BAB II TNJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajakrepository.ump.ac.id/1574/3/SUWARNI - BAB...
Transcript of BAB II TNJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajakrepository.ump.ac.id/1574/3/SUWARNI - BAB...
8
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Menurut Edwin R.A. Seligman yaitu : “Tax is a compulsery
contribution from the person, to the goverment to defray the expenses
incurred in the common interest of all, without reference to special benefit
conferred” (Edwin R.A. Seligman, 1925: 3).
Banyak terdengar keberatan atas kalimat “without reference” karena
bagaimanapun juga uang-uang pajak tersebut digunakan untuk produksi
barang dan jasa, jadi benefit diberikan kepada masyarakat, hanya tidak
mudah ditunjukkannya, apalagi secara perorangan.
Menurut Adriani, Pajak ialah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan (R. Santoso Brotodiharjo, 2010: 2).
Dari definisi menurut Adriani, pajak dianggap sebagai pengertian
yang merupakan spesies dari sebuah genus berupa pungutan. Dengan
demikian, ruang lingkup pemungutan lebih luas dari pajak. Didalam
definisi tersebut, terlihat bahwa ia menekankan fungsi budgetaire
(keuangan) pajak, sekalipun sebenarnya pajak masih memiliki fungsi lain
yang juga sangat penting, yakni fungsi mengatur.
“In the United States, for example, the national goverment has an
income tax, most states have an income tax or a sales tax, or both and
cities and towns may have a sales tax or a property tax. In some states
such as Ohio, the sales tax is different in each county”
(https://simple.m.wikipedia.org>wiki>tax, diakses pada tanggal 24
Desember 2016 pukul 20.00 WIB).
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
9
Rochmat Soemitro memberikan definisi pajak bahwa pajak
merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan), dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukan dan dipergunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Dwiarso Utomo, 2011: 1).
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak
Hukum pajak harus memberikan jaminan hukum dan keadilan yang
tegas, baik untuk negara selaku pemungut pajak (fiskus) maupun kepada
rakyat selaku wajib pajak. Di negara-negara yang menganut faham hukum,
segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam undang-
undang. Dalam Undang-undang Dasar 1945 dicantumkan Pasal 23 ayat (2)
sebagai dasar hukum pemungutan pajak oleh negara. Dalam pasal itu
ditegaskan bahwa pengenaan dan pemungutan pajak ( termasuk bea dan
cukai) untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-
undang.
3. Asas-asas Pemungutan Pajak
Adam Smith mengemukakan 4 (empat) asas pemungutan pajak yang
lazim dikenal dengan:
a. Equality (asas persamaan)
Asas ini menekankan bahwa pada warga negara atau wajib pajak
tiap negara seharusnya memberikan sumbangannya kepada negara,
sebanding dengan kemampuan mereka masing-masing, yaitu
sehubungan dengan keuntungan yang mereka terima di bawah
perlindungan negara. Yang dimaksud dengan “keuntungan” disini
adalah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dibawah perlindungan
negara. Dalam asas equality ini tidak diperbolehkan suatu negara
mengadakan diskriminasi di antara wajib pajak.
b. Certainty (asas kepastian)
Asas ini menekankan bahwa bagi wajib pajak, harus jelas dan
pasti tentang waktu, jumlah dan cara pembayaran pajak. Dalam asas ini
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
10
kepastian hukum sangat dipentingkan terutama mengenai subjek dan
objek pajak.
c. Conveniency of payment (asas menyenangkan)
Pajak seharusnya dipungut pada waktu dengan cara yang paling
menyenangkan bagi para wajib pajak, misalnya: pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan terhadap para petani, sebaiknya dipungut pada saat
mereka memperoleh uang yaitu pada saat panen.
d. Law Cost of Collection (asas efisiensi)
Asas ini menekankan bahwa biaya pemungutan pajak tidak boleh
lebih dari hasil pajak yang akan diterima. Pemungutan pajak harus
disesuaikan dengan kebutuhan Anggaran Belanja Negara.
Jika Adam Smith mengemukakan 4 (empat) asas dalam
pemungutan pajak, maka W. J. De Langen seorang ahli pajak,
menyebutkan 7 (tujuh) asas pokok perpajakan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Asas Kesamaan, dalam arti bahwa seseorang dalam keadaan yang
boleh sama hendaknya dikenakan pajak yang sama. Tidak boleh ada
diskriminasi dalam pemungutan pajak.
