majalah digital

30
FLM IRON MAN 3 FILM TERAKHIR ROBERT DOWNEY JR SEBAGAI IRON MAN ? MOVIE & MUSIC MAGAZINE MEI 2013 EFEK RUMAH KACA SINOPSIs FILM FAST AND FURIUS 6 DUBSTEP & STANDARISASI Big Sound Festival 2013 Menggapai mimpi masa kecil SKrILLEX

description

Rizki Fauzi. M.Bandaniji. Hasan Zaki

Transcript of majalah digital

Page 1: majalah digital

FLMIRON MAN 3

FILM TERAKHIR ROBERT DOWNEY JR SEBAGAI IRON MAN ?

MOVIE & MUSIC MAGAZINE

MEI 2013

Joe Taslim :Aktor Indonesia di Film

Fast and Furius 6

Wawancara eksklusiveEFEK RUMAH KACA

SINOPSIs FILM

FAST AND FURIUS 6

DUBSTEP & STANDARISASI

Big Sound Festival 2013Menggapai mimpi masa kecil

SKrILLEX

Page 2: majalah digital

4 8

IRON MAN TERAKHIR BAGI ROBERT DOWNEY Jr

C O N T E N T

movie zone

ReviewIron Man 3............4Star Trek :Into Darkness.........8

SinopsisFast and Furius 6....12

Profil BintangJoe Taslim............13

music zone

InterviewEfek Rumah Kaca....16

Serba-serbi8 nama band sebelum mereka terkenal......22

ResensiBig Sound Festival 2013....................26Skrillex.................28

DESAIN & EDITOR

RIZKI FAUZI2010716650005

MUHAMMAD BANDANIJI2010716650028

HASAN ZAKI2010716650019

Majalah ini dibuat untuk keperluan tugas kuli-ah, mohon maaf apabi-la ada kesalahan dalam penyusunan maupun materi yang termuat di

dalamnya

6

Page 3: majalah digital

IRON MAN TERAKHIR BAGI ROBERT DOWNEY Jr

Movie ZONE

Page 4: majalah digital

4 |FLM

REVIEW

isah film ketiga Iron Man diawali kejadian tahun 1999 di Bern, Swiss. Dari se-buah insiden yang tak ada sedetikpun dalam benak Tony akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

Adalah Aldrich Killian (Guy Pearce) seorang ilmuwan berwajah culun yang memii-ki sebuah ide tentang masa depan. Namun sayang, Tony saat itu lebih tertarik den-gan penelitian milik Maya Hansen (Rebecca Hall). Sejak itu, Aldrich berusaha untuk bangkit sendiri dan melupa-kan kekecewaan yang ditim-bulkan akibat ulah kecil Tony.

K 13 tahun, Tony masih sibuk dalam mengembangkan ke-mampuan kostum Iron Man-nya, juga Mark 42. Yang tak disangka adalah, Aldrich kem-bali masuk ke kehidupan Tony guna mengacaukan pikirann-ya. Karena Aldrich ternyata mantan pacar Tony saat ini, Pepper Potts (Gwyneth Pal-trow). Dan saat ini Aldrich sudah berubah dari pria cu-lun menjadi pria yang gan-teng dan trendy.

Belum tuntas urusan Tony dan Aldrich, kesibukan sang pahlawan kembali diuji oleh teror sadis yang ditebar oleh The Mandarin (Ben Kingsley). Sejumlah kejadian-kejadian

IRON MAN 3

Page 5: majalah digital

FLM| 5

seperti bom bunuh diri dan penyerangan kerap terjadi dan semakin membuat Tony kelimpungan. Dan salah satu korban Bom Bunuh diri adalah Kepala Keamanan Stark In-dustries Happy Logan. Hal ini membuat Stark bangkit dan menantang Mandarin lewat Stasiun TV.

Puncaknya adalah saat rumah Tony di Malibu di luluhlantah-kan oleh anak buah The Man-darin.

Sutradara : Shane BlackProduser : Kevin FeigePenulis Naskah : Drew Pearce, Shane BlackPemain : Robert Downey Jr, Gwyneth Pal-trow, Ben Kingsley, Guy Pearce, Rebecca Hall, Stephanie Szostak, Jon Favreau, James Badge DaleGenre : Action, FantasiStudio : Marvel StudiosDistribusi : Walt Disney Pictures, Motion PicturesTanggal Rilis Perdana : 3 Mei 2013

Page 6: majalah digital

ron Man 3 masih men duduki posisi perta-ma Box Office internasion-al sejak dirilis pada 3 Mei lalu. Ini jelas sebuah indi-kasi bahwa Iron Man mem-punyai kesempatan untuk mengeruk lebih banyak melalui film-film selanjutn-ya.

Namun, dengan berakhirnya kontrak Robert Downey Jr di film ini, kelanjutan dari Iron Man pun masih menjadi pertanyaan besar. Robert Downey Jr diberitakan sedang dalam proses negosiasi untuk kembali memerankan tokoh Tony Stark.Tidak diketahui apakah Iron Man akan dibuatkan film sendiri atau bergabung bersama “Avenger.”

“Perbincangan mengenai ini akan dimulai besok, namun ti-dak persis besok. Ada banyak pertimbangan disini, tapi aku bukan tipe yang suka meng-

I

“Aku percaya bahwa akan ada Iron Man yang keempat, kelima, kee-nam, atau kesepuluh bahkan keduapuluh”

IRON MAN TERAKHIR BAGI ROBERT DOWNEY Jr ?

Page 7: majalah digital

gantung nasib orang” ujar Robert. “Aku berniat untuk meluncurkan franchise lainnya. Untuk menjadi lebih besar dari yang se-

karang, untuk mengu-ji seberapa besar aku

mampu” tambahnya.

Namun menurut Kev-in Feige, Presiden Stu-dio Marvel, ia yakin

bahwa Tony Stark mem-punyai karir yang ce-merlang di masa depan. Kembali atau tidaknya Robert tidak akan menja-di masalah bagi kelanju-tan Iron Man.

