KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

download KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

of 38

Transcript of KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    1/38

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANGPada jaman dahulu nyeri diakitkan dengan hukuman, setan,

    atau magic sehingga penghilangan nyeri merupakan tanggung

     jawab dari pendeta, dukun, atau pengusir setan, menggunakan

    tanaman, atau ritual dan upacara tertentu.

    Pain berasal dari bahasa yunani peone yang berarti hukuman.

     Teori pertama tentang nyeri datang dari yunani dan romawi yang

    menyatakan bahwa otak dan sistem saraf berperan dalam

    menghasilkan persepsi nyeri, pada abad pertengahan dan jaman

    renaissance (14001!00an" terkumpul faktafakta yang mendukung

    teori tersebut. #eonardo da$inci mempercayai bahwa otak

    merupakan organ utama yang bertanggung jawab terhadap sensasi

    tersebut. %a$inci juga mengembangkan idea bahwa korda spinalis

    merupakan organ yang berperan menghantarkan sensasi nyeri ke

    otak.

    &yeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan

    pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori,

    komponen diskriminatori, responrespon yang mengantarkan ataupun

    reaksireaksi yang ditimbulkan oleh stimulus dalam suatu kasus

    nyeri.

     Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa/sensasi yang tidak menyenangkan

    ketika kita mengalami cidera atau kerusakkan pada jaringan tubuh kita, dimana rasa

    nyeri tersebut dapat berupa rasa terbakar, tertindih benda, ngilu/pegal, kram, seperti

    ditusuk – tusuk, berdenyut – denyut, perih. Nyeri berdasarkan waktu terjadinya dapat

    dibedakan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang

    segera terjadi misalnya setelah benturan, pembedahan. Nyeri kronis adalah nyeri yang

    terus berlangsung melebihi periode penyembuhan cedera jaringan, misalnya pada

     pasien diabetes.

      Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri dimana nyeri tersebut dapat

    mengganggu aktifitas dan juga mempengaruhi perasaan kita. Nyeri dapat timbul pada

    tindakan medis yang diterima oleh pasien seperti tindakan bedah, juga dapat timbul

    1

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    2/38

    akibat penyakit yang diderita. Rasa nyeri ini perlu penanganan baik secara

    farmakologi dengan menggunakan obat – obat yang dapat mengatasi rasa nyeri

    maupun secara non farmakologi seperti meditasi dan fisioterapi. Adanya penanganan

    terhadap nyeri yang dirasakan sehingga nyeri berkurang bahkan hilang merupakan

    harapan bagi setiap orang yang merasakan nyeri tersebut. leh karena itu diperlukan

     pengetahuan tentang pengobatan / terapi dari nyeri yang biasa disebut !"ain

    #anagement$ khususnya dalam bidang farmasi.

     Managemen nyeri atau Pain management  adalah salah satu bagian dari displin

    ilmu medis yang berkaitan dengan upaya%upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.

    #anagement nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya

    termasuk pendekatan farmakologikal &termasuk pain modifiers', non farmakologikal

    dan psikologikal.

    (. )*+*AN

    . #engetahui -efenisi, tiologi dan lasifikasi Nyeri.

    0. #engetahui bat Analgetik,A1NS,Steroid,pioid.

    2. #emilih "enggunaan )erapi pada lasifikasi Nyeri

    3. #engetahui fek "enggunaan +angka "anjang,pada gangguan

    4astrointensinal,dan gangguan ginjal

    5. pememilihan terapi pada penderita gastrointensinal 

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    3/38

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI NYERI

    -efinisi nyeri terkini menurut International Association for the Study of 

     Pain &1AS"' adalah sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang

     berhubungan dengan kerusakan jaringan atau stimulus yang potensial menimbulkan

    kerusakan jaringan. onsep lama menyatakan bahwa pemrosesan nyeri & pain

     processing ' hanya bergantung pada jalur nyeri saja dan intensitas nyeri yang timbul

    hanya dipengaruhi besarnya stimulus yang didapatkan.)eori gate control  yang

    dipopulerkan oleh #el6ack dan 7all menyatakan bahwa tidak hanya aspek 

    neurofisiologi saja yang mempengaruhi persepri nyeri, tetapi juga aspek psikologis.

    )eori ini menyatakan adanya proses modulasi desendens dari otak ke medula spinalisterhadap serabut saraf penghantar nyeri sangat mempengaruhi intensitas nyeri yang

    dirasakan. 8al ini memperkuat anggapan perlunya nyeri ditangani secara

    multidisiplin.

     Nyeri sangat penting sebagai mekanisme proteksi tubuh yang timbul bilamana

     jaringan sedang dirusak dan menyebabkan indi9idu bereaksi untuk menghilangkan

    rangsang nyeri ini.

    "ersepsi nyeri sangat bersifat indi9idual, banyak dipengaruhi oleh berbagai

    faktor non fisik, bukan hanya merupakan gangguan fisik tetapi merupakan kombinasi

    dari faktor fisiologis, patologis, emosional, psikologis, kognitif, lingkungan dan sosial.

    B. ETIOLOGI NYERI

    "enyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya,

    )

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    4/38

     penyebab adalah trauma &mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik', neoplasma,

     peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain%lain.

    Trauma mekanik  menimbulkan nyeri karena ujung%ujung saraf bebas mengalami

    kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.

    Trauma thermal  menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat

    rangsangan akibat panas atau dingin.

    Trauma kimiawi  terjadi karena tersentuh 6at asam atau basa yang kuat.

    Trauma elektrik  dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat

    mengenai reseptor rasa nyeri.

     Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan

    yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.

     Nyeri   pada  peradangan  terjadi karena kerusakan ujung%ujung saraf reseptor akibat

    adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan

     bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut

    saraf reseptor nyeri.

     Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan

    karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya

    terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.

    C. KLASIFIKASI NYERI

     Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada

    tempat, sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.

    a. Nyeri berdasarkan tempatnya;

     Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada

    mukosa, kulit.

     Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada

    organ%organ tubuh 9isceral.

     Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur 

    dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukandaerah asal nyeri.

    Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat,

    spinal cord, batang otak, thalamus dan lain%lain.

    b. Nyeri berdasarkan siatnya;

     Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu%waktu lalu menghilang.

     Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang

    lama.

     Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.

     Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar :%5 menit, lalu menghilang, kemudian

    timbul lagi.

    4

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    5/38

    !. Nyeri berdasarkan berat"rin#annya;

     Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah

     Nyeri sedang , yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

     Nyeri berat , yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

    d. Nyeri berdasarkan $akt% &amanya seran#an;

     Nyeri akut , yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang

    dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin

    sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit

    arteriosclerosis pada arteri koroner.

     Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini

     polanya beragam dan berlangsung berbulan%bulan bahkan bertahun%tahun.

    '. (ATOFISIOLOGI NYERI

     Nyeri disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik 

    nosiseptif. Nosiseptor merupakan reseptor ujung saraf bebas yang terdapat pada kulit,

    otot, persendian, 9iseral, dan 9askular. Nosiseptor bertanggung jawab terhadap

    kehadiran stimulus noksius yang berasal dari bahan kimia, suhu, atau perubahan

    mekanikal. Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal

    interneuron dan saraf projeksi yang membawa informasi nosiseptif ke pusat yang lebih

    tinggi pada batang otak dan thalamus. (erbeda dengan reseptor sensorik lainnya,

    reseptor nyeri tidak bisa beradaptasi. egagalan reseptor nyeri beradaptasi adalah

    untuk proteksi karena hal tersebut bisa menyebabkan indi9idu untuk tetap awas pada

    kerusakan jaringan yang berkelanjutan &Sukandar, 0::;'.

    "ada jaringan normal, nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang

    memiliki energi yang cukup untuk melampaui ambang batas stimulus. (ila terjadi

    kerusakan jaringan atau potensi kerusakan jaringan, sel akan mengeluarkan komponen

    intraseluler, misalnya adenosin trifosfat, ion < dengan demikian nosiseptor akan

    terakti9iasi. 1mpuls nyeri akan diteruskan ke sistem saraf pusat yaitu medulla spinalis,

    ke sel neuron di kornu dorsalis dan thalamus. Sistem ini berjalan mulai dari perifer 

    melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. 1mpuls tersebut

    dipersepsikan sebagai kualitas nyeri &Sukandar, 0::;'.

    "erjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks

    yang disebut sebagai nosiseptif &nociception' yang merefleksikan empat proses

    komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana

    terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf 

     pusat &corte= cerebri' &)jay, 0::>'.

    !

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    6/38

    . "roses )ransduksi

    "roses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf.

    Suatu stimuli kuat &no=ion stimuli' seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi

    suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung%ujung saraf perifer &ner9e ending' atau

    organ%organ tubuh &reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi ma6oni'.

    erusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya

    menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan

    menyebabkan sensitisasi dari reseptor%reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya 6at%6at

    mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri.

    eadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer &Noor, 0::'.

    0. "roses )ransmisi

    "roses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses

    transduksi melalui serabut A delta dan serabut ? dari perifer ke medulla spinalis,

    dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh

    tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. )raktus

    spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ%organ yang lebih dalam

    dan 9iseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.

    Selain itu juga serabut%serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan

    saraf%saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke

    thalamus dan somatosensoris di corte= cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri

    &Noor, 0::'.

    2. "roses #odulasi

    "roses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat &medulla

    spinalis dan otak'. "roses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang

    dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla

    spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen&enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin' dapat menekan impuls nyeri pada

    kornu posterior medulla spinalis. -imana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka

    dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. 1nilah

    yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang &Noor, 0::'.

    3. "ersepsi

    8asil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,

    transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif 

    yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan

    korteks sebagai diskriminasi dari sensorik &Noor, 0::'.

    *

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    7/38

     

    4ambar . "atofisiologi nyeri

    Serabut yang berperan dalam nyeri antara lain @ serabut A%&A% fiber' yang

     peka thd nyeri tajam, panas menimbulkan first pain. Serabut ? &? fiber' yang peka

    thd nyeri tumpul dan lama yang menimbulkan second pain seperti nyeri inflamasi

    &Noor, 0::'.

     Gambar ). Serab%t syara nyeri

    E.PENILAIAN NYERI

    Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk

    menentukan terapi nyeri yang efektif. +kala penilaian nyeri dan

    keterangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri.

    ntensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat

    berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi yang dirasakan.-da beberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang ini,

    yaitu

    /

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    8/38

    1. Numeric Rating Scae !NRS"%igunakan pada pasien dewasa anak berusia ) tahun yang dapat

    menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang

    dirasakannya. Pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang

    dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 10 .2 0 3 tidak nyeri2 1 ) 3 nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi

    dengan baik"2 4 * 3 nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis,

    menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

    mendiskripsikan, dapat mengikuti perintah dengan baik".2 / 3 nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat

    mengikuti perintah tetapi masih merespon terhadap tindakan,

    dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya.

     Tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi"2 10 3 nyeri yang sangat (pasien sudah tidak mampu lagi

    berkomunikasi, memukul"

    Gam#ar Numeric Rating Scae ! NRS "

    $. %&ng Ba'er Face( Pain Scae  +kala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi

    yang berbeda, dimulai dari senyuman sampai menangis

    karena sakit

    Gam#ar %&ng Ba'er Face( Pain Scae%igunakan pada pasien dewasa dan anak ) tahun yang tidak

    dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka. Pasien

    5

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    9/38

    diminta untuk menunjuk6memilih gambar mana yang paling sesuai

    dengan yang dirasakannya, tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri.2 0 tidak merasa nyeri2 1 sedikit rasa sakit

    2 nyeri ringan2 ) nyeri sedang

    2 4 nyeri berat

    2 ! nyeri sangat berat

    ). *&m+&rt ScaePenilaian nyeri untuk pasien bayi, anak, dan dewasa di

    ruang rawat intensif6kamar operasi6ruang rawat inap yang tidak

    dapat dinilai menggunakan &umeric 7ating +cale maupun 8ong

    9aker :aces +cale. Terdapat kategori dimana setiap kategori

    memiliki skor 1!, skor total antara 4!. Penilaian meliputi

    kewaspadaan, ketenangan, distress pernafasan, menangis,

    pergerakan, tonus otot, tegangan wajah, tekanan darah basal,

    denyut jantung basal.,. Be-ai&ra Pain Scae !BPS"

    Penilaian derajat nyeri pada pasien penurunan kesadaran

    menggunakan skala sikap dan perilaku pasien6Behavioral Pain

    Scale (BPS), yaitu dengan melihat ekspresi wajah, pergerakan atau

    posisi ekstremitas atas, dan toleransi terhadap $entilasi mekanik.Ta#e Behavioral Pain Scale

    E'(/re(i %a0a- &ilai Tenang 1

    +ebagian muka menegang (dahi mengernyit" +eluruh muka menegang (kelopak mata menutup" )8ajah menyeringai 4Pergera'an atau P&(i(i E'(tremita( Ata(

     Tenang 1;enekuk sebagian ke daerah siku ;enekuk total dengan disertai jarijari mengepal );enekuk total secara terus menerus 4T&eran(i Ter-aa/ 2entia(i 3e'ani' %apat mengikuti pola $entilasi 19atuk tetapi masih dapat mengikuti pola $entilasi ;elawan pola $entilasi )Pola $entilasi tidak ditoleransi 4

    &ilai < ! berarti pasien bebas nyeri&ilai ! berarti pasien mengalami nyeri yang perlu diterapi

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    10/38

    4. FLA**S (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)Penilaian nyeri ini dilakukan kepada bayi berusia 5 hari 1 tahun.

    Ta#e FLACC SCALE

    FLA** S*ALE( Face(5Leg( 5Actiit65*r65*&n(&a#iit6 ! %a0a-5 'a'i5a'tiita(5 menangi( 5c&n(&a#iit6 "

    KATEG7RI

    S*7RE SK7RE

    DIDAPA

    T8 1 $  %AJAH

    FACE

    Sen6um

    tia' aa

    e9/re(i

    tertentu

      Se(e'ai

    meringi( cue' 

    Sering

    cem#erut

    ra-ang

    ter'atu/  KAKI

    LEGS

    P&(i(i

    n&rma

    :Rie'(

    Tia' tenang5

    gei(a-5

    tegang

    3enena

    ng

    mengang

    'at 'a'i  KEGIATAN

     ACTIVITY 

    Ber#aring

    gn tenang

    5/&(i(i

    n&rma5mu

    a-

    #ergera' 

    menggeiat 5

    tegang

    meeng'u

    ng5 'a'u

    atau

    meng-en

    ta' 

     3ENANGIS

    CRY 

    tia' 

    menangi( !

    (aat

    #angun

    atau tiur "

    mengerang

    atau

    merenge'5(e(

    e'ai

    mengeu-

    3enangi(

    teria' 

    atau

    teri(a' 

    i(a'5

    (ering

    mengeu-  KEMAMPUAN

    UNTUK 

    I!IBUR

    C"NS"LABILIT 

    Y

    Rie'( a/at i-i#ur

    engan

    (entu-an :

    /eu'an :

    ia0a' #icara

    Sering

    mengeu-

    (uit

    untu' 

    i-i#ur  

    10

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    11/38

    T7TAL SK7R

     

    ;asing masing dari lima kategori ( :#-== " diberi nilai 0 dan

    skor ditambahkan untuk mendapatkan total dari 0 10, ( : > # >

    - > = > = " 3 ????. +kor

    0 tidak nyeri1 ) nyeri ringan4 / nyeri sedang5 10 nyeri berat

    F.PENATALAKSANAAN TERAPI

    TERAPI FAR3AK7L7GI

    +ecara farmakologi diperlukan analgetika atau obat penghalang

    nyeri adalah @at@at yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri

    tanpa menghilangkan kesadaran. 9erdasarkan kerja

    farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar

    yaitu

    a.Anageti'a /eri+er !n&n nar'&ti'"

     Terdiri dari obatobat yang tidak bersifat narkotik dan tidak

    bekerja sentral. -nalgetika-ntipiretika, -nti inAamasi non

    steroid6-&+ termasuk kelompok ini.

     Bbat analgetika non narkotika.

     Termasuk disini adalah obat antiinAamasi nonsteroid (-&+"

      9anyak jenis obat ini. ;anfaat dan efek samping obatobat ini

    wajib dipahami sebelum memberikan obat ini pada penderita. Bbat

    antiinAamasi nonsteroid mempunyai titik tangkap kerja dengan

    mencegah kerja ensim siklooksigenase untuk mensintesa

    prostaglandin. Prostaglandin yang sudah terbentuk tidak

    terpengaruh oleh obat ini.

    Bbat ini efektif untuk mengatasi nyeri akut dengan intensitas

    ringan sampai sedang. Bbat ini tersedia dalam kemasan yang

    11

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    12/38

    dapat diberikan secara oral (tablet, kapsul, sirup", dalam kemasan

    suntik. Cemasan suntik dapat diberikan secara intra muskuler, dan

    intra$ena. Pemberian intra$ena dapat secara bolus atau infus. Bbat

    ini juga tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secarasupositoria

    2;emiliki potensi analgesik sedang dan merupakan antiradang.

    Dfektif untuk bedah mulut dan bedah ortopedi minor. ;engurangi

    kebutuhan akan opioid setelah bedah mayor. Bbatobat -&+

    memiliki mekanisme kerja sama, jadi jangan kombinasi dua obat

    -&+ yang berbeda pada waktu bersamaan.

    2%iketahui meningkatkan waktu perdarahan, dan bisa

    menambah kehilangan darah. 29isa diberikan dengan banyak cara oral, im, i$, rektal,

    topikal. Pemberian oral lebih disukai jika ada. %iklofenak i$

    harus dihindari karena nyeri dan bisa menimbulkan abses

    steril pada tempat suntikan.

    Contraindikasi -&+

    27iwayat tukak peptik

    2nsuEsiensi ginjal atau oliguria 2Fiperkalemia

    2Transplantasi ginjal

    2-ntikoagulasi atau koagulopati lain

    2%isfungsi hati berat

    2%ehidrasi atau hipo$olemia

    2Terapi dengan frusemide

    27iwayat eksaserbasi asma dengan -&+

    Gunakan -&+ dengan hatihati (risiko kemunduran fungsi ginjal"

    pada

    2Pasien *! tahun

    2Penderita diabetes yang mungkin mengidap nefropati

    dan6atau penyakit pembuluh darah ginjal 2Pasien dengan penyakit pembuluh darah generalisata

    2Penyakit jantung, penyakit hepatobilier, bedah $askular

    mayor 2Pasien yang mendapat penghambat -=D, diuretik hemat

    kalium, penyekat beta, cyclosporin, atau metoreksat.

    1

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    13/38

    2Dlektrolit dan kreatinin harus diukur teratur dan setiap

    kemunduran fungsi ginjal atau gejala lambung adalah

    indikasi untuk menghentikan -&+.

    buprofen aman dan murah. Bbatobat kerja lama (misalpiroksikam" cenderung memiliki efek samping lebih banyak.

    Penghambat spesiEk dari siklooksigenase (=BH" misal

    meloIicam mungkin lebih aman karena efeknya minimal terhadap

    sistem =BH gastrointestinal dan ginjal.

    Pemberian -&+ dalam jangka lama cenderung menimbulkan efek

    samping daripada pemberian singkat pada periode perioperatif.

    -ntagonis F (misal ranitidin" yang diberikan bersama -&+ bisa

    melindungi lambung dari efek samping.

    #.Anageti'a nar'&ti' 

    Chusus untuk menghalau rasa nyeri yang hebat.

    Bbat ini bekerja dengan mengaktifkan reseptor opioid yang

    banyak terdapat didaerah susunan saraf pusat. Bbat ini terutama

    untuk menanggulangi nyeri akut dengan intensitas berat. Terdapat

    ! macam reseptor opioid, ;u, Cappa, +igma, %elta dan Dpsilon.

    Bbat analgetika narkotika yang digunakan dapat berupa preparat

    alkaloidnya atau preparat sintetiknya. Penggunaan obat ini dapat

    menimbulkan efek depresi pusat nafas bila dosis yang diberikan

    relatif tinggi.

    Dfek samping yang tidak tergantung dosis, yang juga dapat

    terjadi adalah mual sampai muntah serta pruritus. Pemakaian

    untuk waktu yang relatif lama dapat diikuti oleh efek toleransi dan

    ketergantungan.

    Bbat ini umumnya tersedia dalam kemasan untuk pemberian

    secara suntik, baik intra muskuler maupun intra$ena.

    Pemberian intra$ena, dapat secara bolus atau infus. %apat

    diberikan secara epidural atau intra tekal, baik bolus maupun

    infuse (epidural infus". Preparat opioid :entanyl juga tersedia

    dalam kemasan yang dapat diberikan secara intranasal atau

    1)

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    14/38

    dengan patch dikulit. +udah tersedia dalam bentuk tablet (morEn

    tablet". Juga tersedia dalam kemasan supositoria.

    Penggunaan obat narkotik ini harus disertai dengan pencatatan

    yang detail dan ketat, serta harus ada pelaporan yang rinci tentangpenggunaan obat ini ke instansi pengawas penggunaan obatobat

    narkotika.

    %engan ditemukannya reseptor opioid didaerah kornua dorsalis

    medulla spinalis di tahun 1/0 an, obat ini dapat diberikan secara

    injeksi kedalam ruang epidural atau kedalam ruang intratekal. 9ila

    cara ini dikerjakan, dosis obat yang digunakan menjadi sangat

    kecil, menghasilkan efek analgesia yang sangat baik dan durasi

    analgesia yang sangat lama6panjang.

    Pemakaian obat analgetika narkotika secara epidural atau

    intratekal, dapat dikombinasi dengan obatobat -lfa agonist,

    antikolinesterase atau adrenalin.

    %engan kombinasi obatobat ini, akan didapat efek analgesia yang

    sangat adekuat serta durasi yang lebih panjang, sedangkan dosis

    yang diperlukan menjadi sangat kecil.

     Tabel -nalgetika

    Anageti'a N&n 7/i&i Paracetam&

    NSAID(5 *7;

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    15/38

    Bbat analgetika bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer

    dan sentral. Golongan obat -&+ bekerja di perifer dengan cara

    menghambat pelepasan mediator sehingga aktiEtas en@ym

    siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi.+edangkan analgetika opioid bekerja di sentral dengan cara

    menempati reseptor di kornu dornalis medulla spinalis sehingga

    terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke

    saraf spinal tidak terjadi. Prostaglandin merupakan hasil bentukan

    dari asam arakhidonat yang mengalami metabolisme melalui

    siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas ini akan menimbulkan

    gangguan dan berperan dalam proses inAamasi, edema, rasa nyeri

    lokal dan kemerahan (eritema lokal". +elain itu juga prostaglandin

    meningkatkan kepekaan ujung ujung saraf terhadap suatu

    rangsangan nyeri (nosiseptif". Dn@ym siklooksigenase (=BH" adalah

    suatu en@ym yang mengkatalisis sintesis prostaglandin dari asam

    arakhidonat. Bbat -&+ memblok aksi dari en@ym =BH yang

    menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana

    menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif (analgesia,

    antiinAamasi" maupun yang negatif (ulkus lambung, penurunan

    perfusi renal dan perdarahan". -ktiEtas =BH dihubungkan dengan

    dua isoen@ym, yaitu ubiKuitously dan constituti$e yang

    diekspresikan sebagai =BH1 dan yang diinduksikan inAamasi =BH

    . =BH1 terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim ginjal

    dan platelet, en@ym ini penting dalam proses homeostatik seperti

    agregasi platelet, keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi

    ginjal. +ebaliknya, =BH bersifat inducible dan dekpresikan

    terutama pada tempat trauma (otak dan ginjal" dan menimbulkan

    inAamasi, demam, nyeri dan kardiogenesis. 7egulasi =BH yang

    transien di medula spinalis dalam merespon inAamasi pembedahan

    mungkin penting dalam sensitasi netral.

    -nalgetika opioid antara lain adalah ;orEn, ;etadon, :entanil,

    Petidin, =odein, Tramadol (tramadol kombinasi", ;eperidin.

    1!

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    16/38

    a.3&r=n

    Dfek analgetika morEn sangat selektif dan tidak disertai

    hilangnya fungsi sensorik lain yaitu rasa raba, rasa getar,penglihatan dan pendengaranL bahkan persepsi stimulasi nyeripun

    tidak selalu hilang setelah pemberian morEn dosis terapi, yang

    terjadi adalah suatu perubahan reaksi terhadap stimulus nyeri

    dimana penderita menyatakan nyeri masih ada tapi tidak

    menderita lagi. Dfek analgetika oleh morEn timbul berdasarkan )

    mekanisme (1". ;eninggikan ambang rangsang nyeri, ("

    ;empengaruhi emosi, ()" ;emudahkan tidur dan pada waktu tidur

    ambang rangsang nyeri meningkat terhadap sistem respirasi.

    #.3eta&n

     Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi metadon sama dengan

     jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh morEn. Dfek analgesia

    mulai timbul 100 menit setelah pemberian secara parenteral

    atau )0*0 menit setelah pemberian secara oral. ;etadon

    menimbulkan depresi nafas pada janin sehingga tidak dianjurkan

    sebagai analgetika pada persalinan. ;etadon digunakan sebagai

    pengganti morEn atau opioid lainnya (misal heroin" untuk

    mencegah atau megatasi gejala putus obat tersebut.

    c.3e/eriin

    Dfek analgetika timbul 1! menit setelah pemberian oral dan

    mencapai puncak dalam jam, 10 menit setelah pemberian

    subcutan dan mencapai puncak dalam 1 jam dengan masa kerja )

    ! jam.(11,1"

    .*&ein

    %osis tunggal ) mg kodein per oral memberikan efek

    analgetika sama besar dengan efek *00mg asetosal atau

    asetaminofen. Combinasi keduanya menyebabkan

    potensiasi6memperkuat efek analgetika.(1"

    e.Trama&

    1*

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    17/38

    Dfek analgetika dari 10 mg Tramadol oral setara dengan )0

    *0 mg morEn. Tramadol digunakan untuk nyeri yang tidak

    terlampau hebat bila kombinasi paracetamolcodein dan -&+

    kurang efektif atau tidak dapat digunakan. Tramadol tidakdianjurkan selama kehamilan dan laktasi.(4,1"

    -nalgetika non opioid antara lain Parasetamol, -sam mefenamat,

    =elecoIib, 7ofecoIib, DtoricoIib, %iklofenac, ndometasin.

    .Parasetamol

    Parasetamol untuk pengobatan nyeri ringan bilamana efek

    antiinAamasi tidak diperlukan. Parasetamol adalah metabolit aktif 

    dari fenasetin yang bertanggung jawab akan efek analgetikanya.

    %osis untuk nyeri dan demam oral ) kali 0,!1 gram, maksimum

    4gram6hari. -man untuk wanita hamil dan menyusui.(!,1"

    b.-sam mefenamat

    ;emiliki daya antiradang sedang, kirakira !0M dari khasiat

    fenilbuta@on. %osis awal untuk nyeri akut !00mg bersama makan

    atau sesudah makan kemudian )4 kali sehari !0mg selama

    maksimum / hari.(!,1"

    c.=elecoIib

    +elektif sebagai penghambat =oI. Pada dosis biasa =oI1

    tidak dirintangi maka Pgl dengan daya protektifnya atas mukosa

    lambungusus tetap dibentuk, karena itu tidak menyebabkan efek

    terhadap lambungusus. %osis pemakaian kali sehari 10000mg

    setelah makan.(1"

    d.ParecoIib

    ParecoIib dapat diberikan secara intra$ena atau intramuscular

    dengan dosis 40mg tiap * jam sampai 1 jam, tidak lebih dari

    50mg per hari. +eperti halnya -&+ lainnya, ParecoIib juga

    menyebabkan tukak lambung.

    e.Cetoprofen

    ;erupakan deri$at asam propionat dan memiliki efekti$itas

    seperti ibuprofen dengan sifat antiinAamasi sedang. Cetoprofen

    1/

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    18/38

    mempunyai efek samping seperti golongan -&+ lainnya (tukak

    lambung". %osis kali sehari 100mg.(1"

    f.Cetorolak

    Cetorolak merupakan analgetika yang kuat tetapi sebagai antiradang hanya memiliki efekti$itas sedang, dapat diberikan secara

    parenteral dan oral. %osis intramuscular )0*0mg, dosis intra$ena

    1!)0mg, dosis oral !)0mg. Cetorolak seperti halnya golongan

    -&+ yang lain dapat mengakibatkan tukak lambung selain itu juga

    mengakibatkan nyeri pada tempat suntikan.(4,1"

    g.ndometasin

    ndometasin memiliki efek antiinAamasi dan analgetikaantipiretika yang kirakira sebanding dengan aspirin. ndometasin

    diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna dari saluran cerna

    setelah pemberian oral. ndometasin tidak dianjurkan kepada anak

    anak, wanita hamil, penderita gangguan psikiatris (karena dapat

    menimbulkan halusinasi" , dan penderita penyakit lambung. %osis

    4 kali sehari !mg.(1"

     TD7-P &ND7 7DCB;D&%-+ 8FB

      8FB merekomendasikan tiga langkah pendekatan terapi

    farmakologis (obatobatan" nyeri, sbb

    1.#angkah Pertama untuk nyeri ringanL obatobat nyeri nonopioid,

    yaitu analgetik atau antinyeri (asetaminofen", &+-% atau &on

    +teroid -nti nAamatory %rugs (aspirin", adju$ant atau tambahan

    (antidepressant, antikon$ulsan atau anti kejang, antimuntah".

    .#angkah Cedua untuk nyeri sedangL opioid lemah ditambah

    dengan obat nyeri lainnya. -pabila dengan step 1 nyeri tidak

    berkurang, maka bisa diberikan narkotik dan kombinasi dengan

    step 1. &arkotik lemah seperti codein, dar$on.

    ).#angkah Cetiga untuk nyeri kuatL opioid kuat ditambah obat nyeri

    lainnya. Bpioid kuat antara lain morEn, pethidin, fentanyl,

    methadone, dilaudid, numorphan.

    15

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    19/38

    ;etode 8FB dalam menangani nyeri adalah mengumpulkan

    riwayat penyakit dan pemeriksaan pasien secara hatihati untuk

    membedakan nyeri dan penyebabnya, terapi dimulai dengan

    penjelasan dan kombinasi pendekatan Esik dan psikologi denganpenatalaksanaan drug dan nondrug, obat tunggal yang adekuat,

    pemberian yang benar, dosis yang tepat dan inter$al pemberian

    yang tepat, pemberian analgetik (antinyeri" melalui oral,

    pemberian obat bertahap tanpa nyeri hebat berikan non opioid

    dan penyesuaian dosis, bila nonopioid tidak begitu kuat

    kombinasikanlah obat, bila belum juga mempan beri opioid kuat,

    terapi adju$ant atau tambahan sesuai indikasi, dan monitor

    respons pasien terhadap terapi

    TA3BAHAN TREAT3ENT 3ENURUT BUKU

    PHAR3A*7THERAPY HANDB77K 

     Tujuan pengobatan untuk meminimalkan nyeri,

    memaksimalkan fungsi dan menyediakan kenyamanan dan kualitashidup pada dosis analgesik efektif yang terendah. %engan nyeri

    kronik, tujuannya dapat berupa rehabilitasi dan resolusi masalah

    psikososial. Ontuk lanjut usia dan anak anak memiliki resiko yang

    tinggi untuk kesalahan pengobatan nyeri karena terbatasnya

    komunikasi. Gambar !!1 dan !! merupakan algoritma untuk

    penanganan nyeri akut dan pada pasien onkologi.

    1

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    20/38

    0

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    21/38

    Prinsip terapi

    1

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    22/38

    1. menaksir frekuensi durasi kejadian dan etiologi dari penyakit

    pada kehidupan sehari hari

    . jika nyeri tulang terjadi penggunaa &+-% harus dilakukan

    secara rutin.). selalu gunakan dosis maksimum obat sebelum mengubahnya

    kelangkah selanjutnya kecuali jika nyeri telah diluar kendali

    4. jika nyeri konstan atau selalu terjadi, selalu gunakan dosis

    around the clock (-T="

    !. beberapa penulis menyarankan untuk menggunakan dosis

    maksimum asetaminofen.

    prinsip terapi

    1. menaksir frekuensi durasi kejadian dan etiologi dari penyakit

    pada kehidupan sehari hari

    . jika nyeri tulang terjadi penggunaa &+-% harus dilakukan

    secara rutin.

    ). penanganan nyeri harus lebih didahulukan dari pada terapi

    yang lain

    4. fulminasi daerah nyeri khususnya pada tulang perlu die$aluasi

    secepatnya untuk terapi alternatif seperti radiasi atau

    radiopharmaceutical.

    !. penafsiran yang akurat dan history alergi opium sangat

    penting. Perbedaan antara alergi, sensitiEtas dan efek samping

    harus diperjelas

    *. selalu gunakan dosis maksimum untuk masing masing agen

    ketika memungkinkan

    /.jika nyeri konstan atau selalu terjadi, selalu gunakan dosis

    around the clock (-T="

    5. pertimbangkan terapi tambahan ketika memungkinkan

    . ketika menggunakan opioid cegah konstipasi dengan stimulan

    G

    prinsip terapi

    1. menaksir frekuensi durasi kejadian dan etiologi dari penyakit

    pada kehidupan sehari hari

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    23/38

    . morEn sering merupakan pilihan pada kategori ini L (1"

    banyaknya pilihan produk, (" banyaknya rute pemberian seperi

    oral, rektal, i.m, sc, i$, epidural dan intratekal, dan ()" eKuipotency

    antara rute ini menyebabkan transisi yang lebih muda.). tidak ada batasan dosis praktek yang nyata pada opioidL dapat

    dititrasi terhadap respon pasien. Jika kejang miokronik terjadi

    pertimbangkan untuk mengganti dengan opioid alternatif.

    4. penanganan seharusnya menggunakan dosis -T= dengan

    produk sustein released dan produk immediate released untuk

    mengurangi nyeri

    !. gunakan semua analgesik tambahan yang memungkinkan

    untuk meminimalkan peningkatan dosis

    *. kontrol awal mungkin saja memerlukan dosis yang lebih tinggi

    dari pada yang dibutuhkan untuk dosis perawatan.

    /. patch fentanil diletakkan setiap / jam dapat memberikan

    dosis yang lebih nyaman ketika pasien pada program dosis oral

    yang stabil

    5. situasi khusus dari nyeri yang tiba tiba biasanya bersamaan

    dengan jalur saraf atau neuralgias membutuhkan antikon$ulsan

    atau antidepresan.

    . pilihan non farmakologi seperti radiasi, kemoterapi atau

    inter$ensi neurologik dapat digunakan, total e$aluasi kembali dari

    pengobatan semua obat harus dilakukan

    10. ketika menggunakan opioid cegah konstipasi dengan stimulan

    G

    11. adanya laporan nyeri baru membutuhkan e$aluasi kembali

    1. jika pasien tidak mentoleransi opioid, pertimbangkan untuk

    mengubah ke opioid yang lainnya.

    -gen &on Bpioid

    Pengobatan awal dengan analgesik yang paling efektif, dengan

    beberapa efek samping. #ihat tabel !! 1 untuk dosis dewasa,

    menurut persetujuan :%- terhadap analgesik non opioid.

    )

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    24/38

    &on opioid sering di pilih dari pada opioid untuk nyeri ringan.

    +alisilat dan -&+ mengurangi prostaglandin oleh karena itu

    mengurangi jumlah impuls nyeri yang diterima oleh sistem saraf 

    pusat.-&+ biasanya berguna untuk nyeri tulang yang berhubungan

    dengan kanker dan nyeri kronik tulang belakang.

    4

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    25/38

    Garam salisilat menyebabkan beberapa efek samping G dari

    pada aspirin dan tidak menghambat agregasi platelet.

     Jangan memberikan senyawa mirip aspirin kepada anak anak

    atau remaja dengan penyakit $iral seperti inAuen@a atau cacar

    (karena dapat menyebabkan sindrom reye"

    -setaminofen memiliki akti$itas antipiretik dan analgesik tapi

    sedikit aksi antiinAamasi. +angat hepatotoksik pada saat o$erdosis.-gen Bpioid

    !

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    26/38

    Bnset aksi dari opioid oral sekitar 4! menit dan efek

    puncaknya biasanya terlihat sekitar 1 jam. Cecanduan dicirikan

    dengan penggunaan obat yang berlebihan, penggunaan yang

    kon$ulsif, penggunaan yang berlanjut walaupun dapatmenyebabkan kerugian dan kecanduan.

    Pemberian opioid secara langsung kedalam ++P (tabel !!!" L

    epidural dan intratekal 6 rute subarachnoid umumnya dilakukan

    untuk nyeri akut, nyeri kronik non cancer dan nyeri kanker. ;etode

    metode ini membutuhkan pengamatan yang sangat hati hati

    karena pelaporan sedasi, depresi pernafasan, pruritus, mual,

    muntah, retensi urin dan hipotensi. Na&'(&ndigunakan untuk

    depresi pernafasan tapi infus berkelanjutan diperlukan.

    Pengamatan fungsi pernafasan selama 4 jam setelah pemberian

    dosis tunggal intratekal atau morEn epidural perlu dilakukan.

    ;orEn dan congeners (phenanthrenes"

    9anyak dokter mempertimbangkan morEn sebagai agen lini

    pertama untuk nyeri moderate hingga parah. ;orEn biasanya

    dipertimbangkan sebagai opioid pilihan untuk mengobati nyeri

    yang terhubung dengan infaksi miokardial karena dapat

    mengurangi kebutuhan oksigen miokardial.

    %epresi pernafasan biasanya menyebabkan kurangnya laju

    pernafasan. 7eAeks batuk juga dapat dikurangi. Pasien dengan

    disfungsi paru paru dapat meningkatkan resiko bahaya

    pernafasan. %epresi pernafasan dapat diobati dengan &alokson.

    *

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    27/38

    /

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    28/38

    %osis guideline L

    5

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    29/38

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    30/38

    )0

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    31/38

    )1

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    32/38

    ;onitoring Bbat -nalgesik

    )

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    33/38

    3e/eriin an c&ngener( !+eni/i/eriin"

    meperidin kurang poten dan memiliki durasi aksi yang lebih

    pendek dari pada morEn. %engan dosis yang tinggi atau pada

    pasien dengan gagal ginjal metabolit normeperidin akan

    berakumulasi menyebabkan tremor, kejang otot dan kemungkinan

    epilepsi. Pada kebanyakan peristiwa fenilpiperidin tidak memiliki

    keuntungan seperti morEn. Jangan gunakan dalam waktu yanglama dan cegah penggunaannya pada lansia dan pada pasien

    disfungsi ginjal. Jangan mengkombinasikan meperidin dengan

    inhibitor monoamin oksidase karena dapat terjadi depresi

    pernafasan atau eksitasi yang parah, delirium, hiperpireksia dan

    kejang.

    :entanil sering digunakan sebagai tambahan untuk anastesi

    umum dan lebih poten dan aksinya lebih cepat dari pada

    meperidin. Transdermal fentanil dapat digunakan untuk nyeri

    kronik yang memerlukan analgesik opioid. +etelah patch

    diaplikasikan efek analgesik optimal memerlukan waktu 1 4

     jam dan analgesik dapat bertahan hingga / jam. Fal ini dapat

    berlangsung selama * hari setelah peningkatan dosis untuk

    memperoleh tingkat keadaan stabil yang baru. Bleh karena itu

     jangan gunakan patch fentanil untuk nyeri akut. 9erbagai bentuk

    sediaan tersedia untuk nyeri kanker ( lihat tabel !! )".

    ))

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    34/38

    3eta&n an c&ngener( !i+eni-e/tan"

    ;etadon memiliki durasi aksi yang diperpanjang dan

    kemampuan untuk menahan gejala putus obat pada pecandu

    heroin. %engan dosis terulang durasi aksi analgesiknya dapatdiperpanjang tapi sedasi berlebihan merupakan efek sampingnya.

    8alaupun efektif untuk nyeri akut, metadon juga digunakan untuk

    nyeri kanker kronik dan ditingkatkan untuk nyeri non kanker kronik.

     Jumlah kematian karena metadon semakin meningkat dan

    aritmia kardia dapat terjadi khususnya pada dosis yang lebih tinggi.

    %osis eKuianalgesik dari metadon dapat dikurangi dengan dosis

    yang lebih tinggi dari opioid sebelumnya.

    Turunan 7/i&i ag&ni( < antag&ni(

    -nalgesik kelas ini dapat menyebabkan depresi pernafasan

    yang kurang dari pada opioid dan memiliki potensial

    penyalahgunaan yang rendah dari pada morEn. &amun respon

    psikotomimetik (seperti halusinasi dan disforia dengan

    penta@ocine", efek analgesik yang terbatas dan kecondongan untuk

    gejala putus obat awal pada pasien yang kecanduan opioid telah

    membatasi kegunaannya.

    Antag&ni( 7/i&i

    &aloIon, antagonis opioid murni yang mengikat secara

    kompetitif pada reseptor opioid tidak menghasilkan respon

    anagesik atau efek samping opioid. Bbat ini digunakan untuk

    menyembuhkan efek toksik agonis dan agonis antagonis opioid.

    Anage(i' /u(at : anage(i' (entra

     Tramadol dan tapentadol merupakan analgesik yang bekerja

    secara pusat. Tramadol digunakan untuk nyeri yang moderat

    hingga parah, mengikat pada reseptor opiat dan menghambat

    pengambilan kembali norepinefrin dan serotonin. Tapentadol untuk

    moderat hingga nyeri akut parah dan neuropati periferal diabetes.

    ;engikat pada reseptor yang sama dan menghambat norepinefrin.

    Cedua obat ini memiliki proEl efek samping yang sama dengan

    analgesik opiod lainnya. Bbat ini juga dapat meningkatkan resiko

    )4

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    35/38

    epilepsi. Tramadol berguna untuk mengobati nyeri kronik

    khususnya nyeri neuropati. Tapentadol, obat kontrol jadwal dapat

    berguna untuk nyeri akut.

    ANALGESIK ADJU2ANT&yeri kronik dengan komponen neuropatik sering memerlukan

    terapi analgesik tambahan ( tabel !! *", seperti antidepresan,

    antikon$ulsan atau anastetik lokal topikal. Ontuk nyeri kanker

    tulang, strontium5, samarium, kortikosteroid, dan bifosfonat

    merupakan tambahan yang berguna.

    )!

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    36/38

    ANALGESIK REGI7NAL

    -nalgesik regional dengan anastesik lokal (tabel !! /"

    berguna untuk nyeri akut dan nyeri kronik. -nastesi dapat

    ditempatkan dengan injeksi (seperti pada sendi, epidural atau

    ruang intratekal, saraf pleksus atau sepanjang akar saraf" atau

    digunakan secara topikal.

    Consentrasi plasma yang tinggi dari anastesi lokal dapat

    menyebabkan pusing, tinitus, mengantuk, disorientasi, kejang otot,

    epilepsi. Dfek kardio$askular termasuk depresi miokardial, gagal jantung dan hipotensi.

    )*

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    37/38

    BAB IIIPENUTUP

    -. CD+;PO#-&&yeri merupakan suatu perasaan yang sering dirasakan oleh

    setiap orang, yang dapat mengganggu aktiEtas juga

    perasaan. Pada saat ini pada dunia praktek kedokteran, nyeri

    merupakan salah satu tanda terjadinya proses patologis di

    dalam tubuh.2 &yeri merupakan salah satu tanda adanya gangguan

    (E$e $ital sign" pada pasien2 Tujuan penanganan nyeri yang dirasakan pasien adalah

    mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri, menurunkan

    kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi nyeri kronis

    yang persisten, mengurangi penderitaan dan ketidakampuan

    akibat nyeri, meminimalkan reaksi tidak diinginkan atau

    intoleransi terhadap nyeri, meningkatkan kualitas hidup

    pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk

    menjalankan aktiEtas seharihari.2 Penanganan nyeri dilakukan sedini mungkin. -namnesa

    dilakukan terhadap semua pasien ketika masuk ruang rawat

    inap, untuk pasien yang mengalami nyeri dilakukan terapi

    terhadap nyerinya setelah terlebih daluhu bekerja sama

    dengan pasien untuk mendapatkan nilai nyeri yang dirasa.2 Terapi nyeri yang dilakukan dapat secara farmakologi

    maupun non farmakologi. Terapi farmakologi menggunakan

    analgetika (non narkotika, narkotika" dan adju$ant bila perlu.2 Filangnya rasa nyeri merupakan hasil yang diharapkan

    dari pain management6tatalaksanana nyeri, karena sesuai

    dengan konfensi nternational -ssociation for the +tudy of 

    Pain, di Genewa pada tahun 004 bahwa Qbebas nyeri adalah

    hak a@asi manusiaR

    )/

  • 8/18/2019 KELOMPOK 2 MANAGEMEN PAIN.docx

    38/38

    %-:T-7 PO+T-C-

     The 9ritish Pain +ociety. 010. Onderstanding and ;anaging

    Pain nformation for Patients, To be 7e$iewed January 01). %iakses pada tanggal !

    no$ember 01!.9erman, -., +nyder, +.J., Co@ier, 9., Drb, G. 00. 9uku -jar

    Praktik keperawatan Clinis Co@ier Drb. Jakarta DG=.+melt@er, +.=., 9are, 9.G. 00. 9uku -jar Ceperawatan

    ;edikal9edah 9runner S +uddarth. 5th Dd. Jakarta DG=

    +etiyohadi, 9ambang, 9uku -jar lmu Penyakit %alam, edisi

    , jilid , :CO, Jakarta, 00*, hal 11/* 115)nternational -ssociation for the +tudy of Pain, Global day

    -gainst Pain, Genewa, Bktober 004

     Tan Foan Tjay, dan Cirana 7ahardja, edisi *, Bbat Bbat

    Penting, Chasiat, penggunaan, dan Dfek Dfek +ampingnya,

    hal )1 ))/

    8illiam #ippncott, Pain ;anagement made ncredibly Dasy,

    9oston =ollege, 00), hal 1 )0)+utjahjo, 7ita -, Pain 7elief in trauma, 9agian6+;:

    -nestesiologi dan 7eanimasi :akultas kedokteran Oni$ersitas

    -irlangga, +urabaya, 00)

    ;ary J ;ycek dan Pamela, :armakologi Olasan 9ergambar,

    edisi , hal 1)4 14)katan +arjana :armasi ndonesia, +B :armakoterapi, cetakan

    ke , Jakarta, 008ells, 9arbara G et al, Pharmacotherapy Fandbook, !e8ells g barbara, dkk, pharmacotherapy handbook ninth

    edition, hal !!/ .medical mc graw hill education . 01!