Jurnal anak sampel

22
1 Keperawatan Anak II Tugas Individu Analisis Jurnal KEPERAWATAN ANAK II Prone Positioning in Patients With Moderate and Severe Acute Respiratory Distress Syndrome OLEH : NOOR KAMELIA NIM. I1B109203

description

sop

Transcript of Jurnal anak sampel

Page 1: Jurnal anak sampel

1

Keperawatan Anak II

Tugas Individu Analisis Jurnal

KEPERAWATAN ANAK II

Prone Positioning in Patients With Moderate and Severe

Acute Respiratory Distress Syndrome

OLEH :

NOOR KAMELIA

NIM. I1B109203

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru, Februari 2012

Page 2: Jurnal anak sampel

2

Keperawatan Anak II

JUDUL

Prone Positioning in Patients With Moderate and Severe Acute Respiratory Distress

Syndrome (Posisi Pronasi pada Pasien dengan Acute Respiration Distress Syndrome

Sedang dan Berat)

LATAR BELAKANG

Acute Respirastion Distress Syndrome (ARDS) atau sindrom distress

pernapasan akut adalah kondisi klinis dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Posisi

pronasi biasanya disarankan untuk pasien dengan ARDS, untuk orang yang memiliki

fraksi dari oksigen inspirasi (FIO2) atau tekanan dataran tinggi yang berpotensi

membuat mekanisme ventilasi menjadi berbahaya. Selain itu, posisi pronasi telah

dianjurkan sebagai pertolongan untuk hipoksemia berat, karena efek positif pada

oksigenasi, hal ini telah didokumentasikan sejak tahun 1979.

Namun, belum ada uji klinis yang menunjukkan penurunan tingkat kematian

secara signifikan terkait dengan posisi pronasi. Dalam penelitian acak sebelumnya

yang telah diamati, pada hipotesis umum analisa post hoc, bahwa dalam subkelompok

pasien dengan hipoksemia berat dan ARDS, kelangsungan hidup lebih baik dengan

posisi pronasi daripada posisi supinasi. Dalam penelitian, posisi pronasi dengan

membatasi 6 jam per hari, dilakukan sampai dengan 10 hari, dan tanpa modifikasi

pengaturan ventilasi mekanik diperbolehkan ketika dilakukan perubahan posisi dari

supinasi menjadi pronasi pada pasien.

Sejak penelitian tersebut selesai, bukti baru telah tersedia antara lain:

1. ARDS Network menunjukkan bahaya pasti dari mekanisme ventilasi volume

tidal yang tinggi.

2. Laboratorium menyarankan bahwa posisi pronasi mampu mencegah atau

menunda pengembangan ventilator akibat cedera pada paru-paru, mungkin

karena distribusi yang homogen dari stres dan tegangan paru.

Page 3: Jurnal anak sampel

3

Keperawatan Anak II

3. Percobaan lain dengan posisi pronasi yang berkepanjangan hingga 20 jam per

hari dan tanpa batas 10 hari telah menunjukkan tren terhadap manfaat

kelangsungan hidup.

Hal-hal diatas merupakan sinyal positif, namun secara statistik tidak

signifikan karena populasi yang terdaftar lebih kecil dari yang direncanakan dan

dikarenakan alasan logistik dan ekonomi. Oleh karena itu, atas dasar mengakuisisi

informasi, para peneliti memutuskan untuk mengadakan percobaan kedua, penelitian

Pronasi-Supinasi II (PSII) untuk mendeteksi posisi yang lebih berpotensi memberikan

manfaat dalam kelangsungan hidup. Oleh karena itu, hanya pasien dengan ARDS

yang dimasukkan dalam subkelompok pasien dengan hipoksemia sedang dan

subkelompok pasien dengan hipoksemia berat. Selain itu, ventilasi mekanik

diberikan sejalan dengan strategi pelindung paru-paru baik dalam posisi pronasi dan

supinasi, dan posisi pronasi harian dalam 20 jam, tanpa batasan 10 hari.

TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kemungkinan keuntungan dari

posisi pronasi pada pasien dengan hipoksemia sedang dan hipoksemia berat yang

terinfeksi ARDS.

METODE

Desain Penelitian dan Peserta

Penelitian PSII akan menginvestigasi pada populasi pasien dengan ARDS,

apakah posisi pronasi dapat meningkatkan kelangsungan hidup dibandingkan posisi

supinasi. Pada percobaan acak terkontrol peneliti merekrut pasien dari 25 unit

perawatan intensif (ICU) di Itali (23 pusat) dan Spanyol (2 pusat). Percobaan ini

disetujui oleh badan institusi tinjauan dari masing-masing rumah sakit. Persetujuan

tertulis diperoleh sesuai dengan peraturan nasional dari lembaga yang berpartisipasi

(persetujuan ditunda di Itali sampai setelah pasien pulih dari efek sedasi dan

Page 4: Jurnal anak sampel

4

Keperawatan Anak II

diperoleh dari keluarga terdekat dari pasien di Spanyol, tidak ada penolakan setelah

terdaftar dengan pengaturan baik).

Pasien dianggap memenuhi syarat jika mereka menerima ventilasi mekanik

secara intensif dan memenuhi kriteria diagnostik dari ARDS, yaitu rasio PaO2:FIO2

sama dengan atau lebih rendah dari 200mmHg, sebagaimana dinilai dengan analisis

gas darah (ABG) yang dilakukan dengan positive end expiratory pressure (PEEP)

antara 5 dan 10 cm H2O, pada randomisasi pasien dikelompokkan menurut beratnya

hipoksemia. Subkelompok pasien dengan hipoksemia sedang diartikan dengan rasio

PaO2:FIO2 lebih rendah dari 100 mmHg.

Kriteria eksklusi adalah yang berusia kurang dari 16 tahun, lebih dari 72 jam

berlalu sejak didiagnosis ARDS oleh dokter yang hadir, sejarah dari organ solid atau

transplantasi sumsum tulang, dan setiap kondisi klinis yang kontraindikasi dengan

penggunaan posisi pronasi (misalnya hipertensi intracranial, fraktur tulang belakang

atau fraktur pelvis).

Alokasi pasien dari kelompok pronasi atau supinasi diberikan dengan sistem

operasi pusat telepon secara acak dengan dasar 24 jam/hari, 7 hari/minggu.

Pengacakan dihasilkan dari computer dengan alogaritma permuted-block, dengan

stratifikasi pasien berdasarkan beratnya hipoksemia dan pusat partisipan.

Kerangka Penelitian

Page 5: Jurnal anak sampel

5

Keperawatan Anak II

Prosedur dan Hasil

Pasien diacak untuk kelompok pronasi dalam posisi pronasi paling sedikit 20

jam perhari, sampai resolusi dari kegagalan napas akut (termasuk untuk prosedur

protocol) atau akhir dari periode penelitian 28 hari. Posisi pronasi dipakai dengan

menggunakan rotasi dari kasur. Pada 20 center partisipan dan digunakan secara

manual pada 5 center partisipan. Pada kelompok supinasi, posisi pronasi dapat

digunakan hanya sebagai alat penolong pada kasus terapi hipoksemia (misalnya PaO2

< 55mmHg pada FIO2=1.00 dan PEEP > 15cmH2O).

Ventilasi mekanik diberikan sesuai peraturan protokol pada kelompok

penelitian. Pada faktanya, volume tidal mendekati maksimum 8mL/kg dari berat

badan ideal dan tekanan pernapasan dataran tinggi dengan batas 30 cmH2O. untuk

mencapai target oksigenasi (yaitu PaO2 antara 70-90 mmHg), peneliti menyarankan

bahwa FIO2 dan PEEP diatur sesuai tabel yang telah ditetapkan oleh peneliti (set

minimal FIO2 0,3 pada PEEP= 5cmH2O, set maksimal FIO2 1,0 pada PEEP= 20-

24cmH2O). Respiratory rate ditetapkan untuk menjaga pH arteri darah antara 7,7 dan

7,45. Keputusan tentang intervensi terapi lain (misalnya nutrisi, obat penenang, terapi

antibiotic, ventilasi mekanik) yang tidak ditentukan dalam protocol penelitian. Para

peneliti diminta untuk melaporkan penggunaan dari pengobatan nonkonvensional

seperti frekuensi tinggi ventilasi berosiliasi, penggunaan inhalan nitrit oksida, atau

dukungan ekstrakorporeal jantung.

Data demografi, kode diagnosis utama, dan keparahan dari penyakit yang

dikaji dengan Simplified Organ Failure Assessment Score II yang tercatat selama

pendaftaran penelitian. Periode penelitian selama 28 hari, skor Sequential Organ

Failure Assessment (SOFA) dikumpulkan setiap hari untuk mengevaluasi keparahan

dari disfungsi organ. Efek samping terkait untuk mengubah posisi pasien dari posisi

supinasi menjadi pronasi atau sebaliknya (misalnya memindahkan tube dan garis)

atau yang berhubungan dengan posisi pronasi (misalnya untuk meningkatkan sedasi)

yang juga dicatat setiap hari. Variabel fisiologi yang tercatat pada interval 12 jam:

pada pagi hari, pasien dari kedua kelompok pada posisi supinasi, sedangkan pada

Page 6: Jurnal anak sampel

6

Keperawatan Anak II

malam hari pasien dalam posisi pronasi atau supinasi, menurut pengacakan

kelompok.

Ukuran hasil primer adalah kematian dari setiap penyebab, dinilai 28 hari

setelah pendaftaran dalam penelitian. Ukuran hasil sekunder adalah kematian dari

setiap penyebab dengan berbagai penyebab setelah 6 bulan keluar dari unit perawatan

intensif. Yang terakhir merupakan jumlah hari, selama periode penelitian 28 hari

dimana pasien telah bernapas tanpa bantuan apapun dan didefinisikan untuk menjadi

sama 0 pada pasien yang meninggal selama periode penelitian. Hasil data yang ada

selama penelitian hanya untuk anggota dari data dan badan monitoring pengamanan

untuk analisis sementara.

Analisis Statistik

Perkiraan angka kematian dalam 28 hari penelitian dari 50% pada kelompok

supinasi dan diperkirakan mutlak terjadi penurunan 15% angka kematian di

kelompok pronasi, peneliti menghitung bahwa sampel yang diperlukan ada 340 (2-

tailed α=0.05, 50% power). Analisis sementara untuk menilai kemanjuran dan

keamanan dari percobaan, ketika data yang tersedia 170 dari pasien secara acak

(November 2006), dengan menggunakan prosedur dari Peto. Dengan demikian, yang

berhubungan dengan tingkat signifikansi untuk menghentikan percobaan adalah

P<0.001.

Semua analisis dilakukan pada seluruh populasi (yaitu semua pasien yang

terdaftar dalam penelitian PSII) dan untuk subkelompok dari pasien dengan

hipoksemia sedang dan berat. Hasil dan komplikasi dibandingkan tanpa penyesuaian

untuk beberapa perbandingan, menggunakan uji t, uji χ2, atau uji Wilcoxon-Mann

Whitney yang sesuai. Analisis 2 faktor dari varian digunakan untuk uji waktu dan

efek kelompok. Hasil utama diandingkan dengan menggunakan uji χ2. Kurva Kaplan-

Meier digunakan untuk memperkirakan kelangsungan hidup pada kedua kelompok

penelitian dengan menggunakan log-rank test. Analisis logistik regresi digunakan

Page 7: Jurnal anak sampel

7

Keperawatan Anak II

untuk menguji interaksi antara hipoksemia berat (yaitu sedang vs berat) dan

pengobatan (yaitu posisi pronasi vs supinasi) berkaitan dengan angka kematian.

