KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
Transcript of KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi
Staf Program Studi Desain Produk, Universitas Pelita Harapan
Email: [email protected], [email protected]
Abstract
Coffee plant was brought in Indonesia during the Dutch colonialsm, which has
successfully made Indonesia as one of the main coffee producer in the world today. But
Dutch capitalism and world's globalitation towards Indonesia caused the coffee
culture in this country left underdeveloped and only being appreciated by a view
people. It felt so ironic if the uniqueness of Indonesian coffee that has spread
throughout the globe being unknown to the people of Indonesia itself. This design
process aim to introduce the coffee culture of Indonesia message so the Indonesian
people can appreciate it more. Important finding is that Coffee culture in Indonesia is
heavily influenced by Europe (Italy), Cina, Malay and local culture i.e Java and
Sumatra in terms.
Keywords: assimilation, indonesian coffee, culture.
Abstrak
Tanaman Kopi dibawa masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda, yang
berhasil membuat Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi utama
di dunia hingga kini. Namun akibat arus globalisasi dan kapitalisme Belanda
yang diterima Indonesia, budaya kopi Indonesia hanya menjadi bagian dari
keseharian dan tidak banyak diapresiasi masyarakat lokal. Sungguh sangat
disayangkan bila keunikan kopi Indonesia yang sudah mendunia ini tidak
diketahui masyarakat Indonesia sendiri. Kajian ini berusaha untuk
mengenalkan budaya kopi Indonesia, sehingga masyarakat awam dapat lebih
mengapresiasinya. Temuan penting dari kajian ini adalah budaya kopi yang
ada di Indonesia mendapatkan banyak pengaruh dari Eropa (Italia), Cina,
Melayu, dan budaya lokal (seperti Jawa, Sumatra, dll); baik dalam hal
pengolahan maupun dalam penyajian.
Kata kunci: asimilasi, kopi Indonesia, budaya Indonesia.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan
menempati lokasi strategis dalam peta perdagangan dunia. Hal ini mendorong
banyak pedagang asing singgah di Indonesia. Proses asimilasi budaya asing dan
budaya lokalpun terjadi tanpa melewati banyak hambatan. Mulanya proses ini
memperkaya kazanah budaya Indonesia; namun seiring berjalannya waktu lama-
kelamaan budaya lokalpun semakin tergeser, seperti yang dapat kita lihat dalam
budaya kopi Indonesia.
153
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Kopi bukan merupakan tanaman asli kepulauan Indonesia. Pada akhir abad 16
saat Indonesia masih di bawah jajahan Belanda, VOC membawa tanaman kopi
Arabika ke dalam negara ini. Mereka tertarik untuk meruntuhkan monopoli Arab
terhadap perdagangan kopi dunia. Pemerintah kolonial Belanda pertama kali
menanam bibit kopi di sekitar Batavia (Jakarta), sampai ke daerah Sukabumi dan
Bogor. Kemudian karena semakin tingginya permintaan pasar, mulai didirikan
perkebunan kopi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa daerah di
Sumatra dan Sulawesi.
Gambar 1. Pemilihan biji kopi secara manual di Jawa
(Sumber : A Cup of Java)
Perkembangan dari perkebunan kopi ini mendorong perkembangan infrastruktur
di Jawa Tengah pada akhir abad 18. Jalanan dan rel kereta api yang sangat
dibutuhkan untuk mengangkut kopi dari pedalaman pulau Jawa ke pelabuhan
dimana biji-biji kopi diangkut dalam kapal untuk diekspor. Sebelum Perang Dunia
kedua, Jawa Tengah memiliki sistem transportasi rel yang sangat kuat. Sistem ini
membawa kopi, gula, merica, teh, dan tembakau dari provinsi ke kota pelabuhan
Semarang. Indonesia Timur, Timor Timur, dan Flores juga memproduksi kopi
dalam periode ini, namun daerah-daerah ini masih berada dalam jajahan Portugis
dan sumber bibit kopi Arabika yang ditanam berbeda.
Mendekati akhir abad ke 19, perkebunan kopi di Indonesia, Sri Lanka, dan
Malaysia terserang hama kopi. Hama ini menyebar dengan sangat cepat dan
menyapu bersih seluruh perkebunan yang ada. Hal ini meluluh antakkan industri
kopi pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah Belanda tidak tinggal diam dan
mengimpor bibit kopi Liberica. Varietas ini memiliki popularitas yang tidak
berlangsung lama akibat terinfeksi hama yang sama. Kemudian Belanda
menanam varieatas kopi Robusta yang lebih kuat terhadap hama untuk
menggantikan perkebunan kopi yang telah terinfeksi. Hingga kini Robusta
menempati sekitar 90 persen produksi kopi nasional.
Perang Dunia kedua dan perjuangan kemerdekaan memiliki andil yang cukup
besar dalam perubahan pasar kopi Indonesa. Perkebunan kopi yang ada diambil
154
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
alih oleh penjajah Jepang. Setelah kemerdekaan, perkebunan di seluruh Indonesia
bila tidak dibawah pengawasan pemerintah ditinggalkan begitu saja. Banyak
pemilik perkebunan masa colonial meninggalkan Indonesia untuk menghindari
penangkapan. Dewasa ini hampir 92% produksi kopi berada di tangan petani kecil
maupun koperasi. Fenomena yang sampai saat ini masih terjadi di masyarakat
Indonesia adalah, kopi arabika dan robusta terbaiknya hampir semuanya
diekspor. Rakyat kebanyakan mengkonsumsi kopi kelas dua. Ironisnya biji-biji
kopi terbaik ini diolah dan kembali masuk ke dalam Indonesia di bawah naungan
nama-nama besar seperti Starbucks Coffee dan Coffee Bean.
Rumusan Permasalahan
Permasalahan yang mau dijawab di kajian ini adalah :
1). Sejarah dan perkembangan kopi di Indonesia
2). Jenis-jenis kopi yang ada di Indonesia
3). Analisa cara penyajian kopi di Indonesia
4). Analisa budaya mengopi Indonesia
Metode kajian
1). Observasi ke Café Bakoel Koffie
2). Observasi ke Anomali Coffee, Senopati
3). Observasi ke Warung Kopi di Grand Indonesia
4). Observasi ke Kopi Luwak di Grand Indonesia
5). Studi media internet
6). Studi Literatur
Produksi kopi di Indonesia
Telah dijelaskan sebelumnya, di Indonesia dan di dunia secara umum menanam
bibit Arabika dan Robusta. Hampir 90% produksi kopi di Indonesia berjenis
Robusta. Namun dari jumlah produksi arabika yang sedikit ini, kopi Indonesia
berjaya. Indonesia terkenal dengan kopi Arabikanya yang intense dan rasanya yang
unik. Kopi-kopi Arabika Indonesia inilah yang menduduki jajaran kopi terbaik
dunia. Berikut tabel perbandingan antara kopi jenis arabika dan kopi jenis robusta :
Tabel 1. Perbandingan kopi Arabika dan Robusta
155
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Ada tiga daerah utama di Indonesia yang menghasilkan kopi; Jawa, Sumatera, dan
Sulawesi. Jawa merupakan daerah terbesar dalam hal produksi kopi. Jawa terkenal
dengan kopi Arabikanya yang bercita rasa tinggi. Selain itu Jawa juga terkenal
menghasilkan salah satu kopi tertua terbaik di dunia yaitu Old Java. Bahkan karena
pernah memonopoli pasar kopi dunia, 'Java'dijadikan istilah pengganti kata 'kopi'
di luar sana. Biji kopi dari daerah ini dapat disimpan dalam gudang selama dua
sampai tiga tahun. Hal ini akan menambah kepekatan rasa yang kuat seperti
karakteristik kopi Arabika.
Pulau lain yang memproduksi kopi skala besar di Indonesia adalah Sulawesi, yang
dulu pernah dikenal dengan nama Celebes. Daerah penanaman kopi paling
terkenal di Sulawesi adalah Toraja, kopi dari daerah ini menggunakan sistem
penanaman tradisional. Proses pemilihan dan pemetikan kopi dilakukan dengan
menggunakan tangan dan menghasilkan kopi dengan kualitas sangat tinggi. Kopi
Toraja memiliki keunikan tersendiri; kepekatan yang dipadukan dengan aroma
manis dan memiliki crisp and clean aftertaste. Tingkat produksi yang tidak terlalu
tinggi membuat kopi ini memiliki demand yang tinggi dari para connoisseur (ahli
pengecap makanan) di seluruh dunia.
Sumatera juga merupakan daerah utama penghasil kopi di Indonesia. Sumatera
menghasilkan dua varian kopi paling terkenal dan berkualitas tinggi : Mandailing
dan Ankola. Kopi Mandailing diproduksi di pinggiran kota Padang, di distrik kopi
pantai Barat. Karakteristik yang dimiliki kopi ini adalah tingkat keasaman yang
rendah, kekentalan yang tinggi dengan kepekatan rasa yang kompleks. Daerah
lain yang memproduksi kopi adalah Flores dan Papua. Belakangan ini kopi
Arabika Papua mulai menarik hati masyarakat dengan rasanya yang kompleks.
