Case 1 Nico AMC Dr.mpf

27
Laporan Kasus I Astigmatisma Miopia Compositum ODS + Presbiopi Oleh: Nico Michael Muliawan 11-2014-211 Pembimbing : dr.Margrette PF, Sp.M, MSc Fakultas Kedokteran UKRIDA Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Periode 5 Oktober s/d 7 November 2015 RS Family Medical Center (FMC), Sentul

description

Astigmat Miop Compositus

Transcript of Case 1 Nico AMC Dr.mpf

Page 1: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

Laporan Kasus I

Astigmatisma Miopia Compositum ODS + Presbiopi

Oleh:Nico Michael Muliawan

11-2014-211

Pembimbing :

dr.Margrette PF, Sp.M, MSc

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

Periode 5 Oktober s/d 7 November 2015

RS Family Medical Center (FMC), Sentul

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk –Jakarta Barat

Page 2: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/Tanggal Ujian/Prese ntasi Kasus : Agustus 2015

SMF ILMU PENYAKIT MATARumah Sakit Family Medical Center-Sentul

Tanda Tangan

Nama : Nico Michael Muliawan ……………...

NIM : 11-2014-211

Dr. Pembimbing : dr. Margrette PF, Sp.M, MSc -------------------

STATUS PASIEN

IDENTITAS

Nama : Ny. WM

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

Alamat : Pondok aren, jalan bali no.165Tanggal Pemeriksaan : 13 Oktober 2015

ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2015

Keluhan Utama:

Melihat jauh terasa buram

Keluhan Tambahan:

-

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan buram saat melihat jauh sejak 1 bulan

SMRS.Buram perlahan, tidak mendadak. Pusing juga dirasa, saat melihat benda tidak

lurus seperti seharusnya. Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan kacamata baca

Page 3: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

yang ia gunakan sudah tidak nyaman lagi. Pasien sudah menggunakan kaca mata baca

sejak 3 tahun yang lalu. Kacamata yang pasien pakai, ia beli sendiri di optik dengan

ukuran S+1.00 kanan kiri. Pasien belum pernah memeriksakan matanya ke dokter

mata. Selain itu pasien juga mengeluhkan matanya terkadang berair saat membaca.

Keluhan mata terasa gatal, ada kotoran , dan pandangan kabur disangkal oleh pasien.

Pasien juga menyangkal adanya riwayat trauma pada mata dan riwayat alergi. Pasien

menyangkal mempunyai penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan asma.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Umum

- Hipertensi (-)

- Diabetes Melitus (-)- Asma (-)- Jantung (-)- Alergi (-)

b. Mata

- Riwayat sakit mata sebelumnya : Tidak ada

- Riwayat penggunaan kaca mata : Ada ( 3 tahun)

- Riwayat operasi mata : Tidak ada

- Riwayat trauma mata sebelumnya : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:

Penyakit mata serupa : tidak ada

Penyakit mata lainnya : tidak ada

Asthma : tidak ada

Alergi : tidak ada

Riwayat Kebiasaan:

Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Page 4: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80mmHg

Nadi : 86 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : 36.7oC

Kepala/leher : Pembesaran KGB tidak ada

Thorax, : Simetris statis dinamis

Jantung : BJ 1 – BJ 2 murni reguler, gallop (-)

Paru : WH (-/-) , RH (-/-)

Abdomen : BU ( + )

Ekstremitas : akral hangat

STATUS OPTHALMOLOGIS

Visus 0,25

PH : 0,8

0,25

PH :0,8

Kedudukan Bola

Mata

Orthoforia

Gerakan Bola Mata

Segmen Anterior

silia

Palpebra superior

Palpebra inferior

Konjungtiva tarsus

superior

Konjungtiva tarsus

Trichiasis (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Papil (-) folikel (-)

Papil (-) folikel (-)

Trichiasis (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Papil (-) folikel (-)

Papil (-) folikel (-)

Page 5: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

inferior

Konjungtiva bulbi

Kornea

Bilik Mata Depan

Iris

Pupil

Lensa

Injeksi (-)

Jernih

Jernih

Kripta iris normal

Bulat, RC (+)