Variabel-variabel kontinu yang sesuai ditunjukkan sebagai rata-rata (SD) atau

median (range interkuartil). Analisis stastistik dilakukan dengan menggunakan SAS

versi 9.1, analisis 2-tailed P<0,05 dianggap signifikan secara statistik untuk setiap

pengujian.

Kurva Kaplan-Meler dari Populasi Penelitian Pronasi-Supinasi II: Seluruh Populasi dan Pasien dengan Hipoksemia Sedang dan Berat

HASIL

Populasi Penelitian

Dari Februari 2004 sampai Juni 2008, 344 pasien secara acak dimasukkan

dalam penelitian PSII. Ada 342 pasien (ada 168 pasien pada kelompok pronasi dan

174 pada kelompok supinasi) dianalisis: 192 pasien dikelompok menjadi

subkelompok dari pasien dengan hipoksemia berat (94 pronasi, 98 supinasi) dan 150

menjadi subkelompok dengan hipoksemia sedang (74 pronasi, 76 supinasi).

Karakteristik dasar pdari populasi penelitian dapat terlihat pada tabel 1. Pasien

dengan hipoksemia berat secara independen ditetapkan dari pengobatan, yang

ditandai dengan gejala klinis lebih berat dan angka kematian yang tinggi disbanding

hipoksemia sedang.

Page 8: Jurnal anak sampel

8

Keperawatan Anak II

Tabel 1. Karakteristik Dasar dari Populasi Penelitian Pronasi-Supinasi II (PSII)

Posisi Pronasi

Pasien yang terdaftar dari kelompok pronasi yang berventilasi dalam posisi

pronasi dari 1397 menjadi 2760 pasien per hari (51%). Setiap pasien rata-rata

mengalami 8,4 sesi (SD 6,3) pronasi yang berlangsung selama 18 jam per hari

(SD=4). Target 20 jam harian telah tercapai sepenuhnya pada 1086 dari 1397 pasien

per hari (77,8%). Alasan utama untuk tidak menyelesaikan target 20 jam terkait

dengan kebutuhan untuk melakukan prosedur klinis lainnya.

34 pasien (20,2%) pada kelompok pronasi tidak menerima pengobatan

sekalipun, karena ketidakstabilan hemodinamik berat (13 pasien), edema wajah (7

pasien), terus menerus terapi penggantian kerusakan ginjal (3 pasien), atau alasan lain

Page 9: Jurnal anak sampel

9

Keperawatan Anak II

(misalnya potensi penggantian dada/trakheotomi tube, edema cerebral, perdarahan

alveoli) (11 pasien), untuk total 160 dari 2760 pasien per hari (5,8%) dari pelanggaran

protokol. 20 pasien (11,5%) pada kelompok supinasi menerima posisi pronasi sebagai

prosedur pertolongan, untuk total 51 dari 2764 pasien perhari (1,9%) dari pelanggaran

protocol.

Pengobatan nonkonvensional diterapkan untuk penyembuhan hipoksemia

hanya pada 4 pasien (2 dari masing-masing kelompok) dan terdiri dari dukungan

ekstrakorpporeal jantung.

Variabel Time Course Pernapasan dan Skor SOFA

Time course pernapasan pada 7 hari pertama dan skor SOFA adalah variable

pernapasan yang paling relevan. Rasio PaO2:FIO2 di seluruh populasi secara

signifikan lebih tinggi pada kelompok pronasi dibandingkan dengan kelompok

supinasi. Sementara PEEP, volume tidal, dan jumlah ventilasi permenit sama pada

kedua kelompok. Pola yang sama juga diamati pada pasien dengan hipoksemia

sedang dan berat (oksigenasi lebih tinggi pada kelompok pronasi daripada kelompok

supinasi, dengan FIO2 lebih rendah). Rangkaian waktu skor SOFA sama antara

kelompok pronasi dan supinasi di semua populasi, serta pada pasien hipoksemia

sedang dan berat.

Hasil

Hasil yang didapat berupa angka kematian pada pasien pronasi dan supinasi

pada 28 hari, keluar dari unit perawatan intensif, dan 6 bulan untuk seluruh populasi

penelitian PSII, dan pasien dengan hipoksemia sedang dan berat. Dari hasil tersebut

terlihat perbedaan angka kematian antara pasien kelompok pronasi dan kelompok

supinasi tidak mencapai statistic yang signifikan pada titik apapun. Namun, peneliti

mengamati secara statistik tidak signifikan 10% pada perbedaan yang mendukung

kelompok pronasi pada subkelompok dari pasien dengan hipoksemia berat.

Page 10: Jurnal anak sampel

10

Keperawatan Anak II

Dilakukan uji interaksi antara kelompok perlakuan dan subkelompok hipoksemia

berat dengan hasil tidak signifikan (P=0,28).

Median skor SOFA, hari bebas ventilator, dan tinggal dalam waktu lama di

unit perawatan intensif juga sama antara pasien pronasi dan supinasi, baik dalam

seluruh populasi penelitan PSII dan subkelompok dari pasien dengan hipoksemia

sedang dan berat.

Komplikasi

Dilaporkan adanya komplikasi klinis yang releve yang diamati selama

penelitian. Signifikansi lebih besar pada pasien dari kelompok pronasi, sebagai

perbandingan dengan kelompok supinasi, dengan minimal mengalami 1 komplikasi

(159/168 [94,6%] pada kelompok pronasi vs 133/174 [76,4%] pada kelompok supiasi

P<0,001). Selain itu, kejadian komplikasi yang paling sering adalah peningkatan

sedasi, kelumpuhan otot, ketidakstabilan hemodinamik. Komplikasi secara signifikan

paling sering pada kelompok pronasi dibandingkan kelompok supinasi. Sejumlah

komplikasi yang dialami selama masa studi 28 hari ditemukan secara signifikan

berkorelasi dengan jumlah hari pasien pada kelompok pronasi dan kelompok supinasi

dalam penelitian.

Komentar

Ketika percobaan PSII direncanakan, usaha ini dibuat untuk memperbaiki

masalah-masalah yang telah ada, mungkin sebagai alasan untuk penemuan negatif

dari uji percobaan sebelumnya yaitu kurangnya standar protokol ventilasi mekanik.

Durasi yang pendek dari periode posisi pronasi, keterlambatan posisi pronasi setelah

didiagnosis ARDS, dan rendahnya tingkat keparahan dari pasien yang terdaftar dalam

percobaan. Masing-masing masalah ini patut untuk dikomentari.

Latar belakang hipotesis penelitian PSII ini bahwa ventilasi mekanis dapat

kurang berbahaya jika diterapkan dalam posisi pronasi dibandingkan jika diterapkan

dalam posisi supinasi, karena untuk diakui menjadi lebih baik dengan homogenitas

Page 11: Jurnal anak sampel

11

Keperawatan Anak II

lebih besar dari distribusi stress dan ketegangan parenkim jantung ketika ventilasi

mekanik diterapkan pada posisi pronasi. Oleh karena itu, sebelum diterapkan dan

semakin lama waktu yang dihabiskan untuk posisi pronasi, semakin besar

kemungkinan keuntungan yang diharapkan. Untuk itu dalam penelitian PSII, saeperti

pada percobaan sebelumnya yang dilakukan oleh Mancebo et al, posisi pronasi

diterapkan dalam waktu 72 jam dari diagnosis (ARDS awal) dan jadwal sampai 20

jam perhari.

Namun pada PSII peneliti tidak dapat menemukan keuntungan yang

signifikan dalam strategi ini, karena hasil yang ditemukan sama dengan 2 percobaan

sebelumnya, dimana posisi pronasi dijadwalkan hanya untuk 6 jam sampai 8 jam

perhari.

Sebaliknya untuk komplikasi hampir 3 kali dari yang diamati pada penelitian

sebelumnya. Karena periode dari posisi pronasi juga berlangsung 3 kali lebih lama,

sehingga meningkatkan angka komplikasi dengan waktu yang lebih lama pada posisi

pronasi.

Akhirnya, karena penelitian peneliti sebelumnya menyarankan bahwa hanya

pasien dengan hipoksemia berat yang dapat memberikan keuntungan dari posisi

pronasi, peneliti mencari prospektif untuk menguji hipotesis tersebut. Maka secara

acak pada PSII peneliti menstratifikasi pasien menjadi subkelompok dengan

hipoksemia sedang dan berat untuk mengukur angka kesamaan dari pasien dengan

hipoksemia baik pada kelompok pronasi dan supinasi.

Pada PSII, peneliti mencoba untuk mewujudkan kondisi terbaik untuk

penentuan posisi pronasi untuk bekerja, berkaitan dengan masalah waktu pendaftaran,

lama waktu penerapan, kontol ventilasi mekanis, dan keparaha pasien. Meskipun

demikian,peneliti tidak dapat menunjukkan keuntungan yang signifikan dari

kelangsungan hidup, baik pada masyarakat atau dalam kelompok penelitian,

meskipun terdeteksi kecenderungan yang menguntungkan bagi pasien dengan

hipoksemia berat.

Page 12: Jurnal anak sampel

12

Keperawatan Anak II

Tidak diragukan lagi, data percobaan ini bersama dengan hasil sebelumnya

jelas menunjukkan bahwa posisi pronasi yang berkepanjangan tidak dipilih untuk

populasi ARDS dan tidak diindikasikan untuk pengobatan. Namun, potensi peran

pada pasien dengan hipoksemia paling parah dapat memberikan manfaat yang lebih

besar dibandingkan komplikasi harus lebih diamati di masa yang akan datang

mengingat latar belakang patofisiologi yang kuat, hasil post hoc dari penelitian

sebelumnya, yang paling baru meta-analisis, dan tren menguntungkan diamati secara

prospektif dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi pronasi tidak memberikan

manfaat yang signifikan bagi kelangsungan hidup pada pasien ARDS atau dalam

subkelompok pasien dengan hipoksemia sedang dan berat.

ANALISA PEMBAHASAN

Angka kematian pada ARDS mencapai 50% dan tidak tergantung pada

perawatan. Oleh karena itu, perawat perlu mengetahui tindakan pencegahan terhadap

kemunculan ARDS. Hal-hal penting yang perlu diketahui dan dipahami dengan baik

oleh perawat adalah bagaimana cara menangani atau memberikan kenyamanan bagi

pasien ARDS.

Dari beberapa referensi banyak yang menyebutkan bahwa untuk menjaga

efektivitas pernapasan ARDS, telah terbukti bahwa posisi pasien yang dibaringkan

secara tengkurap/pronasi akan mengalami perbaikan yang berarti. Kemungkinan

posisi ini memperbesar perfusi dan pertukaran gas seperti pada keadaan normal.

Meski menelungkupkan pasien juga tidak mudah dikerjakan, namun posisi seperti ini

telah lama diaplikasikan dan membawa hasil yang tidak buruk bagi pasien. Namun

sebagian referensi juga menyebutkan bahwa posisi supinasi yang diberikan kepada

pasien tidak memberikan masalah bagi pasien ARDS.

Page 13: Jurnal anak sampel

13

Keperawatan Anak II

Dalam penelitian, peneliti menemukan bahwa dalam populasi pasien ARDS

yang tidak dipilih seperti saat ini didefinisikan dengan menggunakan jangka waktu

untuk posisi pronasi tidak terkait dengan keuntungan bagi kelangsungan hidup. Hasil

ini sejalan dengan penelitian sebelumya.

Dalam percobaan ini, tidak seperti dalam penelitian Pronasi-Supinasi pertama,

protocol spesifik dikembangkan untuk membimbing modifikasi secara kontinu dalam

pengaturan ventilasi mekanik. Dasar pemikiran dari strategi posisi pronasi mungkin

mempromosikan strategi ventilasi pelindung paru. Bahkan, dengan mengambil

keuntungan dari peningkatan potensi oksigenasi dan pemenuhan pernapasan terkait

dengan posisi pronasi, dokter mungkin dapat mengurangi tingkat bahaya dari

oksigenasi di udara inspirasi, volume tidal, dan PEEP. Bagaimanapun dari hasil

terlihat hanya FIO2 yang menurun secara signifikan lebih rendah (sekitar 5%) pada

posisi pronasi dibanding posisi supinasi. Persamaan dari PEEP dan volume tidal pada

posisi pronasi dan supinasi menunjukkan bahwa posisi pronasi tidak cukup besar

menyebabkan perubahan dalam parenkim paru-paru untuk membuat modifikasi klinis

yang relevan dari ventilasi mekanik yang diterapkan.

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Untuk standarisasi keparahan dari hipoksemia, peneliti mengkaji dari oksigenasi

arteri sekaligus mempertahankan PEEP antara 5-10 cm H2O; karena itu pasien

yang berada dalam pengobatan, peneliti menurunkan PEEP menjadi 10 cm H2O

(kecuali rasio PaO2:FIO2 <100). Meskipun manipulasi PEEP mungkin bisa

diperdebatkan, standarisasi yang memungkinkan pemilihan dari kelompok

homogen pasien. Bahkan pasien dengan hipoksemia berat dibandingkan dengan

mereka dengan hipoksemia sedang, tidak hanya ditandai oleh PaO2 yang rendah,

yang mungkin di induksi maneuver pada pada beberapa pasien, tetapi PaCO2

juga tinggi, waktu ventilasi yang lebih besar, skor keparahan klinis lebig besar,

dan angka kematian yang tinggi.

2. Memungkinkan periode 72 jam untuk pendaftaran mungkin dipertanyakan

karena intervensi sebelumnya mungkin lebih efektif. Namun alas an pemilihan

Page 14: Jurnal anak sampel

14

Keperawatan Anak II

peneliti adalah jelas untuk meningkatkan kemungkinan pendaftaran, yang

biasanya sulit dilakukan pengaturan serupa dalam penelitian. Bahkan, pada angka

pendafataran penelitian sebelumnya kurang dari 0,28 pasien/unit per bulan.

Peningkatan ke 3 hari memungkinkan bahwa beberapa dokter menempatkan

pasien dengan hipoksemia parah pada posisi pronasi sebhagai menuver

pertolongan, tidak termasuk mereka dari pengacakan.

3. Peneliti tidak memiliki informasi yang sistematik untuk pasien yang diskrining

untuk kelayakan tetapi tidak termasuk sampel penelitian, karena hanya beberapa

unit yang memenuhi permintaan ini.

4. Penelitian ini cenderung kurang bertenaga; beberapa perbedaan absolut angka

kematian dibawah 15% tidak terdeteksi di populasi dari 342 pasien, dan

keterbatasan ini relevan ketika mempertimbangkan subkelompok pasien dengan

hipoksemia sedang dan berat.

MANFAAT PENELITIAN

Meskipun penelitian ini memberikan hasil yang tidak signifikan yaitu bahwa

posisi pronasi yang selama ini sering diberikan kepada pasien dapat memberikan

manfaat yang signifikan bagi kelangsungan hidup pasien. Namun kita dapat melihat

manfaat yang didapat dari penelitian ini, yaitu:

1. Memberikan pengetahuan lebih jauh tentang ARDS

2. Memberikan informasi bahwa posisi pronasi tidak memberikan manfaat yang

signifikan bagi kelangsungan hidu pasien ARDS

Dengan adanya manfaat ini diharapkan perawat sebagai orang yang lebih

sering berhadapan dengan pasien dapat memberikan hal yang lebih baik bagi

kenyamanan pasien dengan prioritas keperawatan sebagai berikut:

1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi respirasi optimal dan oksigenasi

2. Meminimalkan mencegah komplikasi

3. Mempertahankan nutrisi adekuat untuk penyembuhan/membantu fungsi

pernapasan.

Page 15: Jurnal anak sampel

15

Keperawatan Anak II

4. Memberikan dukungan emosi kepada pasien dan keluarga

5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan.