Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti...

67
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 109 Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata Enik Isnaini *) *) Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRACT It’s natural for a parent to be wanting a child. However, in reality it’s quite not a rarity that a parent doesn’t get what they want. By far, the most sustainable way to get an offspringto complete that purpose is by adopting someone’s child. Adopted children has the same position as biological children of their adoptive parents.; That way, they can inherit their adoptive parents possession only on the inheritable parts. For that matter, adoptive parents can inherit that for them based on Undang-Undang or based on the testament (Hibah wasiat). Keywords :Hibah Wasiat, Adopted Chidren. 1. Pendahuluan Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup menyendiri atau terpisah dari kelompok manusia lainnya.Sudah merupakan kodrat manusia untuk hidup berdampingan sesama manusia dan berusaha untuk meneruskan keturunan dengan cara melangsungkan perkawinan. Guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian masyarakat, perlu adanya landasan yang kokoh dan kuat sebagai titik tolak pada masyarakat yang adil dan makmur. Dalam hal ini, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa Peraturan Peraturan dan Undang Undang yang mengatur tentang perkawinan terutama Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua warga Negara. Di dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 disebutkan : “ Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tujuan suatu perkawinan adalah untuk membentuk suatu keluarga. Keluarga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Keinginan untuk mempunyai seorang anak adalah naluri manusiawi dan alamiah. Akan tetapi pada kenyataannya tidak jarang sebuah rumah tangga atau keluarga tidak mendapatkan keturunan. Apabila suatu keluarga itu tidak dilahirkan seorang anak maka untuk melengkapi unsur keluarga itu atau untuk melanjutkan keturunannya dapat dilakukan suatu perbuatan hukum yaitu dengan mengangkat anak (adopsi). Didasarkan Pasal 39 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 1 angka 9 Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa : ”Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan”. Dengan demikian sahnya pengangkatan anak menurut hukum apabila telah memperoleh putusan pengadilan.

Transcript of Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti...

Page 1: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 109

Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata

Enik Isnaini*)

*) Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

ABSTRACT

It’s natural for a parent to be wanting a child. However, in reality it’s quite not a rarity that a parent

doesn’t get what they want. By far, the most sustainable way to get an offspringto complete that

purpose is by adopting someone’s child.

Adopted children has the same position as biological children of their adoptive parents.; That way,

they can inherit their adoptive parents possession only on the inheritable parts. For that matter,

adoptive parents can inherit that for them based on Undang-Undang or based on the testament (Hibah

wasiat).

Keywords :Hibah Wasiat, Adopted Chidren.

1. Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang

paling mulia merupakan mahluk sosial yang

tidak dapat hidup menyendiri atau terpisah dari

kelompok manusia lainnya.Sudah merupakan

kodrat manusia untuk hidup berdampingan

sesama manusia dan berusaha untuk

meneruskan keturunan dengan cara

melangsungkan perkawinan. Guna

mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian

masyarakat, perlu adanya landasan yang kokoh

dan kuat sebagai titik tolak pada masyarakat

yang adil dan makmur. Dalam hal ini,

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa

Peraturan – Peraturan dan Undang – Undang

yang mengatur tentang perkawinan terutama

Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua

warga Negara.

Di dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974 disebutkan :

“ Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara

seorang pria dan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Tujuan suatu perkawinan adalah untuk

membentuk suatu keluarga. Keluarga

mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia sebagai makhluk sosial dan

merupakan kesatuan masyarakat terkecil yang

terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak. Anak

adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan

martabat sebagai manusia seutuhnya.

Keinginan untuk mempunyai seorang anak

adalah naluri manusiawi dan alamiah. Akan

tetapi pada kenyataannya tidak jarang sebuah

rumah tangga atau keluarga tidak mendapatkan

keturunan. Apabila suatu keluarga itu tidak

dilahirkan seorang anak maka untuk

melengkapi unsur keluarga itu atau untuk

melanjutkan keturunannya dapat dilakukan

suatu perbuatan hukum yaitu dengan

mengangkat anak (adopsi).

Didasarkan Pasal 39 ayat (1) Undang –

Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak bahwa pengangkatan anak

hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang

terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan

adat kebiasaan setempat dan ketentuan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 1 angka

9 Undang – Undang Nomor 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa

:

”Anak angkat adalah anak yang haknya

dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga

orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan,

pendidikan, dan membesarkan anak tersebut,

ke dalam lingkungan keluarga orang tua

angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan

pengadilan”.

Dengan demikian sahnya pengangkatan anak

menurut hukum apabila telah memperoleh

putusan pengadilan.

Page 2: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 110

Berdasarkan Pasal 1 dan 2 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54

Tahun 2007 Tentang Pengangkatan Anak,

Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan

hukum yang mengalihkan seorang anak dari

lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang

sah, atau orang lain yang bertanggung jawab

atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan

anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga

orang tua angkatnya berdasarkan keputusan

atau penetapan pengadilan.

Dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007

Tentang Pengangkatan Anak menyatakan

bahwa pengangkatan anak tidak memutuskan

darah antara anak yang diangkat dengan orang

tua kandungnya.

Perbuatan pengangkatan anak

mengandung konsekuensi - konsekuensi

yuridis bahwa anak angkat itu mempunyai

kedudukan hukum terhadap yang

mengangkatnya. Di berbagai daerah di

Indonesia anak angkat mempunyai kedudukan

hukum yang sama dengan anak keturunan

sendiri, juga termasuk hak untuk dapat

mewarisi kekayaan yang ditinggalkan orang

tua angkatnya pada waktu meninggal dunia,

akan tetapi dalam kenyataannya anak angkat

yang sah masih dianggap bukan bagian dari

keluarga yang merupakan kesatuan masyarakat

terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak,

sehingga mereka dianggap tidak berhak atas

harta peninggalan orang tuanya karena bukan

ahli waris dari orang tua yang mengangkatnya.

Hal ini karena adanya pengaruh dari sistem

hukum Islam yang tidak mengatur tentang

adanya pengangkatan anak yang dijadikan

sebagai anak kandung hal ini tidak dibenarkan.

Untuk melindungi agar anak angkat tetap

mendapatkan haknya atas harta peninggalan

orang tua angkatnya , maka orang tua angkat

membuat hibah wasiat.

Hibah wasiat merupakan suatu jalan bagi

pemilik harta kekayaan untuk semasa masih

hidupnya menyatakan keinginannya yang

terakhir tentang pembagian harta

peninggalannya kepada ahli waris, yang baru

akan berlaku setelah ia meninggal.

Di dalam Pasal 957 KUH Perdata

disebutkan :

“ Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat

yang khusus, dengan mana si yang mewariskan

kepada seseorang atau lebih memberikan

beberapa barang – barangnya dari suatu jenis

tertentu, seperti misalnya, segala barang

bergerak atau tidak bergerak, atau memberikan

hak pakai hasil atas seluruh atau sebagian harta

peninggalannya”.

II. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukuan adalah

metode penelitian hukum normatif yang

disebut juga penelitian kepustakaan (Library

Research), adalah suatu prosedur penelitian

ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuwan hukum dari sisi

normatif. Oleh karena itu penelitian hukum ini

difokuskan untuk mengkaji penelitian hukum

tentang kaidah-kaidah atau norma-norma

dalam hukum positif.

Pendekatan masalah yang digunakan

adalah pendekatan perundang-undangan yang

berhubungan dengan pokok permasalahan.

Selain itu juga digunakan pendekatan analisa

(Analisis Aproach). Pendekatan analisa ini

digunakan dalam rangka untuk menganalisa

penerapan norma-norma atau kaidah-kaidah

hukum yang dilakukan dalam praktek sesuai

dengan ketetapan.

Bahan hukum yang dipakai dalam

penelitian ini, yaitu : (1) Bahan primer yaitu

data yang dikumpulkan oleh peneliti yakni

putusan pengadilan tentang hibah wasiat anak

angkat, (2) Bahan sekunder yaitu data yang

diambil dari tulisan-tulisan para ahli hukum,

artikel, makalah yang berkaitan dengan

tinjauan hukum hak mewaris anak angkat

didasarkan hibah wasiat, (3) Bahan tersier

yaitu data yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bermakna terhadap data primer dan

sekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan

lain-lain.

Pengumpulan bahan hukum Baik

bahan primer maupun sekunder dikumpulkan

berdasakan topik permasalahan yang telah

dirumuskan dan diklarifikasi menurut sumber

dan hirarkinya untuk dikaji secara

komprehensif.Pengolahan bahan hukum adalah

kegiatan merapikan hasil pengumpulan data

kepustakaan sehingga siap pakai untuk

dianalisis. Prosedur pengolahan bahan hukum

dimulai dengan memeriksa data secara

korelatif yaitu yang hubungannya antara gejala

yang satu dengan yang lain, selanjutnya data

dianalisa sehingga dapat diperoleh gambaran

Page 3: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 111

yang jelas tentang Hibah Wasiat terhadap

Anak Angkat menurut Hukum Perdata.

III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

A. Dasar Hukum Waris

Yang dinamakan mewaris ialah menggantikan

hak dan kewajiban seseorang yang meninggal.

Adapun yang digantikan itu adalah hak dan

kewajiban dalam bidang hukum kekayaan,

artinya hak dan kewajiban dapat dinilai dengan

uang.

Dasar hukum seseorang ahli waris mewarisi

sejumlah harta pewaris menurut sistem hukum

waris KUH Perdata ada dua cara, yaitu:

1. Menurut ketentuan undang-undang.

2. Ditunjuk dalam surat wasiat (testamen)

adalah suatu pernyataan tentang apa yang

dikehendaki setelah ia meninggal dunia.

Seseorang dapat mewariskan sebagian atau

seluruhnya hartanya dengan surat wasiat.

Apabila seseorang hanya menetapkan sebagian

dari hartanya melalui surat wasiat, maka

sisanya merupakan bagian ahli waris

berdasarkan undang-undang (ahli waris ab

intestato). Jadi pemberian seseorang pewaris

berdasarkan surat wasiat tidak bermaksud

untuk menghapuskan hak untuk mewaris

secara ab intestato.

Hukum waris yang berlaku di Indonesia

sekarang ini masih tergantung pada hukum

waris mana yang berlaku bagi yang meninggal

dunia. Apabila yang meninggal dunia atau

pewaris termasuk golongan penduduk di

Indonesia maka yang berlaku hukum waris

adat, sedangkan apabila pewaris termasuk

golongan Eropa atau timur asing Tionghoa,

bagi mereka berlaku hukum waris Barat. Bila

pewaris termasuk golongan penduduk

Indonesia yang beragama Islam mereka

mempergunakan peraturan hukum waris

berdasarkan hukum waris Islam. Bila pewaris

termasuk golongan penduduk timur asing Arab

atau India, bagi mereka berlaku hukum adat

mereka.

B. Pengertian Hukum Waris Barat (KUH

Perdata)

Tidak terdapat pasal yang memberikan

pengertian tentang hukum waris, namun

sebagaimana yang dikatakan dalam Pasal 830

KUH Perdata, bahwa:

“pewarisan hanya berlangsung karena

kematian”.

Dengan demikian menurut hukum Barat

terjadinya pewarisan apabila adanya orang

yang mati dan meninggalkan harta kekayaan.

Untuk terjadinya pewarisan harus

dipenuhi 3 (tiga) unsur, yaitu: (1) Pewaris

adalah orang yang meninggal dunia

meninggalkan harta kepada orang lain, (2) Ahli

waris adalah orang yang menggantikan

pewaris di dalam kedudukannya terhadap

warisan, baik untuk seluruhnya, maupun untuk

sebagian, (3) Harta warisan adalah segala harta

kekayaan dari orang yang meninggal dunia.

C. Kedudukan Anak Angkat

Perbuatan mengangkat anak mempunyai

akibat hukum. Menurut pasal 14 Staatblad

1917 no.129 pengangkatan anak memberi

akibat bahwa status anak yang bersangkutan

berubah menjadi seperti seorang anak sah.

Hubungan keperdataan dengan orang tua

kandungnya menjadi putus sama sekali.

Pengangkatan anak menurut hukum perdata

(BW) mempunyai akibat hukum anak angkat

mempunyai kedudukan seperti anak kandung

dan memperoleh bagian warisan dari orang tua

angkatnya.

Sedangkan pengangkatan anak menurut

hukum adat mempunyai akibat hukum yang

berbeda-beda baik mengenai kedudukannya

maupun kewarisannya. Hal ini tergantung pada

kelembagaan pengangkatan anak (sistem

hukum) yang hidup dan berkembang didaerah

yang bersangkutan.

D. Ahli Waris Menurut KUH Perdata

KUH Perdata membagi dua ahli waris,

yaitu : (1) Ahli waris menurut undang-undang

adalah ahli waris yang ditunjuk atau ditentukan

oleh undang-undang. Undang-undang

menunjuk sebagai ahli waris adalah keluarga

sedarah dan suami atau istri yang masih hidup.

Jadi seluruh pewarisan menurut undang-

undang berdasarkan atas hubungan sedarah

dan hubungan perkawinan, (2) Ahli waris

menurut tastemen adalah siapa saja yang

disebutkan dalam testemendengan tidak

mengurangi kekecualian yang diatur dalam

Pasal 895-912 KUH Perdata. Ahli waris

menurut surat wasiat jumlahnya tidak tertentu

tergantung kehendak pembuat wasiat. Dengan

demikian, ahli waris mendapat bagian warisan

berdasarkan penunjukan si pewaris pada waktu

Page 4: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 112

ia masih hidup. Terkadang wasiat berisi

penunjukan seorang atau beberapa orang ahli

waris yang akan mendapat seluruh atau

sebagian warisan dan memperoleh segala hak

dan kewajiban dari pewaris. Namun demikian,

kebebasan untuk membuat surat wasiat

dibatasi Pasal 881 ayat (2) KUHPerdata yang

menyatakan, bahwa:

“Dengan sesuatu pengangkatan waris atau

pemberian hibah yang demikian, si yang

mewariskan tidak boleh merugikan para ahli

warisnya yang berhak atas sesuatu bagian

mutlak.”

Dari kedua macam ahli waris di atas,

timbullah persoalan ahli waris yang manakah

yang lebih diutamakan, apakah ahli waris

menurut undang-undang atau ahli waris

menurut surat wasiat. Berdasarkan beberapa

peraturan-peraturan yang termuat dalam KUH

Perdata tentang surat wasiat, dapat

disimpulkan bahwa yang diutamakan adalah

ahli waris menurut undang-undang. Hal ini

terbukti beberapa peraturan yang membatasi

kebebasan seseorang untuk membuat surat

wasiat agar tidak sekehendak hatinya.

Ahli waris menurut undang-undang atau

ahli waris Ab Intestato yang berdasarkan

hubungan darah dibedakan menjadi empat

golongan :

a) Golongan 1 : Keluarga dalam garis lurus

kebawah, meliputi anak-anak beserta

keturunan mereka beserta suami/istri yang

ditinggalkan/yang hidup paling lama.

Suami/istri yang ditinggalkan atau hidup

paling lama ini baru diakui sebagai ahli

waris pada tahun 1935, sedangkan

sebelumnya suami/istri tidak saling

mewarisi.

b) Golongan 2 : Anggota keluarga garis lurus

keatas yaitu, ayah, ibu, saudara dan

keturunannya. Menurut Pasal 854 KUH

Perdata :

a. Ayah dan ibu masing-masing mendapat

1/3 bagian dari harta warisan jika hanya

terdapat 1 orang saudara pewaris.

b. Ayah dan ibu mendapat ¼ bagian dari

harta peninggalan jika pewaris

meninggalkan lebih dari 1 orang saudara

laki-laki atau perempuan. Jika ibu atau

ayah sudah meninggal dunia, maka yang

hidup terlama menurut ketentuan Pasal

855 KUH Perdata akan memperoleh

bagian sebagai berikut :

1) 1/2 bagian dari seluruh harta

warisan, jika ia mewaris bersama

dengan saudaranya, baik laki-laki

atau perempuan.

2) 1/3 bagian dari seluruh harta

warisan, jika mewaris bersama-

sama dengan 2 orang saudara.

3) 1/4 bagian dari seluruh harta

warisan, jika ia mewaris bersama-

sama dengan 3 orang atau lebih

saudara pewaris.

Apabila ayah dan ibu pewaris sudah

tidak ada lagi maka harta peninggalan

dibagikan kepada saudara-saudara

pewaris, sebagai ahli waris golongan 2

baik saudara seayah maupun saudara

seibu.

c) Golongan 3 : Kakek, nenek dalam garis

lurus keatas dari pihak ayah dan ibu si

pewaris. Dalam hal ini, sebelum harta

warisan dibuka terlebih dahulu dibagi dua

(Kloving) yaitu 1/2 merupakan bagian

keluarga dari ayah pewaris dan 1/2 bagian

keluarga dari ibu pewaris. (Pasal 850 dan

Pasal 853 Ayat (1) KUH Perdata).

d) Golongan 4 : Garis menyamping (paman,

bibi, sepupu) sampai derajat ke 6.

Ahliwaris menurut surat wasiat

(testamentair) yaitu siapa saja yang disebutkan

dalam testamenterdengan tidak mengurangi

kekecualian yang diatur dalam Pasal 895-912

KUH Perdata tentang kecakapan seseorang

untuk membuat wasiat atau untuk menikmati

keuntungan dari surat wasiat.

Jumlah ahli waris menurut wasiat tidak

tentu, karena ahli waris ini bergantung pada

kehendak si pembuat wasiat. Surat wasiat

seringkali berisi penunjukan seorang atau

beberapa orang ahli waris yang akan mendapat

seluruh atau sebagian dari warisan dan mereka

tetap akan memperoleh segala hak dan

kewajiban dari pewaris seperti halnya ahli

waris menurut undang-undang.

Seseorang yang akan menerima waris harus

memenuhi syarat-syarat, yaitu:

1. Harus ada yang meninggal dunia (Pasal 830

KUHPerdata).

2. Ahli waris atau para ahli waris harus ada

pada saat pewaris meninggal dunia.

3. Ahli waris harus cakap serta berhak

mewaris, dalam artian tidak dinyatakan

oleh undang-undang sebagai seseorang

yang tidak patut mewaris karena kematian

Page 5: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 113

atau dianggap tidak cakap menjadi ahli

waris.

Di dalam Pasal 838 KUH Perdata

ditegaskan tentang orang yang dianggap tidak

patut menjadi ahli waris dan dikecualikan dari

pewarisan adalah :

1. Mereka yang telah dihukum karena

dipersalahkan telah membunuh, atau

mencoba membunuh si yang meninggal.

2. Mereka yang dengan putusan Hakim pernah

dipersalahkan karena secara fitnah telah

menunjukan pengaduan terhadap pada si

yang meninggal, ialah suatu pengaduan

telah melakukan sesuatu kejahatan yang

terancam dengan hukuman penjara 5 tahun

lamanya atau hukuman berat.

3. Mereka yang dengan kekerasan atau

perbuatan telah mencegah si yang

meninggal untuk membuat dan mencabut

surat wasiatnya.

4. Mereka yang telah menggelapkan, merusak

atau memalsukan surat wasiat si yang

meninggal.

Ketidakpatutan ini menghalangi ahli waris

tersebut untuk menerima warisan. Hal ini

dimaksudkan untuk melindungi pewaris dan

keluarganya dari tindakan pihak lain (ahli

waris) yang tidak beritikad baik.

Dalam KUH Perdata, peralihan harta dari

orang yang telah meninggal dunia kepada ahli

warisnya tergantung pada kehendak dan

kerelaan ahli waris yang bersangkutan. Ahli

waris dimungkinkan untuk menolak warisan,

karena apabila ia menerima maka harus

menerima segala konsekuensinya, salah

satunya adalah melunasi seluruh hutang

pewaris.

E. Warisan Menurut KUH Perdata

Warisan menurut hukum waris Barat (KUH

Perdata) meliputi seluruh harta benda beserta

hak – hak dan kewajiban – kewajiban pewaris

dalam lapangan hukum harta kekayaan yang

dapat dinilai dengan uang, akan tetapi terhadap

ketentuan tersebut ada beberapa pengecualian,

dimana hak – hak dan kewajiban – kewajiban

dalam lapangan hukum harta kekayaan ada

juga yang tidak dapat beralih kepada para ahli

waris, antara lain :

1. Hak memungut hasil (vruchtgebruik).

2. Perjanjian perburuhan, dengan pekerjaan

yang harus dilakukan bersifat pribadi.

3. Perjanjian pengkongsian dagang, baik yang

berbentuk maatschap menurut BW maupun

Firma menurut WvK, sebab pengkongsian

ini berakhir dengan meninggalnya salah

seorang anggota / persero.

F. Pengertian Pengangkatan Anak

Di dalam Pasal 1 angka (9) Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002, disebutkan :

“Anak angkat adalah anak yang haknya

dialihkan dari lingkungan keluarga orang tua,

wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan,

pendidikan, dan membesarkan anak tersebut,

kedalam lingkungan keluarga orang tua

angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan

pengadilan”

Dari pengertian tersebut diatas dapat

dibedakan antara pengangkatan anak dengan

adopsi. Di dalam pengangkatan anak hubungan

antara anak yang diangkat dengan orang tua

kandungnya tidak putus sehingga ia mewaris

baik dari orang tua angkatnya maupun orang

tua kandungnya, sedangkan dalam adopsi

hubungan antara anak yang diangkat

dengan orang tua kandungnya putus sama

sekali sehingga ia hanya mewaris dari orang

tua angkatnya saja.

G Pengangkatan Anak Menurut Hukum

Barat

Pengangkatan anak dalam Hukum Barat

(Perdata) hanya terjadi dengan akta Notaris,

tata cara pembuatannya adalah sebagai berikut

:

1. Para pihak datang menghadap Notaris

2. Boleh dikuasakan, tetapi untuk itu harus

didasarkan surat kuasa khusus yang

dibubuhi materai.

3. Pada akta dituangkan pernyataan

persetujuan bersama antara orang tua

kandung dengan orang tua angkat.

4. Akta tersebut disebut „akta adopsi‟.

H. Pengertian Hibah Wasiat Hibah wasiat adalah pernyataan kehendak

seseorang mengenai apa yang akan dilakukan

terhadap hartanya setelah ia meninggal dunia

kelak.

Pelaksanaan hibah wasiat ini baru

dilakukan setelah pewaris meninggal dunia.

Didalam praktik pelaksanaannya, hibah wasiat

harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu

Page 6: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 114

agar pelaksanaannya tidak bertentangan

dengan ketentuan hukum waris dan tidak

merugikaan para ahli waris lain yang tidak

memperoleh pemberian melalui hibah wasiat.

Dalam kaitan ini pula hukum membatasi

kekuasaan seseorang untuk menentukan

kehendak terakhirnya melalui hibah wasiat

agar ia tidak mengesampingkan anak sebagai

ahli waris melalui hibah wasiat.

Hibah wasiat dapat dibuat oleh pewaris

sendiri atau dibuat secara notariil. Yang mana

Notaris khusus diundang untuk mendengarkan

ucapan terakhir itu dengan disaksikan oleh dua

orang saksi, dengan cara demikian maka hibah

wasiat memperoleh bentuk akta notaris dan

disebut wasiat atau testamen.

Dalam Pasal 875 KUA Perdata

menyebutkan pengertian tentang surat wasiat,

yaitu :

“Surat wasiat atau testamen adalah suatu akta

yang memuat pernyataan seseorang tentang

apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah

ia meninggal dunia dan dapat dicabut

kembali”.

I. Pembatasan Dalam Hal Membuat Hibah

Wasiat

Menurut Hukum Barat (KUH Perdata)

pembatasan dalam hal membuat hibah wasiat

yaitu tentang besar kecilnya harta warisan

yang akan dibagi-bagikan kepada ahli waris

yang disebut “Ligitime Portie”, atau ”wettelijk

erfdeel” (besaran yang ditetapkan oleh

Undang-Undang). Hal ini diatur dalam Pasal

913-929 KUH Perdata.

Ligitime Portie( bagian mutlak ) adalah

suatu bagian dari harta peninggalan atau

warisan yang harus diberikan kepada para

waris dalam garis lurus, terhadap bagain mana

si pewaris dilarang menetapkan sesuatu baik

yang berupa pemberian (Hibah) maupun hibah

wasiat. Begitulah bunyi pasal 913 KUH

Perdata.

Dalam garis lurus kebawah, apabila si

pewaris itu hanya meninggalkan anak sah satu

– satunya, maka bagian mutlak baginya itu

adalah setengah dari harta peninggalan. Jadi

apabila tidak ada testamen maka anak satu –

satunya itu mendapat seluruh harta warisan,

jika ada testamen anak satu – satunya itu

dijamin akan mendapat setengah dari harta

peninggalan.

Apabila 2 ( dua ) orang anak yang

ditinggalkan, maka bagian mutlak itu adalah

masing – masing 2/3. Ini berarti bahwa mereka

itu dijamin bahwa masing – masing akan

mendapat 2/3 dari bagian yang akan

didapatnya seandainya tidak ada testamen.

Apabila 3 ( tiga ) anak atau lebih yang

ditinggalkan, maka bagian mutlak itu adalah

masing – masing ¾ . Ini berarti bahwa mereka

dijamin masing – masing akan mendapatkan ¾

dari bagian yang akan didapatnya seandainya

tidak ada testamen.

Dalam garis lurus keatas ( orang tua, kakek

dan seterusnya ) bagian mutlak itu selamanya

adalah setengah, yang menurut Undang –

undang menjadi bagian tiap – tiap mereka

dalam garis itu dalam pewarisan karena

kematian.

Perlu juga diperhatikan bahwa anak luar

kawin (anak angkat) yang telah diakui dijamin

dengan jaminan mutlak, yaitu setengah dari

bagian yang menurut Undang– undang harus

diperolehnya. Seandainya tidak ada keluarga

sedarah dalam garis lurus ke bawah dan ke atas

serta tidak ada anak luar kawin yang telah

diakui, maka hibah atau hibah wasiat boleh

meliputi seluruh harta peninggalan.

Apabila ketentuan – ketentuan mengenai

bagian mutlak seperti yang dijelaskan diatas

dilanggar, maka pewaris yang dijamin dengan

bagian mutlak itu dapat mengajukan gugatan

kepada pengadilan supaya hibah atau hibah

wasiat tersebut dikurangi, sehingga tidak

melanggar ketentuan Undang – Undang

khususnya KUH Perdata.

Jadi peraturan tentang bagian mutlak ini

pada hakekatnya merupakan pembatasan

terhadap kebebasan orang membuat testamen.

J. Cara Penghibahan Wasiat

Menurut Pasal 931 KUH Perdata,bahwa

dalam pembuatan wasiat atau hibah wasiat

dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

1. Testamen Rahasia (geheim)

2. Testamen Umum

3. Testamen tertulis sendiri (olografis), yang

biasanya bersifat rahasia ataupun tidak

rahasia.

Dalam ketiga testamen ini dibutuhkan

campur tangan seorang notaris. Dalam

testamen olografis (Pasal 932 KUH Perdata)

ditetapkan bahwa testamen ini seluruhnya

ditulis dengan tangan dan ditandatangani

Page 7: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 115

pewaris sendiri. Kemudian surat wasiat

tersebut harus diserahkan untuk disimpan pada

seorang notaris dan penyerahan kepada notaris

ini ada dua cara, yaitu bisa diserahkan dalam

keadaan terbuka bisa juga dalam keadan

tertutup. Kedua cara penyerahan dan

penyimpana pada notaris itu mempunyai akibat

hukum yang satu sama lain berbeda, yaitu:

1. Apabila surat wasiat diserahkan dalam

keadaan terbuka maka dibuatlah akta

notaris tentang penyerahan itu dan

ditandatangani oleh pewaris, saksi-saksi,

dan juga notaris. Akta penyimpanan

tersebut ditulis dikaki surat wasiat tersebut,

jika tidak ada tempat kosong pada kaki

surat wasiat tersebut, maka amanat ditulis

lagi pada sehelai kertas yang lain.

2. Apabila surat wasiat diserahkan kepada

notaris dalam keadaan tertutup, maka

pewaris harus menuliskan kembali pada

sampul dokumen itu bahwa surat tersebut

berisikan wasiatnya dan harus

menandatangani keterangan itu dihadapan

notaris dan saksi-saksi. Setelah itu pewaris

harus membuat akta penyimpanan surat

wasiat pada kertas yang berbeda.

Dalam Pasal 932 Ayat 2 KUH Perdata

mengulas tentang kemungkinan

berhalangannya si peninggal warisan untuk

menandatangani sampul atau akta penerimaan

setelah menulis dan menandatangani

testamennya. Jika hal ini terjadi maka notaris

wajib mencatat hal ini serta penyebab

berhalangnya ini.

Ditetapkan pada Pasal 933 KUH Perdata,

bahwa :

“kekuatan testamen olografis ini sebanding

dengan kekuatan testamen terbuka yang dibuat

dihadapan Notaris dan dianggap terbuat di

tanggal dari akta penerimaan oleh Notaris. Jadi

tidak dikesampingkan tentang tanggal yang

ditulis dalam testamennya sendiri”.

Pasal 933 Ayat 2 KUH Perdata berisi suatu

peraturan tentang keaslian dari testamen

tersebut apakah benar-benar ditulis dan

ditandatangani oleh si peninggal warisan, atau

di belakang hari terbukti palsu. Melalui pasal

tersebut dicegah terjadinya perselisihan di

hadapan hakim tentang pembagian tugas

membuktikan sesuatu hal.

Berdasarkan Pasal 934 KUH Perdata,

bahwa:

“si peninggal warisan bisa menarik kembali

testamenya”.

Biasanya hal ini dilaksanakan dengan cara

permintaan kembali tersebut harus dinyatakan

dalam suatu akta otentik (akta notaris). Dengan

menerima kembali testamen olosgrafis ini,

hibah warisan harus dianggap seolah-olah

ditarik kembali (herroepen), hal ini ditegaskan

oleh ayat 2 Pasal 934 KUH Perdata.

Sedangkan oleh Pasal 937 ditetapkan, jika

testamen olosgrafis ini diserahkan kepada

Notaris dengan cara tersebut pada suatu

sampul bersegel, maka Notaris tidaklah berhak

membuka segel tersebut. Jadi segel tersebut

boleh dibuka setelah si peninggal warisan

wafat, dengan cara menyerahkannya kepada

Balai Harta Peninggalan (weeskamer) untuk

dibuka dan diselesaikan sebagaimana dengan

testamen rahasia (Pasal 942 KUH Perdata),

yakni dengan membuat proses verbal atas

pembukaan ini dan atas keadaan testamen yang

diketemukan, selanjutnya testamen tersebut

harus diserahkan kembali kepada notaris.

Testamen umumdiatur pada Pasal 938 KUH

Perdata menetapkan testamen umum wajib

dibuat dihadapan Notaris dengan mengajukan

dua orang saksi. selanjutnya orang yang

meninggalkan warisan mengutarakan

keinginannya kepada Notaris dengan

secukupnya maka Notaris wajib mencatat

keterangan – keterangan ini dalam kalimat –

kalimat yang jelas. Hal itu tidak dapat

dilakukan dengan perantara orang lain, baik

anggota keluarganya maupun notaris yang

bersangkutan.

