Jurnal Scientia Vol 2, No 2

download Jurnal Scientia Vol 2, No 2

of 58

description

Jurnal Farmasi dan Kesehatan

Transcript of Jurnal Scientia Vol 2, No 2

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    1/58

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL ..11NNOO..11,,22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    SScciieennttiiaa,,VVooll..11,,NNoo..11,,22001111;;hhaallaammaann115588IISSSSNN::22008877--55004455SSeekkoollaahhTTiinnggggiiFFaarrmmaassiiIInnddoonneessiiaa((SSTTIIFFII))PPeerriinnttiissPPaaddaanngg

    Volume 2, Nomor 2, Agustus 2012ISSN : 2087-5045

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    2/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    SSCCIIEENNTTIIAAJJUURRNNAALLFFAARRMMAASSIIDDAANN KKEESSEEHHAATTAANN

    TTEERRBBIITTDDUUAAKKAALLIISSEETTAAHHUUNN

    SSEETTIIAAPPBBUULLAANNFFEEBBRRUUAARRIIDDAANNAAGGUUSSTTUUSS

    DD EEWW AA NN RR EEDD AA KK SSII

    Penanggung Jawab :

    Prof. H. Syahriar Harun, Apt

    Pemimpin Umum :

    DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt

    Redaktur Pelaksana :

    Verawati, M.Farm, Apt

    Eka Fitrianda, M.Farm, Apt

    Sekretariat :

    Afdhil Arel, S.Farm, Apt

    Khairul

    Dewan Penyunting :

    Prof.H. Syahriar Harun,Apt

    Prof.DR.H. Amri Bakhtiar,MS,DESS,Apt

    Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt

    DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt

    Drs. Yufri Aldi, MSi, Apt

    Drs. B.A. Martinus , MSi

    Hj. Fifi Harmely, M.Farm ,Apt

    Farida Rahim, M.Farm, Apt

    Revi Yenti, M.Si, AptVerawati, M.Farm, Apt

    Ria Afrianti, M.Farm ,Apt

    Eka Fitrianda, M.Farm, Apt

    Penerbit :

    Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang

    ISSN : 2087-5045

    Alamat Redaksi/Tata Usaha :

    STIFI Perintis

    Jl. Adinegoro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya Padang

    Telp. (0751)482171, Fax. (0751)484522

    e-mail : [email protected]

    website : www.stifi-padang.ac.id

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    3/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045

    SALAM REDAKSI

    Pada terbitan Jurnal Scientia Volume 2 No 2 ini terdapat beberapa kecenderungan

    yang sama dalam penelitian di bidang kesehatan dari para kontributor artikel. Sebagian

    besar penelitian mengacu kepada bahan alam sebagai obat.

    Dua artikel mengangkat pemanfaatan minyak atsiri dari tumbuhan yang berbeda dan

    memformulasinya dalam bentuk sediaan obat kumur dan antiseptik pencuci tangan tanpa

    air. VCO juga menjadi perhatian karena memang minyak lemak satu ini memiliki khasiat dan

    manfaat yang besar. Salah satu artikel berisi penelitian untuk mengembangkan formula

    mikroemulsi VCO. Penulis lainnya mengungkapkan pemanfaatan blondo dalam pembuatan

    VCO sebagai pengganti margarin untuk produksi biskuit, dengan keunggulan adanya

    kandungan probiotik dalam blondo.

    Antioksidan sebagai golongan senyawa yang penting untuk pencegahan penyakit-

    penyakit degeneratif juga banyak disebut-sebut. Para kontributor artikel menggali potensi

    antioksidan alam melalui penelitian terhadap tumbuhan obat yang mengandung metabolit

    sekunder seperti fenolat dan flavonoid.

    Tidak ketinggalan tema-tema penelitian lain seperti pengaruh garam bleng terhadap

    kesehatan, profil metabolik penderita hipertensi dengan prediabetes dan pengembangan

    formulasi granul salbutamol sulfat. Semoga Jurnal Scientia ini akan semakin membuka

    cakrawala kita terhadap dunia kesehatan dan menambah koleksi pengetahuan ilmiah para

    pembaca sekalian.

    Padang, Agustus 2012

    Salam Sehat

    a/n Redaksi Scientia

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    4/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045

    DD AA FF TT AA RR II SS II

    PENENTUAN KADAR FENOLAT TOTAL DAN AKTIVITAS 53--5566ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI-FRAKSI DAUN Tithonia diversifoliaA. GrayVerawati, Dedi Nofiandi, Vevi Yatmi

    FORMULASI OBAT KUMUR MINYAK CENGKEH (Oleum caryophylli) 57--6611

    SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutansFifi Harmely,Vinny Hosiana, Dwi Dominica

    FORMULASI MIKROEMULSI TIPE M/A DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) 62--6666

    DENGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN SORBITOLWida Ningsih, Chris Deviarny, Rahmi Kartika

    PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT BLONDO TERHADAP 6677--7722

    PERFORMAN SALURAN CERNA MENCIT UJI (Mus Muscullus)Sepni Asmira

    IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI BUNGA SENDUDUK 7733--7766

    (Melastoma malabatricum Linn)Ema Ratna Sari

    PROFIL METABOLIK PENDERITA HIPERTENSI TAK TERKONTROL 7777--8844

    DENGAN PREDIABETES DALAM PENGOBATAN AGEN PENGHAMBATSISTEM RENIN ANGIOTENSIN ALDOSTERONFredia Heppy

    FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii L) 8855--8888

    SEBAGAI ANTISEPTIK PENCUCI TANGAN TANPA AIR

    Anita Lukman, Emma Susanti, Nepi Priska Anggraini

    UJI TOKSISITAS SUB KRONIK GARAM BLENG PADA ORGAN HATI 89--9933

    MENCIT PUTIH JANTAN GALUR JAPAN (Mus Musculus )Martinus, Husni Mukhtar, Rahmad Kurnia .P

    FORMULASI DAN UJIIN VITROGRANUL MUKOADESIF SALBUTAMOL 9944--110000

    SULFAT MENGGUNAKAN KOMBINASI POLIMER CARBOPOL 940P DANHIDROKSIPROPIL SELULOSA

    Deni Anggraini, Auzal Halim, Erizal

    PENGARUH AIR AIR SEDUHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA 110011--110055(Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP KADAR NITROGEN OKSIDA SERUM

    TIKUS PUTIH JANTAN HIPERLIPIDEMIASurya Dharma, Eka Fitrianda, Marina Meiliana

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    5/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 53

    PENENTUAN KADAR FENOLAT TOTAL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

    DARI FRAKSI-FRAKSI DAUN Tithonia diversifoliaA. Gray

    Verawati, Dedi Nofiandi, Vevi Yatmi

    STIFI Perintis Padang

    ABSTRACT

    A research has been done to investigate total phenolic compound and antioxidant activity of

    fractions of Titonia diversifolia leaf using visible spectrophotometry method. Total phenoliccompound was measured using Folin-Ciocalteu method, meanwhile antioxidant activity was measured

    using DPPH (1,1-diphenil-2-picrylhidrazyl) method. Total phenolic compound in each fraction were:0.8950 mg/g in n-hexane, 3.321 mg/g in ethyl acetate, and 2.2718 mg/g in methanol. Antioxidantactivity of fractions were expressed by IC50 value which is concentration needed to inhibit 50% offree radicals (DPPH). IC50 of n hexane, ethyl acetate, and methanol fractions were 54.79 g/ml, 48.12

    g/ml and 50.63 g/ml respectively. Analysis of the result showed that there were significantdifferences on total phenolic compound and IC50 in each fractions (P

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    6/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 54

    berbagai ukuran, beker glass, Erlenmeyer,cawan penguap, krus porselen, kaca arloji,pipet mikro, pipet gondok, batang pengaduk,tabung reaksi, corong, plat tetes, spatel, gegep,kertas saring Whatman No. 1 dan pipet tetes.

    Bahan-bahan yang digunakan padapenelitian ini adalah daun T. diversifolia, n-Heksan, Etil asetat, Metanol, Metanol p.a

    (Merck), Natrium karbonat p.a (Merck), Asamgalat (SIGMA), reagen Folin-Ciocalteu

    (Merck), DPPH (SIGMA).

    Fraksinasi Daun T. diversifolia

    Sampel daun T. diversifolia diambil diDesa Sumur Anyir, Sungai Penuh. Kerinci.Jambi. Kemudian dikeringkan-anginkan 400 gserbuk kering daun dimaserasi selama 3x3 harisambil sesekali diaduk. Kemudian maseratdisaring dan filtratnya diuapkan dengan rotary

    evaporator sehingga diperoleh fraksi kentalheksan. Terhadap ampas dimaserasi secarabertahap menggunakan pelarut etil asetat danmetanol dengan perlakuan yang sama seperti

    di atas sehingga diperoleh fraksi kental etilasetat dan fraksi kental metanol. Tiap-tiap

    fraksi yang diperoleh ditentukan susutpengeringannya dengan metode yang terdapatpada Farmakope Indonesia.

    Penentuan Kadar Fenolat Total Dengan

    Metoda Folin-Ciocalteu (Poumorad et al,2006)

    Sebanyak 0,5 ml larutan dari masing-masing fraksi dengan konsentrasi 1mg/ml atau0,5 ml larutan standar asam galat 20, 40, 60,

    80, 100 g//ml masukkan ke dalam labu ukur10 ml kemudian tambahkan 5 ml pereaksiFolin Ciocalteu (diencerkan 1:10 denganaquadest) kemudian tambahkan 4 ml larutan

    natrium karbonat 1M kocok homogen. Biarkanpada suhu kamar selama 15 menit dan ukur

    serapan maksimum pada panjang gelombanggelombang 762 nm.

    Kadar fenolat total dari tiap fraksiditentukan dengan persamaan regresi yang

    diperoleh dari kurva kalibrasi standar asam

    galat. Kurva kalibrasi dibentuk dari nilai

    absorban dan deretan konsentrasi standar asamgalat tersebut di atas

    Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan

    metode DPPH (Molyneux, 2004)

    Sebanyak 2 ml larutan tiap fraksidengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 g/mldan standar asam galat dengan konsentrasi 2,

    4, 6, 8 dan 10 g/mL, masing-masingdimasukkan dalam vial kemudian ditambah 4

    ml larutan DPPH 35 g/ml. Diamkan selama30 menit di tempat gelap. Serapan larutan

    diukur dengan menggunakan spektrofotometervisibel pada panjang gelombang 519 nm.

    Hitung persentase inhibisinya dengan

    menggunakan persamaan berikut :

    % Inhibisi =

    x 100 %

    Absorban kontrol adalah absorbanlarutan DPPH 35 g/ml sedangkan absorbansampel adalah absorban dari larutan DPPH

    35 g/ml yang telah ditambah dengan larutanfraksi atau standar asam galat seperti prosedur

    di atas.

    Terhadap masing-masing fraksi danstandar asam galat dibuat kurva kalibrasi

    dengan menggunakan data konsentrasi danpersentase inhibisi sehingga diperolehpersamaan regresi. Persamaan regresidigunakan untuk memperoleh nilai IC50 yaitu

    konsentrasi fraksi atau standar yangmemberikan hambatan sebesar 50% terhadap

    radikal DPPH. Berdasarkan nilai IC50ditentukan kesetaraan kekuatan antioksidandari sampel terhadap standar denganmenggunakan persamaan :

    mg sampel =

    x IC50 masingmasing fraksi

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil fraksinasi 400 gram sampel kering

    daun T. diversifolia, diperoleh fraksi dengansusut pengeringan seperti yang tercantum

    dalam tabel berikut ini :

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    7/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 55

    Tabel 1. Persentase rendemen dan susutpengeringan sampel

    NoFraksi

    sampel

    Bobot

    Fraksi

    (g)

    %

    rende

    men

    %

    Susut

    pengeringan

    1 heksan 8,67 2,17 13,68

    2 Etil asetat 19,45 4,86 5,20

    3 metanol 17,78 4,45 1,26

    Fraksi heksan memiliki persentase susut

    pengeringan yang cukup besar yaitu 13,68%.Hal ini kemungkinan disebabkan terdapatnyasenyawa-senyawa lipofil yang mudahmenguap di dalam fraksi tersebut seperti

    monoterpen dan seskuiterpen yang merupakankomponen minyak atsiri.

    Penetapan kadar fenolat total dilakukandengan menggunakan pereaksi FolinCiocalteu. Metode ini merupakan metode yangspesifik dan sensitif untuk senyawa fenolat dan

    akan berubah menjadi biru tua jika direaksikandengan larutan sampel yang telah ditambahkan

    natrium karbonat. Larutan komplek biru tuainilah yang akan ditentukan nilai absorbannyapada panjang gelombang maksimum 762 nmsehingga kadar fenolat dari masing-masing

    fraksi daun T. diversifoliadapat diketahui.

