Kinetika Monica Setyawan 12.70.0013 C3

36
1. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan terhadap kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar dapat dilihat dari table berikt ini. 1 Ke l Perlakuan Wakt u MO tiap Petak Rata- rata/MO tiap petak Rata- rata/ MO tiap cc OD (nm) pH Total Asam (mg/ml) 1 2 3 4 C1 Sari Apel + S. cereviceae N 0 5 48 5 22 10 4x10 7 0,1464 3,38 7,68 N 48 48 70 77 49 61 24,4 x10 7 0,5485 3,26 9,98 N 72 50 83 75 48 64 25,6 x10 7 0,7451 3,23 11,52 N 96 79 93 72 88 83 33,2 x10 7 0,9552 3,19 12,09 N 120 153 155 160 120 147 58,8 x10 7 1,5414 3,09 12,48 C2 Sari Apel + S. cereviceae N 0 21 18 28 17 21 8,4 x10 7 0,1547 3,54 11,52 N 48 30 43 35 24 38 15,2 x10 7 0,5801 3,37 11,52 N 72 54 70 68 56 62 24,8 x10 7 0,5254 3,31 11,90 N 96 59 63 62 68 63 25,2 x10 7 0,6200 3,27 11,90 N 120 98 104 88 94 96 38,4 x10 7 1,4391 3,11 11,52 C3 Sari Apel + S. cereviceae N 0 22 25 23 18 22 8,8 x10 7 0,1849 3,52 11,90 N 48 50 60 56 62 57 22,8 x10 7 0,5022 3,39 12,48 N 72 70 68 55 67 65 26 x10 7 0,6403 3,28 12,67 N 96 248 164 166 140 179,5 71,8 x10 7 0,7286 3,19 13,44 N 120 65 67 111 84 81,75 31,7 x10 7 1,5911 3,33 13,06 C4 Sari Apel + S. cereviceae N 0 19 21 23 20 20,75 8,3 x10 7 0,1516 3,55 13,82 N 48 54 45 47 34 45 18 x10 7 0,6481 3,31 12,67 N 72 70 80 79 73 77 30,8 x10 7 0,5175 3,25 11,52 N 96 105 96 121 133 113,75 45,5 x10 7 0,6463 3,22 11,71 N 120 98 72 110 107 96,75 38,7 x10 7 1,0229 3,19 10,94

description

Vinegar apel dapat dibuat melalui proses fermentasi dengan bantuan yeast dengan genus Saccharomyces. proses pertumbuhan mikroba selama fermentasi dapat diamati melalui pengukuran biomassa,OD,pH, dan total asam.

Transcript of Kinetika Monica Setyawan 12.70.0013 C3

24

KelPerlakuanWaktu MO tiap PetakRata-rata/ MO tiap petakRata-rata/ MO tiap ccOD (nm)pHTotal Asam (mg/ml)

1234

C1Sari Apel + S. cereviceaeN0548522104x1070,14643,387,68

N48487077496124,4 x1070,54853,269,98

N72508375486425,6 x1070,74513,2311,52

N96799372888333,2 x1070,95523,1912,09

N12015315516012014758,8 x1071,54143,0912,48

C2Sari Apel + S. cereviceaeN021182817218,4 x1070,15473,5411,52

N48304335243815,2 x1070,58013,3711,52

N72547068566224,8 x1070,52543,3111,90

N96596362686325,2 x1070,62003,2711,90

N1209810488949638,4 x1071,43913,1111,52

C3Sari Apel + S. cereviceaeN022252318228,8 x1070,18493,5211,90

N48506056625722,8 x1070,50223,3912,48

N72706855676526 x1070,64033,2812,67

N96248164166140179,571,8 x1070,72863,1913,44

N12065671118481,7531,7 x1071,59113,3313,06

C4Sari Apel + S. cereviceaeN01921232020,758,3 x1070,15163,5513,82

N48544547344518 x1070,64813,3112,67

N72708079737730,8 x1070,51753,2511,52

N9610596121133113,7545,5 x1070,64633,2211,71

N120987211010796,7538,7 x1071,02293,1910,94

1. HASIL PENGAMATANHasil pengamatan terhadap kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar dapat dilihat dari table berikt ini.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika

1

KelPerlakuanWaktu MO tiap PetakRata-rata/ MO tiap petakRata-rata/ MO tiap ccOD (nm)pHTotal Asam (mg/ml)

1234

C5Sari Apel + S. cereviceaeN0711105114,4 x1070,18873,487,68

N48482034323614,4 x1070,37773,208,23

N723844362836,514,6 x1070,73033,1812,56

N965045385246,2518,5 x1070,76023,2711,90

N120258232182178212,585 x1071,01513,4011,52

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari pengamatan mulai N0 (hari pertama) hingga N120 (hari kelima) hasil yang diperoleh pada tiap kelompok berbeda-beda meskipun menggunakan bahan baku dan yeast yang sama. Dapat dilihat pula terdapat kenaikan dan penurunan pada beberapa poin pengamatan. Seperti pada rata-rata Mikroorganisme, Optical Density (OD), pH maupun total asam pada tiap kelompok. Penaikan dan penurunan ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian pembahasan.

5

Grafik 1. Hubungan OD dengan Waktu Fermentasi

Pada Grafik 1 diatas dapat diketahui mengenai informasi hubungan antara Optical density (OD) dengan waktu yang terjadi. Dimana secara umum dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya waktu maka optical density yang didapatkan juga meningkat. Serta dapat dilihat pula bahwa OD tertinggi diperoleh kelompok C3 dengan garis berwarna hijau pada hari kelima.

Grafik 2. Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu Fermentasi

Dari grafik diatas dapat diketahui mengenai hubungan antara jumlah se; dan waktu pertumbuhan mikroorganisme. Dimana pertumbuhan yang terjadi semakin meningkat seiring dengan pertambahan waktu yang terjadi. Dapat dilihat pula bahwa pada kelompok C3 dan C4 terjadi penurunan jumlah sel pada hari ke 4 menuju ke 5.Grafik 3. Hubungan Jumlah Sel dengan pH

Dari grafik diatas dapat dilihat mengenai hubungan antara jumlah sel dan pH dari sampel. Dapat diketahuo bahwa pH yang diperoleh berbeda-beda setiap kelompok serta berfluktuasi. Terdapat kenaikan dan penurunan pH yang terjadi dalam larutan sampel.

Grafik 4. Hubungan Jumlah Sel dengan OD

Dari grafik diatas dapat dilihat hasil pengamatan mengenai hubungan jumlah sel dan OD (Optical Density). Grafik tersebut menunjukan adanya peningkatan dan penurunan jumlah sel yang terjadi dalam sampel. Dimana setiap kelompok memiliki hasil yang berbeda-beda kekeruhannya.Grafik 5. Hubungan Jumlah Sel dengan Total asam

Dari grafik diatas dapat dilihat mengenai hubungan antara jumlah Sel dan total asam dari larutan cuka apel. Diketahui bahwa hasil yang diperoleh bervariasi antar kelompok dan juga berfluktuasi. Sehingga kurang dapt disimpulkan mengenai hubungan antara keduanya.

2. PEMBAHASAN

Pada percobaan fermentasi kali ini kami mengamati mengenai kinetika fermentasi dalam minuman vinegar. Dimana minuman vinegar yang digunakan adalah sari buah apel yang dalam pembuatannya di jus terlebih dahulu. Dimana dalam pembuatan sari buah apel ini mula-mula buah dicuci terlebih dahulu dan dipotong kecil-kecil untuk mempermudah proses, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Proses pemotongan Apel

Pemotongan buah ini beserta kulit dari buah apel itu sendiri, dan untuk mencegah terjadinya oencoklatan pada buah maka setelah dipotong-poting buah direndam di dalam air untuk di juice. Kemudian buah dimasukkan ke dalam juicer untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh sari buah. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Proses pengejusan sari apel dengan juicer.

