LANSIA DI SEKTOR INFORMAL (Studi Aktivitas...

107
LANSIA DI SEKTOR INFORMAL (Studi Aktivitas Ekonomi Perempuan di Pasar Terong Kec. Bontoala Kota Makassar) ELDERLY IN INFORMAL SECTOR (Woman Economic Activity in Terong Market at Bontoala District Makassar City) SKRIPSI SRI MANDAYATI E 411 08 275 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Transcript of LANSIA DI SEKTOR INFORMAL (Studi Aktivitas...

LANSIA DI SEKTOR INFORMAL

(Studi Aktivitas Ekonomi Perempuan di Pasar Terong Kec. Bontoala

Kota Makassar)

ELDERLY IN INFORMAL SECTOR

(Woman Economic Activity in Terong Market at Bontoala District

Makassar City)

SKRIPSI

SRI MANDAYATI

E 411 08 275

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

LANSIA DI SEKTOR INFORMAL

(Studi Aktivitas Ekonomi Perempuan di Pasar Terong Kec. Bontoala

Kota Makassar)

ELDERLY IN INFORMAL SECTOR

(Woman Economic Activity in Terong Market at Bontoala District

Makassar City)

SKRIPSI

SRI MANDAYATI

E 411 08 275

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : SRI MANDAYATI

NIM : E 411 08 275

JUDUL : LANSIA DI SEKTOR INFORMAL (Studi

Aktivitas Ekonomi Perempuan di Pasar Terong

Kecamatan Bontoala Kota Makassar).

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya

orang lain. Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 7 Mei 2012

Yang Menyatakan

SRI MANDAYATI

`HALAMAN PERSEMBAHAN

Kita tidak harus berhasil dalam semua hal, karena keberhasilan dalam

satu hal saja, sudah lebih dari cukup untuk menjadikan semua hal indah

bagi kita.

“KEBERHASILAN ADALAH PROSES”. Bukan tujuan (Mario Teguh)

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku (Ayahanda

(Alm) H.M. Amin Ilyas, BE dan Ibunda Mariati) yang telah begitu

banyak memberikan perhatian, kasih sayang dan motivasi kepada penulis

dalam menempuh pendidikan “semoga penulis bisa memberi yang

terbaik untuk kalian berdua”. Terima kasih yang setinggi-tingginya

kepada Andini Sartika, ST. Nurul Annisa, Muh. Assidiq dan Muh.

Adam Gunawan (kakak dan adikku) atas segala bantuan yang telah

diberikan tanpa pamrih yang penulis tidak akan pernah bisa

membalasnya (“hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikanmu”).

Untuk Mutia, Irasmi, Fitriyanti, Hilmy, Sukma dan Santhi terima

kasih atas segala bantuan dan nasehat yang telah kalian berikan kepada

saya, hanya doa yang dapat aku ucapkan sebagai rasa sayang dan cintaku

kepada kalian agar kedepannya kalian menjadi orang yang sukses.

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillah rabbil „Alamin, penulis mengucapkan syukur atas

karunia limpahan nikmat pengetahuan dan hidayah-Nya, atas semua yang Allah

SWT berikan dalam kehidupan yang penulis jalani, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “LANSIA DI SEKTOR INFORMAL

(Studi Aktivitas Ekonomi Perempuan di Pasar Terong Kec. Bontoala Kota

Makassar)”. Penulis juga tak lupa mengucap salawat dan salam kepada

Rasulullah Muhammad SAW dan para pengikut setianya.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

kedua orang tua tercinta Ayahanda (Alm) H. Muh. Amin Ilyas, BE dan Ibunda

Mariati, yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, membimbing penulis

dengan sabar dan ikhlas selama ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada

saudara-saudaraku.

Selama dalam penelitian sampai pada penyusunan skripsi ini telah

melibatkan banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Dari itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang berkenan memberikan

bantuan kepada penulis selama penulisan skripsi.

Ucapan terimakasih dan penghargaan ini penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dr. Idrus A. Paturusi. S.PB, S.PBO, selaku Rektor

Universitas Hasanuddin.

2. Bapak Prof. Dr. H.Hamka Napi, MA, selaku Dekan Fisip Unhas.

3. Bapak DR. Drs. Darwis, M.Si dan Dr. Rahmat Muhammad, M.Si selaku ketua

dan Sekretaris jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Para dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh

studi di jurusan Sosiologi Fisip Unhas.

5. Para Staf Jurusan Sosiologi yang telah banyak memberikan bantuannya

kepada penulis. Terima kasih.

6. Bapak Drs. A. Sangkuru, M.Si dan Sultan, S.Sos,M.Si selaku pembimbing I

dan pembimbing II yang telah memberikan pemikirannya serta arahannya

sampai tersusunnya skripsi.

7. Teman-teman Bunglon 08 beserta seluruh teman-teman Jurusan Sosiologi

FISIP Unhas.

8. Buat sahabat-sahabatku Gank Sugus‟08 (Mutya, Irasmi, Fitri, Mhymhy,

Sukma dan Santi) yang salama ini telah banyak mendukung dan membantuku

dalam pembuatan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis

dengan rendah hati mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Tak lupa juga penulis

memohon maaf kepada semua pihak atas kesalahan dan ke khilafan yang

dilakukan penulis, yakin itu bukanlah hal yang penulis sengaja melainkan

semata-mata sifat manusia yang tidak pernah lepas dari salah.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin.

Sekian dan terima kasih

Makassar, 7 Mei 2012

Sri Mandayati

ABSTRAK

SRI MANDAYATI, E411 08 275 Judul Skripsi “LANSIA DI SEKTOR

INFORMAL (STUDI AKTIVITAS EKONOMI PEREMPUAN DI PASAR

TERONG KECAMATAN BONTOALA KOTA MAKASSAR).”, dibimbing oleh

A. Sangkuru sebagai Pembimbing I dan Sultan sebagai Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas ekonomi

perempuan lanjut usia di sektor informal. Dalam penelitian ini metode yang

digunakan yaitu kualitatif dengan dasar penelitian menggunakan studi kasus dan tipe

penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas yaitu

bagaimana bentuk aktivitas ekonomi serta faktor-faktor pendorong perempuan lanjut

usia melakukan aktivitas ekonomi di sektor informal.

Proses penuaan merupakan suatu keadaan yang tidak terelakkan dan

merupakan suatu masalah yang semua manusia akan mengalaminya. Dalam hal ini

tentunya akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik aspek sosial, ekonomi

dan masalah kesehatan. Kemajuan ekonomi dan globalisasi membuat pasar kerja

semakin kompleks. Dimana akibat kemajuan tersebut terlihat bahwa semakin

membaiknya status serta lowongan kerja bagi kaum wanita. Keterlibatan perempuan

lanjut usia di sektor informal didorong oleh faktor kondisi ekonomi keluarga.

Timbulnya faktor ini dipengaruhi oleh adanya kondisi dalam keluarga yang

menyangkut keadaan ekonomi keluarga. Kondisi tersebut meliputi; kebutuhan hidup

keluarga, faktor ekonomi, penghasilan yang tidak tetap, adanya kesempatan kerja,

serta adanya kemandirian/kemauan dalam diri mereka. Namun demikian, alokasi

waktu antara pekerjaan rumah tangga dengan pekerjaan di sektor informal dapat

mereka lakukan dengan efektif atau seimbang sehingga mereka mampu

menempatkan posisi mereka di antara keduanya.

Kata Kunci : Lanjut Usia – Perempuan - Sektor Informal.

ABSTARCT

SRI MANDAYATI, E41108275 Thesis title “ELDERLY.IN

INFORMAL SECTOR (WOMAN ECONOMIC ACTIVITY IN TERONG

MARKET AT BONTOALA DISTRICT MAKASSAR CITY)" Supervisor by

A. Sangkuru and Sultan.

This study aims to determine how the economic activity of elderly woman

in .informal sector. In this.study the method use is a qualitative basis using case study

and the type of descriptive research. In this study the issues to be addressed is how

the forms of economic activity and the factors driving the

elderlyfemale economic activity in the informal sector.

The aging process is a situation that is not inevitable and is a problem

that all menwill experience it. In this case will certainly have an impact

on various aspects.of.life,whether in social, economic and health problems. Economic

progress andglobalization make.the increasingly.complex job.market. where progres

can be seen that due to the improved status and jobs for woman. The involvement of

Where progres can be seen that due to the improved status and jobs for

women. The involvement elderly women in the informal sector is.driven by.factors.

of family economic condition.of elderly.women in.the informal sector is.driven by.fa

ctors.of family economic condition.

The emergence of these factors are influenced by the conditions in the

familyregarding the family's economic situation. These conditions include; needs of

family life, economic factors, income is not fixed, the existence of employment

opportunities, as well as the independence / willingness in them. However,

theallocation of time between household work with work in the informal sector they

can do with effective or balanced so they are able to put their position in between.

Keywords: Informal Sector-Singles - Women

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Aneka Profesi Pedagang dan Non-Pedagang di Pasar Terong ............. 47

Tabel 2 Distribusi Informan Berdasarkan Kelompok Umur .............................. 49

Tabel 3 Distribusi Informan Berdasarkan Agama Yang Dianut ........................ 51

Tabel 4 Distribusi Informan Berdasarkan Jam Kerja Yang Digunakan ............ 52

Tabel 5 Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................................ 53

Tabel 6 Distribusi Informan Berdasarkan Tingkat Pendapatan ......................... 54

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep.......................................................................... 39

Gambar 2 Lokasi Pasar Terong...................................................................... 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan ............................................................................... 83

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan .................................................................... 84

Lampiran 3. Biodata Penulis ................................................................................. 85

Lampiran 4. Kegiatan Konsultasi pada Pembimbing ........................................... 86

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ............................................................................................ ii

Halaman Penerimaan Tim Evalusai ...................................................................... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. iv

Halaman Persembahan .......................................................................................... v

Kata Pengantar ...................................................................................................... vi

Abstrak .................................................................................................................. viii

Abstrac .................................................................................................................. ix

Daftar Tabel .......................................................................................................... x

Daftar Gambar....................................................................................................... xi

Daftar Lampiran .................................................................................................... xii

Daftar Isi .................. ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B.Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Lansia ............................................................................ 9

B. Pengertian Sektor Informal ....................................................................... 17

C. Tinjauan tentang Perempuan .................................................................... 21

D. Pendekatan Teori Gender ......................................................................... 25

E. Pendekatan Sosiologi Keluarga ............................................................... 27

F. Pendekatan Struktural Fungsional ............................................................ 29

G. Pendekatan Sosiologi Ekonomi ................................................................ 30

H. Kerangka Konseptual ............................................................................... 35

I. Definisi Operasional.................................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 41

B. Tipe dan Dasar Penelitian ......................................................................... 42

C. Teknik Penentuan Informan ...................................................................... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 43

E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Pasar Terong ............................................................................................. 45

B. Gambaran Umum Informan ...................................................................... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan ............................................................................. 55

B. Gambaran Tentang Bentuk Aktivitas Ekonomi

Perempuan Lansia di Pasar Terong .......................................................... 59

C. Pendorong dan penghambat perempuan lanjut usia melakukan

Aktivitas Ekonomi di Pasar Terong ......................................................... 65

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 80

B. Saran ........................................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN.............................................................................................. ........... 83

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan

anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. Diseluruh dunia penduduk lansia (usia >60)

tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya.

Angka harapan hidup lanjut usia (lansia) diprediksi akan terus naik beberapa

tahun ke depan. Namun jika pemerintah tidak mengiringi dengan peningkatan

kesejahteraan, dikhawatirkan akan banyak lansia yang terlantar.

Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara

konsisten dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)

tahun 2011 bahwa usia harapan hidup lanjut usia pada tahun 2011 diperkirakan

meningkat menjadi 67 tahun dengan tingkat populasi 23,9 juta (9,77%).

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. Usia lanjut merupakan suatu keadaan yang tidak

terelakkan dan merupakan masalah yang semua manusia akan mengalaminya

dan berlaku secara universal.

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak

terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam

pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk

adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio

dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak

penduduk usia lanjut.

Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek

kehidupan baik dari aspek sosial, ekonomi dan terutama masalah kesehatan,

karena dengan semakin bertambahnya usia tentunya fungsi organ tubuh akan

semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena faktor penyakit

(Hurlock, 1990).

Pergeseran nilai yang menyebabkan terjadinya perubahan pada keluarga

yaitu dari keluarga besar menjadi keluarga batih, maka akan dapat berimplikasi

pada terjadinya disfungsionalisasi peran masing-masing anggota keluarga yang

pada gilirannya mengakibatkan kehidupan penduduk lanjut usia semakin

problematis. Oleh karena itu, para lanjut usia perlu mempersiapkan diri dari pada

masa tua mereka agar tetap sehat, bahagia dan tetap produktif. Dr. Sitti Oemijati

Djajanegara dalam Faisal (2004) mengemukakan bahwa:

Pada masa mendatang akibat teknologi informasi dan derasnya budaya

luar masuk ke Indonesia akan berpengaruh pula pada nilai-nilai

keluarga. Bukan tidak mungkin, yang dulunya orang-orang tua dianggap

sebagai orang yang paling dihargai dan dihormati, justru dianggap

sebagai beban apabila pada saat mereka tidak produktif lagi karena

usianya yang semakin tua usia lanjut seolah-olah menjadi momok bagi

sebagian orang, karena lanjut usia di tandai dengan berbagai

kemunduran.

Sebagai pengurus rumah tangga, perempuan lanjut usia memiliki

tanggung jawab atas semua yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Mulai

dari membereskan rumah hingga yang kompleks dan memakan waktu maupun

tenaga, seperti mengasuh anak, cucu dan mengurus suami. Keterkaitan

perempuan lanjut usia dengan pekerjaan rumah tangga begitu erat dan tampaknya

sudah menjadi sesuatu yang telah diterima masyarakat lainnya dan perempuan itu

sendiri.

Dalam kehidupan modern dan era pembangunan dewasa ini perempuan

lanjut usia dituntut untuk memberikan sumbangan lebih dari itu, tidak terbatas

pada pelayanan terhadap suami, mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga.

Perempuan lanjut usia sekarang ini tidak hanya berperan pada lingkup rumah

tangga saja tetapi kegiatan yang menyangkut di luar rumah pun mereka lakukan.

Hal ini dilakukan oleh sebagian perempuan lanjut usia karena didorong oleh

keadaan ekonomi keluarga yang menuntut untuk bekerja diluar atau mencari

suatu kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga. Tentu saja kegiatan

di luar rumah harus mereka lakukan tanpa harus mengorbankan waktu untuk

mengurus segala urusannya di rumah tangga. Sesungguhnya setiap manusia

termasuk perempuan lanjut usia yang berperan sebagai ibu rumah tangga

mempunyai hak sebagai individu dan pribadi yang mempunyai keunikan

tersendiri.

