INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR ......vii ABSTRAK INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR...
Transcript of INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR ......vii ABSTRAK INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR...
vii
ABSTRAK
INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION
TECHNIQUE (INIT) DAN TERAPI ULTRASONIK LEBIH MENURUNKAN
DISABILITAS LEHER AKIBAT SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER
TRAPEZIUS DIBANDINGKAN INTERVENSI MYOFASCIAL RELEASE
TECHNIQUE (MRT) DAN TERAPI ULTRASONIK PADA PEKERJA
DI RSPI PURI INDAH
Penggunaan obat-obatan analgesik pada penderita sindroma miofasial
untuk jangka panjang memiliki efek yang kurang baik, sehingga perlu dicari
metode lain yang lebih efektif dan efisien dalam penanganan sindroma miofasial.
Sindroma miofasial otot upper trapezius adalah sekumpulan gejala seperti nyeri
otot kronis dengan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan, adanya spasme otot,
tenderness, stiffness, keterbatasan gerak, dan kelemahan upper trapezius.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat penurunan
disabilitas leher pada pemberian intervensi Integrated Neuromuscular Inhibitation
Technique (INIT), Myofascial Release Syndrome (MRT), dan terapi ultrasonik.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pre-test dan post-test
group design. Eksperimen ini dilaksanakan di RSPI Puri Indah, Jakarta. Sampel
penelitian berjumlah 20 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 10
orang pada kelompok pertama dan 10 orang pada kelompok kedua. Sampel pada
kelompok pertama memiliki usia rata-rata sebesar 30.9 tahun dengan laki-laki
sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 6 orang. Sedangkan pada kelompok
kedua memiliki usia rata-rata sebesar 32,8 tahun dengan laki-laki sebanyak 5
orang dan perempuan sebanyak 5 orang. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan
uji independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signikan
antara rerata sesudah intervensi disabilitas kelompok pertama dengan rerata
sesudah intervensi disabilitas leher kelompok kedua, dengan nilai kelompok
pertama (21,6 ± 4,6)% dan kelompok kedua (15,6 ± 3,6)% dengan nilai p < 0,05.
Disimpulkan bahwa intervensi Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique
(INIT) dan terapi ultrasonik lebih menurunkan disabilitas leher pada sindroma
miofasial otot upper trapezius, dibandingkan dengan pemberian Myofascial
Release Syndrome (MRT) dan terapi ultrasonik.
Kata kunci: Sindroma Miofasial, Integrated Neuromuscular Inhibitation
Technique (INIT), Myofascial Release Technique (MRT) dan terapi ultrasonik.
viii
ABSTRACT
INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION TECHNIQUE (INIT)
AND ULTRASOUND THERAPY WAS BETTER IN REDUCING NECK
DISABILITY CAUSED BY UPPER TRAPEZIUS MUSCLE MYOFASCIAL
SYNDROME COMPARED TO MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE
(MRT) AND ULTRASOUND THERAPY ON RSPI PURI INDAH WORKERS
The long term use of analgesic drugs in patients with myofascial syndrome has a
bad effect. So it is very important to find another methods. Upper trapezius
muscle myofascial syndrome is a collection of symptoms such as chronic pain
with increased sensitivity to pressure, muscle spasms, tenderness, stiffness,
limited motion, and weakness of the upper trapezius muscle. The aim of this study
was to compare the rate of decline in the neck disability of interventions for
Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique (INIT), Myofascial Release
Syndrome (MRT), and ultrasound therapy. This research used experimental
method with pre-test and post-test group design. This experiment was conducted
in RSPI Puri Indah, Jakarta. These samples included 20 people who were divided
into two groups of samples, are 10 people in the first group and 10 people in the
second group. Samples in the first group had an average age of 30.9 with men as
much as 4 people and women as much as 6 people. While the second group had
an average age of 32.8 with men as much as five people and women as many as
five people. The results of testing the hypothesis by using test independent sample
t-test showed significantly differences between the average after intervention
disability first group with mean after intervention disabilities neck second group,
with the value of the first group (21,6 ± 4,6)% and the second group (15,6 ± 3,6)%
with values p <0.05. It was concluded that the Inhibitation Integrated
Neuromuscular Technique (INIT) and ultrasonic therapy was better in reducing
the neck disability in the upper trapezius muscle myofascial syndrome, compared
to Myofascial Release Syndrome (MRT) and ultrasound therapy. The decline in
neck disability will significantly optimize the functional activity of the cervical
spine.
