Bahan Imun 1

download Bahan Imun 1

of 32

Transcript of Bahan Imun 1

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    1/32

    Peran sistem komplemen teraktivasi dan sitokin pada reaksi

    inflamasi (peradangan) sebagai salah satu respon pertahanan tubuh

    pejamu terhadap invasi mikroba.

    a. Definisi dan tanda-tanda klinis inflamasi

    Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap

    semua bentuk jejas yang berupa reaksi vascular yang hasilnya

    merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari

    sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau

    nekrosis (Robbins & Kumar, 1994). Tujuan inflamasi yaitu untuk 

    memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri

    terhadap infeksi (Soesatyo, 2002). Tanda-tanda inflamasi adalahberupa kemeraham (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor),

    pembengkakan (tumor) (Soesatyo, 2002), dan function laesa

    (Chandrasoma dan Tailor, 1995).

    Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2 tahap :

    1. Inflamasi Akut

    Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanyarangsang iritan. Pada tahap ini terjadi pelepasan plasma dan

    komponen seluler darah ke dalam ruang-ruang jaringan

    ekstraseluler. Termasuk didalamnya granulosit neutrofil yang

    melakukan pelahapan (fagositosis) untuk membersihkan debris

     jaringan dan mikroba (Soesatyo, 2002)

    2. Inflamasi Kronis

    Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasilmemperbaiki seluruh jaringan yang rusak kembali ke keadaan

    aslinya atau jika perbaikan tidak dapat dilakukan sempurna

    (Ward, 1985)

    SUMBER : http://www.kesmas-unsoed.info/2011/06/pengertian-

    inflamasi.html(diakses tanggal 18 April 2013, 19.05)

    http://www.kesmas-unsoed.info/2011/06/pengertian-inflamasi.htmlhttp://www.kesmas-unsoed.info/2011/06/pengertian-inflamasi.htmlhttp://www.kesmas-unsoed.info/2011/06/pengertian-inflamasi.htmlhttp://www.kesmas-unsoed.info/2011/06/pengertian-inflamasi.html

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    2/32

    b. Tujuan reaksi inflamasi

    Tujuan positif inflamasi

    -Untuk menahan dan memisahkan kerusakan sel-menghancurkan

    mikroorganisme

    -menginaktifkan toksin

    -mempersiapkan perbaikan jaringan

     Negatif 

    -menyebabkan reaksi hipersensitifitas

    -mengancam jiwa

    -menyebabkan kerusakan organ progresif 

    -pembentukan jaringan parut

    SUMBER : http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-

    akut-2/  (diakses tanggal 18 April 2013, 19.15)

    c. Sel-sel imun yang terlibat pada reaksi inflamasi

    Komponen yang terlibat dalam inflamasi

    1. Sel-sel didalam pembuluh darah

    (- PMN-Limfosit- Monosit- Faktor penggumpal darah- Eosinofil-

    Basofil)

    2. Sel-sel jaringan ikat

    (-sel mast-fibroblas-makrofag)

    3. ECM

    http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    3/32

    (-serabut elastis-serabut kolagen-proteoglikan)

    SUMBER : http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-

    akut-2/  (diakses tanggal 18 April 2013, 19.15)

    d. Sumber dan peran sistem komplemen dan sitokin pada reaksi

    inflamasi

    SISTEM KOMPLEMEN

    Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang

     bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem

    kekebalan selulardan sistem kekebalan humoraluntuk melindungi

    tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus

     bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada

    proses infeksi awal dari patogen. Oleh karena itu sistem

    komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan

    turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu

     beberapa protein komplemen, sehingga aktivasi sistem

    komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalanhumoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari

    seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat

     berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi.

    darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan

    melalui dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang lain,

    disebut jalur klasik dan jalur alternatif. ktivasi sistem

    komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan

     berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnyamembran sel antigen. ktivasi sistem komplemen tersebut selain

     bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat

    membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya

    disebut seperti pisau bermata dua. !ila aktivasi komplemen akibat

    endapan kompleks antigen"antibodi pada jaringan berlangsung

    terus"menerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat

    menimbulkan penyakit.

    Di akhir abad ke 19, serum darah telah diketahui mengandung suatu faktor

    atau cara yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Pada tahun 1896,

    http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/http://seisyuhada.wordpress.com/2009/12/02/inflamasi-akut-2/

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    4/32

    Jules Bordet, ilmuan muda Belgia dari Pasteur !nstitute, Paris,

    mendemonstrasikan baha prinsip ini bisa dianalisis menggunakan dua

    komponen" komponen panas#tetap dan komponen panas#labil. Panas#labil

    menun$ukkan baha komponen akan kehilangan kemampuannya $ika serum

    dipanaskan. %omponen panas#tetap ada untuk memberikan kekebalan

    melaan mikroorganisme spesifik, sedangkan komponen panas#labil

     bertanggung $aab terhadap akti&itas mikrobial non#spesifik yang dimiliki

    serum. %omponen panas#labil ini adalah yang disebut 'komplemen(.

    !stilah 'komplemen( diperkenalkan oleh Paul )hrlich di akhir tahun 198*an,

    sebagai bagian dari teorinya mengenai sistem kekebalan. +enurut teorinya,

    sistem kekebalan terdiri dari berbagai sel yang memiliki reseptor spesifik pada

    permukaannya untuk mengenali antigen. Pasca imunisasi dengan antigen,

    lebih banyak reseptor terbentuk, lalu reseptor itu mengalir dari sel ke aliran

    sirkulasi darah. eseptor ini, yang saat ini kita kenal dengan nama 'antibodi(,

    disebut oleh )hrlich sebagai 'amboceptor( untuk menekankan fungsi ganda

    reseptor dalam melakukan pengikatan. eseptor tesebut mampu mengenali

    dan mengikat antigen spesifik, namun mereka $uga mampu mengenali dan

    mengikat komponen antimikrobial panas#labil dari serum. )hrlich lalu

    menamakan komponen panas#labil ini 'komplemen( karena ini adalah

    sesuatu dalam darah yang men$adi komplemen sel pada sistem kekebalan.

    )hrlich percaya baha setiap amboceptor antigen spesifik memiliki

    komplemen yang spesifik, di mana Bordet percaya baha sebenarnya hanya

    ada satu tipe komplemen. Di aal abad ke -*, kontro&ersi ini terselesaikan

    ketika ditemukan baha komplemen bisa beraksi berpasangan dengan

    antibodi spesifik atau secara sendirian secara non#spesifik.

    #omplemen

    nsur pokok sistem komplemen diu$udkan oleh sekumpulan

    komponen protein yang terdapat di dalam serum. Protein#protein ini

    dapat dibagi men$adi protein fungsional yang menggambarkan elemen

    dari berbagai $alur, dan protein pengatur yang menun$ukkan fungsi

    pengendalian.

    %omplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel

    hepatosit, dan $uga oleh sel fagosit mononuklear yang berada dalam

    sirkulasi darah. %omplemen / l $uga dapat di sintesis oleh sel epitel lain

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    5/32

    diluar hepar. %omplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit mononuklear

    terutama akan disintesis ditempat dan aktu ter$adinya akti&asi.

    0ebagian dari komponen protein komplemen diberi nama dengan

    huruf /" /l, /lr, /!s, /-, /2, /3, /4, /6, /5, /8 dan /9 berurutan sesuai

    dengan urutan penemuan unit tersebut, bukan menurut cara ker$anya

    %omponen /2 mempunyai fungsi sangat penting pada akti&asi

    komplemen, baik melalui $alur klasik maupun $alur alternatif. %onsentrasi

    /2 $auh lebih besar dibandingkan dengan fraksi lainnya, hal ini

    menempatkan /2 pada kedudukan yang penting dalam pengukuran kadar

    komplemen di dalam serum. Penurunan kadar /2 di dalam serum dapat

    dianggap menggambarkan keadaan konsentrasi komplemen yang

    menurun. Juga penurunan kadar /2 sa$a dapat dipakai sebagai gambaran

    adanya akti&asi pada sistem komplemen.

