Kel.3 Imun Parasit

26
IMUNOLOGI “IMUNITAS TERHADAP PARASIT” Sherli M. Ludji (1309011001) Helda A.N Gadja (1309011002) Beatrix Barut (1309012006) Sarah A. Joseph (1309012007) Jeane J. Konda Malik (1309012011) Maria G. G Gena (1309012013) Tom I.K Suruk (1309012015) Christin Melkianus (1309012023) Nina I. Welndy (1309012025) Yohanes Paka Laka (1309012030) Annania K.G Medja (1309012033) Hilarius S. Langobelen (1309012035)

description

parasit veteriner 2

Transcript of Kel.3 Imun Parasit

IMUNOLOGI“IMUNITAS TERHADAP PARASIT”

Sherli M. Ludji (1309011001)Helda A.N Gadja (1309011002)Beatrix Barut (1309012006)Sarah A. Joseph (1309012007)Jeane J. Konda Malik (1309012011)Maria G. G Gena (1309012013)Tom I.K Suruk (1309012015)Christin Melkianus (1309012023)Nina I. Welndy (1309012025)Yohanes Paka Laka (1309012030)Annania K.G Medja (1309012033)Hilarius S. Langobelen (1309012035)

Contoh yang diambil dari parasit T.gondiiToxoplasma gondii  adalah spesies yang mengagumkankarena mampu memodulasi respon imun hospesnya.Respon imun terdiri atas respon imun Humoral dan

respon imun seluler

MEKANISME PERTAHANAN SISTEM IMUN TERHADAP PROTOZOA

RESPON IMUN HUMORAL Keberadaan respon imun humoral sangat esensial

dalam memberikan perlindungan pada inang . Pada sistem sirkulasi (sistemik) yang berperan utama

adalah IgM dan IgG,sedangkan pada permukaan mukosa yang lebih dominan berperan yaitu IgA.

Antibodi juga menstimulasi opsonisasi dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag.

IgM IgGIgA pada

cairan mukosa

IgM merupakan antibodi pertama yang muncul pada akhir minggu pertama setelah infeksi. IgM merupakan aktivator komplemen yang kuat,dan dapat mengaglutinasi parasit dengan cepat .

Sebaliknya,IgG muncul beberapa saat setelah IgM dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama. Antibodi ini berperan dalam sitotoksisitas terhadap parasit melelui antibody dependet cytototxicity (ADCC) yang melibatkan makrofag,polimononuklear dan sel NK.

Selanjutnya IgA dapat terdeteksi oleh cairan mukosa dapat membantu dalam mendeteksi adanya toksoplasmiosis

RESPON IMUN SELULER Respon imun non-spesifik Sistem imun selular merupakan komponen kuncipertahanan sel hospes Aktivasi makrofag, sel NK, dan sel lain termasukneutrofil serta mastosit yang terjadi pada stadium awal infeksi Makrofag yang terinfeksi T. gondii memproduksi IL-12.Interleukin-12 dapat mengaktifkan sel NK untuk memproduksi IFN -γ dan deferensiasi limfosit T helper (Th) menjadi sel Th1. Aktivasi dan kerja sama sel NK dan makrofag terjalinmelalui berbagai jenis sitokin antara lain : interferon (IFN)-y, interleukin (IL)-12 dan tumor necorsis factor (TNF)-α.

RESPON IMUN SPESIFIK Bila infeksi berlanjut,imunitas spesifik yang terbentuk melibatkan

limfosit T maupun limfosit B.

IFN-y adalah aktivator utama makrofag untuk memacu fagositosis. Bersama dengan IL-2 merupakan aktivator CD8+ citotoxic limfosit.

Limfosit CD8+ dibawah pengaruh IL-2 dan IFN-y akan meningkatkan aktivitas sitotoksik terhadap sel yang terinfeksi Toxoplasma.

Limfosit T

Th1 Th2

(pertahanan Humoral)

Th1 sebagai regulator utama imunitas seluler spesifik

dengan kemampuannya untuk memproduksi IFN-y,dan

interleukin-2/ IL-2 dan TNF

merupakan produsen utama IL-4 ,IL-5 dan IL-

13 (limfosit B,antibodi

&sintesis IgE)

jenis Protozoa yang dapat menghindari

sistem kekebalan tubuh hospes

Protozoa dapat bertahan hidup

dalam tubuh hospes dengan

cara menghindari sistem imun dari

tubuh hospes tersebut.