2) Asas Daya-Pikul, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa setiap
wajib pajak hendaknya terkena beban pajak yang sama. Ini berarti
orang yang pendapatannya tinggi dikenakan pajak yang tinggi, yang
pendapatannya rendah dikenakan pajak yang rendah dan
pendapatannya di bawah basicneed dibebaskan dari pajak.
3) Asas Keuntungan Istimewa, bahwa seseorang yang mendapatkan
keuntungan istimewa hendaknya dikenakan pajak istimewa pula.
4) Asas Manfaat, mengatakan bahwa pengenaan pajak oleh pemerintah
didasarkan atas alasan bahwa masyarakat menerima manfaat barang-
barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah.
5) Asas Kesejahteraan, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa
dengan adanya tugas pemerintah yang pada satu pihak memberikan
atau menyediakan barang-barang dan jasa bagi masyarakat dan pada
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
11
lain pihak menarik pungutan-pungutan untuk membiayai kegiatan
pemerintah tersebut, akan tetapi sebagai keseluruhan adalah
mengikatkan kesejahteraan masyarakat.
6) Asas Keringanan Beban, asas ini menyatakan bahwa meskipun
pengenaan pungutan merupakan beban masyarakat atau perorangan
dan betapapun tingginya kesadaran berwarga negara, akan tetapi
hendaknya diusahakan bahwa beban tersebut sekecil-kecilnya.
7) Asas Keseimbangan, asas ini menyatakan bahwa dalam
melaksanakan berbagai asas tersebut yang mungkin saling
bertentangan, akan tetapi hendaknya selalu di usahakan sebaik
mungkin. Artinya tidak mengganggu perasaan hukum, perasaan
keadilan dan kepastian hukum (H. Bohari, 2004: 43).
4. Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan daerah, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin daerah dan melaksanakan pembangunan, daerah
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan dan lain sebagainya.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflansi dapat dikendalikan, hai ini bisa dilakukan antara
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak yang efektif dan efisien.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
12
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
5. Pengertian Wajib Pajak
Pengertian wajib pajak dijabarkan di Pasal 1 huruf a Undang-
undang No. 6 Tahun 1983 tentang Kitab Undang-undang Perpajakan
(KUP) yaitu orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau
pemotong pajak tertentu. Seseorang atau badan yang memenuhi
persyaratan menjadi wajib pajak diharuskan untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang harus dihormati oleh fiskus
(Mariot Pahala Siahaan, 2010: 1).
Dari ketentuan yang dimuat dalam Kitab Undang-undang
Perpajakan terdapat kewajiban dari wajib pajak dan juga hak-haknya
seperti:
a. Kewajiban Wajib Pajak
1) Melaksanakan pendaftaran diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas dari wajib pajak. Fungsi
Nomor Wajib Pajak tersebut selain dipergunakan untuk
mengetahui identitas wajib pajak yang sebenarnya, juga berguna
untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam hal
pengawasan administrasi perpajakan.
2) Mengambil sendiri blanko Surat Pemberitahuan (SPT) di tempat-
tempat yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak. Fungsi surat
pemberitahuan adalah sebagai sarana wajib pajak untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan laporan tentang pemenuhan
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
13
pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu
tahun pajak, serta laporan tentang pembayaran pajak yang telah
dipotong oleh pihak ketiga (Pasal 3 ayat (2) Undang-undang No.
16 Tahun 2006 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan).
3) Wajib pajak wajib untuk mengisi dengan benar dan lengkap dan
memandatangani sendiri surat pemberitahuan pajak dan kemudian
mengembalikan surat pemberitahuan itu kepada Kantor Inspeksi
Pajak.
4) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan-pencatatan pada
dasarnya setiap orang dan badan usaha yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas diharuskan mengadakan pembukuan.
b. Hak-hak Wajib Pajak
1) Wajib pajak mempunyai hak untuk menerima tanda buktu
pemasukan Surat Pemberitahuan. Surat Pemberitahuan melalui
Kantor Pos dan Giro harus dilaksanakan secara tercatat, dan
tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti penerimaan.
2) Wajib pajak mempunyai hak mengajukan permohonan penundaan
penyampaian Surat Pemberitahuan.
