FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada...

12
Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ... 69 FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM BAHASA SASAK DIALEK MENU-MENI (FIRST PERSONAL PRONOUN FUNCTION IN DIALECT MENU-MENI OF SASAK LANGUAGE) Siti Wahyuni Sulistya Wulandari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Ponsel: 087738282036 Pos-el: [email protected] Abstract This writing discusses the possible syntactic functions for each form of first personal pronouns using descriptive-qualitative method. Data were collected by several techniques, namely observing, recording, listening, interviewing, using intuition, and writing (fonetics transcription). Data were analyzed using distributional method. The result shows that generally, based on the forms, the free personal pronouns have more possible syntactic functions than the bound ones. The free first personal pronouns such as aku, itǝ, and itǝ padǝ, can fill the syntactic functions of subject, object, and complement, while the bound ones such as -kɔ, -ɳkɔ, dan -ntɛ in Menu- Meni dialect of Sasak language can fill the syntactic function of subject and object Keywords: syntactic function, personal pronoun, Sasak language Abstrak Penelitian ini membahas fungsi-fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh masing- masing bentuk pronomina persona pertama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi teknik observasi, teknik rekam, teknik sadap, teknik wawancara, teknik intuisi, dan teknik catat (teknik transkripsi fonetis). Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih atau distribusional. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum dapat dilihat bahwa pronomina persona pertama yang bentuknya bebas (pronomina bebas) memiliki fungsi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh pronomina persona bentuk terikat. Bentuk pronomina persona pertama yang bebas (bentuk tidak terikat), seperti aku, itǝ, dan itǝ padǝ merupakan bentuk yang dapat menduduki fungsi subjek, objek, dan keterangan. Adapun bentuk terikat, seperti -kɔ, -ɳkɔ, dan -ntɛ dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni, bersifat dapat menduduki fungsi sintaksis subjek dan objek. Kata kunci: fungsi sintaksis, pronomina persona, bahasa Sasak 1. Pendahuluan Bahasa Sasak merupakan salah satu bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan di Pulau Lombok. Jika dilihat dari tipologi urutan kata, bahasa Sasak termasuk dalam kelompok urutan kata SVO atau verb-medial (Blust, 2013:461). Sebaliknya, kenyataan di lapangan saat ini memperlihatkan bahwa bahasa Sasak, khususnya dialek Menu- Meni, memperlihatkan adanya pola urutan kata VSO. Adanya perubahan pola urutan ini menandakan bahwa bahasa Sasak memiliki sifat yang dinamis, yaitu berubah dari waktu ke waktu. Chaer (2012:53) mengatakan bahwa manusia dan bahasa memiliki keterikatan satu sama lain. Sebagai kelompok yang bermasyarakat dan

Transcript of FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada...

Page 1: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ...

69

FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM BAHASA SASAK DIALEK MENU-MENI

(FIRST PERSONAL PRONOUN FUNCTION IN DIALECT MENU-MENI OF SASAK LANGUAGE)

Siti Wahyuni Sulistya WulandariFakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Ponsel: 087738282036 Pos-el: [email protected]

Abstract

This writing discusses the possible syntactic functions for each form of first personal pronouns using descriptive-qualitative method. Data were collected by several techniques, namely observing, recording, listening, interviewing, using intuition, and writing (fonetics transcription). Data were analyzed using distributional method. The result shows that generally, based on the forms, the free personal pronouns have more possible syntactic functions than the bound ones. The free first personal pronouns such as aku, itǝ, and itǝ padǝ, can fill the syntactic functions of subject, object, and complement, while the bound ones such as -kɔ, -ɳkɔ, dan -ntɛ in Menu-Meni dialect of Sasak language can fill the syntactic function of subject and object

Keywords: syntactic function, personal pronoun, Sasak language

Abstrak

Penelitian ini membahas fungsi-fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh masing-masing bentuk pronomina persona pertama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi teknik observasi, teknik rekam, teknik sadap, teknik wawancara, teknik intuisi, dan teknik catat (teknik transkripsi fonetis). Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih atau distribusional. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum dapat dilihat bahwa pronomina persona pertama yang bentuknya bebas (pronomina bebas) memiliki fungsi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh pronomina persona bentuk terikat. Bentuk pronomina persona pertama yang bebas (bentuk tidak terikat), seperti aku, itǝ, dan itǝ padǝ merupakan bentuk yang dapat menduduki fungsi subjek, objek, dan keterangan. Adapun bentuk terikat, seperti -kɔ, -ɳkɔ, dan -ntɛ dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni, bersifat dapat menduduki fungsi sintaksis subjek dan objek.

Kata kunci: fungsi sintaksis, pronomina persona, bahasa Sasak

1. PendahuluanBahasa Sasak merupakan salah satu bahasa

yang masuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan di Pulau Lombok. Jika dilihat dari tipologi urutan kata, bahasa Sasak termasuk dalam kelompok urutan kata SVO atau verb-medial (Blust, 2013:461). Sebaliknya, kenyataan di lapangan saat ini memperlihatkan

bahwa bahasa Sasak, khususnya dialek Menu-Meni, memperlihatkan adanya pola urutan kata VSO. Adanya perubahan pola urutan ini menandakan bahwa bahasa Sasak memiliki sifat yang dinamis, yaitu berubah dari waktu ke waktu. Chaer (2012:53) mengatakan bahwa manusia dan bahasa memiliki keterikatan satu sama lain. Sebagai kelompok yang bermasyarakat dan

Page 2: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

70

Metalingua, Vol. 17 No. 1, Juni 2019:69–80

berbudaya, kegiatan manusia selalu mengalami perubahan sehingga perubahan tersebut juga mengakibatkan perubahan pada bahasa yang digunakan.

Perubahan pola urutan kata yang semula SVO menjadi VSO ini memberikan dampak terhadap bentuk kalimat dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni. Perubahan pola urutan kata ini tentunya tidak terlepas dari peran pengguna bahasa atau dialek tersebut. Lieb (1978:177) mengatakan bahwa salah satu ciri kesemestaan bahasa adalah adanya keterikatan atau hubungan antara bahasa dengan masyarakat penutur bahasa tersebut. Salah satu dampak dari perubahan pola urutan kata dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni dapat dilihat dari perubahan letak, perubahan bentuk pronomina persona yang digunakan, serta adanya perubahan fungsi sintaksis pronomina persona. Jika mengacu pada pola urutan kata yang dinyatakan Blust (2013), kalimat dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni akan berbunyi seperti contoh berikut:

(1) aku kakǝn jajǝ

1sg makan kue

‘Saya makan kue.’Namun, untuk menyatakan kalimat dengan

makna yang sama, penggunaan pronomina persona sering kali tidak dalam bentuk penuh, seperti aku dalam kalimat di atas. Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni saat ini dapat dilihat pada contoh kalimat berikut:

(2) kakǝn-kɔ jajǝ

makan-1sg kue

‘Saya makan kue.’