    $ungsi #omplemen1. +encerna sel, bakteri, dan &irus

    -. psonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat

    2. +engikat reseptor komplemen spesifik pada sel pada sistem kekebalan,

    memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa molekul

    imunoregulator

    3. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa#sisa bahan imunitas dari

    sistem kekebalan dan me nimbunnya di limpa dan hati

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    6/32

    4.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    7/32

    Protein dan glikoprotein yang merupakan penyusun dari sistem komplemen

    disintesis di hepatosit hati. 7amun, se$umlah besar sistem penyusun sistem

    komplemen $uga diproduksi di $aringan makrofaga, monosit dalam darah, dan

    sel epitel dari saluran kelamin dan pencernaan.

    0istem komplemen memiliki kemungkinan untuk memberi kerusakan parah

    kepada $aringan milik sendiri, yang berarti baha akti&asi sistem komplemen

    harus dilakukan dengan tepat. 0istem komplemen diatur oleh protein kontrol

    komplemen, yang terdapat di dalam plasma darah dalam konsentrasi yang

    lebih besar dari pada protein komplemen itu sendiri. Beberapa protein

    kontrol komplemen berada di membran sel untuk mencegah penyerangan

    oleh sistem komplemen.

    Dipercaya baha sistem komplemen memiliki peran dalam mengakibtkan

     berbagai penyakit seperti sindrom Barrauer#0immons, lupus erythematosus,

    glomerulonephritis, berbagai arthritis, penyakit $antung autoimun, multiple

    sklerosis, penyakit boel inflamatori, dan luka ischemia#reperfusion. 0istem

    komplemen $uga dapat berimplikasi pada penyakit sistem syaraf seperti

     lheimer dan kondisi degeneratif syaraf lainnya.

    Penelitian terbaru menun$ukkan baha &irus :!; dapat memanipulasi sistemkomplemen untuk mengakibatkan kerusakan lebih lan$ut.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    8/32

    Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enim yang

    disebut imogen. aktor B, >aktor D, Properdin, >aktor !, >aktor

    :, >aktor D, /1

    =intasan litik " /4, /6, /5, /8, /9, Protein

     #)&*S& #O%P+'%'

    0istem komplemen dapat diaktifkan melalui dua $alur, yaitu $alur klasik dan $alur alternatif. kti&asi tersebut melalui suatu proses enimatik yang ter$adi

    secara berantai, berarti produk yang timbul pada satu reaksi akan merupakan

    enim untuk reaksi berikutnya. /aranya ialah dengan dilepaskannya sebagian

    atau mengubah bangunan kompleks protein tersebut ?pro enim@ yang tidak 

    aktif men$adi bentuk aktif ?enim@. 0atu molekul enim yang aktif mampu

    mengakibatkan banyak molekul komplemen berikutnya. /ara ker$a semacam

    ini disebut the one hit theory.

    0ecara garis besar akti&asi komplemen baik melalui $alur klasik maupun $alur

    alternatif terdiri atas tiga mekanisme, a@ pengenalan dan pencetusan, b@

    penguatan ?amplifikasi@, dan c@ pengakhiran ker$a berantai dan ter$adinya

    lisis serta penghancuran membran sel ?mekanisme terakhir ini seringkali $uga

    disebut kompleks serangan membran@ .

     kti&asi $alur klasik dicetuskan dengan berikatannya /1 dan kompleks

    antigen#antibodi, sedangkan akti&asi $alur alternatif dimulai dengan adanya

    ikatan antara /2b dengan berbagai at akti&ator seperti dinding sel bakteri.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    9/32

    %edua $alur bertemu dan memacu terbentuknya $alur serangan membran

     yang akan mengkibatkan lisisinya dinding sel antigen.

     ktivasi komplemen jalur klasik 

    0eperti telah dibutkan diatas, akti&asi komplemen melalui $alur klasik atau

    disebut pula $alur intrinsik, dibagi men$adi 2 tahap.

    1. -egulasi jalur klasik egulasi $alur klasik terutama ter$adi melalui -fase, yaitu melalui akti&itas /1 inhibitor dan penghambatan /2 kon&ertase.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    10/32

    -.  Aktivitas C1 inhibitor. kti&itas proteolitik /1 dihambat oleh /1

    inhibitor ?/1 !7:@. 0ebagian besar /1 dalam peredaran darah terikat pada

    /1 !7:. !katan antara /1 dengan kompleks antigen#antibodi akan

    melepaskan /1 dari hambatan /1 !7:.

    2.  Penghambat an C3 konvertase Pembentukan /2 kon&ertase

    dihambat oleh beberapa regulator.

    /3 binding protein ?/3bp@ dan reseptor komplemen tipe 1 ?/1@ dapat

     berikatan dengan /3b sehingga mencegah terbentuknya /3b-b ?/2

    kon&ertase@. Disamping itu kedua reseptor ini bersama

    dengan membrane co faktor protein ?+/P@ $uga dapat meningkatkan potensi

    faktor ! dalam merusak /3b.

     Decay accelerating faktor ?D>@ dapat berikatan dengan /3b sehingga

    mencegah terbentulmya /3b-b.

     ktivasi komplemen jalur alternatif 

     kti&asi $alur alternatif atau disebut pula $alur properdin, ter$adi tanpa

    melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada $alur klasik ?/1 ,/3 dan /-@

    dan $uga tidak memerlukan antibodi !gA dan !g+.

    Pada keadaan normal ikatan tioester pada /2 diaktifkan terus menerus dalam

     $umlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan :-- ataupun dengan sisa

    enim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. %omplemen /2dipecah men$adi frclgmen /2a dan /2b. >ragmen /2b bersama dengan ion

    +g dan faktor B membentuk /2bB. >ragmen /2bB diaktifkan oleh faktor D

    men$adi /2bBb yang aktif ?/2 kon&ertase@. Pada keadaan normal reaksi ini

     ber$alan terus dalam $umlah kecil sehingga tidak ter$adi akti&asi komplemen

    selan$utnya. =agi pula /2b dapat diinakti&asi oleh faktor : dan faktor !

    men$adi i/2b, dan selan$utnya dengan pengaruh tripsin at yang sudah tidak 

    aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma.

    Cetapi bila pada suatu saat ada bahan atau at yang dapat mengikat dan

    melindurlgi /2b dan menstabilkan /2bBb sehingga $umlahnya men$adi

     banyak, maka /2b yang terbentuk dari pemecahan /2 men$adi banyak pula,

    dan ter$adilah akti&asi komplemen selan$utnya. Bahan atau at tersebut dapat

     berupa mikroorganisme, polisakarida ?endotoksin, imosan@, dan bisa ular.

     kti&asi komplemen melalui cara ini dinamakan akti&asi $alur alternatif.

     ntibodi yang tidak dapat mengakti&asi $alur klasik misalnya !gA3, !g- dan

    !g) $uga dapat mengaktifkan komplemen melalui $alur alternatif.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    11/32

    Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul /2b menempel pada sel

    sasaran. Dengan menempelnya /2b pada permukaan sel sasaran tersebut,

    maka akti&asi $alur alternatif dimulai enim pada permukaan /2Bb akan

    lebih diaktifkan, untuk selan$utnya akan mengaktifkan /2 dalam $umlah yang

     besar dan akan menghasilkan /2a dan /2b dalam $umlah yang besar pula.

    Pada reaksi aal ini suatu protein lain, properdin dapat ikut beraksi

    menstabilkan /2Bb oleh karena itu seringkali $alur ini $uga disebut sebagai

     $alur properdin. Juga oleh proses akti&asi ini /2b akan terlindungi dari proses

    penghancuran oleh faktor : dan faktor !.

    Cahap akhir $alur alternatif adalah akti&asi yang ter$adi setelah lingkaran

    akti&asi /2. /2b yang dihasilkan dalam $umlah besar akan berikatan pada

    permukaan membran sel. %omplemen /4 akan berikatan dengan /2b yang

     berada pada permukaan membran sel dan selan$utnya oleh fragmen /2bBb

     yang aktif akan dipecah men$adi /4a dan /4b. eaksi selan$utnya seperti yang

    ter$adi pada $alur altematif ?kompleks serangan membran@.

    $/S& !&O+O/ P-O)'& #O%P+'%'

    >ungsi sistem komplemen pada pertahanan tubuh dapat dibagi dalam dua

    golongan besar, 1@ lisis sel sasaran oleh kompleks serangan membran, dan -@

    sifat biologik aktif fragmen yang terbentuk selama akti&asi.