3) Wajib pajak mempunyai hak untuk melakukan pembetulan
sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah dimasukkan.
Pembetulan atas Surat Pemberitahuan dapat dilakukan oleh wajib
pajak apabila terdapat kekeliruan dalam mengisi SPT yang dibuat
oleh wajib pajak.
4) Wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan
penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan
kemampuannya.
5) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan pengambilan
kelebihan pembayaran pajak serta memperoleh kepastian Surat
Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
14
6) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan pembetulan salah
tulis atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dalam Penerapan Peraturan Perundang-
undangan Perpajakan.
7) Wajib pajak berhak mengajukan keberatan dan berhak atas
kepastian terbitnya surat keputusan atas surat permohonan
keberatannya.
8) Wajib pajak berhak mengajukan Permohonan Banding atas surat
keberatannya yang telah diputuskan oleh Jenderal Pajak.
9) Wajib pajak berhak mengajukan Permohonan Penghapusan atau
Pengurangan Pengenaan Sanksi Perpajakan serta Pembetulan
Ketetapan Pajak yang salah atau keliru.
10) Wajib pajak berhak memberi kuasa khusus kepada orang
lain yang dipercayai untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.
B. Penegakan Hukum
1. Pengertian Hukum
Soerjono Soekanto menyebutkan arti yang diberikan masyarakat
pada hukum sebagai berikut:
a. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun
secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.
b. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan
atau gejala-gejala yang dihadapi.
c. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yang pantas atau diharapkan.
d. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat
kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu.
e. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum.
f. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang
menyangkut keputusan penguasa.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
15
g. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal
balik antar unsur-unsur pokok sistem kenegaraan.
h. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yaitu
perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang
bertujuan untuk mencapai kedamaian.
i. Hukum sebagai jaminan nilai-nilai, yaitu jalinan-jalinan dari konsepsi-
konsepsi tentang apa yang siagap baik dan buruk.
2. Pengertian Hukum Pajak
Hukum Pajak, yang dikenal dengan hukum fiskal, adalah
keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewnang pemerintah
untuk mengambil melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari
hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara
dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar
pajak (selanjutnya sering disebutwajib pajak). Tugasnya adalah menelaah
keadaan-keadaan dalam masyarakat yang dapat dihubungkan dengan
pengenaan pajak, merumuskannya dalam peraturan-peraturan hukum dan
menafsirkan peraturan-peraturan hukum ini dalam pada itu adalah penting
sekali bahwa tidak harus diabaikan begitu saja latar ekonomis dari
keadaan-keadaan dalam masyarakat tersebut (R. Brotodiharjo Santoso,
2010: 1).
Menurut R. Santoso Brotodiharjo, hukum pajak adalah suatu
kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan lain
lain perkataan hukum pajak menerangkan:
a. Siapa-siapa wajib pajak (subyek pajak);
b. Objek-objek apa yang dikenakan pajak (objek pajak);
c. Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah;
d. Timbulnya dan hapusnya hutang pajak;
e. Cara penagihan pajak, dan
f. Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
16
3. Pengertian Penegakan Hukum
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu
usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan.
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-
keinginan hukum menjadi kenyataan. Berdasarkan itu yang disebut
sebagai keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran pembuat
undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu.
Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau pula
sampai kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-
undang (hukum) yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut
menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan (Satjipto
Rahardjo, 1983: 24).
Menurut Soerjono Soekanto, yaitu secara konsepsional maka inti
dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan
nilai-nilai yang dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap
tindak sebagai rangkuman penjabaran nilai tahap akhir, untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup. Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakekatnya
merupakan diskresi menyangkut pembuatan keputusan yang tidak secara
ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian
pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral
(Soerjono Soekanto, 1983: 24).
Penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya dan
tindakan melalui organisasi berbagai instrumen untuk mewujudkan apa
yang dicita-citakan oleh penyusun hukum atau undang-undang yang
dirumuskan dalam peraturan hukum (Satjipto Raharjo, 2010: 24).
Di dalam pengertian penegakan hukum tersebut juga termasuk
penyuluhan, sosialisasi dan pendidikan serta bimbingan agar para
pembayar pajak dapat mengikuti dan mematuhi undang-undang
perpajakan sesuai yang dicita-citakan oleh undang-undang atau peraturan
di bidang perpajakan (Adrian Sutedi, 2011: 231).
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
17
4. Pengertian Penegakan Hukum Pajak
Penegakan hukum pajak merupakan suatu aturan yang dibuat agar
wajib pajak dapat patuh terhadap kewajiban perpajakannya, serta dapat
memberikan rasa adil dalam penegakan hukumnya kepada wajib pajak.
Dengan kata lain penegakan pajak sangatlah penting terhadap kepatuhan
wajib pajak karena jika salah satu dari unsur tersebut tidak berjalan dengan
baik, maka tingkat kepatuhan wajib pajak tidak akan terjadi dengan baik
dan tidak akan adil merata (Siti Kurnia Rahayu, 2010: 140).
C. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Daerah
Daerah dalam konteks pembagian administratif di Indonesia, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat (Licoln Arsyad, 1999: 107).
2. Pengertian Pemerintahan Daerah
Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan Undang-undang No. 32
Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang No.
12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat (2) adalah
sebagai berikut: “ Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945”.
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah
dikemukakan di atas, maka yang dimaksud pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan-urusan yang menjadi urusan daerah (Provinsi atau
Kabupaten) oleh pemerintah daerah dan DPRD.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
18
3. Penyelenggara Pemerintahan Daerah
Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan
DPRD Pasal 19 ayat (1) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 sebagaimana
telah diamandemen dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam menyelenggarakan pemerintahan,
pemerintah menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan
dekonsentrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pasal 20 ayat
(2) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen
dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Dengan demikian penyelenggaraan pemerintah daerah terdiri dari
Pemerintahan Daerah dan DPRD. Pemerintah Daerah adalah Gubernur,
Bupati atau Wali Kota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah. Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
D. Peraturan Daerah
1. Pengertian Peraturan Daerah
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud
dengan Peraturan Daerah (Perda) adala peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah. Definisi lain tentang Perda berdasarkan ketentuan
Undang-undang tentang Pemerentah Daerah 1 adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan Kepala Daerah baik di Propvinsi maupun di
Kabupaten/ Kota.
Dalam ketentuan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (UU Pemda), Perda dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah Propinsi/ Kabupaten/ Kota dan
tugaspembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
19
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas
masing-masing daerah.
2. Jenis-jenis Peraturan Daerah
Ada berbagai jenis Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Kota dan Propinsi antara lain:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Tata Ruang Wilayah Daerah;
d. APBD;
e. Rencana Program Jangka Menengah Daerah;
f. Pemerintahan Desa;
g. Pengaturan Umum Lainnya.
3. Proses Pembuatan Peraturan Daerah
Proses pembentukan Peraturan Daerah terdiri dari 3 (tiga) tahap,
yaitu:
a. Proses penyiapan perancangan Perda yang merupakan proses
penyusunan dan perancangan di lingkungan DPRD atau lingkungan
Pemda (dalam hal ini Raperda usul inisiatif). Proses ini termasuk
penyusunan naskah inisiatif (initiatives draft), naskah akademik
(academic draft) dan naskah rancangan Perda (legal draft).
b. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan di
DPRD.
c. Proses pengesahan oleh Kepala Daerah dan pengundangan oleh
Sekretaris Daerah.
4. Asas-asas Materi Muatan
a. Asas Pengayoman, bahwa setiap muatan Perda harus berfungsi
memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman
masyarakat.
b. Asas Kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
20
c. Asas Kebangsaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistic
(kebinekan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
d. Asas Kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
e. Asas Kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan Perda senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi
muatan Perda merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila.
f. Asas Bhineka Tunggal Ika, bahwa setiap materi muatan Perda harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi daerah dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-
masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
g. Asas Keadilan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
h. Asas Kesamaan dalam Hukum dan Pemerintahan, bahwa setiap materi
muatan Perda tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku, ras, golongan,
gender atau status sosial.
i. Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum, bahwa setiap muatan Perda
harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
j. Asas Keseimbangan, Keserasian dan Keselarasan, bahwa setiap materi
muatan Perda harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan
keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat dengan
kepentingan bangsa dan negara.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
21
E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan
self supporting dalam bidang keuangan. Sehubungan dengan pentingnya
posisi keuangan ini pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan
fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan dan pembanguna dan keuangan inilah yang
merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata
kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos
Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos
Penerimaan non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos
Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan
Asli Daerah adalah: meneliti, menentukan dan menetapkan mana
sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara
meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut
dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Pendapatan Asli Daerah adalah semua hak daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu
(UU. No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah), pendapatan
daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah,
juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-
lain pendapatan yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
22
daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan (UU.No 32 Tahun 2004).