Perempuan lanjut usia berhak untuk mengembangkan dan mewujudkan

kepribadiannya dan tidak perlu tenggelam atau membatasi diri dalam

pengabdiannya terhadap keluarga serta agar tidak menjadi beban atau masalah

bagi anggota keluarga. Partisipasi perempuan khususnya mereka yang sudah

berusia lanjut tentunya saat ini bukan hanya sekedar menuntut persamaan hak

tetapi juga mengatakan fungsinya yang mempunyai arti bagi pembangunan

dalam masyarakat di Indonesia. Secara umum salah satu yang menjadi alasan

perempuan lanjut usia bekerja adalah untuk membantu ekonomi keluarga.

Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, mereka yang

tergolong dalam masyarakat miskin, selain itu harga-harga kebutuhan pokok

yang semakin meningkat serta pendapatan keluarga yang cenderung tidak

menentu tentunya akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian

dalam keluarga. Inilah salah satu kondisi yang mendorong perempuan lanjut usia

yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik (mengurus rumah tangga),

kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta dalam menopang

perekonomian keluarga.

Kemajuan ekonomi dan globalisasi membuat pasar kerja semakin

kompleks. Dampak lain dari kemajuan tersebut, terlihat dari makin membaiknya

status serta lowongan kerja bagi kaum wanita. Hal ini berkaitan erat dengan

peran ganda wanita sebagai ibu yang bertanggung jawab atas urusan rumah

tangga termasuk membesarkan anak serta sebagai pekerja perempuan.

Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya perempuan lanjut

usia cenderung memilih bekerja di sektor informal, hal ini di lakukan agar dapat

membagi waktu antara pekerjaannya yang bersifat ekonomis dan non ekonomis,

adapun akibat lain dari faktor usia yang membuat para lanjut usia lebih memilih

untuk bekerja di sektor informal karena selain memudahkan juga tidak terbatas

pada usia yang mereka miliki. Sektor informal menjadi sebuah pilihan karena

mudah untuk di masuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri,

operasinya dalam skala kecil, keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah

formal dan tidak tersentuh secara langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat

kompetitif.

Sebagian besar pekerja informal khususnya di perkotaan terserap ke

dalam sektor perdagangan salah satunya adalah mereka yang berprofesi sebagai

pedagang kaki lima yang telah menjadi sebuah alternatif pekerjaan yang cukup

populer, terutama mereka yang hidup di kalangan kelompok miskin di perkotaan.

Hal ini terkait dengan cirinya yang fleksibel (mudah keluar-masuk), modal yang

dibutuhkan relatif kecil, dan tidak memerlukan prosedur yang berbelit-belit.

Bahkan aktivitas ekonomi informal semacam ini dianggap sebagai kantung

penyelamat selama masa krisis ekonomi pada tahun 1997/1998 (Indrawati,

2009).

Kegiatan tersebut juga merupakan bagian penting dalam sistem

perekonomian kota karena terbukti mampu memberikan dukungan kepada

masyarakat luas terutama masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah

melalui penyediaan produk-produk murah. Perempuan lanjut usia yang bekerja

di sektor informal dimana keberadaan mereka di sambut positif oleh kalangan

masyarakat. Dalam hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar dari

perempuan lanjut usia mampu untuk hidup mandiri tanpa harus menjadi beban

bagi orang lain, bahkan sebagian dari perempuan lanjut usia harus menjadi

tulang punggung bagi keluarga. Namun tidak terlepas dari pada pembagian

fungsi keluarga dimana perempuan lanjut usia dituntut untuk memerlukan

manajemen alokasi waktu yang seimbang sehingga pemenuhan fungsi-fungsi

tersebut dapat terlaksana dengan baik dan seimbang.

Struktur sosial masyarakat di perkotaan menempatkan kaum perempuan

lanjut usia pada posisi dan peranan yang khas sebagai manifestasi dari

karakteristik aktivitas ekonomi terutama pada sektor informal. Posisi sosial yang

spesifik ini menjadikan kelompok usia lanjut memainkan peranan penting dalam

menjaga kelangsungan hidup rumah tangganya dan ekonomi masyarakat.

Kedudukan sosial yang demikian diperoleh para lanjut usia karena tuntutan

alamiah.

Seiring dengan perubahan-perubahan aktual yang terjadi karena kebijakan

ekonomi Negara. Hal ini telah menimbulkan beban serta tanggung jawab

terhadap para lanjut usia, khususnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi

rumah tangga yang semakin berat. Jika situasi demikian terus berkembang luas,

maka hal ini akan menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup para

lanjut usia khususnya di sektor informal.

Hal inilah yang juga terjadi pada pedagang pasar terong. Pasar Terong

merupakan tempat alternatif bagi para pedagang yang berdomosili di kota

Makassar bahkan tempat tersebut bukan hanya menjadi bagian dari masyarakat

kota Makassar sendiri melainkan para pedagang yang berasal dari daerah lain

memilih untuk mengais rezeki di pasar tersebut.

Banyak hal yang dapat dijumpai ketika masyarakat berkunjung ke tempat

tersebut berbagai macam kegiatan berdagang yang dapat ditemui. Aktivitas

ekonomi berlangsung setiap harinya mulai dari pagi hingga sore hari termasuk

pedagang perempuan yang telah berusia lanjut. Segala macam dagangan yang

dijajakan oleh para pedagang bukan hanya itu pedagang yang berjualan di lokasi

itu juga dengan berbagai macam strata serta golongan usia baik anak-anak,

kelompok muda serta kelompok berusia lanjut yang memilih bekerja di sektor

informal.

Melihat hal ini, maka penulis akan meneliti sejauh mana perempuan

lansia di sektor informal dalam melakukan aktifitas ekonomi mereka, maka judul

yang diangkat “Lansia di Sektor Informal (Studi Aktivitas Ekonomi

Perempuan di Pasar Terong Kecamatan Bontoala Kota Makassar).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan perempuan lanjut

usia di Pasar Terong?

2. Faktor pendorong dan penghambat aktivitas ekonomi yang dilakukan

perempuan lanjut usia di Pasar Terong?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk aktifitas ekonomi yang dilakukan perempuan

lansia di Pasar Terong.

b. Untuk mengetahui faktor pendorong dan faktor penghambat aktifitas

ekonomi yang dilakukan perempuan lanjut usia di Pasar Terong.

2. Kegunaan penelitian

a. Diharapkan dapat menjadi bahan secara deskriptif mengenai lansia di

sektor informal dalam studi aktifitas ekonomi perempuan di Pasar Terong

kota Makassar.

b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara

deskriptif mengenai aktifitas ekonomi perempuan lansia di sektor

informal, sehingga pimpinan lembaga dan institusi yang terkait dapat

mengambil langkah-langkah dalam hal penanganan masalah yang

ditimbulkannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia

Tinjauan Lanjut usia akan dikaji tentang pengertian lanjut usia dan

kebutuhan-kebutuhan hidup orang lanjut usia.

1. Pengertian Lanjut Usia

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah

penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Usia lanjut merupakan

suatu keadaan yang tidak terelakkan dan merupakan suatu masalah yang

semua akan mengalaminya dan berlaku secara universal.

Proses terjadinya tua merupakan suatu proses yang tidak dihindari

oleh setiap manusia yang penting bagi kita adalah mempersiapkan

diri dari pada masa tua agar tetap sehat, bahagia dan produktif

(Emile, 2010).

Departemen Sosial RI dalam bukunya “Pedoman Penyelenggaraan

Kesejahteraan Lanjut Usia dalam Keluarga memberi batasan penduduk

berusia lanjut yaitu:

Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik

secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena

permasalahannya tidak mampu berperan secara kontributif dalam

pembangunan (non-potensial) (Djamal, 1998:6).

Selanjutnya keputusan Menteri Sosial RI No. HUK. 3-1-50/107 tahun

1971. Pengertian sebagai berikut seorang tindakan jompo adalah setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

guna mencari nafkah dari orang lain.

Selanjutnya Prof. Dr. H. Mulyono Gandadiputra MA dalam Djamal

(1998) mengatakan sebagai berikut:

Manusia lanjut usia, sebagaimana masyarakat pada umumnya juga akan

mengalami berbagai macam permasalahan dalam kehidupannya baik

fisik, psikis maupun sosial. Dari segi fisik umumnya ditandai dengan

adanya proses kemunduran kemudian panca indra, kulit yang menjadi

keriput serta kemunduran pada organ tubuh lainnya yang ditandai

dengan seringnya mereka menderita beberapa sakit tua. Proses ketuaan

dilihat dari segi psikis ditandai dengan proses lupa mengenai hal- hal

yang baru saja terjadi, mudah sedih, sikap curiga serta sering merasa

sebatang kara.

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2008 ada tiga aspek yang perlu

dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami

proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya

tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur

dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.

Secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari

pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa

tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai

beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif

sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial

sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah

kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya

ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan

sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia

menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda

(Bernardine, 2007).

Menurut Bernice Neugarten dan James C. Chalhoun dalam Raymont

(2011) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan

keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan

kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan

manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak

memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang

homogen.

Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia

lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi

manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-

kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut

usia yang memandang usia tua dengan sikap yang berkisar antara kepasrahan

yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan.

Lansia ini merasa terbebani dalam diri mereka sendiri dan dengan

demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.

Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan

kronologis.

Menurut Supardjo usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari

hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia

yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini

mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu

tersedia pada berbagai sumber data kependudukan. Sedangkan menurut Prayitno

mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah

orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak

berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.

Dari beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mendefinisikan

lanjut usia, pendekatan usia adalah yang memungkinkan untuk digunakan. Di

bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia

sebagai berikut:

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut Usia meliputi:

a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

b) Usia lanjut (elderly) ialah antara 60 sampai 70 tahun.

c) Usia lanjut tua (old) antara 75 sampai 90 tahun.

d) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Prayitno mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan

dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 55 tahun ke atas, tidak mempunyai

penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi

kehidupan sehari-hari.

Adapun menurut Masan menjelaskan hubungan modernisasi dengan posisi

lanjut usia. Pertama, terbukanya peluang ekonomi alternatif tidak lagi semata-

mata di dasarkan pada ekonomi agraris yang mengandalkan pada pengolahan

tanah, maka fungsi dan penguasaan tanah tidak sepenting dulu. Akibatnya

kontrol orang lanjut usia terhadap anak-anak mereka menjadi berkurang.

Kedua, industrialisasi cenderung membuka kesempatan kerja yang

semakin luas terhadap kaum wanita masuk bekerja bekerja ke sektor publik.

Akibatnya, perhatian dan waktu anggota keluarga memelihara dan melayani

orang lanjut usia menjadi terbatas.

Ketiga, adanya kecenderungan pasangan muda membentuk keluarga kecil

dan memilih hidup terpisah dari orang tua mereka. Akibatnya, terjadi pemutusan

hubungan tradisional. Keempat, menurunnya jumlah kelahiran menyebabkan

jumlah anggota keluarga yang potensial memelihara lanjut usia semakin

berkurang (Sulistiati, 2005).

2. Batasan Lanjut Usia

Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai

59 tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia

lanjut tua (Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua

(Very Old) yaitu usia diatas 90 tahun.

b. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut

usia kedalam dewasa muda (elderly adulthood): 18 atau 20-25 tahun,

usia dewasa penuh (middle year) atau maturitas: 25-60 atau 65 tahun,

lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun.

3. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki

kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup

orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,

pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah

yang tentram dan aman.

Kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang

dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat

diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk

kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar

dapat mandiri.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow yang

mengatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi:

a. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau

biologis seperti pangan, sandang, papan dan sebagainya.

b. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa

keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti

kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan

sebagainya.

c. Kebutuhan sosial (sosial needs) adalah kebutuhan untuk

bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui

paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby

dan sebagainya.

d. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri

untuk diakui akan keberadaannya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan

untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir

berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup

dan berperan dalam kehidupan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Richard T. Gili: Hampir sepanjang

sejarah dunia masalah ekonomi yang paling pokok bagi manusia adalah

sebagaimana mempertahankan hidup. Selalu ada golongan-golongan/ orang-

orang tertentu yang mempunyai hak-hak istimewa seperti para raja kaisar,

bangsawan serta tuan tanah dimana orang-orang tersebut dapat hidup senang dan

bermewah-mewah (Faisal, 2004).

Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki

kebutuhan psikologis dasar. Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia

membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap

lingkungan yang ada di sekitarnya. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut

tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya. Jika

kebutuhan kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah

dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya.

Mely G. Tang dan Soeratmo (1982) dalam Dahriani (1995)

mengemukakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dalam ilmu kemasyarakatan

sudah lazim mencakup tiga unsur yaitu pekerjaan, pendidikan dan kesehatan.

Sedangkan kehidupan sosial ekonomi dalam pengertian umum menyangkut

beberapa aspek yaitu pendidikan, kepercayaan, status perkawinan, keadaan

rumah, kesehatan, status pekerjaan dan penghasilan.

Terwujudnya kehidupan sosial ekonomi seseorang tidak terlepas dari

usaha-usaha manusia itu sendiri dengan segala daya dan upaya yang ada serta

dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong antara lain dorongan untuk

mempertahankan diri dalam hidupnya dari berbagai pengaruh alam, dorongan

untuk mengembangkan diri dan kelompok. Kesemuanya terlihat dalam bentuk

hasrat, kehendak, kemauan baik secara pribadi maupun yang sifatnya kelompok

sosial.

B. Pengertian Sektor Informal

Keith Hart (1971) mengatakan bahwa sektor informal adalah bagian

angkatan kerja dikota yang berada diluar pasar tenaga kerja yang terorganisir.

Selanjutnya Breman berpendapat bahwa :

Sektor informal meliputi massa pekerja kaum miskin yang tingkat

produktifitasnya jauh lebih rendah daripada pekerja disektor modern

dikota yang tertutup bagi kaum miskin ini. Kriteria yang dapat dipakai

untuk menerangkan sektor informal antara lain umur, pendidikan, dan

jam kerja sebagai indikator untuk menggambarkan karateristik pekerja

sektor informal. Dimana sektor informal tidak mengenal batasan umur,

pekerja sektor informal itu umumnya berpendidikan rendah dan jam

kerja yang tidak teratur.

Kebanyakan dari mereka bekerja secara efektif dengan jumlah jam kerja

yang sangat panjang karena pendapatan yang belum memadai pada hari itu.

Sektor formal adalah lawan dari sektor informal, sektor formal diartikan

sebagai suatu sektor yang terdiri dari unit usaha yang telah memperoleh

proteksi ekonomi dari pemerintah, sedangkan sektor informal adalah unit

usaha yang tidak memperoleh proteksi ekonomi dari pemerintah.

Selanjutnya sektor kerja informal dibagi kedalam beberapa sub sektor,

antara lain sub sektor perdagangan, jasa, transportasi, bangunan dan industri

pengolahan dan untuk daerah pedesaan ditambah sub sektor pertambangan,

khususnya penggalian pasir dan batu. Definisi yang dikemukakan oleh Hidayat

tersebut, adalah tujuan dari segi ekonomi dimana usaha ilegal tidak termasuk di

dalamnya.