6

Penggunaan juicer dikarenakan juicer memiliki kemampuan memisahkan sari apel dari ampas lebih baik daripada blender. Sari buah yang diperoleh kemudian di saring menggunakan kain saring, untuk menyaring ampas-ampas dari sari apel itu sendiri, sehingga diperoleh sari apel yang jernih tanpa ampas.

Gambar 3. Sari buah yang diperoleh kemudian disaring dengan kain saring.

Sari apel yang sudah diperoleh kemudian di bagi menjadi 250ml untuk setiap kelompok dengan menggunakan gelas ukur. Dan setelah diperoleh 250ml, sari apel tersebut dimasukkan kedalam botol kaca dan ditutup dengan plastik serta diikat dengan karet untuk menghindari kontaminasi yang dapat terjadi.

Gambar 4. Pengukuran sari apel 250ml untuk setiap kelompok dan botol ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet.

Sedangkan untuk pengamatan kinetika ini maka botol harus disterilisasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengamatan selanjutnya. Sterilisasi menurut Hadioetomo (1993) yaitu suatu proses untuk mematikan atau membunuh semua organisme yang terdapat pada suatu benda atau di dalam suatu benda. Dalam prosesnya dibutuhkan media dalam keadaan steril, oleh sebab itu proses media agar tetap steril dilakukan sterilisasi. Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan autoclave, yaitu bejana logam berdinding tebal yang bagian bawahnya dapat diisi dengan air dan bagian atas bejana ditutup dengan penutup yang dirapatkan dengan sekrup penutup atau clamp. Sehingga, tekanan dapat ditimbulkan oleh campuran uap dan udara. Cara mengoperasikan autoklaf yaitu pertama pintu autoklaf ditutup rapat. Lalu kran pada pipa uap dibuka dan temperatur akan terus-menerus naik sampai mencapai suhu 1210C. Penghitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai saat termometer pada autoklaf menunjukkan suhu 1210C. Setelah kira-kira waktu cukup, maka kran uap ditutup sehingga suhu mulai turun sedikit demi sedikit, demikian pula pada manometer. Autoklaf tidak boleh dibuka dengan tujuan agar isi botol yang ada dalam autoklaf tidak meluap ke mana-mana. Sebaliknya, untuk membuka autoklaf maka kita menunggu sampai manometer menunjukkan angka 0. Pendinginan dilakukan sedikit demi sedikit (Winarno, 1994).

Gambar 5. Botol kaca diletakkan dalam keranjang dan dimasukkan ke dalam autoclave.

Proses sterilisasi ini menurut pendapat Fardiaz (1992) dimaksudkan untuk mematikan semua jasad renik ataupun mikroorganisme yang terdapat di suatu benda. Sehingga ketika medium tersebut digunakan, maka tidak akan ditemui jasad renik maupun mikroorganisme lain yang dapat berkembangbiak. Setelah proses sterilisasai berakhir, sari apel kemudian ditambah dengan 30 ml biakan yeast dengan menggunakan pipet volume. Proses penambahan ini dilakukan secara aseptis di ruang lav, yang menurut Hadioetomo (1993), bertujuan untuk menghidari kontaminasi silang yang dapat terjadi antara praktikan dengan bahan maupun lingkungan dengan bahan. Yeast berdasarkan pendapat Bennion & Hughes (1970), merupakan bahan dasar yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi karbondioksida dan etanol melalui proses fermentasi. Sedangkan apel yang digunakan dalam praktikum ini memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti kalsium, fosfor, besi, serat, dan berbagai vitamin seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C. Selain itu buah apel juga mengandung antioksidan yang berperan besar dalam proses perbaikan metabolisme tubuh kita. Sari buah apel ini juga diketahui mempunyai sifat antiseptik, sehingga bisa membantu menekan jumlah bakteri jahat dalam saluran pencernaan kita, memperlancar aliran darah, mengatasi keracunan, serta menekan risiko obesitas (Candra, 2010). Dalam penelitiannya, Lingham et al. (2012) menyatakan bahwa penggunaan vinegar dapat menekan jumlah bakteri perusak yang berpotensi menimbulkan penyakit bagi tubuh kita. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan isolate bakteri yang terdapat pada ikan lele. Dan diperoleh hasil bahwa vinegar ini dapat menghambat bakteri sehingga terjadi peningkatan kualitas produk perikanan.