    0. Sitolisis Pada akti&asi sitolisis ini ?kompleks serangan membran@ yang

     berfungsi adalah /4#/9. +ekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh

    melaan mikrooorganisme. Proses lisis ini dapat melalui $alur alternatif 

    maupun $alur klasik.

    1. Sifat biologik aktif 

    Opsonisasi dan peningkatan fungsi fagositosis

    >agositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi /2b dan i/2b mungkin

    merupakan mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi bakteri dan $amur

    secara sistemik >agositosis ini $uga lebih meningkat bilamana bakteri

    disamping berikatan dengan komplemen $uga berikatan dengan antibodi !gA

    atau !g+. +elekatnya antibodi dan fragmen komplemen pada reseptor

    spesifik yang terdapat pada sel fagosit tidak hanya menyebabkan opsonisasi,

    tetapi $uga memacu untuk ter$adinya fagositosis.

     Anafilaksis dan kemotaksis

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    12/32

    /2a, /3a dan /4a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast

    dan sel basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan

    permeabilitas dan kontraksi otot polos &askular. eseptor /2a dan /3a

    terdapat pada permukaan sel mast, sel basofil, otot polos dan limfosit.

    eseptor /4a terdapat pada permukaan sel mast, basofil, netrofil, monosit,

    makrofag, dan sel endotelium.

    +elekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos

    menyebabkan kontraksi otot polos tersebut. ntuk mekanisme ini /4a adalah

     yang paling poten dan /3a adalah yang paling lemah.

    /4a $uga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh /2a dan /3a oleh karena

    /4a $uga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel#sel fagosit

    maka /4a dapat menarik sel#sel fagosit tersebut bergerak ke tempat

    mikroorganisme, benda asing atau $aringan yang rusak proses ini disebut

    kemotaksis. Juga setelah melekat /4a dapat merangsang metabolisme

    oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan daya untuk 

    memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut

     Proses peradangan

    %ombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkanterkumpulnya sel#sel dan serum protein yang diperlukan untuk ter$adinya

    proses dalam rangka memusnahkan mikroorganisme atau benda asing

    tersebut proses ini disebut peradangan.

     Pelarutan dan eliminasi kompleks imun

    %ompleks imun dalam $umlah kecil selalu terbentuk dalam sirkulasi, dan

    dapat meningkat secara dramatis bilamana terdapat peningkatan antigen.

    %ompleks imun ini bilamana berlebihan dapat membahayakan oleh karena

    dapat mengendap pada dinding pembuluh darah, mengakti&asi komplemen

    dan menimbulkan kerusakan $aringan. Pembentukan kompleks imun

     bilamana berlebihan, tidak hanya membutuhkan >ab dari imunoglobulin

    tetapi $uga interaksi dengan >c. leh karena itu pengikatan komplemen pada

    >c immunoglobulin suatu kompleks imun dapat membuat ikatan antigen#

    antibodi yang sudah terbentuk men$adi lemah.

    ntuk menetralkan terbentuknya kompleks imun yang berlebihan ini, sistem

    komplemen dapat meningkatkan fungsi fagosit. >ungsi ini terutama oleh

    reseptor yang terdapat pada permukaan eritrosit. %ompleks imun yang

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    13/32

     beredar mengaktifkan komplemen dan mengaktifkan fragmen /2b yang

    menempel pada antigen. %ompleks tersebut akan berikatan dengan reseptor

    pada permukaan eritrosit. Pada aktu sirkulasi eritrosit meleati hati dan

    limpa, maka sel fagosit dalam limpa dan hati ?sel %upffer@ dapat

    membersihkan kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit

    tersebut.

    -'/+S&

     kti&asi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu 1@

    komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk 

     yang tidak stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya

    akan rusak, -@ adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya /1 esterase

    inhibitor, faktor ! dan faktor :, 2@ pada permukaan membran sel terdapat

    protein yang dapat merusak fragmen komplemen yang melekat.

    -egulasi jalur klasik egulasi $alur klasik terutama ter$adi melalui - fase,

     yaitu melalui akti&itas /1 inhibitor dan penghambatan /2 kon&ertase.

    1.  Aktivitas C1 inhibitor kti&itas proteolitik /1 dihambat oleh /1

    inhibitor ?/1 !7:@. 0ebagian besar /1 dalam peredaran darah terikat pada

    /1 !7:. !katan antara /1 dengan kompleks antigen#antibodi akan

    melepaskan /1 dari hambatan /1 !7:.-.  Penghambat an C3 konvertase Pembentukan /2 kon&ertase

    dihambat oleh beberapa regulator.

    /3 binding protein ?/3bp@ dan reseptor komplemen tipe 1 ?/1@ dapat

     berikatan dengan /3b sehingga mencegah terbentuknya /3b-b ?/2

    kon&ertase@. Disamping itu kedua reseptor ini bersama

    dengan membrane co faktor protein ?+/P@ $uga dapat meningkatkan potensi

    faktor ! dalam merusak /3b.

     Decay accelerating faktor ?D>@ dapat berikatan dengan /3b sehingga

    mencegah terbentulmya /3b-b.

    -egulasi jalur alternatif 

    Jalur altematif $uga di regulasi pada berbagai fase oleh beberapa protein

    dalam sirkulasi maupun yang terdapat pada permukaan membran.

    >aktor : berkompetisi dengan faktor B dan Bb untuk berikatan dengan /2b.

    Juga /1 dan D> dapat berikatan dengan /2b sehingga berkompetisi

    dengan faktor B. Dengan adanya hambatan ini maka pembentukan /2

    kon&ertase $uga dapat dihambat. >aktor !, menghambat pembentukan /2bBb

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    14/32

    dalam fungsinya ini faktor ! dibantu oleh kofaktor :, /1 dan +/P. >aktor !

    memecah /2b dan yang tertinggal melekat pada permukaan sel adalah inaktif 

    /2b ?i/2b@, yang tidak dapat membentuk /2 kon&ertase, selan$utnya i/2b

    dipecah men$adi /2dg dan terakhir men$adi /2d.

    Penyakit Dalam 0istem %omplemen

    Penyakit pada manusia yang berkaitan dengan sistem komplemen dapat

    ter$adi oleh karena dua keadaan. Pertama adalah adanya defisiensi dari salah

    satu protein komplemen atau protein regulator. %edua, suatu sistem

    komplemen yang normal diaktifkan oleh stimulus yang tidak normal seperti

    mikroorganisme yang persisten atau suatu reaksi autoimun.

     Defisiensi protein regulator Pada beberapa keadaan dapat ter$adi

    defisiensi protein regulator, baik yang larut maupun yang berikatan pada

    membran sel. )dema angioneurotik herediter ?:7)@ adalah suatu

    keadaan yang disebabkan oleh defisiensi / l !7:. +anifestasi klinis

    kelainan ini adalah edema pada muka, ekstremitas, mukosa laring, dan

    saluran cerna yang akan menghilang setelah -3 sampai 5- $am. Pada

    serangan berat disamping gangguan saluran cerna $uga dapat ter$adi

    obstruksi saluran nafas. +ediator yang berperan dalam kelainan ini adalah/2a, /3a, dan /4a yang bersifat sebagai anafiltoksin. Di samping itu oleh

    karena fungsi / l !7: $uga merupakan regulator kalikrein dan faktor E!!,

    maka kemungkinan akti&asi faktor ini $uga memegang peran. Defisiensi

    regulator $alur alternatif yang larut ?faktor : dan !@ sangat $arang ter$adi.

     kibat defisiensi ini /2 akan diaktifkan terus menerus. Pasien dengan

    antibodi ini sering menderita glomerulonefritis yang mungkin disebabkan

    oleh kurang adekatnya pembersihan kompleks imun dari sirkulasi dan

    mengendap pada membran glomerulus gin$al.

     Defisiensi genetik Defisiensi genetik fragmen $alur klasik dan

    alternatif meliputi /1, /1r, /1s, /3, /-, /2, properdin, dan faktor D.

