Kinerja Industri Synthetic Fiber Nasional Sem 1 2011 Dit Kim

14
 Oleh : Redma Git a Wirawasta   A sosiasi Produsen Sy n t hetic Fiber Indonesia www.fiber-indonesia.com

description

Asosiasi Serat Sintetis Indonesia

Transcript of Kinerja Industri Synthetic Fiber Nasional Sem 1 2011 Dit Kim

  • Oleh :Redma Gita Wirawasta

    Sekretaris JenderalSekretaris Jenderal

    Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesiawww.fiber-indonesia.com

  • Struktur IndustriPetrokimia, Serat Sintetik, Tekstil dan Produk Tekstil

    ProdukTekstil

    LainnyaEmbroidery

    Serat alam(kapas,

    sutera, rami, wol, dll)

    NonWoven

    Pemintalan(Benang)

    Lainnyay

    Serat buatanStaple

    - Artificial : Pertenunan(kain grey)Pulp

    Pencelupan

    PakaianJadi

    (Garmen)

    Pencelupan/Printing

    Finishing(K i j di)

    Rayon- Sintetik : polyester,

    NylonPetrokimiaPTA, MEG PX, Chip,

    PencelupanBenang

    (Kain jadi)Benang Filamen

    Sintetik : polyester, nylon

    Perajutan(kain grey)

    Capro-Lactam,

    dll

    Sub-Sektor Hulu Sub-Sektor Antara Sub-Sektor Hilir

    Serat dan benang sintetik mer pakan bahan bak tamaSerat dan benang sintetik merupakan bahan baku utama industri tekstil dan produk tekstil

  • Serat Sintetis Dunia

    Dalam 10 tahun terakhir konsumsi serat dunia terus tumbuh rata-rata 3 7% did l h 3,7% yang didorong oleh pertumbuhan serat sintetik sebesar 4% sehingga menguasai pangsa pasar dunia diatas 60%.p

    72% produksi serat sintetis berada di China sehingga Asia Pasifik menguasai 83% pangsa pasar dunia.Sumber : Oerlikon Fiber Year

  • Serat dan Benang Sintetis Dunia 2010-2011

    Ditahun 2010 konsumsi serat sintetis naik 6%, sedangkan benang filament naik 8%.

    Ditahun 2011 diprediksikan total Ditahun 2011 diprediksikan total konsumsi dunia tumbuh 2% yang masih didorong oleh pertumbuhan konsumsi serat sintetik sebesar 2,5% dan benang filament 3,5%.

    China kembali melakukan ekspansi hingga saat ini total kapasitas produksinya sekitar 33 juta ton

    Sumber : Oerlikon Fiber Year & Yarn Fiber Exchangeproduksinya sekitar 33 juta ton pertahun

  • Konsumsi Serat Indonesia 2010Konsumsi Serat (1 3 Juta Tons) Konsumsi Benang (1 2 Juta Tons)Konsumsi Serat (1.3 Juta Tons)

    Kapas44%Lainnya 3%

    Konsumsi Benang (1.2 Juta Tons)

    Benang Pintal49%

    P l t

    Rayon15%

    49%

    Benang OE11%

    Benang Filament

    Polyester41%

    11%40%

    Sumber : Indotextiles

    Total konsumsi serat oleh industri pemintalan dan non woven mencapai 1,3 juta ton pertahun dengan pertumbuhan sekitar 5% dalam 5 tahun terakhir.

    41% serat yang dikonsumsi adalah serat sintetis dimana 100% merupakan serat polyester yang kemudian diolah menjadi benang pintal polyester maupun benang polyester yang kemudian diolah menjadi benang pintal polyester maupun benang campurannya dengan cotton atau rayon.

    Konsumsi benang mencapai 1,2 juta ton dimana 40% konsumsinya merupakan benang filament polyester.g p y

  • Isu Utama Sektor Serat Sintetis dan TPT Dunia Pertumbuhan jumlah penduduk dunia dan liberalisasi pasar Pertumbuhan jumlah penduduk dunia dan liberalisasi pasar

    mendorong konsumsi dan perdagangan. Industri TPT di negara-negara berkembang terus tumbuh.

    Kondisi ekonomi dunia labil, terjadi fluktuasi pasar baik bahan baku dan produknya.

    Lonjakan harga kapas mendorong pertumbuhan konsumsi serat dan benang sintetis dunia yang lebih besar.

    Penambahan kapasitas produksi serat sintetik China kondisi over-supply namun sedikit diminimalisir oleh daya serap pasar. Kondisi over-pp y y p psupply terasa pada K2 2011 saat harga kapas sedikit turun.

    Harga bahan baku di Asia cenderung naik, PTA dan MEG didorong oleh ekspansi produksi China Terjadi defisit PTA 9300 ton dan MEG oleh ekspansi produksi China. Terjadi defisit PTA 9300 ton dan MEG 7100 ton di China.

  • D k i i S t PSF PFY NFYDeskripsi Satuan PSF PFY NFYJumlah Produsen Unit 8 14 4Kapasitas Produksi ribu ton 588 833 32Produksi ribu ton 525 660 21Utilisasi % 90 80 65Ekspor ribu ton 67 232 20Ekspor ribu ton 67 232 20Impor ribu ton 75 32 8Penj. Domestik ribu ton 533 460 9Sumber : APSyFI

    Indonesia merupakan produsen terbesar ke-6 dunia untuk polyester dengankapasitas produksi mencapai 1,4 juta ton per tahun.

    Produsen sintetik di Indonesia berorientasi pasar domestik, PSF 90% dan PFY 65%

    Sumber : APSyFI

    Produsen sintetik di Indonesia berorientasi pasar domestik, PSF 90% dan PFY 65%. Bahan baku utama polyester adalah PTA 100% disuplai industri dalam negeri dan

    MEG 30% disuplai industri dalam negeri, 70% impor. Caprolactam sebagai bahanbaku Nylon 100% impor.

  • Produksi-Konsumsi PSF (Ribu Ton)

    Polyester Staple Fiber (PSF)Polyester Staple Fiber (PSF)

    500

    600

    700

    100

    200

    300

    400

    02007 2008 2009 2010 2011 F

    Produksi Konsumsi KapasitasSumber : APSyFI

    Sejak 2008 konsumsi PSF dipasar domestik terus meningkat hingga diatas 500 ribu ton ditahun 2010.

    Konsumsi dipasar domestik yang didominasi oleh industri spinning diperkirakan akan naik

    Sumber : APSyFI2011 angka proyeksi dari S1 2011

    Konsumsi dipasar domestik yang didominasi oleh industri spinning diperkirakan akan naik minimal sekitar 5% beberapa tahun mendatang, diharapkan dapat disuplai oleh produksi dalam negeri sehingga impor diharapkan turun.

    Kapasitas produksi secara efektif akan bertambah ditahun 2013 untuk dapat memenuhi konsumsi domestik yang diperkirakan mencapai diatas 700 ribu ton ditahun 2015.

  • Ekspor-Impor PSF (Ribu Ton)

    Polyester Staple Fiber (PSF)Polyester Staple Fiber (PSF)p p ( )

    150

    200

    0

    50

    100

    02007 2008 2009 2010 2011 F

    Impor EksporSumber : BPS diolah2011 angka proyeksi dari S1 2011

    Ekspor cenderung turun karena dialihkan untuk memenuhi permintaan dipasar domestikyang cenderung meningkat.

    Terjadi peningkatan impor yang sangat tinggi sebagai akibat dari kondisi over-supply

    2011 angka proyeksi dari S1 2011

    Terjadi peningkatan impor yang sangat tinggi sebagai akibat dari kondisi over supply China dan tingginya permintaan dalam negeri. Meskipun permintaan masih bisa dipenuhioleh produksi dalam negeri karena utilisasinya masih 90% namun sulit disaingi karenaindustri dalam negeri yang tertekan oleh harga bahan baku akibat tambahan beamasuk. (PMK 241)( )

  • Produksi-Konsumsi PFY (Ribu Ton)

    Polyester Filament Yarn (PFY)Polyester Filament Yarn (PFY)( )

    600

    750

    900

    150

    300

    450

    0

    2007 2008 2009 2010 2011

    Produksi Konsumsi KapasitasSumber : APSyFI2011 angka proyeksi dari S1 2011

    Produksi PFY terus mengalami penurunan sejak 2007 seiring dengan menurunnya konsumsi domestik. Meski sedikit naik ditahun 2010, namun belum bisa kembali seperti 2007.

    PFY dikonsumsi industri weaving dan knitting dengan trend pertumbuhan konsumsi PFY dikonsumsi industri weaving dan knitting dengan trend pertumbuhan konsumsi knitting lebih tinggi.

    Konsumsi dipasar domestik dan pasar ekspor diharapkan akan tumbuh masing-masing sekitar 4% pertahun, sehingga dapat merealisasi penambahan kapasitas produksi ditahun 2013 hingga diatas 1 juta ton pertahunditahun 2013 hingga diatas 1 juta ton pertahun

  • Ekspor-Impor PFY (Ribu Ton)

    Polyester Filament Yarn (PFY)Polyester Filament Yarn (PFY)Ekspor Impor PFY (Ribu Ton)

    250

    300

    100

    150

    200

    0

    50

    2007 2008 2009 2010 2011

    Imports ExportsSumber : BPS diolah2011 angka proyeksi dari S1 2011

    Penurunan ekspor dan peningkatan impor yang cukup tingggi terjadi sebagai kib t d i k di i l Chi akibat dari kondisi over-supply China.

    Industri pertenunan dan perajutan melakukan impor yang cenderung lebih murah meskipun utilisasi baru mencapai 80%

  • Isu Utama Sektor Serat Sintetis dan TPT Nasional

    Pengenaan bea masuk PX, PTA, MEG dan kondisi over-supply dunia menekan kinerja penjualan beberapa produsen nasional dikuartal II tahun ini ditandai oleh turunnya ekspor dan naiknya importahun ini ditandai oleh turunnya ekspor dan naiknya impor.

    Kondisi over-supply dunia menyebabkan beberapa produk-produk impor terindikasi melakukan praktik dumping.

    Ek i d i t i b t h d k dil k k t k Ekspansi dan investasi baru tengah dan akan dilakukan untuk menyikapi pertumbuhan konsumsi jangka panjang dan meningkatkan effisiensi produksi. Beberapa perusahan masih menunggu kepastian i tif fi k linsentif fiskal.

    Kebijakan energi pemerintah yang tidak pro industri dalam negeri akan meningkatkan biaya energi. (suplai gas, TTL dll)

    Defisit bahan baku di Asia Pasifik akan menjadi hambatan yang signifikan.

  • PX, PTA PX, PTA dandan MEG MEG SebagaiSebagai BahanBahan Baku Baku UtamaUtamaProduksiKonsumsiBahanBakuAsiaPasifik2009

    China Indonesia Dll TotalAsiaPacifikProduksi 6176 275 13805 20256Konsumsi 9014 885 11804 21703PX

    000tonpertahun

    Net 2838 610 2001 1447Produksi 13699 1295 17775 32769Konsumsi 19882 1272 10856 32010Net 6183 23 6919 759

    PTA

    Produksi 2876 188 5834 8898Konsumsi 8648 555 4943 14146Net 5772 367 891 5248

    Sumber:PCI

    MEG

    D d k i i d t i t d b i t ti Chi t h 2010 Dengan adanya ekspansi industri serat dan benang sintetis China tahun 2010 maka di asia pasifik terjadi defisit PTA 2300 ton dan MEG 6000 ton.

    Dengan adanya rencana ekspansi produksi di Indonesia total menjadi sekitar 1 7 tuta ton pertahun maka ditahun kita akan defisit PTA sebesar 155 ribu ton 1,7 tuta ton pertahun maka ditahun kita akan defisit PTA sebesar 155 ribu ton dan MEG sebeser 460 ribu ton.

    Hingga saat ini belum ada produsen PTA dan MEG yang akan melakukan ekspansiekspansi.

  • KesimpulanKesimpulan Trend pertumbuhan konsumsi dan kondisi ekonomi global perlu disikapi p g p p

    dengan ekspansi kapasitas produksi di Asia Tenggara sebagai base produksi TPT dunia.

    Over-Supply akan memaksa produsen negara lain melakukan Over Supply akan memaksa produsen negara lain melakukan kebijakan dumping, sehingga untuk melindungi pasar domestik perlu dilakukan trade remedy.

    Pasar domestik dan Asia tenggara akan tetap menjadi pasar utama Pasar domestik dan Asia tenggara akan tetap menjadi pasar utama. Diperlukan kebijakan energi yang pro industri dalam negeri. Pengenaan bea masuk bahan baku adalah kebijakan kontra

    produktif yang menghambat kinerja industri. Diperlukan insentif untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi

    di industri bahan baku (PX, PTA dan MEG)

    . Terima Kasih .

    AsosiasiAsosiasi ProdusenProdusen Synthetic Fiber IndonesiaSynthetic Fiber Indonesia