(3) kakǝn-kɔ jajǝ aku

makan-1sg kue 1sg

‘Saya makan kue.’Pada contoh kalimat (2), dapat dilihat bahwa

pertama, letak pronomina persona pertama bukan lagi di kiri verba, melainkan di kanan verba itu sendiri. Kedua, pronomina persona pertama tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi melekat pada verba. Ketiga, bentuk yang digunakan tidak lagi bentuk utuh aku, tetapi bentuk terikat atau tidak utuh berupa -kɔ. Tiga poin tentang

perubahan letak serta bentuk pronomina persona yang digunakan dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan pronomina persona pada kalimat (3). Poin yang dimaksud adalah terdapat dua buah pronomina persona yang digunakan dalam satu kalimat atau adanya penggunaan kopi pronomina. Pronomina persona yang digunakan tersebut adalah pronomina persona bentuk bebas aku dan bentuk terikat -kɔ. Adanya dua buah bentuk pronomina persona dalam satu kalimat tersebut tentunya akan mengundang pertanyaan, mengapa harus dua? Apakah salah satunya dapat dihilangkan? Lalu, fungsi sintaksis pronomina persona pertama aku dan -kɔ tersebut apakah sama? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, hal yang harus dilakukan adalah dengan menganalisis lebih dalam kalimat nomor (3), khususnya dari segi fungsi sintaksis yang diisi atau diduduki setiap unsur.

Menganalisis fungsi sintaksis suatu kalimat perlu dilakukan untuk mengetahui fungsi setiap unsur sehingga pembaca dapat mengetahui unsur oblig dan nonoblig dalam kalimat tersebut. Moeliono (1993:260--265) mengatakan bahwa fungsi sintaksis suatu kalimat mengacu pada tugas dari tiap-tiap unsur. Tugas tersebut dapat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Untuk mengetahui fungsi setiap unsur pada kalimat (3), harus dilakukan analisis dengan menghilangkan salah satu bentuk pronomina persona, yaitu sebagai berikut:

(3a) kakǝn-kɔ jajǝ

(3b) kakǝn jajǝ akuKalimat (3a) jika dilihat berdasarkan pola

urutan kata yang digunakan masyarakat Sasak dalam berkomunikasi saat ini, merupakan kalimat yang gramatikal dan berterima. Hal itu disebabkan bentuk kakǝn adalah pekerjaan yang dilakukan, bentuk -kɔ adalah orang yang melakukan pekerjaan, dan jajǝ adalah bentuk yang dikenai perbuatan oleh pelaku. Berbeda dengan (3a), kalimat (3b) merupakan kalimat yang tidak gramatikal karena tidak memenuhi syarat pola urutan kata yang berlaku dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni saat ini. Jika dilihat sekilas, kalimat tersebut seolah-olah

Page 3: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ...

71

sudah gramatikal karena sudah memuat verba dan nomina, tetapi makna kalimat tersebut berbeda dengan makna kalimat pada nomor (3a). Makna kalimat (3a) adalah saya makan kue, sedangkan makna kalimat (3b) adalah makan kue saya, dengan kata lain yang dikenai perbuatan adalah kue milik saya sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat penghilangan subjek di dalam kalimat tersebut. Pronomina persona aku dalam kalimat tersebut tidak berfungsi sebagai subjek, tetapi sebagai keterangan yang menerangkan bahwa kue yang dimakan adalah kue milik saya. Ketika bentuk pronomina persona aku dipisahkan dari kalimat utuhnya, maknanya pun menjadi berbeda.

Jika kalimat nomor (3) dilihat secara keseluruhan atau utuh, dapat dikatakan juga bahwa bentuk aku berfungsi sebagai keterangan karena posisinya dapat dipindah ke depan verba kakǝn atau ke awal kalimat. Hal ini sesuai dengan sifat keterangan yang dapat berpindah atau dipindah dan merupakan unsur yang tidak wajib hadir atau unsur nonoblig. Pronomina persona aku pada kalimat (3) berfungsi sebagai keterangan yang menekankan bahwa pelaku yang melakukan pekerjaan adalah orang pertama aku, bukan yang lain. Jika kalimat (1) dibandingkan dengan kalimat (3), poin yang dapat disimpulkan adalah adanya perubahan fungsi sintaksis pronomina persona yang diakibatkan oleh perubahan bentuk kalimat. Perubahan fungsi sintaksis yang dimaksud adalah perubahan fungsi pronomina persona aku dalam kalimat (1) sebagai subjek menjadi keterangan pada kalimat (3). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaksis yang terdapat pada kalimat (3) adalah kakǝn sebagai predikat, -kɔ sebagai subjek, jajǝ sebagai objek, dan aku sebagai keterangan.

Penelitian tentang pronomina persona dalam bahasa Sasak sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti tersebut adalah Agustina (2018) dengan judul Perilaku Pronomina Persona /ITE/ untuk Menyatakan Aspek dan Kepemilikan dalam Struktur Kalimat Bahasa Sasak Masbagik. Penelitian Agustina tersebut hanya sebatas tentang perilaku pronomina itǝ, sedangkan bentuk pronomina persona lainnya tidak diteliti. Hasil penelitian yang dilakukan Agustina tersebut adalah ditemukannya bentuk enklitik pronomina ite

yang berupa –te yang bermakna kepemilikan. Penelitian lain yang juga meneliti pronomina bahasa Sasak adalah penelitian Hilmi dan Loren (2016). Keduanya melakukan penelitian terhadap pronomina persona bahasa Sasak pada dialek Ngeno-Ngene yang dituturkan di wilayah Kabupaten Lombok Timur bagian selatan. Penelitian tentang pronomina persona bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene tersebut difokuskan pada bentuk dan penggunaan pronomina persona. Dengan kata lain, selain mengkaji bentuk, mereka juga mengkaji aspek sosial dari penggunaan pronomina tersebut. Hasil penelitiannya adalah ditemukannya bentuk-bentuk pronomina persona, seperti kaem, bi, mek, ante, dan epe. Dari segi penggunaan pronomina persona dalam interaksi sosial ditemukan bahwa bentuk pronomina seperti tiang dan pǝleɳgeh digunakan untuk menghormati lawan bicara. Dari kedua penelitian sebelumnya ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan fokus kajian. Fokus kajian pada penelitian ini adalah fungsi sintaksis pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni.