Dalam Pasal 939 Ayat 2 KUH Perdata

menerangkan bahwa :

“Jika penuturan itu berlangsung diluar

hadirnya saksi-saksi, dan rencana surat wasiat

telah disiapkannya, makasebelum rencana

dibacakannya, simewariskan harus sekali lagi

menuturkan kehendaknya dihadapan saksi-

saksi”

Selanjutnya menurut Pasal 939 Ayat 3

KUH Perdata menerangkan bahwa:

“kemudian dengan dihadiri saksi-saksi, notaris

harus membacakan surat tadi, setelah mana

kepada si yang mewariskan harus ditanya,

apakah benar yang dibacakan tadi memuat

kehendaknya.”

Dalam pembuatan testamen umum, terdapat

beberapa orang yang tidak boleh menjadi saksi

yaitu:

Page 8: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 116

1. Para ahli waris atau orang-orang yang

diberi hibah atau sanak saudara mereka

sampai derajat keempat.

2. Anak-anak, cucu-cucu, dan anak-anak

menantu,dan anak atau cucu Notaris.

3. Pelayan-pelayan Notaris.

Testamen Rahasia yaitu surat wasiat yang

ditulis sendiri atau orang lain yang disuruhnya

untuk menulis kehendak terakhirnya.

Kemudian ia harus menandatangani surat

tersebut. Surat wasiat macam ini harus

disampul dan disegel, kemudian diserahkan

kepada notaris dengan dihadiri empat orang

saksi. Penutupan dan penyegelan dapat juga

dilakukan dihadapan notaris dan empat orang

saksi. Selanjutnya pembuat wasiat

harusmembuat keterangan dihadapan notaris

dan saksi-saksi bahwa yang termuat dalam

sampul itu adalah surat wasiatnya yang ia tulis

sendiri atau ditulis orang lain dan ia

menandatangani. Kemudian notaris membuat

keterangan yang isinya membenarkan

keterangan tersebut.

Pasal 940 Ayat 4 KUH Perdata

menetapkan bahwa:

“Tiap-tiap surat wasiat tertutup atau

menerimanya, diantaranya surat-surat asli yang

ada padanya.”

Pasal 941 Ayat 1 KUH Perdata

menjelaskan bahwa:

“Jika si yang mewariskan tidak dapat bicara,

namun dapat juga menulis, maka dalam hal

yang demikianpun bolehlah ia membuat surat

wasiat tertutup, asl surat tersebut ditulis,

ditanggali dan ditandatangani olehnya sendiri,

surat tadi kemudian harus ditunjukkan kepada

notaris dihadapan saksi-saksi, setelah itu

dihadapan saksi-saksi tersebut, diatas skta

pengalamatan surat harus ditulis dan

ditandatangani pula, bahwa kertas yang

ditunjukkannya memuat wasiatnya,akhirnya

notaris harus menulis akta pengalamatan surat

wasiat tadi dengan menerangkan didalamnya,

bahwa si yang mewariskan telah menulis surat

itu didepannya dan didepan saksi-saksi,pun

harus diperhatikan juga, apa yang telah

ditentukan dalam pasal yang lalu.”

Jika si penghibah wasiat meninggal dunia,

maka yang berkewajiban memberitahukan

kepada mereka yang berkepentingan adalah

Notaris, hal ini berdasarkan Pasal 943 KUH

Perdata menjelaskan bahwa:

“Tiap-tiap notaris yang menyimpan surat-surat

wasiat diantara surat-surat aslinya, biar dalam

bentuk apapun juga, harus setelahsi yang

mewariskan meninggal dunia,

memberitahukannya kepada semua yang

berkepentingan.”

4. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Anak angkat mempunyai kedudukan

sebagai anak sendiri (kandung) dari orang

tua angkatnya sebagaimana anak yang lahir

dari perkawinan orang tua angkatnya.

Demikian juga anak angkat menjadi ahli

waris dari orang tua angkatnya tetapi anak

angkat tersebut hanya menjadi ahli waris

dari bagian yang tidak diwasiatkan. Karena

ketentuan ini, maka anak angkat tidak

mempunyai bagian yang ditentukan.

2. Hak mewaris anak angkat tidak diatur

didalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, namun demikian khusus bagi

Warga Negara Indonesia keturunan

Tionghoa, kedudukan anak angkat adalah

sama dengan anak sah. Untuk itu ia berhak

mewaris harta warisan orang tua angkatnya

menurut Undang-undang atau mewaris

berdasarkan hukum waris Testamentair

apabila ia mendapatkan testament (Hibah

Wasiat).

B. Saran

Adapun saran-saran yang penulis

kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Staatsblad 1917 nomor 129 tentang

pengangkatan anak sudah tidak sesuai

dengan perkembangan yang terjadi di

dalam masyarakat. Karena itu Undang-

Undang dan Peraturan-peraturan

Pemerintah yang mengatur pengangkatan

anak sangat dibutuhkan agar tidak adanya

perbedaan dalam pengangkatan anak, baik

bagi Warga Negara Indonesia Keturunan

maupun Warga Negara Indonesia Asli,

serta bagi anak yang diangkat tidak hanya

pada anak laki-laki saja, tetapi juga bagi

anak perempuan. Dan juga diperlukan

adanya Undang-undang nasional tentang

hukum waris sehingga adanya kesamaan

dalam pembagian hak waris baik bagi anak

sah maupun anak angkat yang dapat

Page 9: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 117

dijadikan pedoman dalam penyelesaian

sengketa waris.

2. Supaya masyarakat yang mampu secara

sosial dan ekonomi, serta mampu

mengemban amanah untuk tergerak hatinya

membantu anak-anak yang miskin, terlantar

dan kurang mampu yang sangat

membutuhkan bantuan, kasih sayang dan

belas kasihan dengan jalan mengangkat

anak.

DAFTAR PUSTAKA

Djaja S. Meliala. 1982. Pengangkatan Anak

(Adopsi) di Indonesia. Bandung.

Tarsito.

Eman Suparman. 2011. Hukum Waris

Indonesia-Dalam Perspektif Islam, Adat,

dan BW. Bandung. Refika Aditama.

Subekti, S.H. 1990. Ringkasan Tentang

Hukum Keluarga dan Hukum Waris..

Jakarta. Intermasa.

Peraturan Perundang – Undangan :

- Kitab Undang-Undang Hukum perdata

- Staatblad 1917 Nomor 129

- Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan

- Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak.

- Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007

tentang Pengangkatan Anak

Page 10: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 118

Pengaruh Merek Dagang Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Produk Shampo Masyarakat Desa Payaman Kecamatan Maduran

Kabupaten Lamongan

Ratna Handayati*, Nur Auwaliyah **)

* Dosen Program Studi Manajemen FE Unisla

** Program Studi Manajemen FE Unisla

ABSTRAK

Dalam perkembangan dunia yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat menyebabkan pengaruh yang cukup besar dalam berbagai segi

kehidupan, baik sosial, ekonomi, atau bisnis, politik, hukum serta agama. Unsur – unsur dalam

bauran ada 4 unsur diantaranya : unsur strategi produk, strategi harga, strategi distribusi

pemasaran, strategi promosi. Dari keempat strategi bauran pemasaran tersebut peneliti cenderung

memiliki strategi produk dan harga sehingga saya tertarik untuk mengetahui perilaku konsumen

dalam keputusan pembelian produk shampo dilihat dari merek dagang dan harga bagi masyarakat

desa payaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah merek dagang dan harga berpengaruh

terhadap keputusan pembelian shampo dan mengetahui variable manakah yang berpengaruh paling

dominan terhadap keputusan pembelian shampo. Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis,

yaitu diduga merek dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk shampo di desa

Payaman. Dan diduga harga mempunyai pegaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian

produk shampo di Desa Payaman. Alat analisis yang digunakan mengetahui merek dan harga

terhadap keputusan pembelian produk shampo adalah Regresi Linier Ganda. Dan untuk mengetahui

sejauh mana pengaruh merek dagang terhadap keputusan pembelian produk shampo digunakan

analisa korelasi yang dibuktikan dengan uji t.

I. Pendahuluan

Dalam perkembangan dunia yang

semakin maju dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi pengetahuan yang

semakin pesat menyebabkan pengaruh yang

cukup besar dalam berbagai segi kehidupan,

baik sosial, ekonomi atau bisnis, politik hukum

serta agama. Dari berbagai perubahan yang

terjadi saat ini kehidupan ekonomi bisnis

mengalami perubahan yang cukup pesat,

sebagai contoh permasalahan sekarang bagi

banyak perusahaan yang bergerak dibidang

produk barang maupun jasa melainkan lebih

dari itu yaitu masalah pemasaran, karena

pemasaran merupakan kegiatan yang utama

bagi perusahaan baik perusahaan kecil maupun

perusahaan besar. Saat ini banyak perusahaan

yang berlomba-lomba untuk menarik

konsumen agar bersedia membeli produk yang

ditawarkan melalui media-media yang ada saat

ini baik cetak maupun elektronik, sehingga

dari pemikiran tersebut dapat diketahui

perilaku konsumen dalam keputusan

pembelian shampo dilihat dari merek dagang

dan harga bagi masyarakat desa payaman.

Dalam bauran pemasaran semua unsur

yang terkait didalamnya merupakan suatu

kesatuan yang tak bisa dipisahkan, sehingga

unsur yang satu menjadi penunjang bagi unsur

yang lain. Adapun unsur dalam bauran

diantaranya unsur strategi produk, strategi

harga, strategi distribusi pemasaran, strategi

pemasaran. Adapun strategi produk yang saya

bahas adalah merek dagang untuk itu dalam

mengembangkan strategi perusahaan terutama

unsur strategi atau kebijakan produk yaitu

pemberian merek dagang hal ini untuk

membedakan barang atau jasa dari kelompok

penjual dan dari produk saingan. Merek

dagang hendaknya mudah dii. ngat, dibaca,

dan mudah dibedakan sehingga konsumen

dapat mencari dan membeli produk yang

diinginkan tersebut.

Strategi produk yang dibahas di sini

adalah masalah merek dagang, untuk itu dalam

mengembangkan strategi perusahaan terutama

unsur strategi atu kebijakan produk yaitu

Page 11: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 119

pemberian merek dagang hal ini untuk

membedakan barang atau jasa dari kelompok

penjual dan dari produk saingan. Merek

dagang hendaknya mudah diingat, dibaca dan

mudah dibedakan. Sehingga dengan pemberian

merek, konsumen dapat mencari dan membeli

produk yang diinginkan tersebut. Merek

tertentu juga merupakan suatu standar kualitas

atau mutu tertentu, sehingga dapat

mempengaruhi konsumen untuk membeli agar

penjualan dan pesnguasaan pasar dapat dicapai

bahkan diharapkan lebih besar.

Berdasarkan latar belakang tersebut di

atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apakah faktor merek dagang dan harga

mempengaruhi keputusan pembelian

produk shampo ?

b. Faktor manakah yang paling dominan

mempengaruhi keputusan pembelian

produk shampo ?

Pengertian merek dagang dalam

pengembangan strategi pemasaran untuk

produk – produk individual, penjual harus

mnghadapi keputusan pembelian merek

(branding). Pemberian merek merupakan

masalah utama dalam strategi produk sehingga

dalam pemasaran profesional yang paling

khusus adalah kemampuan mereka

menciptakn, memelihara, melindungi dan

meningkatkan merek. Merek adalah nama

istilah, tanda, symbol, atau desain atau

kombinasi semuanya atau yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasi barang atau jasa

seseorang atau sekelompok dan untuk

membedakan dari barang atau jasa pesaing.

Tujuan merek (a) Sebagai identitas, yang

bermanfaat dalam diferensiasi atau

membedakan produk suatu perusahaan dengan

produk pesaingnya, (b) Alat promosi yaitu

sebagai daya tarik produk, (c) untuk membina

citra yaitu dengan memberikan keyakinan

jaminan kualitas serta prestise tertentu

terhadap konsumen, (d) mengendalikan pasar.

Harga adalah jumlah uang (ditambah

beberapa produk kalau mungkin) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Harga masih tetpa merupakan salah satu unsur

terpenting yang menentukan mangsa pasar dan

profitabilitas perusahaan. Harga merupakan

slah satu elemen bauran pemasaran yang

paling fleksibel karena harga dapat dirubah

dengan cepat. Oleh sebab itu, harga juga

merupakan masalah nomor satu yang dihadapi

oleh eksekutif pemasaran, maka dari itu

penetapan harga menjadi sangat penting untuk

diperhatikan. Berdasarkan penjelasan tersebut

setiap perusahaan dapat menetapkan harga

dapat memberikan keuntungan yang lebih baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Adapun beberapa tujuan penetapan harga (a)

kelangsungan hidup, (b) laba sekarang

maximum, (c) pendapatan sekarang maximum,

(d) pertumbuhan sekarang maximum, (e)

skimming pasar maximum (memerah pasar

maximum), (f) kepemimpinan mutu produk.

Prosedur penetapan harga antara lain

penetapan harga dengan orientasi biaya yang

meliputi penetapan harga secara mark up

(mark up pricing) yang dilakukan dengan cara

menambah suatu prosetase tertentu dari total

biaya varfiabel atau harga beli dari seseorang;

penetapan harga dengan cost plus (cost plus

pricing) yang dilakukan dengan cara

menambahkan prosentase tertentu dari total

biaya; penetapan harga sasaran(target pricing)

yang dalam hal ini harga jual yang ditetapkan

dapat memberikan tingkat keuntungan tertentu

yang dianggap wajar, keuntungan yang wahar

ini diperoleh untuk suatu tingkat investasi

tertentu dan resiko yang mungkin terjadi.

Penetapan harga ini kan memberikan target

keuntunganpada suatu tingkat total biaya

dengan suatu volumeproduksi standar yang

diperkirakan. Penetapan harga dengan orientasi

permintaan yang meliputi penetapan harga

berdasarkan persepsi/ penilaian konsumen

terhadap suatu produk yang sangat

berpengaruh terhadap posisi produk di pasar,

dan penetapan harga dengan cara

diskriminasi/diferensiasi harga yang dilakukan

dengan mempertimbangkan perbedaan

permintaan berdasarkan langganan, produk,

tempat, dan waktu. Penetapan harga dengan

orientasi persaingan yang meliputi penetapan

harga berdasarkan tingkat harga rata – rata

industri, penetapan harga seperti ini ditetapkan

dengan alasan bahwa perusahaan mengalami

kesukaran untuk menukar biaya sehingga sulit

menetukan harga yang wajar. Kemudian untuk

penepatan harga tender atau pelelangan

biasanya diajukan dalam sampul yang tertutup,

sedangkan pembeli dapat memilih penjual

yang dianggapnya mempunyai harga yang

rendah dengan spesifikasi yang diharapkannya.

Page 12: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 120

II. Metode Penelitian

Data yang diperoleh dari pengamatan

dan observasi secara langsung terhadap obyek

yang diteliti atau dengan kata lain data ini

dikumpulkan langsung dari responden yang

diteliti dan diolah sendiri. Dalam penelitian ini

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

maka jenis penelitian ini menggunakan

penelitian kuantitatif. Data ini adalah sumber

utama penelitian yang akan dilakukan.

Kelayakan penelitian ini tergantung pada

pengolahan data primer yang akan diperoleh

setelah pengisian kuisioner oleh pihak-pihak

yang dipilih secara acak. Adapun populasi dari

penelitian ini yaitu keseluruhan objek

penelitian dari semua elemen yang ada dalam

wilayah penilaian. Alat analisis yang

digunakan oleh peneliti yaitu kuesioner dan

dokumentasi.

III. Hasil Dan Pembahasan

Dalam memperlancar dan melakukan

kegiatan perusahaan, perusahaan menawarkan

produknya kepada konsumen untk

mengkonsumsi produk – produk yang telah

dibuatnya yaitu memberika janji dari manfaat

yang ada pada produk tersebut. Dalam

menentukan tehnik penarikan sampel, terlebih

dahulu harus ditetapkan populasinya yaitu

kelompok atau individu yang diminati dalam

penelitian yang berarti kelompok atau individu

yang akan dikenakan untuk diambil penelitian

dan semakin dipersempit populasinya maka

penilaian yang dilakukan aka menghemat

waktu, tenaga, dan biaya. Oleh sebab itu

sasaran yang mudah untuk diakses adalah

warga desa Payaman.

Dari hasil penelitian di atas merupakan

jawaban dari diskripsi data, analisa data dan

pengujian hipotesis dengan jawaban di atas di

peroleh hasil bahwa untuk megetahui

sejauhmana hubungan antara merek dagang

dan harga terhadap keputusan pembelian

diperoleh hasil korelasi yaitu : r1 = 0.745 dan r2

= 0.866 artinya hipotesis yang menduga antara

merek dagang dan harga mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan pembelian

shampo terbukti kebenarannya. Dan hipotesis

yang menyatakan bahwa harga lebih dominan

terhadap keputusan pembelian produk

shampoo terbukti kebenarannya. Dan apabila

untuk membuktikan signifikan atau tidaknya

pengaruh antara kedua variable maka dihitung

dengan uji t, dimana t1 hitung = 8,448 > t table =

2,000 sedang t2 hitung = 13,19 > t table = 2,000 dan

selisih yang terjadi antara t hitung dan t table adalah

cukup besar sehingga dari keadaan tersebut

dapat diarik kesimpulan Ho ditolak dan H1

diterima yang berarti variable merek dagang

dan harga mempengaruhi keputusan pembelian

produk shampoo terbukti.

Pengaruh merek dagang dan harga

terhadap keputusan pembelian produk

shampoo dibuktikan dengan regresi linier

ganda yang hasilnya Y=-32,382 + 1.67X1 +

1,5X2. Dari persamaan tersebut dapat

disimpulkan bahwa a= -32,382 yang artinya

tingkat keputusan pembelian rata-rata adalah

sebesar -32,382 set bila merek dagang dan

harga nol, b1 = 1,67 yang artinya merek dagang

shampoo Clear akan mempengaruhi keputusan

pembelian sebesar 1,67 produk, b2 = 1,5 yang

berarti harga akan mempengaruhi keputusan

pembelian sebesar 1,5 produk.

IV. Kesimpulan Dan Saran

a. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai merek

dagang dan harga terhadap keputusan

pembelian produk shampoo, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa untuk mengetahui

sejauhmana hubungan antara merek dagang

dan harga terhadap keputusan pembelian

diperoleh hasil korelasi yaitu : r1 = 0.745 dan r2

= 0.866 yang berarti hipotesis antara merek

dagang dan harga mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian

shampoo terbukti kebenarannya. Dan hipotesis

yang menyatakan bahwa harga lebih dominan

terhadap keputusan pembelian produk

shampoo terbukti kebenarannya. Sedangkan

untuk membuktikan signifikan atau tidaknya

pengaruh antara kedua variable maka dihitung

dengan uji t, dimana t1 hitung = 8,448 > ttabel =

2000 sedang t2 hitung = 13,19 > t table = 2,000 dan

selisih yang terjadi antara t hitung dan t table adalah

cukup besar sehingga dari keadaan tersebut

dapat diarik kesimpulan Ho ditolak dan H1

diterima yang berarti variable merek dagang

dan harga mempengaruhi keputusan pembelian

produk shampoo terbukti.

Page 13: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 121

b. Saran

Saran yang bisa dikemukakan setelah

mempelajari keadaan yang terjadi pada

masyarakat desa Payaman sebagai

rekomendasi penunjang hasil penelitian, yang

sekiranya berguna bagi masyarakat atau

konsumen adalah dengan diketahui harga maka

faktor yang paling dominan terhadap

keputusan pembelian shampoo, hendaknya

konsumen bukan hanya memperhatikan harga

saja tetapi konsumen juga harus

memperhatikan cocok atau tidaknya shampoo

yang dipakai. Kosumen dalam pamakaian

shampoo hendaknya tidak mengganti-ganti

merek sehingga dapat mencapai hasil yang

maksimal dan menggunakan shampoo sesuai

dengan kebutuhan pada rambut.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta,

Asdi Mahastya.

Assauri sofyan, 1991. Manajemen Produksi.

Jakarta, Edisi Keempat, FEUI.

Kotler Philip, 1997. Manajemen Pemasaran,

PT. Prenhalindo. Jakarta.

Kotler dan Amstrong, 2001. Prinsip-Prinsip

Pemasaran. Terjemahan oleh damus

Sihombing. Jakarta Erlangga.

Kotler Philip, 1998. Manajemen Pemasaran,

Yogyakarta, BPFE.

Nitisemito S. Alex, 1981. Marketing. Jakarta

: Ghalia Indonesia

Prof. Dr. Sudjana M.A, M.Sc. 1996. Metoda

Statistika. Edisi Keenam, penerbit

Tarsito Bandung.

Prof. Dr. Sugiono, 2006. Statistika Untuk

Penelitian. Penerbit CV. ALFABETA

Bandung.

Swastha Basu dan Irawan, 2005, Manajemen

Pemasaran Modern, Yogyakarta

Liberty.

Tjiptono Fandy, 1997. Strategi Pemasaran.

Penerbit ANDI Yogyakarta.

Page 14: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 122

Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Mahasiswa Non Arab

(Studi Kasus Kondisi Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN STS Jambi)

Yusraini dan Yogia Prihartini *

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN STS Jambi

Jl. Jambi Ma-Bulian KM. 16 S. Sungai duren Kab. Muaro Jambi

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Sedang Untuk memeriksa keabsahan dan kebenaran data, maka

dilakukan dengan trianggulasi data. Tujuan umum perkuliahan Bahasa Arab di IAIN STS Jambi

adalah membangun kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Arab, baik istima’, kalam, qira’ah

maupun kitabah. Karakteristik mata kuliah bahasa Arab di IAIN STS Jambi adalah materi

perkuliahan bahasa Arab disusun pihak Institut, pengelolaan bahasa Arab dikelola secara independen

oleh setiap fakultas. Kendala pembelajaran bahasa Arab di IAIN STS Jambi adalah: Waktu

perkuliahan kurang efektif karena dilakukan di siang hari, Lingkungan berbahasa kurang efektif,

kurangnya sarana pembelajaran bahasa Arab dan jumlah mahasiswa pada setiap kelas terlalu banyak,

kejenuhan mahasiswa belajar bahasa Arab serta tidak adanya follow up dari pembelajaran bahasa

Arab. Karakteristik mahasiswa perkuliahan bahasa Arab adalah: Perbedaan latar belakang pendidikan

mahasiswa, dan kurang motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.

Kata Kunci : Problematika, Pembelajaran dan Bahasa Arab.

Abstract

The objective this research is to discribe The Problem of Arabic Instruction for Non Arabic

Spoken Student : A Spoken Student : A Case Study Study Condition of Arabic Instruction IAIN STS

Jambi. This is a cualitative research the data were obtained by observation, documention, and

interview, checked by data trianggulation. The general objective of arabic instruction at IAIN STS

Jambi is to develop, student skill is listening, speaking, reading ang writting of arabic. Caracteristict of

arabic instruction is the teaching material is provided by institute, while its instruction is handled by

the individual faculty. Its found that the problem of arabic instruction at IAIN STS Jambi is that the

timing of instruction, enviroment an facility are an adequited, and in addition large of number is

student in is class, and limited time provided for arabic instruction also constribute to the problematic

faced by arabic instruction, differcity of student educational background and lack of student

motivation in studying arabic also constribute to the Arabic instruction.

Key words : Problematic, Instruction and Arabic

A. Pendahuluan

Teknologi Pendidikan sering

didefinisikan sebagai proses yang

kompleks dan terpadu yang melibatkan

orang, prosedur, ide, peralatan, dan

organisasi untuk menganalisis masalah,

mencari jalan pemecahan, melaksanakan,

mengevaluasi, dan mengelola pemecahan

masalah yang menyangkut semua aspek

belajar manusia (AECT, 1986: 1).

Definisi lain yang lebih singkat dan lebih

mutakhir menyebutnya sebagai studi

sistematis tentang sarana yang digunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan (Seels

& Richey, 1994: 19). Definisi pertama

menitik beratkan pada pemecahan

masalah belajar, sedang definisi kedua

menitik beratkan pada pendayagunaan

berbagai sarana belajar. Namun kedua-

duanya mempunyai arah yang sama dan

bermuara pada upaya untuk membantu

memecahkan masalah belajar manusia.

Pemecahan masalah belajar dapat

dilakukan dengan memanfaatkan secara

teoritis dan praktis 5 domain (desain,

pengembangan, pemanfaatan,

pengelolaan, dan evaluasi) dalam kawasan

Teknologi Pendidikan. Teori tersusun atas

konsep, konstruk, prinsip, proposisi yang

memberikan kontribusi pada khasanah

pengetahuan. Sedang praktek merupakan

penerapan pengetahuan itu untuk

Page 15: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 122

memecahkan masalah (Seels & Rchey,

1994: 11). Domain desain merupakan

proses menspesifikasi kondisi belajar.

Domain pengembangan merupakan proses

penerjemahan spesifikasi desain ke dalam

bentuk fisik. Domain pemanfaatan

tindakan untuk menggunakan berbagai

proses dan sumber untuk belajar. Domain

pengelolaan merupakan melibatkan

pengontrolan Teknologi Pembelajaran

melalui perencanaan, organisasi,

koordinasi, dan supervisi. Domain

evaluasi merupakan suatu proses

penentuan kesesuaian pembelajaran dan

belajar.

Kondisi pembelajaran yang

merupakan salah satu cakupan strategi

pembelajaran dalam domain desain,

sering diidentikkan dengan model

pembelajaran (Seels & Richey, 1994: 32).

Model pembelajaran dan strategi

pembelajaran perlu melaksanakan model

yang berbeda sesuai dengan situasi

belajar, sifat isi pembelajaran dan tipe

belajar yang dikehendaki. Menurut

Degeng, kondisi pembelajaran merupakan

variabel pembelajaran yang tidak dapat

dimanipulasi dan karena itu harus

diterima sebagai adanya (given) oleh

desainer pembelajaran. Namun demikian,

penerimaan ini harus tetap disertai dengan

analisis pembelajaran secara mendalam.

(Degeng, 1988: 37)

Analisis ini diperlukan untuk

lebih memahami berbagai komponen

kondisi pembelajaran, agar lebih mudah

dalam mendeskripsikan hubungan antar

berbagai variabel pembelajaran. Dengan

ini diharapkan pembelajaran akan

memberikan makna teoritis dan praktis

bagi desainer pembelajaran.

Dalam perspektif Bahasa Arab,

kondisi pembelajaran juga mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar. Namun demikian, kajian

mengenai kondisi pembelajaran Bahasa

Arab belum banyak dilakukan. Kajian

pembelajaran Bahasa Arab, selama ini

lebih banyak diorientasikan pada metode

pembelajaran. Padahal metode

pembelajaran dan kondisi pembelajaran

mempunyai pengaruh yang sama dalam

meningkatkan hasil pembelajaran (Ali,

1996: 105).

Hasil belajar dalam Bahasa Arab

ditandai dengan kemampuan mahasiswa

untuk dapat menguasai materi Qiraah,

Kalam, Istima‟, dan Kitabah. Kemampuan

ini akan dapat dicapai kalau variabel

pembelajaran, termasuk kondisi

pembelajaran, mempunyai kontribusi

yang signifikan dalam pembelajaran.

Untuk itu, kondisi pembelajaran dalam

pembelajaran Bahasa Arab tidak dapat

diabaikan (Ali, 1996: 128).

Meskipun banyak penelitian yang

dilakukan di IAIN, tetapi untuk penelitian

yang mengkaji tentang kondisi

pembelajaran Bahasa Arab belum pernah

dilakukan. Untuk itu, penelitian ini sangat

penting dilakukan untuk menemukan

kondisi pembelajaran Bahasa Arab di

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

B. Pembelajaran Bahasa Arab

Mempelajari bahasa kedua (B2)

berarti berupaya bagaimana mampu

menggunakan bahasa tersebut selain

bahasa ibu. Dalam hal ini ia mampu

memahami simbol-simbol B2 ketika ia

mendengarkannya, mampu dalam hal

berbicara, mambaca dan menulis. Dari sisi

dipahami bahwa ada dua tahap yang

ditempuh oleh pelajar bahasa, pertama

menerima bahasa itu,dan Kedua,

menggunakannya. Sehingga pada tujuan

idealnya, proses pembelajaran bahasa arab

diharapkan dapat mencapai tahap-tahap

sebagai berikut (Rusydi Ahmad

Thaimiyah, 44) : 1). Menguasai bunyi dan

spesifikasinya yaitu memahami konotasi

bunyi yang didengarkannya atau

sebagaimana istilah Karl”menguasai

symbol-simbol bunyi”. 2). Memahami

berbagai aspek dalam pola pembentukkan

(sintaksis) dan penyusunan kalimat

(tarakib) atau yang disebut oleh

Karl”Kepekaan grametika”. 3).

Menguasai kaidah umum yang

membentuk ungkapan kalimat, termasuk

memahami segi-segi sinonim, himonimy

dan seterusnya. 4). Mampu menggunakan

bahasa arab secara benar sesuai kultur

penutur aslinya.

Page 16: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 123

Dalam konteks pengajaran,

mengajarkan bahasa atau ilmu lainnya

tidak lain adalah merekturisasi

kemampuan, ilmu, orientasi serta nilai

yang didapatkan oleh pebelajar. Prinsip

ini dinilai lebih efektif dibanding sekedar

menyuguhi pebelajar sekian banyak

macam ilmu. Hal senada disampaikan

oleh Bruner; menurutnya: ketika kita

mengajarkan ilmu tertentu kepada

seseorang, bukan bertujuan agar

kemudian otaknya penuh dengan ”beban

otak”, melainkan kita mengajarkan

bagaimana murid turut berpartisipasi

dalam proses. Kita mengajarkan suatu

ilmu bukan bertujuan akan menghasilkan

suatu catatan kesimpulan, akan tetapi kita

mengantar pebelajar untuk dapat berfikir

secara mandiri (Bruner sebagaimana

dikutip oleh Hamid, 1982; 262).

Pembelajaran bahasa Arab di

Indonesia, telah diajarkan di sekolah-

sekolah pada umumnya, dan sekolah-

sekolah agama pada khususnya, sejak

tingkat Madrasah Ibtidaiyah hingga

tingkat Perguruan Tinggi. Adapun materi

yang diajarkan di sekolah-sekolah itu

sangat bervariatif sesuai dengan tingkat

pengetahuan anak didik. Untuk anak-anak

usia MI, pembelajaran bahasa Arab

biasasnya dimulai dengan pengenalan

huruf-huruf Arab dan cara membacanya

dengan benar, tanpa harus memahaminya

dari sisi makna. Sedangkan untuk tingkat

yang lebih tinggi, yaitu sejak kelas III MI,

mereka sudah mulai diajari dengan kosa

kata-kosa kata Arab yang bersifat ringan

dan mudah dihafal. Kemampuan itu terus

ditingkatkan sedikit demi sedikit hingga

anak mampu mendengar, bercakap,

membaca dan menulis bahasa Arab

dengan baik dan benar.

Di perguruan tinggi Agama Islam,

baik negeri maupun swasta, pembelajaran

bahasa Arab diajarkan dalam bentuk Mata

Kuliah Bahasa Arab yang diarahkan untuk

mendorong, membimbing,

mengembangkan dan membina

kemampuan berbahasa Arab fusha', baik

produktif maupun reseptif, serta

menumbuhkan sikap postif terhadap

bahasa itu sendiri. Kemampuan bahasa

Arab produktif adalah kemampuan

menggunakan bahasa itu sebagai alat

komunikasi baik lisan maupun tulisan.