Jernih

Injeksi (-)

Jernih

Jernih

kripta iris normal

bulat, RC (+)

jernih

Koreksi kacamata pada pemeriksaan Objektif

Dextra ; Sinistra:

S : - 1.00 S : -0.75

C : - 0.50 C : - 0.75

A : 112” A :89”

Pemeriksaan subjektif

Dextra : Sinistra :

S : - 1.50 S : - 1.25

C : - 0,75 axis 900 C : - 0,75 axis 1000

add + 2.25 1.0 add + 2.25 1.0

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

Page 6: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

RESUME

Anamnesis

Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke poli klinik mata RS

FMC dengan keluhan buram saat melihat jauh 1 bulan SMRS. Pasien juga

mengeluh pusing. Kacamata baca yang ia gunakan sudah tidak nyaman sejak 1

bulan SMRS. Sebelumnya pasien memakai kacamata dengan S+1.00 tanpa Sferis

negatif. Pasien belum pernah memeriksakan matanya ke dokter mata. Selain itu

pasien juga mengeluhkan matanya sering berair saat membaca.

Dari status oftalmologis didapatkan :

OD OS

0.25 ph 0.8

S -1.50 C-0.75x90 add+2.251.0

Visus 0.25 ph 0.8

S -1.25 C-0.75x100 add+2.251.0

DIAGNOSIS KERJA

Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan pandangan buram secara perlahan dan

pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan penurunan visus namun masih membaik saat

diberikan pinhole dan dikoreksi, maka pasien didiagnosis astigmatismat miopia compositum

+ presbiop ODS , karena tidak didapatkan kelainan pada media refraksi serta didapatkan

sferis lebih tinggi dibandingkan dengan astigmat dan umur pasien lebih dari 40 tahun.

PEMERIKSAAN ANJURAN

- Tidak ada

PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa:

- Kacamata : OD: S -1.50 C-0.75x90 add+2.251.0

OS: S -1.25 C-0.75x90 add+2.251.0

EDUKASI

- Hindari mengucek mata dengan tangan

- Gunakan kacamata setiap saat kecuali saat mandi dan tidur

PROGNOSIS

OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)

Ad Vitam : ad bonam ad bonam

Ad Fungsionam : ad bonam ad bonam

Ad Sanationam : ad bonam ad bonam

Page 7: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Mata

Bola mata (bulbus oculi terdapat di dalam rongga orbita yang melindungi bola mata.

Bola mata digerakkan oleh otot okular. Struktur lain yang berhubungan dengan mata yaitu

otot, fasia, alis mata, kelopak mata, konjungtiva, dan apparatus lacrimal.1,2

Bola mata diselubungi oleh lemak, tetapi terdapat selubung membranosa yang

memisahkan bola mata dari lemak yaitu fascia bulbi. Mata terbagi menjadi dua segmen yaitu

segmen anterior yang transparan dan merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior

yang merupakan 5/6 bagian bola mata. 3-5

Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu konjungtiva, kornea,

sklera, iris, aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar, vitreus humor, choroid, retina, dan saraf

optik. 4,5

Gambar 1. Anatomi mata, potongan melintang. (www.merck.com)

Kelainan Refraksi

Definisi

Gangguan refraksi (ametropia) merupakan gangguan yang terjadi dimana sinar paralel

yang masuk pada mata yang tidak berakomodasi tidak terfokus pada retina. Yang termasuk

gangguan refraksi yaitu miopia, hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia terjadi

Page 8: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

karena cahaya yang datang berfokus di depan retina sedang hiperopia terjadi karena cahaya

berfokus di belakang retina. Astigmatisma terjadi jika cahaya yang masuk ke mata tidak

disokuskan pada satu titik fokus. Astigmatisma dapat terjadi karena gangguan pada kornea,

lensa, atau retina. Namun yang paling sering adalah karena gangguan pada kornea. Presbiopia

adalah kondisi penurunan daya akomodasi karena usia tua. Gangguan refraksi yang dikatakan

ringan sampai sedang adalah miopia yang kurang dari 6.0 D, hiperopia yang kurang dari 3.0

