujuan dan hasil akhir darimeningkatkan daya saing suatuperekonomian tak lain adalahmeningkatkan tingkat kesejahteraanpenduduk di dalam perekonomiantersebut. Kesejateraan (level of living)adalah konsep yang maha luas yangpasti tidak hanya tergambarkan dalamsebuah besaran variabel sepertipertumnuhan ekonomi. Pertumbuhanekonomi hanya satu aspek daripembangunan ekonomi dalam rangkapeningkatan standar kehidupanmasyarakat; (4) Kata kunci dari konsepdaya saing adalah “kompetisi”.

Disinilah peran keterbukaan terhadapkompetisi dengan para kompetitormenjadi relevan. Kata “daya saing”

menjadi kehilangan maknanya padasuatu perekonomian yang tertutup.

Metode Penelitian

Penelitian ini mempunyaitujuan utama untuk mengukur kinerjaekonomi dan kemandirian keuangandaerah masing-masing kabupaten/kotayang berada dalam wilayah adminstatifPropinsi Jawa Timur yang terdiri dari29 Kabupaten dan 9 Kota.

Untuk mengukur kinerjaekonomi dan kemandirian keuangandaerah kabupaten/kota, digunakan lima

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 5: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

301

pendekatan, yaitu: fasilitas fisik, nonfisik, sektor usaha ekonomi, kualitaspertumbuhan, serta kemandiriankeuangan.

Alat analisis yang digunakandalam penelitian ini meliputi: (1)Neraca Daya Saing; (2) Scalogram; (3)Locationt Quatient (LQ); (4) RasioPertumbuhan; (5) Tipologi Klassen; (6)Indeks Williamson; (7) Entropi Theal;dan (8) Indeks Desentralisasi Fikal.

Hasil Penelitian danPembahasan

Sektor primer yang mencakupsektor pertanian, sektor pertambangandan Galian. Sektor ini memberikankontribusi terendah yaitu sebesar18.95%, peran sektor ini didominasisektor pertanian yang memberikankontribusi rata-rata sebesar 16.90%.

Sektor Tertier yang terdiri daridari sektor Perdagangan, Hotel, danRestoran; Sektor Pengangkutan danKomunikasi, Sektor Keuangan,Persewaan Bangunan dan JasaPerusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa.Sektor ini memberikan kontribusiterbesar terhadap PDRB Propinsi JawaTimur yaitu sebesar 49.40%. Peransektor ini didominasi sektorPerdagangan, Hotel & Restoran yangmemberikan kontribusi sebesar30.45%.

Berdasarkan hasil analisisstruktur ekonomi masing-masingdaerah menunjukkan bahwa ada 25daerah yang aktivitas ekonominyadidominasi oleh kontribusi sektor

tertier yaitu: Ponorogo, Trenggalek,Tulungagung, Kediri, Malang,Lumajang, Situbondo, Probolinggo,Pasuruan, Mojokerto, Jombang,Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi,Bojonegoro, Lamongan, Bangkalan,Kota Blitar, Kota Malang, KotaProbolinggo, Kota Pasuruan, KotaMojokerto, Kota Madiun, KotaSurabaya, dan Kota Batu.

Sedangkan daerah yangaktivitas ekonominya didominasisektor primer ada 9 daerah yaitu:Pacitan, Blitar, Jember, Banyuwangi,Bondowoso, Tuban, Sampang,Pamekasan, dan Sumenep. Sementaradaerah yang mempunyai aktivitasekonominya yang dominan sektorsekunder adalah daerah kabupaten:Sidoarjo, Gresik, dan Kota Kediri

Pengukuran potensi ekonomidapat dihitung melalui SektorUnggulan dan Sektor Potensi masing-masing Kabupaten/Kota. SektorUnggulan pada Kabupaten/Kota-Kabupaten/Kota di Propinsi JawaTimur dapat diketahui denganmenggunakan analisis LocationQuotient (LQ). Analisis LQ digunakanuntuk mengetahui sektor-sektor apasaja yang termasuk dalam sektorunggulan. Sektor unggulan merupakansektor-sektor yang mempunyai peranankuat di suatu daerah bila dibandingkandengan peranan sektor yang sama didaerah lain. Sektor ekonomi dikatakankuat apabila sektor tersebut tidakhanya melayani pasar di daerahnyasendiri, tetapi juga mampu melayanipasar di daerah lain.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 6: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

302

Tabel 1. PDRB Propinsi Jawa Timur dan Kontribusi Masing-Masing Sektor Tahun2006-2007

No Sektor/Sub-sektorPDRB Jawa Timur Kontribusi Masing-Masing

Sektor

2006 2007 2006 2007 Rata-rata

1 Pertanian 46,486,277.60 47,942,973.38 17.14 16.66 16.90

2 Pertambangan & Penggalian 5,455,159.57 6,024,793.19 2.01 2.09 2.05

PRIMER 51,941,437.17 53,967,766.57 19.15 18.75 18.95

3 Industri Pengolahan 72,786,972.17 76,163,917.97 26.83 26.46 26.65

4 Listrik & Air Bersih 4,610,041.67 5,154,634.88 1.70 1.79 1.75

5 Bangunan 9,030,294.53 9,139,600.65 3.33 3.18 3.25

SEKUNDER 86,427,308.37 90,458,153.50 31.86 31.43 31.65

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 81,715,963.35 88,570,614.49 30.13 30.77 30.45

7 Pengangkutan & Komunikasi 15,504,939.79 16,710,214.85 5.72 5.81 5.76

8 Keu., Persewaan, & Jasa Perusah. 13,611,228.97 14,763,619.88 5.02 5.13 5.07

9 Jasa-Jasa 22,048,439.04 23,343,814.62 8.13 8.11 8.12

TERTIER 132,880,571.15 143,388,263.84 48.99 49.82 49.40

Produk Domestik Regional Bruto 271,249,316.69 287,814,183.91 100,00 100,00Sumber: Jawa Timur dalam Angka, 2008

Dari hasil analisis LQ dapatdiketahui suatu sektor dikatakan sektorunggulan atau bukan, ditentukandengan kreteria sebagai berikut; sektor-sektor yang mempunyai angka LQ > 1termasuk sektor unggulan, sedangkanbila angka LQ < 1 bukan termasuksektor unggulan. Berdasarkan hasilanalisis LQ dapat diketahui bahwadaerah yang mempunyai kinerja palingbaik adalah Kota Pasuruan, KotaMojokerto dan Kota Surabaya, daerahtersebut mempunyai sektor unggulanpaling banyak.

Kota Pasuruan memiliki 6sektor unggulan, yaitu: 1. Listrik danAir Bersih; 2. Bangunan/Konstruksi; 3.Perdagangan, Hotel dan Restoran; 4.Pengangkutan dan Komunikasi; 5.Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan; serta 6. Jasa-jasa. Danmemiliki 14 subsektor unggulan, yaitu:

1. Barang dari Kayu dan Hasil HutanLainnya; 2. Alat Angkutan, Mesin danPeralatan; 3. Listrik; 4. Air Bersih; 5.Perdagangan; 6. Angkutan Rel; 7.Angkutan Jalan Raya; 8. Bank; 9.Lembaga Keuangan Bukan Bank; 10.Sewa Bangunan; 11. PemerintahanUmum; 12. Jasa SosialKemasyarakatan; 13. Jasa Hiburan danKebudayaan; serta 14. Jasa Perorangandan Rumah Tangga.