Breman mengatakan bahwa: sektor informal adalah kumpulan pedagang

dan penjual jasa kecil yang dari segi produksi secara ekonomis tidak begitu

menguntungkan, meskipun mereka menunjang kehidupan bagi penduduk yang

terbelenggu kemiskinan (Manning, 1996).

Wirosarjono mengatakan bahwa: sektor informal itu merupakan kegiatan

ekonomi yang sifatnya kecil-kecilan (marginal) yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Pola kegiataanya tidak teratur baik dalam segi waktu, modal maupun

penerimaanya.

2. Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh

pemerintah.

3. Modal peralatan dan perlengkapan maupun omsetnya biasanya kecil

dan diusahakan atas dasar hitungan harian.

4. Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan

terpisah dari tempat tinggalnya

5. Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar.

6. Umumnya melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.

7. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga

secara luwes dapat menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan

tenaga kerja.

8. Umumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga kerja yang

sedikit dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan atau berasal dari

daerah yang sama.

Memahami konsep tersebut diatas dapatlah dimengerti, bahwa peranan

sektor informal dan kesanggupannya dalam menyerap tenaga kerja tentulah

sangat besar, dengan memperlihatkan cirinya yang unik itu.

Menurut Hadimulyo bahwa untuk memahami konsep sektor kerja

informal, maka ciri-ciri ekonomi yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak

analisa lebih lanjut. Menurut beliau sektor kerja informal mempunyai aspek

positif dan aspek negatif. Aspek positifnya ialah :

1. Sebagai katup pengamanan dari adanya urbanisasi.

2. Dapat merupakan batu loncatan.

3. Dapat dipergunakan sebagai benteng pertahanan.

4. Mobillisasi akan mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa apabila

dikelola dengan baik.

Aspek negatifnya ialah :

1. Dapat menimbulkan kesemrawutan.

2. Tidak terorganisir.

3. Pemerintah menuduh sebagai biang keladi dari sejumlah kondisi yang

tidak mengenakkan.

Kebijakan perluasan kesempatan tenaga kerja dimasa akan datang harus

terus dilanjutkan, namun perhatian lebih besar dicurahkan di dalam

pengembangan sektor kerja informal. Kesempatan pada sektor kerja formal

sangat terbatas sekali, sehingga perencanaan pembangunan sektor kerja informal

harus mendapat perhatian lebih mendalam mengungkapkan konsep sektor

informal dari sudut pandang operasionalnya. Skala operasi adalah karakteristik

terpenting yang muncul dari kerangka diatas dan dapat dipakai sebagai suatu alat

untuk memisahkan kegiatan ekonomi lainnya.

Meskipun skala operasi dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain

meliputi besarnya modal, keuntungan dan lain-lain tetapi karena ciri-ciri ini

biasanya sangat erat hubungannya satu sama lain, maka alat ukur yang paling

tepat adalah skala operasi atau jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan

tersebut. Melihat ekonomi sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

dari unit-unit produksi dan distribusi (Faisal, 2004).

Sektor informal adalah kumpulan pedagang dan penjual jasa kecil yang

dari segi produksi yang secara ekonomis tidak begitu menguntungkan meskipun

mereka menunjang kehidupan bagi penduduk yang terbelenggu kemiskinan. Ini

merupakan penafsiran yang didasarkan atas sektor formal ; dan kegiatan-

kegiatan yang hampir otomatis terdaftar, misalnya penjaja, pengemudi becak,

penjual makanan, penyemir sepatu, pengemis, buruh pengangkut dan

sebagainya.

Implikasi hal tersebut di atas adalah relatif mudahnya memasuki sektor

informal dibandingkan sektor formal adalah sangat penting. Kesempatan kerja

sektor informal diciptakan oleh permintaan pekerjaan dan setiap orang bisa

memasuki sektor ini. Bagaimanapun sifatnya pekerjaan dan tingkat penghasilan

yang diterima berbeda-beda sesuai dengan keterampilan individu, kontak

pribadi, dan inventasi waktu dan modal yang dimiliki.

Dalam hal ini, sektor informal merupakan rangkaian aktivitas yang sangat

mudah dilakukan oleh sebagian masyarakat khususnya pada masyarakat yang

memiliki tingkat ekonomi lemah atau terbelenggu dengan kemiskinan. Dimana

mereka yang tidak mampu mengakses pekerjaan di sektor formal karena terbatas

pada orang-orang yang mempunyai kontak pribadi dalam sektor ini, mempunyai

pendidikan yang relatif tinggi dan bahkan mereka harus mempunyai dana yang

cukup untuk membiayai hidupnya selama masa menganggur (Sethuraman, S.V,

1985).

C. Tinjauan Tentang Perempuan

Menurut Sujarwo (2001:28) bahwa dalam pengertian umum perempuan

adalah manusia yang mengasuh, merawat dan memelihara kodrat perempuan

sebagai manusia yang berbuat pasif, kodrat perempuan adalah menjadi muara

penerus generasi (melahirkan keturunan) secara bermartabat ia bersikap

menerima ,mengandung, melahirkan dan mengasuh. Karakteristik tersebut

bersifat pasif dan merupakan pihak-pihak yang menderita tetapi dalam

pengertian lain menerima merupakan kegiatan aktif, ia cenderung emosional.

Perempuan yang sadar mengenai keperempuanannya akan bergerak aktif dan

positif untuk mendapatkan status yang sama dengan laki-laki dan juga

mengadakan perbaikan kedudukan dalam masyarakat.

1. Status dan Peran Perempuan dalam Keluarga

Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau

dari satu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Adapun Peran

diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau tugas

seseorang. Dengan demikian tindakan status dan peran merupakan dua hal yang

saling berkaitan. Status menunjuk pada siapa orangnya, sedangkan peran

menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu.

Menurut Corner hampir di sebagian besar Negara menunjukkan bahwa

kaum perempuan mempunyai status yang lebih rendah dan kesempatan yang

lebih sedikit dari pada laki-laki di hampir semua aspek ekonomi maupun dalam

kegiatan sosial. Bahkan sebagian besar penulis feminis menegaskan bahwa

secara umum diseluruh dunia kedudukan pria lebih tinggi dari perempuan.

Dalam tulisan T.O Ihromi, dipaparkan mengapa proposisi bahwa

subordinasi perempuan terhadap laki-laki adalah gejala universal, penyebabnya

bukanlah karena sifat biologis perempuan yang berbeda dengan laki-laki, namun

terelakkan dibidang kebudayaan. Maksudnya adalah kedudukan lebih rendah itu

merupakan nilai-nilai yang di tentukan dalam sistem budaya (Ihromi, 1999:27).

Namun meskipun kedudukan maupun status perempuan relatif lebih

rendah dari pada kaum laki-laki, pengalaman dibanyak tempat menunjukkan

bahwa kaum perempuan memainkan peranan penting dalam menjaga maupun

mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Sebelum melangkah lebih

lanjut, bagaimana sebenarnya konsep mengenai status perempuan itu sendiri.

Pada dasarnya status perempuan berdasarkan konsep dapat di jabarkan ke

dalam 2 tingkat yaitu pada tingkat mikro adalah status perempuan dalam rumah

tangga dan tingkat makro adalah status perempuan di masyarakat. Lebih jauh,

indikator status perempuan relatif terhadap laki-laki dalam hal memiliki otoritas

untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi maupun

produksi, termasuk juga wewenang untuk membuat keputusan mengenai

ekonomi rumah tangga. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan indikator

dari status perempuan dalam rumah tangga harus menggambarkan bagaimana

kedudukan perempuan relatif terhadap laki-laki dalam hal-hal yang berkaitan

dengan sumber daya sosial (seperti pengetahuan, hak dan kekuasaan) maupun

materi (penghasilan, tanah dan makanan).

Suatu indikator yang dapat tindakan konvensional dalam menunjukkan

status perempuan adalah pendidikan dan pekerjaan. Akses perempuan terhadap

sumber daya sosial dapat diukur dari keterlibatan perempuan atau partisipasinya

dalam bidang pendidikan sementara akses perempuan terhadap sumber daya

materi diindikasikan dengan kegiatannya dalam bidang pekerjaan maupun

ekonomi.

2. Motivasi Perempuan Bekerja

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling

sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu termasuk

pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan

ekonomi.

Motivasi merupakan proses pemberian dorongan kepada seseorang untuk

melakukan sesuatu, sehingga tujuan yang diingingkan dapat tercapai. Sementara

itu, keputusan kerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana

menghabiskan waktu, misalnya dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan

atau bekerja. Pada umumnya motivasi kerja kebanyakan tenaga kerja wanita

adalah membantu menghidupi keluarga. Akan tetapi, motivasi itu juga

mempunyai makna khusus karena memungkinkan memiliki otonomi keuangan,

agar tidak selalu bergantung pada pendapatan suami.

Beberapa motivasi perempuan bekerja pada sektor informal adalah karena

suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga kurang, mengisi waktu luang,

ingin mencari uang sendiri dan ingin mencari pengalaman. Ada beberapa faktor

yang memungkinkan wanita-wanita Indonesia bergerak luwes di bidang usaha

antara lain faktor sosial terdiri atas sub faktor-faktor lingkungan dan faktor adat-

istiadat, faktor psikologis serta faktor ekonomis.

Peranan wanita dalam keluarga membawa perubahan pada alokasi

pendapatan keluarga, di mana adanya peran ganda wanita yaitu sebagai ibu

rumah tangga dan pencari nafkah di sektor formal maupun di sektor informal

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Syahruddin mengatakan bahwa: keputusan seorang ibu untuk masuk

tenaga kerja atau tidaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memberikan

untuk mengambil keputusan secara bebas, faktor-faktor tersebut antara lain

tersedianya kesempatan kerja, jumlah anak yang dimiliki, kekayaan yang

dimiliki, usia serta keadaan sosial budaya (Faisal, 2004).

Keterlibatan wanita dalam meningkatkan pendapatan, baik di sektor

formal maupun di sektor informal hendaknya, tidak mengurangi tugas-tugas

kaum wanita dalam rumah tangga dan masyarakat. Karena itu wanita dalam

melakukan peran gandanya, menghadapi tugas yang tidak ringan. Akan tetapi

peran ganda tersebut tetap dipertahankan agar dapat meningkatkan harkat dan

martabat wanita itu sendiri serta keluarganya.

D. Pendekatan dalam Teori Gender

Ketidakadilan gender atau diskriminasi gender merupakan akibat dari

adanya sistem (struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun

perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan

pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai

bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan

sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.

Dalam pandangan feminis, keluarga dilihat sebagai bentuk yang

dicanggihkan dari perbudakan (famulus dalam bahasa Latin berarti budak). Dari

sudut pandang ini bisa dipahami usaha gigih kaum feminis menentang lembaga

perkawinan yang dianggapnya sebagai lembaga pelestarian perbudakan laki-laki

atas wanita.

Teori Feminisme yang menempatkan perempuan sebagai sosok yang

mempunyai kedudukan yang seharusnya setara dengan kaum laki-laki pada

awalnya di ilhami oleh adanya teori gender yang mengartikan bahwa gender

sebagai perbedaan perilaku (behavioral differences) atau sifat yang melekat pada

kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial dan kultural.

Dimana wanita tidak berperan itu bukan karena keterbatasan kemampuan

atau perhatian mereka tetapi karena ada upaya sengaja untuk mengucilkan

mereka. Dimana mereka berperan, peran mereka sangat berbeda dari gambaran

populer tentang mereka (misalnya sebagai istri dan ibu yang pasif). Memang

sebagai istri dan sebagai ibu dan sederetan peran lainnya, wanita bersama lelaki

secara aktif menciptakan situasi yang dipelajari.

Wanita secara aktif berperan dalam kebanyakan situasi sosial. Peran

wanita dalam kebanyakan situasi sosial walaupun di anggap penting tetapi

kurang mendapat penghormatan dan disubordinasikan pada peran lelaki. Tidak

terlihatnya peran wanita hanyalah sebagai salah satu indikator ketimpangan ini.

Perempuan di Indonesia berpotensi mengalami diskiriminasi ganda.

Sebagai perempuan, diskiriminasi yang disebabkan oleh struktur sosial dan

budaya masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak usia muda. Hal ini kita ketahui

sebagai akibat dari perbedaan yang sifatnya kodrati maupun sebagai akibat dari

perbedaan gender.

Perbedaan tersebut juga tercermin dari status perkawinan lanjut usia

perempuan yang sebagian besar berstatus cerai mati dan cerai hidup. Karena usia

harapan hidup perempuan yang lebih panjang dibandingkan laki-laki, maka lebih

banyak lanjut usia perempuan yang ditinggal meninggal lebih dulu oleh

suaminya dan karena perbedaan gender menyebabkan perempuan terbiasa

mengurus dirinya sendiri, sehingga lebih siap untuk tinggal sendiri.

Patricia Hill Collins (1998) menidakan arti penting dari komitmen

mencari keadilan dan menentang ketidakadilan ini. Teori sosial kritis mencakup

bidang- bidang pengetahuan yang secara aktif bergulat dengan persoalan sentral

yang dihadapi oleh kelompok orang yang berada di tempat yang berbeda dalam

konteks politik, sosial dan sejarah yang dicirikan oleh ketidakadilan (Ritzer,

2009:23).

E. Pendekatan Konsep Sosiologi Keluarga.

Dalam kehidupan, keluarga merupakan sebagai unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak serta kerabat lainnya

merupakan suatu system. Goode mengartikan keluarga sebagai suatu unsur

dalam struktur sosial dimana setiap anggotanya terikat dalam jaringan kewajiban

dan hak. Hak dan kewajiban seorang ibu berbeda dengan ayah, demikian juga

hak dan kewajiban anak. Perbedaan hak dan kewajiban tiap-tiap peranannya, dan

tindakan pula bahwa mereka terikat dalam hubungan peran.

Menurut Prof.Dr.P.J.Bouman menjelaskan tentang pengertian tatanan

keluarga sebagai berikut, pada zaman dahulu famili itu adalah satu golongan

yang lebih besar dari keluarga. Kebanyakan famili terdiri dari beberapa keluarga

atau anak-anak dan cucu-cucu yang belum kawin yang hidup bersama-sama pada

suatu tempat, dikepalai oleh seorang kepala famili yang dinamakan patriach

(garis ayah ). Ikatan famili itu akan mempunyai berbagai fungsi sosial, kesatuan

hukum, upacara-upacara ritual dan juga pendidikan anak.

Keberfungsian keluarga sebagai suatu sistem sosial untuk dapat terwujud

di masyarakat tergantung pada berbagai faktor. Salah satunya adalah kemampuan

kerjasama para anggotanya untuk melaksanakan fungsi-fungsi keluarga.

Keluarga menurut Koentjaraningrat dalam banyak masyarakat merupakan

kesatuan dasar dalam kegiatan ekonomi rumah tangga.

