Makalah Hafiz 28-9

27
Sick Building Syndrome Mohamad Hafiz Bin Mohd Azmi 102012480 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Abstract Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the building that got disturbances for the air circulations, associated with the time they spent in that building, but no specific illness or causes that can be identified. Sick building syndrome isn’t the only disease that can be diagnosed right away to workers in the building. Asthma, rhinitis and allergic conjunctivitis are some kind of allergic disease that has symptoms similar to SBS. Headache and lethargy are nonspecific symptoms that may occur in the majority of disease and can be related to occupational exposure. The introduction of symptoms, physical examination and laboratory if available are the first steps in the diagnosis and management of SBS aims to eliminate other conditions that have similar symptoms. 1

description

sick building syndrome

Transcript of Makalah Hafiz 28-9

Page 1: Makalah Hafiz 28-9

Sick Building SyndromeMohamad Hafiz Bin Mohd Azmi

102012480

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

Abstract

Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the building

that got disturbances for the air circulations, associated with the time they spent in that

building, but no specific illness or causes that can be identified. Sick building syndrome isn’t

the only disease that can be diagnosed right away to workers in the building. Asthma, rhinitis

and allergic conjunctivitis are some kind of allergic disease that has symptoms similar to

SBS. Headache and lethargy are nonspecific symptoms that may occur in the majority of

disease and can be related to occupational exposure. The introduction of symptoms, physical

examination and laboratory if available are the first steps in the diagnosis and management of

SBS aims to eliminate other conditions that have similar symptoms.

Keywords: syndrome, symptoms, disease, building.

Abstrak

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau

bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan

waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau

penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal

yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis

alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan

1

Page 2: Makalah Hafiz 28-9

kelelahan merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan

dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta

laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan

SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama.

Kata kunci: kumpulan gejala, gejala, penyakit, gedung

Pendahuluan Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana

yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang

dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup

dan mempunyai sirkulasi udara sendiri. Udara luar yang masuk ke dalam sistim ventilasi

gedung akan berkurang bahkan mencapai titik nol, hanya udara resirkulasi yang

digunakan untuk bernapas. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu

menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula

meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal

kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada

akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam

gedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya

gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit.1

Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit",

artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan

itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini

yang memang terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang

"sakit". Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas udara dalam ruangan (indoor air

quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas bersumber dari asap rokok, ozon

dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta bahan pembersih.1

Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970.

Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah

kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ dan buruknya

ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization (WHO) tahun 1984

melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada pekerjanya

dihubungkan dengan IAQ. Istilah ini kemudian digunakan secara luas dan kini telah

2

Page 3: Makalah Hafiz 28-9

tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa, Amerika dan

bahkan dari negara tetangga kita Singapura.1

Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian dan

pemeliharaan gedung. Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan dengan tidak

sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain

dapat berupa batuk-batuk kering, sesak, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan

tenggorok, kulit yang kering dan gatal, lethargy, fatique, mual, dan lain-lain. Keluhan-

keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu, tidak terlalu hebat, tetapi

cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap produktifitas

kerja seseorang. Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di

dalam gedung, hal tersebut dapat terjadi pada satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi

gedung.2,3

Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan

sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. Kalau

hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.2

Pembahasan

1) Tujuh langkah diagnosis okupasi

1. Diagnosa klinis

Anamnesis penyakit

Menanyakan sejak kapan gejala muncul

Adakah sakit semakin membaik ataupun memberat

Apakah keluhan tambahan

Adakah mempunyai sakit menahun

Menanyakan adakah seorang perokok dan sejak kapan merokok

Manayakan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

Menayakan apakah keluhan yang dialami seperti batuk berdarah,

dahak banyak.1

Anamnesis riwayat pekerjaan

Berapakah lama waktu kerja dalam sehari

Sudah berapa lama bekerja sekarang

Riwayat pekerjaan sebelumnya

Alat kerja, bahan kerja, proses kerja

Barang yang diproduksikan atau yang dihasilkan

3

Page 4: Makalah Hafiz 28-9

Kemungkinan pajanan yang dialami

APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai

Hubungan gejala dan waktu kerja

Adakah pekerja lain ada yang mengalami hal sama1

Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital: suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi

nafas

Keadaan umum

Pemeriksaan fisik khusus:

Inspeksi: melihat ada atau tidak lesi-lesi alegik pada kulit,

melihat warna mata

Palpasi: melakukan palpasi umum untuk mengetahui lokasi

nyeri.

