kualitas udara melcyn.doc

26
yogiearieffadillah The greatest WordPress.com site in all the land! Skip to content Home About ← Politik dan Strategi Nasional (IMPLEMENTASI POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL DALAM BIDANG PEMBANGUNAN NASIONAL) Evaluasi Pencemaran dan Pengolahan Air Limbah Industri → Prosedur Analisa Mengenai Pencemaran Udara Posted on October 11, 2014 by yogiearieffadillah18 Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran. Rusaknya ata semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di suatu daerah juga dapat memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah, pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan. Sementara itu pencemaran di luar ruangan berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri,

Transcript of kualitas udara melcyn.doc

yogiearieffadillah

The greatest WordPress.com site in all the land!

Skip to content Home About Politik dan Strategi Nasional (IMPLEMENTASI POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL DALAM BIDANG PEMBANGUNANNASIONAL)Evaluasi Pencemaran dan Pengolahan Air LimbahIndustri Prosedur Analisa Mengenai PencemaranUdaraPosted on October 11, 2014 by yogiearieffadillah18

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran. Rusaknya ata semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di suatu daerah juga dapat memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah, pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan. Sementara itu pencemaran di luar ruangan berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emisi. Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah, seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia, seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia, yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask ozon. Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu.

Pencemaran udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh daerah perkotaan. Laju urbanisasi yang tinggi, motorisasi dan industrialisasi telah menyebabkan permasalahan pencemaran udara yang serius di kota-kota besar, sehingga menyebabkan pencemaran udara menjadi salah satu ancaman yang serius terhadap kesehatan masyarakat, masyarakat miskin perkotaan, dan produktifitas nasional. Biaya ekonomi yang harus ditanggung Indonesia saat ini diperkirakan sekitar US$400 juta pertahun dalam bentuk kehilangan produktifitas dan biaya kesehatan.Sebagai contoh, di Jakarta sumber pencemaran udara yang utama adalah kendaraan bermotor dan industri, yang mana ), 15% kendaraan bermotor menyumbang sekitar 71% pencemar oksida nitrogen (NO X), dan 70% pencemar partikulat (PM ) terhadap beban emisi pencemaroksida sulfur (SO2 10 total. Biaya ekonomi setiap tahunnya terkait dengan permasalahan kesehatan yang berasal dari pencemaran udara tersebut diperkirakan akan mencapai US$450 juta pada 2015 apabila tidak ada tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan. Untuk mengendalikan pencemaran udara dan melaksanakan mitigasi terhadap dampak yang ditimbulkannya pemerintah melalui berbagai sektor telah menetapkan berbagai undang-undang dan peraturan yang terkait dengan pencemaran udara, misalnya di sektor transportasi, sektor industri,sektor minyak dan gas, maupun di sektor lainnya. Lebih jauh lagi, penerapan undang-undang tentang otonomi daerah memberikan peluang-peluang yang lebih besar bagi pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kota/kabupaten untuk mengambil inisiatif dan mengemban tanggungjawab yang lebih besar untuk mengupayakan pengendalian pencemaran udara di daerah masing-masing. Namun demikian, rendahnya kapasitas dalam mengembangkan program pengelolaan kualitas udara yang komprehensif serta kecenderungan untuk menggunakan peluang ini untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) menyebabkan kurang optimalnya penerapan peraturan-peraturan tersebut, sehingga hingga saat ini tidak mampu menurunkan pencemaran udara di perkotaan. Analisis pencemaran udara ini merupakan kesimpulan dari (i) hasil pengkajian ulang tentang kondisi pencemaran udara saat ini, kecenderungan serta faktor-faktor yang menjadi penyebab pencemaran udara tersebut, dan(ii) hasil dari lokakarya (One-to-one SWOT Workshops) yang dilaksanakan dengan berbagai kementerian. Analisis inimengintegrasikan kesimpulan dari berbagai sektor yang dibagi dalam 5 bagian, yaitu:

1. Penyebab pencemaran udara (faktor-faktor yang secaratidak langsung menyebabkan penurunan kualitas udaraperkotaan).

2. Sumber pencemaran udara (kegiatan manusia yang menghasilkan emisi yang berbahaya).

3. Tingkat pencemaran udara (kontaminasi udara ambien).

4. Dampak pencemaran udara (konsekuensi dari kontaminasi)

5. Kerangka institusi (organisasi pemerintah terkait dengan pencemaran udara perkotaan)

Kesimpulan :

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara juga merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh daerah perkotaan. Laju urbanisasi yang tinggi, motorisasi dan industrialisasi telah menyebabkan permasalahan pencemaran udara yang serius di kota-kota besar, sehingga menyebabkan pencemaran udara menjadi salah satu ancaman yang serius terhadap kesehatan masyarakat, masyarakat miskin perkotaan, dan produktifitas nasional.

Untuk mencegah pencemaran udara gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan untuk kendaraan kita, kurangi mengkonsumsi kendaraan, melakukan gerakan penanaman pohon untuk memperbanyak produksi oksigen, dan mengolah asap pabrik.

~The Chemistries~

Tempat berbagi tulisan tentang kimia dan fiksi

Sabtu, 24 November 2012

[Makalah] ANALISIS CEMARAN UDARA SOx DAN PARTIKULAT PADA SAMPEL UDARA

DISUSUN OLEH :NELVRA SUMARTINIDINA PUTRI A.HANIMATUL K.RESTY CAHYANIJURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2012BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangPerwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient.Mengingat bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan, maka perlu bagi petugas untuk mengetahui berbagai parameter pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumber dan distribusi, dan dampak yang mungkin terjadi juga cara pengendalian, maka diperlukan suatu pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi dampak terhadap kesehatan .Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman ini didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Pada makalah ini akan dibahas SOx dan partikulat pada sampel udara. SOx dan partikulat pada sampel udara merupakan parameter pencemaran udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia.1.2 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui cara atau metode analisis cemaran udara khususnya senyawa SOx dan partikulat pada sampel udara.2. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari cemaran udara khususnya dari senyawa SOx dan partikulat pada sampel udara.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pencemaran UdaraUdara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara / tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah juga atmosfer yang berada disekeliling bumi yang berfungsi sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet (Pohan, 2002).Pencemaran lingkungan merupakan peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya, sehingga mengganggu kesejehteraan manusia salah satu pencemaran lingkungan yang sedang bergejolakpada massa sekarang ini adalan pencemaran udara. Pencemaran udara terjadi jika komposisi zat zat yg ada diudara melampaui ambang batas yana ditentukan. Adanya bahan- bahan kimia yang melampaui batas dapat membahayakan kesehatan manusia , mengganggu kehidupan hewan dan tumbuhan dan terganggunya iklim (cuaca) dengan aktivitas manusia dan kemajuan tekhnologi terutama akibat proses pembakaran bahan bakar diindustri atau kendaraan bermotor, maka banyak gas-gas yang dihasilkan dan bercampur dengan udara sebagai zat pencemar. Bahan kimia yang merupakan zat pencemar udara adalah karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), sulfurdioksida (SO2), oksida nitrogen (NO2), senyawa hidrokarbon, dan partikulat logam berat (Pohan, 2002).Menurut asalnya, pencemaran udar dapat dibagi menjadi dua macam, yakni (Pohan, 2002):a. Pencemaran Udara Alami Adalah : Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat proses-proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.b. Pencemaran Udara Non- Alami Adalah : Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa disadari dan merupakan produk sampinga, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan buangan nuklir.Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yakni (Pohan, 2002) :a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh : 1. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin. 2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik. 3. Proses pembusukan sampah organik, dll.b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh : 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil. 2. Debu / serbuk dari kegiatan industri. 3. Pembakaran zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.2.2 Sulfur Oksida (SOx)Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau (Anonim a, 2012)Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :S + O2 < --------- > SO22 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4. Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet (Anonim b, 2012).2.3 Bahaya SOx Bagi LingkunganSebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SOx) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara. Adanya uap air dalam udara akan mengakibatkan terjadinya reaksi pembentukan asam sulfat maupun asam sulfit. Reaksinya adalah sebagai berikut :SO2 + H2O H2SO3SO3 + H2O H2SO4Apabila asam sulfat maupun asam sulfit tersebut ikut berkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan sehingga pencemaran berupa hujan asamtidak dapat dihindari lagi. Hujan asam ini dapat merusak tanaman, terkecuali tanaman hutan. Kerusakan hutan ini akan mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur. Walaupun konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke lingkungan itu berkadar rendah, namun bila waktu kontak terhadap tanaman cukup lama maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi. Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakan tanaman, terlebih lagi bila konsentrasi SOx di Udara lingkungan dapat dilihat dari timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Kalau waktu paparan lama, maka daun itu akan gugur. Hal ini akan mengakibatkan produktivitas tanaman menurun. Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada systen pernapasaannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena (Pohan, 2002).Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertianyang lebih luas, dalam kaitan dengan masalah pencemaraan lingkungan, pencemarpartikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara (Pohan, 2002).2.4 Macam macam sampling gasDi tinjau dari tujuan dan lokasinya, sampling atau pengambilan contoh udara dapat dibedakan menjadi sampling ambien dan sampling emisi sumber.Sampling ambien bertujuan untuk : Memenuhi dan mematuhi baku mutu udara embien, Menyediakan data untuk evaluasi kualitas udara di industri, Observasi terhadap kecendrungan adanya pencemaran, Menentukan prosedur pencegahan dan penanganan pencemaran, Memantau sumber pencemar spesifik dari proses industri.Sampling emisi sumber bertujuan untuk : Mengetahui besaran emisi pencemar untuk dibandingkan dengan baku emisi, Mengetahui tingkat emisi dari laju produksi / operasi industri, Melakukan pemantauan kinerja alat pencegahan pencemaran.Konsentrasi zat pencemar diudara ambien berkaitan erat dengan waktu dan tempat sehingga penentuan periode danfrekuensi sampling harus memperhatikan jenis dan jumlah sampel sesuai dengan tujuan sampling. Berdasarkan periode dan frekuensi sampling, sampling gas dapat dibedakan menjadi : Sampling kontinyu, yaitu pengukuran secara konstan selama periode pengambilan sehingga dapat fluktuasi data selama pengukuran, Sampling itermitten, yaitu pengukuran dengan mengambil beberapa titik pengukuran dengan interval waktu pengukuran yang konstan, Sampling sesaat (grab), yaitu pengukuran yang hanya dilakukan satu atau dua kali saja, tidak secara kontinyu dan periodik.Teknik sampling yang dikenal dalam aplikasi pengukuran dan analisis udara secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu teknik tangkapan dan teknik pemekatan. Teknik tangkapan yaitu teknik sampling dengan menggunakan sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam kontainer khusus, contoh udara kemudian di analisis di laboratorium dengan instrumen analisis. Teknik pemekatan yaitu sampling dengan memekatkan sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam media tertentu (cairan, reagen kimia, filter), untuk dianalisis di laboratorium. Dengan adanya pemekatan maka konsentrasi sampel dapat dinaikkan tanpa mengubah konsentrasi relatifnya sehingga cocok untuk sampling udar ambien yang konsentrasinya cukup rendah.2.5 Sampling gas SOxMetode pengambilan kontaminan yang terkandung di dalam udara ambien dilakukan dengan menggunakan teknik impinger, teknik ini merupakan teknik sederhana untuk pengambilan sampel gas dengan cara menarik udara terkontaminasi ke dalam larutan penyerap dalam tabung impinger. Dalam penggunaan teknik impinger diperlukan beberapa peralatan, antara lain :1. Pompa HisapPompa ini harus stabil dan tahan korosif. Kestabilan pompa menentukan kriteria data analisis. Dalam penggunaannya digunakan bubble flow meter atau wet test meter. Untuk menarik udara ke dalam tabung impinger diperlukan pompa hisap. Pompa hisap dimodifikasi sehingga mempunyai satu aliran masuk dan satu aliran keluar, dengan sistem vibrasi katub ganda. Potentiometer digunakan untuk mengatur arus yang masuk ke dalam pompa, sehingga dapat mempengaruhi kecepatan penghisapan pompa. Jarum penghisapan potentiometer dapat diatur bertahap beberapa skala sesuai dengan kebutuhan pengambilan sampel. Perubahan skala dapat mengakibatkan perubahan kecepatan penghisapan udara, karena semakin besar skala yang digunakan maka semakin besar pula arus yang masuk ke dalam tabung impinger. Hal ini dapat mengakibatkan kecepatan penghisapan udara semakin bertambah. Di samping itu, kestabilan daya hisap pompa dapat menentukan ketelitian jumlah udara yang diambil.2. Tabung Impinger Tabung ini digunakan sebagai tempat menampung kontaminan udara dengan cara bereaksi terhadap larutan penyerap. Gas kontaminan dalam gelembung-gelembung udara akan bereaksi dengan larutan penyerap di dalam tabung impinger. Oleh karena itu, pada dinding atau batang tegak tabung impinger diberikan sekat-sekat atau tonjolan yang berfungsi sebagai pemecah gelembung udara. Semakin kecil terbentuknya gelembung udara maka semakin baik reaksi yang terjadi.3. Tabung Penghisap Uap AirTabung ini berfungsi untuk menyerap uap air agar tidak menyebabkan korosi pada pompa vakum bila uap air masuk ke dalam pompa hisap. Tabung ini berisi silika gel yang berfungsi untuk menyerap uap air yang ikut terambil pada saat penarikan kontaminan udara ke dalam tabung impinger, sehingga pompa vakum hisap terhindar dari korosif akibat dari masuknya uap air ke dalam pompa vakum hisap. Silika gel yang telah lama digunakan biasanya akan berubah warna menjadi merah muda yang disebabkan oleh kenaikan kandungan air dalam kristal. Untuk dapat mengaktifkan kembali dapat dilakukan dengan memanaskan kembali kristal gel dalam oven pada temperatur 105oC sampai warna silika gel berubah menjadi biru, dan siap untuk digunakan kembali sebagai bahan penghisap air.4. Pengukur Kecepatan Hisap Udara (Flow meter)Peralatan ini digunakan untuk mengukur kecepatan udara yang diambil pada saat pengambilan sampel. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kecepatan udara yang diambil pada saat pengambilan sampel. Flow meter yang paling sederhana adalah bubble soap meter. Dengan alat ini, kecepatan udara dapat diukur berdasarkan jarak tempuh gelombang udara yang ditiup dari pompa dalam satuan waktu tertentuPengambilan sampel SOx gas dilakukan dengan menggunakan midget impinger. Tabung impinger berfungsi sebagai tempat larutan penyerap gas SOx (pereaksi Saltzman). Adapun waktu yang diperlukan untuk setiap pengambilan sampel didasarkan pada perubahan warna pereaksi Saltzman (dari tidak berwarna menjadi warna merah, yaitu selama 10 menit atau lebih. SOx yang telah diambil kemudian diukur volumenya dan dibaca adsorbannya pada spektroftometer dengan panjang gelombang 550 nm, selanjtnya ditentukan hasil kali konsentrasinya. Nila konsentrasi SOx pada konriol ini akan digunakan sebagai standar atau acuan terhadap penuruna konsentrasi CO dan SOx . pengambilan sampel awal dilakukan dengan menggunakan tabung adsorbsi yang berisi glasswool tetapi tanpa media adsorpsi. Gas CO merupakan hasil utama dari buangan gas buangan kendraan bermotor sedangkan SOx merupakan hasil sampingan. Konsentrasi gas SOx dalam gas buang pada saat kendraan bermotor dalam kondisi stasioner adalah relatif kecil. Konsentrasi SOx akan meningkat secara signifikan seiring penambahan Rpm dan ;peningkatan suhu mesin.BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Midget impinger, tabung penyerap, Low Volume Air Sampler (LVAS), Pompa penghisap udara (Vaccum pump), flowmeter, Thermometre, Hygrometer, Sound Level Meter, Anemometer, Stopwatch, Hand Tally Counter, Desikator, Botol / wadah sampel dan penutupnya serta Plastik polietile, timbangan analitik, Pinset, Spektrofotometer UV VIS dan kuvet, Pipet serta Labu ukur 100 ml, labu Erlenmeyer 100 ml dan 250 ml, Labu ukur 50 ml dan Pipet mikro 1000 l. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah absorber SO2, dan aquadest, larutan induk natrium metasulfit (N2S2O5), Larutan standar natrium metasulfit, Larutan Pararosanilin hidroklorida (C18H17N3.HCL) 0,2%, Larutan indicator kanji, Larutan Formaldehyde (HCHO) 0,2 %, Larutan asam sulfanilic 0,6%, dan Larutan Iodin 0,1 N.3.2 Cara Kerja 3.2.1. Sampling Udara Ambient Pada tahapan pengambilan udara dilakukan tahapan persiapan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan sampel udara ambient yaitu tahap pembuatan larutan penyerap (Absorber) NO2, SO2 dan NH3; Persiapan Filter; dan Pengkalibrasian Pompa Penghisap Udara. Untuk tahap pembuatan larutan penyerap SO2 yang perlu disiapkan adalah larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M dilarutkan dalam 10,86 gram merkuri (II) klorisda (HgCl2) dengan 800 ml air suling kedalam gelas piala 1000 ml. kemudian ditambahkan berturut-turut 5,69 gram Kalium Klorida (KCL) dan 0,066 gram EDTA (HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2.2H2O dan kemudian diaduk dampai homogen. Baru setelah itu dipindahkan dalam labu ukur dan diencerkan hingga batas tera. Untuk tahap pembuatan larutan penyerap SO2, dimulai dari pembuatan larutan induk N-1-naftil-etilen-diamin-dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2) 0,1% .Lalu dilarutkan 0,1 gram NEDA dalam labu ukur 100 ml dengan air suling sampai batas tera dan disimpan dalam lemari pendingin. 3.2.2. Penetapan SO2 Dalam Udara Dengan Metode PararosanilinPada tahap ini dilakukan empat hal, yaitu standarisasi larutan stok MBS, pembuatan kurva kalibrasi, pengukuran sampel dan perhitungan. Untuk standarisasi larutan stok MBS, dilakukan dengan mengambil 10 ml larutan stok MBS ke dalam Erlenmeyer 100 ml, lalu ditambahkan 10 ml air suling dan 1 ml indikator kanji. Dan titrasi dengan larutan iodine 0,025 N hingga timbul warna biru. Lalu dihitung nilai N larutan stok MBS dimana konsentrasi larutan MBS setara dengan (32 x N MBS X 1000) g SO 1/ml. Namun, pada percobaan ini, standarisasi telah dilakukan sebelumnya sehingga tidak perlu dilakukan tahapan ini. Begitu pula dengan pembuatan kurva kalibrasi yang menggunakan data base. Sedangkan tahap untuk pengukuran sampel dilakukan dengan memindahkan sampel ke dalam labu ukur 25 ml, kemudian ditambahkan masing-masing 1 ml larutan asam sulfanilic 0,6% dan tunggu dampai 10 menit. Setelah itu, ditambahkan 2 ml larutan formaldehid 0,2 % dan larutan pararosanilin sebanyak 2 ml, lalu ditempatkan hingga batas tera dengan larutan TCM, baru kemudian sampel dianalisis menggunakan Spektrofotometer dengan panjang gelombang 550nm.Rumus untuk menghitung kadar SOx di udaraC= a/V x 10/25 x 1000

C = Konsentrasi SO2 di udara (g/Nm3)

a = jumlah SO2 dari sampel uji dengan melihat kurva kalibrasi (g)V = Volume udara pada kondisi normal (L)

10/25 = faktor pengenceran

1000= konversi liter (L) ke m3

BAB IVPEMBAHASANNo Parameter Konsentrasi hasil pengukuran (g/ml) Volume udara (L) Konsentrasi di udara (g/Nm3) SO2 -8.9485 -8.49826. Hasil pengukuran SO2 Berdarasarkan data, hasil penghitunga SO2 di udara menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini menujnukkan bahwa kadar dan SO2 di udara tidak terdefenisikan oleh instrumen. Nilai tersebut dapat terjadi karena nilai gas tersebut berada di luar kemampuan perhitungan instrumen, dapat lebih kecil dari batas minimum atau lebih besar dari batas maksimum. Kadar zat pancemar tersebut diukur berdasarkan baku mutu kualitas udara. Zat yang tidak temasuk ke dalam baku mutu atau memiliki nilai yang lebih tinggi dari nilai baku mutu dinyatakan bahwa zat tersebut memiliki kualitas udara yang tercemar.

Untuk data jumlah partikulat yang didapat disajikan pada tabel di bawah ini:

Untuk data jumlah partikulat yang didapat disajikan pada tabel di bawah ini:No Sampel Ulangan Bobot (gram) Bobot Rata-rata (g) Volume Udara (L) Kadar Debu total di Udara

1) Filter Blanko Awal 1 0,4750 0,4753 113,55 6.17 x 10-6 mg /L

2) 0,4753

3 0,4755

2 Filter Sampel Awal 1 0,4735 0,4738

2 0,4738

3 0,4740

3 Filter Blanko Akhir 1 0,4751 0.4753

2 0,4753

3 0,4754

4 Filter Sampel Akhir 1 0,4805 0.4802

2 0,4800

3 0,4801

Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat jumlah partikulat rata-rata pada sampel dan blanko pada awal dan akhir sampling. Dari data di atas kita dapat melihat bahwa bobot filter dan blanko tidak berbeda jauh yaitu berada pada kisaran 0,47 0,48 gram. Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes, dan fog. Debu adalah zat padat berukuran antara 0,1-25 mikron, sedangkan fumes adalah zat padat hasil kondensasi gas yang biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair. Dengan demikian fumes berukuran sangat kecil, yakni kurang dari 0,1 mikron. Asap adalah karbon (C) yang berdiameter kurang dari 0,1 mikron, akibat pembakaran hidrat karbon yang kurang sempurna, demikian pula halnya dengan jelaga. Jadi partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa oleh angin. Sumber artificial debu terutama adalah pembakaran., abu pembakaran batu bara, minyak bumi dan lainya yang dapat menghasilkan jelaga. Sumber lainnya antara lain adalah segala proses yang menimbulkan debu seperti pabrik semen, industri metalurgi, industri konstruksi, industri bahan makanan, dan juga kendaraan beromotor.

BAB VPENUTUP5.1 Simpulan

Jumlah partikulat sampel lebih tinggi daripada blanko, sebab banyaknya kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Pengukuran terhadap SO2 menunjukkan hasil negatif.

Daftar pustakaAnonym a, 17 juni 2012 chemistry.org/artikelkimia/kimialingkungan/dampak pencemaran udara oleh belerang oksidasox

Achmad. R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi. Yogyakarta

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. Analisis Kualitas Udara Ambien Partikel Debu (TSP). SNI 19-7119.3-2005. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara. SNI 19-7119.9-2005. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Pohan, nurhasmawaty, 2002, pencemaran udara dan hujan asam, fakultas teknik program studi teknik kimia universitas sumatera utara