Pelaksanaan fungsi ini banyak mengalami kendala, terutama di kota besar

dan masyarakat lain di dunia, banyak keluarga inti tidak mengurus

ekonomi rumah tangga sendiri, tetapi hanya menumpang saja dan ikut

makan pada keluarga inti yang lain (Goode, 2007).

Dalam hal ini khasanah ilmu sosial dalam berbagai pendekatan untuk

mengkaji sebuah keluarga. Beberapa pemikir memandang keluarga sebagai salah

satu dari pranata yang ada dalam masyarakat, yang lainya menganggap bahwa

untuk memahami/mengkaji keluarga kita harus mengikuti setiap tahapan

perubahan yang terjadi sepanjang keberadaan keluarga tersebut.

F. Teori Struktural Fungsional

Sebuah masyarakat memiliki beberapa fungsi di dalamnya yang harus

tetap dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang bisa menjamin kelangsungan

hidup masyarakat. Asumsi dari teori ini bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar

kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang

mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat

tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi

dalam suatu keseimbangan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama

lain berhubungan dan saling ketergantungan.

Paradigma struktural fungsional berpandangan bahwa masyarakat

terbangun dari system yang kompleks dan setiap bagian dari system

tersebut bekerja sama untuk memelihara kestabilan. Dua kensep penting

dalam paradigm struktural fungsional. Pertama masyarakat terdiri dari

struktur sosial. Kedua setiap bagian dari struktur sosial memiliki fungsi

sosial (Ritzer, 2009).

Masyarakat sebagi suatu struktur sosial dipahami sebagai pola tingkat laku

sosial yang relatif stabil, artinya kehidupan masyarakat terbentuk dari struktur

sosial. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi sosial adalah konsekuensi dari

pola sosial terhadap bekerjanya masarakat secara keseluruhan. Semua pola

tersebut mulai dari yang kompleks sampai dengan yang sederhana memiliki

fungsi untuk membantu masyarakat agar tetap ada dan bertahan.

Inti dari Pendekatan Struktural Fungsional menekankan pada pandangan

bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan yang sepenuhnya utuh, terdiri dari

bagian-bagian yang saling bekerja menunjang satu sama lain, semacam organisme

biologis seperti organ tubuh manusia yang tiap bagiannya mempunyai fungsi

masing-masing dan saling membutuhkan, menurut Herbert Spencer yang

merupakan pemikir dari fungsionalisme.

Analisis fungsional jika mengkaji keluarga akan melihat hubungan

keluarga dengan masyarakat yang lebih besar, juga hubungan antara tiap-tiap

anggota yang menjadi subsistem keluarga, serta hubungan tiap anggota keluarga

dengan masyarakat. Tiap anggota dilihat akan menjalankan peran atau fungisnya

dengan mengacu pada nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakatnya.

Pendekatan ini menganggap bahwa setiap orang akan bekerja untuk menunjang

kebutuhan sistem yang lebih besar (Ritzer dan Goodman, 2008).

Merton dengan teori fungsional menekankan bahwa industrialisasi dan

urbanisasi meruntuhkan fungsi tradisional keluarga. Bagaimana industrialisasi

dan urbanisasi merongrong fungsi-fungsi tradisional keluarga. Sebelum

industrialisasi, anggota keluarga bekerja sama sebagai suatu satuan ekonomi.

Sebagai konsekuensinya ialah terjadinya disfungsi utama berupa melemahnya

ikatan keluarga (James M. Henslin, 2006:18-19).

G. Pendekatan dalam Konsep Sosiologi Ekonomi.

Smelser dan Swedberg mengemukakan definisi sosiologi ekonomi

dengan mengadopsi pendapat Weber maupun Durkheim, bahwa sosiologi

ekonomi merupakan sub disiplin sosiologi yang memfokuskan bidang studi pada

bagaimana aktor atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Fenomena ekonomi yang menjadi fokus perhatian adalah mengenai cara

aktor memenuhi kebutuhan, dan di dalamnya terkandung aspek produksi,

distribusi, pertukaran, dan konsumsi sumberdaya yang pada dasarnya bermuara

pada kesejahteraan aktor. Dalam kerangka ini, terdapat perbedaan pendekatan

ataupun cara pandang dari sudut ekonomi dan sosiologi ekonomi terutama dalam

memandang aspek produksi, distribusi dan pertukaran, serta konsumsi sebagai

komponen kegiatan ekonomi masyarakat.

1. Konsep Aktor

Gagasan mengenai prinsip individualisme dikemukakan dengan

berpandangan bahwa motif manusia melakukan kegiatan ekonomi didasari

oleh interes pribadi. Motif kepentingan individu yang didorong aliran

pemikiran liberalisme akhirnya melahirkan sistem ekonomi pasar bebas yang

berkembang menjadi sistem ekonomi kapitalis.

Konsep utama dari Smith adalah laissez faier, yakni kurangnya

intervensi pemerintah (negara) dalam sistem ekonomi masyarakat yang

menciptakan adanya individualisme ekonomi dan kebebasan ekonomi. Muara

dari keseluruhan pemikiran itu adalah terciptanya individu manusia ekonomis

(homo economicus) yang mengutamakan kepentingan individu dan sangat

mengedepankan rasionalitas penuh. Sementara, utilatirianisme (rasionalitas

utilatirianisme) itu sendiri menurut adalah prinsip utama dari ekonomi.

2. Tindakan Ekonomi

Ekonomi mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki pilihan-

pilihan tertentu. Tindakan individu bertujuan untuk memaksimalkan utilitas

dan keuntungan yang selanjutnya dalam ekonomi disebut prinsip rasionalitas.

Para ekonom cenderung menganggap bahwa tindakan ekonomi dapat ditarik

dari hubungan antara preferensi selera dengan harga ataupun jasa pada sisi

lainya. Mengenai tindakan ekonomi, para ekonomi relatif tidak

memperhatikan aspek power atau kekuasaan karena menurut sudut pandang

ekonomi tindakan ekonomi dianggap sebagai pertukaran diantara yang

sederajat.

3. Hubungan Ekonomi dan Masyarakat

Fokus perhatian utama dari ekonom adalah aspek pertukaran ekonomi,

pasar dan ekonomi. Sementara masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang

berada di luar itu dan dipandang sudah ada. Hal itu berbeda dari sudut

pandang sosiolog, yakni memandang masyarakat sebagai suatu sistem sosial

dan ekonomi merupakan bagian integral dari sistem masyarakat.

Smelser dan Swedberg (2005) mengemukakan bahwa sosiologi

ekonomi lebih banyak memfokuskan perhatian pada analisis sosiologis

tentang proses-proses ekonomi, antara lain seperti terbentuknya harga

(kesepakatan) antara pelaku atau aktor ekonomi; analisis hubungan interaksi

antara ekonomi dan institusi lain dalam masyarakat, antara lain dapat kita

analisis hubungan antara ekonomi dan agama ataupun politik, birokrasi dan

institusi lainnya; analisis mengenai dinamika kelembagaan dan parameter

budaya yang menjadi landasan ekonomi masyarakat.

Untuk dapat bertahan hidup, setiap individu perlu bekerja. Individu

sendirilah yang lebih mengetahui dibandingkan dengan orang lain, dia harus

bekerja apa. Hal ini dikarenakan individu lebih mengetahui tentang dirinya

sendiri dari sisi kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan dukungan

keluarga besarnya.

Para ekonom sering menganggap tindakan ekonomi dapat ditarik dari

hubungan antara selera di satu sisi serta kuantitas dan harga dari barang dan

jasa di sisi lain. Singkatnya, menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan

dengan selera, kualitas dan harga dari barang dan jasa. Sebaliknya bagi

sosiologi, makna dikonstruksi secara historis dan mesti diselidiki secara

empiris, tidak bisa secara sederhana ditarik melalui asumsi dan lingkungan

eksternal.

Sosiologi dapat melihat tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk dari

tindakan sosial. Maksudnya, seperti yang tindakan Weber. Tindakan ekonomi

dapat dilihat sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut

memperhatikan tingkah laku orang lain. Memberi perhatian ini dilakukan

secara sosial dalam berbagai cara seperti memperhatikan orang lain, saling

bertukar pandang, berbincang, berpikir atau memberi senyum. Semua aktifitas

saling yang anda lakukan tersebut merupakan tindakan sosial, sebab dengan

aktifitas tersebut anda memperhatikan tingkah laku orang lain (Dasmar, 2009:

42-47).

Teori pertukaran dapat digunakan untuk memahami mengapa

kelompok berpendidikan rendah tidak memilih-milih pekerjaan dibandingkan

dengan yang lebih tinggi. Pengalaman masa lampau telah banyak memberikan

pelajaran bahwa tidak memilih-milih pekerjaan akan dapat bertahan hidup

(survive).

Menurut Poloma tentang pertukaran bahwa perilaku sosial terjadi

melalui interkasi sosial yang mana para pelaku berorientasi pada tujuan.

Sebagai contoh untuk memperoleh penghasilan dalam berdagang, misalnya

para pedagang harus berorientasi pada perolehan pendapatan tersebut.

Perolehan pendapatan tersebut hanya mungkin dilakukan melalui interaksi

antara penjual dan pembeli.

Perilaku untuk memperoleh pendapatan tersebut memerlukan sarana

bagi pencapaiannya, misalnya adanya hubungan yang terjalin antara si penjual

dan si pembeli dalam proses jual-beli tersebut yang dikenal dengan istilah

langganan sehingga pihak yang terlibat tersebut terjalin sebuah (keakraban)

melakukan interaksi dengan mengorientasikan perilakunya untuk memperoleh

pendapatan. Dengan cara tersebut pertukaran sosial bisa terjadi.

Sebuah tindakan pertukaran tidak akan terjadi apabila dari pihak-pihak

yang terlibat ada yang tidak mendapatkan keuntungan dari suatu transaksi

pertukaran. Dalam kaitan dengan asumsi ini, tidak mungkin suatu pertukaran

sosial terjadi satu pihak saja mendapat keuntungan, sedangkan yang lain tidak

mendapat apa-apa, apalagi kalau pihak lain tersebut justru mendapatkan

kerugian.

Hubungan antara si penjual dan si pembeli, seperti yang telah kita

bahas sebelumnya, tidak mungkin terjadi kalau ada pihak yang tidak

memperoleh keuntungan, apalagi ada pihak yang merugi karena hubungan

tersebut. Jika ada pihak yang tidak mendapatkan apa-apa atau malah rugi

maka hubungan antara si penjual dan si pembeli tersebut bisa bubar, menurut

pandangan teori ini (Dasmar, 2009: 62-63).

H. Kerangka Konseptual

Menjadi tua adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan.

Keadaan ini merupakan hal yang normal pada setiap makhluk hidup sesuai

dengan pertambahan umurnya. Dalam masyarakat tradisional biasanya para

lanjut usia dihargai dan dihormati sehingga mereka tetap berguna dan

memberikan kontribusinya kepada keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Selain itu pihak lanjut usia sendiri menghendaki untuk dapat mandiri

sampai akhir hanyatnya agar tidak memberikan beban bagi anak cucunya.

Dengan demikian lanjut usia harus diterima sebagai suatu kenyataan sosial yang

perlu mendapatkan perlakuan yang wajar dari lingkungan sosial dimanapun

berada. Sehingga lanjut usia dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

keluarga dan masyarakat. Dalam Departemen RI dalam buku pedoman

penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia dalam keluarga memberi batasan

penduduk berusia lanjut yaitu:

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik

secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena

permasalahannya tidak mampu berperan secara kontributif dalam

pembangunan (non-potensial).

Lanjut usia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian

dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap

individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara

fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya (Djamal, 1998).

Sebagai seorang wanita lanjut usia mempunyai peran dalam keluarga inti

sebagai istri, sebagai ibu serta sebagai pengurus rumah tangga. Inilah pada

umumnya yang dirasakan sebagai tugas utama dari seorang perempuan. Namun

dalam kehidupan era modern dan era pembangunan dewasa ini perempuan lanjut

usia dituntut untuk memberikan sumbangan lebih, tidak terbatas pada pemberian

pelayanan terhadap suami, anak dan urusan rumah tangga. Namun karena

keadaan ekonomi keluarga, maka mereka dituntut untuk bekerja di luar rumah,

mencari suatu kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga.

Perempuan lanjut usia dalam status tertentu merupakan hak dan kewajiban

yang harus di emban oleh mereka. Karena fungsi perempuan dalam masyarakat

dapat ditinjau dari struktur masyarakat melalui seluruh aktivitas dan hubungan

anggota masyarakat. Partisipasi dari perempuan lanjut usia saat ini bukan hanya

sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsi yang

mempunyai arti bagi keluarga dan pembangunan dalam masyarakat.

Secara umum alasan perempuan lanjut usia bekerja di luar rumah adalah

faktor ekonomi. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harga-

harga kebutuhan pokok yang semakin terus meningkat, serta pendapatan

keluarga yang cenderung tidak menentu akan berakibat pada terganggunya

stabilitas perekonomian dalam keluarga. Inilah salah satu kondisi yang

mendorong perempuan lanjut usia juga berperan sebagai ibu rumah tangga yang

sebelumnya hanya menekuni sektor domestik (mengurus rumah tangga),

kemudian ikut berpartisipasi di ranah publik dengan keikutsertaan dalam

menopang perekonomian keluarga dengan bekerja di sektor informal.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa :

Perempuan Indonesia tidak hanya berkedudukan seolah-olah sebagai

pengurus dapur saja. Sebaliknya mereka dapat turut serta membuat

keputusan-keputusan mengenai masalah pentingnya berhubungan

dengan keluarganya. Dengan demikian mereka juga tidak akan mau

hanya menjadi orang yang secara positif berkewajiban melahirkan bayi

saja (Ihromi, 2004:37).

Sebagai pekerja di sektor informal, aktivitas pekerja perempuan lanjut usia

lebih banyak tersita untuk kegiatan yang menjadi pekerjaan mereka. Hal ini

dapat terjadi karena umumnya kegiatan di sektor informal tidak mengenal

adanya jam kerja. Aktivitas ekonomi ini dapat berlangsung sepanjang hari

bergantung pada tingkat penjualan barang dagangan mereka, dengan hal ini

berpotensi menghadirkan masalah tersendiri yaitu hubungan sosial dengan

anggota keluarga yang lain akan merenggang .

Kerenggangan hubungan di sebabkan oleh kurangnya interaksi sosial yang

terjadi diantara mereka, karena adanya pembagian peran diantara sektor

domestik dan di sektor publik. Serta juga dapat membawa perubahan-perubahan

besar pada sistem keluarga, karena membawa nilai-nilai baru yang biasanya

berarti penambahan dalam kegagalan peran.

Oleh karena itu perempuan lanjut usia sebagai ibu rumah tangga yang

memiliki peranan dalam menentukan kebutuhan keluarga, sekaligus juga mampu

menempatkan diri sebagai wanita pencari nafkah keluarga. Dalam posisi sebagai

penentu kebutuhan hidup keluarga serta berkemampuan menjadi tulang

punggung keluarga. Perempuan lanjut usia di Indonesia sebagai suatu unsur

perjuangan bangsa Indonesia yang sama kemampuan dan haknya dengan unsur

lain, kemampuan dan kewajiban tidak terbatas pada lingkup usaha suami.