Auskultasi: suara paru abnormal?1

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dahak dengan dengan pewarnaan DFA (direct

fluorescent antibody) menunjukkan adanya Legionella.1

2. Pajanan yang dialami

a. Pajanan fisik

Kemajuan pembangunan industri di Indonesia diikuti dengan

pemanfaatan dan penerapan berbagai tingkat kemanjuan teknologi.

Kemajuan perkembangan teknologi mempunyai dampak, yaitu

dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah produk

yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan, sedangkan dampak

negatifnya kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.2

Pajanan bahaya potensial faktor fisik:

Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban

ruangan). Secara umum, pengkondisian udara (air

conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara

dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di

negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling

mode seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang

disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi set-point

(temperature dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin

4

Page 5: Makalah Hafiz 28-9

udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara local dan

central. Pendingin udara local yaitu pendingin udara yang

umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan

kantor (biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang

hamper seluruh ruang baik ruang staf maupun umum sudah

dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara

sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu

tempat tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-

hotel, tempat perbelanjaan, dan gedung perkantoran yang

berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi

dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya,

filter mesin AC dibersihkan dan diberi disinfektan

setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC menjadi

lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri.

Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp,

akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang

berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke

seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman

menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut,

hidung atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat

dengan stamina prima, masuknya kuman tak

mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang

dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan

tubuhnya sedang buruk. Dhermatopagoides pteronnyssinus

dan Dhermatopagoides farina adalah tungau debu rumah

yang sering ditemukan pada gedung lemaba yang

menyebabkan sensitisasi alergi.1

Debu di dalam ruang kerja. Debu merupakan partikel-

partikel zat padat, disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

mekanis atau alamiseperti pengolahan, penghancuran,

pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-

lain dari bahan baik organic maupun non-organik. Sumber

alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuk

atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu, debu

5

Page 6: Makalah Hafiz 28-9

bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor,

penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan

debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup

dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu

aktivitas pernapasan manusia.1

Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh

manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke

ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga

kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet,

mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi

oleh manusia setiap harinya Juga alas karpet serta perekat

yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali

mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah

menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau

kuat yang menyengat dari karpet yang baru dipasang. Bila

karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka

pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet

akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia

sehingga dapat mengganggu kesehatan.1

b. Pajanan biologik

Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk

sari tanaman, dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern

yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami.

Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya:3

Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh

organisme yang menyebabkan sakit pada saluran

pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan

hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.

Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan

system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh

spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila.

Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja

dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak

disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-

6

Page 7: Makalah Hafiz 28-9

paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak,

badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.2,3

c. Pajanan kimia

Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab

polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan

memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa

menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95%

bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal

dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak

toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang

akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin

kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahan-bahan ini dapat

menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,

masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang,

bahan-bahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih

serius, misalnya cacat lahir, gangguan saraf pusat, dan kanker.

Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang

mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga

tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan.

Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik

karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida

dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada

di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara

segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti

cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle

board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan

plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.1,2

d. Ergonomi

Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah

dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu

low back pain.1

e. Pajanan psikososial

Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama

sejawat, mass psychogenic illness dan lain-lain.1

7

Page 8: Makalah Hafiz 28-9

3. Hubungan pajanan dengan penyakit

Pendingin udara (air conditioning) AC yang jarang dibersihkan

serta ventilasi udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi

perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp,

Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di

sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC

menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman

menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung

atau masuk lewat lubang kuping.4

Debu di dalam ruang kerja Sumber alamiah partikulat atmosfir

adalah debu yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin.

misalnya untuk indoor, penumpukan barang-barang bekas yang

menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat

terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu

aktivitas pernapasan manusia.4

Karpet yang tidak dirawat Bila karpet tidak terawat, jarang

dibersihkan dan dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia

dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan

menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang

biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-

partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya.

Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh

alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang.

Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan

karpet yang ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia

sehingga dapat mengganggu kesehatan.4

Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari

tanaman, dan organisme lain Humidifier fever yaitu suatu

penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan

sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya

terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.

Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system

pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri

terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama

8

Page 9: Makalah Hafiz 28-9

akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi

legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan

seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing,

batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan

lenyap.4

Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah

satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan

tersebut akan memaparkan bermacam bahan kimiawi. Ada yang

bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa

95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang

berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida.

Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan

sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Bahan-bahan ini dapat

menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,

masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, Selain

itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang

mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga

tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan.

Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik

karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida

dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada

di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara

segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti

cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle

board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan

plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.4

Pajanan Ergonomi. Posisi tubuh yang membungkuk dan jongkok

saat bekerja dan leher menoleh menekuk.4

Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan

pekerjaan, dan lain-lain.4

4. Jumlah pajanan

Pasien mendapat pajanan yang besar karena jam bekerja yang lama

iaitu dari jam 8.00 sehingga 17.00 setiap hari selama satu tahun di

gedung tersebut.

9

Page 10: Makalah Hafiz 28-9

5. Faktor individu

Apakah pasien ada riwayat atopi/alergi?

Apakah adanya riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga

resikonya meningkat?

Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga yang mengakibatkan

penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami?

Higiene perorangan.5

6. Faktor lain diluar pekerjaan

Apakah ada faktor pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit?

Perlu adanya anamnesis lebih lanjut mengenai apakah ada kebiasaan

merokok, pajanan dirumah 5

7. Diagnosis okupasi

Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah

penyakit akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building

Syndrome.

2) Diagnosa kerja

Sick building syndrome

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni

gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara,

yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut,

tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.

Terdapat dua komponen diagnosis SBS, pertama apakah gejala terjadi pada

satu atau beberapa pekerja dalam gedung yang sama dan kedua adalah gejala

muncul saat berada di dalam gedung dan menghilang bila berada di luar gedung.

Sick building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera

pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah

penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan

lethargy merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar

penyakit dan dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala,

pemeriksaan fisis serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam

mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi

lain yang mempunyai gejala sama.3

10

Page 11: Makalah Hafiz 28-9

Pekerja dengan SBS lebih sensitf terhadap stimuli dibandingkan dengan

pekerja tanpa SBS. Keluhan wheezing dan atau dada tertekan memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut dengan peakflow meter atau spirometri sebelum dan

sesudah kerja. Jika hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan maka tidak

terdapat penyakit. Waktu saat timbulnya penyakit merupakan salah satu faktor

penting pada SBS. Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu dalam

mendiagnosis SBS.3

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab SBS. Stres akibat lingkungan kerja mekanismenya belum jelas diketahui,

diduga karena tidak ada keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan. Stres merupakan gabungan antara beban kerja di kantor

dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat memberikan fenomena fisiologis maupun psikologis. Kuantitas kerja dapat menghambat

kenyamanan bekerja dan berperan pada iritasi mukosa dan keluhan umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak langsung akibat stres