Pada praktikum kali ini, vinegar apel dibuat dengan inokulum yeast yaitu Saccharomyces cereviceae, yang menurut Atlas (1984), khamir dengan genus Saccharomyces baik digunakan untuk memproduksi berbagai macam tipe minuman beralkohol. Beliau juga mengatakan bahwa produksi minuman beralkohol melalui proses fermentasi alkohol, dapat terjadi melalui suatu konversi gula menjadi alkohol yang dilakukan oleh enzim mikroba. Sedangkan flavor dan perbedaan karakteristik lainnya antar berbagai jenis minuman beralkohol disebabkan karena perbedaan substrat dan proses produksi yang dilakukan. Bardasarkan pendapat Nogueira et al (2007), vinegar apel merupakan minuman alkohol kadar rendah dari sari apel yang diperoleh dari pengepresan buah apel yang kemudian mengalami proses fermentasi alkohol dan konversi malolatik.

Berdasarkan pendapat dari Gaman & Sherrington (1994), khamir memiliki sekumpulan enzim yang disebut sebagai zymase. Zymase ini memiliki peranan pada fermentasi senyawa gula, seperti contohnya glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Dan apabila terdapat pemberian oksigen, maka sel khamir akan melakukan respirasi secara aerobik yang dapat menyebabkan enzim khamir memecah senyawa gula lebih sempurna, dan akan dihasilkan karbondioksida dan air (Gaman & Sherrington, 1994).

Sari apel yang telah diinokulasi dengan yeast kemudian diinkubasi dengan diberi perlakuan shaker selama 5 hari. Dimana menurut Said Said (1987), langkah pengocokan dengan shaker inkubator digunakan sebagai media aerasi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan agitasi untuk menjamin tercapainya keseragaman suspensi dari sel mikroba pada media nutrien yang homogen. Ditambahkan pula oleh Van Hoek et al (2004), bahwa proses aerasi ini merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan Saccharomyces cereviseae. Karena pada umumnya Saccharomyces cereviseae ini pertumbuhannya berlangsung secara aerob.

Setelah proses pengocokan berlangsung selama 24 jam maka dilakukan analisa dengan langkah awal mengambil sari apel sebanyak 30 ml dari sampel yang telah dishaker kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Dari 30 ml sampel tersebut kemudian di ambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer untuk dilakukan uji titrasi asam. Sedangkan sisa 20 ml digunakan untuk mengukur Optical Density dengan menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur kepadatan sel dengan haemacytometer, serta untuk mengukur pH sampel.

Gambar 6. Pengambilan 10 ml sampel untuk dititrasi

Haemacytometer yang digunakan untuk mengukur biomassa menurut Lobban et al (1988), merupakan alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel dalam darah. Haemacytometer digunakan untuk mengukur sel dengan densitas yang lebih besar dari 104 sel/ml. Biasanya ukuran haemacytometer adalah 1 x 1 mm2 yang kemudian terbagi menjadi sembilan bentuk persegi. Cara penggunaan haemacytometer adalah dengan mengambil sampel yang akan diamati menggunakan pipet pasteur yang kemudian sampel diletakkan diatas cekungan pada haemacytometer tersebut. Permukaan cekungan kemudian ditutup dengan penutup kaca tipis dan diamati dengan mikroskop. Ketepatan dalam perhitungan menggunakan haemacytometer tergantung dari ketepatan dalam mencampur sampel, jumlah ruang yang dihitung, dan jumlah sel (200 500 setiap 0,1 mm3).