Dialek Menu-Meni berbeda dengan dialek Ngeno-Ngene karena dialek Menu-Meni dituturkan di wilayah Kecamatan Praya Timur dan wilayah perbatasan lain seperti Desa Mantang. Wilayah perbatasan yang dimaksud adalah wilayah perbatasan Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten Lombok Timur. Kecamatan Praya Timur ataupun Desa Mantang tersebut merupakan wilayah-wilayah yang berada di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun Dialek Ngeno-Ngene merupakan dialek yang dituturkan di wilayah Kabupaten Lombok TImur. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya berbeda karena ketiga penelitian ini memiliki fokus kajian yang berbeda sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Fungsi sintaksis pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni sangat menarik untuk dikaji lebih dalam mengingat bahwa bentuk pronomina persona dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni tidak hanya aku dan -kɔ, tetapi masih banyak bentuk pronomina persona pertama lainnya. Fungsi sintaksis pronomina persona pertama ini penting untuk dikaji karena dalam kalimat bahasa Sasak sering

Page 4: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

72

Metalingua, Vol. 17 No. 1, Juni 2019:69–80

ditemukan adanya kopi pronominal, seperti pada contoh kalimat nomor (3). Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua bentuk pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni berfungsi sebagai subjek dan keterangan? Jawabannya adalah tidak semua pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni berfungsi sebagai subjek dan keterangan. Oleh karena itu, rumusan masalah umum yang menjadi akar penelitian ini adalah fungsi sintaksis apa saja yang dapat diduduki oleh setiap bentuk pronomina persona? Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah fungsi sintaksis apa sajakah yang dapat diduduki pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni?

2. Kerangka TeoriTeori yang digunakan penulis untuk

mengkaji dan menganalisis pronomina persona dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni secara detail dan mendalam pada karya ilmiah ini adalah teori tentang fungsi sintaksis pronomina persona. Teori yang digunakan penulis dalam karya ilmiah ini dibagi menjadi teori utama dan teori pendukung. Teori pendukung yang dimaksud adalah teori yang berkaitan dengan pronomina persona berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Moeliono (1993:172) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pronomina persona adalah bentuk atau satuan lingual yang biasanya dipakai untuk mengacu kepada orang. Pronomina persona tersebut kemudian dibagi menjadi pronomina persona orang pertama, yaitu pronomina yang mengacu pada diri sendiri; pronomina persona orang kedua atau pronomina persona yang mengacu kepada lawan bicara atau orang yang sedang diajak berbicara; pronomina orang ketiga atau pronomina persona yang mengacu kepada orang yang sedang dibicarakan oleh orang pertama dengan orang kedua. Selain itu, ia menjelaskan bahwa pronomina persona tersebut dibagi lagi menjadi pronomina tunggal dan pronomina jamak. Pronomina jamak ada yang bersifat inklusif dan bersifat eksklusif. Schachter dan Shopen (2007:24--26) mengatakan bahwa dalam beberapa bahasa, pronomina dapat berbentuk klitik yang sifatnya terikat dan dapat berbentuk morfem bebas.

Jika berbicara mengenai pronomina

persona, keberadaannya erat kaitannya dengan fungsinya dalam suatu kalimat. Verhaar (1986:78) mengatakan bahwa fungsi adalah konstituen yang bersifat formil, dalam artian bahwa fungsi tersebut tidak memiliki isi selain pengisiannya dari luar oleh kategori dan peran dari unsur kalimat. Fungsi-fungsi tersebut pada dasarnya memiliki hubungan dengan fungsi lainnya dalam kalimat, misalnya fungsi subjek berhubungan dengan fungsi predikat begitu pula dengan predikat, predikat menyatakan adanya hubungan dengan fungsi subjek tersebut. Tanpa adanya hubungan tersebut, fungsi tidak akan ada sama sekali. Dengan kata lain, hubungan tersebutlah yang menghadirkan fungsi dalam kalimat. Dengan demikian, fungsi sintaksis kalimat adalah subjek, predikat, objek, dan keterangan (Verhaar (1986:73). Pendapat Verhaar ini semakin kuat karena didukung oleh pendapat Moeliono (1993:260--265) yang mengatakan bahwa fungsi sintaksis suatu kalimat tersebut mengacu pada tugas dari setiap unsur. Tugas tersebut dapat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif yang kemudian dibagi menjadi metode pengumpulan, peanalisisan, dan penyajian data. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi teknik observasi, teknik rekam, teknik sadap, teknik wawancara, teknik intuisi, dan teknik catat (teknik transkripsi fonetis). Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data bahasa adalah metode agih. Metode agih merupakan metode yang alat penentunya berasal dari dalam bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:13). Metode agih yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur langsung ini adalah teknik yang dilakukan dengan memisahkan unsur-unsur lingual pada kalimat yang dituturkan masyarakat sehingga penulis dapat menemukan bentuk-bentuk pronomina persona yang digunakan pada kalimat tersebut. Selain teknik bagi unsur langsung, teknik analisis yang digunakan adalah teknik lesap dan teknik balik. Untuk memahami lebih dalam terkait metode analisis data yang digunakan, perhatikan contoh berikut:

a. Bacǝ-ɳkɔ buku

Page 5: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ...