D, dan astigmatisma regular yang kurang dari 3.0 D. jika lebih dari batasan tersebut

dikelompokkan sebagai gangguan refraktif berat. 1,4,5

Pembagian Kelainan Refraksi

Miopia atau rabun dekat, titik fokus berada di depan retina karena korneanya terlalu

cembung, panjang sumbu axial terlalu panjang, atau keduanya. Objek yang jauh tampak

kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas. Untuk mengoreksi miopia

digunakan lensa cekung. Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina

karena korneanya terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek yang jauh

tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas. Penderita dengan

hiperopia ringan masih dapat melihat jelas karena kemampuan berakomodasinya. Untuk

mengoreksi hiperopia digunakan lensa cembung. Astigmatisma disebabkan karena sinar dari

arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan

kelengkungan kornea yang bervariasi. Lensa silindris digunakan untuk mengoreksi

astigmatisma. Presbiopia adalah hilangnya kemampuan lensa untuk mengubah bentuk dalam

memfokuskan bayangan karena usia. Biasanya mulai dikeluhkan pada usia 40 tahun ke atas.

Lensa yang dipakai untuk mengoreksi kelainan ini adalah lensa bifokal. 1,4,5

Anisometropia adalah kelainan dimana perbedaan dioptri antara kedua mata

signifikan (biasanya lebih dari 3 dioptri). Jika dikoreksi dengan kacamata maka terjadi

kesulitan fusi bayangan atau supresi salah satu bayangan. 1,6

Miopia

Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang

berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di

depan retina dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan miopia akan menyatakan

melihat lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh.

Pasien miopia mempunyai punctum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang

dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan

Page 9: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan

terlihat juling ke dalam atau esotropia.1,4,6

Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti

degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer,dengan miopik kresen pada papil saraf

optik. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata sferis

negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi

dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25, maka

sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik

sesudah dikoreksi.1,4

Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, derajat, dan usia ketika terjadi.3

Berdasarkan klinis miopia dibedakan menjadi miopia simpleks, nokturnal,

pseudomiopia, degeneratif, atau terinduksi. Miopia simpleks terjadi karena gangguan pada

kekuatan optik kornea atau lensa ataupun yang lebih jarang karena panjang aksial bola mata

yang berlebihan. Miopia simpleks merupakan bentuk yang paling sering dan biasanya kurang

dari 6 dioptri. Miopia nokturnal terjadi karena kurangnya cahaya sehingga mata

berakomodasi lebih kuat dan terjadi gangguan kontras untuk stimulus akomodasi pada

keadaan gelap tersebut. Pseudomiopia terjadi karena peningkatan kemampuan refraktif akibat

overstimulasi akomodasi mata atau spasme otot siliar. Miopia degeneratif terjadi karena

perubahan degeneratif segmen posterior biasanya sering akibat sekuela retinal detachment

atau glaukoma. Miopia induksi terjadi akibat paparan obat, gula darah, atau sklerosis nuklear

lensa yang biasanya reversibel. 1,3

Berdasarkan derajat miopia dibagi menjadi ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri),

atau berat (lebih dari -6 dioptri).3,5

Berdasarkan onset terjadinya miopia dibedakan menjadi kongenital (terjadi pada

bayi), miopia onset muda (pada pasien <20 tahun), onset waktu dewasa muda (20-40 tahun),

dan dewasa lanjut (>40 tahun).5

Faktor resiko terjadinya miopia adalah terdapat riwayat keluarga yang menderita

miopia, terdapat miopia waktu retinoskopi nonsikloplegik pada bayi, penurunan emetropia

waktu masuk sekolah, esoforia dekat, gangguan kurvatura kornea, aksis yang terlalu panjang,

dan gangguan temporer retina waktu anak-anak. 1,5,6

Page 10: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

Etiologi yang mungkin untuk miopia simpleks adalah diturunkan dari orang tua atau

melihat dekat yang terlalu sering, untuk miopia nokturnal karena level signifikan untuk

akomodasi fokus gelap, pada pseudomiopia karena gangguan akomodasi, eksoforia berat,

