jurnal nasional

20
ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN DALAM AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN (Studi pada Bursa Efek Jakarta) Lalu Roby Rajafi Gugus Irianto Universitas Brawijaya Abstract This research is about to analyze social and environmental disclosure of indus- tries in Indonesia as part of triple bottom line reporting in corporate social respon- sibility accounting with seeing their annual report at year 2005. This research focusses on the analysis of social information disclosure’s form and the analysis of the average differences of disclosure topics among industries groups listed at Jakarta Stock Exchange in the year o f2005. This research uses descriptive method to describe disclosure’s forms applied and the average differences of disclosure topics among industries groups listed at Ja- karta Stock Exchange. The annual reports were analyzed using content analysis method with Kruskall Walis’s non-parametric statistical test as a tools to examine the average differences of disclosure topics within these industries groups. Based on the Kruskal Wallis’s non-parametric test conducted, there are some significant differences among company groups in disclose environmental and em- ployment issues, while the disclosure of society issues tend to be illustrated in the same form. Each of this company groups are having a different perception about the disclosure topics they present in their Annual Report. Consequently, this has resulted a different topics to be disclosed: Agriculture and Mining emphasize on environtmental issues, Consumer Goods Industry (CGS), Property, Real Estate & Building Construction (PRE&BC), and Infrastructure, Utilities & Transportation (IU&T) are likely lean on employment issues, while Finance and Trade, Service & Investment (TSI) emphasize on society issues. This was happened because of the essential differences on company’s activities type, company’s sensitivities, and company’s goals. Key words: Triple bottom line reporting, social disclosure, and environmental disclosure Pendahuluan Proses globalisasi perdagangan telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak perusahaan multinasional terhadap kondisi sosial dan lingkun- gan hidup. Kesadaran ini menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Sebagai contoh, boikot terhadap produk sepatu Nike oleh war- ga di negara Eropa dan Amerika Serikat terjadi ketika pabrik pembuat sepatu Nike 56

description

jurnal nasional indonesia

Transcript of jurnal nasional

Page 1: jurnal nasional

ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN DALAM AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN

(Studi pada Bursa Efek Jakarta)

Lalu Roby Rajafi Gugus Irianto

Universitas Brawijaya

Abstract

This research is about to analyze social and environmental disclosure o f indus­tries in Indonesia as part o f triple bottom line reporting in corporate social respon­sibility accounting with seeing their annual report at year 2005. This research focusses on the analysis o f social information disclosure’s form and the analysis o f the average differences o f disclosure topics among industries groups listed at Jakarta Stock Exchange in the year o f2005.This research uses descriptive method to describe disclosure’s forms applied and the average differences o f disclosure topics among industries groups listed at Ja­karta Stock Exchange. The annual reports were analyzed using content analysis method with Kruskall Walis’s non-parametric statistical test as a tools to examine the average differences o f disclosure topics within these industries groups. Based on the Kruskal Wallis’s non-parametric test conducted, there are some significant differences among company groups in disclose environmental and em­ployment issues, while the disclosure o f society issues tend to be illustrated in the same form. Each o f this company groups are having a different perception about the disclosure topics they present in their Annual Report. Consequently, this has resulted a different topics to be disclosed: Agriculture and Mining emphasize on environtmental issues, Consumer Goods Industry (CGS), Property, Real Estate & Building Construction (PRE&BC), and Infrastructure, Utilities & Transportation (IU&T) are likely lean on employment issues, while Finance and Trade, Service & Investment (TSI) emphasize on society issues. This was happened because o f the essential differences on company’s activities type, company’s sensitivities, and company’s goals.

Key words: Triple bottom line reporting, social disclosure, and environmental disclosure

Pendahuluan

Proses globalisasi perdagangan telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak perusahaan multinasional terhadap kondisi sosial dan lingkun­gan hidup. Kesadaran ini menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Sebagai contoh, boikot terhadap produk sepatu Nike oleh war- ga di negara Eropa dan Amerika Serikat terjadi ketika pabrik pembuat sepatu Nike

56

Page 2: jurnal nasional

Raja.fi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

di Asia dan Afrika diberitakan mempekerjakan anak di bawah umur. Contoh lamnya adalah penerapan kebijakan dalam pemberian pinjaman dana oleh bank-bank Eropa. Umumnya bank-bank Eropa hanya akan memberikan pinjaman kepada perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yaitu pada saat membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan (Supomo,2004). Hal-hal seperti ini menyebabkan tekanan terhadap perusahaan untuk lebih memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitarnya menjadi lebih besar. Oleh karena itu dalam menjalankan usahanya, perusahaan perlu untuk mengedepankan konsep sustainability, yaitu suatu konsep yang memungkinkan semua kehidupan akan terus lestari, tentu saja juga bagi kehidupan perusahaan. Lestari disini bukan semat-mata hidup, tetapi hidup dengan baik dan bermanfaat bagi lingkungan dimanaperusahaan ini berada (Budiarsi, 2005) . . . ,

Perusahaan yang mengedepankan konsep sustainability tentu akan mener­jemahkan prinsip sustainability ke dalam strategi dan operasi perusahaan. Setelah setiap aspek dari perusahaan dipastikan telah dijiwai oleh prinsip sustainability, pe­rusahaan juga harus melakukan pengukuran kinerja dan kemudian mengkomuni- kasikan hal tersebut kepada para stakeholder-nya, dalam bentuk pelaporan kinerja yang mencakup tiga aspek yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Bentuk pel­aporan ini kemudian dikenal dengan istilah Triple Bottom Line Reporting. Pengu­kuran dan pelaporan kinerja ini dibutuhkan untuk membangun kepercayaan, men­jawab kebutuhan dan memperkuat dialog dengan stakeholder, untuk mengurangi resiko perusahaan dan menjaga reputasi, untuk mendorong perbaikan internal yang berkelanjutan, serta untuk mencapai keuntungan kompetitif atas modal, buruh, pe­masok dan pelanggan” (Sihotang, 2006).

Sampai saat ini, belum terdapat standar atau panduan yang berterima umum mengenai praktik triple bottom line reporting sehingga jenis informasi yang dilapor­kan mengenai ketiga aspek dalam triple bottom line reporting juga beragam dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Terlebih lagi untuk dimensi sosial dan lingkun­gan yang dipengaruhi oleh faktor budaya dari negara yang bersangkutan. Sebagai contoh norma mengenai kesamaan gender di tempat kerja dan upah minimum untuk buruh, berbeda antara negara satu dengan negara lain. Sampai saat ini, belum ter­dapat konsensus mengenai indikator-indikator tersebut.

Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No. 23/1997 tentang manajemen lingkungan dan aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Jakarta mengenai Prosedur dan Persyaratan Listing dan juga standar laporan keuangan (PSAK). Sejumlah perusahaan sudah membuat laporan mengenai pelaporan berkelanjutan secara tersendiri seperti misalnya Astra Internasi- onal, Aneka Tambang, Jaya Ancol dan Bukit Asam (Sihotang, 2006). Dengan adanya aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Jakarta mengenai Prosedur dan Persyaratan Listing mi diharapkan perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta akan memiliki kepdulian yang lebih tinggi terhadap permasala­han-permasalahan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Wujud perhatian perusahaan terhadap lingkungannya tampak dalam kegiatan dan kebijakan yang dilakukan dan digariskan oleh perusahaan. Akuntansi sebagai bagian yang tak terpisahkan dan dunia usaha ikut memberikan kontribusi dalam menanggapi perhatian sosial perusahaan tersebut dengan berkembangnya wacana akuntansi sosial termasuk di dalamnya pengungkapan sosial (social disclosures) dalam Triple Bottom Line Reporting. Sehingga pertanyaan yang muncul adalah, per­tama, bagaimana bentuk pengungkapan informasi sosial pada laporan tahunan yang

57

Page 3: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

telah dilakukan oleh perusahaan besar di Indonesia? Kedua, adakah perbedaan tema pengungkapan yang dilakukan oleh kelompok mdustri yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)?

Tinjauan Pustaka

Tanggung Jawab Sosial PerusahaanPengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Budiarsi (2005) menunjukkan beberapa definisi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukakan oleh beberapa penelitian sebelumnya, antara lain:

“Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan praktek bisnis transparan, yang didasarkan pada nilai-nilai etika, dengan memberikan perhatian pada karyawan, masyarakat dan lingkungan, serta dirancang untuk dapat meles­tarikan masyarakat secara umum dan juga para pemegang saham (CSRwire, 2005).”

“Tanggung jawab sosial adalah penerimaan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sos­ial sebagai nilai yang sepadan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan (Boone & Kurtz, 2002)”

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kewajiban setiap organisasi bis­nis atau perusahaan untuk ikut serta dalam kegiatan yang bertujuan melindungi serta meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, disamping kegiatan-kegiatan bisnis yang bertujuan untuk keperluan perusahaan dengan tetap memenuhi hukum dan prinsip-prinsip ekonomi.

Latar Belakang Tanggung Jawab Sosial PerusahaanPenyebab timbulnya tanggung jawab sosial adalah adanya pergeseran dari ori-

entasi pada shareholders ke stakeholders yaitu kecenderungan yang bergerak dari kegiatan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa melihat efek samping ke arah mencari laba yang berwawasan lingkungan (Harahap, 1997).

Menurut Belkoui (1984) dalam Harahap (1997) kecenderungan itu semua dapat kita lihat dari beberapa paradigma berikut ini:

a. Kecenderungan terhadap kesejahteraan sosialNegara tidak bisa hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan per­tanggungjawabannya.

b. Kecenderungan terhadap kesadaran lingkunganDalam literatur, paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm menuju the new environment paradigm. Paradigma yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik di bumi ini yang me­miliki kebutuhan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh kebutuhan makh­luk lain. Sebaliknya paradigma yang terakhir menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi atau politik.

Page 4: jurnal nasional

I Rajafi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

c. Perspektif ekosistemOrientasi yang terdahulu diarahkan pada pembangunan ekonomi efisiensi, profit maximation, dan menimbulkan krisis ekosistem.

d. Orientasi ekonomi vs orientasi sosialOrientasi ekonomi hanya mengarahkan kepuasan individual sebagai suatu unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya dalam orientasi sosial perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan dampak sos- îal yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Walaupun orientasi sosial ini belum tampak nyata, namun pengarah pemerintah dan tekanan sosial cenderung menguntungkan kepedulian sosial.

Bentuk-Bentuk Tanggungjawab Sosial PerusahaanBentuk tanggung jawab sosial perusahaan ini dapat berupa berbagai kegiatan

yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat di lingkungan perusahaan. Dengan dilaksanakannnya kegiatan-kegiatan ini, maka diharapkan masyarakat maupun perusahaan itu sendiri akan memperoleh manfaat bersama, baik dalam jangka pendek dan khususnya dalam jangka panjang.

Bradshaw dan Vogel (1981) dalam Usmansyah (1989) membagi secara garis be­sar bentuk tanggungjawab sosial perusahaan ke dalam tiga dimensi, yaitu.

1. Kedermawanan Perusahaan (Corporate Philanthrop)2. Tanggungjawab Perusahaan (Corporate Responsibility)3. Kebijakan Perusahaan (Corporate Policy)

Akuntansi Pertanggungjawaban SosialDiantara pendapat-pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akun­

tansi pertanggungjawaban sosial ini, masing-masing pendapat sifatnya hanya sal­ing melengkapi satu sama lain, belum ada kesepakatan definisi yang pasti. Bahkan dalam penetapan istilah pun belum ditemukan keseragaman. Ada yang menyebut disiplin ini sebagai Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, sebagian lagi memakai istilah Akuntansi Sosio Ekonomi, dan ada pula yang menyebut Akuntansi Sosial.

Ramanathan (1976, p. 519) dalam “Toward A Theory of Corporate Social Ac­counting” mengajukan definisi akuntansi sosial sebagai berikut:

“The process o f selecting firm level social performance variables, measures and measurement procedures; sistematically developing information useful fo r evalu­ating the firm ’s social performance and communicating such information to con­cerned social groups, both within and outside the f irm ’’.

Senada pendapat di atas Mathew (1993, p. 64) dalam Social Responsibility Accounting” menyodorkan batasan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dengan mengatakan:

“Social Responsibility Accounting (SRAJ is voluntary disclosure o f information, both qualitative and quantitative made by organization to inform or influence a range o f audience. The quantitative disclosure maybe in finansial or non finansial

term s.”

59

Page 5: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

Laporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial yang disajikan perusahaan bersifat sukarela, ini berarti bahwa perusahaan tidak harus untuk menyajikan lapo- ranpertanggungjawaban sosial ini. Laporan ini tidak hanya melaporkan hasil dari proses mengidentifikasi, mengukur, dan menilai segala bentuk kegiatan yang ber­hubungan dengan kegiatan sosial perusahaan tetapi sekaligus juga mempengaruhi pihak eksternal khususnya dalam hal pengambilan keputusan.

Pada intinya pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial mencakup be­berapa point sebagai berikut:

1. Menilai dampak sosial dari aktivitas perusahaan2. Mengukur efektivitas program sosial perusahaan3. Melaporkan seberapa jauh perusahaan tersebut memenuhi tanggungjawab

sosialnya.4. Menyediakan informasi baik internal maupun ekstenal yang memungkinkan

penilaian secara menyeluruh terhadap sumber daya dan dampaknya secara sosial maupun ekonomi.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melelui pelaporan akuntansi pertang­gungjawaban sosial, Ramanathan (1976) dalam Mathews (1993:68), merumuskan tu­juan disiplin ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mengukur kontribusi sosial netto perusahaan secara periodik yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang diin­ternalisasikan oleh perusahaan, namun juga kontribusi yang timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi segmen-segmen yang berbeda.

2. Membantu menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan yang se­cara langsung mempengaruhi relativitas sumber daya dan status kekuatan individu, masyarakat dan segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial yang diberikan secara luas pada suatu pihak dari inspirasi individu kepada pihak lain.

3. Memberikan kepada semua kelompok sosial informasi yang relevan tentang kebijakan, program dan suatu perusahaan terhadap tujuan sosial.