73

baca-1Sg buku

‘Saya membaca buku’

b. Bacǝ buku

Baca buku

c. ɳkɔ bacǝ buku?Contoh kalimat bagian (a) adalah kalimat

yang berterima dan gramatikal karena sesuai dengan penggunaan bahasa oleh masyarakat Sasak dialek Menu-Meni saat ini. Adapun yang dimaksud dengan teknik bagi unsur langsung adalah teknik yang dilakukan dengan memisahkan makna setiap unsur, seperti yang terlihat pada bagian (a). Contoh kalimat pada bagian (b) adalah contoh kalimat yang menggunakan teknik lesap, yaitu menghilangkan unsur pronomina persona dalam kalimat untuk mengetahui kadar pentingnya penggunaan pronomina persona dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni. Adapun contoh kalimat pada bagian (c) merupakan contoh kalimat yang menggunakan teknik balik, yaitu membalik posisi pronomina persona untuk mengetahui keberterimaan serta kegramatikalan kalimat tersebut. Adapun setelah melakukan proses analisis data terhadap kalimat (a), (b), dan (c), dapat diambil simpulan bahwa kalimat yang gramatikal dan berterima adalah kalimat (a) dan (b) tetapi keduanya mengandung makna yang berbeda. Kalimat bagian (a) adalah kalimat yang benar karena mengandung unsur SPO sehingga maknanya pun jelas. Sebaliknya, kalimat bagian (b) adalah kalimat yang berterima, tetapi tidak gramatikal karena tidak mengandung unsur pelaku dari perbuatan tersebut.

Setelah melakukan penganalisisan data, langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Metode penyajian data yang digunakan adalah penyajian data secara informal, yaitu penyajian data secara deskriptif dengan tujuan supaya lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca.

3. Hasil dan PembahasanDalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni,

pronomina persona pertama dapat berbentuk morfem bebas dan morfem terikat. Pronomina persona bentuk terikat ini sifatnya seperti klitik, yaitu melekat pada kata lain (kata selain bentuk pronomina persona). Adapun data terkait

bentuk-bentuk pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No.Makna

Tunggal JamakBebas Terikat Bebas Terikat

1 tiang - itǝ -tɛ, -ntɛ, -t

2 aku-kɔ, -ɳkɔ,

-k, -kɛItǝ

padǝ -

Setelah mengetahui bentuk-bentuk pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni, perlu mengkaji fungsi sintaksis setiap bentuk tersebut. Kajian tentang fungsi sintaksis akan dipaparkan dalam bentuk kalimat yang dituturkan sehari-hari oleh masyarakat.

3.1 Bentuk tiangBentuk tiang ini biasanya digunakan untuk

berkomunikasi dengan lawan bicara yang dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi. Dengan kata lain, bentuk ini hanya digunakan untuk mengungkapkan rasa hormat dan kerendahan diri terhadap lawan bicara. Bentuk pronomina persona pertama tiang ini hanya dapat menduduki fungsi sintaksis sebagai subjek dan objek. Berikut contohnya:

(4) tiaɳ lalo nambah jok baɳkǝt

1sg pergi mencangkul ke sawah

‘Saya pergi mencangkul ke sawah’Pada kalimat (4), dapat dilihat bahwa tiang

berfungsi sebagai subjek karena melakukan pekerjaan berupa lalo nambah. Ketika tiang berfungsi sebagai subjek, posisinya hanya dapat berada di awal kalimat. Sebaliknya, ketika tiang berfungsi sebagai objek, posisinya dapat berada di awal kalimat dan di akhir kalimat, seperti yang diperlihatkan dua contoh di bawah ini:

(5) tiaɳ baruʔ tǝ-gǝbUk siʔ Ɛla

1sg tadi dipukul oleh 3sg

‘Saya dipukul oleh Ela tadi’

(5a) Ɛla gǝbUk tiaɳ baruʔSelain itu, bentuk tiang tidak dapat

disandingkan dengan pronomina persona pertama lainnya, seperti aku atau bentuk terikat lainnya (dalam satu kalimat).

Page 6: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

74

Metalingua, Vol. 17 No. 1, Juni 2019:69–80

3.2 Bentuk akuBentuk pronomina persona pertama aku

dapat menduduki fungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Ketiga fungsi tersebut dapat dilihat pada contoh kalimat di bawah ini:

(6) aku ɳǝmi baruʔ

1sg menanak nasi tadi

‘Saya menanak nasi tadi’

(7) aku tǝsiliʔ siʔ papuʔ ninǝ baruʔ

1sg dimarahi oleh nenek tadi

‘Aku dimarahi nenek tadi’Ketika bentuk aku berfungsi sebagai subjek

dan objek, aku hanya dapat berada di posisi awal kalimat. Namun, ketika aku berfungsi sebagai keterangan, ia dapat berada di awal kalimat, tengah kalimat, dan akhir kalimat, seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.

(6a) aku, ɳǝmi-kɔ baruʔ

(6b) ɳǝmi-kɔ aku baruʔ

(6c) ɳǝmi-kɔ baruʔ aku

(7a) aku, tǝsiliʔ-kɔ siʔ papuʔ ninǝ baruʔ

(7b) tǝsiliʔ-kɔ aku siʔ papuʔ ninǝ baruʔ

(7c) tǝsiliʔ-kɔ siʔ papuʔ ninǝ baruʔ aku

3.3 Bentuk -kɔ, -ɳkɔ, -k, dan -kɛBentuk pronomina persona pertama -kɔ,

-ɳkɔ, -k, dan -kɛ ini merupakan bentuk terikat dari bentuk aku. Uniknya adalah bentuk pronomina persona terikat -kɔ ini dapat berubah bergantung dari kata yang dilekatinya. Bentuk -kɔ akan tetap sama jika dia melekat pada kata yang diakhiri oleh bunyi konsonan, kemudian aku akan berubah menjadi -ɳkɔ jika aku melekat pada kata yang diakhiri dengan bunyi vokal. Terakhir, aku akan berbentuk pronomina terikat –k jika ia melekat pada kelas kata aspek atau kata yang menerangkan waktu dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni, seperti jingke sedang”, dingke sedang, dan ɛ- yang merupakan singkatan dari kata eaʔ akan. Pertama, bentuk terikat -kɔ hanya dapat berfungsi sebagai subjek dan objek. Berikut contohnya:

(8) naɳis-kɔ

menangis-1sg

‘Saya menangis’

(9) gǝbUk-kɔ acɔɳ

pukul-1sg anjing

‘Saya memukul anjing’Pada dua contoh kalimat di atas dapat

dilihat bahwa pronomina persona terikat -kɔ berfungsi sebagai subjek karena melakukan pekerjaan berupa naɳis dan gǝbUk. Jika dilihat dari posisinya, -kɔ berada di tengah kalimat dan berada setelah verba. Selain sebagai subjek, pronomina persona pertama terikat -kɔ dapat berfungsi sebagai objek, misalnya

(10) mu-n gǝbUk-kɔ

Akt-3sg pukul-1sg

‘Dia memukulku.’Pada saat -kɔ berfungsi sebagai objek, -kɔ

pun tetap berada di belakang verba atau di kanan verba. Selain itu, ketika -kɔ berfungsi sebagai objek, posisinya berada di akhir kalimat dan tidak dapat berubah, kecuali kalimat tersebut diubah menjadi bentuk pasif, seperti contoh di bawah ini:

(10a) tǝ-gǝbUk-kɔ siʔ niǝ

PASS-pukul-1sg oleh 3sg

‘Saya dipukul oleh dia.’Kedua, sebagaimana yang telah dikatakan

sebelumnya bahwa bentuk terikat -kɔ dapat berubah bentuk, bergantung pada kata yang dilekatinya, salah satunya adalah berubah menjadi bentuk -ɳkɔ. Fungsi bentuk -ɳkɔ dapat dilihat pada contoh di bawah ini:

(11) pelai-ɳkɔ

berlari-1sg

‘Saya berlari.’

