Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

14
*Korespondensi: Program Studi Ilmu Pemerinatah, FISIP, Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145. Email: [email protected]. 189 Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia Tia Subekti* Abstract This Management of natural resources in Indonesia today often presents pros and cons, even friction among several groups such as government, private, community. The different interests among them have become the main trigger of conflict. One of the conflicts occurs between Samin tribes and PT. Semen Indonesia (Indonesia Cement Factory) which also involve the country in terms of local government. Tribal society of Samin fights for the establishment of a cement factory in their region. In this paper, the author attempts to see what the trigger of these conflicts is, how models of resistance by Samin tribe do, and what the impacts of the conflict are. Using the Dahrendof’s conflict theory, this article ultimately refers to the three final results. First, the conflict occurs because of the dualism among the interests of tribal Samin society, cement factory, and local governments. Second, Samin tribe fights through legal mean, movement, and social media. Third, the conflict eventually leads to a change in the order of tribal Samin society, namely changing in the economic structure as well as the emergence of internal divisions within the own Samin society. Keywords: natural resource; conflict; Samin; resistance Abstrak Pengelolaan sumber daya alam di indonesia saat ini kerap menghadirkan pro kontra dan gesekan diantara beberapa kelmpok kepentingan seperti pemerntah, swasta, dan komunitas. Adanya perbedaan kepentingan diantara mereka menjadi dasar utama munculnya konflik. Salah satunya adalah konflik antara suku samin dengan PT. Semen Indonesia yang melibatkan pula negara dalam hal ini pemerintah daerah. Masyarakat suku samin melakukan perlawanan atas berdirinya pabrik semen di wilayah mereka. Dalam tulisan ini, penulis berupaya melihat hal apa yg melatarbelakangi konflik, bagaimana bentuk perlawanan masyarakat suku Samin, serta apa dampak yg terjadi akibat konflik tersebut. Dengan menggunakan kacamata teori konflik Dahrendof tulisan ini pada akhirnya merujuk pada tiga hasil akhir. Pertama, konflik terjadi karena adanya dualisme kepentingan antara masyarakat suku Samin dengan perusahaan semen dan pemerintah daerah. Kedua, masyarakat suku Samin melakukan perlawanan malalui jalur hukum, pergerakan, dan media sosial. Terakhir, konflik ini pada akhirnya memunculkan perubahan tatanan dalam lingkungan masyarakat suku Samin, yakni perubahan struktur ekonomi serta munculnya perpecahan internal didalam masyarakat samin sendiri. Kata kunci: sumber daya alam; konflik; Samin; resistensi

Transcript of Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Page 1: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

*Korespondensi:

Program Studi Ilmu Pemerinatah, FISIP, Universitas Brawijaya

Jalan Veteran, Malang 65145.

Email: [email protected].

189

Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

Tia Subekti*

Abstract

This Management of natural resources in Indonesia today often presents pros and cons, even

friction among several groups such as government, private, community. The different interests

among them have become the main trigger of conflict. One of the conflicts occurs between Samin

tribes and PT. Semen Indonesia (Indonesia Cement Factory) which also involve the country in

terms of local government. Tribal society of Samin fights for the establishment of a cement factory

in their region. In this paper, the author attempts to see what the trigger of these conflicts is, how

models of resistance by Samin tribe do, and what the impacts of the conflict are. Using the

Dahrendof’s conflict theory, this article ultimately refers to the three final results. First, the

conflict occurs because of the dualism among the interests of tribal Samin society, cement factory,

and local governments. Second, Samin tribe fights through legal mean, movement, and social

media. Third, the conflict eventually leads to a change in the order of tribal Samin society, namely

changing in the economic structure as well as the emergence of internal divisions within the own

Samin society.

Keywords: natural resource; conflict; Samin; resistance

Abstrak Pengelolaan sumber daya alam di indonesia saat ini kerap menghadirkan pro kontra dan gesekan

diantara beberapa kelmpok kepentingan seperti pemerntah, swasta, dan komunitas. Adanya

perbedaan kepentingan diantara mereka menjadi dasar utama munculnya konflik. Salah satunya

adalah konflik antara suku samin dengan PT. Semen Indonesia yang melibatkan pula negara

dalam hal ini pemerintah daerah. Masyarakat suku samin melakukan perlawanan atas berdirinya

pabrik semen di wilayah mereka. Dalam tulisan ini, penulis berupaya melihat hal apa yg

melatarbelakangi konflik, bagaimana bentuk perlawanan masyarakat suku Samin, serta apa

dampak yg terjadi akibat konflik tersebut. Dengan menggunakan kacamata teori konflik

Dahrendof tulisan ini pada akhirnya merujuk pada tiga hasil akhir. Pertama, konflik terjadi karena

adanya dualisme kepentingan antara masyarakat suku Samin dengan perusahaan semen dan

pemerintah daerah. Kedua, masyarakat suku Samin melakukan perlawanan malalui jalur hukum,

pergerakan, dan media sosial. Terakhir, konflik ini pada akhirnya memunculkan perubahan

tatanan dalam lingkungan masyarakat suku Samin, yakni perubahan struktur ekonomi serta

munculnya perpecahan internal didalam masyarakat samin sendiri.

