KEEFEKTIFAN LOCAL EXHAUST VENTILATION …/Keefekti... · efektif yang ditunjukkan oleh hasil uji...
Transcript of KEEFEKTIFAN LOCAL EXHAUST VENTILATION …/Keefekti... · efektif yang ditunjukkan oleh hasil uji...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEEFEKTIFAN LOCAL EXHAUST VENTILATION TERHADAP KELUHAN KESEHATAN TENAGA KERJA
BAGIAN GRIT BLASTING DI PT INKA (PERSERO) MADIUN
Tentrami Hayuning Ichtiakhiri
R.0009096
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tugas Akhir dengan judul : Keefektifan Local Exhaust Ventilation Terhadap Keluhan Kesehatan Tenaga Kerja Bagian Grit Blasting di
PT. INKA (Persero) Madiun
Tentrami Hayuning Ichtiakhiri, NIM : R.0009096, Tahun : 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ABSTRAK
KEEFEKTIFAN LOCAL EXHAUST VENTILATION TERHADAP KELUHAN KESEHATAN TENAGA KERJA BAGIAN GIRT BLASTING DI
PT. INKA (PERSERO) MADIUN
Tentrami H.I*), Sumardiyono*), dan Tutug Bolet Atmojo *)
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keefektifan local exhaust ventilasi terhadap keluhan kesehatan tenaga kerja Girt Blasting sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan memberikan kenyamanan saat bekerja. Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang keefektifan local exhaust ventilation. Pengolahan data mengenai keefektifan local exhaust ventilation dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, lembar kueisoner, wawancara kepada karyawan serta studi keperpustakaan. Hasil : Pengendalian debu menggunakan local exhaust ventilation, namun belum efektif yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik perbedaan keluhan kesehatan sesudah bekerja dibanding sebelum bekerja (t = 4,053 , p = < 0,05). Simpulan : Local exhaust ventila tion belum efektif, keluhan paling banyak dirasakan sesudah bekerja adalah batuk dan mata kelilipan. Kata Kunci : Local Exhaust Ventilation, Keluhan Kesehatan *) Prodi D.III Hiperkes dan KK FK UNS.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF LOCAL EXHAUST VENTILATION TO SIGH OF HEALTH OF LABOUR PART OF GIRT BLASTING
IN PT. INKA ( PERSERO) MADIUN
Tentrami H.I*), Sumardiyono*), and Tutug Bolet Atmojo*) Objective : Intention of this research is to know picture effectiveness of exhaust local ventilate to sigh of health of labour of Girt Blasting so that can prevent the happening of health trouble and give moment freshment work Methods : This Research is executed by using descriptive method which give picture about effectiveness of ventilation exhaust local. Data-Processing regarding effectiveness of ventilation exhaust local through direct observation to field, sheet of kueisoner, interview to employees and also library study Results : Operation of dirt use ventilation exhaust local, but not yet effective posed at by result of statistical test difference of sigh of health after working to be compared to before working ( t = 4,053 , p < 0,05) Conclusion : Local Exhaust ventilation not yet is effective, sigh at most felt after working is coughing and eye Keywords : Local Exhaust Ventilation, Sigh Of Health *) Program Stady D.III Hiperkes and of KK FK UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
KATA PENGATAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, dan syukur Alhamdulilah atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang telah memberikan ilmu serta kekuatan, sehingga pada kesempatan ini saya dapat menyelesaikan Tugas akhir dengan judul “Keefektifan Sistem Local Exhaust Ventilation Terhadap Keluhan Kesehatan Tenaga Kerja bagian Girt Blasting di PT. INKA (Persero)”, dan tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Muhamad SAW dan para pengikutnya hingga akhir hayat. Amin.
Penyusunan laporan tugas akhir guna penyelesaianya studi pendidikan Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari laporan tugas akhir ini untuk mengetahui keefektifan local exhaust ventilasi terhadap keluhan kesehatan tenaga kerja, sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perubahan yang lebih baik pada tepat kerja agar tenaga kerja tidak mengalami gangguan kesehatan dan memberikan kenyamanan pada saat bekerja.
Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis mendapatkan banyak sekali doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan dan penyelesaian laporan Tugas Akhir ini. Atas berbagai bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp. PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Falkultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja sekaligus selaku pembimbing I Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
3. Bapak Tutug Bolet Atmojo,SKM Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Yeremia Rante Ada,S.Sos, M.Kes selaku penguji dalam ujian yang telah memberi bimbingan saat ujian dalam penyusunan laporan ini
5. Bapak Drs. Suharyoko selaku Manajer Unit Pemeliharaan dan K3LH PT. INKA Persero.
6. Bapak Syafril Syafar selaku Asisten Manajer Unit Pemeliharaan dan K3LH PT. INKA Persero.
7. Ibu Ana Retnowati selaku pembimbing magang di Unit Pemeliharaan dan K3LH PT. INKA Persero.
8. Bapak Sugeng Budi Setijono dan Bapak Suyanto selaku staf K3LH bidang keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. INKA Persero.
9. Bapak Bambang selaku kepala bagian SDM yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan praktek kerja di lapangan.
10. Seluruh staff bagian dan seluruh karyawan di PT. INKA (Persero) Madiun. 11. Ibu dan bapak tercinta yang telah mendidik dan senantiasa membimbing serta
doa–doa yang tulus buat penulis, tak lupa untuk kakak dan adik tercinta serta
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
hamba Allah disana yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, semoga Allah SWT selalu menjaga keistiqomahan kita sehingga kita bisa menjadi anak–anak yang sholeh yang berbakti kepada kedua orang tua.
12. Tenaga kerja ahli, badan mekanik, dan tenaga kerja unit Grit Blasting yang membantu dalam penelitian, dan meluangkan waktu untuk melakukan wawancara.
13. Teman–teman 2009, Program Diploma. III HIPERKES dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, kiki mega, mita, reza atas kebersamaan dan kekompakan bersama, semoga tidak akan putus tali kebersamaan kita.
14. Teman-teman dari CV. Rahmalila yang memberikan pembekalan dalam kegitan magang ini dalam uji emisi & ambien udara.
15. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan doa tulus yang diberikan kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu , penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan magang ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, 23 Juni 2012
Tentrami Hayuning I
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii ABSTRAK ..................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ................................ .......................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................ ..................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................ ................................ ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 6 A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6 B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 27 A. Metode Penelitian .................................................................... 27 B. Lokasi Penelitian ..................................................................... 27 C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ....................................... 28 D. Sumber Data ................................ ............................................ 28 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 28 F. Pelaksanaan ............................................................................. 29 G. Analisis Data ................................ ............................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32 A. Hasil Penelitian ................................................................ ........ 32 B. Pembahasan ............................................................................. 52 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 61 A. Simpulan .................................................................................. 61 B. Saran ........................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA ................................ ..................................................... 65 LAMPIRAN
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Initial velocity dari partikel-partikel yang dihasilkan oleh proses ....... 8 Tabel 2. Enclosing Hood dan Aplikasinya ...................................................... 11 Tabel 3. Receiving hood dan aplikasinya ......................................................... 11 Tabel 4. Exterior hood dan aplikasinya ............................................................ 12 Tabel 5. Data Penampang Hood ..................................................................... 41 Tabel 6. Penampang Duct ................................ ............................................... 42 Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur .............................. 48 Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja ...................... 49 Table 9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan keluhan sebelum bekerja 49 Table 10. Distribusi frekuensi responden berdasarkan keluhan sesudah bekerja 50 Tabel 11. Distribusi data jumlah keluhan sebelun & sesudah bekerja ................... 51
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Local Exhaust System Gambar 2. Enclosing Hood Gambar 3. Penemptan Hood Untuk Mengendalikan Uap Gambar 4. Bentuk Duct Yang Baik Dan Jelek Gambar 5. Bentuk Elbow Gambar 6. Branch Entry Gambar 7. A. Dynamic Cyclone Separator Gambar 8. Single Compartment Baghouse Filter Gambar 9. Axial Flow Fans Dan Centrifugal Fans Gambar 10. Denah Unit Grit Blasting Gambar 11. Struktur Organisa i Grit Blasting Gambar 12. Data Penemuan Tidak Menggunakan APD Gambar 13. Kondisi Local Exhaust Ventilation Di Sandblasting Gambar 14. Kondisi Hood di Sandblasting Gambar 15. Kondisi Duct Di Sandblasting Gambar 16. Kondisi Cyclone Separator Di Sandblasting Gambar 17. Kondisi Bag Penampung Debu Berat Di Sandblasting Gambar 18. Kondisi Bag Filter di Sandblasting Gambar 19. Kondisi Fan/ Blower di Sandblasting Gambar 20. Kondisi Cerobong di Sandblasting
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan ijin magang Lampiran 2. Surat keterangan telah selesai magang Lampiran 3. Adapun denah PT. INKA (Persero) Lampiran 4. General lay out Grit Blasting Lampiran 5. Daftar pertanyaan wawancara Lampiran 6. Daftar pertanyaan lembara kuesioner Lampiran 7. Prosedur Khusus Kerja Grit Blasting Lampiran 8. Kecepatan aliran udara di dalam saluran ventilasi local exhaust di
hood suction Lampiran 9. Pelaksanan hasil pengujian emisi dan ambien udara dalam dan luar
di Grit Blasting Lampiran 10. UJi Statistik Perbedaan Keluhan Sebelum dan Sesudah Bekerja
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang paling utama
untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Perusahaan harus
memperhatikan kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja.
Kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu unsur penunjang yang mempunyai
peran sangat penting bagi terciptanya produktifitas. Untuk bekerja produktif,
pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat kesehatan. (Suma’mur, 2009)
Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh penting bagi pekerja
terhadap kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis pekerja yang
bersangkutan oleh sebab itu pekerja akan mampu melaksanakan kegiatannya
dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya
mendukung. Pekerja mampu menyelesaikan pekerjaan apabila di tunjang dengan
adanya mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahannya, landasan tempat kerja
cara-cara melakukan pekerjaan dan lingkungan kerja yang baik.
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan lingkungan kerja yang baik
apabila pekerja mampu melaksanakan kegiatan pekerjaannya dengan optimal,
sehat, aman selamat tanpa adanya keluhan kesehatan yang dirasakan. Terdapat
berbagai cara menanggulangi bahaya lingkungan kerja industri agar kualitas
udara memenuhi standard kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memenuhi syarat kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan
kerja mesin-mesin atau peralatan yang digunakan dan penyiapan barang atau
hasil produksi. Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi,
yaitu pemasukan dan pengeluaran udara kedalam ruang melalui standart kualitas
kesehatan dan proses produksi industri. (Andianto, 2002)
Sistem ventilasi ini merupakan salah satu cara pengendalian bahaya
yang terpenting perlu perencanaan yang tepat dan disesuaikan dengan cara kerja
dalam menghasilkan produksi. Tipe ventilasi local exhaust ventilation salah satu
cara arternatif untuk mengendalikan sumber kontaminan melalui corong (hood)
penghisap yang dipasang di tempat dekat sumber kontaminan. Dari corong
penghisap kontaminan disalurkan pipa (dust) menggunakan penyedot udara
(blower) dan kemudian kontaminan dipisahkan oleh sistem pembersih udara.