“Aku percaya bahwa akan ada Iron Man yang keempat, kelima, keenam, atau kese-puluh bahkan keduapuluh” ujarnya. ” Aku tidak melihat alasan kenapa tokoh ini tidak bisa menjadi sebesar James Bond atau Batman, atau Spi-derman” tam-

bahnya lagi.

Page 8: majalah digital

8 |FLM

itung berapa banyak sekuel yang pernah Anda lihat yang lebih bagus dari film perta-

manya? Sedikit bukan? Apalagi ka-lau film pertamanya adalah remake sci:fi superterkenal 'Star Trek' bua-tan J. J. Abrams yang dirilis pada 2009 lalu ini.

Kini Abrams bersama seluruh cast-nya kembali lagi di musim panas ini untuk menunjukkan bahwa mereka bisa membuat film yang lebih bagus dari film pertamanya (atau setidaknya, menyamai kual-itas film pertamanya) dalam' Star Trek: Into Darkness'.

Bukan Kirk (Chris Pine) naman-ya kalau tidak terlibat dalam ka-sus lagi. Walaupun dia bersama seluruh timnya berhasil menye-lamatkan gunung merapi yang sedang ngamuk di Planet Nibiru, misi mereka untuk tetap low pro-file terpaksa diurungkan karena Spock (Zachary Quinto) yang ngo-tot ingin merelakan dirinya demi kesenjangan para makhluk di plan-et tersebut. Sang bos pun, Chris-topher Pike (Bruce Greenwood), marah dan akhirnya Kirk harus mundur dari Kapten Enterprise.

Sementara itu di London, seorang lelaki misterius (Benedict Cumber-

'Star Trek: Into Darkness': Petualangan Baru Kapten Kirk

H

Page 9: majalah digital

FLM| 9

batch) muncul dan menjadi ter-sangka utama atas peledakan arsip rahasia Section 31. Para petinggi pun mengadakan pertemuan demi upaya penangkapan lelaki yang menamakan dirinya John Harri-son ini. Di tengah-tengah rapat, Harrison muncul dan menyerang mereka. Kirk bersama Spock pun langsung bersama-sama bergerak untuk mencari tahu siapakah John Harrison sebenarnya. Para grup Enterprise pun segera pergi untuk menyelesaikan misi ini. Hanya saja mereka tidak tahu rencana besar tergelap yang akan mereka hadapi selanjutnya.

J.J. Abrams adalah seseorang den-gan kapasitas otak yang hampir tidak terbatas. Setelah kiprahnya di dunia pertelevisian (dia adalah ala-san kenapa Anda semua terobsesi dengan 'Alias', 'Lost' dan 'Fringe'), ia dipanggil Tom Cruise untuk

melanjutkan misi Ethan Hunt da-lam 'Mission: Impossible III' yang menandai sepak terjangnya di layar

lebar.

Walaupun 'M:I III' yang dirilis pada 2006 itu cukup menunjukkan kualitas Abrams (tidak termasuk perolehan box office yang men-guntungkan), banyak orang yang masih menilai bahwa Abrams be-lum menunjukkan kejeniusannya. Sampai akhirnya pada 2009 ia membuktikannya dengan remake sci:fi terkenal yang dicintai sejuta umat, 'Star Trek'.

Semua orang yang skeptis (ter-masuk para Trekkies yang cukup loyal) kepada Abrams sebagai sutradara 'Star Trek' langsung be-rubah pikiran begitu filmnya diri-lis. 'Star Trek' adalah sebuah con-toh bagaimana seorang sutradara membuat remake yang tidak hanya membuat fans aslinya bahagia tapi juga berhasil menarik para pengge-mar baru.

Page 10: majalah digital

10 |FLM

Sayangnya, 'Star Trek: Into Dark-ness' berjalan tidak semulus film pertamanya. Roberto Orci, Alex Kurtzman dan Damon Lindelof (pria yang membuat semua orang kebingungan dalam 'Prometheus' tempo hari) sebagai penulis ske-narionya terkena penyakit sekuel. Semuanya serba besar, extravagan-za, ambisius namun pada akhirnya menjadi tidak fokus.

'Star Trek: Into Darkness' meski-pun masih berhasil menampilkan adegan action yang seru dan visual yang mendebarkan, tidak berhasil untuk menampilkan sebuah kejutan yang diinginkan. Tak seperti yang pernah dilakukan oleh Christopher Nolan dalam 'The Dark Knight'. Selain itu, film ini juga menyia-ny-iakan karakter-karakternya yang sudah keren. Pembagian porsi yang

tidak rata itu, serta klimaks yang agak kurang greget membuat film ini kurang seasyik film pertaman-ya. Efek 3D-nya pun tidak bergu-na.

Chris Pine dan terutama Zachary Quinto masih tetap prima sebagai Kirk dan Spock. Hubungan per-temanan keduanya digali lebih da-lam di sini yang menjadi highlight tersendiri. Tanpa penampilan keren mereka, sudah pasti bagian akhir film ini tidak akan tampil sedrama-tis itu. Kredit tersendiri buat Bene-

dict Cumberbatch, pria yang akrab dengan perannya sebagai Sherlock dalam serial televisi terkenal itu bermain sangat menyenangkan sekaligus menyeramkan sebagai antagonis yang manipulatif, pintar

Page 11: majalah digital

FLM| 11

dan berbahaya.

Para pemain lain seperti John Cho, Anton Yelchin, Karl Urban, Simon Pegg serta pendatang baru Alice Eve masih memberikan warna yang seru seperti film sebelumnya. 'Star Trek: Into Darkness' memang tidak sejelek sekuel Hollywood ke-banyakan. Film ini masih merupa-kan sebuah tontonan musim panas yang patut disimak. Namun meli-hat potensi J. J. Abrams yang tidak terbatas, hasil yang terlihat di layar itu tergolong mengecewakan.