(12) imǝ-ɳkɔ mu-n gǝbUk

tangan-1sg Akt-3sg pukul

‘Dia memukul tanganku’

(12a) mu-n gǝbUk imǝ-ɳkɔPada contoh (11), dapat dilihat bahwa -ɳkɔ

berfungsi sebagai subjek karena -ɳkɔ melakukan pekerjaan. Ketika -ɳkɔ berfungsi sebagai subjek, posisi -ɳkɔ berada di kanan verba. Ketika ia

Page 7: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ...

75

berfungsi sebagai objek, posisinya bisa di awal kalimat ataupun di akhir kalimat. Namun, yang berbeda adalah -ɳkɔ melekat pada nomina dan posisinya berada di kanan nomina yang dilekati tersebut. Dengan kata lain, bentuk pronomina terikat -ɳkɔ sama seperti bentuk terikat -kɔ karena keduanya hanya dapat menduduki fungsi subjek dan objek.

Ketiga, bentuk -k. Pronomina terikat bentuk -k ini muncul ketika -k melekat pada aspek atau kata yang menerangkan kapan pekerjaan tersebut dilakukan. Aspek dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni salah satunya adalah jingke ‘sedang’, dingke ‘sedang’, dan ɛ- yang merupaka singkatan dari kata eaʔ ‘akan’. Adapun fungsi pronomina persona terikat -k dapat dilihat pada contoh di bawah ini:

(13) jiɳkǝ-k mandiʔ ni

Asp-1sg mandi ini

‘Saya sedang mandi’

(14) diɳkǝ-k mangan

Asp-1sg makan nasi

‘Saya sedang makan nasi’

(15) ɛ-k kakǝn-e buaʔ mi-mɔ nani jaʔ

Asp-1sg makan-IND mie-2sg sekarang KS

‘Saya akan makan mie (instan)mu

sekarang.’Dari contoh (13), (14), dan (15) dapat

diketahui bahwa pronomina persona terikat -k hanya dapat berada di posisi awal kalimat dan berada di kanan (melekat) pada kelas kata aspek. Posisi pronomina persona terikat -k tersebut tidak dapat diubah ke belakang atau dilekatkan dengan kata yang lain. Setelah membaca dan menganalisis ketiga contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa -k hanya dapat berfungsi sebagai subjek dan tidak dapat berfungsi sebagai objek atau keterangan. Hal itu disebabkan -k adalah pelaku perbuatan.

Selain pronomina persona terikat -kɔ, -ɳkɔ, dan –k, seperti yang telah dijelaskan di atas, bentuk pronomina terikat lainnya adalah -kɛ. Pronomina persona terikat -kɛ ini memiliki fungsi yang sama dengan -k, yaitu hanya berfungsi sebagai subjek. Berikut contoh kalimat dalam

bahasa Sasak yang dapat digunakan sebagai pembuktian terhadap pernyataan tersebut.

(16) kakǝn-kɛ jajǝ-mɔ baruʔ

makan-1sg kue-2sg tadi

‘Saya makan kuemu tadi’

j (17) uan-kɛ payu kǝlambiɳ-kɔ

jual-1sg jadi baju-1sg

‘Saya jadi menjual bajuku’Bentuk pronomina terikat -kɛ ini dapat

berada di posisi awal kalimat, seperti yang terlihat pada dua contoh di atas, yaitu berada di kanan verba yang dilekatinya. Selain itu, untuk kasus contoh kalimat nomor (16), bentuk -kɛ dapat berada di posisi tengah dengan catatan harus ada kata lain yang ditambahkan. Contoh kata yang ditambahkan tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut:

(16a) jajǝ-mɔ baruʔ kakǝn-kɛ payu

3.4 Bentuk itǝPronomina persona pertama itǝ ini dalam

bahasa Sasak dialek Menu-Meni bermakna kita (orang pertama jamak). Pronomina persona pertama ini juga sering kali diucapkan oleh pembicara untuk merujuk pada dirinya sendiri (tunggal). Hal itu digunakan sebagai bentuk penghalusan pronomina persona pertama aku. Adapun fungsi pronomina persona itǝ ini adalah sebagai subjek, objek, dan keterangan. Berikut contoh kalimat yang membuktikan fungsi yang dapat diduduki oleh pronomina tersebut:

(18) itǝ apiʔ baruʔ gɔrɛɳ gǝrUpUk ten

1Pl KS tadi goreng kerupuk di sini

‘Kita goreng kerupuk di sini tadi’

(19) itǝ tǝ-siliʔ jarin siʔ inaʔ

1Pl dimarahi jadinya oleh Ibu

‘Kita dimarahi Ibu jadinya’

(20) lalo-nte nambah itǝ baruʔ jok baɳkǝt

pergi-1Pl mencangkul1Pl tadi ke sawah

‘Kita pergi mencangkul ke sawah tadi’

(20a) lalo-nte nambah baruʔ jok baɳkǝt, itǝ

(20b) itǝ lalo-nte nambah baruʔ jok baɳkǝt

Page 8: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

76

Metalingua, Vol. 17 No. 1, Juni 2019:69–80

Pada contoh kalimat (18), dapat diketahui bahwa itǝ menduduki fungsi subjek karena yang melakukan pekerjaan atau perbuatan itu adalah itǝ. Contoh kalimat nomor (19) adalah bentuk kalimat yang memperlihatkan fungsi itǝ sebagai objek atau yang dikenai perbuatan oleh subjek, yaitu inaʔ. Adapun kalimat (20) adalah contoh kalimat yang memperlihatkan fungsi itǝ sebagai keterangan. Pada kalimat (20), subjek yang melakukan pekerjaan bukan pronomina persona pertama itǝ, tetapi bentuk terikatnya berupa nte. Dengan kata lain, bentuk itǝ dapat menduduki fungsi keterangan apabila subjek dalam kalimat tertentu berupa bentuk terikat dari itǝ itu sendiri. Contoh kalimat (20a) dan (20b) adalah pembuktian yang menguatkan bahwa bentuk itǝ pada kalimat (20) berfungsi sebagai keterangan karena keterangan itu sendiri dapat berpindah posisi. Perbedaan antara (20b) dengan (20a) yang harus diberi koma sebelumnya adalah karena jika kalimat (20a) tidak diberi koma atau jeda dalam pelafalan, maknanya akan berubah menjadi baɳkǝt itǝ ‘sawah kita’.

