Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB
Transcript of Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB
*Korespondensi:
Program Studi Ilmu Pemerinatah, FISIP, Universitas Brawijaya
Jalan Veteran, Malang 65145.
Email: [email protected].
189
Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
Tia Subekti*
Abstract
This Management of natural resources in Indonesia today often presents pros and cons, even
friction among several groups such as government, private, community. The different interests
among them have become the main trigger of conflict. One of the conflicts occurs between Samin
tribes and PT. Semen Indonesia (Indonesia Cement Factory) which also involve the country in
terms of local government. Tribal society of Samin fights for the establishment of a cement factory
in their region. In this paper, the author attempts to see what the trigger of these conflicts is, how
models of resistance by Samin tribe do, and what the impacts of the conflict are. Using the
Dahrendof’s conflict theory, this article ultimately refers to the three final results. First, the
conflict occurs because of the dualism among the interests of tribal Samin society, cement factory,
and local governments. Second, Samin tribe fights through legal mean, movement, and social
media. Third, the conflict eventually leads to a change in the order of tribal Samin society, namely
changing in the economic structure as well as the emergence of internal divisions within the own
Samin society.
Keywords: natural resource; conflict; Samin; resistance
Abstrak Pengelolaan sumber daya alam di indonesia saat ini kerap menghadirkan pro kontra dan gesekan
diantara beberapa kelmpok kepentingan seperti pemerntah, swasta, dan komunitas. Adanya
perbedaan kepentingan diantara mereka menjadi dasar utama munculnya konflik. Salah satunya
adalah konflik antara suku samin dengan PT. Semen Indonesia yang melibatkan pula negara
dalam hal ini pemerintah daerah. Masyarakat suku samin melakukan perlawanan atas berdirinya
pabrik semen di wilayah mereka. Dalam tulisan ini, penulis berupaya melihat hal apa yg
melatarbelakangi konflik, bagaimana bentuk perlawanan masyarakat suku Samin, serta apa
dampak yg terjadi akibat konflik tersebut. Dengan menggunakan kacamata teori konflik
Dahrendof tulisan ini pada akhirnya merujuk pada tiga hasil akhir. Pertama, konflik terjadi karena
adanya dualisme kepentingan antara masyarakat suku Samin dengan perusahaan semen dan
pemerintah daerah. Kedua, masyarakat suku Samin melakukan perlawanan malalui jalur hukum,
pergerakan, dan media sosial. Terakhir, konflik ini pada akhirnya memunculkan perubahan
tatanan dalam lingkungan masyarakat suku Samin, yakni perubahan struktur ekonomi serta
munculnya perpecahan internal didalam masyarakat samin sendiri.
Kata kunci: sumber daya alam; konflik; Samin; resistensi
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
190
Pendahuluan
Tulisan ini akan membahas tentang konflik agraria yang terjadi antara masyarakat
dengan perusahaan tambang. Sebagai negara agraris potensi terjadinya konflik agraria di
Indonesia cukup besar. Beberapa konflik perebutan lahan perkebunan, lahan pertanian
hingga perebutan kawasan hutan pernah terjadi di Indonesia. Konflik yang terjadi
seringkali melibatkan masyarakat petani lokal, bahkan masyarakat adat. Tulisan ini fokus
pada pembahasan tentang konflik antara Suku Samin dengan PT. Semen Indonesia.
Terdapat empat alasan yang melatarbelakangi penulis mengambil tema ini.
Pertama, konflik ini menyajikan kontradiksi kepentingan antara negara dan masyarakat
adat. Pemanfaatan kekayaan di Indonesia kerap kali memunculkan gesekan-gesekan
dengan masyarakat adat. Kedua, konflik ini melibatkan banyak aktor yang bermain, yakni
masyarakat adat, pemerintah, dan pihak swasta yang masing-masing memiliki tujuan dan
kepentingan yang berbeda. Ketiga, konflik ini dapat dijadikan kacamata bagi konflik-
konflik serupa di Indonesia. Perjuangan masyarakat Samin dapat dikatakan cukup besar
dan teroganisir ketimbang perlawanan suku-suku adat yang lainnya. Keempat, melaui
masalah ini kita dapat belajar tentang bagiamana konflik ditengah masyarakat kita terjadi
sebagai dorongan adanya perubahan tatanan sosial di masyarakat.
Suku Samin adalah salah satu contoh masyarakat adat Indonesia yang masih hidup
dengan mempertahankan kearifan lokal. Suku Samin terletak di Jawa Tengah dan
mendiamin sebagian wilayah Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora. Saat ini masyarakat
Samin tengah menjadi sorotan banyak pihak karena aksi perlawananya terhadap PT.
Semen Indonesia atas pembangunan wilayah pabrik Semen di kawasan Pegunungan Karts
Kendeng yang merupakan tempat tinggal dari Suku Samin. Pegunungan Karts Kendeng
merupakan pegunungan gamping yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan semen. Sehingga area ini menjadi incaran perusahaan semen di Indonesia.