Kemampuan berbahasa reseptif adalah

kemampuan untuk memahami

pembicaraan orang lain dan kemampuan

memahami bacaan. Kemampuan

berbahasa Arab dan sikap positif terhadap

bahasa Arab merupakan unsur penting,

karena dapat membantu mahasiswa dalam

memahami sumber Islam seperti Al-

Qur'an, hadits dan kitab-kitab berbahasa

Arab lainnya.

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Secara umum pembelajaran

bahasa Arab, memiliki fungsi dan tujuan

yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai dalam pembelajaran

tersebut. Menurut Abid Taufiq Al-

Hasyimi dalam bukunya "Al-Muwajih Al-

Amali Limudarrisi Al-Lughah Al-

Arabiyah dijelaskan bahwa tujuan umum

pengajaran bahasa Arab adalah (Al-

Hasyimi, 1983: 16 )

1. Memperindah susunan kalimat dalam

berbicara dan menulis. Dengan belajar

bahasa Arab diharapkan siswa mampu

menyusun kalimat-kalimat pendek dan

panjang, baik dalam bahasa lisan

maupun tulis.

2. Membiasakan untuk menggunakan

bahasa fushah dalam berbicara dan

menulis.

3. Membiasakan ketepatan dalam

memberikan harakah dan sukun pada

tiap huruf.

4. Melafalkan setiap huruf dengan tepat.

5. Memperkaya kemampuan dalam

pelafalan.

6. Menunjukkan cara penulisan yang

benar dan indah.

7. Menumbuhkan rasa kebahasaan.

Menurut criteria di atas maka

pembelajaran bahasa Arab secara umum

dapat dikatakan sebagai sarana untuk

melatih dan membiasakan siswa untuk

menggunakan bahasa Arab secara tepat

dan benar, baik dalam bahasa lisan

maupun tulis, yang dilanjutkan dengan

pemupukan rasa keindahan dalam

berbahasa dan berkomunikasi.

D. Materi Pembelajaran Bahasa Arab.

Menurut Al-Hasyimi Abid Taufiq

(1983;14) bahwa materi pembalajaran

Page 17: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 124

bahasa Arab secara umum dapat

dikategorikan menjadi enam macam :

1. Qira'ah: yaitu sebuah materi

kebahasaan yang titik tekannya pada

kemampuan siswa untuk membaca

teks-teks yang tertulis.

2. Kajian sastra: yaitu materi kebahasaan

yang titik tekannya pada aspek

keindahan berbahasa dan rasa

kebahasaan.

3. Kaidah bahasa (Nahwu): yaitu materi

kebahasaan yang titik tekannya pada

aspek gramatikal dan susunan kalimat

4. Insya': yaitu materi kebahasaan yang

titik tekannya pada kemampuan siswa

untuk menulis dan mengungkapkan

apa yang ada di dalam pikiran ke

dalam bahasa tulis.

5. Imla': yaitu materi kebahasaan yang

titik tekannya pada kemampuan siswa

dalam menulis kata dan kalimat secara

tepat dan benar.

6. Khath: yaitu materi kebahasaan yang

titik tekannya pada kemampuan siswa

untuk menulis bagus dan indah.

E. Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab

Efektivitas adalah sebagai tingkat

keberhasilan suatu organisasi mencapai

tujuan. (Robbin, 1995: 49) Efektivitas

juga dapat dikatakan ukuran keberhasilan

pencapai suatu tujuan, atau apa yang

dicapai dibandingkan dengan apa yang

direncanakan. (Santono, 1999: 27)

Efektivitas adalah apabila suatu kegiatan

dapat diselesaikan. pembelajaran yang

efektif adalah belajar yang bermanfaat

dan bertujuan bagi peserta didik melalui

prosedur yang tepat (Miarso: 2004, 636).

Pengertian ini mengandung 2

indikator , yaitu pertama , terjadinya

proses belajar pada peserta didik, kedua,

apa yang dilakukan oleh tenaga pendidik.

Oleh karena itu, rencana yang telah

ditetapkan tenaga pendidik dan terbukti

peserta didik akan dijadikan fokus dalam

usaha meningkatkan efektivitas

pembelajaran bahasa Arab.

Adapun ciri-ciri pembelajaran

yang efektif diantaranya: pertama, peserta

didik menjadi pengkaji yang aktif

terhadap lingkunganya melalui observasi,

perbandingan, penemuan kesamaan dan

perbedaaan-perbedaan serta membentuk

konsep dan generalisasi berdasarkan

kesamaan yang ditemukan, ketiga, guru

menyediakan materi sebagai fokus

berpikir dan berinteraksi dalam

pembelajaran; keempat, aktivitas peserta

didik sepenuhnya didasarkan pengkajian,;

kelima, guru secara aktif terlibat dalam

pemberian arahan dan tuntunan kepada

peserta didik dalam menganalisis

informasi; keenam, orientasi pembelajaran

penguasaan isi pelajaran dan

pengembangan keterampilan berpikir.

Ketujuh, guru menggunakan teknik yang

bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya

pembelajaran tenaga pendidik.(Warsita:

2008, 289).

F. Bentuk-Bentuk Keterampilan

Berbahasa. Menurut Nashir Abdullah Al-

Ghali (1991: 51) dalam bukunya "Ususu

I'dadi Al-Kutub At-Ta'limiyah Lighairi

An-Nathiqina bi Al-Arabiyah"

menjalaskan bahwa yang dimaksud

dengan ketrampilan (kemahiran) adalah

kecepatan, kedetilan dan kebagusan

seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan. Jika ada seseorang memiliki

kecepatan, kedetilan dan kebagusan dalam

berbicara dengan lafal yang fasih, susunan

kalimat yang bagus, memperhatikan

setiap titik dan koma, mengungkapkannya

dengan suara yang pas dan sebagainya,

maka pada saat itu kita katakan bahwa dia

mahir dalam berbicara. Dengan demikian

yang dimaksud dengan kemahiran atau

ketrampilan berbahasa adalah kecepatan,

kedetilan dan kebagusan seseorang dalam

berbahasa.

G. Peranan Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa Arab juga memiliki peran

yang sama bila dibandingkan dengan

bahasa-bahasa lainnya. Di samping

sebagai bahasa komunikasi, di perguruan

tinggi Islam, bahasa Arab juga memiliki

peran dan fungsi lain yang bisa kita

klasifikasikan dalam beberapa poin

berikut: 1). Bahasa Arab Sebagai Bahasa

komunikasi, salah satu fungsi utama

bahasa Arab dalam kehidupan manusia

sehari-hari adalah sebagai alat komunikasi

bagi penggunanya, khususnya orang-

orang Arab dan orang-orang Islam di

seluruh penjuru dunia yang

Page 18: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 125

memahaminya. 2). Bahasa Arab Sebagai

Bahasa Literatur, fungsi dan peran bahasa

Arab lainnya dewasa ini yang sangat

kelihatan nyata buktinya secara fisik

adalah bahasa Arab sebagai bahasa

literatur. Sangat banyak sekali buku-buku

keagamaan yang ditulis dengan bahasa

Arab. Bahkan bisa dikatakan bahwa teks-

teks asli buku keagamaan di masa lampau

dan masa kini adalah tertulis dengan

bahasa Arab, karena sumber asli ilmu-

ilmu keagamaan berasal dari Arab yang

kemudian ditransfer atau diterjemahkan

ke dalam bahasa-bahasa dunia lainnya,

baik yang bersifat local, nasional maupun

internasional. Sebagai bahasa literatur, di

Perguruan Tinggi Islam, bahasa Arab

sudah tidak lagi dianggap sebagai sesuatu

yang aneh. Bahkan untuk materi-materi

keagamaan tertentu, seperti tafsir, hadits,

dan fikih, bahasa Arab telah menjadi

sebuah keniscayaan. 3). Bahasa Arab

Sebagai Bahasa Pengantar,di samping

sebagai bahasa literatur, bahasa Arab di

lingkungan perguruan tinggi Islam, juga

digunakan sebagai bahasa pengantar

perkuliahan.. Bahkan di beberapa

perguruan tinggi Islam, mengharuskan

belajar bahasa Arab dulu sebelum

memasuki perkuliahan, supaya mereka

benar-benar siap menerima materi

perkuliahan yang disampaikan dengan

bahasa Arab. 4). Bahasa Arab Sebagai

Bahasa Ilmiah, fungsi lain bahasa Arab di

perguruan tinggi Islam adalah sebagai

bahasa ilmiah. Telah banyak universitas

dan perguruan tinggi Islam di dunia, yang

mewajibkan kepada mahasiswanya untuk

menulis skripsi, tesis maupun disertasi

dengan bahasa Arab. Ini berarti bahwa

bahasa Arab telah menjadi salah satu

bahasa ilmiah di perguruan tinggi agama.

F. Metode Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam pembelajaran bahasa Arab,

terdapat lima metode klasik yang hingga

kini masih eksis dipergunakan di berbagai

lembaga pendidikan formal tentu saja

dengan modifikasi, inovasi dan

perkembangan masing-masing. Kelima

metode tersebut adalah: 1). Metode

Gramatika Tarjamah (Thariah al-qawa‟id

wa al-tarjamah) 2). Metode Langsung (al-

Thariqah al-Mubasyarah) 3). Metode

Membaca (al-Thariqah al-Qira‟ah) 4).

Metode Audiolingual (al-Thariqah al-

sam‟iyyah al-syafahiyyah) 5). Metode

Eklektik (al-Thariqah al-Intiqaiyyah).

(Radliyah. 2005: 37-43)

H. Kondisi Pembelajaran

Menurut Reigeluth dan Stein

kondisi pembelajaran sebagai salah satu

variabel pembelajaran terdiri atas tiga

sub-komponen, yaitu: (1) tujuan dan

karakteristik bidang studi, (2) kendala dan

karakteristik bidang studi, dan (4)

karakteristik siswa. Ketiga komponen

tersebut mempunyai hubungan interaktif

yang saling mempengaruhi( Reigeluth,

C.M. & Stein, F.S.1983 :19).

Tujuan pembelajaran pada

hakekatnya mengacu pada hasil

pembelajaran yang diinginkan. Tujuan

pengajaran terdiri atas tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum merupakan

pernyataan umum mengenai hasil

pembelajaran yang diinginkan. Sedang

tujuan khusus merupakan pernyataan

khusus mengenai hasil pembelajaran yang

diinginkan.

Karakteristik bidang studi

merupakan ciri-ciri khusus yang melekat

pada bidang studi. Karakteristik bidang

studi terdiri atas struktur bidang studi dan

tipe isi bidang studi. Struktur bidang studi

mengacu pada hubungan-hubungan di

antara bagian-bagian bidang studi itu.

Sedang tipe isi bidang studi merupakan

konstruk bidang studi yang terdiri atas

fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

(Degeng, 1988:61).

Kendala pembelajaran merupakan

keterbatasan sumber-sumber belajar,

seperti waktu, media, personalia, dan

uang. Kendala ini harus menjadi

pertimbangan penting dalam pemilihan

strategi penyampaian pembelajaran.

Karakteristik siswa (mahasiswa)

merupakan aspek-aspek atau kualitas

perseorangan siswa. Aspek ini berupa

bakat, motivasi belajar, atau kemampuan

awal yang telah dimiliki. Pada bagian ini

akan menitikberatkan pada uraian

mengenai kemampuan awal mahasiswa.

Ini dilakukan karena kemampuan awal

amat penting peranannya dalam

meningkatkan kebermaknaan

Page 19: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 126

pembelajaran, yang selanjutnya membawa

dampak dalam memudahkan proses-

proses internal yang berlangsung dalam

diri mahasiswa ketika belajar.

Kondisi pembelajaran dalam

aplikasinya tidak terlepas dari setting

pembelajaran. Ia akan terkait dengan

berbagai karakteristik obyek dan subyek

pembelajaran. Demikian juga kondisi

pembelajaran dalam Bahasa Arab, akan

selalu terkait dengan kelebihan dan

keunikan Bahasa Arab tersebut.

Kelebihan dan keunikan Bahasa Arab

tersebut antara lain: (1) memiliki

kekayaan istilah-istilah yang baku dalam

epistemologi Islam yang sampai sekarang

belum tergantikan dengan istilah lain yang

memadai, (2) autentisitas keilmuan,

dimana dengan metode transkripsi dari

guru kepada siswa dan dari generasi ke

generasi, kualifikasi sanad dapat terjaga

secara ketat, (3) memiliki dokumentasi

pemikiran dan penalaran para

cendekiawan muslim dalam menghadapi

dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an

maupun As-Sunnah dan cara mereka

mengambil solusi masalah fiqhiyah yang

pantas diteladani, dan (4) sebagai

pembawa mata rantai keilmuan Islam dari

satu masa ke masa lainnya, sehingga

terjadi kesinambungan budaya dan

keutuhan wawasan (Hasan, M.T,

1987:104).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan

dengan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Sedang instrumen, sesuai dengan

sifat penelitian kualitatif, maka instrumen

pokok dari penelitian ini adalah peneliti sendiri

dibantu dengan alat kamera, tape recorder,

pedoman wawancara, dan alat-alat lain yang

diperlukan secara insidentil. Disamping itu,

peneliti juga akan dibantu oleh beberapa orang

pemandu (guider) dan pekerja lapangan (field

worker) sesuai dengan permasalahan yang ada

di lapangan.

Untuk memeriksa keabsahan dan

kebenaran data, maka dilakukan dengan a)

observasi terus menerus, b) menguji secara

triangulasi, c) mencari kasus yang

bertentangan, d) melibatkan informan untuk

me-review, e) mendiskusikan data dengan ahli

IAIN f) memeriksa kembali catatan lapangan,

dan g) mencocokkan data pada obyek

penelitian (Moleong, 1990: 175).

PEMBAHASAN

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab di

IAIN STS Jambi

Di dorong oleh keinginan mewujudkan

“Ulama Yang Intelek Professional” dan

“Intelek Professional Yang Ulama”, IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, berupaya

memadukan penguasaan ilmu pengetahuan

modern dengan ilmu-ilmu agama. IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menilai bahwa

pengembangan Bahasa Arab di IAIN sangat

strategis dan sifatnya mendesak karena banyak

kalangan yang merasa prihatin dengan kondisi

riil perguruan tinggi Islam di Indonesia,

termasuk para menteri dan mantan menteri

agama.

Tujuan umum program khusus

perkuliahan Bahasa Arab adalah membangun

kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Arab

yang selanjutnya dijadikan sebagai alat untuk

melakukan kajian keislaman. Melalui

pembelajaran Bahasa Arab secara intensif dan

kreatif ini diharapkan mahasiswa mampu

melakukan kajian terhadap literature yang

berbahasa Arab secara mandiri, sehingga

harapan agar mahasiswa mengembangkan

keilmuan lebih lanjut dapat terwujud.

Dapat diungkapkan bahwa tujuan

umum perkuliahan Bahasa Arab di IAIN

Saifuddin Jambi adalah memberikan empat

kemahiran berbahasa yaitu menyimak,

berbicara, membaca dan menulis secara

sederhana. Tujuan secara khusus adalah a).

Mahasiswa mampu mengenalkan diri dan

orang lain secara sederhana. b). Mahasiswa

mampu melafalkan dan membuat pola kalimat

yang terdapat unsur kata benda. c). Mahasiswa

mampu melafalkan dan membuat pola kalimat

yang terdapat unsur kata kerja. d). Mahasiswa

menguasai secara sederhana empat kemahiran

berbahasa Arab yaitu istima„, kalam, Qira‟ah

dan Kitabah. (dokumentasi IAIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2013)

Berdasarkan observasi dan wawancara

dengan dosen yang mengampu mata kuliah

bahasa Arab, tujuan dari pembelajaran bahasa

Arab yang diinginkan sulit untuk tercapai

dengan baik karena pada saat proses

perkuliahan sebagian besar mahasiswa

Page 20: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 127

khususnya jurusan tadris, Ekonomi Islam,

belum pernah belajar bahasa Arab dan tidak

dapat menulis huruf hijaiyah dengan baik serta

tidak memiliki kosa kata bahasa Arab. Ini

menjadi penyebab tujuan perkuliahan bahasa

tidak dapat tercapai dengan baik.

2. Karakteristik Mata Kuliah Bahasa

Arab di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi

Mata kuliah bahasa Arab termasuk

mata kuliah institut dan mata kuliah wajib di

semua fakultas dan jurusan. Baik itu fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, fakultas

Syari‟ah, fakultas Ushuluddin maupun fakultas

Adab, dan setiap mahasiswa wajib mengambil

mata kuliah bahasa Arab sebagai prasyarat

perkuliahan. 1). Materi Perkuliahan Bahasa

Arab, Materi perkuliah Bahasa Arab untuk

semester satu dan pada semester enam (mata

kuliah TOAFL) disusun oleh Tim Ahli dari

setiap fakultas. Mata kuliah bahasa Arab pada

tahap pertama di perkenalkan kata benda

sepert muannas dan muzakar, kata tempat, kata

ganti orang, kata sifat, kata superlatif, warna

dan bentuk benda. Dan pada tahap kedua

dikenalkan dengan kata kerja yang meliputi

kata kerja masa lampau (Fi‟il Madhi) kata

kerja masa sekarang (Fi‟il Mudhori‟) dan kata

kerja perintah (Fi‟il Amar). (dokumentasi

IAIN STS Jambi, tahun 2013)

Berdasarkan observasi dan wawancara

dengan dosen mata kuliah bahasa Arab yaitu

M.Qadri, Siti Khodijah, Maria Ulfa,

Badaruddin, Ismail Fachri menyatakan:

materi-materi tersebut terlalu padat untuk

diajarkan dengan 14 kali tatap muka di luar

Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir

Semester. karena latar belakang pendidikan

dari SMA, SMK, MAN dan MAS maka

kemampuan mahasiswa juga sangat kurang

dibandingkan mereka yang dari pesantren.

2). Pengelolaan Mata Kuliah Bahasa Arab

secara independen, pengelolaan Bahasa Arab

dibedakan dengan mata kuliah-mata kuliah

yang lain karena dalam belajar bahasa

diperlukan kontinuitas dan evaluasi yang terus

menerus, baik terhadap peserta pembelajaran

maupun terhadap dosen. Sehingga untuk upaya

memudahkan tercapainya semua tujuan

pembelajaran itu maka perkuliahan bahasa

Arab dikelola secara khusus oleh setiap

fakultas yang ada di IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi. Terutama roster perkuliahan

bahasa Arab. Menurut dosen bahasa Arab

Musli, Rasidin, Badaruddin, Nurlaily :

sebenarnya mata kuliah bahasa Arab mulai

tahun 1999 sampai sekarang akan di kelola

oleh Lembaga Pusat Studi Bahasa, yaitu Arab

dan Inggris, baik dari segi dosen maupun

materi perkuliahan, namun tidak dapat

terealisasi sampai sekarang masih di kelola

oleh fakultas masing-masing. (Wawancara,

tanggal 14,15 dan 16 Agustus 2013) ketika hal

ini dikonfirmasi ke ketua lembaga pusat

bahasa, membenarkan hal tersebut. Karena

keterbatasan dana dan tenaga dan kurangnya

koordinasi dengan para dosen bahasa dan

pihak jurusan maka ide tersebut tidak dapat

dilaksanakan. (wawancara, Mahyuzar Rahman,

tanggal 20 Agustus 2013)

3). Kemahiran Berbahasa, dalam

pembelajaran Bahasa Arab menekankan empat

ketrampilan berbahasa sebagai

berikut:Ketrampilan mendengar (maharatul

istima‟), Ketrampilan berbicara( maharatul

kalam ), Ketrampilan membaca (muthala’ah)

Ketrampilan kitabah (kitabah insya’iyah).

Dalam tujuan pembelajaran bahasa Arab yang

disusun oleh pihak IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi cukup jelas bahwa mahasiswa

diharapkan menguasai secara sederhana empat

kemahiran berbahasa Arab yaitu istima„,

kalam, Qira‟ah dan Kitabah.

3. Kendala Pembelajaran Bahasa Arab di

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

1). Waktu Perkuliahan, pembelajaran Bahasa

Arab dilaksanakan sesuai dengan roster

perkuliahan yang telah ditetapkan oleh setiap

fakultas. Dengan waktu sesuai dengan jumlah

sks dari mata kuliah bahasa Arab 2 SKS dan

waktu yang disediakan adalah 100 menit,

dengan waktu 100 menit tersebut idealnya

mahasiswa cepat menyerap materi yang

diberikan oleh dosen, juga cukup waktu untuk

latihan-latihan berbahasa. Berdasarkan

observasi dan wawancara, bahwa kejenuhan

mahasiswa dalam belajar bahasa Arab diantara

penyebabnya adalah keterbatasan waktu

dengan komposisi materi cukup padat dan

waktu perkuliahan bahasa Arab lebih banyak

dilaksanakan pada siang hari, pada jam-jam

kurang efektif untuk belajar bahasa Arab.

2). Lingkungan berbahasa, lingkungan bahasa

tidak terbentuk secara maksimal di kampus

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,

termasuk juga di jurusan Pendidikan Bahasa

Page 21: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 128

Arab dan Jurusan Sastra Arab. Lingkunga

bahasa yang ada di IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi yaitu di Ma‟had al‟Aly karena

semua mahasiswa baru wajib masuk asrama

selama 2 semester untuk ditempatkan dalam

satu lingkungan yang mudah terkontrol, namun

karena keterbatasan tempat maka tidak semua

mahasiswa baru dapat ditempatkan di asrama,

penempatan mahasiswa sebagai mahasantri di

ma‟had al‟Ali ditentukan berdasarkan hasil

seleksi yang dilakukan oleh Ma‟had al Aly.

Berdasar hasil pengamatan bahwa lingkungan

al-‟Arabiyah yang telah dibentuk belum

berjalan sesuai visi dan misi Ma‟had al‟Aly.

3). Kurangnya sarana pembelajaran Bahasa

Arab, faktor pendukung dalam keberhasilan

proses pembelajaran bahasa Arab salah

satunya media pembelajaran karena fungsi

media pembelajaran adalah untuk

membangkitkan rasa senang dan gembira serta

konsentrasi kepada pelajaran. Media

pembelajaran bahasa Arab antara lain berupa

laboratorium bahasa, parabola, dan alat-alat

permainan bahasa. Jumlah sarana yang ada

sangat tidak seimbang dengan jumlah

mahasiswa perkuliahan bahasa Arab. Jika

dilihat dari jumlah mahasiswa baru angkatan

2013 sebanyak 1.250 mahasiswa, sedangkan

laboratorium bahasa yang dimiliki IAIN STS

Jambi hanya 1 laboratorium bahasa. Ini tentu

jauh dari rasio jumlah mahasiswa yang ada.

(Observasi dan dokumentasi IAIN STS Jambi

2013)

Berdasarkan hasil wawancara dengan

pengelola laboratorium bahasa dan para dosen

yang pernah menngunakan laboratorium

mengatakan bahwa kondisi laboratorium

cukup baik namun dari segi peralatan tidak

dapat difungsikan dengan baik seperti

komputer tidak dapat dipakai karena aliran

listrik tidak memadai jika semua komputer

dihidupkan. Dan ada beberapa headphone

tidak dapat digunakan karena rusak.

(wawancara. 15 September 2013). Parabola

dan alat-alat permainan bahasa memang tidak

ada baik itu di jurusan Pendidikan bahasa Arab

maupun di jurusan Sastra Arab. Perkuliahan

bahasa arab lebih banyak verbal dan latihan.

4). Jumlah mahasiswa, pada tahun 2013 IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menerima

mahasiswa baru sebanyak 1250 mahasiswa

kontribusi yang paling besar pada fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, peminat terbesar

untuk jurusan adalah jurusan Tadris-

Matematika, jumlah mahasiswa pada setiap

kelas terlalu banyak. Rata-rata jumlah setiap

kelas 30 sampai 35 orang. Dan jumlah ini

hampir berlaku disemua fakultas yang ada di

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi kecuali

fakulta ushuluddin. Dan Jumlah itu terlalu

banyak untuk perkuliahan bahasa. (

Dokumentasi dan Observasi, 1 Agustus 2013)

5). Kejenuhan Mahasiswa dalam belajar

bahasa Arab, kejenuhan mahasiswa dalam

belajar bahasa Arab karena mahasiswa belum

memahami bahasa dengan baik. Berdasarkan

pengamatan peneliti terlihat memang

mahasiswa yang mampu dan termotivasi

belajar berbahasa Arab adalah mahasiswa yang

mempunyai basic pondok pesantren.

mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi sebagian besarnya memang bukan

tamatan pondok pesantren, rata-rata mereka

tamatan Madrasah Aliyah dan sekolah umum,

maka secara umum mereka menjadi jenuh

untuk belajar bahasa Arab sedangkan

mahasiswa yang mempunyai kemampuan

dalam berbahasa memilih jurusan pendidikan

bahasa Arab pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan dan Jurusan Sastra Arab pada

Fakultas Adab.

6). Tidak adanya follow up pembelajaran

Bahasa Arab, perkuliahan bahasa Arab hanya

dilaksanakan satu semester yaitu pada

semester satu, setelah itu apa yang telah

mereka pelajari nyaris tidak digunakan. Lebih-

lebih untuk mereka yang berada di Jurusan

Tadris. Padahal bahasa adalah sebagai alat

komunikasi jika tidak pernah digunakan maka

seseorang tidak akan menguasainya. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa Arab tidak

akan bisa dipahami jika diajarkan satu

semester tanpa dilakukan follow up.

4. Karakteristik Mahasiswa peserta

Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

a). Perbedaan Latar belakang Pendidikan

Mahasiswa, mahasiswa yang memiliki

kemampuan berbahasa Arab yang berbeda-

beda. Ada yang berasal dari pesantren dengan

jenjang pendidikan Madrasah Aliyah Diniyyah

mereka telah memiliki bekal kemampuan

bahasa Arab yang baik, ada juga yang berasal

dari Madrasah Aliyah Keagamaan, tetapi ada

juga yang memiliki kemampuan bahasa Arab

yang lemah, bahkan ada yang sama sekali

Page 22: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 129

belum pernah belajar bahasa Arab sebelumnya,

karena mereka berasal dari SMU atau SMK

dan sejenisnya.

b). Kurang motivasi mahasiswa dalam belajar

bahasa Arab, kurangnya Motivasi mahasiswa

dalam belajar bahasa Arab, terutama

mahasiswa yang di jurusan-jurusan umum.

Mereka masuk IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi dengan tujuan ingin mendalami

keilmuan sesuai dengan jurusan yang dipilih,

sehingga perkuliahan bahasa Arab bagi mereka

hanyalah mata kuliah sampingan, yang tidak

begitu penting bagi mereka. Terdapat beberapa

mahasiswa yang sebenarnya masuk IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi atas keinginan

orang tuanya saja, jadi tidak karena

kehendaknya sendiri, sehingga ketika

memperoleh perkuliahan Bahasa Arab,

motivasi belajar mereka rendah. Mahasiswa-

mahasiswa seperti ini, meskipun tidak banyak,

sangat mudah menular dan mempengaruhi

mahasiswa-mahasiswa yang lain.

KESIMPULAN

Tujuan umum perkuliahan Bahasa

Arab di IAIN STS Jambi adalah membangun

kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Arab,

baik istima’, kalam, qira’ah maupun kitabah.

Karakteristik Mata Kuliah Bahasa Arab di

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi adalah

materi perkuliahan Bahasa Arab, pengelolaan

Bahasa Arab dikelola secara independen dan

Kemahiran berbahasa. Kendala Pembelajaran

Bahasa Arab di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi adalah: Waktu perkuliahan kurang

efektif, Lingkungan berbahasa, Kurangnya

sarana pembelajaran Bahasa Arab dan Jumlah

mahasiswa pada setiap kelas terlalu banyak,

kejenuhan mahasiswa belajar bahasa Arab

serta tidak adanya follow up dari pembelajaran

Bahasa Arab. Karakteristik mahasiswa adalah

perbedaan latar belakang pendidikan

mahasiswa dan kurang motivasi dalam belajar

Bahasa Arab.

PUSTAKA

AECT. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan.

Jakarta: Rajawali.

Ali, N. 1996. Strategi Penyampaian

Pembelajaran Bahasa Arab di

Pesantren, Studi Kasus di PP Nurul

Jadid Paiton Probolinggo. Tesis tidak

diterbitkan. Malang: PPS IKIP.

Abdullah, Abdul Hamid. 1991 Ususu I'dad Al-

Kutub At-Ta'limiyah Lighairi Nathiqina

bi Al-Arabiyah, Riyad: Darul Ghali.

Degeng, I.N.S. 1988.Ilmu Pengajaran,

Taksonomi Variabel. Jakarta: P2LPTK.

Dhofier, Z. 1985. Tradisi Pesantren: Studi

Tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES.

Glaser, B.G. & Strauss, A.M. 1980. The

Discovery of Grounded Theory,

Strategis for Qualitative Research. New

York: Aldine Publishing Company.

Hasan, M.T. 1987. Islam Dalam Perspektif

Sosial Budaya. Jakarta: Galasa

Nusantara.

Moleong, L.J. 1990. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Radliyah, dkk 2005 Metodologi dan Strategi

Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab.

Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.

Robbin, P. Stephen. 1995. Organisasai:

Struktur Desain dan Aplikasi.

Terjemahan Yusuf Udaya Jakarta:

Arcan.

Santono, Prawira Suryadi. 1999. Kebijakan

Kinerja Karyawan Yogyakarta: BPFE.

Seels, B. Barbara & Richey C. Rita 1994.

Instructional Technology: The

Definition and Domains of The Field.

Washington, DC: AECT.

Miarso, Yusuf Hadi. 2004 Menyemai Benih

Pendidkan . Jakarta: Prenada Media.

Warsita, Bambang .2008 Teknologi

Pembelajaran Landasan dan

Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

.

Page 23: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 130

The Relationship Between Morphological Awareness And Vocabulary

Knowledge Of EFL Learners Of Islamic University Of Lamongan

Chothibul Umam1) and Mohammad Faizal Mubarok

2)

1) Faculty of Teacher Training, Islamic University of Lamongan,

email: [email protected]

2) Faculty of Teacher Training, Islamic University of Lamongan,

email: [email protected]

Abstract The present study examines the relationship between morphological awareness and

English vocabulary mastery of EFL learners of UNISLA. The participants are 46 fifth

semester students of UNISLA who had taken English Morphology subject. To determine

the relationship between morphological awareness and their vocabulary knowledge, it is

necessary to first measure these two variables in the study. Two types of tests are used: the

Morphological Awareness Test and the Vocabulary Knowledge Test. Then, correlational

analysis is done to test the scores on the two tests.

The result of Morphological Awareness test shows that, among 46 students, 19 students

have low morphological awareness, 26 students have fair morphological awareness, and 1

student has high morphological awareness. The vocabulary knowledge test results show

that the highest vocabulary level the student can reach is 6900 word families, the lowest is

2300 word families and the voabulary knowledge of the average students is estimated to be

4052 word families. The correlation between students’ morphological awareness and their

vocabulary knowledge was 0.227 in two tailed level of significant. Seeing the result of

statistical computation of correlation between them and considering the interpretation

table of significance, 0.227 is in the interval 0,200-0,400, it means that the variables have

low positive correlation.

Keywords: Morphological awareness, vocabulary knowledge, word family

Introduction

Vocabulary, a set of words that is

the basis for making and understanding

sentences (Miller, 1991), is a key part of

any language-teaching program.