Kota Mojokerto memiliki 6sektor unggulan, yaitu: 1. Listrik danAir Bersih; 2. Bangunan/Konstruksi; 3.Perdagangan, Hotel dan Restoran; 4.Pengangkutan dan Komunikasi; 5.Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan; serta 6. Jasa-jasa. Danmemiliki 13 subsektor unggulan, yaitu:1. Tekstil, Barang dari Kulit dan AlasKaki; 2. Barang Lain; 3. Listrik; 4.Perdagangan; 5. Restoran; 6. Angkutan

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 7: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

303

Jalan Raya,; 7. Bank; 8. LembagaKeuangan Bukan Bank; 9. SewaBangunan; 10. Pemerintahan Umum;11. Jasa Sosial Kemasyarakatan; 12.Jasa Hiburan dan Kebudayaan; serta13. Jasa Perorangan dan RumahTangga.

Kota Surabaya memiliki 6sektor unggulan, yaitu: 1. IndustriPengolahan; 2. Listrik dan Air Bersih;3. Bangunan/Konstruksi; 4.Perdagangan, Hotel dan Restoran; 5.Pengangkutan dan Komunikasi; serta6. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan. Dan memiliki 13subsektor unggulan, yaitu: 1. Makanan,Minuman dan Tembakau; 2. LogamDasar dan Besi dan Baja; 3. BarangLainnya; 4. Listrik; 5. Gas Kota; 6. AirBersih; 7. Hotel; 8. Restoran; 9.Angkutan Laut; 10. Jasa PenunjangAngkutan; 11. Bank; 12. JasaPerusahaan; serta 13. Jasa Perorangandan Rumah Tangga.

Adapun untuk mengetahuiSektor Potensi yang ada padaKabupaten/Kota di Propinsi JawaTimur dapat dilakukan denganmembandingkan pertumbuhanekonomi yang terjadi diKabupaten/Kota dengan pertumbuhanekonomi yang terjadi pada PropinsiJawa Timur. Apabila pertumbuhanekonomi pada Kabupaten/Kota lebihbesar daripada pertumbuhan ekonomipada kabupaten, maka sektor tersebutmasuk dalam kategori sektor Potensi.Berdasarakan jumlah sektor potensiyang dimiliki masing-masingKabupaten/Kota di Propinsi JawaTimur, daerah yang mempunyaikinerja paling bagus adalah daerahKabupaten Bojonegoro, daerahtersebut mempunyai sektor potensisebanyak 8 sektor.

Kabupaten Bojonegoromerupakan kabupaten yang memilikisektor potensi yang paling banyakyaitu 8 sektor yaitu: 1. Pertanian; 2.Pertambangan dan Penggalian; 3.Industri Pengolahan; 4.Bangunan/Konstruksi; 5. Perdagangan,Hotel dan Restoran; 6. Pengangkutandan Komunikasi; 7. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta8. Jasa-jasa. Dan memiliki 32subsektor potensi yaitu: 1. TanamanBahan Makanan; 2. TanamanPerkebunan; 3. Kehutanan; 4.Perikanan; 5. Pertambangan Migas; 6.Penggalian; 7. Makanan, Minuman danTembakau; 8. Tekstil, Barang dariKulit dan Alas Kaki; 9. Barang dariKayu dan Hasil Hutan Lainnya; 10.Kertas dan Barang Cetakan; 11. PupukKimia dan Barang dari Karet; 12.Semen dan Barang Galian BukanLogam; 13. Alat Angkutan, Mesin danPeralatan; 14. Listrik; 15. Air Bersih;16. Perdagangan; 17. Hotel; 18.Restoran; 19. Angkutan Rel; 20.Angkutan Jalan Raya; 21. JasaPenunjang Angkutan; 22. Pos danTelekomunikasi; 23. Jasa PenunjangTelekomunikasi; 24. Bank; 25.Lembaga Keuangan Bukan Bank; 26.Jasa Penunjang Keuangan; 27. SewaBangunan; 28. Jasa Perusahaan; 29.Pemerintahan Umum; 30. Jasa SosialKemasyarakatan; 31. Jasa Hiburan danKebudayaan; serta 32. Jasa Perorangandan Rumah Tangga.

Berikutnya dilakukankombinasi antara Sektor Unggulan danSektor Potensi. Kombinasi SektorUnggulan dengan Sektor Potensibertujuan untuk menentukan sektor dansub sektor unggulan dan jugamempunyai tingkat potensi tinggi biladibandingkan dengan wialayah-

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 8: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

304

wilayah lainnya. Berdasarkankombinasi di atas, sektor dan subsektor di masing-masingKabupaten/Kota dapat diklasifikasikanmenjadi empat yaitu: K1 (SektorUnggulan dan Sektor Potensi), K2(Bukan Sektor Unggulan, tapi SektorPotensi), K3 (Sektor Unggulan, tapiBukan Sektor Potensi), K4 (BukanSektor Unggulan dan Bukan SektorPotensi)

Berdasarkan keempat klasifi-kasi sektor dan sub sektor tersebut, tipeK1 merupakan klasifikasi sektor dansub sektor terbaik, karena disampingmerupakan sektor unggulan, sektor dansub sektor tersebut juga memilikipotensi bila dibandingkan dengansektor dan sub sektor yang sama didaerah lain. Klasifikasi tipe K1sebaiknya menjadi prioritas utamadalam pengembangannya, agar dalamjangka panjang dapat lebih memacupertumbuhan sektor dan sub sektorlainnya. Berdasarkan kreteria sektorpotensi, daerah yang mempunyaikinerja paling baik adalah Kotamojokerto dan Kabupaten Pacitan.

Kabupaten Pacitan mempunyaisektor dengan kreteria K1 sebanyakemapt sektor yaitu: 1. Pertanian; 2.Bangunan/Konstruksi; 3. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 4.Jasa-jasa. Sementara itu, terdapat 4subsektor di kabupaten Pacitan yangtermasuk K1, yaitu: 1. Peternakan; 2.Kehutanan; 3. Pemerintahan Umum;dan 4. Jasa Hiburan dan Kebudayaan.

Sedangkan di Kota Mojokertoterdapat empat sektor yang termasukK1 yaitu: 1. Bangunan/Konstruksi; 2.pengangkutan dan komunikasi; 3.keuangan, persewaan dan jasaperusahaan; 4. Jasa-jasa. Sementara

itu, terdapat 4 subsektor di KotaMojokerto yang termasuk K1, yaitu: 1.Listrik; 2. lembaga keuangan bukanbank; 3. pemerintahan umum; 4. jasahiburan dan kebudayaan.

