Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

download Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

of 147

Transcript of Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    1/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG

    RENCANA INDUK PELABUHAN

    NASIONAL

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    2/147

    RANCANGAN PERATURAN

    MENTERI PERHUBUNGAN

    TENTANG RENCANA INDUK

    PELABUHAN NASIONAL

    TECHNICAL REPORT

    MARET 2012

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    3/147

    PRAKARSA INFRASTRUKTUR INDONESIA (INDONESIA

    INFRASTRUCTURE INITIATIVE)

    Dokumen ini telah dipublikasikan oleh Prakarsa Infrastruktur Indonesia/IndonesiaInfrastructure Initiative (IndII), suatu program yang didanai Pemerintah Australia yang

    dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan

    meningkatkan relevansi, kualitas dan kuantitas investasi infrastruktur.

    Pendapat para penulis yang dikemukakan dalam laporan ini tidak selalu mencerminkan

    pendapat Kemitraan Australia Indonesia atau Pemerintah Australia. Namun demikian,

    IndII sangat menghargai setiap tanggapan atau pertanyaan atas laporan ini, yang dapat

    disampaikan kepada Direktur IndII, tel. +62 (21) 7278-0538, fax +62 (21) 7278-0539.

    Website: www.indii.co.id.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Laporan ini telah disiapkan oleh Nathan Associates Inc. (Dr. Paul Kent, Mr Richard

    Blankfeld), dibantu oleh tim konsultan nasional (Prof Sudjanadi, Hidayat Mao, SH, DR.

    Russ Frazila Bona, dan Ir. Budiyono Doel Rachman MSc.) dan Office Manager, IndII

    (Desi Rahmawati, SE), yang terlibat dalam Prakarsa Infrastruktur Indonesia (IndII) yang

    didanai oleh AusAID sebagai bagian dari Kegiatan No. 244: Finalisasi Peraturan Menteri

    Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN), Review Pengembangan Kebijakan &

    Manajemen Kepelabuhanan, dan Presentasi Akhir RIPN.

    Kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian

    Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas,Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Pelindo 1-4, Otoritas Pelabuhan Tanjung

    Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak, INSA, KPPU dan Tim Pelaksana RIPN atas

    dukungan dan informasinya.

    Terima kasih juga kepada David Ray (Direktur Fasilitas, IndII) dan David Shelley

    (Direktur Teknik Transportasi, IndII) atas dukungan dan masukannya.

    Dukungan yang diberikan oleh Efi Novara Nefiadi, Sr Transport Program Officer, IndII

    sangat kami hargai. Setiap kesalahan faktual atau interpretasi sepenuhnya merupakan

    karya para penulis.

    Paul E. Kent, Ph.D.

    Nathan Associates Inc.

    Jakarta, Maret 2012

    IndII 2012

    Semua kekayaan intelektual asli yang terkadung dalam dokumen ini adalah milik Indonesian Infrastructure

    Initiative (IndII). Kekayaan intelektual tersebut dapat dipergunakan secara bebas tanpa referensi oleh para

    konsultan dan mitra IndII dalam menyusun dokumen, merencanakan dan mendisain laporan; dan juga

    dapat dipergunakan secara bebas oleh lembaga maupun organisasi lain, dengan menyebutkan sumbernya.

    Setiap upaya telah dilakukan untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen yang direferensikan di dalam

    publikasi ini telah dicantumkan dengan benar. Namun, IndII akan menerima setiap saran untuk perbaikan

    yang diperlukan, atau tentang sumber dokumen dan / atau data terkini.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    4/147

    i

    RANCANGAN

    PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

    NASIONAL

    Menimbang:

    a. bahwa dalam pasal 67,71,72 dan 73 Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran dan Pasal 7, 8, 9 dan 10 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009

    tentang Kepelabuhanan diatur mengenai Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

    b. bahwa berdasarkan Pasal 71 ayat (4) Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran, Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk jangka

    waktu 20 (dua puluh) tahun;c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan (b),

    perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk

    Pelabuhan Nasional.

    Mengingat:

    1. Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

    2. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Nasional;3. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional

    Jangka Panjang 2005 2005;

    4. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang;

    5. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

    Kementerian Negara;

    6. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;

    7. Peraturan Menteri Perhubungan No. Km 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan

    Tata kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

    Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 20 Tahun 2008;

    8. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem

    Transportasi Nasional;

    9. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 31 Tahun 2006 tentang Proses

    Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;

    10. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan 2005 2025;

    11. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan;

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    5/147

    ii

    12. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan;

    13. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Syahbandar;

    14. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam;

    15. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 44 Tahun 2011 tentang Perubahan

    Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 62 Tahun tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Unit Kantor Penyelenggara Pelabuhan;

    16. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2011 tentang Perubahan

    Peraturan Menteri Perhubungan No KM 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan;

    17. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 46 Tahun 2011 tentang PerubahanPeraturan Menteri Perhubungan No. KM 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Syahbandar;

    18. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 47 Tahun 2011 tentang Perubahan

    Peraturan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam.

    Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK

    PELABUHAN NASIONAL

    Pasal 1

    Rencana Induk Pelabuhan Nasional memuat Kebijakan Pelabuhan Nasional dan

    Rencana Lokasi serta Hierarki Pelabuhan

    Pasal 2

    Rencana Induk Pelabuhan Nasional sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 di atas,

    merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian,pengembangan pelabuhan, dan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan.

    Pasal 3

    Lokasi Pelabuhan

    (1) Lokasi pelabuhan merupakan wilayah daratan dan perairan tertentu yang meliputi

    Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan

    Pelabuhan (DLKp).

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    6/147

    iii

    (2) Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan terdiri atas:

    (a) Wilayah daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas

    penunjang; dan;(b) Wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh,

    tempat alih muatan antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan

    olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan

    lain sesuai dengan kebutuhan.

    (3) Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan merupakan perairan pelabuhan diluar

    Daerah Lingkungan Keja Pelabuhan yang digunakan untuk alur pelayaran dari dan

    ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka

    panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan,

    fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal.

    (4)

    Rencana lokasi pelabuhan yang akan dibangun harus sesuai dengan:(a) Rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang propinsi dan tata

    ruang wilayah kabupaten/kota;

    (b) Potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;

    (c) Potensi sumber daya alam dan;

    (d) Perkembangan lingkunganstrategis, baik nasional maupun internasional.

    (5) Penggunaan wilayah daratan dan perairan tertentu sebagai lokasi pelabuhan

    ditetapkan oleh Menteri atas dasar pengajuan permohonan dari Pemerintah atau

    pemerintah daerah.

    Pasal 4

    Pembangunan, Pengoperasian dan Pengembangan Pelabuhan

    Pembangunan, Pengoperasian dan Pengembangan Pelabuhan hanya dapat dilakukan

    berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan.

    Pasal 5

    Rencana Induk Pelabuhan

    (1) Setiap pelabuhan wajib mempunyai rencana induk pelabuhan yang didalamnya

    termasuk rencana penggunaan wilayah daratan dan perairan.

    (2) Rencana Induk Pelabuhan harus disiapkan untuk jangka waktu:

    (a) 15 tahun sampai 20 tqhun (Jangka panjang);

    (b)10 tahun sampai 15 tahun (jangka menengah);

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    7/147

    iv

    (c) 5 tahun sampai 10 tahun (jangka pendek).

    (3) Rencana Induk Pelabuhan dipersiapkan oleh penyelenggara pelabuhan

    berdasarkan:

    (a) Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

    (b)Rencana tata ruang propinsi;

    (c) Rencana tata ruang kabupaten/kota madya;

    (d)Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan yang terkait di pelabuhan;

    (e) Kelaikan tehnis ekonomis dan lingkungan hidup;

    (f) Keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal dari dan ke pelabuhan.

    Pasal 6

    Hierarki Pelabuhan Laut

    Pelabuhan Laut terdiri dari 3 (tiga) hierarki yaitu:

    (1) Pelabuhan Utama yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam

    negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional

    dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/ atau

    barang;

    (2) Pelabuhan Pengumpul yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut

    dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan

    sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/ atau barang;

    (3) Pelabuhan Pengumpan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut

    dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas,

    merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan

    sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau/ barang.

    Pasal 7

    Rencana pembangunan pelabuhan secara nasional menggunakan pendekatan klaster,

    yaitu berdasarkan pengelompokan pelabuhan yang secara geografis berdekatan dan

    secara operasional saling terkait.

    Pasal 8

    (1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 berlaku

    untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan dilakukan evaluasi setiap 5 (lima)

    tahun.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    8/147

    v

    (2) Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis tertentu, Rencana Induk

    Pelabuhan Nasional dapat dievaluasi sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun.

    (3) Rencana Induk Pelabuhan Nasional termuat secara lengkap dalam lampiran

    peraturan ini.

    (4) Uraian dalam Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) teridiri 5 (lima) Bab

    yaitu:

    (a) Bab 1 Pendahuluan;

    (b) Bab 2 Kebijakan Pelabuhan Nasional;

    (c) Bab 3 Perkiraan Lalu Lintas Barang di Pelabuhan dan Implikasinya terhadap

    Pengembangan Sektor Pelabuhan;

    (d) Bab 4 Lokasi Pelabuhan dan Pengembangan Pelabuhan;

    (e) Bab 5 Rencana Aksi di bidang Pengaturan dan Kebijakan.