Udara bersih selanjutnya di buang ke atmosfer. (Siswanto, 1991)
PT. INKA (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
transportasi perkeretaapian yang menggunakan mesin-mesin yang
membahayakan yang dapat membahayakan bagi pekerja, serta risiko-risiko dari
proses kerja yang berakibat besar terhadap keluhan kesehatan pekerja. PT.
INKA (Persero) terbagi dari berberapa workshop yang salah satunya adalah unit
Girt Blasting yang merupakan salah satu bagian dari unit produksi pengecatan.
Unit ini banyak faktor bahaya seperti debu. Hal tersebut bisa menimbulkan
penyakit akibat kerja yang mempengaruhi besar terhadap kesehatan tenaga kerja
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan sudut pandang terhadap risiko yang ada, hal ini perlu
adanya pencegahan seperti ventilasi lokal sebagai upaya pencegahan terhadap
keluhan kesehatan tenga kerja yang merupakan hal yang perlu ditangani secara
serius oleh perusahaan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan mengambil judul “KEEFEKTIFAN LOCAL EXHAUT
VENTILATION TERHADAP KELUHAN KESEHATAN TENGA KERJA
BAGIAN UNIT GIRT BLASTING DI PT INKA (PERSERO) MADIUN”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas didapatkan rumusan
masalah yaitu bagaimana keefektifan local exhaust ventilation terhadap keluhan
kesehatan tenaga kerja Girt Blasting sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan memberikan kenyamanan saat bekerja di PT INKA
(Persero)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tentang keefektifan local exhaut ventilation
terhadap keluhan kesehatan tenga kerja bagian unit Girt Blasting di PT INKA
(Persero) madiun adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keefektifan local exhaust ventilation di unit Girt Blasting PT.
INKA (Persero)
2. Mengetahui karakteristik tenaga kerja di unit Girt Blasting PT. INKA
(Persero)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Mengetahui keluhan kesehatan yang dirasakan saat bekerja di unit Girt
Blasting PT. INKA (Persero)
4. Mengetahui perbedaan keluhan kesehatan sesudah dibanding keluhan
sebelum bekerja.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan dan hasil-hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberi manfaat. Manfaat tersebut ditujukan kepada :
1. Perusahaan
Perusahaan dapat memperoleh masukan, evaluasi serta bahan
pertimbangan untuk meningkatkan pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian
serta dalam syarat keselamatan dan kesehatan pada pekerja keefektifan local
exhaust ventila tion terhadap keluhan kesehatan tenaga kerja bagian Girt
Blasting di PT. INKA (Persero)
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Menambah referensi kepustakaan yang bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai data dasar dalam penelitian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang
Keefektifan Local Exhaust Ventilation Terhadap Keluhan Kesehatan Tenaga
Kerja Bagian Unit Girt Blasting Di PT. INKA (Persero) Madiun.
3. Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dalam hal
merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan wawasan pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tentang pemasalahan-permasalahan K3 yang belum terdeteksi sehingga dapat
diperbaiki agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja tidak terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Ventilasi
Ventilasi didefinisikan sebagai proses pertukaran udara di dalam
suatu ruang yaitu suatu proses dan pengeluaran udara dari dan ke ruang
tersebut. Ventilasi bertujuan untuk mengendalikan suhu dan kelembaban
udara, bau-bauan, zat-zat pencemar, dan uap-uap dari larutan bahan kimia
yang mudah terbakar/meledak.
Ventilasi umum adalah proses pembaharuan udara di suatu ruang,
atau tempat kerja melalui suplai udara bersih dan pengeluaran udara yang
terkontaminasi ke dan dari ruang atau tempat kerja tersebut. Penggunaan
ventilasi umum di Indutri terutama adalah untuk menciptakan kondisi
lingkungan kerja yang nyaman. Ventilasi umum dapat di selenggarakan baik
secara alami maupun secara buatan. Kombinasi antara alami dan buatan
merupakan ventilasi umum yang paling baik (Siswanto,1991).
2. Local Exhaust Ventilation
Local Exhaust Ventilation atau ventilasi keluar setempat bertujuan
untuk mengendalikan kadar debu, fume, mist/kabut, uap dan udara panas pada
sumber kontaminan/sumber emisi sedemikian rupa sehingga kadar
kontaminan–kontaminan tersebut dalam udara tempat-tempat kerja berada
dalam batas–batas amannya. (Siswanto, 1991)
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sistem ventilasi ini adalah lebih baik dari pada general exhaust
ventilation dengan alasan sebagai berikut:
a. Bila sistem Local Exhaust Ventilation di desain dengan tepat pengendalian
kontaminan dapat berlangsung dengan sempurna sehingga pemaparan
terhadap kontaminan dapat dicegah.
b. Pada Local Exhaust Ventilation, volume udara tempat kerja yang terhisap
keluar (Exhausted) umumnya adalah kecil sehingga volume udara
bersih/make-up air yang diperlukan untuk menyuplai tempat kerja relative
kecil.
c. Beberapa sistem Local Exhaust Ventila tion didesain untuk menangkap
partikel–partikel berbentuk besar.
d. Sisitem Local Exhaust Ventilation tidak banyak di pengaruhi oleh
kecepatan aliran udara/angin atau suplai udara.
Suatu Local Exhaust System/Local Exhaust Ventilation terdiri dari
empat komponen dan komponen tersebut adalah :
Gambar 1. Local Exhaust System
(Sumber : Siswanto, 1991)
Berikut ini adalah pembahasan beberapa komponen dari local
exhaust ventilation :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Hood
Bagian yang paling penting dari suatu Local Exhaust system
adalah desain dan penempatan hood. Hood merupakan suatu struktur yang
di desain untuk menutupi seluruh atau sebagian dari sumber kontaminan
dan untuk mengendalikan a liran udara sedemikian rupa sehingga
kontaminan dapat ditangkap dengan efisien. Partikel-partikel yang dilepas
atau yang dihamburkan oleh sumber kontaminan ke dalam udara akan
ditangkap oleh hood dan selanjutnya partikel tersebut dibawa oleh aliran
udara masuk ke dalam duct. Partikel–partikel dilepas atau dihamburkan ke
dalam udara tempat kerja melalui berbagai proses yaitu proses–proses
pengrajin, pemolesan, pengelasan, penyemprotan, penguapan dan lain
sebagainya. Proses–proses tersebut akan memberikan kecepatan (Initia l
Velocity). Intial velocity dari partikel-partikel yang dihasilkan oleh
berbagai proses tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Initia l velocity dari partikel-partikel yang dihasilkan oleh berbagai
proses.
Initial Velocity
Proses Control Velocity yangdianjurkan (fpm/feet
perminute) Sangat Rendah
Eveporasi solvent dari tangki – tangki dan asam kromat dari bak electroplating
50 – 100
Sedang Pengelasan dan conveyor yang bergerak dengan kecepatan rendah
100 – 200
Tinggi Penghancuran batu dan penyemprotan cat
200 – 500
Sangat tinggi
Penggerindaan dan sand blasting
500 – 2000
Sumber: Siswanto,1991
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu hood :
a) Usahakan agar hood dibuat sedemikian rupa sehingga menutupi
atau mengelilingi seluruh bagian dari sumber kontaminan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya volume udara yang
diperlukan untuk mengendalikan kontaminan dan untuk mencegah
aliran udara silang/cross draft menghembus kontaminan sehingga
menyebabkan fungsi hood menjadi kurang efektif.
b) Semakin lengkap suatu hood menutupi sumber kontaminan, semakin
sedikit volume udara yang diperlukan untuk mengendalikan
kontaminan.
Gambar 2. Enclosing Hood (Sumber : Siswanto, 1991)
c) Hood harus ditempatkan dan bentuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga initial velocity dari kontaminan akan mendorong atau
melempar kontaminan masuk ke dalam hood opening
d) Usahakan agar selalu menempatkan suatu hood pada lokasi yang tepat
sehingga kontaminan yang terhisap oleh hood tidak mengenai zona
pernapasan pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e) Hood harus ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber
kontaminan.
f) Hood harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
operator dalam melakukan pekerjaannya.
g) Vapor density dari uap–uap solvent umumnya adalah lebih besar dari
satu sehingga uap–uap tersebut akan berada di udara pada daerah
sekitar zona pernapasan. Oleh karena itu, hood hendaknya ditempatkan
sedemikian rupa sehingga dapat menangkap kontaminan pada sumber
emisinya. Penempatan hood pada lantai tempat kerja bertujuan untuk
mencegah terjadinya kebakaran.
Gambar 3. Penempatan Hood untuk Mengendalikan Uap (Sumber : Siswanto, 1991)
Hood pada umunya dapat digolongkan menjadi tiga grup atau
kelompok yaitu :
(1) Enclosing hood/Enclosure.
Enclosing hood adalah suatu hood yang didesain sedemikian
rupa sehingga akan menutupi atau mengelilingi seluruh atau sebagian
sumber kontaminan. Beberapa contoh tentang Enclosing Hood dan
Aplikasinya tersaji pada tabel 2 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 2. Enclosing Hood dan Aplikasinya
Hood Aplikasi Booth
Mechine Enclosure
Laboratorim Penyemprotan Cat/Paint Spraying Pengelasan Listrik/ARC Welding Mesin Pemotongan/Bagging Machine Belt Conveyor Tempat Penyimpanan Gandum (BIN) Mesin Pencampuran/ Mixer Mesin Pengepak/Packaging Mechine
Sumber: Siswanto,1991
(2) Receiving hood.
Receiving hood adalah suatu hood yang ditempatkan
secara khusus misalnya canopy hood yang dipasang diatas bak
yang berisi cairan yang panas dan grinding hood yang berfungsi untuk
mengendalikan debu–debu yang dihasilkan pada proses penggerindaan
atau pemolesan. Bebagai tipe Receiving Hood dan Aplikasinya tersaji
pada tabel 3.
Tabel 3. Receiving Hood dan Aplikasinya
Hood Aplikasi Grinding Pemolesan batu dan logam
Penggerindaan Woodworking Stone Cutting Canopy
Penggerajinan dan pengepresan kayu Pemotongan granit dan Marmer Proses panas (Hot Processes) yang menghasilkan Fume, Mist, atau uap yang panas
Sumber: Siswanto,1991
(3) Exterior/External hood.
Berbeda dengan receiving maupun enclosing hood. Pada
exterior hood dalam melakukan fungsinya kadang–kadang dan bahkan
sering harus menangkap kontaminan yang berbeda pada jarak yang
relatif jauh dan hood tipe ini dalam menangkap kontaminan biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tanpa disertai bantuan dari natural drafts. Exterior hood merupakan tipe
hood yang paling banyak membutuhkan udara dalam mengendalikan
kontaminan. Beberapa contoh Exterior Hood dan Aplikasinya tersaji
pada tabel 4.