Gambar 7. Hasil pengamatan dengan haemacytometer.

Pengukuran menggunakan haemocytometer ini menurut Chen (2011), merupakan alat yang simple dan mudah digunakan. Hal ini dikarena haemocytometer memiliki kelebaran dan kedalaman dari garis mikroskopis yang telah diketaui secara pasti. Sehingga perhitungan dapat didasarkan pada 4 kotak yang berdekatan, kemudian jumlah sel yang terhitung dirata-rata

Pengukuran biomassa ini dilakukan selama 5 hari dengan 4 kali pengamatan yaitu N0, N48, N72, N96, N120. Kemudian hasil pengamatan akan dibandingkan dengan waktu, pH, OD dan total asam. Jumlah sel Saccharomyces cereviceae pada vinegar apel ini dihitung dengan menggunakan metode enumerasi mikroskopik Petroff-Hauser. Dimana hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-kotak skala pada haemocytometer (Fardiaz, 1992). Menurut Hadioetomo (1993), Haemocytometer merupakan suatu ruang hitung yang terdiri atas petakpetak berukuran kecil untuk mempermudah menghitung jumlah sel di bawah mikroskop.

Setelah dilakukan analisa, diperoleh hasil yang dapat dilihat dari grafik 2 bahwa pada kelompok C1, C2 dan C5 terjadi peningkatan jumlah sel seiring dengan berjalannya waktu. Sedangkan pada C3 dan C4 terjadi penurunan jumlah sel pada hari terakhir. Adanya peningkatan dan penurunan jumlah sel seperti pada kelompok C3 dan C4 ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Stanburry & Whitaker (1984) yaitu bahwa kultur yang diinokulasi akan melalui beberapa fase yaitu fase lag, fase log, fase stasioner dan fase kematian. Fase fase ini dapat dilihat pada kurva kelompok C3 dan C4 (grafik 2) dimana fase lag terjadi pada waktu N0-N48, fase log pada waktu N48-N72, fase stationer pada N72-N96 dan fase kematian pada waktu N96-N120. Peningkatan jumlah mikroorganisme pada fase lag dan log ini dapat terjadi karena Saccharomyces cereviceae menggunakan glukosa pada sari apel sebagai energi untuk melakukan pertumbuhan. Sedangkan penurunan jumlah sel mikroorganisme pada hari ke 4 hingga ke 5 terjadi karena Saccharomyces cereviceae mengalami kematian. Sedangkan pada kelompok lain fase stasioner ke kematian masih belum dapat teramati, karena masih terus terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme. Hasil yang berbeda-beda dari tiap kelompok ini menurut Hayes (1995) dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme tersebut, seperti contohnya nutrien, suhu, kelembaban, oksigen, dan pH yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang

Kemudian pada pengamatan selanjutnya yaitu pengukuran OD yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660nm, diperoleh hasil bahwa sulit untuk disimpulkan mengenai hubungan antara jumlah sel dan tingkat kekeruhan (OD). Hal ini karena tidak pola yang pasti mengenai hubungan antara jumlah sel mikroorganisme dan tingkat kekeruhan (OD). Hal ini dapat terjadi karena adanya debu yang mengganggu kerja sistem optik, sehingga ada sinar yang tersesat (stray light) yang dapat menumbuk sel (Khopkar, 2002).