    Pasal 9

    Direktur Jenderal Perhubungan Laut mengawasi dan mengambil langkah lebih lanjut

    yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

    Pasal 10

    Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini

    dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta pada tanggal:

    Menteri Perhubungan

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    9/147

    vi

    LAMPIRAN:

    PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

    NASIONAL

    DAFTAR ISI

    BAB 1: PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    BAB 2: KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL .............................................................. 4

    2.1 KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 5

    2.2 STRATEGI IMPLEMENTASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

    2.2.1 Pedoman Kebijakan Pelabuhan Nasional dan Strategi Bisnis

    yang Komprehensif ................................................................ 6

    2.2.2 Perencanaan Terpadu, Hierarki Pelabuhan dan Pemantauan

    Kinerja .................................................................................... 6

    2.2.3 2.2.3 Pengaturan Tarif ........................................................... 6

    2.2.4 Mendorong Persaingan di Sektor Pelabuhan ........................ 7

    2.2.5 Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia di

    Pelabuhan .............................................................................. 7

    2.2.6 Meningkatkan Keselamatan Kapal dan Keamanan Fasilitas

    Pelabuhan secara Efektif........................................................ 8

    2.2.7 Meningkatkan Perlindungan Lingkungan Maritim secara

    Efektif ..................................................................................... 8

    BAB 3: PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA

    TERHADAP PEMBANGUNAN KEPELABUHANAN DI INDONESIA ............... 9

    3.1 LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 9

    3.2 PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI PELABUHAN BERDASARKAN

    SKENARIO DASAR (BASE CASE) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . 10

    3.3 PROYEKSI LALU LINTAS BERBASIS SKENARIO ALTERNATIF . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

    3.4 IMPLIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN SEKTOR PELABUHAN ........ ........ ..... 16

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN ................................. 17

    4.1 KEBUTUHAN INVESTASI PELABUHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 17

    4.2 PEMBIAYAAN PELABUHAN DAN KERANGKA DUKUNGAN DAN PENJAMINAN

    PEMERINTAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 20

    4.2.1 Indikasi Kebutuhan Pembiayaan.......................................... 20

    4.2.2 Potensi Sumber Pembiayaan Investasi Sektor Pemerintah. 21

    4.2.3 Kerangka Dukungan dan Penjaminan Pemerintah .............. 21

    4.2.4 Strategi Pelaksanaan untuk Partisipasi Swasta dalam

    Investasi di Pelabuhan ......................................................... 25

    BAB 5: RENCANA AKSI DI BIDANG PENGATURAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN .. 27

    5.1 PERATURAN PELAKSANAAN YANG DIAMANATKAN UNDANG-UNDANG

    PELAYARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 27

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    10/147

    vii

    5.2 PERATURAN PELAKSANAAN YANG DIAMANATKAN PERATURAN PEMERINTAH

    TENTANG KEPELABUHANAN (PPNO. 61/2009) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 27

    5.3 RENCANA AKSI PELAKSANAAN KEBIJAKAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

    5.4 INISIATIF JANGKA PENDEK UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KEBIJAKAN ..... 28

    SUPLEMEN A: HIERARKI PELABUHAN ...................................................................... 34

    SUPLEMEN B: ARUS PERDAGANGAN UTAMA PADA TAHUN 2009 .......................... 104

    SUPLEMEN C: PELABUHAN STRATEGIS DALAM KORIDOR EKONOMI ...................... 108

    SUPLEMEN D: PARAMETER PERENCANAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

    PELABUHAN BERDASARKAN KORIDOR EKONOMI .............................. 111

    SUPLEMEN E: RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN ....................................... 118

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    11/147

    viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3-1 Lalu Lintas Barang Melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus

    Perdagangan dan Jenis Muatan, pada Tahun 1999 dan 2009 (dalam ribu ton)

    ........................................................................................................................ 11

    Tabel 3-2 Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus

    Perdagangan dan Jenis Muatan dan Komoditas Utama, pada Tahun 2009

    (dalam ribu ton).............................................................................................. 12

    Table 3-3 Base Case Forecast of Total Cargo Handled at Indonesian Ports, 2009-2030

    (000s tons) ..................................................................................................... 14

    Tabel 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis

    Terminal/Fasilitas Pelabuhan untuk Tahapan Tahun 2011-2030 and Total

    Tahun 2011-2030 (dalam juta US$, tahun 2011) ........................................... 18

    Tabel 4-2 Indikasi Kebutuhan Pembiayaan oleh Pemerintah dan Pihak Swasta untuk

    Pengembangan Fasilitas Pelabuhan, 2011-2030............................................ 20

    Table 4-3 Legal Basis for Private Sector Investment....................................................... 22

    Tabel 5-1 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Undang-Undang No.

    17/2008 tentang Pelayaran ............................................................................ 28

    Tabel 5-2 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Tercakup dalam PP No. 61/2009 28

    Tabel 5-3 Rencana Aksi Implementasi Kebijakan............................................................ 30

    Tabel 5-4 Inisiatif untuk Pelaksanaan Kebijakan............................................................. 32

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    12/147

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1-1 Kedudukan RIPN dalam Kerangka Kerja MP3EI ............................................ 2

    Gambar 1-2 Kerangka Kerja RIPN...................................................................................... 3

    Gambar 3-1 Bongkar Muat Barang melalui Pelabuhan di Indonesia berdasarkan Arus

    Perdagangan Tahun 2009 (dalam ribu ton).................................................. 12

    Gambar 3-2 Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis Muatan

    pada Tahun 2009 menurut Klaster Pelabuhan (dalam ribu ton).................. 13

    Gambar 3-3 Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia, Periode Tahun 1990-

    2009.............................................................................................................. 13

    Gambar 3-4 Koridor Ekonomi dalam MP3EI ................................................................... 14

    Gambar 3-5 Proyeksi Total Lalu Lintas Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia menurut

    Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun 2015-2030 (dalam ribu TEU) ......... 15

    Gambar 3-6 Proyeksi Total Lalu Lintas Muatan di Pelabuhan Indonesia berdasarkan

    Jenis Muatan Menurut Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun 2015-2030

    (dalam ribu ton)............................................................................................ 15

    Gambar 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Tahapan

    Pengembangan (dalam juta US$) ................................................................. 19

    Gambar 4-2 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis

    Terminal/Fasilitas Pelabuhan (dalam juta US$) ........................................... 19

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    13/147

    x

    DAFTAR SUPLEMEN

    Suplemen A-1 Hierarki Pelabuhan .................................................................................. 34

    Suplemen B-1 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Lalu-Lintas Peti Kemas

    Indonesia Tahun 2009 ................................................................................ 104

    Suplemen B-2 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Lalu-Lintas Peti Kemas

    Indonesia Tahun 2009 ................................................................................ 104

    Suplemen B-3 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Lalu-Lintas Kargo Umum

    (General Cargo) Indonesia Tahun 2009...................................................... 105

    Suplemen B-4 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Lalu-Lintas Kargo Umum

    (General Cargo) Indonesia Tahun 2009...................................................... 105

    Suplemen B -5 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Curah Kering Indonesia

    Tahun 2009................................................................................................. 106

    Suplemen B-6 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Curah Kering Indonesia Tahun

    2009............................................................................................................ 106

    Suplemen B-7 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Curah Cair Indonesia

    Tahun 2009................................................................................................. 107

    Suplemen B-8 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Curah Cair Indonesia Tahun

    2009............................................................................................................ 107

    Suplemen C-1 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Sumatera........................ 108

    Suplemen C-2 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Jawa ............................... 108

    Suplemen C-3 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Kalimantan..................... 109

    Suplemen C-4 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Sulawesi ......................... 109

    Suplemen C-5 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara........ 110

    Suplemen C-6 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku

    .................................................................................................................... 110

    Suplemen D-1 Koridor Ekonomi Sumatera ................................................................... 112

    Suplemen D-2 Koridor Ekonomi Jawa........................................................................... 113

    Suplemen D-3 Koridor Ekonomi Kalimantan................................................................. 114

    Suplemen D-4 Koridor Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara ............................................. 115

    Suplemen D-5 Koridor Ekonomi Sulawesi..................................................................... 116

    Suplemen D- 6 Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku...................................... 117

    Suplemen E-1 Rencana Pengembangan Fisik Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi

    dan Fasilitas Pelabuhan, Tahun 2011-2030................................................ 119

    Suplemen E-2 Rencana Investasi Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Fasilitas

    Pelabuhan, Tahun 2011-2030 (dalam juta US$, Tahun 2011) .................... 126

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    14/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    1

    BAB 1: PENDAHULUAN

    BAB 1: PENDAHULUAN

    Sebagai negara kepulauan yang pertumbuhan ekonominya sangat tergantung kepada

    transportasi laut, beroperasinya pelabuhan secara efisien di Indonesia menjadi

    prioritas utama. Selain dalam rangka pemberdayaan industri angkutan laut nasional,

    Undang-undang Pelayaran No. 17 tahun 2008 lebih lanjut menjabarkan prioritas yang

    berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan kesinambungan pembangunan pelabuhan,

    keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Arah

    kebijaksanaan untuk bidang kepelabuhanan menekankan kepada penataan

    penyelenggaraan kepelabuhanan, reformasi kelembagaan, peningkatan persaingan,

    penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara fungsi

    regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta

    secara proporsional dalam penyelenggaraan dan perencanaan pengembangan

    pelabuhan, serta penyiapan sumber daya manusia yang profesional untuk memenuhi

    kebutuhan sektor pemerintah dan swasta.

    Pendekatan multi-dimensi yang diamanatkan oleh Undang-undang diharapkan dapat

    mendukung dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan

    mobilitas manusia , barang dan jasa, membantu terciptanya konektivitas dan pola

    distribusi nasional yang mantap dan dinamis serta meningkatkan kesejahterasan rakyat

    Indonesia.

    Sistem kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif yang

    mendukung perdagangan internasional dan domestik serta mendorong

    pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah.

    UU Pelayaran No. 17 tahun 2008 menetapkan bahwa Rencana Induk Pelabuhan

    Nasional (RIPN) disusun sebagai kerangka kebijakan untuk memfasilitasi tercapainya

    visi tersebut. RIPN akan menjadi acuan bagi pembangunan kepelabuhanan di

    Indonesia. Di dalam RIPN juga terdapat prediksi lalu- lintas pelabuhan, kebutuhan

    pengembangan fisik pelabuhan, kebutuhan investasi dan strategi pendanaan, program

    modernisasi pelabuhan dan integrasinya dengan pembangunan ekonomi dalam

    kerangka sistem transportasi nasional.

    RIPN disusun dengan mengintegrasikan rencana lintas sektor, meliputi keterkaitan

    antara sistem transportasi nasional dan rencana pengembangan koridor ekonomi sertasistem logistik nasional, rencana investasi dan implementasi kebijakan, peran serta

    sektor pemerintah dan swasta, pemerintah pusat dan daerah. Integrasi tersebut

    menjadi landasan utama untuk perencanaan dan investasi jangka panjang dimana

    bentuknya tidak hanya berupa pembangunan fisik namun juga menyangkut

    peningkatan efisiensi dan upaya memaksimalkan pemanfaatan kapasitas pelabuhan

    yang ada serta berbagai langkah terkait dengan aspek pengaturan, kelembagaan, dan

    operasional pelabuhan.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    15/147

    2RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Gambar 1-1 Kedudukan RIPN dalam Kerangka Kerja MP3EI

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    16/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    3

    BAB 1: PENDAHULUAN

    Gambar 1-2 Kerangka Kerja RIPN

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    17/147

    4RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    BAB 2: KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL

    Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrasi multimoda

    dan lintas sektoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi

    nasional dan strategi pembangunan ekonomi oleh karena itu kebijakan tersebut lebih

    menekankan pada perencanaan jangka panjang dalam kemitraan antar lembaga

    pemerintah dan antar sektor publik dan swasta. Munculnya rantai pasok global (supply

    chain management) sebagai model bisnis yang diunggulkan, merupakan faktor kunci

    dalam perubahan ekonomi global. Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan

    transportasi mempengaruhi strategi bisnis yang terintegrasi antara produksi,

    pemasaran, transportasi, distribusi dan klaster industri dalam koridor ekonomi.

    Kelancaran, keamanan dan ketepatan waktu, dalam sistem multi moda transportasi

    yang efisien merupakan kunci keberhasilan bisnis yang dapat meningkatkan daya saing

    Indonesia. Karena itu diperlukan keterpaduan multimoda transportasi dan sistem

    logistik nasional dalam penetapan kebijakan dan pembangunan infrastruktur fisik.

    Infrastruktur transportasi merupakan faktor dominan yang berkaitan dengan kebijakan

    publik, peraturan, dan sistem operasi. Peran investasi swasta sangat penting, dimana

    komitmen kebijakan pemerintah perlu menciptakan iklim yang kondusif sekaligus

    melindungi kepentingan publik.

    Dalam sistem transportasi nasional yang efesien dan efektif, kebijakan maritim masa

    depan di Indonesia mempunyai potensi dan peluang yang besar. Berbagai kebijakan

    akan diadakan perubahan secara berkesinambungan sesuai dengan prioritas dan

    perkembangan lingkungan strategis dan internasional (continuous improvementprocess). Untuk itu masukan dari para pemangku kepentingan sangat diperlukan.

    Kebijakan pelabuhan nasional akan merefleksikan perkembangan sektor pelabuhan

    menjadi industri jasa kepelabuhanan kelas dunia yang kompetitif dan sistem operasi

    pelabuhan sesuai dengan standar internasional baik dalam bidang keselamatan

    pelayaran maupun perlindungan lingkungan maritim. Tujuannya adalah untuk

    memastikan sektor pelabuhan dapat meningkatkan daya saing, mendukung

    perdagangan, terintegrasi dengan sistem multi-moda transportasi dan sistem logistik

    nasional. Kerangka hukum dan peraturan akan diarahkan dalam upaya menjamin

    kepastian usaha, mutu pelayanan yang lancar dan cepat, kapasitas mencukupi, tertib,

    selamat, aman, tepat waktu, tarif terjangkau, kompetitif, aksesibilitas tinggi dan tatakelola yang baik. Kebijakan tersebut akan terus dibangun dan dikembangkan

    berdasarkan konsensus dan komitmen dari para pemangku kepentingan.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    18/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    5

    BAB 2: KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL

    2.1 KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONALKebijakan Pelabuhan nasional diarahkan dalam upaya:

    Mendorong Investasi Swasta

    Untuk mendukung rencana MP3I, partisipasi sektor swasta merupakan kunci

    keberhasilan dalam percepatan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan

    Indonesia, karena kemampuan finansial sektor publik terbatas.

    Mendorong Persaingan

    Mewujudkan iklim persaingan yang sehat dalam kegiatan usaha kepelabuhanan

    yang diharapkan dapat menghasilkan jasa kepelabuhanan yang efektif dan efisien.

    Pemberdayaan Peran Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan

    Upaya perwujudan peran Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan

    sebagai pemegang hak pengelolaan lahan daratan dan perairan (landlord port

    authority) dapat dilaksanakan secara bertahap. Upaya tersebut termasuk rencana

    transformasi Otoritas Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan menjadi Badan

    Layanan Umum (BLU), sehingga akan mencerminkan penyelenggara pelabuhan

    yang lebih fleksibel dan otonom.

    Terwujudnya Integrasi Perencanaan

    Perencanaan pelabuhan harus mampu mengantisipasi dinamika pertumbuhan

    kegiatan ekonomi dan terintegrasi kedalam penyusunan rencana induk pelabuhan

    khususnya dikaitkan dengan MP3EI/koridor ekonomi, sistem transportasi nasional,

    sistem logistik nasional, rencana tata ruang wilayah serta melibatkan masyarakat

    setempat.

    Menciptakan kerangka kerja hukum dan peraturan yang tepat dan fleksibel

    Peraturan pelaksanaan yang menunjang implementasi yang lebih operasional akan

    dikeluarkan untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan, mengatur prosedur

    penetapan tarif jasa kepelabuhanan yang lebih efisien, dan mengatasi

    kemungkinan kegagalan pasar.

    Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yang aman dan terjamin

    Sektor pelabuhan harus memiliki tingkat keselamatan kapal dan keamanan fasilitas

    pelabuhan yang baik serta mempunyai aset dan sumber daya manusia yang andal.

    Keandalan teknis minimal diperlukan untuk memenuhi standar keselamatan kapaldan keamanan fasilitas pelabuhan yang berlaku di pelabuhan Indonesia. Secara

    bertahap diperlukan penambahan kapasitas untuk memenuhi standar yang sesuai

    dengan protokol internasional.

    Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim

    Pengembangan pelabuhan akan memperluas penggunaan wilayah perairan yang

    akan meningkatkan dampak terhadap lingkungan maritim. Otoritas Pelabuhan dan

    Unit Penyelenggara Pelabuhan harus lebih cermat dalam mitigasi lingkungan, guna

    memperkecil kemungkinan dampak pencemaran lingkungan maritim. Mekanisme

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    19/147

    6RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    pengawasan yang efektif akan diterapkan melalui kerja sama dengan instansi

    terkait termasuk program tanggap darurat.

    Mengembangkan sumber daya manusia

    Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan

    profesionalisme dan kompetensi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan

    tingkat efisiensi, termasuk memperhatikan jaminan kesejahteraan dan

    perlindungan kerja tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan. Lembaga pelatihan,

    kejuruan dan perguruan tinggi akan dilibatkan dalam meningkatkan produktivitas

    tenaga kerja sektor pelabuhan, termasuk perempuan untuk memenuhi standar

    internasional.

    2.2

    STRATEGI IMPLEMENTASI2.2.1 Pedoman Kebijakan Pelabuhan Nasional dan Strategi Bisnis yang

    Komprehensif

    Pelaksanaan Kebijakan Pelabuhan Nasional akan diawasi secara efektif dan

    dipublikasikan secara berkala kepada para pemangku kepentingan. Pedoman

    pelaksanaan Kebijakan Pelabuhan Nasional akan dikeluarkan setelah dilakukan

    konsultasi dengan para pemangku kepentingan.

    2.2.2 Perencanaan Terpadu, Hierarki Pelabuhan dan Pemantauan Kinerja Perencanaan pengembangan pelabuhan dalam kerangka sistem transportasi

    nasional akan dikoordinasikan dengan perencanaan sektoral masing-masing moda

    transportasi, instansi terkait lainnya dan Otoritas Pelabuhan. Pedoman tentang

    perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan akan dikeluarkan yang

    meliputi pedoman proses perencanaan pembangunan dan pengembangan

    pelabuhan . Pelindo dan badan usaha pelabuhan lainnya diminta untuk

    memberikan informasi yang relevan kepada Otoritas Pelabuhan untuk

    disinkronisasikan dengan rencana induk masing-masing pelabuhan.

    Status pelabuhan akan direview secara berkala untuk menentukan kemungkinan

    terjadinya perubahan hierarki pelabuhan dan implikasinya terhadap revisi Rencana

    Induk Pelabuhan Nasional dan rencana induk masing-masing pelabuhan.

    Sistem indikator kinerja akan diterapkan untuk tujuan perencanaan dan

    pemantauan serta hasil pencapaian kinerja pelabuhan akan dipublikasikan secara

    berkala.

    2.2.3 2.2.3 Pengaturan Tarif Pengaturan penetapan tarif harus mudah diterapkan dalam arti setiap jasa

    kepelabuhanan dikenakan tarif sesuai dengan jasa yang disediakan. Tarif yang

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    20/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    7

    BAB 2: KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL

    diusulkan Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggata Pelabuhan dapat ditolak

    apabila tidak wajar dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa atau infrastruktur.

    Tarif yang diusulkan badan usaha pelabuhan akan diajukan kepada Komisi

    Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) apabila dinilai anti-kompetitif ataudiskriminatif.

    Review tarif dilakukan tanpa mengurangi kebebasan badan usaha pelabuhan untuk

    menegosiasikan perjanjian kerja sama usaha dengan mitra bisnisnya.

    Pedoman tentang prosedur pemantauan dan review tarif akan dikeluarkan untuk

    mempermudah penerapan tarif agar tidak menimbulkan beban yang tidak wajar

    kepada Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara Pelabuhan, atau badan usaha

    pelabuhan. Pedoman tersebut juga akan memberikan penjelasan tentang

    penerapan tarif atau perjanjian jasa pelayanan pelabuhan yang anti-kompetitif.

    2.2.4 Mendorong Persaingan di Sektor Pelabuhan Persaingan di sektor pelabuhan akan didorong, khususnya pengembangan

    pelabuhan baru atau perluasan pelabuhan yang sudah ada.

    Pedoman tentang prosedur penyampaian keberatan dan penyelesaian sengketa

    akan dikeluarkan untuk mengatasi perilaku anti-kompetitif.

    2.2.5 Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia di Pelabuhan Dalam upaya meningkatkan keterampilan tenaga kerja bongkar muat (TKBM),

    identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pendidikan di sektor

    pelabuhan akan dilakukan melalui konsultasi dengan badan usaha pelabuhan,

    Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara Pelabuhan, koperasi tenaga kerja dan

    pusat pelatihan yang ada. Kebutuhan dan strategi pengembangan pendidikan dan

    pelatihan akan direvisi secara berkala untuk disesuaikan dengan tuntutan

    permintaan.

    Nota kesepahaman akan dibuat dengan pusat pelatihan, lembaga kejuruan, dan

    perguruan tinggi untuk pengembangan sumber daya manusia di sektor pelabuhan

    dan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja serta memastikan kurikulum

    pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan para pemangku kepentingan.

    Konsultasi akan dilakukan dengan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat dan

    pemangku kepentingan lainya merumuskan peningkatan kesejahteraan dan

    insentif yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, memperbaiki praktek

    jam kerja efektif, jumlah tenaga kerja riil, memperluas program pelatihan dan

    mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan persaingan diantara koperasi

    penyedia tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di pelabuhan.