Sutradara : J.J. AbramsProduser : J.J. Abrams, Bryan Burk, Rober-to Orci, Alex Kurtzman, Damon LindelofPenulis Naskah : Roberto Orci, Alex Kurtz-man, Damon Lindelof, Bruce GreenwoodPemain : Chris Pine, Zoe Saldana, Zachary Quinto, Simon Pegg, Benedict Cumber-batch, Anton Yelchin, Karl Urban, John Cho, Alice Eve, Peter Weller, Jordi Molla, Edgar Ramirez, Noel Clarke, Nazneen Con-tractorGenre : Aksi, Petualangan,Fiksi IlmiahDurasi : 132 menitTanggal Rilis Perdana : 16 Mei 2013Studio : Paramount Pictures

Page 12: majalah digital

12 |FLM

etelah cukup lama dirahasiakan, akhirnya film seru yang terkenal dengan aksi balapan ‘Fast and Fu-rious 6‘ mengumumkan sinopsis

resmi filmnya.Fast and Furious 6 akan menceritakan tentang petualangan Dom (Vin Diesel) dan Brian (Paul Walker) yang telah berhasil melakukan perampokan besar dari ‘kerajaan’ mafia di Rio Brazil dan mendapatkan USd 100 Juta (di film Fast Five)Mereka kini bersama anggota kelom-poknya telah terpencar ke seluruh dun-ia. Namun, mereka mendapat halangan untuk kembali ke rumah dan terus-me-nerus hidup dalam pelarian yang mem-buat kehidupan mereka terasa belum lengkap.Di lain sisi, Hobbs (Dwayne Johnson) saat ini sedang memburu kelompok pembalap bayaran yang memiliki ke-mampuan balapan luar biasa di 12 neg-ara pimpinan Owen Shaw (Luke Evans) bersama mantan kekasih Dom yang se-lama ini diduga sudah meninggal, Letty (Michelle Rodriguez).Satu-satunya cara untuk menghentikan para kriminal ini adalah melumpuh-kan mereka di jalanan. Siapa lagi yang bisa diminta tolong selain kelompoknya Dom? Jadi Hobbs yang awalnya bersete-ru dengan kemompok Dom, kali ini me-

S minta kelompok Dom untuk bergabung bersama team khususnya di London.Apa yang membuat Dom mau menerima tawaran Hobs? Yah, iming-iming kebe-basan hukum seperti di Fast & Furious sebelumnya kembali menjadi daya tawar utama. Hobs akan memaafkan semua pencurian yang telah dilakukan kelom-

pok Dom dulu, sehingga mereka bisa kembali ke rumah dan berkumpul ber-sama keluarga mereka dengan tenang.Fast and Furious 6 masih diarahkan oleh Justin Lin dan dibintangi Vin Diesel, Paul Walker, Jordana Brewster, Dwayne Johnson, Tyrese Gibson, Michelle Rodri-guez, serta Luke Evans. Joe Taslim, ak-tor asal Indonesia juga memiliki peran di fim ini, dimana dia menjadi anak buah dari Shaw yang sadis, lengkap dengan skill parkournya.

Aktor Asal Indonesia yang Joe Taslim

Page 13: majalah digital

FLM| 13

Bermain Dalam FilmFast and Furius 6

Aktor Asal Indonesia yang Joe Taslim

Page 14: majalah digital

14 |FLM

eperti yang sudah heboh di berbagai media, aktor beladiri Indonesia, Joe Taslim, menjadi salah satu pemeran dalam film hollywood Fast and Furious 6. Bukan hanya menjadi cameo atau stunt saja, namun Joe Taslim mendapatkan peran dan scene

yang penting dalam proyek film ini.

Untuk adegan pertarungan melawan lima orang dalam film barunya, Fast & Furious 6, aktor Joe Taslim diberi waktu satu hari shooting. Tapi, Joe menyelesaikan shooting itu dalam enam jam saja.

Menurut Joe, dengan memenuhi tuntutan kerja tersebut, ia memberi bukti bahwa aktor Indonesia bisa diajak bekerja sama dan profesional. “Gue mau buktiin, ‘Nih gue kasih 150 persen, jangan sampai lo nyesel,’ dan mereka bisa lihat orang Indonesia fokus, kerja keras. Pressure-nya kebawa. Kalau gue ngaco, nanti mereka bilang aktor Indonesia ngaco nih. Untungnya mereka happy,” ujar Joe

Joe Taslim melakukan proses pengambilan gambar Fast and Furious 6 selama empat bu-lan di London dan Spanyol. Joe Taslim yang memerankan tokoh antagonis bernama Jah.

Jah digambarkan sebagai seorang pem-bunuh berdarah dingin yang menggunakan keahlian bela diri dan parkour untuk mela-wan Han yang diperankan oleh Sung Kang serta Roman Pearce (Tyrese Gibson). Jah menampilkan aksi tendangan udaranya yang menghantam Roman Pearce.

“Gue mau buktiin, ‘Nih gue kasih 150 persen, jangan sampai lo nyes-el,’ dan mereka bisa lihat orang Indonesia fokus, kerja keras.

”Fast and Furious 6 akan diarahkan sutradara Justin Lin dengan naskah gara-pan Chris Morgan. Film yang diprodu-seri Neal Moritz, Vin Diesel dan Clayton Townsend itu dijadwalkan rilis Mei 2013.

S

Page 15: majalah digital

FLM| 15

MUSIC ZONE

16

28

22

Page 16: majalah digital

16 |FLM

Efek Rumah Kaca: Band Cerdas Visioner

ejak mencuat pada 2007 silam bersama Paviliun Records, Efek Rumah Kaca langsung diganjar segudang penghargaan dari berbagai lini. Single mereka “Cinta Melulu” ditahbis sebagai “Best Indonesian Song of 2008”

oleh salahradio prestisius Indonesia. Juga ada “The Best Alternative” at Indo-nesia’s prestigious Anugerah Musik Indonesia Award 2008, “The Best Cutting Edge Band 2008” by MTV Indonesia, “Rookie Of The Year 2008” by Rolling Stone Indonesia, “Class Music Heroes 2008” oleh Class Mild, dan di akhir Desember tahun lalu, “Di Udara” dan “Cinta Melulu” berhasil masuk dalam “150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa versi Majalah Rolling Stone In-donesia”. Wajar kan jika banyak media massa Indonesia yang hingga kini pun mengklaim mereka sebagai “Indonesian music saver”. Kali ini, Finroll.com berkesempatan mengorek langsung informasi mendalam dari ERK.