Jika pronomina persona pertama itǝ pada contoh (18), dan (19) dipindahposisikan dan dilesapkan, bunyi kalimatnya akan menjadi seperti berikut:

(18a) apiʔ baruʔ itǝ gɔrɛɳ gǝrUpUk ten

(18b) apiʔ baruʔ gɔrɛɳ gǝrUpUk ten itǝ

(18c) apiʔ baruʔ gɔrɛɳ gǝrUpUk ten

(19a) tǝ-siliʔ itǝ jarin siʔ inaʔ

(19b) tǝ-siliʔ jarin siʔ inaʔ itǝ

(19c) tǝ-siliʔ jarin siʔ inaʔKalimat (18a), (18b), dan (18c) merupakan

kalimat yang tidak gramatikal atau tidak berterima dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni. Kalimat (18c) tidak berterima karena tidak memiliki subjek sehingga tidak jelas siapa yang melakukan perbuatan, sedangkan kalimat (18a) dan (18b) adalah kalimat yang tidak berterima karena memiliki makna yang tidak jelas serta urutan kata yang tidak gramatikal. Bentuk kalimat nomor (19a) merupakan bentuk yang gramatikal dan berterima dalam bahasa Sasak, hanya saja bukan kalimat dalam dialek Menu-Meni. Kalimat tersebut adalah kalimat yang diucapkan oleh penutur dialek Menu-Mene (dialek yang dituturkan di wilayah Kabupaten

Lombok Tengah bagian tengah). Kalimat (19b) adalah kalimat yang tidak berterima karena tidak memiliki unsur objek sebagai penderita yang merupakan akibat perbuatan subjek. Pronomina persona pertama itǝ pada kalimat (19b) tersebut bukan unsur objek, melainkan keterangan yang berfungsi menyatakan kepemilikan terhadap inaʔ ‘ibu’. Bentuk pronomina persona pertama pada kalimat tersebut bergabung dalam satu bentuk frasa, yaitu inaʔ itǝ ‘ibu kita’. Adapun bentuk kalimat (19c) juga merupakan bentuk yang berterima, tetapi tidak gramatikal karena bentuk tersebut tidak memiliki unsur objek sehingga maknanya pun menjadi tidak lengkap.

3.5 Bentuk -tɛ, -ntɛ, dan -t Bentuk -tɛ, -ntɛ, -t merupakan tiga bentuk

yang merupakan bentuk terikat dari itǝ sehingga makna ketiganya pun adalah kita (orang pertama jamak). Bentuk -ntɛ dan -t sebenarnya adalah bentuk variasi dari -tɛ. Bentuk -tɛ akan berubah menjadi -ntɛ apabila ia melekat pada suatu kata yang berakhiran dengan bunyi vokal dan akan berubah menjadi -t apabila ia melekat pada aspek, seperti jingke ‘sedang’, dingke ‘sedang’, dan ɛ- yang merupakan singkatan dari kata eaʔ ‘akan’. Sebaliknya, bentuk -tɛ tidak akan mengalami perubahan apabila ia melekat pada suatu kata yang diakhiri oleh bunyi konsonan. Fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh bentuk -tɛ hanya subjek. Berikut contoh kalimat yang membuktikan hal tersebut.

(21) Kǝpirǝman-tɛ leʔ bale-n ɛla

wiʔ bian

Ketiduran-1Pl di rumah-3sg ela kemarin malam

‘Kita ketiduran di rumah Ela semalem’Pada contoh kalimat di atas, kita dapat

melihat bahwa pronomina persona pertama jamak -tɛ berfungsi sebagai subjek yang melakukan pekerjaan. Posisi bentuk -tɛ dalam kalimat tersebut adalah sebelah kanan verba dengan melekat pada verba itu sendiri. Bentuk -tɛ pada kalimat tersebut tidak dapat berpindah posisi dan begitu juga pada kalimat-kalimat lainnya.

Jika pronomina persona pertama -tɛ dipindahposisikan atau dihilangkan, kalimatnya

Page 9: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ...

77

akan berbunyi seperti berikut ini:

(21a) Kǝpirǝman leʔ-tɛ bale-n ɛla wiʔ bian

(21b) Kǝpirǝman leʔ bale-n ɛla wiʔ bianBentuk kalimat (21a) merupakan dua

bentuk kalimat yang tidak berterima karena jika pronomina persona pertama -tɛ berfungsi sebagai subjek, -tɛ hanya akan melekat pada kata kerja. Sekalipun bentuk pronomina persona pertama -tɛ dilekatkan pada unsur yang lain, bentuk tersebut juga tidak akan berterima. Bentuk kalimat (21b) merupakan bentuk yang juga tidak berterima karena bentuk tersebut tidak memiliki unsur subjek sebagai pelaku pekerjaan kǝpirǝman ‘ketiduran’.

Kedua adalah bentuk -ntɛ. Bentuk ini hanya dapat menduduki fungsi subjek dan objek. Contoh:

(22) lalo-ntɛ jok baɳkǝt

pergi-1Pl ke sawah

‘Kita pergi ke sawah’

(23) buku-ntɛ mu-n bacǝ

buku-1Pl Akt-3sg baca

‘Dia membaca buku kita’Pada contoh (22), dapat dilihat bahwa

-ntɛ berfungsi sebagai subjek, sedangkan pada contoh (23), -ntɛ berfungsi sebagai objek atau yang dikenai perbuatan. Sama halnya dengan bentuk -tɛ, bentuk -ntɛ juga hanya dapat melekat pada verba (jika -ntɛ berfungsi sebagai subjek). Berikut pembuktiannya:

(22a) lalo jok baɳkǝt-ntɛ

(22b) lalo jok-ntɛ baɳkǝt

(22c) lalo jok baɳkǝtKalimat (22a) dan (22b) merupakan bentuk

yang tidak gramatikal dan tidak berterima dalam penggunaan bahasa Sasak dialek Menu-Meni karena maknanya tidak akan jelas siapa yang melakukan sesuatu. Adapun kalimat (22c) merupakan kalimat yang tidak berterima karena kalimat tersebut tidak memiliki subjek sebagai pelaku suatu pekerjaan.

Kalimat (23) merupakan satu-satunya kalimat yang berterima dan gramatikal ketika bentuk -ntɛ berfungsi sebagai objek atau menduduki fungsi objek. Hal itu disebabkan

jika bentuk kalimatnya berbunyi seperti kalimat (23a), (23b), dan (23c) di bawah ini, unsur objeknya tidak ada sehingga maknanyapun menjadi kurang berterima.

(23a) buku mu-ntɛ bacǝ

(23b) buku mu-n bacǝ-ntɛ

(23c) buku mu-n bacǝKalimat (23a) tidak berterima karena

tidak memiliki objek. Bentuk pronomina persona pertama -ntɛ pada kalimat tersebut tidak berfungsi sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang melakukan perbuatan. Kalimat (23c) juga merupakan contoh kalimat yang tidak mengandung objek. Oleh karena itu, bentuk tersebut memiliki makna kalimat yang kurang utuh. Adapun kalimat (23b) merupakan bentuk kalimat yang tidak berterima dan tidak gramatikal karena dalam penggunaan sehari-hari, bentuk tersebut tidak pernah diucapkan oleh masyarakat pengguna bahasa Sasak dialek Menu-Meni.

Ketiga adalah bentuk -t. Bentuk ini hanya dapat menduduki fungsi subjek dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni. Ketika menduduki fungsi subjek, -t melekat pada aspek dan posisinya berada di kanan kata yang dilekatinya tersebut. Misalnya:

(24) ɛ-t mangan

Asp-1Pl makan nasi

‘Kita akan makan nasi’

(25) jiɳkǝ-t mangan

Asp-1Pl makan nasi

‘Kita sedang makan nasi’Jika bentuk pronomina persona pertama -t

pada contoh kalimat nomor (24) dan (25) di atas dipindahposisikan dan dilesapkan, kalimatnya akan berbunyi seperti berikut:

(24a) ɛ mangan-t

(24b) ɛ mangan

(24c) mangan-tɛKalimat (24a) merupakan bentuk yang tidak

berterima karena ketika pronomina persona pertama -t berfungsi sebagai subjek yang didahului oleh aspek, -t hanya akan melekat pada aspek tersebut. Jika aspek dihilangkan, bentuk -t

Page 10: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

78

Metalingua, Vol. 17 No. 1, Juni 2019:69–80

tidak lagi digunakan karena bentuk pronomina persona pertama yang digunakan adalah bentuk -tɛ. Adapun kalimat (24b) merupakan bentuk yang gramatikal dan berterima jika bentuk tersebut diucapkan pada situasi yang sama-sama dipahami oleh pembicara dan lawan bicara. Jika bentuk tersebut hanya muncul begitu saja tanpa ada situasi kebahasaan yang dimengerti, bentuk tersebut tidak berterima karena tidak memiliki unsur subjek sebagai pelaku yang melakukan perbuatan. Hal serupa juga berlaku untuk kalimat (25). Jika pronomina persona pertama -t pada kalimat tersebut dipindahposisikan dan dihilangkan (dilesapkan), bentuknya akan berbunyi seperti berikut:

(25a) jiɳkǝ mangan-t

(25b) jiɳkǝ mangan

(25b) mangan-tɛBentuk kalimat (25a) merupakan bentuk

kalimat yang tidak gramatikal dan tidak berterima dalam penggunaan bahasa Sasak dialek Menu-Meni karena bentuk tersebut tidak pernah diucapkan oleh masyarakat penggunanya. Kalimat (25b) juga merupakan kalimat yang tidak gramatikal dan tidak berterima karena kalimat tersebut tidak memiliki subjek sebagai pelaku perbuatan. Adapun kalimat (25b) merupakan bentuk yang berterima dan gramatikal karena memiliki subjek hanya saja bentuk pronomina persona pertama yang muncul bukan –t, melainkan bentuk -tɛ, sedangkan yang sedang dianalisis adalah pronomina persona pertama -t.

3.6 Bentuk itǝ padǝBentuk itǝ padǝ ini adalah bentuk pronomina

persona pertama yang tidak terikat (bebas). Pronomina persona itǝ padǝ ini bermakna “kita semua”. Adapun fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh bentuk pronomina persona ini adalah fungsi subjek, objek, dan keterangan. Berikut contoh kalimatnya:

(26) itǝ padǝ bacǝ buku

1Pl baca buku

‘Kita semua baca buku’

(27) itǝ padǝ payu tǝgǝbUk siʔ amaʔ

1Pl jadi dipukul oleh Ayah

‘Jadinya, kita semua yang dipukul oleh Ayah’

(28) itǝ padǝ bacǝ-ntɛ buku

1Pl baca-1Pl buku

‘Kita semua baca buku’Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa

kalimat (26) adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa bentuk pronomina persona itǝ padǝ menduduki subjek, kalimat (27) memperlihatkan bahwa itǝ menduduki objek, dan kalimat (28) memperlihatkan bahwa itǝ menduduki fungsi keterangan. Pada saat itǝ menduduki fungsi keterangan, bentuk itǝ padǝ dapat berpindah posisi, yaitu ke posisi akhir kalimat.