    Defisiensi fragmen aal dari $alur klasik biasanya berhubungan dengan

    penyakit autoimun seperti glomerulonefritis dan lupus eritematosus

    sistemik ?=)0@. Fang terbanyak di$umpai pada manusia adalah defisiensi

    /-. =ebih dari seperdua dari pasien dengan defisiensi /- dan /3

    menderita =)0. Pasien dengan defisiensi /- dan /3 tidak menun$ukkan

    kenaikan frekuensi terkena infeksi. Defisiensi /2 biasanya berhubungan

    dengan sering ter$adinya infeksi bakteri piogen yang fatal. :al ini mungkin

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    15/32

    menun$ukkan pentingnya peran /2 pada opsonisasi, peningkatan

    fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme. %enyataan ini

    menun$ukkan baha kemungkinan fungsi utama dari $alur klasik adalah

    untuk eliminasi kompleks imun dan $alur altematif untuk eliminasi

     bakteri.

    2efisiensi komplemen Defisiensi dalam sistem komplemen dapat

    ter$adi pada $alur klasik, altematif, kompleks serangan membran, atau

    pada protein regulator. Defisiensi ini dapat ter$adi se$ak lahir, atau didapat

    setelah lahir oleh karena terdapatnya mutasi gen.

     Defisiensi fragmen kompleks serangan membran Defisiensi

    fragmen kompleks serangan membran yang mencakup /4, /6, /5, /8 dan

    /9 menyebabkan tidak terdapatnya kemampuan untuk melisis organisme

    asing. Cetapi kenyataan yang menarik pada pasien dengan defisiensi

    kompleks serangan membran, hanya mendapat infeksi sistemik yang berat

    dengan bakteri neiseria intraselular termasuk N. meningitidis dali N.

    gonorrhoeae. Cetapi oleh karena $umlah sampel pasiennya hanya sedikit,

     belum dapat disimpulkan baha kompleks serangan membran terutarna

    penting untuk pertahanan terhadap organisme tersebut.

    2aftar Pustaka

    $rank %%. /omplement and kinin. !n 0tites DP, Cerr !. Basic and

    clinical immunology 5th

     edition . 7ora!k" ppleton G =ange, 1991 161#53. !rown '3, 3oiner #, $rank %%. /omplement. !n fundamental

    immunology. 2rdedition. 7e Fork" a&en Press, l984 634#68.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    16/32

    SUMBER :

    http://allergyclinic.wordpress.com/2012/02/01/imunologi-dasar-sistem-komplemen/ (diakses tanggal 18 April 2013, 19.40)

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    17/32

    SITOKIN

    Sitokin merupakan protein"protein kecil sebagai mediator dan

    pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin adalahsalah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel"sel tertentu

    dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel"sel

    lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel"sel lain Sitokin

    dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun. Sitokin

     bekerja dengan mengikat reseptor"reseptor membran spesifik,

     yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger

    4tirosin kinase5, untuk mengubah aktivitasnya 4ekspresi

    gen5.-espon"respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkanatau menurunkan ekspresi protein"protein membran termasuk

    reseptor"reseptor sitokin, proliferasi, dan sekresi molekul"molekul

    efektor. Sitokin bisa beraksi pada sel"sel yang mensekresinya atau

    aksi autokrin, pada sel"sel terdekat dari sitokin disekresi atau aksi

    parakrin. Sitokin bisa juga beraksi secara sinergis dua atau lebih

    sitokin beraksi secara bersama"sama atau secara antagonis sitokin

    menyebabkan aktivitas yang berlawanan.

    0itokin dibagi dalam sitokin imunologi yaitu tipe 1 ?!>7#H, CA>#I@, dan tipe -

    ?!=#3, !=#1*, !=# 12@, yang mendukung respon antibodi. >okus utama yang

    menarik adalah baha sitokin dalam salah satu dari dua#set sub cenderung

    untuk menghambat dampak yang timbul dari pada yang lain. Disregulasi

    kecenderungan ini masih dalam studi intensif atas peran yang mungkin dalam

    patogenesis gangguan autoimun. Beberapa sitokin inflamasi diinduksi oleh

    stres oksidan. >akta baha sitokin, sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya

    dan menyebabkan stres oksidan $uga meningkat, membuat mereka penting

    dalam inflamasi kronis. Disregulasi sitokin#sitokin baru#baru ini telah dibagi

    men$adi dua kelompok yaitu ada bersifat memacu dan menghambat. Bersifat

    memacu yaitu sesuai dengan populasi sel yang fungsi mereka

    mempromosikan" sel C helper 1 atau -. %ategori kedua sitokin memiliki peran

    dalam pencegahan berlebihan tanggapan kekebalan pro#inflamasi, termasuk

    !=#3, !=#1* dan CA>#I ?untuk beberapa nama@. 0itokin merupakan sinyal

    penting yang dihasilkan oleh sel#sel tubuh untuk dapat mengaktifkan ker$a sel

     yang lain, sehingga $enis dari sitokin yang disekresikan oleh sel akan

    memberikan efek pada sel targetnya. Beberapa penyakit autoimun ditandaidengan perubahan komposisi Ch1 &s Ch- dan keseimbangan !=#1-C7>#K &s

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    18/32

    !=#1*. Pada beberapa penyakit seperti , +0, D+ tipe 1, penyakit tiroid

    autoimun, dan /rohnLs, keseimbangan bergeser menu$u Ch1 ?!=#1- G C7>#K@,

    sedangkan aktifitas Ch- ?!=#1*@ berkurang. Pada 0=) berkaitan dengan

    pergeseran ke Ch- ?!=#1*@, sedangkan produksi !=#1- dan C7>#K oleh Ch1

    sangat kurang. pada gambar berikut ini men$elaskan pada penyakit D+ tipe 1

     yang diperantarai oleh sitokin yang dihasilkan sampai ter$adinya kerusakan

    sel#sel beta pakreas.

    0itokin adalah salah satu dari se$umlah at#at yang dikeluarkan oleh sel#sel

     yang spesifik sistem kekebalan yang membaa sinyal lokal antara sel, dan

    dengan demikian memiliki efek pada sel#sel lain. 0itikin adalah kategori yang

    menandakan molekul yang digunakan secara luas dalam komunikasi selular

     berupa protein, peptida atau glikoprotein. !stilah sitokin meliputi keluarga besar dan beragam regulator polipeptida yang dihasilkan secara luas di

    seluruh tubuh oleh sel asal embryological yang beragam.

    espon#respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau

    menurunkan ekspresi protein#protein membran ?termasuk reseptor#

    reseptor sitokin@, proliferasi, dan sekresi molekul#molekul

    efektor.0itokin bisa beraksi pada sel#sel yang mensekresinya ?aksi

    autokrin@, pada sel#sel terdekat dari sitokin disekresi ?aksi

    parakrin@. 0itokin bisa $uga beraksi secara sinergis ?dua atau lebih

    sitokin beraksi secara bersama#sama@ atau secara antagonis ?sitokin

    menyebabkan akti&itas yang berlaanan@.

    Pada dasarnya, istilah 'sitokin( telah digunakan untuk meru$uk kepada agen

    immunomodulating ?interleukin interferon, dll.@. Berisi data yang

     bertentangan tentang apa yang disebut sitokin dan apa yang disebut hormon.

     natomi dan struktural perbedaan antara sitokin dan klasik hormon yang

    memudar seperti kita bela$ar lebih banyak tentang masing#masing. %lasikprotein hormon yang beredar dalam konsentrasi nanomolar ?1*@ yang

     biasanya ber&ariasi oleh kurang dari satu urutan besarnya. 0ebaliknya,

     beberapa sitokin seperti !=#6 beredar di picomolar konsentrasi yang dapat

    meningkatkan hingga 1,***#fold selama trauma atau infeksi. Distribusi luas

    sumber selular sitokin mungkin fitur yang membedakan mereka dari hormon.

    :ampir semua tercampur sel, tapi terutama endoepitel sel dan makrofaga

    adalah tempat produksi !=#1, !=#6, dan C7>#K. 0ebaliknya, hormon klasik,

    seperti insulin, dikeluarkan dari kelen$ar ?misalnya, pankreas@. Cerminologi

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    19/32

    saat ini meru$uk sitokin sebagai agen immunomodulating. 7amun, penelitian

    lebih lan$ut diperlukan di daerah ini mendefinisikan sitokin dan hormon.

    0itokin masing#masing memiliki reseptor sel#permukaan yang cocok. %askade

    sinyal intraselular berikutnya kemudian mengubah fungsi sel. !ni mungkin

    termasuk upregulation dan atau donregulation dari beberapa gen dan

    faktor#faktor transkripsi mereka, sehingga dalam produksi sitokin lainnya,

    peningkatan $umlah reseptor permukaan untuk molekul lain, atau penindasan

    efek mereka sendiri dengan inhibisi umpan balik.