kerja.3

Kelainan Gejala

Iritasi membran mukosa Iritasi mata, hidung, dan

tenggorokan

Gejala neurologis Nyeri kepala

Kelelahan

Sulit konsentrasi

Cepat marah

Gejala menyerupai asma Dada terasa tertekan

Wheezing

Gangguan kulit Kulit kering

Iritasi kulit

Gejala gastrointestinal Diare

Tabel 1. Gejala dan tanda SBS3

Patofisiologi

Terdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain hipotesis

kimia bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari

perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau formaldehid yang

terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor

iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan

asma dan rinitis melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi

pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan pengeluaran mediator

11

Page 12: Makalah Hafiz 28-9

inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi

lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan

produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel

pembunuh bakteri di saluran napas, membengkaknya saluran napas dan

merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernapas,

sehingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan

memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.6

Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol; penelitian cross sectional

menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan

memberikan reaksi terhadap VOCs konsentrasi rendah dibandingkan

individu tanpa atopi. Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu

kerentanan individu akan mempengaruhi timbulnya gejala.6 Stres karena

pekerjaan dan faktor fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala

SBS. Building related illness (BRI) berbeda dengan SBS, adalah suatu

penyakit yang dapat didiagnosis dan diketahui penyebabnya berkaitan

dengan kontaminasi udara dalam gedung.6

3) Diagnosa banding

Faringitis Rhinitis Alergika Common Cold

Definisi: faringitis adalah

suatu peradangan pada

tenggorokan (faring).

Penyebab: faringitis bisa

disebabkan oleh virus

maupun bakteri.

Kebanyakan disebabkan

oleh virus, termasuk virus

penyebab common cold, flu,

adenovirus.

Gejala: baik pada infeksi

virus maupun bakteri,

gejalanya sama yaitu nyeri

tenggorokan dan nyeri

menelan. Selaput lender

Definisi: Rhinitis alergika

terjadi karena sistem

kekebalan tubuh kita bereaksi

berlebihan terhadap partikel

di udara yang dihirup. Sistem

kekebalan tubuh menyerang

partikel itu, menyebabkan

gejala seperti bersin-bersin

dan hidung meler. Partikel itu

disebut alergen yang artinya

partikel itu dapat

menyebabkan suatu reaksi

alergi.

Gejala: bersin berulangkali,

terutama setelah bangun tidur

Definisi: Common Cold

(pilek, selesma) adalah suatu

reaksi inflamasi saluran

pernapasan yang disebabkan

oleh infeksi virus.

Penyebab: lebih dari 200

jenis virus dapat

menyebabkan Common

cold, tetapi yang tersering

adalah rhinovirus,

coronavirus dan RSV

(respiratory syncytial virus).

Gejala: batuk pilek biasa,

demam yang ringan atau

kadang tidak ada demam,

12

Page 13: Makalah Hafiz 28-9

yang melapisi faring

mengalami peradangan berat

atau ringan dan tertutup oleh

selaput yang berwarna

keputihan atau

mengeluarkan nanah.

Gejala lain: demam,

pembesaran KGB di leher,

peningkatan jumlah sel

leukosit.10

pada pagi hari. Hidung meler

dan postnasal drip. Cairan

yang keluar dari hidung meler

yang disebabkan alergi

biasanya bening dan encer,

tetapi dapat menjadi kental

dan putih keruh atau

kekuning-kuningan jika

berkembang menjadi infeksi

hidung atau infeksi sinus.

Mata gatal, berair. Telinga,

hidung, dan tenggorokan

gatal.10

hidung berair atau hidung

mampet. Biasanya akan

sembuh dalam waktu yang

relatif cepat (umumnya 2-3

hari).10

Legionnaire

Suatu bentuk pneumonia yang lebih parah di mana inflamasi paru terjadi karena

infeksi oleh bakteri Legionella, antaranya Legionella pneumophila. Penyebaran

secara aerosol/air-borne, tidak diinfeksi dengan kontak perorangan. Gejala dapat

timbul 2- 14 hari setelah exposure terhadap bakteri.2

Antara gejala legionnaire: cephalgia, myalgia, dingin, demam, batuk,

fatigue, nafsu makan menurun, confusion, sesak nafas, dan gangguan GIT seperti

nausea dan vomitus.2

Bukan saja menginfeksi paru, tetapi pada kasus lebih serius dapat menyebar

ke jantung. Bentuk lebih mild dari legionnaire adalah Pontiac fever yang dapat

sembuh sendiri tanpa tatalaksana. Paling umum, Penyakit bangunan wabah hasil

dari aerosol yang terkontaminasi, biasanya disebarkan dalam sistem ventilasi dari

menara pendingin, kondensor yang menguapkan, dan sistem pendingin udara.

Sumber lain dari aerosol termasuk air mancur hias,dan bak pusaran air panas.

Spesies Legionella dapat kultur sampai 40% dalam menara pendingin, meskipun

infeksi yang berasal dari paparan aerosol dilaporkan jarang. Bakteri Legionella

berkembang dalam sistem air dipertahankan pada suhu hangat antara sekitar 26,7

° C (80 ° F) dan 48,9 ° C (120 ° F). Pembersihan dan perawatan sumber-sumber

potensial sangat penting dalam mencegah wabah Legionnaires’s disease.2,5

13

Page 14: Makalah Hafiz 28-9

4) Penatalaksanaan

Medika mentosa

Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom:

Decongstan: membantu melancarkan pernafasan dan pengeluaran

mucus atau lendir dari hidung.

Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan dahak

atau mengencerkan dahak.

Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri

seluruh badan.

Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire.5,7

Non-medika mentosa

Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya

dengan pembersihan AC secara berkala

Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit

Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung tekah dinyatakan

telah terkena SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh

untuk mencari sumber polutan yang dominan. Setelah sumber

tersebut ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah

menghilangkan sumber polutan tersebut.

Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan dengan

melakukan modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada

disesuaikan dengan standar baku yang telah ada.

Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung. Hal ini

dapat dilakukan dengan menggunakan filter yang dapat menyaring

udara, meskipun sangat terbatas.

Menjaga temperature dan kelembapan ruangan dalam rentang

dimana kontaminasi biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam

temperature 70 oF dan kelembapan 40-60%.

Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses pertukaran

udara dalam dan udara luar.

5) Pencegahan

Edukasi tentang penyakit SBS

14

Page 15: Makalah Hafiz 28-9

Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara

baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu

gedung. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya

udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar

gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung.

Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa

agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah

supply udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam

ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply udara segar

yang cukup apabila ada penambahan-penambahan karyawan baru dalam

jumlah yang signifikan.

Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan

pembersih ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di

dalam gedung dan lebih ramah lingkungan (green washing,non toxic,

natural, ecological friendly).

Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang

bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah

memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu

mendapat ventilasi udara yang memadai.

Keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar.

Alokasikan ruangan khas untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk

asap buangannya demikian sehingga tidak bercampur dengan sirkulasi

udara segar menuju ruangan lainnya.

Segera laporkan apabila terlihat gejala-gejala sick building syndrome.

6) Prognosis

Dubia ad bonam

Kesimpulan

Penyakit sick building syndrome(SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja

sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi

dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah

penyakitnya SBS. SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri,

perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS

15

Page 16: Makalah Hafiz 28-9

sangat mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul disebabkan

polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan

rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozone yang berasal

dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Sedangkan

di rumah tangga seperti furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan

karbon monoksida. Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak

seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus terkena dampak tersebut bisa memicu

munculnya berbagai penyakit dalam tubuh seperti kanker, TBC, dan flu.

Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya

misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk

pancaran sinar matahari, arena polutan itu bisa mati karena pengaruh sinar matahari.

Daftar pustaka

1. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: CV Sagung

Seto;2009.h.197-205.

2. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS,

Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation

management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2002. Page 241-55.

3. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2002.

Page 124-31.

16

Page 17: Makalah Hafiz 28-9

4. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building

syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones 2003. Page

171-2.

5. Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New York :

Mc Graw Hill ; 2007. Page 718-719.

6. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health

Perspect 2002. Page 663-7.

7. Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al. Symptoms

in relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int Arch Occup

Environ Health 2004. Page 461-70.

17