Hal ini disebabkan oleh tanah yang ada di Papua belum banyak diolah dan masih
mengandung unsur hara alami.
Karakteristik Kopi Indonesia
Berikut merupakan karakter kopi Arabika yang ada di Indonesia (menurut
Anomali Coffee) yang berbeda-beda di tiap daerah (rasa tergantung dari tanah
tempat tanaman kopi ditanam) :
1. Java Estate
Rasa kopi di mulut medium cukup kental (Medium body), harum seperti cokelat,
kacang-kacangan dan tumbuhan herbal dengan tingkat keasaman yang tidak
terlalu tinggi.
2. Bali Kintamani
Rasa kopi di mulut ringan tidak kental (Light Body), cenderung encer, dengan
aroma seperti kacang-kacangan dan kulit jeruk. Tingkat keasaman medium
(cukup tinggi).
156
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
3. Sumatera Mandailing
Rasa kopi di mulut kuat, kental dan intens (Full body), beraroma klasik, earthy dan
harum tembakau dengan tingkat keasaman yang rendah.
4. Toraja Kalosi
Rasa kopi di mulut medium (Medium Body) dengan aroma cokelat, manis seperti
karamel dan tumbuhan herbal. Tingkat keasaman medium (cukup tinggi).
5. Aceh Gayo
Rasa kopi di mulut medium (Medium Body) beraroma earthy dan rempah-rempah
yang harum dengan tingkat keasaman yang tidak terlalu tinggi.
6. Papua Wamena
Rasa kopi di mulut medium (Medium Body) dengan aroma buah-buahan dan
tingkat keasaman yang tidak terlalu tinggi.
Kunikan Budaya Minum Kopi di Indonesia
Pada dasarnya seduhan kopi khas Indonesia adalah kopi tubruk (serbuk kopi yang
langsung diseduh menggunakan ari panas), namun di beberapa daerah tertentu
banyak pecinta kopi Indonesia yang memberikan sentuhan khas pada kopi
mereka. Hal ini dapat dilihat dalam pembahasan berikut;
1). Angkringan
Angkringan berasal dari kata 'angkring' dalam bahasa Jawa yang berarti duduk
santai. Angkringan yang sudah ada sejak tahun 50-an dapat ditemukan di
Yogyakarta pada petang menjelang malam. Angkringan biasanya berbentuk
gerobak maupun gerobak tandu sederhana, tak jarang pengunjung yang ada harus
duduk lesehan beralaskan tikar di pinggir jalan atau di dalam kendaraan.
Gambar 2. Salah satu angkringan yang ada di Yogyakarta
(Sumber : www.wisatajogja.com)
Di angkringan, semua orang dari berbagai latar belakang dapat duduk dan
membicarakan apa saja. Ditemani secangkir kopi atau teh poci dan lauk yang
dapat diambil sendiri, pengunjung dapat menikmati malam di Yogya dengan
santai tanpa adanya prejudice karena siapa saja (tanpa batasan SARA) dapat
157
Ά
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
menikmati angkringan. Uniknya, di angkringan orang dapat ikut larut dalam
topik yang dibicarakan walaupun tidak saling mengenal. Tak ada larangan formal,
tetapi yang jelas pengunjung perlu menjaga budaya angkringan, yaitu tepo sliro
(toleransi), kemauan untuk berbagi dan biso rumongso (menjaga perasaan orang
lain). Bisa diartikan tak perlu berebut tempat dan menghargai orang lain yang
duduk berdekatan.
Salah satu sajian khas yang dapat dinikmati di angkringan adalah kopi joss, yakni
kopi yang dicelupkan arang membara. Namanya sendiri didapat dari bunyi arang
yang dimasukkan ke dalam kopi. Metode ini ditemukan oleh para mahasiswa
Universitas Gajah Mada yang gemar menikmati kopi di angkringan. Ternyata
arang dapat menetralisir asam yang ada di dalam kopi dan membuatnya menjadi
lebih nikmat.
Gambar 3. Kopi Joss
(Sumber : www.jogjanesia.com)
2) Budaya Rumpi di Warung Kopi
Budaya ini sungguh sangat kental ditemukan di beberapa warung kopi Indonesia,
contohnya bila singgah di warung kopi Apek, pengunjung akan paham bagaimana
kota Medan disebut kota tua yang hidup karena dukungan etnis yang beraneka
ragam. Di warung ini etnis China, Jawa, Tamil, Nias, Mandailing, Toba, Karo,
Simalungun, hingga Melayu dengan latar belakang agama beraneka ragam hidup
rukun, duduk dan berbincang bersama di warung kopi ini.