Keywords: myofascial syndrome, Integrated Neuromuscular Inhibitation
Technique (INIT), Myofascial Release Syndrome (MRT), and ultrasound therapy
ix
RINGKASAN
INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION
TECHNIQUE (INIT) DAN TERAPI ULTRASONIK LEBIH MENURUNKAN
DISABILITAS LEHER AKIBAT SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER
TRAPEZIUS DIBANDINGKAN INTERVENSI MYOFASCIAL RELEASE
TECHNIQUE (MRT) DAN TERAPI ULTRASONIK PADA PEKERJA
DI RSPI PURI INDAH
Sindroma miofasial otot upper trapezius adalah sekumpulan gejala-gajala
seperti nyeri otot kronis dengan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan, adanya
spasme otot, tenderness, stiffness, keterbatasan gerak, dan kelemahan upper
trapezius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat
penurunan disabilitas leher pada pemberian intervensi Integrated Neuromuscular
Inhibitation Technique (INIT), Myofascial Release Syndrome (MRT), dan terapi
ultrasonik.
Disabilitas merupakan sebuah definisi payung dimana didalamnya terdapat
impairment (body function dan body structure), activity limitation dan
participation retrictions. Sindroma miofasial otot upper trapezius merupakan
salah satu patologi yang menyebabkan timbulnya disabilitas pada leher.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan disabilitas leher akibat
sindroma miofasial otot upper trapezius adalah Integrated Neuromuscular
Inhibitation Technique (INIT), Myofascial Release Syndrome (MRT), dan terapi
ultrasonik.
Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique (INIT) merupakan
teknik yang menggabungkan kombinasi ischemic compression, strain counter
strain dan muscle energy technique yang efektif untuk mengurangi nyeri karena
sindroma miofasial otot upper trapezius. Myofascial release technique merupakan
teknik manual yang menerapkan prinsip-prinsip biomekanik dalam pemuatan
jaringan lunak dan modifikasi refleks saraf oleh stimulasi mechanoreceptors di
fascia, Terapi ultrasonik adalah modalitas fisioterapi dengan menggunakan
mekanisme getraran dari gelombang suara ultrasonik yang menghasilkan energi
mekanik dengan frekuensi 1 MHz dan 3 MHz.
Neck Disability Index (NDI) adalah suatu kuesioner untuk mengukur disabilitas
leher secara khusus dan memahami lebih baik bagaimana nyeri leher dapat
mempengaruhi kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kuesionernya
memiliki 10 macam pertanyaan yang terfokus pada nyeri dan aktifitas hidup
sehari-hari termasuk intensitas nyeri, perawatan diri sendiri, mengangkat,
membaca, sakit kepala, konsentrasi, status bekerja, mengemudi, tidur dan
rekreasi.
Penelitian ini meliputi beberapa tahapan, tahapan pertama adalah
persiapan dan administrasi dengan mempersiapkan surat persetujuan penelitian,
jadwal pelaksanaan, mempersiapkan bahan, alat ukur dan instrumen. Tahapan
x
kedua adalah tahap penentuan populasi dan pemilihan sampel dengan melakukan
seleksi terhadap sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Tahapan ketiga
adalah tahap pengukuran pertama atau tes awal dengan mengukur nilai disabilitas
leher dengan Neck Disability Index (NDI). Kemudian dilanjutkan dengan tahap
pemberian intervensi INIT, MRT, dan terapi ultrasonik. Intervensi dilakukan
selama 2 minggu. Tahap terakhir adalah tahap pengukuran kedua dengan
mengukur kembali nilai disabilitas leher dengan Neck Disability Index (NDI).
