KOMPONEN SIlabus

25
KOMPONEN-KOMPONEN SILABUS Komponen silabus adalah sebagai berikut: 1. Standar Kompetensi Sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi. a. Merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan harus dicapai siswa sebagai hasil belajarnya dalam setiap satuan pendidikan (SKL). b. Digunakan untuk memandu penjabaran kompetensi dasar menjadi pengalaman belajar. c. Urutan (sekuens) standar kompetensi menggunakan pendekatan prosedural dan hierakhis. d. Pendekatan prosedural digunakan apabila standar kompetensi yang diajarkan berupa serangkaian langkah- langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas pembelajaran. e. Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yan bersifat subordinate/berjenjang antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan prasyarat bagi standar kompetensi yang berikutnya. 2. Kompetensi Dasar Sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi. a. Rincian dari standar kompetensi, berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang secara minimal harus dikuasai siswa

description

ee

Transcript of KOMPONEN SIlabus

Page 1: KOMPONEN SIlabus

KOMPONEN-KOMPONEN SILABUS

Komponen silabus adalah sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi

Sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi.

a. Merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan harus dicapai siswa sebagai hasil belajarnya dalam setiap satuan pendidikan (SKL).

b. Digunakan untuk memandu penjabaran kompetensi dasar menjadi pengalaman belajar.

c. Urutan (sekuens) standar kompetensi menggunakan pendekatan prosedural dan hierakhis.

d. Pendekatan prosedural digunakan apabila standar kompetensi yang diajarkan berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas pembelajaran.

e. Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yan bersifat subordinate/berjenjang antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan prasyarat bagi standar kompetensi yang berikutnya.

2. Kompetensi Dasar

Sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi.

a. Rincian dari standar kompetensi, berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang secara minimal harus dikuasai siswa

b. Urutannya (sekuens) menggunakan pendekatan: prosedural, hierarkis, mudah-sukar, konkrit-abstrak, spiral, tematik/ terpadu, dsb.

3. Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok mempertimbangkan:

a. Potensi peserta didik.

b. Relevansi dengan karakteristik daerah.

c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik.

d. Kebermanfaatan bagi peserta didik.

Page 2: KOMPONEN SIlabus

e. Struktur keilmuan.

f. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.

g. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

h. Alokasi waktu.

Menurut Reigeluth, (1987:98) tentang materi pokok ini:

Ø Pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar.

Ø Jika ditetapkan secara nasional, tugas pengembang silabus menjabarkannya menjadi uraian materi pembelajaran.

Ø Jenis materi: fakta, konsep, prinsip, prosedur.

Ø Dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan.

Ø Buku teks hanya merupakan salah satu bahan rujukan penetapan materi pokok.

Kemudian Reigeluth, (1987:98) mengklasifikasi materi pembelajarna menajdi 4 jenis,yaitu:

Ø Fakta adalah asosiasi anatara objek, peristiwa, atau symbol yang ada atau mungkin ada dalam lingkungan nyata.

Ø Konsep adalah sekelompok objek atau peristiwa atau symbol yang memiliki karakteristik umum.

Ø Prinsip adalah hubungan sebab akibat antara konsep.

Ø Prosedur adalah urutan langkah untuk mencapai suatu tujuan.

4. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman Belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:

Page 3: KOMPONEN SIlabus

a. Memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional

b. Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar

c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran

d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan siswa dan materi.

5. Indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan indikator adalah:

1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua).2. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau

diobservasi.3. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja

dalam KD maupun SK.4. Prinsip pengembangan indikator adalah Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan

Kontekstual.5. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, prilaku, dan lain-

lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.

6. Penilaian

Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Pada pembelajaran penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran.

7. Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:

Page 4: KOMPONEN SIlabus

a) Perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan dengan memperhatikan tingkat kesulitan materi, luas materi, lingkup/cakupan materi, tingkat pentingnya materi.

b) Perlu memperhatikan alokasi waktu per semester dalam kalender pendidikan.

c) Perlu dipertimbangkan juga waktu untuk remedial, pengayaan, tes/ulangan, dan cadangan.

d) Jika alokasi waktu ditetapkan secara nasional, maka pengembang silabus tinggal mendistribusikannya dalam program semester.

8. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Pendidikan29 Juli 2012 — Bang Girsang

Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Pendidikan

Page 5: KOMPONEN SIlabus

Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau factor rasa atau emosi maupun ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Sejalan dengan pengertian kognitif afektif psikomotorik tersebut, kita juga mengenal istilah cipta, rasa, dan karsa yang dicetuskan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini juga mengakomodasi berbagai potensi anak didik. Baik menyangkut aspek cipta yang berhubungan dengan otak dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta karsa atau keinginan maupun ketrampilan yang lebih bersifat fisik.

Konsep kognitif, afektif, dan psikomotorik dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Karena itulah konsep tersebut juga dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom.

Pengertian kognitif afektif psikomotorik dalam Taksonomi Bloom ini membagi adanya 3 domain, ranah atau kawasan potensi manusia belajar. Dalam setiap ranah ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa tingkatan yang lebih detail. Ketiga ranah itu meliputi :

1. Kognitif (proses berfikir )

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.

Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :

a. Pengetahuan (knowledge)

mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.

b. Pemahaman (comprehension)

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

c. Penerapan (application)

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

d. Analisis (analysis)

Page 6: KOMPONEN SIlabus

Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

e. Sintesa (evaluation)

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

f. Evaluasi (evaluation)

Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.

Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.

Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.

 

2. Afektif (Nilai atau Sikap)

Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :

a. Penerimaan (recerving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.

Page 7: KOMPONEN SIlabus

c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.

d. Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.

e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:

“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”

Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.

 

3. Psikomotorik (Keterampilan)

Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :

a. Peniruan

terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b. Manipulasi

Page 8: KOMPONEN SIlabus

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c. Ketetapan

memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:

1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka?

2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam

praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Komponen-Komponen Kurikulum Dan Silabus

A.           Komponen-Komponen Kurikulum

Page 9: KOMPONEN SIlabus

Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan

pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-

bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini

disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki

komponen pokok dan komponen penunujang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka

dukungannya untuk mencapai tujuan itu.

Komponen pokok kurikulum, meliputi;

1.             Komponen Tujuan

Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang

dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di Sekolah dapat diukur dari seberapa

jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga

pendidikan, pasti dicantumkian tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh

lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,

selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai

dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan

berikut.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

 Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Page 10: KOMPONEN SIlabus

  Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan

kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran

yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.

2.             Komponen Isi/Materi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam

kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis

bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang

studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.

Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi

kurikulum. Kriteria itu natara lain:

Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.

Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.

Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.

Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.

Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topiktopik

pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.

  Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.

Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3.             Komponen Strategi

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan

dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu

saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi

pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan

penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku

maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan

disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata

disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.

Page 11: KOMPONEN SIlabus

Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya

menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum

meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

4.             Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi

kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang

ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih

luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan

ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada

efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.

Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum

sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut

ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu

saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu

dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan

pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.

Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan

para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem

pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.

Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan

para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta

didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian

serta fasilitas pendidikan lainnya.

Merupakan suatu komponen kurikulum, karena dengan evaluasi dengan evaluasi dapat di

peroleh informasi akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar

siswa.berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu

sendiri,pembelajaran kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu di lakukan.

B.            SILABUS

1.             Pengertian Silabus

Page 12: KOMPONEN SIlabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu

yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar.

2.             Prinsip Pengembangan Silabus

a.             Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b.             Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan

tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

c.             Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai

kompetensi.

d.            Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi

pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e.             Memadai

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f.              Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian

memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan

peristiwa yang terjadi.

g.             Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta

dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

h.             Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

3.             Unit Waktu Silabus

Page 13: KOMPONEN SIlabus

a.        Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan

untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

b.             Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per

tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.

c.             Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai

dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu

yang tersedia pada struktur kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus

berdasarkan satuan kompetensi.

4.             Pengembang Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok

dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.

a.             Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali

karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya.

b.             Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan

pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk

membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan

oleh sekolah/madrasah tersebut.

c.             Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus

secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama

oleh guru yang terkait.

d.            Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri,

sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum

MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-

sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.

e.             Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama

setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri

dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.

5.             Landasan Pengembangan SILABUS

·               Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 17 ayat (2)

Page 14: KOMPONEN SIlabus

·               Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 20

·               Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan

standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di

bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan

pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK. PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal

17 Ayat (2)

·               Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber

belajar, dan penilaian hasil belajar PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 20

6.             Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

a.             Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada

Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

 urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak

harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI.

keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.

keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

b.             Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar

dengan mempertimbangkan:

·                potensi peserta didik,

·                relevansi dengan karakteristik daerah,

·                tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik,

·                kebermanfaatan bagi peserta didik,

·                struktur keilmuan,

·                aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,

·                relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan

·                alokasi waktu.

Page 15: KOMPONEN SIlabus

c.             Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses

mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan

sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang

dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan

berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai

peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai

berikut:

·                Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,

khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

·                Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik

secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

·                Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi

pembelajaran.

·                Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri

yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

d.            Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan

perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator

dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,

potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat

diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

e.             Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian

dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,

penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan

data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

Page 16: KOMPONEN SIlabus

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian :

·                Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

·                Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta

didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang

terhadap kelompoknya.

·                Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam

arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar

yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.

·                Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan

proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian

kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang

telah memenuhi kriteria ketuntasan.

·                Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses

pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan

maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik

wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang

dibutuhkan.

f.              Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif

dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi

dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.

Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk

menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

g.             Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam,

sosial, dan budaya.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

h.             Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Silabus

Page 17: KOMPONEN SIlabus

·                Alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan sebuah tema.

·                Pencapaian kompetensi setiap aspek saling terkait, sehingga tidak memungkinkan untuk

dipisahkan.

·                Untuk memudahkan keterbacaan dan korelasi antara komponen-komponen silabus, maka

format silabus dibuat sesuai dengan contoh/model silabus

·                Kegiatan pembelajaran dalam silabus bahasa asing diharapkan dapat mewujudkan akulturasi

budaya positif dari kedua pengguna bahasa

·                Aplikasi kegiatan pembelajaran hendaknya kontekstual, dan memasukkan unsur-unsur

lingkungan serta budaya sesuai dengan kondisi setempat.

·                Uraian materi yang disajikan merupakan rangkaian materi yang harus dicapai setiap aspek.

7.             Contoh Model Silabus

Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai dengan

kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis

uraian (format 2). Dalam menyusun format urutan KD, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan,

sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus