Majalah UMN Insight

25
WHAT EXPERTS SAY Berburu Beasiswa FOCUS Mengemas ICT dalam Proses Belajar Mengajar OPINION Quo Vadis Social Media PROFILE Prof.Yohanes Surya Rektor UMN periode 2007-2010 Saya Peletak Dasar NEW RECTOR Wawancara Eksklusif Rektor UMN Dr. Ninok Leksono tahun 1 / edisi 1 / triwulan / april 2011 insight

description

UMN INSIGHT UMN Insight is published by Universitas Multimedia Nusantara Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang-Banten Phone: +62-21-54220808 Fax: +62-21-5422-0800 Website: www.umninsight.com Email: [email protected]

Transcript of Majalah UMN Insight

Page 1: Majalah UMN Insight

what expertS SayBerburu Beasiswa

focuSMengemas ICT dalam proses Belajar Mengajar

opINIoN

Quo Vadis Social Media

profIle

prof.yohanes Surya Rektor UMN periode 2007-2010

Saya peletak Dasar

New rector

Wawancara Eksklusif Rektor UMN

Dr. Ninok leksono

tahun 1 / edisi 1 / triwulan / april 2011

insight

Page 2: Majalah UMN Insight

| april 2011 | 32 | april 2011 |

36 cinema highlight Kisah Penghisap Darah dari Masa Ke Masa

38 techno corner

Google, Android, dan si Roti Jahe

41 technopreneurship Kunci Bisnis Online itu “ Kredibilitasnya”

44 opinion Quo Vadis Social Media

45 rector column TIK, UMN , dan Masa Depan

48 ads

18 umn news + Novel First Love Dilemma + UMN Peduli Orang yang Terkena Musibah + UMN Raih Juara Professional Communicator

20 campus community

Semarak Pagelaran Serpong Multimedia Expo 2011

22 short story 5 PM

28 hideaway Mengusung Nuansa Tematik yang Edukatif

30 what experts say Pintar saja tak jamin Raih Beasiswa

34 dress up

Click the Geek!

4 fokus Mengemas ICT dalam Proses Belajar Mengajar

8 profile

Saya Peletak Dasar

12 New rector

Membangun Industri Kreatif lewat UMN

14 on the spot + Kampanye Nulis novel di Pedalaman + Membawa Tim UMN Juara + Tiga “Rahasia” Menerbitkan Novel

16 in touch Selamat atas Terbitnya Majalah UMN Insight !

daftar isi umn greetings

umn insighttahun 1 / edisi 1 / triwulan

maret 2011

publisher Johannes S. Prajitno, M.Sc

executive publisherIwan Setyawan, S.E.

editor in chiefAmbang Priyonggo, S.S., M.A.

editorial advisers Johan Setiawan, S.Kom, M.M., M.B.A

M. Josef Retno Budi Wahyuni, S.Sn., M.Ds.Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M. Hum.

managing editorGrace Natali

sub editorsIstman Musaharun P.

Paramitha Devi

editorial staffsCheryl Pricilla Bensa

Cindy ChristellaClarisa MutriaficaGabrella Sabrina

Lupita WijayaMaria Miracellia Bo

Mariska VerginaMissy MelitaRani Aryani

Viriya Paramita

photographersDebora Thea R. Chand

Felix Jody Kinarwan

creative teamJeffri Kusumajaya, S.Sn.

Steve Adrianto, S.Sn.

is published by UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang-Banten

Phone: +62-21-54220808Fax: +62-21-54220800

Website: www.umninsight.comEmail: [email protected]

umn greetings,

“ I think this is the start of something really big. Sometimes that first step is the hardest one, and we’ve just taken it.”-- Steve Jobs, Pendiri Apple Inc.

APA yang diutarakan Steve Jobs di atas sungguh benar adanya. Setidaknya

seperti itulah nuansa yang kami alami ketika membidani kelahiran

majalah resmi kampus kita tercinta, UMN Insight, hingga hadir di tangan

pembaca budiman. Sebagai kampus unggulan berbasis ICT di Indonesia

dan di bawah naungan jaringan perusahan media besar Kelompok Kompas

Gramedia, tentu membuat kami terinspirasi untuk memiliki suatu media

kampus yang profesional. Media kampus ini tidak hanya sebagai wahana

pencitraan, tapi juga membawa pesan, aspirasi, dan inspirasi tak hanya

bagi kalangan internal sivitas akademika Universitas Multimedia Nusanta-

ra (UMN) saja, tetapi juga bagi publik di luar sana.

Tentang ini, kita bisa menengok bagaimana misalnya Harvard University

terpotretkan secara elegan dengan medianya Harvard Gazzette, Ox-

ford University tercitrakan kehidupan kampusnya melalui Oxford Today

Magazine, atau MIT yang mampu merangkum hingar-bingar keunggulan

akademis bidang teknologi lewat majalah mereka MIT Sloan. Kami

memang masih jauh dari media kampus mereka. Namun, kami sejatinya

harus memulai cita-cita besar dengan satu langkah kecil, dan itulah

mengapa majalah ini lahir.

Pemilihan nama UMN Insight pun juga tidak sembarangan. Kami sengaja

memilih nama ini karena memiliki makna mendalam. Redaksi berharap

apa yang kami tampilkan pada majalah ini memberikan tidak sekadar

bacaan ringan, tetapi sesuatu yang dapat mengilhami, menginspirasi,

dan mengayakan para pembaca. Redaksi sadar, apa yang kami tampilkan

ini kurang sempurna. Kami pun terbuka atas saran dan kritik dari para

pembaca agar sajian-sajian artikel pada edisi berikutnya dari majalah tri-

wulanan ini menjadi lebih baik lagi. Akhirul kalam, redaksi mengucapkan

selamat membaca, semoga UMN Insight makin menginspirasi Anda.

Tabik,Ambang PriyonggoEditor in [email protected]

on the cover

MODEL Prof. Yohanes Surya

PHOTOGRAPHER Jeffri Kusumajaya, S.Sn.

Page 3: Majalah UMN Insight

4 | april 2011 | | april 2011 | 5

Ada juga sistem absensi Smart Card melalui tapping

sejak Februari 2011. Batas keterlambatan mahasiswa

adalah 15 menit setelah jam kuliah dimulai. Lewat dari

itu, tapping yang dilakukan akan ditolak oleh sistem.

Hal ini telah disosialisasikan dari satu semester sebe-

lumnya sehingga diharapkan mahasiswa bisa ber-

adaptasi terlebih dahulu dan tidak mengalami kendala

berarti saat program benar-benar diimplementasikan.

Penggunaan Smart Card ini juga diharapkan dapat

menghindari bertumpuknya pekerjaan staf administrasi

yang harus mendata daftar absensi ribuan anak secara

manual.

sisi negatif teknologiBerkembangnya teknologi dengan begitu pesat, khu-

susnya di bidang ICT, ternyata tidak selalu membawa

hal positif. Ada beberapa konsekuensi logis dan dampak

negatif yang bisa diterima, bergantung dari kesiapan

masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang telah

memasuki era Masyarakat Informasi, bisa dibilang telah

siap menerima perkembangan teknologi dan derasnya

arus informasi.

Masyarakat Informasi adalah masyarakat yang

mengutamakan produksi, distribusi, serta pengolahan

informasi dalam setiap bidang kehidupannya. Hal ini

biasanya ditandai dengan bertambahnya pekerja di

bidang jasa, alih-alih di bidang industri. Masyarakat

Indonesia secara keseluruhan bisa dibilang belum

memasuki Era Informasi. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan pakar multimedia, Onno W. Purbo.

“Sekarang ini baru ada 100

juta user handphone dan

20 juta user internet. Total

penduduk (Indonesia) ada

220 juta dan total pelajar-

nya ada 46 juta. Jadi kita

bisa simpulkan sendiri

berapa persen yang sudah

Teknologi, mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Jangan heran bila mendengar ungkapan seperti itu, karena perkembangan teknologi yang begitu pesat kadang belum siap begitu saja diterima oleh banyak orang. Walaupun kehadirannya diharapkan untuk mempermudah proses kerja, di satu sisi hal itu juga dihindari karena dianggap dapat melupakan nilai-nilai humanisme.

Mengemas ICT dalam Proses Belajar MengajarOlehViriya Paramita & Luphita Wijaya

TIDAK bisa dimungkiri, teknologi informasi dan ilmu

pengetahuan adalah kunci pembuka peluang masa

depan. Teknologi informasi yang awalnya hanya digu-

nakan dalam militer sekadar untuk mengodekan pesan,

kini merambah ke bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Di situlah peran lembaga pendidikan mengedukasi

generasi muda dalam mengembangkan Information

Communication Technology (ICT).

Dalam globalisasi, ICT semakin dibutuhkan. Tak urung,

seperti yang dikatakan teoritikus Marshall McLuhan,

tercipta sebuah dusun global. Agar mampu bersaing dan

menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten,

dibutuhkan edukasi yang mampu mengakomodir kebu-

tuhan zaman. Universitas Multimedia Nusantara (UMN)

sebagai salah satu lembaga pendidikan berkeinginan

agar generasi muda tidak hanya mampu mengguna-

kan ICT, tapi juga mampu mendalami dan menciptakan

teknologi.

Misalnya, KRS (Kartu Rencana Studi) Online yang mulai

diberlakukan UMN sejak semester ganjil 2010 lalu.

Dengan adanya program ini diharapkan tercipta efisiensi

dari segi waktu dan tenaga karena para mahasiswa

bisa melakukan pendaftaran mata kuliah dari komputer

pribadi di rumahnya masing-masing.

“Dengan semakin banyaknya mahasiswa yang ada,

proses pengisian KRS secara manual akan berlangsung

semakin lama. Oleh karena itu, proses otomasi perlu

dilakukan. Hal itu diharapkan dapat memberi kemu-

dahan bagi para mahasiswa,” jelas Johan Setiawan,

Project Manager program KRS Online dan Absensi Smart

Card.

masuk kategori masyarakat informasi,” kata Onno kepa-

da UMN Insight. Bisa dikatakan, mayoritas masyarakat

Indonesia memang masih belum melek teknologi. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan digital

di banyak daerah Indonesia. Kesenjangan digital yang

dimaksud adalah ketimpangan antara daerah yang telah

menerima derasnya arus informasi dengan yang belum.

Daerah yang telah menerima arus informasi dianggap

dapat menggunakannya untuk maju dan berkembang ke

arah yang lebih baik, sementara yang belum dianggap

sebagai daerah tertinggal.

Selain kesenjangan digital, penggunaan teknologi se-

cara maksimal dianggap banyak orang dapat mengambil

peran humanis dari para pengajar. Contohnya ketika

mahasiswa cukup mengikuti kelas secara online dari

rumah dan mempersiapkan bahan ujian dari slide yang

telah diberikan dosen masing-masing. Dikhawatirkan

mahasiswa-mahasiswa tersebut akan berkembang

menjadi ‘robot’ yang hanya tahu belajar dan kurang

berinteraksi dengan sesamanya. Onno W. Purbo sendiri,

menepis kekhawatiran itu dan lebih menekankan pada

niat tiap-tiap individu dalam menuntut ilmu.

“ICT kan cuma alat. Saya terus terang sering kali menilai

kampus bukan dari alatnya. Kalau punya duit, semua

orang bisa beli alat yang bagus. Saya biasanya menilai

sebuah kampus dari hasil karyanya,” jelas Alumni ITB

itu. Lebih lanjut, pria yang sering menulis untuk wikipe-

dia ini mengatakan karya yang dihasilkan oleh kam-

pus itu haruls memiliki manfaat untuk bisa membuat

perubahan di negeri ini, termasuk apakah karya itu bisa

diadopsi oleh masyarakat karena cukup membumi.

“Apakah mahasiswa dan dosennya aktif di komunitas

IT di Indonesia? Apakah mahasiswa dan dosennya aktif

nulis di blog, di Wiki? Terus terang, saya lebih respek

dengan mahasiswa Jogja kalau saya pakai kriteria seper-

ti itu. Mereka jauh lebih aktif dibandingkan mahasiswa

Jakarta, Bandung, dan lainnya,” lanjutnya.

fokus fokus

Onno W. PurboPakar Multimedia / Dosen ITB

Page 4: Majalah UMN Insight

6 | april 2011 | | april 2011 | 7

fokus fokus

Jadi, dalam proses menuntut ilmu semuanya kembali

lagi pada individu masing-masing. Bila tujuan utamanya

dalam belajar adalah menuntut ilmu, media apapun bisa

ia manfaatkan untuk mendorong hal itu. Akan tetapi,

bila tujuan utamanya adalah mencari nilai sebaik mung-

kin, teknologi secanggih apapun sulit untuk membuat

siswa berkembang. “Kuncinya bukan di E-Learning kok.

Kuncinya adalah di kemauan mahasiswa untuk mencari

ilmu,” tegas Onno.

kerja sama globalSementra itu, Pelaksana Harian Rektor UMN, Johannes

Prajitno MSc, mengatakan ICT ibaratnya poros, di mana

sejumlah fakultas mengelilinginya. Untuk mengem-

bangkan ICT bertaraf internasional, UMN telah me-

nandatangani Memorandum of Understanding (MOU)

dan bekerja sama dengan sejumlah universitas di luar

negeri. Kerja sama itu telah terlaksana sejak 2009.

Sejumlah universitas yang telah bekerja sama dengan

UMN di antaranya Swinburne University of Technology di

Australia, California Polytechnic di Amerika, Tokyo Denki

University di Jepang, Central Queensland University di

Australia, dan College Business School.

“UMN telah mengirimkan dua mahasiswanya ke Tokyo

Denky University dan mendapat laporan sangat

memuaskan. Tokyo Denki University pun telah

menawarkan beasiswa bagi para mahasiswa UMN

untuk belajar ke Jepang,” ujar Prajitno.

Prajitno menambahkan, selain bekerja sama dengan

sejumlah universitas di luar negeri, UMN juga

menyediakan program link and match di sejumlah

industri terkemuka, di antaranya Kompas Gramedia,

PT Sumalindo Lestari Jaya, Sinar Mas, Summarecon,

Oracle, Ancora, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Swadesi,

Bank Jasa Jakarta, Kencana Internusa Artha Finance, PT

Kurnia Insurance Indonesia, Cisco, dan HP Invent. Kerja

sama dengan sejumlah industri tersebut meliputi kerja

libur, magang, dan kesempatan kerja.

“Dalam program link and match, tiga mahasiswa UMN

telah diterima oleh PT Kurnia Insurance dan berangkat

ke Kuala Lumpur serta mendapat laporan sangat me-

muaskan. Program itu bertujuan agar selain mendalami

teori, mahasiswa juga mampu mengembangkan kemam-

puan praktik mereka di luar kampus,” ungkap Prajitno.

UNTUK sebuah kampus berbasis ICT, pengembangan

teknologi secara kontinu adalah kewajiban yang ber-

tujuan memudahkan pengajar dan peserta didik dalam

proses pembelajaran. UMN mencoba terus berinovasi

dan berkembang tanpa batasan yang menghalangi.

Beberapa program jangka panjang telah disiapkan dan

akan diimplementasikan dalam beberapa tahun ke

depan.

Salah satu program nyata yang akan segera diterap-

kan adalah Signates. Signates akan diwujudkan dalam

bentuk TV yang berisi berbagai macam informasi bagi

mahasiswa seperti pembatalan kelas, dan jadwal kuliah

pengganti. Setelah itu ada juga program Self-Service

Library yang dapat memudahkan mahasiswa dalam

proses peminjaman buku. Jadi, dengan hal ini maha-

siswa cukup melakukan tapping pada buku yang akan

dipinjam dan juga pada Smart Card-nya masing-masing.