Hasil penelitian diketahui setelah melakukan uji normalitas, untuk data pre
test dan post test pada kelompok satu hasilnya tidak normal (p<0.05). Hasil uji
homogenitas pada semua data diperoleh nilai p>0.05 yang berarti data bersifat
homogen. Untuk uji hipotesis didapatkan hasil : (1) terdapat penurunan disabilitas
leher pada kelompok 1. Hasil Wilcoxon test menunjukkan rerata±SB pre test
(25,6 ± 5,8)% dan rerata±SB post test (4,0 ± 1,6)%. dengan nilai p=0,005
(p<0,05). (2) terdapat penurunan disabilitas leher pada kelompok 2. Hasil t-test
related menunjukkan rerata±SB pre test (26,4 ± 4,4)% dan rerata±SB post test
(10,8 ± 2,1)%. dengan nilai p=0,000 (p<0,05). (3) terdapat perbedaan yang
signifikan pada hasil test NDI pada kelompok 1 dan kelompok 2. Hasil uji
komparasi menunjukkan rerata±SB kelompok 1 (21,6 ± 4,6)% dan rerata±SB
kelompok 2 (15,6 ± 3,6)%. dengan nilai p=0,005 (p<0,05).
Disimpulkan bahwa intervensi Integrated Neuromuscular Inhibitation
Technique (INIT), Myofascial Release Syndrome (MRT), dan terapi ultrasonik
dapat menurunkan disabilitas leher akibat sindroma miofasial otot upper
trapezius. Ada perbedaan yang signifikan pada penurunan disabilitas leher antara
bahwa intervensi Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique (INIT) dan
terapi ultrasonik dengan intervensi Myofascial Release Syndrome (MRT) dan
terapi ultrasonik
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM…………………………………………………………… i
PRASYARAT GELAR……………………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………... Iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS………………………………….. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………….. v
UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………... vi
ABSTRAK……………………………………………………………………. viii
ABSTRACT…………………………………………………………………………….. ix
RINGKASAN………………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xvi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xvii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sindroma miofasial Otot upper trapezius........................................... 7
xii
2.2 Anatomi Terapan………………………………………………......... 8
2.2.1 Otot upper trapezius.................................................................... 8
2.2.2 Histologi otot……....................................................................... 11
2.2.3 Mekanisme kontraksi otot........................................................... 13
2.2.4 Jaringan miofasial………............................................................ 14
2.3 Patologi sindroma miofasial otot upper trapezius............................... 15
2.3.1 Etiologi........................................................................................ 15
2.3.2 Epidemiologi…………………………………………………... 17
2.3.3 Tanda dan gejala sindroma miofasial otot upper trapezius……. 18
2.3.4 Patofisiologi sindroma miofasial otot upper trapezius……...…. 19
2.4 Disabilitas leher………………............................................................. 21
2.4.1 Definisi disabilitas……………………………………………. 21
2.4.2 Mekanisme timbulnya disabilitas leher pada sindroma
miofasial otot upper trapezius.................................................... 22
2.4.3 Patologi fungsional..................................................................... 24
2.5 Assessmen dan diagnosa fisioterapi pada kasus sindroma miofasial.. 25
2.6 Terapi ultrasonik….............................................................................. 27
2.6.1 Pengertian terapi ultrasonik……................................................. 27
2.6.2 Fisika dasar pada terapi ultrasonik……...................................... 28
2.6.3 Efek terapi ultrasonik……………….......................................... 29
2.6.4 Mekanisme Penurunan disabilitas leher akibat sindroma
miofasial m. upper trapezius melalui terapi ultrasonik............... 31
2.6.5 Prosedur penerapan terapi ultrasonic........................................... 32
xiii
2.7 Integrated Neuromuscular Inhibition Technique (INIT)…….............. 33
2.7.1 Definisi…………….................................................................... 33
2.7.2 Aplikasi INIT............................................................................... 34
2.7.3 Mekanisme Penurunan disabilitas leher akibat sindroma
miofasial dengan intervensi INIT…………...............................
