Cairan Pediatric
-
Upload
ivanputras -
Category
Documents
-
view
42 -
download
2
description
Transcript of Cairan Pediatric
![Page 1: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/1.jpg)
107
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Cairan Pediatrik
Aditya Kisara*, Hariyo Satoto*, Johan Arifin*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang
Abstract
Different fluids in children with fluid administration in adults, physiology of body fluids,
renal and cardiovascular different from adults affect the type of fluid in children.
For ease of maintenance amount of fluid in the child's needs can use the formula of Holliday.
Maintenance fluid requirements should be added in children with fever and sweating a lot
hypermetabolic status.
In children who will operation, fluid replacement should be fasting. All the fluids lost during
surgery should be replaced with isotonic crystalloid fluids, colloid or blood products.
Abstrak
Pemberian cairan pada anak berbeda dengan pemberian cairan pada dewasa. fisiologi dari
cairan tubuh, ginjal dan kardiovaskuler yang berbeda dari orang dewasa mempengaruhi
jenis cairan yang diberikan pada anak.
Untuk memudahkan menghitug jumlah kebutuhan cairan rumatan pada anak dapat
digunakan rumus dari Holliday dan Segar. Kebutuhan cairan rumatan harus ditambah pada
anak dengan demam keringat yang banyak dan status hipermetabolik.
Pada anak yang akan mejalani operasi, perlu diberikan cairan pengganti puasa. Semua
cairan yang hilang selama operasi harus diganti dengan cairan isotonik kristaloid, koloid
atau produk darah.
PENDAHULUAN
Penatalaksanaan terapi cairan pada anak
yang akan menjalani operasi merupakan
bagian yang penting dalam
penatalaksanaan holistik pasien
perioperatif. Kebutuhan cairan perioperatif
dapat berubah dengan cepat akibat
tindakan anestesi, prosedur operasi yang
komplek, perubahan suhu tubuh dan
lingkungan, metabolisme serta
perpindahan cairan antar kompartemen.
Terapi penggantian cairan pada pasien
pediatrik didasarkan pada pemahaman
mengenai perubahan fisiologis yang terjadi
pada masa anak-anak, serta terhadap
gangguan-gangguan yang mungkin
muncul sebagai akibat dari penyakitnya.
Tujuan dari pemberian cairan perioperatif
adalah untuk memberikan cairan rumatan
dan cairan pengganti (kehilangan cairan
pre-operatif selama periode puasa,
kehilangan cairan dan elektrolit intra-
operatif, serta kehilangan darah).
![Page 2: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/2.jpg)
108
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
Seorang ahli anestesi harus dapat
menentukan penyebab dari kehilangan
cairan yang terjadi serta seberapa besar
kehilangan cairan. Berbagai rumus telah
diajukan untuk menghitung kebutuhan
cairan dan elektrolit selama periode peri-
operatif pada bayi dan anak-anak.
Beberapa didasarkan atas berat badan, luas
permukaan tubuh (body surface
area/BSA), ataupun asupan kalori.
PERBEDAAN FISIOLOGI ANAK
DAN DEWASA1,2
Komposisi Cairan Tubuh
Distribusi cairan tubuh mengalami
perubahan secara bertahap sejak
kehidupan intra uterin dan selama masa
dua tahun pertama kehidupannya. Janin
dengan usia gestasi 28 minggu memiliki
berat 1 kilogram dengan komposisi 80%
air dan lemak 1%. Saat aterm, total cairan
tubuh menurun 70% sampai 75% dan akan
terjadi pergeseran cairan dari ekstrasel ke
intrasel. Komposisi lemak meningkat
sampai 17%. Sampai usia 12 bulan, total
cairan tubuh bayi hanya 65% dari berat
badannya dibandingkan sebanyak 60%
pada dewasa.
Kematangan ginjal
Pematangan fungsi ginjal pada dasarnya
tercapai pada akhir dari bulan pertama
kehidupannya. Filtrasi glomerulus
meningkat dengan cepat sejak usia gestasi
34 minggu, dimana saat itu struktur
nefronnya sudah lengkap. Setelah lahir,
resistensi pembuluh darah renal menurun
secara cepat, sedangkan resistensi
pembuluh darah sistemik dan tekanan
arteri meningkat. Sebagai akibatnya, aliran
darah ke ginjal meningkat secara
dramatris. Pada saat lahir fungsi tubular
belum sematang fungsi glomerular.
Kemampuan tubulus ginjal untuk
mereabsorbsi natrium rendah pada bayi
prematur dan akan membaik pada usia
janin aterm. Karena itu pengawasan
kesimbangan natrium yang ketat
perioperatif mutlak diperlukan pada bayi
prematur. Mekanisme umpan balik bagi
renin-angiotensin-aldosteron juga belum
matang pada neonatus, terutama bayi
prematur. Belum sempurnanya
perkembangan fungsi ginjal hingga sekitar
akhir bulan pertama kehidupan,
mengakibatkan kemampuan neonatus
dalam pemekatan urin tidak efektif,
sehingga bayi tidak mampu beradaptasi
dengan perubahan volume air yang besar.
Hal ini, ditambah dengan lebih tingginya
kehilangan cairan insensibel/ insensible
water loss (IWL) pada bayi dan neonatus
akibat permukaan tubuh yang lebih luas
dibanding dewasa, mengakibatkan makin
rentannya bayi dan neonatus terhadap
kondisi dehidrasi dan asidosis.
Perubahan Kardiovaskular
Bayi dan anak mempunyai curah jantung
dan kosumsi oksigen yang lebih tinggi
perkilogram berat badannya dibandingkan
dewasa. Bayi mempunyai volume isi
sekuncup yang tetap, sehingga untuk
meningkatkan cursh jantung dilakukan
dengan menaikkan frekuensi denyut
jantungnya. Cadangan terhadap respon
kardiovaskuler juga sangat terbatas. Setiap
penurunan preload akan diikuti dengan
penurunan kompliansi ventrikel kanan dan
penurunan ejeksi sistolik ventrikel kiri.
![Page 3: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/3.jpg)
109
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
Sebagai respon terhadap stress, misalnya
hipoksia , akan teradi bradikardi sehingga
curah jantung akan menurun.
Penentuan Kebutuhan Cairan
Terapi cairan dibedakan menjadi:
rumatan/maintenance; penggantian defisit.
Terapi rumatan dirancang untuk
menggantikan kehilangan rutin cairan dan
elektrolit tubuh1. Terapi defisit dirancang
untuk menggantikan kehilangan cairan dan
elektrolit yang tidak normal; dinyatakan
dalam jumlah kehilangan (cc)/kgBB
(misal: dehidrasi).
Bila penderita kekurangan ataupun
kelebihan hidrasi, setelah pemberian terapi
cairan parenteral, maka harus dilakukan
penghitungan kembali secara individual,
sehingga terapi dapat disesuaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya.Monitoring
dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik
dan penilaian perubahan-perubahan dalam
masukan, keluaran, dan berat
badan.Pemeriksaan kimia serum dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi, namun
tidak dapat menggantikan monitoring
terhadap keadaan klinis penderita.