Vocabulary plays an important role and is

central to English language teaching

because without sufficient vocabulary

students cannot understand others or

express their own ideas. It is one of the

essential and fundamental components of

communication. Without some knowledge

of that vocabulary, neither language

production nor language comprehension

would be possible (Anglin, 1993: 2).

Wilkins (1972: 111–112) wrote that while

without grammar very little can be

conveyed, without vocabulary nothingcan

be conveyed. Lewis (1993: 89) went

further to argue that lexis is the core or

heart of language.

The research literature in

vocabulary learning in a second language

(L2) or foreign language (FL) has revealed

the importance of knowing a sufficient

number of words to be able to function in

the language (Zimmerman, 2005: 52-60).

There have been many studies about the

significance of vocabulary in language

learning. For example, Walker,

Greenwood, Hart and Carta (1994) stated

that early vocabulary knowledge has been

shown to be a strong predictor of school

progress in the first language (L1). They

found that vocabulary knowledge was

particularly important in reading

Page 24: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 131

achievement. In addition, Tschirner (2004)

states that vocabulary size has been

identified as one of the most important

indicators of L2 reading proficiency and of

academic language skills in general. He

discusses the relationship between the

extent of ESL students‟ English

vocabulary and other background

information such as length of time spent in

English language-speaking countries,

number of English books read per year,

learning strategies, etc. In other studies, the

size of students‟ vocabulary has also been

found to closely correlate with L2 writing

ability (Laufer and Nation, 1995; Laufer,

1998; Zimmerman, 2005). Furthermore,

Duin and Graves (1987) found that if

students are given a related set of words

(through an intensive vocabulary

instruction as a prewriting technique)

before they write an essay in which the

words might be used, the quality of their

writing improves. Vocabulary provides the

enabling knowledge, which is required to

be successful in other areas of language

proficiency (Laufer and Nation, 1999).

Considering the importance of

vocabulary, then methods for learning

vocabulary are an important part of

language learning. Nation (2001) proposed

four general goals that are important in a

language classroom. These learning goals

concern on: Language, which includes

vocabulary; Ideas, which covers content

and subject matter as well as cultural

knowledge; Skills; and finally Text or

discourse. In learning a language,

specifically for vocabulary goals, there are

three aspects to be looked at: the number

of words in the language, the number of

words known by the native speakers, and

the number of words needed by a learner to

use the language productively.

Anglin (1993)proposed three

approaches in the research literature to the

development of vocabularyknowledge. The

first approach is direct instruction of

vocabulary in school (McKeown, Beck,

Omalson, and Pople, 1985). The second is

learning words and their meanings from

context, especially during readingactivities

(Miller, 1991; Nagy and Anderson, 1984).

In addition, Zimmerman(2005) emphasizes

that the primary method for acquiring new

vocabulary(breadth) and deepen

understanding for existing

vocabulary(depth)is throughextensive

reading. Furthermore, Krashen, (1985,

1989, as cited in Morin,2003) believes that

reading is the most efficient way to learn

vocabularynaturally. And the third is by

applying morphological knowledge to infer

the meanings of words (Nagy

andAnderson, 1984; Wysocki and Jenkins,

1987).

The third approach is the focus of

this study. Although only a handful of

studies have examined the role of

morphological awareness in L2 vocabulary

development, the findings suggest that

various aspects of morphological

awareness may be particularly useful for

vocabulary building. For example,

Wysocki and Jenkins (1987) found that

students were able to learn new words by

generalizing from those sharing a root

morpheme. Pica (1988, in Morin, 2003:

107) also states the importance of the study

of interlanguage morphology and the belief

that "morpheme analysis can provide

important insights into the sequences,

processes, and input relevant to second

language acquisition" (Morin, 2003: 107).

Related to the link between

morphological awareness and vocabulary

mastery, there have only been a limited

number of studies done on languages such

as Finnish, Spanish and Hebrew.

Therefore, more research is needed to

provide a stronger empirical basis for our

understanding of the issue. Motivated by

earlier studies, this research investigates

the importance of morphological

awareness in learning and teaching English

vocabulary in Indonesian university. The

present study examines the relationship

Page 25: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 132

between English vocabulary mastery and

morphological awareness of EFL learners

of Islamic University of Lamongan.

Vocabulary Learning Learning strategies can play an

important role in development because

theyencourage the learner‟s active

involvement in the learning process.

Vocabularyinstruction is most effective

when students are positively and actively

involved in theirlearning and they are

allowed to use their own strategies to learn

the vocabulary (Longand Rule, 2004).

Therefore, investigating instructional

approaches to the use ofmorpheme or root

word families in teaching vocabulary could

develop the students‟ vocabulary better

when vocabulary was taughtthrough

concrete representations or traditional class

instruction methods.

The use of morphological

knowledge as a potential strategy for

vocabularylearning was the focus of the

following studies. Anglin (1993) found

that the studentscould analyze the

morphological structure of complex words

which they have notactually learned before

to figure out the meanings. Morin (2003)

proposed the strategy ofusing

morphological knowledge to infer word

meanings, and with it, the need to

developmorphological awareness in the

L2. She characterizes morphological

awareness as theability to reflect on and

manipulate morphemes and word

formation rules in a language. Similarly,

Chang et al. (2005) define morphological

awareness as theawareness of and access to

the meaning and structure of morphemes

(the smallest unitsof meaning in a

language) in relation to words.

Morphology and Morpheme English morphology involves

knowledge of both inflectional and

derivationalprocesses, and each makes a

distinctive contribution to language

learning and use.Fromkin, Blair and

Collins (1999) define inflectional

morphology as changes in the formof a

word according to its grammatical

function, for example, talk becomes talked

toindicate activity in the past time. On the

other hand, derivational morphology

concernschanges of a word to give

additional meaning to the original word

(e.g. sufficientbecomes insufficient) and

may be in a different grammatical class

from the underivedword as well (e.g.

beauty, a noun, becomes beautiful, an

adjective).

The term morpheme refers to the

smallest, visible unit of semantic content

or grammatical function of which words

are made up (Katamba, 1993). Morphemes

can be divided into four general classes:

free, bound, derivational, and inflectional

morphemes. Free morphemes are those

which can stand alone in words such as

dog, cat, and house. Bound morphemes

must be attached to other morphemes to

make sense, such as un-, dis-, and ex-.

Derivational morphemes create new words

by changing the part of speech or the

meaning, e.g. legal/illegal. Inflectional

morphemes add a grammatical element to

the word without changing its meaning or

part of speech, e.g. book/books. In English,

the same morpheme, -s, can be both

inflectional and derivational. For example,

the s in the word organizers is both

inflectional and derivational; it changes the

verb into a noun and indicates plural form.

Morphological Awareness as a

Vocabulary Learning Strategy Morphological awareness refers to

the awareness of and access to the meaning

and structure of morphemes that are part of

or related to the word. It includes

knowledge of derivational morphology

such as prefixes (e.g., the un- in

undisciplined to indicate the antonym of

the original, disciplined), suffixes (e.g., the

–ion in graduation changes the part of

Page 26: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 133

speech of the base word –graduate is a

verb whereas graduation is a noun), and

compounding (e.g., cowboy to create new

word combining the two root morphemes:

cow and boy). On the other hand,

knowledge of inflectional morphology

focuses primarily on indicating

grammatical changes in words (e.g., the s

in dogs to indicate the plural form of the

base or the -ed in acted to refer to the

action in the past time).

Kuo and Anderson (2006) argue

that morphological awareness in L1

English becomes an increasingly important

predictor of reading ability, as children

grow older because this awareness

contributes to the decoding of

morphologically complex words and it is

therefore assumed to contribute to the

development of reading comprehension.

They also suggested that morphological

awareness is intertwined with other aspects

of metalinguistic awareness and linguistic

competence, especially phonological

awareness, syntactic awareness, and

vocabulary knowledge.

Schiff and Calif (2007) compared

previous studies that investigated the

relationship between phonology and

reading, and morphology and reading.

They found that the relationship between

phonology and reading development in

English (as an L1) is well-documented

(Nagy and Anderson, 1998), but the

parallel relationship between

morphological awareness and reading skill

has been less studied (Singson, Mahony,

andMann, 2000). Even fewer studies have

dealt with vocabulary learning and

morphology or morphological awareness,

but the small corpus of existing research

suggests a strong link between

morphological awareness and vocabulary

learning. Prince (2007) reports a study

done by Nonie Lesaux, a profesor of

education at Harvard University, that

shows that a learner who understands how

words are formed, by combining prefixes,

suffixes, and roots, tends to have larger

vocabularies and better reading

comprehension. The main concern for this

present study is to relate morphological

knowledge to vocabulary learning in the

L2.

They conclude that an awareness of

morphology should benefit the

development of children's vocabulary.

Thus, for L1 learners, knowledge of

English morphology makes a significant

contribution to the vocabulary size and

other language skills. This present study is

then aimed to investigate if such

knowledge makes a significant

contribution to English vocabulary

learning for EFL students in Indonesia.

Research Method The primary goal of this study is to

investigate whether morphological

awareness can be related to the vocabulary

size of EFL Indonesian university students.

First, a measure of English morphological

awareness for these learners is obtained.

Then the English vocabulary size of the

English department students of UNISLA is

measured. Finally, the link between

morphological awareness and vocabulary

size is assessed, with possible implications

for morphological awareness as a predictor

of vocabulary learning. The participants

are 46 fifth semester students of UNISLA

who had taken English Morphology

subject.

Two kinds of test are used as the

instrument in this research ; the

Morphological Awareness Test and the

Vocabulary Size Test. Morphological

awareness test required the test-takers to

choose the base word of 50

morphologically complex words. In this

test, the participants were asked to identify

the simpler word that is morphologically

related to each of the complex words. By

itself, the score of the test would represent

the student‟s basic knowledge of general

Page 27: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 134

derivational word-formation processes (or

morphology skill).

Meanwhile, the students‟

vocabulary mastery is tested by using the

simplified version of Vocabulary Size Test

which was created by Nation and Beglar

(2007) based on the British National

Corpus (BNC). It consists of 14 levels of

1,000 words, with the first level consisting

of the most frequent word families and the

14th level consisting of the least frequent.

The simplified version of the test used in

this study contains 80 multiple-choice

items, 10 at each 1,000-word family level.

Because there are ten items at each 1,000

word level, each item in the test represents

the knowledge of that level of vocabulary.

If a test-taker got every item on the test

correct, then it is assumed that that person

knows the most frequent 8,000 word

families of English.

A student‟s score needs to be

multiplied by 100 in order to estimate total

vocabulary size out of 8,000 word families.

For example, if a student‟s score on this

test was 43 out of 80, his vocabulary

knowledge is 4,300 word-families (43 x

100), which means he is in the fourth

1,000-word-family level. In this test, each

word appears in the context of a sentence.

Students choose the correct definition from

four choices. To know the relationship

between morphological awareness and

vocabulary mastey of EFL learners at

UNISLA, Pearson product-moment

formula in the software of SPSS 20 was

applied. Afterward, the researcher uses

coefficient correlationas an index to

measure the relation.

Results

The data about the students‟

morphological awareness is obtained from

morpheme identification test that consists

of 50 multiple choice questions. From the

test, it is concluded that 19 or 41,3% of the

whole students have low morphological

awareness, 26 students or 56,5% among 46

students have fair morphological

awareness, and there is only 1 student who

has high morphological awareness.

From the vocabulary knowledge

test, it can be summarized that the highest

vocabulary level the student can reach is

6900 word families. Then, the lowest

vocabulary level the student has is 2300

word families. Meanwhile, the voabulary

knowledge of the average students is

estimated to be 4052 word families. Using

Nation‟s (2012) framework on word

family level, the data shows that 8,7%

students among 46 students reach 2nd

1000 word families, 52,2% of the studenst

reached 3rd 1000 word families, 21,7% of

the students reached 4th word families,

2,2% reached 5th 1000 word families, and

15,2% of the students reached 6th 1000

word families

.

Table 1. The level of vocabulary knowledge of English Department students of

UNISLA based on Nation‟s (2012) framework.

Level Number of Students Category

1st 1000 0 (0%) High frequency words

2nd 1000 4 (8,7%)

3rd 1000 24 (52,2%)

Mid frequency words 4th 1000 10 (21,7%)

5th 1000 1 (2,2%)

6th 1000 7 (15,2%)

7th 1000 0 (0%)

8th 1000 0 (0%)

Page 28: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 135

From the scores of two tets, the

researcher then draws the descriptive

statistics to get the mean and standard

deviation of both test. The following are

the table of the descriptive statistics result.

Table 2. The descriptive statistics of morphological awareness and

vocabulary test

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Morphology 58.61 11.360 46

Vocabulary 50.74 14.361 46

The table shows that the mean

score of morphological awareness is 58.61

and the std. deviation is 11.360.

Meanwhile, the mean score of vocabulary

test is 50.74 and the std. deviation is

14.361. Then, to know the correlation

between students‟ vocabulary knowledge

and their morphological awareness, the

researcher uses SPSS 20 to calculate the

correlation. The result is as shown in the

following table.

Table 3. The Correlation between students’ morphological

awareness and their vocabulary knowledge

Morphology Vocabulary

Morphology Pearson

Correlation 1.000 .227

Sig. (2-tailed) .130

N 46.000 46

Vocabulary Pearson

Correlation .227 1.000

Sig. (2-tailed) .130

N 46 46.000

The correlation table above

explains that the correlation between

students‟ morphological awareness and

their vocabulary knowledge was 0.227 in

two tailed level of significant. While, the

value of Sig. 0,000 < 0,005 which shows

that H0 was rejected (there is correlation).

Seeing the result of statistical computation

of correlation between them and

considering the interpretation table of

significance, 0.227 is in the interval 0,200-

0,400, it means that the variables have low

correlation.

Discussion

The findings demonstrate that

thestudents‟ overall morphological

awareness seems somewhat unsatisfactory.

It is because the number of the students

who have low morphological awareness is

relatively great in quantity, i.e. 19 or

41,3% of the whole students. The score of

these students are under 60. The score of

the students who have fair morphological

awareness shows the greatest in quantity.

And there is only 1 student who has high

morphological awareness.

These percentages show that the

overall morphological awareness of the

Page 29: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 136

students was relatively limited. The score

of this finding is considered low if it is

compared to the finding of Mc-

BrideChange et al. (2005: 428). They

found that „morphological awareness were

good predictorsof vocabulary knowledge‟.

This highlights the students‟ limited

abilities toreflect and manipulate the

morphological structure of words.

Inability to recognize the

morphological structure of complex words

suggests thatthere is an urgent need for

morphological awareness intervention and

explicit teachingof morphological units.

For one thing, it is likely that

morphological awareness leadsto better

learning outcomes as it is related to various

language skills such as, spelling(Bear,

Invernizzi, Tempelton Templeton, &

Johnston, 2008), vocabulary growth,

andreading comprehension (Fowler &

Liberman, 1995; Qian, 2002). Moreover, it

hasbeen demonstrated that learners are

able to use their morphological knowledge

toarrive at the meaning of complex words

(Gordon, 1989; Carlisle, 2000; Carlisle

andStone, 2003; Wysocki and Jenkins,

1987).

Then, the Vocabulary knowledge

test was used to measure the participants‟

vocabulary mastery after studying the

English language for two years at the

college level. The test score revealed that

the participants‟ vocabulary mastery was

over 4,000 word-families. In other studies

that used this test, the results revealed that

undergraduate non-native speakers

studying at an English-speaking university

have a vocabulary of 5,000-6,000 word-

families. Similarly, competent non-native

speaking doctoral students have around a

vocabulary of 9,000 word-families (Nation

& Beglar, 2007). This means that a certain

size of vocabulary has to be known to the

learners before the students can approach a

text comfortably. Furthermore, in order to

comprehend a text, readers should be

familiar with 98% of the words in the text

at any level (Hu & Nation, 2000).

Considering that the vocabulary

mastery of competent undergraduate non-

native speakers studying at an English-

speaking university is in the range of

5,000-6,000 word-families, the low

vocabulary size of the participants in the

current study (around 4,000 word families)

requires rapid intervention. Therefore, the

teachers or lecturers should do everything

they can to enlarge the vocabulary size of

the students. Since they encounter more

academic and specialized texts, a large

vocabulary size is essential for their

academic success. Good vocabulary size is

critical for understanding and interpreting

written texts. Students in this study are

supposed to read different texts in the

foreign language as a part of their

translation program. Thus, increasing their

vocabulary size should be a top priority.

According to Nation (1997), 2000

word families cover 90% of the text of the

novel for teenagers, which means that the

students who master 2000 word families

will find 1 unknown word in every 10

words in the novel. The 2000 words plus

proper nouns cover 93,7% text in the novel

which means that the students with the

mastery of these words will find 1

unknown word in every 16 words.

Students with 2600 words will find 1

unknown word in every 25 words because

these words cover 96% of words used in

teenagers‟ novel. And those who master

5000 words will find 1 unknown word in

every 67 words in teenagers‟ noovel.

These words cover 98,5% of words used in

the novel. The following table shows this

description

.

Page 30: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 137

Table 4. Vocabulary size and text coverage in novels for teenagers

Vocabulary size % Coverage Density of unknown words

2000 words

2000 + proper

nouns

2600 words

5000 words

90%

93.7%

96%

98.5%

1 in every 10

1 in every 16

1 in every 25

1 in every 67

Another opinion is proposed by Francis &

Kucera (1982). The test takers of this

vocabulary knowledge test will face a great

difficulty if they are asked to read

American present day text.

Table 5. Vocabulary size, Coverage, and Density of Difficulty in reading

American Present Day text (Francis & Kucera, 1982)

Vocabulary size % coverage Density of unknown words

1000 72% 1 word in every 4 words

2000 79,70% 1 word in every 5 words

3000 84% 1 word in every 6 words

4000 86,80% 1 word in every 8 words

5000 88,70% 1 word in every 9 words

6000 88,90% 1 word in every 10 words

15.851 97,80% 1 word in every 45 words

A thousand word families cover

72% of American present day text which

means that the students who master these

words will find 1 unknown word in every 4

words. 2000 word families cover 79,70%

of the same texts and the density of

unknown word is 1 in every 5 words. The

students with 3000 to 6000 word families

will find 1 unknown word in every 6 to 10

ten words used in American day text. It is

needed 15.851 word families to cover

97,80% of the words which means that the

students who master the vocabulary in this

level will just find 1 unknown word in

every 45 words used in American present

day text.

Liu Na and Nation (1985) has

shown that this ratio of unknown to known

words is not sufficient to allow reasonably

successful guessing of the meaning of the

unknown words. At least 95% coverage is

needed for that (guessing). The importance

of measuring vocabulary size is a

preliminary step in identifying the amount

of vocabulary needed to perform basic

tasks at the university level, such as

reading a novel, reading newspapers,

watching movies, and listening to friendly

conversations. Some studies have

suggested that the vocabulary size needed

for EFL learners to carry on such receptive

tasks is a vocabulary size of 8,000 word-

families (Nation& Beglar, 2007).

The study conducted by McBride-

Chang et al. (2005) showed that

morphological awareness was significantly

correlated with word identification, word

attack, and vocabulary scores among

kindergartners and second graders. Itwas

expected that performance on vocabulary

knowledge, as assessed by the vocabulary

test, wouldcorrelate positively with the

performance on morphological awareness.

However, the correlation between

students‟ morphological awareness and

their vocabulary knowledge was 0.227 in

two tailed level of significant. Seeing the

result of statistical computation of

Page 31: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 138

correlation between them and considering

the interpretation table of significance,

0.227 is in the interval 0,200 - 0,400, it

means that the variables have low positive

correlation.

Pedagogical Implication

Vocabulary growth is especially

important for English language learners

(ELLs). Limited vocabulary size is a

serious problem for these students.

Students with deficits in their vocabulary

are less able to comprehend texts, succeed

academically, and communicate with

speakers of the target language.

The data obtained from the testing

instruments indicates that the vocabulary

size of the students in this study and their

morphological awareness level are

relatively low. Teachers of English as a

foreign language should focus more on

expanding the vocabulary size of their

students. Teachers should give vocabulary

a high profile in the syllabus and in the

classroom so that students can see its

importance and understand that learning a

language involves more than just its

grammar. Also, teachers should discover

what learning strategies work best for their

students to learn vocabulary. Teachers

should introduce different learning

strategies to their students. Students should

be explicitly taught word-learning

strategies to deepen their knowledge of

how to decode an unknown word and

choose the appropriate meaning in any

given context. Since learning the entire

lexicon of a language is impossible, having

the right strategies can be useful. However,

these strategies must be adapted to the

strengths and needs of ELLs.

Conclusion

The conclusions here are made

based on the focus of the study. They

consist of the students‟ morphological

awareness, the students‟ vocabulary

mastery, and the correlation between the

students‟ morphological awareness and

their vocabulary mastery.

First, after calculating the students‟

score of morphological awareness test,

then it can be concluded that 19 or 41,3%

of the whole students have low

morphological awareness, 26 students or

56,5% among 46 students have fair

morphological awareness, and there is only

1 student who has high morphological

awareness.

Second, from the vocabulary

knowledge test, it can be summarized that

the highest vocabulary level the student

can reach is 6900 word families. Then, the

lowest vocabulary level the student has is

2300 word families. Meanwhile, the

voabulary knowledge of the average

students is estimated to be 4052 word

families. Using Nation‟s framework on

word family level, the data shows that

8,7% students among 46 students reach

2nd 1000 word families, 52,2% of the

studenst reached 3rd 1000 word families,

21,7% of the students reached 4th word

families, 2,2% reached 5th 1000 word

families, and 15,2% of the students

reached 6th 1000 word families.

Third, the correlation between

students‟ morphological awareness and

their vocabulary knowledge was 0.227 in

two tailed level of significant. While, the

value of Sig. 0,000 < 0,005 which shows

that H0 was rejected (there is correlation).

Seeing the result of statistical computation

of correlation between them and

considering the interpretation table of

significance, 0.227 is in the interval 0,200-

0,400, it means that the variables have low

correlation. To sum up, the results of the

present study supported that the students‟

overall morphological awareness and

vocabulary knowledge were limited.

References

Anglin, J. M. (1993). Vocabulary

development: A morphological

analysis. Monographs of the Society

Page 32: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 139

for Research in Child Development,

58 (10), Serial #238.

Bear, D.R., Invernizzi, M., Tempelton, S.,

and Johnston, F. (2008). Words

TheirWay:Word Study for phonics,

vocabulary, and spelling instruction

(4th

edition). Upper Saddler River, NJ:

Pearson Prentice Hall.

Carlisle, J. F. (2000). Awareness of the

structure and meaning of

morphologically complexwords:

Impact on reading. Reading and

Writing: An Interdisciplinary Journal,

12, 169–190.

Carlisle, J. F & Stone, C. A. (2003). The

effect of morphological structure

onchildren‟s reading derived words in

English. In E. M. Assink, & D.Sandra.

(Eds). (2003). Reading complex

words: cross- language studies(27-

52). New York: Kluwer Academic/

Plenum Publishers.

Chang, C. M., Wagner, R. K., Muse, A.,

W.-Y., B., & Chow, H. S. (2005). The

role of morphological awareness in

children‟s vocabulary acquisition in

English. AppliedPsycholinguistics, 26,

415–435.

Duin, A. H., & Graves, M. F. (1987).

Intensive vocabulary instruction as a

prewritingtechnique. Reading

Research Quarterly, 22(3), 311-330.

Fowler, A. E., & Liberman, I. Y. (1995).

The role of phonology and

orthography inmorphological

awareness. In L. B. Feldman (Ed.)

Morphological aspects of

languageprocessing (pp. 157–188).

Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Francis, W. N. and H. Kucera (1982).

Frequency Analysis of English Usage:

Lexicon and Grammar. Boston:

Houghton Mifflin.

Fromkin, V., Blair, D., & Collins, P.

(1999). An Introduction to Language

(4th Ed.).Sydney: Harcourt Australia.

Gordon, P. (1989). Levels of affixation in

the acquisition of English

morphology.Journal of Memory and

Language, 28, 519- 530.

Hu, M. & Nation, I.S.P. (2000). Unknown

vocabulary density and reading

comprehension. Reading in a Foreign

Language 13 (1), 403-430.

Katamba, F. (1993). Morphology: Modern

linguistics. New York, NY: Palgrave

Macmillan.

Kuo, L.-j., & Anderson, R. C. (2006).

Morphological awareness and

learning to read: A cross-language

perspective. Educational

Psychologist, 41(3), 161–180.

Laufer, B., and Nation, P. (1995).

Vocabulary size and use: lexical

richness in L2written production.

Applied Linguistics, 16 (3), 307- 322.

Laufer, B., & Nation, P. (1999). A

vocabulary-size test of controlled

productive ability.Language Testing,

16, 33 - 51.

Laufer, B. (1998). The development of

passive and active vocabulary in a

secondlanguage: same or different?

Applied Linguistics, 19(2), 255-271.

Lewis, Michael. (1993). The Lexical

Approach: The State of ELT and a

Way Forward. Hove, England:

Language Teaching Publications.

Liu Na and I.S.P. Nation. 1985. Factors

affecting guessing vocabulary in

context. RELC Journal 16, 1: 33-42

Long, D., & Rule, A. C. (2004). Learning

vocabulary through morpheme word

family object boxes. Journal of

Authentic Learning, 1, 40-50.

Mc-Bride-Chang, C., Wagner, R. K.,

Muse, A., Chow, B. W, & Shu, H.

(2005). The role of morphological

awareness in children‟s vocabulary

acquisition in English. Applied

Psycholinguistics, 26(3), 415- 435.

McKeown, M. G., Beck, I. L., Omason, R.

C., & Pople, M. T. (1985). Some

effects of the nature and frequency of

vocabulary instruction on the

Page 33: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 140

knowledge and use of words. Reading

Research Quarterly, 2 (5), 522-535.

Miller, G. A. (1991). The Science of

Words. New York: Scientific

American Library.

Morin, R. (2003). Derivational

morphological analysis as a strategy

for vocabulary acquisition in Spanish.

The Modern Language Journal, 87,

200-221.

Nagy, W. E., & Anderson, R. C. (1984).

How many words are there in printed

school English? Reading Research

Quarterly, 19(3), 304-330.

Nation, I. S. P., & Waring, R. (1997).

Vocabulary size, text coverage, and

word lists. In N. Schmitt and M.

McCarthy (Eds.), Vocabulary:

Description, acquisition and pedagogy

(pp. 6–19). Cambridge: Cambridge

University Press.

Nation, , I. S. P. (2012) Vocabulari Size

Test Information and specificatio.

Retrieved 27 August 2013 from

https://www.victoria.ac.nz/lals/about/s

taff/paul-nation-pubsdate

Nation, I. S. P. (2001). Learning

vocabulary in another language.

Cambridge; New York: Cambridge

University Press.

Nation, P. & Beglar, D. (2007) A

vocabulary size test. The Language

Teacher 31(7), 9- 13.

Prince, R. E. C. (2007). Morphological

analysis: New light on a vital reading

skill [Electronic Version]. Retrieved

14 May 2007 from

http://www.uknow.gse.harvard.edu/te

aching/TC102-407.html.

Qian, D. D. (2002). Investigating the

relationship between vocabulary

knowledge andacademic reading

performance: an assessment

perspective. Languagelearning, 52

(3), 513-536.

Schiff, R., & Calif, S. (2007). Role of

phonological and morphological

awareness in L2 oral word reading.

Language Learning, 57(2), 271–298.

Singson, M., Mahony, D., & Mann, V.

(2000). Reading ability and sensitivity

to morphological relations. Reading

and Writing, Volume 12(3), 191-218.

Tschirner, E. (2004). Breadth of

vocabulary and advanced English

study: An empirical investigation.

Electronic Journal of Foreign

Language Teaching, 1 (1), 27-39.

Walker, D., Greenwood, C., Hart, B., &

Carta, J. (1994). Prediction of school

outcomesbased on early language

production and socioeconomic

factors. ChildDevelopment, Children

and Poverty 65(2), 606-621

.

Page 34: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 141

Formalisasi UMKM ke dalam Sistem Perpajakan dan Dampaknya

Terhadap Inklusi Finansial di Indonesia

M.Yaskun *) *)

Program Studi Ekonomi Manajemen Universitas Islam Lamongan

Abstrak

Sebuah fenomena di dunia institusi keuangan yang bertujuan untuk menggandeng semua lapisan

masyarakat di suatu negara untuk ikut serta dalam sektor keuangan dan diyakini dapat mengurangi kesenjangan

sosial. Femonena tersebut disebut dengan inklusi finansial (financial inclusion), bahkan Indonesia merupakan

salah satu negara yang mencoba menerapkan program ini. Dengan salah satu program yang dijalankan oleh

sektor swasta dan sektor perbankan yakni branchless banking, merupakan sebuah langkah awal akan adanya

realisasi program tersebut. Namun, pada kenyataanya inklusi finansial belum berjalan secara maksimal di

Indonesia yang dibuktikan dengan masih meningkatnya kesenjangan sosial di masyarakat.

Penelitian ini akan bersifat sebagai bahan yang membangun terhadap regulasi pemerintah (regulator’s

advice) dimana penulis memberikan solusi mengenai “formalisasi UMKM ke dalam sistem perpajakan”, yaitu

program yang dijalankan oleh pihak swasta khususnya UMKM yang memformalkan dirinya menjadi Wajib

Pajak. Program ini diyakini akan membawa beberapa dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan sektor finansial di Indonesia saat ini

digambarkan oleh dua paradoks (twin paradoxes)

yang masih timpang keterkaitannya. Paradoks yang

pertama adalah kemajuan Indonesia sebagai

pemimpin dalam sektor microfinance selama dua

puluh lima tahun berbanding terbalik dengan

kondisi masyarakat yang mengalami kesulitan

untuk mengakses sektor keuangan. Hal ini

dibuktikan dengan tingginya angka koefisien Gini

yang menjadi indikator kesenjangan ekonomi

mencapai poin 0.41 pada 2011. Padahal, pada

faktanya pertumbuhan perekonomian Indonesia

secara umum dalam beberapa tahun terakhir

mengalami peningkatan yang sangat signifikan

dibanding negara berkembang (emerging country)

lainnya. Indonesia mengalami pertumbuhan rata-

rata 6%, menduduki peringkat ketiga setelah

Republik Rakyat China dan India. Paradoks yang

kedua adalah kondisi usaha mikro, kecil dan

menegah mengalami kesulitan modal dan kredit

macet, sedangkan kondisi sektor perbankan

Indonesia khususnya bank-bank komersial

memiliki kas yang cukup, dapat memberikan kredit

dan profitable. Kedua kondisi ini menjadi

pertanyaan yang harus diselesaikan oleh pakar-

pakar ekonomi guna mendukung terwujudnya

financial inclusion di Indonesia.

Financial inclusion merupakan strategi yang

dikembangkan oleh beberapa negara untuk

meningkatkan partisipasi seluruh lapisan, baik

pemerintah maupun swasta dalam sektor keuangan

guna mempermudah masyarakat untuk

menggunakan jasa keuangan. Di Indonesia, strategi

ini bertujuan untuk mencapai kesejahteraan

ekonomi melalui pengentasan kemiskinan,

distribusi pendapatan dan stabilitas keuangan

dengan sistem yang dapat diakses dengan mudah

oleh seluruh pihak.