    )fek dari sitokin tertentu pada sel yang diberikan tergantung pada sitokin,

    kelimpahan ekstraseluler nya, kehadiran dan kelimpahan dari reseptor

    komplementer pada permukaan sel, dan sinyal hilir diaktifkan oleh reseptormengikat dua faktor terakhir dapat ber&ariasi menurut $enis sel. 0itokin

    adalah ditandai dengan cukup 'redundansi(, dalam banyak sitokin muncul

    untuk berbagi fungsi yang sama.

    Aeneralisasi fungsi sitokin sangat sulit di$abarkan. +eskipun demikian,

    dampak klinisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut"

    autokrin" $ika sitokin yang beker$a pada $enis yang sama sel yang

    mengeluarkan. parakrin" $ika target dibatasi untuk sel#sel dari tipe yang berbeda di

    sekitar langsung sekresi sitokin.

    :al ini tampaknya men$adi paradoks yang mengikat sitokin antibodi memiliki

    efek kekebalan yang lebih kuat daripada sitokin sa$a. :al ini dapat

    menyebabkan untuk menurunkan dosis terapeutik.

    0ekresi berlebihan sitokin dapat memicu sindrom berbahaya yang dikenal

    sebagai badai sitokin, ini mungkin telah menyebabkan efek samping yang

    parah selama percobaan klinis dari CA7131-.

    #lasifikasi Sel Sitokin

    0itokin adalah nama umum, nama yang lain diantaranya limfokin ?sitokin

     yang dihasilkan limfosit@, monokin ?sitokin yang dihasilkan monosit@,

    kemokin ?sitokin dengan akti&itas kemotaktik@, dan interleukin ?sitokin yang

    dihasilkan oleh satu leukosit dan beraksi pada leukosit lainnya@. 0itokin

     berdasarkan $enis sel penghasil utamanya, terbagi atas monokin dan limfokin.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    20/32

    +akrofag sebagai sel penya$i antigen ?ntigen Presenting /ell P/@,

    mengekspresikan peptida protein +ayor :istocompatibility /ompleM ?+:/@

    klas !! pada permukaan sel dan berikatan dengan reseptor sel C ?Ccr@, sel C

    helper. +akrofag mensekresi !nterleukin ?!=@#1I, !=#6, !=#8, !=#1-, dan C7>#

    K.

    Pada sel C terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sel Ch1 memproduksi

    !nterleukin#- ?!=#-@, !nterferon#H ?!>7# H@ dan =imfotoksin ?=C@. %elompok

    sel Ch- memproduksi beberapa interleukin yaitu !=#3, !=#4, !=#6, !=#1*.

    %lasifikasi 0truktural

    6omologi struktural telah mampu membedakan antara sebagian

    sitokin yang tidak menunjukkan tingkat redundansi sehingga

    mereka dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis(

    %eempat famili K#heliM bundel sitokin nggota memiliki struktur tiga

    dimensi dengan empat bundel K#heliks. >amili ini dibagi men$adi tiga sub#

    keluarga subfamily !=#-

    1. subfamili interferon ?!>7@

    -. subfamili !=#1*

     Fang pertama dari ketiga subfamili adalah yang terbesar. :al

    itu berisi beberapa non#imunologi sitokin termasuk eritropoietin ?)P@

    dan thrombopoietin ?CP@. Juga, empat bundel K#heliM sitokin dapat

    dikelompokkan men$adi sitokin rantai pan$ang dan rantai pendek.

    - >amili !=#1 yang primer termasuk !=#1 and !=#18

    2 >amili !=#15 , yang belum sepenuhnya ditandai, meskipun sitokin anggota

    memiliki efek khusus dalam mempromosikan proliferasi C#sel yang

    menyebabkan efek sitotoksik 

    #lasifikasi $ungsional

    0ebuah klasifikasi yang terbukti lebih berguna dalam praktek klinis dan

    eksperimental adalah pembagian sitokin imunologi ke orang#orang yang

    meningkatkan respon imun seluler yaitu tipe 1 ?!>7#H, CA>#I, dll@, dan tipe -

    ?!=#3, !=#1*, != #12, dll@ adalah yang mendukung respon antibodi.

    >okus utama yang menarik adalah baha sitokin dalam salah satu dari dua

    sub#set cenderung untuk menghambat dampak yang timbul dari lainnya.

    Disregulasi dari kecenderungan ini berperan dalam patogenesis gangguanautoimun.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    21/32

    Beberapa 0itokin inflamasi diinduksi oleh stres oksidan. >akta baha sitokin

    sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya dan $uga menyebabkan stres

    oksidan meningkat membuat sitokin berperan penting dalam peradangan

    proses kronis.

    -eseptor Sitokin

    Dalam beberapa tahun terakhir, reseptor sitokin telah banyak menyita

    perhatian para ahli dibandingkan dengan sitokin itu sendiri, sebagian karena

    karakteristiknya yang luar biasa, dan sebagian karena defisiensi reseptor

    sitokin secara langsung berkaitan dengan melemahnya immunodefisiensi.

    Dalam hal ini, dan $uga karena redundansi dan pleiomorpishm sitokin, pada

    kenyataannya merupakan konsekuensi dari reseptor homolog sitokin, banyak

    para ahli berfikir baha klasifikasi reseptor akan lebih berguna secara klinis

    dan eksperimental. 0itokin beker$a pada sel#sel targetnya dengan mengikat

    reseptor#reseptor membran spesifik. eseptor dan sitokin yang cocok dengan

    reseptor tersebut dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan struktur

    dan akti&itasnya.

    #lasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga"

    dimensi yang dimiliki.

    -eseptor sitokin tipe 0 4 6aemopoitin /rowth $actor family 5

     nggota#anggotanya memiliki motif tertentu pada ekstraseluler asam#

    amino domain. /ontoh, !=#- reseptor memiliki rantai NH ?umumnya untuk 

     beberapa sitokin lain@ yang kurang sehingga secara langsung bertanggung

     $aab atas M#linked 0e&ere /ombined !mmunodeficiency ?E#0/!D@. E#

    0/!D menyebabkan hilangnya akti&itas kelompok sitokin ini.

    -eseptor sitokin tipe 1 4 &nterferon 5

     nggota#anggotanya adalah reseptor#reseptor terutama untuk interferon.

    eseptor#reseptor kelompok interferon memiliki sistein residu ?tetapi

    tidak rangkain Crp#0er#E#Crp#0er@ dan mencakup reseptor#reseptor untuk 

    !>7K, !>7I, !>7H.

    -eseptor sitokin tipe 7 4 )umor ecrosis $actor family  @

     nggota#anggotanya berbagi sistein#ekstraseluler yang umumnya banyak

    mengikat domain, dan termasuk beberapa non#sitokin lain seperti /D3*,

    /D-5, dan /D2*, selain yang diberi nama ?C7>@.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    22/32

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    23/32

    penyelidikan yang cukup besar diperlukan sebelum kegiatan tertentu ?unit

     biologis per miligram protein@ ditetapkan untuk setiap bentuk !=#1 human.

    Beberapa kegiatan !=#1 biologis seperti induksi hati fase akut sintesis

    protein telah dibuktikan dalam in&ertebrata dalam e&olusi limfosit. !=#1

    adalah sangat inflamasi dan meningkatkan konsentrasi metabolit asam

    arakidonat, terutama prostaglandin )-, di otak, otot, kondrosit, dan

    fibroblas sino&ial. 0intesis leukotrien $uga terlibat dalam mekanisme ker$a

    pada $aringan tertentu. %loning dan ekspresi gen !=#1 human akan

    memperluas pemahaman kita tentang !=#1 dalam berbagai penyakit

    melalui sistem deteksi peningkatan dan penggunaan probe cD7,

    pengembangan antagonis !=#1, serta penggunaan !=#1 sebagai

    immunomodulator, saat ini sedang dipertimbangkan. Beberapa pakar

    menganggap baha defisiensi genetik !=1 berperan dalam reumatoid

    artritis dan lheimer. !=#1O merupakan sitokina yang diiris oleh !/), dan

     berperan di dalam akti&itas selular seperti proliferasi, diferensiasi dan

    apoptosis. !nduksi /E#- pada sitokina ini di dalam sistem saraf pusat

    ditemukan sebagai penyebab hipersensiti&itas yang memberikan rasa

    sakit. Dari percobaan yang dilakukan terhadap manusia dan hean, ada

    peranan yang kuat dari !=#1 sebagai mediator stimulasi hilangnya tulang

    pada penyakit periodontal. !=#1 adalah mediator utama terhadap respon

    inflamasi yang dihasilkan oleh banyak sel yang berbeda, termasukmakrofag, sel#sel endotel, sel#sel B, fibroblas, sel#sel epitel, astrocytes, dan

    osteoblas. !=#1 dihasilkan sebagai respon terhadap mikroorganisme,

     bakteri toksin, komponen komplemen atau in$uri $aringan. 0alah satu aksi

    terpenting dari !=#1 adalah kemampuannya untuk menginduksi sitokin

    lain, dan !=#1 muncul sebagai bagian $aringan sitokin dengan sifat self#

    regulating dan self#suppressing Pada aalnya !=#1 ditemukan sebagai

    faktor yang bisa menginduksi ter$adinya demam, sebagai pengontrol

    limfosit, meningkatkan $umlah sel#sel sumsum tulang dan menyebabkan

    degenerasi komposisi tulang. 0ekitar tahun 1983#1984, !=#1 ditemukan

    oleh para ahli baha sebenarnya terdiri dari dua protein yang terpisah,

    sekarang disebut dengan !=#1K dan !=#1I. !=#1K dan !=#1I merupakan pro#

    inflamatori sitokin yang terlibat dalam pertahanan imun melaan infeksi.

    !=#1K dan !=#1I keduanya dihasilkan oleh makrofag, monosit, dan sel#sel

    dendrit. +ereka dibentuk sebagai bagian penting terhadap respon

    inflamasi tubuh melaan infeksi. 0itokin#sitokin ini meningkatkan

    ekspresi faktor#faktor adhesi pada sel#sel endotel untuk memungkinkan

    transmigrasinya leukosit#leukosit, sel#sel yang melaan patogen, ke

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    24/32

    tempat infeksi dan berkumpul di pusat pengatur suhu hipotalamus, dan

    menyebabkan peningkatan suhu tubuh atau demam. Dengan demikian !=#

    1 disebut endogenous pyrogen. !=#1 $uga penting dalam pengaturan

    hematopoesis !=#1 diketahui menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan

    kolagenase. !=#1 dikenal paling berpotensi menginduksi proses

    demineralisasi tulang dan sinergis dengan tumor necrosis factor K dalam

    menstimulasi resorpsi tulang terutama dalam mengubah matriks $aringan

    ikat. %adar !=#1 diketahui meningkat pada gingi&a periodontitis deasa

    dibandingkan dengan indi&idu yang secara klinis sehat atau mengalami

    gingi&itis ringan. !=#1 $uga meningkat pada periodontitis aktif

    dibandingkan dengan inflamasi yang stabil.

    &nterleukin"1, &+"1 ?T Cell Growth Factor, TCGF, lymphokine@

    adalah se$enis sitokina yang disebut hormon leukositotropik,yang

     berperan sebagai stimulan dalam proliferasi sel B dan sel C.!=#- ditelisik

    mempunyai fungsi yang serupa dengan !=#14.!=#- berperan dalam

    apoptosis sel C yang terakti&asi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk

    mencegah autoimunitas, sedangkan !=#14 berperan dalam pemeliharaan

    sel C memori.

    &nterleukin"7, &+"7 ?multi colony stimulating factor, M!T"#C$F,

     MCGF, MGC%&'&(, MGC%&'&& adalah sebuah hormon ber$enis sitokina

    dari kelompok interleukin yang mempunyai potensi untuk memicuproliferasi beragam sel hematopoietik men$adi sel progenitor mieloid,

    termasuk memicu proliferasi beragam sel mieloid seperti eritrosit,

    megakariosit, granulosit, monosit dan sel dendritik. !=#2 berperan dalam

    pelbagai akti&itas selular, seperti perkembangan sel, diferensiasi sel dan

    apoptosis, serta memiliki potensi neurotropik. mumnya !=#2 disekresi

    oleh sel C yang terakti&asi sebagai respon imunitas untuk menstimulasi

    lebih banyak sel C dari sumsum tulang.

    &nterleukin"9, &+"9 ? )$F*, )CGF*, )CGF#*, MGC%&+-@ adalah

    sitokina pleiotropik yang disekresi oleh sel C yang telah terakti&asi

    men$adi sel C:-, bersama#sama dengan !=#4 dan !=#12.!=#3 berperan

    dominan dalam sistem kekebalan dan merupakan faktor yang penting

    dalam perkembangan hipersensiti&itas,dengan fungsi selular yang banyak

    tumpang#tindih dengan !=#12.

    &nterleukin":, &+": ?eosinophil colony#stimulating factor, DF,

    T/F @ adalah sitokina sekresi sel C: yang berperan dalam perkembangan

    dan diferensiasi sel B dan eosinofil. Peningkatan rasio !=#4 dilaporkan

    terkait dengan asma dan sindrom hipereosinofilik, seperti eosinofilia.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    25/32

    Cingginya rasio !=#4 $uga ditemukan pada penderita penyakit Ara&es dan

    tiroiditis :ashimoto.

    &nterleukin"; ? "nterleukin 0, "nterferon beta#-, "FN)-, ) cell

    differentiation factor, ) cell stimulatory factor -, )$F-, 1epatocyte

    stimulatory factor, 1$F, 1ybridoma growth factor, 1GF, "!#0@ adalah

    sitokina yang disekresi dari $aringan tubuh ke dalam plasma darah,

    terutama pada fase infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon

    peradangan transkriptis melalui pencerap !=#6 , menginduksi maturasi

    sel B.dan pencerap gp12* !=#6 merupakan sitokin pleiotropik yang

    diproduksi oleh banyak tipe sel seperti monosit, fibroblas, sel#sel endotel,

    dan limfosit C dan B. !=#6 tidak diekspresikan secara terus#menerus,

    melainkan banyak diinduksi dan diproduksi sebagai respon terhadap

    se$umlah rangsangan inflamatori seperti !=#1, C7>#K, produk#produk

     bakteri, dan infeksi &irus. 0itokin ini mempunyai fungsi yang berbeda,

    meliputi differensiasi danatau akti&asi makrofag dan sel#sel C, sel#sel

    pertumbuhan dan differensiasi sel#sel B, stimulasi hematopoesis dan

    differensiasi neural.

    &nterleukin"

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    26/32

     banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek pleiotrofik pada sistem

    kekebalan dan peradangan.1QPertama kali !=#1* dikenal karena

    kemampuannya untuk menghambat akti&asi dan fungsi efektor dari sel C,

    monosit dan makrofaga.>ungsi rutin !=#1* tampaknya terutama

    menghambat atau meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan

    perkembangan dan diferensiasi sel B, sel 7%, sel C:, sel C /D8, mastosit,

    granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat

    imunosupresif terhadap sel mieloid.

    &nterleukin 01, &+"01 adalah se$enis sitokina yang biasanya disekresi

    oleh D/, +/ dan sel B limfoblastoid ?7/#25@, sebagai respon terhadap

    stimulasi antigen. !=#1- disebut $uga sebagai faktor stimulan sel C, karena

     berperan dalam diferensiasi sel C /D3 men$adi sel C:* yang kemudian

     berkembang men$adi sel C:1. 0el C efektor yang memproduksi !=#1-

    disebut sel C /D2*. !=#1- $uga stimulan bagi sitokina !>7#H dan C7>#K.

    0timulasi !>7#H dilakukan dengan mengurangi efek sitokina !=#3 yang

    men$adi regulator !>7#H. =ebih lan$ut, produksi !>7#H akan meningkatkan

    kadar !P#1* yang bersifat anti#angiogenik ?menghambat pertumbuhan

    pembuluh darah baru@.

    &nterleukin"07, !=#12 adalah sebuah protein dengan fungsi sitokina

     yang disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel C:-. Berbagai efek

     biologis !=#12, seperti halnya !=#3, terkait dengan sebuah faktortranskripsi yaitu 0CC6.

    )umor ecrosis $actor"alpha 4)$">5

    Penyakit#penyakit inflamasi tulang kronis, seperti rheumatoid arthritis,

    penyakit periodontal, dan aseptik periprosthetik osteolisis,

    dikarekteristikkan dengan hilangnya tulang sekitar $aringan pendukung

    gigi disebabkan meningkatnya osteoklastik resorpsi tulang. esorpsi ini

     banyak diperantarai oleh peningkatan produksi lokal sitokin pro#

    inflamatori seperti C7>#K.

    Cumor necrosis factor $uga merupakan sitokin multipotensial yang

    mempunyai berbagai efek biologik dan diketahui mempunyai efek yang

    mirip seperti !=#1. C7>#K diproduksi terutama oleh makrofag terhadap

    respon agent seperti lipopolisakkarida. C7>#K dan !=#1 keduanya

    diketahui beraksi pada sel#sel endotel untuk meningkatkan perlekatan

    polimorfonuklear neutrofil dan monosit, sehingga membantu untuk

    mengumpulkan sel#sel tersebut masuk ke dalam lokasi inflamasi

    +olekul#molekul C7>#K menstimulasi resorpsi tulang dengan

    menginduksi proliferasi dan differensiasi progenitor#progenitor osteoklas

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    27/32

    dan mengaktifkan formasi osteoklas secara tidak langsung. C7>#K $uga

    sebagai mediator proses destruksi $aringan dengan menstimulasi

    kolagenase dan degradasi kolagen tipe ! oleh fibroblas sehingga memicu

    destruksi $aringan periodonsium.

    steoklas merupakan sel#sel multinukleat yang dibentuk dengan proses

    peleburan progenitor#progenitor mononuklear di dalam monosit atau

    makrofag yang diperoleh dari colony#forming units granulacyte#

    macrophage ?/>#A+@. 0uatu penelitian mengidentifikasi ada dua cara

    pengaktifan osteoklas dalam proses osteoklastogenesis. Pertama,

    diaktifkannya macrophage#colony stimulating factor ?+#/0>@, melalui

    reseptornya c#>ms, dan yang kedua diaktifkan oleh 7%= melalui

    reseptornya, 7%.

    C7>#K, seperti molekul#molekul stimulasi osteoklas lainnya, merangsang

    produksi 7%= oleh sel#sel stroma, dan $uga menginduksi sekresi

    7%= oleh limfosit C, limfosit B, dan sel#sel endotel untuk menginduksi

    formasi osteoklas secara tidak langsung. C7>#K $uga menstimulasi

    produksi +#/0> oleh sel#sel stroma.14 steoclast differentiation factor

    ?D>, disebut $uga 7%=C7/)PA=@ menstimulasi progenitor#

    progenitor osteoklas pada monositmakrofag men$adi osteoklas dengan

    adanya macrophage colony#stimulating factor ?+#/0>@. )ksposur kronik

    C7>#K meningkatkan osteoklastogenesis melalui dua mekanisme yang berbeda ?Aambar 3@. C7>#K pertama kali mempengaruhi

    osteoklastogenesis pada prekusor#prekusor osteoklas di dalam sumsum

    tulang oleh sel#sel dasar untuk berdifferensiasi men$adi c#

    >ms/D11b7%# progenitor#progenitor osteoklas melalui

    mekanisme independent 7%=7%. Prekusor#prekusor osteoklas ini

    kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan $aringan perifer

    kemudian berdifferensiasi men$adi osteoklas yang matang ?mekanisme

    dependent@ berperan mempercepat proses resorpsi tulang. 0ebagai contoh,

    C7>#K bisa menginduksi berbagai sel, termasuk sel#sel sino&ial, sel#sel C,

    dan osteoblassel#sel stroma, untuk meningkatkan ekspresi mereka

    terhadap 7%=, yang mengikat 7% pada permukaan prekusor#

    prekusor

    osteoklas dan menginduksi differensiasi prekusor#prekusor osteoklas.

    C7>#K $uga bisa mengikat reseptornya pada permukaan prekusor#

    prekusor osteoklas dan secara tidak langsung menginduksi differensiasi

    mereka men$adi osteoklas#osteoklas matang, kemudian meningkatkan aksi

    7%= yang diinduksi secara tidak langsung

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    28/32

    &nterferon ?/amma 4&$"@5

    !>7#H, merupakan sitokin yang kritis terhadap imun alami dan imun

    adaptif dalam melaan &irus dan infeksi bakteri intraselluler dan untuk

    mengontrol tumor. )kspresi !>7#H dihubungkan dengan se$umlah

    penyakit autoinflamatori dan autoimun. :al yang paling penting dari !>7#

     H dalam sistem imun adalah kemampuannya untuk menghambat replikasi

     &irus secara langsung, 7amun, yang paling terpenting, adalah pengaruh

    immunostimulator dan immunomodulatornya.

    !>7#H berbeda dalam hal biokimia dan biologiknya dibandingkan dengan

    !>7#K dan !>7#I, dimana keduanya dihasilkan oleh sel#sel yang terinfeksi

     &irus, !>7#H dihasilkan selama respon imun berlangsung oleh adanya

    antigen spesifik sel#sel C dan natural killer cells ?sel#sel 7%@ yang

    dikumpulkan oleh !=#-. Pengaruh yang ditimbulkannya termasuk

    mengaktifkan makrofag untuk meningkatkan fagositosis dan kemampuan

    membunuh sel#sel tumor seperti $uga mengaktifkan dan meningkatkan

    pertumbuhan sel#sel C sitolitik dan sel#sel 7%.

    /ontoh akti&itas !>7#H adalah"

    1. +eningkatkan presentasi antigen oleh makrofag

    -. +engaktifkan dan meningkatkan akti&itas lisosom di dalam makrofag

    2. +eningkatkan akti&itas sel Ch-

    3. +empengaruhi sel#sel normal untuk meningkatkan ekspresi molekul#molekul +:/ klas !

    4. +empromosikan adhesi dan mengikat leukosit#leukosit yang

     bermigrasi

    6. +empromosikan akti&itas sel 7% 

    5. +engaktifkan P/s dan merangsang differensiasi Ch1 dengan

    pengaturan transkripsi faktor C.

    !>7#H meregulasi ekspresi antigen +:/ klas !, dan menginduksi +:/ klas !!

    dan ekspresi reseptor >cH pada makrofag dan sel#sel lainnya termasuk sel#sel

    limfoit, sel#sel endotel, sel#sel mast dan fibroblas sehingga !>7#H

    mempengaruhi kemampuan sel#sel tersebut untuk menya$ikan antigen.

    Dengan diaktifkannya +:/ klas !! pada sel#sel endotel, sel#sel ini kemudian

    men$adi peka terhadap aksi sel#sel C sitolitik spesifik klas !!.

    0ecara fisiologi pembentukan osteoklas diatur oleh sitokin#sitokin utama

    osteoklastogenik +#/0> dan 7%=. Bagaimanapun, kondisi fisiologik yang

    ter$adi, seperti selama berlangsungnya inflamasi, infeksi, dan defisiensi

    estrogen, resorpsi tulang secara signifikan distimulasi sehubungan dengan

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    29/32

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    30/32

     berlebihan atas autoantbodi dan sel mononuklear darah tepi !=#6 pada

    pasien nefritis lupus.

    0ebaliknya, pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik $ustru

    mengalami penurunan produksi !=#15 yang berkaitan dengan sel CSh15.

    Peran Sitokin 2alam rinitis lergi

    Perubahanpolarisasi sel Ch* men$adi sel Ch1 atau Ch- dipengaruhi

    oleh $enis antigen yang merangsang, dosis antigen, tipe sel penya$i antigen

     yang terlibat,lingkungan mikro sitokin yang ada dan sinyal kostimulator

     yang diterima sel C serta faktor genetik.

    Pada infeksi intrasel dihasilkan satu set sitokin yang disebutsitokin tipe

    1 yang diproduksi antara lain oleh sel Ch1 yaitu !>7#T dan !=#-. Penelitian lebih lan$ut ditemukan berbagai sitokin lain seperti !=#3, !=#

    4, !=#9 dan!=#12 yang diproduksi oleh sel Ch-. 0itokin !>7#T dianggap

    sebagai prototipesitokin Ch1 sedangkan !=#3 merupakan protipe sitokin

    Ch-.