Pengeritan pendapatan asli daerah menurut Undang-undang No. 28
Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperopleh daerah
dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah,
dan lain-lain yang sah (Abdul Halim, 2004: 96).
Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu
daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi
yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan
lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
2. Hukum Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Seluruh kegiatan dalam Pendapatan Asli Daerah diatur dalam
a. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Sistem Pemerintahan
Daerah
b. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat-Daerah
c. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
e. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah
f. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah
g. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Sistem Pengelolaan Keuangan
Daerah
3. Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Komposisi Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Paerah, Retribusi
Daerah, Laba Perusahaan Daerah dan pendapatan lain-lain yang sah.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
23
Diantara keempat sumber tersebut pajak daerah dan retribusi daerah
merupakan sumber andalan PAD.
F. Pajak Daerah
1. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah berdasarkan Pasal 1 angka (10) Undang-undang No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari definisi diatas dapat dirangkum pengertian pajak daerah adalah
iuran wajib yang dikelola oleh pemerintah daerah dan untuk membiayai
kebutuhan pemerintah daerah termasuk pembangunan daerah dengan tanpa
memperoleh imbalan secara langsung. Sedangkan menurut penulis definisi
pajak adalah, iuran wajib oleh orang pribadi atau badan hukum kepada
pemerintah daerah tanpa mendapat imbalan secara langsung yang dapat
dipaksakan berdasarkan undang-undang yang berlaku kemudian dapat
digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan kebutuhan daerah.
Rochmad Sumitro merumuskan pajak daerah adalah pajak Negara
yang diserahkan kepada Daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran
Daerah sebagai badan hukum publik.
2. Ciri-ciri Pajak Daerah
a. Pajak Daerah berasal dari Pajak Negara yang diserahkan kepada Daerah
sebagai Pajak Daerah;
b. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang;
c. Pajak Daerah dipungut oleh Daerah berdasarkan kekuatan kekuatan
undang-undang san/ atau peraturan hukum lainnya;
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
24
d. Hasil pungutan Pajak Daerah dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga Daerah atau untuk
membiayai pengeluaran Daerah sebagai badan hukum publik.
3. Landasan Hukum Pemungutan Pajak Daerah
Landasan Hukum Pajak Daerah diatur oleh Pemerintah Daerah
dalam Pasal 58 Undang-undang No. 5 Tahun 1974 yang lengkapnya
berbunyi sebagai berikut:
a. Dengan undang-undang ditetapkan ketentuan pokok tentang Pajak dan
Retribusi Daerah;
b. Dengan Peraturan Daerah ditetapkan pungutan Pajak dan Retribusi
Daerah;
c. Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, berlaku
sesudah ada pengesahan pejabat yang berwenang, menurut cara yang
diatur dalam undang-undang dan tidak boleh berlaku surut;
d. Pengembalian atau pembebasan pajak Daerah dan/ atau Retribusi
daerah hanya dapat dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah.
4. Prinsip-prinsip Pajak Daerah
Terdapat beberapa prinsip umum dari pajak daerah yang
dikemukakan oleh Irwansyah Lubis, yaitu:
a. Prinsip manfaat (benefit principle) suatu sistem pajak dikatakan adil
bila kontribusi yang diberikan oleh setiap wajib pajak, sesuai dengan
manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah;
b. Kemampuan membayar pajak (ability to pay);
c. Kemampuan membayar dengan keadilan vertikal dan struktur tarif
pajak;
d. Prinsip menyediakan pendapatan yang cukup naik dan elastis. Artinya
dapat mudah naik turun mengikuti naik turunnya kemakmuran
masyarakat;
e. Administrasi yang fleksibel, artinya sederhana, mudah dihitung
pelayanan memuaskan bagi masyarakat;
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
25
f. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul motivasi
dan kesadaran untuk memenuhi kepatuhan membayar pajak;
5. Jenis Pajak Daerah
Pajak Daerah dibedakan sesuai yang mengelolanya seperti berikut
ini:
a. Pajak Provinsi
Berbagai Pajak Provinsi antara lain:
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Air Permukaan
4) Pajak Rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota
Berbagai Pajak Kabupaten/Kota antaralain adalah:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam Bebatuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Bawah Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)
11) Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
6. Karakteristik Pajak Daerah
Karakteristik dari pajak daerah adalah sebagai berikut:
a. Pajak daerah dapat berasal dari pajak asli daerah maupun pajak negara
yang diserahkan kepada daerah sebagai Pajak Daerah.