Tujuan yang diungkapkan oleh Ramanathan ini bertitik tolak dari adanya kon- trak sosial antara masyarakat dengan perusahaan. Dimana dalam kontrak tersebut masyarakat memberikan ijin berdiri kepada perusahaan sedangkan perusahaan berkewajiban untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Ditin­jau dari adanya kontrak sosial tersebut, maka tujuan dari akuntansi sosial adalah mengevaluasi sejauh mana perusahaan telah mematuhi kontrak sosialnya.

Pengungkapan SosialPengungkapan sosial bertujuan sebagai media untuk mengkomunikasikan real­

itas sosial untuk pengambilan keputusan ekonomis, sosial dan politis. Pengungkapan sosial juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dari kebutuhan-kebu­tuhan yang berkepentingan (interest groups) seperti serikat pekerja, aktivis lingkun­gan, dan kalangan yang lain.

American Accounting Association dalam Mathews (1993, p. 60-61) menyarank­an tiga tingkat pengukuran biaya sosial yang dapat digunakan dalam pengembangan akuntansi sosial yaitu:

a. Level I yaitu pengidentifikasian dan penjelasan secara kumulatif - naratif aktivitas sosial perusahaan misalnya pengidentifikasian emisi karbon dan

60

Page 6: jurnal nasional

Rajafi dan lrianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

limbah cair yang dapat merusak lingkungan atau identifikasi jenis kemasan tertentu suatu produk yang bisa dihancurkan oleh alam.

b. Level II yaitu aktivitas perusahaan diukur dalam satuan kuantitatif non moneter misalnya lama aliran polusi atau berdasarkan satuan standar yang telah ditetapkan seperti parts per million (ppm).

c. Level III yaitu upaya-upaya untuk mengkonversi satuan kuantitatif non moneter tersebut ke dalam satuan moneter.

Leveling tersebut tidak semata-mata digunakan sebagai ukuran untuk men­gungkapkan eksternalitas negatif. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan mereka juga menggunakan pola-pola (kualitatif, kuantitatif non moneter dan moneter) tersebut dalam menjelaskan kebijakan dan langkah-lang­kah yang diambil perusahaan. Bahkan dimungkinkan pula untuk mengungkapkan perhatian sosial perusahaan yang masih berupa agenda aksi (level o) dan bersifatdeklaratif (Choi, 1997, p. 8)

Tema-tema yang dikembangkan dalam wacana akuntansi pertanggung-jawaban sosial adalah tema yang terkait dengan stakeholders. Namun wacana ini membatasi diri pada masalah keuangan, seperti pemilik modal atau investor, dan pemermtah.

Adapun tema-tema yang termasuk dalam wacana akuntansi pertanggung-jawa­ban sosial (Glautier, 2000, p. 426) adalah:

1. Kemasyarakatan .. Tema ini mencakup aktivitas yang terkait dengan kemasyarakatan yang dn- kuti oleh perusahaan, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lain.

2. KetenagakerjaanTema ini meliputi dampak aktivitas organisasi pada orang-orang dalam or- ganisasi perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi rekruitment, program pela­tihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan sebagainya.

3. Produk dan konsumenTema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk/jasa, antara lain kegu­naan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam beriklan, kejelasan/ kelengkapan keterangan isi pada kemasan dan sebagainya.

4. Lingkungan hidup . . Tema ini mencakup aspek lingkungan dari proses produksi yang meliputi pengendalian polusi dalam mejalankan operasi bisnis, pencegahan-pencega­han atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konservasi sumber daya alam.

Triple Bottom Line ReportingKonsep Triple bottom line reporting dipopulerkan oleh John Elkington dalam

bukunya Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of the 21st Century Business pada tahun 1997 (Marr, 2006). Triple bottom line reporting adalah pelaporan yang terdiri atas tiga aspek yaitu: sosial, lingkungan, dan ekonomi. Seperti apa yang di- ungkapkan Marr (2006):

“Triple Bottom Line reporting is a method o f assessment o f which the primarygoal is toassess the performance o f an organisation through reporting on relevanteconomic, environmental and social factors.”

61

Page 7: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

Triple bottom line reporting merupakan pengembangan pemikiran dari akun­tansi konvensional menuju sustainability accounting.

Perusahaan melaporkan kondisi perusahaan dengan berbagai tujuan. Jika di­aplikasikan dengan tepat, Triple Bottom Line Reporting akan memberikan manfaat antara lain:

1. membentuk hubungan yang baik dengan stakeholders2. mengkondisikan resiko dengan mengidentifikasi area yang menjadi perha­

tian stakeholders dan bekerja sama dengan stakeholders secara proaktif.3. meningkatkan internal manajemen4. meningkatkan kontribusi perusahaan pada pembangunan peduli ling­

kungan

Kategori-kategori yang terdapat dalam tema-tema pengungkapan sosial tersebut adalah:

1. Tema Kemasyarakatana. Dukungan pada kegiatan masyarakat sekitar kantor dan pabrikb. Dukungan pada kegiatan seni dan budayac. Dukungan pada kegiatan olahragad. Dukungan pada dunia anake. Dukungan ke lembaga kerohanianf. Dukungan ke lembaga pendidikan (termasuk beasiswa, kesempatan

gang dan kegiatan penelitian)

g- Dukungan ke lembaga sosial lainnyah. Dukungan pada fasilitas umum

Tema Ketenagakerjaana. Keselamatan kerja (termasuk fasilitas keselamatan kerja)b. Kesehatanc. Koperasi karyawand. Kunjangan dan kesejahteraan (bantuan kesejahteraan untuk

keluarga karyawan, asuransi dan fasilitas transportasi)e. Kendidikan dan latihanf. Kesetaraan gender dalam kesempatan kerja

g- Kasilitas peribadatanh. Cuti karyawan

Tema Lingkungana. Kebijakan lingkunganb. Sertifikasi lingkungan dan amdalc. Penggunaan energid. Pencegahan/pengurangan polusi (pengelolaan limbah)e. Dukungan pada konservasi Lingkunganf. Dukungan pada konservasi satwa

g- Regulation Romplianceh. Rating

Penelitian-Penelitian TerdahuluPenelitian akuntansi sosial telah banyak dilakukan di negara-negara Eropa,

Amerika dannegara-negara di Asia. Adams et. al. (1997) meneliti Corporate Social Reportmg (CSR) pada berbagai industri di enam negara Eropa Barat; Hossain et. al. (2006) meneliti pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan di Banglades;

62

Page 8: jurnal nasional

II Rajafi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

Ratanajongkol (2006) meneliti tentang pengungkapan CSR di Thailand; Di Indonesia Anggraini (2006) meneliti tentang sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung jawabnya terhadap kepentingan sosial, dan Budiarsi (2005) meneliti mengenai Sus­tainability Corporate melalui pendekatan CSR.

Penelitian yang dilakukan Hackston & Milne (1996) pada perusahaan-perusa­haan publik di New Zealand membuktikan bahwa pengungkapan sosial yang dilaku­kan oleh perusahaan besar lebih tinggi daripada pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan kecil. Temuan lain, perusahaan high-profile melakukan pengungka­pan sosial yang lebih banyak daripada perusahaan low-profile.