Mereka tidak lagi harus melewati antrean panjang untuk

mendata peminjaman buku secara manual sehingga

tidak banyak waktu yang terbuang percuma.

Menanti Signates, TV dan Radio Kampus

Tahun ini, program UMN juga meliputi pendirian

televisi dan radio kampus. Kedua program itu tengah

dipersiapkan UMN dan dikoordinir salah satu dosen

Television Programming-Desain Komunikasi Visual,

Oscar Jayanagara. Ia mengatakan, kedua program itu

ditargetkan terlaksana pada Agustus 2011.

“Karena televisi kampus dan radio kampus merupa-

kan program penyiaran komunitas, yang menjadi badan

hukum adalah Yayasan Multimedia Nusantara. Perizinan

sedang diurus melalui Komisi Penyiaran Indonesia serta

Departemen Komunikasi dan Informasi,” ujar Oscar

ketika diwawancarai di Kampus UMN, Kamis (10/02).

Oscar menambahkan, televisi dan radio kampus ini

rencananya akan dioperasikan oleh mahasiswa UMN

yang sudah direkrut. Radio kampus memunyai konten

berita dan musik. Sementara, sejumlah konten televisi

kampus, seperti petualangan, dokumenter, dan kuliner.

Televisi kampus mempunyai empat program besar meli-

puti aktivitas mahasiswa, aktivitas kampus, aktivitas

komunitas, dan jaringan internasional.

Televisi kampus mempunyai waktu tayang rutin se-

lama dua jam, pukul 19.00 hingga 21.00 WIB, sedangkan

radio kampus akan tayang rutin pukul 06.00 hingga

18.00 WIB, dari Senin hingga Jumat.

UMN memberikan pelatihan bagi seluruh dosen

dengan sertifikasi internasional, agar hal itu dapat

tercapai. Salah satunya, IT Architecture Foundation yang

dihadiri oleh beberapa dosen UMN pada 21-25 Februari

2011. Pengembangan dan perbaikan tiada henti adalah

syarat mutlak untuk mendapatkan kredibilitas tinggi

dari para mahasiswa atau peserta didiknya.

Lab. Cinematography UMN

Johannes S. PrajitnoEksekutif Rektor

...selain bekerja sama dengan sejumlah universitas di luar negeri, UMN juga menyediakan program link and match di sejumlah industri terkemuka...

Page 5: Majalah UMN Insight

8 | april 2011 | | april 2011 | 9

profile profileprofesor yohanes suryaprofesor yohanes surya

Saya Peletak DasarProfesor Yohanes Surya Rektor UMN periode 2007-2010

“Kalau Indonesia mau jadi besar, kalau Indonesia mau jadi luar biasa, harus seperti China. Negeri ini harus bisa menghasilkan minimal 30.000 doktor dalam bidang science technology,” ujar Prof Yohanes Surya.

Prof Yo, begitu ia akrab disapa, memang tidak bisa lepas dari dunia science techno-logy. Maklum, sosok bersahaja ini punya latar belakang sebagai pendidik, terutama di bidang Fisika dan Matematika. Bahkan, komitmennya yang kuat pada dunia sains dan teknologi inilah yang membuat jebo-lan Ph.D. dengan predikat cumlaude dari College of William and Mary, Virginia, AS, ini harus “rela” meninggalkan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), tempatnya bernaung sekarang sebagai rektor.

Ya, semester ini merupakan akhir dari masa jabatan Prof. Yohanes Surya di kursi ter-tinggi di kampus milik Kelompok Kompas

Gramedia. Banyak hal yang telah dilakukan-nya untuk meletakkan landasan kokoh bagi UMN dalam usaha meraih cita-cita sebagai world class university di bidang information and communication technologies (ICT).

Lalu apa sejatinya yang akan dilakukan sang penggagas metode belajar “Fisika Gasing” ini ke depannya? Apa pesan dan harapan pemimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) ini kepada seluruh civitas akademika UMN? Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan UMN Insight, Clarisa Mutriafica, Cindy Christella, dan Felix Jody K.

Sejak kapan Anda menyukai Sains dan kenapa memilih Sains?

Sebenarnya saya menyukai Fisika sejak SMA karena

gurunya bagus saat itu. Sampai akhirnya saya pun

memutuskan untuk mengambil Jurusan Fisika di

Universitas Indonesia. Nah, kemudian di sana saya

melihat Fisika malah kurang menarik, karena terlalu

banyak rumus. Lalu saya mengembangkan metode

sendiri kala me-lanjutkan studi ke Amerika. Ternyata

Fisika itu menarik sehingga bisa dijadikan ‘Gampang,

Asyik, dan Menyenangkan’ (Gasing, Red). Nah, itu juga

yang mendorong saya pulang ke Indonesia supaya bisa

mengembangkan “Fisika Gasing.”

Sebenarnya, apa yang mendorong Anda un-tuk mau memajukan pendidikan di Indonesia dalam bidang sains?

Ya, karena kita lihat Indonesia ini anak-anaknya kan

pada sebel dengan sains ya. Mereka justru takut dengan

Fisika, takut dengan Kimia, sehingga larinya justru

ke jurusan IPS begitu. Harusnya kan tidak seperti itu.

Sebenarnya, Sains itu gampang, Fisika itu gampang,

Matematika atau Kimia itu gampang. Nah, saya berpikir

bagaimana cara mengubah cara pandang orang-orang

Indonesia melihat ini dengan membuat metode belajar

sains yang asyik dan menyenangkan.

Apa Visi dan Misi Anda yang utama dalam mengembangkan Sains untuk kedepannya?

Sebenarnya saya ingin seluruh anak Indonesia itu suka

sains dan matematika. Nah itu sebabnya kita harus

dorong dari sejak dini supaya mereka suka Sains dan

Teknologi ini sehingga nanti ke depannya kita bisa

mencapai jumlah sampai 30.000 doktor dalam bidang

Science Technology. Nah, kalau sudah tercapai 30.000

doktor, inilah yang disebut critical mass. Jadi artinya,

satu massa kritis, atau sejumlah ilmuwan kritis Indo-

nesia yang sudah siap maju, bersaing dengan negara

lainnya dalam bidang Science Technology.

Lalu, bagaimana sampai Anda bisa berga-bung dan turut mendirikan UMN?

Nah, sebenarnya di UMN ini kan sebagai rektor, saya

diberikan kebebasan cukup luas. Memang ide awal saya

bergabung UMN empat tahun lalu karena idealisme

dari Bapak Jakob Oetama (untuk membangun kampus

berbasis ICT). Jadi saya siap untuk membantu. Namun,

saya juga ingin tetap mengembangkan idealisme saya

mengembangkan metode pengajaran Matematika dan

Sains yang gampang, asyik, dan menyenangkan

(Gasing). Jadi keduanya berjalan paralel.

Apa saja yang telah Anda lakukan selama menjabat sebagai Rektor UMN?

Saya sebenarnya meletakkan dasar di UMN. Nah, UMN

kan mau menjadi universitas yang kita harapkan bisa

world class. Maka saya harus meletakkan dasar-dasar-

nya. Paling tidak, saya berusaha mencari dosen-dosen

yang berkualitas, yang bisa membuat UMN ‘tinggal

landas.’ Saya juga mencoba mempromosikan UMN

ke berbagai sekolah-sekolah bagus sehingga impact-

nya adalah mendapatkan anak-anak yang bagus untuk

belajar di UMN.

Bagaimana tentang pengembangan risetnya?

Penelitian juga sudah jalan, sudah mulai baik. Nah saya

pikir, dasar-dasar yang sudah saya dirikan ini, mudah-

mudahan bisa diteruskan nantinya oleh rektor selan-

jutnya, supaya ini terus lebih maju lagi. Seperti peneli-

tian harus benar-benar lebih digencarkan. Jumlah para

peneliti harus ditambah dan kemudian juga pengajar-

pengajar, dosen-dosen ini, harus ditambah, tidak hanya

dari sisi kuantitas tetapi juga kualitas.

foto: Felix Jody

Page 6: Majalah UMN Insight

10 | april 2011 | | april 2011 | 11

Lokasi universitas baru itu di mana?

Kita akan menempati gedung (Surya Institute) di depan

UMN. Namun, menyusul berkembangnya universitas ini,

pada 2012 akan pindah ke Lido, Bogor. Nah itu kampus-

nya mungkin ada sekitar 50 hektar yang kita harapkan

bisa menampung banyak peneliti-peneliti. Target saya

bisa mencapai 1.000 peneliti. Jadi kita masih cari peneliti

dari luar untuk bergabung dengan kita.

Baik, ini yang terakhir, Prof. Mungkin Prof ingin menyampaikan pesan dan harapan bagi seluruh Sivitas Akademika di UMN?

Ya, untuk para mahasiswa, saya berpesan agar tetap be-

lajar. Saya juga berharap agar seluruh sivitas akademika

untuk melakukan research, supaya ada hasil kita keluar.

Nah, riset ini manfaatnya besar, buat diri sendiri dan

juga buat universitas. Buat diri sendiri ketika penelitian-

nya itu bermanfaat bagi khalayak luas. Banyak juga kan

contoh peneliti yang menjadi kaya karena hasil peneli-

tian (penemuan yang dipatemkan). Jadi saya harapkan

sebaiknya banyak juga penelitian bermunculan dari

UMN.

satu fokus dari universitas ini adalah education dengan

target saya bisa mencetak 30.000 guru berkualitas.

Lalu yang terkait dengan bidang energi, Prof?

Yang berikutnya, kita ingin tidak hanya berhasil meng-

hasilkan 30.000 guru tetapi harus mengembangkan

teknologi ke depannya. Nah, teknologinya apa? Kita

lihat yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah energi

terbarukan menyusul harga minyak yang naik terus.

Sekarang harus mulai mencari alternative energy. Nah

Indonesia ini gudangnya bioterminal, energi panas

bumi. Kenapa lalu kita tidak mengadakan riset yang

mendalam untuk panas bumi ini? Bila energi panas bumi

itu—yang bisa juga kita ambil dari gunung-gunung be-

rapi, energi matahari, energi angin—maka hal tersebut

bisa memasok kecukupan energi untuk Indonesia. Itulah

saya ingin fokus ke bidang energi alternatif.

Apa hanya dua bidang itu saja, Prof? Adakah bidang yang lain?

Nah terus yang berikutnya, universitas baru ini juga

fokus ke bidang life science. Ketika berbicara soal life

science ini, kita sebenarnya bicara tentang future tech-

nology. Jadi saya ingin menjadikan Indonesia menjadi

salah satu pemain terdepan di dalam teknologi. Saya

akan fokus pada brain, pada otak. Jadi, segala sesuatu,

diarahkan pada otak. Kenapa seorang bisa jadi pintar?

Bagaimana perkembangan otak? Dan ini bisa menga-

rah ke bidang psikologi, bisa ke medis, bisa ke fisika,

karena di sana bicara tentang sel-sel saraf, yang berin-

teraksi satu sama lain. Bisa pula kimia karena di sana

ada zat-zat kimia, dan biologi. Nah, ini luas sekali, nah

ini jadi suatu ilmiah yang sangat menarik yang sekarang

berkembang namanya neuro science. Nah, itu yang kita

akan fokuskan, tentang life science.

Bergabung di UMN sebagai Rektor, Anda su-dah membuat fondasi yang kuat. Setelah itu Anda kini tidak menjabat lagi sebagai Rektor, apa alasannya?

Sebenarnya begini, UMN ini sudah berjalan cukup baik,

dan saya pikir sudah saatnya saya tinggalkan. Karena

saya sendiri punya passion lain. Misalnya, saya punya

passion di pendidikan dan energi. Nah, ini mungkin

kurang bisa sesuai dengan UMN karena UMN fokus pada

ICT. Jadi sekarang saya harus memilih. UMN ini saya

tinggalkan dalam kondisi yang baik. Jadi, saya harapkan

ini bisa tinggal dilanjutkan. Dengan jumlah mahasiswa

3.000 orang lebih untuk universitas yang umurnya baru

tiga tahun itu tidak ada yang menandingi. Tidak ada

universitas lain yang pertumbuhannya begitu cepat.

Apa yang membuat Anda tetap yakin bahwa selepas Anda tidak menjabat sebagai Rektor di UMN, universitas ini akan tetap maju terus?

Di UMN kan ada Pak Jakob Oetama yang punya idealism

tinggi. Yang pasti beliau akan selalu mempertahankan

supaya UMN bisa berkembang seperti yang diharapkan.

Nama Kompas Gramedia juga dipertaruhkan di sini.

Dulu, hal itu pula yang membuat saya bergabung ke

UMN. Saya melihat idealisme dari Pak Jakob Oetama.

Kami mendengar, saat ini Anda sedang me-nyiapkan universitas baru untuk mewujudkan passion Anda di sektor pendidikan dan energi. Benarkah hal ini, Prof?

Ya, saya memang sedang menyiapkan pendirian satu

universitas baru—Surya University. Kenapa saya dirikan

ini, karena saya concern pada pendidikan di Indonesia.

Guru-guru—terutama yang di Indonesia Timur—

ternyata kualitasnya masih sangat rendah, dan saya

perlu membuat suatu universitas yang fokus pada

pendidikan seperti IKIP begitu. Nah, itu sebabnya salah

profile profile

Tentang seleksi masuk mahasiswa, Prof?

Nah, terus juga seleksinya harus lebih ketat jadi nanti

kita harapkan ke depan jumlahnya bisa dibatasi, supaya

selektif. Sekarang sudah bagus, karena jumlah maha-

siswa yang masuk dibatasi 1.200-1.300. Nah, ke depan-

nya harus bisa lebih selektif lagi.

Kira-kira, apakah yang sudah Anda tanamkan kepada UMN telah berjalan sesuai harapan?Belum sepenuhnya. Jadi yang masih kurang itu adalah

bidang penelitian. Sudah mulai jalan memang, tetapi

masih belum seperti yang saya harapkan. Misalnya

penelitian dalam hal IT, ini kan dalam bidang ICT ya,

harusnya kuantitas dan kualitasnya dikembangkan

lagi. Harusnya sudah ada penelitian yang mungkin bisa

dimanfaatkan, dikomersialisasikan. Sekarang belum

pada tahap itu.

Seperti yang kita ketahui, ada banyak maha-siswa dari Indonesia Timur yang diberikan kesempatan untuk belajar di UMN. Apa alasan Anda memilih anak-anak dari kawasan itu?

Banyak orang bilang Papua ketinggalan dibanding

daerah lain. Saya lihat sebenarnya mereka ketinggalan

bukan karena kesalahan mereka, itu karena kesem-

patan tidak ada. Nah, kalau kita beri kesempatan,

mereka akan bisa bersaing. Kalau anak Papua ini diberi

waktu satu tahun lebih atau hampir dua tahun, mereka

terbukti bisa bersaing dengan mahasiswa dari mana

pun. Bahkan, ada beberapa yang juara olimpiade. Jadi,

saya berharap mereka juga bisa diberi kesempatan

belajar di UMN supaya mereka bisa menimba ilmu dari

rekan-rekan, dari dosen-dosen yang bagus di UMN, dan

setelah itu mereka bisa kembali ke Papua dan mereka

bisa share ilmu yang didapat.

profesor yohanes surya profesor yohanes surya

Page 7: Majalah UMN Insight

12 | april 2011 | | april 2011 | 13

Menurut Bapak, visi misi UMN ke depannya itu seperti apa? UMN yang ideal itu seperti apa?UMN itu terlahir dari satu pandangan visioner.

Pandangan ini ada dua levelnya. Satu, ingin mencer-

daskan sesuai dengan misi Kompas Gramedia yang

selama ini dikenal sebagai penyedia. Atau bergerak di

dalam penyediaan informasi yang fungsinya tidak hanya

sekadar memintarkan atau sekedar mencerdaskan saja.