b. Penyerahan pajak daerah dilakukan berdasarkan undang-undang.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
26
c. Pajak daerah dipungut oleh daerah terbatas didalam wilayah
administratif yang dikuasainya berdasarkan kekuatan undang-undang
dan atau peraturan hukum yang lainnya.
d. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai
pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik (Angger Sigit
Pramusti, 2015: 25).
G. Pajak Reklame
1. Pengertian Pajak Reklame
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (15) Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas No. 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dijelaskan
bahwa Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pasal 1
angka (16) Reklame adalah benda, alat perbuatan atau media yang
menurut bentuk sesuatu barang dan corak ragamnya.
2. Tujuan Reklame
Yaitu untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan mempromosikan atau menarik perhatian umum sesuatu
barang, jasa, orang atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar
dirasakan dan atau dinikmati oleh umum. Pasal 1 angka (17) panggung/
lokasi reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan satu atau
beberapa buah reklame.
3. Obyek Pajak Reklame
Berdasarkan Ketentuan Pasal 22 ayat (1) Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas menjelaskan bahwa, Obyek Pajak Reklame adalah
semua penyelenggaraan reklame, yaitu meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
27
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide; dan
j. Reklame peragaan.
Adapun yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak Reklame adalah:
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian,
warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;
b. Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,
yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan
ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
dan
d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi
atau Pemerintah Daerah.
4. Subyek Pajak Reklame
Berdasarkan Ketentuan Pasal 23 ayat (1) Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas menjelaskan bahwa:
Subyek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan Reklame.
5. Jenis-jenis Reklame
Berdasarkan Ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No.
1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, jenis-jenis Reklame Yaitu:
a. Reklame Megatron/Videotron/Lage Elekronik Display (LED)
Reklame yang menggunakan layar monitor atau sejenisnya,
berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau
tulisan yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan
tenaga listrik.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
28
b. Reklame Papan/Billboard
Reklame yang terbuat dari papan, kayu, seng, aluminium,
fiberglass, kaca, batu, tembok atau beton, logam ataupun barang lain
yang sejenis, dipasang tersendiri atau digantungkan atau
dipasangkan/atau ditempel pada bangunan, halaman, maupun diatas
bangunan, termasuk didalamnya bando yang dibangun
melintang/bersebrangan diatas jalan di dalam sarana atau prasarana
Kabupaten.
c. Reklame Kain
Reklame yang diselenggarakan berupa gambar, lukisan dan/atau
tulisan dengan menggunakan bahan kain, termasuk vinyl, plastik,
kertas, karet atau bahan lainnya yang sejenis, dipasang dengan cara
digantung atau ditempel horizontal maupun vertikal.
d. Reklame Melekat atau Stiker
Reklame yang diselenggarakan berupa gambar, lukisan dan/atau
tulisan berbentuk lembaran lepas, yang dipasang dengan cara diletakan,
ditempelkan atau digantungkan dengan melekat pada suatu benda.
e. Reklame Wall Painting
Reklame yang diselenggarakan berupa gambar, lukisan
dan/tulisan pada dinding , pintu atap atau bagian lain dari bangunan,
pagar dan sejenisnya.
f. Reklame Selebaran
Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan
cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta, yang pemasangannya
tidak ditempelkan, dilekatkan atau digantungkan pada suatu benda lain.
g. Reklame Berjalan
Reklame yang berupa gambar, tulisan dan/atau tulisan yang
ditempatkan pada kendaraan bermotor atau tidak bermotor, atau benda
bergerak lainnya termasuk gerobag/rombong.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
29
h. Reklame Udara
Reklame yang diselenggarakan diudara dengan menggunakan
gas, laser pesawat udara atau alat lainnya yang sejenis.
i. Reklame Apung
Reklame yang diselenggarakan berupa gambar, lukisan dan/atau
tulisan yang dipasang pada suatu alat/benda yang berada dipermukaan
air atau diatas permukaan air.
j. Reklame Suara
Reklame yang diselenggarakan menggunakan kata-kata yang
diucapkan dengan menggunakan suatu yang ditimbulkan dari atau oleh
alat perantara.
k. Reklame Film/Slide
Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise
(celluloide) berupa kaca atau film, atau bahan lain yang sejenis, sebagai
alat untuk diproyeksikan dan/atau dipancarkan pada layar atau benda
lain di dalam maupun diluar ruangan.
l. Reklame Peragaan
Reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu
barang dengan atau disertai suara.
6. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas disebutkan bahwa, Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah
Nilai Sewa Reklame, yaitu:
a. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa
Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
nilai kontrak reklame.
b. Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung dengan memperhatikan
faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka
waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
30
c. Dalam hal nilai sewa ssebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame
ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
d. Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dengan menghitung berdasarkan penjumlahan Nilai Jual Objek
Pajak Reklame dan Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame.
e. Hasil Perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) ditetapkan dengan peraturan Bupati Banyumas.
7. Nilai Sewa Reklame Menurut Jenis Reklame
A. Reklame papan / billboard / videotron/ megatron dan sejenisnya
1. Reklame papan/billboard tanpa lampu
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSPR) KET.
a. Kawasan Khusus 200.000 150% x NJOPR 500.000 M?/th
b, Kawasan Strategis I 200.000 100% x NJOPR 400.000 MP/th
c. Kawasan Strategis II 200.000 50% x NJOPR 300.000 M2/th
d. Kawasan Strategis III 200.000 0% x NJOPR 200.000 M2/th
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
2. Reklame papan/ billboard dengan lampu:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSPR) KET.
a. Kawasan Khusus 300.000 150% x NJOPR 750.000 M2/th
b. Kawasan Strategis I 300.000 100% x NJOPR 600.000 M2/th
c. Kawasan Strategis II 300.000 50% x NJOPR 450.000 M2/th
d. Kawasan Strategis III 300.000 0% x NJOPR 300.000 M2/th
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
31
3. Reklame Neon Box:
LOKASI
PENEMPATAN
NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSPR) KET.
a. Kawasan Khusus 500.000 1 50% x NJOPR 1.250.000 MVth
b. Kawasan Strategis I 500.000 1 00% x NJOPR 1.000.000 M2/th
c. Kawasan Strategis II 500.000 50% x NJOPR 750.000 M2/th
d. Kawasan Strategis III 500.000 0% x NJOPR 500.000 M2/th
4. Reklame bersinar/ berkedip:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSPR) KET.
a. Kawasan Khusus 600.000 1 50% x NJOPR 1.500.000 M2/th
b. Kawasan Strategis I 600.000 100% x NJOPR 1.200.000 M2/th
c. Kawasan Strategis II 600.000 50% x NJOPR 900.000 M-'/th
d. Kawasan Strategis III 600.000 0% x NJOPR 600.000 M2/th
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
5. Videotron/ Megatron:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSPR) KET.
a. Kawasan Khusus 150% x
NJOPR
NJOPR
dihitung
berdasarkan
biaya
produksi/
pemasangan
yang
diajukan
oleh Wajib
Pajak
b. Kawasan Strategis I 100% x
NJOPR
c. Kawasan Strategis II 50% x
NJOPR
d. Kawasan Strategis III 0% x NJOPR
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
32
B. Reklame Kain
1. Reklame kain dari kain biasa atau sejenisnya:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
a. Kawasan Khusus 12.000 150% x NJOPR 30.000 M2/bln
b. Kawasan Strategis I 12.000 100% x NJOPR 24.000 M2/bln
c. Kawasan Strategis II 12.000 50% x NJOPR 18.000 M2/bln
d. Kawasan Strategis III 12.000 0% x NJOPR 12.000 M2/bln
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
2. Reklame kain dari MMT, Digital printing, vinil atau sejenisnya:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
a. Kawasan Khusus 20.000 150% x NJOPR 50.000 M2/bln
b. Kawasan Strategis I 20.000 100% x NJOPR 40.000 M2/bln
c. Kawasan Strategis II 20.000 50% x NJOPR 30.000 M2/bln
d. Kawasan Strategis III 20.000 0% x NJOPR 20.000 M2/bln
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
C. Reklame melekat (stiker)
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
Stiker sarnpai
dengan 1 m2
20.000 0 20.000 Per lembar
Kalender
tempel/gantung
10.000 0 10.000 * per eksemplar.
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
D. Reklame selebaran
1. Selebaran satu muka tidak berwarna:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
200 0 200 Per lembar
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
33
2. Selebaran dua muka tidak berwarna:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
300 0 300 Per lembar
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
3. Selebaran satu muka berwarna:
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
600 0 600 Per lembar
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas
4. Selebaran dua muka berwarna:
NSPR NSR KETERANGAN
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
1.000 0 1000 Per lembar
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
5. Reklame berjalan pada kendaraan
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
0 =NJOPR
NJOPR
dihitung
berdasarkan
biaya
produksi/
pemasangan
yang diajukan
oleh Wajib
Pajak
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
34
6. Reklame Udara
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSP) KET.
a. Kawasan Khusus 150% x NJOPR NJOPR
dihitung
berdasarkan
biaya
produksi/
pemasangan
yang
diajukan oleh
Wajib Pajak
b. Kawasan Strategis
I
100% x NJOPR
c. Kawasan Strategis
II
50% x NJOPR
d. Kawasan Strategis
III
0% x NJOPR
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
7. Reklame suara
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
0 =NJOPR
NJOPR
dihitung
berdasarkan
biaya
produksi/
pemasangan
yang
diajukan oleh
Wajib Pajak
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
8. Reklame Film/ Slide
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR NSR KET.
0 =NJOPR
NJOPR
dihitung
berdasarkan
biaya
produksi/
pemasangan
yang
diajukan oleh
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
35
Wajib Pajak
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
9. Reklame peragaan
LOKASI
PENEMPATAN NJOPR NSPR
NSR=
(NJOPR+NSPR) KET.
a. Kawasan Khusus 150% x NJOPR
NJOPR
dihitung
berdasarkan
biaya
produksi/
pemasangan
yang
diajukan
oleh
Wajib Pajak
b. Kawasan Strategis
I
100% x NJOPR
c. Kawasan Strategis
11
50% x NJOPR
d. Kawasan Strategis
III
0% x NJOPR
Sumber: DPPKAD Kabupaten Banyumas: 2016
8. Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame
Pemungutan Pajak Reklame berjalan untuk jenis kendaraan
dilakukan berdasarkan domisili dan/atau wilayah operasi kendaraan
tersebut didalam wilayah Kabupaten Banyumas serta dihitung berdasarkan
luas bidang reklame termasuk paduan warna, ornamen dan lain sebagainya
yang mencirikan produk yang dipromosikan. Dalam jangka 5 (lima) tahun
sesudah saat terutangnya pajak, Bupati atau Pejabat dapat menerbitkan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dalam hal jika
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
atau tidak kurang bayar. Apabila SKPDKB diterbitkan, maka
kekurangan pajak yang terutang dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan untuk jangka waktu paling
lama 24 jam (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.
36
b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)
jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Apabila
SKPDKBT diterbitkan, maka maka dikenakan sanksi administratif
berupa kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut. Namun, kenaikan tidak dikenakan jika wajib pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) jika jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
9. Jangka Waktu Pemasangan Reklame
Berdasarkan ketentuan Pasal 28 Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas dinyatakan bahwa:
a. Jangka waktu pemasangan reklame permanen dan reklame terbatas
adalah 1 (satu) tahun.
b. Jangka waktu pemasangan reklame insidentil ditetapkan sesuai dengan
izin penyelenggara reklame dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Baliho dengan jangka waktu paling singkat 7 (tujuh) hari dan paling
lama 30 (tiga puluh) hari;
2) Kain dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling
lama 30 (tiga puluh) hari;
3) Selebaran, melekat diberikan dalam bentuk pengesahan atau
porporasi;
4) Film/slide Udara, Suara dan apung dengan jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari.
10. Masa Pajak Reklame
Pajak Rekalame juga mempunyai Masa Pajak dan Saat Pajak
Terutang, Berdasarkan ketentuan Pasal 82 huruf (c) , yaitu sebagai
berikut:
a. Pajak Reklame terbatas selama 1 (satu) bulan;
b. Pajak Reklame permanen selama 1 (satu) bulan;.
c. Pajak Reklame Insidentil selama 1 (satu) bulan
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.