Namun, disisi lain kawasan ini merupakan kawasan sumber mata air dan kawasan
pertanian seluruh warga samin. Inilah kemudian yang memantik munculnya konflik
antara suku Samin dengan PT. Semen Indonesia. Adapun alur konflik tersebut kurang
lebih terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1. Periodisasi Konflik Samin vs Semen
2006 2009 2010 2014 2015
PT Semen
Gresik akan
membangun
Pabrik di
Kecamatan
Sukolilo, Kab.
Pati Warga
Samin menolak
karena dianggap
Orang Samin
memenangi
gugatan di
PTUN hingga
MA, dan PT
Semen Gresik
Indonesia
mundur dari Pati
dan pindah Ke
Group
Indocement
masuk Pati
dengan rencana
pabrik di Kec.
Kayen dan
Tambakromo,
tetangga desa
PT Semen
Indonesia
berhasil masuk
Rembang dan
Mendirikan
pabrik.
Sebagian warga
Pati dan
Perlawanan
terus
dilakukan
oleh
orangorang
Samin.
Melalui aksi
Demo,
mencari
Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
191
Sumber: Hasil olahan penulis dari film dokumenter Samin vs Semen diakses melalui
laman youtube.com
Konflik saat ini telah memasuki tahun kesepeluh. Perjalanan panjang konflik
tersebut sejalan dengan semakin kritisnya kondisi Pulau Jawa. Kompas menyebut dalam
salah satu beritanya:
“Pulau Jawa saat ini dinilai sangat kritis jika dilihat dari buruknya daya dukung
lingkungan dan tingginya konflik agraria. Namun, izin-izin penambangan masih terus
diberikan dengan mengonversi daerah tangkapan air, hutan, dan kawasan pertanian.”
(Kompas, 2015).
Sebagian wilayah di Pulau Jawa telah menjadi incaran pendirian pertambangan.
Catatan Laporan penelitian Jaringan Advokasi Tambang hingga 2013 telah mencatat
adanya 76 izin tambang di Pulau Jawa. Jumlah tersebut menyebar di 23 kabupaten, 42
kecamatan, dan 52 desa dengan total konsesi tambang karst 34.944,90 hektar. Sejumlah
perusahaan semen dari dalam dan luar negeri yang telah dan siap masuk di Jawa adalah
Siam Cement (Thailand) di Jawa Barat, Semen Merah Putih (Wilmar) di Banten,
Ultratech di Wonogiri, dan Jui Shin Indonesia di Jawa Barat. Adapun Semen Puger akan
beroperasi di Jember, dan Semen Panasia di Jawa Tengah (Kompas, 2015). Ironinya
Pulau Jawa merupakan pulau terpadat terpadat di Indonesia. Pusat pemerintahan,
pendidikan, hingga industri berlokasi di Pulai Jawa. Terdapat 1.057 jiwa per kilometer
dan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Tidak heran jika
kondisi ini kemudian memunculkan adanya konflik antara masyarakat akan masuknya
industry ekstraktif di pulau Jawa (Kompas, 2015). Terlebih lagi, pulau jawa memiliki
lahan yang subur untuk pertanian. Didukung dengan profesi masyarakat yang sebagian
besar adalah petani. Tak pelak konflik agrarian antara petani dan petambang tak bisa
dihindari.
Beberapa argument pokok pada bagian ini telah mengantarkan penulis kepada tiga
pertanyaan penelitian yang akan menjadi fokus kajian penulis. Pertama, Mengapa terjadi
konflik antara suku Samin dengan PT. Semen Indonesia? Kedua, Bagaimana konflik yang
terjadi antara suku Samin dengan PT. Semen Indonesia? Ketiga, Apa perubahan sosial
yang dihasilkan selama konflik berlangsung? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
penulis akan menggunakan teori konflik Ralf Dahrendof sebagai pisau analisisnya.
mengancam
pertanian dan
mata air
Kec. Gunem
Kab. Rembang
orang-orang
Samin
Rembang dan
masyarakat
Samin terus
melakukan
perlawanan
dukungan,
dan
perjuangan
melalui jalur
hukum
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
192
Membaca Konflik Dari Kacamata Ralf Dahrendof
Menurut Dahrendof pada awalnya masyarakat terdiri dari suatu struktur yang telah
terlembaga dengan baik. Masyarakat telah membentuk sebuah tatanan sosial sebagai
sebuah organisasi yang ditandai dengan adanya hubungan kekuasaan dengan perangkat
perananya masing-masing. Dalam hubungan ini terdapat hubungan wewenang normative
dimana posisi tertentu diakui dan mempunyai hak normative untuk menguasai pihak-
pihak lain. Kemudian kekuasaan dan kewenangan tersebut disebut oleh Dahrendof
sebagai sesuatu yang langka sehingga sangat berpotensi memunculkan pertikaian dan
pada akhirnya menjadi sumber utama munculnya konflik. Kemunculan konflik
mendorong adanya perubahan pada pola-pola yang sebelumnya telah terlembaga
(Soekanto, 1988: 77-78).
Pada sebuah tatanan sosial yang telah terlembaga tersebut terdapat dua tipe peranan
dasar, yakni yang berkuasa dan yang dikuasai. Dimana peranan yang berkuasa
mempunyai kepentingan untuk mempertahankan keadaan dan yang dikuasai
berkepentngan untuk membagi kembali kekuasan atau wewenang. Perbedaan
kepentingan ini pada waktu tertentu akan terus meningkat sehingga terjadi polarisasi
dalam tatanan masyarakat yang kemudian membentuk dua kelompok yang bertentangan.
Masing-masing kelompok akan terus memperjuangkan kepentingannya masing-masing.
Sehingga konflik dikatakan sebagai sumber perubahan sosial pada sistem-sistem sosial
(Soekanto, 1988: 78).
Dahrendof mengasumsikan konflik sebagai proses yang timbul dari
kekuatankekuatan yang bertentangan dalam struktur sosial. Konflik tersebut didorong
oleh berbagai kondisi structural. Penyelesaian konflik bisa jadi menimbulkan munculnya
konflik lain antara kekuatan yang salin bertentangan. Dominasi kekuasaan oleh salah satu
pihak menjadi sumber utama konflik. terlebih ketika kekuasaan tersebut telah disahkan.
Hubungan antara pihak yang dominan dengan pihak yang dikuasi menyebabkan adanya
oposisi kepentingan (Soekanto, 1988:80). Sedikitnya terdapat Sembilan proposisi yang
diajukan oleh Dahrendof (Dikutip Soekanto, 1988: 80-81) sebagai berikut:
1. Semakin besar anggota kelompok menyadari kepentingan tujuan mereka, semakin
mungkin konflik terjadi.
2. Semakin besar kondisi praktik, sosial, dan politik pada organisasi dipertemukan,
semakin besar intensitas konflik terjadi.
3. Semakin besar distribusi pada otoritas dan rewards yang lain diasosiasikan satu
dengan yang lainnya, semakin besar intensitas konflik.
4. Semakin lemah mobilitas antara kelompok super dan sub-ordina, semakin besar
intensitas konflik.
5. Semakin lemah kondisi praktik, sosial, dan politik pada organisasi dipertemukan,
semkain keras konflik terjadi.
Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
193
6. Semakin besar perampasan pada penaklukan pada distribusi pada pergeseran manfaat
atau keuntungan dari kelompok absolute ke relative, semakin besar kekerasan konflik
terjadi.
7. Semakin lemah kemampuan pada kelompok konflik untuk membangun perjanjian
peraturan, semakin besar kekerasan konflik terjadi.
8. Semakin besar intensitas konflik, semakin besar struktur berubah dan terjadi
regenerasi pada organisasi.
9. Semakin keras konflik terjadi, semakin besar tingkat perubahan pada struktur dan
reorganisasi.
Teori konflik Dahrendof sangat tepat digunakan untuk melihat konflik Samin.
Masyarakat Samin pada awalnya hidup dalam sebuah tatanan masyarakat yang sudah
terorganisir dengan baik. mereka hidup dengan mempertahankan kearifan lokal dan
bergantung pada alam. Semua masyarakat Samin berprofesi sebagai petani sehingga
mereka sangat bergantung pada sumber mata air. Sampai kemudian datanglah perusahaan
Semen dengan berkantongkan ijin dari pemerintah hendak mendirikan pabrik semen
diwilayah mereka. Merasa kehidupan mereka terancam, warga saminpun melakukan
perlawanan yang melahirkan konflik ini. konflik ini pada akhirnya menhasilkan pola baru
dari organisasi sosial. Pola baru ini mencakup hubungan antara yang berkuasa dengan
yang dikuasai yang menimbulkan serangkaian peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
terjadinya konflik dan merubah pola-pola organisasi sosial (Soekanto, 1988: 82).
Sedikitnya terdapat empat hal pokok dalam masalah ini yang dapat dilihat dari
kacamata teori Dahrendof. Pertama, konflik terjadi karena adanya peletakan struktur baru
di tengah struktur masyarakat yang sudah mapan. Terlihat adanya penggunaan kekuasaan
atas pihak-pihak yang berkuasa. Kedua, konflik terjadi karena ketimpangan kepentingan
antara masyarakat samin dengan PT. Semen Indonesia. Ketiga, konflik ini melahirkan
perubahan di tengah masyarakat, salah satunya terpecahnya masyarakat menjadi kubu pro
semen dan pro petani.
Perbedaan Kepentingan: Samin Vs Semen
Pemicu utama munculnya konflik menurut Dahrendof adalah adanya perbedaan
kepentingan antara masing-masing pihak. Begitu juga dengan kasus ini, konflik terjadi
sebagai akibat dari perbedaan kepentingan atas pemanfaatan sumber daya alam yang
tersimpan di kawasan pegunungan Karts kendeng. Pegunungan Kendeng Utara meliputi
empat wilayah yakni Kabupaten Kudus, Pati, Rembang, Blora, Bojonegoro, dan Tuban.