S

Page 17: majalah digital

FLM| 17

Efek Rumah Kaca: Band Cerdas Visioner

Nama:CholilPosisi : Vokal, gitar

Nama : AdrianPosisi : Bass

Nama : AkbarPosisi : Drum

personel

Efek Rumah Kaca

Diskografi |

“Melankolia” (Paviliun Do Re Mi/kompilasi/Paviliun Records/2006), “Di Udara” (Todays of Yesterdays/kompilasi/BadSectors Records/2006), “Efek Rumah Kaca” (album/Pa-viliun Records/2007), “Jatuh Cinta Itu Biasa Saja” (Valentine’s Love Songs/kompilasi/Hai Magazine/2008), “Banyak Asap di Sana” (Make Fair Trade/kompilasi/Kawanku Magazine/2008), “Hujan Jangan Marah” (Siaga Bencana/kompilasi/Electrified Re-cords/2008), “Kamar Gelap” (album/Aksara Records/2008).

Page 18: majalah digital

18 |FLM

INTERVIEW

finroll | Indie yang elegan buat lo itu apa sih?ERK-Akbar | Semua orang itu punya jiwa Indienya yang dimulai dari keresahan. Nah, ketika keluar dari ke-resahan itu, musik yang dimainkan pun jadi beda. Seperti ketika ada label besar yang menawari kami reka-man, tapi memaksa untuk mengikuti apa yang ada. Ini kan namanya memotong kreativitas dan nggak ma-nusiawi. Padahal kami belum didengar. Jadi ya mending jalan sendiri dan mengelola semuanya secara independen aja. Indie itu kreativitas musik yang terhambat karena dikotak-kotakkan oleh major label.

finroll | Seperti apakah ERK waktu awal kali dibentuk?ERK-Adrian | pada 1991 dulu, baru gue & Cholil aja—itu pun sekadar temen satu SMA di 47. Kami udah sama-sama ngeband. Nah, baru ngumpul beneran itu ya di tahun 1998, setelah band mas-ing-masing bubar. ERK yang sekarang, meneruskan spirit dari Lal, band-nya Cholil dulu. Pada 2001, masuk Hendra (gitar) & Sita (piano). Unsur piano ini mendominasi, sehingga kami mirip bet-ul dengan Toreamos. Jadi secara musikal ini masih belum apa-apa, bukan ERK juga. Sampai akh-irnya mereka berdua keluar, dan di 2003-lah kami baru ketemu konsep yang sesungguhnya.

finroll | Bagaimana proses yang ditempuh hingga ERK bisa seperti sekarang?

ERK-Adri-an | Sejak 2001 hingga 2007, kami cuma latihan seminggu sekali. Rutin tanpa mang-gung. Kami hanya senang-senang aja, selain pengen bikin lagu dan album bagus. Sepan-jang itu, kami masih belum punya bayangan soal bagaimana pola rekaman dan mendistri-busikan album. Kami cuma tau soal bikin demo, kirim materi via pos dan tunggu kabar. Nah, setelah kenal Harlan Bur yang kini jadi menejer

ERK, kami baru paham scene Indie dan mulai maen di even-even komunitas. Baru kami mulai rilis album dan tanpa beban menawarkan apa yang kami suka. Ternyata, respon media ba-gus dan kami dapet gigs yang lebih banyak.

finroll | Banyak band yang jenrenya kemudian ditentukan oleh pendegar dan kritikus musik. Nah, ERK sendiri sebenarnya bermain di jenre apa sih?E R K - A k b a r | Bingung juga ya. Di ERK itu bebas. Param-eternya sederhana, sewaktu kami memain-kan musik di studio terus bisa MERINDING,berarti itu sebenarnya udah dapet hook dan jiwa ERK-nya. Kami betul-betul nggak peduli dengan

orang luar dan asyik sendi-ri aja. Kalo dengar album kedua, ya se-but aja jenre kami itu pop—tapi pop-nya ERK yang dijalin satu benang merah: rock.

Page 19: majalah digital

FLM| 19

ERK-Akbar | Semua orang itu punya jiwa Indienya yang dimulai dari keresahan. Nah, ketika keluar dari ke-resahan itu, musik yang dimainkan pun jadi beda. Seperti ketika ada label besar yang menawari kami reka-man, tapi memaksa untuk mengikuti apa yang ada. Ini kan namanya memotong kreativitas dan nggak ma-nusiawi. Padahal kami belum didengar. Jadi ya mending jalan sendiri dan mengelola semuanya secara independen aja. Indie itu kreativitas musik yang terhambat karena dikotak-kotakkan oleh major label.

finroll | Buka “pintu dapur” dikit dunk, kalo lagi di studio atau ga lagi manggung, lo semua pada ngapain aja?

E R K - A k b a r | Pastinya, kami nggak pernah ketinggalan shalat, berdo’a, sabar dan rajin menabung. Selain anti mainin lagu orang, di ERK kami tak pernah bikin lirik duluan, karena yang lebih banyak disiapin ya materi nada & aransemennya. Setelah dirasa pas, baru lirik masuk dan ini jatahnya Cholil—tentu setelah kami rembukan bertiga. Biasanya, dia memang selalu punya ide buat bikin lirik bagus. Jadi, lirik menyesuaikan lagunya. Kalo lagunya marah seperti “Di Udara”, ya liriknya juga marah-marah. Kami ini termasuk nekat, karena nggak berangkat dari latar musik samasekali. Gue aja baru bisa nge-drum waktu di SMA. Artinya, kami semua terlambat gaul di musik.