Tabel 4. Exterior Hood dan Aplikasinya
Hood Aplikasi Slot Tangki Terbuka/Open Tank Push-Pull (dorong tarik) Down Draf Small Canopy
Tangki pelapisan/Plating Tank Pengelasan, Pengecatan (Low Fog Painting, Floor atau Bench Grinding. Proses Panas (Warm Prosesses)
Sumber: Siswanto,1991
2) Duct/Ducting System
Duct merupakan suatu komponen dari local exhaust ventilation
system yang berfungsi membawa kontaminan-kontaminan yang tertangkap
oleh hood ke alat pembersih udara yang telah dibersihkan tersebut dibuang
ke udara bebas. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain
suatu ductwork adalah sebagai berikut :
a) Bilamana kontaminan yang hendak dikendalikan berbentuk debu,
maka kecepatan aliran udara dalam duct (duct velocity) harus cukup
besar untuk mencegah debu–debu mengendap atau menyumbat
ductwork.
b) Duct harus dibuat dari bahan yang tahan korosi, dan harus pula
didesain sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya terbakar.
c) Duct hendaknya dibuat berbentuk bulat gar aliran udara di dalam
duct dapat berlangsung dengan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 4. Bentuk Duct yang baik dan yang jelek (Sumber : Siswanto, 1991)
d) Bilamana duct hendak dibuat membelok, maka selain bentuk elbownya
yang harus dipehatikan, tetapi perlu pula diusahakan agar jumlah
belokan atau elbow dibuat sedikit mungkin. Bentuk elbow harus
dibuat sedemikian rupa sehingga sudut belokan tidak terlalu tajam.
Gambar 5 . Bentuk Elbow (Sumber : Siswanto, 1991)
e) Sudut yang terbentuk antara branch duct dan main duct harus lebih
kecil atau sama dengan 300 dan bila perlu dapat dibuat sebesar 450.
Demikian pula branch duct hendaknya tidak masuk ke dalam main
duct secara langsung pada sisi yang saling berlawanan. Pada daerah
dimana branch ducts akan masuk ke dalam main duct, main duct
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tersebut harus dibuat membesar sedikit demi sedikit untuk
memungkinkan volume udara yang meningkat.
Gambar 6. Branch entry (Sumber : Siswanto, 1991)
f) Duct harus diperiksa secara berkala untuk megetahui ada tidaknya
kebocoran, endapan atau sumbatan, dan kerusakan akibat korosi.
g) Apabila mesin–mesin hendak dimatikan, maka local exhaust ventilation
harus tetap dijalankan selama beberapa menit untuk mengosongkan atau
mengeluarkan kontaminan–kontaminan yang masih terdapat di dalam
duct yang dapat mengendap.
3) Alat Pembersih udara (air cleaners/air cleaning device)
Perusahaan–perusahaan atau industri–industri berusaha untuk
mengendalikan polusi udara karena tiga alasan yaitu :
a) Untuk mencegah atau melindungi pekerja dari pemaparan udara yang
terkontaminasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b) Untuk mencegah terjadinya penimbunan bahan–bahan kimia di udara
tempat–tempat kerja.
c) Untuk memelihara standar kualitas udara di masyarakat setempat (Local
Community).
Terdapat berbagai Air cleaner debu antara lain:
(1) Gravity Settling Chamber
Gravity settling chamber merupakan (Dust Collector) pengumpul debu
yang paling sederhana, namun alat ini hanya menangkap partikel yang
besar–besar saja.
(2) Cyclone Separator
Alat pembersih udara ini biasanya digunakan sebagai precleaning
device untuk mechanical dust collector yang menangani partikel–
partikel yang halus. Dibandingkan Gravity settling chamber, cyclone
merupakan dust collector yang lebih efisien.
Gambar 7. A Dynamic Cyclone Separator (Sumber : Siswanto, 1991)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(3) Bag Filter
Bag filter merupakan salah satu air cleaner yang paling efisisen dalam
memisahkan partikel–partikel debu yang halus dan kering dari aliran
udara. Bag filter dibuat untuk menampung berbagai volume udara yang
mengalir, semakin besar volume udara yang mengalir maka
semakin banyak kantong–kantong yang digunakan. Ukuran dari bag
filter yang digunakan pada bag house adalah bermacam–macam.
Partikel–partikel debu yang melekat pada kantong dapat dikeluarkan
dengan cara mengetok atau dengan alat pengocok, dan partikel–partikel
debu tersebut kemudian akan jatuh dan masuk ke dalam hopper.
(4) Electrostatic Precipitators
Electrostatic precipitators alat pembersih udara ini menggunakan aliran
listrik untuk menangkap partikel–partikel baik yang basah maupun yang
kering terdapat dalam aliran udara yang terkontaminasi. Alat ini dapat
digunakan untuk menangani polutan–polutan misalnya debu, asap,
fume, mist, dan smog (smoke dan fog). Electrostatic precipita tor dapat
menangkap partikel–partikel yang sangat halus, maka alat ini biasanya
digunakan sebagai pembersih udara yang terakhir setelah aliran udara
yang terkontaminasi melalui air cleaner lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 8. Single Compartment Baghouse Filter (Sumber : Siswanto, 1991)
4) Fan
Fan merupakan bagian dari sistim ventilasi yang berfungsi untuk
menghisap udara keluar. Fan harus dipasang pada duct yang lurus untuk
menghindari terjadinya gangguan aliran udara dan dipasang di luar gedung
serta diletakkan diatas bahan peredam suara untuk mengurangi bising di
tempat kerja. Demikian pula fan harus dipasang di belakang air cleaner
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya sumbatan dan korosi. Bilamana
udara yang dihisap keluar mengandung zat-zat yang mudah terbakar atau
meledak, maka fan harus dibuat dari bahan yang tahan api dan motor
penggeraknya harus diberi pelindung untuk mencegah terjadinya
kebakaran atau peledakan. Fan dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 9. Axial flow fans dan Centrifugal Fans (Sumber : Siswanto, 1991)
a. Axial flow fans
1) Propeller Fan
Tipe fan ini digunakan untuk menggerakkan udara dalam
jumlah yang besar dengan tekanan statik yang sangat rendah, dan
paling banyak digunakan untuk ventilasi umum atau dilution
ventilation.
2) Tubeaxial Fan
Tubeaxial fan paling cepat digunakan untuk menggerakkan
udara yang mengandung fume yang mengalami kondensasi, zat-zat
warna, dan zat-zat lain yang akan mengumpul pada bilah kipas.
3) Vane Axial Fan
Axial Flow Fan tipe ini hanya digunakan di suatu ruang
yang udaranya bersih.
b. Centrifugal fan
1) Forward-Curved Blade Type
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Fan ini dilengkapi dengan bilah kipas yang banyak dan
biasanya digunakan pada alat pendingin atau pemanas udara dimana
tekanan statik yang harus dihadapinya adalah rendah sampai sedang.
Fan tipe ini tidak dianjurkan untuk debu atau fume yang dapat
melekat pada bilah kipas yang berbentuk melengkung dan
ukurannya pendek karena hal ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan dan pembersihan sulit dilakukan.
2) Straight/Radial Blade
Fan tipe ini terutama digunakan bila kadar debu dalam
udara tempat kerja tinggi/sangat tinggi.
3) Backward Curved Blade
Fan tipe ini hanya digunakan di suatu ruang yang udaranya
bersih dan tidak mengandung fumes atau uap-uap.
3. Pengetesan sistem ventilasi lokal (Local Exhaust Ventila tion)
Pengetesan dilakukan untuk mengetahui efektifitas ventilasi.
Penggunaan ventilasi yang mempunyai daya hisap rendah akan
mempengaruhi daya hidup kontaminan yang akan dipindahkan. Beberapa
faktor yang akan mempengaruhi kegagalan pemakaian ventilasi antara lain :
a. Laju aliran udara fan tidak mencukupi
b. Jarak berlebihan antara sumber dengan hood
c. Akumulasi debu berlebihan sehingga menimbulkan kehilangan
tekanan dan laju udara di bawah level
d. Aliran udara tidak dapat di control karena pengaruh luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
e. Kebocoran aliran pipa
f. Dan lain-la in
Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi ventilasi
seperti desain, penempatan posisi, daya hisap kipas, dan lain–la in. Untuk
menghindari kegagalan pemakaian ventilasi seperti tersebut di atas perlu
dilakukan pengetesan laju alir udara yang ada pada saluran ventilasi, alat
yang di pakai adalah air flowmeter. (Siswanto, 1991)
4. Nilai Ambang Batas.
Nilai ambang batas bahan-bahan kimia menurut Permenakertrans
No. 13 Tahun 2011 adalah Kadar Bahan Kimia dalam udara tempat kerja
yang merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga kerja masih dapat
menghadapinya dengan tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan atau kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
atau kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu pemaparan
tidak lebih 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. (Siswanto,1991)
Nilai ambang batas bahan–bahan kimia berupa debu–debu minera l
dalam lingkungan kerja yang ditetapkan oleh komisi tetap nilai ambang batas
bahan kimia menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 adalah debu 10
mg/m3. Pertimbangan untuk menentukan NAB dari suatu zat dalam
lingkungan kerja supaya :
a. Tidak terjadi penakit akibat kerja yang bersangkutan sesudah lama bekerja.
b. Tidak terjadi atau tidak ada perubahan kerentanan dan terjadi
perluasan penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Tidak terganggu daya kerja.
d. Tidak terdapat gangguan keselamatan kerja dari sebagian besar tenaga
kerja.
5. Kontaminan Udara
Debu adalah partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh
kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan- bahan,
baikorganik maupun anorganik misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu,
butir-butir zat dan sebagainya. (Suma’mur 2009)
Kontaminan yang ada di udara dapat menyebabkan kondisi yang
tidak aman di lingkungan kerja. Kontaminan yang ada di udara dapat
berbentuk gas, uap, debu, mist, fume, fog, smog dan asap. (Mukono, 2003)
6. Pemantauan Lingkungan Kerja (Environmental Monitoring)
Pemantauan lingkungan kerja merupakan salah satu usaha
pengendalian yang bertujuan untuk menegecek/menilai efektifitas dari usaha-
usaha penegendalian yang telah dilakukan. Sebagai contoh, pengukuran kadar
debu dalam udara tempat kerja bertujuan untuk menegetahui apakah sistem
ventilasi (Local Exhasut Ventila tion) yang digunakan telah atau masih belum
efektif. (Andianto, 2002)
7. Faktor Penggaruhi Keluhan Kesehatan
a. Usia
Efek bahan kimia terhadap kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor
kerentanan individu seperti usia. Orang yang berusia lanjut dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kapasitas kardivaskulernya telah banyak mengalami penurunan kerena
proses menua adalah lebih rentan terhadap efek zat-zat kimia. (Siswanto,
1991)
b. Masa Kerja
Masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap factor
resiko debu semakin lama masa kerja seseorang kemungkinan besar orang
tersebut mempunyai resiko yang besar terkena penyakit paru. (Suma’mur
1967)
Situasi beberapa penyakit paru dimasyarakat bahwa para pekerja
yang berada di lingkungan dengan konsentrasi dedu yang tinggi dalam
waktu yang lama (>10 tahun) memiliki risiko lebih terkena penyakit
obstruksi paru menaun. (Tyandra Yoga aditma, 2006)
8. Keluhan Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis
(meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan
atau hal lain. (Badan Pusat Statistik Bangka Belitung, 2011)
Parameter-parameter seperti gas NO2, SO2, CO, O3, NH3, H2S,
Hidrokarbon dan pertike l debu. Apabila terjadi peningkatan kadar bahan-
bahan tersebut ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya dampak pada
kesehatan tenaga kerja yaitu gangguan pada mata (Kelilipan, Mata terasa
pedas dan berair), radang saluran-saluran pernafasan, sembab paru, bronkitis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menaun, efisema atau kelainan paru lainnya (Saric, 1980;Xu & Dockery,
1991).
a. Kulit Gatal-Gatal, Merah dan Panas
Proses toksikan diserap melalui kulit, zat kimia tersebut harus
menembus sel-sel epidermis, sel-sel kelenjar keringat, atau kelenjar-
kelenjar, atau masuk melalui follikel-follikel rambut. Meskipun jalan
follikel bisa membolehkan masuknya sejumlah kecil toksikan dengan
segera, kebanyakan zat kimia menembus sel-sel epidermis, yang
menyusun daerah permukaan yang besar dari kulit. Kelenjar-kelenjar
keringat dan folikel-folikel rambut tersebar diseluruh kulit dalam jumlah
yang beragam tetapi secara perbandingan berupa jarang luas penampang
lintang total mereka adalah mungkin diantara 0 ,1 dan 1,0 % dari luas kulit
(Mansur, 2002).
Kulit gatal, panas dan merah merupakan gejala dermatitis dan
merupakan respons kulit terhadap agens-agens yang beraneka ragam.
Respons tersebut biasanya berhubungan dengan alergi (Djuanda, 1990).
Dermatitis kontak adalah dermatitis (peradangan kulit) yang disertai
dengan adanya edema interseluler pada epiderrmis karena kulit
berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit.
Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik (Harahap,
2000).
b. Mata Merah, Gatal dan Panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah, mata
terasa gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak a ir mata.
Bila terdapat salah satu gejala tersebut maka diperlukan pemeriksaan mata
dan perawatan khusus. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh
darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut misalnya
konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah arteri konjungtiva
posterior dan arteri siliar anterior maka akan terjadi mata merah.
Melebarnya pembuluh darah konungtiva atau injeksi konjungtival dapat
terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang
tidur, iritasi akbat klorida, asap dan benda asing, ataupun injeksi pada
jaringan konjungtiva. Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata
merah, sekret atau mata kotor, dan pedas seperti kelilipan. Konjungtivitis
akan mengenai kedua mata akibat mengenai mata yang sebelahnya. Bila
hanya terdapat pada satu mata maka ini biasanya hanya disebabkan alergi
atau moloskum kontagiosum. Konjungtivitis alergi merupakan bentuk
radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap non infeksi, dapat berupa
reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi lambat sesudah beberapa hari
kontak seperti reaksi terhadap obat, reaksi, dan toksik. Reaksi alergik dari
hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan keluhan berupa mata
gatal, panas, berair dan mata merah. Umumnya konjungtivitis alergi
disebabkan oleh bahan kimia. Pengobatan diutamakan dengan cara
menghindarkan penyebab dengan pencetus penyakit dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
astringen kemudian disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan
edemanya (Ilyas, 2008)
c. Menurut Putranto (2007), faktor yang mendasari timbulnya gejala penyakit
pernafasan :
1) Batuk
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika
terjadi rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernafasan,
misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam
saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran
pernafasan terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam
bentuk pengeluaran udara (dan lendir) secara mendadak disertai bunyi
khas.
2) Dahak
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus
glands) dan sel goblet oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari
gas, partikulat, alergen dan mikroorganisme infeksius. Karena proses
inflamasi, di samping dahak dalam saluran pernafasan juga terbentuk
cairan eksudat berasal dari bagian jaringan yang berdegenerasi.
3) Sesak nafas
Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran
udara dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan
dapat terjadi karena saluran pernafasan menguncup, oedema atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
karena sekret yang menghalangi arus udara. Sesak nafas dapat
ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu menit.
B. Kerangka Pemikiran
`
Paparan Lingkungan Kerja
Pasir besi
Sumber Kontaminan Ruang Sand Balsting
Pasir silika
Local Exhaust Ventilation
Resiko Kesehatan
Keluhan Pada Pernafasan
Keluhan Pada Mata
Keluhan Pada Kulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif yaitu memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga
hanya merupakan penyikappan suatu kenyataan dan data yang diperoleh
digunakan sebagai bahan penulisan laporan.
Pada laporan ini bertujuan untuk menjelaskan peninjauan yang
dilakukan berupa identifikasi terhadap local exhaust ventilasi dan keluhan yang
dirasakan pada bagian Girt Blasting yang ada di PT. INKA (Persero) Madiun.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan untuk pengambilan data
adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan : PT, INKA (Persero) Madiun
Alamat Site Office : Jl. Yos Sudarso 71 Madiun
Telp. (0351) 452271-71
Fax. (0351) 452275
Lokasi penelitian : Unit Girt Blasting
Adapun denah dan layout unit Grit Blasting PT. INKA (persero) dapat dilihat
pada daftar lampiran 3 dan lampiran 4.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup penelitian ini adalah Local Exhaust
Ventilation pada bagian unit produksi Girt Blasting di PT. INKA (Persero)
terhadap keluhan kesehatan tenaga kerja yang berhubungan dengan paparan
pasir besi dan pasir silika.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari :
1. Data Primer
Mengadakan observasi langsung ke lapangan dan dengan melakukan
pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian, terhadap local exhaust pada
bagian Girt Blasting yang ada di PT. INKA (Persero)
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data pemeriksaan, data laporan tentang
local exhaust digunakan sebagai data pendukung dalam penulisan laporan
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung
terhadap proses kerja di bagian Girt Blasting dan pengamatan terhadap proses
kerja Local Exhaust Ventilation di bagian unit produksi Grit Blasting. Obyek
yang diobservasi meliputi Proses Kerja Local Exhaust Ventilasion yang ada
di bagian unit prduksi Girt Blating.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
koordinator lapangan atau pembimbing magang maupun dengan orang-orang
yang berkompeten dibidangnya antara lain tenaga ahli yang berkompeten di
bidang Girt Blasting, operator bagian Girt Blasting dan tenaga kerja Girt
Blasting. Adapun daftar pertanyaan wawancara yang dilakukan dapat dilihat
pada daftar lampiran 5.
3. Lembar Kuesioner
Lembar Kuesioner mengetahui penilaian kondisi tempat kerja oleh
karyawan dan keluhan yang pernah dirasakan pada tenaga kerja yang
berhubungan dengan akibat pemaparan debu serta informasi lain yang
diperlukan. Adapun daftar pertanyaan lembar kuesioner dapat dilihat pada
daftar lampiran 6. Lembar kuesioner dibagikan kepada tenaga kerja Grit
Blasting pada saat sebelum dan sesudah bekerja
4. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-
catatan serta literatur-literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan
dengan masalah Local Exhaust Ventilation.
F. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini melalui serangkaian kegiatan yang
dilakukan, antara lain sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Permohonan ijin Program Magang di PT. INKA (Persero) Madiun yang di
mulai pada tanggal 7 Februari s/d 10 April 2012 adapun data permohonan
ijin magang dan selesai magang terlampir dalam lampiran 1 dan lampiran
2.
b. Membaca dan memperlajari keputusan yang berhubungan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Higiene Perusahaan.
c. Membaca dan mempelajari materi tentang sistem ventilasi khususnya
Local Exhaust ventila tion.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini pelaksanaan program Magang di PT. INKA
(Persero) Madiun dilaksanakan mulai tanggal 7 April s/d 10 April 2012,
setelah permohonan ijin Magang disetujui oleh pihak SDM PT. INKA
(Persero). Adapun tahap pelaksanaan Magang sebagai berikut :
a. Orientasi umum mengenai proses kerja diseluruh unit kerja.
b. Pengerjaan JSA terhadap mesin-mesin Produksi.
c. Pengukuran terhadap faktor bahaya di beberapa unit produksi.
d. Pengecekan Check List alat-alat pemadam kebakaran yaitu APAR
diseluruh unit produksi/Workshop PT. INKA (Persero).
e. Pengumpulan data dan identifikasi terhadap potensi bahaya dan faktor
bahaya diseluruh unit produksi/Workshop PT. INKA (Persero).
f. Pengumpulan data dan identifikasi proses kerja Local Exhaust dan
cerobong asap di bagian Grit Blasting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
g. Wawancara kepada tenaga ahli dan melakukan kuesioner kepada tenaga
kerja di bagian Grit Blasting.
h. Mengikuti pemantauan uji emisi cerobong asap bagian Grit Blasting.
i. Pembuatan laporan umum dan khusus.
j. Revisi laporan.
G. Analisa
Data yang diperoleh akan dimasukkan dan disusun sedemikian rupa
kedalam hasil penilitian, kemudian pembahasan dengan cara membandingkan
dengan teori Siswanto 1991 tentang ventilasi industri, PP No. 41 tahun 1999
tentang “Pengendalian Pencemaran Udara”, lampiran II Keputusan Menteri
Kesehatan No. 405/MENKES/SK/XI/2002 Bab II Udara Ruangan, Untuk
perbedaan keluhan kesehatan sebelum dibanding sebelum digunakan uji statistik
Paired Samples Test .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Unit Bilas Logam /Grit Blasting
Gambar 10. Denah Unit Grit Blasting (Sumber : PT. INKA Persero)
Unit Girt Blasting merupakan salah satu unit produksi yang ada di
PT. INKA (Persero) Madiun. Unit Girt Blasting ini salah satu bagian dari unit
produksi pengecatan yang berfungsi untuk membersihkan gerbong dari karat,
menutupi pori-pori lapisan plat dan membuat hasil pengecatan optimal,
dengan menyemprotkan pasir grit yang terdiri dari campuran pasir biji
besi/pasir besi dan pasir silika menggunakan kompresor bertekanan 5-6
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kg/cm2 pada permukaan benda yang dilakukan di ruang tertutup dengan Local
Exhaust Ventilation.
Unit girt blasting mempunyai 3 ruang yaitu ruang Sandblasting utara
yang berukuran (23x6x6) meter, ruang Sandblasting selatan yang berukuran
(25x6x6) meter, dan ruang tengah. Ruang Sandblasting utara dan ruang
Sandblasting selatan ini mempunyai peranan yang sama yaitu sebagai ruang
tempat produksi penyemprotan pasir besi dan pasir silika. Kedua ruang
tersebut dipisahkan ruang tengah yang terdapat alat compressor dan panel
yang berfungsi sebagai penunjang alat untuk penyomprotan.
Semua para pekerja Girt Blasting merupakan pekerja kontrak atau
outsourcing, yang dipimpin oleh tenaga ahli. Pekerja yang bekerja mencatat
dan mengawasi pekerja yang bekerja adalah mandor, sedangkan pekerja yang
bekerja menghidupkan mesin adalah operator khusus Grit Blasting . Adapun
struktur dari pekerja Grit Blasting tersaji pada gambar 11 :
Struktur Organisasi Bagian Grit Blasting
Gambar 11. Struktur Organisai Grit Blasting (Sumber : PT. INKA Persero)
Mandor
Tenaga Alhi
Operator
CV. Purna Bakti
CV Makarya
INKA
Pekerja Sub Kontrak
Pekerja Sub Kontrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Unit Girt Blasting bekerja selama 8 jam perminggu (senin sampai
jumat). Sistem kerja dari jam 07.00-11.30 WIB dan istirahat 60 menit untuk
makan siang setelah itu para pekerja jam 16.00 WIB, adapun waktu lembur
yang dilaksanakan sesuai dengan banyak tidaknya permintaan produksi.
Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi para pekerja yang lain sesuai dengan
unit masing-masing.
Di unit Grit Blasting fasilitas alat pelindung dari sudah tersedia
seperti masker (Respirator), sarung tangan, sepatu dan lain-lain juga tersedia
pakaian kerja (Apron full body). Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
tenaga kerja agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja
misalnya pengaruh debu yang berasal dari pasir biji besi/pasir besi dan pasir
silika yang di gunakan produksi Grit Blasting dalam penyemprotan gerbong
dapat menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja.
a. Proses Produksi
1) Proses Kerja Grit Blasting
Proses kerja yang dilakukan di unit Grit Blasting pada awalnya
pengerjaan pengerukkan sisa pasir grit yang digunakan kembali untuk
disaring pada filter dan di masukkan kemesin blasting dengan
pengaturan kecepatan 5-6 kg/cm2 dan akan dikeluarkan dengan udara
bertekanan tinggi dan menyemprotkannya ke gerbong atau benda kerja
yang akan di bilas. Udara sebagai penekan pasir grit berasal dari mesin
compressor yang akan menerbangkan pasir yang ringan sedangkan pasir
yang berat akan turun ke bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Proses pengerjaan penggerukkan pasir grit untuk dimasukkan
ke dalam filter dilakukan 10 orang pekerja, sedangkan pengerjaan
penyemprotan dilakukan 2 orang pekerja diruang Sandblasting secara
bergantian.
Dalam pengerjaan di unit Grit Blasting terdapat prosedur kerja
yang mempunyai fungsi penting bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam pengerjaan tersebut tidak lepas dengan pengawasan tenaga ahli
Grit Blasting dan dengan begitu pengerjaan yang dilakukan dapat
bekerja secara aman dan terkendali. Terdapat prosedur khusus terlampir
pada lampiran 7.
Berikut adalah penjelasan dan gambar prosedur kerja Grit
Blasting :
a) Persiapan kerja
Persiapan kerja dilakukan terlebih dahulu dengan adanya brifing
pagi yang dilaksanakan setiap pagi pukul 07.00. hal tersebut
dilakukan dengan memberikan safety talk atau informasi tentang K3,
agar dalam pelaksanakan pekerjaan dapat bekerja dengan aman dan
selama brifing di pimpin oleh seorang mandor bagian Grit Blasting.
Pekerja mempersiapkan peralatan yang digunakan seperti APD, dan
alat kerja, maupun bahan untuk produksi. Bahan untuk produksi
(pasir grit) dapat di gunakan kembali dengan begitu pasir grit sisa
penyemprotan dikeruk dan di masukkan ke dalam filter untuk diolah
kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b) Pembersihkan benda kerja dari kotoran, debu, oli, grase.
memulai pekerjaan penyemprotan, benda kerja harus disterilkan dari
kotaran seperti debu maupun oli dan grase yang masih menempel
pada dinding-dinding gerbong atau benda kerja dengan mengelap.
c) Jaga tekanan angin minimal 5kg/cm
Proses penyempotan pasir grit ke benda kerja tersebut dilakukan
dengan tekanan angin compersor dengan kecepatan minimal 5kg/cm,
sehingga perlu adanya keseimbangan pekerja.
d) Seprot pasir grit dengan sesuai langkah
e) Cek ulang
Pengecekkan terhadap gerbong dilakukan bila penyemprotan sudah
selesai
f) Pembersihan benda kerja dari debu dan pasir grit
Pembersihan ini dilakukan agar benda kerja tidak terdapat sisa debu
maupun pasir grit yang menempel.
g) Bersihkan tempat dan kembalikan alat ketempat semula.
2) Bahan Baku Produksi Grit Blasting
Bahan Baku di PT. INKA PERSERO sebagai bahan utama
dalam proses produksi, dimana bentuknya akan mengalami perubahan,
yang langsung ikut di dalam proses produksi dan memiliki presentase
yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Bahan yang digunakan untuk penyemprotan Grit Blasting
merupakan bahan campuran antara pasir biji besi dan silika. Bahan
tersebut dimaksudkan sebagai bahan untuk membersihkan benda kerja
dari korosi/ karat.
b. Lingkungan Kerja Bilas Logam/ Grit Blasting
Lingkungan kerja di unit Grit Blasting menimbulkan berbagai
ketidaknyamanan pada pekerja. Kondisi Sand Blasting yang terdapat sisa
hasil penyemprotan masih tercecer di lantai ruangan. Kondisi unit Grit
Blasting mengakibatkan banyaknya faktor bahaya yang timbul. Tenaga
kerja akan menghadapi ancaman bahaya yang dapat mengganggu
kesehatan ditempat kerja.
Adapun faktor bahaya yang ada di unit Grit Blasting adalah :
1) Kebisingan, akibat suara mesin grit dan proses penyemprotan
2) Pencahayaan, intensitas pencahyaan yang kurang
3) Debu, kadar debu/sumber kontaminan dari proses penyemprotan, serta
kadar debu yang keluar dari mesin cerobong yang mempengaruhi
tingkat kesehatan para pekerja di lingkungan sekitar.
Faktor bahaya kecelakaan kerja di unit Grit Blasting meliputi :
a) Terjatuh, disebabkan proses pengerjaan dilakukan di tangga untuk
menyemprotkan pasir grit.
b) Kelilipan, debu pasir grit masuk ke dalam mata.
c) Terpental, selang semprot bertekanan tinggi sehingga mengakibatkan
terpental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d) Kepala terbentur, kepala terbentur karena ruang gerak sempit dan tidak
menggunakan helm saat proses pengerukan pasir grit.
Selain adanya faktor bahaya yang timbul adalah Penyakit akibat
kerja atau PAK terjadi meliputi iritasi mata, iritasi kulit serta gangguan
pernafasaan. Pekerja unit Grit Blasting pada saat proses pengerukkan pasir
sisa grit menggunakan masker, respirator, sarung tangan, sepatu, Tetapi
terkadang tenaga kerja saat pengerukkan pasir sisa grit tidak menggunakan
sarung tangan, masker ataupun respirator, maupun sepatu khusus. Data
penemuan tidak menggunakan APD tersaji pada gambar 12.
Gambar 12. Data Penemuan Tidak Menggunakan APD (Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Sedangkan saat penyemprotan menggunakan alat pelindung diri
berupa Apron full body, serta sepatu. Bahaya kerja yang dialami tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, banyaknya bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
baku yang dipakai pada saat proses kerja dan alat produksi. Bahan baku
yang digunakan produksi grit blasting tersebut menimbulkan sumber
pencemaran berupa debu, jika proses produksinya kurang sempurna.
2. Kondisi Local Exhaust Ventila tion di Bagian Grit Blasting
PT. INKA (Persero) telah menggunakan sistem local exhaust
ventilation atau ventilasi keluar setempat yang dimaksudkan untuk
menggendalikan debu dan udara panas pada sumber kontaminan/sumber
emisi sedemikian rupa sehingga kadar kontaminan-kontaminan tersebut
dalam udara tempat-tempat kerja maupun lingkungan kerja setempat tidak
mencemari udara dan udara keluar dalam batas aman. Local exhaust
ventilation di bagian grit blasting terdapat 7 local exhaust ventilation
dibagian bawah. Bagian atas terdapat 4 local exhaust ventilation . Berikut
adalah kondisi local exhaust ventila tion di dalan ruang Sandblasting tersaji
pada gambar 13.
Gambar 13. Kondisi Local Exhaust Ventila tion di Sandblasting
(Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting )
Penempatan local exhaust ventila tion yang terdapat di bagian ruang
sandblasting ini di desain bagian sisi atas dan bawah. Hal tersebut di
maksudkan untuk menguranggi kadar debu dengan cepat saat proses kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dilakukan. Kondisi local exhaust ventilation sistem di Sandblasting dirancang
sedemikian rupa dengan komponen-komponen yang di perlukan guna
meningkatkan kualitas local exhaust ventilation.
a. Beberapa komponen dari local exhaust sistem tersebut terdiri dari :
1) Kondisi Hood
Gambar 14. Kondisi Hood di Sandblasting
(Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Berdasarkan hasil pengamatan hood yang digunakan adalah
enclosing hood dengan menggunakan desain sebagian (partially
enclosed) yang terpasang di dinding sandblasting atas dan bawah
dengan sisi kanan dan kiri, sehingga dengan desain tersebut hood dapat
menghisap ruangan Sandblasting yang serat akan debu pada saat
beroperasional.
Dari hasil wawancara hood berbahan tahan korosi (corrosion
resisting material). Hood juga didesain sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu operator dalam melakukan pekerjaan. Berikut data
penampang hood di PT.INKA tersaji pada tabel 5.
Hood
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel : 5. Data Penampang hood Hood Suction (Persegi)
Panjang 910 mm Luas 650 mm Luas penampang 0,5915 meter Kecepatan 9.38 m/det Kapasitas aliran (Q) 17035 m3/ jam Sumber : data sekunder, PT. INKA (Persero)
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkkan Keefektifan daya
hisap hood dalam pergerakkan udara menuju ke ujung terbuka dari
hood tersebut ditunjukkan dari kecepatan dan kapasitan aliran.
2) Kondisi duct.
Debu yang terhisap oleh hood akan melewati pipa/ducting
yang berfungsi untuk mengarahkan debu yang terhisap menuju ke suatu
tempat. Kondisi duct di PT. INKA tersaji pada gambar 15.
Gambar 15. Kondisi Duct di Sandblasting
(Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Berdasarkan wawancara dengan tenaga ahli bagian Girt
Blasting . Pipa/ducting terbuat dari logam yang tahan korosi. Desain
ducting dirancang sedemikian rupa agar tidak terjadi lolosnya partike l-
partikel debu ke udara bebas. Berikut dara penampang duct di PT.
INKA tersaji pada tabel 6.
Duct
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel : 6 Penampang Duct Pipa Duct (Circular)
Diameter 560 mm Kecepatan 19.222 m/det Kapasitas aliran (Q) 17035 m3/ jam
Sumber : data sekunder ,PT. INKA (Persero)
Dari hasil pengamatan bentuk duct yang digunakan yaitu duct
berbentuk bulat (Round Duct), sehingga aliran udara di dalam duct
dapat berlangsung dengan lancar. Desain ducting yang dibuat
membelok, sudutnya terlalu tajam melebihi 300 dan bentuk elbow
kurang dari 2 diameter.
Dari hasil wawancara duct dilakukan pemeriksaan secara
berkala untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran, endapan atau
sumbatan dan kerusakan akibat korosi. Pemeriksaan duct tersebut
dilakukan 1 bulan sekali oleh tenaga ahli.
3) Kondisi Cyclone Separator
Komponen yang berfungsi untuk separate/memisahkan/
menjebak debu. Cyclone Separator berbrntuk kerucut didalamnya debu
akan berputar (seperti gerakan pusaran angin), gerakkan ini akan
menyebabkan debu berat akan turut menuju ruang penampungan (pada
bagian bawah cyclone). Prinsip gerakkan Cyclone Separator juga
sebagai pemisah gas dengan debu yang dikandungnya. Debu berat ini
akan dijebak dibawah, akan tetapi debu-debu ringan akan tetap
mengalir mengikuti ducting/pipa menuju blower/fan untuk akhirnya
diepas ke lingkungan sekitar. Berikut gambar cylone di PT. INKA pada
gambar 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 16. Kondisi Cyclone Separator di Sandblasting (Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Dari hasil pengamatan cyclone separator berdiameter 5 kaki
atau lebih. Didalam cyclone tidak mempunyai bagian-bagian yang
bergerak, yang terdiri dari suatu silider dengan dasarnya yang berbentuk
kerucut dan sebuah bak penampung yang berisi debu berat. Berikut
gambar bag penampung debu berat tersaji pada gambar 15.
Gambar 17. Kondisi Bag Penampung Debu Berat di Sandblasting
(Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Cyclone
Bag penampungan debu berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pembersihan debu berat yang ada di bag penampungan
dilakukan oleh tenaga kerja selama 1 minggu sekali. Debu berat
tersebut di tampung sebagai limbah B3 yang tidak digunakan kembali.
4) Kondisi Bag filter
Air cleaner yang digunakan partikel-partikel debu
menggunakan bag filter karena paling efisien dalam partikel debu
ringan yang terlepas ke luar. Dalam hasil wawancara filter yang
digunakan berjenis Polyester yang setiap 1 minggu perlu pergantian
agar kondisi filter tidak rusak dan tetap terjaga. sedangkan filter yang
digunakan mengadaptasi Plate-Type Electrostatic Precipitator untuk
lebih efektif tidak ada kontaminan dari partikel debu ringan atau kering
yang masih lolos. Sehingga udara yang keluar benar-benar bersih dan
tidak mencemari lingkungan sekitar. Berikut gambar bag filter tersaji
pada gambar 18.
Gambar 18. Kondisi Bag Filter di Sandblasting (Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Bag filter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
5) Kondisi Fan
Fan/blower di PT. INKA berfungsi sebagai komponen utama
yang menjadi sumber penghisap debu/polusi udara. berikut gambar
fan/blower tersaji pada gambar 19.
Gambar 19. Kondisi Fan/ Blower di Sandblasting (Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Menurut hasil wawancara fan/blower ini sebagai pengendalian
kadar debu didalam udara dan juga bertujuan untuk meningkatkan
kecepatan aliran udara sehingga partikel-partikel yang dipisahkan akan
lebih banyak
Dari hasil pengamatan kondisi fan/blower menggunakan
centrifugal fan dengan tipe Straight/Radial Blade. Fan digerakkan oleh
montor penggerak. Penempatan desain fan/blower ditepatkan pada duct
yang lurus untuk menghindari terjadinya gangguan aliran udara,
dipasang dibelakang air cleaner dan diletakkan diluar gedung. Fan
digerakkan oleh montor penggerak Namun kondisi fan/blower belum
ada bahan peredam suara (rubber mouting) sebagai peredam
kebisingan. Sehingga kebisingan tidak terkendali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
6) Kondisi Cerobong
Cebong asap digunakan untuk ventilasi gas buang. Cerobong
tersebut mempunyai fungsi utama yaitu menyalurkan asap yang tidak
terkontaminasi keluar dari dalam ruang menuju luar ruangan. Berikut
gambar cerobong di PT. INKA tersaji pada gambar 20.
Gambar 20. Kondisi Cerobong di Sandblasting (Sumber : PT. INKA Persero unit kerja Grit Blasting)
Berdasakan hasil wawancara dengan tenaga kerja ahli grit
blasting kondisi cerobong selalu dipantau dengan dilakukan uji emisi.
Di cerobong terdapat sarana penunjang seperti tangga, pagar pengaman,
lantai kerja, dan lubang sampel.
3. Pemeriksaan Laju Aliran Udara dalam Saluran Ventilasi Lokal di Girt
Blasting.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak K3LH bahwa
pemeriksaan laju aliran udara dalam ventilasi local khususnya Local Exhaust
Ventilation di bagian Grit Blasting sudah dilakukan pemeriksaan laju aliran
udara oleh sebab itu diketahui kecepatan aliran udara di dalam saluran
ventilasi local exhaust di hood suction data tersebut dapat dilihat pada daftar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
lampiran 8, namun untuk pemeriksaan laju aliran udara dalam saluran
ventilasi local di Grit Blasting belum dilakukan secara priodik.
4. Inspeksi Local Exhaust Ventilation
Pemeriksaan mesin-mesin Local Exhaust Ventila tion dilakukan 1
bulan sekali seperti pemeriksaan filter, fan, dan mesin pada Dust collector.
Pengecekan serta pengontrolan terhadap tingkat penyebaran gas dan debu
yang keluar dari cerobong Dust Collector. Pemeriksaan tersebut dilakukan
bagian mekanik. Pemeriksaan tersebut bukan hanya pada local exhaust
ventilation saja, tetapi pada Local Exhaust Ventilation bagian painting, dan
mesin-mesin lain.
5. Pemantauan Kualitas Udara Ambien dan Emisi d i Grit b lasting
Pemantauan kualitas udara di PT. INKA (Persero) khususnya di grit
blasting dilakukan selama 6 bulan sekali dan dilakukan secara berturut-turut.
Hasil pemantauan kualitas udara ambien dan emisi cerobong grit blasting
dilaporkan kepada Kantor Lingkungan Hidup Kota Madiun dan tembusan
kepada BLH Provinsi Jawa Timur dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Adapun pelaksaaan pengujian ambien dan emisi dapat dilihat pada daftar
lampiran 9 .
6. Karakteristik Tenaga Kerja Grit Blasting
Dari hasil kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 11
responden, yang terdiri dari tenaga kerja yang bekerja di bagian Grit Blasting.
a. Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Umur tenaga kerja di Grit Blasting PT. INKA (Persero) hanya
sampai umur 50 tahun sebab mengingat faktor bahaya kerja di Grit
Blasting PT. INKA (Persero). Umur tenaga kerja yang berumur 50 tahun
ke atas dipensiunkan. Karakteristik umur tenaga kerja Grit Blasting tersaji
pada tabel 7.
Tabel : 7, Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur responden yang bekerja di unit Grit Blasting PT. INKA (Persero).
Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 21-25 2 18,1 26-30 6 54,5 31-35 1 9,1 36-40 2 18,18
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa tenaga kerja
di bagian Grit Blasting PT. INKA (Persero) memiliki umur terbanyak pada
usia 26-30 tahun dengan sebanyak 6 orang (54,5%) dan jumlah terkecil
adalah pada usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang (9,1%).
b. Masa Kerja
Masa kerja tenaga kerja ditentukan oleh masa kontrak kerja sebab
PT. INKA (Persero) berkerja sama dengan pihak jasa penyaluran tenaga
kerja sehingga tenaga kerja grit blasting mayoritas pekerja kontrak atau
outsourcing sehingga apabila masa kerja habis pekerja tidak dapat bekerja
lagi kecuali ada masa perpanjangan kontrak. Karakteristik masa keja
tenaga Grit Blasting tersaji pada tabel 9.
Tabel 9, Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja di unit Grit Blasting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Masa kerja (Tahun) Frekuensi Persentase (%) <1 4 36,4 1-5 6 54,5
5-10 1 9,1 11-15 0 0 >15 0 0
Total 11 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil data tabel di atas diketahui bahwa tenaga kerja
di bagian Grit Blasting PT. INKA (Persero) memiliki masa kerja
terbanyak selama 1-5 tahun sebanyak 6 orang (54,5%). Sedangkan yang
paling sedikit adalah 5-10 tahun sebanyak 1 orang (9,1%).
7. Kondisi Keluhan Kesehatan Tenaga Kerja Grit Blasting
a. Keluhan Kesehatan yang Dirasakan Sebelum Bekerja
Jenis keluhan kesehatan yang sering dirasakan sebelum bekerja di
Grit Blasting tersaji pada tabel 11.
