Distress Respiratory
-
Upload
eykaa-lestary-permana -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
Transcript of Distress Respiratory
-
7/27/2019 Distress Respiratory
1/24
1
LAPORAN KASUSUNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
Untuk Dokter Muda
Nama Dokter Muda Eka Lestari Tanda Tangan
Eka Lestari
NIM 06711181
Tanggal Presentasi 05 Desember 2011
Rumah Sakit RSU Kardinah Tegal
Gelombang Periode 12 November07 Januari 2011
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. Ruhijah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl lahir : 15 November 2011
Alamat : Bengle Rt 19 Rw 69, Tegal
Masuk RS : 16 November 2011
No. CM : 590798
Ruang : Perinatologi (Dahlia)
Tanggal Diperiksa : 16 November 2011 pada pukul 10.30 WIB
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Bp. Waluyo
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Nama Ibu : Ruhijah
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
-
7/27/2019 Distress Respiratory
2/24
2
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan Alloanamnesis kepada ibu pasien, perawat ruang dahlia,
pada tanggal 16 November 2011 pada pukul 10.30 WIB, dan diambil data dari RM.
1. Keluhan Utama: Bayi menangis merintih
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tgl 15 November 2011 (1 hari yang lalu) lahir seorang bayi laki-laki dari ibuG3P2A0, usia kehamilan 37 minggu, periksa kehamilan sering, 1x/bulan di
bidan, trauma selama hamil (-), penyakit selama kehamilan seperti demam,
diabetes dan darah ringgi (-), KPD (-), riwayat minum obat-obatan, jamu, dan
alkohol (-).
Pada pukul 23.40 WIB (15 November 2011), lahir bayi laki-laki dengan beratlahir 2.600 gram, panjang lahir 45 cm dan Apgar score 5 secara normal.
Warna air ketuban lumpur ijo dan baunya tidak diketahui. Plasenta lahir
spontan, kotiledon lengkap, tidak infark. Lama persalinan 20 menit.
Saat dilahirkan bayi tidak segera menangis, Belum mendapat IMD,imunisasi.
Pukul 07.00 pagi tanggal 16 November 2011 bayi masuk ruang Dahlia dengankeluhan bayi menangis merintih, tampak sesak nafas, dengan Vital sign:
RR:110x/menit, HR: 109x/menit, S:37.1C, terapi berupa Oksigenasi, jaga
kehangatan, dilanjutkan terapi dari dokter Sp.A.
Pukul 24.00 bayi menangis melengking tidak berhenti diberi ekstrakdilantin oral, pukul 02.00 bayi spastik 1x,
-
7/27/2019 Distress Respiratory
3/24
3
4. Silsilah/Ikhtisar keturunan
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Kesan : Tidak ada keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan pasien
5. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a.Riwayat Kehamilan Selama hamil, ibu sering kontrol kehamilan. nafsu makan baik, tetapi jarang
mengkonsumsi susu ibu hamil.
Selama hamil ibu tidak melakukan pekerjaan dan aktivitas fisik yang berat. Selama kehamilannya ibu tidak mengkonsumsi alkohol, obat-obatan, dan
jamu. Ibu juga tidak merokok.
Selama kehamilannya ibu tidak pernah mengalami sakit yang berat. Ibutidak menderita hipertensi, diabetes militus, demam, atau terkena penyakit
virus lainnya, bengkak kaki saat hamil (-), kejang (-).
-
7/27/2019 Distress Respiratory
4/24
4
b. Riwayat Persalinan P3A0 Persalinan normal di bantu oleh bidan. Bayi tidak segera menangis saat
dilahirkan. Warna air ketuban keruh, hijau, kental, dan baunya tidak
diketahui. Umur kehamilan saat melahirkan 37 minggu, BBL : 2600 gr, PB:
45 cm, APGAR skor 5.
c. Riwayat Pasca PersalinanSetelah bayi dilahirkan bayi tidak segera menangis, bayi menangis merintih dan
sesak nafas setelah 6 jam post partum dan langsung masuk ruang Dahlia.
6. Riwayat Makanan
- Setelah dilahirkan bayi tidak sempat diberi ASI. Selama perawatan di rumah sakit bayimendapatkan susu formula dan Asi dari perahan ibu yang diberikan dengan sonde.
Jumlah tiap pemberian sebanyak 8x 5ml.
7. Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan saat lahir 2600 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 32 cm, umur
kehamilan 37 minggu.
Kurva Lubchenko
Hubungan antara berat badan dan umur kehamilan : Sesuai Masa Kehamilan (aterm),
NCB-SMK (Neonatus Cukup Bulan-Sesuai Masa Kehamilan).
-
7/27/2019 Distress Respiratory
5/24
5
8. Imunisasi :belum mendapat imunisasi apapun.
9. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial ekonomi : Pekerjaan ayah sebagai seorang buruh dengan penghasilan rata-rata Rp 30.000 tiap hari. Penghasilan tersebut dirasakan hanya pas-pasan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lingkungan : tinggal di daerah yang jauh dari sungai dan pabrik. Rumahpermanen dengan lantai rumah tanah, ventilasinya udara dan cahaya cukup,
kebersihan lingkungan cukup. Sumber air minum berasal dari sumur.
Kesan : sosial ekonomi dan lingkungan kurang.
11.Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : panas (-), kejang (+) Sistem kardivaskular : takikardi (-) Siatem pernapasan : batuk (-), sesak napas (+), takipneu (+)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAB cair (-) Sistem urogenital : BAK lancar
-
7/27/2019 Distress Respiratory
6/24
6
Sistem musculoskeletal : kurang aktif (+) Sistem integumentum : kuning (-), ruam-ruam (-), sianosis (-)
III. PEMERIKSAAN JASMANIA. Pemeriksaan Umum (dilakukan pada tanggal 16 November 2011 pukul 10.30, saat
umur bayi 1 hari )
1. Kesan umum :
Bayi kurang aktif (tidur), tidak tampak tanda-tanda prematuritas, tangis kurang
kuat, terpasang sungkup oksigen, tidak sianosis, retraksi dinding thorax (+).
2. Tanda utama :
HR : 109 x/menit, regulerPernapasan : 110 x/menitSuhu rektum : 37,1CTD : -
3. Status Gizi
Berat Badan Lahir : 2600 gram
Panjang badan lahir : 45 cm
Berat berat badan menurut umur kehamilan menurut kurva lubchenko neonatus
cukup bulan sesuai masa kehamilan (NCB-SKM).
Lingkar kepala : 32 cm (mesochepal)
Lingkar lengan atas : 11 cm
Lingkar dada : 32 cm
Simpulan : NCB-SKM
4. Kulit :kuning (-), lanugo (-),sianosis (-), pucat (-), eritema (-), kering (-),peteki (-)
5. Kelenjar Limfe :pembesaran kelenjar limfe (-)
6. Otot : eutrofi
7. Tulang : deformitas (-)
8. Sendi : deformitas (-), tanda radang (-)
B. Pemeriksaan Khusus
1. .Kepala
a. Bentuk : mesosefal
b. Lingkar Kepala : 32cm
-
7/27/2019 Distress Respiratory
7/24
7
c. Rambut : hitam, tipis
d. Ubun-ubun : terbuka, menonjol (-), tegang (-)
e. Mata :sekret (-/-),konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
katarak kongenital (-/-)
f. Hidung :discharge (-/-), atresia koana bilateral (-), fraktur hidung (-)
epistaksis (-/-)
g. Telinga : discharge (-/-), bentuk normal, mudah ditekuk kembali
perlahan.
h. Mulut : stomatitis (-), luka (-), labiopalatoskisis (-), gom (-)
Simpulan : kepala dalam batas normal
2. Leher
Pergerakan baik, tumor (-),limfonodi leher tidak teraba, simetris, tidak ada deviasi.
3. Thorax
Areola mamae : ada papila mamae, areola halus dan rata, timbul.
a. Jantung
Inspeksi : simetris, dinding dada lebih tinggi dari dinding perut, apeks kordistidak terlihat
Palpasi : apeks kordis teraba di bawah papila mamae di lineamidklavikula sinistra
Perkusi : tidak dilakukanAuskultasi : S1 (+), S2 (+), bising (-), laju jantung 109x/menitSimpulan :jantung dalam batas normal
b. Paru-paru
Inspeksi : retraksi dinding dada (+)Palpasi : fraktur klavikula (-)Perkusi : tidak dilakukanAuskultasi : SDV +/+ N, wheezing -/-, rh -/-Simpulan : tampak sesak nafas
4. Abdomen
a. Inspeksi : dinding perut lebih datar daripada dinding dada, tali pusat terbungkus
kassa
b.Auskultasi :peristaltik (+) normal
c.Palpasi : supel , turgor normal
Hati : tidak teraba
-
7/27/2019 Distress Respiratory
8/24
8
Limpa : tidak terabad. Perkusi : timpani
Simpulan : Abdomen dalam batas normal
5. Anogenital
Anus : terdapat lubang pada anus Genital : laki-laki, lubang penis (+)
Simpulan : Anogenital dalam batas normal.
6. Refleks primitif
Refleks moro : (+) Refleks memegang : (+) Refleks mengisap : (+) Refkleks menelan : (+) Refleks plantar : (+)
7. Tanda meningeal (-)
IV. LABORATORIUM DASAR16 November 2011
Pemeriksaan Hasil
WBC 17.15 10^3/uL ()
RBC 5,29 10^6/uL (N)
HGB 18.8 g/dl ()
HCT 53.1 % ()
PLT 184 10^3/uL (N)
Gula 49 mg/dL ()
V. DAFTAR MASALAH Masalah Aktif
- Bayi menangis merintih- Sesak nafas- Kejang- Tachypneu
-
7/27/2019 Distress Respiratory
9/24
9
Masalah Inaktif- Belum mendapatkan IMD, imunisasi- Ketuban sisa keruh
VI. PENYEBAB MASALAH / DIAGNOSIS BANDINGDistress Respirasi
PulmonerNonkardiopulmonerKardiovaskuler
Infeksi NeonatusDurantepartum : ketuban keruh, aspirasi cairan ketuban,Postpartum : tindakan invasif pengambilan darah, injeksi,
pemasangan infus
Antepartum : infeksi ibu selama hamil (-/?)Observasi kejang
Hipoksia Iskemia Ensefalopati (HIE)Infeksi : meningitis, ensefalitisPerdarahan intra cranialHipoglikemiaHipokalsemi dini
Neonatus atermSesuai masa kehamilanKecil masa kehamilanBesar masa kehamilan
VII. DIAGNOSIS KERJA1. Distress Respirasi2. Observasi Neonatal Infeksi3. Observasi Kejang4. Neonatus AtermSMK
-
7/27/2019 Distress Respiratory
10/24
10
IX. RENCANA PENGELOLAANA.Rencana Pemeriksaan / Penegakan Diagnosis
Darah rutin ulang, bilirubin, AGD, GDS ulang, kalsium, fosfor, magnesium,
natrium, kalium rutin, kultur darah, pungsi lumbal.
Foto X-ray thorax
B. Rencana Terapi
Resusitasi, pemenuhan kebutuhan diet, perawatan bayi baru lahir.
C. Rencana Edukasi
- menjelaskan tentang penyakitnya, penyebab, perawatan dan pengobatan serta
kemungkinan komplikasinya
- memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
X. TERAPIOksigenasi sungkup 5 liter/mnt
Infus D10% NS 12 tpm mikro
inj.Ceftriaxon 2x150mg
inj.Sibital 25mg i.v,
inj.Ca-Glukonas 0,5
XI. PROGNOSISQuo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
inj. Dexamethason 3x ampul,
inj.Neo.K
Diet tunda
-
7/27/2019 Distress Respiratory
11/24
-
7/27/2019 Distress Respiratory
12/24
12
Injury nervus phrenicus
Asphyxiating thoracic dystrophy
Hyaline membrane disease
Pneumothorax
Efusi plura
Mass lesions
-Lobar emphysema
-Cystic adenomatoid malformation
(William, et al.l, 2007).
Sianosis, kasus jantung atau paru-paru?.
Untuk membedakan diperlukan tes hiperoksia, dengan pulse oksimeter dapat
membantu tes. Neonatus sianosis tanpa distress yang jelas dengan SaO2 85% pada O2 100% diperlukan tes harus dikerjakan. Dengan analisis gas darah, bayi
yang bernapas dengan udara kamar yang diulang dg O2 100%, bila PaO2 >300
mmHg dg 02 100% normal, bila >150 mmHg penyakit paru, 50-150 mmHg curiga
jantung.
Faktor Risiko gangguan napas.
a. Maternal: Ibu DM, Hipertensi,preeklamsia,persalinan prematur, insufisiensiuteroplasenter yang menyebabkan IUGR, panggul sempit, penyakit ibu, uterus
bikornus.
b. Faktor Fetal: Prematur, oligohidramnion, gemelli, IUGR.c. Persalinan: perdarahan antepartum, hipoksia maternal, asfiksis neonatus, post
matur, aspirasi mekoneum, gangguan sirkulasi umbilikus.
d. Neonatus: TTN, difisiensi surfaktan ,
a. Transient Tachypneu (TTN)i. Terjadinya keterlambatan penyerapan cairan paru (pada SC,
prematuritas, DM), normal cairan terkompresi saat lahir (30%),
limfatik (30%) dan kapiler(40%)
ii. Bayi biasanya cukup bulan atau hampir, non-asphyxia, dan proseskelahiran yang singkat atau cesarean section.
iii. Distress respirasi muncul saat lahir, biasanya diakibatkan kebutuhanoksigen ringan sampai sedang (25-50%). Takipnea segera setelah lahir
(RR>80 x/mnt), merintih, napas cuping, retraksi dan sianosis,Perbaikan spontan.
-
7/27/2019 Distress Respiratory
13/24
13
iv. Px/ rongent thorax memperlihatkan corakan-corakan perihilar, dancairan pada fisura interlobar (cairan pada fissura interlobaris dan
cav.pleura serta gamb normal/hiperaerasi. 48-72 jam normal.)
(William, et all, 2007).
b. Sindrom Aspirasii. Bayi kemungkinan cukup bulan atau hampir , seringnya fetal distress
sebelumnya sampai kelahiran atau depressi saat kelahiran.
ii. Aspirasi cairan amnion yang tercampur mekoneum pada saatintrauterin atau intrapartum menyebabkan terjadinya obstruksi bronkial
dan pneumonitis. Darah atau mekonium biasanya (+) pada cairan
amnion, tetapi adakalanya cairan jernih
iii. Distress respirasi muncul saat lahir pada beberapa kasus denganmanifestasi barrel chest / dada tong, dan coarse breath sounds /
ronkhi kasar.
iv. Bila terjadi pneumonitis kebutuhan oksigen meningkat perlu intubasidan ventilasi. Komplikasi pneumotorak dan pneumomediastinum klinis
distress berat sampai gagal nafas.
v. Px/ radiography tampak coarse irregular infiltrate, hyperexpansion,lobar konsolidasi (pada kasus berat), kedua lap paru lebih
opak(atelektasis dengan konsolidasi), hiperinflasi (air trapping),
diameter AP torak bertambah, diafragma datar
vi. Pada beberapa kasus defisisensi surfaktan sekunder bisa terjadi, yangdiikuti perkembangan difus infiltrate homogen.
c. Pneumonia Kongenitali. bayi sesuai dalam masa kehamilan, dengan atau tanpa riwayat maternal
rupture lama dari membrane, chorioamnionitis, pemberian antibiotik
maternal. Awitan, 1-2 hari setelah persalinan
ii. Distress respirasi muncul saat lahir atau beberapa jam setelahkelahiran.
iii. Px/ rontgen thorax menyerupai cairan paru yang tertahan atau hyalinemembrane disease,jarang bentuk lobar infiltrate
-
7/27/2019 Distress Respiratory
14/24
-
7/27/2019 Distress Respiratory
15/24
15
hidung. Saat lahir bayi lahir dengan warna kulit dan nadi yang baik,
tapi saat menangis menjadi sianosis dan bradikardi, kembali lagi
dengan nafas normal.
ii. Obstruksi jalan nafas karakteristiknya terdapat bunyi stridor ataulemahnya pergerakan udara meskipun usaha pernafasan baik.
iii. Efusi pleura suspek pada hydropic infans (eritrobalstosis fetalis, ataunon immune hydrops). Space occupying lesion menyebabkan
pergeseran mediastinum dan suara paru asimetris dan tampak pada
gambaran radiograph thorax.
iv. Penyakit Membran Hialin (PMH)Penyebab gangguan napas terbanyak pd by prematur,
merupakan sindrome terdiri atas:a) pernapasan cepat >60x/menit, b)
retraksi,merintih dengan atau tanpa sianosis pada udara kamar, yang
memburuk dlm 48-96 jam pertama kelahiran.50% pada bayi dg BB
-
7/27/2019 Distress Respiratory
16/24
16
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah persalinan
premature, pemberian steroid antenatal pada ibu dengan ancaman
persalinan premature, mengelola ibu DM dengan baik.
III. PENATALAKSANAANPemberian oksigen untuk distress respirasi pada neonatal pemeliharaan PaO
2
60-70mmHg dan saturasi Sp O2
92-96%. Bila Sp O2
100mmHg
meningkatkan risiko toksisitas oksigen tanpa ada keuntungan tambahan. Oksigen
harus hangat, lembab, dan ada tempat pertukaran. Konsentrasi harus diukur dengan
kalibrasi oksigen analyzer. Jalur arteri umbilical atau perifer diperlukan jika FIO 2
>40% dalam 4-6jam.
Terapi suportif lainnya meliputi:
Infuse gula dan cairan. sebelum infeksi bisadisingkirkan dengan jelas, Perlu diperiksa kultur darah dan pemberian antibiotik broadspektrum
bisa dimulai.
Infuse normal saline dosis 10ml/Kg selama 30menit bisa diberikanuntuk tekanan darah randah, perfusi buruk, dan metabolik asidosis.
Sodium bikarbonat (1-2mEq/kg) bisa diberikan pada metabolicasidosis yang tidak berespon tehadap pemberian oksigen, ventilasi.
Intubasi dan ventilasi bila terjadi gagal nafas (PaO2
60mmHg, atau apneu berulang).
Positive end expiratory pressure (4-6cmH2
O), ventilates rate 20-50
nafas/menit. Goal pemeliharaan PaO2
60-70mmHg dan PaCO2
45-
55mmHg.
IV. PROGNOSISKebanyakan kondisi pada bayi cukup bulan adalah akut dan membaik beberapa hari.
-
7/27/2019 Distress Respiratory
17/24
17
B. INFEKSI NEONATUS
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan
pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit.
Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi
baru lahir mendapat imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga
berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai
imunitas.
I. PATOGENESISInfeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3
golongan, yaitu :
a. Infeksi AntenatalKuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang
janin melalui jalan ini ialah :
1. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalicinclusio
2. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )3. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria
monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta.
Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat
tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
b. Infeksi IntranatalInfeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih
utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi
intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari
vagina misalnya blenorea dan oral trush .
-
7/27/2019 Distress Respiratory
18/24
18
c. Infeksi PascanatalInfeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah.
Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal
ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk
kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan
ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda
khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan.
Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis
kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan
laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi,
kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan
permeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis
dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku
neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus
terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak
menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba tiba tingkah
lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan
diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi
pernapasan meningkat, berat badan tibatiba turun, pergerakan kurang, muntah
dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan,
ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau
dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia
dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu Not Doing Well
kemungkinan besar ia menderita infeksi.
-
7/27/2019 Distress Respiratory
19/24
19
II. PEMBAGIAN INFEKSI PERINATALInfeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
a. Infeksi berat ( major in fections ) :Sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis
akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan ( minor infection ) :Infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ),
moniliasis.
Sepsis Neonatal
Gejala sespis pada neonantus telah diterangkan pada diagnosis infeksi perinatal.
Dengan menemukan gejala tersebut, apalagi dari anamnesis diketahui terdapat
kemungkinan adanya infeksi antenatal atau infeksi maka tindakan yang dilakukan
ialah :
1. Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan darah dan uji
resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin (
sefotaksim ) dengan dosis 200 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis,
dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dosis awal 10 mg / kgbb / hari
intarvena, dilanjutkan dengan 15 mg / kgbb / hari atau dengan gentomisin 6 mg /
kgbb / hari. Pilihan kedua ialah ampisilin 300 400 mg / kgbb / hari intravena,
dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotriminazol 10 mg / kgbb / hari
intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg /
kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis ( dihitung berdasarkan dosis
trimetoprim ). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada
klorompenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg / kgbb / hari untuk mencegah
terjadinya syndrom Grey Baby dan pemberian sefalosporin serta
kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.
2. Pemeriksaan laboratorium rutin.
3. Biakan darah 2 uji resistensi.
4. Fungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.
5. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
-
7/27/2019 Distress Respiratory
20/24
20
III. PENCEGAHAN INFEKSIPencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi
baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka
imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi
terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di
bawah ini.
a. Prinsip Umum Pencegahan InfeksiDengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi
bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan
membantu mencegah penyebaran infeksi :
i. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.ii. Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan
infeksi.
iii. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.iv. Pakaipakaian pelindung dan sarung tangan.v. Gunakan teknik aseptik.
vi. Pegang instrumen tajam dengan hati hati dan bersihkan dan jika perlusterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
vii. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buangsampah.
viii. Pisahkan bayi yang menderita infeksi mencegah infeksi nosokomial.
IV. ASUHAN NEONATUS PENCEGAHAN INFEKSIBerikan perawatan rutin bayi baru lahir :
a. Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi stabil, gunakankain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan darah dan cairan
tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit.
Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum
usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.
b. Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi, atausesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air
hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
c. Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar untukmeyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.
-
7/27/2019 Distress Respiratory
21/24
21
C. KEJANG PADA NEONATUS
I. DEFINISI
Adalah kejang yang terjadi pada onset 12-48 jam kehidupan, umumnya tipe
karakteristiknya sesuai kumpulan gejala, penyebab tersering adalah HIE, perdarahan
intracranial, dan infeksi (William, et all, 20)
Adalah kejang yang timbul dalam masa neonates atau dalam 28 hari sesudah lahir
(FKUI, 2005).
II. ETIOLOGIOnset kejang neonates berdasarkan etiologi:
a. Hari 1-2 : HIE, perdarahan i.c, hipoglikemia, hipokalsemia dini.b. Hari 3-7 : Perdarahan intrakranial, infeksi, epilepsi, inborn error of metabolismc. Hari 7-10 : Hipokalsemia lambat.DD pada kejang neonates menurut William, et all, 2007 sesuai tabel.2
-
7/27/2019 Distress Respiratory
22/24
22
III. KLASIFIKASIMenurut Volpe (1977) membagi bentuk kejang pada bayi baru lahir sebagai
berikut:
1. Bentuk kejang yang hamper tidak terlihat (subtle) yang tidak disadarisebagai kejang
Terbanyak pada neonates berupa:
a. Deviasi horizontal bola matab. Berkedip-kedip/getaran kelopak matac. Gerakan pipi dan mulut seperti mengisap, mengunyaj, mengeacap dan
menguap
d. Apneu berulange. Gerakan tonik tungkai
2. Gerakan klonik multifocal (migratory)Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke anggota gerak
lainnya secara tidak teratur. Kadang-kadang karena kejang satu dengan lainnya
saling bersambungan dapat menyerupai kejang umum
3. Kejang TonikEkstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan fleksi kedua lengan
menyerupai keadaan dekortikasi
4. Kejang MioklonikBerupa gerakan fleksi seketika seluruh tubuh. Jarang terlihat pada neonates.
Jitterines
Sering dikaburkan dengan kejang neonates. Jiterines menyerupai gerakan tremor kasar
dengan amplitude yang sama. Dapat terlihat pada bayi normal atau dalam keadaan lapar atau
hipoglikemia, bayi dari ibu penderita DM atau bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Tabel.3. Perbedaan jitteriness dan kejang
jitteriness Kejang
Abnormalitas gerakan bola mata/ekstraokuler - +
Dapat timbul dengan rangsangan +
Gerakan dominan tremor Jerking
Dapat dihentikan dengan fleksi pasif + _
(FKUI, 2005)
-
7/27/2019 Distress Respiratory
23/24
23
IV. TERAPI Ventilasi dan perfusi yang adekuat Hipoglikemia
Kondisi bayi dengan kadar GDS
-
7/27/2019 Distress Respiratory
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus, Sudoyo, W, Aru, Bambang, Marcellius.Sinadibrata,K, Siti, Setiati. 2006.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III (4th
ed), Departemen Ilmu PenyakitDalam FKUI, Jakarta
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, 11th .
Infomedika. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ed.1st IDAI. Jakarta.
McPhee, Stephen.J., 2007. Current Medical Diagnosis & Treatment.(46th ed),
McGraw-Hill, USA.
Willian,W,Hay, J,R. Myron J.Levin, Judith M.Sondheimer, Robin R.Deterding,..
2007. Current Diagnosis & Treatmeant in Pediatrics. Ed.18th . McGrawHill.
New York. Lange