Pengklasifikasian daerahdigunakan juga analisis TipologiKlassen yang menggunakan duaindikator utama, yaitu pertumbuhanekonomi dan pendapatan atau produkdomestik regional bruto per kapitadaerah. Dengan menentukan rata-ratapertumbuhan ekonomi sebagai sumbuvertikal dan rata-rata produk domestikregional bruto (PDRB) per kapitasebagai sumbu horisontal, daerahdalam hal ini Kabupaten/Kota yangdiamati dapat dibagi menjadi empatklasifikasi/golongan, yaitu:daerah/Kabupaten/Kota yang cepatmaju dan cepat tumbuh (high growthand high income), daerah/Kabu-paten/Kota maju tapi tertekan (highincome but low growth),daerah/Kabupaten/Kota yangberkembang cepat (high growth butlow income), dandaerah/Kabupaten/Kota yang relatiftertinggal (low growth and lowincome).

Dengan Tipologi Klassen,Kabupaten/Kota yang ada di PropinsiJawa Timur dapat diklasifikasi menjadiempat pola pertumbuhan (lihat gambar1) yaitu: Sidoarjo, Gresik, KotaMalang, Kota Probolinggo, KotaMojokerto, dan Kota Surabayamerupakan daerah dengan polapertumbuhan wilayah “Cepat Maju danCepat Tumbuh”, dimana pada

umumnya wilayah ini maju baik darisegi pembangunan atau kecepatanpertumbuhan. Kabupaten/Kota yangtermasuk kategori Cepat Maju danCepat Tumbuh mempunyai pola

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 9: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

305

pertumbuhan; pendapatan per kapitadan laju pertumbuhan ekonomiKabupaten/Kota lebih besar dariPendapatan per Kapita Propinsi danlaju pertumbuhan ekonomi Propinsi.Untuk Kota Kediri merupakan Kotayang tergolong daerah berkembangcepat. Ciri daerah mempunyaiklasifikasi ini adalah daerah yangpertumbuhannya cepat namunpendapat per kapitanya masih dibawahpendapatan per kapita Propinsi JawaTimur.

Sedangkan Tulungagung, Blitar,Malang, Lumajang, Pasuruan,Mojokerto, Jombang, Nganjuk,Bojonegoro, Kota Blitar, KotaPasuruan, Kota Madiun, dan Kota Batutergolong pada pola pertumbuhanwilayah “Maju Tapi Tertekan”.

Kabupaten/Kota ini adalahKabupaten/Kota yang relatif majutetapi dalam beberapa tahunmengalami pertumbuhan yang relatifkecil, akibat tertekannya kegiatanutama Kabupaten/Kota yangbersangkutan. Pola pertumbuhan dariKabupaten/Kota ini yaitu; pendapatanper kapita Kabupaten/Kota lebih besardari pendapatan per kapita Propinsidan laju pertumbuhan ekonomiKabupaten/Kota lebih kecil dari lajupertumbuhan ekonomi Propinsi.

Kabupaten Pacitan, Ponorogo,Trenggalek, Kediri, Jember,Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo,Probolinggo, Madiun, Magetan,

Ngawi, Tuban, Lamongan, Bangkalan,Sampang, Pamekasan, dan Sumeneptergolong pada pola pertumbuhanwilayah “Relatif Tertinggal”.

Kabupaten/Kota yang termasuk dalamkategori ini adalah Kabupaten/Kotayang secara ekonomis sangattertinggal, baik dari segi pertumbuhanekonomi maupun pendapatan perkapita. Dengan kata lain,Kabupaten/Kota dalam kategori iniadalah Kabupaten/Kota yang palingburuk keadaannya dibandingkanKabupaten/Kota lain di Propinsi JawaTimur. Kabupaten/Kota yang termasukkategori Relatif Tertinggal mempunyaipola pertumbuhan; pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan ekonomiKabupaten/Kota lebih kecil daripendapatan per kapita dan lajupertumbuhan ekonomi propinsi.

Besar kecilnya ketimpanganPDRB per kapita antar-Kabupaten/Kota memberikangambaran tentang kondisi danperkembangan pembangunan diPropinsi Jawa Timur, untukmemberikan gambaran yang lebih baiktentang kondisi dan perkembanganpembangunan daerah di wilayahPropinsi Jawa Timur, akan dibahaspemerataan produk domestik bruto(PDRB) perkapitaantarKabupaten/Kota yang dianalisisdengan menggunakan indeksketimpangan Williamson dan indeksEntropi Theil.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 10: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

306

Gi < Gr

Perkapita (IC)

Pertumbuhan Ekonomi (G)

ICi > ICr ICi < ICr

Gi > Gr

(I) (II)Sidoarjo Kota KediriGresikKota MalangKota ProbolinggoKota MojokertoKota Surabaya

(III) (IV)Tulungagung PacitanBlitar PonorogoMalang TrenggalekLumajang KediriPasuruan JemberMojokerto BanyuwangiJombang BondowosoNganjuk SitubondoBojonegoro ProbolinggoKota Blitar MadiunKota Pasuruan MagetanKota Madiun NgawiKota Batu Tuban Lamongan Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep

Ket. : (I) = Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh (II) = Daerah Berkembang Cepat (III) = Daerah Maju Tapi Tertekan (IV) = Daerah Relatif Tertinggal Gi = Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota i Gr = Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten ICi = Perkapita Kabupaten/Kota i ICr = Perkapita kabupaten

Gambar 1. Matrik Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di PropinsiJawa Timur Menurut Analisis Tipologi Klassen

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 11: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

307

Tabel 2. Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Propinsi Jawa Timur, 2006-2007

Tahun Indeks Williamson Indeks Entropi Theil

2006 0.40 0.43

2007 0.40 0.44Sumber: Jawa Timur dalam Angka, 2008 (diolah)

Berdasarkan jumlah pendudukdan produk domestik bruto (PDRB)per kapita Kabupaten/Kota danPropinsi Jawa Timur tahun 2006 dan2007 dapat hitung indeks ketimpanganWilliamson dan indeks Entropi Theilseperti pada tabel 2.

Angka indeks ketimpanganWilliamson semakin kecil ataumendekati nol menunjukkanketimpangan yang semakin kecil pulaatau dengan kata lain makin merata,dan bila semakin jauh dari nolmenunjukkan ketimpangan yangsemakin melebar.

Tabel di atas menunjukkanangka indeks ketimpangan PDRB perkapita antarKabupaten/Kota diPropinsi Jawa Timur pada tahun 2006dan 2007 sebesar 0.40 dan 0.40. Hal iniberarti di Propinsi Jawa Timur produkdomestik bruto (PDRB) per kapitarelatif merata dan dari tahun 2006 ke2007 ketimpangan antarKabupaten/Kota yang terjadi diPropinsi Jawa Timur tidak mengalamiperubahan.

Angka indeks Entropi Theilsedikit mengalami peningkatan daritahun 2006 ke 2007 yaitu sebesar 0,43menjadi 0,44. Indeks Entropi Theilsemakin membesar berartimenunjukkan ketimpangan yangsemakin membesar, bila indeksnya

semakin kecil maka ketimpangan akansemakin rendah/kecil pula atau dengankata lain semakin merata. Hal tersebutsejalan dengan indeks ketimpanganWilliamson. Indeks Entropi Theil tidakmemiliki batas atas atau batas bawah,hanya apabila semakin besar nilainyamaka semakin timpang dan semakinkecil semakin merata.