    Keikutsertaan tenaga kerja perempuan di sektor pelabuhan akan didorong dan

    dilibatkan dalam program pendidikan dan pelatihan yang diadakan lembaga

    pelatihan, kejuruan dan perguruan tinggi.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    21/147

    8RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    2.2.6 Meningkatkan Keselamatan Kapal dan Keamanan Fasilitas Pelabuhan secaraEfektif

    Penerapan peraturan tentang keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhanakan dilaksanakan secara konsekuen dalam rangka memberikan kewenangan yang

    lebih efektif kepada Otoritas Pelabuhan dan Syahbandar berdasarkan pedoman dan

    standar internasional.

    2.2.7 Meningkatkan Perlindungan Lingkungan Maritim secara Efektif Dalam rangka menjamin perlidungan lingkungan maritim yang efektif di pelabuhan,

    pedoman tentang mitigasi lingkungan maritim di pelabuhan akan lebih

    dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan dan dilaksanakan oleh Otoritas

    Pelabuhan yang mengatur:o Mitigasi lingkungan maritim di pelabuhan sesuai standar Indonesia dan

    pedoman internasional;

    o Kerangka kerja sistem manajemen lingkungan maritim; dan

    o Pengawasan internal dan audit independen yang dilakukan secara berkala.

    Peran Syahbandar untuk mengelola dan mengendalikan pencemaran di pelabuhan

    akan lebih ditingkatkan.

    Sistem manajemen lingkungan maritim akan diterapkan melalui kemitraan dengan

    pemangku kepentingan di bidang pelayaran untuk memastikan sistem tanggap darurat

    berfungsi di sektor pelabuhan.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    22/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    9

    BAB 3: PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI

    PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA

    TERHADAP PEMBANGUNAN

    KEPELABUHANAN DI INDONESIA

    BAB 3: PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI

    PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAPPEMBANGUNAN KEPELABUHANAN DI INDONESIA

    3.1 LATAR BELAKANGPeran pelabuhan di Indonesia sebagai negara maritim sangat dominan dalam

    pembangunan nasional. Hal tersebut tercermin kegiatan pelabuhan untuk menunjang

    perdagangan internasional dan domestik secara nasional skalanya sangat besar. Pada

    tahun 2009, pelabuhan Indonesia menangani 968,4 juta ton muatan yang terdiri atas

    560,4 juta ton muatan curah kering (hampir tiga perempatnya adalah batubara), 176,1

    juta ton muatan curah cair (86 persennya adalah minyak bumi atau produk minyak

    bumi dan minyak kelapa sawit), 143,7 juta ton general cargo dan 88,2 muatan petikemas (terlihat pada Tabel 3-1, dan Gambar 3-1 dan 3-2).

    Perdagangan luar negeri tercatat sebesar 543,4 juta ton atau 56 % dari total volume

    muatan yang ditangani melalui pelabuhan Indonesia pada tahun 2009. Muatan ekspor

    sebesar 442,5 juta ton atau lebih dari 80 % perdagangan luar negeri, sementara impor

    sebanyak 101,0 juta ton atau 20 % perdagangan luar negeri. Muatan ekspor lebih tinggi

    karena angkutan batubara jumlahnya sangat besar yaitu 278,6 juta ton pada tahun

    yang 2009.

    Tabel 3-1 juga menunjukkan pertumbuhan lalu lintas barang melalui pelabuhan

    Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 1999 sampai dengan 2009 yang

    meningkat rata-rata 11,0 %. Namun demikian, penyebaran pertumbuhannya sangatlah

    beragam, sebagai contoh, lalu lintas curah kering meningkat lebih dari lima kali lipat

    dari 95,2 juta ton pada tahun 1999 menjadi 560,4 juta ton pada tahun 2009. Muatan

    peti kemas juga meningkat rata-rata 12,3 %, yaitu dari 27,7 juta ton pada tahun 1999

    menjadi 88,2 juta ton pada tahun 2009 (lihat juga Gambar 3-3). General cargo

    meningkat rata-rata 7,3 %, sementara muatan curah cair meningkat lebih rendah yaitu

    1,7 %, sementara komoditas curah cair memiliki pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu

    1,7% selama perioda ini. Lalu lintas pelabuhan total Indonesia menurut kelompok jenis

    muatan utama diperlihatkan pada Tabel 3-2 serta secara grafis pada Gambar 3-1

    sampai 3-3. Sedangkan lalu lintas antar pelabuhan (arus perdagangan) menurut jenis

    komoditas ditunjukkan pada Suplemen B.

    Pertumbuhan perdagangan masa depan di Indonesia akan banyak dipengaruhi oleh

    tingkat implementasi kebijakan pemerintah untuk melakukan percepatan dan

    perluasan pembangunan ekonomi, yang tertuang dalam Master Plan for Acceleration

    and Expansion of Indonesia Economic Development2011-2025 (MP3EI). Dengan pusat

    pertumbuhan dan koridor ekonomi yang telah ditetapkan (Gambar 3-4) beserta sistem

    transportasi nasional yang akan menjamin konektivitas, MP3EI mengarahkan untuk

    terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Melalui implementasi

    MP3EI, Indonesia diharapkan dapat menjadi negara maju pada tahun 2025, yang

    berarti pertumbuhan ekonomi riil antara 6,4 7,5% diharapkan bisa tercapai pada

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    23/147

    10RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    periode 2011 2014. Selain itu, tingkat inflasi juga diperkirakan turun dari 6,5% pada

    2011 2014 menjadi 3,0% pada 2025.

    Peranan Pelabuhan menjadi sangat penting bagi terwujudnya tujuan MP3EI. Disisi lain,bila MP3EI dapat diimplementasikan dengan baik, maka implikasinya adalah

    pertumbuhan lalu lintas barang melalui pelabuhan menjadi lebih tinggi. Pelabuhan

    strategis di masing-masing koridor ekonomi disajikan dalam Suplemen C.

    3.2 PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI PELABUHAN BERDASARKANSKENARIO DASAR (BASE CASE)

    Tabel 3-3 menyajikan proyeksi total muatan yang akan ditangani pelabuhan di

    Indonesia berdasarkan jenis muatan dan komoditas dari tahun 2009 sampai dengan

    2030. Total lalu lintas muatan melalui pelabuhan diperkirakan meningkat dari 1,0

    milyar ton pada tahun 2009 menjadi 1,3 milyar ton pada tahun 2015 dan menjadi 1,5

    milyar ton pada tahun 2020. Angka pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 4,5 %

    dari tahun 2009 sampai dengan 2015 dan 3,7 % dari tahun 2015 sampai dengan 2020.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    24/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    11

    BAB 3: PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI

    PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA

    TERHADAP PEMBANGUNAN

    KEPELABUHANAN DI INDONESIA

    Tabel 3-1 Lalu Lintas Barang Melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan dan

    Jenis Muatan, pada Tahun 1999 dan 2009 (dalam ribu ton)

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    25/147

    12RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Tabel 3-2 Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan

    dan Jenis Muatan dan Komoditas Utama, pada Tahun 2009 (dalam ribu ton)

    Gambar 3-1 Bongkar Muat Barang melalui Pelabuhan di Indonesia berdasarkan Arus

    Perdagangan Tahun 2009 (dalam ribu ton)

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    26/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    13

    BAB 3: PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI

    PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA

    TERHADAP PEMBANGUNAN

    KEPELABUHANAN DI INDONESIA

    Gambar 3-2 Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis Muatan pada

    Tahun 2009 menurut Klaster Pelabuhan (dalam ribu ton)

    Gambar 3-3 Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia, Periode Tahun 1990-2009

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    27/147

    14RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Gambar 3-4 Koridor Ekonomi dalam MP3EI

    Table 3-1 Base Case Forecast of Total Cargo Handled at Indonesian Ports, 2009-2030 (000s

    tons)

    3.3 PROYEKSI LALU LINTAS BERBASIS SKENARIO ALTERNATIFSebagaimana terlihat pada Gambar 3-5, pada Skenario Pertumbuhan Tinggi, total lalu

    lintas peti kemas Indonesia pada tahun 2030 akan mencapai 57 juta TEU, sementara

    pada Skenario Pertumbuhan Dasar akan mencapai 48 juta TEU, sedangkan pada

    Skenario Pertumbuhan Rendah 42 juta TEU. Gambar 3-6 menyajikan secara jelas

    proyeksi untuk total perdagangan peti kemas untuk ketiga skenario.

    Internasional Domestik Internasional Domestik Internasional Domestik Internasional Domestik

    General Cargo 32,840 110,859 143,699 39,213 148,562 187,775 43,294 180,748 224,043 50,245 242,911 293,155

    Peti Kemas 61,000 27,223 88,222 106,894 65,626 172,519 157,271 100,020 257,291 294,234 183,446 477,680

    Curah Kering 312,852 255,914 568,766 328,918 342,135 671,053 310,318 438,906 749,224 284,436 675,731 960,167

    Semen 144 14,941 15,085 6,700 21,925 28,625 8,757 28,655 37,411 14,264 48,947 63,210

    Batubara 279,303 139,349 418,652 279,303 203,330 482,633 250,000 272,101 522,101 200,000 443,224 643,224

    Biji Besi 10,531 91 10,623 13,714 400 14,114 16,686 1,000 17,686 23,537 2,000 25,537

    Pupuk 5,162 30,665 35,828 7,323 39,934 47,257 9,346 48,586 57,932 14,514 68,536 83,050

    Biji-bijian 3,832 2,343 6,175 4,316 2,639 6,954 4,672 2,885 7,557 5,422 3,348 8,770

    Curah Kering Lain 13,879 60,124 74,003 17,562 73,907 91,469 20,858 85,679 106,537 26,700 109,676 136,376

    Curah Cair 136,723 39,349 176,072 178,042 52,718 230,759 216,653 65,700 282,353 315,952 97,252 413,204

    Minyak Bumi & Produk 91,110 385 91,495 118,649 501 119,151 144,355 610 144,965 213,681 903 214,584

    CPO 22,438 38,485 60,923 30,069 51,574 81,643 37,471 64,271 101,742 55,467 95,136 150,603

    Curah Cair Lain 23,175 479 23,654 29,323 642 29,965 34,827 819 35,646 46,805 1,213 48,017Total 543,415 433,346 976,761 653,066 609,040 1,262,106 727,537 785,374 1,512,911 944,867 1,199,340 2,144,207

    Rata-rata Pertumbuhan Tahunan (%)

    General Cargo - - - 3.0 5.0 4.6 2.0 4.0 3.6 1.5 3.0 2.7

    Container - - - 9.8 15.8 11.8 8.0 8.8 8.3 6.5 6.3 6.4

    Dry Bulk - - - 0.8 5.0 2.8 (1.2) 5.1 2.2 (0.9) 4.4 2.5

    Cement - - - 89.7 6.6 11.3 5.5 5.5 5.5 5.0 5.5 5.4

    Coal - - - - 6.5 2.4 (2.2) 6.0 1.6 (2.2) 5.0 2.1

    Iron Ore - - - 4.5 27.9 4.9 4.0 20.1 4.6 3.5 7.2 3.7

    Fertilizer - - - 6.0 4.5 4.7 5.0 4.0 4.2 4.5 3.5 3.7

    Grain - - - 2.0 2.0 2.0 1.6 1.8 1.7 1.5 1.5 1.5

    Other Dry Bulk - - - 4.0 3.5 3.6 3.5 3.0 3.1 2.5 2.5 2.5

    Liquid Bulk - - -

    Petroleum & Products - - - 4.5 4.5 4.5 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

    CPO - - - 5.0 5.0 5.0 4.5 4.5 4.5 4.0 4.0 4.0

    Other Liquid Bulk - - - 4.0 5.0 4.0 3.5 5.0 3.5 3.0 4.0 3.0

    Total - - - 3.1 5.8 4.4 2.2 5.2 3.7 2.6 4.3 3.5

    Jenis MuatanTotal TotalTotalTotal

    2020

    Jenis Perdagangan

    2030

    Jenis PerdaganganJenis Perdagangan

    2009 2015

    Jenis Perdagangan

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    28/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    15

    BAB 3: PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI

    PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA

    TERHADAP PEMBANGUNAN

    KEPELABUHANAN DI INDONESIA

    Gambar 3-1 Proyeksi Total Lalu Lintas Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia menurut Skenario

    Pertumbuhan, Periode Tahun 2015-2030 (dalam ribu TEU)

    Gambar 3-2 Proyeksi Total Lalu Lintas Muatan di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis

    Muatan Menurut Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun 2015-2030 (dalam ribu ton)

    Gambar 3-6 menyajikan proyeksi total lalu lintas muatan di Indonesia berdasarkan jenis

    muatan untuk ketiga skenario tersebut. Total lalu lintas muatan diprakirakan mencapai

    2,7 milyar ton pada tahun 2030, mencapai 2,1 milyar ton pada Skenario Pertumbuhan

    Dasar dan 1,8 milyar ton pada Skenario Pertumbuhan Rendah.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    29/147

    16RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    3.4 IMPLIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN SEKTOR PELABUHANHasil proyeksi lalu lintas muatan melalui pelabuhan di Indonesia mempunyai implikasi

    yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan sistem pelabuhan nasional, yaitudiantaranya:

    Pada tahun 2020 lalu lintas peti kemas Indonesia akan meningkat lebih dari dua kali

    lipat volume tahun 2009 dan akan kembali meningkat dua kali lipat pada tahun

    2030;

    Pengembangan terminal peti kemas sangat diperlukan di berbagai lokasi

    pelabuhan;

    Peningkatan volume peti kemas juga akan menimbulkan kebutuhan

    pengembangan pelabuhan peti kemas sebagai pelabuhan hub baru, baik di bagian

    barat maupun di timur Indonesia, seperti Kuala Tanjung dan Bitung. Namun kajian

    yang lebih spesifik diperlukan untuk pengembangan pelabuhan hub tersebut.

    Pertumbuhan lalu lintas curah kering dan cair yang lebih rendah menunjukkan

    bahwa total tonase muatan hanya akan meningkat sampai dengan 50% pada tahun

    2020 dan 50% lagi pada tahun 2030.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    30/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    17

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA

    PEMBANGUNAN PELABUHAN

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA PEMBANGUNAN

    PELABUHAN

    Penyusunan rencana kebutuhan pengembangan pelabuhan didasarkan pada

    pendekatan penilaian kapasitas pelabuhan dan memperhatikan skema pembangunan

    untuk masing-masing pelabuhan. Selain kebijakan pemerintah, juga telah

    memperhatikan program pembangunan pelabuhan yang diusulkan Pelindo sebagai

    pengelola pelabuhan strategis di Indonesia.

    Kebijakan pemerintah yang menjadi dasar utama bagi pengembangan pelabuhan

    meliputi (a) prioritas pengembangan konektivitas dan prasarana pelabuhan untuk

    mendukung program koridor perekonomian Indonesia tahun 2025, (b) Cetak Biru

    Transportasi Multimoda/Antarmoda untuk mendukung Sistem Logistik Nasional, dan(c) Rencana Strategis Sektor Perhubungan.

    Suplemen D memberikan rangkuman parameter perencanaan dan strategi

    pengembangan pelabuhan pada enam koridor pembangunan ekonomi sampai dengan

    2030. Rangkuman tersebut memuat proyeksi lalu lintas muatan melalui pelabuhan

    berdasarkan jenis kargo, disain kapal dan target produktivitas, strategi investasi, dan

    kegiatan bisnis utama pelabuhan.

    Suplemen E memuat daftar rencana pengembangan pelabuhan (termasuk

    pengembangan kapasitas dan kebutuhan investasi) sampai dengan 2030 berdasarkan

    wilayah, lokasi, dan fasilitas pelabuhan.

    4.1 KEBUTUHAN INVESTASI PELABUHANTable 4-1 menunjukkan rincian dari total kebutuhan investasi pelabuhan di Indonesia

    sampai dengan 2030 berdasarkan koridor pembangunan ekonomi dan jenis fasilitas

    pelabuhan. Total investasi sebesar 47,064 milyar US$ terdiri dari 12,212 milyar US$

    (tahun 2011-2015), 12,389 milyar US$ (tahun 2016-2020) dan 22,464 milyar US$ (tahun

    2021-2030). Gambar 4-1 menunjukkan distribusi kebutuhan investasi sektor pelabuhan

    berdasarkan koridor ekonomi dan tahapan pengembangan; sedangkan Gambar 4-2

    memperlihatkan distribusi kebutuhan investasi pelabuhan menurut koridor ekonomidan jenis terminal/fasilitas pelabuhan. Suplemen E memberikan rincian kebutuhan

    investasi pelabuhan sampai dengan 2030 berdasarkan koridor ekonomi dan jenis

    terminal/fasilitas pelabuhan.

    Secara ringkas, Tabel 4-2 menunjukkan indikasi kebutuhan jumlah pendanaan dari

    sektor pemerintah dan swasta selama periode tahun 2011-2030.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    31/147

    18RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Tabel 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis

    Terminal/Fasilitas Pelabuhan untuk Tahapan Tahun 2011-2030 and Total Tahun 2011-2030

    (dalam juta US$, tahun 2011)

    Catatan: *) Terminal lainnya: Terminal konvensional (muatan umum), terminal mobil, terminal

    serbaguna dan terminal penumpang

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    32/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    19

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA

    PEMBANGUNAN PELABUHAN

    Gambar 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Tahapan

    Pengembangan (dalam juta US$)

    Gambar 4-2 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis

    Terminal/Fasilitas Pelabuhan (dalam juta US$)

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    33/147

    20RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Tabel 4-2 Indikasi Kebutuhan Pembiayaan oleh Pemerintah dan Pihak Swasta untuk

    Pengembangan Fasilitas Pelabuhan, 2011-2030

    Catatan:

    1. Sektor keuangan Pemerintah/swasta untuk tanah, infrastruktur dasar dan non-

    komersial terminal, rehabilitasi/pengembangan pelabuhan-pelabuhan kecil baru.

    Sedangkan pembiayaan sektor swasta adalah untuk terminal pelabuhan komersial;

    2. Diperkirakan bahwa untuk periode 2011-2015 dari total kebutuhan pembiayaan

    sebesar 12.212 juta US$, porsi BUMN (Pelindo) mencapai 3.521 juta US$. Angka

    tersebut tidak termasuk investasi untuk tanah dan infrastruktur dasar yang

    direncanakan untuk pelabuhan kontainer baru di Tanjung Sauh Batam dan Seget

    Sorong, sebesar 387 juta US$.

    4.2 PEMBIAYAAN PELABUHAN DAN KERANGKA DUKUNGAN DAN PENJAMINANPEMERINTAH

    4.2.1 Indikasi Kebutuhan PembiayaanSampai dengan tahun 2030 Indonesia harus menyediakan anggaran sebesar 45-50

    milyar US$ untuk pembiayaan pembangunan dan pengembangan kapasitas pelabuhan.

    Diperkirakan sekitar 68% dari seluruh total investasi pengembangan pelabuhan baru diIndonesia memerlukan pendanaan dari pihak swasta, terutama berdasarkan skema

    kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) melalui pemberian konsesi untuk jangka

    panjang, terutama untuk pelabuhan komersial seperti terminal peti kemas, terminal

    curah, dan fasilitas pelabuhan komersial lainnya.

    Sisanya sekitar 32% diperlukan untuk penyediaan lahan, prasarana umum pelabuhan

    seperti pendalaman alur pelayaran dan penahan gelombang (breakwater), penyediaan

    terminal pelabuhan non-komersial, rehabilitasi dan pengembangan pelabuhan kecil

    baru (feeder)yang harus disediakan oleh pemerintah.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    34/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    21

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA

    PEMBANGUNAN PELABUHAN

    4.2.2 Potensi Sumber Pembiayaan Investasi Sektor PemerintahUU Pelayaran No. 17 tahun 2008 mengamanatkan bahwa investasi infrastruktur dasar

    pelabuhan menjadi tanggung jawab Otoritas Pelabuhan. Otoritas Pelabuhanmerupakan lembaga baru yang memiliki aset finansial dan pengalaman yang terbatas

    dalam penyelenggaraan pelabuhan. Dalam transisi lembaga tersebut hanya dapat

    menghasilkan arus kas yang rendah dan pada dasarnya belum memiliki kapasitas untuk

    melakukan pinjaman di awal tahun operasionalnya. Satu-satunya sumber utama

    pendanaan infrastruktur dalam jangka pendek adalah dari anggaran pemerintah.