Pegunungan Kendeng Utara terdiri dari jajaran gua-gua dan kebanyakan ditumbuhi oleh
pohon jati. Jajaran gua di Pegunungan kendeng menyimpan potensi sumber mata air yang
dimanfaatkan oleh warga di sekitarnya. Selain menyimpan potensi mata air, pegunungan
kendeng merupakan kawasan Karts yang menyimpan potensi batuan gamping. Potensi
sumber mata air di wilayah pegunungan kendeng dimanfaatkan sedikitnya 91.688 jiwa di
kecamatan Sukolilo dan 73.051 jiwa di kecamatan Kayen. Mata air di pegunungan
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
194
Kendeng merupakan sumber pengairan 15.873,900 ha sawah di kecamatan Sukolilo dan
9.603,232 ha di kecamatan Kayen (Argajalidri.org.com).
Dalam kasus ini terdapat tiga aktor utama yang menjadi pemain inti. Pemetaan
aktor dalam konflik akan membantu kita untuk lebih mudah membaca kepentingan yang
diperjuangkan dalam konflik ini. Ketiga aktor tersebut adalah:
Gambar 1: Aktor yang Terlibat dalam Konflik Samin vs Semen
KONFLIK
Dari sudut pandang suku samin, kepentingan mereka adalah berusaha
mempertahankan kelestarian pegunungan kendeng dari aktivitas penmbangan.
Pegunungan Kendeng memiliki fungsi vital bagi masyarakat Samin (Twitter @IPB
Peduli Petani) diantaranya adalah:
1. Cekungan air tanah pegunungan Karts ini mampu menyimpan air cadangan untuk
musim kemarau selama 3-4 bulan.
2. Menghasilkan >300 sumber mata air untuk sungai bawah tanah.
3. Terancam hilang jika pabrik semen dibangun
4. Pertanian bergantung pada pegunungan Kendeng
5. 44,75% PAD Rembang ditunjang dari sektor pertanian.
6. Kekeringan, pengangguran, krisis air bersih mengancam masyarakat sekitar
pegunungan kendeng.
Suku Samin memang berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Ditengah
hiruk pikuk kehidupan modenrnisasi yang menyentuh tanah jawa. Sedulur Sikep Samin
tetap konsisten memegang nilai-nilai peninggalan leluhur. Menurut Gunarti salah satu
pengikut Samin. Warga samin hanya ingin bertani, butuh air butuh tanah. Selain untuk
pengairan sawah masyarakat sangat bergantung pada air untuk kehidupan sehari-hari, dan
untuk pakan ternak. Potret kehidupan masyarakat samin mengajarkan kita untuk hidup
berdamai dengan alam. Manusia hidup membuthkan alam dan hasil-hasil bumi. Oleh
karena itu apa jadinya jika alam dirusak oleh manusia sendiri. Masyrakat Samin
memikiran jauh kedepan. Mereka memikirkan bagaimana kehidupan anak cucu mereka
kelak jika sumber mata air semakin menghilang.
PT. Semen
Indonesia
pemeri ntah
Suku samin
Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
195
Sebaliknya, dari sudut pandang PT. Semen potensi kandungan batuan gamping di
kawasan Kendeng Utara memang sudah sejak lama menjadi incaran mereka. PT.
Semen Gresik yang beroperasi di Gresik merupakan salah satu perusahaan yang
paling dekat dengan wilayah tersebut dan telah lama berupaya untuk menawarkan
kerjasama dengan pemerintah kabupaten Pati. Pada tahun 2005 PT. Semen gresik
menawarkan investasi modal sebesar Rp. 3,5 triliun kepada Pemda Pati untuk mendirikan
pabrik semen baru di wilayah Jawa Tengah. Rencana pendirian pabrik semen tersebut,
secara administratif, meliputi empat kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Gabus, dan
Margorejo, yang tarbagi dalam empat belas desa dengan total luas kebutuhan lahan 1.350
hektare. Lahan seluas 1.350 hektare tersebut nantinya akan digunakan oleh PT Semen
Gresik sebagai lahan penambangan batu kapur (700 hektare), lahan penambangan tanah
liat (250 hektare), pabrik untuk produksi semen (85 hektare), dan infrastruktur
transportasi/jalan (85 hektare) serta penunjang kegiatan (230 hektare) (Laksana, 2013).
PT. Semen Indonesia memiliki kepentingan untuk penambahan area baru
pertambangan. Selama ini PT. Semen Gresik telah beroperasi di Daerah Gresik dan
Tuban. Kemudian mereka ingin memperluas wilayah pertambangan hingga memasuki
wilayah Rembang dan Pati. Hal ini jelas tidak lepas dari potensi gamping yang berada di
kawasan pegunungan kendeng yang dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi
perusahaan. Pembukaan area tambang baru bisa dimaknai sebagai pembukaan
ruangruang baru oleh perusahaan agar dapat tetap mempertahankan produksinya.
Mengingat industry pertambangan membutuhkan waktu yang lama untuk pemulihan atau
recovery maka salah satu jalan tetap terjaganya produksi perusahaan adalah dengan jalan
pembukaan ruang-ruang produksi baru. Ironinya pembukaan ruang produksi identik
dengan kegiatan pengrusakan lingkungan.