atau agen agonis kolinergik. Pada miopia degenerasi karena diturunkan, retinopati, dan

gangguan cahaya ketika melewati media okular. Pada miopia terinduksi karena katarak yang

berhubungan dengan ketuaan, kadar gula adrah yang tinggi, atau paparan obat seperti

sulfonamide. 1,5,6

Gejala yang banyak dikeluhkan adalah pandangan kabur. Penglihatan untuk jauh

kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak

pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam

posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga

posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila

terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia

pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang

disebut strabismus divergen (eksotropia).5

Tanda yang dijumpai pada pemeriksaan untuk miopia simpleks adalah pada segmen

anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang

ditemukan bola mata yang agak menonjol dan pada segmen posterior biasanya terdapat

gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia (myopic cresent) yang ringan di

sekitar papil saraf optik. Pada miopia patologik dapat dijumpai gambaran pada segmen

anterior serupa dengan myopia simpleks sedang gambaran yang ditemukan pada segmen

posterior berupa kelainan-kelainan pada

Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang

terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.

Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas

hubungannya dengan keadaan myopia

Papil saraf optic: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih

pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh

lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi

dan pigmentasi yang tidak teratur

Makula: berupa pigmentasi, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina pada

daerah makula

Page 11: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian perifer

Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai

fundus tigroid.1,3,5

Untuk mengoreksi miopia digunakan lensa cekung agar sinar jatuh tepat pada

retina.

Hiperopia

Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina karena korneanya

terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek yang jauh tampak kabur, tapi

pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas. Penderita dengan hiperopia ringan masih

dapat melihat jelas karena kemampuan berakomodasinya. 1,3,5

Mata hiperopik lebih pendek daripada normal. Cahaya dari objek jarak dekat

(misalnya ketika membaca buku), tidak dapat terfokus secara jelas pada retina.5

Bayi dan anak-anak cenderung mengalami hipermetropia ringan. Sejalan dengan

spertumbuhan dan bertambah panjangnya mata, hipermetropia semakin berkurang.1,5

Astigmatisma

Astigmatisma adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur karena sinar dari

arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan

kelengkungan kornea yang bervariasi. Astigmatisma ringan dapat tanpa gejala namun

astigmatisma yang berat dapat menyebabkan penglihatan kabur, mata lelah, dan sakit

kepala.1,7

Presbiopia

Pada usia muda, lensa mata masih lunak dan lentur, sehingga bentuknya bisa berubah-

ubah guna memfokuskan objek dekat dan objek jauh. Setelah berusia 40 tahun, lensa

menjadi lebih kaku. Lensa tidak dapat dengan mudah merubah bentuknya sehingga lebih sulit

untuk membaca pada jarak dekat. Hal ini merupakan suatu keadaan yang normal, yang

disebut dengan presbiopia. Presbiopia bisa terjadi bersamaan dengan miopia, hiperopia

maupun astigmatisma.1,5

Gejala dan Tanda

Gejala utama gangguan refraksi adalah penglihatan yang kabur melihat objek jauh,

dekat, atau keduanya. Terkadang tonus musculus ciliaris yang terlalu kuat dapat

Page 12: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

menyebabkan sakit kepala. Mata yang dipaksa untuk melihat dapat menyebabkan terjadinya

ocular surface desiccation, iritasi mata, gatal, mata lelah, sensasi terdapat benda asing, dan

kemerahan. Menyipitkan mata ketika membaca dan sering berkedip atau menggosok mata

merupakan gejala gangguan refraksi pada anak. Penglihatan kabur harus didiagnosis banding

dengan kelainan mata lainnya. Penting untuk dibedakan apakah mata kabur mengenai satu

atau dua mata, apakah pupil normal, bagaimana afferent pupillary defect (APD), apakah lensa

koreksi atau pinhole meningkatkan penglihatan. Penglihatan kabur monookuler dengan APD

dapat diduga optic neuritis, neuropati, atau atrophi. Penglihatan kabur binokular dengan

perbaikan jika melihat memakai lensa atau pinhole menunjukkan kelainan refraksi.1,5