Salah satu program yang dikembangkan oleh

pemerintah melalui sektor perbankan dalam

mensukseskan terwujudnya financial inclusion di

Indonesia adalah branchless banking. Branchless

banking merupakan program inovasi di bidang

saluran distribusi dimana jasa keuangan yang

diberikan kepada masyarakat tidak melalui kantor

cabang resmi, namun diberikan melalui

penggunaan teknologi seperti operator jaringan

telekomunikasi, dan beberapa instansi

pemerintahan seperti PT Pos Indonesia. Program

branchless banking memberikan keuntungan bagi

bank, yaitu meminimalisasi biaya operasional dan

alokasi sumber daya manusia. Di sisi lain, program

ini juga memberikan keuntungan bagi pihak swasta

yang menjadi partner pelaksana program

branchless banking seperti perusahaan penyedia

jasa telekomunikasi, mengingat tingginya jumlah

pengguna telepon genggam di Indonesia.

Kerjasama antar institusi juga sangat penting dalam

perwujudan financial inclusion, khususnya

kerjasama pihak swasta yang memiliki program-

program inovasi lainnya dan BUMN ataupun

pemerintah sebagai regulator serta penyedia

infrastruktur ke seluruh pelosok negeri.

1.2 Tujuan Penulisan

Kertas kerja ini dilakukan untuk beberapa tujuan,

yaitu:

Page 35: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 142

Sumber: StatistikdariKementriankoperasidanUMKM

1. Mengetahui strategi-strategi dan tindakan

nyata yang dapat dilakukan oleh sektor swasta

dalam mendukung terwujudnya financial

inclusion di Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh terbesar dari sektor

perbankan (bank led) atau sektor teknologi

(technological led) yang dapat mendorong

operasional branchless banking beserta

kelebihan, kekurangan dan pengaruhnya di

segala aspek, terutama regulasi.

II. PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) mendominasi sektor swasta di

Indonesia

Kementrian Negara Koperasi dan UKM

mendefinisikan UMKM sebagai berikut:

Usaha mikro adalah sebuah kegiatan

ekonomi yang dimiliki oleh perorangan

atau usaha perorangan dengan aktiva

bersih sebesar Rp 50 juta, tidak

termasuk tanah dan bangunan, dengan

tingkat penjualan tidak kurang dari Rp

300juta.

Usaha kecil adalah sebuah kegiatan

ekonomi yang dijalankan oleh

perorangan atau bisnis independen,

bukan sebuah cabang, anak perusahaan

atau bagian dari bisnis entitas lain yang

secara langsung maupun tidak

langsung dimiliki atau dikontrol oleh

perusahaan menengah atau besar

dengan aktiva bersih antara Rp 50 juta

sampai dengan Rp 500 juta, tidak

termasuk tanah dan bangunan. Serta

memiliki penjualan lebih besar dari Rp

300 juta sampai dengan Rp 2.5 miliar.

Usaha menengah adalah sebuah

kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh

perorangan atau bisnis independen,

bukan sebuah cabang, anak

perusahaan, atau bagian dari bisnis

entitas lain yang secara langsung

maupun tidak langsung dimiliki atau

dikontrol oleh perusahaan kecil atau

besar. Dengan aktiva besar antara Rp

500 juta sampai 10 miliar, tidak

termasuk dengan tanah dan bangunan

dan penjualan mencapai lebih dari Rp

2.5 miliar sampai 50 miliar.

Dari pengertian di atas, jumlah dari

usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) memiliki pengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Grafik 2.1 menunjukan

perbandingan antara bisnis unit UMKM

dengan unit perusahaan besar, dimana

meningkatnya jumlah UMKM dalam

beberapa tahun terakhir dari tahun 2005

sampai 2010 yang terhitung sebanyak 99

persen dari unit bisnis di Indonesia.

UMKM juga menyumbang lebih dari 50

persen dari PDB indonesia yang

ditunjukan pada Grafik 2.2

. Grafik 2.1. Bisnis unit di Indonesia di dominasi oleh UMKM(UMKM: sumbu disebelah kanan, dalam

jutaan)

Page 36: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 143

Grafik 2.2 UMKM memberikan kontribusi lebih dari 50% dari total PDB (di sebelah

kiri)(sisi kiri dalam persen, kanan dari miliar rupiah)

Sementara itu, penyerapan tenaga kerja UMKM

bervariasi antara satu sektor ekonomi dengan sektor

yang lain dan juga bergantung terhadap ukuran

perusahaan. Untuk bisnismikro, sektor pertanian –

termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan –

adalah penyumbang terbesar dalam hal penyerapan

tenaga kerja diikuti oleh sector perdagangan, hotel

dan restoran. Untuk bisnis kecil, sektor manufaktur

merupakan penyumbang terbesar penyerapan

tenaga kerja diikuti oleh sector perdagangan, hotel

dan restoran. Untuk bisnis menengah, sektor

manufakturjuga menjadi penyumbang angka

terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja, diikuti

oleh sektor pertanian dan konstruksi di tempat

kedua dan ketiga secara berurutan. Secara

keseluruhan, sektor ekonomi seperti

pertanian;perdagangan, hotel dan restoran;

manufaktur; dan konstruksi mendominasi

penyerapan tenaga kerja UMKM. Di sisi lain,

semakin besar ukuran suatu bisnis, justru akan

menurunkan ketergantungannya terhadap sektor

pertanian. Dan, semakin kecil ukuran perusahaan,

kendala akses pendanaan dari sektor perbankan pun

pada umumnya akan cenderung meningkat.

Page 37: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 144

Grafik 2.3 Penyerapan tenaga kerja UMKM bervariasi dan bergantung dari

jenissektorekonomi danukuran perusahaan(2010, Usaha mikro pada sumbu sisi kiri,

dalam ribuan orang)

Bahkan saat ini, jumlah nilai investasi UMKM

hampir setengah dari total investasi bisnis swasta di

Indonesia. Namun, pertumbuhan dari investasi

perusahaan besar sedikit lebih besar daripada

investasi di UMKM. Grafik 2.4 menunjukkan 49.19

persen dari investasi bisnis swasta yang berasal dari

UMKM, sementara 50.81 persen berasal dari

investasi perusahaan besar. Kontribusi UMKM

terhadap total investasi swasta pada dasarnya

bersumber dari bisnis menengah dengan

menyumbangkan 23.24 persen dari nilai

investasiUMKM. Dalam hal pertumbuhan

investasi, UMKM rata-rata mengalami

pertumbuhan sebesar 10 persen dari tahun 2009 ke

2010, sedangkan perusahaan besar tumbuh sebesar

15 persen tahun 2010.

Diantara UMKM, tingkat pertumbuhan terbesar

adalah berasal daribisnis mikro yang mencapai

13.72 persen, diikuti oleh bisnis kecil dan

menengah 9.5 persen dan 9.78 persen secara

berurutan. Potensi pertumbuhan investasi dari

sektor mikro menunjukkan angka terbesar, namun

justru masalah kendala akses pendanaan cenderung

berada di sektor mikro.

Sumber: StatistikdariKementriankoperasidan UKM

Page 38: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 145

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

2009 2010

Dal

am t

riliu

n

Dal

am t

riliu

n Mikro

UMKM

Kecil

Menengah

Perusahaan besar

Grafik 2.4. UMKM memberikan kontribusi hampir separuh dari total investasi

swasta(Investasi dari usaha mikro,kecil dan menengah pada sisi kanan,

dalam triliun rupiah)

2.2 Formalisasi UMKM mendorong inklusi

finansial

2.2.1 Profil pengusaha di Indonesia berdasarkan

survei

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa

sebagaian besar pengusaha di Indonesia di sektor

non-formal mempunyai rata-rata tingkat

pendapatan bersih per bulan di bawah Rp 20 juta.

Grafik 2.5 menunjukkan bahwa pengusaha-

pengusaha non-formal di Indonesia sebagaian besar

berada di sektor UMKM dengan pendapatan

bulanan pekerja yang relatif kecil.

Grafik 2.5. Densitas Distribusi Normal

Sumber: StatistikdariKementriankoperasidan UKM

0

1.0e

-07

2.0e

-07

3.0e

-07

4.0e

-07

Den

sita

s pr

obab

ilita

s

0 20000000 40000000 60000000 80000000 100000000Pendapatan bersih per bulan

Sumber :Susenas 2012, diolaholehtim.

Page 39: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 146

Namun, jika melihat lebih jauh kontribusi di sektor

UMKM terhadap PDB Indonesia yang begitu besar

yakni melebihi 50 persen (Grafik2.2), hal ini dapat

disimpulkan bahwa sektor UMKM memiliki

potensi yang signifikan untuk meningkatkan

pendapatan pajak negara.

2.2.2 Perlunya formalisasi sektor UMKM ke

dalam sistem perpajakan di Indonesia

Bersamaan dengan mendorong

perkembangan ekonomi melalui pertumbuhan

UMKM, upaya peningkatan pendapatan pajak juga

menjadi hal penting di Indonesia. Selain pajak

sebagai sumber utama penerimaan negara yang

nantinya diperuntukkan dalam pembiayaan

berbagai pengeluaran pemerintah, pajak juga

melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari

masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi

yang lebih tinggi kepada masyarakat yang

kemampuan ekonominya lebih rendah. Oleh karena

itu, demi tercapainya redistribusi pendapatan,

tingkat kepatuhan wajib pajak termasuk pelaku

UMKM dalam malaksanakan kewajiban

perpajakannya secara baik dan benar merupakan

syarat yang harus dipenuhi sebelum UMKM beralih

dari sektor non-formal menjadi sektor formal yang

lebih bankable.

Peningkatan wajib pajak juga menjadi hal

penting dalam rangka mendorong pendapatan pajak

pemerintah Indonesia. Data dari World Bank

berikut menunjukkan bahwa selama 10 tahun

terakhir, tingkat pendapatan pajak per PDB

(tax/GDP ratio) di Indonesia masih sangat rendah.

Grafik 2.6 menunjukkan bahwa persentase

pendapatan pajak terhadap PDB di Indonesia hanya

11.8 persen di tahun 2011 dan berada cukup jauh

jika dibandingkan dengan beberapa negara

berkembang lainnya, seperti Malaysia, Filipina, dan

Brazil.

Peningkatan pendapatan pajak sangat penting

dilakukan oleh pemerintah Indonesia mengingat

bahwa pajak memiliki peran penting

sebagaiautomatic stabilizer dalam sebuah negara.

Automatic stabilizer adalah struktur pajak dan

program pengeluaran pemerintah yang

menyebabkan anggaran deficituntuk tumbuh secara

otomatis selama menghadapi krisis, atau

surplusuntukmengurangi pertumbuhan ekonomi

yang relatif tinggi. Ketika Indonesia menghadapi

krisis, pemerintah akan menurunkan pajak (tax

rate) guna menstimulasi kegiatan perekonomian di

masyarakat. Sebaliknya, ketika Indonesia dalam

masa pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi,

pemerintah akan menaikkan tax rate dengan tujuan

untuk menyerap uang beredar (money supply) yang

berlebih di masyarakat. Oleh karena itu, tanpa

adanya pendapatan pajak yang signifikan,

Indonesia tidak akan memiliki pendapatan APBN

yang cukup jika terjadi krisis atau gejolak makro.

Grafik 2.6PendapatanPajak (% dari PDB) Indonesia adalah yang terendah

Sumber : World Bank

12.4 12.3 12.5 12.3 12.413

11.4 10.911.8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pe

rse

nta

se (

%)

Indonesia Malaysia Filipina Thailand Brazil Peru

Page 40: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 147

2.3 Dampak positif formalisasi UMKM ke dalam

sistem perpajakan Formalisasi UMKM ke dalam sistem

perpajakan bertujuan meningkatkan kualitas

pendataan usaha-usaha yang berkembang di

Indonesia. Apabila formalisasi UMKM dapat

dilakukan secara maksimal, dampak positif yang

ditimbulkan sangat besar terhadap pemerintah

maupun UMKM itu sendiri. Dampak positif yang

pertama adalah meningkatkan proporsi investasi di

Indonesia. Suksesnya formalisasi pajak juga

membawa dampak positif terhadap peningkatan

pendapatan pajak negara seperti yang telah

dipaparkan pada poin 2.2. Meningkatnya

pendapatan pajak negara akan berpengaruh

terhadap meningkatnya program-program

pemerintah untuk mendorong inklusi finansial

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM.

Formalisasi UMKM juga akan membuat sektor

UMKM menjadi sektor formal yang akan

menurunkan kendala pembiayaan dari sektor

perbankan.

Dampak positif formalisasi UMKM lainnya

adalah meningkatkan PDB Indonesia.

Meningkatnya pendapatan pajak berpengaruh

terhadap kenaikan pengeluaran negara (government

spending). Selama pengeluaran dialokasikan untuk

tujuan produktif, termasuk untuk mendorong

program-program pengembangan UMKM, maka

akan meningkatkan output ekonomi.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Dalam mendukung program inklusi

finansial kepada sektor swasta, dalam

hal ini UMKM, beberapa hal yang perlu

dilakukan oleh sektor swasta atau

UMKM itu sendiri adalah sebagai

berikut:

1.1. Perlu kesadaran dari sektor

UMKM untuk mendaftarkan diri

ke dalam sistem perpajakan di

Indonesia dengan menjadi Wajib

Pajak. Hal ini penting

dikarenakan UMKM yang sudah

memiliki nomor wajib pajak akan

otomatis terdaftar di dalam basis

data milik pemerintah, sehingga

pemerintah dapat memonitor

kinerja UMKM tersebut dalam

rangka mendorong pertumbuhan

bisnis mereka. Di saat yang sama,

hal ini akan memudahkan

pemerintah untuk melakukan

kebijakan terstruktur dengan

menjalin kerjasama dengan bank-

bank lokal untuk mendanai

UMKM berpotensi yang sudah

terdaftar. Pendataan yang baik

juga akan membuat data-data

UMKM lebih akurat di tingkat

daerah, sehingga pemerintah akan

lebih mudah mengidentifikasi

sektor-sektor mana yang dominan

di suatu daerah tertentu, dan

sektor-sektor mana yang perlu

dibantu oleh akses pendanaan

dari perbankan.

1.2. Dari Grafik 2.3, terlihat bahwa

sebagian besar bisnis mikro yang

menyerap tenaga kerja adalah di

sektor pertanian dan jasa. Hal ini

berarti bahwa sektor mikro hanya

bertumpu pada dua sektor ini. Hal

yang perlu diperhatikan adalah

sektor pertanian ini cukup

berisiko dari kacamata

perbankan. UMKM yang hanya

bertumpu pada produk-produk

bahan mentah, terutama untuk

tujuan ekspor, tentu akan

mendapatkan kendala

pembiayaan lebih besar dari

sektor perbankan. Hal ini

dikarenakan harga-harga bahan

mentah bersifat fluktuatif di pasar

internasional, sehingga akan

meningkatkan risiko gagal bayar

ketika bank-bank memberikan

kredit kepada sektor UMKM

tersebut. Dengan demikian,

sektor swasta khususnya UMKM

perlu beralih dari sektor pertanian

menuju sektor yang lebih

memiliki value-added seperti

sektor manufaktur agar kendala

pembiayaan dari sektor

perbankan berkurang.

1.3. Dalam hal ini pemerintah juga

perlu memberikan credit

guarantee kepada bank-bank

yang memberikan kredit kepada

sektor-sektor UMKM potensial

yang dapat membuat produk-

produk dengan value-added yang

lebih tinggi selain di sektor non-

pertanian. Dengan demikian,

bank-bank tidak takut akan risiko

gagal bayar ketika berinvestasi

dalam mendanai UMKM. Peran

Bank Pembangunan Daerah

(BPD) dapat diperluas sebagai

penjamin kredit di tingkat lokal.

Page 41: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 148

2. Dalam rangka mengoptimalkan

pengaruh terbesar dari sektor perbankan

(bank led) atau sektor teknologi

(technological led) yang dapat

mendorong operasional branchless

banking;hal-hal yang perlu dilakukan

adalah sebagai berikut:

2.1. Melakukan edukasi dan capacity

building bagi sektor UMKM agar

mempunyai kemampuan

teknologi informasi, setidaknya

dalam melakukan transaksi

perbankan, dan mengoperasikan

komputer dalam kegiatan sehari-

hari mereka. Edukasi ini dapat

dilakukan oleh pemerintah-

pemerintah lokal beserta

lembaga-lembaga swadaya

masyarakat yang berkonsetrasi

untuk pengembangan UMKM.

2.2. Regulasi-regulasi terkait aktivitas

branchless banking kepada sektor

UMKM justru sedapat mungkin

diminimalkan karena terlalu

banyak regulasi akan menambah

kompleksitas yang akan sulit

dipahami oleh sektor UMKM.

2.3. Mendorong bank-bank lokal dan

kecil, seperti Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) atau Bank

Pembangunan Daerah (BPD)

untuk melakukan pendampingan

kepada UMKM. Sektor UMKM

yang skala aktivitas ekonominya

relatif kecil akan lebih cocok

ketika didampingi oleh bank-

bank kecil juga, dan bukan bank-

bank besar apalagi bank-bank

asing. Dalam konteks ini, perlu

dukungan dari pemerintah

sebagai credit guarantee,

termasuk di dalamnya regulasi

yang baik, agar memperluas

ruang gerak bank-bank kecil di

sektor UMKM. Hal ini secara

tidak langsung membatasi ruang

gerak atau pasar bank-bank besar

dan asing yang akan masuk ke

sektor UMKM. Dengan

demikian, kompetisi yang tidak

adil antara bank-bank kecil dan

besar dapat dihindari, sehingga

bank-bank kecil dapat mengatur

biaya operasional mereka secara

efisien ketika tidak berkompetisi

dengan bank-bank besar. Pada

akhirnya, efisiensi biaya dari

bank-bank kecil ini akan dapat

dimanfaatkan untuk

mengembangkan branchless

banking dan teknologinya yang

kemudian berdampak pada

turunnya biaya kredit

(intermediation cost) bagi sektor

UMKM, dan inklusi finansial

dapat diperkuat.

Dari beberapa langkah diatas, dapat

disimpulkan bahwa demi tercapainya

kesuksesan financial inclusion, sektor

perbankan memiliki peran yang lebih dominan

(bank led). Ketikan bank led

diimplementasikan, pemerintah secara tidak

langsung akan mengikutsertakan sektor

teknologi untuk mendukung branchless

banking. Hal ini tidak berlaku sebaliknya,

ketika technological led diutamakan, sektor

perbankan belum tentu dapat berkembang dan

diikutsertakan dalam program inklusi finansial

karena adanya ketidaksiapan menghadapi

perubahan teknologi.

PUSTAKA

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia. (2013).

Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun

2010 – 2011. Diunduh 17 April 2013 dari

http://www.depkop.go.id/

Mourougane, A. (2012). Promoting SME

development in Indonesia. OECD

Economics Department Working Papers,

No. 995, OECD Publishing. Diunduh pada

16 April 2013 dari

http://dx.doi.org/10.1787/5k918xk464f7-

en

Rand, J., & Torm, N. (n.d). The benefits of

formalization: evidence from vietnamese

smes. Diunduh 16 April 2013 dari

mit.econ.au.dk/dgpe/dgpe-workshop-

2010/torm.pdf

World Bank. (2013). Tax revenue (% of GDP).

Diunduh 18 April 2013 dari

http://data.worldbank.org/indicator/GC.TA

X.TOTL.GD.ZS

Page 42: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 149

Analisa Faktor Psikologis Perilaku Konsumen Yang Berpengaruh Terhadap

Keputusan Pembelian Produk-Produk Momilen (Studi Kasus Pada Pasien Bidan

Praktek Swasta (BPS)

Muhammad rizal Nur irawan

*)Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah fakor psikologis, diantaranya:

motivasi, persepsi dan pembelajaran. Pokok permasalahannya adalah apakah fakor psikologis perilaku konsumen

(motivasi, persepsi, pembelajaran) berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap keputusan

pembelian?Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor psikologis

yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran terhadap keputusan pembelian produk-produk Momilen.Data

diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden yang merupakan pasien ibu hamil BPS Widya Desa

Geger.Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor psikologis terhadap keputusan pembelian

adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisa data diperoleh hasil Y = 2,038

+ 0,383X1 + 0,709X2 + 0,681X3. Dari pengujian model regresi dengan uji F diketahui nilai Fhitung (221,602) >

Ftabel (2,807). Ini berarti keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh simultan yang signifikan terhadap

keputusan pembelian.Dari pengujian model regresi dengan uji t diketahui bahwa semua variabel bebas, secara

parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian).Dari pengujian

model regresi dan uji t juga diketahui bahwa pada variabel Motivasi (X1) thitung> dari ttabel (2,154 > 2,013),

persepsi (X2) thitung> dari ttabel (2,783 > 2,013), pembelajaran (X3) thitung> dari ttabel (2,374 > 2,013).Variabel yang

mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian adalah variabel persepsi, karena

mempunyai koefisien regresi yang paling besar dan mempunyai nilai signifikasi yang lebih kecil daripada

variabel bebas lainnya.

Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, dan Keputusan Pembelian

LATAR BELAKANG

Perubahan terjadi setiap detik selama

kehidupan berjalan, setiap orang mengalami

perubahan dalam segala hal setiap saat. Perubahan

tersebut meliputi perubahan psikologis, budaya,

teknologi, lingkungan sosial, dan lingkungan makro

lain yang tentu memiliki implikasi terhadap

perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan

tersebut telah mengubah berbagai aspek kehidupan

termasuk perilaku konsumen.

Studi tentang perubahan perilaku konsumen

akan menjadi dasar yang amat penting dalam

manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan

membantu para pelaku pasar untuk: merancang

bauran pemasaran, menetapkan segmentasi pasar,

merumuskan positioning dan pembedaan produk,

memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya,

dan mengembangkan riset pemasarannya.

Menganalisis perilaku konsumen akan lebih

mendalam dan berhasil apabila kita dapat

memahami aspek-aspek psikologis manusia secara

keseluruhan. Schiffman dan Kanuk (2007)

mengatakan bahwa psikologi konsumen berisi

konsep dasar psikologi yang menentukan perilaku

individu dan mempengaruhi perilaku konsumsi.

Kemampuan dalam menganalisis perilaku

konsumen berarti keberhasilan dalam menyelami

jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.

Perusahaan dalam menjalankan usahanya

harus selalu memantau perubahan perilaku

konsumen sehingga dapat mengantisipasi

perubahan perilaku konsumen tersebut untuk

memperbaiki strategi pemasarannya. Perusahaan

yang berorientasi pada konsumen akan selalu

beradaptasi dan bereaksi terhadap kebutuhan dan

keinginan konsumen yang selalu berubah, dengan

cara menerapkan perencanaan strategi pemasaran.

Demikian halnya juga dengan perusahaan farmasi,

pemenuhan kebutuhan dan keinginan akan produk

obat-obatan perlu direncanakan dengan strategis

agar produk dan perusahaannya selalu menjadi

yang terdepan.

PT.First Medipharma dengan produknya

“Momilen” sebagai produk farmasi yang menjadi

teman setia ibu hamil dan bayi, juga perlu

mengetahui sejauhmana faktor-faktor psikologis

perilaku konsumen berpengaruh terhadap

keputusan pembelian produknya. Hal tersebut

Page 43: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 150

berguna dalam penentuan inovasi dan modifikasi

yang diperlukan baik dalam penyusunan strategi

pemasaran, maupun pengembangan produk sesuai

dengan kebutuhan konsumen..

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah

penelitian deskriptif kualitatif. Pengertian penelitian

deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian

berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau

kata tertulis dari seseorang subjek yang diamati dan

telah memiliki karakteristik bahwa data yang

diberikan merupakan data asli yang tidak diubah

serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

(http://www.bimbingan.org/pengertian-penelitian-

deskriptif-kualitatif.html)

Operasional masing-masing variabel yang

akan diamati dalam penelitian ini yaitu variabel

bebas adalah Faktor Psikologis (X) yang dijabarkan

dalam beberapa variabel antara lain: Motivasi (X1),

Persepsi (X2), dan Pembelajaran (X3). Variabel

terikat yaitu Keputusan Pembelian (Y). Untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan alat analisa antara lain:

uji validitas, uji reliabilitas, regresi linear

berganda,korelasi berganda,uji F, uji t, determinasi)

Berdasarkan hasil dari penyebaran kuesioner

penelitian yang dilakukan kepada 50 responden

telah didapatkan sikap dari jawaban responden,

berikut penyajian data sikap dan jawaban

responden sebagai berikut:

:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Motivasi

Indikator SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Total

Skor F % F % F % F % F %

Anda akan lebih memilih

produk-produk obat yang

berkualitas tanpa

mempertimbangkan terlalu

jauh berapa harganya

2 4% 15 30

% 22 44% 9 18% 2 4% 156

Jika anda merasa sudah

sehat, anda akan tetap

berusaha meningkatkan

kesehatan anda walaupun

harus mengeluarkan biaya

1 2% 30 60

% 11 22% 8 16% 0 0% 174

Total Skor 330

Sumber : Data diolah, 2014

Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Persepsi

Indikator SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Total

Skor F % F % F % F % F %

Menurut anda produk-

produk Momilen

mempunyai kinerja yang

lebih baik dari produk-

produk lain sejenis

2 4% 27 54% 16 32% 3 6% 2 45 174

Menurut anda produk-

produk Momilen

mempunyai harga yang

sebanding dengan

kualitasnya

8 16% 24 48% 15 30% 3 6% 0 0% 145

Total Skor 319

Sumber : Data diolah, 2014

Page 44: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

J u r n a l I l m u S o s i a l d a n H u m a n i o r a | 151

Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Pembelajaran

Indikator SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Total

Skor F % F % F % F % F %

Berdasarkan pengalaman

pribadi anda, anda akan

tetap mengkonsumsi obat

yang telah terbukti manjur

meskipun ada tawaran

produk baru yang

kelihatannya lebih menarik

7 14% 28 56% 12 24% 3 6% 0 0% 156

Anda akan membeli produk

obat yang disarankan orang

lain atau yang menurut

orang lain produknya

berkualitas meskipun anda

belum pernah

menggunakannya.

3 6% 28 56% 17 34% 2 4% 0 0% 182

Total Skor 338

Sumber : Data diolah, 2014

Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Keputusan Pembelian

Indikator SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Total

Skor F % F % F % F % F %

Anda memiliki kebutuhan

akan kesehatan diri dan bayi 8 16% 30 60% 7 14% 5 10% 0 0% 191

Anda selalu bertanya

kepada bidan mengenai

obat/produk yang dapat

mengoptimalkan kesehatan

diri dan bayi

3 6% 35 70% 10 20% 2 4% 0 0% 189

Dari sekian banyak

obat/produk maternity &

baby care anda menyadari

bahwa Momilen paling

mampu memenuhi

kebutuhan kesehatan diri

dan bayi

0 4% 29 60% 19 32% 1 4% 1 0% 176

Setiap kali anda

membutuhkan obat/produk

maternity & baby care

maka anda menjatuhkan

pilihan pada Momilen

3 6% 30 60% 14 28% 2 4% 1 2% 182

Total Skor 738

Sumber : Data diolah, 2014

Page 45: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 152

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

Berdasarkan data di atas, dengan perhitungan

menggunakan Program SPSS 19 maka dapat

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Regresi berganda Y = 2,038 + 0,383X1 +

0,709X2 + 0,681X3 a = 2,038, artinya konstanta yang

menyatakan bahwa jika variabel bebas

yaitu motivasi (X1), persepsi (X2),

danpembelajaran (X3) konstan, maka

keputusan pembelian sebesar 2,038.

b1 = 0,383, artinya koefisien regresi

X1(motivasi)diperoleh sebesar 0,383

dengan tanda positif. Hal ini berarti

apabila motivasi dinaikkan sebesar 1

satuan, maka keputusan pembelian akan

meningkatkan sebesar 0,383 dengan

asumsi variabel lain yang mempengaruhi

dianggap konstan (a, X2, dan X3 = 0).

b2= 0,709, artinya koefisien regresi

X2(persepsi) diperoleh sebesar

0,709dengan tanda positif. Hal ini berarti

apabila persepsi dinaikkan sebesar 1

satuan, maka keputusan pembelian akan

meningkatkan sebesar 0,709 dengan

asumsi variabel lain yang mempengaruhi

dianggap konstan (a, X1, dan X3 = 0).

b3= 0,681, artinya koefisien regresi

X3(pembelajaran) diperoleh sebesar

0,681dengan tanda positif. Hal ini berarti

apabila pembelajaran dinaikkan sebesar 1

satuan, maka keputusan pembelian akan

meningkatkan sebesar 0,681 dengan

asumsi variabel lain yang mempengaruhi

dianggap konstan (a, X1, dan X2 = 0).

Secara keseluruhan dari ketiga variabel

tersebut, berdasarkan hasil analisis diatas

dapat diketahui bahwa variabel yang

mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap keputusan pembelian adalah

variabel persepsi dengan nilai Beta sebesar

0,414 yang lebih besar dari variabel

independent lainnya.

2. Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh

Fhitung adalah 221.602dengan tingkat

signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.

Sedangkan nilai Ftabel pada tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) maka

diperoleh nilai Ftabel = 2,807 dengan

demikian Fhitung> Ftabel, yaitu 307,115 >

2,807. Oleh karena itu maka dapat

dikatakan, motivasi, persepsi, dan

pembelajaran secara bersama-sama

berpengaruh terhadap keputusan

pembelian terhadap produk-produk

Momilen.

3. Pada variabel motivasi hasil nilai thitung

sebesar 2,154 yang lebih besar dari

ttabeldengan α = 5% yaitu sebesar 2,013. Ini

berarti bahwa thitung> dari ttabel (2,154 >

2,013), sehingga dapat disimpulkan bahwa

motivasi mempunyai pengaruh yang

signifikan secara parsial terhadap

keputusan pembelian. Maka dari

pengujian hipotesis kedua yang

menyatakan motivasi berpengaruh

terhadap keputusan pembelian, hipotesis

tersebut diterima.

4. Pada variabel persepsi hasil nilai thitung

sebesar 2,738 yang lebih besar dari

ttabeldengan α = 5% yaitu sebesar 2,013. Ini

berarti bahwa thitung> dari ttabel(2,738 >

2,013), sehingga dapat disimpulkan bahwa

persepsi mempunyai pengaruh yang

signifikan secara parsial terhadap

keputusan pembelian. Maka dari

pengujian hipotesis kedua yang

menyatakan persepsi berpengaruh

terhadap keputusan pembelian, hipotesis

tersebut diterima.

5. Pada variabel pembelajaran hasil nilai

thitung sebesar 2,374 yang lebih besar dari

ttabel dengan nilai α = 5% yaitu sebesar

2,013. Ini berarti bahwa thitung>ttabel(2,374

> 2,013), sehingga dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran mempunyai pengaruh

yang signifikan secara parsial terhadap

keputusan pembelian. Maka dari

pengujian hipotesis kedua yang

menyatakan pembelajaran berpengaruh

terhadap keputusan pembelian, hipotesis

tersebut diterima.

6. R square diketahui sebesar 0,935. Hal ini

berarti sekitar 93,5 % keputusan

pembelian dapat dijelaskan oleh motivasi,

persepsi, dan pembelajaran. Sedangkan

sisanya ( 100 % - 93,5 % = 6,5 % )

dijelaskan oleh sebab-sebab lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang

terdapat pada BAB V, maka dapat diambil

kesimpulan antara lain :

1. Motivasi (X1), persepsi (X2), dan

pembelajaran (X3) secara bersama-sama

(simultan) mempunyai pengaruh yang

positif signifikan terhadap keputusan

pembelian produk-produk Momilen. Hal

ini berarti hipotesis pertama terbukti,

yang dilihat dari hasil uji F, dimana

Fhitung> Ftabel, yaitu 221,602 > 2,807.