Kata kunci: sumber daya alam; konflik; Samin; resistensi

Page 2: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

190

Pendahuluan

Tulisan ini akan membahas tentang konflik agraria yang terjadi antara masyarakat

dengan perusahaan tambang. Sebagai negara agraris potensi terjadinya konflik agraria di

Indonesia cukup besar. Beberapa konflik perebutan lahan perkebunan, lahan pertanian

hingga perebutan kawasan hutan pernah terjadi di Indonesia. Konflik yang terjadi

seringkali melibatkan masyarakat petani lokal, bahkan masyarakat adat. Tulisan ini fokus

pada pembahasan tentang konflik antara Suku Samin dengan PT. Semen Indonesia.

Terdapat empat alasan yang melatarbelakangi penulis mengambil tema ini.

Pertama, konflik ini menyajikan kontradiksi kepentingan antara negara dan masyarakat

adat. Pemanfaatan kekayaan di Indonesia kerap kali memunculkan gesekan-gesekan

dengan masyarakat adat. Kedua, konflik ini melibatkan banyak aktor yang bermain, yakni

masyarakat adat, pemerintah, dan pihak swasta yang masing-masing memiliki tujuan dan

kepentingan yang berbeda. Ketiga, konflik ini dapat dijadikan kacamata bagi konflik-

konflik serupa di Indonesia. Perjuangan masyarakat Samin dapat dikatakan cukup besar

dan teroganisir ketimbang perlawanan suku-suku adat yang lainnya. Keempat, melaui

masalah ini kita dapat belajar tentang bagiamana konflik ditengah masyarakat kita terjadi

sebagai dorongan adanya perubahan tatanan sosial di masyarakat.

Suku Samin adalah salah satu contoh masyarakat adat Indonesia yang masih hidup

dengan mempertahankan kearifan lokal. Suku Samin terletak di Jawa Tengah dan

mendiamin sebagian wilayah Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora. Saat ini masyarakat

Samin tengah menjadi sorotan banyak pihak karena aksi perlawananya terhadap PT.

Semen Indonesia atas pembangunan wilayah pabrik Semen di kawasan Pegunungan Karts

Kendeng yang merupakan tempat tinggal dari Suku Samin. Pegunungan Karts Kendeng

merupakan pegunungan gamping yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan semen. Sehingga area ini menjadi incaran perusahaan semen di Indonesia.

Namun, disisi lain kawasan ini merupakan kawasan sumber mata air dan kawasan

pertanian seluruh warga samin. Inilah kemudian yang memantik munculnya konflik

antara suku Samin dengan PT. Semen Indonesia. Adapun alur konflik tersebut kurang

lebih terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1. Periodisasi Konflik Samin vs Semen

2006 2009 2010 2014 2015

PT Semen

Gresik akan

membangun

Pabrik di

Kecamatan

Sukolilo, Kab.

Pati Warga

Samin menolak

karena dianggap

Orang Samin

memenangi

gugatan di

PTUN hingga

MA, dan PT

Semen Gresik

Indonesia

mundur dari Pati

dan pindah Ke

Group

Indocement

masuk Pati

dengan rencana

pabrik di Kec.

Kayen dan

Tambakromo,

tetangga desa

PT Semen

Indonesia

berhasil masuk

Rembang dan

Mendirikan

pabrik.

Sebagian warga

Pati dan

Perlawanan

terus

dilakukan

oleh

orangorang

Samin.

Melalui aksi

Demo,

mencari

Page 3: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

191

Sumber: Hasil olahan penulis dari film dokumenter Samin vs Semen diakses melalui

laman youtube.com

Konflik saat ini telah memasuki tahun kesepeluh. Perjalanan panjang konflik

tersebut sejalan dengan semakin kritisnya kondisi Pulau Jawa. Kompas menyebut dalam

salah satu beritanya:

“Pulau Jawa saat ini dinilai sangat kritis jika dilihat dari buruknya daya dukung

lingkungan dan tingginya konflik agraria. Namun, izin-izin penambangan masih terus

diberikan dengan mengonversi daerah tangkapan air, hutan, dan kawasan pertanian.”

(Kompas, 2015).

Sebagian wilayah di Pulau Jawa telah menjadi incaran pendirian pertambangan.

Catatan Laporan penelitian Jaringan Advokasi Tambang hingga 2013 telah mencatat

adanya 76 izin tambang di Pulau Jawa. Jumlah tersebut menyebar di 23 kabupaten, 42

kecamatan, dan 52 desa dengan total konsesi tambang karst 34.944,90 hektar. Sejumlah

perusahaan semen dari dalam dan luar negeri yang telah dan siap masuk di Jawa adalah

Siam Cement (Thailand) di Jawa Barat, Semen Merah Putih (Wilmar) di Banten,

Ultratech di Wonogiri, dan Jui Shin Indonesia di Jawa Barat. Adapun Semen Puger akan

beroperasi di Jember, dan Semen Panasia di Jawa Tengah (Kompas, 2015). Ironinya

Pulau Jawa merupakan pulau terpadat terpadat di Indonesia. Pusat pemerintahan,

pendidikan, hingga industri berlokasi di Pulai Jawa. Terdapat 1.057 jiwa per kilometer

dan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Tidak heran jika

kondisi ini kemudian memunculkan adanya konflik antara masyarakat akan masuknya

industry ekstraktif di pulau Jawa (Kompas, 2015). Terlebih lagi, pulau jawa memiliki

lahan yang subur untuk pertanian. Didukung dengan profesi masyarakat yang sebagian

besar adalah petani. Tak pelak konflik agrarian antara petani dan petambang tak bisa

dihindari.

Beberapa argument pokok pada bagian ini telah mengantarkan penulis kepada tiga

pertanyaan penelitian yang akan menjadi fokus kajian penulis. Pertama, Mengapa terjadi

konflik antara suku Samin dengan PT. Semen Indonesia? Kedua, Bagaimana konflik yang

terjadi antara suku Samin dengan PT. Semen Indonesia? Ketiga, Apa perubahan sosial

yang dihasilkan selama konflik berlangsung? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

penulis akan menggunakan teori konflik Ralf Dahrendof sebagai pisau analisisnya.

mengancam

pertanian dan

mata air

Kec. Gunem

Kab. Rembang

orang-orang

Samin

Rembang dan

masyarakat

Samin terus

melakukan

perlawanan

dukungan,

dan

perjuangan

melalui jalur

hukum

Page 4: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

192

Membaca Konflik Dari Kacamata Ralf Dahrendof

Menurut Dahrendof pada awalnya masyarakat terdiri dari suatu struktur yang telah

terlembaga dengan baik. Masyarakat telah membentuk sebuah tatanan sosial sebagai

sebuah organisasi yang ditandai dengan adanya hubungan kekuasaan dengan perangkat

perananya masing-masing. Dalam hubungan ini terdapat hubungan wewenang normative

dimana posisi tertentu diakui dan mempunyai hak normative untuk menguasai pihak-

pihak lain. Kemudian kekuasaan dan kewenangan tersebut disebut oleh Dahrendof

sebagai sesuatu yang langka sehingga sangat berpotensi memunculkan pertikaian dan

pada akhirnya menjadi sumber utama munculnya konflik. Kemunculan konflik

mendorong adanya perubahan pada pola-pola yang sebelumnya telah terlembaga

(Soekanto, 1988: 77-78).

Pada sebuah tatanan sosial yang telah terlembaga tersebut terdapat dua tipe peranan

dasar, yakni yang berkuasa dan yang dikuasai. Dimana peranan yang berkuasa

mempunyai kepentingan untuk mempertahankan keadaan dan yang dikuasai

berkepentngan untuk membagi kembali kekuasan atau wewenang. Perbedaan

kepentingan ini pada waktu tertentu akan terus meningkat sehingga terjadi polarisasi

dalam tatanan masyarakat yang kemudian membentuk dua kelompok yang bertentangan.

Masing-masing kelompok akan terus memperjuangkan kepentingannya masing-masing.

Sehingga konflik dikatakan sebagai sumber perubahan sosial pada sistem-sistem sosial

(Soekanto, 1988: 78).

Dahrendof mengasumsikan konflik sebagai proses yang timbul dari

kekuatankekuatan yang bertentangan dalam struktur sosial. Konflik tersebut didorong

oleh berbagai kondisi structural. Penyelesaian konflik bisa jadi menimbulkan munculnya

konflik lain antara kekuatan yang salin bertentangan. Dominasi kekuasaan oleh salah satu

pihak menjadi sumber utama konflik. terlebih ketika kekuasaan tersebut telah disahkan.

Hubungan antara pihak yang dominan dengan pihak yang dikuasi menyebabkan adanya

oposisi kepentingan (Soekanto, 1988:80). Sedikitnya terdapat Sembilan proposisi yang

diajukan oleh Dahrendof (Dikutip Soekanto, 1988: 80-81) sebagai berikut:

1. Semakin besar anggota kelompok menyadari kepentingan tujuan mereka, semakin

mungkin konflik terjadi.

2. Semakin besar kondisi praktik, sosial, dan politik pada organisasi dipertemukan,

semakin besar intensitas konflik terjadi.

3. Semakin besar distribusi pada otoritas dan rewards yang lain diasosiasikan satu

dengan yang lainnya, semakin besar intensitas konflik.

4. Semakin lemah mobilitas antara kelompok super dan sub-ordina, semakin besar

intensitas konflik.

5. Semakin lemah kondisi praktik, sosial, dan politik pada organisasi dipertemukan,

semkain keras konflik terjadi.

Page 5: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

193

6. Semakin besar perampasan pada penaklukan pada distribusi pada pergeseran manfaat

atau keuntungan dari kelompok absolute ke relative, semakin besar kekerasan konflik

terjadi.

7. Semakin lemah kemampuan pada kelompok konflik untuk membangun perjanjian

peraturan, semakin besar kekerasan konflik terjadi.

8. Semakin besar intensitas konflik, semakin besar struktur berubah dan terjadi

regenerasi pada organisasi.

9. Semakin keras konflik terjadi, semakin besar tingkat perubahan pada struktur dan

reorganisasi.

Teori konflik Dahrendof sangat tepat digunakan untuk melihat konflik Samin.

Masyarakat Samin pada awalnya hidup dalam sebuah tatanan masyarakat yang sudah

terorganisir dengan baik. mereka hidup dengan mempertahankan kearifan lokal dan

bergantung pada alam. Semua masyarakat Samin berprofesi sebagai petani sehingga

mereka sangat bergantung pada sumber mata air. Sampai kemudian datanglah perusahaan

Semen dengan berkantongkan ijin dari pemerintah hendak mendirikan pabrik semen

diwilayah mereka. Merasa kehidupan mereka terancam, warga saminpun melakukan

perlawanan yang melahirkan konflik ini. konflik ini pada akhirnya menhasilkan pola baru

dari organisasi sosial. Pola baru ini mencakup hubungan antara yang berkuasa dengan

yang dikuasai yang menimbulkan serangkaian peristiwa-peristiwa yang menyebabkan

terjadinya konflik dan merubah pola-pola organisasi sosial (Soekanto, 1988: 82).