Itu memang penting dan masih perlu. Tetapi kata Pak

Jakob, ya belum mencukupi. Melalui pendidikan, melalui

proses itu, apa yang kita lakukan itu lalu membuka

wawasan masyarakat. Membuat masyarakat lebih

tercerahkan. Wawasan terbuka, mengerti lingkungan,

keadaan masyarakat bangsanya. Itu secara umum yang

menjadi basic-nya. Yang kedua, kita ingin berkontribusi

mendorong bangsa ini membangun industri kreatif.

Tidak seperti sekarang ini, ekonomi kita dikuasai oleh

pola-pola ekonomi tradisional, dengan jualan minyak

(bumi), menebang hutan, menanam kelapa sawit.

Memang ini semua okay saja dilakukan, tetapi dibanding

yang kita impor, semakin lama semakin tidak seimbang.

Orang yang bekerja di pola ekonomi tradisional, seperti

membuka warteg saja, mereka—coba Anda lihat— yang

dibeli barang hasil industri kreatif seperti handphone,

Blackberry. Di tahun 2008 saja, devisa kita itu sudah

tembus 3 millliar dollar, dan menariknya, 27 trilliun

rupiah setiap tahunnya teralokasinya untuk membeli

handphone, tanpa bisa berkontribusi sedikit pun meng-

hasilkan produk industri kreatif. Bangsa ini bisa kaya

tidak hanya dari sektor minyak. Anda lihat seperti Bill

Gates, atau pendiri Google, yahoo!, Oracle yang menjadi

makmur dari industri kreatif, dan ini memang sudah

zamannya. Nah melalui UMN, kita tentu ingin menjadi

lembaga yang diakui otoritasnya sebagai gudang

pencetak ahlinya multimedia, jagonya industri kreatif.

sekarang, what’s next? Apalagi? Tentunya, saya

tetap membawa UMN menjadi lebih dikenal lagi di

masyarakat. Karena ini lembaga baru, keluar haruslah

membuat nama UMN lebih harum, lebih dikenal. Lalu

perlu juga memiliki jaringan kerja sama yang baik

dengan pihak luar sehingga nanti entah mahasiswanya

itu perlu studi lanjut, program beasiswa, program

exchange bisa dilakukan.

Sebagai institusi baru, bagaimana Bapak akan menerapkan budaya kampus? Di Kom-pas Gramedia sangat kental budaya Jawa, apakah budaya itu juga akan sedikit banyak diusung ke UMN?Kita mesti berpikiran terbuka. Kalau misalnya memang

dari mayoritas budaya Jawa yang di KG (Kompas Grame-

dia) Palmerah sana itu masih dipandang baik. Ya, why

not? Artinya kita tidak serta merta meminggirkan apa

yang mungkin kuno atau tua ya. Tapi kita berpandangan

lebih pada sisi manfaat. Kalau memang masih berman-

faat, masih bagus, ya tentu baik saja untuk diterapkan.

Ya, saya sebagai orang yang dibesarkan atau memahami

tumbuh di Jawa itu menyadari, memahami mana yang

baik dan mana yang buruk. Selama orang harus bertin-

dak mampu mengembangkan tenggang rasa, toleransi,

itu sih baik-baik saja. Mahasiswa UMN kan berasal

dari beragam latar belakang, jadi sikap tenggang rasa

itu perlu ditegakkan. Saya berpikir untuk melakukan

program pengembangan kecerdasan multidimensi.

Jadi, saya ingin memperkenalkan supaya mahasiswa

itu memahami kecerdasan tidak hanya sebagai kecer-

dasan kognitif saja, tetapi ada kecerdasan linguistik,

kecerdasan intrapersonal, kecerdasan emosional, dan

kecerdasan spiritual. Kecerdasan-kecerdasan seperti ini

akan mengembangkan bakat-bakat lain selain hal-hal

yang bersifat kecerdasan kognitif. Lihat saja Einstein.

Selain ahli matematika, ahli fisika, dia itu juga piawai

menggesek biola untuk mencari keseimbangan.

juga separoh, yang selebihnya adalah kepentingan

mahasiswa. Bagaimana mahasiswa itu nantinya. Satu,

segera mendapat pekerjaan sesuai bidang keahlian-

nya. Kedua dia juga tidak hanya bekerja tapi bekerjanya

sesuai dengan kualifikasinya.

Lalu bagaimana dengan fungsi ke luar dari rektor, Pak?Kemarin mungkin Prof. Yohanes Surya sudah merintis

itu. Orang mengenal Prof. Yohanes Surya sebagai sosok

di balik kesuksesan tim Olimpiade (Fisika). Nah

new rector new rectorWAWANCARA EKSKLUSIF REKTOR DR NINOK LEKSONO WAWANCARA EKSKLUSIF REKTOR DR NINOK LEKSONO

Membangun Industri Kreatif lewat UMN

Dr. Ninok Leksono resmi ditetapkan sebagai rektor baru Universitas Multimedia Nusantara

(UMN) periode 2011/2014 untuk menggantikan Prof. Yohanes Surya yang telah habis masa

jabatannya. Setangkup harapan dan cita-cita kini berada di pundak sosok yang dikenal

sebagai wartawan senior Kompas itu.

Apa kesan penyandang master bidang Teknologi Militer dan doktor bidang Ilmu Politik itu saat

terpilih memimpin UMN? Apa pula pandangan anggota Dewan Riset Nasional (DRN) ini tentang

dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) yang merupakan bidang core UMN? Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan The Insight, Clarisa Mutriafica, Cindy Christella, dan Felix Jody K.

Sebelumnya, kami mengucapkan selamat atas penetapan Bapak sebagai Rektor UMN. Bagaimana kesan Bapak soal ini?Memang disadari menjadi rektor itu tidak ringan. Dia itu

berfungsi ke dalam dan ke luar. Ke dalam itu menjamin

agar proses belajar mengajar menjadi lancar. Maha-

siswa lulus tepat waktu karena banyak yang akan antre

masuk. Lancar dalam artian lulus tepat waktu saja tidak

cukup, tetapi juga harus berkualitas. Lulusannya harus

jempolan. Sebenarnya kepentingan universitas sendiri

Dr. Ninok leksono Rektor UMN 2011

Page 8: Majalah UMN Insight

14 | april 2011 | | april 2011 | 15

bisa tampil sebagai juara.

“Sejak awal saya sudah yakin mereka dapat maju ke

babak final saat mereka masuk ke lima besar, saya

percaya mereka bisa menang,” ungkap Calvin.

Menurt Calvin, kunci kesuksesan dari tim UMN adalah

berlatih, di samping memilih tema yang tepat. Selain

Pak Calvin, Tim UMN juga dibimbing oleh pakar sekali-

gus dosen Public Relations, Pak Eduard Depari.

- Gabrella Sabrina -

on the spot

NOVELIS Dyan Nuranindya

ternyata memiliki aktivitas

lain di luar kegiatannya

dalam dunia tulis menulis. Penulis novel teenlit laris

Dealova ini bertutur tentang pengalamannya men-

jadi guru. Ya, penulis berwajah cantik ini terpanggil

hatinya di dunia pendidikan karena melihat fakta

bahwa banyak anak yang belum mampu dan tidak

bisa bersekolah. “Lihat saja, masih banyak anak-anak

yang buta huruf,” katanya kepada UMN Insight di sela

menjadi pembicara dalam Talkshow Creative Writing

di Function Hall, UMN, Gading Serpong, Jumat (25/2)

lalu.

Penyuka JK Rowling ini pun mengaku pernah mengajar

di sekitar 40 sekolah. Tak tangung-tanggung, semua

sekolah-sekolah itu ada di pedalaman Indonesia.

“Biasanya di SMP dan SMA negeri. Saya keliling ke

sekolah-sekolah itu memberikan workshop tentang

creative writing,” ujarnya.

Kepada para murid-muridnya, sosok yang kini tengah

menyelesaikan studi master bidang Komunikasi di

Universitas Indonesia ini selalu memberi nasihat agar

mereka banyak membaca karena itu adalah modal

utama sebagai seorang penulis. Dengan membaca

beragam bahan bacaan, lanjutnya, penulis dapat

menggali ide, menghilangkan kejenuhan, dan bahkan

bisa mengayakan hasil tulisan. Dia juga menuturkan,

DI MATA mahasiswa Ilmu

Komunikasi, sosok yang

satu ini memang cukup

popular. Tak hanya cara mengajarnya yang menarik tapi

kepiawaiannya dalam bidang Public Speaking yang luar

biasa.

Tak heran, jika Pak Calvin -begitu dia akrab disapa-

menjadi salah satu sosok kunci di balik kesuksesan tim

mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia

Nusantara yang berhasil menyabet juara pertama dan

kedua dalam kompetisi Professional Communicator

yang diadakan Universitas Pelita Harapan (UPH)

beberapa waktu lalu.

Sebagai pembimbing tim, sosok yang juga praktisi di bi-

dang advertising ini sudah yakin bahwa Tim UMN bakal

banyak sekali penulis muda sekarang ini yang kurang

melakukan riset sehingga tulisannya kurang logis den-

gan kehidupan nyata sehari-hari.

Lalu apa ya kira-kira tips untuk bisa menggeluti profesi

novelis yang sukses seperti Mbak Dyan? “Jadikan

pekerjaan itu sebagai hobi. Kalau kita menyukai sebuah

bidang dan menjadikan itu sebuah pekerjaan, dalam

mengerjakannya tentu akan jadi enjoy dan bahkan

sangat produktif,” pungkasnya. - Cheryl P. Bensa -

Kampanye nulis novel di Pedalaman

DYAN NURANINDYA

CALVIN EKO NOVERA KRESNAWATI

MembawaTIM UMNJUARA

Tiga “Rahasia”menerbitkannovelENTAH berapa banyak pe-

nulis muda yang terlahir

ke dunia sastra dari tangan dingin wanita yang satu

ini. Sebagai editor fiksi lokal di Gramedia Pustaka

Utama (GPU), memang menuntut sosok bernama No-

vera Kresnawati ini untuk berhubungan dengan para

penulis dan mendampingi mereka hingga menghasil-

kan karya sastra yang terpublikasi ke khalayak luas.

“Jadi editor itu enak, karena pekerjaannya bisa

mobile ke mana-mana. Terlebih lagi bisa jadi dekat

dengan para penulis,” ujar Novera kepada UMN In-

sight setelah berbagi ilmu dan tips menerbitkan novel

di hadapan ratusan pelajar SMU dari kawasan Ser-

pong dan sekitarnya di Kampus UMN, Jumat (25/2).

Walau piawai memilih dan memoles karya sastra hingga

dapat dinikmati pembaca, penulis skenario sitkom Bajaj

Bajuri ini mengaku justru sering kesulitan membuat

komposisi cerita. “Kadang-kadang baru nulis beberapa

kalimat, sudah berasa salah. Ingin ulang lagi. Jadinya

tidak selesai-selesai,” terangnya sambil mengurai tawa.

Mungkin, lanjutnya, itu sudah menjadi kebiasaannya

sebagai seorang editor untuk selalu membenarkan

kalimat. Walau begitu Novera toh pernah melahirkan

karya cerpen yang diterbitkan dalam kumpulan cerpen

bertajuk Cinta dalam Stoples (2004) tempat dia juga

menjadi editornya.

Wanita bergelar Sarjana Sastra Indonesia ini pun

berbagi “rahasia” bagaimana mengirimkan naskah

novel ke penerbit. Novera mengatakan, dalam menilai

kiriman naskah-naskah yang masuk ke penerbit, ia

akan melihat judul, sinopsis, dan 10 halaman pertama

dari naskah novel yang ditulis.

Soal ide menulis novel, dia menyarankan yang penting

ditulis dulu saja, sedangkan soal tata bahasa, itu akan

dapat diperbaiki asalkan dari sisi ide dan alur cerita

memang menarik.

“Kalau ada ide lebih baik ditulis saja, masalah tanda baca dan lain-lain itu urusan editor,” urainya bersemangat - Gabrella Sabrina & Cheryl P. Bensa -

ON THE SPOT

Page 9: Majalah UMN Insight

16 | april 2011 | | april 2011 | 17

in touch

selamat atas terbitnya majalah umn insight!ZIG Ziglar pernah berkata ”You don’t have to be great to start, but you have to start to be great”. Semoga kata-kata tersebut dapat menjadi motivasi bagi Insight un-tuk terus berusaha menjadi yang terbaik di setiap edisinya. Harapannya ke depan, Insight dapat terus memberikan informasi yang menarik dan konsisten dengan visi misi yang telah dirancang sejak awal.

WOW!! Congrats untuk majalah kampus kita UMN Insight!! yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya. Semoga UMN Insight dapat menjadi majalah yang penuh motivasi, penuh warna, dan menginspirasi. Saya juga ber-harap dengan terbitnya majalah kampus ini, tidak hanya memberikan wawasan dan mencerdaskan, tetapi juga dapat menularkan energi positif bagi UMN-ers. Tentu saja dengan hadirnya majalah kampus ini, UMN-ers juga mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kampus UMN dengan segala kegiatannya.

Sekali lagi selamat dan sukses untuk UMN Insight! For all the journalists of this magz: keep writing and be inspiring!

Naomi Theresa Panggabean (Ilkom-Jurnalistik 2008)

Dini Marita (FE-Akuntansi 2007)

in touch

SELAMAT ya atas terbitnya edisi perdana UMN Insight, majalah kampus yang su-dah kita tunggu-tunggu kemunculannya. Walaupun memang sebelumnya sudah sempat ada majalah kampus di tingkat prodi. Tapi, akhirnya kampus kita benar-benar punya majalah.

Semoga dengan terbitnya majalah kampus ini, kita bisa mendapatkan informasi yang memang kita butuhkan sebagai mahasiswa, baik tentang perkuliahan sampai hiburan sekalipun. Selain itu, dengan adanya majalah ini, kita juga bisa semakin bebas berkarya, tentunya berkarya dengan tinta. Terakhir, semoga kita bisa terus diberikan segala informasi terbaru tentang kampus yang dikupas se-cara mendalam.

AKHIRNYA, ada juga majalah yang diterbitkan oleh kampus kita tercinta, Universitas Multimedia Nusantara! Saya berharap melalui majalah ini, orang-orang dapat mengenal UMN lebih dalam. Saya juga berharap majalah ini tidak sekadar menjadi produk ‘pencitraan’ saja , tapi betul-betul menunjukkan kuali-tasnya di bidang media cetak, dan semoga majalah ini juga dapat mengakomodasi karya-karya tulis mahasiswa yang selama ini sudah banyak terpendam. Saya juga berharap Majalah UMN ini dapat menguak sisi lain dari UMN dari segi apa pun.

Selamat ya! Semangat juga buat para jurnalis yang bekerja di Majalah UMN, jangan menyerah, pantang mundur! :p

Juliana (Ilkom 2010)

Lydia Natasha Hadiwinata (Ilkom-Jurnalistik 2008)

Redaksi menerima surat aspirasi mahasiswa dan seluruh sivitas akademika untuk dimuat di rubrik In Touch. Kirimkan surat aspirasi Anda disertai fotokopi kartu mahasiswa atau kartu identitas lain dan nomor telepon yang bisa dihubungi ke [email protected].

Redaksi mengutamakan surat yang ditulis dengan baik, sopan, tidak menyerang personal atau berbau SARA, dan disertai identitas yang jelas.

Page 10: Majalah UMN Insight

18 | april 2011 | | april 2011 | 19

umn news

novel first love dilemmaDUA tahun penantian Pricillia Anastasia Warokah, mahasiswa Fakultas

Ilmu Komunikasi 2010 Universitas Multimedia Nusantara (UMN), terbayar

sudah. Tanggal 25 Februari 2010 lalu, novel perdananya yang berjudul

First Love Dillema diluncurkan di Universitas Multimedia Nusantara.

Novel yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini menceritakan

tentang seorang gadis bernama Azura. Sifat periangnya tiba-tiba berubah

sejak kematian mama dan cinta pertamanya. Tak hanya itu, Azura pun ke-

mudian harus memilih antara cinta dari masa lalu atau masa depannya.

“Novel ini sebenarnya terinspirasi dari waktu yang tidak dapat terulang kembali. Itulah sebabnya kita sebagai manusia tidak boleh sembarangan menyia-nyiakan waktu,” jelas Pricillia.

Launching novel ini dikemas dalam acara talk show tentang Creative

Writing dengan pembicara Novelis Dyan Nurainindya dan Editor Gramedia

Pustaka Utama Novera Kresnawati. Dalam acara talk show itu, ratusan

siswa dari beberapa SMA di Jakarta dan Tangerang—SMA St. Kristoforus,

SMAN 1 Tangerang, SMA Ora et Labora BSD, SMA Santa Ursula BSD, dan

SMA Islamic Village—turut hadir. - Gabrella Sabrina & Cheryl P. Bensa -

MAHALNYA biaya pendidikan di Indonesia menjadi

keprihatinan tersendiri di kalangan masyarakat. Terlebih

bagi keluarga yang kehilangan penopang perekonomian

keluarga. Masa depan pendidikan anak pun jadi terli-

hat suram. Umumnya untuk menyiasati hal tersebut,

beberapa universitas menawarkan skema beasiswa

pendidikan bagi mahasiswa berprestasi. Berbeda dari uni-

versitas lainnya, Universitas Multimedia Nusantara (UMN)

memberikan bantuan dana khusus bagi mahasiswa yang

kehilangan orang tuanya.

“Bantuan dana ini berlaku bagi mahasiswa UMN yang

kehilangan orang tuanya ketika mereka masih menjalani

kuliah di sini. Bantuan ini diberikan supaya anak tidak

putus kuliah di tengah-tengah,” ujar Iwan Setiawan Dani,

Marketing dan Promotion Manager UMN, yang ditemui di

kantornya, Rabu (9/3).

Program yang diadakan sejak Januari 2011 ini memberikan

bantuan biaya uang SKS hingga semester 8. Hanya saja,

untuk terus memperoleh bantuan dana ini, mahasiswa

harus memiliki indeks prestasi semester yang tidak

kurang dari 2,5. Salah satu mahasiswa yang telah

menerima bantuan dana ini adalah Andreas Rico dari

program studi Akuntansi 2010. “Jelas saya sangat merasa

terbantu. Saya juga merasa senang dan berterima kasih

kepada UMN atas keringanan biaya kuliah ini,” ujar Rico

yang kehilangan ayahnya bulan Januari lalu. - Devi P -

UMN peduli mahasiswa yang terkena musibah

umn news

umn raih juara professional

communicator

DUA Tim Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas

Multimedia Nusantara (UMN), berhasil menyabet gelar

juara pertama dan kedua dalam Kompetisi Professional

Communicator, Communication Avenue, yang diadakan

oleh Universitas Pelita Harapan (UPH), pada 24 Februari

2011 lalu.

Tim I UMN yang terdiri dari Gabriella Macawalang,

Michelle Alverina, dan Viola Oyong berhasil menyabet

trofi juara pertama. Sementara Tim II UMN yang terdiri

dari Ciseh Putra, Michella Devina, dan Quincy Meilisa

menempati juara kedua. Dalam kompetisi ini, kedua

tim UMN diharuskan membuat sebuah campaign untuk

meningkatkan awareness publik terhadap klien mereka,

majalah iCreate. Tim yang mengajukan proposal dan

presentasi terbaik yang akan keluar sebagai juara.

Perasaan kami berhasil keluar sebagai juara, ya bangga

sekaligus senang. Soalnya, usaha kami dalam latihan

selama beberapa minggu menjadi terbayar,” kata

Michella Devina, mahasiswa Ilkom 2009 yang menjadi

anggota tim II UMN pada kompetisi itu.

Untuk mengikuti kompetisi, kedua tim mempersiapkan

diri selama tiga minggu. Persiapan meliputi pembuatan

konsep, storyboard campaign, serta proposal. Mereka

dibimbing oleh dua dosen fakultas Ilmu Komunikasi,

yaitu Calvin Eko dan Eduard Depari. - Gabrella Sabrina -

foto-foto: koleksi pribadi

Page 11: Majalah UMN Insight

20 | april 2011 | | april 2011 | 21

JUARA BAND MAHASISWA

1. Sweet Tooth2. Monochromatic3. Aquamarine

JUARA FOTOGRAFI

1. Fauzan Fatturahman (SMA Pembangunan Jaya)2. Alvin Suwanda (SMA Notre Dame)3. Andranasari Warasti (SMA Pembangunan Jaya)

JUARA BAND AKUSTIK

1. E-Fresh (SMA Kanaan)2. VIP (SMA Abdi Siswa)3. N3T’S (SMAN 3 Tangerang Selatan)

Best Vocalist: N3T’S (SMAN 3 Tangerang Selatan)Best Drummer: FOC (SMA Mater Dei) Best Guitarist: VIP (SMA Abdi Siswa)

JUARA MODERN DANCE

1. Part V (SMA Mater Dei)2. PRIXM (SMAN 81)3. S1D (SMAN 2 Tangerang Selatan)

JUARA MENGGAMBAR DAN MEWARNAI

Kategori A dimenangkan oleh:

1. Matthew Witjaksono (SD Tarakanita)2. Shafiqa Aliya (Raudhah)3. Moniave (SD BPK Penabur)

Kategori B dimenangkan oleh:

1. Bryan Felicio (SD Tri Ratna)2. Janice Alesandria (SD Taruna Bangsa)3. Ardelia Imoriyani (SD Sunan Bonang)

Kategori C dimenangkan oleh:

1. Adhiningdyah Mulyani Taufiqs (SD Fajar Islami)2. Ellisa Anditia (SD BPK Penabur)3. Gabriela Melina Santoso (SD BPK Penabur)

tingkat SMA. Kompetisi itu antara lain modern dance,

fotografi, band, dan akustik.

Bagi anak-anak usia TK dan SD, UMN bekerja sama

dengan Global Art Indonesia juga mengadakan sebuah

lomba menggambar. Tema yang diangkat dalam lomba

ini adalah pelestarian alam, perdamaian bangsa-

bangsa, dan kemajuan teknologi dalam era globalisasi.

Diharapkan tema ini dapat meningkatkan kepedulian

generasi muda pada lingkungan sekitar serta perkem-

bangan teknologi.

“Ini sebenarnya kepedulian kampus terhadap banyak-

nya masalah alam. Makanya kami mengangkatnya

sebagai tema lomba, sedangkan tema teknologi diusung

karena mengingat perkembangannya sangat pesat,” ujar

Endang Widyastuti, salah satu tim marketing UMN.

Lomba ini dibagi ke dalam tiga kategori, A (usia 4-6

tahun), B (usia 7-9 tahun), dan C (10-13 tahun).

- Cheryl P. Bensa & Gabrella Sabrina -

Beragam Kegiatan di Semarak Pagelaran

Serpong Multimedia Expo seperti talk show

creative writing (kiri), Pameran (kiri-bawah),

dan kompetisi modern dance (bawah)

foto-foto: DeboraT & Felix Jody

campus community

Semarak Pagelaran Serpong Multimedia Expo 2011SEBAGAI kampus berbasis ICT, Universitas Multimedia

Nusantara (UMN) menggelar Serpong Multimedia Expo

yang berlangsung tanggal 23-27 Februari 2011. Acara ini

merupakan rangkaian kegiatan UMN yang diselenggara-

kan untuk memfasilitasi pameran multimedia di daerah

Serpong dan sekitarnya. Expo ini menawarkan beragam

produk seperti iPad, iPhone, iPod, notebook, komputer,

dan gadget lainnya.

“Tema multimedia memang identik dengan image

kampus UMN, Universitas Multimedia Nusantara. Selain

itu, saat ini memang tidak dapat dimungkiri masyarakat

membutuhkan banyak perangkat multimedia,” papar

Johanes Boro, Ketua Panitia Serpong Multimedia Expo

2011.

Pengunjung yang ingin mendapat ilmu mengenai

berbagai perkembangan dunia multimedia pun dapat

mengikuti seminar seperti Monetizing Mobile Applica-

tion with google Mobile Ads, iPad Technology, dan No

Limit for Social Media.

Acara yang membidik mahasiswa, siswa SMA, dan

masyarakat Serpong sebagai pengunjung ini juga

menyelenggarakan berbagai kompetisi untuk siswa

campus community

Pemenang lomba Serpong Multimedia Expo 2011

serpong multimedia expo 2011

Page 12: Majalah UMN Insight

22 | april 2011 | | april 2011 | 23

ADA saat-saat di mana kita dipaksa curiga bahwa indera

ke-enam itu ada.

Adriana menekan tombol ‘enter’ di Onyx putihnya dan

mengangkat kepala, kembali berpura-pura memer-

hatikan wajah kedua orang yang duduk berhadapan

dengannya di café Canteen Pacific Place sore itu. Ia

tampak berkonsentrasi menyimak kata demi kata yang

disampaikan salah satu dari mereka, lelaki separuh baya

berkemeja batik.

Erland yang sangat mengenal anak sulungnya itu yakin,

ekspresi serius di wajah Adriana adalah sesuatu yang

dibuat-buat.

Eskpresi serius yang sangat penuh kepura-puraan.

Toh Erland tetap menyampaikan kalimat demi kalimat

wejangan tersebut, demi meminimalkan risiko friksi

yang mungkin terjadi jika komu-

nikasi antara Adriana dan ibunya

terjadi tanpa dijembatani terlebih

dahulu.

Baru jam 5 sore udah ngomongin indera ke enam. Gue

kira lo orang yang rasional dan sangat percaya kebetu-

lan. *nyindir*

Adriana terkekeh sedikit membaca balasan dari Naila

di Blackberry Messengernya. Perdebatan yang berlang-

sung sudah lama, antara Naila yang selalu berkata ‘I

don’t believe in coincidence’ dengan Adriana yang selalu

dengan santai membalas ‘I do, shit happens. ‘

Tapi gue harus mengakui, walaupun SANGAT JARANG,

tapi ada saatnya dimana gue merasa gue punya indera

ke-enam.

Kapankah itu?

Sekarang. Saat gue duduk berhadapan sama nyokap-

bokap, indera keenam gue mengatakan bahwa sebentar

lagi kata ‘K’ akan segera dikeluarkan.

short story

5 P.M.suara, sampai Adriana habis kesabaran sendiri, “Okay,

untuk mempersingkat waktu Anda-Anda, juga karena

aku ada meeting sejam lagi di kantor, gimana kalau aku

yang bicara? Setuju?”

Tanpa menunggu jawaban Adriana melanjutkan dengan

tenang, “Aku tidak sedang dalam hubungan dalam

bentuk apapun dengan siapapun dan dengan demikian

tidak juga memiliki rencana untuk menikah. Apalagi

punya anak. Atau..Well, sebetulnya punya anak menarik

juga, kalau aku bisa punya anak tanpa menikah sih...”

Wajah Tonia pucat pasi sehingga Adriana cepat-cepat

melanjutkan, “Tapiiii, tentu saja tidak akan kulakukan

karena aku tahu ibunda dan ayahanda akan pingsan-

pingsan kalau sampai itu terjadi.”

Sepi.

“Sampai kapan kamu mau main-main terus, Dri?” ibu-

nya memecah kesunyian.

“Main-main?” Adriana mengulang istilah yang diguna-

kan ibunya, pelan. Tampak jelas mood bercanda yang

tadi mendominasi sudah hilang sama sekali. Matanya

bersinar-sinar menantang tatapan Tonia. “Masih mau

menggunakan istilah ‘main-main,’ bunda?”

Tanpa sengaja Erland menahan nafas, penggunaan kata

‘bunda ‘ oleh Adriana bukanlah pertanda baik.

“Hanya karena aku bekerja keras, mengurus diriku

sendiri, bahkan mengurus adik-adikku, bukan berarti

aku main-main, bunda.”

Sarkastik. Pertanda kesabaran Adriana hampir habis.

“Hanya karena aku bahagia dan bertanggung jawab

atas hidupku sendiri, bukan berarti aku main-main.

Erland bisa merasakan Tonia mulai jengah, duduknya

mulai gelisah.

“Hanya karena aku tidak menikah, bukan berarti

Yah, itu sih bukan indera ke-enam tapi logika.

HEY! Apa tuh maksudnya?

Well, lo kan cewek, ampir 30, belum punya pacar dan…

Lo sedang duduk di depan bokap dan nyokap lo nan

vintage nya minta ampun. Lo mau ngarep apa lagi coba?

Ngarep mereka ngomongin indeks harga saham?

Adriana terkekeh lagi.

Muke lo tu vintage.

“Adriana,” suara dalam Tonia, sang ibu, dengan instan

mengakhiri kebahagiaan Adriana yang langsung

meletakkan Blackberry nya di atas meja. “Kamu nggak

bisa ya dengerin Ayah kamu ngomong sebentar aja?”

“Bu, sepertinya kita punya definisi yang berbeda deh

soal kata ‘sebentar’. Sebentar buat aku itu berarti

10 sampai 15 menit. Sementara buat ibu, mungkin…,”

sekilas Adriana melirik jam yang melingkar di perge-

lengan tangan kirinya, “…45 menit itu masih tergolong

sebentar.”

“Poin kamu?”

“Betul sekali!” Adriana menjentikan jemarinya pe-

nuh semangat, “Itu maksudku, segera masuk ke poin

pembicaraannya aja, nggak usah bertele-tele.” Lalu ia

memberikan pandangan minta maaf pada Erland, “ Maaf

ya, Ayah.”

Erland tersenyum geli, malah Tonia yang tampak

tersinggung karena kekasaran Adriana.

Adriana menghela nafas melihat reaksi ibunya, “Ada apa

sih, bu?”

Tonia tidak segera menjawab, melirik Erland yang tidak

menunjukan tanda-tanda akan menyampaikan ‘poin’

pertemuan mereka sore itu. Erland yang dengan berat

hati memberi kata pengantar sudah menegaskan bahwa

dia tidak akan mengambil peran antagonis dalam

diskusi yang direncanakan istrinya ini.

Hampir setengah menit lamanya tidak ada yang ber-

short story

- Kristy Nelwan -

Page 13: Majalah UMN Insight

24 | april 2011 | | april 2011 | 25

I know. Dia kagak tau laki-laki jaman sekarang ancur

semua.

Ceweknya juga.

Lo kali yang ancur, gue sih nggak.

GYAHAHAHA. GOBLOK!

Kira-kira lima belas menit kemudian Adriana mendapati

ayahnya kembali.

“Ibu di salon?”

Ayahnya mengangguk, “Seperti biasa, menenangkan

diri.”

“Maaf ya, yah,” permintaan maaf dari Adriana itu ter-

dengar tulus, tidak ada nada bercanda sama sekali

Erland mengangguk, “Ayah juga minta maaf.”

“Bukan salah ayah juga kan.”

“Tetap saja.”

“Siapa yang kawin kali ini?” Tanya Adriana lagi,

kepanikan ibunya pasti dipicu pernikahan seseorang.

“Dwitya,” Erland tertawa kecil, “Awal tahun depan.”

Adriana mengangguk pelan, keheranan mengapa dia

belum juga terbiasa menerima kepanikan ibunya yang

sudah dimulai lima tahun yang lalu. Setiap kali Tonia

mendengar rencana pernikahan anak temannya, atau

siapapun yang seumur dengan Adriana, ia akan

aku main-main,” Adriana menandaskan.

“Kamu bisa kan nggak sekurang ajar ini sama orang

tua?” setelah beberapa lama Tonia bersuara.

Adriana tertawa sinis. Klasik, ibunya selalu memilih

sudut lain untuk diributkan saat dia sudah kehabisan

argumen,”Orang tua yang punya anak kurang ajar

harusnya introspkesi, bunda. Mungkin mereka sendiri

yang bikin anaknya kurang ajar.”

Melihat wajah Tonia yang merah padam, Adriana mera-

sakan sedikit rasa bersalah.

Tapi seperti biasa, ibunya selalu bisa mengenyahkan

rasa bersalah Adriana dalam sekejap, “Semoga nggak

terlalu banyak orang tua yang dapat cobaan punya anak

kaya kamu!”

Adriana mengangkat mug berisi vanilla latte dan me-

nelan satu tegukan besar, lebih untuk menutupi kedua

matanya yang seolah terbakar. Ibunya memang paling

tahu cara menyakiti Adriana. Dalam hati dia terkagum-

kagum, bagaimana sesuatu sesejuk air mata bisa begitu

panas terasa.

Adriana mendengar derit kursi dan sewaktu ia menu-

runkan mugnya, sang ibu sudah beranjak pergi dari

kursi yang tadi diduduki. Lagi, klasik. Jika segala cara

sudah tidak mempan, ibunya akan pergi dengan drama-

tis. Tindakan yang menurut Adriana sama sekali tidak

bertanggung jawab.

Adriana menatap Erland yang kemudian menyentuh

lengannya, “Tunggu sebentar ya.”

Adriana mengangguk.

Hore emak gue storm out dong dari café ini. Heboh deh.

OH NO! Berantem lagi? Bener ya bok doi ngomongin

kawin?

Yeah. :(

short story

itu.

“Yah,” panggil Adriana pelan, “Nikah itu, harus ber-

dasarkan perasaan yang serius dan eksklusif kan ya?”

“Eh?” ayahnya mengerutkan kening, “Perasaan yang

serius dan eksklusif?”

Adriana mengangguk, kebingungan mencari cara untuk

menyampaikan maksud pada sang ayah, “Itu lho…”

“Mmmm…Apa sih Dri, ayah betul betul nggak ngerti.”

“True love,” dengan nada terpaksa Adriana mengucap-

kan juga dua kata yang entah kenapa selalu mem-

buatnya geli sendiri. “Perasaan yang esklusif dan serius,

kan?”

“Astaga,” Erland tertawa, “Kamu itu mau ngomong

cinta sejati kok ya repot amat.”

Adriana bergidik, “Yaelah apalagi itu deh ayah! Terlalu

sinetron!”

Erland tertawa lagi.

Adriana menghela nafas panjang, “Inget tante Viona?”

Tawa Erland terhenti mendengar Adriana menyebut

nama almarhum ibunya Naila. Hanya dalam sepersekian

detik sinar matanya meredup. Meskipun dia berusaha

menampakkan ekspresi datar, Adriana terlalu

mengenalnya untuk tahu mana ekspresi datar yang

pura-pura dan yang asli.

“Waktu ayah anter aku nengok tante Viona,” Adriana

menatap mata Erland dalam, berharap sang ayah tahu

bahwa ia tidak bermaksud mengadili, “Ekspresi inilah

yang aku liat di wajah ayah.”

Adriana ingat dia terpaku sejenak malam itu di kamar

rumah sakit tempat tante Viona dirawat. Cukup lama

dia memerhatikan Erland mengunci tatapan pada sosok

tante Viona yang terbaring setengah sadar.

Dalam.

Menyesakkan.

mengalami serangan panik yang semakin lama semakin

berlebihan. Sekarang Dwitya, adik sepupunya yang dua

tahun lebih muda dari Adriana, akan menikah. Pantas

saja Tonia seperti kebakaran jenggot.

“Dri,” panggil Erland, “Ibu mikir kamu sengaja melaku-

kan ini untuk bikin dia stress.”

Berdehem, Adriana menunduk sebentar, “Keputusanku

berdasar kok, yah…Kesempatan untuk bikin ibu naik

pitam cuma sekedar bonus.”

Erland tidak bisa tidak tertawa, “Kamu ini.”

Adriana mengawasi laki-laki yang teramat disayanginya

itu. Setiap kali kesabaran menghadapi Tonia habis,

Adriana selalu bersyukur bahwa paling tidak ayahnya

tidak pernah ikut-ikutan gila. Naila berkomentar bahwa

cara berpikir Adriana itu sangat jawa, selalu mencoba

melihat sisi positif dari segala situasi. Adriana selalu

menjawab “Biar aja, orang jawa kan memang bijak-

sana.”

Sekonyong-konyong Adriana merasa ayahnya berhak

tahu apa sebetulnya di balik keinginan Adriana untuk

tidak menikah dulu, “Yah.”

“Hm?”

“Beberapa kali aku sempat hampir memutuskan untuk

nikah aja sih…”

Erland menegakkan punggung, mencondongkan tubuh

ke arah Adriana tanpa mengatakan apa-apa.

“Tapi aku belum yakin aja,” lanjut Adriana.

“Karena mereka brengsek semua?”

Adriana tertawa, “Yahh, banyak yang brengsek sih

emang. Tapi yang baik ada juga kok…”

Sejenak mereka terdiam. Adriana memikirkan bagaima-

na cara menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan

sementara sang ayah menebak-nebak apa sebetulnya

yang ada dalam benak anak perempuan kesayangannya

short story

Page 14: Majalah UMN Insight

26 | april 2011 | | april 2011 | 27

“Nggak. Rasanya aku cukup bisa membayangkan.”

Mereka bertatapan, Adriana merasa Erland tidak sepe-

nuhnya percaya, “Bener kok, nggak ada gunanya juga

kan?”

Erland tidak menjawab, tidak yakin bagaimana harus

bereaksi.

“Waktu ayah anter aku ke pemakaman, inget?”

Erland mengangguk, ingat permintaan Adriana yang

tiba-tiba pagi itu, untuk diantar ke pemakaman Viona.

Waktu itu Adriana sudah kuliah dan harusnya bisa pergi

sendiri, tapi dengan keras kepala ia meminta ayahnya

untuk menemani.

Sekarang Erland menduga mungkin sekali Adriana

memintanya datang dengan sengaja.

“Aku nangis nggak berenti-berenti, sebagian karena

sedih kehilangan tante Viona dan kasihan pada Naila.”

Adriana menundukan kepala dan menghembuskan

nafas panjang, menyentuh pinggiran cangkir kopi di

hadapannya, “Tapi terutama sekali karena itulah kali

pertama aku melihat ayah nangis.”

Erland terkejut, tidak menyangka bahwa tangisannya

yang tanpa suara pagi itu diketahui anaknya. Padahal

dia sudah memastikan berdiri di belakang kerumunan,

kemudian menjauh dan diam-diam duduk di mobil

hingga tangisnya berhenti. Kembali ke lokasi makam, ia

mengenakan kacamata hitam yang tidak dilepaskannya

hingga mengantarkan Adriana kuliah dua jam kemudian.

Dia ingat Adriana masih terisak-isak sewaktu turun dari

mobil.

Waktu itu tanpa bisa Adriana cegah, hatinya juga mera-

sakan perih yang dirasakan sang ayah. Begitu dalam

menyayangi seseorang tapi bukan saja harus jauh dari

orang itu seumur hidupnya, dia juga harus melihat orang

tersebut berlalu tanpa bisa menyentuh atau bicara untuk

“Tatapan ayah waktu itu begitu…,” Adriana menyelesai-

kan kalimatnya dengan helaan nafas panjang.

Diam.

Kemudian Adriana bergumam, “You love her truly.”

Diam.

“Kamu tahu itu bukan berarti ayah tidak sayang ibumu

kan, Dri?” Erland merasa tidak ada pilihan lain selain

bicara apa adanya dengan Adriana.

Adriana mengangguk, “Iya, aku tahu, tenang aja.”

“Nggak semua orang bisa mengerti…”

Adriana melanjutkan kalimat Erland yang terpotong,

“Bahwa kita bisa menyayangi dua orang dalam satu

waktu?”

Erland menganguk, “Menyayangi dua orang dalam satu

hidup.”

“Aku ngerti kok, sepertinya…”

“Baguslah.”

Adriana berdiri, pindah ke sebelah Erland dan

menyandarkan kepala di bahunya, mencoba memberi

pesan tanpa kata-kata untuk menenangkan beliau.

Pembicaraan ini tidak dimaksudkan Adriana untuk

memojokan ayahnya, sama sekali.

Berhasil, Adriana merasakan ketegangan Erland menu-

run.

“We went to a same college and we dated, it didn’t

work out.”

“Karena beda kasta?” Adriana cukup tahu keluaga Naila

yang ningrat sejati.

“Kurang lebih,” Erland tersenyum.

Diam lagi.

“Ada lagi yang kamu ingin tau, Dri?” hati-hati Erland

bertanya.

short story

terakhir kali.

“Aku sayang ayah dan…Merasakan ayah sesedih itu

tanpa bisa berbuat apa-apa, betul-betul menyiksa,”

ungkap Adriana, pipinya basah.

Erland tertawa salah tingkah,”Kamu ini.”

“Aku serius, yah,”Adriana keras kepala, “You are the

best husband and dad, ever. Aku, Rio, Arya dan ibu itu

beruntung banget tau nggak..”

Seperti Adriana yang karena terlalu emosional terpaksa

berhenti bicara, mata Erland juga mulai berkaca-kaca.

Adriana menegakan tubuhnya dan menyentuh lengan

Erland, “Sering aku mikir betapa nggak adilnya ini

untuk orang sebaik ayah.”

Erland tercekat.

“Orang sebaik ayah harusnya…nggak usah mengalami

kesedihan sedalam itu.”

Lengan Erland bergerak menarik Adriana mendekat,

kemudian memeluknya erat. Lalu Adriana merasakan

kecupan hangat di ubun-ubun kepalanya.

“Sudah jangan menangis nak,” suara Erland sedikit

bergetar. “Ayah aja udah lama rela.”

Adriana berusaha menghentikan air matanya, tidak mau

membuat ayahnya jadi tontonan pengunjung lain.

Lalu terdengar lagi Erland bergumam, “Kurang adil

gimana hidup ayah, Dri? Punya anak seperti kamu.”

Air mata dan isakan Adriana tidak jadi berhenti.

Lalu setelah nafas Adriana terdengar lebih teratur,

Erland mengusap rambut pendek Adriana dan berkata,

“Ya sudah lah, kamu cari aja sampai ketemu orangnya.

Sampai kamu bisa merasakan sesuatu yang serius dan

eksklusif itu.”

Adriana terkekeh mendengar nada mengejek dalam

suara ayahnya.

“Jangan melakukan apapun karena itulah yang benar

menurut standar ibumu atau ayahmu atau lingkungan

sosialmu. Lakukan sesuatu, apapun itu, karena kamu

memang mau. Mau berusaha, mau menanggung resiko,

mau menerima apapun hasilnya. Bersyukur ataupun

berlapang dada akan lebih mudah jika keberhasilan

atau kegagalan itu adalah pilihan kita sendiri.”

Adriana mengangguk.

“Sesayang-sayangnya, atau sebenci-bencinya orang

sama kamu, hidup kamu ya hidup kamu. Ngerti?”

Adriana tidak menjawab, hanya menghapus air mata,

mengecup pipi Erland sekilas dan kembali menyesap

kopi yang sudah dingin sambil meraih benda pipih yang

tergeletak di hadapannya.

Ada saat-saat dimana kita dengan sendirinya percaya

bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Adriana menekan tombol ‘enter’ di Onyx putihnya dan

mengangkat kepala, kembali memperhatikan sang ayah

yang duduk di sampingnya.

Erland yang sangat mengenal anak sulungnya itu yakin,

senyum di wajah Adriana kali ini adalah sesuatu yang

apa adanya.

Sama sekali bukan pura-pura.

short story

Page 15: Majalah UMN Insight

28 | april 2011 | | april 2011 | 29

kawasan ini cukup ramai dan berdekatan dengan sejum-

lah institusi pendidikan.

“Awalnya, café saya hanya memiliki empat karyawan

dan letaknya di pinggir jalan. Cita-cita saya itu pengen

punya café sebesar Hard Rock, yang menjadi khas

dengan musiknya.” Tawa kecil menyertai sebaris kalimat

yang dilontarkan Tia, pemilik Comic Café.

Berawal dari kegemaran membaca Tia dan keluarga,

terbesit keinginan untuk menciptakan sebuah usaha

keluarga yang merujuk pada tempat ngumpul yang

edukatif. Usaha yang ia bangun sejak 2006 ini, setahun

kemudian berhasil dikembangkan. Berlokasi di ruko

miliknya, di bilangan Tebet, nama Comic Café dipilih.

Bagi Tia, pemilihan nama ini berdasarkan pada asumsi

bahwa komik adalah sebuah tema yang universal dan

bisa dikonsumsi oleh siapapun.

hideaway

PERSAINGAN bisnis café di Jakarta yang berkembang

sedemikian pesatnya, mendorong para pelaku usahanya

untuk berlomba-berlomba memanjakan pengunjung

dengan berbagai macam ide kreatif yang ditawarkan.

Salah satunya, adalah dengan mengusung cita rasa

tematik dalam setiap sajiannya. Tidak perlu takut ke-

hilangan tempat hangout yang unik di Jakarta. Café dan

restoran yang tematik, terbukti selalu mampu menarik

minat pengunjung. Comic Café adalah salah satunya.

Saat kita memasuki café yang terletak di bilangan Tebet

ini, suasana interiornya didominasi oleh warna merah.

Seluruh dindingnya dihiasi dengan poster-poster dan

mural berbagai tokoh komik dan superhero, baik dari

Barat maupun Jepang yang terkenal sebagai penghasil

komik populer. Tak hanya dinding, meja saji pun dihiasi

dengan gambar-gambar komik yang beragam.

Pemilihan lokasinya tergolong strategis karena

Work hard, play hard, less time. Istilah ini tentunya sudah tidak asing lagi, terutama di kalangan kaum urban Jakarta. Waktu yang digunakan untuk beraktivitas, sering-kali tidak seimbang dengan waktu luang yang dimiliki untuk memanjakan diri. Gaya hidup semacam inilah yang menjadi titik awal munculnya café culture atau budaya nongkrong berlama-lama di café, sekedar untuk melarikan diri dari tingkat kesibu-kan dan tuntutan peran.

Mengusung Nuansa Tematik yang Edukatif

COmIC CAFE COmIC CAFE

pada malam hari. Pengunjung yang gemar membaca

dapat berlama-lama menghabiskan waktunya di

perpustakaan.

Koleksi bukunya? Tentu saja komik. Tia mengaku, ada

sekitar 3.000 koleksi komik yang ada di perpustakaan-

nya. Para kolektor juga dapat memanjakan dirinya di

distro yang menawarkan beragam pernak-pernik berbau

komik. Tidak hanya itu, setiap weekend, pengunjung

dapat secara beramai-ramai menonton ragam film su-

perhero yang diputar di sebuah TV LCD pada lantai satu

cafe. Pengunjung yang membutuhkan koneksi internet,

dapat memanfaatkan fasilitas hot-spot yang tersedia,

cukup dengan membeli kartu voucher saja. Jika kita

mengamati lebih jauh, keunikan desain arsitektur dan

interior Comic Café, tidak terlepas dari sumbangsih ide

kreatif pemiliknya. Koleksi patung, serta karya-karya

grafis yang terdapat di sepanjang dinding, beberapa

di antaranya merupakan koleksi pribadi sang pemilik.