Penelitian Hossain et. al. (2006) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pengungkapan sosial dan lingkungan, seperti yang terlihat pada hasil perhitungan nilai rata-rata pengungkapan sosial dan lingkungan di ban­gladeshi. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa sangat sedikit perusahaan di Banglades yang berupaya dengan sukarela untuk menyediakan informasi sosial dan lingkungan pada laporan tahunan mereka.

Penelitian Anggraini (2006) menemukan bahwa Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya, hal ini disebabkan oleh dikeluarkannya surat keputusan No. Kep-150/Men/2000 oleh Menteri Tenaga Kerja tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian di perusahaan. Serta dikeluarkannya PSAK No. 57 tentang kewajiban diestimasi, kewajiban ontinjensi dan Aktiva kontinjensi yang berlaku efek- tif mulai tanggai 1 Januari 2001. Hal ini berarti perusahaan akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang menghendakinya. Sedangkan untuk kinerja lingkungan, sangat sedikit perusahaan yang melakukan pengungkapan lingkungan ini pada laporan tahunan mereka.

Febryanis (2005) meneliti mengenai perbandingan pengungkapan sosial dan lingkungan oleh high profile industry sebelum krisis dan semasa krisis yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997 dan tahun 2001. Hasil penlitiannya menun­jukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengungkapan sosial dan lingkungan yang terjadi sebelum krisis dan semasa krisis.

HipotesisDalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis untuk mendukung jawaban

atas permasalahan yang ada. Perumusan hipotesis tersebut adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan tema pengungkapan yang dilakukan oleh kelompok industri yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta

H1 : Terdapat perbedaan tema pengungkapan yang dilakukan oleh kelompok industri yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta

Metodologi Penelitian

Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (description re­

search), yaitu metode yang menjelaskan dan menggambarkan karakteristik data agar hasil penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas. Laporan tahunan dianalisis dengan menggunakan metode content analysis, yaitu metode pengumpulan data me­lalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen untuk

63

Page 9: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik, seperti kategori isi, telaah, pem­berian kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi yang terdapat dalam dokumen (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Objek PenelitianMetode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah “purposive sam­

pling” berdasarkan pertimbangan, yaitu merupakan teknik pengambilan sampel se­cara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan ter­tentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Untuk menentukan ukuran sampel Gay dan Diehl (1992) dalam Mustafa (2000) mengatakan bahwa untuk penelitian deskriptif, jumlah sampelnya paling sedikit 10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal 30 elemen per kelom- pok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 20% dari jumlah populasi atau atau dua kali lipat dibandingkan degan yang disarankan oleh Gay dan Diehl dengan harapan untuk memperkuat validitas.

Dari populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 345 perusahaan, pemilih memilih sampel sebanyak 69 perusahaan. Besarnya sampel yang dipilih tiap kelompok proporsional dengan jumlah populasi tiap kelompoknya seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini diprioritaskan pada perusahaan dengan jumlah asset yang besar karena kemungki­nan pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan berasset besar lebih tinggi daripada perusahaan berasset sedikit (Hackston and Milne, 1996). Perusahaan yang telah terdaftar di BEJ, dikelompokkan menjadi sembilan kelompok berdasarkan sek­tor usahanya yaitu agriculture; mining; basic industry & chemicals; miscellaneous industry; consumer goods industry; property, real estate & building construction; in­frastructure, utilities & trasportation; finance ; trade, service & investment.

Tabel 1Penentuan jumlah sampel tiap kelompok

N.i

T "

, Kelompok X Elemen Yj Sampei tiap kdompok

Agriculture 10 22. Basic industry and chemicals 53 113. Consumer goods industry 36 74, Finance 67 135. Infrastructure, utilities & transportation 20 46. Mining 10 27. Miscellaneous industry 44 98. Property, real estate and building Construction 35 79. Trade, services & investment 70 14

...Total',-;;-: Y Y ; '■ 1 y :: : 345 69Sumber: Data sendiri yang diolah

DataDalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh

perusahaan. Data sekunder ini bersifat cross-sectional, yaitu data yang penulis olah dari laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini. Data tersebut

64

Page 10: jurnal nasional

[

Rajafi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

merupakan data utama yang penulis perlukan dalam penelitian ini. Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku teks, artikel, jurnal, dan data yang ber­sumber dari internet.

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode ini di- lakukan dengan mengamati, mencatat serta mempelajari catatan-catatan dan do­kumen dalam berbagai bentuk dan yang isinya berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dengan mengkaji beberapa literatur, artikel, majalah dan sumber-sumber lainnya yang mempunyai relevansi dengan masalah penelitian.

Teknik Análisis DataAnálisis Deskriptif Data

Dalam penelitian ini, akan digunakan beberapa analisis deskriptif data yaitu:a. Frekuensi Relatif (fi)

Merupakan bentuk persentase (%) dari nilai yang tercantum dalam tabel. Dalam penelitian ini akan digunakan untuk menghitung persentase dari un- sur pengungkapan per kelompok di banding dengan total unsur pengungka­pan yang seharusnya ada.

f i = — *100% n

dimana :fi = frekuensi relatif xi = nilai data n = jumlah total data

b. Rata-rata Hitung (x)Rata-rata hitung (arithmetic mean) yaitu jumlah dari semua rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Dalam penelitian ini rata-rata hitung akan digu­nakan untuk mencari rata-rata pengungkapan untuk semua perusahaan dalam kelompok

.T j + X 2 + X j + . . . + X n

ndimana :x = rata-rata hitung = nilai data n = jumlah data

Analisis Kuantitatif DataKegiatan pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan item-item

pengungkapan sosial yang ada dalam laporan tahunan. Proses kuantifikasi meng­gunakan teknik indexing yes/no approach berupa cecklist yang merupakan bentuk paiing sederhana dari metode content analysis. Pada teknik ini, angka 1 diberikan apabila suatu sub kategori diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan sam- pel, sedangkan angka 0 diberikan pada sub kategori yang tidak diungkap perusa­haan sampel. Sedangkan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipótesis komparatif adalah dengan uji beda rata-rata. Dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan t-tabel dan t-hitung:

• Jika t-hitung > t-tabel, maka HO ditolak atau P-value < 0,05• Jika t-hitung < t-tabel, maka HO diterima atau P-value > 0,05

65

Page 11: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

Dalam menguji hipótesis yang diteliti, peneliti menggunakan bantuan Software ststistik SPSS versi 12 dengan alat uji Kruskall Walis. Dalam Santoso (Santoso, 2002, p. 452) ditunjukkan bahwa alat uji Uji Kruskal Wallis adalah alat uji data yang digu­nakan pada statistik non parametrik untuk menguji data tiga sampel atau lebih tidak berhubungan (independen). Alat uji Kruskal Wallis digunakan karena:

1. Data penelitian adalah data kualitatif sehingga memiliki kecenderunganmenggunakan metode non parametrik.

2. Memiliki variabel bebas lebih dari satu yaitu :a. pengungkapan tema kemasyarakatan oleh perusahaanb. pengungkapan tema ketenagakerjaan oleh perusahaanc. pengungkapan tema lingkungan hidup oleh perusahaan