Diagnosis Banding

Mata tenang visus turun perlahan didiagnosis banding dengan astigmatisma miopi

mixtus, astigmatisma miopi simplex, astigmatisma hipermetropik compositus, astigmatisma

hipermeropik simplex dan katarak senile.5

Pemeriksaan

Untuk kelainan refraksi, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan visus,

pengukuran koreksi terbaik untuk visus, dan keratometri untuk mengukur kelengkungan

kornea yang biasanya dilakuka untuk koreksi penglihatan dengan lensa kontak.1,5,8

Pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan bagian eksternal mata, kedudukan dan gerakan

bola mata, segmen anterior dan posterior hendaknya tetap dilakukan untuk mendeteksi

adanya kelainan-kelainan lain. 1,5,8

Pemeriksaan Visus

Dilakukan di ruangan dengan pencahayaan cukup memakai kartu Snellen. Caranya:

1. Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Pemeriksan

dilakukan bergantian mata kanan dan kiri.

2. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu,mulai dari baris paling

atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya

dengan benar.

3. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji

hitung jari dari jarak 6 meter

4. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter maka jarak dapat

dikurangi satu meter sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.

Page 13: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

5. Jika pasien tetap tidak bisa melihat dilakukan uji lambaian tangan dan jika masih

tidak dapat dilakukan uji dengan arah sinar.

6. Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan

pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.

Nilai tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh

huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30

maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter

yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji

hitung jari pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad

jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang

normal pada jarak 60 meter.5,8

Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila

mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan

adalah 1/300. 1,5,8

Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja tapi tidak dapat melihat lambaian tangan,

maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak

tidak terhingga. 1,5,8

Pemeriksaan visus secara objektif dapat dilakukan dengan automated refraction yaitu

mesin yang mendeteksi kelainan refraksi dengan mengukur bagaimana perubahan sinar

ketika memasuki mata. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat

dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi

yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6

Koreksi Visus

Dilakukan pada satu mata secara bergantian, bisanya dimulai mata kanan kemudian

mata kiri, dilakukan setelah tajam pengelihatan diperiksa dan diketahui terdapat kelainan

refraksi. Dengan cara:

1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen

2. Satu mata ditutup,dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca baris

terkecil yang masih dapat dibaca

3. Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk menghilangkan

akomodasi pada saat pemeriksaan

Page 14: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

4. Kemudian diletakan lensa positif tambahan,dikaji:

a. Bila penglihatan tidak bertambah baik,berarti pasien tidak hipermetropia

b. Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah perlahan-

lahan bertambah baik,berarti pasien menderita hipermetropia.Lensa positif

terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan ukuran

lensa koreksi untuk mata hipermetropia tersebut.

5. Bila penglihatan tidak bertambah baik,maka diletakan lensa negative.bila menjadi

jelas,berarti pasien menderita miopi.Ukuran lensa koreksi adalah lensa negative

teringan yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal

6. Bila baik dengan lensa positif maupun negative penglihatan tidak maksimal

(penglihatan tidak dapat mencapai 6/6)maka dilakukan uji pinhole.Letakan

pinhole didepan mata yang sedang diuji dan diminta membaca baris terakhir yang

masih dapat dibaca sebelumnya. Bila:

a. Pinhole tidak memberikan perbaikan,berarti mata tidak dapat dikoreksi

lebih lanjut karena media penglihatan kruh,terdapat kelainan pada retina

atau saraf optik

b. Terjadi perbaikan penglihatan,maka berarti terdapat astigmatisma atau

silinder pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.