Tabel 11, Distribusi frekuensi 11 orang responden berdasarkan keluhan kesehatan yang dirasakan sebelum bekerja. No. Jenis keluhan yang dirasakan
sebelum bekerja Persentase (%)
Ya (%) Tidak (%) 1. Batuk 4 16 7 6,5 2. Batuk berdahak 0 0 11 10,3 3. Hidung tersumbat 1 4 10 9,3 4. Sesak nafas/asma 1 4 10 9,3 5. Bersin-bersin 2 8 9 8,4 6. Nyeri dada 1 4 10 9,3 7. Mata kelilipan 6 24 5 4,7 8. Mata gatal 2 8 9 8,4 9 Mata pedas 4 16 7 6,5 10 Kulit gatal-gatal 2 8 9 8,4 11 Kulit terasa panas 0 0 11 10,3 12 Timbul bintil-bintil merah 2 8 9 8,4
Total 25 100 107 100
Sumber : Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan hasil d iatas keluhan kesehatan yang sering dirasakan
sebelum bekerja adalah mata kelilipan sebanyak 6 orang (24%), batuk dan
mata pedas sebanyak 4 orang (16%).
b. Keluhan Kesehatan yang Dirasakan Sesudah Bekerja
Jenis keluhan kesehatan yang sering dirasakan sesudah bekerja di
Grit Blasting dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12, Distribusi frekuensi 11 orang responden berdasarkan keluhan kesehatan yang dirasakan sesudah bekerja. No. Jenis keluhan yang dirasakan
sesudah bekerja Persentase (%)
Ya (%) Tidak (%) 1. Batuk 10 18,1 1 1,2 2. Batuk berdahak 5 9,0 6 7,6 3. Hidung tersumbat 6 10,9 5 6,4 4. Sesak nafas/asma 5 9,0 6 6,4 5. Bersin-bersin 4 7,2 8 10,2 6. Nyeri dada 6 10,9 5 6,4 7. Mata kelilipan 9 16,3 2 2,5 8. Mata gatal 1 1,8 10 12,8 9. Mata pedas 5 9,0 6 7,6 10. Kulit gatal-gatal 2 3,6 9 11,5 11. Kulit terasa panas 2 3,6 9 11,5 12. Timbul bintil-bintil merah 0 0 11 14,1 Total 55 99.4 78 98,2
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil d iatas keluhan kesehatan yang sering dirasakan
sesudah bekerja adalah batuk sebanyak 10 orang (18,1%), dan mata
kelilipan sebanyak 9 orang (16,3%).
c. Uji Statistik Keluhan Kesehatan Sebelum dan Sesudah Bekerja
1) Deskriptif Data Jumlah Keluhan 11 Orang Responden Sebelum dan
Sesudah bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan jumlah keluhan kesehatan yang dirasakan
sebelum dan sesudah bekerja oleh tenaga kerja Grit Blasting dapat
dilihat pada tabel 13.
Tabel 13, Distribusi data jumlah keluhan 11 orang responden berdasarkan keluhan kesehatan yang dirasakan sebelum dan sesudah bekerja.
No. Responden
Kesehatan Sebelum bekerja
Kesehatan Sesudah Bekerja
1. 1 2 2. 4 7 3. 0 2 4. 1 3 5. 0 5 6. 3 2 7. 6 9 8. 1 8 9. 7 9
10. 2 6 11. 0 1
Total 25 54
2) Uji Statistik perbedaan keluhan sebelum dan sesudah bekerja.
Uji statistik untuk mengetahui perbedaan keluhan sebelum dan
sesudah bekerja dengan menggunakan paired samples test diperoleh
hasil uji t = 4,053 ; p = 0,002 oleh karena nilai p < 0,05 maka hasil uji
dinyatakan terdapat perbedaan keluhan kesehatan antara sebelum dan
sesudah. Hasil tersebut didukung dalam lampiran 10.
B. Pembahasan
1. Kondisi Local Exhaust Ventila tion di Bagian Grit Blasting
PT. INKA (Persero) menggunakan sistem Local Exhaust dalam
ruang sandblasting hal ini sesuai dengan PP No. 41 tahun 1999 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pengendalian Pencemaran Udara bagian ketiga penanggulangan dan
pemulihan pencemaran udara pasal 25 ayat 1 yaitu “Setiap Orang atau
Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang Menyebabkan Terjadinya
Pencemaran Udara dan/atau Gangguan Melakukan Upaya Penanggulangan
dan Pemulihan”, dan lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan No.
405/MENKES/SK/XI/2002 Bab II Udara Ruangan yaitu “Agar Kandungan
di Dalam Udara Ruang Kerja Industri Memenuhi Persyaratan Kesehatan
Maka Perlu Dilakukan Menangkap Debu yang Timbul Akibat Proses
Produksi Perlu dipasang Ventilasi Lokal (Lokal Exhauster) Yang
Dihubungkan dengan Cerobong dan Dilengkapi dengan Penyaring Debu
(Filter)”.
a. Kondisi Hood
Hood yang digunakan pada ruangan sandblasting
mengunakan jenis enclosing hood dengan menggunakan desain sebagian
(partially enclosed hood) hal ini sudah sesuai dengan teori yang
dikemukan oleh Siswanto 1991 yang menyatakan bahwa “Enclosing
Hood Aplikasinya yaitu Penyemptotan Cat”.
Bedasarkan hasil penelitian kondisi hood di sandblasting
mempunyai kecepatan (intial velocity) sebesar 17035 m3/jam atau sama
dengan 4732 m/det, hal tersebut belum sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Siswanto 1991 yaitu “Partikel yang dihasilkan Oleh
Proses Penyemprotan Akan Memberikan Kecepatan (Intial Velocity)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang Sangat Tinggi Yaitu dengan Control Velocity yang Diajurkan
Adalah 500-2000 (m/det atau fpm)”.
b. Kondisi Duct
Berdasarkan hasil penelitian Duct yang digunakan berbahan
tahan korosi sehingga dalam jangka waktu lama tidak terjadi kebocoran.
Hal ini sesuai dengan teori yang dianjurkan oleh Siswanto 1991 yang
mengemukakan bahwa “ Duct Harus Dibuat Dari Bahan yang Tahan
Korosi (Corrosion Resistant), dan Harus Pula Didesain Sedemikian
Rupa Sehingga Dapat Mencegah Terjadinya Terbakar”
Duct pada bagian Grit Blasting didesain berbentuk bulat
(Round Duct), sudut duct yang terlalu tajam melebihi 300 dan bentuk
elbow kurang dari 2 diameter, hal ini tidak sesuai dengan teori yang
dianjurkan oleh Siswanto 1991 yaitu “Kriteria Duct dengan Sudutnya
Lebih Kecil atau dengan 300 bila perlu dapat dibuat sebesar 450 dan
Ukuran Masing-Masing Elbow Direkomendasikan yaitu 2 dan 2
Diameters Centerline Radius Except”. Dengan ukuran bentuk yang
tidak sesuai dengan rekomendasi maka dapat dikatakan bahwa bentuk
elbow terlalu tajam sehingga bentuk elbow tersebut membuat
tertubelensi udara sangat sulit terlewati sehingga kurang optimal dalam
membawa kontaminan menuju ke bag filter.
Pemeriksaan duct di Grit Blasting dilakukan 1 bulan sekali
oleh tenaga ahli sehingga hal tersebut telah sesuai dengan teori yang
dikemukan oleh Siswanto 1991 yaitu “Duct Harus Diperiksa Secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berkala untuk Mengatasi Ada Tidaknya Kebocoran, Endapan atau
Sumbatan Kerusakan Akibat Korosi”.
c. Kondisi Cyclone Separator
Berdasarkan hasil penelitian kondisi Cyclone Separator
berbentuk krucut dengan diameter 5 kaki dengan ditambah sebuah
hopper atau bak penampung sebagai penampung debu berat (B3) yang
tidak dapat digunakan kembali. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Siswanto 1991 yaitu “ Alasan Pengendalian Udara
untuk Mencegah Terjadinya Penimbunan (Akumulasi) Bahan-Bahan
Kimia di Udara Tempat Kerja”.
d. Bag Filter
Berdasarkan hasil penelitian air cleaner yang digunakan
untuk mengendalikan debu ringan adalah bag filter. Penggunaan
filternya menggunakan jenis kain Polyester. Hal ini sudah sesuai dengan
lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan No.
405/MENKES/SK/XI/2002 Bab II Udara Ruangan yaitu “Agar
Kandungan di Dalam Udara Ruang Kerja Industri Memenuhi
Persyaratan Kesehatan Maka Perlu Dilakukan Menangkap Debu yang
Timbul Akibat Proses Produksi Perlu dipasang Ventilasi Lokal (Lokal
Exhauster) Yang Dihubungkan dengan Cerobong dan Dilengkapi
dengan Penyaring Debu (Filter)”.
e. Kondisi Fan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan hasil fan yang digunakan untuk mengendalikan
panas dan debu pada Sand Blasting adalah jenis centrifugal fan dengan
tipe Straight/Radial Blade. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Siswanto 1991 yaitu “ Tipe Fan Straight/Radial
Blande Digunakan Bila Kadar Debu dalam Udara Tempat Kerja
Tinggi/Sangat Tinggi”.
Fan di Grit Blasting ini digerakkan oleh montor penggerak
yang di tu tupi oleh bahan pelindung yang terbuat dari baja yang tahan
api. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Siswanto
1991 yaitu “Fan Harus Dibuat dari Bahan yang Tahan Api dan Montor
Penggeraknya Harus Diberi Pelindung untuk Mencegah Terjadinya
Kebakaran/Peledakan”.
Namun Fan ini belum ada alat peredam suara sehingga
kebisingan sangat tinggi di tempat kerja. Hal tersebut belum sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Siswanto 1991 yaitu “Fan Harus
Dipasang Diruang Gedung Seta Diletakkan Diatas Bahan Peredam
Suara (Rubber Mounting) untuk Mengurangi Kebisingan di Tempat
Kerja”.
f. Kondisi Cerobong
Berdasarkan hasil penelitian cerobong tersebut mempunyai
fungsi yaitu menyalurkan asap yang tidak terkontaminasi keluar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dalam ruang menuju luar ruangan hal tersebut sesuai dengan lampiran
III Keputusan Menteri Kesehatan No. 405/MENKES/SK/XI/2002 Bab II
Udara Ruangan yaitu “Agar Kandungan di Dalam Udara Ruang Kerja
Industri Memenuhi Persyaratan Kesehatan Maka Perlu Dilakukan
Menangkap Debu yang Timbul Akibat Proses Produksi Perlu dipasang
Ventilasi Lokal (Local Exhauster) Yang Dihubungkan dengan Cerobong
dan Dilengkapi dengan Penyaring Debu (Filter)”.
Cerobong asap di PT. INKA telah dilakukan pemantauan
dengan uji emisi ha l ini sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup no. 13 tahun 1995 pasal 7 ayat 3 ya itu “Melakukan
Pencatatan Harian Hasil Emisi yang Dikeluarkan Dari Setiap Cerobong
Emisi”. Cerobong asap di Grit Blasting terdapat sarana pendukung hal
ini sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor Kep-205/Bapedal/07/1996 Tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak pasal 1
ayat 2 poin c yaitu “Persyaratan Cerobong Meliputi Pengaturan
Cerobong, Lubang Sampel dan Sarana Pendukung”.
g. Pemeriksaan Laju Aliran Udara dalam Saluran Ventilasi Lokal di Girt
Blasting.
Pemeriksaan laju aliran udara yang ada di saluran ventilation
untuk mengetahui kecepatan aliran udara di dalam saluran ventilasi
local exhaust ventilasi di hood suction. Hal ini sudah sesuai teori yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dikemukakan Siswanto 1991 yaitu “Untuk Mengetahui Kegagalan
Pemakaian Ventilasi Perlu Dilakukan Pengetesan Laju Aliran Udara
yang Ada Pada Saluran Ventilasi”.
h. Inspeksi Local Exhaust Ventilation
Pemeriksaan mesin-mesin Local Exhaust Ventilation sudah
dilakukan 1 bulan. Pengecekan serta pengontrolan pemeriksaan tersebut
dilakukan bagian mekanik. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan Tarwaka 2008 yaitu “Inspeksi Khusus Merupakan
Kegiatan Inspeksi yang Dilakukan untuk Mengidentifikasi dan
Mengevalusai Potensial Hazard Terhadap Objek-Objek Kerja Tertentu
yang Mempunyai Resiko Tinggi”.
i. Pemantauan Kualitas Udara Ambien dan Emisi di Grit blasting
Pemantauan kualitas udara ambien dan emisi dari hasil
keluaran cerobong untuk meghasilkan kualitas udara yang keluar benar-
benar bersih khususnya cerobong Grit Blasting dilakukan pemantauan
kualitas udara ambient dan emisi dilakukan selama 6 bulan sekali secara
berturut-turut hal tersebut sesuai dengan Kep. Bapendal No 25 tahun
1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber
Tidak Bergerak. Lampiran 1 poin 1.2 periode pemantauan yaitu
“Pemantauan Kualitas Udara Emisi Oleh Pihak Industri Harus
Dilakukan Secara Terus Menerus untuk Parameter yang Mempunyai
Fasilitas Pengukuran Secara Otomatis dan Periode 6 Bulan untuk
Peralatan Manual dan Dilaporan Kepada Gubenur/Pemerintah Daerah “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Karakteristik Tenaga Kerja Girt Blasting
Jenis pekerjaan dalam Grit Blasting mempengaruhi risiko terjadinya
pemaparan debu grit. Pekerjaan yang mempunyai risiko terjadinya pemaparan
adalah pekerjan yang berhubungan dengan proses produksi.
Umur tenaga kerja di unit Grit Blasting memiliki jumlah umur
terbanyak pada usia 26-30 tahun sebanyak 6 orang (54,5) dan jumlah umur
terkecil adalah pada usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang (9,1%). Sehingga usia
terbanyak 26-30 tahun mempunyai keluhan kesehatan paling terbanyak
disebabkan efek bahan kimia terhadap kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor
kerentanan individual seperti usia. Hal ini kaitannya dengan teori yang
dikemukakan Siswanto 1991 yang menyebutkan bahwa “Usia Berkaitan
dengan Rentan Tehadap Efek Zat-Zat Kimia yang Masuk dalam Tubuh”.
Dilihat dari segi masa kerja tenaga kerja di bagian Grit Blasting PT.
INKA (Persero) memiliki masa kerja terbanyak selama 1-5 tahun sebanyak 6
orang (54,5%). Sedangkan yang paling sedikit adalah 5-10 tahun sebanyak 1
orang (9,1%). Sehingga masa kerja terbanyak selama 1-5 tahun bisa
menimbulkan keluhan kesehatan yang meningkat, d isebabkan semakin lama
seseorang terppapar akan semakin besar risiko terjadinya gangguan
kesehatan. Hal ini berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur
1967 menyatakan bahwa “Masa Kerja Menentukan Lama Paparan Seseorang
Terhadap Faktor Resiko Debu. Semakin Lama Masa Kerja Seseorang
Kemungkinan Besar Orang Tersebut Mempunyai Resiko yang Besar Terkena
Penyakit Paru”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Kondisi Keluhan Kesehatan Tenaga Kerja Grit Blasting
Kondisi lingkungan kerja di grit blasting mempunyai sumber bahaya
terbesar adalah debu dan gas sehingga menimbulkan perubahan ambien,
biasanya mencangkup parameter-parameter seperti gas NO2, SO2, CO, O3,
NH3, H2S, Hidrokarbon dan pertikel debu. Apabila terjadi peningkatan kadar
bahan-bahan tersebut ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya dampak pada
kesehatan tenaga kerja yaitu gangguan pada mata (Kelilipan, Mata terasa
pedas dan berair), radang saluran-saluran pernafasan, sembab paru, bronkitis
menaun, efisema atau kelainan paru lainnya (Saric, 1980;Xu & Dockery,
1991). Oleh sebab itu ditinjau dari keluhan kesehatan yang sering dirasakan
tenaga kerja Grit Blasting sebelum bekerja sering dirasakan adalah mata
kelilipan sebanyak 6 orang (24 %), batuk dan mata pedas sebanyak 4 orang
(16%). Sedangkan kondisi keluhan kesehatan yang sering dirasakan tenaga
kerja Grit Blasting sesudah bekerja sering dirasakan adalah batuk sebanyak
10 orang (18,1%), dan mata kelilipan sebanyak 9 orang (16,3%).
4. Perbedaan Keluhan Kesehatan Sesudah Dibanding Sebelum Bekerja
Berdasarkan hasil uji statistik data jumlah keluhan kesehatan
sebelum dan sesudah bekerja diperoleh jumlah keluhan sebelum bekerja
sebanyak 25 dan jumlah keluhan kesehatan sesudah bekerja sebanyak 54.
Setelah diuji dengan menggunakan uji paired samples test diperoleh nilai t
sebesar 4,053 dan nila i p sebesar 0,002 (p < 0,05) yang artinya terdapat
perbedaan antara keluhan kesehatan sebelum bekerja dengan sesudah bekerja.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Bangka Belitung 2011 menyatakan bahwa “Keluhan kesehatan adalah
keadaan sesorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik
karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir
tidak mempunyai keluhan), kecelakaan atau antara lain”.
Keluhan kesehatan disebabkan karena pekerja yang kurang peduli
tentang tentang penggunaan alat pelindung diri, kondisi lingkungan diruang
sandblasting yang masih banyak debu grit, serta kondisi local exhaust yang
kurang optimal dalam mengendalikan sumber kontaminan. Dalam ruang
lingkup keselamatan dan kesehatan belum sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pada bab 1
ketentuan umum pasal 1 menyatakan bahwa “Kesehatan Adalah Keadaan
Sehat, Baik Secara Fisik, Mental, Maupun Sosial Memungkinkan Setiap
Orang Untuk Hidup Produktif Secara Sosial Dan Ekonomis”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitan dan pembahasan yang dilakukan di PT.
INKA (Persero) Madiun, mengenai Keefektifan Local Exhaust Ventilation
Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja Bagian Girt Blasting di PT. INKA (Persero)
Madiun, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. PT. INKA (Persero) menggunakan sistem Local Exhaust dalam ruang
Sandblasting hal ini sesuai dengan PP No. 41 tahun 1999 tentang
“Pengendalian Pencemaran Udara” dan lampiran II Keputusan Menteri
Kesehatan No. 405/MENKES/SK/XI/2002 Bab II Udara Ruangan.
Kefektifan local exhaust ventilation ditinjau dari setian komponen :
a. Kecepatan intia l velocity pada Hood melebihi control velocity yang
dianjurkan oleh Siswanto adalah 500-2000 (m/det atau fpm)
b. Kondisi duct dalam kriteria kurang memadai sebab sudut duct yang
terlalu tajam melebihi 300 dan bentuk elbow kurang dari 2 diameter, hal
ini belum sesuai dengan teori yang dianjurkan oleh Siswanto 1991.
c. Fan belum memiliki alat peredam untuk mengurangi kebisingan hal ini
belum sesuai dengan teori yang dianjurkan oleh Siswanto 1991.
d. Kondisi cerobong sudah sesuai kriteria terdapat sarana pendukung
seperti lantai kerja, tangga, lubang sampel, hal ini belum sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan nomor
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Kep-205/Bapendal/07/1996 tentang pedoman teknis pengendalian
pencemar udara sumber tidak bergerak.
e. Pemeriksaan laju aliran udara dalam sa luran ventilasi local di Girt
Blasting sudah dilakukan. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup no: Kep/MENLH/3/1995 tentang
baku mutu emisi sumber tidak bergerak pasal 7 ayat 2.
f. Inspeksi Local Exhaust Ventilation sudah dilakukan 1 bulan.
Pengecekan serta pengontrolan pemeriksaan tersebut dilakukan bagian
mekanik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Tarwaka 2008.
g. Pemantauan kualitas udara ambien dan emisi di Grit Blasting telah
diterapkan dan pemantauan dilakukan selama 6 bulan sekali secara
berturut-turut hal ini sesuai dengan peraturan Pemantauan gas dan debu
emisi dilakukan dengan mengacu pada Kep. Bapendal No 25 tahun 1996
tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber
Tidak Bergerak. Lampiran 1 poin 1.2 periode pemantauan
2. Karakteristik tenaga kerja Grit Blasting dari segi umur jumlah golongan
umur terbanyak adalah 26-30 tahun sebanyak 6 orang (54,5%) dan jumlah
terkecil adalah pada usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang (9,1%). Dilihat dari
segi masa kerja tenaga kerja di bagian Grit Blasting PT. INKA (Persero)
memiliki masa kerja terbanyak selama 1-5 tahun sebanyak 6 orang (54,5%).
Sedangkan yang paling sedikit adalah 5-10 tahun sebanyak 1 orang (9,1%).
3. Kondisi keluhan kesehatan sebelum bekerja sering dirasakan adalah mata
kelilipan sebanyak 6 orang (24 %), batuk dan mata pedas sebanyak 4 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(16%). Sedangkan kondisi keluhan kesehatan yang sering dirasakan tenaga
kerja Grit Blasting sesudah bekerja sering dirasakan adalah batuk sebanyak
10 orang (18,1%), dan mata kelilipan sebanyak 9 orang (16,3%).
4. Perbedaan keluhan kesehatan sebelum dan sesudah bekerja menggunakan
hasil uji statistik data jumlah keluhan kesehatan sebelum dan sesudah
bekerja diperoleh jumlah keluhan sebelum bekerja sebanyak 25 dan jumlah
keluhan kesehatan sesudah bekerja sebanyak 54. Setelah diuji dengan
menggunakan uji paired samples test diperoleh nilai t sebesar 4,053 dan
nilai p sebesar 0,002 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara
keluhan kesehatan sebelum bekerja dengan sesudah bekerja. Di dalam ruang
lingkup keselamatan dan kesehatan kerja keluahan kesehatan tersebut belum
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukannya pemeriksaan local exhaust ventilation secara rutin,
dan dilakukannya pemeriksaan laju aliran udara di saluran ventilasi local
secara periodik.
2. Komponen local exhaust ventilation pada duct sudutnya dibuat sesuai
dengan ajuran yang ditentukan, demi mendapatkan kualitas udara yang
benar-benar bersih.
3. Pemberian alat peredam pada fan untuk mengurangi intensitas kebisingan
pada unit Grit Blasting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4. Dilakukannya penerapan kepada tenaga kerja Grit Blasting agar dalam
melakukan pekerjaan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dan
benar dengan menggunakan masker respirator.
5. Dilakukannya penyuluhan maupun pendidikan seperti training dan seminar
tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja seperti penggunaan alat
pelindung diri.
6. Pemberian alat penyedot pasir grit yang bisa langsung masuk ke mesin
sebagai pengendalian debu agar pasir grit tidak tercecer pada lantai kerja.