Jadi apa yang kami punya itulah yang “ditabrakin”. Ditambah tekun mendengar referensi yang un-tungnya, nggak malu-maluin amat—baik itu dari Indonesia atau Barat: Jon Anderson, Peter Ga-briel, The Beatles, Sting, Smashing Pumpkins, Bjork, Radiohead, Jeff Buckley, Rufus Wainwright, Sufjan Stevens, Billie Holiday, Iwan Fals, Eros Djarot, Guruh Sukarno Putra, Chrisye, Sore, San-tamonica, Zeke And The Popo. Referensi ini yang membuat kami jadi punya standar—nada, kord atau rasa. Buktinya gini. Kalo ternyata lagu yang kami buat itu mirip sama band lain, langsung aja diganti. Jadi kami nggak pake istilah enam bar atau berapa (merujuk pada beberapa ka-sus menjiplak yang dilakukan band Indonesia belakangan ini—red) lantas kemudian dibil-ang sah, asli karya sendiri. Kami betul-betul bebas berkarya tanpa pakem, meski sampe seka-rang kami tetap belum punya studio sendiri. Hehehe… Jadi rasanya pengen latihannn… terus.

finroll | Ikut memonitor perkembangan temen-temen Indie lain yang juga sedang bergerak?

ERK-Adrian | Selain juga berkawan, justru kami lebih senang mengamati mereka. Kalo band major label kan gampang, bisa dipantau lewat Tv, iklan, sinetron dan keban-yakan lagu mereka itu nggak bagus. Band Indie kan lain. Selain aneh-aneh, mereka lebih berani eksplorasi. Kami sadar betul, musik itu kan beragam. Jadi pasti banyak yang nggak terpikirkan oleh kami, tapi terpikir oleh band lain. Band-band Jogja itu bagus, kayak Melancholic Bitch dan Risky Summerbee. Kami lebih se-mangat mengikuti jejak mereka walau sarananya masih sebatas di www.myspace.com.

Page 20: majalah digital

20 |FLM

finroll | Setelah tahu medan scene Indie, apa yang dirasain dan setelah ini mau apa?

ERK-Akbar | Dapet PR yang besar dan tetap pengen bertiga. Tentu dengan gagasan yang jauh lebih liar, berani dan berubah. Kami juga nggak mau bikin lagu dengan tema dan materi yang sama. Kami akan coba cari formula lain yang lebih baru, dan kayaknya lagi pengen marah-marah nih. Karena memang kondisinya harus dimarahin. Cholil sudah menyiapkan amunisi lirik untuk marah-marah tuh. Mudah-mu-dahan berhasil. Untuk itu, kami harus memulainya dari Nol lagi.

finroll | Tapi kan ada juga band seperti Mocca & White Shoes & Couples Company yang cend-erung begitu setiap mereka menerbitkan lagu atau album baru?

ERK-Akbar | Kadang-kadang, ciri khas itu penting juga. semacam trade mark gitu lah. Ya kalo di ERK, ada Cholil yang bisa jadi penandanya. Seperti ketika Sore dalam salahlagunya “Setengah Lima”, yang kata temen-temen adalah album baru ERK, karena vokal Cholil mirip dengan tone-nya Sore, jadi kami bingung sendiri, apa ERK yang kayak Sore atau sebaliknya. Intinya, berubah. Mereka yang di luar sana kan nggak tahu kalo sebenarnya kami bosan memainkan lagu yang itu-itu terus. Tapi karena tuntutan sebagai seni-man musik, ya mau nggak mau harus terus nepu penonton waktu tampil. Hahaha…

INTERVIEW

finroll | Seberapa besar pengaruh band lain yang jadi acuan kalian selama berkarir di musik?

ERK-Adrian | Itu terjadi di Cholil karena vokalnya agak Radio Head & Jeff Buckley yang kadang suka tinggi, falset dan nyeret-nyeret. Tapi karena kami bertiga senang sama rock, ya baunya tetep aja kecium di seti-ap lagu. Sefanatik apa kami sama influencer itu, tapi intinya kami tetep tunduk & nyerah sama lagu yang diciptain bareng-bareng. Jadi lagu-lagu yang kalian dengar itu, ya bukti bahwa kami bertiga nyerah sama lagu.

Page 21: majalah digital

FLM| 21

finroll | Soal pilihan nama nih. Kok terdengarnya “goblok abis” ya… E-fe-k Ru-ma-h Ka-ca. Jelasin dunkz. ya… E-fe-k Ru-ma-h Ka-ca. Jelasin dunkz.

ERK-Akbar | Itu sih nama tinggal mungut aja dari lagu yang kami bikin, dan itu terpaksa banget. Dulu kan awalnya, Hush. Ganti lagi jadi Rivermaya karena nggak pernah manggung. Tapi ini sebelum ketauan ada band dengan nama yang sama dari Filipina, bagus pula. Ganti lagi jadi Superego. Keren banget kan? Eh, giliran ada temen beli kaset di Jogja, ada juga band yang pake nama itu. Huahaha… Sakit hati jadinya. Itu kenapa ada temen kami yang kasih nama begini, Orang Gila Bertiga. Nah Efek Rumah Kaca itu baru muncul waktu kami mau manggung pertama kali pada 2005. Harlan “Bur” yang jadi menejer ERK itulah yang ngajuin.

finroll | Punya pola lain nggak buat masarin karya kalian?

ERK-Yuri | Sejauh ini kami tetap konvensional. Ikut aja sama Aksara Records. Tapi juga sering jual langsung kalo pas lagi manggung, atau barter. Misalnya, pihak penyelenggara nawarin honor yang min-im, nah kami ambil kesempatan itu, tapi ditukar dengan CD ERK. Aman kan?

finroll | Sejauh apa ERK sanggup mengimplementasikan karya dengan realitas kehidupan?

ERK | Selain Cholil yang memang dekat sama Kontras, pendapatan dari RBT lagu “Di Udara”, kami sumbangkan untuk Kasum (Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir—red), karena lagu ini diinspirasi oleh sosok Munir, dan kami pun sepakat mendedikasikan lagu itu untuk almarhum. Kalo untuk lagu yang mengangkat isu lingkungan, ya kembali ke pribadi masing-masing. Kami tetap berusaha untuk hemat enerji. Bukti kongkritnya, kami tetap ngangkot dan ngojek kemana-mana. Jadi, mau itu kesempatan ke-cil atau besar, kami akan ikut memberi kontribusi, sampe nggak punya waktu buat mikirin penggemar, karena sibuk menjaga konsekuensi dari lagu yang kami buat.

Selain itu, kami juga pengen bikin label sendiri. Kami dulu bisa muncul karena dibantu orang. Nah, sekarang juga bantu dan mengenalkan band Indie lain yang sebenarnya udah cukup dikenal publik seperti Zeke & The Popo. Vokalisnya mau coba bikin solo. Juga ada Bangkutaman yang udah lebih dulu dari ERK. Kami sendiri juga mau nyoba nerbitin album ketiga dengan label ini. Mungkin ERK juga akan ikut di album kompilasi Amnesti Internasional bareng White Shoes & The Couples Company, Mocca dan banyak band lain dari 50 negara.

Page 22: majalah digital

22 |FLM

Serba-serbi8 Nama BaNd SeBelum mereka

meNjadi TerkeNal

egiatan ngeband emang asyik. Segala hal yang berkaitan dengan urusan band memang sangat menyenangkan. Mulai dari latihan, nge-gigs, recording sampai punya fan basa dijamin nagih.Tapi tunggu dulu, ada satu kegiatan dalam band yang sungguh sulit. Bahkan bisa dibilang lebih susah

daripada bikin lagu. Itu adalah menentukan nama band. Menentukan nama band tak semudah menggenjreng kord E di gitar.

Beberapa nama band yang kini telah menjadi besar dan melegenda dulunya juga pernah mengotak-atik nama yang pas buat kelompok bermusik mereka. Beberapa di antaranya ada yang konyol, namun ada juga yang lebih terdengar bagus. Tapi bagaimanapun mereka telah sukses berpayung pada nama yang akhirnya disepakati. Siapa saja dan nama apa saja yang digunakan sebelumnya? Lets check it out!

1. The Libertines

Pete Doherty dan kawan-kawan awalnya menamai kelompok bermusik mereka The Strand. Band garage yang besar di pub legendaris, CBGB ini merasa tak cocok dengan nama yang diusung.

Mereka lalu menggantinya dengan The Albions, sebelumnya akhirnya benar-benar mantap menggunakan nama The Libertines. Lagu - lagu band ini memang kental dengan isu politik dan pemberontakan pemerintahan.

K

Page 23: majalah digital

FLM| 23

2. Radiohead

Para pendiri band ini pertama kali bertemu saat bersekolah di All-Boys School di Abingdon. Di tahun 1985, mereka membentuk sebuah grup dengan nama On A Friday. Nama tersebut dipilih karena mereka selalu berada di kelas musik yang sama pada hari Jumat.

Tapi ketika mereka menandatangani kontrak dengan EMI di tahun 1991, mereka diminta oleh pihak label mengganti nama karena dinilai kurang menjual. Akhirnya Thom Yorke dan kawan-kawan mengganti nama mereka dengan Radio-head yang tetap menggema hingga kini.

Radiohead sendiri adalah judul lagu dari band legendaris lainnya, Talking Heads. Lagu tersebut terdaftar di list album TRUE STORIES milik Talking Heads.

3. The Beatles

Hari ini siapa penikmat musik yang tak pernah mendengar nama The Beatles? Nama yang begitu legendaris dan bakal dikenang sepanjang masa. Namun tak banyak yang tahu seberapa sulit John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Star menemukan kata The Beatles untuk menjadi nama band mereka.

Sama seperti perjuangan awal mereka mendapatkan drummer permanen, mereka juga kesulitan memutuskan sebuah nama. Dari The Beetles lalu berganti The Beatals. Kemudian diubah lagi menjadi Johnny And The Moondogs yang kemudian berganti Long John And The Beetles.

Belum cukup puas mereka menggantinya lagi menjadi The Quarrymen yang kemudian digubah lagi jadi The Silver Beatles. Hingga pada akhirnya mereka menemukan komposisi nama The Beatles yang legendaris di tahun 1960.

Page 24: majalah digital

4. Red Hot Chili Peppers

Mungkin beberapa orang menganggap nama band ini cukup panjang dan rumit. Hingga akhirnya karena malas menye-but, band ini lebih nge-trend dengan anonim RHCP.

Namun ternyata nama awal band ini jauh lebih rumit. Yaitu adalah Tony Flow And The Miraculously Majestic Masters Of Mayhem! Yakin mc manapun bakal kesulitan ketika memanggil nama tersebut di panggung. Yang pasti RHCP jelas lebih mudah dibanding TFATMMMOM.

5. Black Sabbath

Ketika mereka pertama kali terbentuk, mereka menyebut diri mereka The Polka Tulk Blues Band. Ozzy terinspirasi dari nama bedak yang ia temukan di kamar mandi ibunya. Akhirnya nama ini lebih disingkat menjadi Polka Tulk.

Entah mengapa mereka kemudian berganti nama menjadi Earth. Namun ternyata sudah ada band yang menggunakan nama tersebut. Akhirnya mereka menemukan Black Sabbath. Nama tersebut diambil dari film horror di tahun 1963 dengan judul yang sama.

6. Van Halen

Page 25: majalah digital

8. Muse

Di awal perjalanannya, Matt Bellamy cs juga sempat linglung menentukan nama band. Setidaknya ada tiga nama yang pernah mereka coba. Mulai dari Gothic Plague kemudian berganti Fixed Penalty. Sampai Rocket Baby Dolls yang mereka gunakan untuk memenangi battle of the bands saat itu.

Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menamai band mereka dengan lebih simpel, Muse. Terbukti nama itu leb-ih mudah diingat dan menurut mereka sendiri lebih terlihat keren saat terpajang di poster event. Nama Muse tersebut terinspirasi dari guru seni Bellamy.

7. The Who

Mula-mula band ini bernama The Detour. Lalu di bulan Februari 1964 mereka mengganti nama menjadi The Who. Tapi itu tak berlangsung lama. Saat musim panas 1964, mereka merombak kembali nama band mereka menjadi The High Numbers.

Ketika saat itu band ditangani oleh Peter Meadan, single Zoot Suit tidak pernah menembus jajaran chart. Lalu mer-eka kembali mengganti nama mereka menjadi The Who, berganti manajemen dan kemudian menjadi band mods paling sukses dan legendaris.

Pada tahun 1972, mereka membentuk sebuah band dengan nama Mammoth. Tapi ternyata band dengan nama tersebut sudah ada yang menggunakan. Karena hal itu mereka akhirnya mengganti nama menjadi Rat Salad.

Namun nama Rat Salad juga sudah ada yang memakai. Sempat bingung dan tanpa nama dalam sesaat, mereka akhirnya menggunakan nama Van Halen yang masih tetap terngiang hingga saat ini.

Page 26: majalah digital

26 |FLM

RESENSIBig Sound Festival 2013, Menggapai Mimpi Masa Kecil

B lur adalah kenangan masa sekolah. Masih jelas dalam ingatan, sebelum berang-

kat sekolah dan sepulangnya, selalu putar kaset Blur. Kaset ya, tahun 90-an tidak ada mp3. Semua berbentuk rilisan fisik, hal vital yang membedakan generasi 90 dengan 2000-an.

Semangat itu terasa membakar saat menembus macetnya Jakar-ta Selatan di jam pulang kan-tor. Macet bukan apa-apa kalau mengingat Blur baru bereuni dan bagaimana lagu-lagu mereka turut mem'besar'kan. Adalah Big Sound Festival yang mewujudkan mim-pi generasi 90-an ini, berusaha meraih generasi yang lebih muda dengan membawa serta Tegan and Sara dan The Temper Trap.

Dalam wawancara di siang harin-ya, Tegan dan Sara sudah terlihat sangat bersemangat, sehingga saya yakin mereka bakal memberikan yang terbaik. Gara-gara berburu T-shirt dan mengantri, saya baru masuk menjelang akhir show Tegan and Sara yang mendapat jatah 45 menit. Seperti sudah

diduga, Closer menjadi lagu pe-nutup. Penonton membubarkan diri dari Lapangan D Senayan untuk membeli makanan atau minuman, sementara The Bran-dals bersama Berandalan-nya mulai berteriak di panggung lain di bagian luar lapangan.

Sebelum usai The Brandals, saya beranjak masuk ke lapangan be-sar. The Temper Trap bakal main setelah ini, baru kemudian Blur. Di luar dugaan, The Temper Trap menampilkan pertunjukan san-gat menarik. Lagu-lagu mereka asyik buat bergoyang, dan itulah yang kami lakukan di tanah luas ini. Dougy Mandagi (vokal) benar-benar bisa bernyanyi, dan dia melakukannya dengan sangat baik. Improvisasi mengesankan dipamerkan band yang melejit luar biasa setelah turut dalam soundtrack film 500 DAYS OF SUMMER ini. Tentunya, Sweet Disposition menjadi pamung-kas yang menyisakan senyum di wajah penonton.

Panggung pun kosong. Penon-ton mulai menyemut ke depan. Saya memilih tetap di belakang. Dua screen yang tidak terlalu besar dipasang di kanan-kiri panggung. Orang-orang di FOH (Front of House) berganti, dan di sana-sini, kelompok-kelompok kecil mulai bernyanyi, "Come on come on come on, get through it. Come on come on come on, love's greatest thing." Setiap satu suara hilang dari sebuah kelom-pok, kelompok lainnya menyan-yikan bait yang sama.

Teman baik yang datang bersama meremas lengan saya. Dia tampak sangat bahagia. Berbagai rentang usia memenuhi Lapangan D, dari 20-an sampai menjelang 40 tahun, berbicara dalam berbagai bahasa, dan paling asyik, kaos band yang dikenakan berbeda-beda. Mulai dari Blur sampai Queen of The Stone Age dan Jamiroquai.

Girls and Boys jadi pembuka. Rasanya seperti bermimpi. Blur. Ini Blur, di depan mata! Kami melompat, menari, bernyanyi menemani Damon Albarn sejak bait pertama.

Siang harinya, di hotel, dalam obrolan bersama Graham Coxon dan Alex James, sang gitaris sem-pat bertanya, "How many people will come tonight?" Hal yang sama pernah ditanyakan drum-mer Weezer, Patrick Wilson, pada Desember 2012, dalam obrolan eksklusif KapanLagi.com®. "You'll be surprised. They're coming from everywhere, every city in Indone-sia," adalah jawaban saya. Nyaris menyerupai sebuah janji.

Tega

n an

d Sa

ra d

i Big

Sou

nd F

estiv

al

The Tem

per Trap:

Page 27: majalah digital

FLM| 27

Big Sound Festival 2013, Menggapai Mimpi Masa Kecil

"Oh, really?" tanya Graham, Rabu (15/5) siang, yang langsung tam-pak bersemangat. "Are they gonna sing a long with us?"

"Absolutely!" jawab saya, lagi-lagi nyaris menyerupai sebuah janji. Tetapi saya yakin bisa menepa-ti janji itu. Blur terlihat terkejut melihat massa mereka, yang setia berteriak dan melompat. Seman-gat itu menular, sehingga Graham bergerak ke sana-kemari dan Damon tak ragu menari.

Popscene, There's No Other Way dan Badhead tetap dikawal pad-uan suara penonton. Damon pasti terkesan, karena kemudian dia memuji dengan aksen British-nya, "You have a good strong voice,"

katanya sebelum Beetlebum. Penonton bergemuruh dalam kebanggaan dipuji sang idola dan bernyanyi makin keras lagi.

Beetlebum! Baru intro, penon-ton bertepuk tangan mengiringi musik. "And when she lets me slip away, she turns me on, all my vio-lence is gone," seru serempak seisi Lapangan D yang tak peduli debu lapangan masuk ke tenggorokan. Out of Time, Trimm Trabb, dan Caramel disambut meriah. Tentu saja, lagu kotak susu yang leg-endaris tak boleh dilupakan. Ya, maksud saya, Coffee and TV.