Terapi Rumatan
Kebutuhan cairan dan elektrolit
berhubungan secara langsung dengan laju
metabolisme. Perubahan laju metabolisme
mempengaruhi produksi air endogen
rnelalui oksidasi karbohidrat, protein, dan
lemak. Ekskresi urin akan mempengaruhi
kehilangan cairan urin dan produksi panas,
yang 25% diantaranya dibuang melalui
mekanisme IWL. Sekitar 1/3 kebutuhan
cairan adalah untuk IWL; sedangkan 2/3
bagian lainnya adalah untuk kehilangan
cairan dari ginjal3,4
. Estimasi kebutuhan
cairan rumatan normal dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Estimasi kebutuhan cairan rumatan normal4,5
Berat badan Jumlah
10 kg pertama 4 mL/kg BB/jam
10-20 kg berikutnya Tambah 2mL/kg BB/jam
Untuk setiap kg di atas 20 kg Tambah 1 mL/kg BB/jam
Kehilangan cairan insensibel (IWL) terjadi
melalui paru dan kulit. Dari kulit sekitar
2/3 bagian; sedangkan dari paru sekitar 1/3
bagian dari total IWL. Kondisi-kondisi
yang dapat mengubah kebutuhan cairan
insensibel berkaitan dengan perubahan
keluaran kalori, produksi panas, dan
kebutuhan mengubah IWL untuk
pengaturan suhu tubuh.Insensible Water
Loss akan meningkat pada peningkatan
aktivitas ( ≥ 30%); pada demam
(peningkatan sebanyak 12% tiap
peningkatan 1°C suhu tubuh), dan pada
penurunan penguapan lingkungan.
Sebaliknya, IWL akan menurun pada
penurunan aktivitas, misalnya pada
![Page 4: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/4.jpg)
110
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
keadaan koma dan hipotermi; dan
penurunan suhu tubuh. IWL paru akan
meningkat pada hiperventilasi; misalnya
pada asma dan ketosidosis diabetes; dan
akan turun pada lingkungan atau sistem
ventilasi dengan kelembaban tinggi. Pada
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
atau sangat rendah (BBLSR), tingginya
kuas permukaan tubuh dan rendahnya
ketebalan kulit mengakibatkan kehilangan
cairan melalui kulit yang sangat tinggi,
yaitu mencapai 100-200 m/kgBB/24 jam.
Terlebih lagi, kehilangan cairan insensibel
ini akan makin meningkat jika dilakukan
fototerapi untuk hiperbilirubinemia.2,5
Kehilangan cairan melalui urin akan
meningkat bila kemampuan ginjal dalam
pemekatan urin menurun, baik karena
terjadinya peningkatan beban ginjal dan
karena penurunan sekresi ataupun
penurunan respon terhadap ADH. Beban
ginjal akan meningkat pada kondisi-
kondisi diabetes mellitus, paska pemberian
infus manitol atau kontras radiografi, pada
pembuangan elektrolit, atau pada diet
tinggi protein. Penurunan sekresi ADH
biasanya terkait dengan kondisi-kondisi
yang melibatkan sistem saraf pusat
(misalnya, kraniofaringioma); sedangkan
penurunan respon tubulus terhadap ADH
dijumpai pada diabetes insipidus
nefrogenik (DIN).2,5
TERAPI DEFISIT
Beratnya Defisit
Beratnya defisit cairan tubuh digambarkan
dalam persentase penurunan berat badan
(Tabel 2). Penurunan berat badan secara
akut ini lebih menggambarkan kehilangan
cairan dan elektrolit, dibanding massa
tubuh tanpa lemak. Pada sebagian besar
situasi klinis, presentasi kehilangan berat
badan ditentukan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Bayi dengan riwayat
kehilangan cairan tanpa adanya gejala
klinis dehidrasi, dianggap menderita
dehidrasi ringan, dengan kehilangan berat
badan 3-5% atau sekitar 30-50 mL/kgBB.
Bayi dengan dehidrasi sedang, diduga
mengalami kehilangan cairan sebanyak 7-
10% berat badan, sedangkan bayi yang
tampak jelas mengalami dehidrasi diduga
mengalami kehilangan cairan sebanyak
10-15% berat badan, atau 100-150
mL/kgBB. Pada anak yang lebih besar,
persentase cairan tubuh total terhadap
berat badan lebih kecil, sehingga estimasi
kehilangan cairan tubuh pada kondisi
dehidrasi ringan, sedang, berat, secara
berurutan adalah 5%, 7%, dan 10% dari
berat badan.4,5
Jenis dehidrasi pada Tabel 3
mengambarkan kehilangan relatif cairan
dan elektrolit berdasarkan kadar natrium
serum dan osmolalitas plasma. Hal ini
memiliki implikasi klinis penting, dilihat
dari sudut pandang patofisiologi, terapi,
dan prognosis. Osmolalitas intra- dan
ekstraseluler akan dipertahankan pada
kadar yang seimbang oleh sistem tubuh.
Perubahan osmolalitas dalam satu
kompartemen, akan diikuti dengan
perpindahan cairan, yang bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan osmolalitas
cairan antar kompartemen cairan tubuh
![Page 5: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/5.jpg)
111
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
Tabel 2. Penilaian Klinis Beratnya Dehidrasi5,6
Tanda dan gejala Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang
Dehidrasi
Berat
Kehilangan berat
badan (%) 3-5 6-9 10 atau lebih
Kesan dan kondisi
umum, bayi dan
anak kecil
Sadar / gelisah Gelisah atau
letargi, iritabel
Mengantuk,
ekstremitas lemas,
dingin, sianotik,
lembab, bisa koma
Anak besar dan
dewasa
Sadar
Sadar, hipotensi
postural
Biasanya sadar,
ekstremitas
dingin, lembab,
sianotik, kulit jari
berkerut, kejang
Otot
Nadi radialis
Kecepatan
dan
tekanan
normal
Cepat dan
lemah
Cepat, sangat
lemah, kadang
tidak terabe
Respirasi Normal Dalam,
mungkin cepat Dalam dan cepat
Fontanella anterior Normal Cekung Sangat cekung
Tekanan darah
sistolik Normal
Normal atau
rendah;
hipotensi
ortostatik
Rendah, mungkin
tidak terukur
Elastisitas kulit
Cubitan
segera
Kembali
Cubitan
kembali
perlahan
Cubitan tidak
secara kembali
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada atau
berkurang Tidak ada
Membran mukosa Lembab Kering Sangat kering
Tanda dan gejala Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang
Dehidrasi
Berat
Pengisian kembali kapiler Normal 2 detik > 3 detik
Perkiraan defisit
Caian (mL/Kg) 30-50 60-90 100 atau lebih
![Page 6: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/6.jpg)
112
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
Tabel 3.Dehidrasi dan Konsentrasi Natrium Serum.5,6
Jenis Dehidrasi Status Elektrolit
Hipotonik / hiponatremik Na serum < 130 mEq/L
Isotonik / isonatremik Na serum 130 - 150 mEq/L
Hipertonik / hipernatremik Na serum > 150 mEq/L
Pada dehidrasi isotonik atau isonatremik,
tidak terjadi perubahan osmotik antar
kedua dinding sel, sehingga tidak terjadi
perubahan volume intraseluler. Pada
dehidrasi hiporonik atau hiponatremik,
cairan ekstraseluler relatif lebih hipotonik
terhadap cairan intraseluler, sehingga air
akan bergerak dari kompartemen
ekstraseluler ke intraseluler. Hasilnya
adalah terjadinya penurunan volume
ekstraseluler berat yang, secara klinis
tampak sebagai dehidrasi berat yang dapat
mengakibatkan kegagalan sirkulasi.
Sebaliknya pada pasien dengan dehidrasi
hipertonik atau hipernatremik, air akan
berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler
untuk mengembalikan keseimbangan
osmolalitas. Dehidrasi hipernatremik dan
hiponatremik terjadi pada masing-masing
10-15% populasi, dan sekitar 70%
dehidrasi pada pediatrik bersifat
isotonik.Manifestasi klinik yang dijumpai
pada berbagai derajat dehidrasi disajikan
dalam Tabel 2.
Cairan perioperatif
Terapi cairan intra operatif meliputi
penyediaan kebutuhan cairan rumatan,
penggantian sisa defisit pre-operatif dan
kehilangan cairan intra operatif.Panduan
dari American Society of Anesthesiology
mengenai puasa preoperatif pada anak
memberikan rekomendasi puasa 4 jam
setelah minum ASI dan 6 jam setelah
minum susu formula bagi semua bayi.
Anak yang lebih besar harus puasa
makanan padat dan susu formula 6 jam
sebelum operasi. Minum cairan jernih
sampai dengan 2 jam sebelum operasi
tidak meningkatkan resiko terjadinya
aspirasi dan mencegah dehidrasi serta
memperpendek periode lapar.1,3
Pada anak
yang melakukan puasa perioperatif seperti
yang dianjurkan ASA, kehilangan cairan
karena puasa sangat sedikit, sehingga tidak
diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan cairan intraoperatif. Namun hal
ini tidak selalu dapat diikuti, karena
banyak yang melakukan puasa melebihi
ketentuan yang sudah ditetapkan.
Kekurangan cairan karena puasa dihitung
berdasarkan kebutuhan rumatan setiap jam
dengan dengan jumlah jam puasa.
Direkomendasikan pemberian penggantian
50% kekurangan pada jam pertama dan
25% pada jam kedua dan ketiga.1,3
Banyak prosedur operasi yang
berhubungan dengan kehilangan cairan
tertentu selain darah. Kehilangan cairan ini
terutama disebabkan oleh evaporasi dan
redistribusi internal cairan tubuh. Besarnya
cairan yang hilang tergantung pada ukuran
luka, luasnya area operasi dan manipulasi-
manipulasi.
![Page 7: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/7.jpg)
113
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
Tabel 4. Cairan yang hilang saat pembedahan akibat redistribusi dan evaporasi 3,4
Derajat Trauma Jaringan Kebutuhan Cairan Tambahan
Minimal (misal hernioraphy) 0-2 mL/kg
Moderat (misal kolesistektomi) 2- 4 mL/kg
Berat (misal reseksi usus) 4-8 mL/kg
Selama operasi juga terjadi kehilangan
cairan karena perdarahan dari luka operasi.
Kehilangan ini harus diganti dengan cairan
isotonik kristaloid, koloid atau produk
darah, tergantung dari kadar hematokrit
anak. Perkiraan jumlah kehilangan darah
maksimal (MABL) yang dapat diterima
dapat dihitung dengan rumus berikut:1,3
(kadar hematokrit awal − hematokrit target)
kadar hematokrit awal × perkiraan jumlah darah
Dalam mengganti cairan kerena
perdarahan sangat penting untuk
mengetahui perkiraan volume darah
(estimated blood volume).
Tabel.5. Rata-rata volume darah3,5
Umur Volume darah
Neonatus
Prematur
Aterm
95 mL/kg
85 mL/kg
Infant 80 mL/kg
Dewasa
Laki-laki
Wanita
75 mL/kg
65 mL/kg
MABL yang hilang dapat diganti dengan
cairan kristaloid dengan komposisi garam
seimbang sebanyak 3x jumlah MABL atau
dengan koloid sebanyak 1x jumlah
MABL. Jika perdarahan sudah melebihi
nilai MABL, tranfusi packed red cell harus
segera diberikan.
PEMILIHAN JENIS TERAPI
CAIRANYANG DIBERIKAN
Prinsip mendasar yang harus diingat
adalah bahwa setiap defisit ataupun
ketidakseimbangan mungkin akan
membutuhkan cairan dengan komposisi
yang berbeda bergantung pada jenis dan
derajat gangguan elektrolit ataupun
gangguan asam basa yang terjadi.
Untuk penggantian problem-problem pre-
operatif, seperti misalnya dehidrasi dan
asidosis metabolik, maka larutan isotonik
dcngan elektrolit yang seimbang pada
umumnya merupakan larutan yang paling
reliabel.1,6
Kehilangan cairan melalui intestinal
termasuk karena diare, terkecuali karena
pilorus, dapat digantikan dengan
menggunakan RL. Sedangkan, kehilangan
cairan ruang ke-tiga pada umumnya
![Page 8: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/8.jpg)
114
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
digantikan dengan menggunakan saline
atau bolus RL; misalnya hidrasi preoperasi
atas indikasi appendicitis.1,6
Selama operasi, sebagaian besar anak-anak
dapat diberikan cairan tanpa dektrosa.
Pada bayi dan anak yang lebih muda,
pemberian caiaran yang mengandung
dektrose 5% harus dihindari, namun
caiaran yang mengandung dekstrosa 1%
atau 2% dalam larutan ringer dapat
diberikan.1
Neonatus berusia sampai 48 jam harus
diberikan dekstrosa selama operasi. Hal ini
dikarenakan bayi baru lahir mempunyai
cadangan glikogen yang rendah dan
keterbatasan kemampuan glukoneogenesis,
sehingga neonatus berusia kurang dari 2
hari menjadi rentan terhadap
hipoglikemi.1,3
Pada masa pasca operatif, kehilangan
caiaran yang barlangsung terus melalui
pipa nasogastrik atau drain harus diganti
dengan cairan isotonus. Kehilangan
tersebut harus diukur tiap jam dan diganti
dengan cairan tiap 2- 4 jam tergantung dari
jumlah yang keluar.1
Jika RL digunakan sebagai bolus, harus
diingat bahwa di dalamnya tidak
mengandung glukosa, sehingga bila cairan
ini menjadi satu-satunya sumber elektrolit,
maka harus disertai pula dengan sumber
glukosa dasar. Catatan lain yang harus
diingat adalah bahwa: - Normal saline
tidaklah normal atau fisiologis - karena
memberikan masukan klorida yang sangat
tinggi, yang dapat mempengaruhi status
asam basa. Pada resusitasi akut, cairan
tersebut relatif aman digunakan, namun
untuk pemberian post-operatif, biasanya
RL lebih dipilih.1,3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto E.,editor. Panduan tatalaksana
terapi cairan perioperatif; PP IDSAI; 2009
2. Behrman RE et al.Maintenance and
replacement therapy In :Nelson textboox
of pediatric 17th edition. Odsky. 2003;
242-50
3. Cunningham et al.Fluid and electrolytes In
: Neonatology management 5th edition.
McGraw-Hill.2004;69-75
4. Morgan GE.Pediatric anesthesia inclinical
anesthesiology.Mc graw- hill.2006;935-7
5. Morgan GE.Fluid
management&transfusion In Clinical
anesthesiology.McGraw-Hill. 2006; 691-
701
6. Motoyama EK, Davis PJ, editor.Smith‟s
anesthesia for infant and children,7th
edition; Philadelphia; Mosby inc; 2006.
7. Ambalavanan N;Fluid,electrolyte and
nutrition management of the
newborn[updated 2010 june 29]. Didapat
dari:http://pediatrics.aapublication.org/cg
8. Coulthard MG,Cheatis LS,Alvis
D.Periopeatif fluid therapy in children;
Br.J.Anaesth, January 2007:98:146-147.
Didapat dari:
http://bja.oxfordjournal.org/cgi
9. Holliday A,Ray PE,Friednad AL.Fluid
therapy for children: fact,faschions and
questions; December 15 2006. Didapat
dari:http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi
![Page 9: Cairan Pediatric](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022073012/55cf9a5c550346d033a15ff6/html5/thumbnails/9.jpg)
115
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume II, Nomor 2, Tahun 2010
10. Neville KA, Verge CF, Rosenborg
AR.Isotonic is better than hypotonic saline
for intravenous rehidration of children
with gastroenteritis: a prospective
randomised study; December 13 2005.
Didapat dari:
http://adc.bmj.com/content/9/3/326
11. Shafice MAS,Bohn D; How to select
optimal maintenance intraenous fluid
therapy; Qj med,2003:96.601-610.
Didapat dari:
http://qjmqed.oxfordjournal.org
12. Way C,Dhamrait R,Wadw a, Walker
I.Perioperatif fluid therapy in children: a
survey of current prescibing
practice;Br.J.Anaesth, September
2006:97:371-379. Didapat dari:
http://bja.oxfordjournal.org/cgi/content/