Produksi dalam bentuk apapun akan menimbulkan detsruksi (Gorzt, 2005). Tidak
hanya alam, detsruksi juga muncul di dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat.
Penambangan Semen di wilayah pegunungan kendeng mengancam kelestarian kawasan
pegunungan kendeng. Kegiatan produksi pertambangan seringkali bermasalah dengan
AMDAL. Selain itu juga mengancam kehidupan sosial masyarakat Samin.
Sementara dari sudut pandang pemerintah mengklaim bahwa pemberian ijin
penambangan kepada PT. Semen Indonesia oleh Pemerintah Kabupaten Pati sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi alam yang
dimiliki oleh daerah. Pada tanggal 8 Desember 2014 Bupati Pati Haryanto memberikan
izin penambangan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor. 660.1/4767/ tahun 2014
tentang izin lingkungan. Pemerintah ingin membawa perubahan Pati yang lebih baik
melalui pembukaan investasi kepada PT. Semen Indonesia.
Bupati memiliki kewenangan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan di
wilayah Kabupaten Pati. Termasuk upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
pembukaan investasi dengan PT. Semen Indonesia. Dalam pandangan Dahrendof, konflik
merupakan cerminan dari tempat beradanya peranan pada asosiasi yang terkoordinasi
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
196
secara imperative dan dalam hubungannya dengan wewenang (Soekanto, 1988: 76).
Jabatan strukturalis yang dimiliki oleh seorang kepala daerah, memberikan legitimasi
yang kuat bagi mereka untuk menggunakan wewenangnya. Masalahnya adalah
kekuasaan bupati kini berbenturan dengan kekuasaan masyarakat Samin yang mengklaim
wilayah tersebut sebagai tanah mereka. Dalam konsep demokrasi, kekuasaan berada di
tangan rakyat. Inilah yang dijadikan pijakan bagi masyarakat samin untuk
memperjuangkan nasib mereka.
Selain memberikan dukungan melalui pemberian izin tambang, sikap pemerintah
dalam memberikan dukungan terhadap aktivitas penambangan terlihat dengan
diturunkannya TNI dan ABRI untuk memberikan kawalan penuh ketika para perusahaan
semen hendak mendatangi lokasi pertambangan. Mereka menghalau warga yang
berusaha untuk menghalangi mobil perusahan yang membawa alat berat menuju lokasi.
Bahkan tidak segan mereka melakukan kekerasan dengan menyeret warga samin supaya
meninggalkan lokasi. Beberapa kali mereka juga mengintimidasi warga dengan
memberikan ancaman penjara jika warga tetap melakukan aksinya (Film dokumenter
Samin vs Semen).
Dukungan terhadap industry semen juga diungkapkan oleh Bupati Rembang H.
Abdul Hafid. Ia terlihat memberikan himbauan kepada warga samin agar tidak
terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak jelas dasar pijakannya. Bupati rembang
mengutarakan bahwa pihak pemerintah menggunakan aspek hukum dan sosial dalam
menentukan arah kebijakan pembangunan. Ia khawatir masalah ini akan menggangu
perkembangan investasi di Rembang (Sindonews, 2014).
Dari hasil penjabaran kepentingan masing-masing pihak diatas. Kita dapat
menyedehanakan dualisme kepentingan dalam masalah ini dengan mengilustrasikannya
melalui gambar dibawah ini:
Gambar 2: Dualisme Kepentingan Samisn Vs Semen
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015
Pro Samin (Warga Suku Samin):
Menolak semen demi mempertahankan sumber
mata air di kawasan pegunungan Karst
Kendeng
Pro Semen (PT.Semen Indonesia + Pemerintah
Daerah Pati): Meningkatkan pembangunan dan investasi, meningkatkan
produk semen
Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
197
Kepentingan yang tak sejalan antara suku samin dengan perusahaan semen dan
pemerintah terus memantik konflik berkepanjangan. Seperti yang diungkapkan oleh
Dahrendof dalam salah satu proposisinya yang menyebutkan bahwa semakin besar
anggota kelompok menyadari kepentingan tujuan mereka, semakin mungkin konflik
terjadi (Soekanto, 1988:81). Konflik juga semakin memanas ketika kompleksitas
permasalahan tak hanya menyoal konflik alam. Namun juga merebak ke ranah sosial dan
politik. Tatanan sosial masyarakat samin terusik oleh moderniasasi yang mencoba
merambah kawasan mereka. Profesi mereka sebagai petani merasa terancam ketika
insdutri ekstraktif masuk. Konteks politik juga kerap diserukan manakala negara
dianggap tidak hadir ditengah masyarakat dan terkesan berpihak pada swasta.
Puncak Konflik: Samin Melawan
Upaya masyarakat samin memperjuangkan tanah pegunungan kendeg terbilang
sangat keras, setelah melakukan aksi penolakan saat peletakan batu pertama
pembangunan pabrik semen di Rembang. Ibu-ibu kembali turun pada 27 November 2014.