Penggambaran tentang posisirelatif suatu Kabupaten/Kota terhadapKabupaten/Kota lain dalam halpencapaian kinerja dari non fisik ataukelembagaan dapat digunakan analisiskinerja non fisik. Indikator-indikatoryang digunakan sebagai alat ukurdalam analisis ini lebih bersifatindikator non fisik yang bersifatmelekat suatu Kabupaten/Kota,indikator tersebut antara lain: 1.Kondisi Geografis; 2. Kesehatan danKesejahteraan; 3. Pendidikan; serta 4.Aktivitas Ekonomi.

Indikator Kondisi Geografisyang digunakan dalam analisis inimeliputi: 1. Luas Daerah; 2. JumlahKabupaten/Kota; 3. JumlahKelurahan/Desa; 4. Jumlah Penduduk;serta 5. Kepadatan Penduduk. Dariindikator tersebut akan dilakukanpemeringkatan pada masing-masingKabupaten/Kota.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 12: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

308

Gambar 2. Nilai Kondisi Geografis Masing-Masing Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil analisisdengan indikator tersebutmenunjukkan bahwa Kabupaten/Kotayang masuk dalam kategori KurangSekali terdapat 9 Kabupaten/Kota,yaitu: Pacitan, Trenggalek, KotaKediri, Kota Blitar, Kota Probolinggo,Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, KotaMadiun, dan Kota Batu.Kabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Kurang terdapat 6Kabupaten/Kota , yaitu: Situbondo,Madiun, Magetan, Sampang,Pamekasan, dan Kota Malang.

Kabupaten/Kota yang masukdalam kategori Cukup terdapat 6Kabupaten/Kota, yaitu: Ponorogo,Tulungagung, Lumajang, Bondowoso,Ngawi, dan Bangkalan.Kabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Baik terdapat 8Kabupaten/Kota, yaitu: Blitar,Banyuwangi, Sidoarjo, Mojokerto,Jombang, Nganjuk, Tuban, dan Gresik.

Kabupaten/Kota yang masukdalam kategori Baik Sekali terdapat 6Kabupaten/Kota, yaitu: Kediri,Probolinggo, Pasuruan, Bojonegoro,Sumenep, dan Kota Surabaya.Kabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Sangat Baik Sekali terdapat 3Kabupaten/Kota, yaitu: Malang,Jember, dan Lamongan. Dari uraiandiatas, dari indikator kondisi geografismenunjukkan bahwa mayoritaskabupaten/kota di Jawa Timur masukdalam kategori Kurang sekali yaitusebanyak 9 Kabupaten/Kota.

Dari aspek kondisi geografismenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKabupaten Malang, yaitu dengan nilaidaya saing sebesar 33,2. Sedangkandaerah yang mempunyai kinerja palingrendah terdapat dua daerah, yaituKabupaten Blitar dan KabupatenMojokerto dengan nilai daya saingsebesar 8,20.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 13: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

309

Indikator Kondisi Kesehatandan Kesejahteraan yang digunakandalam analisis ini meliputi: 1.Prosentase Cacat Tubuh; 2. ProsentaseTuna Netra; 3. Prosentase Tuna Rungudan Wicara; 4. Prosentase CacatMental; 5. Jumlah Anak Terlantar; 6.Jumlah Anak Nakal; 7. Jumlah AnakJalanan; 8. Jumlah Tuna Susila; 9.Jumlah Pengemis; 10. JumlahGelandangan; 11. Jumlah FakirMiskin; serta 12. Jumlah Jamaah Haji.

Berdasarkan hasil analisisdengan indikator tersebutmenunjukkan bahwa kinerja kabupatenyang masuk dalam kategori KurangSekali terdapat 12 Kabupaten/Kota,yaitu: Blitar, Kediri, Malang,Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo,Pasuruan, Mojokerto, Nganjuk,Madiun, Tuban, dan Kota Surabaya.Kinerja Kabupaten/Kota yang masukdalam kategori Kurang terdapat 5Kabupaten/Kota, yaitu: Jember,Sidoarjo, Jombang, Bojonegoro, sertaBangkalan.

Kinerja Kabupaten/Kota yangmasuk dalam kategori Cukup terdapat7 Kabupaten/Kota, yaitu: Trenggalek,Tulungagung, Bondowoso, Magetan,Ngawi, Pamekasan, dan Kota Kediri.Kinerja Kabupaten/Kota yang masukdalam kategori Baik terdapat 8Kabupaten/Kota, yaitu: Lamongan,Gresik, Sampang, Sumenep, KotaProbolinggo, Kota Pasuruan, KotaMojokerto, dan Kota Batu. KinerjaKabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Baik Sekali terdapat 4Kabupaten/Kota, yaitu: Pacitan,Ponorogo, Lumajang, dan Kota

Madiun. Kategori Sangat Baik Sekaliterdapat 2 Kabupaten/Kota, yaitu: KotaBlitar dan Kota Malang. Dari uraiandiatas, dengan indikator kesehatan dankesejahteraan menunjukkan bahwamayoritas kabupaten/kota di JawaTimur masuk dalam kategori Kurangsekali yaitu sebanyak 12Kabupaten/Kota.

Dari aspek kesehatan dankesejahteraan menunjukkan bahwa,daerah yang mempunyai kinerjatertinggi adalah Kota Malang, yaitudengan nilai daya saing sebesar 28,42.Sedangkan daerah yang mempunyaikinerja paling rendah adalahKabupaten Banyuwangi dengan nilaidaya saing sebesar 13,75.

Indikator Pendidikan yangdigunakan dalam analisis ini meliputi:1. Prosentase Penduduk diatas usia 15tahun tidak tamat sekolah; 2.Prosentase Penduduk diatas usia 15tahun tidak tamat SD/MI; 3. ProsentasePenduduk diatas usia 15 tahun tamatSD/MI; 4. Prosentase Penduduk diatasusia 15 tahun tamat SLTP/MTS; 5.Prosentase Penduduk diatas usia 15tahun tamat SLTA/MA/SMK; 6.Prosentase Penduduk diatas usia 15tahun tamat Perguruan Tinggi; 7.Angka Buta Huruf Usia 10 tahunkeatas; 8. Angka Buta Huruf Usia 10-44 tahun; 9. Angka Partisipasi Sekolahusia 7-12 tahun; 10. Angka PartisipasiSekolah usia 13-15 tahun; serta 11.Angka Partisipasi Sekolah usia 16-18tahun. Dari indikator tersebut akandilakukan pemeringkatan pada masing-masing Kabupaten/Kota.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 14: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

310

Gambar 3. Nilai Kesehatan dan Kesejahteraan Masing-Masing Kabupaten/Kota

Gambar 4. Nilai Kondisi Pendidikan Masing-Masing Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil analisisdengan indikator pendidikan tersebutmenunjukkan bahwa kinerjaKabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Kurang Sekali terdapat 2Kabupaten/Kota, yaitu: Bangkalan danSampang. Kinerja Kabupaten/Kotayang masuk dalam kategori Kurangterdapat 7 Kabupaten/Kota, yaitu:Lumajang, Jember, Bondowoso,Situbondo, Probolinggo, Pamekasan,

dan Sumenep. Kinerja Kabupaten/Kotayang masuk dalam kategori Cukupterdapat 5 Kabupaten/Kota, yaitu:Malang, Banyuwangi, Pasuruan,Bojonegoro, dan Tuban.