Mayoritas merupakan barang langka, yang dikumpulkan

Tia selama bertahun-tahun dari berbagai negara.

Melihat beragam kenyamanan yang ditawarkan, tidak

heran jika para pengunjung memilih untuk menghabis-

kan waktu luang yang berkualitas di sini. Pada siang

hari, mayoritas pengunjung berasal dari kalangan pela-

jar SMA dan mahasiswa, sedangkan pada malam hari,

café nampak dipenuhi oleh kalangan pekerja dan ekse-

kutif muda. Dengan harga yang cukup bersahabat, tidak

ada salahnya jika Anda mencoba mampir ke café yang

terletak di bilangan Tebet Utara Raya ini. Bukan tidak

mungkin kan, café ini dapat membantu Anda membang-

kitkan kembali memori masa kecil tentang superhero

favorit yang sudah lama terlupakan?

- Maria Miracellia-

Beruntunglah usaha ini berada pada tangan yang tepat.

Selain sebagai kolektor segala hal yang berbau komik,

Tia memang pernah bekerja di majalah kuliner. Ia

tentunya mengerti betul mengenai kualitas dan cita rasa

makanan yang ditawarkannya.

Desain buku menu pun cukup unik. Menu makanan dia-

tur sedemikian rupa layaknya buku komik, lengkap

dengan ilustrasi dan dialog di dalamnya. Memperta-

hankan konsep universal yang diusung sedari awal, Tia

mengaku tidak ingin membuat batasan menu. Variasi

menu mulai dari zuppa soup, spaghetti, sampai nasi

goreng ala Indonesia ada di sini. Harganya pun cukup

bervariasi, berada pada kisaran Rp 10.000,00 – Rp

40.000,00. “Tidak mahal kok, kami juga menyesuaikan

dengan kantong remaja, terutama pelajar dan maha-

siswa yang paling banyak datang ke sini,” lanjut Tia

kemudian.

mengenang superheroFasilitas yang ditawarkan tergolong lengkap, baik dari

segi hiburan maupun edukasinya. Konsep terbaru yang

ditawarkan oleh Comic Café adalah City Scape. Berlokasi

di lantai tiga, lounge outdoor ini mengusung konsep

no roof, dan menawarkan city view yang apik, terutama

hideaway

foto: Viriya Paramita

foto: Viriya Paramita

foto: Viriya Paramita

Page 16: Majalah UMN Insight

30 | april 2011 | | april 2011 | 31

Peraih beasiswa program pascasarjana British Cheven-

ing Awards 2005/2006 di University of Birmingham ini

mengatakan, hal pertama yang dibutuhkan untuk meraih

beasiswa adalah tekad atau keinginan untuk melanjut-

kan studi. Selain niat, menurut Erny, kita juga harus tahu

apa yang diinginkan dari suatu proses pembelajaran.

“Orang pasti bisa, sepanjang dia mau,” lanjut peraih

program beasiswa short course bidang Intergovernmen-

tal Fiscal Relations di Hungaria (2006) ini.

Jika sudah memiliki niat yang kuat, langkah selanjutnya

adalah mencari informasi lembaga yang menyediakan

beasiswa. Menurut Erny, media Internet menjadi wahana

what experts say

BEASISWA merupakan bentuk penghargaan yang diberi-

kan bagi mereka yang memiliki keunggulan tertentu.

Keunggulan di sini tidak identik dengan kepintaran saja

lho. Karena ternyata menurut Mbak Erny Murniasih,

pintar saja bukanlah modal kuat untuk dapat meme-

nangkan beasiswa.

“Smart is not enough. It takes more efforts to be an ex-

traordinary. Seseorang juga harus memiliki keunggulan-

keunggulan dari segi pribadi, misalnya intelektualitas

dan personalitas, organisasi, network, dan komunitas,”

ujar Erny kepada UMN Insight.

bERbURU bEASISWA bERbURU bEASISWA

Siapa sih yang nggak ingin belajar ke luar negeri gratis? Tak hanya mendapatkan ilmu di universitas beken, tapi juga pengalaman berharga tinggal di negeri dengan budaya dan bahasa berbeda dengan kita. Seru tentunya. Tapi, tunggu dulu, untuk bisa men-dapat beasiswa di luar negeri tentu tak semudah membuka telapak tangan. Berikut ikuti tips dari Erny Murniasih, peraih beberapa scholarship dan penulis dua buku laris Winning a Scholarship dan Buku Pintar Beasiswa. - Cindy Christella -

Pintar Saja Tak Jamin Raih Beasiswa

Foto: Felix Jody

Erny Murniasih

Peraih beasiswa program pascasarjana British Chevening Awards 2005/2006 di University of Birmingham

Agar dapat memperoleh beasiswa, seseorang haruslah

memiliki rasa percaya diri yang tinggi. “Setiap manusia

memiliki kompetensi (kapasitas), tapi sering diabaikan-

nya karena rasa tidak percaya diri,” kata Erny. Beasiswa

yang diharapkan, sama saja dengan sebuah kompetisi

yang harus diperjuangkan. Ketika memenangkannya, kita

akan merasa bangga dan berharap dapat melakukan hal

yang lebih lagi.

Erny berpesan, khususnya kepada anak muda, bahwa

kesempatan berpihak kepada orang-orang yang siap.

Kesempatan tidak datang dua kali. So guys, tunggu

apalagi? Mulailah bersiap dari sekarang.

Tahapan seleksi beasiswa:

1. Tahap pertama: proses seleksi dokumen aplikasi

beasiswa (dokumen-dokumen pendukung yang

diminta)

2. Tahap kedua: proses penentuan short-listed candidate.

Tes kemampuan bahasa, akademis, dan wawancara

cukup ampuh. Hanya dengan mengetik kata kunci

‘scholarship’ maka akan banyak sekali link informasi

yang bisa kita dapatkan. Tidak hanya itu, ada beberapa

situs-situs khusus dari institusi penyedia beasiswa yang

bisa kita akses.

Di situs itulah kita bisa men-download formulir ap-

likasi atau ada formulir elektronik yang bisa diisi oleh

pendaftar. Setelah membaca ketentuan atau syarat,

maka langkah selanjutnya adalah menyediakan data

yang dibutuhkan. Satu hal yang harus diperhatikan

oleh pelamar beasiswa adalah cara mengisi statement

of purpose.

Ada tiga hal penting yang perlu ditekankan dalam

pembuatan statement of purpose . Pertama, ekspektasi

dari setiap individu. Kedua, ekspektasi terhadap

organisasi. Terakhir, apa yang akan Anda berikan pada

negara.

Dalam mengisi application form, kita perlu mengetahui

potensi dalam diri kita. Salah satu cara untuk

mengetahui potensi, yaitu melakukan assessment

terhadap diri sendiri dengan menentukan target apa

yang akan dicapai dalam beberapa tahun ke depan.

“Agar menjadi orang yang konkret, kita harus mempu-

nyai visi,” ujar Erny. “Assessment diri mempermudah

kita saat berhadapan dengan proses pengisian aplikasi

beasiswa. Jangan sampai kelemahan yang ada dalam

diri, medegradasi kekuatan yang kita miliki,” lanjutnya.

Untuk memperkuat form beasiswa yang kita ajukan,

ada baiknya apabila menyertakan letter of recommend

atau surat rekomendasi yang dapat diperoleh dari dosen

atau pembimbing akademik. Letter of recommend dapat

dengan mudah diperoleh seseorang jika memiliki hubu-

ngan yang baik dengan orang-orang yang bersangkutan.

what experts say

Rumah Beasiswa:

http://www.rumahbeasiswa.com/

Pusat Info Beasiswa:

http://www.pusatinfobeasiswa.com/

Info Beasiswa:

http://www.infobeasiswa.net/ atau

http://www.infobeasiswa.org/

Beasiswa Australian Development Scholarship (Australia):

http://www.adsjakarta.or.id/

Beasiswa Chevening (Inggris):

http://www.chevening.or.id/

Beasiswa StuNed (Belanda):

http://www.nesoindonesia.or.id

Beasiswa Fullbright (AS):

http://www.aminef.or.id

Beasiswa DAAD (Jerman):

http://jakarta.daad.de/

Website penyedia info tentang beAsIsWA:

Page 17: Majalah UMN Insight

32 | april 2011 | | april 2011 | 33

Ahmad Fuadi, Penulis Novel Negeri 5 Menara

Peraih Beasiswa dari National University of Singapore,

Exchange Program ke Quebec, Kanada;

Master di George Washington University, USA;

dan Master di University of London, UK.

Ingin tips lebih lanjut dari Ahmad Fuadi, silakan cek ke:

http://news.gudangmateri.com/2010/09/tips-beasiswa-

luar-negeri-ala-penulis.html

3. Tahap ketiga: pre-departure training (untuk beasiswa

luar negeri) atau maktrikulasi (untuk beasiswa dalam

negeri). Memperdalam kemampuan dasar baik dari

segi bahasa maupun akademis.

what experts say

karena faktor kesungguhanHARUS ada niat dan keinginan yang besar dan sangat kuat

untuk dapat beasiswa. Karena untuk dapat satu adalah

perjuangan yang penuh kompetisi. Namun ketahuilah

banyak beasiswa tersedia di mana-mana dalam berbagai

bentuk, durasi, dan penerima. Kadang beasiswa ini kurang

publikasi. Karena kurang publikasi, tugas kita untuk

heboh mencari. Dulu saya suka keluyuran ke banyak

pameran pendidikan, kantor-kantor untuk nanya-nanya.

Jadi step penting adalah niat kuat sehingga siap heboh

mencari info ke mana-mana. Beasiswa itu banyak kok.

Sekarang heboh cari info itu gampang. Search di google.

Gabung dengan milis Beasiswa atau Facebook beasiswa.

Dulu saya nggak ada internet.

Menurut saya dapat beasiswa itu lebih karena faktor

sungguh-sungguh. Bukan karena pinter. Banyak yang

pinter nggak dapat. Biasanya kalau sudah sungguh-sung-

guh cari info, dalam 6-8 bulan kita sudah dapat calon-

calon beasiswa yang bisa kita lamar. Sumber beasiswa

yang bonafid itu antara lain Fulbright ke US, Chevening

ke UK, Manbusho ke Jepang dan ADS ke Australia. Setiap

beasiswa punya syarat beda-beda. Namun stepnya hampir

sama: kirim aplikasi, seleksi tulis, dan wawancara. Kalau

lolos, terbang :)

bahasa itu pentingSAYA menyadari kebencian saya terhadap bahasa Inggris,

karena dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Lamongan,

kuliah di FISIP UI, teman-teman saya kalau dilihat tempat

lahirnya, London, Washington, Manila, Maroko, Amster-

dam. Nah, sebagai orang ndeso babat tembak langsung

ke Jakarta, sebel juga saya dengan bahasa Inggris, walau

di mata kuliah bahasa Inggris tetap mendapat angka 8

(delapan). Sangat disadari bahasa Inggris yang pas-pasan

tersebut. Alhamdulillah saya lumayan IELTS-nya. Setelah

lima bulan benar-benar konsentrasi belajar bahasa

Inggris, meninggalkan aktivitas LSM dan lain-lainnya.

Untuk dapat masuk di Sydney University paling tidak

harus 7,5 IELTS yang harus didapatkan.

Saya termasuk yang tidak mendapatkan 7,5, saya lupa

mungkin hanya 6,5 IELTS, tapi tetap dapat masuk di

Sydney University. Satu tahun di program Department of

Government (Politics), saya ditawari untuk upgrade ke

Ph.D Program yang kebetulan ketua Departemennya

Prof. Michael Leigh adalah ahli Asia Tenggara (Malaysia)

EXPERIENCE TELLS...kredit title: Yose Riandi/Ghiboo

sumber: tistory.com/image

istrinya ahli Aceh. Saya tinggal dengan keluarga tersebut.

Supervisor saya tidak mengerti Indonesia, karenanya saya

menulis tentang Urban Politics in Australia.

Chusnul Mar’iyah, Mantan Anggota KPU, Aktivis Perem-

puan; Peraih Beasiswa S-2 dan S-3 di Sydney University

serta short course di Amerika Serikat

Hira Meidia, Wakil Rektor III UMN; Peraih Beasiswa BPPT

untuk program setara S-1 di University of Sheffield Inggris;

Peraih beasiswa program Master dan Doktor dari Univer-

sity of Sheffield; peraih Post-Doctoral di AS.

KUNCI pertama seleksi adalah pada aplikasi yang jum-

lahnya ribuan. Jadi pastikan saat mengisi aplikasi itulah

kita bisa menyakinkan pemberi beasiswa bahwa kita

memang layak untuk mendapatkan beasiswa itu. Pengala-

man saya saat apply beasiswa Chevening, di aplikasi

diminta menjawab pertanyaan mengapa layak mendapat

beasiswa, lalu juga ditanya tujuan di masa depan setelah

mendapat beasiswa. Bahkan, di aplikasi itu kita diminta

membuat essay 250 kata dalam bahasa Inggris tentang

dua hal yang sangat penting dalam kehidupan saya.

Di sinilah wahana kita untuk bisa “menjual diri”. Jangan

merasa jadi ‘lebay’ atau narsis saat mengisi ini sepanjang

memang itu fakta tentang diri Anda. Katakan dengan

frase yang menjual dan kuat. Khusus untuk Chevening,

setahu saya, mereka banyak memberi beasiswa bagi prak-

tisi, dan bidang-bidang ‘seksi’ yang selalu diberi quota

khusus oleh mereka adalah media dan komunikasi, politik

dan HAM, teknologi informasi, energi alternatif, dan

lingkungan hidup. Satu angkatan per tahun pada masa

saya hanya 60 orang—dari hampir lima ribu pelamar.

Saat ini saya dengar malah dibatasi lagi menjadi 30 orang

penerima beasiswa per tahun, tapi di situlah justru letak

tantangan dan kebanggaannya, bukan?

Ambang Priyonggo, Praktisi Media dan Dosen UMN; Ak-

tivis Literasi Politik di Lembaga The Policy Institute; Peraih

beasiswa Chevening di University of Westminster, London.

what experts say

pede kontak langsung profesorMENCARI beasiswa itu tidak selalu harus bergantung dari

institusi pemberi beasiswa seperti Fullbright, Chevening,

atau ADS. Justru kalau kita jeli, bisa mencari langsung ke

universitas-universitasnya dengan cek ke situs mereka.

Bahkan, jangan segan untuk menghubungi profesor di

universitas itu guna menanyakan apakah ada grant untuk

beasiswa—yang jelas di setiap universitas pasti menye-

diakan beasiswa. Itu bisa dilakukan lewat email.

Pengalaman saya saat mengambil Post-Doctoral di AS,

saya melihat mahasiswa asal China dan India yang banyak

mendapat beasiswa, padahal dari sisi bahasa (Inggris),

mereka biasa-biasa saja, dan saya yakin banyak maha-

siswa Indonesia lebih baik dari mereka. Ketika saya tanya,

ternyata mereka bisa dapat beasiswa itu karena modal

keberanian untuk mengontak profesor dan tidak malu

bertanya. Yang terpenting lagi, jangan lupa pula belajar

membuat covering letter dan CV yang benar-benar kuat

bisa menunjukkan kemampuan, motivasi, dan fakta yang

menunjukkan memang kita layak untuk dapat beasiswa

itu.

bERbURU bEASISWA bERbURU bEASISWA

Page 18: Majalah UMN Insight

34 | april 2011 | | april 2011 | 35

dress up

CraCk nothing but your inner

wall. Drop the ball, anD let the gooD

times roll!