Kali ini mereka membawa bamboo runcing dalam perlawananya. Meski tidak digunakan
untuk melawan. Penggunaan bamboo ini dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan yang
keras dari masyarakat. Masih seperti aksi sebelumnya, aksi mereka tetap mendapat
perlawanan dari pihak Kepolisian dan TNI. Beberapa poster penolakan menghiasi tiap
sudut desa yang dihuni oleh masyarakat samin. Terlihat tulisan berwarna merah yang
mengartikan penolakan yang keras seolah ditulis dengan darah. Beberapa poster juga
ditancapkan dengan bamboo runcing. Warga samin seolah ingin menunjukkan sikap
melawan mereka.
Dari hasil pengematan penulis, terdapat empat upaya perlawanan yag ditempuh
oleh warga samin untuk melawan PT. Semen Indonesia:
a. Perlawanan melalui jalur hukum
Perlawanan jalur hukum dilakukan oleh warga Samin dengan melayangkan surat
gugatan kepada Pengadilan Tinggi Urusan Negara Semarang. Dalam gugatanya tersebut
warga menuntut pemerintah dalam hal ini gubernur dan perusahaan Semen
(Mongabay.com, 2014). Dalam gugatan yang diajukan pada 1 September 2014 itu, warga
Rembang meminta PTUN mencabut surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor
660.1/17 Tahun 2012 pada 7 Juni 2012 tentang izin penambangan PT Semen Gresik (kini
PT Semen Indonesia) di Kabupaten Rembang. Namun gugatan tersebut ditolak oleh
PTUN. Pada 16 April 2015 Susilowati Siahaan ketua majelis hakim memutuskan untuk
menolak gugatan warga Rembang dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) terkait dengan
pendirian pabrik semen di Rembang (Tempo, 2015).
Alasan penolakan gugatan tersebut dikarenakan menurut hakim pihak tergugat
dalam hal ini PT. Semen Indonesia telah memenuhi azas keterbukaan publik melalui
kegiatan sosialisasi yang diberikan kepada perangkat desa dan masyarakat selama 90 hari.
Selanjutnya mereka juga telah melakukan publikasi izin lingkungan melalui website
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
198
Badan Lingkungan Hidup Jateng dan website PT.Semen Indonesia. Namun, Walhi
menyatakan bahwa masyarakat tidak pernah menerima sosialisasi selama 90 hari.
Sosialisasi hanya diberikan kepada elit desa. Sementara itu warga samin tidak bisa
mengakses website. Dengan begitu, pihak Walhi akan berupaya melanjutkan tuntutan
dengan menyiapkan data-data pendukung lainnya. Dari hasil gugatan ini Walhi masih
berencana untuk mengajukan banding dan menyiapkan data-data pendukung (Tempo,
2015).
b. Pergerakan masyarakat
Barisan ibu-ibu petani berjajar sepanjang jalan menuju kawasan pembangunan
Pabrik Semen di wilayah Rembang pada 16 Juni 2014. Mereka melakukan perlawanan
pada hari peletakan batu pertama pembangunan pabrik tersebut. Mereka terus
menyuarakan penolakan pembangunan pabrik semen di wilayah mereka. Teriakan aparat
kepolisian dan TNI seolah tak dipedulikan oleh mereka. Ibu-ibu terus menyerukan bahwa
mereka butuh pangan bukan semen. Mereka mencoba menghalau mobil-mobil pembawa
alat berat yang datang beriringan (Film Samin vs Semen). Inilah salah satu potret
pergerakan masyarakat samin sebagai upaya melawan PT. Semen Indonesia.
Perlawanan masyarakat samin telah dilembagakan cukup baik. Mereka membentuk
JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Kendeng). Joko Prianto salah satu pengurus dari
JMPPK kerap mengumpulkan warga samin. Tujuannya adalah memotivasi warga untuk
tidak gentar menghadapi PT. Semen. Meski mereka mengakui kerap mendapatkan
intimidasi dari preman, polisis, hingga pemerintah desa namun mereka tetap solid dan
bertekad menolak semen.
JMPPK giat mengorganisir warga untuk melakukan perlawanan secara fisik.
Mereka mendirikan tenda-tenda di sepanjang jalur menuju kawasan pembangunan pabrik
Semen. Pendirian tenda telah dilakukan sejak 16 Juni 2014 lalu. Selain itu mereka juga
giat melakukan demo kepada pemerintah baik di pemerintah daerah hingga pemerintah
pusat. Berikut beberapa contoh gambar pergerakan masyarakat:
Gambar 3: Perlawanan Masyarakat Samin
Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
199
Ada dua hal menarik dari perlawanan masyarakat ini. Pertama, dalam
perlawananya suku samin menurunkan barisan ibu-ibu untuk melakukan demo. Puluhan
peremupaun samin mendiami tenda-tenda di sekitar lokasi. Mereka seolah tak gentar
dengan intimidasi dari aparat. Kedua, dalam perlawanannya masyarakat Samin kerap
menunjukkan symbol-simbol kultur kebudayaanya. Seperti terlihat pada saat melakukan
demonstrasi pada 18 Desember 2014 di depan Kantor Gubernur Jateng terlihat warga
samin menggunakan pakaian khas suku samin yakni pakaian serba hitam. Selain itu
mereka menggunakan penutup kepala berupa Capil. Capil melambangkan simbol petani.