Kinerja Kabupaten/Kota yangmasuk dalam kategori Baik terdapat 7Kabupaten/Kota, yaitu: Ponorogo,Trenggalek, Blitar, Nganjuk, Madiun,Ngawi, dan Lamongan. KinerjaKabupaten/Kota yang masuk dalam

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 15: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

311

kategori Baik Sekali terdapat 8Kabupaten/Kota, yaitu: Pacitan, Kediri,Magetan, Gresik, Kota Probolinggo,dan Kota Pasuruan. KinerjaKabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Sangat Baik Sekali terdapat 9Kabupaten/Kota, yaitu: Sidoarjo,Mojokerto, Kota Kediri, Kota Blitar,Kota Malang, Kota Mojokerto, KotaMadiun, Kota Surabaya, dan KotaBatu. Dari uraian diatas, denganindikator pendidikan menunjukkanbahwa mayoritas kabupaten/kota diJawa Timur masuk dalam kategorisangat baik sekali yaitu sebanyak 9Kabupaten/Kota.

Dari aspek kondisi pendidikanmenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKabupaten Sidoarjo, yaitu dengan nilaidaya saing sebesar 31,91. Sedangkandaerah yang mempunyai kinerja palingrendah adalah Kabupaten Sampangdengan nilai daya saing sebesar 2,27.

Indikator Aktivitas Ekonomiyang digunakan dalam analisis inimeliputi: 1. Produktivitas Padi; 2.Produktivitas Jagung; 3. ProduktivitasUbi Kayu; 4. Produktivitas Ubi Jalar;5. Produktivitas Kacang Tanah; 6.Produktivitas Kacang Kedelai; 7.Produktivitas Kacang Hijau; 8.Produktivitas Sapi; 9. ProduktivitasKerbau; 10. Produktivitas Kuda; 11.Produktivitas Kambing; 12.Produktivitas Domba; 13.Produktivitas Babi; 14. ProduktivitasAyam Buras; 15. Produktivitas AyamPetelur; 16. Produktivitas AyamPedaging; 17. Produktivitas Itik; 18.Produktivitas Entok; 19. ProduktivitasBurung Dara; 20. Produktivitas

Kelinci; 21. Produktivitas Ikan; 22.Ayam Buras; 23. Ayam Ras; 24. Itik;25. Entok; serta 26. Produksi Susu.Dari indikator tersebut akan dilakukanpemeringkatan pada masing-masingKabupaten/Kota.

Kinerja Kabupaten/Kota yangmasuk dalam kategori Kurang Sekaliterdapat 8 Kabupaten/Kota, yaitu:Pacitan, Kota Kediri, Kota Blitar, KotaMalang, Kota Pasuruan, KotaMojokerto, Kota Madiun, dan KotaSurabaya. Kinerja Kabupaten/Kotayang masuk dalam kategori Kurangterdapat 8 Kabupaten/Kota, yaitu:Ponorogo, Situbondo, Ngawi,Bangkalan, Sampang, Pamekasan,Sumenep, dan Kota Probolinggo.Kinerja Kabupaten/Kota yang masukdalam kategori Cukup terdapat 9Kabupaten/Kota, yaitu: Trenggalek,Lumajang, Bondowoso, Probolinggo,Pasuruan, Nganjuk, Madiun, Magetan,dan Kota Batu.

Kinerja Kabupaten/Kota yangmasuk dalam kategori Baik terdapat 10Kabupaten/Kota, yaitu: Tulungagung,Blitar, Kediri, Jember, Banyuwangi,Sidoarjo, Mojokerto, Bojonegoro,Tuban, dan Lamongan. KinerjaKabupaten/Kota yang masuk dalamkategori Baik Sekali terdapat 2Kabupaten/Kota, yaitu: Malang danJombang. Kinerja Kabupaten/Kotayang masuk dalam kategori SangatBaik Sekali terdapat 1Kabupaten/Kota, yaitu: Gresik. Dariuraian diatas, dengan indikatoraktivitas ekonomi menunjukkan bahwamayoritas kabupaten/kota di JawaTimur masuk dalam kategori Baikyaitu sebanyak 10 Kabupaten/Kota.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 16: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

312

Gambar 5. Nilai Aktivitas Ekonomi Masing-Masing Kabupaten/Kota

Dari aspek aktivitas ekonomimenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKabupaten Malang, yaitu dengan nilaidaya saing sebesar 27,23. Sedangkandaerah yang mempunyai kinerja palingrendah adalah Kota Mojokerto dengannilai daya saing sebesar 10,46.

Kemampuan Kabupaten/Kotadalam memberikan pelayananditunjukkan dengan ketersediaanfasilitas yang dimiliki oleh setiapKabupaten/Kota. Semakin bervariasidan lengkap fasilitas suatuKabupaten/Kota menunjukkan bahwaKabupaten/Kota tersebut mampumemberikan pelayanan yang lebihlengkap kepada masyarakatdibandingkan dengan Kabupaten/Kotayang lain. Kondisi inilah yangmengakibatkan suatu Kabupaten/Kotaberperan sebagai suatu pusatpertumbuhan bagi Kabupaten/Kota disekitarnya.

Fasilitas yang akan dianalisisdengan scalogram dalam penelitian inidikelompokkan menjadi dua kelompokyaitu: 1. Fasilitas yang berkaitandengan Pelayanan Kesehatan; dan 2.Fasilitas yang berkaitan denganpelayanan pendidikan

Kabupaten/Kota yangmempunyai fasilitas terlengkapberdasarkan analisis scalogram yaituKota Surabaya. Kota Surabayamenduduki peringkat pertama.untuktotal dari 2 kelompok yaitu FasilitasKesehatan dan Fasilitas Pendidikan.

Dari aspek Fasilitas Kesehatanmenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKabupaten Jember, yaitu dengan nilaidaya dukung sebesar 6.708. Sedangkandaerah yang mempunyai kinerja palingrendah adalah Kota Blitar dengan nilaidaya dukung sebesar 445.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 17: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

313

Gambar 6. Nilai Fasilitas Kesehatan Masing-Masing Kabupaten/Kota

Gambar 7. Nilai Fasilitas Pendidikan Masing-Masing Kabupaten/Kota

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 18: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

314

.

Gambar 8. Nilai Kemandirian Keuangan Daerah Masing-Masing Kabupaten/Kota

Dari aspek Fasilitas Pendidikanmenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKota Surabaya, yaitu dengan nilai dayadukung sebesar 109.765. Sedangkandaerah yang mempunyai kinerja palingrendah adalah Kota Blitar dengan nilaidaya dukung sebesar 6.346.