7. Bila pasien astigmatisma,maka pada mata tersebut dipasang lensa positif yang

cukup besar untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi astigmatisma

miopikus

8. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas yang

paling jelas terlihat

9. Bila perbedaan tidak terlihat,lensa positive lensa positif diperlemah sedikit demi

sedikit hingga pasien dapat melihat garis yang terjelas dan kabur

10. Dipasang lensa silinder negative dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada

kipas astigmat

11. Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu tersebut hingga

sama jelasnya dengan garis lainnya

12. Bila sama jelasnya,dilakukan tes kartu snellen kembali

Bila tidak didapatkan hasil 6/6 mungkin lensa positif yang diberikan terlalu berat,

harus dikurangi perlahan-lahan atau ditambah lensa negative perlahan-lahan sampai tajam

Page 15: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat adalah ukuran lensa silinder negatif yang dipakai

hingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.5,8

Pemeriksaan penglihatan jauh dilakukan tanpa akomodasi. Dengan teknik

nonsikloplegik agar kekuatan koreksi lensa negatifnya tidak terlalu eksesif. Pada beberapa

kasus dimana mata tetap berakomodasi, terutama pada pasien usia muda dipakai sikloplegik.

Penglihatan dekat harus diperiksa sebelum pasien diberi agen sikloplegik. Uji refraksi dengan

sikloplegik diindikasikan jika akomodasinya tidak bisa relaksasi dan pada pasien dimana

gejalanya tidak konsisten dengan kesalahan refraksi manifes (nonsikloplegik) atau pada

pasien yang membutuhkan koreksi refraksi yang akurat. Biasanya agen yang dipakai adalah

tropikainamid dan siklopentolat. Tropikainamid memiliki onset cepat dan durasi kerja pendek

namun siklopentolat memberi efek sikloplegik yang lebih kuat sehingga pemeriksaan lebih

akurat. Perbedaan signifikan antara refraksi manifes dan sikloplegik sering terjadi pada anak-

anak yang kemampuan akomodasinya masih kuat. Pada orang dewasa bila ada perbedaan

signifikan maka dilakukan uji refraksi post-sikloplegik beberapa hari kemudian untuk

menentukan koreksi akhir yang tepat. 5,8

Uji koreksi visus dapat dilakuakn dengan frame dan trial lenses atau dengan foropter

yaitu alat dimana terdapat sejumlah lensa korektif sehingga pasien dapat membandingkan

level koreksi yang berbeda ketika melihat Snellen chart.6

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengoreksi kelainan refraksi adalah

penggunaan kacamata, lensa kontak, bedah refraktif, ataupun penggunaan obat-obatan

tertentu.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kualitas hidup paling buruk adalah pada pengguna

kacamata lalu pengguna lensa kontak dan yang paling baik adalah pasien yang menjalani

bedah refraktif untuk koreksi penglihatannya.9

Kacamata

Kacamata merupakan alat yang paling sederhana dan aman untuk mengoreksi

kelainan refraksi. Kacamata harus dikoreksi dalam jangka waktu tertentu jika terjadi

perubahan visus. Biasanya dilakukan pemeriksaan ulang setiap 1-2 tahun. Mata miopia

dikoreksi dengan lensa cekung atau negatif, hiperopia dikoreksi dengan lensa cembung atau

Page 16: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

positif, dan astigmatisma dikoreksi dengan lensa silindris. Mata presbiopia dikoreksi dengan

lensa bifokal.1,3,6

Lensa Kontak

Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact lens) atau

rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa kontak menmberikan

koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan

untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah

operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas permeable lens dapat

mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa kontak toric yang memiliki kirvatura

berbeda yang disatukan pada permukaan depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi

astigmatisma. 1,6

Lensa kontak dapat digunakan untuk pasien yang tidak mau memakai kacamata.

banyak pasien yang menyatakan bahwa ia merasa lebih nyaman dan penglihatannya lebih

baik dengan koreksi lensa kontak. Kontraindikasi relatif untuk pemakaian lensa kontak

adalah gangguan kelopak mata, adanya film air mata berlebihan atau abnormalitas permukaan

okular misalnya karena keratokonjungtivitis, sicca, blepharoconjunctivitis, acne rosacea,

conjunctival cicatrization, corneal exposure, neurotrophic keratitis, atauabnormalitas corneal

lainnya. Kontraindikasi relatif lainnya adalah penggunaan topical corticosteroids, inflamasi

segmen anterior, filtering bleb, hygiene buruk, lingkungan sekitar kotor, riwayat komplikasi

kornea karena lensa kontak, dan pasien yang tidak mengerti resiko pemakiannya. 1,6

Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat menyebabkan

hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal papillary conjunctivitis

dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy, corneal neovascularization,

nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk

polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal

edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala klinisnya dapat

bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting diperhatikan terutama pada pasien

dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih

berpotensi menimbulkan masalah.1

1. Soft Contact Lens

Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate dan plastik

fleksibel serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan menutupi seluruh

Page 17: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

kornea. lensa ini dapat digunakan untuk miopia dan hiperopia. Karena lensa ini

mengikuti lengkung kornea maka tidak dapat dipakai untuk mengoreksi

astigmatisma yang lebih dari astigmatisma minimal. Karena ukurannya yang lebih

besar soft contact lens lebih gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing

antara pada ruang lensa dan kornea serta adaptasinya juga cepat. 1,6

2. RGP (rigid gas permeable) lens

Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl

methacrylate. Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi sebagian

kornea mengapung di atas lapisan air mata.

Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam dibanding soft

contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat mencegah infeksi

dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian lensa RGP dapat lebih lama dibanding

soft contact lens. Lensa RGP disesuaikan ukurannya pada setiap mata dengan

lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding

soft contact lens dan masa adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat

mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas bentuk

kornea yang tidak dapat dikoreksi soft contact lens. 1,6

Lensa kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini memiliki

dua power untuk sferis dan silindris. Agar berada pada posisi yang tepat dan stabil

biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki penanda di bawah. 1,6

3. Gabungan

Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact lens

dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah dipakai dan

pertukaran oksigen yang baik.

Operasi

Pembedahan dan terapi laser bisa digunakan untuk memperbaiki miopia, hiperopia

dan astigmata. Tetapi prosedur tersebut biasanya tidak mampu memperbaiki penglihatan

sebaik kacamata dan lensa kontak. Sebelum menjalani prosedur tersebut, sebaiknya penderita

mendiskusikannya dengan seorang ahli mata dan mempertimbangkan keuntungan serta

kerugiannya. Pembedahan refraktif biasanya dijalani oleh penderita yang penglihatannya

Page 18: Case 1 Nico AMC Dr.mpf

tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan penderita yang tidak dapat

menggunakan kacamata atau lensa kontak.6,10

Beberapa operasi untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah laser in situ

keratomileusis (LASIK), photorefractive keratectomy (PRK), intracorneal ring segments

(INTACS), conductive keratoplasty (CK), phakic intraocular lenses, clear lensectomy, radial

dan astigmatic keratotomy. 6,10

DAFTAR PUSTAKA

1. McLeod SD, et al. Preferred Practice Patterns American Academy of Ophthalmology.

American Academy of Ophthalmology Refractive Management. cited on 18 Oktober

2015. Available from: http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines

2. Edward MH, Lam CSY. The epidemiology of myopia in hongkong. Ann Acad Med

Singapore. 2004;33:34-8. [cited on 18 Oktober 2015 ]. Available from:

www.annals.edu.sg

3. Goss DA, et al. Optometric clinical practice guidelines: Myopia. American Optometric

Association. 1997. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from: www.aoa.org

4. Riordan-Eva P, White OW. Optik dan refraksi. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva

P, editor.Oftalmologi Umum. 17ed. Jakarta: EGC; 2010.389-406.

5. Sidarta I. Ilmu penyakit mata. 5rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2014.

6. Eye Disorder. Merck manual. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from:

www.merck.com

7. Astigmatism. American Optometric Association. [cited on 18 Oktober 2015]. Available

from: www.aoa.org

8. Sidarta I. Dasar-teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. 2nd ed. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI. 2006.h.209-89

9. Pesudovs K, Garamendi E, Elliott DB. A quality of life comparison of people wearing

spectacles or contact lenses or having undergone refractive surgery. J Refract Surg.  2006;

22:19-27. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from: www.medscape.com

10. Bower KS, Weichel ED, Kim TJ. Overview of refractive surgery. American Academy of

Family Physician. October 2001. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from:

www.aafp.org