Gambar 1. Kerangka Konsep

Pekerja Perempuan

(Lanjut Usia)

Sektor Informal

Berdagang di Sekitar Pasar Terong

Kota Makassar

Faktor Pendorong

1. Faktor Ekonomi

2. Faktor Sosial meliputi masalah

kesehatan

3. Pemuasan Diri

4. Adanya Kesempatan Kerja

5. Adanya Kemandirian

Aktivitas Ekonomi

Faktor Penghambat

Dalam hal ini faktor penghambat

terbagi atas 2 sebagai berikut:

A. Faktor Eksternal yaitu

1. Melanggar terhadap Aturan

Tata Tertib dan Keindahan

Kota.

2. Adanya Petugas Satpol PP

yang sering mengadakan

penertiban jalan.

B. Faktor Internal yaitu

1. Masalah ekonomi

2. Masalah kondisi fisik dan

kesehatan.

I. Definisi Operasional

Lanjut usia merupakan seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah

berusia 60 tahun ke atas. Kegiatan Sektor Informal merupakan suatu kegiatan

dimana pekerjaan tidak didasarkan pada kontrak kerja yang jelas bahkan sering

sekali si pekerja bekerja untuk dirinya sendiri serta penghasilan yang sifatnya

tidak tetap dan tidak permanen.

Aktivitas ekonomi merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mencukupi

kebutuhannya sehari-hari orang melakukan usaha yang berbeda-beda. Pada

dasarnya, orang mempunyai tujuan yang sama ketika bekerja, yaitu untuk

mendapatkan uang atau penghasilan. Maka kita dapat menyimpulkan apa yang

dimaksudkan dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah semua

kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Pasar Terong Makassar. Pemilihan

lokasi ini dengan pertimbangan bahwa Pasar Terong merupakan pasar terbesar

dan menjadi salah satu pasar yang tertua di kota Makassar yang berdiri sejak

tahun 1950 dan memiliki jumlah pedagang sebanyak 2500-3000 orang (Data

Sekunder: PD. Pasar Terong Kota Makassar). Pasar Terong juga selama ini

dianggap sebagai tempat belajar berdagang awal bagi para pedagang yang kini

tersebar di beberapa pasar lokal di Makassar seperti Pasar Pannampu, Pasar

Pa‟baeng-baeng, Pasar Sentral dan lain sebagainya. Selain itu Pasar Terong

memiliki pedagang yang lebih spesifik (jelas) serta dimana peneliti dapat lebih

mudah mendapatkan para informan untuk memperoleh data yang jelas dan

akurat.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kurang lebih selama

empat bulan yaitu dimulai pada bulan Januari sampai bulan April 2012.

B. Tipe dan Dasar Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif yaitu tipe penelitian yang

bertujuan menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai variabel yang menjadi objek penelitian ini (Moleong, 2006).

2. Dasar Penelitian

Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

yaitu penelitian yang melihat objek penelitian sebagai kesatuan yang terintegrasi,

yang penelaahannya kepada satu kasus dan dilakukan secara intensif, mendalam,

mendetail dan komprehensif.

C. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sample. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek

bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya

tujuan tertentu (Sugiyono, 2010:124). Tahap-tahap penentuan informan yaitu

dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada para pedagang sehingga dari data

tersebut peneliti bisa dapat menentukan informan sesuai dengan masalah yang

diteliti. Adapun pemilihan informan didasarkan pada kriteria yaitu perempuan

lanjut usia yang berjualan di sekitar Pasar Terong kota Makassar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan 2 cara, yaitu :

1. Data Primer

a. Observasi

Dalam hal ini penelitian melakukan pengamatan secara langsung untuk

memperoleh data yang sekiranya mendukung dan melengkapi materi atau data

yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dari para responden (Bungin,

2008).

b. Wawancara

Menurut Esterberg mendefinisikan bahwa wawancara adalah merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih

mendalam (Sugiyono, 2010:317).

2. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari studi kepustakaan. Studi kepustakaan yang

dimaksud untuk memperoleh teori, konsep maupun keterangan-keterangan

melalui hasil penelitian, buku-buku, majalah, atau bahan-bahan yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

E. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan penelitian ini, maka data yang ada dianalisis dengan teknik

kualitatif, artinya data-data yang ada dianalisis di lapangan dikumpulkan

kemudian diolah dengan klasifikasi dan dianalisis secara kualitatif dengan

berpedoman pada kerangka pikiran yang telah disajikan guna memberikan

gambaran yang jelas dari masalah yang diteliti.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Pasar Terong

Pada dekade 1990an, Pasar Terong dikenal sebagai pasar induk kota

Makassar yang kini tidak lagi terkenal. Kegagalan revitalisasi oleh pengembang

Ferry Soelisthio (PT. Makassar Putra Perkasa) bersama walikota saat itu Malik

B. Masrie menyisahkan masalah yang hingga kini terus terjadi.

Tidak hanya satu dua kali terjadi penggusuran pedagang-pedagang kecil di

sana. Tidak hanya sekali dua kali terjadi intimidasi baik oleh pihak kepolisian

dan TNI maupun preman (orang-orang suruhan pihak pengembang), tapi sering

kali mereka mengalaminya akibat tidak adanya kekuatan kolektif untuk

melawan.

Berbagai hasil pertanian, seperti buah-buahan, sayur-mayur, dari beberapa

daerah di Sulawesi Selatan diperdagangkan dan disalurkan melalui Pasar Terong.

Pasar ini mulai hadir atas inisiatif penduduk setempat yang selama ini berdagang

di Pasar Kalimbu (tidak jauh dari jalan Terong). Pasar ini tumbuh seiring

meningkatnya migrasi penduduk desa ke kota saat konflik politik antara DI/TII

Qahhar Mudzakkar dengan TNI sedang berlangsung di pegunungan-pegunugan

di Sulawesi Selatan.

Di pasar ini, bukan hanya profesi pedagang yang dapat mengais rezeki di

tempat ini. Sepanjang penelusuran yang telah kami lakukan selama 2 tahun

terakhir, ada lebih 20 profesi lain yang juga memenuhi kebutuhan hidupnya

(lihat data di bawah). Sementara itu, walaupun masih sangat kasar, jumlah

pedagang pasar di Pasar Terong bisa mencapai 3000 pedagang. Sebuah bilangan

yang bila dikonversi ke lingkungan keluarga bisa berarti 12.000 orang

bergantung pada pasar (dengan asumsi setiap keluarga pedagang terdiri dari 4

anggota keluarga). Itu baru keluarga pedagang Pasar Terong, belum profesi lain

yang sangat beragam (lihat tabel berikut).

Tabel 1

Jenis Profesi Pedagang dan Non-pedagang di Pasar Terong

No PROFESI PEDAGANG

1 Palembara‟ (asongan)

2 Pa‟garoba‟ (menggunakan gerobak)

3 Palapara‟ (beralas tikar atau bakul)

4 Pagandeng (menggunakan sepeda atau becak, kini mulai ada yang

menggunakan motor)

5 Pamejang (dengan meja/lods)

6 Pakios (memiliki kios)

PROFESI NON-PEDAGANG

1

Pa‟pisi Lada ( profesi memisahkan

cabe yang layak jual dan tidak

layak jual )

10

Tukang jahit

2 Pa‟bunga doe ( Rentenir ) 11 Servis jam

3

Pa‟pisi Lasuna ( profesi

memisahkan bawang yang layak

jual dan tidak layak jual )

12

Jasa pengisian ulang korek gas

4 Palembara ga‟ngang ( profesi

pengangkut sayur-sayuran )

13 Pa‟kere camba (profesi pemotong

asam)

5 Pabecak (Tukang becak) 14 Kuli angkut barang

6

Pa‟rappung loro ( profesi tukang

pungut sampah diareal pasar

terong )

15 Pa‟giling kopi (penyedia jasa

pengilingan kopi)

7 Pa‟balu kantong plastik (penjual 16 Pa‟giling daging (penyedia jasa

Sumber : Data Sekunder Kantor PD. Pasar Raya Makassar, 2010

Pasar Terong merupakan pasar rakyat yang ditempati oleh pedagang

dengan kemampuan modal yang tidak merata. Di pasar ini pedagang berasal dari

berbagai kalangan. Dari pedagang dengan modal ratusan juta rupiah yang

menempati los ataupun kios, hingga pedagang yang mengandalkan sistem titip

jual dan berdagang dengan beralas tikar. Tingkat pendidikannya beranekaragam

baik dari yang berijasah sarjana hingga pedagang yang tidak memiliki ijasah.

B. Gambaran Umum Informan

1. Karateristik Informan berdasarkan Umur

Sesuatu hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia ditengah-

tengah masyarakat adalah umur seseorang itu sendiri. Dengan tinggi

rendahnya umur seseorang akan berpengaruh pada kapan seseorang dapat

bekerja. Hal ini bukan hanya berlaku pada sektor-sektor formal, tetapi juga

pada sektor informal. Oleh karena itu, perbedaan umur seseorang selalu

menunjukkan adanya kematangan dalam berfikir, juga terhadap kekuatan fisik

untuk beraktivitas. Peneliti berhasil mewawancarai sebelas informan. Dari

hasil penelitian ini diketahui umur masing-masing informan kurang lebih 60

tahun sampai 80 tahun. Pedagang yang menjadi informan dalam penelitian ini

kantong plastik eceran ) pengilingan daging)

8 Penyewa surat kabar 17 Pa‟giling lada (penyedia jasa

pengilingan cabe)

9 Parekeng buah (profesi penghitung

buah-buahan yang masuk kepasar)

18 Tukang parker

dipilih berdasarkan teknik penentuan informan secara purposive sampling

atau pengambilan informan berdasarkan tujuan tertentu. Namun penulis

membatasi jumlah informan karena alasan waktu.

Untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana umur responden dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Distribusi Informan Berdasarkan Kelompok Umur

Nama Informan Umur

Dg. Jumriah

Dg. Siya

Salma

Marala

Marwah

Roslina

Dg. Nawang

Sari

Dg. Sangkala

Dg. Sona

62 tahun

60 tahun

69 tahun

72 tahun

63 tahun

68 tahun

62 tahun

74 tahun

64 tahun

80 tahun

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

2. Karateristik Informan berdasarkan Agama

Dalam kehidupan sehari-hari agama merupakan suatu indikator

seseorang dalam bertingkah laku. Seseorang yang beragama merupakan

pencerminan keseluruhan jiwa seseorang dalam kehidupannya sebagai hamba

dari pencipta alam semesta. Tabel berikut dapat menjelaskan tentang agama

yang dianut oleh responden pedagang di Pasar Terong Kota Makassar.

Dari hasil penelitian tentang agama yang dianut oleh informan,

sebanyak 10 informan beragama Islam dapat dikatakan 100% informan

beragamaIslam. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang perempuan lanjut usia

yang berjualan di Pasar Terong Kota Makassar mayoritas beragama islam.

3. Karateristik Informan berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan sebagai salah satu bagian dari aspek masyarakat untuk

mengetahui latar belakang kehidupan sosial para pedagang. Hal ini di

sebabkan karena tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para pedagang dapat

berpengaruh terhadap terjunnya seseorang kedalam sektor informal.

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang terkadang dijadikan

cermin kepribadian sesuai nilai yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu,

pendidikan dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menentukan tingkat

kehidupan sosial ekonomi seseorang, apalagi pada zaman yang amat maju

seperti sekarang ini yang membutuhkan spesialisasi di berbagai bidang

kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Distribusi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Nama Informan Pendidikan

Dg. Jumriah

Dg. Siya

Salma

Marala

Marwah

Roslina

Dg. Nawang

Sari

Dg. Sangkala

Dg. Sona

SD

SD

Tidak Sekolah

SD

SD

SMP

SD

SMA

Tidak Sekolah

SD

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Primer 2012

4. Karateristik Informan berdasarkan Jam Kerja yang Digunakan dalam

Sehari.

Sektor Informal seperti kita ketahui bahwa mereka tidak memiliki jam

kerja yang tetap dalam melakukan aktivitsnya. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua responden yang ada tidak mengenal adanya hari

libur, bilamana mereka berhenti bekerja maka hilanglah kesempatan untuk

memperoleh hasil pendapatan untuk hari itu juga. Dengan tidak adanya

pembatasan waktu dalam bekerja, sehingga mempunyai variasi dalam

menjajakan usahanya. Hal itu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4

Distribusi Informan Berdasarkan Jam kerja yang Digunakan

Nama Informan Jam Kerja ( ≤ )

Dg. Jumriah

Dg. Siya

Salma

Marala

Marwah

Roslina

Dg. Nawang

Sari

Dg. Sangkala

Dg. Sona

10 jam

8 jam

12 jam

8 jam

7 jam

8 jam

10 jam

10 jam

7 jam

7 jam

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

5. Karateristik Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Posisi seorang istri dalam rumah tangga adalah melayani semua

kebutuhan keluarga mulai dari mengurus suami, mengurus anak sampai

mengurus rumah tangga. Hal ini sudah menjadi tanggung jawab yang harus

dilaksanakan setiap harinya. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai jenis

pekerjaan responden maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5

Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Pekerjsaan

No. Nama Informan Pekerjaan Informan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9

10.

Dg. Jumriah

Dg. Siya

Salma

Marala

Marwah

Roslina

Dg. Nawang

Sari

Dg. Sangkala

Dg. Sona

Penjual Asam

Penjual Makanan

Penjual Bawang

Penjual Ikan Dampo

Penjual Sayuran

Penjual Ikan Masak

Penjual Bawang

Penjual cabe dan Tomat

Penjual Makanan

Penjual Sayuran

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

6. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan responden, maka sudah dapat

diperoleh gambaran tentang penghasilan rata-rata perbulan. Untuk itu, pada tabel

di bawah ini dapat dijelaskan rata-rata penghasilan dari 20 responden sebagai

berikut:

Tabel 6

Distribusi Informan Berdasarkan Tingkat Pendapatan

No. Nama Informan Pendapatan Informan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dg. Jumriah

Dg. Siya

Salma

Marala

Marwah

Roslina

Dg. Nawang

Sari

Dg. Sangkala

Dg. Sona

Rp.10.000-Rp.35.000/hari

Rp.20.000/hari

Rp. 10.000-Rp. 50.000/hari

Rp.20.000-Rp. 30.000/hari

Rp.30.000/hari

Rp.10.000-Rp.25.000/hari

Rp.30.000/hari

Rp.30.000-Rp.60.000/hari

Rp. 30.000/hari

Rp.50.000/hari

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karateristik Informan

Dimana untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, maka dalam

penelitian ini selain melakukan pengamatan, pembagian juga dilakukan tanya

jawab kepada informan yang berjumlah 10 orang. Informan tersebut dipilih

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti seperti usia, jenis

pekerjaan, pendapatan serta jam kerja yang dibutuhkan dalam melakukan

kegiatan tersebut.

Pemilihan informan tersebut dipilih secara sengaja yang sesuai dengan

rumusan dan tujuan dari permasalahan yang ingin dicapai, informan yang

diambil adalah perempuan lanjut usia yang berprofesi sebagai padagang, hal

tersebut didasarkan pada terbatasnya waktu yang dimiliki oleh peneliti. Berikut

ini karakteristik dari informan :

1. Profesi (Penjual Asam) berumur 62 tahun, beliau memiliki 2 orang anak,

dimana dia sudah bekerja sebagai seorang pedagang di Pasar Terong di

mulai dari sejak SD hingga sekarang, hal ini di lakukannya guna membantu

ekonomi keluarganya. Kegiatan ini dilakukannya pada pukul 7.00 pagi

hingga sore hari aktifitas tersebut sangat rutin dilakukan setiap harinya

kecuali jika beliau sedang sakit atau tidak mampu berjualan akibat kelelahan

sehabis berjualan seharian. Selain bekerja sebagai pedagang beliau juga

masih menyempatkan diri mengurus pekerjaan rumah tangga, dimana semua

rutinitas pekerjaan di rumah dikerjakannya sebelum pergi dan sepulang dari

berjualan di pasar. Penghasilan yang diperolehnya sebagai pedagang sayuran

kurang lebih sekitar Rp.10.000-Rp.35.000/hari.

2. Profesi (Penjual Makanan) berumur 60 tahun adalah pedagang makanan

yang sejak umur 6 tahun telah bekerja untuk membantu orang tuanya. 12

tahun DJ telah mahir berdagang jenis dagangannya pun sejak awal beliau

mencoba perutungannya di Pasar Terong. Sampai saat ini kurang lebih ia

sudah berjualan selama 57 tahun. Dg Siya berdagang di Pasar Terong

dengan menggunakan meja dengan luas dagangan 4 X 3 meter.

3. Profesi (Penjual Bawang) berumur 69 tahun, dengan 5 orang anak. Beliau

yang bekerja sebagai pedagang di Pasar Terong, sebagai penjual bawang

kurang lebih 49 tahun. Dengan penghasilan yang diperoleh perhari sekitar

Rp. 10.000-Rp. 50.000/hari (tidak menentu). Kemudian peran di lingkup

publik (kerja) sosial ekonomi. Pada keluarga ini ibu Salma sangat berperan

dalam membantu ekonomi keluarga. Dalam pengambilan keputusan dan

penggunaan penghasilan ibu Salma juga ikut berperan di dalamnya sebab

suaminya sendiri memberinya hak untuk mengetahui ataupun memutuskan

akan digunakan untuk apa pendapatan mereka.

4. Profesi (Penjual Ikan Asin) 72 tahun yang pendidikan terakhir tidak tamat

SD, beliau telah berjualan kurang lebih selama 9 tahun, beliau memiliki 2

orang anak yang semuanya telah berkeluarga. Ibu ML sebagai pedagang

ikan asin yang berpenghasilan sebesar Rp.20.000-Rp. 30.000/hari untuk

membiayai kehidupan keluarga sehari-hari. Peran beliau dalam lingkup

domestik sangat besar sebab beliau mengerjakan berbagai pekerjaan rumah

sebelum dan sepulang bekerja, seperti memasak, membersihkan rumah,

mencuci, mempersiapkan berbagai kebutuhan dagang.

5. Profesi (Penjual Sayuran) berumur 63 tahun beliau hanya tamatan SD saja,

ibu Marwah seorang janda dengan 3 orang anak yang bertahan hidup sebagai

pedagang cabe dan tomat di Pasar Terong, lamanya berjualan di Pasar

Terong sudah hampir 17 tahun dengan rata-rata penghasilan yang beliau

peroleh kurang lebih sekitar Rp.30.000/hari. Waktu yang beliau habiskan

dengan bekerja sebagai pedagang di mulai pada pagi hari hingga sore hari.

6. Profesi (Penjual Ikan Masak) berumur 68 tahun merupakan pedagang yang

cukup lama menjajakan dagangannya di lokasi tersebut. Setiap pagi pukul

07.00 Roslina sudah berangkat dari tempat tinggalnya menuju lokasi tempat

dia berjualan. Aktivitas seperti ini telah lama dilakukannya, tidak mengenal

adanya lelah walaupun melihat kondisi fisik dan usia yang tidak lagi

mendukung. Beliau memiliki 5 orang anak dan 3 diantaranya telah berumah

tangga. Roslina bukanlah pedagang yang memiliki modal usaha yang besar

karena modal usaha yang sering digunakannya tidaklah mencukupi untuk

memodali usaha dagangannya karena pendapatan yang diperolehnya sehari

tidaklah menentu. Tentunya hal ini menjadi ancaman besar bagi

kelangsungan hidup beliau beserta keluarganya.

7. Profesi (Penjual Bawang) berumur 62 merupakan pedagang yang telah lama

berjualan di lokasi tersebut. Beliau tinggal di jalan Tinumbu bersama

dengan anak serta suami. Aktivitas sebagai pedagang bukanlah suatu

permasalahan dalam kehidupan keluarga beliau. Hal ini karena seluruh

anggota keluarganya sangat mendukung dengan apa yang dilakukan oleh

Roslina walaupun terkadang ada kekhawatiran tersendiri yang selalu

menghantui perasaan anak serta suaminya ketika beliau harus bekerja di luar

rumah sendiri.

8. Profesi (Penjual Tomat dan Cabe) merupakan salah satu perempuan lanjut

usia yang memilih berprofesi sebagai pedagang cabe dan tomat. Usia yang

telah dimiliki beliau saat ini adalah 74 tahun. Pekerjaan yang dilakukan

beliau menyita banyak waktu, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut

dilakukannya dimulai pada pagi hari hingga menjelang ashar. Penghasilan

yang diperoleh beliau dari hasil berjualan tomat dan cabe hanya berkisar

Rp.30.000-Rp.60.000/hari, apalagi jika hari raya tiba maka penghasilan yang

diperoleh ibu dalam berjualan sangat menguntungkan. Namun demikian

setiap pendapatan yang diperolehnya selalu beliau syukuri walaupun

terkadang penghasilan tersebut tidaklah mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya.

9. Profesi (Penjual Makanan) yang berusia 64 tahun beliau berprofesi sebagai

pedagang makanan. Beliau telah lama menjajakan dagangannya di lokasi

tersebut hal tersebut dilakukannya kurang lebih selama 20 tahun. Dimana

pendapatan yang diperolehnya hanya sebesar Rp. 30.000/hari. Dagangannya

ini dijajakan dengan cara sederhana yaitu hanya menggunakan nampan yang

terbuat dari anyaman bambu dan beralaskan koran. Kegiatan ini sangat rutin

dilakukannya setiap pagi pada pukul 9.00 sampai pukul 14.30. Setelah habis

berjualan di pasar beliau tidak lupa menjalankan kewajibannya menjadi ibu

rumah tangga kegiatan/rutinitas yang setiap harinya harus dikerjakannya.

10. Profesi (Penjual Sayuran) merupakan pedagang yang berumur 80 tahun

yang berprofesi sebagai pedagang sayuran. Beliau janda beranak dua. Ia

ditinggal mati suaminya 30 tahun yang lalu, menyusul pula anak

perempuannya. sekarang ini beliau hidup bersama dengan anak perempuan

satu-satunya. Beliau berdagang di Pasar Terong dengan menggunakan lapak

yang berukuran 2 x 3 meter. Sementara pendapatan yang diperolehnya hanya

sebesar Rp.50.000/hari.

B. Bentuk Aktivitas Ekonomi Perempuan Lanjut Usia

Kehidupan manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk

sosial mempunyai beraneka macam aspek kebutuhan yang saling berkaitan dan

saling bergantung (interdepensi) satu sama lain. Salah satu sisi kehidupan yang

cukup penting dalam mempertahankan eksistensi kehidupan itu sendiri adalah

dengan melakukan aktivitas ekonomi.

Kegiatan ekonomi adalah bagian integral dari kehidupan manusia dan

sekaligus merupakan wujud dari kehidupan yang implementasinya dapat

dirasakan dan diamati baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Hal ini

berarti kegiatan atau aktivitas ekonomi merupakan dua hal yang saling terkait

yang pada hakekatnya adalah untuk mempertahankan kehidupan manusia baik

perorangan maupun kelompok.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard T. Gili : bahwa hampir

sepanjang sejarah dunia masalah ekonomi yang paling pokok bagi

manusia adalah sebagaimana mempertahankan hidup. Selalu ada

golongan-golongan/orang-orang tertentu yang mempunyai hak-hak

istimewa seperti pada raja kaisar, bangsawan serta tuan tanah karena

dapat hidup senang dan bermewah-mewah (Faisal, 2004: 38).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas ekonomi berarti

tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mencapai kemakmuran.

Dengan kata lain dapat tindakan bahwa aktivitas ekonomi lebih menitikberatkan

pada hubungan antara kenyataan hidup seseorang dengan tingkat kehidupannya

yang pada umumnya ditentukan oleh jumlah dan mutu barang dan jasa yang

dipergunakan oleh seseorang sebagai suatu kebutuhan.

Namun yang terpenting adalah bagaimana manusia itu sendiri

memperjuangkan dan mengusahakan agar kehidupan sosial ekonominya dapat

terwujud dan terealisasi untuk tetap mempertahankan kehidupannya. Oleh karena

itu perlunya kualitas hidup manusia itu sendiri sebagai pemeran dan pengendali

utama dalam menetukan segala aspek kehidupan sosial ekonominya. Selain itu

pula dibutuhkan peranan struktur sosial ekonomi yang mencakup wadah dan

sarana yang mampu mendukung terhadap perbaikan kehidupan ekonomi

masyarakat.

Terwujudnya kehidupan ekonomi seseorang tidak terlepas dari usaha-

usaha manusia itu sendiri dengan segala daya dan upaya yang ada serta

dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong antara lain adanya dorongan untuk

mempertahankan diri dalam hidupnya dari berbagai pengaruh alam, serta

dorongan untuk mengembangkan diri dan kelompok masyarakat, kesemuanya

terlihat dalam bentuk hasrat, kehendak, kemauan baik secara pribadi maupun

yang sifatnya kelompok sosial.

Demikianlah penjelasan tentang kegiatan ekonomi dan begitu pentingnya

kegiatan itu sendiri dalam kehidupan manusia secara integral, yang mana

didalamnya masih terdapat bermacam-macam aspek atau unsur yang saling

terkait satu sama lain.

Adapun bentuk dari aktivitas ekonomi yang dilakukan perempuan lanjut

usia di Pasar Terong sebagai berikut:

Salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan perempuan lanjut

usia adalah berdagang. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan berdagang

adalah merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli

barang untuk memperoleh keuntungan (Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia).

Masyarakat di Indonesia tidak dapat terlepas dari kegiatan berdagang. Hal

ini telah menjadi ciri khas yang sudah turun-temurun diwariskan dari para nenek

moyang dan telah berlaku sejak zaman masa penjajah dulu. Selain itu masyarakat

telah menjadikan kegiatan berdagang menjadi sebuah pekerjaan alternatif guna

memenuhi kebutuhan hidup keluarga seperti penjelasan dari informan (Penjual

Asam) yang berumur 62 tahun sebagai berikut:

Berdagang sebagai salah satu kegiatan yang cukup menyenangkan

terutama bagi masyarakat makassar sendiri. Banyak masyarakat kita

yang lebih memilih berdagang untuk memperoleh uang dan dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya, sekalipun harus mengorbankan banyak

waktu guna melakukan kegiatan tersebut (wawancara, 28 Januari 2012).

Kegiatan berdagang bukan hanya dilakukan oleh kaum pria tetapi kaum

wanita juga dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan aktivitas

berdagang. Hal ini terbukti dari banyaknya kegiatan berdagang yang ada tetapi

lebih di dominasi oleh kaum wanita. Namun bukan hanya itu kaum lanjut usia

pun juga mampu menunjukkan eksistensi dalam melakukan aktivitas berdagang.

Pada masyarakat Makassar kegiatan berdagang dinyatakan sebagai suatu

bentuk nilai perlambangan tukar beli tertentu diantara para pedagang yang

dianggap memiliki nilai nominal yang cukup tinggi. Karena dari kegiatan

tersebut seseorang mampu memperoleh pendapatan yang sekiranya dapat

membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berdagang dapat dijadikan

sebagai sebuah simbol dalam menentukan status sosial artinya pendapatan yang

diperolehnya dapat menjadi tolak ukur tinggi rendahnya status keluarga.

Sebagian masyarakat di makassar menjadi kegiatan ini sebagai sumber

utama untuk bertahan hidup. Kebanyakan dari masyarakat tersebut menganggap

kegiatan berdagang termasuk kegiatan yang mudah dan tidak membutuhkan

keahlian khusus. Hal ini terlihat dari berbagai macam tingkatan strata yang dapat

dijumpai dalam kegiatan tersebut baik golongan bawah, menengah dan bahkan

masyarakat yang tingkat ekonomi bisa dikatakan sangat baik, ikut mengambil

bagian dalam kegiatan tersebut. Selain itu tidak hanya pada srata kehidupan

seseorang melainkan dari segi umur pun dapat dijumpai. Berbagai macam

golongan umur terdapat dalam kegiatan ini baik yang golongan muda maupun

golongan yang berusia lanjut. Keterlibatan golongan lanjut usia pada kegiatan

berdagang bukan suatu hal yang tabu. Hal ini telah menjadi sautu bentuk

kegiatan yang sudah melekat dalam diri yang telah dilakukannya sejak usia anak-

anak serta menjadi turun temurun dari orang tua. Syahruddin mengatakan

bahwa:

Keputusan seorang ibu untuk masuk dalam dunia kerja, dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang memberikan kesempatan mengambil keputusan secara

bebas, faktor-faktor tersebut antara lain tersedianya kesempatan kerja,

jumlah anak yang dimiliki, usia dan keadaan sosial ekonomi (Faisal,

2004:18).

Di lain pihak, perempuan lanjut usia melakukan kegiatan berdagang,

karena didukung oleh faktor ekonomi yang selama ini menjadi momok terbesar

bagi mereka yang hidup dalam keadaan ekonomi lemah atau tergolong dalam

kelompok miskin sehingga salah satu jalan alternatif yang dilakukan guna

mempertahankan hidup adalah dengan bekerja.

Berdagang pada dasarnya adalah wadah dari aktivitas yang

memungkinkan manusia mengekspresikan segala gagasannya, kebebasan

manusia berkreasi, sarana menciptakan produk dan pembentuk jaringan sosial.

Manusia eksis bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain.

Esensi dari proses bekerja tersebut tentunya harus ditopang dengan pendidikan

yang memadai, termasuk pendidikan bagi kaum perempuan sebagai angkatan

kerja produktif dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa.

Penjelasan lebih lengkap informan akan diungkapkan oleh :

Penjual Makanan (60 tahun) menuturkan :

Salah satu alasan bagi seseorang untuk bekerja adalah mencari nafkah.

Namun untuk dapat terwujudnya hal tersebut seseorang perlu untuk

bekerja. Dan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh sebagian

masyarakat adalah berdagang. Dimana berdagang adalah suatu bentuk

kegiatan ekonomi yang sangat mudah dilakukan oleh masyarakat. Selain

itu kegiatan berdagang tidak membutuhkan prosedur yang rumit

terutama bagi kelompok menengah bawah (wawancara, 28 Januari

2012).

Penjual Bawang (berumur 60 tahun) berikut petikan wawancaranya :

Biasanya berdagang dijadikan sebagai salah satu alasan bagi kaum

wanita untuk bekerja. Karena bagi sebagian wanita berdagang adalah

suatu profesi yang membawa keuntungan tersendiri bagi mereka. Seperti

dapat dijadikan sebagai pekerjaan sampingan ataupun pekerjaan utama

oleh sebagian dari mereka (wawancara, 28 Januari 2012).

Bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan perempuan lanjut usia di sektor

informal. Kegiatan ini bukan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki tetapi kaum

perempuan mampu menunjukkan eksistensi mereka dalam dunia kerja.

Melakukan kegiatan di luar rumah bukan semata-mata hanya untuk kepentingan

pribadi saja melainkan masuknya mereka ke rana publik sebagai bentuk

tanggung jawab mereka dalam membantu ekonomi keluarga.

Hal ini tersebut terlepas pada kondisi ekonomi yang berada pada

ketimpangan sosial ekonomi yang mengharuskan mereka berada dan melakukan

sesuatu guna menyeimbangkan keadaan ekonomi keluarga. Namun hal tersebut

pada dasarnya membuat perempuan lanjut usia senantiasa dikesampingkan,

dianggap tidak mampu masuk dalam suatu rana tertentu, yang pada dasarnya

hanya terletak pada sistem yang kemudian menekan kaum wanita lanjut usia

untuk mampu memberdayakan dirinya sendiri. Dalam hal ini dapat dihubungkan

dengan analisis yang dikemukakan oleh Mely G.Tang dan Soeratmo dalam

Dahriani (1995) sebagai berikut:

Mely G. Tang mengemukakan bahwa kehidupan sosial ekonomi sudah

lazim mencakup tiga unsur yaitu pekerjaan, pendidikan dan kesehatan

yang saling terkait satu sama lain.

C. Faktor pendorong dan faktor penghambat perempuan lanjut usia

melakukan aktifitas ekonomi di Pasar Terong.

Melakukan suatu aktvitas atau kegiatan tertentu, bagi semua orang

tentulah didasarkan oleh berbagai hal. Berbagai hal yang dimaksud dapat

dikategorikan sebagai faktor pendorong.

Dalam studi penelitian ini, berdasarkan analisis data lapangan, secara

garis besar terlihat pola keseragaman yang menyebabkan para informan terlibat

dalam aktivitas di sektor informal sebagai pedagang.

Hal-hal yang menjadi faktor pendorong bagi mereka, meskipun secara

spesifik agak berbeda, namun keseluruhan faktor-faktor tersebut berada dalam

satu lingkaran yaitu faktor ekonomi dimana faktor ekonomi di sini dapat

dipisahkan menjadi tiga berdasarkan keadaan suami mereka sebagai kepala

keluarga yang berfungsi mencari nafkah bagi keluarganya. Ketiga hal tersebut

meliputi suami tidak berpenghasilan, suami berpenghasilan, namun tidak tetap

dan suami berpenghasilan tetap, namun tidak mencukupi dalam pemenuhan

kebutuhan hidup keluarga, faktor sosial, faktor psikologis, pendapatan, adanya

kesempatan kerja, serta kemandirian (Emile, 2010).

1. Faktor Ekonomi

Dalam konteks ini keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan di luar

rumah terlebih diakibatkan oleh karena keadaan ekonomi rumah tangga mereka

yang mengharuskan mereka untuk turut serta dalam upaya pemenuhan

kebutuhan hidup keluarganya. Dalam konteks ini kaum perempuan tidak

mengalami pergeseran cara pandang tentang peran dan fungsi mereka yang

menyebabkan mereka merasa berhak untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan di

sektor publik.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap perempuan lanjut

usia yang bekerja sebagai pedagang, diketahui bahwa para informan memilih

faktor ekonomi sebagai salah satu alasan melakukan aktivitas ekonomi di sektor

informal. Hal ini dilakukan karena faktor tersebut merupakan hal terpenting

dalam kehidupan seseorang, tidak terlepas dari usaha yang dilakukan guna

memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Selain itu keterlibatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga

adalah sebagai bagian dari kondisi keluarga mereka yang dimana penghasilan

yang diperoleh tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga

mengharuskan mereka bekerja guna pemenuhan kebutuhan hidup keluarga bisa

terpenuhi.

Menurut penuturan Penjual Ikan Asin (72 tahun) berikut penuturannya:

Kurangnya penghasilan yang diperoleh dalam keluarga mengharuskan

kami bekerja. Masalah ekonomi yang sudah menjadi masalah terbesar

dalam kehidupan setiap orang, terutama bagi kalangan kelompok miskin.

Sehingga untuk dapat bertahan hidup dengan kondisi seperti ini maka

mengharuskan kami untuk bekerja (wawancara, 28 Januari 2012).

Dari pengalaman informan terlihat bahwa perempuan lanjut usia yang

memilih bekerja melakukan aktivitas ekonomi di sektor informal, karena dituntut

oleh keadaan ekonomi yang mengharuskan mereka bekerja guna memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Pemenuhan kebutuhan hidup merupakan salah satu

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan

bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat

dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti

bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka

mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi

pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan

tersebut diperlukan oleh perempuan lanjut usia agar dapat hidup mandiri.

Dimana kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam

Koswara yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik

(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,

sandang, papan, seks dan sebagainya; kebutuhan ketentraman (safety needs)

adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun

batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan

sebagainya; kebutuhan sosial (sosial needs) adalah kebutuhan untuk

bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,

organisasi profesi, kesenian, olah raga, kebiasaan yang sama dan sebagainya;

kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk

diakui akan keberadaannya dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization

needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani

maupun daya pikir berdasarkan pada pengalaman masing-masing, bersemangat

untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

Informan yang lain yaitu Penjual Sayuran yang berusia 63 tahun yang

melakukan kegiatan ekonomi sebagai seorang pedagang sebagai berikut:

Pekerjaan yang hanya sebagai seorang penjual tidaklah cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun penghasilan yang

diperoleh hanya mampu dipergunakan pada hari itu juga. Jadi yang

harus dilakukan untuk dapat bertahan hidup adalah dengan bekerja

setiap harinya (wawancara, 3 Februari 2012).

Selanjutnya Penjual Ikan Masak yang berusia 68 tahun ini menuturkan :

Tentunya karena masalah ekonomi mengharuskan saya untuk bekerja di

luar rumah untuk dapat bertahan hidup. Karena jika saya tidak bekerja,

sekalipun suami saya memiliki pekerjaan. Namun hal itu tidak menjamin

untuk kehidupan saya dan keluarga, sehingga akan lebih baik untuk

sekarang dan kedepannya saya harus bekerja. Oleh karena itu saya

berusaha untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga

(wawancara, 3 Februari 2012).

Pentingnya kehidupan sosial ekonomi itu sendiri dalam kehidupan

manusia secara integral. Selanjutnya kembali pada kehidupan sosial ekonom itu

sendiri, yang mana di dalamnya masih terdapat bermacam-macam aspek atau

unsur yang saling terkait satu sama lain.

Adanya kecenderungan kaum perempuan lanjut usia terjun ke dalam rana

publik bekerja melakukan kegiatan di luar rumah bukan menjadi penghalang bagi

mereka. Menurut feminisme liberal bahwa agar dicapai persamaan antara laki-

laki dan perempuan maka perlu pula perempuan berperan dalam kegiatan dan

mempunyai hak sipil yang sama dengan kaum laki-laki.

Menurut Smelser dan Swedberg, hal yang sangat mendasar bagi ekonomi

dalam memandang hambatan tindakan ekonomi seseorang adalah selera dan

adanya kelangkaan sumber daya, termasuk keterbatasan dalam penguasaan

teknologi (Dasmar, 2009: 45).

Faktor ekonomi merupakan suatu permasalahan yang menjadi ancaman

terbesar dalam kehidupan seseorang. Tidak terlepas pada kondisi dimana ketika

seseorang tidak mampu mempertahankan keadaan ekonomi akibat finansial yang

dimiliki tidak mampu menjadi penopang dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Sehingga yang seharusnya berada pada ruang lingkup domestik saja

harus menempatkan posisi berada dalam lingkup publik. Hal ini terjadi akibat

ketika secara ekonomi kepala keluarga tidak mampu mengangkat perekonomian

keluarga, maka seorang istri pun harus ikut menjadi pencari nafkah dalam

keluarga.

2. Faktor Sosial

Dalam hal ini yang menjadi fokus dalam penelitian terkait dengan faktor

sosial adalah masalah kesehatan. Dimana kita ketahui bahwa kesehatan adalah

salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang perlu untuk

diperhatikan. Proses menuai (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia.

Dalam proses ini , tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia).

Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau

perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan

secara umum ( fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut

usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-

efek tersebut menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik

atau buruk, akan tetapi ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa

penyesuaian diri yang buruk dari pada yang baik dan kepada kesengsaraan dari

pada kebahagiaan, itulah sebabnya mengapa usia lanjut lebih rentan dari pada

usia muda. Sebagaimana penjelasan informan yang berprofesi sebagai Penjual

Bawang (berumur 62) tahun sebagai berikut:

Masalah kesehatan kerap kali menjadi ancaman tersendiri bagi orang

seperti kami. Bukan tidak mungkin jika suatu waktu-waktu kesehatan

kami tidak akan sesehat sekarang ini. Tentunya akan berdampak pada

kelangsungan hidup keluarga kami kedepannya. Karena jika itu harus

terjadi maka hal tersebut akan mengancam kondisi ekonomi keluarga

kami (wawancara, 12 Februari 2012).

Adapun menurut informan yang berprofesi sebagai Penjual Ikan Asin

yang (berumur 74 tahun) berikut penuturannya:

Terkadang yang menjadi kendala bagi kami di usia rentan seperti adalah

masalah kesehatan. Karena jika kondisi kesehatan dan fisik kami tidak

begitu baik maka akan mengganggu kegiatan yang akan dilakukan.

Tentunya yang kami harapkan adalah bagaimana kami ini dapat tetap

sehat dan masih tetap bisa produktif, agar kami dapat hidup dengan

nyaman tanpa ada beban sedikit pun (wawancara, 12 Februari 2012).

Masalah-masalah kesehatan atau penyakit fisik dan atau kesehatan jiwa

yang sering timbul pada proses menua (lanjut usia) diantaranya: Gangguan

sirkulasi darah, gangguan metabolisme hormonal, gangguan pada persendian,

dan berbagai macam neoplasma. Masalah sosial yang dihadapi lanjut usia

(lansia) adalah bahwa keberadaan lansia sering dipersepsikan negatif oleh

masyarakat luas. Kaum lanjut usia sering dianggap tidak berdaya, sakit-sakitan,

tidak produktif dan sebagainya. Tak jarang mereka diperlakukan sebagai beban

keluarga, masyarakat hingga Negara. Perubahan perilaku ke arah negatif ini

justru akan mengancam keharmonisan dalam kehidupan lansia atau bahkan

sering menimbulkan masalah yang serius dalam kehidupannya.

3. Adanya Pemuasaan Diri

Pada kelompok ini motivasi untuk beraktivitas di luar rumah di dorong

oleh karena faktor kebiasaan yang menjadi keseharian kaum perempuan sebelum

berkeluarga. Aktivitas di luar rumah meskipun tidak didasari oleh perubahan cara

pandang dan desakan keluarga mereka secara ekonomi, namun kegiatan-kegiatan

tersebut cenderung memberikan kepuasan batin bagi mereka seperti penjelasan

informan yang berprofesi sebagai penjual Makanan (berumur 60 tahun) berikut:

Kami mau bekerja dari pagi hingga sore hari hanya untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Bagaimana kami ini bekerja keras agar dapat

bertahan hidup dan tidak menjadi sebuah masalah bagi keluarga.

Adanya rasa percaya diri yang besar untuk saya dapat bekerja dan

menghasilkan uang yang membuat sampai saat ini dapat bertahan

(wawancara, 13 Februari 2012).

Adanya pemuasan tersendiri bagi kaum lanjut usia dalam melakukan

setiap kegiatannya. Hal ini dapat terlihat dari sebagian dari para lanjut usia yang

lebih memilih untuk bekerja mencari nafkah tanpa harus menjadi beban dan

masalah bagi anggota keluarga. Sebagaimana penjelasan informan yang

berprofesi sebagai penjual sayuran yang berusia 80 tahun menuturkan

pengalamannya:

Saya bekerja menjadi pedagang itu atas keinginan saya sendiri bukan

karena paksaan dari keluarga saya, keadaan ekonomi yang

mengharuskan saya bekerja di luar rumah sehingga kegiatan apapun

yang bisa saya lakukan dan bias menghasilkan akan saya lakukan

asalkan saya tidak menjadi beban bagi anggota keluarga (wawancara,

13 Februari 2012).

4. Pendapatan

Upah/gaji sebagai imbalan dari hasil kerja para lanjut usia tidaklah tinggi.

Data hasil Sensus Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011 memperlihatkan

bahwa upah yang diterima orang lanjut usia antara Rp.30.000,- sampai dengan

Rp.300.000,-/bulan. Di perkotaan upah/gaji para lanjut usia yang bekerja relatif

lebih tinggi daripada di perdesaan. Namun hal ini tidak berarti lanjut usia di

perkotaan lebih sejahtera daripada lanjut usia di pedesaan.

Adanya upah lanjut usia yang sangat minim jika tidak ditunjang dengan

dukungan finansial dari pihak lain baik anggota keluarga maupun orang lain

tidak dapat berharap bahwa lanjut usia tersebut akan hidup dalam kondisi yang

memprihatinkan seperti penjelasan informan yang berprofesi sebagai (penjual

Ikan Asin) yang berumur 72 tahun sebagai berikut :

Kegiatan yang sehari-hari kami lakukan sebenarnya tidak menjamin

bahwa kehidupan kami akan lebih baik. Karena pendapatan yang kami

peroleh setiap harinya dengan bekerja sebagai seorang pedagang hanya

mampu mencukupi kebutuhan kami pada hari itu juga. Berapapun

pendapatan yang kami peroleh, setidaknya hal itu bisa membantu

keadaan ekonomi keluarga (Wawancara, 13 Februari 2012).