Pengukuran kinerja kemandi-rian keuangan daerah digunakananalisis kinerja keuangan. Dari hasilanalisis kemandirian keuangan daerah,daerah yang mempunyai kinerja palingbaik adalah Kota Surabaya. Daerahtersebut merupakan daerah yangmempunyai tingkat kemandiriankeuangan paling tinggi di wilayahPropinsi Jawa Timur. Kota Surabayamenempati peringkat ke-1 untuk semuakreteria pengukuran tingkatkemandirian keuangan daerah dengannilai 38,0.

Sedangkan daerah yangmempunyai kinerja paling rendah dariaspek kemandirian keuangan daerahadalah Kabupaten Pacitan. Daerahtersebut mempunyai kemandiriankeuangan hanya sebesar 3,0.

Dalam mengukur besarnyapengaruh Jumlah Sektor Unggulan(X1), Kategori Kondisi Geografis (X2),Kategori Kesejahteraan dan KesehatanMasyarakat (X3), Kategori KondisiPendidikan Masyarakat (X4), KategoriAktivitas Ekonomi (X5), Nilai FasilitasKesehatan (X6), Nilai FasilitasPendidikan (X7), dan NilaiKemandirian Keuangan Daerah (X8)terhadap Perkapita (Y) di Jawa Timurdilakukan dengan alat regresi linierberganda, adapun model hasil analisisdapat diinterpretasinya sebagi berikut :

Log Y = β0 + β1 log X1 - β2 log X2 - β3log X3 + β4 log X4 + β5 logX5 + β6 log X6 + β7 log X7 +β8 log X8

Berikut ini nilai koefisien pengaruhmasing-masing variabel terhadappendapatan per kapita:

Log Y = 9,385 + 0,273 log X1 - 0,511log X2 - 0,159 log X3 + 0,240log X4 + 0,276 log X5 + 0,284log X6 + 0,794 log X7 + 0,664log X8

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 19: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

315

X5

Y X1

X2

X3 X4

X6

X8 X7

0,273 **

0.511 **

Unsig.

Unsig.

Unsig.

0,794 **

Unsig.

0,664 *

Keterangan: Y = Pendapatn Per Kapita X1 = Jumlah Komoditi Unggul X2 = Kon. geografis X3 = Kesejahteraan dan Kesehatan X4 = Pendidikan Masyarakat X5 = Aktivitas Ekonomi X6 = Fasilitas Kesehatan X7 = Fasilitas Pendidikan X8 = Kemandirian Keuangan Daerah * = α 5% ** = α 20% Unsig. = tidak signifikan

Sumber: Hasil analisis eknomoterik diolah

Gambar 9. Variabel-variabel Yang Berpengaruhnya terhadap Pendapatan perKapita Masyarakat di Jawa Timur

Variabel-variabel yang ber-pengaruh terhadap pendapatan perkapita masyarakat di Jawa Timur dapatdilihat pada gambar 9.

Dari hasil regresi bergandadiatas dapat disimpulkan bahwaJumlah Sektor Unggulan (X1),Kategori Kondisi PendidikanMasyarakat (X4), Kategori AktivitasEkonomi (X5), Nilai FasilitasKesehatan (X6), Nilai FasilitasPendidikan (X7), dan NilaiKemandirian Keuangan Daerah (X8)berpengaruh positif terhadap variabelterkait (perkapita). Untuk KategoriKondisi Geografis (X2) dan KategoriKesejahteraan dan KesehatanMasyarakat (X3),berpengaruh negatifterhadap perkapita.

Berdasarkan hasil regresi, nilaiF hitung sebesar 6,58 Sedangkan Ftabel (α = 0.05 ; db regresi = 8 : dbresidual = 30) adalah sebesar 2,27.Karena F hitung > F tabel yaitu 6,55 >2,27 maka analisis regresi adalahsignifikan. Pengaruh Jumlah SektorUnggulan (X1), Kategori KondisiGeografis (X2), Kategori Kesejahteraandan Kesehatan Masyarakat (X3),Kategori Kondisi PendidikanMasyarakat (X4), Kategori AktivitasEkonomi (X5), Nilai FasilitasKesehatan (X6), Nilai FasilitasPendidikan (X7), dan NilaiKemandirian Keuangan Daerah (X8)terhadap perkapita adalah besar. Halini berarti H0 ditolak dan H1 diterimasehingga dapat disimpulkan bahwaperkapita dapat dipengaruhi secarasignifikan oleh variabel bebas.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 20: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

316

Untuk uji parsial, digunakan ujit test, t test antara LX1 (Jumlah sektorunggulan) dengan LY (perkapita)menunjukkan t hitung = 1,389Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung > t tabel yaitu 1,389 >1,310 maka pengaruh LX1 (Jumlahsektor unggulan) adalah signifikanpada tingkat kesalahan α = 20%. Halini berarti H0 ditolak dan H1 diterima,sehingga dapat disimpulkan bahwaperkapita dapat dipengaruhi secarasignifikan oleh Jumlah sektorunggulan.

t test antara LX2 (kategorikondisi geografis) dengan LY(perkapita) menunjukkan t hitung = -1,327 Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung > t tabel yaitu 1,327 >1,310 maka pengaruh LX1 (kategorikondisi geografis) adalah signifikanpada tingkat kesalahan α = 20%. Halini berarti H0 ditolak dan H1 diterima,sehingga dapat disimpulkan bahwaperkapita dapat dipengaruhi secarasignifikan oleh kondisi geografis.

t test antara LX3 (kondisikesejahteraan dan kesehatanmasyarakat) dengan LY (perkapita)menunjukkan t hitung = -1,060Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung < t tabel yaitu 1,060 <1,310 maka pengaruh LX3 (kondisikesejahteraan dan kesehatan) adalahtidak signifikan pada tingkat kesalahanα = 20%. Hal ini berarti H0 diterimadan H1 ditolak, sehingga dapatdisimpulkan bahwa perkapita tidakdipengaruhi secara signifikan olehkondisi kesejahteraan dan kesehatanmasyarakat.

t test antara LX4 (kondisipendidikan masyarakat) dengan LY(perkapita) menunjukkan t hitung =1,192 Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung < t tabel yaitu 1,192 <1,310 maka pengaruh LX4 (kondisipendidikan masyarakat) adalah tidaksignifikan pada tingkat kesalahan α =20%. Hal ini berarti H0 diterima dan H1ditolak, sehingga dapat disimpulkanbahwa perkapita tidak dipengaruhisecara signifikan oleh kondisipendidikan masyarakat.

t test antara LX5 (AktivitasEkonomi) dengan LY (perkapita)menunjukkan t hitung = 1,181Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung < t tabel yaitu 1,181 <1,310 maka pengaruh LX5 (AktivitasEkonomi) adalah tidak signifikan padatingkat kesalahan α = 20%. Hal iniberarti H0 diterima dan H1 ditolak,sehingga dapat disimpulkan bahwaperkapita tidak dipengaruhi secarasignifikan oleh aktivitas ekonomi.