Sedikitnya terdapat empat hal pokok dalam masalah ini yang dapat dilihat dari

kacamata teori Dahrendof. Pertama, konflik terjadi karena adanya peletakan struktur baru

di tengah struktur masyarakat yang sudah mapan. Terlihat adanya penggunaan kekuasaan

atas pihak-pihak yang berkuasa. Kedua, konflik terjadi karena ketimpangan kepentingan

antara masyarakat samin dengan PT. Semen Indonesia. Ketiga, konflik ini melahirkan

perubahan di tengah masyarakat, salah satunya terpecahnya masyarakat menjadi kubu pro

semen dan pro petani.

Perbedaan Kepentingan: Samin Vs Semen

Pemicu utama munculnya konflik menurut Dahrendof adalah adanya perbedaan

kepentingan antara masing-masing pihak. Begitu juga dengan kasus ini, konflik terjadi

sebagai akibat dari perbedaan kepentingan atas pemanfaatan sumber daya alam yang

tersimpan di kawasan pegunungan Karts kendeng. Pegunungan Kendeng Utara meliputi

empat wilayah yakni Kabupaten Kudus, Pati, Rembang, Blora, Bojonegoro, dan Tuban.

Pegunungan Kendeng Utara terdiri dari jajaran gua-gua dan kebanyakan ditumbuhi oleh

pohon jati. Jajaran gua di Pegunungan kendeng menyimpan potensi sumber mata air yang

dimanfaatkan oleh warga di sekitarnya. Selain menyimpan potensi mata air, pegunungan

kendeng merupakan kawasan Karts yang menyimpan potensi batuan gamping. Potensi

sumber mata air di wilayah pegunungan kendeng dimanfaatkan sedikitnya 91.688 jiwa di

kecamatan Sukolilo dan 73.051 jiwa di kecamatan Kayen. Mata air di pegunungan

Page 6: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

194

Kendeng merupakan sumber pengairan 15.873,900 ha sawah di kecamatan Sukolilo dan

9.603,232 ha di kecamatan Kayen (Argajalidri.org.com).

Dalam kasus ini terdapat tiga aktor utama yang menjadi pemain inti. Pemetaan

aktor dalam konflik akan membantu kita untuk lebih mudah membaca kepentingan yang

diperjuangkan dalam konflik ini. Ketiga aktor tersebut adalah:

Gambar 1: Aktor yang Terlibat dalam Konflik Samin vs Semen

KONFLIK

Dari sudut pandang suku samin, kepentingan mereka adalah berusaha

mempertahankan kelestarian pegunungan kendeng dari aktivitas penmbangan.

Pegunungan Kendeng memiliki fungsi vital bagi masyarakat Samin (Twitter @IPB

Peduli Petani) diantaranya adalah:

1. Cekungan air tanah pegunungan Karts ini mampu menyimpan air cadangan untuk

musim kemarau selama 3-4 bulan.

2. Menghasilkan >300 sumber mata air untuk sungai bawah tanah.

3. Terancam hilang jika pabrik semen dibangun

4. Pertanian bergantung pada pegunungan Kendeng

5. 44,75% PAD Rembang ditunjang dari sektor pertanian.

6. Kekeringan, pengangguran, krisis air bersih mengancam masyarakat sekitar

pegunungan kendeng.

Suku Samin memang berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Ditengah

hiruk pikuk kehidupan modenrnisasi yang menyentuh tanah jawa. Sedulur Sikep Samin

tetap konsisten memegang nilai-nilai peninggalan leluhur. Menurut Gunarti salah satu

pengikut Samin. Warga samin hanya ingin bertani, butuh air butuh tanah. Selain untuk

pengairan sawah masyarakat sangat bergantung pada air untuk kehidupan sehari-hari, dan

untuk pakan ternak. Potret kehidupan masyarakat samin mengajarkan kita untuk hidup

berdamai dengan alam. Manusia hidup membuthkan alam dan hasil-hasil bumi. Oleh

karena itu apa jadinya jika alam dirusak oleh manusia sendiri. Masyrakat Samin

memikiran jauh kedepan. Mereka memikirkan bagaimana kehidupan anak cucu mereka

kelak jika sumber mata air semakin menghilang.

PT. Semen

Indonesia

pemeri ntah

Suku samin

Page 7: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

195

Sebaliknya, dari sudut pandang PT. Semen potensi kandungan batuan gamping di

kawasan Kendeng Utara memang sudah sejak lama menjadi incaran mereka. PT.

Semen Gresik yang beroperasi di Gresik merupakan salah satu perusahaan yang

paling dekat dengan wilayah tersebut dan telah lama berupaya untuk menawarkan

kerjasama dengan pemerintah kabupaten Pati. Pada tahun 2005 PT. Semen gresik

menawarkan investasi modal sebesar Rp. 3,5 triliun kepada Pemda Pati untuk mendirikan

pabrik semen baru di wilayah Jawa Tengah. Rencana pendirian pabrik semen tersebut,

secara administratif, meliputi empat kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Gabus, dan

Margorejo, yang tarbagi dalam empat belas desa dengan total luas kebutuhan lahan 1.350

hektare. Lahan seluas 1.350 hektare tersebut nantinya akan digunakan oleh PT Semen

Gresik sebagai lahan penambangan batu kapur (700 hektare), lahan penambangan tanah

liat (250 hektare), pabrik untuk produksi semen (85 hektare), dan infrastruktur

transportasi/jalan (85 hektare) serta penunjang kegiatan (230 hektare) (Laksana, 2013).

PT. Semen Indonesia memiliki kepentingan untuk penambahan area baru

pertambangan. Selama ini PT. Semen Gresik telah beroperasi di Daerah Gresik dan

Tuban. Kemudian mereka ingin memperluas wilayah pertambangan hingga memasuki

wilayah Rembang dan Pati. Hal ini jelas tidak lepas dari potensi gamping yang berada di

kawasan pegunungan kendeng yang dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi

perusahaan. Pembukaan area tambang baru bisa dimaknai sebagai pembukaan

ruangruang baru oleh perusahaan agar dapat tetap mempertahankan produksinya.

Mengingat industry pertambangan membutuhkan waktu yang lama untuk pemulihan atau

recovery maka salah satu jalan tetap terjaganya produksi perusahaan adalah dengan jalan

pembukaan ruang-ruang produksi baru. Ironinya pembukaan ruang produksi identik

dengan kegiatan pengrusakan lingkungan.

Produksi dalam bentuk apapun akan menimbulkan detsruksi (Gorzt, 2005). Tidak

hanya alam, detsruksi juga muncul di dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat.

Penambangan Semen di wilayah pegunungan kendeng mengancam kelestarian kawasan

pegunungan kendeng. Kegiatan produksi pertambangan seringkali bermasalah dengan

AMDAL. Selain itu juga mengancam kehidupan sosial masyarakat Samin.

Sementara dari sudut pandang pemerintah mengklaim bahwa pemberian ijin

penambangan kepada PT. Semen Indonesia oleh Pemerintah Kabupaten Pati sebagai

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi alam yang

dimiliki oleh daerah. Pada tanggal 8 Desember 2014 Bupati Pati Haryanto memberikan

izin penambangan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor. 660.1/4767/ tahun 2014

tentang izin lingkungan. Pemerintah ingin membawa perubahan Pati yang lebih baik

melalui pembukaan investasi kepada PT. Semen Indonesia.

Bupati memiliki kewenangan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan di

wilayah Kabupaten Pati. Termasuk upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

pembukaan investasi dengan PT. Semen Indonesia. Dalam pandangan Dahrendof, konflik

merupakan cerminan dari tempat beradanya peranan pada asosiasi yang terkoordinasi

Page 8: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

196

secara imperative dan dalam hubungannya dengan wewenang (Soekanto, 1988: 76).

Jabatan strukturalis yang dimiliki oleh seorang kepala daerah, memberikan legitimasi

yang kuat bagi mereka untuk menggunakan wewenangnya. Masalahnya adalah

kekuasaan bupati kini berbenturan dengan kekuasaan masyarakat Samin yang mengklaim

wilayah tersebut sebagai tanah mereka. Dalam konsep demokrasi, kekuasaan berada di

tangan rakyat. Inilah yang dijadikan pijakan bagi masyarakat samin untuk

memperjuangkan nasib mereka.

Selain memberikan dukungan melalui pemberian izin tambang, sikap pemerintah

dalam memberikan dukungan terhadap aktivitas penambangan terlihat dengan

diturunkannya TNI dan ABRI untuk memberikan kawalan penuh ketika para perusahaan

semen hendak mendatangi lokasi pertambangan. Mereka menghalau warga yang

berusaha untuk menghalangi mobil perusahan yang membawa alat berat menuju lokasi.

Bahkan tidak segan mereka melakukan kekerasan dengan menyeret warga samin supaya

meninggalkan lokasi. Beberapa kali mereka juga mengintimidasi warga dengan

memberikan ancaman penjara jika warga tetap melakukan aksinya (Film dokumenter

Samin vs Semen).

Dukungan terhadap industry semen juga diungkapkan oleh Bupati Rembang H.

Abdul Hafid. Ia terlihat memberikan himbauan kepada warga samin agar tidak

terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak jelas dasar pijakannya. Bupati rembang

mengutarakan bahwa pihak pemerintah menggunakan aspek hukum dan sosial dalam

menentukan arah kebijakan pembangunan. Ia khawatir masalah ini akan menggangu

perkembangan investasi di Rembang (Sindonews, 2014).

Dari hasil penjabaran kepentingan masing-masing pihak diatas. Kita dapat

menyedehanakan dualisme kepentingan dalam masalah ini dengan mengilustrasikannya

melalui gambar dibawah ini:

Gambar 2: Dualisme Kepentingan Samisn Vs Semen

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

Pro Samin (Warga Suku Samin):

Menolak semen demi mempertahankan sumber

mata air di kawasan pegunungan Karst

Kendeng

Pro Semen (PT.Semen Indonesia + Pemerintah

Daerah Pati): Meningkatkan pembangunan dan investasi, meningkatkan

produk semen

Page 9: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

197

Kepentingan yang tak sejalan antara suku samin dengan perusahaan semen dan

pemerintah terus memantik konflik berkepanjangan. Seperti yang diungkapkan oleh

Dahrendof dalam salah satu proposisinya yang menyebutkan bahwa semakin besar

anggota kelompok menyadari kepentingan tujuan mereka, semakin mungkin konflik

terjadi (Soekanto, 1988:81). Konflik juga semakin memanas ketika kompleksitas

permasalahan tak hanya menyoal konflik alam. Namun juga merebak ke ranah sosial dan

politik. Tatanan sosial masyarakat samin terusik oleh moderniasasi yang mencoba

merambah kawasan mereka. Profesi mereka sebagai petani merasa terancam ketika

insdutri ekstraktif masuk. Konteks politik juga kerap diserukan manakala negara

dianggap tidak hadir ditengah masyarakat dan terkesan berpihak pada swasta.

Puncak Konflik: Samin Melawan

Upaya masyarakat samin memperjuangkan tanah pegunungan kendeg terbilang

sangat keras, setelah melakukan aksi penolakan saat peletakan batu pertama

pembangunan pabrik semen di Rembang. Ibu-ibu kembali turun pada 27 November 2014.

Kali ini mereka membawa bamboo runcing dalam perlawananya. Meski tidak digunakan

untuk melawan. Penggunaan bamboo ini dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan yang

keras dari masyarakat. Masih seperti aksi sebelumnya, aksi mereka tetap mendapat

perlawanan dari pihak Kepolisian dan TNI. Beberapa poster penolakan menghiasi tiap

sudut desa yang dihuni oleh masyarakat samin. Terlihat tulisan berwarna merah yang

mengartikan penolakan yang keras seolah ditulis dengan darah. Beberapa poster juga

ditancapkan dengan bamboo runcing. Warga samin seolah ingin menunjukkan sikap

melawan mereka.

Dari hasil pengematan penulis, terdapat empat upaya perlawanan yag ditempuh

oleh warga samin untuk melawan PT. Semen Indonesia:

a. Perlawanan melalui jalur hukum

Perlawanan jalur hukum dilakukan oleh warga Samin dengan melayangkan surat

gugatan kepada Pengadilan Tinggi Urusan Negara Semarang. Dalam gugatanya tersebut

warga menuntut pemerintah dalam hal ini gubernur dan perusahaan Semen

(Mongabay.com, 2014). Dalam gugatan yang diajukan pada 1 September 2014 itu, warga

Rembang meminta PTUN mencabut surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor

660.1/17 Tahun 2012 pada 7 Juni 2012 tentang izin penambangan PT Semen Gresik (kini

PT Semen Indonesia) di Kabupaten Rembang. Namun gugatan tersebut ditolak oleh

PTUN. Pada 16 April 2015 Susilowati Siahaan ketua majelis hakim memutuskan untuk

menolak gugatan warga Rembang dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) terkait dengan

pendirian pabrik semen di Rembang (Tempo, 2015).

Alasan penolakan gugatan tersebut dikarenakan menurut hakim pihak tergugat

dalam hal ini PT. Semen Indonesia telah memenuhi azas keterbukaan publik melalui

kegiatan sosialisasi yang diberikan kepada perangkat desa dan masyarakat selama 90 hari.

Selanjutnya mereka juga telah melakukan publikasi izin lingkungan melalui website

Page 10: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

198

Badan Lingkungan Hidup Jateng dan website PT.Semen Indonesia. Namun, Walhi

menyatakan bahwa masyarakat tidak pernah menerima sosialisasi selama 90 hari.

Sosialisasi hanya diberikan kepada elit desa. Sementara itu warga samin tidak bisa

mengakses website. Dengan begitu, pihak Walhi akan berupaya melanjutkan tuntutan

dengan menyiapkan data-data pendukung lainnya. Dari hasil gugatan ini Walhi masih

berencana untuk mengajukan banding dan menyiapkan data-data pendukung (Tempo,

2015).

b. Pergerakan masyarakat

Barisan ibu-ibu petani berjajar sepanjang jalan menuju kawasan pembangunan

Pabrik Semen di wilayah Rembang pada 16 Juni 2014. Mereka melakukan perlawanan

pada hari peletakan batu pertama pembangunan pabrik tersebut. Mereka terus

menyuarakan penolakan pembangunan pabrik semen di wilayah mereka. Teriakan aparat

kepolisian dan TNI seolah tak dipedulikan oleh mereka. Ibu-ibu terus menyerukan bahwa

mereka butuh pangan bukan semen. Mereka mencoba menghalau mobil-mobil pembawa

alat berat yang datang beriringan (Film Samin vs Semen). Inilah salah satu potret

pergerakan masyarakat samin sebagai upaya melawan PT. Semen Indonesia.

Perlawanan masyarakat samin telah dilembagakan cukup baik. Mereka membentuk

JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Kendeng). Joko Prianto salah satu pengurus dari

JMPPK kerap mengumpulkan warga samin. Tujuannya adalah memotivasi warga untuk

tidak gentar menghadapi PT. Semen. Meski mereka mengakui kerap mendapatkan

intimidasi dari preman, polisis, hingga pemerintah desa namun mereka tetap solid dan

bertekad menolak semen.

JMPPK giat mengorganisir warga untuk melakukan perlawanan secara fisik.

Mereka mendirikan tenda-tenda di sepanjang jalur menuju kawasan pembangunan pabrik

Semen. Pendirian tenda telah dilakukan sejak 16 Juni 2014 lalu. Selain itu mereka juga

giat melakukan demo kepada pemerintah baik di pemerintah daerah hingga pemerintah

pusat. Berikut beberapa contoh gambar pergerakan masyarakat:

Gambar 3: Perlawanan Masyarakat Samin

Page 11: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

199

Ada dua hal menarik dari perlawanan masyarakat ini. Pertama, dalam

perlawananya suku samin menurunkan barisan ibu-ibu untuk melakukan demo. Puluhan

peremupaun samin mendiami tenda-tenda di sekitar lokasi. Mereka seolah tak gentar

dengan intimidasi dari aparat. Kedua, dalam perlawanannya masyarakat Samin kerap

menunjukkan symbol-simbol kultur kebudayaanya. Seperti terlihat pada saat melakukan

demonstrasi pada 18 Desember 2014 di depan Kantor Gubernur Jateng terlihat warga

samin menggunakan pakaian khas suku samin yakni pakaian serba hitam. Selain itu

mereka menggunakan penutup kepala berupa Capil. Capil melambangkan simbol petani.

Turunnya perempuan dalam aksi perlawanan masyarakat ini menunjukkan bahwa

kehidupan samin sudah sangat terancam. Perempuan dilambangkan sebagai ibu rumah

tangga yang mengurusi urusan rumah tangga dan kebutuhan makan keluarga. Mereka

berusaha meyakinkan publik bahwa kehidupan mereka sudah benar-benar terancam.

Sementara aksi penggunaan symbol adat menunjukkan bahwa samin memiliki ikatan

yang kuat dan bertekad mempertahankan tradisi. Terakhir penggunaan capil dapat

dimakanai sebagai perlawanan dari kalangan petani.

c. Mengembangakan Jaringan Dukungan Melalui Media Sosial

Konflik semakin memanas manakala berbagai pihak menunjukkan dukungannya

terhadap warga samin melalui berbagai media. Media sosial facebook, twitter, hingga

blog bermunculan di dunia maya. Beragam komentar datang dari masyarakat luas.

Kebanyakan dari mereka memberikan dukungan kepada warga samin. Akun facebook

yang terlihat memberikan dukungan diantaranya adalah: Omah Kendeng, sementara

Akun Twitter yang memberikan dukungan diantaranya: @IPBSaveKendeng;

@SOSBencana; @NortKendeng @JmppkRembang @Oamahkendeng.

Jika dilihat dari berbagai upaya perlawanan yang dilakukan oleh warga samin maka

bisa dikatakan bahwa konflik ini berjalan cukup keras. Wajar mengingat apa yang

diperjuangkan oleh mereka terkait dengan kebutuhan vital manusia. Air merupakan

sumber kehidupan manusia. Warga memanfaatkannya untuk segala macam kebutuhan.

Alam pegunungan kendeng yang dulunya dimanfaatkan untuk masyarakat kini terncam

mengalami pergeseran fungsi. Fungsinya yang dulu untuk pertanian kini berali fungsi

untuk produksi tambang. Dahrendof menyatakan dalam salah satu proposinya bahwa

semakin besar perampasan pada penaklukan distribusi pada pergeseran manfaat atau

Page 12: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

200

keuntungan dari kelompok absolute ke relatif, semakin besar kekerasan konflik terjadi

(Soekanto, 1988: 81).

Media sosial yang paling menarik perhatian publik adala munculnya Film

Dokumenter bertajuk Samin Vs Semen yang dipublikasikan melalui media youtube.

Melalui film tersebut masyarakat seolah ingin mencari dukungan dan menggugah rasa

empai setiap mereka yang menonton. Film tersebut hanya melihat dari satu sudut pandang

yakni dari sudut pandang suku samin. Sehingga dapat dibaca bahwa tujuan pembuatannya

untuk memantik dukungan masyarakat luas terhadap suku samin. Langkah

pengembangan jaringan dukungan melalui media sosial ini sangat efektif. Dukungan

bermunculan dari berbagai pihak. Terlebih pasca peluncuran film documenter bertajuk

samin vs semen. Beberapa daerah di Indonesia menggelar nonton bareng. Khususnya para

mahasiswa melakukan aksi nonton bareng. Hasilnya mereka menunjukkan beberapa

sikap melalui surat terbuka. Jaringan dukungan juga dilakukan dengan turut turun ke jalan

melakukan demonstrasi.

Konflik Menyebabkan Pecahnya Masyarakat Samin

Dahrendof menegaskan bahwa konflik akan menghasilkan perubahan tatanan sosial

baru dalam masyarakat. Dalam kasus samin, konflik yang selama ini terjadi telah

memberikan perubahan pada kondisi sosial masyarakat. Konflik telah merubah apa yang

sudah tertata sebelumnya dalam kehidupan sosial warga samin. Kedatangan perusahaan

semen di kawasan mereka membuahkan pro kontra di tengah-tengah warga. Sebagian

warga menyatakan dukungannya pada pihak semen. Himpitan ekonomi menjadi satu-

satunya alasan mereka. Pihak semen memberikan tawaran dengan membeli lahan mereka

dengan harga tinggi. Mereka juga menawarkan akan adanya pembukaan lapangan

pekerjaan bagi pemuda sekitar (Film Samin vs Semen). Perpecahan merupakan awal

perubahan yang dihasilkan dari konflik ini. Masyarakat jadi membentuk kubu

masingmasing yakni kubu pro semen dan kubu pro samin. Potret kelompok warga pro

semen terdokumentasi melalui gambar berikut:

Gambar 4: Warga Pro Semen

Page 13: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Tia Subekti, Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia

201

Perubahan selanjutnya yang disinyalir akan terjadi pasca konflik ini adalah profesi

masyarakat samin. Masyarakat umumnya memegang teguh profesi sebagai petani.

Bahkan mereka tidak berkenan bekerja selain menjadi petani. Alasan mereka adalah

pesan dari leluhur mereka tidak mengijinkan bekerja selain petani. Namun setelah pabrik

semen masuk, peluang pekerjaan baru akan muncul seperti menjadi pekerja pabrik,

berdagang, atau pekerjaan lainnya. Modernitas akan masuk seiring masuknya PT. Semen

ke wilayah samin. Dikhawatirkan ini akan mempengaruhi dan melunturkan adat budaya

masyarakat Samin.

Kesimpulan

Konflik perebutan pengelolaan sumber daya alam kerap terjadi di Indonesia.

Konflik yang terjadi melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat lokal. Salah satu

contohnya adalah konflik yang memanas antara Suku Samin dan PT. Semen Indonesia.

Konflik muncul disebabkan adanya pembangunan pabrik semen di wilayah pegunungan

karst kendeng jawa tengah. Pembangunan pabrik semen ini telah mengantorngi surat ijin

dari gubernur sekaligus Bupati Pati.

Konflik muncul akibat perbedaan kepentingan antara Suku Samin dengan PT.

Semen Indonesia. Warga Samin bertekad mempertahankan sumber mata air yang diklaim

oleh mereka di bawah pegunungan kendeng. Sementara itu PT. Semen bersikukuh bahwa

kegiatan penambangan mereka telah mengantongi analisis Amdal dan tidak akan

mengancam lingkungan sekitar. Sementara itu posisi PT. Semen diperkuat oleh

pemerintah dengan klaim bahwa kegiatan penmabngan ini meruoakan salah satu usaha

peningkatan pembangunan dan kesejahteraan warga melalui pembukaan investasi.

Konflik semakin memanas manakala suku samin gelar melakukan perlawanan.

Perlawanan sedikitnya dilakukan dalam tiga bentuk yakni: perlawanan melalui jalur

hukum, media sosial, dan pergerakan masyarakat. Hasilnya banyak bermunculan

dukungan dari berbagai pihak. Namun upaya hukum suku Samin menemui jalan buntu

manakala gugatan mereka di PTUN Semarang ditolak oleh hakim. Selebihnya, konflik

yang terjadi mengakibatkan perubahan ditengah masyarakat. Masyaraat samin yang

dulunya hidup dengan tatanan sosial mereka kini harus mengalami perpecahan.

Masyarakat terbagi menjadi dua kubu yakni masyarakat pro samin dengan masyarakat

pro semen.

Page 14: Konflik Samin vs PT. Semen Indonesia - UB

Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016

202

Daftar Pustaka

Apriamto, T. C. (2009). Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus

Konflik Perkebunan Ketajek Jember. JSP Volume 13 Nomor 1 Juli 2009.

Astuti, E. Z. L. (2012). Konflik Pasir Besi: Pro Dan Kontra Rencana Penambangan Pasir

Besi Di Kabupaten Kulon Progo. JSP Volume 16 nomor 1 Juli 2012.

Hartati, A. Y. (2007). Lingkungan Hidup dan Liberlisasi Perdagangan. JSP Volume 11

Nomor 2, November 2007.

Lay, C. (2007). Nilai Strategis Isu Lingkungan Dalam Politik Indonesia. JSP Volume 11

Nomor 2 November 2007

Martanto, U. (2007). Perubahan Lingkungan dan Konflik Kekerasan Membaca Papua

Melalui Pendekatan Enviromental Scarcity. JSP Volume 11 Nomor 2 November

2007.

Mongabay. (2014, 19 Desember). Ribuan Petani Tagih Janji Gubernur Jadikan Jateng

Lumbung Pangan Bukan Tambang.

http://www.mongabay.co.id/2014/12/19/ribuan-petani-tagih-janji-gubernur-

jadikan-jateng-lumbung-pangan-bukan-tambang/

Ritzer, G dan Douglas J. G. (2004). Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.

Sindonews. (2014, 23 Juni). Bupati Rembang Tantang Tempuh Jalur Hukum.

http://daerah.sindonews.com/read/876266/22/bupati-rembang-tantang-tempuh-

jalur-hukum-1403513815

Siswoyo, B. (2007). Hutan Rakyat dan Serbuan Pasar: Studi Refleksi Pengusahaan

Hutan Rakyat Lestari Secara Kolaboratif di Pacitan Jawa Timur. JSP Volume 11,

Nomor 2, November 2007.

Soekanto, S. dan Lestarini, R. (1988). Fungsionalisme dan Teori Konflik. Jakarta: Sinar

Grafika.

Tempo. (2015, 16 April). Kasus Izin PT Semen Indonesia, Gugatan Warga Rembang

Ditolak. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/04/16/063658309/Kasus-Izin-

PT-Semen-Indonesia-Gugatan-Warga-Rembang-Ditolak

Warta Ekonomi. (2015, 16 April). Ganjar Harap Putusan Hakim Terkait Semen

Indonesia Adil. http://wartaekonomi.co.id/read/2015/04/16/53642/ganjar-harap-

putusan-hakim-terkait-semen-indonesia-adil.html

Koran Kompas, 11 Maret 2015.

Film Film Dokumenter bertajuk “Samin Vs Semen” yang diunduh melalui laman

https://www.youtube.com/watch?v=1fJuJ28WZ_Q

Media Sosial

Laman Facebook “Omah Kendeng” dan Twitter @IPBSaveKendeng.

Berita Online

Argajalidri.org.com

http://mjeducation.com/selayang-pandang-suku-samin/