data sungai

22
PRAKTIKUM BIOLOGI PERAIRAN KARAKTERISKTIK KOMPONEN BIOTIK DAN ABIOTIK PADA EKOSISTEM SUNGAI KAYANGAN, KULON PROGO By : Anggrek Sinta Sari 11317244001 Jelita Alviolina N 11317244004 Tini Adiatma 11317244008 Diska Alfionita D 11317244014 Dodi Cahyadi 11317244024 INTERNATIONAL BIOLOGY EDUCATION FACULTY OF MATEMATIC AND SCIENCE YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY 2013

description

sungai

Transcript of data sungai

Page 1: data sungai

PRAKTIKUM BIOLOGI PERAIRAN

KARAKTERISKTIK KOMPONEN BIOTIK DAN ABIOTIK PADA EKOSISTEM SUNGAI KAYANGAN, KULON PROGO

By :

Anggrek Sinta Sari 11317244001

Jelita Alviolina N 11317244004

Tini Adiatma 11317244008

Diska Alfionita D 11317244014

Dodi Cahyadi 11317244024

INTERNATIONAL BIOLOGY EDUCATION

FACULTY OF MATEMATIC AND SCIENCE

YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY

2013

Page 2: data sungai

A. TUJUAN

1) Mengetahui komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem perairan di sungai

Kayangan

2) Menganalisis hubungan antara komponen biotik dan abiotic yang terdapat di

sungai Kayangan

B. DASAR TEORI

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu badan

air tergenang (standing water atau lentik) dan badan air mengalir (flowing water atau

lotik). (Anggraini 2007). Ekosistem perairan mengalir merupakan perairan terbuka

yang dicirikan dengan adanya arus dan perbedaan gradien lingkungan serta interaksi

antara faktor biotik dan abiotik (Sutrisno, 1991).

Salah satu bentuk dari perairan mengalir adalah sungai. Sungai adalah suatu

perairan terbuka, memiliki arus, adanya perbedaan gradien lingkungan, serta masih

memiliki pengaruh-pengaruh daratan. Sungai memiliki beberapa ciri antara lain :

memiliki arus, resident time (waktu tinggal arus) cepat, organisme yang ada memiliki

adaptasi biota khusus, substrat umumnya berupa batu, kerikil, pasir, dan lumpur, tidak

terdapat stratifikasi suhu dan oksigen, serta sangat mudah mengalami pencemaran dan

mudah pula menghilangkannya (Odum, 1993).

Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai

memiliki arus yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki

organisme yang berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke

longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu

dan kemudian mengarah ke hilir (Effendi 2003).

Ekosistem sungai adalah ekosistem air tawar yang bergerak atau berarus

(lotik). Sungai memiliki ciri khas yang sedikit berbeda dengan ekosistem air tawar

lainya. Arus sungai yang cukup deras mengakibatkan O2 yang terlarut menjadi tinggi.

Perbedaan air sungai dan air laut adalah dalam kandunganya 96,5% air laut berupa air

murni dan 3,9% zat terlarut, khusunya garam. Sedangkan air sungai tidak

mengandung garam (Rodi, 2008). Air sungai yang mengalir membuat plankton tidak

bisa berdiam dan akan terbawa arus sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari

ganggang yang melekat, sehingga dapat mendukung rantai makanan (Odum, 1993)..

Dalam hal ini, praktikum ekosistem sungai bertujuan untuk mempelajari

karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya. Selain itu untuk

Page 2

Page 3: data sungai

mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisik, kimia dan

beberapa parameter lingkungan dengan populasi biota perairan. Dan terakhir untuk

mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan.

Daerah aliran sungai memiliki peran terhadap kelangsungan ekosistem air

sungai mengandung redimen hasil erosi yang cukup besar dan juga pelutan lain yang

berasal dari limbah rumah tangga. Minimnya luas hutan yang menyebabkan sedimen

pada air sungai terpengaruh. Pengelolaan sumber air sangat penting agar dapa

dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang di inginkan. Salah satu

langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interprestasi data

kualitas air.

1. Parameter Fisika

a. Kecerahan

Dalam hal ini kecerahan merupakan parameter fisika yang

berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi cahaya yang

masuk ke dalam aliran sungai. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat

yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik

dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur

dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor

pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran

kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (E. P. Odum, 1971).

Menurut Akrimi dan Subroto (2002),menyatakan bahwa kecerahan air

berkisar antara 40-85 cm,tidak menunjukkan perbedaan yang besar.Kecerahan

pada musim kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80

cm,kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.