t test antara LX6 (Nilai FasilitasKesehatan) dengan LY (perkapita)menunjukkan t hitung = 0,565Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung < t tabel yaitu 0,565 <1,310 maka pengaruh LX6 (NilaiFasilitas Kesehatan) adalah tidaksignifikan pada tingkat kesalahan α =20%. Hal ini berarti H0 diterima dan H1ditolak, sehingga dapat disimpulkanbahwa perkapita tidak dipengaruhisecara signifikan oleh FasilitasKesehatan.

t test antara LX7 (Nilai FasilitasPendidikan) dengan LY (perkapita)menunjukkan t hitung = 1,695

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 21: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

317

Sedangkan t tabel (α = 0,20 ; dbresidual = 30) adalah sebesar 1,310.Karena t hitung > t tabel yaitu 1,695 >1,310 maka pengaruh LX7 (NilaiFasilitas Pendidikan) adalah signifikanpada tingkat kesalahan α = 20%. Halini berarti H0 ditolak dan H1 diterima,sehingga dapat disimpulkan bahwaperkapita dapat dipengaruhi secarasignifikan oleh Fasilitas Pendidikan.

t test antara LX8 (NilaiKemandirian Keuangan Daerah)dengan LY (perkapita) menunjukkan thitung = 3,590 Sedangkan t tabel (α =0,05 ; db residual = 30) adalah sebesar1,697. Karena t hitung > t tabel yaitu3,590 > 1,697 maka pengaruh LX8(Nilai Kemandirian Keuangan Daerah)adalah signifikan pada tingkatkesalahan α = 5%. Hal ini berarti H0ditolak dan H1 diterima, sehingga dapatdisimpulkan bahwa perkapita dapatdipengaruhi secara signifikan olehNilai Kemandirian Keuangan Daerah.

Adapun koefisien determinasiR2 sebesar 0,645 Artinya bahwa 64,4% variabel Perkapita akan dijelaskanoleh variabel bebasnya, yaitu JumlahSektor Unggulan, Kategori KondisiGeografis), Kategori Kesejahteraandan Kesehatan Masyarakat, KategoriKondisi Pendidikan Masyarakat,Kategori Aktivitas Ekonomi, NilaiFasilitas Kesehatan, Nilai FasilitasPendidikan, dan Nilai KemandirianDaerah. Sedangkan sisanya sebesar35,6% variabel Perkapita akandijelaskan oleh variabel-variabel yanglain yang tidak dibahas dalampenelitian ini. Sedangkan melalui ujinormalitas, autokorelasi, danmultikolinieritas dinyatakan lolos.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitianmengenai mengenai pengukurankinerja daerah kabupaten/kota diwilayah Propinsi Jawa Timur, makadiperoleh temuan-temuan yang dapatdisimpulkan sektor tersier memberikankontribusi terbesar terhadap PDRBPropinsi Jawa Timur yaitu sebesar49.40%. Peran sektor ini didominasisektor Perdagangan, Hotel & Restoranyang memberikan kontribusi sebesar30.45%,

Berdasarkan analisis strukturekonomi masing-masing daerahmenunjukkan bahwa ada 25 daerahyang aktivitas ekonominya didominasioleh kontribusi sektor tertier, ada 9daerah yang aktivitas ekonominyadidominasi sektor primer, Sementaradaerah yang aktivitas ekonominyayang dominan sektor sekunder ada 3daerah yaitu Kabupaten Sidoarjo,Gresik, dan Kota Kediri;

Berdasarakan jumlah sektorunggulan yang dimiliki masing-masingKabupaten/Kota di Propinsi JawaTimur, daerah yang mempunyaikinerja paling bagus adalah daerah:Kota Pasuruan, Kota Mojokerto danKota Surabaya.

Berdasarakan jumlah sektorpotensial yang dimiliki masing-masingKabupaten/Kota di Propinsi JawaTimur, daerah yang mempunyaikinerja paling bagus adalah daerahKabupaten Bojonegoro.

Berdasarkan kreteria sektorpotensi, daerah yang mempunyaikinerja paling baik adalah KotaMojokerto dan Kabupaten Pacitan.Kedua daerah tersebut mempunyai

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 22: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

318

sektor dengan kreteria “sektor

unggulan dan sektor potensi” (K1)

sebanyak empat sektor.

Berdasarakan hasil analisisTipologi klassen menunjukkan bahwaSidoarjo, Gresik, Kota Malang, KotaProbolinggo, Kota Mojokerto, danKota Surabaya merupakan daerahdengan pola pertumbuhan wilayah“Cepat Maju dan Cepat Tumbuh”;Kota Kediri merupakan Kota yangtergolong daerah “Berkembang Cepat”.

Ciri daerah mempunyai klasifikasi iniadalah daerah yang pertumbuhannyacepat namun pendapat per kapitanyamasih dibawah pendapatan per kapitaPropinsi Jawa Timur; SedangkanTulungagung, Blitar, Malang,Lumajang, Pasuruan, Mojokerto,Jombang, Nganjuk, Bojonegoro, KotaBlitar, Kota Pasuruan, Kota Madiun,dan Kota Batu tergolong pada polapertumbuhan wilayah “Maju Tapi

Tertekan”; Sementara KabupatenPacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kediri,Jember, Banyuwangi, Bondowoso,Situbondo, Probolinggo, Madiun,Magetan, Ngawi, Tuban, Lamongan,Bangkalan, Sampang, Pamekasan, danSumenep tergolong pada polapertumbuhan wilayah “Relatif

Tertinggal”.

Angka indeks Entropi Theilsedikit mengalami peningkatan daritahun 2006 ke 2007 yaitu sebesar 0,43menjadi 0,44. Hal ini menunjukkanbahwa terjadi ketimpangan yangsemakin membesar pada tahun terakhirpengamatan.

Berdasarakan hasil analisisdaya saing, maka ditemuan kinerjamasing-masing daerah, dari aspekkondisi geografis menunjukkan bahwa,daerah yang mempunyai kinerja

tertinggi adalah Kabupaten Malang.Sedangkan daerah yang mempunyaikinerja paling rendah terdapat duadaerah, yaitu Kabupaten Blitar danKabupaten Mojokerto. Aspekkesehatan dan kesejahteraanmenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKota Malang. Sedangkan daerah yangmempunyai kinerja paling rendahadalah Kabupaten. Aspek kondisipendidikan menunjukkan bahwa,daerah yang mempunyai kinerjatertinggi adalah Kabupaten Sidoarjo.Sedangkan daerah yang mempunyaikinerja paling rendah adalahKabupaten Sampang. Aspek aktivitasekonomi menunjukkan bahwa, daerahyang mempunyai kinerja tertinggiadalah Kabupaten Malang. Sedangkandaerah yang mempunyai kinerja palingrendah adalah Kota Mojokerto.

Berdasarkan hasil analisis dayadukung, maka diperoleh temuan-temuan, aspek Fasilitas Kesehatanmenunjukkan bahwa, daerah yangmempunyai kinerja tertinggi adalahKabupaten Jember. Sedangkan daerahyang mempunyai kinerja paling rendahadalah Kota Blitar. Aspek FasilitasPendidikan menunjukkan bahwa,daerah yang mempunyai kinerjatertinggi adalah Kota Surabaya.Sedangkan daerah yang mempunyaikinerja paling rendah adalah KotaBlitar. Namun secara nilai total, daerahyang mempunyai kinerja paling baikadalah Kota Surabaya.