36
2.8 Myofascial Release Technique (MRT)……………………..….............. 38
2.8.1 Definisi…………….................................................................... 38
2.8.2 Manfaat Myofascial Release Technique….................................. 40
2.8.3 Efek Myofascial Release Technique………................................. 40
2.8.4 Aplikasi Myofascial Release Technique….................................. 41
2.8.5 Indikasi dan Kontraindikasi Myofascial Release Technique…... 42
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir............................................................................... 44
3.2 Kerangka Konsep................................................................................ 46
3.3 Hipotesis.............................................................................................. 47
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian................................................................................ 48
4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian............................................................ 49
4.3 Penentuan Sumber Data...................................................................... 49
4.3.1 Populasi Target........................................................................... 49
4.3.2 Populasi Terjangkau………………………………………….. 49
4.3.3 Sampel…………......................................................................... 49
4.3.4Kriteria Eligibilitas....................................................................... 50
xiv
4.3.5Besar Sampel………………………………………………….. 51
4.3.6 Teknik Penentuan Sampel........................................................... 52
4.4 Variabel Penelitian.............................................................................. 53
4.5 Definisi Operasional Variabel............................................................. 53
4.6 Instrumen Penelitian........................................................................... 55
4.7 Prosedur penelitian.............................................................................. 55
4.8 Prosedur Pelaksanaan Intervensi......................................................... 58
4.9 Teknik Analisis Data........................................................................... 61
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Data Penelitian…………………………………………… 63
5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas Data…..…………………………. 65
5.3 Uji Statistik Disabilitas Leher Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pada Kelompok 1 dan 2……………………………………………...
66
5.4 Uji Statistik Penurunan Disabilitas Leher Pada Kelompok 1 dan 2… 67
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subyek Penelitian………………………………….…. 69
6.2 Intervensi INIT dan terapi ultrasonik dapat menurunkan
disabilitas leher pada sindroma miofasial otot upper trapezius…… 72
6.3 Intervensi MRT dan terapi ultrasonik dapat menurunkan
disabilitas leher pada sindroma miofasial otot upper trapezius…... 75
6.4 Intervensi INIT dan terapi ultrasonik lebih menurunkan
disabilitas leher dibandingkan intervensi MRT dan
terapi ultrasonik pada sindroma miofasial otot upper trapezius….. 77
xv
6.5 Keterbatasan Penelitian…………………………………………….. 80
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 81
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………. 87
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik tipe serabut otot.......................................... 12
Tabel 2.2 Klasifikasi Tipe Serabut Otot………............................................... 12
Tabel 2.3 Hasil Score NDI ............................................................................... 22
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel...…...………………………………………… 63
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Disabilitas leher dengan NDI…………………… 65
Tabel 5.3 Uji Normalitas Saphiro-wilk test…………………………………… 65
Tabel 5.4 Uji homogenitas dengan Levene’s test………………..……………. 66
Tabel 5.5 Uji Statistik Disabilitas Leher Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pada Kelompok 1 dan 2……………………………………….……. 67
Tabel 5.6 Uji Statistik Penurunan Disabilitas Leher Pada Kelompok 1 dan 2… 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Referred pain sindroma miofasial upper trapezius................. 8
Gambar 2.2 Otot upper trapezius………..................................................... 9
Gambar 2.3 Area dermatom dan nervina……..………………………….. 10
Gambar 2.4 Bagian-bagian otot……..………………………..………….. 11
Gambar 2.5 Mekanisme kontraksi otot........................................................ 13
Gambar 2.6 Bagian-bagian dari serabut fasia............................................. 15
Gambar 2.7 Trigger point sindroma miofasial otot trapezius..................... 20
Gambar 2.8 Diagram Kalkulasi Dosis Terapi Ultrasonik………………… 28
Gambar 2.9 Efek piezoelectric pada ultrasonik............................................ 31
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 46
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian………………………………................ 48
xvii
DAFTAR SINGKATAN
a. = arteri
ADL = Activity Daily Living
INIT = Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique
m. = musculus
MET = Muscle Energy Technique
MRT = Myofascial Release Technique
n. = nervus
NDI = Neck Disability Index
Os. = ossa
US = ultrasonik
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Inform Of Concern………………………………….. 88
Lampiran 2 Lembar persetujuan berpartisipasi sebagai
subyek penelitian………………………………………… 89
Lampiran 3 Prosedur Assesment Sindroma Miofasial
otot upper trapezius……………………………………… 90
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian RSPI Puri Indah……………………. 91
Lampiran 5 Form Neck Disability Index………………………………. 92
Lampiran 6 Data Sampel Penelitian…………………………………… 93
Lampiran 7 Foto Dokumentasi Penelitian……………………………... 94
Lampiran 8 Analisa Data Penelitian....................................................... 95
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Semakin maraknya penggunaan komputer dan internet menyebabkan
manusia cenderung bekerja statis dan kurang memperhatikan postur tubuh.