Sedangkan untuk hubungan antara waktu dan OD dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu maka nilai OD semakin meningkat. Namun menurut Clark (2007) seharusnya absorbansi atau optical density berbanding lurus dengan konsentrasi sel. Dengan demikian konsentrasi sel dalam suspensi dapat dinyatakan sebagai nilai OD (optical density). Seperti yang dapat dilihat pada kelompok C1 dan C2 pada grafik hubungan jumlah sel dan OD. Pada kedua kelompok ini menunjukkan hal yang sama dengan pernyataan Clark (2007) tersebut. Selain itu Sudarmadji & Suhardi (2000), juga berpendapat mengenai kesalahan dalam pengukuran spektrometri. Menurut mereka kesalahan timbul dari banyak sebab, antara lain: Kuvet yang telah kotor atau tergores, sidik jari yang dapat menyerap radiasi ultra violet, ukuran kuvet yang tidak seragam, penempatan kuvet yang tidak tepat, adanya gelembung udara / gas dalam lintasan radiasi, panjang gelombang yang dihasilkan sudah tidak cocok dengan yang tertera pada instrument.

Pada pengamatan selanjutnya yaitu mengenai hubungan pH dan total asam dengan jumlah sel. Dari pengamatan ini diperoleh hasil yang fluktuatif. Artinya terjadi kenaikan dan penurunan pH dan total asam. Berdasarkan pendapat Reed & Rehm (1996) yeast mampu menguraikan berbagai macam substrat. Secara umum, yeast tumbuh efisien pada pH 3,5 6 dan temperatur 25-300C. Keasaman media yang digunakan dapat dikarenakan media sari apel yang digunakan bersifat asam sehingga pH media menjadi rendah. Pada praktikum pengukuran pH dilakukan dengan cara memasukkan sampel pada gelas beker, kemudian menempatkan pH meter pada cairan sampel tanpa menyentuh dasar gelas beker. Dan untuk pengamatan pH ini jumlah sel atau total biomassa berbanding terbalik dengan asam. Ditambahkan pula oleh Galaction et al (2010), jika proses fermentasi berlangsung lama, maka nilai pH akan meningkat karena ada kandungan alkohol yang semakin tinggi.

Sedangkan untuk mengukuran jumlah asam dilakukan dengan memberikan indicator pp sebanyak 3 tetes ke dalam 10 ml larutan sampel yang sidah dimasukkan ke dalam erlemeyer. Sehingga dengan adanya indicator pp ini akan terlihat perubahan warna yang terjadi ketika di titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Larutan NaOH ini bekerja dengan menetralisasi larutan sari apel. Proses titrasi akan dihentikan ketika sampel sudah berubah warna, dimana hal ini sesuai dengan pendapat Solomon (1983), yaitu bahwa indikator PP mempunyai pH yang antara 8,0-9,0, dan akan berubah warna dari yang tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Namun pada praktikum kali ini karena sampel berwarna kecoklatan, maka perubahan yang terjadi tidak terlalu terlihat. Setelah diketahui jumlah NaOH yang dibutuhkan maka total asam dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Total Asam = = .... mg/ml(AOAC, 1995)

Gambar8. Hasil titrasi dengan NaOH 0,1N

Berdasarkan pendapat Galaction et al. (2010), total asam merupakan salah satu penanda atau indicator yang digunakan untuk menentukan banyaknya jumlah sel pada sampel. Sehingga apabila jumlah sel banyak maka akan ditandai dengan nilai total asam yang tinggi pula. Total asam juga merupakan salah satu indikator untuk menentukan banyak atau sedikitnya jumlah sel pada sampel. Apabila total asam tinggi maka menunjukkan jumlah sel yang ada pada sampel semakin meningkat, maka kepadatannya juga akan semakin tinggi. Saccharomyces cereviceae yang bertumbuh dalam sampel menghasilkan asam dan juga alkohol, dimana jumlahnya lebih banyak dari pada sebelumnya (Galaction et al., 2010). Sehingga karena adanya pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi dalam sampel maka nilai total asam meningkat. Sedangkan penurunan nilai total asam disebabkan karena mikroorganisme sudah mulai kehabisan substrat yang mereka gunakan untuk tumbuh, sehingga sebagian mikroorganisme mati. Dalam penelitiannya Saha, et al. (2013), mengatakan bahwa vinegar alcohol memiliki konsentrasi alkohot lertinggi 7.77% dengan level gula 10% dan yeast yaitu 8%. Dimana pembuatannya dilakukan selama 2 hari atau 48 jam pada suhu 280C dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae.

14

3.

4. KESIMPULAN

Sterilisasi dan proses aseptis merupakan hal yang penting dalam proses fermentasi. Yeast mengubah karbohidrat menjadi karbondioksida dan etanol melalui proses fermentasi. Perlakuan shaker inkubator digunakan sebagai media aerasi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Saccharomyces cereviseae tumbuh secara aerob. Peningkatan jumlah mikroorganisme pada fase lag dan log terjadi karena Saccharomyces cereviceae menggunakan glukosa pada sari apel sebagai energi untuk melakukan pertumbuhan. Penurunan jumlah sel mikroorganisme pada hari ke 4 hingga ke 5 karena Saccharomyces cereviceae mengalami kematian. Nilai OD semakin meningkat seiring dengan perkembangan waktu. Jika proses fermentasi berlangsung lama, maka nilai pH akan meningkat karena ada kandungan alkohol yang semakin tinggi. Total asam merupakan salah satu indikator untuk menentukan banyak sedikitnya jumlah sel pada sampel. Total asam tinggi menunjukkan jumlah sel semakin meningkat, maka kepadatannya juga semakin tinggi. Penurunan nilai total asam disebabkan karena mikroorganisme sudah mulai kehabisan substrat yang mereka gunakan untuk tumbuh , sehingga sebagian mikroorganisme mati.

Semarang, 15 Juni 2014PraktikanAsisten Dosen,Bernardus Daniel H.Metta MelianiMonica Setyawan Chaterine Meilani(12.70.0013)5. DAFTAR PUSTAKAAOAC. (1995). Official Methods of Analysis 16th edition Association of Analytical International. Maryland.USAAtlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Applications. Mac Millard Publishing Company. New York.

Bennion, M. & O. Hughes. (1970). Introductory Foods, 6th Edition. Collier Macmillan Publisher. London.

Candra, Asep. (2010).Cuka Apel Stabilkan Tekanan Darah. Jakarta.

Chen, Yu-Wei and Pei-Ju Chiang. (2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometers through Image Processing. World Academy of Science, Engineering and Technology 58.

Clark, Jim. (2007). Hukum Beer-Lambert. Jakarta

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Galaction, Anca-Irina., Anca-Marcela Lupasteanu and Dan Cascaval. (2010). Kinetic Studies on Alcoholic Fermentation Under Substrate Inhibition Conditions Using a Bioreactor with Stirred Bed of Immobilized Yeast Cells. The open Systems Biology Journal,3,9-20.

Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka.

Hayes, P. R ( 1995 ). Food Microbiology and Hygiene. Chapman and Hall. Great Britain.

Khopkar, S. M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Pers. Jakarta.

Lingham, T. ; Samuel Besong, Gulnihal Ozbay and Jung-Lim Lee. 2012. Antimicrobial Activity of Vinegar on Bacterial Species Isolated from Retail and Local Channel Catfish (Ictalurus punctatus). J Food Process Technol 2012, S11

15

Lobban et al. (1988). Cell Counting using a Haemacytometer. http://www.marine.csiro.au/microalgae/methods/haemacytometer%20counting.htm

Nogueira et al. ( 2007). Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of Vinegar. Brazilian Archives of Biology and TechnologyVol.50, n. 6 : pp.1083-1092.

Reed, G. & H. J. Rehm. (1996). Biotechnology Volume 9. VCH Verlagsge Sellschaft. New York.

Saha, P. ; Soumitra Banerjee. 2013. Optimization of Process Parameters for Vinegar Production Using Banana Fermentation. IJRET: International Journal of Research in Engineering and Technology eISSN: 2319-1163 | pISSN: 2321-7308. Volume: 02 Issue: 09.

Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Solomon, S. (1983). Introduction to General, Organic & Biological Chemistry. McGraw-Hill, Inc. New York.

Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York.

Sudarmadji S. & B.H. Suhardi. (2000). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Van Hoek, et al. (2004). Effect of Spesific Growth Rate on Fermentative Capacity of Bakers Yeast.

Winarno, F.G.(1994).Sterilisasi Komersial Produk Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

17

5.

6. LAMPIRAN

6.1. Foto Hasil Titrasi6.1.1. Titrasi N0

6.1.2. Titrasi N48

6.1.3. Titrasi N72

6.1.4. 18

6.1.5. Titrasi N96

6.2. Perhitungan6.2.1. Kelompok C16.2.1.1. Jumlah sel/ccJumlah sel/cc = rata-rata jumlah mo tiap petakN0Jumlahsel/cc= = 4 x 107

N48Jumlahsel/cc= = 24,4 x 107

N72Jumlahsel/cc= = 25,6 x 107

N96Jumlahsel/cc= = 33,2x 107

N120Jumlahsel/cc= = 58,8 x 107

6.2.1.2. Total AsamTotal Asam =

N0Total asam= = 7,68mg/mlN48Total asam= = 9,98mg/ml

N72Total asam= = 11,52mg/mlN96Total asam= = 12,09mg/ml

N120Total asam= = 12,48mg/ml

6.2.2. Kelompok C26.2.2.1. Jumlah sel/ccN0Jumlah sel/cc = x 21= 8,4x107sel/cc

N48Jumlah sel/cc = x 38= 15,2x 107sel/cc

N72Jumlah sel/cc = x 62= 24,8 x 107sel/cc

N96Jumlah sel/cc = x 63= 25,2 x 107sel/cc

N120Jumlah sel/cc = x 96= 38,4x 107sel/cc

6.2.2.2. Total AsamN0Total Asam = = 11,52 mg/ml

N48Total Asam = = 11,52 mg/ml

N72Total Asam = = 11,90 mg/ml

N96Total Asam = =11,90 mg/ml

N120Total Asam = = 11,52 mg/ml

6.2.3. Kelompok C36.2.3.1. Jumlah sel/ccN0 Jumlah sel/cc = x 22 = 8,8 x 107

N48 Jumlah sel/cc = x 57= 22,8 x 107

N72Jumlah sel/cc = x 65= 26 x 107

N96 Jumlah sel/cc = x 179,5 = 71,8 x 107

N120Jumlah sel/cc = x 81,75= 32,7 x 107

6.2.3.2. Total AsamN0 Total Asam = = 11,90 mg/ml

N48 Total Asam = = 12,48 mg/ml

N72Total Asam = = 12,67 mg/ml

N96 Total Asam = = 13,44 mg/ml

6.2.4. Kelompok C46.2.4.1. Jumlah sel/ccN0Jumlah sel/ cc= 20,75 = 8,3 107

N48Jumlah sel/ cc= 45 = 18 107

N72Jumlah sel/ cc= 77 = 30,8 107

N96Jumlah sel/ cc= 113,75= 45,5 107

N120Jumlah sel/ cc= 96,75 = 38,7 107

6.2.4.2. Total AsamN0Total asam = = 13,82

N48Total asam = = 12,67

N72Total asam = = 11,52

N90Total asam = = 11,71

N120Total asam = = 10,94

5.1.5. Kelompok C55.1.5.1. Jumlah sel/ccN0Jumlah sel/cc = 11 = 4,4 x 107

N48Jumlah sel/cc = 36 = 14,4 x 107

N72Jumlah sel/cc = 36,5 = 14,6 x 107

N96Jumlah sel/cc = 46,25 = 18,6 x 107

N120Jumlah sel/cc = 212,5 = 85 x 107

5.1.5.2. Total AsamN0Total Asam = = 7,68 mg/ml

N48Total Asam = = 8,23 mg/ml

N72Total Asam = = 12,56 mg/ml

N96Total Asam = = 11,90 mg/ml

N120Total Asam = = 11,52 mg/ml

6.3. Jurnal (Abstrak)6.4. Laporan Sementara