158
Ά
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
Gambar 4. Suasana Warung Apek
(Sumber : www.cikopi.com)
Kopi yang dihidangkan adalah kopi O (kopi hitam pekat yang disaring berkali-
kali; khas kopitiam) yang dapat dinikmati dengan roti panggang selai sarikaya
atau telur setengah matang. Bila memesan kopi susu, susu kental manis disajikan
dalam wadah lain untuk dicampur sendiri sesuai selera.
Gambar 5. Sajian di Warung Apek
(Sumber : www.kompas.com)
Obrolan yang terdengar seperti biasa adalah kejadian terbaru di kota yang diselipi
sedikit perbincangan mengenai bisnis terbaru. Medan memang kota besar, tapi
intensitas atau hubungan personal masyarakatnya cukup tinggi. Di sinilah
kelebihan warung Apek, sebuah tempat bagi masyarakat lokal untuk berinteraksi
secara intens, pemandangan yang rasanya asing di temukan di warung kopi
modern di Jakarta.
3). Minum kopi di Perkebunan Kopi Beberapa perkebunan kopi mengusung kegiatan keliling perkebunan untuk dapat mempelajari kopi lebih dalam lagi. Salah satu perkebunan itu adalah Losari Coffee Plantation. Di sini pengunjung dapat melihat langsung pembudidayaan dan pengolahan kopi yang masih menggunakan mesin zaman dulu. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati suguhan kopi tubruk tradisional dengan gula aren.
159
ΆΆ
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Gambar 6. Penggilingan kopi tradisional
(Sumber : www.cikopi.com)
Sekilas kopi tubruk ini sama saja dengan kopi tubruk lainnya, perbedaannya
terletak dari cara menikmatinya. Caranya adalah dengan mengunyah gula aren
terlebih dahulu baru meminum kopi. Kopi yang ada juga dapat ditambahkan
dengan gula pasir sesuai selera. Di sini pengunjung juga dapat mengunyah biji
kopi yang disediakan.
Gambar 7. Sajian di Losari Coffe Plantation
(Sumber : www.cikopi.com)
4). Minum kopi di Batok Kelapa
Kopi Takar merupakan kopi khas Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sesuai
dengan namanya, takar yang berarti tempurung atau batok kelapa menjadi wadah
penyajiannya. Uniknya kopi takar disajikan dalam cangkir batok tersebut dengan
sebatang kayu manis dimasukkan ke dalamnya yang berfungsi sebagai sedotan.
Sensasi kopi yang melewati kayu manis memberikan kehangatan hingga ke perut
bagi yang meminumnya. Cita rasa kopi ini diperkuat dari cara pembuatannya;
Kopi Mandailing diseduh dengan rebusan air gula aren, dan sebagai sentuhan
160
Ά
Ά
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
akhir, celupkan sebatang kayu manis ke dalamnya.
Gambar 8. Kopi Takar
(Sumber : www.wisatakompasiana.com)
Budaya sekitar kopi Indonesia
Dari pembahasan sebelumnya dapat terlihat beberapa bentuk budaya dan pola
hidup masyarakat Indonesia yang turut mewarnai budaya minum kopi di negara
ini. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut;
1) Sosialisasi dan kebersamaan
Secara umum masyarakat Indonesia suka untuk merasa senang, hal ini banyak
diaplikasikan pada waktu senggang yang ada. Aktifitas yang dilakukan bisa
sederhana atau kompleks selama semua orang senang. Jadi waktu luang yang ada
lebih banyak digunakan untuk menikmati hidup ketimbang melakukan pekerjaan
secara personal. 'Ngobrol' atau berbincang terjadi dimana saja; di beranda,
angkutan umum, jalan, atau di pasar. Jadi pada dasarnya orang Indonesia
merupakan masyarakat yang senang bersosialisasi, jarang ada masyarakat satu
daerah yang tidak saling mengenal.
Dulu masyarakat desa selalu berusaha bergotong royong bila ada tetangganya
yang memerlukan bantuan membangun rumah, dll. Hal ini rupanya membuat
masyarakat Indonesia cenderung memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap
orang lain. Biasanya sosialisasi dilakukan di tempat makan atau ditemani
makanan dan minuman, seperti yang dapat dilihat dari kartu pos tua di bawah ini.