Mereka juga kurang memperhatikan batas-batas beban kerja yang dapat
ditolerir oleh tubuh sehingga menyebabkan kelelahan dari tubuh karena beban
kerja yang berlebihan. Kelainan postur tubuh maupun kelelahan karena beban
kerja yang berlebih dapat menimbulkan gangguan gerak dan fungsi pada
tubuh, misalnya pada mata, leher, pundak, punggung atas, dan pinggang.
Salah satu kondisi yang dapat menimbulkan gerak dan fungsi tubuh adalah
sindroma miofasial.
Penelitian terkini mengindikasikan sindroma miofasial sebagai sumber
utama yang paling sering ditemui sebagai penyebab penurunan disabilitas
pada sistem muskuloskeletal sehingga menyebabkan pasien mencari
pertolongan medis (Friction JR, 1985). Penelitian yang dilakukan oleh David
G. Simons menunjukkan dari 13 orang dengan 8 otot yang diteliti hanya satu
orang yang tidak memiliki trigger point dan dua belas orang mempunyai
trigger point di 8 ototnya dengan penyebaran yang berbeda-beda (Simons,
2003).
Pada tahun 2015, dilaporkan adanya 47 pekerja back office RSPI Puri
Indah yang didiagnosa mengalami sindroma miofasial otot upper trapezius
1
xx
dan dirujuk ke bagian fisioterapi. Dimana 26 orang merupakan pekerja wanita
dan 21 orang merupakan pekerja pria. Sementara total jumlah pekerja back
office di RSPI Puri Indah pada tahun 2015 sebanyak 92 orang.
Penggunaan obat-obatan analgesik pada penderita sindroma miofasial
untuk jangka panjang memiliki efek yang kurang baik, sehingga perlu dicari
metode lain yang lebih efektif dan efisien dalam penanganan sindroma
miofasial. Oleh karena itu, maka peneliti terdorong untuk meneliti lebih lanjut
kasus sindroma miofasial ini, khususnya sindroma miofasial pada otot upper
trapezius.
Sindroma miofasial merupakan suatu kumpulan gejala yang terdiri dari
trigger point/tender point, tender spot, muscle tightness dan muscle twisting
akibat kerusakkan dari fascia dan miofibril pada jaringan otot sehingga
menyebabkan nyeri dari trigger point/tender point pada struktur miofasial,
baik nyeri lokal maupun nyeri menjalar (referred pain). Salah satu lokasi
trigger point yang sering ditemui pada area leher adalah pada otot upper
trapezius. Tidak jarang, rasa nyeri karena sindroma miofasial pada otot upper
trapezius dapat menimbulkan masalah dalam melakukan aktivitas dan fungsi.
Selain nyeri, problem lain yang dapat muncul akibat ketegangan atau
kontraktur jaringan miofasial adalah adanya taut band, spasme otot,
kelemahan otot serta keterbatasan sendi yang disertai penurunan mobilitas
trunk sehingga dapat mengganggu ADL (Activity Daily Living).
Pada kasus sindroma miofasial ini dapat ditangani dengan melakukan
fisioterapi. Teknik fisioterapi yang peneliti pilih pada penelitian ini adalah
2
xxi
menggunakan teknik INIT (Integrated Neuromuscular Inhibitation
Technique), MRT (Myofascial Release Technique) dan terapi ultrasonik.
Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique dapat digunakan
untuk memanjangkan atau mengulur stuktur jaringan lunak (soft tissue) seperti
otot, fasia, tendon, dan ligamen yang mengalami pemendekan secara patologis
sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri
akibat spasme, pemendekan otot, atau akibat fibrosis (Sara, 1992). Myofascial
release technique merupakan teknik manual yang menerapkan prinsip-prinsip
biomekanik dalam pemuatan jaringan lunak dan modifikasi refleks saraf oleh
stimulasi mechanoreceptors di fascia (Duncan, 2014).