    Pada penentuan kadar fenolat total,dengan menggunakan kurva kalibrasi dari

    deretan larutan standar, diperoleh persamaanregresi y = 0,04212 + 0,0093x dengan nilai r =

    0,996. Batas deteksi pengukuran 9,36 g/mldan batas kuantisasi 31,21 g/ml.

    Kandungan fenolat total tertinggi

    terdapat pada fraksi etil asetat dengankonsentrasi 3,32 mg/g diikuti fraksi metanol2,27 mg/g dan fraksi heksan 0,89 mg/g, dapat

    dilihat pada tabel 2 berikut ini :

    Tabel 2. Kandungan fenolat total fraksi-fraksidaun T. Diversifolia

    NoFraksi

    sampel

    Absor

    ban

    rata-rata

    Konsen

    trasi

    fenolat(g/ml)

    Kadar

    fenolat

    (mg/g)

    1 heksan 0,425 41,29 0,89

    2 Etil

    asetat

    0,675 68,31 3,32

    3 metanol 0,516 51,11 2,27

    Berdasarkan analisa statistik ANOVAsatu arah dilanjutkan dengan uji Duncanmenggunakan program SPSS 17.00 diperoleh

    perbedaan nyata pada p

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    8/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 56

    Tabel 3. Aktivitas antioksidan fraksi-fraksi daun T. diversifolia

    NoFraksi

    sampel

    Persamaan

    regresir IC50(g/ml)

    Kesetaraan

    aktivitas

    (mg)

    1 Asam galaty = -1,293+

    8,443x0.998 6,08 1

    2Fraksi

    heksan

    y =

    4,643+0,8279x0,998 54,79 9,01

    3Fraksi etil

    asetat

    y =

    10,485+0,8212x0,997 48,12 7,91

    4Fraksi

    metanol

    y =

    8,015+0,8293x 0,995 50,63 8,33

    Berdasarkan data kadar fenolat total dan

    IC50 dari masing-masing fraksi terdapatkorelasi antara keduanya bahwa fraksi dengan

    kadar fenolat tertinggi memiliki aktivitasantioksidan yang lebih kuat dibandingkan

    fraksi lainnya.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah

    dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwakadar fenolat tertinggi terdapat pada fraksi etil

    asetat yaitu 3,32 mg/g kemudian diikuti fraksimetanol sebesar 2,27 mg/g dan fraksi heksan0,98 mg/g. Fraksi etil asetat memberikanaktivitas antioksidan yang lebih kuat darifraksi lainnya yaitu dengan IC5048,12 g/mL.

    1 mg asam galat setara aktivitasantioksidannya dengan 7,09 mg fraksi etil

    asetat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aurand, L., 1987, Food Composition Analysis,An Avi Book, New York.

    Dalimartha, S., 2002, Atlas Tumbuhan ObatIndonesia, Trubus Agriwidya, Jakarta.

    Depkes, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III,

    Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.

    Molyneux, P., 2004, The use of the stable free

    radical diphenylpicryl-hidrazyl (DPPH)for the estimating antioxidant activity,J.

    Sci. Technol., Vol. 26 (2) : 210-211Oktafira, R., 2010, Penentuan Kadar Flavonoid

    Total dan Aktivitas Antioksidan dariDaun Kembang Bulan (Tithonia

    diversifolia A. Gray), Skripsi Sarjana

    S1, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia,Padang.

    Poumorad, F., S. J. Hosseinimehr dan N.

    Shahabimajd, 2006, AntioxidantActivity, Phenolic and Flavonoid

    Content of Some Selected IranianMedical Plants, African Journal of

    Biotechnology, vol. 5 (11), pp. 1142-1145

    Sutanto, 2009, Awas 7 Penyakit Degeneratif,

    Paradigma Indonesia, Yogyakarta.Velioglu, Y. S., G, Mazza and B. D, Omah,

    1998, Antioksidan Activity and TotalPhenolics in Selected Fruit, Vegetable,

    and Grain Products, J. Aquaric. FoodChem, 46, 4113-4117, Firlandia.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    9/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 57

    FORMULASI OBAT KUMUR MINYAK CENGKEH

    ( Oleum caryophylli) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP

    Streptococcus mutans

    Fifi Harmely1,Vinny Hosiana

    2, Dwi Dominica

    1

    1STIFI Perintis Padang, 2Fak. Farmasi Universitas Andalas

    ABSTRACT

    A research to formulate clove oil mouthwash preparations and determination of their inhibitionagainst Streptococcus mutans has been done. Mouthwash preparations were contain 0.5%, 0.8%, 1 %,

    clove oil and negative control which only consist of basis without clove oil. All of these preparationswere tested against Streptococcus mutans by disc diffusion method using a branded mouthwash as

    comparison preparation. The evaluation of preparation include: organoleptic, pH, spesific gravity, andviscosity. Evaluation results showed that all of clove oil mouthwash made in this research fulfill allstandard needed for a mouthwash preparation. Antibacterial test showed that the inhibition diameteramong clove oil mouthwash preparations were significantly different (P

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    10/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 58

    Bahan yang digunakan adalah : MinyakCengkeh (Brataco Chemical), Sorbitol 70% ,Na. Sakarin , Na. Benzoat, Na. Metabisulfit,Tween 80, Ol.Menthae piperitae, Na. Fosfat,Air Suling, Biakan bakteri S. mutans ATCC

    (RS. M. Djamil Padang), Media Mueller HintonAgar Darah (Rs. M. Djamil Padang), danPembanding CNAM

    .

    Pemeriksaan Pendahuluan AktivitasAntibakteri Minyak Cengkeh

    Dibuat pengenceran minyak cengkeh

    dengan dimetil sulfoksida (DMSO) padakosentrasi 0,5 %, 0,8 %, dan 1 %. Kemudian

    dibuat suspensi bakteri S. mutans ATCC di

    dalam NaCl fisiologis, sebarkan diatas mediaMueller Hinton Agar dan diamkan beberapasaat. Kemudian dicelupkan kertas cakram padamasing-masing konsentrasi minyak cengkeh.Sebagai kontrol positif adalah minyak cengkehmurni dan sebagai kontrol negatif adalah

    DMSO, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C dalam inkubator. Diamati dan diukurdiameter daya hambat yang terbentuk yangditandai dengan terbentuknya daerah bening

    disekitar kertas cakram.

    Pembuatan Obat Kumur dari Minyak

    Cengkeh

    Tabel 1: Formula Obat Kumur MinyakCengkeh

    Komposisi Fo

    (%)

    F1

    (%)

    F2

    (%)

    F3

    (%)

    Minyak Cengkeh 0 0,5 0,8 1

    Sorbitol 70% 10 10 10 10

    Na. Sakarin 0,15 0,15 0,15 0,15

    Tween 80 5 5 5 5

    Na. Metabisulfit 0,1 0,1 0,1 0,1

    Ol. Menthae

    piperitae

    0,3 0,3 0,3 0,3

    Na. Fosfat 0,1 0,1 0,1 0,1

    FD&C Egg

    Yellow

    q.s q.s q.s q.s

    Air Suling (ml) ad 100 100 100 100

    Dilarutkan Tween 80 dengan air sulingdalam beaker glass kemudian diaduk denganmenggunakan alat homogenizer , lalu

    ditambahkan larutan sorbitol 70% diaduksampai homogen. Selanjutnya di tempatterpisah dilarutkan Na-sakarin, Na-fosfat, Na.

    Metabisulfit, dan FD&C Egg Yellow ke dalamsisa air dan ditambahkan pada campuransebelumnya, kemudian ditambahkan minyakcengkeh ke dalam campuran diaduk hingga

    jernih dan terakhir diteteskan Ol. Menthaepiperitae, diaduk sampai homogen kemudian

    dimasukkan dalam wadah botol kaca berwarna.

    Pengujian Aktivitas Antibakteri Obat

    Kumur Minyak Cengkeh ( Lay, B.W, 1994)

    Suspensi bakteri disebarkan secaramerata diatas permukaan media dengan

    menggunakan lidi kapas steril. Dibiarkan 3menit, kemudian dicelupkan kertas cakram padamasing-masing formula obat kumur. Sebagaipembanding atau kontrol positif digunakanObat kumur pembanding CNAMdan sebagaikontrol negatif digunakan obat kumur yangtidak mengandung minyak cengkeh, diinkubasi

    selama 24 jam pada suhu 370C dalam

    inkubator. Diamati dan diukur diameter daya

    hambat yang terbentuk yang ditandai denganterbentuknya daerah bening disekitar kertas

    cakram.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pemeriksaan pendahuluan aktivitasantibakteri larutan minyak cengkeh dalamDMSO dengan parameter daya hambat

    minimum (DHM) terhadap S. mutans,dilakukan pada konsentrasi 0,5%,0,8%, dan 1%,

    sebagai kontrol positif minyak cengkeh 100%

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    11/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 59

    dan kontrol negatif DMSO. Hasil pemeriksaanmenunjukkan semua konsentrasi minyakcengkeh memberikan daya hambat terhadapbakteri S.mutans.

    Tabel 2. Hasil pemeriksaan pendahuluan

    aktivitas antibakteri minyakcengkeh

    No. Konsentrasi

    Diameter Daya

    hambat terhadap

    S. mutans(mm)

    1. 0,5 % 8,5633

    2. 0,8% 9,56

    3. 1% 10,1833

    4. 100% 27,10

    Evaluasi Obat Kumur Minyak Cengkeh

    Gambar 1. Obat Kumur Minyak CengkehUji sifat fisik dan stabilitas obat kumur

    minyak cengkeh yang dilakukan meliputiorganoleptis, pH, bobot jenis, dan penentuanviskositas dengan viskometer Hoppler. Uji ini

    perlu dilakukan untuk menjamin kualitasfarmasetik dari sediaan yang telah dibuatsehingga dapat diketahui apakah obat kumuryang dibuat telah memenuhi syarat sediaan obat

    kumur yang baik dan diterima masyarakat.Hasil dari evaluasi obat kumur dapat dilihat

    pada tabel 3 :

    Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Obat

    Kumur Minyak Cengkeh

    Pemeriksaan aktivitas antibakteri obatkumur minyak cengkeh menggunakan mediaMueller Hinton Agar. Penambahan darahkedalam Mueller Hinton akan memperlihatkankarakteristik - haemolysis oleh S. mutans.Pemeriksaan aktivitas antibakteri obat kumur

    minyak cengkeh terhadap bakteri S. mutansmenggunakan metoda difusi ( disc diffusion )dengan menggunakan kertas cakram.

    Tabel 3. Tabel Evaluasi Obat Kumur

    No Evaluasi F0 F1 F2 F3 P

    1. Organoleptis

    Bentuk

    Bau

    Warna

    Rasa

    Larutan

    KM

    KMd

    MP*

    Larutan

    KC

    KMd

    AMP

    Larutan

    KC

    Kmd

    AMP

    Larutan*

    KC

    Kmd

    AMP

    Larutan

    KM

    Org

    AMP

    2. Rata-rata pH 5,97 6,055 6,13 6,20 6,36

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    12/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 60

    3. Bobot jenis 1,0208 1,0315 1,0367 1,0413 1,0085

    4 Penentuan Viskositas

    (cps)

    1,6281 1,7749 2,7335 3,1291 1,2196

    5 Aktivitas Antibakteri

    Rata-rata diameter

    daya hambat (mm)

    9,625 10,860 11,690 12,615 16,255

    Keterangan :

    F0 = Formula obat kumur dengan konsentrasiminyak cengkeh 0 %

    F1 = Formula obat kumur dengan konsentrasi

    minyak cengkeh 0,5 %F2 = Formula obat kumur dengan konsentrasi

    minyak cengkeh 0,8 %F3 = Formula obat kumur dengan konsentrasi

    minyak cengkeh 1%P = Obat kumur pembanding (CNAM

    )

    Larutan* = Larutan sedikit kentalKC = Khas cengkeh

    KM = Khas mintKMd = Kuning mudaAMP = Aromatik dan Manis pedasMP* = Manis sedikit pedas

    Org = Orange

    Hasil pengujian aktivitas antibakterimenunjukkan obat kumur minyak cengkehmemberikan daya hambat terhadap S. mutans

    yang ditandai dengan terbentuknya daerahbening disekitar kertas cakram pada media,

    diameter daya hambat yang paling luasdiberikan oleh F3, rata-rata diameter daya

    hambat yang diberikan adalah sebagai berikut :pada F0 = 9,6250 mm; F1 = 10,86 mm; F2 =

    11,69 mm; F3 = 12,6150 mm dan obat kumurpembanding CNAM

    = 16,255 mm.

    Daya hambat yang dihasilkan karenaminyak cengkeh mengandung senyawa eugenolyang bersifat bakterisid. Senyawa golonganfenolat iniakan berinteraksi dengan dinding sel

    bakteri sehingga terjadi denaturasi protein padabakteri. Protein yang mengalami denaturasiakan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga

    tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan

    struktur protein pada dinding sel bakteri akanmeningkatkan permeabilitas sel sehingga

    pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudiansel menjadi rusak.

    Berdasarkan tabel respon hambatanpertumbuhan bakteri klasifikasi daya hambat

    dibagi menjadi 4 kategori yaitu kuat (>20 mm),sedang (16-20 mm), lemah (10-15 mm), tidak

    ada (

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    13/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 61

    Berdasarkan hasil analisa statistik,menunjukkan adanya perbedaan daya hambatyang bermakna dari formula obat kumurminyak cengkeh dengan obat kumur tanpaminyak cengkeh (konsentrasi minyak cengkeh

    0%) dan obat kumur pembanding (CNAM)

    (P

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    14/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 62

    FORMULASI MIKROEMULSI TIPE M/A DARI VIRGIN COCONUT

    OIL (VCO) DENGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN

    KOSURFAKTAN SORBITOL

    Wida Ningsih, Chris Deviarny, Rahmi KartikaSTIFI Perintis Padang

    ABSTRACT

    This research studied formulation of VCO 5% in o/w type microemulsion as a moisturizer to

    enhance hidration of skin. Microemulsions were prepared using tween 80 as a surfactant inconcentration 22.5%, 30%, 33.75% and sorbitol as co-surfactant in concentration 22.5%, 15%, 11.25%

    respectively for formula I, II and III. Microemulsion were prepared using a homogenizer at 1500 rpm.These preparations of were evaluated during the 6-week evaluation includes: organoleptic, pH,specific gravity, viscosity, surface tension, stability of the preparations, a favorite test, particle size andzeta potential. The result showed that microemulsion in formula 2 (containing 30% tween 80 and 15%

    sorbitol) was the best formula. This formula has particle size 22.83 nm and preferred as the bestpreparation by panelists.

    Keywords:microemulsion, VCO, tween 80, sorbitol, cosurfactant

    PENDAHULUAN

    Daya kelarutan suatu zat berkhasiatmemegang peranan penting dalam formulasisuatu sediaan farmasi. Salah satu cara yang

    diterapkan oleh industri farmasi saat ini untukmeningkatkan kelarutan suatu obat adalahdengan membuat sediaan mikroemulsi (Jufridkk, 2004). Mikroemulsi adalah suatu sistemdispersi minyak dengan air yang distabilkanoleh lapisan antarmuka dari molekul surfaktan.

    Surfaktan yang digunakan dapat tunggal,campuran, atau kombinasi dengan zat tambahanlain (Jufri dkk, 2006).

    Mikroemulsi merupakan suatu sistem

    dispersi yang dikembangkan dari sediaanemulsi. Bila dibandingkan dengan

    makroemulsi, banyak karakteristik darimikroemulsi yang membuat sediaan ini menarikuntuk digunakan sebagai salah satu sistempenghantaran obat, antara lain mempunyai

    kestabilan dalam jangka waktu lama secaratermodinamika, jernih dan transparan,viskositasnya rendah, dapat disterilkan secara

    filtrasi, mempunyai daya larut yang tinggi,mempunyai kemampuan berpenetrasi yang baik

    serta biaya pembuatan yang relatif murah (Jufri

    dkk, 2004; Lawrence et al, 2000). Peranan

    mikroemulsi sebagai pembawa dalampenghantaran obat, dapat digunakan untukpemberian secara oral, parenteral, maupun

    topikal (Jufri dkk, 2006).

    Mikroemulsi merupakan suatu sistemyang menarik dikarenakan permukaan minyak,air dan surfaktan membentuk berbagai macamstruktur misel seperti lamellar dan speris untuk

    menghindari kontak langsung antara minyakdengan air (Kori, 2011).

    VCO merupakan minyak kelapa yangdihasilkan dengan proses yang alamiah tanpa

    menggunakan zat kimia atau bahan sintetiklainnya yang tidak mempunyai efek samping

    bagi tubuh. VCO mengandung senyawa-senyawa aktif yang bermanfaat bagi tubuhmanusia. Senyawa-senyawa aktif tersebutantara lain tokoferol, dan beberapa jenis asam

    lemak jenuh seperti asam kaproat, asamkaprilat, asam kaprat, asam laurat, asammiristat, asam palmitat, asam palmitat, asam

    stearate, asam arachidat dan asam lemak tak

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    15/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 63

    jenuh seperti asam palmitoleat, asam oleat,asam linoleat (Nur, 2005).

    VCO banyak digunakan untukmeningkatkan kesehatan masyarakat.

    Kandungan asam lemak utama dalam VCOadalah asam laurat. Kandungan ini bersifatmelembutkan kulit, VCO mengandungtokoferol yang berkhasiat sebagai antioksidan

    sehingga dapat memperkuat sistem kekebalantubuh dan menangkal radikal bebas yang bagus

    untuk meregenerasi sel-sel kulit yang mati danmencegah penuaan kulit. Disamping itu VCO

    efektif dan aman digunakan sebagaimoisturizer (pelembab) pada kulit sehingga

    dapat meningkatkan hidratasi kulit dan

    mempercepat penyembuhan luka pada kulit(Lucida dkk, 2008).

    VCO dapat berperan sebagai peningkatpenetrasi melalui mekanisme berbeda yaitumelalui pertolongan asam-asam lemak rantai

    pendek dan peningkat hidratasi kulit sehinggaakan mudah melintasi membran kulit dan lajuzat yang berpenetrasi juga dapat dipengaruhi(Lucida dkk, 2008). Sebelumnya sudah ada

    penelitian tentang formulasi VCO dalam bentuksediaan mikroemulsi tipe M/A menggunakan

    alat magnetik stirer dengan jumlah surfaktandan kosurfaktan yang lebih besar. Berdasarkanteori mikroemulsi, semakin besar jumlahsurfaktan tidak menjamin mikroemulsi semakin

    stabil karena akan mempengarui kelengkunganmikroemulsi dimana semakin besarkelengkungan mikroemulsi akan mempengaruhikestabilan dari mikroemulsi. Oleh karena itupada penelitian ini dicoba memformulasikanVCO dalam bentuk mikroemulsi tipe M/Amenggunakan perbandingan konsentrasi

    surfaktan dan kosurfaktan yang lebih rendahdari penelitian sebelumnya denganmenggunakan alat homogenizer dengankecepatan 1500 rpm.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alatalat yang digunakan adalahtimbangan analitik (Denverinstrument),

    Erlemeyer (pyrex), gelas ukur (pyrex), pH

    meter (E 520), pipet tetes, spatel, viskometerBrookfield (VT 04F), cawan penguap, beaker

    glass (pyrex), termometer, Do NouyTensiometer (CSC 70545), Nano Zetasizer(Malvern), Piknometer (pyrex), Refraktometer(Atago digital thermometers), botol sediaan,stop watch, Homogenizer (IKA RW 20 digital).

    Bahan-bahan yang digunakan adalahVCO (Sabbishima

    ), tween 80 (Brataco),

    nipagin, nipasol, sorbitol, dan aqua destillata.

    PROSEDUR PENELITIAN

    Persiapan sampel

    Sampel yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah VCO yang dibeli langsung di apotikyang ada di kota Padang.

    Pemeriksaan bahan baku

    Pemeriksaan VCO di lakukan menurut

    persyaratan yang tertera dalam SNI dan untukpemeriksaan tween 80, sorbitol, nipagin dannipasol dilakukan menurut FarmakopeIndonesia edisi IV, yang meliputi pemeriksaan

    organoleptis, kelarutan dan bobot jenis.

    Tabel 1. Formula Mikroemulsikomposisi

    Zat F1(%) F2(%) F3(%)

    VCO 5 5 5

    Tween 80 22,5 30 33,75

    Sorbitol 22,5 15 11,25

    Nipagin 0,18 0,18 0,18

    Nipasol 0,02 0,02 0,02

    Air suling

    ad

    100 (ml) 100

    (ml)

    100 (ml)

    Keterangan :

    F1 = Formula yang mengandung surfaktan

    tween 80 : kosurfaktan sorbitol denganperbandingan (1:1)

    F2 = Formula yang mengandung surfaktantween 80 : kosurfaktan sorbitol dengan

    perbandingan (2:1)F3 = Formula yang mengandung surfaktan

    tween 80 : kosurfaktan sorbitol denganperbandingan (3:1)

    Pembuatan Mikroemulsi

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    16/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 64

    Nipagin dan nipasol dilarutkan denganair suling dalam tabung reaksi, masukkankedalam beaker glass 500 ml. Atur posisibeaker glass pada alat homogenizer, nyalakan,

    atur alat homogenizer dengan kecepatan 1500rpm. Tambahkan tween 80 sedikit demi sedikitsampai tercampur homogen. Tambahkansorbitol sedikit demi sedikit, sambil diaduk

    dengan homogenizer sampai homogen.Masukkan VCO sedikit demi sedikit sambil

    diaduk selama 5 menit (sampai terbentukmikroemulsi) dengan ciri-ciri larutan bening

    dan transparan. Kemudian sediaan di masukkankedalam wadah.

    Evaluasi mikroemulsi

    Evaluasi mikroemulsi yang dihasilkan meliputibeberapa aspek berikut :

    a. Pemeriksaan organoleptis

    b. Pemeriksaan sifat fisika seperti pHmenggunakan pH meter (Inolab),pemeriksaan Bj menggunakan piknometer,viskositas menggunakan viskometer

    Brookfield, tegangan permukaanmenggunakan alat DoNouy tensiometer dan

    pengukuran distribusi ukuran pertikel danzeta potensial Nano Zetasizer.

    Tegangan Permukaan

    Evaluasi tegangan permukaanmikroemulsi diukur dengan Do Nouytensiometer. Alat ini dapat selain dapatmengukur tegangan permukaan juga dapatmengukur tegangan antarmuka. Prinsip alattersebut tergantung pada gaya yang diperlukan

    untuk melepaskan suatu cincin platina iridiumyang dicelupkan pada permukaan atauantarmuka adalah sebanding dengan teganganpermukaan atau tegangan antarmuka. Cara kerja

    alat tersebut yaitu:-celupkan cincin platina iridium ke dalam

    cawan petri yang telah berisi mikroemulsisedalam 5 mm.

    -Atur jarum A sehingga tepat berada padagaris, skala penunjuk dan skala x harusberimpitan pada angka nol.

    -Putar skup B dengan arah gerakan

    kebawah dan putar skup C bersamaan

    sampai tepat cincin terlepas darimikroemulsi.

    -Gaya yang diperlukan untuk melepaskancincin dapat dibaca dari skala.

    Tegangan permukaan dapat dihitungdengan rumus:

    =yang dibaca pada petunjuk dalam dyne

    2 keliling cincinfaktor koreksi

    Ukuran Partikel

    Pengukuran distribusi ukuran partikel

    dan zeta potensial dilakukan denganmenggunakan Nano Zetasizer. Sediaan yang

    akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet, laludimasukkan ke dalam alat nanosizer dan bacadata yang diperoleh. Prinsip kerja alat tersebutyaitu sinar laser disorotkan pada partikel yangtersuspensi dalam gas transparan partikel akanmenghamburkan cahaya dengan sudut yanglebih besar, hamburan cahaya dapat diukur oleh

    serangkaian fotodetektor yang ditempatkanpada sudut yang berbeda sehingga dapatditentukan ukuran tetesan dan zetapotensialsediaan.

    c. Pemeriksaan Stabilitas Sediaan

    1. Pada suhu ruanganSediaan mikroemulsi disimpan pada suhukamar selama 6 minggu dan diamati

    apakah ada pemisahan atau tidak. Sediaanyang tidak menunjukkan pemisahan dinilaisebagai sediaan yang stabil.

    2. Pada suhu tinggi (40oC)

    Sediaan mikroemulsi disimpan pada suhu40

    OC selama 6 minggu dan diamati apakah

    terjadi pengendapan, pecahnyamikroemulsi dan penggumpalan.

    3. Pada suhu rendah (4 8oC)

    sediaan mikroemulsi disimpan pada suhudingin selama 24 jam pada suhu 4

    oC, lalu

    dikeluarkan dan ditempatkan pada suhukamar selama 24 jam pula dan diamati

    perubahan yang terjadi.

    d. Uji Kesukaan

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    17/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 65

    Uji kesukaan dilakukan terhadap limabelas orang panelis dengan metodakruskalwallis, dimana masing-masing panelis dimintatanggapan pribadinya tentang sediaan yangmeliputi bau, warna dan penampilan dari

    sediaan. Hasil yang diperoleh berupa tanggapansuka, kurang suka, dan tidak suka terhadapsediaan mikroemulsi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pemeriksaan terhadap VCO sebagai

    fasa terdispersi telah memenuhi syarat yangtertera pada Standar Nasional Indonesia (SNI),

    tween 80 sebagai surfaktan, sorbitol sebagai

    kosurfaktan, nipagin dan sebagai pengawettelah memenuhi syarat yang tertera pada FI IV.

    Formula mikroemulsi yang terbentukdievaluasi selama 6 minggu. Pengamatansecara organoleptis menunjukkan bahwa ketiga

    formula tersebut tidak mengalami perubahandari segi warna dan bau selama penyimpanan.Penyimpanan mikroemulsi dilakukan pada suhuruangan dan sediaan disimpan dalam wadah

    tertutup rapat, sehingga membuat mikroemulsistabil serta tidak dipengaruhi oleh faktor

    lingkungan seperti temperatur, radiasi cahayadan udara (Gennaro, 1990). pH ketiga formulaberada pada pH kulit antara 4,5 6,5 sehinggatidak mengiritasi kulit (Wassiatmadja, 1997).

    Tabel 2. Hasil evaluasi mikrokapsulNo Parameter

    evaluasi

    F1 F2 F3

    1 Organoleptis

    Warna

    Bentuk Bau

    KJ

    L

    Khas

    KJ

    L

    Khas

    KJ

    L

    Khas

    2 pH 4,656 4,615 4,925

    3 Bobot Jenis

    (g/ml)

    1,0804 1,0667 1,0674

    4 Viskositas

    (cps)

    0,273 0,323 0,573

    5 Tegangan

    Permukaan

    (dyne/cm)

    0,0084 0,0135 0,0108

    6 Ukuran

    Partikel (nm)

    4261 22,83 521,7

    7 Zetapotensial

    (mV)

    -28,0 -13,3 -9,49

    Keterangan : KJ = kuning jernihL = larutan

    Semakin tinggi penggunaan surfaktanmenghasilkan peningkatan viskositas dari

    mikroemulsi. Peningkatan dapat meningkatkankestabilan mikroemulsi karena dapatmenghambat tetesan-tetesan fase terdispersi

    untuk bergabung sesamanya membentuk tetesanyang lebih besar (Jufri dkk, 2006).

    Hasil pengamatan stabilitas sediaan

    mikroemulsi pada suhu kamar, suhu dingin(4C), dan suhu tinggi (40C). Berdasarkan

    hasil pengamatan pada suhu dingin ketigaformula mengalami perubahan penampilansecara fisik dimana sediaan menjadi keruh bila

    dibandingkan dengan sediaan sebelum disimpankarena minyak pada suhu dingin biasanyamembeku yang berhubungan dengan gerak

    brown, dimana semakin rendah suhu sistemkoloid maka gerak Brown semakin lambat danbila didiamkan pada suhu kamar sediaan akankembali ke bentuk semula. Hasil pengamatanpada suhu kamar dan suhu tinggi terlihat ketiga

    formula tidak mengalami perubahan.

    Pengukuran ukuran partikel diperolehdengan menggunakan alat Nano Zetasizer.

    Hasil pengukuran ukuran partikel F1=4621 nm, F2 = 22,83 nm, F3 = 521,7 nm.

    Dari hasil pengukuran tersebut formula yangmemenuhi syarat yaitu F2 karena ukuranpartikel F2 masuk kedalam rentang ukuranpartikel yaitu 10-100 nm dan distribusi yang

    paling homogen berdasarkan pengamatanadalah F2. Semakin kecil ukuran partikel

    koloid maka gerak Brown semakin cepat dansebaliknya semakin besar ukuran partikelkoloid maka semakin lambat gerak Brownnya.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    18/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 66

    Hasil pengukuran terhadap zetapotensial yaitu F1 = -28,0 mV, F2 = -13,3mV, F3 = -9,49 mV. Zeta potensial ditentukandengan mengukur kecepatan partikel dalammedan listrik. Zeta potensial adalah parameter

    muatan listrik antara partikel koloid. Padasystem koloid nilai zeta potensial yang tinggiakan memberikan stabilitas larutan untukmenolak agregasi. Sebaliknya, jika nilai zeta

    potensial rendah maka daya tarik menarikmuatan antar partikel disperse melebihi daya

    tolak menolaknya hingga terjadi flokulasi(peristiwa penggabungan koloid dari yang kecil

    menjadi besar).

    Hasil uji kesukaan terhadap sediaan

    formula F1, F2, dan F3 yang diuji adalahbentuk, warna, dan bau. Pada uji ini panelislebih banyak menyukai F2 karena warna,bentuk, dan bau lebih bagus dari F1 dan F3. Ujikesukaan ini dihitung secara statistika denganmetoda uji kruskal-wallis. Dimana jumlah

    panelis yang suka terhadap F1 = 5, F2 = 9 danF3 = 2 orang panelis.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan penelitian yang dilakukandapat disimpulkan bahwa VCO dapat diformuladalam bentuk mikroemulsi dengan F2 sebagaiformula yang paling baik yaitu dengan

    komposisi Tween 80 : sorbitol (2:1). Formulaini memiliki ukuran partikel yang memenuhipersyaratan dan lebih disukai panelis.

    DAFTAR PUSTAKA

    Gennaro,A.R, 1990., RemingtonsPharmacetical Sciens, Edition 18th. MackPublishing Company, Easton,Pennslyvania

    Jufri, M., Binu, A dan Rahmawati, J, 2004.,Formulasi Gameksan Dalam Bentuk

    Mikroemulsi, Majalah Ilmu Kefarmasian

    vol. I, No. 3, Farmasi FMIPA-UI,Depok

    Jufri, M., Effionora Anwar dan PutriMargaining Utami, 2006., Uji StabilitasSediaan Mikroemulsi Menggunakan

    Hidrolisat Pati (DE 3540) sebagai

    Stabilizer, Majalah Ilmu KefarmasianDepartemen Farmasi-FMIPAUniversitasIndonesia, Vol III, No. 1, ISSN: 1693-

    9883Kori. Y, 2011., Formulasi Mikroemulsi Minyak

    Kelapa Murni (virgin coconut oil)

    Dengan Tween 80 Sebagai Surfaktan,

    Tesis Fakultas Farmasi Pasca SarjanaUniversitas Muhammadiyah, Jakarta

    Lawrence, M. Jayne and Rees, Gareth D. 2000.

    Microemulsion-based Media as NovelDrug Delivery System. Advanced Drug

    Delivery ReviewsLucida, H., Salman dan M. Sukma Hervian.

    2008., Uji Daya Peningkatan PenetrasiVCO Dalam Basis Krim, Jurnal Sains

    dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1,ISSN : 1410 0177, Fakultas FarmasiUniversitas Andalas Padang

    Nur, A, 2005, Virgin Coconut Oil : Minyak

    Penakluk Aneka Penyakit, cetakan ke 5,P. T. Agro Media Pustaka, Jakarta

    Wassiatmadja, S. M, 1997, Penuntun IlmuKosmetika Medik, UI Press, Jakarta

    PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT BLONDO TERHADAP

    PERFORMAN SALURAN CERNA MENCIT UJI (Mus Muscullus)

    Sepni Asmira

    STIKes Perintis Padang

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    19/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 67

    ABSTRACT

    Blondo is waste product of fermented coconut oil (Virgin Coconut Oil /VCO), which is rich onprotein, omega, Sacharomyces cerevisiae and Lactobacillus sp. In this research, blondo containingLactobacillus spwas used in making biscuit, as a substitution of margarine and role as probiotic. Theaim of this research was to investigate the effect of oral administration of blondo biscuit onperformance of digestion of white mice during the treatment. Parameters observed were: amount andbalance of intestinal miroflora and high of ileum villi. The results of this research showed that blondo

    in biscuits gave possitive effect on amount of Lactobacillus spcolony, microflora balanced, and highof villi.

    Keywords: biscuit blondo, digestion performance, Lactobacillus sp

    PENDAHULUAN

    Blondo merupakan produk sampinganyang berasal dari sisa pembuatan minyak kelapaatau disebut dengan Virgin Coconut Oil (VCO).

    Pembuatan VCO akan dihasilkan ampas lebihkurang 1/3 dari berat krim. Blondo berbahan

    padat berwarna putih (Purwati et al.,2006),kaya akan protein, omega, Sacharomycescerevisiae dan Lactobacillus sp (Purwati,2006),. Blondo dapat dikatakan sebagai salah

    satu pangan baru, seiring ditemukannya VCOyang terbukti secara ilmiah bermanfaat bagi

    kesehatan manusia. Menurut Purwati (2006), didalam blondo terdapat bakteri asam laktat(BAL) yaitu Lactobacillus. Total koloni BALyang ditemukan pada blondo adalah 5 x 10

    9

    cfu/mL (Murtius, 2008). Bakteri ini berfungsi

    sebagai probiotik.

    Hasil dari beberapa penelitian bayiberumur 24 jam, di dalam saluran ususnya

    sudah ada BAL yaitu Bifidobacteria danLactobacillusyang dikenal sebagai bakteri yang

    bermanfaat dalam saluran pencernaan.BALmenghasilkan bacteriosin yang dapatmembunuh bakteri patogen yang termasukfamili bakteri Enterobacteriacea (Escherichiacoli, Salmonellasp) (Purwati, 2006).

    BAL pada umumnya mempunyai statusGRAS (Generally Recognized As Save) yaituaman bagi manusia. Bakteri ini merupakanbakteri gram positif, tidak berspora, danmenghasilkan asam laktat sebagai produk

    utama fermentasinya.

    Penelitian yang dilakukan Lan et al.

    (2003), terlihat indikasi positif dari penggunaanprobiotik dalam meningkatkan berat badanbinatang. Penelitian yang dilakukan olehWaspodo (2004), terhadap anak-anak yang

    diberi minum susu 125 mL dan ditambahprobiotik 108cfu/mL setiap hari selama 3 bulan,

    berat badannya meningkat lebih banyakdibandingkan dengan anak-anak yang

    mengkonsumsi susu tanpa probiotik. Purwatidkk (2006), menyatakan pemberian probiotik

    juga dapat memperbaiki komposisi mikroflorausus. Penelitian yang dilakuan Julliyarsi

    (2003), menunjukkan dengan pemberian dadihsusu sapi yang mengandung bakteri

    Lactococcus lactis dengan dosis 210 mg/20 gBB terjadi pertambahan berat badan 3,53g.

    Blondo sudah diberikan sebagai pakanternak unggas hingga 12 %. Hasilnyamemberikan performan ayam pedaging cukupbaik dan tidak menimbulkan keracunan

    (Purwati dkk, 2007). Penelitian lebih lanjutharus dilakukan untuk membuktikan

    bagaimana pengaruh blondo yang ditambahkandalam pembuatan biskuit. Pada penelitianpendahuluan yang telah dilakukan penulis,blondo dapat mensubstitusi margarin dalam

    pembuatan biskuit dan masih mengandungbakteri Lactobacillus setelah diidentifikasidengan menggunakan media MRS (de ManRogosa Sharpe) agar. Biskuit yang dihasilkandapat dimanfaatkan sebagai makananpendamping air susu ibu (MP-ASI) karenablondo mengandung omega-9 dan asam lemak

    omega-6 merupakan asam lemak tak jenuh

    jamak (Poly-Unsaturated Fatty Acid-PUFA)

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    20/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 68

    yang essensial. Asam lemak ini tidakmempengaruhi kadar kolesterol tubuh dansangat baik untuk perkembangan jantung Balita.DHA (Docosaheksanoic Acid)/omega-6merupakan komponen asam lemak essensial

    yang terdapat di otak, dibutuhkan untuk tumbuhkembang otak. Pada pembuatan biskuit dariblondo ditambahkan pati dari ubi jalar merahuntuk mensubstitusi tepung terigu dan sumber

    prebiotik.

    Ubi jalar merupakan buah yang kayakarbohidrat termasuk kelompok oligosakarida.

    Kelompok oligosakarida seperti rafinosa,stakiosa, galakto-oligosakarida (GOS),

    fruktooligosakarida (FOS), inulin serta

    beberapa jenis peptida dan protein, tidak dapatdicerna oleh manusia sehingga mencapai ususdan mendukung pertumbuhan bakteri yangmenguntungkan dalam usus. Bakteri patogentidak menyukai nutrisi ini sehingga akhirnyabakteri yang menguntungkan akan

    mendominasi populasi dalam usus. Substrat inidikenal sebagai prebiotik (Purwati dan Syukur,2006).

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah : seperangkat alatpemeriksaan koloni, inkubator (Fisher),timbangan duduk, mikroskop, mikrotom, kacaobjek, kaca penutup, silet/gunting, aluminiumfoil, keranjang metal, penggaris, Rotary TissueProcessor, lemari pendingin, penangas air,kaset processor.

    Bahan-bahan yang digunakan adalah :biskuit blondo, makanan standar untuk mencit,dadih susu kerbau, formalin 10%, aseton,parafin, aquades, air biasa, air panas, xylol,

    alkohol absolut, pepton water, MRS Broth Agar(Merck), Rappavor Vasiliadish Broth (Oxoid),

    Mac Conkey Agar (Merck) dan pewarna merah(safranin).

    Persiapan Hewan Percobaan

    Pada penelitian ini digunakan mencit

    putih (Mus musculus) dengan berat badan 20 gsebanyak 30 ekor. Masing-masing perlakuan

    terdiri dari 10 ekor mencit musculus selamasatu bulan pemberian. Sebelum digunakanhewan diadaptasikan selama 3 hari dan diberiransum standar.

    Rancangan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan menggunakanmetode eksperimen, dengan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dengan4 ulangan.

    Tabel 1. Variasi Perlakuan Hewan Uji

    Perlakuan Keterangan Perlakuan

    AB

    C

    DE

    Ransum Standar (Kontrolnegatif)

    RS+ Pemberian biskuit 50%blondoRS+Pemberian biskuit 100%

    blondoRS+ Blondo

    RS+Pemberian dadih (Kontrolpositif)

    Pengamatan : Analisa total koloni bakteriLactobacillus,

    1. Isolasi Lactobacillus sp, Escherichia Colidan Salmonella sp.dari usus mencitdengan Metode Konvensional (Purwati

    dkk, 2005)

    Cara kerja isolasi diawali dengan prosesenrichment, dimana 5 mL sampel dicampurkanke dalam 45 mL pepton steril yang sudahdisiapkan dalam Erlenmeyer, laludihomogenkan sehingga didapatkan

    pengenceran 1 : 10 atau 10-1diinkubasi dalam

    inkubator pada suhu 37oC selama 6 jam. Setelah

    inkubasi, sampel diencerkan menggunakanpepton water yang berada di dalam tabungeppendorf melalui proses pengenceran (serialdilution) sampai 10-7 dengan cara diambil

    100L dari enrichment/ 10-1

    lalu ditambahkankedalam tabung eppendorf yang berisi 900L

    pepton water (Bacto) sehingga didapatkanpengenceran 10

    -2 dan seterusnya hingga

    didapatkan pengenceran 10-7. Kemudiandilakukan proses planting dengan mengambil

    100 L dari tabung eppendorf padapengenceran 10

    -7 lalu ditanamkan pada media

    MRS Agar untuk bakteri Lactobacilus sp, Mac

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    21/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 69

    Conkey Agar (Merk) untuk E.coli danSalmonella, kemudian diratakan dengan gelashoky stick, dan diinkubasi dalam inkubator padasuhu 37

    oC selama 24 jam. Setelah masa

    inkubasi, kemudian dilakukan perhitungan

    jumlah koloni yang ditemukan dan dikalikan107.

    2. Vili Usus Halus

    Variabel yang diamati adalah :

    1. Tinggi vili Ileum : diukur dari garis atas

    muskularis mukosa sampai puncak vilidengan mengguanakan lensa okuler

    berskala.

    2. Kerapatan Ileum : diukur pada lembah vilidengan menggunakan lensa okulerberskala.

    3. Melihat keadaan sel dengan menggunakanmikroskop

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Uji Koloni Lactobacillus sp MikrofloraUsus Mencit

    Hasil uji lanjut DMRT (Duncan MultipleRange Test) menunjukkan bahwa perlakuanpemberian biskuit 100% blondo (C), blondo(D) dan dadih memberikan pengaruh yang

    berbeda nyata terhadap jumlah koloniLactobacillus sppada perlakuan kontrol (-) (A)dan perlakuan pemberian biskuit 50% blondo(B). Pada masing-masing perlakuan, jumlahkoloni Lactobacillus sp pada usus mencit ujimengalami peningkatan bila dibandingkandengan kontrol negatif. Hal ini memperlihatkan

    indikasi efek probiotik yang terdapat padabiskuit blondo, blondo dan dadih. Dari hasilpenelitian yang telah dilakukan diketahuibahwa dalam blondo didapatkan total koloniLactobacillus sp3,6 x 10

    9cfu/g sedangkan pada

    biskuit 100% blondo didapatkan total koloni

    4,0 x 107 cfu/g. Menurut Svensson (1999) dan

    FAO/WHO (2001) efek probiotik dapatdipertahankan jika makanan pembawa minimalmengandung jumlah mikroorganisme probiotik106-108 cfu/g.

    Probiotik dapat meningkatkan kesehatandengan mekanisme sebagai berikut: (1)

    produksi senyawa anti mikroba seperti asamlaktat, asam asetat, karbondioksida, H2O2,bakteriosin, reuterin, dan senyawa penghambatlainnya yang dapat menekan pertumbuhanmikroorganisme patogen, (2) kompetisi dalam

    penyerapan nutrient, dan sisi penempelan padasel epitel usus, produksi mukus, (3)menstimulasi sistem imunitas dan mampumengubah aktivitas metabolisme mikroba

    dalam saluran pencernaan (Hoover, 2000).

    Hasil pewarnaan gram koloni bakteripada blondo dan biskuit blondo, bakteri tersebut

    adalah gram positif. Lactobacillus merupakanbakteri yang termasuk dalam kelompok BAL,

    dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

    Husmaini et al.(2009), spesies bakteri yang adapada blondo adalahLactococcus plantarum.

    KoloniE. coli

    Hasil analisa statistik menunjukkan tidak

    ada perbedaan yang nyata antar perlakuan.Data diatas menunjukkan bahwa pemberianbiskuit 50% blondo dan 100% blondo jumlahkoloni E.coli-nya sedikit lebih banyak bila

    dibandingkan kontrol. Tetapi tingginya jumlahkoloni E.coli ini seiring dengan tingginya

    jumlah koloni Lactobacillus sp di dalam ususmencit uji tersebut, dan berdasarkanperbandingan persentase jumlah koloni bakteribaik (BAL) dan bakteri patogen yang terdapat

    pada usus mencit (E.coli dan Salmonella),perlakuan C termasuk kelompok yang seimbangkeseimbangan mikroflora ususnya.

    Menurut Fuller (2002) dan Utomo (2002)keseimbangan mikroflora usus akan tercapaiapabila mikroba yang menguntungkan dapat

    menekan mikroba yang merugikan dengan caramendesak keluar mikroba patogen tersebut.Keseimbangan ini dapat tercapai apabilaperbandingan antara mikroba yang

    menguntungkan terhadap mikroba yangmerugikan adalah sebesar 85 : 15 atau 80 : 20

    (Manap, 1998 dalamHusmaini, 2009).

    Koloni Samonella sp

    Hasil analisa statistik menunjukkan tidak

    ada perbedaan yang nyata jumlah koloni

    Salmonella sp antar perlakuan. Rataan jumlahkoloni dari perlakuan B,C,D dan E bila

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    22/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 70

    dibandingkan dengan perlakuan A sebagaikontrol negatif, terjadi sedikit penurunanjumlah koloni. Selain itu, dilihat dariperbandingan jumlah koloni Salmonella danE.coli dengan jumlah koloni Lactobacillus sp

    pada masing-masing perlakuan, keseimbanganmikroflora tercapai pada perlakuan pemberianbiskuit 100% blondo (C), pemberian blondo (D)dan pemberian dadih (E). Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Purwati dan Syukur (2005),Latobacillus spmerupakan anggota dari bakteri

    asam laktat (BAL) yang dapat menciptakansuasana asam sehingga mampu mengurangi

    jumlah koloni bakteri patogen lainnya yangtidak berspora.

    Mekanisme kompetisi dan antagonismediantara bakteri saluran cerna juga mampumempertahankan keseimbangan ekologisdengan mencegah pertumbuhan berlebihan darimasing-masing spesies penghuninya. Kompetisidari reseptor adhesi, kompetisi makanan, dan

    produksi senyawa inhibitor (antagonis) jugamerupakan mekanisme yang menghalangiberlebihnya kolonisasi dan pertumbuhanbakteri. Senyawa inhibitor (antagonis) tersebut

    antara lain adalah: asam lemak organik,hidrogen peroksida, asam laktat, antibiotik,

    enzim-enzim, dan bakteriosin.

    2. Tinggi Vili Ileum Mencit Uji

    Data hasil analisis ragam menunjukkanbahwa tinggi vili ileum pada perlakuan A(Kontrol -) tidak berbeda nyata denganperlakuan D (Blondo), tetapi menunjukkanperbedaan yang signifikan terhadap perlakuanB (Biskuit 50%), C (Biskuit 100%), danperlakuan E (Dadih).Secara keseluruhan terjadi

    pertambahan tinggi vili ileum pada setiapperlakuan dibandingkan dengan kontrol (-) (A).Hal ini disebabkan karena pemberian biskuitblondo dan dadih mempengaruhi pertumbuhan

    sel-sel vili usus. Biskuit blondo dan dadihmerupakan bahan pangan yang mengandung

    protein dan lemak yang cukup tinggi sehinggadapat dimanfaatkan dalam proses pertumbuhansel-sel vili. Pada vili usus terdapat sel-selsilindris yang apabila telah matang akanbermigrasi sepanjang vili menuju ke puncaknya

    dan akhirnya dilepas (Fiore, 1996).

    Data hasil analisis ragam menunjukkanbahwa tinggi vili ileum pada perlakuan A(Kontrol -) tidak berbeda nyata denganperlakuan D (Blondo), tetapi menunjukkanperbedaan yang signifikan terhadap perlakuan

    B (Biskuit 50%), C (Biskuit 100%), danperlakuan E (Dadih).Secara keseluruhan terjadipertambahan tinggi vili ileum pada setiapperlakuan dibandingkan dengan kontrol (-) (A).

    Hal ini disebabkan karena pemberian biskuitblondo dan dadih mempengaruhi pertumbuhan

    sel-sel vili usus. Biskuit blondo dan dadihmerupakan bahan pangan yang mengandung

    protein dan lemak yang cukup tinggi sehinggadapat dimanfaatkan dalam proses pertumbuhan

    sel-sel vili. Pada vili usus terdapat sel-sel

    silindris yang apabila telah matang akanbermigrasi sepanjang vili menuju ke puncaknyadan akhirnya dilepas (Fiore, 1996).

    Almatsier (2003) menjelaskan bahwa sel-sel vili terutama vili jejunum dan ileum

    berfungsi memilih dan mengatur penyerapanzat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Zat-zat giziyang lebih awal berada dalam keadaan siapdiserap akan diabsorpsi pada bagian awal dari

    saluran cerna, sedangkan zat-zat gizi yangmembutuhkan proses pencernaan yang lebih

    lama akan diabsorpsi di bagian lebih bawah.

    Proses penyerapan pada vili usus halusjuga dipengaruhi oleh keseimbangan mikroflora

    usus halus. Apabila keberadaan bakteri patogendi dalam usus halus lebih dominan, maka prosespenyerapan akan terhambat, sebaliknya apabilabakteri bermanfaat atau BAL lebih dominan,maka proses penyerapan akan lebih baik. Halini sesuai dengan yang dilaporkan oleh CartneydalamHardiningsih et al., (2006) bahwa bakteri

    probiotik dapat menjaga kesehatan usus,membantu penyerapan makanan, produksivitamin, dan mencegah pertumbuhan bakteripatogen.

    Penyerapan zat gizi dalam vili usus

    mempengaruhi pertambahan berat badan darimencit uji pada perlakuan biskuit blondo dankomposisi gizi dari ransum standarmencit.Kemampuan blondo untukmempermudah penyerapan makanan

    dipengaruhi oleh kandungan asam lemak rantai

    sedang (Medium Chain Fatty Acid/MCFA)yang menyusun trigliserida-trigliserida berupa

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    23/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 71

    Medium Chain Trigliserida (MCT) yang tinggi.Menurut Lipoeto (2006), dari berbagaipenelitian diketahui kelapa mempunyai efekantimikroba, antivirus serta mempunyai potensisebagai lemak pencegah kegemukan. Berbagai

    penelitian juga mengindikasikan bahwatrigliserida rantai sedang memperpanjang rasakenyang, mengurangi densitas energi, danmengalami proses oksidasi intrahepatik

    (Lipoeto,2006).

    Menurut Baba et al. dalam Lipoeto(2006), jika trigliserida rantai sedang

    dikonsumsi dalam jumlah banyak,pembentukan lemak akan relatif sedikit. MCT

    di dalam lumen usus akan dihidrolisis menjadi

    asam lemak dan monogliserida tanpa bantuanlipase pankreas dan asam empedu. Produksihidrolisis akan diserap oleh vili usus halus. Didalam vili, asam lemak ini tidak mengalamipengesteran kembali menjadi trigliserida, akantetapi langsung diserap oleh pembuluh darah.

    Sehingga asam lemak rantai sedang ini dapatmembuat organ bekerja lebih efisien dan lebihsedikit menyebabkan obesitas (Fiore,1996).

    KESIMPULAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Pemberian biskuit blondo, khususnya

    biskuit 100% blondo berpengaruhpositif terhadap peningkatan jumlahkoloni Lactobacillus sp pada ususmencit uji yaitu sebanyak 4.3 x10

    8

    cfu/g.

    2. Pemberian biskuit 100% blondoberpengaruh lebih baik terhadapkeseimbangan mikroflora usus mencituji dengan perbandingan persentase

    BAL 81,7% dan bakteri patogen 18.3%.3. Pemberian biskuit 100% blondo

    berpengaruh dalam meningkatkantinggi vili ileum mencit uji yaitusebesar 6.38 mm pada pembesaran 40.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali. G.R.R. and S. Radu. 1998. Isolation andScreening of Bacteriocin Producing LAB

    from Tempeh. University of Malaysia.Almatsier, S .2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

    PT Gramedia Jakarta.

    Fiore, M.S.H. 1996. Atlas Histologi Manusia.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

    Hardiningsih, R., R.N.R.Napitupulu,danT.Yulinery. 2006. Isolasi dan Uji

    Resistensi Beberapa Isolat Lactobacilluspada pH Rendah.Biodiversitas18 Vol. 7,

    No. 1, Januari 2006, hal. 15-17.Husmaini, 2009. The Isolation and

    Identification of Lactic Acid Bacteriafrom Waste of VCO Processing Produst

    by Biolog Micro. The 2nd

    International

    Seminar and Workshop on AdvanceMolecular Biology. 18-20 August 2009.Padang.

    Hoover,D.G. 2000. Microorganism and TheirProducts in the Preservation of Foods. In:B.M. Lund, T.C.Baird-Parker,

    G.W.Gould (Eds). The MicrobiologicalSafety and Quality of Food. AspenPublisher,Maryland.

    Juliyarsi,Indri. 2003. Efektifitas Dadih Susu

    Sapi MutanLactobacillus lactis terhadapKanker Pada Mencit yang Dinduksi

    Benzopiren.Tesis PascasarjanaUniversitas Andalas.Padang.

    Lipoeto,Nur Indrawaty.2006. Zat Gizi danMakanan pada Penyakit

    Kardiovaskuler.Andalas UniversityPress.Padang.

    Murtius, W.S.2008. Pemanfaatan Blondosebagai Starter dalam PembuatanMinuman Probiotik. Tesis PascasarjanaUniversitas Andalas. Padang.

    Purwati, E., Abbas dan Legi, 2007. Pengaruh

    Pemberian Blondo Pada PerformansAyam Broiler.Di presentasikan padaSeminar Ilmu-Ilmu Pertanian. FakultasPertanian, Universitas Andalas 22 Maret

    2007.Purwati, E dan Syukur, S. 2006. Peranan

    Pangan Probiotik Untuk MikrobaPatogen dan Kesehatan. UniversitasAndalas Padang.

    Purwati, E. Syukur,dan Z. Hidayat.2005.Lactobacillus sp. Isolasi dari

    Biovicophitomega sebagai Probiotik. Di

    dalam Proceeding Lembaga Ilmu

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    24/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 72

    Pengetahuan Indonesia, Jakarta 24 -25Januari 2005.

    IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI BUNGA SENDUDUK

    (Melastoma malabatricum Linn)

    Ema Ratna SariSekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang

    ABSTRACT

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    25/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 73

    A research has been carried out to identify flavonoid compounds from senduduk (Melastomamalabatricum L) flower. Extraction was done by maceration method, followed by fractionation inorder to separate compounds based on their polarity using hexane, ethyl acetate and water. Sianidintest performed on total extract, ethyl acetate, hexane and water fractions showed that flavonoid wasfound only in the ethyl acetate fraction which gave a red color in these test. Identification of

    compounds using TLC with various chemical reagents showed a light yellow color on the TLC plateusing sitroborat as stain dye, yellow using H2SO4 as stain dye, blue-black using FeCl3 as stain dyeand brown using as stain dye iodine vapor. Data from a two-way paper chromatography using BAA(4:1:5) and acetic acid 15% as eluent indicated that two stain suspected as flavonoids were flavone di-

    O-glycosides group with Rf = 0.37 and flavonol 7-O -diglikosida group with Rf = 0.27.

    Keywords : senduduk flower (Melastoma malabatricum L), flavonoid, extraction, fractionation,chromatography

    PENDAHULUAN

    Bunga senduduk (Melastomamalabatricum L) dari family Melastomataceaemerupakan salah satu tumbuhan berkhasiat

    obat. Tumbuhan ini mempunyai khasiat sebagaipenurun panas (antipiretik), penghilang nyeri

    (analgesik), pengobatan keputihan (leukorea),antidiare, sariawan, haid berlebihan, dan

    mengobati luka bakar atau luka berdarah(Sunarti, 2000).

    Pada penelitian sebelumnya diketahui

    bahwa tumbuhan bunga senduduk sudahdimanfaatkan sebagai obat tradisional. DiRejang Lebong dan Penanjung Pangandaranbunga senduduk digunakan sebagai obat lukadengan cara dikunyah lalu ditempelkan pada

    bagian yang luka (Zuhud, 1995; Uji, 1996).Demikian juga di Banten dan Flores, seduhanbunga senduduk dapat digunakan sebagai obatdiare oleh suku Baduy (Hilwan, 1995; Wawo

    dan Wiriadinata, 1996).

    Dari survey fitokimia yang dilakukan diPuslitbang Biologi-LIPI Bogor menunjukkanbahwa tumbuhan bunga senduduk (Melastomamalabatricum L) mengandung senyawa kimia

    flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid (Sunarti,2000).

    Flavonoid merupakan metabolit sekunderyang memiliki berbagai macam aktivitasbiologis salah satunya sebagai antioksidan yangberperan penting dalam mengatasi berbagai

    penyakit degeneratif. Pada penelitian ini

    dilakukan studi senyawa flavonoid dari

    tumbuhan bunga senduduk (Melastomamalabatricum L) tersebut. Penelitian dilakukan

    terhadap ekstrak kental dan fraksi-fraksitumbuhan dengan menggunakan metodeKromatografi Lapis Tipis dan kromatografiKertas Dua Arah.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan adalah Seperangkatalat destilasi dan rotary evaporator, botol

    maserasi, bejana KLT, bejana KKT, pipet tetes,pipet kapiler, spatel, pinset, tabung reaksi,beaker gelas, gelas ukur, erlenmeyer, kapas,plat tetes, bunsen, corong, corong pisah, curter,mistar, pensil danHair dryer.

    Bahan yang digunakan dalam penelitianini adalah 2 kg bunga senduduk (Melastomamalabatricum L) segar yang sudah ditimbang,

    metanol, heksan, etil asetat, logam magnesium,asam klorida pekat, kertas saring, butanol, asam

    asetat, aquadest, sitro borat, FeCl3, H2SO

    4 dan

    Uap Iodium, plat KLT dan KKt.

    METODE PENELITIAN

    Tumbuhan bunga senduduk (Melastoma

    malabatricum L) yang masih segar diperoleh diPerumahan Pemkod Gandus Palembang.

    Pemeriksaan Pendahuluan Flavonoid

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    26/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 74

    Kurang lebih 4 gram sampel segardidihkan dalam 25 ml etanol, kemudiandisaring dalam keadaan panas, filtrat dipekatkansampai setengahnya. Sisa residu ditambahkanmasing-masing 5 ml aquadest dan 5 ml etil

    asetat lalu kocok perlahan dan biarkan sampaiterjadinya pemisahan 2 lapisan, yaitu lapisanetil asetat pada bagian atas dan lapisan air padabagian bawah. Selanjutnya ambil lapisan air 1

    ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi lalutambahkan asam klorida pekat dan logam

    magnesium maka akan terbentuk warna merahmuda sampai merah (Simes, et.al, 1959).

    Ekstraksi dan Fraksinasi

    Bunga senduduk segar sebanyak 2 kgdimaserasi menggunakan metanol selama 3x5hari. Maserat disaring dan filtratnyadigabungkan kemudian diuapkan pelarutnyamenggunakan rotary evaporator sehinggadiperoleh ekstrak kental metanol.

    Terhadap ekstrak kental metanoldilakukan fraksinasi cair antara fasa air danpelarut organik. Ekstrak kental metanol

    diencerkan dengan air 100 ml kemudianpindahkan ke dalam corong pisah. Fraksinasi

    menggunakan heksan sebanyak 15x50 ml.Fraksi heksan dipisahkan dan diuapkanpelarutnya dengan rotary evaporator sehinggadiperoleh fraksi kental heksan. Fasa air sisa

    kemudian difraksinasi kembali dengan etilasetat sebanyak 25x50 ml. Terhadap fraksi etilasetat dan fasa air dipisahkan dan masing-masing diuapkan pelarutnya sehingga diperolehfraksi kental etil asetat dan fraksi kental air.

    Kromatografi Lapis Tipis

    Sampel ditotolkan pada plat KLT silikagel PF254. Elusi dilakukan dengan eluen etilasetat-metanol (2:3). Keringkan plat kemudian

    lihat noda di lampu UV 254 nm dan 366 nm.Selain itu digunakan penampak noda berupa

    pereaksi warna seperti sitroborat, H2SO4, FeCl3dan uap iodium.

    Kromatografi Kertas Dua Arah

    Fraksi yang positif mengandung

    flavonoid dianalisa menggunakan kromatografikertas dua arah. Fraksi ditotolkan pada bagian

    kanan bawah kertas Whatman No 2 ukuran20x20 cm dan dielusi dengan butanol : asamasetat : air (4:1:5). Masukkan kertas ke dalambejana elusi lalu tutup bejana, biarkan eluennaik sampai batas atas lalu angkat kertas saring

    dan keringkan dengan Hair dryer. Masukkanpengelusi kedua asam asetat 15% ke dalambejana, lalu masukkan kertas saring yang sudahdiputar arah dan biarkan eluen naik sampai

    batas atas lalu keringkan dengan Hair dryer,kemudian amati bercak noda dibawah lampu

    UV lalu diberi penampak bercak.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil identifikasi pendahuluan terhadapkandungan flavonoid menunjukkan bahwabunga senduduk positif mengandung flavonoid.Ekstraksi dan fraksinasi dari 2 kg bunga segarsenduduk menghasilkan ekstrak dan fraksidengan jumlah seperti yang tertera di tabel

    berikut. Ekstrak dan fraksi juga diuji kandunganflavonoidnya dengan sianidin tes.

    Tabel 1. Bobot ekstrak dan fraksi serta hasil tessianidin.

    No Sampel Bobot Tes Sianidin

    1 Ekstrak

    Metanol

    55 g Merah muda

    (+)

    2 Fraksi

    Heksan

    7 g Hijau (-)

    3 Fraksi Etil

    asetat

    10 g Merah (+)

    4 Fraksi Air 23 g Kuning (+)

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    27/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 75

    Gambar 1. Hasil tes sianidin ekstrak dan fraksi-

    fraksi bunga senduduk

    Berdasarkan hasil tes sianidinmenunjukkan bahwa fraksi etil asetat

    mengandung flavonoid. Fraksi ini diperiksadengan kromatografi lapis tipis menggunakan

    pereaksi warna. Fraksi menunjukkan adanyanoda utama dengan Rf 0,6 disamping

    terdapatnya noda-noda minor lainnya.

    Gambar 2. Profil KLT fraksi etil asetat denganeluen etil asetat : metanol (2:3)

    Tabel 2. Warna bercak noda pada plat KLT darifraksi etil asetat dengan beberapapereaksi

    No Pereaksi Flavonoid

    1 Sitoborat Kuning muda

    2 H2SO4 Kuning

    3 FeCl3 Biru kehitaman

    4 Uap Iodium Kecoklatan

    Bercak noda dari fraksi etil asetatberwarna kuning setelah disemprot dengansitoborat, ini menunjukkan hasil positif adanya

    kandungan flavonoid. Perubahan warna nodamenjadi kecoklatan ketika dipaparkan dengan

    uap iodium menunjukkan noda tersebutmengandung senyawa-senyawa yang dapatteroksidasi.

    Analisa lanjutan mengenai golongan

    flavonoid yang mungkin terdapat dalam fraksietil asetat dilanjutkan dengan kromatografikertas 2 arah. Bercak pada KKt disemprotdengan pereaksi sitoborat sehingga

    menampakkan dua noda dengan Rf1= 0,37 danRf2 = 0,27. Golongan flavonoid yang

    terkandung dalam fraksi ini dianalisaberdasarkan letak bercak dan dibandingkan

    dengan literatur yang ada (Markham, 1988).Diduga noda Rf1 merupakan golongan Flavon

    di-O-glikosida dan noda Rf2 diduga golongan

    Flavonol 7-O-diglikosida.

    Gambar 3. Pola penyebaran Flavonoid denganKromatografi Kertas Dua Arah

    dengan Pengembang BAA(4:1:5)dan Asam asetat 15% menurutliteratur (Markham, 1988)

    Gambar 4. Pola Kromatografi Kertas Dua ArahFlavonoid Bunga Senduduk

    (Melastoma malabatricum L)

    dengan Pengembang BAA (4:1:5)dan Asam Asetat 15 %

    Rf 0,6

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    28/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 76

    KESIMPULAN

    Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan mengenai identifikasi senyawaflavonoid dari bunga senduduk (Melastomamalabatricum L) menunjukkan bahwatumbuhan ini positif mengandung flavonoid dan

    diduga terdapat senyawa golongan Flavon di-O-glikosida dan Flavonol 7-O-diglikosida pada

    fraksi etil asetat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Djamal, R., 2009, Prinsip-prinsip Dasar Isolasidan Identifikasi, UniversitasBaiturrahmah, Sumatra Barat.

    Markham, K.R., 1988, Techniques of FlavonoidIdentification (Cara MengidentifikasiFlavonoid), diterjemahkan oleh

    Padmawinata, Edisi II, InstitutTekhnologi Bandung, Bandung.

    Sunarti,S., 2000, Potensi Melastoma SebagaiTanaman Hias, Puslitbang Biologi-LIPI,

    Bogor.Uji,T., 1996, Pemanfaatan Tumbuhan Untuk

    Pengobatan Tradisional Oleh MasyarakatDari Beberapa Suku di Indonesia,Prosiding Simposium Nasional I

    Tumbuhan Obat dan Aromatika

    APINMAP, Hal.613-624.Wawo,A.H. dan Wiriadinata,H., 1996,

    Khasanah Tumbuhan Berkhasiat Obat diPulau Flores-Nusa Tenggara Timur danUpaya Pelestariannya, ProsidingSimposium Nasional I Tumbuhan Obat

    dan Aromatika APINMAP, Hal.551-565.

    Zuhud, 1995, Keanekaragaman Tumbuhan Obatdi Cagar Alam Pananjung Pangandaran,Prosiding Seminar Etobotani II,Hal.39-51.

    PROFIL METABOLIK PENDERITA HIPERTENSI TAK

    TERKONTROL DENGAN PREDIABETES DALAM PENGOBATAN

    AGEN PENGHAMBAT SISTEM RENIN ANGIOTENSIN

    ALDOSTERON

    Fredia Heppy

    Dosen PNSD Kopertis Wilayah X

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    29/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 77

    ABSTRACT

    Renin angiotensin aldosteron system (RAAS) antagonist has been proven as the best choise fordiabetic hypertension. Unfortunately there were lack data in prediabetic subjects. An observationalcross-sectional study has been done to describe metabolic profile of RAAS antagonist in uncontrolled

    hypertension subjects with prediabetes. Subjects were collected with consecutive for 6 months in M.Djamil hospital Padang. 22 subject were treaten by RAAS antagonist devided of 5 subjects treaten byAngiotensin converting enzyme(ACE) inhibitor and 17 subjects treaten by angiotensin receptorblocker (ARB). The results: metabolic profile such as plasma blood glucose, lipid profile, uric acyd,

    insulin and HOMA-IR were nearly in normal limit both of RAAS antagonist. No differences both ofthese group. But in controlling blood pressure, ARB was better than ACE inhibitor to control diastolic

    blood pressure wich successfull reached blood pressure target less than 85 mmHg. Conclusion:metabolic profile of prediabetic subjects treaten by RAAS antagonist nearly in normal limit and also

    blood pressure.

    Keywords : metabolic profile, prediabetes, uncontroll hypertension, Renin angiotensin aldosteron

    system antagonist.

    PENDAHULUAN

    Sistem renin angiotensin aldosteron

    (SRAA) merupakan sistem neurohormonalutama yang mengontrol tekanan darah.

    Pelepasan renin oleh sel juksta glomerulusakibat berbagai faktor akan mengaktifkan

    angiotensinogen yang merupakan peptidainaktif yang dihasilkan oleh sel hepatosit

    menjadi angiotensin I (ATI). Angiotensin Iyang beredar di sirkulasi mengalami perubahanmenjadi angiotensin II (ATII) melalui bantuanenzim angiotensin converting enzyme (ACE)yang berasal dari paru. ATII merupakan suatu

    vasokontriktor poten yang secara langsungmeningkatkan tekanan darah (Athyros, et al.2007). Ortiz et al. (2009) mendapatkan bahwapeningkatan tekanan darah setelah infus ATII

    sebanyak 60ng/menit selama 7 hari pada tikuspercobaan adalah dari 137 mmHg menjadi 207

    mmHg.2 ATII menghasilkan efek

    vasokonstriksi setelah berikatan denganreseptor 1 ATII (AT1R) yang berada padamembran sel otot polos vaskuler. Selain efek

    vasokonstriksi, ikatan ATII dengan reseptor inimenyebabkan pengaruh metabolik terhadapglukosa dan lipid plasma melalui aktivasi jalurproinflamasi (Athyros, et al. 2007).

    Pada penderita hipertensi, Korhonen, etal. (2008) mendapatkan gangguan metabolisme

    glukosa berupa diabetes melitus tipe 2 (DMT2),

    toleransi glukosa terganggu (TGT) dan gula

    darah puasa terganggu (GDPT) masing-masing

    sebanyak 6%, 20% dan 15%. TGT dan GDPTmerupakan gangguan metabolisme glukosa

    terbanyak dari penelitian tersebut. TGT danGDPT merupakan keadaan yang disebut dengan

    prediabetes. Sayangnya lebih dari 30% subyekdengan prediabetes berpotensi menjadi DMT2.

    Saat ini, DMT2 merupakan beban duniakesehatan secara global, dimana Shaw et al.

    (2010), melaporkan perkiraan angka kejadiandiabetes melitus secara global sebanyak 285juta jiwa (6,4%), diperkirakan meningkatmenjadi 439 juta jiwa (7,7%) pada tahun 2030.Sebanyak 69% peningkatan ini diduga terjadi di

    negara berkembang.

    Indonesia menempatiurutan ke-11 dari 91 negara dengan angkakejadian 4,8% yang diperkirakan menjadi 6%pada tahun 2030 (Shaw, et al., 2010)

    Tingginya angka kejadian diabetes secara

    global telah membuat para ahli yang tergabungdalam berbagai asosiasi internasional seperti

    American Heart Association (AHA) denganAmerican Diabetes Association (ADA) tahun

    2007 menetapkan bahwa penghambat SRAAseperti golongan ACE inhibitor dan ARByangmerupakan inhibitor ATIR adalah pilihan utamapada penderita hipertensi dengan diabetes tanpapenyakit jantung koroner. Keadaan hipertensidengan pradiabetes yang berisiko besar menjadidiabetes dianggap sama dengan penderita

    diabetes, sehingga obat penghambat ACE dan

    ARB juga pilihan utama (Buse, et al., 2007).

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    30/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 78

    Banyak literatur yang menyatakan bahwaagen penghambat SRAA memperbaiki statusmetabolik pasien diabetes dengan hipertensi.Namun pada prediabetes dengan hipertensi tak

    terkontrol tidak banyak dibahas peran obat initerhadap status metabolik. Sehingga perludiketahui bagaimana profil metabolik pasienhipertensi tak terkontrol dengan prediabetes

    yang telah mendapat obat penghambat SRAAdan rerata tekanan darah pada kedua golongan

    penghambat SRAA.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan suatu penelitiandeskriptif analitik dengan desain penelitiansuatu uji observasi secara potong lintang.Penelitian dilaksanakan di poliklinik PenyakitDalam dan khusus Ginjal hipertensi RSUP dr.M. Djamil Padang selama 6 bulan mulai bulan

    Juli 2011sampai Desember 2012.

    Populasi penelitian ini adalah pasienprediabetes dengan hipertensi yang telah

    mendapat penghambat SRAA di poliklinikumum Penyakit Dalam dan khusus ginjal

    hipertensi RSUP dr.M. Djamil Padang.Sampel adalah populasi dengan tekanan

    darah 130/80 mmHg setelah 1 bulan berobatteratur dengan obat penghambat SRAA,

    memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Padasubyek yang potensial dilakukan skrining awalkadar glukosa puasa dan 2 jam post prandial,elektrolit, ureum, kreatinin dan anamnesisriwayat penyakit. Kemudian diperiksa tekanandarah, tinggi badan (TB), berat badan (BB),lingkar pinggang dan TTGO. Jika pasien

    memenuhi kriteria penelitian dijelaskanprotokol penelitian dan dimintai persetujuanpenelitian. Kriteria inklusi pada penelitian iniadalah: prediabetes dengan tekanan darah

    130/80 mmHg, mendapat terapi penghambatSRAA minimal 1 bulan berobat dan makan obat

    teratur dengan dosis standar serta bersedia ikutdalam penelitian. Pasien dikeluarkan jikaditemukan keadaan berikut: mendapatkan obatdiuretik dan analgetik non steroid jangkapanjang, kontrasepsi hormonal dan hipertensi

    sekunder secara klinis.

    Penentuan sampel dilakukan dengan carakonsekutif. Terhadap semua subyek yangmemenuhi kriteria dilakukan pemeriksaan ujitoleransi glukosa oral (TTGO). Jika hasilTTGO diperoleh keadaan GDPT, TGT atau

    keduanya, maka subjek dimasukkan dalampenelitian. Subyek dimintai persetujuannya,kemudian dilakukan pemeriksaan tekanandarah, kadar glukosa darah puasa dan insulin

    basal, glukosa 2 jam post prandial, profil lipid,kadar kalium dan natrium. Resistensi insulin

    dihitung dengan perhitungan HOMA-IR. Datadianalisis secara statistik dengan SPSS versi 20.

    Kasus hipertensi dikatakan jika

    ditemukan tekanan darah sistolik >130 mmHg

    dan atau diastolik > 80 mmHg yang diperiksasetelah pasien istirahat dengan tenang selama 5menit dengan pemeriksaan memakaisfigmomanometer air raksa 2 kali pemeriksaanhari berbeda (Muchid, et al., 2006).

    Tekanan

    darah tak terkontrol jika tekanan darah tidak

    mencapai target terapi setelah makan obatsecara teratur sedikitnya 1 bulan (Williams, etal., 2004).

    Hipertensi sekunder adalah jika

    secara klinis didiagnosis sebagai hipertensi

    sekunder. Resistensi insulin jika ditemukannilai hitung HOMA-IR > 2,60 (Radziuk, 2000).

    Prediabetes adalah keadaan dengan: (Rao, etal., 2004)- Kadar glukosa plasma puasa 100 mg% dan

    < 126 mg% (GDPT)- Glukosa plasma 2 jam setelah TTGO 140

    mg% sampai 199 mg% (TGT)- GDPT dan TGT

    TTGO: pemeriksaan glukosa serum secaraenzimatik setelah puasa 10-12 jam

    dan 2 jam setelah pemberian glukosaoral 75 gram dalam 200 ml air(PERKENI, 2010).

    Penelitian dilakukan setelah mendapatpersetujuan dari Komite Etik Penelitian FKUnand/RS M. Djamil Padang. Terhadap pasiendiberikan penjelasan rinci apa yang akandilakukan, jika setuju pasien menandatanganipersetujuan ikut dalam penelitian (informedconsent).

    Hasil dan Pembahasan

    Telah dilakukan penelitian dari bulan Juli2011 sampai Januari 2012 terhadap subyek

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    31/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 79

    prediabetes dengan hipertensi yang tidakterkontrol dengan penghambat SRAA. Jumlahsampel sebanyak 22 orang. Penelitian dilakukandi poliklinik umum Penyakit Dalam dan khususGinjal Hipertensi. Semua subyek penelitian

    mendapat terapi standar, diet diabetes danrendah garam.

    Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian

    Variabel Obat

    ACEI

    Obat

    ARB

    p

    Umur, tahun

    (SD)

    58,40

    (9,04)

    61,29

    (6,95)

    0,45

    Jenis

    kelamin:

    Laki-laki,

    n (%)

    Perempuan,

    n (%)

    1 (20)

    4 (80)

    6 (35)

    11(65)

    0,53

    Lama

    berobat,

    tahun (SD)9,2

    (10,33)

    21,76

    (19,73)

    0,19

    Riwayat

    keluarga

    DMT2,n (%)

    0

    (0)

    7

    (41)

    IMT kg/m2

    (SD )

    25,38

    (3,09)

    25,34

    (5,29)

    0,98

    Pada tabel 1 terlihat bahwa rerata umur

    pada kelompok yang mendapat ARB lebih tua

    dibanding ACE inhibitor, perempuan lebihbanyak dibandingkan laki-laki, lama berobatlebih lama pada kelompok ARB dibandingACE inhibitor dengan IMT pada keduakelompok hampir sama. Tidak ada perbedaan

    bermakna antara kedua kelompok.

    Tabel 2. Profil metabolik subyek penelitian

    Variabel Obat

    ACEI

    Obat

    ARB

    p

    Gula darah:

    puasa, mg/dl

    2 jam post

    (SD)

    prandial,mg/dl

    (SD)

    95,40

    (13,69)

    153,40

    (26,62)

    103,00

    (13,68)

    139,77

    (30,93)

    0,29

    0,27

    Kolesterol

    total, mg/dl

    (SD)

    255,40

    (68,00)

    218,53

    (41,72)

    0,15

    Kolesterol

    LDL, mg/dl

    (SD)

    182,40

    (53,69)

    145,12

    (33,73)

    0,72

    Kolesterol

    HDL, mg/dl

    (SD)

    47,20

    (12,76)

    47,06

    (12,97)

    0,81

    Trigliserida,

    mg/dl (SD)

    128,60

    (58,95)

    140,77

    (86,55)

    0,97

    Asam urat

    serum, mg/dl

    (SD)

    6,18

    (1,28)

    5,95

    (1,70)

    0,78

    Ureum serum,

    mg/dl (SD)

    29,80

    (7,98)

    26,88

    (7,34)

    0,45

    Kreatinin

    serum, mg/dl

    (SD)

    1,08

    (0,36)

    0,91

    (0,27)

    0,27

    Insulin basal,

    U/L (SD)

    5,98

    (2,31)

    9,91

    (5,35)

    0,13

    Nilai HOMA-

    IR (SD)

    1,83

    (0,63)

    2,55

    (1,33)

    0,26

    Pada tabel 2 terlihat bahwa gula darahpuasa pada kelompok ACE inhibitor lebihrendah dibanding ARB, namun sebaliknya guladarah 2 jam post prandial. Akan tetapi tidak adaperbedaan bermakna secara statistik. Kolesterol

    total dan LDL terlihat lebih tinggi padakelompok ACE inhibitor dibanding ARB,

    sebaliknya dengan HDL dan trigliserida. Kadar

    asam urat terlihat lebih tinggi pada kelompok

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    32/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 80

    ACE inhibitor dibanding kelompok ARB.Sedangkan kadar insulin dan HOMA-IRsebaliknya. Semua parameter metabolik initidak berbeda bermakna secara statistik antarakedua golongan obat.

    Untuk melihat perbaikan kedua obatterhadap tekanan darah, telah dilakukanpengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik

    yang diuji secara statistik dengan hasil terlihatpada gambar 1.

    Gambar 1. Rerata tekanan darah pada keduagolongan obat penghambat SRAA

    Pada gambar 1 terlihat bahwa tekanan

    darah baik sistolik pada subyek yang mendapatobat ACE inhibitor lebih tinggi dibanding ARByaitu 146 mmHg banding 142 mmHg. Begitujuga dengan tekanan diastolik dimana pada

    golongan ACE inhibitor lebih tinggi dibandingARB yaitu 86 mmHg banding 82 mmHg.

    Namun ARB berhasil mencapai target tekanandiastolik

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    33/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 81

    bermakna dengan lama masing-masing adalahACE inhibitor 9,2 bulan (SD 10,33) dankelompok ARB 21,76 bulan (SD 19,73).

    Riwayat keluarga diabetes ditemukan

    sebanyak 36,36% pada subyek penelitian.Hampir sama dengan penelitian Benjamin et al.(2000) mendapatkan 44,3% subyek prediabetesmemiliki riwayat keluarga diabetes. Sama

    halnya dengan DMT2, prediabetes didasari olehdefek genetik pada beberapa gen yang

    menghasilkan resistensi insulin dan disfungsisel beta pankreas. Sehingga terdapat riwayat

    keluarga diabetes melitus cukup tiggi padasubyek penelitian ini.

    Indeks masa tubuh subyek padapenelitian ini adalah 25,35 (SD 4,81). Tidak adaperbedaan bermakna antara kedua kelompok(p=0,98). Hasil ini sesuai dengan penelitianFigueroa et al. (2011) dimana 45% pasienprediabetes dengan hipertensi memiliki indeks

    masa tubuh dalam kategori berat badan lebihdengan IMT 25-29,9 kg/m2. Akintundo et al.(2010), mendapatkan IMT pasien hipertensidengan prediabetes 26,9 kg/m2 (SD 5,31)

    dibanding subyek normoglikemia dengan rerataIMT 23,9 Kg/m2 (SD 3,5). Tingginya IMT

    diduga berdasarkan hipotesis vinson (2007)akibat adanya hubungan timbal balik positifantara angiotensin, AT1R dan kortisol yangberperanan dalam kerja jaringan adiposa.

    Angiotensin mengaktivasi kortisol yangberperan dalam pembentukan kegemukansehingga pada subyek dengan hipertensi seringditemukan IMT yang lebih tinggi.

    22

    Kadar glukosa puasa dan 2 jam postprandial pada penelitian ini masing-masing

    adalah 101,27 mg/dl (SD 13,74) dan 142,86mg/dl (SD 29,97). Pada kelompok ACEinhibitor, glukosa plasma puasa terlihat lebihrendah dibandingkan ARB, namun sebaliknya

    dengan glukosa plasma 2 jam post prandial.Akan tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna

    antara kedua kelompok (p>0,05). Hasil inisedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasildari Gangguly et al. (2008) dimana kadarglukosa plasma puasa 108 mg/dl (SD 7,2) padapasien prediabetes dengan hipertensi. Diduga

    pemakaian ARB mempengaruhi kadar glukosa

    plasma. Konkoh et al. (2010) mendapatkan

    bahwa pemberian ARB menurunkan kadarglukosa plasma 3 mg/dl.

    Gambaran profil lipid pada penelitian inididapatkan rerata kadar kolesterol total 226,91

    mg/dl (SD 49,56), kolesterol HDL 47,09 mg/dl(SD 12,61), kolesterol LDL 153,59 mg/dl (SD40,89) dan trigliserida 138,00 mg/dl (SD79,97). Tidak terdapat perbedaan bermakna

    antara kedua kelompok (p> 0,05).

    Dari gambaran profil lipid subyekpenelitian ini terlihat adanya keadaan hipoHDL

    dengan hiperLDL. Keadaan hipoHDL padaprediabetes, sebelumnya juga ditemukan pada

    penelitian Ganguly et al. (2008) dimana kadar

    HDL plasma adalah 46,40 mg/dl, namun kadarkolesterol LDL ditemukan lebih rendah yaitu131,49 mg/dl. Yunir et al. (2009) menemukanadanya peningkatan kadar trigliserida plasmapada prediabetes dengan TGT yaitu 161,23mg/dl. Pada prediabetes yang termasuk dalam

    sindroma resistensi insulin ditetapkanabnormalitas kolesterol berupahipertrigliseridemia dan hipoHDL walaupunbisa ditemukan keadaan peningkatan small

    dense LDL. Terdapat perbedaan profil lipidpada penelitian ini dengan penelitian terdahulu

    diduga akibat adanya variasi genetik dalamresistensi insulin. Tidak semua subyek denganresistensi insulin ditemukan keadaandislipidemia. Hal ini dibuktikan oleh Yunir etal. (2009) dimana pada prediabetes denganGDPT tidak ditemukan dislipidemia.

    Rerata kadar asam urat pada penelitianini 6,00 mg/dl (SD 1,59). Tidak terdapatperbedaan antara kedua kelompok secarastatistik (p=0,78). Asam urat pada keadaan

    resistensi insulin berhubungan denganpeningkatan kadar trigliserida dan penurunanHDL. Peningkatan asam urat 7 mg/dl padalaki-laki dan 6 mg/dl pada wanita ditemukan

    menjadi prediktor kuat adanya resistensiinsulin.

    Kadar insulin basal plasma pada subyekpenelitian ini rata-rata 9,02 U/ml. Tidakterdapat perbedaan bermakna antara keduakelompok (p=0,13). Hasil ini sedikit lebih

    rendah dibandingkan kadar insulin pada

    prediabetes dengan hipertensi yang diperoleholeh Zappe et al. (2008) dengan kadar insulin

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 2, No 2

    34/58

    SCIENTIA VOL. 2 NO. 2, AGUSTUS 2012

    ISSN : 2087-5045 82

    plasma puasa 13,25 U/ml (SD 9,8). Adanyaperbedaan dengan hasil dengan penelitianterdahulu akibat pemakaian diuretik sebanyak1% dari 430 sampel yang mempengaruhi kadarinsulin plasma. Sementara pada penelitian ini

    tidak ada riwayat pemakaian diuretik sebelumpasien mendapat tambahan obat. Subyek padapenelitian ini juga sudah mendapatkan obatACEI/ARB yang berpengaruh menurunkan

    kadar insulin plasma. Kon Koh et al. (2010)mendapatkan pada pasien hipertensi dalam

    terapi ACEI/ARB diperoleh nilai rata-ratainsulin basal 7,99 U/ml (SD 1,08). Pemberian

    ACEI menurunkan sekresi insulin sebanyak0,87 U/ml dan ARB menurunkan sebanyak

    1,28 U/ml.

    Nilai hitung HOMA-IR pada semuasubyek penelitian adalah 2,38 (SD 1,23). Tidakterdapat perbedaan bermakna secara statistikantara kedua kelompok (p=0,26). Hasil ini jugalebih rendah dibandingkan subyek prediabetes

    dengan hipertensi dari penelitian Zappe et al.(2008) dengan nilai HOMA-IR 3,85 unit.Perbedaan ini diduga juga akibat pemakaiandiuretik dan golongan penghambat reseptor

    adrenergik (9% sampel). Diuretik danpenghambat beta sama-sama mempengaruhi

    glukosa plasma dan pelepasan insulin, sehingganilai HOMA-IR bisa lebih tinggi. Walaupunkenyataannya pada subyek prediabetes tanpahipertensi dari penelitian Donahue et al. (2007)

    didapatkan rata-rata HOMA-IR wanita 3,3 (SD1,6) dan 3,7 (SD 1,9) subyek laki-laki. Lebihrendahnya nilai HOMA-IR pada penelitian inididuga akibat pemakaian obat golonganACEI/ARB yang sudah menjadi obat rutinsubyek penelitian. Golongan ACEI atau ARBdapat menurunkan HOMA-IR masing-masing

    0,17 dan 0,39. Sehingga pada subyek penelitianini diperoleh nilai HOMA-IR lebih rendah.

    Rerata nilai tekanan darah sistolik dan

    diastolik pada kedua kelompok adalah 144,00mmHg (SD 10,95) dan 85,25 mmHg (SD 5,73)

    setelah mendapat penghambat SRAA. Secaradeskriptif terlihat bahwa tekanan darah sistolikmaupun diastolik pada kelompok yangmendapat ARB lebih rendah dibanding yangmendapatkan ACE inhibitor, walaupun tidak

    terdapat perbedaan bermakna antara kedua

    kelompok. Namun pada kelompok ARBtekanan darah diastolik terlihat sudah mencapai

    target terapi, sedangkan pada kelompok ACEinhibitor masih belum mencapai target terapi.

    Hasil ini tidak begitu berbeda denganpenelitian Yutaka et al. (2008) dimana subyek

    yang tidak terkontrol dengan obat ACEI atauARB didapatkan tekanan darah sistolik 141,5mmHg (SD 7) dan tekanan darah diastolik 81,5mmHg (SD 9,5). Villecco et al. (2004) pada

    kelompok pasien obes mendapatkan reratatekanan darah si