Bio RA Kartini

8
recount is a series or piece of writing that tells an events or a series of events in a chronological sequence recounts it is also an events of memorable in his or her life or in the life of another person generic structure orientation events reorientation biographies is an account of one person is ( life writen by someone other ) someone who is life now on life before during menceritakan adalah seri atau sepotong tulisan yang menceritakan sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa dalam urutan kronologis menceritakan juga merupakan peristiwa yang tak terlupakan dalam hidupnya atau dalam kehidupan orang lain struktur generik orientasi peristiwa reorientasi biografi adalah rekening dari satu orang (kehidupan ditulis oleh orang lain) seseorang yang hidup sekarang kehidupan sebelum selama

description

jhjhkhhnk

Transcript of Bio RA Kartini

Page 1: Bio RA Kartini

recount

is a series or piece of writing that tells an events or a series of events in a chronological sequence

recounts it is also an events of memorable in his or her life or in the life of another person

generic structure

orientation

events

reorientation

biographies is an account of one person is ( life writen by someone other )

someone who is life now on life before during

menceritakan

adalah seri atau sepotong tulisan yang menceritakan sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa dalam urutan kronologis

menceritakan juga merupakan peristiwa yang tak terlupakan dalam hidupnya atau dalam kehidupan orang lain

struktur generik

orientasi

peristiwa

reorientasi

biografi adalah rekening dari satu orang (kehidupan ditulis oleh orang lain)

seseorang yang hidup sekarang kehidupan sebelum selama

Nama Lengkap: Raden Ajeng Kartini

Alias: R.A Kartini | Kartini

Page 2: Bio RA Kartini

Tanggal Lahir: Jepara 21 April 1879

Tempat Lahir: Jepara, Jawa Tengah

Ayah: Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat

Ibu: M.A Ngasirah

Suami: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat

Anak: Raden Mas Soesalit Wafat: 17 september 1904.Biografi R.A Kartini - Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.. Berkat

Page 3: Bio RA Kartini

kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.

Page 4: Bio RA Kartini

Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.

Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang

Full Name: Raden Kartini

Nickname : R.A Kartini | Kartini

Date of Birth: 21 April 1879 Jepara

Place of Birth: Jepara, Central Java

Father: Raden Mas Duke Ario Sosroningrat

Mother: M.A Ngasirah

Husband: K.R.M. Duke Ario Singgih Djojo Adhiningrat

Children: Raden Mas Soesalit

Pass away: 17 September 1904

Biography of RA Kartini - Raden Kartini was born on April 21, 1879 in the city of Jepara, Central Java. He was the one of the nobles who still adhere

Page 5: Bio RA Kartini

to the customs. After graduating from elementary school he was not allowed to continue their education to a higher level by his parents. He seclusion while waiting to be married. Small Kartini very sad with this, he wanted to oppose but did not dare for fear of being considered a rebellious child. To eliminate the grief, he collects textbooks and other science books then read in the home garden, accompanied Simbok (assistants).

Finally read into his interest, no day without reading. All books, including reading newspapers. If there is difficulty in understanding the books and newspapers they read, he always asks his Father. Through this book, Kartini interested in the advancement of women think Europe (the Netherlands, who was still colonized Indonesia). Arising desire to promote Indonesian women. Women are not only the kitchen but also must have knowledge. He began to gather his female friends to teach writing and other sciences. Amid his busy schedule does not stop reading and also writing letters to his friends who were in the Netherlands. Soon he wrote a letter to the Mr.JH Abendanon. He pleaded awarded a scholarship to study in the Netherlands.

Scholarship acquired Kartini could not be used because she was married off by her parents to Raden Duke Joyodiningrat. After marriage she joined her husband in Apex area. Kartini and her husband understood Kartini's wishes and given the freedom to establish schools supported women in the east gate of the district office complex Apex, or in a building that is now used as a Scout Building. Fame does not make Kartini became overbearing, he remained polite, respecting family and anyone else, do not distinguish between poor and rich.

The first and last child at the same time, Soesalit Djojoadhiningrat, born on 13 September 1904. A few days later, 17 September 1904, Kartini died at the age of 25 years. Kartini was buried in Bulu Village, District Fur, Apex .. Thanks to his perseverance Kartini, then established School of Women by Kartini Foundation in Semarang in 1912, and later in Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon and other areas. The school name is "Kartini Schools". Kartini Foundation was founded by the Van Deventer, a figure the Ethical Policy. After Kartini died, Mr.JH Abendanon memngumpulkan and posted the letters which had been sent to the RA Kartini his friends in Europe. The book entitled "DOOR TOT DUISTERNIS LICHT" which means "HABIS GELAP TERBITLAH TERBANG".

Currently hopefully will be reborn in Indonesia Kartini Kartini else will fight for the interests of the people. In the era of Kartini, late 19th century until the early 20th century, the women of this country have not gained freedom in many ways. They have not been allowed to acquire education high as a man has not even been permitted to determine the mate / husband himself, and so forth

Kartini was not free to choose even felt they had no choice at all because it was born as a woman , also always treated differently by relatives and friends are men , and envy the freedom of Dutch women , eventually

Page 6: Bio RA Kartini

growing desire and determination in his heart to change habits that are less good . President Sukarno of Indonesia issued Presidential Decree No.108 of 1964 , dated May 2, 1964 , which establishes a National Hero Kartini as well as set the birthday of Kartini , April 21 , to be observed every year as the big day that became known as Kartini Day . Recently, the determination of date of birth as the big day Kartini somewhat moot . With a variety of arguments , each side giving their own opinions . Society which is not so approved , there is simply not celebrate Kartini Day , but at the same time to celebrate Mother's Day on 22 December .

The reason they are so no favoritism with women heroes of Indonesia. However, the more extreme says, there is still another heroine who is more powerful than RA Kartini. According to them, it was just a territory struggle in Jepara Kartini and Apex course, Kartini also never bear arms against the invaders. And a variety of other reasons. While they are pro even said Kartini not just a figure of a woman who raised the degree of emancipation of Indonesian women alone but is a means of national figures, with the reforming ideas and he has been fighting for the interests of the nation. How he thought already in the national scope. Although not yet initiated the Youth Pledge that time, but his thoughts are not confined to the area of land born or Java. Kartini has reached maturity national think that nationalism has been like that triggered by the 1928 Youth Pledge.

Regardless of the pros and cons, in this nation's history we know many of the names of our heroine like Cut Nya 'Dien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Martha Christina Tiahohu, and others. They fought in the area, at the time, and in different ways. There is fighting in Aceh, Java, Maluku, Manado and others. There is fighting in the Dutch colonial era, the Japanese colonial era, or after independence. There are striving to take up arms, there is through education, through the organization and there are other ways. They are all warriors of the nation, the nation's heroes who deserve our respect and emulate.

Raden Kartini itself is a hero who took a special place in our hearts with all ideals, determination, and his actions. The ideas magnitude has been able to mobilize and inspire the struggle of his people from ignorance is not realized in the past. With the courage and sacrifice are sincere, he is able to inspire his people from the shackles of discrimination. For women themselves, with initial efforts are now women in this country have enjoyed what is called the equality. The struggle is not over, in this era of globalization, there are many perceived oppression and unfair treatment of women.

Kartini was buried in Bulu Village,rembang.