Gambar 9. Permainan Kartu Jawa
(Sumber : Indonesia 500 Early Postcards)
2). Makanan kecil
161
Ά
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
‘Jajan' (menikmati cemilan atau makanan kecil) adalah salah satu kegiatan favorit
nasional untuk melewati waktu senggang. Orang-orang sering berbelanja di toko,
kios, gerobak, dan warung untuk membeli kue, keripik, permen, kacang,
gorengan, es, dan jajanan (cemilan) lain; untuk dinikmati bersama baik di tempat
atau dibawa pulang. Jajan dinilai menyenangkan, relatif murah dan bersifat sosial
karena lebih 'enak' bila dinikmati sambil 'mengobrol' (berbincang) dan bercanda.
Gambar 10. Suasana Warung di Jawa
(Sumber : Indonesia 500 Early Postcards)
Gambar yang ada menunjukkan masyarakat Indonesia tempo dulu dekat dengan
alam. Walaupun warung berada di bawah naungan, namun sifatnya terbuka,
siapapun bisa datang duduk dan berbincang.
Penggunaan Kopi dalam Ritual Adat
Selain sebagai minuman pendamping saat bersosialisasi, kopi rupanya memiliki
peran tersendiri dalam ritual adat di beberapa tempat di Indonesia, khususnya di
Jawa. Salah satu ritual yang dilakukan di Keraton Solo yang dilakukan setiap hari
Selasa dan Kamis adalah memberikan sesajen pada Kyai Petruk untuk melindungi
ruang makan di Keraton. Sesajen ini terdiri dari kelopak mawar putih, dupa, teh,
dan kopi. Kopi dalam hal ini dipercaya sebagai minuman para dewa, yang
digunakan untuk memberikan pencerahan dan koneksi pada dunia spiritual.
162
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
Gambar 11. Ritual Memberikan Sesajen pada Kyai Petruk
(Sumber : A Cup of Java)
Selain itu Kopi juga memegang peranan penting dalam ritual lain. Selama
perayaan tahun baru Jawa (Kirab Pusaka), Kerbau yang dikeramatkan diberi
makan pisang dan kopi sebelum perayaan dimulai. Dulunya Ritual ini hanya
dilakukan bila terjadi suatu masalah besar yang menimpa masyarakat; namun
semenjak Presiden Suharto memerintah, beliau membuat peraturan untuk
melakukan ritual ini setiap tahun.
Gambar 12. Penjaga Keraton sedang Menyiapkan Kopi untuk Kerbau
(Sumber : A Cup of Java)
Observasi Kedai Kopi di Jakarta
1. Kunjungan café Bakoel Koffie, Bellagio Kuningan
a). Sejarah
Bakoel Koffie merupakan bentuk modernisasi dari coffee roaster pertama di Jawa,
Tek Sun Ho (sekarang menjadi Warung Tinggi) yang berdiri sejak 1878. Nama
Bakoel Koffie sendiri terinspirasi karena pendiri Tek Sun Ho, Liaw Tek Siong,
dulunya mendapatkan biji kopi mentah dari wanita yang menjajakannya dalam
bakul tiap pagi di beranda kedai kopi miliknya.
b). Ambiance
Café ini memberi kesan terbuka dengan bangunan yang didominasi jendela
menekankan kesan lapang dan 'mengundang' pengunjung untuk melihat apa
yang sedang terjadi di dalam. Suasana di dalam café juga sangat lapang dan
163
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
didominasi oleh furniture kayu yang hangat, casual dan nyaman. Suasana café yang
tenang ditemani hembusan angin yang masuk dari jendela, membuat Bakoel
Koffie cocok dijadikan tempat pertemuan yang sifatnya pribadi dan intens.
Menekankan keunikan pengalaman minum kopi di Indonesia, dimana orang-
orang dari berbagai budaya dan ras dapat menikmatinya bersama. Interior
didominasi gaya Eropa namun tidak lupa diberi sentuhan khas Jawa tempo dulu.
Gambar 13. Gambar Suasana Bakoel Koffie
(Sumber: Gumulya, 2016)
c). Service
Sistem semi- self service dimana pengunjung harus memesan kopi di counter dan
pesanan akan diantar ke meja. Mengadaptasi menu dan penyajian kopi ala café
Italia di meja disediakan sugar container berisi gula pasir, tersedia pula brown sugar
sesuai permintaan. Bila membeli minuman dingin (seperti ice café latte) disajikan
juga gula cair dalam wadah keramik kecil. Kudapan atau makanan lain disajikan
dalam wadah yang berbeda.
Gambar 14. Gambar sajian kopi Bakoel Koffie
(Sumber : Gumulya, 2016)
2. Kopitiam Oey, Jl. H. Agus Salim, Jakarta Pusat
a) Sejarah
Pencetus ide dari kopitiam ini adalah Bapak Bondan Winarno yang mengambil
pendekatan budaya orang Hokkian yang menggemari kopi. Kopitiam sendiri
diambil dari bahasa melayu 'kopi' dan 'thian' dari bahasa Hokkian yang berarti
kedai.
164
Ά Ά
Ά
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
Gambar 15. Counter Kopitiam Oey
(Sumber : Gumulya, 2016)
b). Ambiance
Kental dengan pengaruh budaya Cina seolah seperti di daerah pecinan dan dibuat
semirip mungkin dengan suasana kedai kopi tempo dulu. Suasana yang ada
sangat intens dan dinamis karena penataan furniture yang ada berdekatan dan
dapur dibuat setengah terbuka, sehingga aroma kopi menjadi aroma interior.
Gambar 16. Suasana Kopitiam Oey
(Sumber : Gumulya, 2016)
c). Service
Sistem yang digunakan adalah pelayanan di atas meja. Kopitiam Oey menawarkan
pendekatan Eropa dan Indonesia dari menu yang ada. Di sini kopi O (kopi hitam
yang disaring khas kopitiam) dapat dinikmati dengan sandwich, lumpia maupun
singkong goreng sambal roe; suatu paduan yang di luar mainstream kopitiam yang
ada (biasanya kopitiam menyajikan kopi dengan roti panggang selai sarikaya).
Gambar 17. Sajian Kopitiam Oey
(Sumber : Gumulya, 2016)
3. Anomali Coffee, Senopati
165
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
a). Sejarah
Salah satu coffee roaster terbesar di Jakarta ini didirikan oleh dua penggila kopi,
Irvan Helmi dan Mohammad Agam Abgari. Dengan tag-line “Kopi Asli
Indonesia”, Anomali Coffee berkomitmen untuk menyajikan dan mengenalkan
Single Origin coffee Indonesia, yakni Aceh Gayo, Java Estate, Sumatra Mandailing,
Bali Kintamani, Toraja Kalosi, Flores, dan Papua Wamena. Di sini pengunjung
dapat mempelajari keunikan kopi Indonesia dan berbagi informasi tentang kopi
dengan pecinta kopi lainnya. Anomali mengadakan Fair trade dengan petani kopi
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendukung produksi kopi Arabika
Indonesia.
Gambar 18. Jurnal Anomali Coffee
(Sumber : Gumulya, 2016)
b). Ambiance
Suasana yang ada dibuat seperti suasana pelabuhan tempat dimana kopi
ditimbang, dipak, dan diekspor keluar negeri. Intense dan suasana Eropa dari arc-
arc tembok batu bata dan furniture kayu yang ada. Namun café ini juga berusaha
memberikan sentuhan khas Indonesia, hal ini terlihat dari adanya pendopo
bergaya jawa di lantai atas.
Gambar 19. Dekorasi Anomali Coffee
(Sumber : Gumulya, 2016)
Begitu masuk, pengunjung akan disambut dengan wangi kopi yang suasana di
dalam cukup intens dan dinamis. Penataan furniture dibuat rapat sehingga
pengunjung dapat berinteraksi dengan pengunjung lain.
166
Ά
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
Gambar 20. Suasana Anomali Coffee
(Sumber : Gumulya, 2016)
c). Service
Menggunakan sistem pelayanan di atas meja. Menu yang dijual adalah menu
Barat, minumannya juga mengadaptasi café Italia. Anomali coffee menawarkan
metode-metode brewing yang lain pada pelanggan, tidak hanya espresso based coffee.
Di sini pengunjung dapat mendapatkan pengalaman unik dengan melihat
langsung dan terlibat dalam proses penyeduhan kopi (lihat Gambar 21).
Gambar 21. Bar Anomali Coffee
(Sumber : Gumulya, 2016)
Kopi disajikan dengan gula putih, gula aren, sendok dan tissue di saucer yang ada,
cemilan disajikan dalam wadah yang berbeda
Gambar 22. Sajian Anomali Coffee
(Sumber : Gumulya, 2016)
4. Kunjungan Warung Kopi di Grand Indonesia
167
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
a). Ambiance
Mengusung tema modern tradisional. Letaknya yang jauh dari keramaian
membuat café ini menjadi tempat yang cocok dijadikan tempat meeting dan
pertemuan yang sifatnya pribadi. Kesan hangat namun eksklusif langsung terasa
begitu memasuki café ini. Dinding bata, rumbai janur, penataan furniture kayu
lengkap dengan pojok lesehan dan tempat makan seperti di warung sesuai dengan
namanya, membuat tempat ini kental dengan suasana Indonesia
Gambar 23. Suasana Warung kopi
(Sumber : Gumulya, 2016)
b). Service
Menggunakan sistem pelayanan di atas meja. Menu yang diangkat café ini
merupakan menu-menu tradisional Indonesia, seperti mpek-mpek, bubur ketan
hitam, soto, dan lain-lain. Beberapa juga digabung dengan menu barat, seperti
yang terjadi pada menu kopi. Namun ada minuman khas Indonesia juga, seperti
wedang ronde, dan wedang kopi jahe. Makanan kecilnya juga merupakan jajanan
tradisional Indonesia.
Gambar 24. Sajian Warung Kopi
(Sumber : Gumulya, 2016)
5. Kunjungan Kopi Luwak di Grand Indonesia
168
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
a). Ambiance
Café yang mengusung penjualan kopi termahal di dunia (kopi Luwak) ini
mengambil gaya modern tradisional. Room devider dengan anyaman jaman dahulu,
lampu gantung yang terbuat dari bakul menguatkan kesan tradisional yang ada di
café ini. Kesan hangat dan nyaman diberikan dari dinding kayu dan bata yang ada.
Kesan modern dan eksklusif diberikan dari penataan furniture anyaman bergaya
modern yang digunakan café ini.
Gambar 25. Suasana Kopi Luwak, Grand Indonesia
(Sumber : Gumulya, 2016)
Tidak lupa dekorasi khas kopi jaman dulu seperti ceret dan timbangan kopi tua
turut dipajang di café ini untuk memberikan gambaran budaya kopi yang ada di
Indonesia.
Gambar 26. Dekorasi Kopi Luwak
(Sumber : Gumulya, 2016)
Analisa Kunjungan Café
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Café di Indonesia banyak mengadaptasi budaya kopi luar negeri khususnya
Eropa dan Cina (Hokkian). Meski adaptasi banyak dilakukan namun café-café ini
tetap memberikan suatu gaya khas Indonesia sesuai dengan produk yang mereka
tawarkan.
b. Kebanyakan café yang ada ingin menimbulkan kenangan masa lalu dari
169
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
pemilihan dekorasi yang ada;, juga ingin mengenalkan sejarah kopi Indonesia
pada pengunjungnya.
c. Kesan yang selalu ada dari sebuah café adalah kesan hangat dan nyaman dengan
furniture kayu maupun rotan juga dengan warna-warna yang hangat.
d. Kopi hangat biasanya disajikan pada cangkir dan piring kecil, kopi tradisional
Indonesia biasanya menggunakan gelas dan piring kecil. Sedangkan kopi dingin
biasa disajikan di gelas yang berukuran lebih besar.
Analisa Penyajian Kopi di Indonesia
Berikut merupakan tabel penyajian kopi yang ada di Indonesia yang akan menjadi
acuan produk apa saja yang akan dirancang.
Kesimpulan
170
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)
Dari data-data di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Segi Budaya
Budaya kopi yang ada di Indonesia mendapatkan banyak pengaruh dari Eropa,
Cina, Melayu, dan budaya lokal (seperti Jawa, Medan, dan lain-lain); baik dalam
hal pengolahan maupun dalam penyajian. Orang Indonesia merupakan orang
yang terbuka dan mampu beradaptasi dengan baik dengan budaya-budaya baru
khususnya yang menjadi trend di luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari
menjamurnya café di kota-kota besar yang ada. Tingkat konsumerisme bangsa
Indonesia juga nggi. Warung kopi merupakan wujud pluralisme dan kesatuan
bangsa Indonesia, dimana semua etnis dari berbagai macam latar belakang
budaya dapat duduk dan menikmati kopi bersama.
2. Segi Sosial
Pada dasarnya orang Indonesia merupakan bangsa dengan tingkat sosial yang
tinggi, dimana pasti selalu ada tempat dan waktu yang diluangkan untuk
bersosialisasi. Semua orang tertarik untuk mengetahui kisah kehidupan orang lain
dan hampir semua hal terasa lebih menyenangkan bila dilakukan bersama.
Warung kopi dan café menjadi tempat pertukaran informasi dalam masyarakat
dan seringkali menjadi tempat berkumpulnya para kaum terpelajar yang akhirnya
merumuskan hal-hal yang baru (seperti bisnis, pengetahuan, dan lain-lain). Secara
tidak langsung keberadaan kopi di Indonesia turut mendorong berkembangnya
infrastruktur yang ada seperti rel kereta api, sistem perhubungan, dan lain-lain.
3. Segi Sifat dan Karakter dari budaya kopi di Indonesia
Menikmati kopi di Indonesia sifatnya kasual dan sosial. Orang dapat menikmati
kopi bersama dalam situasi yang terbuka, hangat dan nyaman tanpa adanya
praduga (dalam hal SARA) dari orang lain. Kebanyakan warung kopi bersifat
terbuka dengan lingkungan sekitar. Kebanyakan café yang mengusung specialty
coffee Indonesia mengambil gaya yang biasanya membangkitkan kenangan masa
lalu (nostalgia), banyak dekorasi tradisional khas Indonesia dan kopi jaman
dahulu yang diaplikasikan dalam interiornya. Tidak ada waktu khusus untuk
menikmati kopi di Indonesia, kopi dapat dinikmati di pagi hari sebagai sarapan, di
siang hari sebagai penutup makanan, di sore hari sebagai pelepas penat kerja,
bahkan banyak warung kopi yang baru membuka usahanya malam hari dimana
kopi dihidangkan sebagai teman menikmati malam. Kopi juga dapat dinikmati
saat memerlukan tenaga dan konsentrasi ekstra seperti berkendara jarak jauh.
4. Segi Penyajian
Kopi di Indonesia biasanya disajikan pekat tanpa disaring dengan rasa yang kuat.
Gula pasir dan susu kental manis merupakan hal yang lumrah ditambahkan ke
dalam kopi. Namun kopi yang biasa dinikmati generasi muda biasanya lebih
rendah kepekatannya karena sudah terpengaruh minuman café Italia, seperti latte,
171
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
cappuccino, dan lain-lain. Secara umum kopi Indonesia disajikan dalam gelas kaca
dan piring kecil sebagai alas dengan makanan kecil berupa jajanan tradisional
daerah setempat yang biasanya disajikan di atas alas daun pisang. Beberapa café
juga berusaha menggunakan material alami untuk menekankan kesan Indonesian
look.
***
Referensi
Forshee, Jill. Culture and Customs of Indonesia.
Made. Wuih... Nikmatnya Kopi Mandheling. [online]. (http://travel.kompas.com
/read/2010/03/05/15361983/Wuihh.....Nikmatnya.Kopi.Mandheling).
Spillane, James J. 1990. Komoditi Kopi: Peranannya dalam Perekonomian Indonesia.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Teggia, Gabriella dan Mark Hanusz. 2003. A Cup of Java. Equinox Publishing (Asia)
Pte. Ltd.
Ulung, Gagas dan Gamal Hendro. 2011. Ngopi Yuk! 50 Tempat Ngopi Paling Asyik se-
Jabodetabek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Utomo, Yunanto Wiji. 2011. Angkringan Lik Man, Menikmati Malam di Yogyakarta
bersama Kopi Joss. [online]. (http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-
object/tradionalculinary/angkringan-lik-man)
Wachlin, Steven dan Leo Haks. 2005. Indonesia: 500 Early Postcards. Singapura :
Archipelago Press.
Wahid,Toni. 2011. Losari Coffee Plantation. [online]. (http://www.cikopi.com
/2010/03/losari-coffee-plantation)
_______Celebrating Hundred years of kopi Tubruk. 2011. [online]. (http://www.cikopi.
com/2010/07/celebrating-hundred-years-of-kopitubruk)
Warastri, Wismi Aufrida. 2011. Warung Multikultur Kota Medan. [online]. (http://
nasional.kompas.com/read/2008/06/08/07344391/warung.multikultur)
Laman situs :
Anonim. Kultur Kopi Asia [online]. (http://www.semendo.com/2010/10/kultur-
kopi-asia.html, diakses tanggal 5 Maret, pukul 22.50)
Anonim. Aspek Sosial dan Kultural Kopi [online]. (http://www.semendo.com/
2010/10/aspek-sosial-dan-kultural-kopi.html)
Anonim. Coffee in Indonesia [online]. (http://www.expat.or.id/info/
coffeeinindonesia.html)
Anonim. History of Coffee in Indonesia [online]. (http://www.sca-indo.org/history-
of-indonesia)
172
KAJIAN BUDAYA MINUM KOPI INDONESIA
(Devvany Gumulya, Ivana Stacia Helmi)