Turunnya perempuan dalam aksi perlawanan masyarakat ini menunjukkan bahwa
kehidupan samin sudah sangat terancam. Perempuan dilambangkan sebagai ibu rumah
tangga yang mengurusi urusan rumah tangga dan kebutuhan makan keluarga. Mereka
berusaha meyakinkan publik bahwa kehidupan mereka sudah benar-benar terancam.
Sementara aksi penggunaan symbol adat menunjukkan bahwa samin memiliki ikatan
yang kuat dan bertekad mempertahankan tradisi. Terakhir penggunaan capil dapat
dimakanai sebagai perlawanan dari kalangan petani.
c. Mengembangakan Jaringan Dukungan Melalui Media Sosial
Konflik semakin memanas manakala berbagai pihak menunjukkan dukungannya
terhadap warga samin melalui berbagai media. Media sosial facebook, twitter, hingga
blog bermunculan di dunia maya. Beragam komentar datang dari masyarakat luas.
Kebanyakan dari mereka memberikan dukungan kepada warga samin. Akun facebook
yang terlihat memberikan dukungan diantaranya adalah: Omah Kendeng, sementara
Akun Twitter yang memberikan dukungan diantaranya: @IPBSaveKendeng;
@SOSBencana; @NortKendeng @JmppkRembang @Oamahkendeng.
Jika dilihat dari berbagai upaya perlawanan yang dilakukan oleh warga samin maka
bisa dikatakan bahwa konflik ini berjalan cukup keras. Wajar mengingat apa yang
diperjuangkan oleh mereka terkait dengan kebutuhan vital manusia. Air merupakan
sumber kehidupan manusia. Warga memanfaatkannya untuk segala macam kebutuhan.
Alam pegunungan kendeng yang dulunya dimanfaatkan untuk masyarakat kini terncam
mengalami pergeseran fungsi. Fungsinya yang dulu untuk pertanian kini berali fungsi
untuk produksi tambang. Dahrendof menyatakan dalam salah satu proposinya bahwa
semakin besar perampasan pada penaklukan distribusi pada pergeseran manfaat atau
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
200
keuntungan dari kelompok absolute ke relatif, semakin besar kekerasan konflik terjadi
(Soekanto, 1988: 81).
Media sosial yang paling menarik perhatian publik adala munculnya Film
Dokumenter bertajuk Samin Vs Semen yang dipublikasikan melalui media youtube.
Melalui film tersebut masyarakat seolah ingin mencari dukungan dan menggugah rasa
empai setiap mereka yang menonton. Film tersebut hanya melihat dari satu sudut pandang
yakni dari sudut pandang suku samin. Sehingga dapat dibaca bahwa tujuan pembuatannya
untuk memantik dukungan masyarakat luas terhadap suku samin. Langkah
pengembangan jaringan dukungan melalui media sosial ini sangat efektif. Dukungan
bermunculan dari berbagai pihak. Terlebih pasca peluncuran film documenter bertajuk
samin vs semen. Beberapa daerah di Indonesia menggelar nonton bareng. Khususnya para
mahasiswa melakukan aksi nonton bareng. Hasilnya mereka menunjukkan beberapa
sikap melalui surat terbuka. Jaringan dukungan juga dilakukan dengan turut turun ke jalan
melakukan demonstrasi.
Konflik Menyebabkan Pecahnya Masyarakat Samin
Dahrendof menegaskan bahwa konflik akan menghasilkan perubahan tatanan sosial
baru dalam masyarakat. Dalam kasus samin, konflik yang selama ini terjadi telah
memberikan perubahan pada kondisi sosial masyarakat. Konflik telah merubah apa yang
sudah tertata sebelumnya dalam kehidupan sosial warga samin. Kedatangan perusahaan
semen di kawasan mereka membuahkan pro kontra di tengah-tengah warga. Sebagian
warga menyatakan dukungannya pada pihak semen. Himpitan ekonomi menjadi satu-
satunya alasan mereka. Pihak semen memberikan tawaran dengan membeli lahan mereka
dengan harga tinggi. Mereka juga menawarkan akan adanya pembukaan lapangan
pekerjaan bagi pemuda sekitar (Film Samin vs Semen). Perpecahan merupakan awal
perubahan yang dihasilkan dari konflik ini. Masyarakat jadi membentuk kubu
masingmasing yakni kubu pro semen dan kubu pro samin. Potret kelompok warga pro
semen terdokumentasi melalui gambar berikut:
Gambar 4: Warga Pro Semen
Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia
201
Perubahan selanjutnya yang disinyalir akan terjadi pasca konflik ini adalah profesi
masyarakat samin. Masyarakat umumnya memegang teguh profesi sebagai petani.
Bahkan mereka tidak berkenan bekerja selain menjadi petani. Alasan mereka adalah
pesan dari leluhur mereka tidak mengijinkan bekerja selain petani. Namun setelah pabrik
semen masuk, peluang pekerjaan baru akan muncul seperti menjadi pekerja pabrik,
berdagang, atau pekerjaan lainnya. Modernitas akan masuk seiring masuknya PT. Semen
ke wilayah samin. Dikhawatirkan ini akan mempengaruhi dan melunturkan adat budaya
masyarakat Samin.