Tingkat pendidikan lanjut usia pada umumnya sangat rendah. Hal ini

berpengaruh terhadap produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diperoleh

juga semakin kecil. Pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan

akan mendorong kemajuan setiap usaha. Dengan kemajuan maka akan

meningkatkan pendapatan, baik pendapatan individu maupun kelompok. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang mempengaruhi

individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan

fisik. Hal ini dipertegas oleh pendapat informan yang berprofesi sebagai Penjual

Tomat (berusia 74 tahun) berikut,

Masalah kesehatan yang kerap kali menjadi masalah bagi seorang lanjut

usia, yang tidak hanya dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental

tetapi dapat pula mempengaruhi segala kegiatan yang dilakukan sehari-

harinya. Tentunya jika hal ini terjadi maka aktivitas untuk mencari

nafkah akan terhambat dan menutup kemungkinan akan mempengaruhi

pendapatan yang diperoleh keluarga (wawancara, 24 Maret 2012).

Maka dalam hal ini para pedagang harus berorientasi pada perolehan

pendapatan tersebut. Perolehan pendapatan tersebut hanya mungkin dilakukan

melalui interaksi antara penjual dan pembeli. Perilaku untuk memperoleh

pendapatan tersebut memerlukan sarana bagi pencapaiannya, misalnya adanya

hubungan yang terjalin antara si penjual dan si pembeli dalam proses jual-beli

tersebut yang dikenal dengan istilah “langganan” sehingga pihak yang terlibat

tersebut terjalin sebuah (keakraban) melakukan interaksi dengan

mengorientasikan perilakunya untuk memperoleh pendapatan. Dengan cara

tersebut pertukaran sosial bisa terjadi (Dasmar, 2009).

5. Adanya Kesempatan Kerja

Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan

sesuatu. Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan sedangkan penghasilan

sering dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Untuk itu agar dapat tetap hidup

manusia harus bekerja. Dengan bekerja orang akan dapat memberi makan dirinya

dan keluarganya, dapat membeli sesuatu, dapat memenuhi kebutuhannya yang

lain (Manning, 1991:350).

Seperti pada penjelasan informan yang berprofesi sebagai penjual

Bawang (berumur 62 tahun) berikut,

Hal ini merupakan suatu keuntungan yang baik bagi lanjut usia serta

keluarga. Karena masih diberikan kesempatan dan keuntungan oleh

pihak yang terkait dalam hal ini untuk membantu meringankan beban

ekonomi keluarga. Terlepas dari pada itu pemerintah juga harus

memperhatikan hal-hal bagi kami sebagai pedagang yang berusia lanjut

tentunya (wawancara, 24 Maret 2012).

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan yang berprofesi sebagai

Penjual sayuran (berumur 63 tahun) berikut penuturannya,

Ketersediaan tempat yang diberikan untuk lanjut usia yang dapat lebih

memudahkan bagi kami dalam bekerja dimana hal ini berkaitan dengan

usia saat ini. Seperti tersedianya tempat kerja yang dapat meringankan

untuk kami jangkau sehingga segala kegiatan dapat dengan mudah kami

lakukan (wawancara, 24 Maret 2012).

Seringkali lanjut usia menemukan kenyataan bahwa sangat sedikit

kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka, walaupun mereka ingin bekerja dan

sanggup untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena pendidikan yang dimiliki

lanjut usia tidak lagi terarah pada pasar tenaga kerja tidak dimasukkan dalam

kebijakan-kebijakan pendidikan yang berkelanjutan. Hal inilah yang

menyebabkan sulitnya lanjut usia bersaing di pasar kerja, sehingga banyak orang

lanjut usia yang tidak bekerja meskipun tenaganya masih kuat dan masih

berkeinginan untuk bekerja.

Hal ini juga sejalan dengan asumsi Poloma yang mengatakan dalam teori

pertukaran dapat digunakan untuk memahami mengapa kelompok berpendidikan

rendah tidak memilih-milih pekerjaan dibandingkan dengan yang lebih tinggi.

Pengalaman masa lampau telah banyak memberikan pelajaran bahwa tidak

memilih-milih pekerjaan akan dapat bertahan hidup (Dasmar, 2009).

6. Adanya Kemandirian

Lanjut usia yang mempunyai tingkat kemandirian tertinggi adalah

pasangan lanjut usia yang secara fisik kesehatannya cukup prima. Dari aspek

sosial ekonomi dapat dikatakan jika cukup memadai dalam memenuhi segala

macam kebutuhan hidup, baik lanjut usia yang memiliki anak maupun yang tidak

memiliki anak seperti penjelasan informan Penjual Tomat (berumur 74 tahun)

berikut ini:

Semangat kerja keras kami yang secara otomatis membuat para lanjut

usia harus hidup mandiri, meskipun di usia yang tidak lagi muda. Hal

tersebut harus saya kesampingkan. Tetapi dengan kemandirian dan kerja

keras itulah saya dapat bertahan hidup dan tidak menjadi beban bagi

keluarga juga orang lain (wawancara, 24 Maret 2012).

Tingginya tingkat kemandirian para lanjut usia diantaranya karena orang

lanjut usia telah terbiasa menyelesaikan pekerjaan di rumah tangga yang

berkaitan dengan pemenuhan hajat hidupnya seperti penjelasan informan yang

berprofesi sebagai Penjual Makanan (berumur 64 tahun) berikut ini:

Kemandirian yang ditanamkan dalam kehidupan lanjut usia seperti kami

sebenarnya disebabkan oleh faktor ekonomi dan tuntutan pemenuhan

kebutuhan primer dan sekunder. Oleh karena itu kami terkondisikan

untuk berjuang semandiri mungkin (wawancara, 24 Maret 2012).

Hal yang sama juga dikatakan oleh informan yang berprofesi sebagai

Sayuran (berumur 80 tahun) menuturkan:

Usia bukanlah penghalang bagi saya untuk dapat bekerja. Hidup mandiri

tanpa berharap belas kasihan dari orang lain adalah hal terpenting bagi

saya. Karena sejak dulu orang tua mengajarkan kepada kami untuk

mampu berjuang dalam kehidupan apapun (wawancara, 24 Maret 2012).

Kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan

mental. Ditinjau dari kualitas kesehatan mental, dapat dikemukakan hasil

kelompok ahli dari WHO yang mengatakan bahwa mental yang sehat

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan/realitas, walaupun realitas

tadi buruk.

b. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya

c. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima.

d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.

Kehadiran perempuan lanjut usia sebagai pelaku sektor perdagangan

(Sektor informal) adalah merupakan suatu bagian dari fenomena sosial dan

ekonomi di masyarakat. Di satu pihak perempuan lanjut usia merupakan suatu

potensi yang melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi masyarakat. Keberadaannya

tentunya membawa antusias tersendiri dan pengaruh positif yang sangat besar,

bukan hanya pada lingkungan keluarga tetapi dalam lingkup masyarakat pun

akan membawa pengaruh.

Perempuan lanjut usia saat ini dapat dengan mudah menjalankan segala

aktivitas ekonomi dalam lingkup sektor informal. Hal ini dapat dilihat dari

keberadaannya di sektor informal khususnya dalam dunia perdagangan, peran

serta fungsinya tidak dapat dianggap remeh oleh sebagian kalangan masyarakat

terutama bagi sebagian kelompok muda yang lebih banyak menguasai akses di

sektor informal. Namun hal itu tidak menjadi ancaman tersendiri oleh sebagian

dari lanjut usia yang memilih bekerja di sektor informal.

Dalam menjalankan kegiatan ekonominya di sektor informal perempuan

lanjut usia ternyata juga dapat menemui hambatan sebagai berikut:

1. Faktor Eksternal yaitu

a) Tentunya keberadaan para pedagang terkadang sering dianggap

melanggar terhadap aturan dan tata tertib keindahan kota.

b) Adanya Petugas Satpol PP yang sering mengadakan penertiban jalan

di lokasi tersebut.

2. Faktor Internal yaitu

a) Masalah ekonomi

b) Masalah kondisi fisik dan kesehatan.

Dalam kedudukan yang demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa

pembangunan infrastruktur di lingkungan tersebut oleh pihak yang terkait

terdapat pula kendala yang diakibatkan oleh keberadaan para pedagang yang

memilih berjualan dengan lapak di sepanjang jalan yang ada di Pasar Terong.

Pedagang kaki lima yang ada di Pasar Terong dalam kegiatannya belum

tertata dengan baik sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap

kenyamanan, keindahan dan kebersihan lingkungan pasar tersebut sehingga

perlu adanya peningkatan pembinaan yang dilakukan oleh pihak yang

berwenang.

Prospek pengembangan suatu usaha tidak terlepas sejauh mana kebijakan

pemerintah mendukung usaha tersebut. Dalam hal ini pihak dari pasar

diharapkan dapat memberikan proteksi yang baik dan mampu menciptakan

situasi kondusif sehingga memungkinkan usaha para pedagang khususnya para

lanjut usia dapat berkembang dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengembangan usaha para

pedagang di Pasar Terong tidak mendapat akses dalam kebijakan ekonomi

seperti halnya dengan usaha-usaha di sektor informal lainnya, dalam arti bahwa

usaha pedagang tidak mendapat perlakuan khusus dalam upaya meningkatkan

kualitas usahanya.

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai lanjut usia di

sektor informal dalam studi aktivitas ekonomi perempuan di Pasar Terong Kec.

Bontoala Kota Makassar, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan perempuan lanjut usia di pasar

terong adalah berdagang. Dimana aktivitas berdagang yang dilakukan

perempuan lanjut usia seperti berdagang sayuran, penjual ikan masak, penjual

makanan, penjual ikan asin, penjual asam dan lain sebagainya. Kegiatan ini

dilakukan oleh perempuan lanjut usia di pasar terong untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga.

2. Ternyata perempuan lanjut usia yang melakukan aktivitas ekonomi di Pasar

Terong tidak terlepas dari pada faktor pendorong dan penghambat. Dimana

faktor pendorong tersebut meliputi faktor ekonomi, faktor sosial, pendapatan,

adanya pemuasan diri, adanya kesempatan kerja serta adanya kemandirian.

Selain karena faktor pendorong adapun faktor penghambat yang dapat ditemui

oleh perempuan lanjut usia dalam melakukan aktivitas ekonomi di Pasar

Terong meliputi faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internal

dalam hal ini adalah masalah ekonomi dan masalah kondisi fisik dan

kesehatan sedangkan pada faktor eksternal yaitu melanggar terhadap aturan

dan tata tertib keindahan kota dan pada masalah adanya petugas Satpol PP

yang sering mengadakan penertiban jalan di Pasar Terong.

B. Saran

Dari hasil pengamatan langsung di lapangan selama penulis melakukan

penelitian di Pasar Terong Kec. Bontoala Kota Makassar, maka saran yang dapat

penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Memperlakukan mereka sebagai objek sekaligus subjek pembangunan, karena

dimana salah satu indikator dalam keberhasilan pembangunan adalah semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk lanjut usia. Dimana mereka

mempunyai harkat dan martabat serta nilai tertentu yang dapat tumbuh dan

berkembang yang pada hakikatnya menjadi kegiatan ekonomi alternatif.

2. Diharapkan agar perempuan lanjut usia yang bekerja di sektor informal dapat

diberi kemudahan dalam berusaha atau berdagang serta penciptaan situasi

yang kondusif bagi kelangsungan usaha mereka.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Teks

Bernardine. 2007. Pelayanan Sosial Berkwalitas Menanggapi Situasi Krisis.

Jakarta: Dewan Nasional Indonesia Untuk Kesejahteraan Sosial

(DNIKS).

Dasmar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Kencana.

Emile, Salim. 2010. Pembangunan berkelanjutan: peran dan kontribusi. Jakarta:

PT. Pustaka Pelajar.

Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan edisi kelima. Jakarta:

Erlangga.

Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi jilid I. Jakarta:

PT. Gelora Aksara Pratama.

Ihromi. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota

IKAPI.

Indrawati, Surachmi. 2009. Perempuan Di Sektor Informal. Universitas

Sawerigading Makassar.

Manning, chris, Effendi & Tadjuddin Noer. 1996. Urbanisasi, Pengangguran

dan Sektor Informal di Kota. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mely G.Tang dan Soeratmo, 1982, dalam Dahriani. 1995, Potret Pedagang Kaki

Lima di Pantai Losari Kotamadya Ujung Pandang (skripsi). Program

Strata Satu Universitas Hasanuddin.

Raymont. 2001. Hidup Sesudah Mati. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

PT. Kencana.

Ritzer, George. 2009. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sethuraman, S.V. 1985. Sektor Informal di Negara Berkembang. Jakarta:

PT.Gramedia.

Soekamto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada.

Sulistiati. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi. Badan

Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia.

Goode, William J. 2007. Sosiologi Kelurga. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

B. Tulisan Ilmiah

Djamal. Dampak Pergeseran Fungsi Keluarga Terhadap Penduduk Lansia di

Kotamadya Ujung Pandang. Skrispi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin. 1998.

Faisal. Perempuan di Sektor Informal terhadap Ekonomi Rumah Tangga (Kasus

Perempuan Pedagang Kaki Lima di Universitas Hasanuddin). Jurusan

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin.

2004.

C. Sumber Buku Metode Penelitian

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Moleong, J. Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

D. Sumber Lainnya

http://www.jurnalhipotesis.blogspot.com/2009/11/perempuan-di-sektor

informal.html 3 Februari 2012.

http:// www.wikipedia2012.com. Diakses 8 Maret 2012.

LAMPIRAN

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan

1 Persiapan Teknis minggu ketiga dan keempat Januari

2012

Persuratan dan konsultasi

pra penelitian

2 Observasi Minggu keempat Januari 2012

3 Wawancara Akhir bulan Januari dan awal

Februari sampai April 2012

4 Analisis data Selama bulan April

5 Kegiatan lain Kegiatan yang berhubungan

dengan penelitian seperti

penyusunan laporan dan

konsultasi dengan dosen

pembimbing

LAMPIRAN

Gambar 1. Penjual Sayuran Umur 63 tahun

Gambar 2. Penjual Bumbu Dapur Umur 62 tahun

Gambar 3. Penjual Makanan Umur 64

tahun

Lampiran 3

CURICULUM VITAE

Nama : Sri Mandayati

Tempat/Tgl. Lahir : Ujung Pandang, 19 Juli 1990

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi Badan : 165

Berat Badan : 55

Alamat : Jl. BTN Minasa Upa Blok N1 No. 7 Makassar

Tlp/Hp : 081 342 60 4444

Pendidikan Formal : Universitas Hasanuddin Tahun Ajaran 2008 sampai sekarang

SMA Negeri 03 Makassar Tahun Ajaran 2005

SMP Negeri 24 Makassar Tahun Ajaran 2002

SDN Mangkura IV Makassar Tahun Ajaran 1997

Orang Tua

1. Ayah

Nama : (Alm) H.M. Amin Ilyas, BE

Pekerjaan : -

2. Ibu

Nama : Mariati

Pekerjaan : Wiraswasta