Jika kalimat (26), (27), dan (28) dianalisis lebih jauh dengan menghilangkan unsur serta membalik posisi pronomina persona pada setiap kalimat, hasilnya seperti terlihat pada kalimat berikut:

(26a) bacǝ buku itǝ padǝ

(26b) bacǝ itǝ padǝ buku

(26c) bacǝ buku

(27a) payu tǝgǝbUk siʔ amaʔ itǝ padǝ

(27b) payu itǝ padǝ tǝgǝbUk siʔ amaʔ

(27c) payu tǝgǝbUk siʔ amaʔ

(28a) bacǝ-ntɛ buku itǝ padǝ

(28b) bacǝ-ntɛ itǝ padǝ buku

(28c) bacǝ-ntɛ bukuKalimat (26a), (26b), dan (26c) adalah

contoh kalimat yang tidak berterima dan tidak gramatikal jika diberlakukan untuk bentuk pronomina persona pertama itǝ padǝ. Maksudnya adalah ketika pronomina persona pertama itǝ padǝ berfungsi sebagai subjek dalam kalimat bahasa Sasak dialek Menu-Meni, ketiga contoh tersebut tidak berterima dan tidak gramatikal karena bentuk itǝ padǝ hanya dapat menduduki fungsi subjek dengan posisi berada di awal kalimat. Bentuk kalimat (26c) merupakan bentuk yang tidak berterima karena kalimat tersebut tidak memiliki unsur pelaku atau subjek yang melakukan perbuatan membaca buku. Ketidakhadiran subjek tersebut menyebabkan makna kalimat menjadi tidak utuh. Adapun kalimat pada (27a) dan (27c) adalah contoh

Page 11: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

Siti Wahyuni S.W..: Fungsi Pronomina Persona ...

79

kalimat yang juga tidak berterima dan tidak gramatikal. Jika bentuk pronomina persona pertama itǝ padǝ dijadikan sebagai objek, bentuk kalimat yang berterima dan gramatikal hanya bentuk kalimat (27) dan (27b). Bentuk kalimat (27a) tidak berterima (jika itǝ padǝ sebagai objek) karena bentuk tersebut tidak memiliki objek. Bentuk itǝ padǝ pada kalimat (27a) tidak berfungsi sebagai objek, tetapi sebagai pemilik ayah (amaʔ itǝ padǝ) atau yang berarti ‘ayah kita semua’. Kalimat (27c) juga tidak berterima karena bentuk tersebut tidak memiliki objek atau penderita yang merasakan perbuatan subjek.

Bentuk kalimat (28a) juga merupakan bentuk kalimat yang tidak berterima karena bentuk tersebut merupakan bentuk yang tidak memiliki keterangan. Pronomina persona pertama itǝ padǝ pada kalimat tersebut tidak berfungsi sebagai keterangan, tetapi sebagai pemilik buku, yaitu buku kita semua. Kalimat (28b) merupakan bentuk yang tidak berterima karena bentuk tersebut memiliki makna yang tidak jelas atau dianggap aneh jika diucapkan dalam kehidupan berbahasa sehari-hari masyarakat Sasak dialek Menu-Meni. Adapun kalimat (28c) juga merupakan bentuk yang tidak berterima karena bentuk tersebut tidak memiliki unsur keterangan, sedangkan fungsi yang dicari adalah fungsi keterangan itu sendiri.

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan penjelasan tentang fungsi pronomina persona pertama pada subbab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni memiliki fungsi sintaksis yang beragam. Secara umum dapat dilihat bahwa pronomina persona pertama yang bentuknya bebas (pronomina bebas) memiliki fungsi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan fungsi sintaksis yang dapat diduduki oleh pronomina persona bentuk terikat.

Bentuk pronomina persona pertama yang bebas (bentuk tidak terikat) seperti aku, itǝ, dan itǝ padǝ merupakan bentuk yang dapat menduduki fungsi subjek, objek, dan keterangan. Namun, bentuk pronomina persona bebas tiang hanya berfungsi sebagai subjek dan objek. Hal ini disebabkan bentuk tiang adalah bentuk pronomina persona pertama yang mengandung honorifik. Adapun bentuk terikat seperti -kɔ, -ɳkɔ, dan -ntɛ dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni bersifat dapat menduduki fungsi sintaksis subjek dan objek, sedangkan bentuk terikat lainnya, seperti -k, -kɛ, -tɛ, dan -t hanya dapat menduduki fungsi sintaksis subjek dan tidak dapat menduduki fungsi objek atau keterangan.

4.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian terhadap

fungsi pronomina persona pertama dalam bahasa Sasak dialek Menu-Meni, peneliti merasa perlu memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya. Pertama, karena penelitian ini masih terbatas pada fungsi pronomina persona pertama, akan lebih menarik lagi apabila fungsi pronomina persona kedua dan ketiga dapat diteliti untuk mengetahui perbedaannya dengan fungsi pronomina persona pertama. Kedua,

Daftar PustakaAgustina, Hani. 2018. “Perilaku Pronomina Persona /ITE/ untuk Menyatakan Aspek dan Kepemilikan

dalam Struktur Kalimat Bahasa Sasak Masbagik”. Lingua, 15(1), 19-28. DOI 10.30957/lingua.v15i.427

Aridawati, Ida Ayu et al. 1995. Struktur Bahasa Sasak Umum. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Basuki, Teguh. 1994. “Pronomina Persona dalam Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia”. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Blust, Robert. 2013. The Austronesian Languages. Australia: Asia-Pasific Linguistics.Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Hilmi, Hubbi Saufan dan Fabio Testy Ariance Loren. 2016. “Bentuk dan Penggunaan Pronomina

Page 12: FUNGSI PRONOMINA PERSONA PERTAMA DALAM ......Menu-Meni pada kalimat (3) sama dengan poin pada kalimat (2). Bedanya adalah terdapat poin tambahan yang dapat disimpulkan terkait penggunaan

80

Metalingua, Vol. 17 No. 1, Juni 2019:69–80

Persona pada Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Dusun Montong Meong Desa Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur”. Empowering Families, Schools, and Media for Maintaining Indigenous Languages. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/55708/

Kaharuddin. 1999. “Pronomina Persona dan Peranannya dalam Pembentukan Diatesis Akitf-Pasif dalam Bahasa Sasak Aga”. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks.Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.Lieb, Hans Heinrich. 1978. “Universals and Linguistic Explanation”. Dalam Joseph H. Greenberg,

Universals of Human Language (Vol. 1, Hal. 157--202). Stanford, California: Stanford University Press.

Moeliono, Anton M. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Purwo, Bambang Kaswanti. 1986. “Pronomina di dalam Bahasa Indonesia”. Linguistik Indonesia, 7,

15--39. Rohmadi, dkk. 2012. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka.Syafyahya, Leny. 2011. Pronomina Persona Bahasa Minangkabau. Sumatra Barat: Minangkabau

Press.Schachter, Paul dan Shopen, Timothy. 2007. Language Typology and Sintactic Description. Amerika

Serikat: Cambridge University Press.Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Verhaar, J.W.M. 1986. Pengantar Linguistik (Jilid 1). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.