Penilaian yang digunakan untuk menilai pengungkapan sosial dalam Triple Bottom Line Reporting terdiri atas tiga tema pengungkapan yaitu ketenagakerjaan, kemasyarakatan, dan lingkungan hidup. Dan tiap-tiap tema tersebut dijabarkan dalam unsur-unsur pengungkapan sebagai berikut (Mattews, 1993):

Tabel 2Daftar Unsur-unsur Pengungkapan

No Tema pengungkapan Unsur-unsur Pengungkapan1. Kemasyarakatan a. Dukungan pada kegiatan kemasyarakatan

b. Dukungan pada seni dan budayac. Dukungan pada olah ragad. Dukungan pada dunia anake. Dukungan pada lembaga kerohanianf. Dukungan pada lembaga pendidikang. Dukungan pada lembaga sosialh. Dukungan pada fasilitas umum

2. Ketenagakerjaan a. Keselamatan kerjab. Kesehatanc. Koperasi karyawand. Tunjangan kesejahteraane. Pendidikan dan latihanf. Kesetaraan genderg. Fasilitas peribadatanh. Cuti karyawan

3. Lingkungan Hidup a. Kebijakan lingkunganb. Dukungan pada konservasi lingkunganc. Penggunaan energid. Dukungan pada konservasi satwae. pencegahan/pengurangan polusif. regulation Romplianccg. ratingh. Sertifikasi lingkungan dan amdal

Proses pemberian nilai akan dilakukan perkelompok. Setiap unsur dalam ke- lompok tersebut diberi nilai satu (1) jika terdapat pengungkapan yang diminta, dan

66

Page 12: jurnal nasional

fRajafi dan lrianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

nol (0) jika tidak terdapat pengungkapan yang diminta. Jumlah nilai maksimal tiap kelompok tergantung dari banyaknya unsur per kelompok yang bersangkutan sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Alasan pemberian nilai yang sama untuk setiap unsur dalam satu kelompok karena satu unsur dianggap memberikan satu informasi kepada para pemakai informasi. Jumlah unsur yang menjadi analisis adalah:

Tema 1 = 8 pointTema 2 = 8 pointTema 3 = 8 pointTotal = 24 point

Sedangkan bentuk pengungkapan sosial yang diungkapkan meliputi :1. Kualitatif Naratif

Bentuk ini adalah pendeskripsian suatu point pengungkapan sosial yang tidak menyebutkan bilangan tertentu.

2. Kualitatif Non MoneterPoint pengungkapan yang termasuk dalam bentuk ini adalah pengungkapan yang menyebutkan suatu bilangan di luar nilai moneter. Bilangan tersebut dapat berupa prosentase, ukuran teknis seperti kilogram, kubik dan seb- againya.

3. Kuantitatif MoneterPoint pengungkapan yang dinyatakan dalam satuan mata uang (moneter).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pelaksanaan PenelitianBerdasarkan metode pengambilan sampel yang digunakan, terpilih 69 perusa­

haan sampel yang mewakili 9 sektor dari seluruh populasi penelitian. Sampel yang diambil diprioritaskan pada perusahaan dengan jumlah asset yang besar karena kemungkinan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan berasset besar lebih tinggi dari perusahaan berasset kecil (Hackston and Milne, 1996).

Tabel 3Komposisi Sampel Berdasarkan Asset Perusahaan

Nilai Asset (Miliar Rupiah)

Agt: BIC rCGl ; Fin 1UT Min MIS PR TS y■ ¿A . “A-'

>5.000 5 4 13 4 2 4 2 5 39 56.524.000 - 4.999 2 1 2 1 6 8.703.000- 3.999 1 3 2 6 8.702.000-2.999 I 3 1 2 3 7 17 24.64

<1.999 1 1 1.45TOTAL 2 11 : 7 13 4 2 9 7 14 69 -=100

Sumber: Data Sendiri yang ciiolah

Sampel yang memiliki asset terbesar adalah PT. Bank Mandiri Tbk. (kelompok Finance) dengan nilai asset sebesar Rp 267.517 miliar. Sedangakan sampel dengan nilai asset terkecil adalah PT. Surya Citra Media Tbk. (kelompok Trade, Services & Investment) dengan asset sebesar Rp 1.823 miliar.

67

Page 13: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

Bentuk PengungkapanBentuk pengungkapan yang dilakkan perusahaan sampel, diuraikan dalam

tiga bentuk yaitu naratif kualitatif, kuantitatif non moneter, dan kuantitatif moneter. Dalam perusahaan sampel, unsur-unsur yang mendukung suatu tema pengungkapan diuraikan semua dalam bentuk naratif kualitatif. Beberapa unsur dilengkapi dengan keterangan non moneter dan beberapa unsur dijelaskan dalam satuan moneter.

Tema KemasyarakatanSemua unsur pengungkapan diuraikan secara naratif kualitatif, tentang keg­

iatan-kegiatan kemasyarakat yang dilakukan perusahaan, seperti membantu ma- syarakat sekitar pabrik untuk membangun fasilitas umum. Beberapa kegiatan di- ungkapkan perusahaan secara kuantitatif non moneter, seperti membantu 1.000 siswa yang kurang mampu dengan memberikan mereka beasiswa. Dan beberapa kegiatan diungkapkan secara langsung berapa biaya yang telah dikeluarkan oleh pe­rusahaan.

Berikut beberapa contoh pengungkapan tema kemasyarakatan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan sampel:

“.... Walau mengalami kesulitan keuangan perseroaan tetap memberikan ban­tuan dana yang diperlukan oleh dua sekolah menengah pertama, beasiswa dan bantuan pendidikan kepada lebih dari 1.000 murid melalui program “Orang Tua Asuh”... (PT. Indocement, 2005).”

”.... Sementara itu kepedulian terhadap kegiatan ekonomi dan kesejateraanmasyarakat sekitar diwujudkan dalam program bantuan untuk pengembanganusaha kecil dan koperasi, bantuan sosial dan BAZIS .... (PT Semen Gresik2005).” ’

Tema KetenagakerjaanSemua unsur pengungkapan diuraikan secara naratif kualitatif, tentang usaha-

usaha perusahaan dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja dan kesejahteraannya. Beberapa usaha perusahaan diungkapkan secara kuantitatif non moneter, tentang berapa jumlah tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan, berapa prosentase kenai­kan fasilitas penunjang bagi karyawan. Pengungkapan dalam bentuk moneter agak tinggi prosentasenya karena unsur pendidikan & pelatihan, tunjangan kesejahter­aan, diungkapkan perusahaan dalam catatan atas laporan keuangan sebagai beban yang dikeluarkan perusahaan.

Berikut beberapa contoh pengungkapan tema ketenagakerjaan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan sampel:

“..... Berbagai pelatihan guna meningkatkan keterampilan karyawan dilak­sanakan secara terprogram di Astra Management Development Institute (AMDI) oleh tenaga-tenaga instruktur terlatih dan berpengalaman..... (PT. Astra Inter­national, 2005).”

“ .....pengembangan keterampilan para karyawan pada semua tingkatan sangatpenting untuk mencapai keberhasilan yang berkesinambungan, perusahaan mendorong semua karyawan untuk mengikuti pelatihan yang disediakan. Peru­

68

Page 14: jurnal nasional

Rajafi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

sahaan mengalokasikan sumber daya untuk program-program pelatihan yang bersifat teknis maupun non teknis untuk semua karyawan.... (PT. Telekomu­nikasi Indonesia, 2005).”

Tema Lingkungan HidupAktivitas-aktivitas ramah lingkungan, kebijakan perusahaan terhadap lingku-

gan, diuraikan dalam bentuk naratif kualitatif. Aktivitas penambahan fasilitas pengo­lahan limbah diuraikan secara kuantitatif non moneter. Pengungkapan secara mon­eter juga ditemukan walaupun jumlahnya sangat sedikit.

Berikut beberapa contoh pengungkapan tema lingkungan hidup yang dilakukan oleh beberapa perusahaan sampel:

“ .... Perseroan selalu melakukan kegiatan pemantauan lingkungan denganadanya 2 unit pengolahan limbah uap DOP untuk digunakan dalam proses produksi lembaran PVC kembali, sehingga praktis tidak ada lagi limbah yang terbuang....(PT. Bumi Resources, 2005).”

“.... Pembentukan divisi keselamatan, kesehatan dan lingkungan (Safety,Health & Environment, atau SHE) hanyalah merupakan langkah awai yang telah ditempuh perseroan. Selama ini perseroan telah melakukan rangkaian demi rangkaian aktivitas yang secara langsung maupun tidak langsung mem­bantu manjaga lingkungan hidup kita. Salah satu diantaranya adalah program dengan nama “Produksi Bersih”.... (PT. Bakrie Land Tbk, 2005).”

“.... Dalam upaya perlindungan kebersihan lingkungan, perusahaan berusahamengurangi emisi debu dari pabrik pengolahan dengan menyelesaikan pene­litian dan rekayasa atas Prespitator Elektrotatis Tanur Pengering No. 2 untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40%.... (PT. Interna­tional Nickel Indonesia, 2005).”

Hasil PenelitianHasil Uji Variabel Secara Keseluruhan (overall equivalence)

Pengolahan data dilakukan menggunakan Software SPSS versi 12 dengan alat uji statistik non parametrik Kruskal Wallis. Hasil perhitungan Kruskal Wallis untuk pengujian secara keseluruhan ditunjukkan dalam tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4Hasil Pengolahan data dengan menggunakan alat uji non parametrik Kruskal Wallis

Test Statistics a,b

U nsurP enqC h i-S quare 6 .807df 2A sym p. S ig. .033

a. K ruska l W a llis Test

b- G roup ing V ariab le : T em aP eng

69

Page 15: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

Keputusan untuk menolak atau menerima HO dilakukan dengan cara memband­ingkan nilai statistik hitung Kruskal Wallis dengan nilai statistik tabel Chi-square. HO diterima jika nilai statistik hitung lebih kecil dari nilai statistik tabel dan akan ditolak jika terjadi sebaliknya. Selain itu juga dilakukan berdasarkan probabilitas, jika prob­abilitas > 0,05, maka H0 diterima, tapi jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai statistik hitung kruskal Wallis (sama dengan perhitungan Chi-square) adalah 6,807. Nilai statistik tabel diketahui dengan melihat tabel Chi-square, untuk df (derajat kebebasan) = 2 dan tingkat signifikansi (a) = 5%. Dari tabel Chi-square 4.3 di bawah ini telihat bahwa nilai statistik tabel yang didapat adalah 5,991. Sehingga diperoleh nilai statistik hitung Kruskal Wallis lebih besar dari pada nilai statistik tabel atau dengan kata lain H0 ditolak, ini berarti bahwa terdapat perbedaan tema pengungkapan antar kelompok industri yang terdaftar di BEJ tahun 2005.

Dapat dilihat juga pada kolom Asymp. Sig nilainya adalah 0,033 atau probabili­tas di bawah 0,05, yang berarti H0 ditolak.

Tabel 5Chi-square untuk signifikansi 5% dan 10%

Df Chi 5 Chi 101 3,8415 2,70552 5,9915 4,60523 7,8147 6,25144 9,4877 7,77945 11,0507 9,23646 12,5916 10,64467 14,0671 12,01708 15,5073 13,3616

Sumber: S a n to s o (2 0 0 2 h . 5 4 6 )

Hasil Uji Varian Tiap-tiap VariabelHasil perhitungan kruskal Wallis untuk pengujian varian tiap-tiap ditunjukkan

dalam tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 6Hasil Pengolahan data dengan menggunakan alat uji non parametrik Kruskal Wallis

Test Statisticsa b

M A S Y A R A K T E N A G A K E LIN G K U N GC hi-S q ua red fA sym p. S ig.

10.5498

.229

17.3958

.026

28 .0498

.000a - K ruska l W a llis Tes t

b- G roup ing V a riab le : S EK TO R

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai statistik hitung kruskal Wallis (sama den­gan perhitungan Chi-square) dan perbandingannya dengan nilai statistik tabel chi square adalah sebagai berikut:

70

Page 16: jurnal nasional

Rajafi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

tema kemasyarakatan terna tenaga kerja terna lingkungan

= 10,549 < 15,5073 = 17,395 > 15,5073 = 28.049 > 15,5073

Untuk terna kemasyarakatan nilai statistik hitung kruskal Wallis lebih besar dari nilai statistik tabel, dan nilai probabilitasnya adalah 0,229 sehingga H0 diterima yang berarti bahwa dalam tema kemasyarakatan tidak terdapat perbedaan tema pen­gungkapan antar kelompok industri.

Sedangkan untuk tema tenaga kerja dan lingkungan nilai statistik hitung Krus­kal Wallis keduanya lebih besar dari nilai statistik tabel. Selain itu nilai probabilitas keduanya juga dibawah 0,005 Sehinggga untuk kedua tema ini H0 ditolak, ini berarti untuk tema tenaga kerja dan lingkungan terdapat perbedaan tema pengungkapan antar kelompok industri.

Hasil Rata-Rata Kelompok dalam Tiap Tema PengungkapanHasil rata-rata kelompok dalam tiap tema pengungkapan menunjukkan:

Tema KemasyarakatanTotal rata-rata pengungkapan tema kemasyarakatan adalah 0,327. Total rata-

rata pengungkapan tema kemasyarakatan paling tinggi diantara ketiga tema pen­gungkapan, hal ini disebabkan oleh banyaknya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan terdapat 48 perusahaan (70%) dari 69 perusahaan sampel yang melaku­kan pengungkapan ini.

Kelompok dengan rata-rata tertinggi adalah kelompok Infrastructure, dan ke­lompok dengan rata-rata pengungkapan terendah adalah kelompok Basic Industry. Berikut ini berturut-turut kelompok perusahan dengan rata-rata tertinggi sampai ter­endah: Infrastructure (0,66); Mining (0,63); Finance (0,43); Miscellaneous (0,31); Con­sumer Goods Industry (0,29); Property, Real Estate & Building Construction (0,27); Agriculture (0,25); Trade, Service & Investment (0,24); Basic Industry (0,24).

Tema KetenagakerjaanTotal rata-rata pengungkapan tema ketenagakerjaan adalah 0,19. Tercatat 48

perusahaan (70%) dari 69 perusahaan sampel yang melakukan pengungkapan ini. Kelompok dengan rata-rata tertinggi adalah kelompok Miscellaneous Industry. Peru­sahaan dalam kelompok ini menyadari betapa pentingnya perlakuan yang baik pada tenaga kerja. Dengan tenaga kerja yang berkualitas, perusahaan akan diuntungkan karena perusahaan dapat melakukan aktivitasnya dengan hasil optimal tanpa ter­hambat oleh kondisi tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan asset perusahaan yang tidak hanya bernilai secara moneter tapi juga mempunyai nilai lain yang tidak dapat diungkapkan dengan satuan uang.

Berikut ini urutan kelompok perusahan dengan rata-rata tertinggi sampai ter­endah: Miscellaneous (0,38); Agriculture (0,31); Basic Industry (0,20); Infrastructure (0,19); Mining (0,19); Property, Real Estate & Building Construction (0,13); Trade, Service & Investment (0,13); Consumer Goods Industry (0,11); dan Finance (0,09).

Tema Lingkungan HidupTotal rata-rata pengungkapan tema lingkungan hidup adalah 0,17. Total rata-

rata pengungkapan tema lingkungan hidup lebih rendah dari pengungkapan tema ketenagakerjaan dan kemasyarakatan. Hal ini disebabkan oleh karena hanya peru­

71

Page 17: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

sahaan-perusahaan tertentu yang memiliki hubungan langsung dengan alam yang melakukan pengungkapan ini sebagai wujud dari tanggung jawabnya terhadap ling­kungan. Sedangkan perusahaan lain lebih memperhatikan permasalahan sosial dari­pada permasalahan lingkungan hidup. Tercatat ada 26 perusahaan (38%) dari 69 perusahaan sampel yang melakukan pengungkapan ini.

Kelompok dengan rata-rata tertinggi adalah kelompok Mining. Kelompok peru- sahan pertambangan dengan aktivitas produksinya mengambil bahan tambang dari perut bumi kemudian mengolah bahan tambang tersebut menjadi sesuatu yang mem­punyai nilai ekonomis yang tinggi, tentu sangat rentan terhadap kondisi lingkungan hidup di sekitarnya. Mengembalikan kondisi lingkungan seperti semula merupakan tanggung jawab perusahaan yang telah mengambil manfaat dari alam.

Berikut ini urutan kelompok industri dengan rata-rata tertinggi sampai teren­dah: Mining (0,66); Agriculture (0,44); Miscellaneous (0,14); Basic Industry (0,10); Consumer Goods Industry (0,09); Estate & Building Property, Real Construction (0,04); Finance (0,02); Trade, Service & Investment (0,02); dan Infrastructure (0,00).

Tabel 7Rata-Rata Pengungkapan Tiap Kelompok Industri

» Kelompok industri Kata-Rata Tema PengungkapanKemasyarakatan ; Ketenagakerjaan Liní-kimpian Hidup

Agriculture 0.25 0.31 0.44Basic Industry 0.24 0.20 0.10Consumer Goods Ind. 0.29 0.11 0.09Finance 0.43 0.09 0.02Infrastructure, Utilities 0,66 0.19 0.00Mining 0.63 0.19 0.66Miscellaneous 0.31 0.38 0.14Property, Real Estate 0.27 0.13 0.04Trade, service & Invest 0.24 0.13 0.02Total rata-rata ; ' : 0.37 0.19 ; : 0. ! 7 :/■Tabel 7 diatas, memperlihatkan kecenderungan tema yang diungkapkan oleh

perusahaan. Untuk tema tetenagakerjaan dan tema lingkungan kecenderungan tema yang diungkapkan tersebut tidak sama antar kelompok industri, hal ini bisa jadi disebabkan oleh jenis aktivitas perusahaan, sensitivitas perusahaan, dan sasaran perusahaan.

Dalam checklist yang digunakan sebagai sarana pengolahan data, terlihat jum- lah unsur-unsur yang diungkapkan oleh perusahaan adalah sangat terbatas. Sedikit- nya unsur-unsur yang diungkapkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh:

1. Perusahaan telah melakukan pengungkapan pada periode sebelumnya, se­hingga merasa tidak perlu mengungkapkanya lagi.

2. Perusahaan tidak merasa perlu melakukan pengungkapan pada unsur-un­sur tertentu, karena menganggapnya sebagai hal yang biasa. Misalnya peru­sahaan tidak mengungkapkan pemberian cuti kepada karyawan atau perha­tian pada kesetaraan gender, karena menganggap informasi tersebut sesuatu yang wajar dan dinilai tidak signifikan sehingga tidak perlu diungkap.

3. Laporan tahunan didesain untuk kepentingan shareholders, sehingga infor­masi yang dibutuhkan oleh stakeholders lain tidak diungkap dalam laporan

72

Page 18: jurnal nasional

Rajafi dan Iñanto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

tahunan. Perusahaan memilih media lain untuk pengungkapan selain ke­pada pemegang saham.

4. Tingkat kepedulian perusahaan yang masih rendah.

Bila kemungkinan-kemungkinan tersebut di atas benar, maka terdapat kesen­jangan antara aktivitas sosial dan lingkungan, dan pengungkapan sosial dan lingkun­gan dalam laporan tahunan. Artinya, perusahaan belum sepenuhnya memanfaatkan laporan tahunan sebagai sarana komunikasi antara pihak manajemen dengan para stakeholders di luar pemegang saham. Perusahaan masih memandang laporan ta­hunan hanya diperuntukkan kepada pemegang saham dan calon investor. Selain selain itu, rendahnya tingkat pengungkapan juga dimungkinkan terjadi karena faktor kepedulian perusahaan yang memang masih rendah.

Penutup

KesimpulanTriple Bottom Line Reporting telah diterapkan pada laporan tahunan perusa­

haan-perusahaan di Indonesia. Bentuk pengungkapan yang dilakukan perusahaan secara naratif kualitatif dilakukan oleh semua item yang mendukung tema, sebagian dilengkapai dengan kuantitatif non moneter, dan sebagian kecil dilengkapi dengan kuantitatif moneter.

Berdasarkan uji non parametrik Kruskal Wallis yang telah dilakukan, terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok industri dalam mengungkapkan tema lingkungan dan ketenagakerjaan. Sedangkan untuk tema kemasyarakatan tema pen- gungkapanya cenderung sama. Masing-masing kelompok industri mempunyai per- sepsi yang berbeda-beda tentang tema pengungkapan yang mereka tampilkan dalam Laporan Tahunan mereka. Sehingga kecenderungan tema yang mereka ungkapkan juga berbeda yaitu: kelompok Agriculture cenderung pada tema lingkungan hidup; Mining pada tema lingkungan hidup; Basic Industry pada tema ketenagakerjaan, Miscellaneous Industry pada tema lingkungan hidup; Consumer Goods Industry pada tema ketenagakerjaan; Property, Real Estate & Building Construction pada tema ke­tenagakerjaan; Infrastructure, Utilities & Transportation pada ketenagakerjaan; Fi­nance pada kemasyarakatan; Trade, Service & Investment pada kemasyarakatan. Hal ini terjadi karena perbedaan jenis aktivitas perusahaan, sensitivitas perusahaan, dan sasaran perusahaan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan triple bottom line reporting di Indonesia masih relatif kurang. Diduga perusahaan tidak memanfaatkan laporan tahunan sebagai media komunikasi antara perusahaan dan stakeholders. Kemung­kinan perusahaan hanya memanfaatkan laporan tahunan sebagai informasi bagi shareholders dan calon investor. Fakta lain yang menyebabkan rendahnya angka di atas adalah kemungkinan perusahaan memang hanya sedikit melakukan aktivitas terhadap lingkungan sekitarnya.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Namun penulis ber­

keyakinan keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak bersifat material. Keterbatasan tersebut antara lain:

1. Penggunaan sistem checklist mengakibatkan sulit membedakan kualitas pengungkapan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Misalnya

73

Page 19: jurnal nasional

TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

bila PT. B Tbk menjelaskan secara mendetail program-program pendidikan dan pelatihan, akan terlihat sama dengan PT. C Tbk yang hanya mengung­kapkan “.... Perusahaan mengadakan pelatihan bagi karyawan,...” . Dengan ini perbedaan intensitas maupun ekstensitas aktivitas tidak dapat dianalisa. Hal ini akan mengakibatkan power of test dari penelitian ini menjadi kurang kuat.

2. Beberapa perusahaan merupakan perusahaan induk atau holding compa­ny, sehingga dalam laporan tahunannya mereka juga melaporkan aktivitas anak perusahaan. Sehingga kegiatan yang dilakukan anak perusahaan akan sekaligus dianggap kegiatan seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan. Hal ini akan memungkinkan pengungkapan yang lebih banyak dari perusahaan bias a.

Saran-saran a. Saran untuk peneliti lain

Kepada peneliti lain yag memiliki minat dalam bidang akuntansi pertanggung­jawaban sosial, terutama pengungkapan Triple Bottom Line Reporting, penulis me­nyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyempurnakan daftar pengungkapan yang dipergunakan sebagai instru­men penelitian. Instrumen ini perlu selalu diperbaharui agar senantiasa sesuai dengan kondisi pada saat penelitian dilakukan. Penyempurnaan ini sebaiknya melibatkan pihak-pihak yang berkapasitas di bidang ini.

2. Memperluas ruang lingkup penelitian.

b. Saran untuk dunia usahaKepada kalangan dunia usaha, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :1. Perusahaan lebih memperhatiakan hubungan perusahaan dengan lingkun­

gan sekitarnya, mengingat antara perusahaan dan pihak-pihak tersebut sal­ing memiliki kepentingan. Perilaku perusahaan yang mengabaikan lingkun­gannya akan merugikan perusahaan. Sebaliknya, dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya, citra perusahaan akan semakin meningkat.

2. Perusahaan lebih memberdayakan laporan tahunan sebagai alat komuni- kasi antara perusahaan dengan stakeholders. Selama ini, laporan tahuanan terkesan didesain untuk kepentingan para shareholders, sedangkan kepent­ingan stakeholders lain (karyawan, masyarakat, konsumen, dan sebaginya) cenderung terabaikan.

Daftar Pustaka

Adams, Christian, Danielle Owen, Robert H. Gray, 1997, “Corporate Social Reporting: A Rebuttal of Legitimacy Theory”, Accounting & Business Research, Vol. 19, No. 76, pp. 43-52

Anggraini, Retno, Fr. Reni, 2006, “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus 2006, K-AKPM 24.

Belkaoui, Ahmed R., 1992, Accounting Theoiy, Third Editin, Academy Press Limited, LondonBelkaoui, Ahmed R., 1995, International and Multinational Accounting, The Dryden Press,

London.

74

Page 20: jurnal nasional

Rajafi dan Irianto, Análisis Pengungkapan Laporan Sosial

Budiarsi, Sri Yunan, 2005, “Corporate Sustainability: Melalui Pendekatan Corporate Social Responsibility”, Media Ekonomi, Tahun XV, No.2, pp. 115-135.

Choi, Frederick D.S; Gerhard G. Muller, 1997, Akuntansi Intemasional, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Davis, Keith, dan William C Frederick, 1995, Business and Society: Corporate Strategy, Public Policy, Ethic” 5th Edition, New York

De Viller, C J, 1998, “The Willingness of South Africans to Support More Green Report­ing”, South African Journal of Economic Management Sciences, Vol.l, No.l, pp. 145-167

Erlich, P., & Pirages, D. (1974). Ark II: Social Response to Environmental Imperatives. Vi­king Press, San Francisco

Estes, Ralph W, 1976, Corporate Social Accounting, John Wiley & Sons Inc., New York.Febryanis, Rima Moralita, 2005, “Análisis Pengungkapan Triple Bottom Line Reporting

dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Studi Perbandingan antara industri high profile sebelum dan semasa krisis yang Go Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakrta.”, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

Glautier, M.W.E. dan B. Underdown, 2000, Accounting Theory and Practice. 7th, FT Pren­tice Hall, London.

Hackston, David dan Markus J Milne, 1996, “Some Determinant of Social and Environmen­tal Disclosure in New Zealand Companies”, Accounting, Auditing, and Accountabil­ity Journal, Vol.9, No.l. pp 77-108

Harahap, Sofyan Safri, 1997, Akuntansi Islam, Bumi Aksara, Jakarta.Hossain, Amzad and Dora Marinova, 2006, “Assessing Tools for Sustainability: Bangladesh

Context”Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999. MetodologiPenelitian Bisnis untuk Akun­

tansi dan Manajemen. BPFE,Yogyakarta.Marr, Thelma, 2006, “Triple Bottom Line A Review for Local Government”, http://www.ies.

unsw.edu.au/current/Research%20Papers/Thelma%20Marr%20-%20Report%20o n%20Triple%20Bottom%20Line.pdf. Diakses tanggal 23 Maret 2007.

Mathews, M.R, 1993, Socially Responsibility Accounting, first edition, Dryden Press, Lon­don.

Mustafa, Hasan, 2000, “Tehnik Sampling” http://home.unpar.ac.id/-hasan/SAMPLING. doc, diakses tanggal 23 Maret 2007.

Ramanathan, Kavaseri V, 1976, “Toward a Theory of Corporate Social Accounting”, The Ac­counting Review, Vol. 6, No. 2, pp. 34-59.

Ratanajongkol, Sunee, Howard Davey, and Man,' Low, 2006 “Corporate social reporting in Thailand” Qualitative Research in Accounting & Management, Vol. 3 No. 1 pp. 67-83.

Santoso, Singgih, 2002, SPSS versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sonhadji, Achmad, 1989, “Akuntansi Sosial: Peranannya Dalam Mengukur Tanggung Jaw- ab Sosial Perusahaan”, Media Akuntansi, No. 10, Oktober, pp. 73-104.

Supomo, Sita, 2004, “Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Prinsip Good Corporate Government (GCG), http://mvw.republika.co.id/ diakses tanggal 23 Maret 2007

Usmansyah, 1989, “Telaah Alternatif Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial di Indonesia, Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial di Indonesia.”, Media Akuntansi, No. 10, Oktober, pp. 78 -91 .

Sihotang, Parulian, 2006, “Pengukuran dan Pelaporan Kinerja CSR”, IBL CCSR, http:// www.ima.or.id. diakses tanggal 23 Maret 2007

......................... , http://www.jsx.co.id