Kesimpulan
Konflik perebutan pengelolaan sumber daya alam kerap terjadi di Indonesia.
Konflik yang terjadi melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat lokal. Salah satu
contohnya adalah konflik yang memanas antara Suku Samin dan PT. Semen Indonesia.
Konflik muncul disebabkan adanya pembangunan pabrik semen di wilayah pegunungan
karst kendeng jawa tengah. Pembangunan pabrik semen ini telah mengantorngi surat ijin
dari gubernur sekaligus Bupati Pati.
Konflik muncul akibat perbedaan kepentingan antara Suku Samin dengan PT.
Semen Indonesia. Warga Samin bertekad mempertahankan sumber mata air yang diklaim
oleh mereka di bawah pegunungan kendeng. Sementara itu PT. Semen bersikukuh bahwa
kegiatan penambangan mereka telah mengantongi analisis Amdal dan tidak akan
mengancam lingkungan sekitar. Sementara itu posisi PT. Semen diperkuat oleh
pemerintah dengan klaim bahwa kegiatan penmabngan ini meruoakan salah satu usaha
peningkatan pembangunan dan kesejahteraan warga melalui pembukaan investasi.
Konflik semakin memanas manakala suku samin gelar melakukan perlawanan.
Perlawanan sedikitnya dilakukan dalam tiga bentuk yakni: perlawanan melalui jalur
hukum, media sosial, dan pergerakan masyarakat. Hasilnya banyak bermunculan
dukungan dari berbagai pihak. Namun upaya hukum suku Samin menemui jalan buntu
manakala gugatan mereka di PTUN Semarang ditolak oleh hakim. Selebihnya, konflik
yang terjadi mengakibatkan perubahan ditengah masyarakat. Masyaraat samin yang
dulunya hidup dengan tatanan sosial mereka kini harus mengalami perpecahan.
Masyarakat terbagi menjadi dua kubu yakni masyarakat pro samin dengan masyarakat
pro semen.
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
202
Daftar Pustaka
Apriamto, T. C. (2009). Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus
Konflik Perkebunan Ketajek Jember. JSP Volume 13 Nomor 1 Juli 2009.
Astuti, E. Z. L. (2012). Konflik Pasir Besi: Pro Dan Kontra Rencana Penambangan Pasir
Besi Di Kabupaten Kulon Progo. JSP Volume 16 nomor 1 Juli 2012.
Hartati, A. Y. (2007). Lingkungan Hidup dan Liberlisasi Perdagangan. JSP Volume 11
Nomor 2, November 2007.
Lay, C. (2007). Nilai Strategis Isu Lingkungan Dalam Politik Indonesia. JSP Volume 11
Nomor 2 November 2007
Martanto, U. (2007). Perubahan Lingkungan dan Konflik Kekerasan Membaca Papua
Melalui Pendekatan Enviromental Scarcity. JSP Volume 11 Nomor 2 November
2007.
Mongabay. (2014, 19 Desember). Ribuan Petani Tagih Janji Gubernur Jadikan Jateng
Lumbung Pangan Bukan Tambang.
http://www.mongabay.co.id/2014/12/19/ribuan-petani-tagih-janji-gubernur-
jadikan-jateng-lumbung-pangan-bukan-tambang/
Ritzer, G dan Douglas J. G. (2004). Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.
Sindonews. (2014, 23 Juni). Bupati Rembang Tantang Tempuh Jalur Hukum.
http://daerah.sindonews.com/read/876266/22/bupati-rembang-tantang-tempuh-
jalur-hukum-1403513815
Siswoyo, B. (2007). Hutan Rakyat dan Serbuan Pasar: Studi Refleksi Pengusahaan
Hutan Rakyat Lestari Secara Kolaboratif di Pacitan Jawa Timur. JSP Volume 11,
Nomor 2, November 2007.
Soekanto, S. dan Lestarini, R. (1988). Fungsionalisme dan Teori Konflik. Jakarta: Sinar
Grafika.
Tempo. (2015, 16 April). Kasus Izin PT Semen Indonesia, Gugatan Warga Rembang
Ditolak. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/04/16/063658309/Kasus-Izin-
PT-Semen-Indonesia-Gugatan-Warga-Rembang-Ditolak
Warta Ekonomi. (2015, 16 April). Ganjar Harap Putusan Hakim Terkait Semen
Indonesia Adil. http://wartaekonomi.co.id/read/2015/04/16/53642/ganjar-harap-
putusan-hakim-terkait-semen-indonesia-adil.html
Koran Kompas, 11 Maret 2015.
Film Film Dokumenter bertajuk “Samin Vs Semen” yang diunduh melalui laman
https://www.youtube.com/watch?v=1fJuJ28WZ_Q
Media Sosial
Laman Facebook “Omah Kendeng” dan Twitter @IPBSaveKendeng.
Berita Online
Argajalidri.org.com
http://mjeducation.com/selayang-pandang-suku-samin/