Hasil analisis kemandiriankeuangan daerah, daerah yangmempunyai kinerja paling baik adalahKota Surabaya. Sedangkan daerahyang mempunyai kinerja paling rendahdari aspek kemandirian keuangandaerah adalah Kabupaten Pacitan.

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 23: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

319

Hasil regresi berganda diatasdapat disimpulkan bahwa JumlahSektor Unggulan (X1), KategoriKondisi Pendidikan Masyarakat (X4),Kategori Aktivitas Ekonomi (X5), NilaiFasilitas Kesehatan (X6), Nilai FasilitasPendidikan (X7), dan NilaiKemandirian Keuangan Daerah (X8)berpengaruh positif terhadap variabelterkait (perkapita). Untuk KategoriKondisi Geografis (X2) dan KategoriKesejahteraan dan KesehatanMasyarakat (X3),berpengaruh negatifterhadap perkapita.

Abdullah, P., Alisjahbana, A., Effendi,N., Boediono. 2002. DayaSaing Daerah: Konsep danPengukurannya di Indonesia.BPFE. Yogyakarta.

Arsyad Lincolin. 1997. EkonomiPembangunan (Edisi Ketiga).Yogyakarta: STIE-YKPN.

Arsyad Lincolin. 1999. PengantarPerencanaan danPembangunan EkonomiDaerah. BPFE. Yogyakarta

Badrudin Rudy. 1999. “PembangunanWilayah Propinsi IstimewaYogyakarta PendekatanTeoritis”. Jurnal EkonomiPembangunan, Vol. 4 No. 2

Blakely, Edward. J. 1994. PlaningLocal Economic DevelopmentTheory and Practice. SecondEdition. USA. SagePublication.

Brojonegoro, Bambang P.S. 1999.“The Impact of Currnt

DAFTAR PUSTAKA

Economic Crisis to RegionalDevelopment Pattern inIndonesia”. Paper. LPEM-FEUI. Jakarta.

BPS. 1998. 1996 Economic CensusComplete Count Result:Indonesia. Jakarta: Biro PusatStatistik.

Dick, H., Fox, J. J., & Mackie, J.(Eds.). 1993. BalancedDevelopment: East Java in theNew Order. Singapore: OxfordUniversity Press.

Gujarati, Damodar. 1995. BasicEkonometrics. (3rd edition ed).New York. Mc-Graw Hill Inc

Haerudin, Andi. 2001. IdentifikasiKecamatan Sebagai PusatPertumbuhan Wilayah diKabupaten Soppeng1994/1995-1999/2000. Tesis S-2 Program Pascasarjana UGM.Tidak dipublikasikan.

Hill, H. 1996. The IndonesianEconomy Since 1966: SoutheastAsia's Emerging Giants.Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Isard, W. 1956. Location and SpaceEconomy. Cambridge: MITPress.

Juoro, U. 1989. “Perkembangan StudiEkonomi Aglomerasi danImplikasi Bagi PerkembanganPerkotaan di Indonesia”. JurnalEkonomi dan KeuanganIndonesia, Vol. 37 No. 2.

Kuncoro M. 2003. Metode Riset UntukBisnis dan Ekonomi(Bagaimana Meneliti dan

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 24: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

320

Menulis Tesis). Erlangga.Jakarta.

Kuncoro M. 2001. Analisis Spasial danRegional (Studi Aglomerasi danKluster Industri Indonesia. UPPAMPYKPN, Yogyakarta

Kuncoro, M., Adji, A., & Pradiptyo. R.1997. Ekonomi Industri: Teori,Kebijakan, dan Studi Empiris diIndonesia. Yogyakarta: WidyaSarana Informatika.

Kuncoro, M. 2000. EkonomiPembangunan: Teori, Masalahdan Kebijakan. (1st ed.),Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Maijidi, Nasyith. 1997. “AnggaranPembangunan danKetimpangan Ekonomi antarDaerah”, Prisma, No. 3

Perroux. 1950. Ekonomic DevelopmentCulture Change, Growth andDevelopment. HafnerPublishing Company. NewYork

Setyarini, Djati. 1999. Faktor-Faktoryang MempengaruhiKesenjangan PembangunanEkonomi antar Daerah diPropinsi Jawa Tengah. Tesis S-2 Program Pascasarjana. UGM,Tidak dipublikasikan.

Sjafrizal. 1997. “PertumbuhanEkonomi dan KetimpanganRegional Wilayah IndonesiaBagian Barat”. Prisma. LP3ES.No.3.

Soepono, Prasetyo. 1998. “PerananDaerah Perkotaan BagiPembangunan Regional:Penerapan Model Van Thunen

yang dimodifikasi diIndonesia”. Junal Ekonomi danBisnis Indonesia. Vol. 13 No.2.

Soepono, Prasetyo. 2000. “ModelGravitasi sebagai AlatPengukur Hinter Land dariCentral Place suatu TinjauanTeoritik”. Jurnal Ekonomi danBisnis Vol. 15 No. 4.

Soepono, Prasetyo. 1999. “TeoriLokasi: Representasi LandasanMikro Bagi TeoriPembangunan Daerah”. JurnalEkonomi dan Bisnis. Vol. 14No.4.

Sukirno, Sadono. 1985. EkonomiPembangunan. LP3ES UI.Jakarta.

Sutarno. 2002. Pertumbuhan Ekonomidan Ketimpangan PDRB PerKapita Antar Kecamatan DiKabupaten Banyumas, (1993-2000). Tesis S-2 ProgramPascasarjana UGM. Tidakdipublikasikan.

Todaro, Michael, P. 2000.Pembangunan Ekonomi diDunia Ketiga, Edisi Ketujuh(diterjemahkan oleh HarisMunandar). Erlangga. Jakarta.

Warpani, Suwarjoko. 1983. AnalisisKota dan Daerah. Edisi ketiga.ITB Bandung.

Wei, Y., Dennis and Fan, C., Cindy.2000. “Regional Inequality inChina: Acase Study of JiangsuProvince”. Asian EconomicJournal. Vol 52.

Williamson, J.G. 1965. “RegionalInequality and The Process of

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 25: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Model Pengukuran Kinerja … (Sudarti, Nazaruddin Malik dan Sutikno)

321

National Development, adescription of Pattern”.

Economic Development andCultural Change. Vol.XXXVII No. 27, 11-13.

Ying, Long, G. 2000. “China’s

Changing Regional Disparitiesduring the Reform Period”.

Economic Geography. Vol.XXIV No. 7

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com

Page 26: MODEL PENGUKURAN KINERJA EKONOMI DAN KEMANDIRIAN …

Ekonomika-Bisnis, Vol. 02 No. 01 Bulan Januari Tahun 2010 Hal. 297 - 322

322

Click t

o BUY N

OW!PDF-XChange Editor

tracker-software.com Click t

o BUY N

OW!PD

F-XChange Editor

tracker-software.com