Berdasarkan intensitas cahaya perairan Bahari secara verttikial bibagi menjadi

3 wilayah,yaitu zona Eupoti, zona disfotik dan zona Afotik.

b. Suhu

Menurut Maire dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa suhu secara

ekologi akan mempengaruhi penyebaran (distribusi) spesies. Karena

organisme cenderung menempati lingkungan yang bersuhu sesuai bagi

kehidupannya. Suhu secara fisiologi dapat mempengaruhi berbagai aktivitas

biologi di dalam sel. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang

(latitude) waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran air,

Page 3

Page 4: data sungai

serta kedalaman badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan

viscusitas, rekasi kimia, evaporasi dan volansisasi. Peningkatan suhu ini

disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen

melakukan proses metabolisme dan respirasi. Ikan akan mengalami

kerentanan tehadap penyakit pada suhu  yang kurang optimal. Fluktuasi suhu

yang terlalu beasr akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan

kematian pada ikan (Pratama, 2009)

c. Kedalaman

Kedalaman suatu ekosistem perairan dapat bervariasi tergantung pada

zona kedalaman dari suatu perairan tersebut, semakin dalam perairan tersebut

maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Penetrasi

cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona

fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.

d. Tipe Substrat

Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan

kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup

merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau

lingkungan tempat hidup.

Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh

kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai

sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang

selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya,

tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.

e. Kecepatan Arus

Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar

yang keras, terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan perubahan yang

cocok untuk organisme (flora & fauna) untuk menempel & melekat dan

membedakan antara perairan tergenang dan perairan mengalir. Fungsi

mengukur kecepatan yaitu untuk mengetahui kecepatan yang terletak dibagian

hulu (Odum,1988).

Page 4

Page 5: data sungai

2. Parameter Biologi

a. Benthos

Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada

dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi

pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti ( siput )

(E. P. Odum, 1971).

Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai

petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang

masuk ke habitatnya. Organisme yang termasuk makrozoobentos

diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca,

Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya :

Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1

mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata,

sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang

memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda,

copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera.

Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari

0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellate.

b. Periphyton

Perifiton merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung

pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. Dan bentos adalah hewan

dan tumbuhan yang hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat)

atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Perifiton merupakan

hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu

perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton

adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang

tenggelam. Dalam perairan mengalir perifiton melekat pada substrat yang

kokoh yang ada di sungai seperti batu, batang kayu, atau masa daun (E. P.

Odum, 1998).

c. Nekton

Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan

yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat

Page 5

Page 6: data sungai

tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi

perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara

keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang dan

pencernaan.

d. Neuston

Neuston merupakan organisme yang mengapung atau berenang di

permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.

e. Plankton

Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan

air dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan

hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air. Plankton terdiri

atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak

pasif) mengikuti gerak aliran air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton

dan Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan

dinoflagelata. Zooplankton biasanya terdiri atas rotifera, cladocera,

copepoda. Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya

terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya

sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).

3. Parameter Kimia

Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan

salinitas atau derajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup

didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air

memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya

< 7, dikatan basa jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan

tersebut dikatakan seimbang (Purba, Michael. “Sains Kimia” .1994).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat yang dibutuhkan :

Luxmeter Turbidimeter

Page 6

Page 7: data sungai

Thermometer

Penggaris atau meteran

Stopwatch

Plastic

Porusitas

Hygrometer

Kamera

ATK

Plankton net

Botol flakon

Gallon

Ember

Jarring

Gambar segitiga

struktur tanah

Tabung reaksi

2. Bahan yang digunakan :

pH stick

formalin 4%

D. CARA KERJA

1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini.

2) Mengamati dengan cermat komponen biotik apa saja yang terdapat di sungai

tersebut termasuk hewan ataupun tumbuhan, jenis-jenisnya serta jumlahnya.

a. Mengamati komponen biotik baik tumbuhan maupun hewan (plankton,

bentos, nekton, perifiton dan neuston bila perlu)

b. Menghitung jumlah spesiesnya.

c. Mencantumkan data yang diperoleh ke dalam tabel.

d. Mengamati cara hidup dan pola kehidupannya.

Bentos

Menangkap bentos di dasar perairan dengan mengeruk substrat dasar

menggunakan sekop. Kemudian menampung spesimen di dalam

ember.

Nekton

Menangkap nekton yang bergerak aktif di bagian dalam perairan

dengan menggunakan jaring dengan ukuran lubang yang kecil.

Neuston

Page 7

Page 8: data sungai

Menangkap neuston yang berada di permukaan perairan dengan

menggunakan jaring.

Perifiton

Pengambilan contoh perifiton dilakukan dengan memotong 2 (dua)

lembar daun pada hidrofita untuk tiap transek di setiap substasiun

untuk semua stasiun. Contoh perifiton diambil dengan cara mengerik

permukaan daun di ujung, di tengah, dan di pangkal daun. Disaring

menggunakan plankton net. Perifiton yang diperoleh dimasukkan ke

dalam botol sampel, diberi label. Kemudian contoh perifiton diamati

menggunakan mikroskop dengan 3 (tiga) kali ulangan dan

diidentifikasi berpedoman pada buku identifikasi.

Plankton

Pengambilan plankton dilakukan dengan cara mengambil 15 liter air

sungai dengan menggunakan galon atau ember kemudian

menyaringnya dengan plankton net atau stocking. yang tersaring (yang

ada di pplankton net) kemudian dimasukkan ke dalam botol flakon,

lalu di beri air. Adapun air hasil saringan tadi tidak perlu di buang,

karena nantinya dapat digunakan untuk mencuci perifiton yang didapat

atau hewan lainnya.

3) Jenis Substrat Dasar

Mengambil substrat dasar sungai, memasukkannya ke dalam tabung reaksi.

Mengukur tinggi sustrat dasar di dalam tabung reaksi. Mengocok tabung

reaksi kemudian mendiamkannya sejenak hingga mengendap dan terbentuk 3

lapisan. Mengukur ketinggian tiap-tiap lapisan. Membandingkannya dengan

segitiga struktur tanah.

4) Mengukur intensitas cahaya matahari yang mengenai sungai dengan lux

meter:

a. Menghidupkan lux meter dengan menekan tombol on pada lux meter.

b. Mengarahkan sensor cahaya yang ada pada lux meter ke arah sumber

cahaya di daerah stasiun yang telah ditentukan.

c. Mengamati angka yang muncul pada layar lux meter dan mencatatnya

dalam skala lux.

Page 8

Page 9: data sungai

d. Melakukan 3 kali pengulangan di tempat yang berbeda di dalam area

stasiun.

e. Menghitung rata-rata dari ke tiga hasil pengulangan tersebut.

5) Mengukur suhu tanah dan air sungai dengan thermometer di DAS :

a. Menancapkan thermometer di tanah kawasan DAS.

b. Menunggu hingga skala stabil.

c. Mencatat suhu dalam satuan derajat Celcius.

6) Mengukur tingkat kekeruhan air sungai dengan turbidimeter :

a. Merangkai alat turbidimeter.

b. Menghidupkan alat dengan menekan tombol on atau power.

c. Memasukkan ujung sensor kedalam air untuk mengukur tingkat kekeruhan

air.

d. Mengamati angka yang muncul pada layar turbidimeter.

e. Mencatat angka dalam satuan gr/L.

7) Mengukur pH air sungai dengan pH stick :

a. Menentukan pH stick hingga seluruh petak warna pH stick tercelup air.

b. Mengangkat pH stick dari air dan menunggu beberapa saat.

c. Mencocokkan warna pH stick dengan indicator warna pada tempat pH

stick dengan warna yang paling seseuai (sama).

d. Mencatat angka pH yang ditunjukkan pada indicator

8) Mengukur kedalaman dengan penggaris atau meteran :

a. Melakukan pengukuran kedalaman air dengan jarak 1 meter dari batas

DAS (lateral).

b. Melanjutkan 2 dan 3 meter dari batas DAS.

c. Merata-rata hasil dari ketiga pengukuran dan mencatatnya.

9) Mengukur kecepatan arus pada masing-masing sungai :

a. Menentukan dua titik dengan jarak satu sama lain 2 meter dan menandai

kedua titik tersebut.

b. Menjatuhkan daun ke salah satu titik bersamaan dengan menghidupkan

stopwatch.

c. Setelah daun berjalan mengikuti arus air mencapai titik kedua, maka

secara bersamaan mematikan stopwatch.

d. Mencatat lama waktu yang dibutuhkan daun dari titik satu menuju titik

kedua.

Page 9

Page 10: data sungai

e. Menghitung kecepatan arus dengan rumus v = s / t

Keterangan :

- v = kecepatan arus = kecepatan daun (m/s)

- s = jarak yang ditempuh oleh daun (m)

- t = lama waktu yang dibutuhkan daun (s)

E. TABULASI DATA

Attached

F. PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum biologi perairan tentang perairan lotik yaitu ekosistem

sungai ini di lakukan di Sungai Kayangan, Kulon Progo. Aktivitas yang dilakukan di

sungai tersebut yaitu mengukur faktor abiotic dan mengamati faktor biotic yang

terdapat di sekitar sungai tersebut. Sungai tersebut umumnya bersubstrat berpasir,

sedikit berlumpur. Disekitar sungai ini banyak terdapat kerikil dan banyak batu.

Sungai ini juga biasa digunakan warga sekitar untuk keperluan sehari-hari seperti

mandi, minum, bermain anak-anak dan sebagainya. Pada kegiatan ini, terdapat 4

stasiun yang harus diamati. Di setiap stasiun mempunyai jarak yang agak jauh satu

dengan lainnya. Pada setiap stasiun, pengukuran faktor abiotic dilakukan 3 kali di

bagian yang berbeda.

Berdasarkan kegiatan tersebut dihasilkan data, yaitu sebagai berikut.

1. Stasiun 1

Pada stasiun 1 terdapat 3 sub stasiun yang masing-masing mempunyai jarak

yang agak jauh. Pada sub stasiun 1 mempunyai suhu air 26,7oC, sub stasiun 2

mempunyai suhu air sebesar 27,7 oC dan sub stasiun 3 sebesar 27,8 oC. Pola

temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya

matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian

geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh vegetari) dari pepohonan yang

tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering, 1990, dalam Barus, 2010). Temperatur pada

stasiun 1  tergolong agak dingin karena lokasi sungai yang berada pada pegunungan

atau dataran tinggi. Selain itu juga bantaran sungai yang rindang.  Sehingga membuat

lingkungan sejuk karena oksigen yang dihasilkan pepohonan. Selain itu suhu

merupakan variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik karena

Page 10

Page 11: data sungai

mempengaruhi aktivitas metabolisme kehidupan. Suhu menjadi faktor pembatas

dalam ekosistem perairan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Suhu

perairan berasal dari radiasi matahari yang mengalami perubahan transformasi energi

cahaya dari matahari berubah menjadi energi panas sehingga mempengaruhi suhu di

perairan (Izmiarti, 1990 dalam Alma Sina, 2005). Kedalaman sungai pada stasiun 1

berturut-turut pada setiap sub stasiun yaitu 38 cm, 37,3 cm dan 68,6 cm. Kedalaman

perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Sementara

lebar sungai pada sub stasiun 1 sepanjang 925 cm, stasiun 2 sepanjang 555 cm dan

untuk stasiun 3 sepanjang 345 cm. Kemudian, kecepatan arus merupakan ciri utama

perairan lotik yang sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan. Kecepatan arus

sungai di stasiun I di masing-masing stasiun berturut-turut adalah 9,16 m/s, 8,11 m/s

dan 4 m/s. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang

bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan.

Pada perairan letik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m/s. Meskipun

demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena

arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari

fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada. Kecepatan arus sungai

dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan

sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang

selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati,

2006). Sedangkan kekeruhan air sungai di stasiun I yaitu pada sub stasiun 1 sebesar

15 mg/l, pada stasiun 2 sebesar 25 mg/l dan stasiun 3 sebesar 5,6 mg/l. Kekeruhan

pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan

tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang

terletak oleh aliran air pada saat hujan. Pada stasiun ini sedikit berpasir, banyak kerikil

dan bebatuan.

Derajat keasaman pada stasiun 1 berturut-turut pada setiap stasiun yaitu

sebesar 6,7; 6,5 dan 6,1. Tinggi atau rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa /

kandungan dalam air tersebut. Faktor yang mempengaruhi pH air yaitu sisa-sisa pakan

dan kotoran yang mengendap di dasar sungai. Selain itu juga berasal dari kandungan

CO2 yang tinggi hasil pernafasan (terjadi menjelang fajar sampai pagi hari). Substrat

dasar pada sub stasiun 1 berupa pasir, pada sub stasiun 2 berupa pasir dan sedikit

berbatu dan untuk sub stasiun 3 substrat dasarnya berupa pasir. Kedalaman dan

Page 11

Page 12: data sungai

kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-

beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada

umumnya. Intensitas cahaya yang terukur pada stasiun 1 yaitu pada sub stasiun 1

sebesar 245 lux, pada sub stasiun 2 sebesar 527 lux dan pada sub stasiun 3 sebesar

19,6 lux. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi suhu air di sungai tersebut.

Faktor biotic ……………………………………………..

2. Stasiun 2

Pada stasiun 2, sama dengan stasiun 1 yaitu dibagi menjadi 3 sub stasiun. Pada

stasiun 2 terdapat air terjun atau grojogan kecil sebagai sub stasiun 2. Keadaan stasiun

ini lumayan rindang karena banyak pohon di sekitar sungai dan juga bebatuan besar.

Suhu air yang terukur pada sub stasiun 1 yaitu sebesar 28oC, pada sub stasiun 2

sebesar 27 oC dan sub stasiun 3 sebesar 27,6 oC. Suhu di perairan ini dipengaruhi oleh

penyerapan panas (heat flux), curah hujan (prespiration), aliran sungai (flux) dan pola

sirkulasi air. Suhu air juga dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman sungai. Air

yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu

perairan. Sementara kedalaman sungai yang dapat mempengaruhi suhu air sedalam 4

cm pada sub stasiun 1, pada sub stasiun 2 sedalam 41,6 cm dan sedalam 5 cm pada

sub stasiun 3. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di

samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut

dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material

partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan

di perairan atau dapat dikatakan mempengaruhi kedalaman sungai. Derajat keasaman

(pH) pada stasiun 2 pada setiap sub stasiunnya yaitu 6. pH air di sungai yang

termasuk ke dalam asam disebabkan karena adanya pertambahan bahan-bahan

organik yang dapat membebaskan karbondioksida sehingga terjadi peningkatan dan

penurunan bilangan pH akibat terbentuknya garam karbonat dari ikatan antara CO2

dengan molekul air. Selain itu, derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia

yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen

tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan.

Sementara untuk lebar sungai sepanjang 150 cm pada sub stasiun 1, 300 cm pada sub

stasiun 2 dan pada sub stasiun 3 sepanjang 57 cm. Lebar sungai sangat mempengaruhi

kecepatan arus pada sungai tersebut. Pada stasiun 2 terukur kecepatan arus pada setiap

Page 12

Page 13: data sungai

sub stasiun berturut-turut yaitu sebesar 4,32 m/s, 7,24 m/s dan 10,02 m/s. Kecepatan

arus akan mempengaruhi jenis dan sifat organisme yang hidup di perairan tersebut.

Kecepatan aliran air (arus) pada permukaan sungai akan berbeda dengan kecepatan

aliran di dasar sungai. Aliran air di dasar sungai kecepatannya jauh lebih lambat bila

dibandingkan dengan kecepatan di permukaan. Perbedaan kecepatan aliran air

tersebut dapat terlihat dalam adaptasi organisme yang hidup di sungai. Untuk

kekeruhan air pada stasiun 2 yaitu berturut-turut sebesar 25 mg/l, 6 mg/l dan 4 mg/l.

Kekeruhan air terutama disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari

ukuran koloid sampai dispersi kasar. Nilai kekeruhan pada perairan alami merupakan

salah satu faktor penting untuk mengontrol produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi

akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari oleh karenanya dapat membatasi

proses fotosintesis sehingga produktivitas primer perairan cenderung akan berkurang.

Substrat dasar pada stasiun 2 berupa pasir pada sub stasiun 1, pada stasiun 2 berupa

batuan dan sedikit berpasir, dan pada sub stasiun 3 berupa batuan. Tipe substrat pada

ekosistem perairan dapat berpengaruh pada jenis biota yang hidup, terutama bentos.

Tipe substrat juga dipengaruhi oleh parameter lain seperti arus. Intensitas cahaya yang

terukur pada stasiun 2 yaitu berturut-turut pada setiap sub stasiun sebesar 801 lux, 759

lux dan 93 lux.

Faktor biotic …………………………………..

G. KESIMPULAN

Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir dalah suatu ekosistem perairan yang

di dalamnya terdapat adanya arus. Sedangkan perairan pada sungai termasuk ke dalam

perairan lotik karena mengalir. Karakteristik sungai berbeda-beda. Karakteristik sungi

tambak bayan adalah sungai yang tenang, dan bersih. Karakteristik sungai meliputi

pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi dan sedimentasi dengan kecepatan arus

sebagai faktor pembatasnya. Setiap parameter fisik, biologi dan kimia selalu

berhubungan dan menimbulkan dampak atau pengaruh pada rendah dan tingginya

nilai parameter tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13

Page 14: data sungai

Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan

Tawar. Malang: Universitas Brawijaya

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Fauzi, M. 2001. Faktor Fisika dan Kimia Air Sungai. Riau: Universitas Riau

Haslam, S. M. 1995. River Pollution and Ecology Perspective. Chichester, UK: John Wiley

and Sons

Marsono. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Air. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknik

Lingkungan (STTL)

Odum, E.P. 1988. Dasar-Dasar Ekologi. Yogkayarta: Gadjah Mada University Press

SITH. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Page 14