Damon tersenyum ketika semua orang mengangkat tangan dan menggoyangkannya sembari me-madu suara dalam Tender, "Come on come on come on, get through it. Come on come on come on, love's greatest thing." Bagian reff membuatnya menerawang se-jenak. Lampu biru di panggung bikin suasana terasa syahdu, dan seketika Lapangan D diselimuti kasih sayang. Rasanya, semua orang saling mencintai.

End of a Century, Death of a Party, This Is a Low memperpanjang set-list. Ketika intro masuk ke Park-life, personel Blur berlarian dari ujung ke ujung, Damon melom-pat-lompat dan menendang-nen-dang, membuat penonton makin

bersemangat berteriak, "All the people, so many people, they all go hand in hand, hand in hand through their parklife! PARKLIFE! PARKLIFE!"

Damon bikin penggemarnya menggila ke-tika dia turun panggung dan

memanjat ke penonton dalam Country House. Seorang gadis di sebelah saya berseru dengan suara serak, "Enak banget sih itu yang di bawah Damon!" Pernah nonton konser Blur di Hyde Park, London, pada 2009? Persis seperti itulah yang terjadi.

Blur membawa serta dua orang penyanyi latar wanita yang ter-us-menerus tersenyum, serta tiga orang seksi tiup yang selalu ber-hasil melegakan penonton. Jelas, Graham, Alex, Damon dan Dave Rowntree senang dalam show semalam, karena mereka juga banyak tertawa dan tersenyum. Senang sekali rasanya melihat Da-

mon menari-nari di lagu Parklife!

Menjelang pukul setengah 11, pang-gung kembali kosong. Saya memilih diam untuk mengumpulkan tenaga, karena tahu mereka pasti kembali. Empat lagu dipasang sebagai setlist penutup: Under The Westway, For Tomorrow, The Universal dan Song 2.

Under The Westway adalah lagu baru Blur, yang dimainkan Damon dari balik organ, di bawah sorot lam-pu panggung warna biru. Sekalipun sudah berusia 45 tahun, gadis-gadis di sekitar saya menjerit-jerit memu-ji ketampanan sang vokalis. The Universal, lagu indah yang sangat kuat, membuat Damon mengger-akkan tangan memimpin paduan suara sampai diakhiri dengan seksi tiup yang megah. "You are genuine, an inspiration tonight. Thank you so much, fantastic," kata Damon kepada publik.

Mudah diduga, Song 2 menjadi lagu terakhir. Lagu pembebas dari sega-la tekanan menjadi dewasa, seperti kembali ke masa sekolah. Lagu yang juga menjadi salah satu ikon tahun 90-an. Di sebelah saya, seorang ibu setengah baya, berhijab, menyanyi hampir di semua lagu, walaupun tak ikut melompat. Agak di depan, seo-rang bocah yang datang bersama kel-uarganya mengangguk-anggukkan kepala. Tidak ikut bernyanyi atau menari, namun dia telah mendapat-kan pengalaman keren.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, dituliskan, kenangan: ke.nang.an[n] (1) sesuatu yg membekas di ingatan; kesan: ~ manis telah berla-lu. Blur membawa kembali memori 20 tahun lalu, seperti ketika orang masih berkunjung ke rumah teman-nya untuk mengobrol, bertatap muka, bukannya melalui BlackBerry Messanger. Menimbulkan perasaan senang dan nyaman, sama seperti kalau mengingat masakan rumah.

Ale

x Ja

mes

dan

Gra

ham

Cox

on sa

at in

terv

iew

Page 28: majalah digital

28 |FLM

RESENSI

standar MUSIK

Page 29: majalah digital

FLM| 29

edikit informasi untuk kalian para penggemar musik keras terutama untuk musik bergenre dubstep, kalian tentu tidak boleh melewatkan

DJ yang satu ini karena beberapa lagu hasil karyanya bisa ‘menghip-notis’ kalian sehingga kalian harus menekan tombol replay berkali-kali.

2012, tahunnya dubstep? Mungkin ya, melihat betapa genre satu ini memberi-kan pengaruh ekstra besar belakangan. Satu artis yang berperan adalah Skrillex.

Album BANGARANG (2011) menjadi semacam pencapaian tertentu, seper-ti standar dubstep tahun ini. Skrillex berhasil menempatkan musiknya di level keren.

Sedikit biografi mengenai doi, Skrillex adalah nama panggung dari pria pemilik nama lengkap Sonny John Moore atau yag juga dikenal dengan panggilan Twipz. Ia lahir di LA, California, 15

Januari 1988. Skrillex terkenal sebagai DJ, produser musik dan gitaris. Ia lahir di Highland Park, Northeast Los Angeles namun saat berusia dua tahun pindah ke Forest

Hill. Di usia 12 tahun keluarganya pindah ke Highland Park. Di masa remajanya, Skrillex juga per-nah menjadi korban bullying, karena itu ia memutuskan untuk keluar dari sekolah dan melanjutkan

pendidikannya dengan home schooling. Sebagai remaja Amerika, ia mulai menyukai acara punk di sekitar South LA dan datang ke klub-klub

malam di Silver Lake dan Echo Park. Ia mulai menggunakan nama Skrillex pada tahun 2008 setelah se-belumnya dikenal dengan nama Twipz. Februari 2012 ia dikabarkan berpacaran dengan Ellie Goulding.

Skrillex dan Ellie Goulding pernah bekerja sama dalam EP mereka berjudul BANGARANG. Well, tak perlu terlalu lama berbasa-basi. Shut Up and Enjoy the Music!

S

standar MUSIK MEMBERIKAN

dubstep tahun inI

SKEILLEX

DJ, produser musik dan gitaris yang memberi pengaruh bagi genre musik dubstep.

DISKOGRAFI EXTENDED PLAYS 2010: MY NAME IS SKRILLEX 2010: SCARY MONSTERS AND NICE SPRITES 2011: MORE MONSTERS AND SPRITES 2011: BANGARANG 2012: MAKE IT BUN DEM AFTER HOURS

Page 30: majalah digital

TERIMA KASH