Intervensi sindroma miofasial dengan terapi ultrasonik didasarkan pada
efek-efek terapeutik yang dimiliki oleh gelombang ultrasonik, yaitu efek
heating, mekanik, kavitasi, dan accoustic microstreaming. Terapi ultrasonik
merupakan terapi standar dalam mengatasi sindroma miofasial. Terapi
ultrasonik sering dikombinasikan dengan tehnik manual terapi dalam
mengatasi sindroma miofasial. Peneliti tertarik untuk membandingkan
kombinasi terapi ultrasonik dan metode INIT dengan kombinasi terapi
ultrasonik dan MRT karena kedua kombinasi tehnik ini sangat cocok
diterapkan pada kasus sindroma miofasial otot upper trapezius dengan
pendekatan yang berbeda untuk menurunkan disabilitas leher. Kombinasi
terapi ultrasonik dan INIT pada sindroma miofasial otot upper trapezius dapat
menurunkan ketegangan atau kontraktur jaringan miofasial upper trapezius
sehingga meningkatkan mobilitas sendi leher dan menurunkan derajat
3
xxii
disabilitas leher. Sedangkan, kombinasi terapi ultrasonik dan MRT pada
sindroma miofasial otot upper trapezius dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan fleksibilitas dan mendapatkan postur yang lebih baik sehingga
menurunkan derajat disabilitas leher.
Dalam ‘Clinical guidelines for best practice management of acute and
chronic whiplash-associated disorders’ merekomendasikan penggunaan Neck
Disability Index (NDI) untuk memeriksa faktor risiko dan mengevaluasi
efektifitas penanganan gangguan pada leher (IASP, 1990). Disabilitas fungsi
leher yang berbeda antara penderita sindroma miofasial yang satu dengan
yang lainnya mengharuskan penulis memilih tehnik pengukuran yang lebih
efektif untuk kasus ini, sehingga penulis memilih untuk menggunakan metode
pengukuran gangguan fungsional menggunakan Neck Disability Index (NDI)
sebagai indikator untuk melihat disabilitas yang dirasakan oleh pasien,
sehingga sampel lebih mudah menilai derajat disabilitas yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan
mengetahui lebih mendalam mengenai sindroma miofasial pada otot upper
trapezius dan juga membandingkan antara intervensi Integrated
Neuromuscular Inhibitation Technique (INIT) dan terapi ultrasonik
dibandingkan dengan intervensi Myofascial Release Technique (MRT) dan
terapi ultrasonik dalam menurunkan disabilitas leher akibat sindroma
miofasial otot upper trapezius pada pekerja di RSPI Puri Indah.
4
xxiii
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah intervensi INIT dan terapi ultrasonik dapat menurunkan disabilitas
leher pada sindroma miofasial otot upper trapezius pada pekerja di RSPI
Puri Indah?
2. Apakah intervensi MRT dan terapi ultrasonik dapat menurunkan
disabilitas leher pada pada sindroma miofasial otot upper trapezius pada
pekerja di RSPI Puri Indah?
3. Apakah intervensi INIT dan terapi ultrasonik lebih menurunkan disabilitas
leher pada sindroma miofasial otot upper trapezius, dibandingkan dengan
pemberian MRT dan terapi ultrasonik pada pekerja di RSPI Puri Indah?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui intervensi INIT dan terapi ultrasonik dapat menurunkan
disabilitas leher pada sindroma miofasial otot upper trapezius pada pekerja
di RSPI Puri Indah?
2. Untuk mengetahui intervensi MRT dan terapi ultrasonik dapat
menurunkan disabilitas leher pada pada sindroma miofasial otot upper
trapezius pada pekerja di RSPI Puri Indah?
3. Untuk mengetahui intervensi INIT dan terapi ultrasonik lebih menurunkan
disabilitas leher pada sindroma miofasial otot upper trapezius,
dibandingkan dengan pemberian MRT dan terapi ultrasonik pada pekerja
di RSPI Puri Indah?
5
xxiv
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Memberikan kontribusi akademis tentang konsep penanganan
disabilitas leher akibat sindroma miofasial otot upper trapezius,
khususnya menggunakan intervensi INIT, MRT, dan terapi ultrasonik.
Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi fisioterapis di dalam
memberikan pelayanan fisioterapi khususnya pada pasien-pasien nyeri
leher terutama untuk menurunkan disabilitas fungsi leher akibat
sindroma miofasial otot upper trapezius.
6