T. Gondii dapat

menghindari neutrofil dan fagositosis.

T. Parva dapat

menyerang dan

menghancurkan sel-sel T.

Trypanosoma dapat

merangsang sistem sel B

menjadi kelelahan

Plasmodium falciparum

dapat menekan

kemampuan sel dendrit

untuk memproses

antigen

Protozoa memiliki dua teknik untuk menjadi efektif.

Melibatkan menjadi

nonantigenic

Melibatkan kemampuan untuk

mengubah antigen

permukaan dengan cepat dan berulang-ulang.

Contoh organisme nonantigenic adalah tahap kista

dari T. gondii

Trypanasoma dapat mempekerjakan variasi antigenik berulang-ulang. Jika

sapi yang terinfeksi dengan trypanasoma patogen yaitu T. Vivax, T.

Congolense atau T. brucei dan parasitemia diukur secara berkala.

Melibatkan menjadi

nonantigenic

Beberapa protozoa dapat menjadi

organisme fungsional

nonantigenic dengan menutup diri dari antibody

hospes

Contoh : Trypanasoma theileria pada

sapi dan trypanasoma

lewisi pada tikus

Melibatkan kemampuan

untuk mengubah

antigen permukaan

dengan cepat dan berulang-

ulang.

Trypanasoma memiliki

Glikoprotein permukaan varian

(VSGs) yaitu antigen permukaan utama.

VSGs diproduksi pada awal infeksi

trypanasoma.

Trypanasoma tumbuh di kultur

jaringan.

VSGs membentuk lapisan tebal pada

permukaan trypanasoma.

Ketika perubahan antigenik terjadi, VSGs yang sudah

tua digantikan oleh VSG antigen yang

berbeda.

Analisis proses ini menunjukkan bahwa

Trypanasoma memiliki sekitar 1000 gen VSG,

tetapi hanya satu gen VSG aktif pada

suatu waktu.

Variasi antigenik terjadi sebagai

akibat dari menggantikan gen VSG aktif dengan satu dari gen VSG

pasif

MEKANISME PERTAHANAN SISTEM IMUN TERHADAP HELMINTH/CACING

Respon Th2 tinggi, produksi IL-4 meningkat, antibodi IgE, eosinofil dan sel mast.

Antigen imunodominan nematoda adalah nematoda poliprotein antigen (NPA)

NPA memicu respon Th2 dan pembentukan ikatan IgE

Protease cacing juga menyebabkan reaksi alergi sehingga sel mast dan sel basofil menginduksi degranulasi

IMMUNITY TO HELMINTHS

Ukuran jumlah parasit pd host dikendalikan oleh faktor genetik dan respon host terhadap parasit.

Faktor genetik, perilaku, gizi, lingkungan, paparan, kerentanan atau perlawanan sebagai faktor terjadinya infeksi berat.

INNATE IMMUNITY

Faktor bawaan yg mempengaruhi infestasi cacing tidak hanya mencakup efek host yg diturunkan ttapi juga dlm pengaruh parasit lain dlm host yg sama

Kompetisi antarspesies cacing untuk habitat yg sama & nutrisi dlm saluran usus akan mempengaruhi angka, lokasi & komposisi jumlah cacing dlm tubuh hewan

Pd hewan dgn siklus seksual musiman, parasit cnderung menyinkronkan siklus reproduksi mereka dgn host

MEKANISME PERTAHANAN SISTEM IMUN TERHADAP HELMINTH/CACING

Mekanisme Pertahanan HumoralCacing

tertanam dalam mukosa

usus

Cacing menghasilkan

antigen

Kombinasi Antigen dan

Sel Mast mengikat IgE

degranulasi sel mast dan pelepasan molekul

vasoaktif dan protease

kontraksi otot polos dan meningkatkan

permeabilitas pembuluh darah.

Keluarnya cairan ke

dalam lumen usus

Cacing keluar dari saluran

gastrointestinal

EOSINOFIL DAN PENGHANCURAN PARASIT

IgE memiliki peranan lain dalam mengurangi jumlah cacing pada hewan. Misalnya, makrofag dapat berikatan pada larva cacing melalui jalur yang diperantarai IgE untuk menghancurkannya. Demikian juga dengan memperantarai sel mast, IgE merangsang pelepasan Faktor Anafilaksis Kemotaktik Eosinofil (FAKE). Bahan ini menyebabkan dilepaskannya eosinofil dalalm jumlah besar ke dalam sirkulasi.

EOSINOFIL DAN PENGHANCURAN PARASIT

Eosinofil memegang 2 peranan, yaitu mengandung enzim yang mampu menetralkan bahan vasoaktif yang dikeluarkan oleh sel mast , bersama-sama dengan antibodi dan komplemen, eosinofil dapat membunuh beberapa larva cacing dan karena itu juga membantu fungsi proteksi.

Eosinofil melekat pada cacing melalui IgG. Kemudian mengalami degranulasi, melepaskan isi granulanya (berupa oksidan dan nitrat oksida yang dihasilkan oleh eosinofil peroksidase) pada kutikel cacing. (Tizard, 1988).

SEL PERANTARA IMUN

Antigen cacing lbh merangsang respon Th2 dan sdkit perlindungan dari respon Th1

Kekebalan terhadap cacing menggunakan pertahanan limfosit

Kista hidup memicu respon Th2 dan meproduksi IgE

Kista mati merangsang respon Th1 dan formasi granuloma

Respon Th1 hanya terjadi ketika parasit tidak bisa lagi memodulasi respon inang

Sel cacing diserang dgn dua mekanisme sel T Pengembangan penundaan

hipersensitivitas menarik sel mononuklear ke lokasi invasi larva dan membuat lingkungan sekitar menjadi tidak cocok untuk pertumbuhan atau migrasi cacing

Sitotoksit dari limfosit dapat menyebabkan kematian larva

EVASION OF THE IMMUNE RESPONSE(PENGHINDARAN RESPON IMUN OLEH

HELMINTHES / CACING)

Molecular mimikri

Shedding / Replacement surface

Production of parasit enzymes

Immunosupression

Molecular mimikriKemampuan helminthes/cacing untuk meniru struktur dan fungsi dari molekul sel hospes, cacing meliputi dirinya dengan antibodi dari sel hospes.

Shedding / Replacement surfaceHelminthes/cacing mengganti permukaannya dengan menyerap MHC nonpolymorphic.

immunosupressionPenghambat aktivasi dari sel limfosit.

Production of parasite enzymesBeberapa parasit seperti F. hepatica mengeluarkan enzim protease, dengan mengeluarkan sulfat proteoglycans, Brugia malayi akan mengeluarkan serpins.

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH TERHADAP ARTHROPODA

PERTAHANAN TERHADAP TUNGAU• Tungau demodex folliculorum yang bersimbiosis normal

berada di dalam folikel rambut dan dapat menyebabkan penyakit.

• Ketika kudis demodectic terjadi, reaksi disekitar tungau dan fragmen tungau,trjadi infiltrasi oleh sel mononuklear bersama dengan sel plasma.

• Terjadi infitrasi limfosit pada CD3+ dan CD8+ sehingga terjadi pembentukan granuloma.

• Adanya sitotoksik sel T menunjukan bahwa ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV menjadi suatu bentuk kontak alergi dermatitis

• sel T akan langsung melawan antigen tungau dan secara refleks memberikan reaksi pertahanan dari hospes tersebut.

PERTAHANAN TERHADAP KUTU

Infiltrasi eosinofil membantu untuk melawan antigen dan memberikan reaksi pertahanan.

Pada beberapa hewan, jenis reaksi tipe IV secara bertahap akan diganti oleh reaksi tipe I, dan infiltrasi sel mononuclear

secara bertahap berubah ke infiltrasi eosinofil.

Kemudian terjadi reaksi lokal hipersensitivitas tipe IV yang ditandai dengan terjadinya infiltrasi sel mononuklear.

Beberapa komponen dari air liur kutu yang memiliki berat molekul yang rendah akan bertindak sebagai haptens dengan

mengikat kolagen dermal.

Saat kutu mengigit, kutu akan menghasilkan air liur pada luka di kulit.

INFESTASI HYPODERMA• larva lalat (Hypoderma bovis, dan hypoderma lineatum)

bermigrasi melalui jaringan tubuh.

• larva ini harus efektif bertahan atau menghindar dari respon xenograft hospes.

• larva instar pertama lalat ini dapat memicu peradangan dan juga immunosupresif dari hospes.

• Hypodermin A, protease yang dikeluarkan oleh larva ini, dapat menghambat respon terhadap mitogen dan mengurangi produksi IL-2, dengan menghancurkan reseptor permukaan sel.

• Cara melindungi ternak terhadap infestasi larva ini dengan vaksinasi menggunakan kloning protein hypoderma yg telah efektif.

TERIMA KASIH