    Pada indi&idu yang atopik, sel C /D3 ?Ch*@ cenderung akan

    mengalami polarisasi men$adi sel Ch- yang akan melepaskan kombinasi

    khas berbagai sitokinyang disebut pula sebagai sitokin tipe - antara lain

    antara lain !=#2, !=#3, !=#4, !=#9, !=#1*, !=#12 dan A+ /> yang sifatnya

    mempertahankan lingkungan proatopik yaitu menginduksi sellimfosit B

    untuk memproduksi !g). Pada infeksi intra#seldihasilkan satu set sitokin

     yang disebut sitokin tipe 1 yang diproduksi antara lainyang diproduksi

    oleh sel Ch1, yaitu"!>7#T dan !=#-.0itokin !=#3 pada manusia merupakan

    suatu glycoprotein yang diproduksioleh sel Ch-, sel mast dan sel basofil.

    Produksi !=#3 cepat dan bersifat transien,dapat dideteksi dalam aktu 1#4

     $am dan ekspresinya hilang setelah -3#38 $am.

    )fek sitokin !=#3 selain pada perkembangan Ch- adalah mengarahkan

    sel B untuk memproduksi !g) dan !gA3. 0eperti diketahui !g) merupakan

    kunci untuk ter$adinya penyakit atopi.

    0itokin !>7#T selain diproduksi oleh sel Ch1 yang teraktifasi $uga oleh

    sel 7% dan sel C cytotoMic karena itu sering disebut sitokin tipe 1.

    Dilaporkan bahasebagai pemicu aktifasi sel Ch1 adalah reaksi silang

    kompleks reseptor sel C,sedangkan sel 7% sebagai pemicunya adalah

    sitokin yang dihasilkan olehmakrofag berupa C7>#a dan !=#1- dan !>7#T

    sendiri. Dalam respon primernya terhadap rangsangan antigen, aktifasi sel

    Ch* ditentukan oleh pengaruhlingkungan mikrositokin yang ada. 0ecara

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    31/32

     bersamaan !>7#T dan !=#1- terlibatdalam menentukan diferensiasi sel

    Ch* untuk men$adi fenotipe Ch1.

    0itokin !=#1-, merupakan bioaktif yang yang diproduksi oleh monosit#

    makrofag yang teraktifasi dan sel#sel penya$i antigen ?P/@ yang lain. Fang

    merupakan sumber utamanya adalah sel#sel dendrit yang memproses

    danmenya$ikan antigen terlarut ?soluble@ pada sel C. 0el dendrit

    merupakan sel penya$i antigen kunci yang mengaktifkan sel C nai&e dan

    dapat dikatakan seldendrit merupakan pengatur diferensiasi sel Ch1.

    Peran tersebut terutama setelahdendrit mengalami maturasi akibat

    paparan mikroba atau sinyal bahaya kuat yanglain . 0el dendrit yang sudah

    matur berkurang kemampuan endositosisnya,sedangkan kemampuan

    presentasi antigennya meningkat dengan mengubahekspresi reseptor,

     berada di limfonodi regional dan meningkatkan produksi

    sitokinimunoregulator termasuk !=#1-. 0inyal bahaya ditransduksikan

    oleh tool likereceptor ?C=@ yang diekspresikan pada sel dendrit dan

    sistem imun lain. 0inyal bahaya ini cenderung memacu respon imun Ch1

    dengan memacu sel dendrit untuk memproduksi se$umlah besar !=#1- dan

    meningkatkan sitokin tipe 1 yang lain.

    Produksi sitokin !=#1- sangat dipengaruhi oleh mediator sitokin

    lingkungan yangterdapat selama berlangsungnya respon imun. +ediator

     yang meningkatkan produksi !=#1- adalah !>7#T dan C7>#O, sedangkan yang menghambat produksinya adalah !=#3, !=#12, CA>#B dan !=#1*. Di

    antara mediator#mediator tersebut !>7#T merupakan stimulator produksi

    !=#1- yang paling kuat. 0ementaraitu diketahui !=#1- mempunyai efek

    memicu produksi !>7#T, meskipun secarain&itro untuk mendapatkan

    kadar !=#1- yang terukur diperlukan !>7#T. Produksi!=#1- oleh makrofag

    dan neutrofil dapat dipicu secara langsung olehlipopolisakarida ?=P0@ dan

    produk lain dari mikroorganisme patogen. Dengandemikian sitokin !=#1-

    terbukti merupakan salah satu pengatur sentral imunitasseluler yang

    mengaktifkan sel 7%, $uga merupakan mediator esensial utama untuk

    diferensiasi sel Ch* ?nai&e@ ke Ch1 dan secara langsung memacu sekresi

    !>7#Toleh sel Ch1 dan sel 7%. 0ementara itu !=#1- secara aktif terpicu di

    dalammakrofag dan monosit oleh !>7#T sehingga respon Ch1 distabilkan

    oleh suatu $alur feedback positif. Aangguan ker$a sitokin !=#1-

    mengakibatkan tidak adarespon Ch1 yang persisten, sementara itu

    produksi !=#1- oleh monosit dapatditekan oleh sitokin lain termasuk !=#3

    dan !=#1* yang merupakan produksi selCh-.

  • 8/16/2019 Bahan Imun 1

    32/32

    0itokin Ch- diduga merupakan inhibitor !=#1-, tetapi hubungan

    antarasitokin Ch- dengan !=#1- sebenarnya lebih kompleks. +isalnya !=#3

    dan !=#12akan menekan produksi !=#1- bila kedua sitokin tersebut

    ditambahkan saatstimulasi monosit tetapi preinkubasi yang lama dengan

    kedua sitokin tersebut ?!=#3 dan !=#12@ akan memicu produksi !=#1- yang

    tinggi. +ediator lain yang penting pada penyakit alergi, yaitu PA)- dan

    histamin, ternyata $uga mempunyaiefek menekan produksi !=#1-.

    :eterogenitas sel Ch ?Ch1 dan Ch-@ sekarang dapat diterima secara

    luaskarena perbedaan tersebut men$elaskan penyimpangan imunitas yaitu

    hubungantimbal balik antara imunitas humoral dan seluler dan

    men$elaskan ter$adinya penyakit alergi sebagai akibat produksi berlebihan

    oleh sel Ch-. 0ementara itudiketahui baha sitokin Ch1 ?!>7# T@ dapat

    menghambat produksi sitokin Ch-?!=#3@ dan sebaliknya, sitokin Ch- ?!=#

    3@ dapat menghambat produksi sitokin Ch1?!>7#T@. Dilaporkan baha sel

    Ch* ?/D3@ yang sudah mengalami diferensiasi penuh men$adi sel efektor

    Ch1 atau Ch- akan memproduksi sitokin yang relatif tetap, demikian $uga

    sel Ch memori yang sudah mengalami polarisasi. kan tetap isel Ch

    memori yang belum mengalami polarisasi ?sel Ch resting@ profil sitokinnya

    dapat diubah sesuai dengan lingkungan mikro#sitokin yang ada, dengan

    demikiansel memori Ch- menghasilkan sitokin Ch1 $ika diaktifkan

     bersamaan dengan !=#1- yang merupakan pemicu !>7#T yang poten.0uatu penemuan yangmenun$ukkan baha profil sitokin dari populasi sel

    memori relatif fleksibel dandapat dirubah ?reprogrammed@ merupakan

    suatu konsep penting dan mempunyaiarti yang bermakna untuk

    pengobatan penyakit alergi.%emampuan sitokin !=#1- untuk merubah

    kembali respon imun Ch-men$adi respon imun C:1 telah

    disemonstrasikan baik secara in&itro maupunin&i&o. 0ecara in &itro

    diperlihatkan baha !=#1- mengahambat produksi !=#3 dalam suatu

    kultur darah tepi penderita alergi dan menekan produksi !g) olehmonosit

    darah tepi.

    Penelitian lain menun$ukkan baha !=#1- menekan sintesis !=#3dan

    !=#1* secara spesifik dan meningkatkan produksi !>7#T pada sel C /D3

    pada penderita rinitis alergi.

    SUMBER :

    http://allergyclinic.wordpress.com/2012/03/18/imunologi-dasar-

    sitokin-dan-aspek-klinisnya/ (diakses tanggal 18 April 2013, 19.45)