2. Secara parsial, Motivasi (X1), persepsi

(X2), dan pembelajaran (X3) mempunyai

pengaruh yang positif signifikan terhadap

keputusan pembelian produk-produk

Momilen. Hal ini berarti hipotesis kedua

terbukti, yang dilihat dari hasil uji t,

dimana pada variabel Motivasi (X1)

thitung> dari ttabel (2,154>2,013), persepsi

(X2) thitung> dari ttabel (2,783>2,013),

Page 46: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 153

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

pembelajaran (X3) thitung> dari ttabel

(2,374>2,013).

3. Diantara ketiga variabel indepedent yang

memiliki pengaruh paling dominan

terhadap keputusan pembelian produk-

produk Momilen adalah variabel persepsi

(X2) karena mempunyai koefisien regresi

dan nilai thitung yang paling besar yaitu

0,709 dan 2,783, hal ini membuktikan

bahwa hipotesis yang menyatakan

persepsi memiliki pengaruh paling

dominan terbukti.

A. Saran – Saran

Saran yang penulis kemukakan

sebagai rekomendasi penunjang hasil

penelitian, yang sekiranya berguna bagi

perusahaan antara lain sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan atau produsen produk-

produk Momilen harus selalu

memperhatikan perilaku konsumen yang

setiap saat selalu berubah-ubah sesuai

dengan perkembangan zaman.

2. Dalam penelitian ini faktor psikologi

(motivasi, persepsi, dan pembelajaran)

mempunyai pengaruh yang sangat besar

dalam mempengaruhi keputusan

pembelian yaitu sebesar 93,5%, oleh

karena itu perusahaan harus selalu

memperhatikan dan memaksimalkan

keputusan konsumen yang dipengaruhi

oleh faktor psikologis tersebut.

3. Perusahaan harus selalu melakukan

market research terhadap produk

pesaing yang beredar di pasar dan

harga yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Nugroho.J, 2013. Perilaku

KonsumenPasar, Cetakan Ke-5, Penerbit,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta:

2013.

Philip Kotler, 2002. Manajemen Pemasaran,

Edisi Millenium, Jilid 1, Alih

Bahasa,Hendra Teguh, Rony A. Rushi dan

Benjamin Molan, Jakarta: Prenhalindo.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Bisnis,

cetakan ke-17, penerbit, Alfabeta

Bandung: 2013.

Tatik Suryani, 2013. Perilaku Konsumen di Era

Internet,Implikasi Pada Strategi

Pemasaran, cetakan pertama, Penerbit,

Graha Ilmu, Yogyakarta: 2013

Basu Swastha DEI, 2009. Manajemen Berani

Dalam Pemasaran, Edisi ke Dua, cetakan

pertama, penerbit, 13PFE, Yogyakarta :

2009.

Joseph 1‟. Guiltinan dan Gordon W. Paul,

1990.Manajemen Pemasaran, Edisi ke Dua,

Alih Bahasa Jr. Agus Maulana, Cetakan

kedua, penerbit, Airlangga.

Suharsimin Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :

Rineka Cipta.

Page 47: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 154

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT DAN DAMPAK PELUNASAN

KREDIT PARA NASABAH PADA PT. BPR DAMATA ARTA NUGRAHA

BRONDONG LAMONGAN

Abdul Ghofur

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Bank BPR merupakan lembaga keuangan atau perbankkan dimana salah satu kegiatan usahanya adalah

memberikan kredit kepada nasabah- nasabah. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh bank adalah ketidak

sanggupan debitur dalam melunasi kreditnya pada jatuh tempo yang sudah ditentukan. Untuk meminimalkan

terjadinya hal tersebut maka dalam pemberian putusan kredit atas permohonan kredit. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern yang digunakan diperusahaan serta

mengetahu dampak sistem pengendalian intern kredit terhadap pelunasan kredit nasabah. Sehubungan dengan

masalah tersebut penelitian ini menggunakan methode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan demgam

cara dua tahap yaitu : sitem pengendalian intern yang digunakan di Bank Damata arta Nugraha Brondong

Lamongan dan dampak pngendalian intern terhadap pelunasan kredit. Dari hasil penelitian ini adalah: Sistem

pengendalian intern yang digunakan diBank Damata arta Nugraha Brondong Lamongan meliputi :Lingkungan

pengendalian, Penaksiran resiko, Aktivitas pengendalian, Informasi dan komunikasi, Pemantaun. Dan dampak

sistem pengedalian intern terhadap pelunasan kredit adalah untuk meminimalkan jumlah kredit yang

bermasalah.

PENDAHULUAN

Bank merupakan lembaga masyarakat

yang menghimpun dana dan menggunakannya

semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa

uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya

dan disertai imbalan berupa bunga. Perbankan

Indonesia merupakan sector yang mengalami

dampak langsung krisis moneter berkepanjangan

yang menyebabkan perekonomian Indonesia pada

tahun 1998 terpuruk sampai kondisi terendah,

sehingga mempengaruhi keadaan makro ekonomi

nasional. Puspani (2004 : 1) menyatakan bahwa

“kondisi perbankan saat iini sudah lebih baik

dibandingkan sebelum dilaksanakannya

rekapitalisasi kredit yang mulai berjalan, baik yang

ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) maupun masing-masing bank”.

Bank sebagai salah satu badan usaha

keuangan merupakan lembaga perantara antara

pihak yang kelebihan dana (deposan) dan pihak

yang kekurangan dana. Pihak yang kelebihan dana

menanamkan uangnya pada bank dalam bentuk

deposito, tabungan, dan produk-produk simpanan

bank lainnya, sedangkan pihak yang kekurangan

dana memperoleh bantuan keuangan dari bank

dalam bentuk pinjaman. Adanya rentang waktu

pengembalian pinjaman menimbulkan resiko yang

sangat besar yang mungkin ditanggung bank

terhadap ketidakpastian pengembalian pinjaman

dari debitur. Timbulnya kredit bermasalah

selanjutnya dapat mengakibatkan kesulitan dari

bank tersebut untuk memenuhi kewajibannya

kepada para deposan.

Bank dengan aktivitas penyaluran kredit,

bank menghadapi resiko yang cukup besar yaitu

tidak sanggupnya debitur membayar pinjaman

pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo. Inilah

yang dinamakan tunggakan kredit atau kredit

macet.

Kredit macet menjadi bagian dari kinerja

bank tetapi jika jumlahnya sangat besar akan

mengganggu kinerja dan kesehatan bank yang

bersangkutan. Kredit bermasalah di sebuah bank

dapat berupa kredit kurang lancar, kredit diragukan

dan kredit macet. Diantara beberapa faktor yang

dapat menjadi pemicu timbulnya kredit macet

adalah kurang ketatnya pengamanan pada saat

pencairan atau penyaluran kredit, misalnya kredit

tanpa agunan (jaminan) yang pasti atau kredit

digunakan dengan agunan yang nilainya lebih kecil

dari nilai kredit. Untuk mengantisipasi hal

tersebut, bank perlu mempertimbangkan beberapa

factor dalam mengavulasi pemberian kredit pada

debitur, mengenai prinsip-prinsip perkreditan yang

di kenal dengan 7P, antara lain Personality, Party ,

Purpose, Prospect, Payment, Profitability,

Protection.

Pemberian kredit merupakan resiko bank

yang paling besar, struktur pengendalian intern

dalam perkreditan dimulai sejak adanya

permohonan kredit hingga pelunasan dan

penyelesaian kredit. Pengalokasian dana ke dalam

bentuk kredit bukan merupakan hal yang mudah,

karena kredit itu sendiri pada dasarnya adalah

pengelolaan resiko yang tidak luput dari

kemungkinan timbulnya resiko kredit bermasalah

merupakan konsekuensi yang akan diterima. Oleh

Karena itu salah satu cara untuk meminimaliskan

resiko tersebut adalah melakukan pengendalian

kredit dengan baik sesuai struktur pengendalian

intern.

Menurut Mulyadi (2002) bahwa

pengendalian intern suatu perusahaan atau

organisasi atas kebijakan dan prosedur yang

Page 48: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 155

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

diciptakan untuk memberikan jaminan yang

memadai agar tujuan perusahaan atau organisasi

dapat dicapai. Dimana sistem dan prosedur

kebijakan suatu Bank perkreditan pada

pengendalian terhadap pemberian kredit untuk

mencegah timbulnya kredit macet.

Kredit yang telah diberikan oleh suatu

lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan,

sehingga dengan demikian pemberian kredit

merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti

suatau lembaga kredit akan memberikan kredit

kalau mereka betul-betul yakin bahwa si penerima

kredit akan mengembalikan pinjaman yang

diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan

syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak,

tanpa keyakinan tersebut suatu lembaga kredit akan

meneruskan simpanan masyarakat yang

diterimanya.

Pemberian kredit mempunyai tujuan

tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak

akan terlepas dari misi bank. Adapun tujuan utama

pemberian kredit yaitu :mencari

keuntungan,membantu usaha nasabah,membantu

pemerintah, Oleh karena itu, dalam proses

pemberian kredit, bank harus memperhatikan

prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar.

Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan

maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu

bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan

kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil

penilaian kredit sebelum kredit tersebut

disalurkan.Penilaian kredit oleh bank dapat

dilakukan dengan berbagai prinsip untuk

mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan yang bersifat

deskriptif kualitatif. dengan metode penelitian

kualitatif sebagai pendekatan penelitian, maka

penelitian menghadapi objek penelitian yang

bersifat alamiah, dimana sebagai instrument

mempunyai peran yang sangat penting. Penelitian

dihadapkan pada kenyataan - kenyataan yang

terjadi pada objek, dimana penelitian diharapkan

tidak melakukan intervensi dalam objek tersebut.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

penelitian ini adalah biro pemasaran dimana

mempunyai tugas memasarkan dan menyalurkan

dana dalam bentuk kredit pada periode Desember

2012–Desember 2013, mencari pasar sebagai

sumber pemodalan dana dan penghimpun dana dari

masyarakat atau lembaga lain yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang -

undangan. Dimana penelitian ini merupakan studi

tentang evaluasi pelaksanaan prosedur sistem

penegendalian intern penyaluran kredit pada Bank

dan juga pengendalian intern kredit guna

mendukung pelunasan kredit para nasabah sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati.

Untuk mendapatkan data yang sesuai

dengan masalah yang akan dianalisis, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut :Melakukan evalusi terhadap sistem

pengendalian intern yang digunakn di Bank

Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan,

dengan memperhatikan aspek – aspek pengendalian

intern, Mengidentifikasi sistem pengendalian intern

kredi tpada Bank BPR Damata Arta Nugraha

Brondong Lamongan. Mengidentifikasi prosedur

permohonan kredit yang berdasarkan analisis

kelayakan kredit yang menggunakan criteria 7P. Dari hasil penelitian ini menyatakan

bahwa Sistem Pengendalian Intern Sebuah sistem

merupakan suatu cara tertentu dan biasanya

berulang untuk melaksanakan suatu atau

serangkaian aktivitas, para manajer pada umumnya

menghadapi situasi dimana aturan tidak

terdefinikasikan secara baik sehingga harus

menggunakan penilaian terbaik mereka dalam

memutuskan tindakan apa yang akan diambil.

Keefektifan tindakan mereka ditentukan oleh

kepiawaian dalam berhadapan dengan orang-orang

terutama para nasabah. Aspek – aspek sistem

pengendalian intern terdiri dari : lingkungan

pengendalian,penaksiran resiko,aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi,

pemantauan.

Dalam upaya untuk meningkatkan

pemantauan secara dini terhadap kredit-kredit yang

akan atau diduga merugikan bank, maka bank

wajib melakukan pengawasan secara khusus. Yaitu

dengan cara memperhatikan prosedur permohonan

kredit, menguji kelayakan kredit dengan

menggunakan 7P & analisis keuangan,

mengelompokkan jenis kredit, serta memberikan

keputusan kredit pada kreditur yang layak menjadi

nasabah. penaksiran resiko, aktivitas pengendalian,

informasi dan komunikasi dan penerapannya pada

entitas kecil dan menengah (pemantauan).

PEMBAHASAN

Didalam penelitian ini analisis dan

pembahasan mengenai audit kepatuhan dibatasi

pada efektifitas struktur pengendalian intern

perusahaan atas kepatuhan terhadap persyaratan

tertentu yaitu berkaitan dengan pemberian kredit.

Oleh karena itu analisis yang disampaikan adalah

terdiri dari lima aspek dalam pengendalian intern

yang meliputi lingkungan pengendalian terdiri dari

tindakan, kebijakan dan prosedur yang

mencerminkan sikap menyeluruh manajemen

puncak, menengah dan dibawah dalam hal ini

perusahaan telah berusaha untuk menciptakan

lingkungan pengendalian kondusif sehingga

manajemen dan karyawan memiliki kesamaan

sikap dan presepsi terhadap setiap program dan

prosedur yang diterapkan. Berkaitan dengan

manajemen resiko kredit maka dalam hal ini untuk

mengenali beberapa kelemahan yang ada dimana

Page 49: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 156

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

selanjutnya telah dilakukan upaya-upaya perbaikan.

Ada beberapa hal dimana penyebab masalah

tersebut:sisi debitur dan sisi intern bank.

Dalam aktifitas pengendalian adalah

kebijakan dalam prosedur yang dibuat manajemen

untuk mematuhi tujuannya. Banyak sekali

kebijakan dan prosedur dalam suatu satuan usaha.

Secara umum prosedur pengendalian dapat

dikelompokkan kedalam lima kategori yaitu;

pemisahan tugas yang cukup, otoritas yang pantas

atas transaksi dan aktivitas bank, dokumen dan

catatan yang memadai, pengendalian fisik atas

aktiva dan catatan, pengendalian independent atas

pelaksanaan

Didalam satuan usaha komunikasi dan

informasi digunakan untuk mengidentifikasi,

menggabungkan, mengklarifikasi, menganalisa,

mencatat dan melaporkan transaksi satu satuan

usaha dan untuk mengelola akuntabilitas atas

transaksi terkait. Keadaan ini sudah sesuai dengan

teori yang ada, untuk itu pihak bank harus

melakukan bank to bank information dengan

maksud agar pihak bank dapat mengetahui

informasi mengenai calon debitur sehingga dapat

menghindari kemungkinan yang akan merugikan

pihak lain. Selain itu dengan adanya prosedur ini

dalam pengendalian ini dalam pengendalian

internal juga ditunjukkan dengan adanya

kesesuaian informasi yang terdapat dlam surat

perjanjian kredit dengan informasi yang tercantum

dalam dokumen pendukung hal ini sudah pasti

terjadi karena surat perjanjian kredit dilakukan

dihadapan notaris dan dibuat berdasarkan analisis

pelayakan kredit pada saat pengajuan kredit.

Didalam operasional perusahaan maka

memiliki pedoman dalam pelaksanaan perkreditan

yang memiliki peranan sebagai berikut :(a)

Merupakan penjabaran kebijakan umum

perkreditan yang disusun unuk mencapai sasaran.

(b)Merupakan pedoman operasional kredit yang

berisi tentang sistem dan prosedur kegiatan

perkreditan.(c)Untuk menjadi acuhan dalam

membuat surat edaran (SE) atau surat keputusan

(SK) direksi, yang merupakan petunjuk

pelaksanaan perkreditan. (d)Sebagai acuhan yang

harus dipahami dalam melaksanakan manajemen

resiko kredit.

Untuk pemantaun yang berkaitan dengan

penilaian evektifitas rancangan dan operasi sruktur

pengendalian internal secara periodik dan terus

menerus oleh manajemen untuk melihat apakah

telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah

diperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini

pemantauan data tidak hanya dilaksanakan pada

saat permohonan kredit tetapi harus dilakukan

sampai pada pelaksanaannya. Kemudian kemudian

melakukan identifikasi potensi ekonomi disemua

unit kerja dan juga melakukan pembinaan kredit

dari pencairan kredit sampai dengan pelunasan

kredit, dalam artian bahwa inspeksi ketempat usaha

debitur harus dilakukan secara rutin untuk

meyakinkan pihak manajemen bahwa kredit yang

diberikan telah digukan dengan sebenarnya. Selain

itu peninjau lapangan juga berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai perkembangan

usaha debitur setelah menerima kredit dari pihak

bank. Untuk itu pihak bank harus benar-benar

melakukan seleksi terhadap calon debitur sebelum

melakukan persetujuan kredit. Dan jika ada debitir

yang mengalami kesulitandalam melunasi

kreditnya atau usahanya tidak mempnyai prospek

lagi atau mempunyai itikad tidak baik, maka pihak

bank harus mengambil tindakan penyelesaian

kredit bermasalah.

Untuk itu pihak bank harus benar-benar melakukan

seleksi terhadap calon debitur sebelum melakukan

persetujuan kredit. Dan jika ada debitir yang

mengalami kesulitandalam melunasi kreditnya atau

usahanya tidak mempnyai prospek lagi atau

mempunyai itikad tidak baik, maka pihak bank

harus mengambil tindakan penyelesaian kredit

bermasalah.(1) Penyelesaian kredit bermasalah

secara damai, (2)penyelesaian melalui jalur hukum.

(3)kewenangan memutus.

KESIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peranan sistem pengendalian intern pada PT. BPR

Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan dan

dampak terhadap pelunasan kredit pada nasabah.

Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Sistem

pengendalian intern atas penyaluran kredit yang

telah diterapkan oleh PT. BPR Damata Arta

Nugraha Brondong Lamongan adalah sentralisasi.

Untuk mewujudkan lingkungan pengendalian ynag

efektif maka bank telah menyusun struktur

organisasi yang telah membatasi garis tanggung

jawab dan wewenang yang ada dan juga pada

aktivitas pengendalian dan pemantauan telah

dijalankan dengan dibuatnya prosedur penyaluran

kredit, meskipun masih terdapat kekurangan pada

prosedur penyaluran kredit. Dan Mengenai sistem

pengendalian atas penyaluran kredit yang

tercantum didalam prosedur penyaluran kredit.

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem

pengendalian intern yang baik maka sangat

berdampak untuk pelunasan kredit.

SARAN

Adapun saran – saran yang dianggap penulis perlu

disampaikan dengan tujuan sebagai

penyempurnaan penerapan sistem pengendalian

intern atas penyaluran kredit yang efektif adalah

sebagai berikut :

(1)Sebaiknya Bank BPR Damata Arta Nugraha

Brondong Lamongan tetap mempertahankan sistem

pengendalian intern yang digunakan agar kualitas

Bank tetap bertahan. karena hal ini sangat

Page 50: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 157

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan bank

terhadap kemajuan usaha debitur untuk

menghindari adanya kredit yang bermasalah.

(2)Untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan

perkreditan dan meningkatkan kualitas dalam

proses pencairan kredit, hendaknya PT. BPR

Damata arta Nugraha Brondong perlu melakukan

pengendalian resiko secara efektif dan efisien

untuk menghindari penyimpangan atau kejadian

yang tidak diharapkan dengan cara lebih

meningkatkan sistem dan prosedur pemberian

kredit dengan menerapkan sistem pengendalian

intern yang mencakup lima hal yaitu lingkungan

pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas

pengendalian, komunikasi dan informasi serta

pemantauan dengan tepat agar dapat dilakukan

pencegahan timbulnya kredit macet.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 2002, Auditing,Edisi Kelima, Salemba

Empat Jakarta.

Suharsimi Arikunto,2010,Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Rhineka Cipta,

Jakarta.

Puspani, 2004. Penerapan Prosedur dan Kebijakan

Pemberian Kredit Bank Rakyat Indonesia.

Skripsi Sarjana tak diterbitan. Universitas

Airlangga Surabaya.

Al Haryono Jusup, 2011, Dasar-dasar

Akuntansi,Edisi Ketujuh, Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta

Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga keuangan

Lainnya, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Anthony, Robert N dan Govindarojan Vijay, 2002,

System Pengendalian Manajemen,

Salemba Empat Jakarta, Edisi Pertama.

Thomas Suyatno, 2009, Dasar-dasar perkreditan,

Gramedia Pustaka Cipta, Jakarta.

Page 51: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 158

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

Analisa Keberadaan Departemen Store Ramayana Dan Lamongan Plaza

Terhadap Minat Belanja Masyarakat Lamongan

Titin *)

*)Dosen Fakultas ekonomi prodi ekonomi manajemen universitas islam lamongan

ABSTRAKSI

Semakin ketatnya persaingan bisnis dimasa sekarang baik perusahaan jasa maupun perusahaan social, setiap

perusahaan dituntut untuk memiliki kelebihan yang dapat memikat hati pelangganya salah satunya dengan

memberikan pelayanan prima. Menurut Tjiptono (2006), salah satu cara untuk merebut hati konsumen adalah

dengan meningkatkan pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. Hal ini tidak terkecuali pada

PT.RAMAYANA TBK.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh keberadaan

departemen store Ramayana dan lamongan plaza terhadap minat belanja masyrakat lamongan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian eksplanatori (ekplanatory research), dengan pegambilan sampel

menggunakan teknik Accidental sampling (berdasarkan kebetulan), jumlah sampel pada penelitian ini adalah

sebanyak 100 responden. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data skunder dengan teknik

observasi, wawancara, dan angket.Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung lokasi (0.813), Produk (2.456), harga

(5.033), promosi (0.871), suasana toko (3.604) dan pelayanan ritel (1.275). Variabel bebas produk, harga dan

suasana toko yang mempunyai nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel (1,68) yang berarti bahwa

variabel bebas produk, harga dan suasana toko mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat belanja.

PENDAHULUAN

Dalam era yang serba modern seperti saat ini,

tingkat persaingan bisnis yang tinggi membuat

perusahaan berlomba-lomba untuk

mempertahankan,memenangkanpersaingan pasar

serta memperluas keeksistensiannya.

Industrisejenisakanselaluberusaha memperebutkan

pasar yang sama. Imbas dari persaingan itu

tentunya sangat jelas dimana konsumen kemudian

menjadi semakin kritis memilih yang terbaik bag

imereka. Maka dari itu pemasar perlu mengetahui

dan mempelajari,serta karakter yang dimiliki

konsumen Salah satu bidang usaha yang

berkembang pesat saatini adalah retail.Hal ini

ditandai dengan semakin banyaknya usaha retail

di Indonesia karena banyaknya permintaan

masyarakat dan gaya hidup masyarakat yang

semakin modern, yakni lebih menyenangi suasana

kenyamanan berbelanja, kemudahan dalam

menemukan produk, kepraktisan dengan harga

terjangkau. Departemen Store Ramayana dan

lamongan plaza merupakan suatu sarana berbelanja

retail yang menawarkan berbagai jenis produk

berbagai supplier untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.Oleh karena itu, peran bauran

penjualan eceran menjadi semakin penting dan

persaingannya pun semakin ketat.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang

penting dijalankanoleh suatu perusahaan dalam

usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

keuntungan dan mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan itu sendiri. Pada suatu

perusahaan, pemasaran adalah keseluruhan bisnis

yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu dari sudut

pelanggan. Keberhasilan perusahaan tidak hanya

ditentukan oleh produsen melainkan pula

ditentukan oleh pelanggan. Pemasaran juga

merupakan suatu fungsi bisnis perusahaan yang

bertujuan untuk mengidentifikasi atau menganalisis

kebutuhan dan keinginan konsumen, menetapkan

pasar sasaran utama yang dapat melayani

organisasi secara baik dan merancang produk atau

jasa, serta program yang paling tepat yang akan

digunakan untuk melayani pasar.

Pengertian pemasaran menurut Djaslim Saladin

(2007:1), adalah sebagai berikut : “Pemasaran

adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang

dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,

promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang

dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar

sasaran serta tujuan perusahaan”.

Definisi lain yang dikemukakan oleh Philip Kotler

dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran

(2009:6), mendefinisikan pemasaran adalah sebagai

berikut :

“Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial

yang di dalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan

secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu

proses atau kegiatan bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menentukan harga, promosi, serta

memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan

akan barang dan jasa, serta menciptakan nilai bagi

pelanggan dan membangun hubungan yang kuat

dengan pelanggan melalui proses pertukaran dan

mencapaipasar sasaran serta tujuan

perusahaan.Sedangkan menurut Hurlock dalam

Efnita (2005:17), minat adalahsuatu sumber

Page 52: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 159

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk

melakukan apayang diinginkannya.Pada dasarnya

minat merupakan bentuk penerimaan akan

suatuhubungan antara diri seseorang dengan

sesuatu di luar dirinya, semakin kuat Atau dekat

hubungan tersebut maka semakin besar minat.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa minat tidak dibawa dari lahir,melainkan

diperoleh kemudian sebagai akibat rangsangan

adanya suatu hal yang menarik.sedangkan minat

beli adalah ketertarikan seseorang atau individu

terhadap barang atau jasa dalam hal ini di

pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah:faktor mempengaruhi minat beli adalah

variabel (lokasi (x1),produk (x2),harga (x3),promosi

(x4), suasana toko (x5), pelayanan ritel (x6).dengan

pertanyaan apa ada pengaruh secara parsial

maupun simultan diantara 6 variabel tersebut

dengan minat belanja masyrakat lamonagan?

sedangkan variabel apa yang piling signifikan

dalam mempengaruhi minat belanja masyarakat

lamongan untuk menjawab pertanyaan di atas kita

menggunakan metode analisis data yaitu uji

realibilitas adalah istilah yang digunakan untuk

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif

konsistensi apabila pengukuran pada gejala yang

sama diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain

reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh

mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau

diandalkan.Berikut ini adalah langkah-langkah

untuk melakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan Alpha Crombach diproses dengan

SPSS.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan eksplanatori

dengan pendekatan kuantitatif. Adapun penelitian

eksplanatori menurut Sugiyono (2006:10) adalah

penelitian yang menjelaskan hubungan kausal

antara variabel-variabel yang mempengaruhi

hipotesis. Pada penelitian ini minimal terdapat dua

variabel yang dihubungkan dan penelitian ini

berfungsi menjelaskan, meramalkan dan

mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu dalam

penelitian ini nantinya akan dijelaskan mengenai

adanya hubungan interaktif atau timbal balik antara

variabel yang akan diteliti dan sejauh mana

hubungantersebut saling mempengaruhi.Alasan

utama pemilihan jenis penelitian eksplanatori ini

untuk menguji hipotesis yang diajukan agar dapat

menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat baik secara parsial maupun

simultan yang ada dalam hipotesis

tersebut.Penelitianini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah

metode penelitian survai. Menurut Sugiyono

(2006:7), penelitian survai adalah penelitian yang

dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi

data yang dipelajari adalah data dari sampel yang

diambil dari populasi tersebut.Metode penelitian

survai bertujuan untuk memperoleh data atau fakta-

fakta yang tidak dapat diamati, keterangan masa

lalu yang belum dicatat maupun dari sikap

responden.

Menurut Sugiyono (2012:61), “Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Menurut Arikunto (2010:173)

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Berdasarkan pengertian populasi tersebut, populasi

yang akan menjadi pengamatan dalam penelitian

ini adalah minat belanja masyrakat lamongan.

Sampel Menurut Arikunto (2010:174)

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti”. Pendapat lain menurut Sugiyono

(2012:62) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.minimal

jumlah sampel yang di gunakan 100 responden.

Menurut Sugiyono (2012:137), jenis dan

sumber data terbagi menjadi 2(dua) yaitu: Data

primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data,dan

sumber data sekunder merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data

Data sekunder adalah merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

Sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data tersebut diperoleh”. Sumber data

yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber

data sekunder yang diperoleh melalui berbagai

sumber, yaitu literatur, artikel, situs internet yang

berkenaan dengan objek penelitianMenurut

Arikunto (2010:172)

Penelitian Lapangan (Field Research)Field

research adalah teknik pengumpulan data dengan

cara mengadakan peninjauan langsung ke objek

penelitian, melalui:

Wawancara adalah bentuk komunikasi

secara lisan baik langsung maupun tidak

langsung untuk memperoleh data primer melalui

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan

pewawancara kepada responden.

Kuisioner adalah alat penelitian yang berupa

daftar pertanyaan mengenai masalah yang akan

diteliti untuk memperoleh data primer dari

sejumlah responden.

ObservasiYaitu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengamati langsung

objek yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan

untuk memperoleh gambaran nyata mengenai

store atmosphere yang dilakukan oleh perusahaan.

Library research adalah alat penelitian

untuk meneliti objek penelitian yang digunakan

sebagai data sekunder melalui teori-teori yang

sudah teruji kebenarannya, di mana data diperoleh

melalui dokumen-dokumen,buku-buku atau tulisan

Page 53: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 160

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

ilmiah yang ada kaitan dengan teman penelitian

penulis, dengan maksud untuk melengkapi data

primer yang ada di lapangan.uji validitas

Instrumen penelitian yang digunakan

harus diuji validitasnya. Valid artinya dapat

digunakan untuk mengukur apa yang harus

sebenarnya diukur (Sugiyono 2010: 172). Analisis

ini digunakan untuk mengetahui kuat atau

lemahnya hubungan variabel bebas dengan variabel

tidak bebas.Uji validitas merupakan sejauh mana

ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melaksanakan fungsi ukurnya.Hasil penelitian yang

valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti.

PEMBAHASAN

Dari hasil jawaban responden dengan

menggunakan berbagai teori di antaranya

Variabel Lokasi (X1)jawaban responden

atas pertanyaan yang berkaitan dengan lokasi untuk

soal nomor satu menunjukkan jawaban sangat

setuju 64 responden (64%), setuju 36 responden

(36%), cukup setuju 0 responden (0%) dan kurang

setuju 0 responden (0%). dan dua menunjukkan

jawaban sangat setuju 63 responden (c%), setuju 37

responden (37%), cukup setuju 0 responden (0%)

dan kurang setuju 0 responden (0%).

Variabel Produk (X2)Dari table diatas dapat

kita ketahui bahwa jawaban responden atas

pertanyaan yang berkaitan dengan produk untuk

soal nomor satu menunjukkan jawaban sangat

setuju 64 responden (64%), setuju 36 responden

(36%), cukup setuju 0 responden (0%) dan kurang

setuju 0 responden (0%). Sedangkan untuk soal

nomor dua menunjukkan jawaban sangat setuju 53

responden (53%), setuju 47 responden (47%),

cukup setuju 0 responden (0%) dan kurang setuju 0

responden (0%).

Variabel Harga (X3)

jawaban responden atas pertanyaan yang berkaitan

dengan harga untuk soal nomor satu menunjukkan

jawaban sangat setuju 58 responden (58%), setuju

42 responden (42%), cukup setuju 0 responden

(0%) dan kurang setuju 0 responden (0%).

Sedangkan untuk soal nomor dua menunjukkan

jawaban sangat setuju 59 responden (59%), setuju

41 responden (41%), cukup setuju 0 responden

(0%) dan kurang setuju 0 responden (0%).

Variabel Promosi (X4)

jawaban responden atas pertanyaan yang berkaitan

dengan promosi untuk soal nomor satu dan dua

menunjukkan jawaban sangat setuju 52 responden

(52%), setuju 48 responden (48%), cukup setuju 0

responden (0%) dan kurang setuju 0 responden

(0%).

