Lp Hipertensi

26

Click here to load reader

description

LP PADA PX DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

Transcript of Lp Hipertensi

Page 1: Lp Hipertensi

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastol lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, yang mengakibatkan

makin tingginya tekanan darah (Muttaqin, 2009).

Menurut The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), 2003,

mendefinisikan bahwa yang dianggap hipertensi bila tekanan darah

sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastolik

mencapai 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan anti

Hipertensi.

B. Klasifikasi

The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), pada tahun 2003

mengklasifikasikan tekanan darah pada individu berumur 18 tahun keatas

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC7 Tahun 2003

No Kriteria Tekanan Darah (mmHg)

Sistolik Dan/atau Diastolik

1 Normal <120 dan <80

2 Prehipertensi 120-139 atau 80-89

3 Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥160 atau ≥100

Sumber: The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure USA

Menurut Linda Brookes, The update WHO/ISH (International

Society of Hypertensision) mengelompokan hipertensi ke dalam klasifikasi

1

Page 2: Lp Hipertensi

optimal, normal, sub group, hipertensi ringan, hipertensi sedang, hipertensi

berat, dan hipertensi sistol terisolasi.

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Tahun 2003

No. Kriteria Tekanan darah (mmHg)

Sistol Diastol

1 Optimal <120 <80

2 Normal <130 <85

3 Sub grup: perbatasan 140-149 90-94

4 Hipertensi

Tingkat 1 : (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 : (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 : (hipertensi berat) ≥180 ≥110

Hipertensi sistol terisolasi ≥140 <90

Sumber: Udjianti, 2011

C. Etiologi

Sekitar 90% penyebab hipertensi belum diketahui dengan pasti

yang disebut hipertensi primer atau esensial. Sedangkan 7% disebabkan

oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh

kelainan hormonal atau hipertensi hormonal serta penyebab lain (Muttaqin,

2009).

Menurut FKUI (2007), hipertensi dibedakan menjadi hipertensi

esensial dan hipertensi sekunder, diantaranya:

1) Hipertensi Esensial

Hipertensi esenisial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah

hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90%

kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya multifaktoral

meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi

kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas

pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-

2

Page 3: Lp Hipertensi

lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,

kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas dan lain-lain.

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk

dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal

(hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan

dan lain-lain.

Hipertensi renal dapat berupa hipertensi renovaskular, misalnya

stenosis arteri renalis, vaskulitis intrarenal, dan hipertensi akibat lesi

parenkim ginjal seperti pada glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit

ginjal polikistik, nefropati diabetik dan lain-lain.

Yang termasuk hipertensi endokrin antara lain akibat kelainan

korteks adrenal (hiper aldosteronisme primer, sindrom cushing), tumor

medulla adrenal (feokromositoma), hipertiroidisme, hiperparatiroidisme,

dan lain-lain. Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi

koarktasio aorta, kelainan neurologik (tumor otak ensefalitis), stres akut,

polisitemia dan lain-lain. Beberapa obat seperti kontrasepsi hormonal,

kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin fenilpropanolamin,

fenilefrin, amfetamin), kokain, siklosporin dan entropoetin, juga dapat

menyebabkan hipertensi.

D. Patofisiologi

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang

kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam

memengaruhi curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Hal lain yang

ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah refleks baroreseptor dengan

mekanisme dibawah ini. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup

dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol,

bila diameternya menurun (vasokontriksi), maka tahanan perifer

meningkat. sedangkan bila diameternya meningkat (vasodilatasi), maka

tahanan perifer akan menurun.

3

Page 4: Lp Hipertensi

Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroresptor pada

sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke saraf

simpatis di medula oblongata. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi

sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung

baroresptor akan teregang dan memberikan respon terhadap penghambat

pusat simpatis, dengan respon terjadinya pusat akselarasi gerak jantung

dihambat. Sebaliknya, hal ini akan menstimulasi pusat penghambat

penggerak jantung yang bermanifestasi pada penurunan curah jantung. Hal

lain dari pengaruh stimulasi baroreseptor adalah dihambatnya pusat

vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan vasodilatasi dan

penurunan curah jantung akan mengakibatkan terjadinya penurunan

tekanan darah. Sebaliknya, pada saat tekanan darah turun, maka respon

reaksi cepat untuk melakukan proses homeostatis tekanan darah supaya

berada dalam kisaran normal.

Mekanisme lain mempunyai reaksi jangka panjang dari adanya

peningkatan tekanan darah oleh faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh

ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun akan mengakibatkan

terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan

kontraksi langsung arteriol sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer

(TPR) yang secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron,

sehingga terjadi retensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi

perasaan haus. Pengaruh ginjal lainnya adalah pelepasan eritropoetin yang

menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah. Manifestasi dari

ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah

dan peningkatan tekanan darah secara simultan.

Terdapat gangguan menetap yang menyebabkan konstriksi arteriol,

tahanan perifer total meningkat dan tekanan arteri rata-rata juga meningkat.

Dalam menghadapi gangguan menetap, curah jantung harus ditingkatkan

untuk mempertahankan keseimbangan sistem. Hal tersebut diperlukan

4

Page 5: Lp Hipertensi

untuk mengatasi tahanan, sehingga pemberian oksigen dan nutrien ke sel

serta pembuangan produk sampah sel tetap terpelihara. Untuk

meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis akan merangsang

jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan volume sekuncup

dengan cara membuat vasokonstriksi selektif pada organ perifer, sehingga

darah yang kembali ke jantung lebih banyak. Dengan adanya hipertensi

kronis baroresptor akan terpasang dengan level yang lebih tinggi dan akan

merespons meskipun level yang baru tersebut sebenarnya normal.

Pada mulanya, mekanisme tersebut bersifat kompensasi. Namun,

proses adaptif tersebut membuka jalan dengan memberikan pembebanan

pada jantung. Pada saat yang sama, terjadilah perubahan degeneratif pada

arteriol yang menanggung tekanan tinggi terus-menerus. Perubahan

tersebut terjadi pada seluruh organ tubuh, termasuk jantung akibat

berkurangnya pasokan darah ke miokardium. Untuk memompa darah,

jantung harus bekerja keras guna mengatasi tekanan balik muara aorta.

Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri mengalami hipertrofi atau

membesar. Terjadilah dilatasi dan pembesaran jantung. Kedua perubahan

struktural tersebut bersifat adakif, keduanya meningkatkan isi sekucup

jantung. Pada saat istirahat, respon kompensasi tersebut mungkin memadai,

namun dalam keadaan pembebanan jantung tidak mampu memenuhi

kebutuhan, orang tersebut menjadi cepat lelah dan napasnya pendek

(Muttaqin, 2009).

E. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K

Chung, 1995 )

1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

2) Sakit kepala

3) Epistaksis

4) Pusing / migrain

5) Rasa berat ditengkuk

5

Page 6: Lp Hipertensi

6) Sukar tidur

7) Mata berkunang kunang

8) Lemah dan lelah

9) Muka pucat

10) Suhu tubuh rendah

F. Komplikasi Hipertensi

Penderita hipertensi berisiko menderita penyakit lain yang

mungkin timbul kemudian. Menurut Dalimartha, et al (2008) beberapa

penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi diantaranya sebagai berikut:

1) Penyakit jantung coroner

Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya

pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang

pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada

beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada

dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat

menyebabkan timbulnya serangan jantung.

2) Gagal jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat

untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal

dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat

terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tandanya adanya

komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek) dan terjadi

pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.

3) Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian diluar negri mengungkapkan bahwa hipertensi

menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Aada

dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah

dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya seseorang bisa

mengalami stroke dan kematian.

6

Page 7: Lp Hipertensi

4) Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,

yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis

benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi

pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses

menua. Hal itu menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh

darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan

ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg

yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

5) Penyakit penyerta

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang juga sering

diikuti penyakit lain yang menyertai dan memperburuk kondisi organ

penderita. Penyakit yang seringkali menjadi penyerta dari penyakit

hipertensi antara lain sebagai berikut.

(1) Kencing manis (diabetes mellitus)

Penyakit ini perlu segera ditangani sehingga kadar gula darah

penderita terkontrol. Hal itu dapat menjaukan penderita dari

komplikasi sehingga tidak memperberat kerusakan organ yang

ditimbulkan hipertensi selain kerusakan akibat diabetes itu sendiri.

(2) Resistensi insulin

Resistensi insulin adalah penyakit yang timbul karena sel tubuh

tidak dapat memanfaatkan maksimal insulin yang tersedia dalam

darah sehingga glukosa,darah tidak dapat seluruhnya masuk ke

jaringan tubuh. Keadaan ini banyak terjadi pada penderita obesitas

(kegemukan).

(3) Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroid)

Gangguan hiperfungsi kelenjar tiroid merupakan penyakit endokrin

yang meningkatkan metabolisme normal di dalam tubuh dan

menyebabkan naiknya tekanan darah. Oleh karena itu, metabolisme

7

Page 8: Lp Hipertensi

dalam tubuh yang tergangggu dan naiknya tekanan darah perlu

segera ditangani.

(4) Rematik

Jenis penyakit ini sangat beragam, bahkan mencapai lebih 100 jenis,

dari yang ringan sampai yang berat. Ada jenis yang merusak

berbagai macam organ tubuh sehingga akibat yang ditimbulkannya

akan semakin memperberat kondisi penderita hipertensi.

(5) Gout/hiperuricemid/asam urat

Gout dapat menyebabkan penyakit rematik, gout dipengaruhi oleh

makanan yang banyak mengandung purin, seperti hati, limpa,

ginjal, jeroan, otak, sardene, jantung, kerang, kacang tanah, kedelai,

bayam, buncis dan kembang kol.

(6) Kadar lemak darah tinggi (hiperlipidemia)

Hiperlipidemia menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada

dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah jantung.

Komplikasi hipertensi akan bertambah dengan tingginya kadar

lemak.

G. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laborat

Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel

terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat

mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas,

anemia.

BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

8

Page 9: Lp Hipertensi

ginjal dan ada diabetes melittus

2) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu

ginjal,perbaikan ginjal.

5) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area

katup,pembesaran jantung.

H. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Non Farmakologis

Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat

menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas

rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

Aktivitas

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan

dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti

berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.

2) Penatalaksanaan Farmakologis

Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

Mempunyai efektivitas yang tinggi.

Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

Tidak menimbulakn intoleransi.

9

Page 10: Lp Hipertensi

Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan

hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan

antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

10

Page 11: Lp Hipertensi

2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian

1. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode

palpitasi.

Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,

jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,

distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu

dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler

mungkin lambat/ bertunda.

3. Integritas Ego

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres

4. Multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan

continue perhatian,tangisan meledak, otot muka

tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

5. Eliminasi

Gejala :Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).

11

Page 12: Lp Hipertensi

6. Makanan/cairan

Gejala :Makanan yang disukai yang mencakup makanan

tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah

dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun)

Riwayat penggunaan diuretic

Tanda :Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,

glikosuria.

7. Neurosensori

Gejala :Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit

kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan

menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)

Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan

kabur,epistakis)

Tanda :Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman

tangan.

8. Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala :Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),

sakit kepala.

9. Pernafasan

Gejala :Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja,

takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda :Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan

Bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

12

Page 13: Lp Hipertensi

10. Keamanan

Gejala :Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi

ventricular.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral.

C. Intervensi:

1. Resiko tingpi terhadap penurunan curah jantung berhubungan

dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia

miokard, hipertropi ventricular.

Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi,

tidak terjadi iskemia miokard. Kriteria Hasil: Klien berpartisipasi

dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja

jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat

diterima, memperlihatkan irama dan frekwensi jantung stabil

dalam rentang normal pasien.

INTERVENSI RASIONAL

Pantau TD. Ukur pada kedua

tangan, gunakan manset dan

tehnik yang tepat dan akurat.

Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan atau

bidang masalah vaskular.

13

Page 14: Lp Hipertensi

Catat keberadaan, kualitas

denyutan sentral dan perifer

Denyut pada tungkai mungkin

menurun, mencerminkan efek

dari vasokontriksi (peningkatan

SVR) dan kongesti vena

Berikan lingkungan tenang,

nyaman, kurangi aktivitas. Batasi

jumlah pengunjung dan lamanya

tinggal

Membantu untuk memberikan

rangsangan simpatis,

meningkatkan relaksasi

Anjurkan tehnik relaksasi,

panduan imajinasi, aktivitas

pengalihan

Dapat menurunkan rangsangan

yang menimbulkan stres,

membuat efek tenang, sehingga

akan menurunkan TD.

Catat edema umum Dapat mengindikasikan gagal

jantung, kerusakan ginjal atau

vaskular

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di

inginkan/diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas

yang dapat diukur.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji toleransi pasien terhadap

aktivitas dengan menggunkan

parameter :frekwensi nadi 20 per

menit diatas frekwensi istirahat,

catat peningkatanTD, dipsnea,

Menyebutkan parameter

membantu dalam mengkaji

respon fisiologis pasien terhadap

stress, aktivitas dan indikator

derajat pengaruh kelebihan kerja/

14

Page 15: Lp Hipertensi

atau nyeri dada, kelelahan berat

dan kelemahan, berkeringat,pusig

atau pingsan.

jantung

Instrusikan pasien tentang teknik

penghematan energi, misalnya:

menggunakan kursi pada saat

mandi, melakukan aktivitas

dengan perlahan

Tehnik menghemat energi

mengurangi penggunaan energi,

juga membantu keseimbangan

antara suplai dan kebutuhan

oksigen

Berikan dorongan untuk

melakukan aktivitas/perawatan

diri bertahap jika dapat

ditoleransi. Berikan bantuan

sesuai kebutuhan.

Kemajuan aktivitas bertahap

mencegah peningkatan kerja

jantung tiba-tiba.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan

dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

Tujuan :Tekanan vaskuler serebral tidak

meningkat. Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya

sakit kepala dan tampak nyaman.

intervensi rasional

Pertahankan tirah baring selama

fase akut

Meminimalkan stimulasi/

meningkatkan relasksasi

Berikan tindakan

nonfarmakologis untuk

menghilangkan sakit kepala

misalnya: kompres dingin pada

Tindakan yang menurunkan

tekanan vaskular serebral dan yang

memperlambat/memblok respon

simpatis efektif dalam

15

Page 16: Lp Hipertensi

dahi menghilangkan sakit kepala dan

komplikasinya.

Bantu pasien dalam ambulansi

kebutuhan

Pusing dan pengelihatan kabur

sering berhubungan dengan sakit

kepala.

Kolaborasi:

Berikan sesuai indikasi

Analgesik

Menurukan/mengontrol nyeri dan

menurunkan rangsangan sistem

saraf simpatis.

Berikan sesuai indikasi

Antiansietas (lorazepam,

diazepam)

Dapat mengurangi tegangan dan

ketidaknyamanan yang diperberat

oleh stres.

16

Page 17: Lp Hipertensi