    Apabila Otoritas Pelabuhan telah memiliki arus kas dan neraca keuangan yang

    signifikan, maka potensi sumber pendanaan untuk investasi infrastruktur pelabuhan

    dapat berasal dari:

    Penerimaan pajak pemerintah;

    Pinjaman pemerintah;

    Pinjaman dari lembaga keuangan internasional;

    Pinjaman dari lembaga keuangan bilateral.

    Di masa mendatang, sumber pembiayaan infrastruktur dasar untuk Otoritas Pelabuhan

    akan berkembang sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan Otoritas Pelabuhan.

    Hal ini akan terjadi apabila Otoritas Pelabuhan dimungkinkan untuk mengelola

    pendapatannya, termasuk pendapatan dari otoritas kepelabuhanan (misalnya jasa

    labuh, sewa lahan, konsesi). Dengan demikian Otoritas Pelabuhan dapat meningkatkan

    pendapatannya dan mengelola arus kas untuk digunakan sebagai modal pinjaman.

    4.2.3 Kerangka Dukungan dan Penjaminan PemerintahKarena keterbatasan anggaran, interaksi antara pihak pemerintah dan swasta diatur

    dalam tiga jenis peraturan, yaitu peraturan mengenai Kerjasama Pemerintah dan

    Swasta (KPS), peraturan spesifik sektor, dan peraturan umum lainnya yang mengatur

    kegiatan usaha di Indonesia.

    Terdapat empat prinsip dasar kebijakan investasi dalam kategori KPS, yaitu:

    a. Kebijakan Pemerintah dalam Penyediaan InfrastrukturPemerintah bermaksud untuk memusatkan kebijakannya dalam (i) pemeliharaan dan

    peningkatan infrastruktur yang ada, (ii) fokus pada pengembangan infrastruktur yang

    secara ekonomi layak, namun secara finansial tidak layak, (iii) pemberian subsidi dan

    kompensasi pada PSO (Kewajiban Layanan Umum) dalam pelayanan infrastruktur, dan

    (iv) mengisi celah kebutuhan pembiayaan infrastruktur dengan cara menawarkan

    proyek KPS kepada pasar.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    35/147

    22RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    b. Peraturan dalam Percepatan Pembangunan InfrastrukturPeraturan mengenai percepatan pembangunan infrastruktur ditunjukkan dalam Tabel

    4.3 Peraturan KPS terutama mengacu pada Peraturan Presiden No. 67/2005 mengenaiKerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur, yang telah dirubah

    dalam Peraturan Presiden No. 56/2011 dan No. 13/2010 yang memungkinkan

    pemberian dukungan dan penjaminan pemerintah.

    Sebagai tambahan, dua peraturan lainnya mengenai penjaminan pemerintah mengacu

    pada Peraturan Presiden No. 78/2010 tentang Dana Penjaminan Infrastruktur melalui

    Pemberian Dana Penjaminan dan Peraturan Menteri Keuangan No. 260/2010 tentang

    implementasi dari Penjaminan Infrastruktur melalui Pemberian Dana Penjaminan

    Infrastruktur.

    Berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Keuangan, Bappenas, danBadan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Keuangan dapat

    menyediakan fasilitas (i) kebijakan dana talangan melalui Pusat Investasi Pemerintah

    (PIP), (ii) penjaminan untuk resiko infrastruktur melalui PT. Penjaminan Infrastruktur

    Indonesia (PII), dan (iii) layanan proyek pengembangan melalui PT. Sarana Multi

    Infrastruktur (PT. SMI).

    Table 4-1 Legal Basis for Private Sector Investment

    No.Regulasi Kerjasama Pemerintahdan Swasta (KPS)

    Penjelasan

    Skema dan Pedoman KPS

    1 Peraturan Presiden No. 67Tahun 2005

    Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalamPenyediaan Infrastruktur

    2 Peraturan Presiden No. 13 Tahun2010

    Perubahan atas Peraturan Presiden No. 67 Tahun2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan BadanUsaha dalam Penyediaan Infrastruktur

    3 Peraturan Presiden No. 56 Tahun2011

    Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 67Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah denganBadan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

    4 Peraturan Menteri PerencanaanPembangunan Nasional / KepalaBappenas No. 4 Tahun 2010

    Panduan Umum Pelaksanaan KerjasamaPemerintah dengan Badan Usaha dalamPenyediaan Infrastruktur

    5 Peraturan Menteri PerhubunganNo. PM 83 Tahun 2010

    Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintahdengan Badan Usaha dalam PenyediaanInfrastruktur Transportasi

    Manajemen Resiko , Dukungan Pemerintah dan Penjaminan Infrastruktur

    6 Peraturan Menteri Keuangan No.38/PMK.01/2006

    Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian danPengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrastruktur

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    36/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    23

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA

    PEMBANGUNAN PELABUHAN

    No.Regulasi Kerjasama Pemerintahdan Swasta (KPS)

    Penjelasan

    7 Peraturan Presiden No. 78 Tahun2010

    Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek KerjasamaPemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukanmelalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

    8 Peraturan Menteri Keuangan No.260/PMK.011/2010

    Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan InfrastrukturDalam Proyek Kerjasama Pemerintah DenganBadan Usaha

    Pedoman, Organisasi, dan Prosedur KPS

    9 Peraturan Menteri PerencanaanPembangunan Nasional / KepalaBappenas No. 3 Tahun 2009

    Daftar Rencana Proyek Kerjasama

    10 Peraturan Presiden No. 42 Tahun2005

    Komite Kebijakan Percepatan PenyediaanInfrastruktur (KKPPI)

    11 Public Private Partnership Book, Sector of Transportation, 2010-2014, Ministry ofTransportation (2010)

    12 Peraturan Presiden No. 12 Tahun2011

    Perubahan atas Peraturan Presiden No. 42 Tahun2005 tentang Komite Kebijakan PercepatanPenyediaan Infrastruktur (KKPPI)

    13 Peraturan Menteri Koordinasi

    Bidang Perekonomian SelakuKetua Komite KebijakanPercepatan PenyediaanInfrastruktur No. PER-01/M.EKON/05/2006

    Organisasi dan Tata Kerja Komite KebijakanPercepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI)

    14 Peraturan Menteri KoordinatorBidang Perekonomian SelakuKetua Komite KebijakanPercepatan PenyediaanInfrastruktur No. PER-3/M.EKON/06/2006

    Tata Cara dan Kriteria Penyusunan Daftar PrioritasProyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah danBadan Usaha

    15 Peraturan Menteri KoordinatorBidang Perekonomian SelakuKetua Komite KebijakanPercepatan PenyediaanInfrastruktur No. PER-4/M.EKON/06/2006

    Tata Cara Evaluasi Proyek Kerjasama Pemerintahdengan Badan Usaha dalam PenyediaanInfrastruktur yang Membutuhkan DukunganPemerintah

    Kerjasama Daerah

    16 Peraturan PemerintahNo. 50Tahun 2007

    Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    37/147

    24RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    No.Regulasi Kerjasama Pemerintahdan Swasta (KPS)

    Penjelasan

    Pengadaan Tanah

    17 Undang-undang No. 2 Tahun2012

    Pengadaan Tanah bagi PengembanganPembangunan untuk Kepentingan Umum

    18 Peraturan Presiden No. 36Tahun 2005

    Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunanuntuk Kepentingan Umum

    19 Peraturan Presiden No. 65Tahun 2006

    Perubahan atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun2005 tentang Pengadaan Tanah bagi PelaksanaanPembangunan untuk Kepentingan Umum

    20 Peraturan Kepala BadanPertanahan Nasional No. 3 Tahun2007

    Ketentuan Pelaksanaan Perpres No. 36 Tahun 2005tentang Pengadaan Tanah bagi PelaksanaanPembangunan untuk Kepentingan Umum(sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 65Tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres No. 36Tahun 2005 tentang Pengadaaan Tanah bagiPelaksanaan Pembangunan untuk KepentinganUmum)

    c. Peran Indonesia Infrastructure Fund(IIF) dalam Pembiayaan InfrastrukturIndonesia Infrastructure Fund (IIF) dibentuk untuk (i) memenuhi pembiayaan jangka

    panjang, terutama dalam mata uang lokal dan untuk pembiayaan infrastruktur serta (ii)menyediakan pembiayaan mata uang lokal dengan jangka waktu (tenor), persyaratan,

    dan ketentuan pinjaman yang sesuai untuk kredit proyek infrastruktur melalui:

    Penggunaan peringkat kredit pinjaman dari bank dan lembaga investasi domestik

    untuk tenor jangka panjang dengan resiko marjin yang lebih tinggi dari penawaran

    pemerintah dan perusahaan skala besar;

    Penyediaan produk keuangan yang memenuhi kriteria KPS infrastruktur dan proyek

    yang dibiayai sepenuhnya oleh swasta.

    d. Peran PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dalam Penyediaan Penjaminanuntuk Pengembangan Infrastruktur Indonesia

    PT PII dibentuk untuk memenuhi tujuan berikut:

    Menyediakan penjaminan resiko politik untuk proyek KPS infrastruktur;

    Meningkatkan kelayakan kredit dan kualitas proyek KPS infrastruktur dengan

    memberikan penjaminan resiko politik yang kredibel;

    Meningkatkan tata kelola dan transparansi pemberian penjaminan;

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    38/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    25

    BAB 4: LOKASI DAN RENCANA

    PEMBANGUNAN PELABUHAN

    Melindungi pemerintah dari kewajiban contingent (termasuk proteksi terhadap

    tekanan APBN).

    4.2.4 Strategi Pelaksanaan untuk Partisipasi Swasta dalam Investasi di PelabuhanHambatan yang terjadi dalam pengembangan pasar untuk mengikutsertakan pihak

    swasta adalah persepsi terhadap resiko proyek, resiko investasi dan keterbatasan akses

    untuk pasar modal serta pembiayaan proyek.

    Strategi utama (key success factor) untuk mengikutsertakan pihak swasta berinvestasi

    di pelabuhan adalah:

    Kebijakan investasi sektor swasta yang kondusif

    Kebijakan investasi yang kondusif akan meningkatkan minat investor yang potensialdan juga mempengaruhi persepsi investor terhadap resiko secara positif.

    Implementasi regulasi secara komprehensif

    Regulasi merupakan wadah yang penting untuk mewujudkan komitmen

    pelaksanaan kebijakan pemerintah.

    Persiapan proyek yang matang

    Persiapan proyek yang matang merupakan daya tarik pihak swasta untuk

    berinvestasi. Apabila dilelang, proyek tersebut akan menarik minat investor dengan

    kualitas teknik dan keuangan yang memadai.

    Prosedur pelelangan yang kompetitif

    Pelelangan pelabuhan/terminal umum harus dilaksanakan secara kompetitif agar

    pemerintah memperoleh manfaat maksimal dari persaingan harga, tingkat

    pelayanan jasa kepelabuhanan dan kualitas investor.

    Penanggung jawab proyek yang jelas dan tidak ada intervensi kontrak

    Hal ini penting untuk memastikan efisiensi biaya (value for money) bagi

    pemerintah.

    Kerangka pemantauan kinerja

    Kerangka pemantauan kinerja diperlukan untuk pemantauan kepatuhanpelaksanaan kontrak.

    Kepastian bagi swasta untuk memperoleh pendapatan sesuai tarif yang berlaku

    Hal ini penting untuk memberikan kepastian bagi investor dalam memperoleh

    pendapatan dari pengoperasian proyek.

    Kepastian bagi swasta untuk dapat menyesuaikan tarif

    Selama periode pengoperasian proyek, pihak swasta dapat melakukan penyesuaian

    tarif secara berkala.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    39/147

    26RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Kerangka pengaturan keamanan dan keselamatan pelayaran sertaperlindungan

    lingkungan maritim yang komprehensif

    Pihak swasta harus menerapkan standar keamanan dan keselamatan pelayaran

    serta perlindungan lingkungan maritimsecara komprehensif.

    Kepastian bagi swasta untuk memperoleh hak perlindungan secara efektif

    Pihak swasta akan memperoleh perlindungan terhadap intervensi pemerintah yang

    dapat mempengaruhi pendapatan, membatasi akses pembiayaan atau merugikan

    investasinya dan kebebasan untuk menyelesaikan sengketa.

    Kapasitas kelembagaan

    Proyek akan dikelola oleh tenaga profesional dari pemerintah agar memberikan

    kepastian bagi investor.

    Pengaturan yang independenPihak swasta akan diberikan kepastian bahwa keputusan regulator tidak

    dipengaruhi oleh intervensi politik atau tekanan pihak tertentu.

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    40/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    27

    BAB 5: RENCANA AKSI DI BIDANG

    PENGATURAN DAN PELAKSANAAN

    KEBIJAKAN

    BAB 5: RENCANA AKSI DI BIDANG PENGATURAN DAN

    PELAKSANAAN KEBIJAKAN

    Dalam rangka proses perumusan Rencana Induk Pelabuhan Nasional telah

    digambarkan perlunya penjabaran lebih lanjut di bidang pengaturan dan kebijakan

    untuk mendorong Indonesia kearah yang lebih maju dengan terwujudnya sisim

    kepelabuhanan yang lebih berdaya saing. Dalam hubungan ini diperlukan rencana aksi

    yang meliputi:

    Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 17/2008

    tentang Pelayaran;

    Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 61/2009

    tentang Kepelabuhanan;

    Rencana aksi lebih lanjut untuk menunjang pelaksanaan kebijakan.

    5.1 PERATURAN PELAKSANAAN YANG DIAMANATKAN UNDANG-UNDANGPELAYARAN

    Undang-undang Pelayaran telah mengamanatkan perlunya perumusan peraturan

    pelaksanaan kebijakan, program dan tindakan administratif. Beberapa hal telah

    tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 61/2009 tentang Kepelabuhanan, namun

    masih diperlukan peraturan lebih lanjut sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1.

    5.2 PERATURAN PELAKSANAAN YANG DIAMANATKAN PERATURAN PEMERINTAHTENTANG KEPELABUHANAN (PP NO. 61/2009)

    PP No. 61/2009 mencakup secara luas ketentuan pelaksanaan dari Undang-undang

    Pelayaran dan telah mengamanatkan perlunya perumusan ketentuan lebih lanjut

    dalam bentuk peraturan Menteri Perhubungan (Tabel 5.2.)

    5.3 RENCANA AKSI PELAKSANAAN KEBIJAKANUntuk melaksanakan kebijakan pelabuhan nasional secara efektif, diperlukan beberapa

    rencana aksi lebih lanjut (Tabel 5.3) secara terintegrasi. Dialog terbuka dengan para

    pemangku kepentingan akan dilakukan untuk membahas isu kebijakan, perencanaan

    dan regulasi di bidang kepelabuhanan. Peraturan Menteri Perhubungan akan

    dikeluarkan agar Otoritas Pelabuhan memiliki manajemen yang otonom melalui

    pembentukan organisasi pelabuhan yang modern, termasuk transisi opsi perubahan

    status organisasi Otoritas Pelabuhan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    41/147

    28RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    5.4 INISIATIF JANGKA PENDEK UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KEBIJAKANSelain rencana aksi kebijakan tersebut, terdapat beberapa inisiatif jangka pendek untuk

    mengimplementasikan kebijakan yang fokus pada kinerja pelabuhan, termasukmanajemen pelabuhan, tenaga kerja bongkar muat dan pembangunan fasilitas

    pelabuhan (Tabel 5.4).

    Tabel 5-1 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Undang-Undang No.

    17/2008 tentang Pelayaran

    No. Materi Peraturan Menteri Perhubungan Target Waktu Keterangan

    1. Tarif pelabuhan di pelabuhan komersial, PelabuhanPropinsi dan Pelabuhan local

    Kwartal 4 2012 Pasal 110

    UU Pelayaran

    2. Rancangan dan pelaksanaan pengerukan danreklamasi, Sertifikat Pemberi jasa pengerukan

    Kwartal 4 2012 Pasal 197

    UU Pelayaran

    3. Penetapan Daerah Wajib Pandu, Pelatihan dan ujianPandu dan Penyelenggaraan Pemanduan

    Kwartal 4 2012 Pasal 198

    UU Pelayaran

    4. Keamanan Pelabuhan Kwartal 4 2012 Pasal 212

    UU Pelayaran

    5. Pengoperasian Pelabuhan (Perbaikan kapal,Perpindahan muatan, gandeng kapal, Penangananbarang-barang berbahaya)

    Kwartal 4 2012 Pasal 216

    UU Pelayaran

    6. Polusi di Pelabuhan Kwartal 4 2012 Pasal 238

    UU Pelayaran

    7. Sistem Informasi Pelayaran dan Pelabuhan Kwartal 4 2012 Pasal 272

    UU Pelayaran

    Tabel 5-2 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Tercakup dalam PP No. 61/2009

    No. Materi Peraturan Menteri Perhubungan Target Waktu Keterangan

    1. Prosedur Penetapan Lokasi Pelabuhan Kwartal 4 2012 Pasal 19

    PP 61/2009

    2. Prosedur Formulasi dan Evaluasi Rencana IndukPelabuhan (masing-masing Pelabuhan)

    Kwartal 4 2012 Pasal 29

    PP 61/2009

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    42/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    29

    BAB 5: RENCANA AKSI DI BIDANG

    PENGATURAN DAN PELAKSANAAN

    KEBIJAKAN

    No. Materi Peraturan Menteri Perhubungan Target Waktu Keterangan

    3. Prosedur Formulasi dan Evaluasi Penetapan Daerah

    Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah LingkunganKepentingan (DLKp) Pelabuhan

    Kwartal 4 2012 Pasal 36

    PP 61/2009

    4. Prosedur Penyediaan, Pemeliharaan, Standar,Spesifikasi untuk Penahan Gelombang, KolamPelabuhan, Alur Pelayaran ke/dari Pelabuhan, JaringanJalan dan Keamanan dan Ketertiban di Pelabuhan

    Kwartal 2 2013 Pasal 67

    PP 61/2009

    5. Persyaratan dan Prosedur Pemberian dan PencabutanKonsesi

    Kwartal 2 2012 Pasal 78

    PP 61/2009

    6. Pemberian ijin Pembangunan Pelabuhan Kwartal 2 2012 Pasal 86

    PP 61/2009

    7. Pemberian Ijin Pengembangan Pelabuhan Kwartal 2 2012 Pasal 93

    PP 61/2009

    8. Persyaratan dan Prosedur Pemberian Ijin PengoperasianPelabuhan, Perbaikan dan Peningkatan KapasitasPelabuhan

    Kwartal 2 2012 Pasal 104

    PP 61/2009

    9. Prosedur Pemberian Ijin Lokasi Pelabuhan, Konstruksidan pengoperasian Pelabuhan untuk pelabuhan Daratan(Dry Port)

    Kwartal 4 2012 Pasal 109

    PP 61/2009

    10 Persyaratan dan Prosedur Penetapan Terminal Khusus(Persetujuan Lokasi, Konstruksi dan Operasi,Penggunaan oleh Pihak Ketiga, Peningkatan Operasi,Perubahan Status Pelabuhan, Pencabutan Ijin,Pengalihan Wewenang kepada Pemerintah)

    Kwartal 4 2012 Pasal 134

    PP 61/2009

    11 Prosedur untuk persetujuan memiliki terminal Kwartal 4 2012 Pasal 144

    PP 61/2009

    12 Jenis, struktur dan klasifikasi tarif badan usahapelabuhan untuk jasa pelabuhan , mekanisme untuk

    menentukan tarif untuk menggunakan lahan pelabuhandan air

    Kwartal 4 2012 Pasal 148

    PP 61/2009

    13 Prosedur untuk menentukan status dari pelabuhanperdagangan luar negeri dan terminal khusus

    Kwartal 4 2012 Pasal 153

    PP 61/2009

    14 Prosedur untuk pengolahan data dan pelaporan danpersiapan sistem informasi pelabuhan

    Kwartal 4 2012 Pasal 161

    PP 61/2009

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    43/147

    30RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Tabel 5-3 Rencana Aksi Implementasi Kebijakan

    No. Materi yang Perlu Diatur Lebih Lanju t Target Waktu Keterangan

    1 Membentuk kelompok unit pelayanan (customerfocus group) di pelabuhan strategis sebagaiforum konsultasi dengan para pemangkukepentingan dalam formulasi, review danimplementasi kebijakan

    Kwartal 4 2012 Penting untuk formulasi,implementasi dan reviewkebijakan

    2 Pedoman rencana induk masing-masingpelabuhan memperhatikan perencanaan yangterintegrasi

    Kwartal 4 2012 Penting untuk integrasiperencanaan danpemantauan kinerja

    3 Kementerian Perhubungan bersama Instansipemerintahan terkait serta pengguna jasapelabuhan secara periodik melakukan review

    atas kinerja pelabuhan dalam rangkameningkatkan kinerja pelabuhan yang lebihbaik.

    Kwartal 1 2012 Penting untuk integrasiperencanaan danpemantauan kinerja

    4 Merumuskan indikator kinerja pelabuhan untukkeperluan perencanaan dan monitoring sertadipublikasikan.

    Kwartal 4 2012 Penting untuk integrasiperencanaan danmonitoring

    5 Merumuskan kebijakan Tarif yang wajar Kwartal 4 2012 Penting untukmendorong persainganusaha yang sehat

    6 Menyusun prosedur penyampaian usulan/

    permohonan penetapan tariff oleh otoritaspelabuhan

    Kwartal 4 2012 Penting untuk

    mendorong persainganusaha yang sehat

    7 Mengembangkan proses peninjauan tarif danpersetujuan pelayanan jasa pelabuhan dalamrangka untuk mengevaluasi adanya dampakmonopoli

    Kwartal 4 2012 Penting untukmendorong persainganusaha yang sehat

    8 Mempertimbangkan kemungkinan adanya MoUdalam rangka untuk memonitor dan mendorongpersaingan usaha dibidang kepelabuhanan.

    Kwartal 4 2012 Penting untukmendorong persainganusaha yang sehat

    9 Memasukkan dampak persaingan usaha dalam

    rumusan rencana induk pelabuhan nasionalmaupun local.

    Kwartal 4 2012 Penting untuk

    mendorong persainganusaha yang sehat

    10 Menyusun prosedur tuntutan dan penyelesaianperselisihan mengenai masalah tarif danperilaku monopolistis.

    Kwartal 2 2013 Penting untukmendorong persainganusaha yang sehat

    11 Menilai kebutuhan pelatihan untuk DGST,Otoritas Pelabuhan dan BUP danmengembangkan cara-cara untuk memenuhikebutuhan pelatihan.

    Kwartal 4 2012 Penting untukmeningkatkankompetensi sumber dayamanusia di sektorpelabuhan

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    44/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    31

    BAB 5: RENCANA AKSI DI BIDANG

    PENGATURAN DAN PELAKSANAAN

    KEBIJAKAN

    No. Materi yang Perlu Diatur Lebih Lanju t Target Waktu Keterangan

    12 Mengadakan MoU dengan pusat pelatihan dan

    pendidikan dan Lembaga Perguruan tinggiuntuk meningkatkan kompetensi danpengembangan kurikulum

    Kwartal 4 2012 Penting untuk

    meningkatkankompetensi sumber dayamanusia di sektorpelabuhan

    13 Mengadakan konsultasi dengan koperasi TKBMuntuk merumuskan pemberian insentif danpeningkatan produktivitas kerja

    Kwartal 2 2012 Penting untukmeningkatkankompetensi sumber dayamanusia di sektorpelabuhan

    14 Mengembangkan dan mengimplementasikanstrategi untuk rekruitmen tenaga kerja

    perempuan dibidang kepelabuhanan

    Kwartal 4 2012 Penting untukmeningkatkan

    kompetensi tenaga kerjaperempuan di sektorpelabuhan

    15 Mengeluarkan peraturan yang memberikankewenangan yang penuh kepada OtoritasPelabuhan dalam hal memelihara keselamatandan keamanan di pelabuhan

    Kwartal 4 2012 Penting untukmemelihara kepatuhanperaturan keselamatanpelayaran

    16 Mengeluarkan peraturan tugas dankewenangan Otoritas Pelabuhan sesuai denganperaturan keselamatan pelayaran yang ada

    Kwartal 2 2012 Penting untukmemelihara kepatuhanperaturan keselamatanpelayaran

    17 Mengeluarkan peraturan tugas dankewenangan Otoritas Pelabuhan sesuai denganperaturan perlindungan lingkungan maritim

    Kwartal 4 2012 Penting untukmemelihara kepatuhanperaturan perlindunganlingkungan maritim

    18 Membuat peraturan yang memberikanwewenang kepada Syahbandar untukmengelola dan mengawasi terjadinya polusi dipelabuhan

    Kwartal 4 2012 Penting untukmemelihara kebersihanperairan pelabuhan

    19 Melakukan kerjasama dengan lembaga terkaituntuk menjamin penanganan tanggap darurat dipelabuhan.

    Kwartal 2 2012 Penting untuk mengatasiterjadinya keadaandarurat dengan cepat.

    20 Melakukan kajian untuk menjadikan OtoritasPelabuhan lebih otonom dan fleksibel

    Kwartal 4 2012 Penting untukmemberdayakan fungsidan peran OP danPMUs (Landlord)

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    45/147

    32RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    Tabel 5-4 Inisiatif untuk Pelaksanaan Kebijakan

    No Materi Target Waktu Keterangan

    1. Persiapan penyusunan pedoman teknis(toolkit) untuk penyelenggaraan kegiatandi pelabuhan bagi Otoritas Pelabuhandan Unit Penyelenggara Pelabuhan yangmeliputi:

    Model pemberian konsesi dan bentukkerjasama lainnya;

    Model pemberian ijin (lisensi);

    Model analisa tarif dan keuanganpelabuhan;

    Sistem indikator kinerja operasionalpelayanan jasa kepelabuhanan

    Kwartal 42012

    Penting untuk pemberdayaanOtoritas Pelabuhan dan UnitPenyelenggara Pelabuhan

    2. Pelatihan dan peningkatan kapasitasSDM di pelabuhan melalui kerjasamadengan lembaga pendidikan tinggi danpusat pelatihan lainnya

    Kwartal 42012

    Penting untuk peningkatankemampuan SDM, termasukOtoritas Pelabuhan dan UnitPenyelenggara Pelabuhan

    3. Reformasi dan pelatihan tenaga kerjabongkar muat di pelabuhan (TKBM)

    Kwartal 42012

    Penting untuk peningkatankompetensi TKBM

    4. Penelahaan pendayagunaan aset dankapasitas pelabuhan pengumpan

    Kwartal 42012

    Penting untuk peningkatanpengelolaan pelabuhan olehpemerintah daerah

    5. Penyederhanaan proses pemberianperijinan dan deregulasi pengaturanmelalui konsultasi dengan OtoritasPelabuhan dan Unit PenyelenggaraPelabuhan serta Pemerintah Daerah

    Kwartal 42012

    Penting untuk kepastian hukumdalam penetapan kewenangandan tanggung jawab yang jelasantara instansi pemerintah

    6. Penelahaan pengalihan hak pengelolaanlahan daratan dan perairan pelabuhankepada Otoritas Pelabuhan

    Kwartal 42012

    Penting untuk pemberdayaanOtoritas Pelabuhan

    7. Penataan kelembagaan OtoritasPelabuhan ke arah yang lebih otonomdan fleksibel (salah satunya denganmerubah status organisasi pelabuhanmenjadi Badan Layanan Umum)

    Kwartal 22013 Penting untuk pemberdayaanOtoritas Pelabuhan

    8. Penelahaan/kajian secara komprehensifatas rencana pembangunan InternationalHub Port (termasuk Kuala Tanjung danBitung)

    Kwartal 42012

    Penting untuk pembangunanpelabuhan hub internasional dimasa depan

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    46/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    33

    BAB 5: RENCANA AKSI DI BIDANG

    PENGATURAN DAN PELAKSANAAN

    KEBIJAKAN

    No Materi Target Waktu Keterangan

    9. Mengembangkan sistem informasi

    teknologi komunikasi (TIC)kepelabuhanan

    Kwartal 4

    2012

    Penting untuk pengembangan

    data base pelabuhan termasukstatistik, fasilitas fisik, akses, dan

    jasa pelayanan pelabuhan

    10 Menyiapkan Proyek Percontohan KPSPelabuhan (termasuk kemungkinanpenyusunan rencana induk pelabuhan;studi kelayakan, termasuk strategiinvestasi dan kemungkinandiperlukannya bantuan dan jaminaninfrastruktur; penyiapan dokumen lelangdan proses pelelangan)

    Kwartal 42013

    Penting untuk daya tarik dalampengembangan model proyekpelabuhan melalui partisipasipihak swasta

    11 Optimalisasi sistem operasi dalam rangkamengantisipasi kapadatan lalu lintasmuatan di pelabuhan strategis (termasukPelabuhan Tanjung Priok, TankungPerak, dan Belawan)

    Kwartal 22012

    Penting untuk kelancaranoperasional pelabuhan strategis

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    47/147

    34RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    SUPLEMEN A: HIERARKI PELABUHAN

    Suplemen A-1 Hierarki Pelabuhan

    No.Kabupaten/

    Kota

    NamaPelabuhan

    Hirarki Pelabuhan

    2011 2015 2020 2030

    Provinsi : Nangroe Aceh Darussalam

    1 Aceh Barat Meulaboh Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    2 Aceh Jaya Calang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    3 Aceh Besar Malahayati Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    4Aceh BaratDaya

    SusohPengumpanRegional

    PengumpanRegional

    PengumpanRegional

    PengumpanRegional

    5 Aceh Selatan Tapaktuan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    6 Aceh Selatan Sibadeh Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    7 Aceh Timur IdiPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    8 Langsa Kuala Langsa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    9 Bireun Kuala RajaPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    10 Aceh UtaraLhokseumawe/KruengGeukeh

    Pengumpul Utama Utama Utama

    11 Pidie SigliPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    12 Sabang Sabang Utama Utama Utama Utama

    13 Sabang Ulee Lheue Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    14 Simeulue SibigoPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    15 Simeulue Sinabang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    16 Aceh Singkil P. BanyakPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

  • 7/22/2019 Draft National Port Master Plan Decree_IND.pdf

    48/147

    RANCANGAN PERATURAN MENTERI

    PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA

    INDUK PELABUHAN NASIONAL

    35

    SUPLEMEN A: HIERARKI PELABUHAN

    No.Kabupaten/

    Kota

    NamaPelabuhan

    Hirarki Pelabuhan

    2011 2015 2020 2030

    17 Aceh Singkil P. SarokPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    18 Aceh Singkil Singkil Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

    19 Aceh Singkil Gosong telagaPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    20 Aceh Besar MeulinggePengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    21 Pidie Laweung PengumpanLokal PengumpanLokal PengumpanLokal PengumpanLokal

    22 Langsa PusongPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    23 Aceh Selatan MeukekPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    24Aceh BaratDaya

    Lhok PawohPengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    PengumpanLokal

    25 Aceh Tamiang Seruway

    Pengumpan

    Lokal

    Pengumpan

    Lokal