Variabel Suasana Toko (X5)

jawaban responden atas pertanyaan yang berkaitan

dengan suasana toko untuk soal nomor satu

menunjukkan jawaban sangat setuju 66 responden

(66%), setuju 34 responden (34%), cukup setuju 0

responden (0%) dan kurang setuju 0 responden

(0%). Sedangkan untuk soal nomor dua

menunjukkan jawaban sangat setuju 59 responden

(59%), setuju 38 responden (38%), cukup setuju 3

responden (3%) dan kurang setuju 0 responden

(0%).

Pelayanan ritel (X6)

jawaban responden atas pertanyaan yang berkaitan

dengan pelayanan ritel untuk soal nomor satu

menunjukkan jawaban sangat setuju 56 responden

(56%), setuju 44 responden (44%), cukup setuju 0

responden (0%) dan kurang setuju 0 responden

(0%). Sedangkan untuk soal nomor dua

menunjukkan jawaban sangat setuju 51 responden

(51%), setuju 49 responden (49%), cukup setuju 0

responden (0%) dan kurang setuju 0 responden

(0%).

jawaban responden atas pertanyaan yang

berkaitan dengan minat belanja untuk soal nomor

satu menunjukkan jawaban sangat setuju 52

responden (52%), setuju 48 responden (48%),

cukup setuju 0 responden (0%) dan kurang setuju 0

responden (0%) dan dua menunjukkan jawaban

sangat setuju 51 responden (51%), setuju 49

responden (49%), cukup setuju 0 responden (0%)

dan kurang setuju 0 responden (0%).

Dalam menganalisa hasil penelitian

digunakan pengujian statistic dengan menggunakan

bantuan aplikasi SPSS versi 20 sehingga diperoleh

hasil sebagai berikut:

Uji validitas digunakan untuk mengukur

sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.Uji

signifikansi dilakukan dengan membandingkan

nilai rhitung

dengan rtabel atau dengan melihat nilai

signifikasi tiap soal < 0,05. Adapun hasil

perhitungan melaui IBM SPSS versi 20 terlihat

pada tabel berikut ini :

hasil uji validitas dapat diketahui bahwa untuk

masing-masing soal pada tiap variabel bebas

(lokasi, produk, harga, promosi, suasana toko, dan

pelayanan ritel) dan variable terikatnya (minat

belanja) nilai Sig (2-tailed)< p=0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini valid.

Reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah

baik.Reliabilitas menunjuk tingkat keterandalan

sesuatu.Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan. Suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha

(𝛼) > 0,60. Adapun hasil uji reliabilitas yang

dilakukan terhadap instrumen penelitian ini dengan

menggunakan bantuan aplikasi program IBM SPSS

versi 20 dapat dijelaskan pada tabel berikut

ini.semua variabel bebas (lokasi, produk, harga,

promosi, suasana toko, dan pelayanan ritel) dan

Page 54: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 161

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

variable terikat (minat belanja) nilai alpha-nya

lebihbesar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan

variable yang dipakai dapat dikatakan realibel.

Analisa regresi linear berganda digunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

masing variabel harga, pelayanan terhadapminat

belanja. Dalam regresi linear berganda dilakukan

uji F dan uji t.Dengan berdasarkan hasil

perhitungan regresi pada tabel di atas didapatkan

suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Y= -1,120 + 0,059 X1 + 0,234 X2 + 0,451 X3 +

0,065 X4 + 0,242 X5 + 0,085 X6 + e

Persamaan regresi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a = -1,120merupakan intersep (constan)

yang berarti bahwa apabila variabel bebas dalam

penelitian (lokasi, produk, harga, promosi, suasana

toko, dan pelayanan ritel) pengaruhnya = 0, maka

hasil yang diperoleh dari minat belanjaadalah

sebesar -1,120.

b1= 0,059artinya untuk variabel lokasi

koefisien regresi (bi) menunjukan nilai 0,059yang

berarti apabila variabel lokasimengalami kenaikan

satu unit, maka akan dapat meningkatkan minat

belanja sebesar 0,059pada saat variabel bebas yang

lain sama dengan nol.

b2 =0,234artinya untuk variabel produk

koefisien regresi (b2) menunjukan nilai 0,234yang

berarti apabila variabel produk mengalami

kenaikan satu unit, maka akan dapat meningkatkan

minat belanja sebesar 0,234pada saat variabel

bebas yang lain sama dengan nol.

b3= 0,451artinya untuk variabel harga

koefisien regresi (bi) menunjukan nilai 0,451yang

berarti apabila variabel hargamengalami kenaikan satu

unit, maka akan dapat meningkatkan minat belanja

sebesar 0,451pada saat variabel bebas yang lain

sama dengan nol.

b4 =0,065artinya untuk variabel promosi

koefisien regresi (b2) menunjukan nilai 0,065yang

berarti apabila variabel promosi mengalami

kenaikan satu unit, maka akan dapat meningkatkan

minat belanja sebesar 0,065pada saat variabel

bebas yang lain sama dengan nol.

b5= 0,242artinya untuk variabel suasana

toko koefisien regresi (bi) menunjukan nilai

0,242yang berarti apabila variabel suasana

tokomengalami kenaikan satu unit, maka akan dapat

meningkatkan minat belanja sebesar 0,242pada saat

variabel bebas yang lain sama dengan nol.

b6 =0,085artinya untuk variabel pelayanan

ritel koefisien regresi (b2) menunjukan nilai

0,085yang berarti apabila variabel pelayanan ritel

mengalami kenaikan satu unit, maka akan dapat

meningkatkan minat belanja sebesar 0,085pada saat

variabel bebas yang lain sama dengan nol.

Dari hasil koefisien variabel-variabel

bebas diatas bernilai positif. Hal ini berarti

mempunyai arah perubahan yang searah dengan

variabel terikat.Disamping itu koefisien variabel

harga dengan koefisien regresi sebesar 0,484

mempunyai nilai terbesar dibandingkan dengan

koefisien regresi variabel bebas lainnya.Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor

yang pailng dominan mempengaruhi minat belanja

adalah faktor harga.

Untuk melihat seberapa jauh pengaruh parameter

yang dihasilkan maka dilakukan pengujian statistik.

Pengujian statistik dilakukan secarakeseluruhan

(uji F) dan secara parsial (uji t).

diperoleh koefisien determinasi (2

R )

yaitu sebesar 0,554.Dari nilai 2

R tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa variabel bebas lokasi,

produk,harga, promosi, suasana toko dan pelayanan

ritel secara bersama-sama telah mampu

menjelaskan atau menerangkan keragaman dari

variabel terikat yaitu minat belanja. Pengaruh

variabel bebasbebas lokasi, produk,harga, promosi,

suasana toko dan pelayanan ritel terhadap minat

belanja (Y) memberikan kontribusi sebesar

55,4%. Sedangkan sisanya sebesar 44,6%

dijelaskan oleh variabel bebas yang lain yang tidak

dimasukkanke dalam model persaial

Uji t pada dasarnya menunjukkan

apakah variabel bebas secara individu mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Adapun kriteria daerah penolakan dan penerimaan

hipotesis adalah:

H0 ditolak dan Ha diterima yaitu jika thitung > ttabel

artinya variabel bebas secara parsial mempengaruhi

variabel terikat.

H0 diterima dan Ha ditolak yaitu jika thitung < ttabel

artinya variabel bebas secara parsial tidak

mempengaruhi variabel terikat.

Dengan analisa sebagai berikut:

Variabel Lokasi (X1) tidak berpengaruh

Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung (0.813) lebih

kecil dari nilai t tabel (1,68) sehingga

tabelhitungtt maka H0 diterima dan Ha ditolak,

yang berarti variabel bebas secara parsial

mempengaruhi variabel terikat yang artinya bahwa

tidak ada pengaruh yang signifikan variabel lokasi

ramaya departemen store dan plaza lamongan

terhadap minat belanja masyarakat.

Variabel Produk (X2) berpengaruh

Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung (2.456) lebih

besar dari nilai t tabel (1,68) sehingga

tabelhitungtt maka H0 ditolak dan Ha diterima,

yang berarti variabel bebas secara parsial

mempengaruhi variabel terikat. yang artinya

bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel

produk terhadap minat belanja.

Variabel Harga (X3) paling dominan

Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung (5.033) lebih

besar dari nilai t tabel (1,68) sehingga

tabelhitungtt maka H0 ditolak dan Ha diterima,

yang berarti variabel bebas secara parsial

mempengaruhi variabel terikat. yang artinya

Page 55: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 162

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel harga

terhadap minat belanja.

Variabel Promosi (X4) tidak berpengaruh

Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung (0.871) lebih

kecil dari nilai t tabel (1,68) sehingga

tabelhitungtt maka H0 diterima dan Ha ditolak,

yang berarti variabel bebas secara parsial tidak

mempengaruhi variabel terikat. yang artinya

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan variabel

promosi terhadap minat belanja.

Variabel suasana toko (X5)

berpengaruhDari hasil uji t diperoleh nilai t hitung

(3.604) lebih besar dari nilai t tabel (1,68) sehingga

tabelhitungtt maka H0 ditolak dan Haditerima,

yang berarti variabel bebas secara parsial

mempengaruhi variabel terikat. yang artinya

bahwaada pengaruh yang signifikan variabel

suasana toko terhadap minat belanja

Variabel pelayanan ritel (X6) tidak

berpengaruhDari hasil uji t diperoleh nilai t hitung

(1.275) lebih kecil dari nilai t tabel (1,68) sehingga

tabelhitungtt maka H0 diterima dan Ha ditolak,

yang berarti variabel bebas secara parsial tidak

mempengaruhi variabel terikat. yang artinya

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan variabel

pelayanan ritel terhadap minat belanja sehingga

dapat dilihat dibawah ini.

Ujisimultandigunakan untuk mengetahui

apakah variable bebas secara bersama-sama

berpengaruh nyata atau tiddak nyata terhadap

variable terikat. Jika H0 ditolak dan Ha diterima

yaitu Fhitung > Ftabel berarti variable bebas (X1,X2)

secara simultan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat (Y). Jika H0

diterima dan Ha ditolak yaitu Fhitung < Ftabel berarti

variable bebas (X1,X2) secara simultan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat (Y)diperoleh hitung

F sebesar

19.225sedangkan tabelF sebesar 2,39. Karena

hitungF > tabel

F maka oH ditolak dan Ha diterima

artinya bahwa variabel bebas (lokasi, produk,

harga, promosi, suasana toko dan pelayanan ritel)

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat belanja. Sehingga dapat

di lihat pada kurva di bawah ini;

Uji F untuk mengetahui apakah semua

variabel independen mampu menjelaskan variabel

dependennya, maka dilakukan uji hipotesis secara

bersama-sama (simultan )terhadapvariable

independen (ghozali,2005:84). Berdasarkan analisa

diatas dapat diintrepetasikan sebagai berikut:

Dari uji validitas dapat diketahui bahwa untuk

masing-masing soal pada tiap indikator variabel

bebas dan terikat nilai Sig (2-tailed) < p=0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini valid.

KESIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Hasil penelitian ini Dari uji realibilitas, nilai

alpha semua variabel bebasnya yaitu harga,

pelayanan dan minat belanja lebih besar dari 0,6

dengan tingkat signifikasi α = 5 % sehingga dapat

disimpulkan bahwa instrumen dalam variabel bebas

dan terikatnya realibel.

Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung lokasi

(0.813), Produk (2.456), harga (5.033), promosi

(0.871), suasana toko (3.604) dan pelayanan ritel

(1.275). Variabel bebas produk, harga dan suasana

toko yang mempunyai nilai t hitung yang lebih

besar dari nilai t tabel (1,68) yang berarti bahwa

variabel bebas produk, harga dan suasana toko

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

minat belanja. Sedangkan untuk persamaan

regresinya diperoleh: Y= -1,120 + 0,059 X1 + 0,234

X2 + 0,451 X3 + 0,065 X4 + 0,242 X5 + 0,085 X6 +

e. Dengan melihat koefisien regresi masing-

masing variabel bebasnya pada persamaan regresi

dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang pailng

dominan mempengaruhi minat belanja adalah

faktor harga.

Dari tabel Anova diperoleh hitung

F sebesar

19,225 sedangkan tabelF sebesar 2,39. Karena

hitungF > tabel

F maka oH ditolakdan Ha diterima

artinya bahwa variabel bebas (lokasi, produk,

harga, promosi, suasana toko dan pelayanan ritel)

secara bersama-sama mempunyaipengaruh yang

signifikan terhadap minat belanja

Dari uji koefisien determinasi didapatkan

kesimpulanpengaruh variabel bebasbebas lokasi,

produk,harga, promosi, suasana toko dan pelayanan

ritel terhadap minat belanja (Y) memberikan

kontribusi sebesar 54,4%. Sedangkan sisanya

sebesar 45,6% dijelaskan oleh variabel bebas yang

lain yang tidak dimasukkanke dalam model

persamaan.

Berdasarkan hasil analisis dan hasil pembahasan

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung

lokasi (0.813), Produk (2.456), harga (5.033),

promosi (0.871), suasana toko (3.604) dan

pelayanan ritel (1.275). Variabel bebas produk,

harga dan suasana toko yang mempunyai nilai t

hitung yang lebih besar dari nilai t tabel (1,68)

yang berarti bahwa variabel bebas produk, harga

dan suasana toko mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat belanja.

1. Dari tabel Anova diperolehhitung

F sebesar

19,225 sedangkan tabelF sebesar 2,39. Karena

hitungF > tabel

F maka oH ditolak dan Ha diterima

artinya bahwa variabel bebas (lokasi, produk,

harga, promosi, suasana toko dan pelayanan ritel)

Page 56: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 163

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat belanja

Y= -1,120 + 0,059 X1 + 0,234 X2 + 0,451 X3 +

0,065 X4 + 0,242 X5 + 0,085 X6 + e. Dengan

melihat koefisien regresi masing-masing variabel

bebasnya pada persamaan regresi dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor yang pailng dominan

mempengaruhi minat belanja adalah faktor harga.

SARAN

Keberadaan departemen store Ramayana di

lamongan sebaiknya kita manfaatkan sebagai

fasilitas tempat pembelanjaan yang baik,dari

berbagai factor yang mempengaruhi minat belanja

saya mempunyai saran hendaknya Ramayana lebih

efisien dalan menentukan kebijakan harga.

DAFTAR PUSTAKA

Philip Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran,

Edisi Milinnium, Prenhallindo,

Jakarta.

Tjiptono, 2002, Strategi Pemasaran, Jogjakarta,

Andi Offset

Nazir, 2003, Metodelogi Penelitian, Jakarta,

Ghalia Indonesia

Suharsimi arikunto, 2010, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi,

P.Rineka, Jakarta

Kotler,philip dan G. Amstrong, 2006, Prinsip-

prinsip pemasaran, Edisi Kedua Belas,

Jakarta : Erlangga

Tjiptono,2004, Kualitas Layanan, Jogjakarta,

Andi Offset

Sutrisno Hadi,2000, Analisis Regresi, Andi

Yogjakarta.

Kotler, philip,2007, Manajemen Pemasaran,

Edisi Millenium jilid I, II, Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

Soejono, 2005, Metode Penelitian Suatu

Pemikiran dan Penerapan, Jakarta :

Rineka Cipta

Singarimbun, 1995, Metodelogi Penelitian

Survai, Jakarta LP3S

Page 57: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 164

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

Motivasi Berprestasi Dan Kinerja Guru Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah

HM. Tsalits Fahami *)

Dosen FKIP Universitas Islam Lamongan

Abstraks: This study is to explain the function of achievement motivation of teachers to

improve the quality of education and its relationship with the performance of the teacher in the

learning process, futhermore to get the affects the quality of student learning outcomes in

schools. Achievement motivation is influenced by the personality of teachers and

environmental conditions, on the other hand of the policies adopted by educational decision

makers. School institution have the authority to the policies related to teachers' motivation and

performance. The school leadership, encourage and motivate the teachers to improved

performance and achievements of teachers in improving the quality of education in schools.

Keyword : Motivasi, Kinerja Guru, Mutu Pendidikan.

A. Pendahuluan

Berbagai persoalan sekolah memerlukan

pendekatan strategis untuk diurai dan didaya

gunakan sehingga memunculkan sebuah lembaga

pendidikan yang mampu menghantarkan peserta

didiknya menuju keberhasilan yang dicita-citakan.

Berbagai persoalan sekolah menghadang untuk

menjadi sekolah yang mampu berkembang dan

memiliki prestasi membanggakan sesuai dengan

harapan para orang tua ataupun stakeholder

melalui prestasi yang dihasilkan oleh siswa.

Tantangan yang dihadapi sekolah datang dari

dalam sekolah itu sendiri dan juga datang dari luar

sekolah yang secara bersamaan mempengaruhi

kelangsungan hidup sekolah baik sebagai energi

pendorong atau sebagai penghambat

perkembagangan sekolah. Salah satu tantangan

lembaga sekolah yang dominan adalah sumberdaya

manusia terutama tenaga pendidik atau guru.

Upaya pengembangan guru menjadi program

strategis sekolah bilamana sekolah menginginkan

peningkatan mutu pendidikannya.

Permasalahan guru juga memiliki

kompleksitas tersendiri, oleh karenanya kajian ini

akan menfokuskan pada persoalan motivasi

berprestasi guru hubungannya dengan kinerja guru

yang akan berdampak pada peningkatan mutu

pendidikan di sekolah. Motivasi merupakan salah

satu faktor yang berperan dalam menentukan

keefektifan kerja, ia juga sebagai tenaga pendorong

guru dalam menggerakan tingkah laku kearah

tujuan yang hendak dicapai. Motivasi dapat dekati

dalam pandangan dua katagori, Motivasi ekstrinsik

yang merupakan motivasi yang dipengaruhi oleh

kondisi dan situasi dari luar dan motivasi intrinsik

yang ditentukan oleh pengaruh dari dalam diri

sendiri. Guru yang mempunyai motivasi ekstrinsik

akan melaksanakan tugas dengan giat dan

semangat untuk meraih kegembiraan ketika

siswanya sukses, giat bertugas karena adanya

jaminan kesejahteraan, lingkungan yang kondusif,

dan penghargaan dari pimpinan. Motivasi instrinsik

guru membawa guru pada semangat bekerja karena

dorongan pengabdian yang ada pada diri guru

sehingga mendapatkan kepuasan atas usahanya

serta memandang bahwa tugas yang dilakukan

didorong dan akan bermanfaat bagi dirinya.

Motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik sebagai

dua kesatuan, keduanya adalah kontekstual dan

dapat berubah setiap saat.

Guru yang memiliki dan mampu mendaya

gunakan faktor pendorong dalam berkarya menjadi

giat bekerja dan haus akan prestasi, selanjutnya

menjadi motivasi berprestasi yang mempengarui

kinerja guru. Motiasi guru dipengaruhi oleh sebab

dari pengaruh diri sendiri yaitu kemampuan

abstraksi dan komitmen guru, abstraksi guru

meliputi; kemampuan keilmuan, kemampuan

paedagogis untuk membuat persiapan mengajar,

membuat bahan ajar, RPP, penggunaan media

pembelajaran, pengelolaan kelas. Sedangkan

tingkat komitmen guru adalah kedewasaan dan

kepribadian adiluhung guru. Pengaruh lingkungan

memberikan sumbangsih terhadap motivasi guru

juga dominan, antara lain; kepemimpinan sekolah,

budaya dan iklim sekolah serta reward yang

diberikan oleh lembaga sekolah. Mutu pendidikan

di sekolah akan ditentukan selanjutnya oleh

pengaruh motivasi berprestasi dan kinerja guru,

oleh karenanya muara kajian ini ada pada capaian

yang dapat diperoleh oleh sekolah setelah adanya

motivasi berprestasi dan kinerja guru.

B. Teori Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan dalam diri

seseorang yang menggerakkan tingkah laku,

menuntun upaya pada tujuan, dan tata cara

menghadapi tantangan. Motivasi adalah tenaga

pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya

tingkah laku ke arah tujuan tertentu guna

memenuhi dan memuaskan kebutuhan pribadi.

(Robbin, 2001) Motivasi merupakan energi yang

ada dalam diri seseorang untuk berupaya kearah

Page 58: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 164

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

tujuan guna memenuhi kebutuhan individual.

Dalam hal tahapan untuk melakukan sesuatu

(Maslow, 1970) memberikan pengertian bahwa

motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang

menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau

berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Pemenuhan kebutuhan selangkah demi se langkah

dimulai dari tingkatan yang paling rendah.

Dalam pandangan psikologis (Owens,

1995) Motivasi merupakan kondisi kejiawaan

seseorang yang mampu memberikan dorongan

untuk berbuat suatu tindakan dalam mencapai

tujuan yang diinginkan. Motivasi ini berpungsi

untuk meberikan tenaga dan mendorong seseorang

untuk berbuat sesuatu, memberikan arah dan

mengatur prilaku, serta menetukan tingkah laku.

Menurut (Amstrong, 1988) Motivasi merupakan

sesuatu yang membuat orang bertindak atau

berprilaku dalam cara-cara tertentu. Motivasi

sebagai sesuatu yang menggerakkan orang untuk

mencapai rasa memiliki tujuan bersama dengan

memastikan bahwa sejauh mungkin keinginan dan

kebutuhan organisasi serta keinginan dan

kebutuhan anggotanya berada dalam keadaan

harmonis dan seimbang. Ada empat rincian tahapan

motivasi berpretasi, a) mengenal kebutuhan, b)

menentukan sasaran untuk mencapai pemenuhan

kebutuhan, c)melakukan tindakan untuk mncapai

sasaran, d) menimbulkan keinginan atau motivasi

yang dalam diri untuk memenuhi kebutuhan.

Berhubungan dengan motivasi berprestasi

(Mc Clleland, 1986) memberikan pendapatnya,

motivasi adalah unsur penentu untuk

mempengaruhi perilaku yang terdapat dalam setiap

individu. Salah satu determinan perilaku dalah

motivasi yang mempengaruhi unjuk kerja

seseorang. Motivasi berprestasi seseorang adalah

dorongan untuk mencapai keberhasilan, memenuhi

kebutuhannya, dan memperoleh penghargaan atas

apa yang telah dicapai. Dorongan keberhasilan

inilah yang disebut sebagi kebutuhan berprestasi.

Oleh karena itu, berdasarkan teori-teori dan

pendapat para ahli yang telah diuraikan, dapat

dikatakan bahwa Motivasi berprestasi adalah

dorongan atau hasrat untuk meraih keberhasilan

atau untuk mengerjakan sesuatu lebih baik dan

keinginan untuk terhindar dari kegagalan. Mc.

Clelland mengelompokan 3 kebutuhan manusia

yang dapat memotivasi gairah bekerja seseorang,

yaitu : Kebutuhan akan Prestasi (Need for

Achievment), Kebutuhan akan Afiliasi (Need for

Affiliation), dan Kebutuhan akan Kekuasaan (Need

for Power).

Teori Existence, Relatedness, and Growth

dari Alderfer, memberikan penyempurnaan dari

teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.

Bahwa ada 3 kelompok kebutuhan yang utama,

yaitu : 1) Kebutuhan akan Keberadaan (Existence

Needs), eksistensi ini berhubungan dengan

kebutuhan dasar yang didalamnya ada

Physiological Needs dan Safety Needs sebagaimana

yang dikemukanan dalam teori Maslow. 2)

Kebutuhan akan Afiliasi (Relatedness Needs),

kebutuhan ini menekankan akan pentingnya

hubungan antar individu (interpersonal

relationship) dan bermasyarakat (social

relationship). Dan 3) Kebutuhan akan Kemajuan

(Growth Needs), dimana keinginan atau motif

intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau

meningkatkan kemampuan pribadinya.

Beberapa teori tentang motivasi kerja

memberikan jawaban dan penjelasan terhadap

permaslahan mengapa guru berperilaku dalam

organisasi. teori kandungan motivasi kerja berfokus

pada apakah yang memotivasi guru. Teori proses

berfokus kepada menjelaskan mengapa pekerja

termotivasi untuk mencapai hal berbeda dan untuk

memahami bagaimana pekerja memutuskan mana

perilaku yang akan dilakukan, berapa banyak usaha

diberikan, dan seberapa teguh saat berhadapan

dengan kesulitan (George & Jones, 1996).

Beberapa kajian teori diatas utamanya berfokus

kepada empat teori yang menjelaskan hubungan

tentang motivasi dan prestasi kerja:

Teori kebutuhan, sebuah teori kandungan

yang berfokus kepada pernyataan bahwa

kebutuhan yang memotivasi pekerja untuk

memenuhi pekerjaannya menggunakan teori

kebutuhan Maslow

Teori harapan, sebuah teori proses yang

menjelaskan bagaimana pekerja membuat

pilih di antara perilaku alternatif dan level

usaha

Teori ekuitas, teori proses yang didasarkan

pada ide bahwa ketika pekerja memutuskan

apa perilaku yang dilakukan, tingkat usaha,

dan level keteguhan untuk melakukan

pekerjaannya, mereka dimotivasi oleh

keinginan mendapatkan ekuitas atau keadilan.

Teori keadilan prosedural, sebuah teori proses

yang menyampaikan bahwa motivasi

dipengaruhi oleh seberapa besar pekerja

merasa proses pengambilan keputusan

organisasi adil dan wajar.

Teori-teori Motivasi kerja tersebut diatas

menjadi urgen untuk difahami dan diaplikasikan

oleh pimpinan sekolah sehingga dapat

menggerakkan komponen sumberdaya manusia

sekolah utamanya guru dalam meningkatkan

motivasi berprestasi dan kinerja guru.

C. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah keinginan

individu untuk mencapai prestasi sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Motivasi berprestasi

merupakan keinginan sesorang untuk meraih

kesuksesan, untuk melibatkan diri dalam tugas,

dengan keinginan seserang untuk berhasil dalam

menjalankan tugas yang sulit (chalphin, 1979 dan

salvin, 1994). Individu dengan Motivasi berprestasi

Page 59: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 165

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

yang tinggi dapat diketahui melalui karakteristik

sebagai berikut : 1) senang bekerja keras untuk

mencapai keberhasilan, 2) menyukai situasi yang

dapat menilai sendiri kemajuan dan keberhasilan,

3) senang melakukan control pribadi atas

pelaksanaan tugasnya, 4) cenderung bertindak atau

menetapkan pilihan yang realitas, 5) memiliki

persfektif waktu yang jauh kedepan. Motivasi

beprestasi guru adalah suatu proses yang dilakukan

untuk menggerakkan guru agar prilaku mereka

dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga

akan memunculkan dorongan dari dalam diri dan

dari luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu

dengan hasil yang maksimal, yang mencakup

dimensi doronngan internal dan dimensi dorongan

external.

Dalam meraih keberhasilan dan

mengantisipasi kegagalan, (Owens, 1995)

mengemukakan bahwa setiap individu digerakkan

2 karakteristik yang dapat dipelajari yaitu, 1)

Keinginan atau hasrat untuk meraih keberhasilan,

dan 2) keinginan untuk menghindari kegagalan.

Dua karakter yang merupakan dua sifat Motivasi

ini berbeda pada sesorang dengan yanga lain.

Sebagian orang memiliki keinginan keberhasilan

tinggi dan keinginan menghindari kegagalan

rendah ,sementara sebagaian orang memiliki

keinginan untuk menghindar dari kegagalan tinggi,

sedangkan keinginan untuk keberhasilan rendah.

Motivai berprestasi merupakan hal yang

komplek, karena Motivasi itu melibatkan falktor-

faktor individual dan factor-facktor organisasional.

Yang termasuk factor individual antara lain

kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals)

sikap (attitude), dan kemampuan (ability).

Sedangkan factor-faktor organisasioanal abatara

lain pembayaran, atau gaji (pay), keamanan

pekerjaan (job security), sesama pekerja

(coworker), pengawasan (supervision)

pujian(praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self)

(chung & Meginson, 1981)

Secara umum Motivasi berprestasi timbul

diakibatkan dua faktor, yaitu faktor internal yang

timbul dari dalam diri sendiri atau instrinsik dan

factor ekternal, yang berada diluar individu yang

disebut factor ekstrinsik. Factor yang berasal dari

dalam diri sendiri menyangkut kepribadian, sikap,

pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan,

cita-cita yang menjangkau kemasa depan.

Sedangkan factor diluar diri dapat ditimbul;kan

oleh berbagai sumber, diantaranya karena pengaruh

pimpinan, kolega, budaya, dan iklim organisasi,

kebutuhan akan keperluan diri dan tugasnya.

Motivasi berprestasi dalam lingkup

organisasi, (Mc Clleland, 1986) mengemukakan

bahwa Motivasi untuk berprestasi meliputi : 1)

Kebutuhan akan prestasi (need for achivement),

yaitu dorongan untuk mengungguli, mencapai

standar yang telah ditetapkan, berjuang untuk

keberhasilan, dan 2) kebutuhan akan kekuatan

(need for fower), yaitu kebutuhan untuk membuat

orang lain berprilaku seperti yang diinginkan

olehnya, serta 3) kebutuhan akan afiliasi (need for

Avilation), yaitu keinginan untuk bersahabat dan

menjalin hubungan yang baik dan personal.

D. Kinerja Guru

Istilah kinerja berkaitan dengan perilaku

individu dalam melaksanakan pekerjaan. Upaya

untuk memperoleh kinerja yang baik diperlukan

suatu proses dan pengelolaan yang

berkesinambungan agar diperoleh hasil yang

diinginkan. (Baird, 1986), bahwa "Performance is

a working with people to accomplish desires

results". Sedangkan Menurut (Webster, 1980),

"Performance is the ability to perform; capacity to

achieve desired resulf'. Dan "is output derived from

processes, human or otherwise” - Ini berarti bahwa

kinerja adalah kemampuan dan ketrampilan yang

dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan atau merupakan hasil pelaksanaan dari

ruatu proses kerja seseorang. Kinerja adalah suatu

aktivitas yang berhubungan dengan aspek perilaku

(kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan), aspek

hasil dan aspek keefektifan organisasi (langkah-

langkah dalam mempertimbangkan pelaksanaan

kerja dan hasil kerja).

Kinerja adalah kuantitas dan kualitas

kontribusi tugas individu atau kelompok

melaksanakan pekerjaan. Penekanan dalam

pengertian ini adalah pada kualitas dan kuantitas

kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kinerja dengan kuantitas dan kualitas kerja

seseorang sesuai dengan kemampuannya dalam

mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilanya

dalam melaksanakan tugas sehingga memperoleh

hasil yang nyata. Kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalarn melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Tinggi kinerja pekerja berkaitan dengan sistim

penghargaan yang diberikan oleh organisasi tempat

seseorang bekerja. Penghargaany ang diberikan

kepada pekerja atau pegawai, bila tidak tepat, akan

berpengaruh pada kinerjanya.

Kinerja dipengaruhi oleh beberapa fackor

dari (Yamin, M dan Masiah, 2010), yaitu:

1) factor personal/individu

2) faktor kepemimpinan/manajer,

3) faktor tim, berupa dukungan dan

semangat dari rekan satu tim

4) faktor sistem, dan

5) factor kontektual/situsional

Kinerja merupakan perpaduan motivasi

dan kemampuan (Suryadi Prawirosentono 1999)

mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja dicapai

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan

secara legal. Kinerja dipandang sebagai hasil

Page 60: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 166

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

perkalian antara kemampuan dan motivasi.

Kemampuan menujuk pada kecakapan seseorang

dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu, dan

motivasi merupakan keinginan (desire) individu

untuk menunjukkan perilaku dan kesediaan

berusaha.