MODEL: Krisna Anindyo Putro (DKV 2009)LOKASI: Gramedia Bookstore Lippo KarawaciFOTOGRAFER: Cheryl P. Bensa

CLICK THE GEEK CLICK THE GEEK dress up

CliCk the Geek

MODEL: Tiara Kresna (Ilkom 2010)LOKASI: Gramedia Bookstore Lippo KarawaciFOTOGRAFER: Cheryl P. Bensa

Page 19: Majalah UMN Insight

36 | april 2011 | | april 2011 | 37

(1943), serta House of Frankenstein (1944) yang menjadi

pertemuan pertama Wolfman, Dracula, dan Franken-

stien. Pasca Dracula, kisah vampire terus diadaptasi

cinema highlight VAmPIRE mOVIES

Siapa yang tidak mengenal karakter vampire? Saya yakin kalian semua kenal. Sebagai salah satu icon horror yang populer, tidak mengherankan apabila terdapat berbagai gambaran vampire di layar lebar, mulai dari Count Orlok yang mengerikan sampai Edward Cullen yang memesona wanita.

SALAH satu film yang menjadi kemunculan pertama

vampire adalah Nosferatu: eine Symphonie des Grauens

(Nosferatu: A Symphony of Horror) yang rilis tahun

1922. Film bisu tersebut juga merupakan yang pertama

dalam sejarah membuat ”peraturan” vampire mati bila

terkena sinar matahari’. By the way ada rumor bahwa

Max Schreck ,pemeran Count Orlok, adalah seorang

vampire betulan.

Meski Nosferatu tercatat lebih tua, film vampire yang

terkenal lebih dahulu justru Dracula yang muncul pada

1931. Hal tersebut dikarenakan Dracula-lah film vampire

pertama yang berbahasa Inggris. Sayangnya, Dracula

justru menjadi film yang kurang setia dengan elemen-

elemen dasar vampire seperti gigi bertaring dan bekas

gigitan di leher. Dracula juga memiliki beberapa sekuel

seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula

COUNT ORLOK (1922) bawahCOUNT DRACULA (1931) sebelah kanan

Kisah Penghisap Darah dari Masa ke Masa dalam berbagai versi mulai dari vampire versi orang

kulit hitam pada Blacula (1972) hingga kisah vampire

bergenre komedi dengan judul Love at First Bite (1979).

Melompat jauh ke 1992, ada Bram Stoker’s Dracula

buatan Francis Ford Coppola yang diyakini sebagai

salah satu film tentang vampire terbaik. Film yang dibin-

tangi oleh Gary Oldman dan Winona Ryder tersebut juga

menggambarkan latar belakang Count Dracula secara

lebih detil, mulai dari transformasinya menjadi vam-

pire hingga asal-usul ketertarikannya terhadap Mina

Harker, perempuan yang menyerupai mendiang istrinya.

Dua tahun setelah Bram Stoker’s Dracula, Interview

with The Vampire muncul. Berbeda dengan garapan

Coppola yang menceritakan Count Dracula, Interview

with The Vampire bercerita tentang Lestat de Lioncourt ,

seorang vampire yang mengajarkan pria bernama Louis

de Pointe du Lac untuk menjadi vampire. Karakter Lestat

sempat muncul untuk kedua kalinya pada film Queen of

The Damned (2002) yang juga berasal dari karya Anne

Rice.

Tahun 1998, salah satu film vampire menjadi dasar ke-

bangkitan film superhero. Film tersebut berjudul Blade

yang dibintangi Wesley Snipes dan bergenre action-

horror. Ketika film-film lain menggambarkan vampire

takut pada matahari, Blade mengambil pendekatan

berbeda. Blade memperkenalkan konsep half-breed di

mana seorang vampire bisa bertahan di bawah sinar

matahari apabila dia merupakan hasil percampuran

manusia dan vampire. Kisah Blade sendiri bertahan

hingga seri ketiga yang berjudul Blade Trinity (2004)

Film vampire dengan genre action tidak berhenti di

seri Blade saja. Pada tahun 2003 muncul film bertema

serupa dengan judul Underworld yang bercerita tentang

klan vampire versus klan werewolf. Setahun setelahnya,

ada film Van Helsing yang dibuat berdasarkan karakter

Abraham Van Helsing di novel Bram’s Stoker Dracula.

Tahun 2008, tren film vampire mengarah ke genre film

romantis, percintaan manusia dan vampire. Salah satu

contoh seri yang terkenal adalah Twilight Saga yang

tiap serinya selalu dinantikan oleh jutaan penggemar

fanatiknya (kebanyakan kaum hawa). Tokoh Edward

Cullen yang diperankan oleh Robert Pattinson diyakini

sebagai dalang yang membuat Twilight Saga begitu

digemari. Selain Twilight, ada juga Let The Right One In

dari Norwegia yang telah di-remake dengan judul Let Me

In (2010). - Mariska Vergina -

cinema highlightVAmPIRE mOVIES

BLACULA (1972) sebelah kiriLESTAT (1994) bawah

Edward Cullen sebelah kiriVan Helsing (2004) bawah

sumber foto: www.sxc.hu

Page 20: Majalah UMN Insight

38 | april 2011 | | april 2011 | 39

technocorner GOOGLE ANDROID DAN SI ROTI jAHE GOOGLE ANDROID DAN SI ROTI jAHE

Google, Android, dan Si Roti Jahe

Siapa yang tidak kenal Mr. Ginger Bread, salah satu ikon dongeng yang paling populer di seluruh dunia? Sekarang kue jahe imut itu akan hadir dalam versi modernnya, sebuah sistem operasi keluaran Google bernama Android 2.3 Gingerbread. Tampaknya, Android sudah siap kembali merebut hati para droidfreaks!

Buktinya saja, sejak pertama dirilis, nama-nama OS

Android dimulai dengan Cupcake (Android 1.5), Donut

(Android 1.6), Eclair (Android 2.1), Froyo (Android 2.2), Gin-

gerbread (Android 2.3), dan OS khusus tablet, Honeycomb

(Android 3.0). OS baru yang akan segera rilis berikutnya

adalah Ice Cream (Android 2.4).

Rupanya, nama-nama itu dipilih atas pertimbangan huruf

awal, yang sengaja dibuat berurutan sesuai abjad, yakni

Cupcake, Donut, Eclair, Froyo, Gingerbread, Honeycomb,

dan Ice Cream. Mengapa Google menggunakan nama

makanan? Pertanyaan ini belum terjawab hingga saat

ini karena juru bicara Google Randall Sarafa, enggan

menjawabnya. Namun Sarafa tetap menyatakan bahwa

pemberian nama-nama itu merupakan hasil keputusan

internal dan Google memilih tampil sedikit ajaib dalam

hal ini. “Ketika platform Android baru dirilis, mereka akan

menyandang nama-nama makanan (dessert). Sebagian

besar sesuai urutan alfabet,” ujarnya.

Fakta Singkat Soal Android

Pernah terpikir, mengapa kode nama sistem operasi Android selalu memakai nama makanan penutup?

ponsel-ponsel yang mengadopsi OS Android dapat

segera menggunakannya. Sejauh ini, ponsel yang sudah

mengadopsi Gingerbread secare resmi hanyalah Nexus S

yang merupakan penerus ponsel pertama Google, Nexus

One.

Dalam versi terbaru Android ini, Google memperlihatkan

kepada khalayak bahwa mereka telah siap menghadapi

perkembangan teknologi ponsel yang semakin cepat

dan serta tuntutan teknologi yang terus bertambah.

Melalui apa? Lewat penyempurnaan OS Android dengan

atribut-atribut yang lebih hebat daripada kompetitor

kompetitornya.

Sebenarnya apa sih kelebihan Android Gingerbread

sampai-sampai ia diprediksi dapat memperkuat posisi

Google untuk berhadapan dengan Apple (iPhone),

Microsoft (Windows Phone 7), Nokia, dan Research in

Motion (Blackberry) yang sudah lebih mapan? Yang per-

tama adalah kecepatan. Google mengakui bahwa sejauh

ini Gingerbread akan menjadi jenis Android yang paling

cepat, baik dalam hal menjalankan applikasi, pengun-

duhan, ataupun pengunggahan.

Orientasi pada kecepatan tersebut tentunya akan

diimbangi dengan power management (efisiensi baterai)

demi menjamin kepuasan pengguna ponsel ber-OS

MEMPERSIAPKAN DIRI

Android, sebuah teknologi multifungsi berupa sistem

operasi yang dapat menjalankan begitu banyak

kegiatan, semakin gencar memperbaharui dirinya demi

menempati posisi teratas dalam pilihan khalayak.

Bersama dengan Google, Android akan menjadi

pemersatu segala macam bentuk telekomunikasi

nirkabel yang dibutuhkan manusia.

Manusia berkembang, kreativitas berkembang.

Sekarang sudah bukan zamannya lagi pengguna

mengunduh aplikasi yang sudah disediakan dan

beradaptasi dengan aplikasi tersebut, melainkan kini

para pengguna dapat merancang sendiri aplikasi apa

yang mereka inginkan. Inilah salah satu senjata Android

dalam melumpuhkan lawan-lawannya. Kita sadar bahwa

tentu saja faktor keamanan dapat menjadi rentan, tetapi

dengan berbasiskan sebuah kernel Linux yang tangguh,

Android diharapkan dapat menangkal segala macam

virus yang ingin merusaknya.

Ketika dunia semakin berkembang, kebutuhan semakin

banyak, manusia menginginkan kemudahan untuk

menjalankan semuanya secara cepat. Kebutuhan inilah

yang akhirnya menjadi alasan mengapa Android ada,

yaitu untuk menggabungkan semua alat itu, hanya pada

satu genggaman tangan. Sistem operasi ini memiliki

banyak fungsi yang aplikatif dan canggih sehingga para

pengguna tidak akan lagi merasa kesulitan berkomu-

nikasi dengan siapa pun, tanpa mengenal batas waktu

dan tempat.

ANDROID TERUS MENGEJAR

Seusai meluncurkan Android 3.0 Honeycomb lewat

tablet Motorola Xoom pada event Consumer Electronic

Show (CES 2011) Januari lalu, Google kini tengah fokus

mempersiapkan update Android 2.3 Gingerbread agar

technocorner

Page 21: Majalah UMN Insight

40 | april 2011 | | april 2011 | 41

Android. Efesiensi baterei tersebut akan dilakukan oleh

Gingerbread melalui sistem task manager, menutup

aplikasi yang lupa ditutup atau yang menggunakan

banyak energi secara otomatis, agar daya tahan baterai

lebih lama dari biasanya.

Selain pengembangan dalam hal kecepatan dan efisien-

si baterai, Gingerbread juga memberikan beberapa sen-

tuhan baru seperti perubahan user inteface (tampilan

antar muka) yang lebih elegan, perbaikan sistem auto

correction (perbaikan kata) pada keyboard, penyempur-

naan sistem copy-paste, pengaplikasian audio effect

untuk media player, dan masih banyak lagi. Tak keting-

galan, Gingerbread juga melengkapi dirinya dengan

fungsi alat sensor, yaitu barometer dan sensor gravitasi.

Tak menutup kemungkinan ke depannya Android juga

dapat mengukur tekanan udara pada atmosfer.

Di mana ada kelebihan, pasti ada kekurangan. Sebagai

pemain baru di pasar ponsel pintar, Google dengan An-

droid tidak mungkin tampil sempurna pada tahun-tahun

awalnya. Namun, berkat adanya Android Market yang

menyediakan aplikasi-aplikasi pelengkap serta sifat OS

Android yang Open Source, user memiliki kebebasan

untuk memodifikasi (baca: menyempurnakan) Android

mereka sendiri.

Seperti apa pun wujud Android Gingerbread nanti, kita

berharap saja semoga Gingerbread ini bisa menyempur-

nakan pendahulunya, Android 2.2 FrozenYogurt.

- Missy Melita -

technocorner PENDIRI ‘KASKUS’ ANDREW DARWIS

WHAT THEY SAY?

apa sih pendapat kamu tentang android?

“Android itu berguna dan bagus banget!

Banyak software yang bisa di-download.

Kelebihannya dari Apple, Apple kan cuma satu

model, tapi Android udah banyak yang bisa di-

aplikasiin di handphone. Terus juga, di Android

kita bisa bikin software sendiri tanpa bayar.

Faktanya, kebanyakan dari software itu adalah

hasil karya orang awam, bukan perusahaan.”

– Truly Christina, Jerman

“Dulu kualitas Android tidak terlalu baik,

tetapi sekarang sudah banyak dipakai karena

murah dan juga banyak aplikasi.”

– Tobias Nanto, Indonesia

“Wah, kalau menurut gue sih bagus, karna

gratis nggak kayak Apple yang aplikasinya

mahal.”

– Pamela Johanna Djohari, Indonesia

“Salah satu keunggulan Android itu, dia bisa

update secara langsung tanpa me-ngubah

software.”

– Randy Prasetyo, Indonesia

technopreneurship

Bicara tentang Kaskus, tentu tidak lepas dari sosok Andrew Darwis (31).

Ya, di tangannya Kaskus melejit menjadi salah satu situs jejaring sosial

yang popular di kalangan anak muda Indonesia.

foto: koleksi pribadi

Andrew DarwisFounder dan Chief Technology Officer KASKUS

GOOGLE ANDROID DAN SI ROTI jAHE

Page 22: Majalah UMN Insight

42 | april 2011 | | april 2011 | 43

CNN, ke dalam bahasa Indonesia lalu mengunggahnya

dalam situs KASKUS. Model website seperti ini memang

bukan hal baru sekarang, namun pada saat itu tentu

masih jarang.

“Setelah beberapa bulan, kami lelah

harus secara manual selalu meng-copy-

paste web content. Kita lalu beralih ke

pendekatan Web 2.0 dengan mengundang

user content,” katanya sambil menambah-

kan bahwa dia hanya butuh modal US$

3 saja untuk keperluan sewa server guna

mengelola situsnya itu.

Andrew tak menyangka bahwa langkahnya mengubah

Kaskus dengan model user-generated platform—tem-

pat pengguna bisa mengunggah content dalam suatu

forum—telah menciptakan tak kurang dari 1,2 juta

“Kaskuser” saat ini. Bahkan, kata panggilan antarmem-

ber “Juragan” atau biasa disingkat “Gan” juga menjadi

term popular di kalangan anak muda kini.

Andrew makin serius mengelola KASKUS saat dia kem-

bali ke Indonesia. Pada Desember 2008 pun, Kaskus

diluncurkan dan tak lama kemudian telah resmi menjadi

perusahaan profesional di bawah bendera PT Darta

Media Indonesia.

Kunci Bisnis Online itu “KrediBilitas”SITUS ini telah memiliki 900.000 lebih member dan

dikunjungi oleh sedikitnya 500.000 orang per hari.

Hingga saat ini pun, situs tersebut sudah mempunyai

lebih dari 70 juta post.

Awal mula pendirian situs ini pun juga terbilang unik.

Betapa tidak, situs yang kini menduduki peringkat 6 top

sites di Indonesia versi Alexa ini, ternyata berawal dari

sebuah tugas kuliah!

Andrew bersama dua temannya— Ronald Stephen dan

Budi Darmawan—membangun situs ini saat di bangku

kuliah di jurusan Multimedia & Webdesign, di Art

Institute of Seattle, Amerika Serikat pada 1999. Melihat

sudah banyak mahasiswa lainnya yang “bernarsis-ria”

dengan membuat situs pribadi, akhirnya Andrew dan

dua rekannya memutuskan untuk membangun portal

berbasis berita.

“Kami bertiga berpikir untuk memba-

ngun portal berita tentang Indonesia.

Anda tahulah bagaimana orang Indonesia

itu makin cinta dengan Tanah Airnya kala

mereka berada di luar negeri,” ujarnya

dalam suatu kesempatan wawancara

dengan The Jakarta Post.

Caranya pun simpel. Andrew hanya menerjemahkan

berita berbahasa Inggris dari situs-situs asing seperti

technopreneurship

yang dimiliki KASKUS yaitu “The Largest Indonesian

Community”. Selain itu, dia pun turut meraih penghar-

gaan sebagai The Best Entrepreneur Of The Year dari IPA

(International Professional Award).

KASKUS memang memiliki pesaing dengan adanya

social media lainnya. Namun, mengenai persaingan ini,

Andrew melihatnya sebagai hal positif. Menurutnya,

masyarakat Indonesia cukup aktif dan ‘melek’ akan

pengembangan social media yang baru muncul saat ini.

Hal ini dapat membantunya dari tim KASKUS untuk

mencari tahu keinginan masyarakat pengguna social

media yang telah terbentuk sehingga mereka dapat

menganalisa pasar yang sedang jalan saat ini.

Menjawab permintaan UMN Insight, Andrew pun berbagi

tips tentang bagaimana memulai bisnis melalui website

atau situs jejaring sosial. Menurutnya yang terpenting

adalah menjaga kredibilitas dan selalu berpikir kreatif.

- Clarisa Mutriafica -

Sebagai salah satu founder yang saat ini menjabat se-

bagai Chief Technology Officer (CTO) di KASKUS, Andrew

berharap ke depan KASKUS bisa menjadi website yang

dapat memperkaya content local di Indonesia yang

dapat mengedukasi, memberikan informasi, dan sharing

antarmember.

Dengan kesabaran serta konsistensinya, Andrew pun

berhasil membawa KASKUS menjadi satu-satunya forum

komunitas Indonesia yang terbesar, sama seperti slogan

technopreneurship

“ Kredibilitas itu sangat penting dalam berbisnis via online. Kepercayaan customer/member yang harus diprioritaskan. Berpikir kreatif dan lihat potensi bisnis yang ada,” urainya. Wah, siap disundul tips-nya, Gan!

sumber: www.mobisel.com

Nama Lengkap : Andrew DarwisNama Panggilan : MiminTTL : Jakarta, 20 Juli 1979Pendidikan : Multimedia & Web Design, Art Institute of Seattle, 2003 Computer Science, City University 2006Pekerjaan : Founder dan Chief Technology Officer KASKUS

PENDIRI ‘KASKUS’ ANDREW DARWIS PENDIRI ‘KASKUS’ ANDREW DARWIS

Page 23: Majalah UMN Insight

44 | april 2011 | | april 2011 | 45

menuntut terlalu banyak. Social media juga terlalu cair,

tidak adanya otoritas membuat ia rentan dan menjadi

berantakan.

Posisi esai yang tidak biasa ini memicu gelombang

debat yang panjang. Pro dan kontra. Esai Gladwell

menjadi menarik karena menyediakan perspektif lain, di

tengah anggapan yang sudah jadi kenyamanan. Untuk

siapa yang benar, biar waktu yang membuktikan. Namun

ada hal yang bisa kita petik. Social media, yang sering

digembar-gemborkan sisi positifnya, mungkin jika dili-

hat lagi, tidak secemerlang itu. Mungkin ada sisi negatif

yang bisa berbahaya. Yang harus kita pikirkan selalu.

Kita ingat Devie Permatasari, siswi SMP Negeri 28

Bandung yang diculik Oktober 2010. Ia dibawa lari

selama 15 hari oleh orang yang dikenalnya di Facebook.

Ia mengaku trauma memakai social media itu lagi. Dan

ia tidak sendiri. Ada Devie-Devie lainnya. Teknologi,

selalu seperti dua sisi koin. Positif dan negatif. Terle-

bih, teknologi, hanyalah alat. Esai Gladwell mencoba

mengingatkan, manusia yang menggunakan alatlah

yang terutama. Dalam balapan, kekuatan mesin mobil

memang penting, tapi pada akhirnya, manusia di balik

kemudilah yang jadi penentu. Demikian social media,

sebuah teknologi yang sangat kuat. Kitalah yang akan

menentukan, mau dibawa ke mana teknologi ini.

Semua berharap, tentunya, ke arah yang lebih baik.

Penulis adalah mahasiswa Multimedia Journalism,

Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia

Nusantara, Angkatan 2007.

opinion

Qua Vadis Social Media?

- Harry Febrian -

TIK, UMN, dan Masa Depan- Ninok leksono -

Redaksi menerima artikel opini tentang beragam bidang

yang sedang menjadi topik hangat. Kirimkan naskah Anda

dengan panjang maksimum 500 kata ke email:

[email protected] disertai dengan data diri.

Artikel yang dimuat akan mendapatkan honor.

TIDAK banyak orang yang meragukan kekuatan social

media. Sejak kehadiran Facebook di 2004 hingga

sekarang, beragam social media telah mengubah wajah

dunia tempat kita tinggal. Mulai dari pendidikan,

ekonomi, politik, militer, hubungan antarnegara,

komunikasi, sampai gaya hidup. Ambil contoh gejolak

di Timur Tengah. Peran social media tidak bisa dibilang

kecil. Undangan berkumpul disebar lewat Facebook.

Twitter dipakai untuk menggalang dukungan. Beberapa

blog menyediakan taktik demonstrasi dan menetralisasi

gas air mata.

Time menyebut kelompok pemuda penggerak demon-

strasi sebagai Pemberontak Facebook. Salah satu re-

spons awal pemerintah Mesir atau Libya adalah mema-

tikan Internet. Membuktikan bahwa mereka sadar akan

kekuatannya. Bahkan sebuah analis keamanan dari

Mark Pfeifle, meminta Twitter dinominasikan untuk No-

bel Perdamaian. Namun nampaknya Malcolm Gladwell

tidak termasuk dalam “banyak orang” ini. Lewat esainya

di The New Yorker, jurnalis yang masuk daftar 100 orang

paling berpengaruh versi Time tahun 2005, menolak

anggapan bahwa social media adalah alat yang begitu

berkuasa, khususnya dalam gejolak Timur Tengah.

Social media, kata Gladwell, hanya menyediakan ikatan

relasi yang lemah. Hal ini bisa berjalan, jika tidak

yang hilang menjadi panas. Dengan adanya teknologi

superkonduktivitas suhu tinggi yang praktis, orang bisa

membuat kereta magnet berkecepatan tinggi secara

murah. Dengan itu pula, energi migas secara signifikan

berkurang maknanya.

Ada pun teknologi nano, ini tampaknya yang paling

populer dari ketiganya. Berbeda dengan mikroelektronik

yang bekerja di dimensi sepersejuta meter, teknologi

nano bekerja di ranah sepermilyar meter. Ibaratnya,

orang bisa menangani makhluk yang jauh lebih kecil

dari bakteri. Dengan ini pula, manipulasi dapat dilaku-

kan pada dimensi atomik. Pendukung teknologi ini bisa

membayangkan adanya pabrik yang bekerja secara

terus-menerus selama 24 jam, ramah lingkungan, dan

hemat energi.

Tentu saja selain itu orang juga bekerja untuk mendapat-

kan pesawat penumpang hipersonik masa depan, yang

dulu pernah digambarkan bisa terbang dengan kecepa-

tan Mach 25 atau 25 kali kecepatan suara, atau sekitar

28.000 km/jam, dan membuat penerbangan Jakarta –

New York cukup dua jam saja.

Namun semua itu kini seperti kalah dengan gegap

gempita perkembangan teknologi informasi –

komunikasi (TIK).

SEMAKIN KUATYa, TIK kini bak ratu yang menguasai dunia. Tua-muda,

profesional atau ibu rumah tangga, siswa sekolah atau

profesor, sulit lepas dari gadget yang menghubungkan

mereka dari sisa dunia lain, dengan teman atau saudara,

dengan individu atau dengan sumber informasi. Produk

TIK-lah yang kini banyak mendominasi berita dan iklan

media massa.

Internet dan seluler tumbuh secara fenomenal, meski-

pun kesenjangan digital masih menjadi ciri Indone-

sia. Ditinjau dari segi persentase, bisa saja diartikan

penetrasi internet dibanding jumlah penduduk masih

column

SATU saat di 1990-an, wacana tentang teknologi masa

depan kuat diwarnai oleh fusi dingin, superkonduktivi-

tas suhu tinggi, dan teknologi nano. Fusi dingin saat itu

terdengar sangat menarik karena dengan teknologi ini

orang dapat memanen energi luar biasa besar, tetapi

dengan kondisi biasa. Ini jelas terobosan besar, karena

energi fusi yang kita kenal selama ini hanya ada di dua

wujud, yaitu di pusat bintang yang membuat bintang

bersinar, dan kedua pada ledakan bom thermonuklir.

Di pusat bintang, suhu tidak kurang dari 10 juta derajat

Celsius, hingga memungkinkan inti-inti atom hidrogen

bergabung menjadi helium sambil melepas energi fusi

yang luar biasa besar mengikuti hukum E=mc2 Einstein.

Dibandingkan dengan energi fisi seperti yang digunakan

pada reaktor nuklir PLTN, energi fusi juga jauh lebih

ramah lingkungan.

Sementara itu, superkonduktivitas selama ini kita kenali

saat elektron pada atom dalam kondisi nyaris diam pada

suhu mendekati nol mutlak atau minus 273 Celsius.

Dengan teknologi superkonduktivitas suhu tinggi,

orang tidak perlu “terjun” dengan mengerahkan energi

amat besar untuk mencapai ke suhu mendekati nol

mutlak tadi. Kondisi ini diperlukan agar supaya energi

yang akan kita lewatkan ke konduktor tidak banyak

sumber: www.sxc.hu

Page 24: Majalah UMN Insight

46 | april 2011 | | april 2011 | 47

orang kaya modern di dunia, asal kekayaannya tidak

lagi dari hasil minyak atau sumber daya alam, tetapi dari

produk inovasi TIK, sebagaimana diperlihatkan oleh Bill

Gates dengan Microsoft, atau Steve Jobs dari Apple.

Dalam kaitan ini lah sivitas akademika UMN yang

banyak berkecimpung dalam bidang TIK dapat mere-

fleksikan situasi yang ada dewasa ini di Indonesia, dan

menyusun strategi baru untuk ambil bagian dalam derap

kemajuan TIK dan teknologi lain yang diperlukan oleh

bangsa dan negara.

Hanya dengan memenuhi panggilan zaman itu lah,

universitas dan sivitas akademikanya berpeluang untuk

diperhitungkan dan meraih momen sejarah.

- Dr. Ninok Leksono M.A., pengajar mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi UMN -

DI LUAR INDUSTRI KREATIF

Sejak sekitar tiga tahun silam, Pemerintah Indonesia

melancarkan upaya untuk mengembangkan industri kre-

atif, ada 14 bidang yang diharapkan dapat dikembang-

kan oleh Indonesia. Sekadar menyebut beberapa, dari

ke-14 bidang tersebut ada program komputer, animasi,

kerajinan, arsitektur, dan film.

Disertai keinginan untuk menggali kearifan lokal, indus-

tri kreatif juga diharapkan bisa ikut memacu pertum-

buhan ekonomi Indonesia. Dari segi konsep, ekonomi

(berbasis industri) kreatif menarik setidaknya dari dua

sisi. Pertama, seperti disinggung di atas, ekonomi kre-

atif sinkron, selaras, dengan perkembangan TIK. Kedua,

banyak dimensi ekonomi kreatif yang sebagian juga

merupakan kelanjutan dari apa yang sudah tumbuh di

Nusantara, seperti halnya desain atau kerajinan.

Di bidang yang sudah terkandung keunggulan lokal ini,

pekerjaan rumah yang ada adalah meningkatkan kuali-

tas dan keunggulan desain dan kerajinan, hingga daya

saingnya bertambah. Untuk ini pun, peranan TIK sangat

besar. Seperti sebelum ini sudah banyak kita saksikan,

program desain komputer telah banyak digunakan untuk

berbagai keperluan, mulai dari desain otomotif, hingga

aerodinamik pesawat terbang.

kecil, tapi dari angka absolut, yang dicerminkan sebagai

ukuran pasar dan kekuatan pengguna, 40 juta penguna

Internet sudah termasuk besar, karena itu mendekati

dua kali penduduk Malaysia. Apalagi telepon seluler,

dengan sekitar 160 juta pengguna dan ekspansi yang

masih terus berlangsung.

Memang di satu sisi muncul pengamatan bahwa

semarak TIK di Indonesia baru sebatas “pesta pasar”,

yang dinikmati oleh produsen gadget, mulai dari Eropa,

Asia Timur, hingga Amerika Utara. Di mana Indonesia?

Sebagian menyebut, kita baru pada tingkat sebagai

konsumen, pembeli, dan devisa yang digunakan untuk

membeli gadget seluler pada 2008 saja sudah mencapai

AS$3 milyar, atau sekitar Rp 27 Trilyun/per tahun.

Predikat sebagai konsumen bisa dipahami, karena me-

mang masih sedikit atau bahkan tidak ada kontribusi In-

donesia dalam kemajuan teknologi seluler. Penguasaan

teknologi mikromanufakturing seperti yang ada pada

komponen-komponen seluler tampaknya masih di luar

kemampuan insinyur Indonesia untuk memproduksinya.

column

MENUMBUHKAN MINAT

Sementara terjun dalam pengembangan industri kreatif

merupakan awal yang baik, pengalaman di seluler mem-

beri realita lain yang juga perlu mendapat perhatian.

Harus diakui bahwa apa yang terjadi di seluler sebe-

narnya hanya mengulang apa yang terjadi di otomotif,

setelah bertahun-tahun mengonsumsi, Indonesia tak

mampu atau tak punya daya untuk mengembangkan

merek sendiri. Dengan kata lain, di bidang otomotif kita

gagal menjadi “tuan di negeri sendiri”.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya situasi

seperti itu. Namun salah satu yang bersifat mendasar

adalah tidak tumbuhnya minat insinyur Indonesia terha-

dap rancang bangun dan rekayasa. Di negeri ini seolah

tidak ada tangan-tangan terampil yang bisa menelurkan

desain, yang kemudian diikuti oleh kiprah manufaktur-

ing.

Belum lama ini diwacanakan survai yang menyebut,

bahwa dari lulusan SMA yang berminat melanjutkan ke

jurusan sains dan teknologi hanya tinggal 15%, dengan

rincian 5% untuk sains, dan 10% untuk teknologi.

Namun, dari 10% yang memilih teknologi, yang dipilih

juga dari “soft technology”, seperti yang terkait dengan

sistem atau manajemen, dan jarang yang memilih jenis

“hard technology”, seperti bidang teknik mesin.

Ini mengecilkan hati karena itu melukiskan tipisnya

sumberdaya manusia Indonesia yang menerjuni bidang

teknologi yang mengandung aktivitas manufakturing.

Dengan kata lain, tidak banyak orang muda kita yang

tertarik untuk memotong logam, berlepot oli, atau

merancang sirkuit elektronik, mempelajari miniaturisasi,

dan – membuat prototipe.

Kalau tradisi semacam itu absen dari satu masyarakat,

sulit diharapkan adanya hasil-hasil inovasi dari anak

bangsa, yang berikutnya bisa menjadi produk komersial

yang laris. Padahal, kalau kita simak tentang orang-

column

sumber: www.topnews.in

Page 25: Majalah UMN Insight

48 | april 2011 |