Kinerja guru akan berdampak pada

kualitas hasil pendidikan. Sedangkan kebijakan

dalam pendidikan yang diambil oleh penentu

kebijakan juga akan berdampak pada kinerja guru.

Sebagai contoh, adanya pergantian sistim

kurikulum yang terlalu sering juga akan

mempengaruhi guru secara psikologis. Guru

dengan kemampuan yang terbatas akan merasakan

kesulitan penyesuaian diri terhadap kebijakan

pergantian kurikulum yang terlalu sering. Terdapat

5 komponen kinerja guru, meliputi ; pengajaran

(instruction), penilaian (assessment), lingkungan

pembelajaran (learning environtment), komunikasi

(communication/community relations), dan

profesionalisme (Profesionalism). Pengukuran

untuk kinerja guru didasarkan atas standar kinerja

(Performance standsrds), yang selanjutnya

diuraikan dalam indicator kinerja (Performance

indicators) yang mencakup 5 domain kinerja guru

tersebut diatas.

Harus diakui bahwa guru merupakan

faktor utama dalam proses pembelajaran,.

Meskipun fasilitas pembelajarannya lengkap dan

canggih,namun bila tidak ditunjang oleh

keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil

akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran

yang maksimal. (Davis dan Thomas 1989), ciri-ciri

guru yang efektif antara lain memiliki kemampuan

yang berkaitan dengan iklim belajr di kelag

memiliki kemampuan yang berkaitan dengan

strategi manajemen pembelajaran, memiliki

kemampuan yang berkaitan dengan pemberian

umpan balik (feed back) dan penguatan

(reinforcement), dan memliki kemampuan yang

berkaitan dengan peningkatan kemampuan diri.

Kinerja guru dalam pembelajaran dapat

dilihat dari seorang guru mulai dari merencanakan

program pembelajaran, persiapan mengajar,

pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas,

penciptaan situasi belajar yang kondusif,

pembimbingan terhadap peserta didik,

melaksanakan evaluasi belajar, diskusi dengan

kolega, dan pengembanganp rofesi melalui

pelatihan dan karya-karya ilmiah. Dalam tugas

pembelajaran, guru juga mempertimbangkan

tentang metodologi yang akan digunakan, alat

media pendidikan yang akan dipakai, dan alat

penilaian apa yang digunakan di dalam

pelaksanaan evaluasi.

E. Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Sekolah maju atau juga disebut sekolah

berprestasi, (Arifin, 2008) sering diasumsikan

masyarakat di Indonesia sebagai sekolah atau

madrasah favorit ditengah-tengah masyarakat.

Eksistensi sekolah favorit diidentikkan pula dengan

sekolah unggul, sekolah mahal atau sekolah

mewah. (Sergiovani, dalam Arifin 2008)

menetapkan criteria sekolah maju dengan

pendekatan tujuan dan pendekatan proses. Oleh

karenanya tolok ukur keefektifan sekolah salah

satunya dengan prestasi akademik yang dicapai

oleh siswa melalui motivasi berprestasi dan kinerja

guru. Guru yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi dan perfomansi yang ditopak oleh

kompetensi professional akan berdampak pada

peningkatan mutu pendidikan di sekolah. (Mantja,

2010) Dalam pandangan profesionalisme kerja,

guru bertanggungjawab secara profesional untuk

terus menerus meningkatkan kompetensinya.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah

dapat dilihat dari kinerja guru dan prestasi yang

dicapai oleh peserta didik. Kinerja guru dapat

tergambar dalam performant guru yang bisa

berwujud Prestasi kerja guru, dimana stakeholder

sekolah akan mudah menilai sebagai sebuah

tampilan aktivitas guru atau kemampuan

profesionalnya sesuai dengan standar kerja yang

telah ditetapkan dalam tujuan organisasi sekolah

dalam waktu tertentu. Tampilan aktifitas guru

tersebut dapat berupa :

1. menguasai landasan pendidikan

2. menguasai bahan pengajaran

3. menyusun program pengajaran

4. menyajikan program pengajaran

5. mengevaluasi belajar

6. menganalisis hasil belajar

7. menyusun dan melaksanakan program

perbaikan dan pengayaan

Kinerja guru yang efektif - konstruktif,

dengan gaya kerja yang kreatif, inovatif, penuh

dedikasi dan bersumber dari motivasi berprestasi

yang positif. Guru yang professional dituntut

mampu menampilkan kinerja yang konstruktif

dalam mengajar, yang akan berdampak

positifterhadap prestasi belajar siswa. Kinerja guru

yang baik akan menghasilkan kualitas mengajar

yang tinggi. Richey (1973), menjelaskan bahwa

ada lima hal pokok yang dapat dijadikan tolok ukur

terhadap kualitas mengajar yang tinggi.

1. Bekerja dengan siswa secara individu,

meliputi pemberian tugas secara individual,

memeriksa pekerjaan siswa dan segera

mengembalikan hasilnya, sering melakukan

percakapan guru-siswa untuk memberikan

Motivasi kepada sisuwa dan menciptakan

hubungan yang akrab antara guru dan siswa.

2. Perencanaan dan persiapan mengajar yang

meliputi pembuatan rencana dan strategi

pembelajaran, mengadakan praktik

lapangan, pengetahuan guru sebagai sumber

Page 61: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 167

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

dan ditambah dengan buku- buku,dan selalu

menyajikan materi pelajaran yang esensial.

3. Penggunaana lat bantu mengajar,y ang

meliputi pemanfaatan buku sumber belajar,

pemberian tugas dan ketrampilan yang

berhubungan dengan alat-alat praktik, dan

pemberian tugas yang berkaitan dengan

perpustakaan.

4. Mengikutsertakan siswa dalam berbagai

pengalaman belajar, yang meliputi pelibatan

siswa dalam perencanaan pembelajaran,

pemberian tanggungiawab siswa terhadap

tugas-tugasnya, memberi Motivasi belajar

kepada siswa, dan penyajian bermacam-

macam pengalaman belajar oleh guru.

5. Kepemimpinan guru, meliputi membantu

siswa dalam memecahkan masalah,

memberi kesempatan kepada siswa untuk

menjadi pemimpin, memberi kesempatan

kepada siswa untuk berdiskusi dan

mengemukakan pendapatnya dan

mendayagunakan permainan untuk media

belajar.

Guru-guru yang memiliki kebutuhan

berprestasi tinggi memiliki potensi dan keunggulan

berupa kinerja yang baik, usaha-usaha dan

pekerjaan yang mereka lakukan dapat

disumbangkan sepenuhnya untuk kemajuan

sekolah. Namun, apabila tidak dikelola dengan

baik, tentu dapat menjadi masalah bagi sekolah.

Bahwa guru yang memiliki dorongan untuk

keberhasilan yang kuat, memiliki konstribusi yang

besar terhadap keefektifan sekolah. Guru-guru pada

sekolah tersebut menunjukkan prilaku professional

yang dapat diimplementasikan berdasarkan

kemandirian yang dimiliki oleh guru dalam

menjalankan tugas pembelajaran di kelas. Guru

juga tertantang untuk dapat menyesuaikan dengan

tantangan baru, dan menerapkannya dalam tugas

lain dari kegiatatan pembelajaran di kelas.

Untuk memahami apakah guru sudah

termotivasi untuk berprestasi dapat dilihat melalui

perfomansi yang dimiliki :

1. Hasrat untuk mengerjakan sesuatu

lebih baik.

2. Usaha untuk mendapakan

tanggungjawab dalam pemecahan

masalah.

3. Usaha untuk memperoleh umpan

balik atas apa yang telah dikerjakan

untuk perbaikan kemudian.

4. Tujuan yang menantang.

5. Sikap tidak menyukai keberhasilan

yang diperoleh secara kebetulan.

6. Sikap lebih menyukai pekerjaan yang

memerlkan keterampilan yang

dimiliki.

7. Kepuasan dari prestasi dan apa ayang

diuasakan.

Selanjutnya mutu pendidikan di sekolah

yang baik memerlukan evaluasi dan penilaian

kinerja. Keberhasilan pembelajaran di sekolah

perlu dilakukan penilaian kinerja, sehingga

hasilnya dapat digunakan untuk :

1. Perbaikan pelaksanaan pekerjaan

2. Penyusunan kompensasi

3. Keputusan penempatan

4. Kebutuhan akan pelatihan dan

pengembangan karir

5. Kekurangan dalam proses penyusunan

tenaga kerja

6. Ketidaktelitian informasi

7. Kesalahan rencana jabatan

8. Kesempatan kerja yang sama

9. Tantangan ekstrim

E. Kesimpulan

Guru professional memiliki komitmen

untuk belajar secara terus menerus, motivasi yang

melandasi kinerja guru akan berdampak pada

meningkatnya mutu pendidikan di sekolah. Secara

sistematis dapat digambarkan bahwa dorongan dari

dalam diri guru berupa motivasi berprestasi

bersemai dengan ketersediaan kondisi dan

lingkungan yang dinamis, merangsang untuk maju,

dan harmonis akan menghasilkan kinerja guru yang

performansinya terarah dan terukur. Motivasi

berprestasi dan kinerja guru dimaksud tidak

muncul secara kebetulan, melainkan perlu

dikondisikan sedemikian rupa oleh kepemimpinan

sekolah.

Mutu pendidikan di sekolah merupakan

tanggungjawab bersama antara guru dan pimpinan

sekolah. Guna kepentingan mengembangkan

sekolah menjadi sekolah unggul, maka guru dan

pimpinan sekolah mesti berpadu dalam merawat

motivasi berprestasi dan kinerja guru untuk selalu

progresif dan siap menghadapi tantangan dunia

pendidikan yang menghadang. Dengan demikian

upaya untuk menciptakan hari ini lebih baik dari

kemaren melalui terciptakanya penningkatan mutu

pendidikan di sekolah akan semakin terasa indah

dan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan

nasional secara nyata dan merata.

Page 62: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 168

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

DAFTAR RUJUKAN

Amstrong, M. 1998. Manajemen sumber daya

Manusia. Alih Bahasa : hadyana

Pujaatmaja. Jakarta:PT Elex Media

Komputindo

Arifin, Imron. 2008. Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Mengelola Sekolah

Berprestasi. Yogjakarta: Aditya Media.

Bafadal, Ibrahim. 2009. Peningkatan

Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Baird, L. 1986. Managemen Performance. Toronto:

John Wiley and Sons, inc

Davis, G.A & Thomas, M.A. 1989. Effectifve

school and effective Teachers. Boston,

MA: Allyn and Bacon

George & Jones. 1996. Organizational Behavior.

USA, wisely publishing company, inc

Mc Clelland D.C. 1986. How Motive, skill, and

Values Determine what people Do. New

York: American Psychologist

Mantja, W. 2010. Profesionalisasi tenaga

Kependidikan: Manajemen Pendidikan

dan Supervisi Pendidikan. Malang: Elang

Mas.

Owens, RG, 1995. Organizational Behavior in

educational, Boston: Allyn and Bacon, Inc

Richey, R 1973. Planning for teaching. New York :

logman.

Robbins, S.P. 2001. Organizational Behavior : 9th

Edition. New Yersey : Prentice Hall

Sergiovani, T. J. & Starrat, 1983, The supervision:

Human Perfective (3rd

). New York:

McGraw-Hill Book Co

Soetopo, Hendyat. 2010. Prilaku organisasi: teori

dan Praktek dalam Bidang Pendidikan.

Bandung: Rosda Karya

Suryadi Prawirosentono, 1999. Kebijakan Kinerja

Karyawan , Kiat Membangun Organisasi

Kompetitif Menjelang Perdagangan

Bebas. Yogyakarta:BPFE

Yamin, M dan Masiah, 2010. Standarisasi Kinerja

Guru. Jakarta: Gaung Persada GP Pres

Page 63: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 164

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

Pengaruh Pendidikan, Pengalaman dan Independensi Terhadap

Kinerja Auditor Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

Noer Rafikah Zulyanti *)

Universitas I slam Lamongan

ABSTRAKSI

Pengawasan yang dilakukan Auditor Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam

menciptakan efisiensi nasional, sehingga auditor pemerintah harus menjaga dan meningkatkan profesionalisme

dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendidikan, pengalaman dan

Independensi terhadap Kinerja Auditor dengan motivasi sebagai variable intervening. Penelitian ini

menggunakan adalah metode pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh

signifikan antara Pendidikan terhadap Motivasi Auditor ditunjukan, tidak terdapat pengaruh signifikan antara

Independensi dan Pengalaman terhadap Motivasi Auditor, tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pendidikan

dan Pengalaman terhadap Kinerja Auditor, terdapat pengaruh signifikan antara Independensi dan motivasi

terhadap Kinerja. Tidak terdapat pengaruh signifikan Pendidikan dan Pengalaman terhadap Kinerja Auditor di

Inspektorat Kabupaten Lamongan melalui motivasi dan terdapat pengaruh signifikan antara Independensi

terhadap Kinerja Auditor di Inspektorat Kabupaten Lamongan melalui motivasi secara tidak langsung.

Kata Kunci: Pendidikan, Pengalaman, Independensi, Motivasi, Kinerja Auditor

LATAR BELAKANG

Terdapat tiga aspek yang mendukung

terciptanya kepemerintahan yang baik (good

governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan

pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan

yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu

masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan

(Efendy, 2010). Pengendalian (control) adalah

mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk

menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen

dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan

(audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pihak yang memiliki independensi dan memiliki

kompetensi professional untuk memeriksa apakah

hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

Secara garis besar di Indonesia yang

melaksanakan fungsi pemeriksaan dipisahkan

menjadi dua bagian yaitu auditor eksternal dan

auditor internal. Auditor eksternal pemerintah

diimplementasikan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). Sedangkan Auditor internal

pemerintah diimplementasikan oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

INSPEKTORAT dan badan pengawas internal di

setiap departemen yaitu Inspektorat Jendral

(IRJEN). Salah satu unit yang melakukan

audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah

adalah Inspektorat Daerah

(Propinsi/Kabupaten/Kota).

Pengawasan yang dilakukan oleh auditor

pemerintah memiliki peran yang sangat penting

dalam menciptakan efisiensi nasional, sehingga

auditor pemerintah harus menjaga dan

meningkatkan profesionalisme dalam

melaksanakan tugasnya. Salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi adalah pendidikan di bidang

akuntansi, karena dengan pendidikan di bidang

akuntansi maka seorang auditor dapat memperoleh

pengetahuan dan pemahaman yang erat kaitannya

dalam melaksanakan tugas audit. Untuk

membuktikan keahlian atau profesionalisme

seorang auditor harus memiliki pengalaman dalam

praktek audit..

Independensi adalah sikap mental dimana

auditor tidak memihak terhadap kepentingan pihak

manapun, Dalam Efendy (2010) menyatakan

bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang

terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan

kerawanan atas independensi yang dimiliki oleh

auditor.

Motivasi dibedakan menjadi dua bagian

yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi

yang bersifat intrinsik adalah manakala sifat

pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang

termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan

dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena

rangsangan lain seperti status ataupun materi

sehingga dapat dikatakan orang tersebut sedang

melakukan hobynya. Motivasi ekstrinsik adalah

manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang

melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama

yang membuat seorang termotivasi seperti status

ataupun kompensasi. Kinerja audit pemerintahan

merupakan salah satu elemen penting dalam rangka

penegakan good government.

Page 64: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 164

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

Inspektorat Kabupaten Lamongan

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Lamongan Nomor 04 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Lamongan dan mempunyai tugas

pokok yaitu “ Melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan urusan pemerintahan didaerah,

pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan

Pemerintahan dan pelaksanaan urusan

Pemerintahan Desa“.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena

data yang disajikan berhubungan dengan angka dan

menggunakan analisis statistik. Penelitian ini

berupa studi kasus yang bertujuan untuk mencari

pengaruh antara variabel bebas yaitu Pendidikan

(X1), Pengalaman (X2), dan Independensi (X3)

terhadap variabel terikat yaitu Kinerja Auditor (Y)

pada Inspektorat Kabupaten Lamongan dengan

variabel intervening Motivasi (M). Populasi

penelitian adalah staf Inspektorat Kabupaten

Lamongan yang berjumlah 34 (tiga puluh empat)

orang dijadikan sampel. Pengumpulan data yang

dilakukan adalah dengan menggunakan metode

survey (survey method), yaitu pengumpulan data

primer yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan

(kuesioner) secara personal yang akan diisi atau

dijawab oleh responden.

HASIL

Inspektorat Kabupaten Lamongan

merupakan salah satu Satuan Perangkat Kerja

Daerah (SKPD) yang ada pada Pemerintah

Kabupaten Lamongan dimana Inspektorat

Kabupaten Lamongan memiliki tugas melakukan

pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan

Daerah dan pemerintahan Desa. Kabupaten

Lamongan merupakan salah satu dari Kabupaten

yang ada di Propinsi Jawa Timur dengan nilai

Belanja yang cukup besar. Dari hasil penelitian

yang dilakukan maka diketahui bahwa dari 35 (tiga

puluh lima) orang responden sebanyak 21 (dua

puluh satu) orang laki-laki sedangkan sisanya

sebanyak 14 (empat belas) orang adalah

perempuan. Mayoritas usia responden adalah 31-

40 tahun yakni 16 (enam belas) orang sedangkan

sisanya 5 (lima) orang usia 20-30 tahun, 9

(sembilan) orang usia 41-50 tahun sedangkan 5

(lima) orang sisanya berusia diatas 50 tahun.

Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat

Pendidikan SMA sebanyak 7 (tujuh) orang,

Diploma III 1 (satu) orang, Sarjana (S1) sebanyak

17 (tujuh belas) orangdan Magister (S2) sebanyak

10 (sepuluh) orang responden. Sedangkan

Kareakteristik menurut Masa kerja antara lain 0-3

tahun sebanyak 12 (dua belas) orang, 4-7 tahun

sebanyak 6 (enam) orang, 8-14 tahun sebanyak 12

(dua belas) orang dan sisanya sebanyak 5 (lima)

orang memiliki masa kerja lebih dari 15 (lima

belas) tahun.

PEMBAHASAN

Berikut hasil pengolahan data yang telah

dilakukan menggunakan bantuan Program SPSS 16

for Windows diperoleh hasil:

Uji Validitas

Data penelitian yang telah terkumpul kemudian

diolah untuk menguji kualitas data berupa uji

validitas dan reliabilitas. Dari hasil uji validitas

yang dilakukan dengan bantuan program SPSS

versi 16 menunjukkan bahwa koefisien korelasi

pearson moment untuk setiap item butir pernyataan

dengan skor total variabel Kinerja Auditor (Y),

Pendidikan (X1) Pengalaman (X2), Independensi

(X3) dan motivasi (M) signifikan pada tingkat

signifikansi 0,01. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa seluruh butir pertanyaan valid.

Uji Reabilitas

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan uji One Shot, artinya satu kali

pengukuran saja dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lainnya atau

dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban

pertanyaan. Hasil perhitungan uji reliabilitas

menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha (α)

untuk masing-masing variabel adalah lebih besar

dari 0,60. Dari hasil penelitian seluruh item-item

instrumen untuk masing-masing variabel adalah

reliabel.

Uji Partial (Uji T)

Terdapat Pengaruh Signifikan antara

Pendidikan terhadap Motivasi Auditor

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1)

yang menyebutkan bahwa Pendidikan aparat

inspektorat berpengaruh signifikan terhadap

motivasi. Pendidikan memberikan pengetahuan

bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan

tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan

diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana

yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

Untuk meningkatkan motivasi khususnya dalam

rangka aktualisasi diri seorang auditor perlu untuk

memperoleh penghargaan ekstrinsik yakni

peningkatan karir dan status. Dengan demikian

semakin tinggi tingkat pendidikan seorang auditor

maka makin tinggi pula motivasinya.

Tidak Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Pengalaman terhadap Motivasi Auditor

Pengalaman tidak berpengaruh terhadap Motivasi

atau dengan kata lain Hipotesis kedua ditolak.

Semakin sering auditor/pemeriksa melakukan

pekerjaan yang sama, semakin terampil dan

semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan

tersebut. Pengalaman kerja yang semakin kaya dan

luas, dan semakin berpeluang bagi auditor untuk

meningkatkan motivasi mereka. Pengalaman secara

Page 65: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 165

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

tidak langsung memberikan penghargaan intrinsik

(kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu

orang lain) dan penghargaan ekstrinsik

(peningkatan karir dan status) bagi seorang auditor.

Pada Responden Inspektorat Kabupaten Lamongan

pengalaman tidak mempengaruhi motivasi mereka

hal ini disebabkan bagi mereka baik

berpengalaman maupun tidak berpengalaman

mereka tidak akan mendapatkan penghargaan

apapun dari pimpinan.

Tidak Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Independensi terhadap Motivasi Auditor

Independensi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap motivasi dan Hipotesis ketiga ditolak.

Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan

pemeriksaan, seorang auditor/pemeriksa harus

bebas dalam sikap mental dan penampilan dari

gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang

dapat mempengaruhi independensinya. Para

Auditor/pemeriksa bertanggung jawab untuk dapat

mempertahankan independensinya sedemikian

rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan

atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang

dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak

memihak oleh pihak manapun. Seharusnya hal ini

mampu memotivasi seorang auditor yakni dalam

kebutuhan Sosial dan Kasih sayang dimana auditor

merasa perlu untuk diterima oleh orang lain (sense

of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak

gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta

(sense of participation). hal ini disebabkan mereka

tidak peduli akan pendapat orang serta diduga

karena independensi aparat inspektorat Kabupaten

Lamongan masih terpengaruh dengan penentu

kebijakan dan sering adanya mutasi antar satuan

kerja perangkat daerah. Akibatnya, meskipun

aparat acapkali mendapat fasilitas dari auditee.

Tidak Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Pendidikan terhadap Kinerja Auditor

Hipotesis ini tidak dapat dibuktikan diduga karena

aparat Inspektorat Kabupaten Lamongan

beranggapan bahwa tidak peduli latar belakang

pendidikan mereka apa mereka pasti bisa

melakukan audit (tidak perlu latar belakang

pendidikan akuntansi) cukup memiliki pengetahuan

dibidang pemerintahan saja.

Tidak Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Pengalaman terhadap Kinerja Auditor

Pengujian H5 dimana terdapat pengaruh signifikan

antara Pengalaman terhadap Kinerja Auditor di

Inspektorat Kabupaten Lamongan diperoleh hasil

bahwa Pengalaman aparat inspektorat tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor

dengan kata lain H5 ditolak. Diduga tidak dapat

dibuktikan karena adanya anggapan bahwa mereka

merasa bisa melakukan audit walaupun mereka

orang baru serta adanya anggapan bahwa

pembuatan laporan yang tepat waktu bukanlah

ukuran untuk menunjukkan kinerja mereka bagus

atau tidak melainkan diukur dengan jenis

temuannya.

Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Independensi terhadap Kinerja Auditor

Independensi merupakan sikap mental dimana

auditor tidak memihak kepada kepentingan pihak

manapun. Tingginya independensi auditor

mendorong Kinerja Auditor menjadi semakin

tinggi karena auditor merasa perlu untuk menjaga

performanya dimata orang lain (masyarakat atau

obyek pemeriksaan)

Terdapat pengaruh signifikan antara Motivasi

terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa

variabel Motivasi aparat inspektorat signifikan

terhadap Kinerja Auditor pada taraf signifikansi

5% atau dengan kata lain H7 diterima. Hal ini

sejalan dengan yang dikatakan oleh Goleman

(2001) dalam Muh. Taufiq Efendy tahun 2010

bahwa hanya motivasi yang akan membuat

seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi

untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang

ada. Rasa ingin membuat hati pimpinan merasa

senang atas keberhasilan tugas yang dilaksanakan

memotivasi auditor untuk melakukan pekerjaannya

dengan baik.

Analisis Jalur (Variabel Intervening)

Tidak Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Pendidikan Terhadap Kinerja Auditor Di

Inspektorat Kabupaten Lamongan Melalui

Motivasi. Pendidikan tidak dapat mempengaruhi Kinerja

Auditor melalui motivasi yang dimilikinya diduga

karena persepsi auditor mereka tidak akan dapat

menduduki jabatan dengan segera walaupun

pendidikan mereka tinggi hal ini disebabkan karena

aturan birokrasi yang menggunakan Daftar Urut

Kepangakatan sehingga siapa yang pangkatnya

lebih tinggi walaupun mereka hanya lulusan SMA

dialah yang akan menduduki jabatan dulu.

Tidak Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Pengalaman Terhadap Kinerja Auditor Di

Inspektorat Kabupaten Lamongan Melalui

Motivasi.

Diduga tidak dapat karena karena persepsi auditor

mereka tidak akan dapat menduduki jabatan

dengan segera walaupun pengalaman mereka

banyak ini terbukti aturan birokrasi yang

menggunakan Daftar Urut Kepangkatan sehingga

siapa yang pangkatnya lebih tinggi walaupun tidak

memiliki pengalaman audit dialah yang akan

menduduki jabatan dulu

Terdapat Pengaruh Signifikan Antara

Independensi terhadap Kinerja Auditor di

Inspektorat Kabupaten Lamongan Melalui

Motivasi

Hasil analisis jalur diketahui bahwa Independensi

tidak berpengaruh secara langsung terhadap

Kinerja Auditor melalui motivasi namun

Page 66: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 166

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

berpengaruh secara tidak langsung melalui

motivasi terhadap kinerja dengan nilai 0,0107

(0,272 x 0,374).

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat

disimpulkan (1)Terdapat pengaruh signifikan

antara Pendidikan terhadap Motivasi Auditor.

Untuk meningkatkan motivasi khususnya dalam

rangka aktualisasi diri seorang auditor perlu untuk

memperoleh penghargaan ekstrinsik yakni

peningkatan karir dan status. Dengan demikian

semakin tinggi tingkat pendidikan seorang auditor

maka makin tinggi pula motivasinya (2)Tidak

terdapat pengaruh signifikan antara Pengalaman

terhadap Motivasi Auditor diduga bagi mereka baik

berpengalaman maupun tidak berpengalaman

mereka tidak akan mendapatkan penghargaan

apapun dari pimpinan. (3)Tidak terdapat pengaruh

signifikan antara Independensi terhadap Motivasi

Auditor. Diduga mereka tidak peduli akan pendapat

orang serta karena independensi aparat inspektorat

Kabupaten Lamongan masih terpengaruh dengan

penentu kebijakan dan sering adanya mutasi antar

satuan kerja perangkat daerah. Akibatnya,

meskipun aparat acapkali mendapat fasilitas dari

auditee. (4) Tidak Terdapat pengaruh signifikan

antara Pendidikan terhadap Kinerja Auditor diduga

karena aparat Inspektorat Labupaten Lamongan

beranggapan bahwa tidak peduli latar belakang

pendidikan mereka apa mereka pasti bisa

melakukan audit (tidak perlu latar belakang

pendidikan akuntansi) cukup memiliki pengetahuan

dibidang pemerintahan saja (5)Tidak terdapat

pengaruh signifikan antara Pengalaman terhadap

Kinerja Auditor. Diduga tidak dapat dibuktikan

karena adanya anggapan bahwa mereka merasa

bisa melakukan audit walaupun mereka orang baru

serta adanya anggapan bahwa pembuatan laporan

yang tepat waktu bukanlah ukuran untuk

menunjukkan kinerja mereka bagus atau tidak

melainkan diukur dengan jenis temuannya.

(6)Terdapat pengaruh signifikan antara

Independensi terhadap Kinerja Auditor. Tingginya

independensi auditor mendorong Kinerja Auditor

menjadi semakin tinggi karena auditor merasa

perlu untuk menjaga performanya dimata orang

lain (masyarakat atau obyek pemeriksaan) (7)

Terdapat pengaruh signifikan antara Independensi

terhadap Kinerja Auditor. Rasa ingin membuat hati

pimpinan merasa senang atas keberhasilan tugas

yang dilaksanakan memotivasi auditor untuk

melakukan pekerjaannya dengan baik. (8) Tidak

terdapat pengaruh signifikan antara Pendidikan

terhadap Kinerja Auditor di Inspektorat Kabupaten

Lamongan melalui motivasi. Hal ini diduga

disebabkan karena aturan birokrasi yang

menggunakan Daftar Urut Kepangakatan sehingga

siapa yang pangkatnya lebih tinggi walaupun

mereka hanya lulusan SMA dialah yang akan

menduduki jabatan dulu. (9) Tidak terdapat

pengaruh signifikan antara Pengalaman terhadap

Kinerja Auditor di Inspektorat Kabupaten

Lamongan melalui motivasi. Diduga tidak dapat

karena karena persepsi auditor mereka tidak akan

dapat menduduki jabatan dengan segera walaupun

pengalaman mereka banyak ini terbukti aturan

birokrasi yang menggunakan Daftar Urut

Kepangkatan sehingga siapa yang pangkatnya lebih

tinggi walaupun tidak memiliki pengalaman audit

dialah yang akan menduduki jabatan dulu. (10)

Terdapat pengaruh signifikan antara Independensi

terhadap Kinerja Auditor di Inspektorat Kabupaten

Lamongan melalui motivasi Hasil analisis jalur

diketahui bahwa Indepensi tidak berpengaruh

secara langsung terhadap Kinerja Auditor melalui

motivasi namun berpengaruh secara tidak langsung

melalui motivasi terhadap kinerja dengan nilai

0,0107 (0,272 x 0,374). Munculnya pengaruh tidak

langsung karena adanya perasaan takut dari aparat

inspektorat jika mereka tidak independen maka

atasan tidak akan puas dan menegur atau

memberikan hukuman kepada mereka.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan

kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran-

saran antara lain sebagai berikut: (1) Bagi Auditor

Pendidikan, pengalaman dan Independensi serta

adanya pengaruh baik langsung maupun tidak

langsung dari motivasi Untuk meningkatkan

Kinerja Auditor dibutuhkan pendidikan yang

diperoleh dari bangku perkuliahan maupun

pelatihan.(2)bagi Peneliti Lain dimana Penelitian

mendatang sebaiknya melakukan sebuah penelitian

dengan menggunakan metode wawancara langsung

untuk mengumpulkan data penelitian agar dapat

mengurangi adanya kelemahan terkait internal

validity dan memperluas objek penelitian pada

aparat inspektorat kabupaten/kota se-Provinsi Jawa

Timur sehingga hasilnya dapat digeneralisasi.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten

Lamongan Nomor 04 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Lamongan.Lamongan. Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten

Lamongan.

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

2008. Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara

nomor PER/05/M.PAN/03/2008

tentang Standar Audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah.

Jakarta

Page 67: Hukum HibahWasiat Terhadap Anak Angkat menurut Hukum Perdata · PDF filesekunder, seperti kasus hukum, majalah, dan lain-lain. ... Pengangkatan anak menurut hukum perdata (BW) mempunyai

h a l | 167

Jurnal Ilmu Sosial & HumanioraI ISSN : 2302-3562

Efendy, Muh. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi,

Independensi, Dan Motivasi Terhadap

Kualitas Audit Aparat

Inspektoratdalam Pengawasan

Keuangan Daerah (Studi Empiris

Pada Pemerintah Kota Gorontalo).

Tesis Program Studi Magister Sains

Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas diponegoro.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1. Salemba Empat.

Jakarta

Mareta, Rena. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Pengalaman Dan Kompensasi Terhadap Kinerja

Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta.